BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang. Belakang. Ketika berbicara tentang cardiac arrest,ingatan kita tidak bisa lepas dari penyakit jantung coroner,karena penyebab tersering cardiac arrest adalah penyakit jantung coroner.Serangan jantung masih menjadi pembunuh nomor satu dengan raihan 29 persen kematian global setiap tahun .Demikian halnya di Indonesia ,berdasarkan Survei Kesehatan Nasional tahun 1988 dan 1991, penyakit jantung koroner bersama penyakit infeksi merupakan penyebab kematian kematian utama di Indonesia . Berhentinya jantung mendadak atau cardiac arrest adalah berhentinya fungsi jantung secara tiba tiba pada seseorang yang telah atau belum diketahui menderita penyakit jantung.Waktu dan kejadiannya tidak terduga. Kematian otak dan kematian permanen terjadi terjadi dalam jangka waktu 8 .sampai 10 menit menit setelah seseorang seseorang mengalami cardiac arrest.Cardiac arrest.Cardiac arrest arrest dapat dipulihkan jika tertangani segera dengan dengan RJPO dan defibrilasi untuk untuk mengembalikan mengembalikan denyut jantung normal.Kesempatan normal.Kesempatan pasien untuk bisa bertahan hidup berkurang 7 sampai 10 persen tiap menit tanpa RJPO. Inti dari penanganan cardiac arrest adalah kemampuan untuk bisa mendeteksi dan bereaksi secara cepat dan benar untuk sesegera mungkin mengembalikan denyut jantung ke kondisi normal untuk mencegah terjadinya kematian otak dan kematian permanen .Penanganan yang cepat dapat diwujudkan jika terdapat tenaga yang memiliki kemampuan dalam melakukan chain of survival saat cardiac arrest terjadi. Keberadaan tenaga inilah yang selama ini menjadi masalah. Tenaga medis dan paramedis di rumah sakit sebenarnya sudah memiliki kemampuan dasar dalam melakukan life saving tetapi belum bisa mengaplikasikannya mengaplika sikannya secara maksimal dan sering belum terdapat pengorganisasian pengorganisasian yang baik baik dalam pelaksanaannya. Masalah inilah yang kemudian memunculkan terbentuknya tim reaksi cepat dalam penanganan cardiac arrest yang disebut code blue.
1
BAB II GAMBARAN UMUM.
2.1 Definisi 1.Code Blue. Code blue adalah suatu code yang menunjukkan adanya pasien, pengunjung dan karyawan dilingkungan rumah sakit yang mengalami kegawatdaruratan pernafasan dan jantung yang harus segera direspon oleh tim medis reaksi cepat atau tim code blue. 2.Pasien Gawat Darurat. Pasien gawat darurat adalah pasien yang berada dalam keadaan ancaman kematian dan memerlukan resusitasi jantung paru dan otak. 3. Perawat Terlatih Perawat terlatih adalah perawat yang telah mendapatkan pelatihan RJPO sehingga memiliki ketrampilan khusus untuk melakukan pertolongan pada pasien gawat darurat. 4.BLS atau Bantuan Hidup Dasar. BLS adalah suatu cara memberikan pertolongan hidup dasar yang meliputi bebasnya jalan nafas(air way),pernafasan yang ade kuat(breathing), sirkulasi yang ade kuat(circulation). 5.ACLS (Advanced Cardiac Life Support). Advanced Cardiac Life Support adalah bantuan hidup lanjut atau pertolongan pertama pada pada penyakit jantung.
2.2 Tujuan Code Blue. Tujuan dari Code Blue adalah: 1. Untuk memberikan resusitasi dan stabilisasi yang cepat bagi korban yang mengalami kondisi darurat cardio respiratory arrest yang berada dalam kawasan Rumah Sakit Islam. 2. Untuk membentuk suatu tim yang terlatih lengkap dengan peralatan medis darurat yang dapat digunakan dengan cepat. 3. Untuk memulai pelatihan ketrampilan BLS dan penggunaan defibrilator semua Tim Code Blue Rumah Sakit Islam Surabaya.
2
4. Untuk membuat Rumah Sakit Islam Surabaya mampu menangani keadaan medis yang gawat darurat. 5. Untuk mengurangi angka kejadian morbiditas di Rumah Sakit Islam Surabaya.
2.3
Organisasi Tim Code Blue: Tim Code Blue merupakan tim yang selalu siap setiap saat. 1.Tim code blue beranggotakan kru yang paling tidak telah menguasai BLS.Tim code blue terdiri dari: a. b. c. d. e.
Koordinator Tim. Petugas Medis/Leader. Assisten Petugas Medis(compressor,ventilator ,circulator,pencatat). Pengaman dan Transpot Alat. Binroh.
2.Uraian Tugas. a.Koodinator Tim. Dijabat oleh dokter ICU. Bertugas mengkoordinir segenap anggota tim. Bekerja sama dengan diklat membuat pelatihan kegawatdaruratan yang dibutuhkan oleh anggota tim. b.Leader. Dijabat oleh dokter jaga IGD yang bertugas pada shift itu, dan bertugas: 1) 2) 3) 4)
Menguasai seluruh algoritme RJPO. Memberikan instruksi dengan jelas dan sistematis. Mengecek tugas compressor ,ventilator,dan circulator. Mengambil alih tugas compessor, ventilator dan circulator bila diperlukan
c.Compressor bertugas: 1) 2)
Memasang papan punggung. Melakukan compresi dengan benar: Telapak tangan 1/3 bawah sternum . Kedalaman 3-5 cm. Kecepatan lebih 100x/mnt. Posisi lengan penolong tegak lurus pasien. Menggunakan berat badan.
3)
d.Ventilator bertugas : 1) Membebaskan Airway. 2) Memasang Guerdel/jalan nafas orofaringeal. 3) Memasang sungkup muka dengan benar. 3
4) Melakukan bagging dengan benar. 5) Melakukan intubasi. 6) Memastikan letak ETT. e.Pencatat bertugas: Mencatat semua obat obatan yang telah masuk. f.Pengaman dan Transport Alat bertugas : 1) Menyiapkan semua peralatan Code Blue. 2) Menjaga keamanan situasi di lokasi kejadian. g.Binroh bertugas: a. Mendampingi dan menenangkan keluarga pasien. b. Mengajak keluarga pasien untuk mendoakan pasien. Compresor, ventilator, pencatat dipegang kepala jaga ruangan yang bertugas pada shift itu.Begitu juga binroh dan keamanan dipegang yang bertugas saat itu. 3.Obat dan Alat Alat Code Blue Untuk kelengkapan code blue obat- obatan dan peralatan yang perlu dipersiapkan adalah: Obat obatan: a) b) c) d) e) f) g) h) i) j)
Epineprin Vasopresin Amiodaron. Lidokain. Magnesium sulfat. Dopamin. Ephedrin. Sulfas Atropin. Ringer Laktat. Normal Salin.
Alat-Alat a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k) l)
:
BVM Blood Set. Surflo 18,20,22,24. Band Aid. Hipafix. Nasal Kanul. Masker O2. Defibrilator. Papan Punggung. ETT 6, 6,5 ,7. Laringoscope 1 set. Disposible Spuit 3,5,10,20.6
m) Electrode. n) Gunting. o) Elektrode. p) Mag slang. q) Mayo putih,hijau,kuning,merah. r) Box Emergensi. s) Scoup Stretcer. t) Tabung O2. u) Stetoskop. v) Tensimeter. w) Sarung tangan. x) Senter genggam.
4
BAB III RUANG LINGKUP.
Sistem respon cepat Code Blue RSI Surabaya dibentuk untuk memastikan bahwa semua kondisi gawat darurat tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi sesegera mungkin.Sistem respon terbagi dalam 2 tahap, 1. Respon awal (responder pertama) berasal dari petugas rumah sakit yang berada disekitar pasien, dimana terdapat layanan BLS. 2. Respon kedua (responder kedua) merupakan tim khusus dan terlatih yang dibentuk oleh Rumah Sakit Islam Surabaya. Sistem respon dilakukan dengan waktu respon tertentu berdasar standar kualitas pelayanan yang telah ditentukan oleh Rumah Sakit. Untuk menunjang hal tersebut yang perlu dilakukan: 1.Semua personil di Rumah Sakit telah dilatih dengan ketrampilan BLS untuk menunjang kecepatan respon untuk BLS di lokasi kejadian. 2.Peralatan code blue telah ditempatkan di lokasi yang strategis dalam kawasan Rumah Sakit Islam dimana peralatan dapat dipindah atau dibawa untuk memungkinkan respon yang cepat. 3.Pendidikan,Pelatihan, Anggota Code Blue. Pendidikan dan pelatihan BLS diwajibkan bagi anggota tim code blue atau harus memiliki sertifikat ACLS yang berlaku 3 tahun. Program pendidikan dan pelatihan BLS diberikan kepada tim dan karyawan Rumah Sakit Islam Surabaya . Hal ini bertujuan untuk meningkatkan standar perawatan dan hasil respon code blue sebagai tim yang memainkan peran penting sebagai responden situasi code blue.
5
BAB IV TATA LAKSANA.
Respon code blue idealnya adalah 5 menit yaitu waktu antara aktivasi code blue sampai kedatangan tim code blue.Diharapkan Rumah Sakit mempunyai personil medis dan non medis yang seluruhnya mempunyai kemampuan melakukan BLS sambil menunggu kedatangan tim code blue untuk meningkatkan harapan hidup pasien. Tim dibentuk dengan tiap tim terdiri dari 5-7 anggota yang terlatih dalam BLS.Peralatan resusitasi yang mudah untuk dibawa,telah diletakkan di lokasi strategis , dimana probabilitas tinggi terjadi kondisi darurat medis dan mudah dijangkau dari seluruh area Rumah Sakit. 4.1.Fase Code Blue. 1.Aktifasi System. Untuk mengaktifkan peringatan terjadinya keadan darurat medis di Rumah Sakit Islam Surabaya kepada anggota tim code blue telah terdapat sistem yang baik dan terkoordinasi dari tempat kejadian dengan menggunakan telpon dan speaker yang ada di tiap ruangan . Anggota tim respon code blue yang telah ditentukan akan menanggapi situasi code blue sesegera mungkin. Anggota tim akan memobilisasi alat resusitasi mereka dan bergegas kelokasi darurat medis. Standar untuk durasi waktu yang dibutuhkan antara menerima pesan code blue dan kedatangan tim code blue di lokasi kejadian adalah 5 sampai 10 menit. Panggilan code blue harus dijawab secepatnya,kurang dari 3 kali dering telpon. Informasi penting yang harus disampaikan adalah: lokasi pasti kejadian,trauma atau kasus medis, dewasa atau anak. 2.Intervensi Segera di Tempat Kejadian. Personil di tempat kejadian darurat medis telah memiliki tanggung jawab untuk meminta bantuan lebih lanjut dan memulai resusitasi menggunakan pedoman BLS . Permintaan bantuan dengan mengaktifasi sistem code blue Rumah Sakit. Sementara menunggu kedatangan tim code blue mereka harus memulai BLS ( posisi airway, bantuan pernapasan, kompresi dada). Jika defibrillator telah tersedia , peralatan ini harus melekat pada pasien untuk menentukan kebutuhan defibrilasi. Jika korban berhasil disadarkan kembali sebelum tim code blue datang sambil menunggu kedatangan tim code blue pasien harus ditempatkan dalam posisi pemulihan dan monitor tanda tanda vital.
6
3.Kedatangan Tim Code Blue. Setelah anggota code blue menerima aktivasi code blue, mereka harus menghentikan tugas mereka saat itu, mengambil peralatan resusitasi dan bergegas ke lokasi darurat medis sambil berlari. Jika korban masih dalam cardiac arrest ketika tim code blue tiba dilokasi,tim akan mengambil alih tugas resusitasi, personil pertama dilokasi kejadian harus tinggal disekitar untuk memberi bantuan tambahan jika diperlukan. 4.Perawatan Defintif. Keadaan darurat medis yang terjadi akan melibatkan rawat inap,bila pasien kembali ke sirkulasi spontan.Pasien akan diangkut ke ICU untuk resusitasi lanjut dan perawatan definitif. Jika resusitasi tidak berhasil atau meninggal di TKP ,korban masih perlu ditransfer ke IGD untuk dokumentasi lebih lanjut atau konfirmasi kematian . 4.2.Algoritme Code Blue.
Dipastikan pasien tidak sadar/cardiac arrest.
Aktifasi code blue Penemu pertama melakukan RJPO sampai tim code blue datang.
Tim code blue datang dengan alat dan obat
RJPO dilan utkan oleh tim code blue.
Bila ROSC pindahkan ke ICU.
BAB V DOKUMENTASI Seluruh kegiatan tim code blue dalam melakukan tindakan resusitasi pada pasien gawat darurat didokumentasikan pada rekam medis pasien.
7