BENGAWAN SOLO, RIWAYATMU DULU DAN KINI
³Bengawan Solo riwayatmu dulu, sedari dulu jadi perhatian insani ...³ Sepenggal lirik lagu ciptaan Mbah Gesang tersebut kembali mengingatkan kita terhadap sungai Bengawan Solo. Pernahkan anda berpikir bahwa Sungai Bengawan Solo menyimpan keunikan dan hal menarik ? Bengawan Solo adalah salah satu bentang alam fluvial di Pulau Jawa dan apakah anda tahu bahwa Sungai ini pernah mempunyai aliran dengan arah yang berbeda dengan arah aliran sungai sekarang ? Inilah salah satu fenomena menarik yang dapat dikateforikan sebagai paleogeomorfologi. Paleogeomorfologi sendiri merupakan bagian dari ilmu geologi yang tidak dapat lepas dari lingkup studi geomorfologi. Secara umum paleogeomorfologi mempelajari roman atau bentukan muka bumi purba yang masih dapat diidentifikasi pada masa kini. Paleo geomorfologi ini sendiri dapat digunakan untuk menginterpretasikan runtutan proses geologi ynag terjadi pada masa purba melalui bentukan morfologi yang masih terekam dan meninggalkan jejak pada permukaan bumi. Sisa bentukan morfologi purba yang paling mudah diamati adalah jenis paleogeomorfologi berupa topografi sisa (relict ( relict topography ). Hal utama yang membuat paleogeomorfologi jenis topografi sisa mudah diamati adalah karena morfologi yang ada belum mengalami penimbunan dan tidak banyak mengalami perubahan signifikan. Dengan melihat hal tersebut, dalam tulisan ini akan dibahas salah satu contoh paleogeomorfologi yang berupa topografi sisa (relict (relict topography ) dengan tujuan untuk mempermudah proses interpretasi dan penafsiran morfogenesa. morfogenesa. Salah satu objek paleogeomorfologi yang hingga saat ini masih jelas terlihat di Pulau Jawa, khususnya daerah Jawa Tengah adalah aliran Sungai Bengawan Solo Purba. Jejak pola penyaluran ya ng terbentuk ini hingga saat ini masih terlihat dengan cukup jelas sebagai lembah yang dibatasi oleh perbukitan yang cukup curam.
LOKASI Pada masa sekarang, lembah Bengawan Solo purba diidentifikasi sebagai lembah Giritontro. Memanjang dan berkelok-kelok sepanjang 30 km dengan arah
relatif utara-selatan dari Gunung Payung yang terletak di sebelah barat Giriwoyo, Wonogiri hingga ke arah muara di selatan Pulau Jawa, lebih tepatnya di daerah teluk Pantai Sadeng, Gunung Kidul.
http://2.bp.blogspot.com/_xjoCNkAujUM/SHLo64ie1SI/AAAAAAAAAZY/CmqJE27iFaA/s400/100_ 1790.jpg
Gambar 1. Jejak sungai berupa lembah sisa alira n Bengawan Solo purba
http://3.bp.blogspot.com/_JVNaHrYu_NU/S87UpfOtYYI/AAAAAAAADQ/jn98rqDCYbc/s1600/bengawan-kecil-solo-purba-modern-national-geographic+copy.jpg
Gambar 2. Muara aliran Bengawan Solo purba di teluk Sadeng.
JENIS TOPOGRAFI Jenis topografi yang berkembang pada daerah bekas aliran sungai Bengawan Solo purba adalah bentukan berupa lembah yang dibatasi dua buah
perbukitan curam yang terususun oleh litologi berupa batuan karbonat sehingga membentuk bentang alam karst. Elevasi antara titik terendah lembah dengan titik tertinggi bukit berkisar antara 150-250 meter.
GENESA (PROSES GEOMORFIK) DAN PERKEMBANGAN MORFOLOGI Pembentukan daerah sisa lembah Sungai Bengawan Solo ini secara dominan lebih dipengaruhi oleh adanya proses tektonik yang juga mempengaruhi aktivitas fluvial yang bekerja. Pada masa sekarang, lembah Bengawan Solo purba diidentifikasi sebagai lembah Giritontro, proses tektonik tersebut terjadi pada kala Miosen. Lebih tepatnya terbentuk akibat adanya pergerakan lempeng yang mana saling berbatasan di bagian selatan Pulau Jawa. Peristiwa tektonik ini merupakan peristiwa penunjaman lempeng Australia ke dalam Lempeng Eurasia akibat perbedaan massa jenis. Penunjaman lempeng Australia ke dalam lempeng Eurasia memberi tekanan yang begitu besar terhadap lempeng Eurasia, khususnya pulau Jawa. Keadaan ini terjadi dalam waktu yang lama dan salah satu bukti adanya proses tektonik yang dapat teramati adalah adanya bentang alam karst tersingkap jelas yang berupa Perbukitan Karst Gunung Sewu yang membentang dari Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Wonogiri, hingga Kabupaten Pacitan. Di situlah letak lembah sungai Bengawan Solo purba yang berupa lembah yang mewakili alur penyaluran sepanjang 30 km berkelok-kelok dan terjal. Lembah sungai raksasa ini membentuk suatu lembah yang disebut lembah Giritontro dengan posisi memanjang dari Gunung Payung (sebelah barat Giriwoyo, Wonogiri) ke arah selatan hingga bermuara di Teluk Pantai Sadeng, Gunung Kidul. Pengeringan lembah sungai ini terjadi akibat adanya proses pengangkatan, yang mana merupakan bentuk manifestasi gaya yang begitu besar terhadap Pulau Jawa. Proses pengangkatan ini secara otomatis membuat aliran sungai Bengawan Solo tidak mampu lagi mengalir ke arah selatan akibat sifat air itu sendiri dan dalam hal ini proses penggerusan atau erosi Sungai Bengawan Solo tidak dapat lagi menembus Pegunungan yang terangkat di kala Pleistosen Tengah hingga Miosen. Di sinilah awal munculnya lembah sungai Bengawan Solo purba. Proses tersebut dilanjutkan dengan peristiwa terbendungnya aliran Sungai Bengawan Solo dan membentuk cekungan Baturetno di Baturetno hingga Eramoko. Karena
pembendungan sudah tidak dapat lagi terjadi karena volume air yang terus bertambah, maka aliran Sungai Bengawan Solo berusaha terus mengalir hingga akhirnya menemukan daerah yang lebih rendah, yaitu arah utara. Di sinilah peristiwa di mana terjadi proses pembalikan arah aliran Sungai Bengawan Solo dari mengalir ke arah selatan menjadi ke arah utara. Di situlah proses utama terbentuknya lembah sungai Bengawan Solo Purba. Selanjutnya lembah sungai Bengawan Solo Purba meninggalkan lembah yang kaya akan sedimen fluvial dan pada bagian tepinya dibatasi oleh perbukitan curam dan menampakkan adanya bentukan berupa teras sungai sebagai bukti bahwa pernah ada aliran sungai yang mengalir pada lembah tersebut. Daerah lembah sungai tersebut sekarang berubah menjadi lahan pertanian palawija penduduk dan mebentuk pemandangan indah berupa suatu lading berkelok sepanjang 7 kilometer ke arah utara, hingga ke wilayah Pracimantoro, kabupaten Wonogiri. Sedangkan aliran sungai Bengawan Solo masa kini mempunyai muara di utara Pulau Jawa dengan aliran yang dibentuk oleh proses erosi dan penggerusan saat aliran melewati dan memotong batuan tersier di jalur lipatan Pegunungan Kendeng dan Perbukitan Rembang. Aliran Bengawan Solo masa kini memiliki panjang 540 kilometer dengan melewati 20 kabupaten dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, yaitu Wonogiri, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali, Sragen,Blora, Rembang, Ng awi, Magetan, Ponorogo, Madiun, Pacitan,Bojonegoro, Tuban, La mongan, Gresik dan Surabaya.
http://enviroleeb.wordpress.com/2011/03/20/sungai-bengawan-solo-purba/bengawan-kecilsolo-skema-purba-modern-national/
Gambar 3. Aliran sungai Bengawan Solo masa kini dan letak muara Bengawan Solo purba
Gambar 4. Alur sungai Bengawan Solo purba
POTENSI / PROSPEK SESUMBER Daerah aliran Bengawan Solo Purba memiliki beberapa potensi positif yang dapat dikembangkan, antara lain : y
Daerah lembah Giritontro, bekas aliran sungai Bengawan Solo purba merupakan daerah yang subur yang kaya akan endapan fluvial sisa sungai Bengawan Solo purba dan endapan alluvial berumur kuarter akibat proses perombakan batuan di sekitarnya. Endapan ini dapat dimanfaatkan sebagai media tanam tanaman yang kaya akan unsur hara sehingga secara langsung daerah ini dapat digunakan sebagai lahan pertanian warga sekitar.
y
Bekas aliran sungai purba ini juga meninggalkan endapan berupa material sedimen berukuran lempung di daerah muara ketika energi aliran turun. Endapan lumpur ini mampu menjadi jebakan hidrokarbon dan membentuk oil shale dengan material organik yang berasal dari hewan dan tumbuhan yang mati saat pasokan air berkurang secara tiba-tiba karena arah aliran Sungai Bengawan Solo purba yang berubah ke utara. Tentu saja keadaan ini akan mempengaruhi keseimbangan ekosistem yang ada dan bisa meningaktkan angka kematian saat pasokan air benar-benar habis.
Daerah lembah jejak Sungai Bengawan Solo purba juga dapat
y
dijadikan sebagai objek wisata menarik karena pemandangan yang begitu indah dan menampakkan suatu lembah raksasa bekas aliran Sungai yang kini sudah mengering
dan kini tampak hijau. Di
samping hal itu jejak sungai ini juga merupakan warisan penting di
bidang
ilmu
uniformitarianism.
geologi,
khususnya
menyangkut
hukum
DAFTAR PUSTAKA
Srijono, Salahudin Husein, dan Budiadi. 2001. Buku Ajar Geomorfologi. Jurusan Teknik Gologi , Fakultas Teknik UGM : Yogyakarta http://aapgbull.geoscienceworld.org/cgi/content/abstract/50/10/2277 (Senin, 16 Mei 2011) http://derizkadewantoro.wordpress.com/2011/05/04/bentang-alampaleogeomorfologi/ (Senin, 16 Mei 2011) http://jrezapahlawan.blogspot.com/2010/02/bengawan-solo-purba.html (Senin, 16 Mei 2011) http://wartaparanggupito.blogspot.com/2009/04/jejak-bengawan-solo-purba.html (Senin, 16 Mei 2011) http://www.attayaya.net/2010/05/bengawan-solo-mengaliri-masa-menuju.html (Senin, 16 Mei 2011)