BAB I.
PENDAHULUAN
Arung jeram adalah suatu aktifitas pengarungan bagian alur sungai yang
berjeram/riam, dengan menggunakan wahana tertentu. Pengertian wahana dalam
pengarungan sungai berjeram / riam yaitu sarana / alat yang terdiri dari
perahu karet, kayak, kano dan dayung. Tujuan berarung jeram bisa dilihat
dari sisi olah raga, rekreasi dan ekspedisi.Jadi dengan demikian kita dapat
definisikan bahwa olah raga Arung Jeram (White Water Rafting) merupakan
olah raga mengarungi sungai berjeram, dengan menggunakan perahu karet,
kayak, kano dan dayung dengan tujuan rekreasi atau ekspedisi.
Arung jeram sebagai olah raga kelompok, sangat mengandalkan pada kekompakan
tim secara keseluruhan. Kerja sama yang terpadu dan pengertian yang
mendalam antar awak perahu, dapat dikatakan sebagai faktor utama yang
menunjang keberhasilan melewati berbagai hambatan di sungai. Tak dapat
dibantah bahwa Arung Jeram merupakan olah raga yang penuh resiko (high risk
sport). Namun demikian, setiap orang mampu melakukannya - asalkan dia dalam
kondisi "baik"; baik dalam arti pemahaman teknis, kemampuan membaca medan
secara kognitif, dan sehat fisik dan mental.
Jadi,arung jeram adalah olah raga yang menuntut keterampilan. Untuk itu
sangat membutuhkan waktu untuk berkembang. Perkembangan ke arah mencapai
kemampuan yang prima, hanya mungkin apabila mau mempelajari sifat-sifat
sungai, serta bersedia melatih diri di tempat itu. Kecuali perlu
mengembangkan pengetahuan mengenai sifat-sifat sungai, wajib pula berlatih
berdayung, berkayuh di sungai. Implikasinya butuh mengembangkan kemampuan
fisik, agar selalu mencapai kondisi seoptimal mungkin. Hal lain yang patut
diingat, adalah berlatih cara-cara menghadapi keadaan darurat di sungai.
Hal ini penting untuk melatih kesiapan, kemampuan dan kepercayaan diri,
apabila memang harus menghadapinya.
Tema makalah ini memperkenalkan seluk- beluk yang mendasar dari olah raga
arung jeram dengan mengkhususkan penggunaan wahana perahu karet beserta
peralatannya, mempelajari kondisi sungai dan teknis berarung jeram serta
menghadapi kondisi darurat.
Sejarah ringkas Olah Raga Arus Deras.
Sudah sejak lama, sungai digunakan sebagai tempat transportasi, orang sudah
menggunakan rakit untuk penyebrangan sungai, perahu untuk transportasi
antar sungai.
Akan tetapi dengan menggunakan peralatan konvensional seprti itu maka sulit
untuk melewati sungai yang beriak besar, oleh karena itu orang membuat
perahu dari karet untuk mengarungi sungai-sungai yang banyak hambatan.
Sejarah arung jeram dimulai sejak jaman purba ketika manusia mulai
mengarungi sungai untuk mempertahankan hidupnya. Media perahu yang
digunakan juga bermacam-macam seperti batang pohon, bamboo, dll. Akhirnya
pada abad 19, John Mac Gregor mengembangkan kendaraan air ini untuk
rekreasi dan olahraga. Mulai tahun 1950 diproduksi perahu khusus arung
jeram dengan bentuk yang naik di bagian depan dan belakang dengan material
karet yang lebih kuat. Hingga tahun 1983 para rafter tidak memiliki pilihan
lain selain membuang air di dalam perahu dengan ember atau gayung setelah
perahu melewati jeram.
Setelah melalui riset intensif akhirnya tahun 1983 Jim Cassady berhasil
membuat perahu yang mampu mengeluarkan air sendiri dan disebut self bailer.
Kunci suksesnya adalah lantai yang diberi angin dan diberi lubang di
sekelilingnya. Lantai ini selalu mengapung diatas permukaan air sehingga
air akan keluar lewat lubang di sekelilingnya. Lantai ini kerap disebut
self bailing floor.
Perahu karet yang diisi dengan udara (inflatble boat) pertama kali
digunakan untuk kepentingan militer, akan tetapi pada perkembangan
selanjutnya perahu karet ini juga digunakan untuk sipil, baik oleh para
penjelajah alamalam ataupun untuk transportasi sungai.
Di pulau Kalimantan suku-suku Dayak telah mengarungi Sungai Mahakam atau
Kapuas dengan perahu bidak, yang juga terbuat dari batang pohon yang
dilubangi, juga suku-suku di pedalaman Irian yang hidup di sekitar Sungai
Mamberamo
Arung jeram pertama kali dilakukan oleh aktifis ITB yang tergabung dalam
WANADRI komisariat ITB, pada tahun 70-an. Pada waktu itu ORAD dilaksanakan
di sungai Citarum,denga penuh "heroik",maksudnya dengan peralatan seadanya.
Tidak seperti sekarang,pada waktu itu safety prosedur-nya belum diterapkan
dengan baik, akibatnya menorehjan lembaran hitam pada Olahrag Arus Deras
ini denganmeninggalnya 7 orang anggota WANADRI pada tahun 1975.
Dengan berkembangnya peralatan Arung Jeram, yang semakin baik, maka
prosedur penyelamatan sekarang juga semakin baik, dan menjadikan olahraga
arus deras ini banyak di minati masyarkat dengan dibukanya operator-
operator arum jeram di Indonesia, seperti di sungai Ayung di Bali, sungai
Citarik dan Cicatih di Sukabumi, Sungai Sad'an di susel dan masih bayak
lagi yang bermunculun kemudian, dan menjadikan arum jeram sebagai olah raga
yang "menantang" dan penuh "gaya".
Momen tersebut boleh dikatakan sebagai titik tolak perkembangan arung jeram
di Indonesia. para aktivis kegiatan ini sebagian besar adalah club-club
pencinta alam seperti Wanadri dan Mapala UI yang kemudian mengadakan
serangkaian kegiatan ekspedisi. Tanpa disadari, walaupun tidak terlalu
pesat, arung jeram telah mulai berkembang di Indonesia. Sebagian besar
penggiatnya menggunakan perahu karet dan beberapa club di Yogyakarta dan
Bandung juga mengembangkan kegiatan kayak dan canoe.
Ekspedisi Internasional pertama dalam bidang arung jeram dilakukan oleh
club Aranyacala Trisakti yang mengarungi sungai-sungai di negara bagian
California, Oregon dan Idaho, USA pada tahun 1992. Ekspedisi ini
dilanjutkan dengan tim wanitanya yang berangkat mengarungi Sungai Zambesi,
Zimbabwe di tahun 1994.
Jika sebelumnya perahu yang digunakan sebagian besar bukan untuk berarung
jeram, melainkan perahu bekas angkatan laut, perahu karet khusus arung
jeram mulai banyak digunakan di Indonesia bersamaan dengan masuknya arung
jeram komersiil di tahun 90-an. Arung jeram komersiil ini mulai dipelopori
oleh beberapa staff dari organisasi arung jeram internasional, Sobex
Expedition yang telah membuka Sungai Alas di Aceh Tenggara, secara pribadi
mereka memulai arung jeram komersiil di Sungai Ayung, Bali.
Melihat perkembangan yang sangat pesat dari kegiatan arung jeram pada era
90-an, beberapa pegiatnya mulai membutuhkan wadah komunikasi bagi para
pegiat kegiatan ini di Indonesia. pada tanggal 29 Maret 1996, berdiri
Federasi Arung Jeram Indonesia, yang dibidani oleh 30 club arung jeram baik
komersiil maupun amatir.
BAB II.
PERALATAN DAN PERLENGKAPAN
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam arung jeram dibedakan
menurut kebutuhan kelompok/regu dan lamanya waktu mengarungi sungai, yaitu
sebagai berikut:
II.1. PERALATAN REGU
II.l.l. PERAHU KARET
Perahu karet (Inflatable Raft) untuk keperluan olah raga arung jeram,
dibuat dari bahan karet sintetis sedemikian rupa sehingga kuat tetapi tetap
elastis. Hal ini dimaksudkan untuk menahan dari goresan dan benturan batu-
batu sungai.
Bentuk dan rancangan bagian buritan dan baluan dibuat agak mencuat agar air
tidak mudah masuk dan mampu menjaga kestabilan perahu ketika melewati ombak
besar. Biasanya perahu terdiri dari beberapa bagian tabung udara, hal ini
dimaksudkan apabila salah satu tabung perahu bocor /pecah, maka untuk suatu
saat tertentu perahu masih dapat mengapung. Ukuran panjang dan lebar perahu
biasanya 2 berbanding 1, dan ini sangat tergantung pada kapasitas berat
maksimum muatan perahu tersebut.
1. LCR (Landing Craft Rubber)
Perahu ini memiliki haluan mencuat dan bagian buritan berbentuk
seperti roket dan bagian tengah buritan bisa dipasangi mesin. Umumnya
perahu ini digunakan sebagai perahu patroli di laut maupun di sungai
arus tenang.
Contoh Perahu LCR
2. Oval
Perahu yang kerap digunakan adalah perahu oval. Perahu ini
dirancang dengan bagian buritan dan haluan mencuat ke atas agar air
tidak mudah masuk dan mampu menjaga kestabilan perahu ketika melewati
ombak besar. Ukuran panjang dan lebar perahu biasanya 2 banding 1 dan
ini tergantung pada kapasitas berat maksimum muatan.
Ukuran dan kapasitas muatan perahu oval :
" "Panjang "Lebar "Berat "Muatan (org)"Diameter (in)"
" "(ft) "(ft) "(kg) " " "
"I "13 "6,5 "43 "7 "17 "
"II "15 "7 "60 "10 "18 "
Perahu ini dibagi atas dua (2) golongan yaitu :
a. Non-self bailer
Perahu ini tidak dilengkapi dengan lubang-lubang pembuangan air,
sehingga air yang masuk kedalam perahu akan menggenangi perahu.
Karena itu perahu jenis ini harus dilengkapi ember atau gayung
untuk membuang air dalam perahu.
b. Self Bailing Floor
Perahu jenis ini dilengkapi dengan lantai yang dipompa dan lubang
pembuangan air. Air yang masuk ke dalam perahu otomatis akan keluar
dengan sendirinya.
Contoh Perahu Oval
3. Kataraf
Perahu ini dikembangkan oleh Geologis Rusia. Desain perahu ini sangat
sederhana dan diadaptasi dari perahu Katamaran yang digunakan di laut.
Perkembangan dari perahu jenis ini cukup pesat, hingga kini terdapat
lebih dari 50 macam.
Contoh Perahu Kataraf
II.1.2. DAYUNG
Dayung sebagai alat kayuh pada olah raga arung jeram sedapat mungkin dibuat
dari bahan yang kuat tetapi ringan; yaitu :
1. Dayung kayu, lebih berat dan kurang kuat dibanding bahan lain.
2. Dayung fiberglass, ringan tapi mudah pecah dan pecahannya bisa
berbahaya .
3. Dayung almunium dan plastik, ringan, kuat, mudah mengapung sehingga
banyak dipakai ntuk arum jeram..
Dayung yang dipergunakan oleh awak perahu, panjangnya berkisar antara
4,5 - 6 kaki. Tetapi umumnya adalah 5 - 5,5 kaki. Sesungguhnya faktor
penentu ukuran panjang dayung ada tiga hal, yaitu : besar badan dan
kekuatan awak, diameter tabung perahu, dan fungsinya, sebagai pendayung
awak atau pendayung kemudi atau kapten.
Tanpa memandang besar tubuh awak perahu dan ukuran perahu, dayung yang
digunakan oleh kapten adalah 5,5 - 6 kaki, sedangkan untuk awak perahu
ukurannya lebih pendek.
Contoh Dayung
II.1.3. POMPA DAN PERALATAN REPARASI
Pompa yang digunakan untuk mengisi tabung- tabung udara perahu harus selalu
dibawa pada saat mengarungi sungai. Sebab hal itu untuk menjaga bila udara
dalam tabung-tabung itu berkurang / kempes. Dimaksudkan dengan peralatan
reparasi berkaitan dengan reparasi pompa dan perahu (karena sobek,
berlubang dan lain-lain).
Contoh Pompa
Gambar Repair Kit
II.1.4. TALI
Perahu karet dilengkapi tali jenis karmantle sepanjang 40 meter yang
digunakan sebagai : tumpuan kaki, pengaman awak perahu dan tali jangkar.
II.1.5. PETA SUNGAI
Biasanya digunakan adalah topografi sungai. Bermanfaat sebagai petunjuk
memperkirakan situasi medan dan kondisi sungai yang akan diarungi, juga
daerah aliran sekitar sungai tersebut.
II.1.6. EMBER PLASTIK ATAU GAYUNG
Digunakan untuk menimba air yang masuk ke dalam bagian dalam perahu.
Biasanya penggunaan ember / gayung ini dilakukan apabila air yang masuk
masih relatif sedikit. Bila sudah terlalu banyak, untuk membuangnya lebih
efisien dengan membalikkan perahu, yang tentunya terlebih dahulu perahu
tersebut dibawa ke tepi. Pentingnya membuang air yang masuk ke dalam perahu
ini adalah agar perahu mudah dikendalikan.
II.1.7. PERLENGKAPAN P3K
Mutlak harus dibawa. Jenis dan jumlah obatnya dapat disesuaikan dengan
kondisi medan dan kebutuhan selama mengarungi sungai.
Flip Line.
Tali yang panjangnya kira-kira satu setengah meter hingga dua meter dengan
kedua ujungnya disimpul dan dikaitkan dengan karabiner. Kegunaannya adalah
:
a. Alat bantu untuk melepaskan perahu yang tersangkut.
b. Alat bantu untuk membalikan perahu (flip) / membalikan kembali perahu
ke posisi semula (flop).
Dry Bag
Alat ini digunakan untuk menyimpang barang-barang yang idak tahan air
seperti makanan, obat-obatan, dll. Bentuk dan ukurannya bermacam-macam.
Biasanya dry bag diikatkan di perahu atau di kaitakan dengan karabiner.
Sebaiknya muatan dalam dry bag tidak terlalu banyak agar tidak membebani
perahu.
Contoh Dry Bag
Karabiner
Karabiner berfungsi untuk mengaikan barang-barang pada perahu, sebagai alat
rescue, dll. Untuk kegiatan arum jeram sebaiknya digunakan karabiner
almunium, dan jika menggunakan karabiner screw date hendaknya berhati-hati
karena kuncinya mudah macet jika kemasukan pasir. Bila dirasa memungkinkan,
sebaiknya digunakan karabiner non-screw gate.
Rescur Rope / Tali lempar
Tali yang cukup panjang, lentur, ringan, bisa mengapung, dan cukup kuat.
Tali ini dibungkus dalam suatu wadah yang dilengkapi busa sehingga bisa
mengapung. Salah satu ujung tali ini menyatu dengan wadahnya. Mengenai
penggunaanya akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian river rescue..
Gambar Rescue Rope
II.2. PERLENGKAPAN PRIBADI.
II.2.1. PELAMPUNG
Jenis pelampung yang baik dan benar untuk arung jeram adalah pelampung yang
sesuai dengan ukuran postur tubuh, berisi gabus tebal (dapat berfungsi
sebagai penahan benturan terhadap benda keras). Kelayakan dapat dilihat
dari kualifikasi teruji dalam hal daya apung untuk berat maksimalnya.
Untuk kemungkinan menghadapi keadaan darurat, perlu dipertimbangkan
mengenai penggunaan pelampung dengan tambahan di bagian belakang kepala,
agar kepala tetap terapung tengadah, apabila ketika tidak sadarkan diri.
Untuk menjaga agar pelampung tidak naik atau mencuat ke atas saat
dipergunakan, maka bagian bawah pelampung dapat diikat ke pangkal paha atau
bagian badan lainnya yang memungkinkan.
Contoh Pelampung
II.2.2. PAKAIAN
Pakaian yang tepat untuk berarung jeram adalah pakaian yang memungkinkan
kita tetap leluasa dalam bergerak.
II.2.3. SEPATU
Untuk melindungi kaki dari kemungkinan terluka, gunakan jenis sepatu yang
dapat melindungi mata kaki, namun pergelangan kaki dapat tetap bergerak
bebas, termasuk memudahkan untuk berenang.
II.2.4. HELM (PELINDUNG KEPALA)
Mengarungi sungai berjeram dengan letak bebatuan yang tidak beraturan atau
sungai dengan derajat kesulitan yang tinggi, helm mutlak digunakan.
Tujuannya untuk melindungi kepala dari kemungkinan benturan benda keras.
Kriteria helm yang baik adalah kuat, ringan, tahan air, tidak mennganggu
pergerakan dan pandangan. Berdasarkan bahannya helm ada beberapa macam :
a. Helm fiberglass, ringan namun bila terantuk benda keras mudah pecah
dan pecahannya sangat berbahaya bagi pemakainya.
b. Helm plastik, lebih aman karena lentur dan tidak mudah pecah. Helm ini
banyak dipakai untuk arung jeram.
Contoh Helm
II.2.5. SURVIVAL KIT
Perlengkapan survival, harus selalu melekat di badan, tetapi usahakan
jangan sampai mengganggu gerakan kita. Biasanya terdiri dari pisau lipat,
korek api tahan air, dll. Sebagaimana disebut di atas, lamanya waktu
mengarungi sungai juga mempengaruhi barang yang harus dibawa. Jadi
peralatan tambahan diperlukan bila pengarungan memerlukan waktu sekurang-
kurangnya satu minggu, yaitu :
1. Handy talky untuk komunikasi dengan tim darat.
2. Container kedap air.
3. Bahan makanan.
4. Perlengkapan kemah.
5. Peralatan masak, makan, minum.
BAB III
SUNGAI
Secara umum sungai adalah tempat mengalirnya air serta sedimen yang berasal
dari daerah hulu di pegunungan hingga berakhr di hilir lautan. Sungai bisa
berarus deras tenang maupun deras.
Fungsi sungai sendiri adalah menampung dan mengalirkan air serta sedimen
dari daerah hulu sampai ke hilir dari sumber mata air, hujan, lelehan salju
ataupun sumber-sumber lain.
Bahasan akan berkisar pada aliran sungai serta gejalanya dan berbagai
ketrampilan yang dibutuhkan untuk pengarung jeram. Memerlukan latihan yang
sering dan berulang-ulang untuk jadi mahir membaca dan mengerti seluk beluk
mengenai karakter sungai. Bagaimanapun bagi pengarung jeram suatu
pengertian mengenai sifat dan dinamika sungai penting untuk diketahui.
Suatu saat, ketika kita melintasi suatu sungai, pertanyaan yang ada di
benak kita adalah : sungai itu lebar/sempit, berarus deras/lambat, debit
airnya besar/kecil, landai/curam, dsb. Jawaban kesemuanya adalah merupakan
faktor penyebab terjadinya jeram.
III.1. DEFINISI JERAM / RIAM
Jeram adalah bagian sungai dimana air mengalir dengan deras dan cepat dan
bertaburan diantara banyak batu dari berbagai ukuran dan seakaligus
membentuk turbulensi dan arus balik. Hal yang paling sulit ketika
mengarungi sungai adalah pada saat menjumpai jeram / riam. Tapi disitulah
kegembiraan biasanya muncul.
III.2. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA JERAM
Secara umum ada 4 faktor penyebabnya :
III.2.1. VOLUME AIR
Menunjukkan ukuran jumlah air yang melewati satu titik tertentu di sungai
dalam satuan waktu tertentu. Ukurannya cfs (cubiq feets per second). Data
mengenai volume air penting untuk diketahui, bilamana volume air tinggi
atau rendah, sehingga bisa memastikan apakah sungai bisa diarungi atau
tidak.
Kondisi terbaik mengarungi sungai ketika volume mencapai 800 - 10.000 cfs.
Biasanya ukuran volume air dapat dianggap sebagai tinggi air dan kekuatan
aliran sungai.
Di negara kita, situasi ini dapat terjadi pada bulan April s.d November.
Diluar bulan tersebut, sifat sungai akan cepat berubah secara drastis.
Sungai dengan vol. 800 - 10.000 cfs cenderung mudah dilalui, karena kendali
melalui jeram dan rintangan relatif lebih mudah dikuasai. Sebaliknya sungai
besar dengan vol diatas 40.000 cfs umumnya sulit dilalui dan
dihindari.Sekali terjebak dalam lengkungan ombak dan menabrak rintangan
batu, cenderung berakibat menghancurkan.
Untuk mengetahui jumlah volume / debit air suatu sungai pada suatu tempat
dapat diukur;
Mengetahui luas penampang sungai
Hal ini dapat dilakukan dengan mengukur lebar sungai pada satu titik,
kemudian mengukur kedalaman sungai setiap 5 meter dari satu titik ke titik
lainnya pada satu garis lebar sungai.
Mengetahui kecepatan arus sungai.
Arus air diukur dengan menghitung waktu tempuh yang diperlukan oleh suatu
obyek untuk menempuh suatu jarak tertentu.
Volume / debit air sungai dapat diketahui dengan mengalikan luas penampang
sungai dengan kecepatan arusnya. Untuk melakukan pengukuran volume/debit
air ini kita harus mencari tempat yang memungkinkan kita untuk dapat
menyeberanginya dengan mudah untuk mengukur kedalaman dan lebar sungai,
serta arus sungai yang relatif sama pada tempat kita mengukur volume/ debit
air sungai supaya tercapai akurasi yang tinggi.
III.2.2. TINGKAT KECURAMAN ALIRAN SUNGAI (GRADIENT)
Tingkat kecuraman / kemiringan aliran sungai menunjukkan nilai rata-rata
penurunan dalam suatu jarak tertentu. Setiap sungai pada jarak tertentu
mempunyai tingkat kecuraman yang berbeda. Kadang tajam dan sebaliknya
mendatar. Kecuraman bisa dianggap sebagai petunjuk kasar tingkat kesulitan
dan kecepatan alur aliran sungai.
Sungai dengan tingkat kecuraman lebih kecil dari 10 kaki per mil biasanya
alirannya lambat dan mudah untuk dilalui, sebaliknya bila mencapai 20 kaki
atau lebih per mil baisanya arusnya cepat, berbahaya serta sulit
dilalui.Untuk mengetahui tingkat kecuraman / kemiringan (gradient) suatu
sungai dapat dilihat pada topografi sungai tersebut.
Sedangkan penggolongan sungai berdasarkan kecuramannya adalah sebagai
berikut :
a. Gradien 0-4 m/km umumnya berarus tenang, tidak memiliki daerah yang
berbahaya.
b. Gradien 5-10 m/km umumnya beriam-riam dan cukup ideal sebagai medan
arum jeram.
c. Gradien 10-15 m/km umumnya berbahaya untuk diarungi dengan perahu
karet tapi hal itu masih di mungkinkan.
d. Gradien 5-20 m/km umumnya sudah tidak dimungkinkan lagi untuk diarungi
dengan perahu karet namun masih dimungkinkan untuk diarungi dengan
perahu kayak.
e. Gradien diatas 20 m/km umunya tak bisa diarungi karena memliki air
terjun dan riam ganas yang panjang dan sambung-menyambung.
III.2.3. TONJOLAN DASAR SUNGAI (ROUGHNESS)
Letak batuan atau tonjolan di dasar sungai yang tidak beraturan
mengakibatkan turbulensi aliran arus sungai. Semakin tak beraturan letak
batu di dasar sungai, semakin besar turbulensinya (putaran air ke hilir).
III.2.4. PENYEMPITAN LEBAR PENAMPANG SUNGAI (CONSTRICTION)
Penyempitan lebar penampang sungai, diakibatkan oleh pendangkalan dan
kejadian alam lainnya. Semakin sempit aliran sungai, semakin deras arus air
mengalir.
III.2.5 Tinggi muka air.
Selain volume air, tinggi muka air (TMA) air perlu diperhitungkan karena
bentuk riam sungai berubah-rubah tegantung tinggi muka airnya. Di indonesia
TMA dihitung dalam satuan meter dengan batasan sebagai berikut.
a. TMA minus : air surut
b. TMA nol : air normal
c. TMA plus : air tinggi
lll.3. Rintangan.
Jeram adalah arus yang melintasi suatu rintangan. Larakteristik jeram
ditentukan oleh debit air,TMA,gradien, dan rintangan (ubtackes). Makin
besar debit air, makin curam, jeram terbentuk makin ganas. Rintangan-
rintangan mampu membentuk :
III.3.1. Aliran utama.
Setiap lintasan sungai mempunyai satu aliran utama, umunya terdapat pada
bagian sungai yang terdalam, dan cenderung berada di tengah-tengah lintasan
sungai dan merupakan bagian yang paling kuat arusnya. Ciri-cirinya sebagai
berikut :
a. Merupakan lidah air yang paling besar dalam setiap lintasan.
b. Membentuk ombak yang paling tinggi diantara ombak-ombak yang lain
dalam satu lintasan.
c. Arusnya paling cepat, jika tehalang oleh batu atau rintangan lain yang
menjorok ketengah sungai akan membentuk arus balik (eddy) di belakang
lintasan tersebut.
Aliran utama merupakan bagian dari lintasa sungai yanga paling baik untuk
diarungi. Pertimbangannya adalah sbb :
a. Paling dalam, perahu tidak mudah tersangkut rintangan.
b. Paling cepat, menghemat tenaga awak perahu.
c. Paling aman, rintangan paling sedikit.
d. Paling menyenangkan, salah satu kegembiraan pada arung jeram adalah
menaiki puncak-puncak ombak yang tinggi.
III.3.2 KOMPONEN JERAM/RIAM
Bagian dari jeram/riam, terdiri dari beberapa komponen, sebagai berikut:
III.3.2.1. LIDAH AIR (THE TONGUE)
Terbentuk dari dua alur yang terhambat batu dan bertemu membentuk huruf 'V'
yang mengarah ke hilir. Bila terdapat lebih dari satu lidah air,maka yang
terbesar merupakan jalur utama yang sebaiknya dipilih. Biasanya setelah
melalui lidah air, pada ujung lidah air akan diikuti oleh ombak besar yang
teratur.
gambar .1.Lidah Air
III.3.2.2. OMBAK BERDIRI (STANDING WAVES)
Benturan akhir arus kuat yang mengalir ke bawah dengan arus lambat yang
mengalir secara mendatar di dasar sungai membentuk gelombang ke atas yang
permanen dan yang disebut sebagai ombak berdiri. Ombak berdiri yang
mencapai ketinggian lebih dari 3 meter disebut haystacks. Rangkaian ombak
berdiri diawali oleh ombak yang lebih besar dan tinggi yang berangsur-
angsur menjadi rendah. Selagi perahu melewati bagian ini, usahakan bagian
haluan masuk dalam posisi lurus dan dayung mundur akan membantu perahu
masuk melewati ombak yang berikutnya. Jika terpaksa harus melakukan ferry,
maka hindari ketika perahu dalam posisi naik, dengan kata lain ferry
dilakukan saat perahu menuruni ombak.
Perlu diketahui, bahwa deretan ombak yang curam dan bagian puncaknya
terpecah, sebaiknya dihindari karena turbulensi/putaran baliknya sangat
kuat, tetapi ombak dengan puncak yang relatif mendatar merupakan alur yang
aman, sebab perahu dapat naik di atasnya.
gambar 2. Standing Waves
III.3.2.3. ARUS BALIK (REVERSAL / HOLES / STOPPER)
Menggambarkan aliran sungai yang mengayun keatas dan berputar ke belakang
dengan sendirinya. Secara umum terdapat 3 bentuk arus balik sebagai berikut
: 1. Disebabkan oleh batu yang berada di
bawah permukaan air dan menghambat aliran air, mengakibatkan permukaan
berikutnya berputar ke belakang dari bawah. Reversal ini menghasilkan buih-
buih yang tersebar dan mengalir ke atas dan mendatar kebawah. Reversal
kecil ini, dapat sementara menahan perahu untuk berhenti, tetapi reversal
besar dapat membuat perahu terbalik dan awak perahunya tenggelam dan mati.
Sedapat mungkin jenis reversal ini dihindari tetapi bila terlanjur masuk,
usahakan agar perahu masuk lurus dan dayung maju sekuat-kuatnya dilakukan
serempak agar mencapai arus maju di dasar sungai dan sekitarnya sehingga
dengan segera dapat keluar dari radius reversal ini.
gambar 3. Reversal
2. Hydraulic, merupakan reversal yang disebabkan oleh aliran yang turun
secara vertikal. Jenis reversal ini hampir sama dengan reversal di atas,
tapi daya putarnya lebih kuat. Hydraulic sangat berbahaya, karena bisa
membalikkan perahu dan menenggelamkan awaknya.
gambar 4. Hidraulic
3. Back Curling Standing Wave, merupakan reversal yang ujung lidahnya
bergelombang melengkung ke belakang. Arus balik ini dengan mudah dapat
membalikkan perahu. Biasanya gelombang bentuk ini berpasangan dan ombak
pertama dapat mengangkat perahu dan ombak berikutnya memutar dan
membalikkannya. Untuk mencegah kejadian ini, dayung korektif yang kuat
untuk menahan gaya putar pada ombak pertama tadi.
gambar 5. Back Curling
III.3.2.4. PUSARAN AIR / ARUS BALIK (EDDIES)
Menunjukkan suatu tempat, dibalik batu dimana arus sungai berhenti dan
mengalir ke arah hulu.
Daerah turbulensi antar suatu pusaran air dengan arus ke hilir biasanya
ditandai dengan air melingkar dan bergelembung dan ini biasa disebut
sebagai garis atau batas pusaran air / eddies. Jika tenaga pusarannya
begitu kuat, maka batas pusaran menjadi putaran turbulensi yang berbahaya
karena dapat menarik perahu berputar-putar dan terbalik.
Pusaran air banyak dijumpai di air yang mengalir cepat secara beruntun dan
dihadang batu besar yang terletak di bagian tengah atau tepi sungai.
Bermanfaat sebagai tempat beristirahat atau sebagai tempat mengamati
kondisi sungai di bagian hilir.
gambar 6. Eddies
III.3.2.5. BELOKAN (BENDS)
Belokan sungai perlu dipelajari karena merupakan dasar untuk memasuki
belokan jeram / riam yang terletak di antara sela batu. Pada belokan
sungai, arus yang cepat dan aliran yang dalam terdapat pada lingkaran
bagian luar belokan sungai, antara lain akibat adanya kekuatan centrifugal,
karenanya permukaan aliran arus yang berbelok cepat, sebaiknya yang dilalui
bagian dalamnya. Perahu yang terperosok dan terlanjur masuk ke ke aliran
tepi belokan sungai, kerap kali tidak ada pilihan lain untuk keluar dan
baisanya kemungkinan akan terhempas atau menabrak bagian tepi sungai.
gambar 7. Bends
III.3.2.6. AIR DANGKAL (SHALLOWS)
Kerap kali dijumpai pada penampang sungai yang melebar, memaksa awak perahu
untuk memilih serta mencari dengan berbagai cara dan hati-hati, untuk
memilih berbagai jalur untuk lewat. Ketika sedang mengamati berbagai jalur
di antara air dangkal, maka yang perlu diingat sebagai petunjuk bahwa
permukaan air dengan ombak yang besar biasanya menunjukkan aliran / alur
sungai yang terdalam dan memiliki arus yang cepat, masuklah ke jalur ini.
Jika suatu tepi sungai permukaannya tinggi, sedang lainnya rendah, maka
jalur yang dipilih terletak mendekati tepi yang tinggi. Tempat-tempat yang
perlu dihindari adalah dimana aliran sungai yang berombak kecil-kecil,
karena merupakan tanda yang kuat bahwa tempat tersebut dangkal.
lll.4. SKALA TINGKAT KESULITAN SUNGAI
Dengan berbekal pengetahuan tentang sifat dan dinamika sungai di atas maka
dengan segera kita dapat mengatisipasi pada saat tertentu, saat kita berada
dalam kesulitan.
Kondisi yang menyatakan bahwa sungai berjeram itu sulit atau tidak,
ditunjukkan melalui skala tingkat kesulitan sungai. Saat ini ada 2 skala
yang dikenal dalam olahraga arung jeram, yaitu :
III.4.1. INTERNATIONAL SCALE
Angka ukurannya adalah I s.d. VI; I = mudah dan VI = amat sulit dan tidak
mungkin dilalui. Angka skala kesulitan ini berlaku dan digunakan di sungai-
sungai Amerika Utara dan juga daratan Eropa.
III.4.2. WESTERN SCALE
Angka skala ini diperkenalkan oleh penguasa Grand Canyon di Amerika yaitu
Doc Marston. Ukurannya berkisar 1 s.d 10. Angka skala ini umumnya hanya
digunakan di sungai bagian Barat Amerika, salah satunya Colorado.
"INTERNATIONAL "WESTERN "DESCRIPTION "
"SCALE "SCALE " "
" " " "
"0 "I "Air mendatar dan tenang "
"1 -2 "II "Ombak bergelombang kecil, mudah dan tidak"
" " "ada rintangan /hambatan yang berarti. "
" " "Lintasan jalur/ alur sungai sangat jelas "
"3-4 "III "tingkat kesulitan jeram agak moderat, "
" " "sedang, dan lintasan jalur/alur sungai "
" " "sangat jelas. Memerlukan pengalaman yang "
" " "cukup ditambah perlengkapan dan perahu "
" " "yang memadai. "
"5-6 "IV "Sulit, ombak bergelombang tinggi dan tak "
" " "beraturan, berbatu-batu, banyak pusaran "
" " "air,jeram berlintasan sangat jelas tapi "
" " "sempit. Untuk mengarunginya dibutuhkan "
" " "keahlian meng-kendalikan perahu. "
"7-8 "V "Sangat sulit,aliran sungai berjeram "
" " "panjang dan berturut-turut dan berombak "
" " "kuat,tak beraturan dan banyak batuan yang"
" " "membahayakan, pusaran air yang "
" " "berbuih-buih,lintasan sulit "
" " "diintai.Diperlukan kendali yang tepat dan"
" " "cepat.Diutamakan awak perahu yang "
" " "berpengalaman dan perlengkapan yang "
" " "terbaik. "
" " " "
"9-10 "VI "Teramat sangat sulit,jeramnya sulit "
" " "dikendalikan berbahaya dan berturut-turut"
" " "sepanjang jarak tertentu.Diantara awak "
" " "perahu tidak ada kesempatan saling "
" " "menyapa,karena setiap saat dihadapi arus "
" " "berbahaya,aliran yang sangat "
" " "curam.Kondisi seperti ini sangat "
" " "memerlukan awak perahu dan perlengkapan "
" " "yang terbaik.Seluruh awak harus "
" " "berhati-hati dan tetap waspada. "
" " " "
"U " "Sama sekali tidak mungkin dilalui. "
BAB IV
PENGETAHUAN DASAR BERARUNG JERAM
Ketrampilan berarung jeram memerlukan waktu untuk berkembang. Kemampuan
membaca sifat sungai semata-mata tidak hanya tergantung pada kemampuan
intelektual, tetapi juga seringnya mempelajari dan mengarungi sungai itu
sendiri. Dengan kata lain, kemampuan mengendalikan perahu memerlukan
pengertian dan pemahaman tentang segala teknik mendayung dan banyak
latihan. Jadi pada dasarnya merupakan gabungan antara pengetahuan teoritis
dan pengalaman.
Bagi pemula, sungai tenang merupakan pilihan tempat berlatih, berangsur-
angsur meningkat pada sungai yang makin sulit jeramnya. Berikut beberapa
petunjuk pengetahuan dasar berarung jeram :
IV. 1. TEKNIK MENDAYUNG
Secara umum perahu karet dikendalikan dengan dua cara :
1. Hanya seorang yang mendayung dengan dua buah dayung panjang. Pendayung
itu sekaligus berfungsi sebagai kapten di perahu tersebut. Sistem ini
disebut OAR TECHNIQUES.
2. Seluruh awak mendayung dan seorang sebagai kapten. Sistem ini disebut
PADDLERAFT TECHNIQUES . Dan selanjutnya teknik inilah yang akan dijelaskan
disini.
IV.1.1. MENGATUR POSISI DUDUK PADA PERAHU KARET
Duduk di perahu karet sebenarnya tidak ada aturan mutlak, karena tergantung
dari rasa keseimbangan dan kenyamanan yang dipunyai oleh tiap awak perahu.
Namun begitu cara duduk yang dikenal selama ini ada dua : Pertama dengan
duduk seperti menunggang kuda (Cowboy style) dimana kedua kaki menjepit
lingkaran tabung udara perahu. Sedang cara kedua adalah seperti orang
perempuan duduk membonceng sepeda motor, dimana kedua kaki masuk ke bagian
dalam perahu.
Bagi awak perahu yang memilih duduk dengan cara cowboy style harus selalu
waspada dan segera menarik kaki bagian luar ke dalam ketika perahu akan
menabrak batu. Pada pengaturan posisi awak perahu diusahakan membagi
kekuatan secara seimbang antara kedua sisi perahu, dan bila jumlahnya
ganjil, maka ada yang duduk di buritan perahu untuk bertindak sebagai
kapten dan mengemudi, mengarahkan perahu ketika satu sisi atau lainnya
mendayung tidak serempak.
IV.1.2. GERAK DAN ARAH MENDAYUNG
Dalam mendayung tidak perlu berlebihan tanpa arah yang tepat. Tetapi kalau
memang dibutuhkan tambahan kecapatan, maka masukkan gagang dayung ke dalam
air dan kayuh dengan tenaga penuh. Pada kesempatan ini otot perut dan
tangan dikerahkan untuk mendapatkan tenaga yang optimal dan efektif.
Gerakan dan arah mendayung yang perlu dipahami oleh semua awak perahu
adalah sebagai berikut :
1. Dayung Maju (Forward Strokes).
Dimulai dengan mendorong daun dayung ke muka dengan tangan sebelah luar.
Kemudian tahan sebentar posisi ini dengan kuat dorong pegangan dayung ke
muka untuk menekan daun dayung dalam-dalam ke air. Lanjutkan mendayung
dengan mendorong pegangan sekaligus menarik gagang dayung, dengan
mempertahankan daun dayung pada sudut yang benar sehingga dayung berada di
bawah pantat. Keluarkan daun dayung kemudian putar daun dayung sejajar
permukaan air. Ulangi lagi. Ini sering disebut dengan dayung kuat. Jenis
mendayung maju lain adalah dengan menempatkan dayung lebih ke luar.
2. Dayung Balik (Back Stroke).
Kebalikan dari forward stroke. Celupkan daun dayung ke dalam air sehingga
jauh ke belakang pantat, kemudian dorong gagang ke muka sambil menarik
pegangan ke belakang dan gerakan ini berakhir ketika daun dayung berada
pada posisi awal dayung maju.
gambar 8. Dayung maju dan dayung balik
3. Dayung Tarik (Draw Stroke)
Dilakukan dengan menancapkan daun dayung jauh ke samping dan kemudian tarik
ke arah perahu dengan lurus.
4. Dayung Menyamping (Pry Stroke)
Merupakan kebalikan dari dayung tarik dan merupakan pelengkap untuk
mengendalikan perahu dan biasanya dilakukan kapten yang duduk di buritan
untuk mengendalikan perahu.
gambar 9. Dayung tarik dan dayung samping
"Pedayung sebelah kiri "Pedayung sebelah kanan "
"Bergeser ke kanan "
"Dayung didorong dari arah dalam "Dayung ditarik dari arah luar ke "
"keluar. Tangan kiri mendorong, "sisi perahu sebelah dalam. Tangan "
"tangan kanan menarik "kiri mendorong, tangan kanan "
" "menarik. "
"Bergeser ke kiri "
"Dayung ditari dari arah luar ke "Dayung didorong dari arah dalam "
"sisi perahu. Tangan kiri menarikm "keluar. Tangan kiri menarik, "
"tangan kanan mendorong. "tangan kanan mendorong. "
IV.1.3. KOMANDO DAN KAPTEN
Berarung jeram memerlukan tindakan dan keputusan yang cepat dan tepat
karena setiap awak perahu memerlukan seorang pemimpin / kapten untuk
menyatukan tindakan seluruh awak. Seorang kapten tidak perlu harus memiliki
status atau kekuatan tertentu, tapi harus pandai membaca situasi sungai;
dia merupakan seorang awak, yang untuk sementara bertindak mengendalikan
perahu melalui instruksi-instruksi. Yang paling menyenangkan apabila semua
mendapat kesempatan menjadi kapten. Bagi pemula, menjadi kapten berarti
mempercepat proses peningkatan kemampuan dan ketrampilan berarung jeram.
Mengingat perlunya komunikasi yang seragam antar awak perahu dengan kapten,
secara sepakat harus disetujui adanya sejumlah komando ulang jelas dan
singkat :
"MAJU", berguna untuk mempercepat laju perahu ke depan dengan cara
seluruh awak mendayung ke depan bersamaan dan skipper tetap
mempertahankan sudut laju perahu.
"KUAT", berguna untuk menambah kecepatan perahu dengan cara
meningkatkan tenaga untuk mendayung dengan bilah dayung dibuang jauh
kedepan dan ditarik ke belakang dalam waktu yang singkat.
"KIRI BALIK", berguna untuk mebelokan perahu ke kiri dengan cara awak
perahu yang duduk di sebelah kanan mendayung maju sedangkan awak
peruhu di sebelah kiri mendayung mundur.
"KANAN BALIK", berguna untuk membelokan perahu kekanan, caranya
kebalikan dari kiri balik.
"STOP", digunakan untuk memberhentikan dayungan awak perhau kecuali
skipper, bukan untuk menghentikan laju perahu. Fungsinya untuk
mempermudah skipper melakukan manuver atau untuk mengistirahatkan awak
perahu.
'PINDAH KIRI/KANAN", digunakan untuk menghindaru perahu terbalik
(flip) atau menempel di stopper (wrap). Caranya adalah kapten
mengindtruksikan awak perahu di kanan untuk pindah ke kiri (pindah
kiri) atau sebaliknya untuk pindah kanan. Instruksi ini harus cepat
dilaksanakan karena kalau terlambat biasa mengakibatkan perahu flip
atau wrap/ tersangkut.
"PINDAH DEPAN/BELAKANG", prinsipnya sama dengan pindah kiri / kanan,
hanya sekarang gerakannya ke depan / belakang.
"TARIK KANAN / KIRI", berguna untuk menggeser posisi perahu ke kiri
atau kanan dengan sudut lagu perahu tidak berubah. Untuk tarik kanan,
awak perahu sebelah kanan mendayung dari arah luar ke dalam sedangkan
yang kiri dari arah dalam ke luar. Begitu kuga sebaliknyauntuk tarik
kiri.
"BOOM', digunakan bila perahu akan menabrak suatu tebing sehingga awak
perahu diharap berhati-hati. Digunakan juga ketika perahu melewati
semacam rintangan yang menjorok ke sungai seperti batang pohon, awak
perahu harus harus menunduk serendah mungkin agar tidak terkena
rintangan itu. Pada aba-aba boom awak perahu diharapkan memegang
taliyanga ada dalam perahu untuk menjaga kemungkinan awak terjatuh
karena benturan perahu atau tersangkut rintangan
IV.1.4. MANUVER
Ferry merupakan teknik dasar manuver. Digunakan ketika melewati belokan
sungai dan menghindari hambatan / rintangan jeram.
Ada 2 macam ferry, haluan mengarah ke hulu (Bow Upstream ferry) dan haluan
mengarah ke hilir (Bow Downstream ferry).
Bow Upstream ferry dilakukan dengan dayung maju dan mengarah posisi perahu
ke hulu dengan sudut 45 derajat, terhadap aliran arus dan perahu akan
menuju arah yang diinginkan. Sebaliknya Bow Downstream ferry dilakukan
dengan dayung balik dan mengarahkan buritan ke hulu dengan sudut 45 derajat
menuju arah tempat yang diinginkan.
Jika kecepatan perahu ke hilir ingin diperlambat, maka lakukan Bow Upstream
ferry dengan sudut kurang dari 45 derajat dan sebaliknya perbesar sudut
hingga tepat atau mendekati aliran alur sungai. Umumnya sudut ferry sebesar
45 derajat adalah sudut optimum. Sudut ferry adalah sudut antara perahu
dengan arah aliran sungai bukan dengan tepi sungai. Pada aliran pelan
sangat mungkin melakukan ferry lurus memotong aliran arus air, tetapi
dengan arus cepat, kebanyakan usaha memotong aliran arus dilakukan dengan
ferry bersudut ox sampai 45 derajat.
gambar 10. Manuver
IV.2. PENGINTAIAN (SCOUTING)
Pengintaian untuk mengamati jeram yang belum dikenal, selelu dipandang
sebagai tindakan yang bijaksana, khususnya bagi pemula. Pengintaian
sejumlah jeram meliputi pencarian tempat mendarat yang aman, bebas dari air
yang menyulitkan. Semua dilakukan dengan berjalan sepanjang tepi sungai
untuk mengetahui dan menemukan bagaimana kesulitan dan bahaya yang mungkin
akan dihadapi dalam berarung jeram. Sekali diputuskan untuk melewati jeram
tertentu, maka usahakan seoptimal mungkin lewat jalur terbaik dan aman.
Pentingnya melakukan pengintaian terhadap situasi sungai berjeram karena
berhubungan dengan beberapa faktor penentu untuk memutuskan untuk melewati
jeram tertentu atau tidak. Adapun factor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Panjang, kesulitan dan bahaya jeram yang bersangkutan.
2. Bagaimana sifat-sifat air yang berada di bawah jeram.
3. Kesanggupan dan kemampuan awak perahu untuk menyelamatkan diri pada
jeram yang sulit.
4. Persiapan mental seluruh awak.
CATATAN: Biasanya awak perahu terdiri dari orang-orang berpengalaman,
tetapi kadang-kadang lebih banyak yang bersumber pengalaman dan karena itu
pemula seharusnya tidak ikut berarungjeram bila peralatan pengaman tidak
cukup memadai, dan dalam kondisi seperti ini, mutlak pengarungan harus
ditunda atau dibatalkan. Tahap selanjutnya setelah melalui pengintaian
adalah berembuk merencanakan jalur pengarungan.
IV.3. PERENCANAAN JALUR (PLANNING A COURSE)
Sebelum melewati jeram, rencanakan dahulu jalur mana yang mungkin dipilih,
karena bila diamati dengan seksama ada banyak alur jeram yang secara
langsung merupakan rintangan yang harus dihindari. Pilih jalur termudah.
Dengan melewati suatu jalur jeram yang tepat, berarti jeram yang dilewati
tersebut tidak perlu dengan melakukan manuver yang berlebihan. Cukup
mengikuti kecepatan aliran arus air yang ada pada jeram tersebut.
Pada aliran yang bertenaga kuat, minimumkan usaha manuver, karena manuver
cenderung memepercepat keadaan perahu terbalik. Sebab akhir dari aliran
arus yang kuat membentuk ombak dan gelombang yang tinggi.
Dalam memutuskan suatu jalur tetentu, resiko melakukan kesalahan harus
diperhitungkan. Kerap kali setelah kita menentukan suatu jalur, berulang
kali harus diamati dari mulut hingga kaki lidah air.Setelah berhasil
melalui alur diantara batu-batu, maka jalur-jalur tersebut dipelajari dan
diingat kembali untuk digunakan sebagai pegangan / patokan dalam
pengarungan selanjutnya.
gambar 11. Merencanakan jalur
IV.4. Lining dan Portaging
Lining digunakan bila jeram tak dapat dilalui sama sekali. Caranya dengan
menuntun perahu dari pinggir sungai dengan semua awak perahu berjalan kaki
di tepi sungai. Cara ini dilakukan bila tepian suangai bisa dilalui dengan
jalan kaki. Bila tak dapat dilalui, maka harus melakukan portaging.
Portaging artinya mengangkat perahu bersama-sama baik perahu dikempiskan
dulu atau tanpa dikempiskan. Portaging dilakukan bila tepian sungai sulit
dilewati dengan berjalan kaki seperti tabing curam, dll. Cara ini juga
ditempuh pada awal pengarungan dengan membawa perahu dari darat ke sungai
atau saat mengakhiri pengarungan dengan memaw perahu dari sungai ke darat.
Portaging bisa dilakukan dengan menjinjing perahu, diltekan ke pundak, atau
dilitakan di kepala(overhead).
IV.5. MENGHADAPI KEADAAN DARURAT
Suatu keadaan darurat dalam olah raga arung jeram disebabkan beberapa hal
sebagai berikut:
IV.5.1. MENABRAK BATU
Menabrak batu yang muncul di permukaan air, umumnya jarang berakibat fatal
bila diatasi dengan cepat dan tidak panik. Jika tabrakan dengan batu tak
mungkin dihindari, maka arahkan haluan ke batu tersebut. Akibat dari
tindakan ini, perahu akan terhenti sesaat dan arus di sekitar batu akan
memutar perahu dan bagi awak perahu yang kurang waspada biasanya akan
terpental dari perahu. Lakukan langkah-langkah pengamanan dengan posisi
siap mendayung untuk keluar dari situasi berbahaya lebih lanjut, di sebelah
hulu.
gambar 12. Wrapped
IV.5.2. MENEMPEL DI BATU
Bilamana perahu menabrak batu pada sisi kiri / kanan maka seluruh awak dari
sisi lainnya harus segera berpindah ke sisi dimana perahu itu menempel di
batu. Dorongan arus yang kuat dari hulu akan mengengkat naik perahu dan
menempel di batu.
IV.5.3. TERBALIK
Bila perahu akan terbalik waspada dan hati-hatilah terhadap bahaya
berikutnya, baik terhadap benda-benda keras di dalam perahu atau batu itu
sendiri. Jika perahu akibat dari tabrakan itu terbalik, maka segera
melompat kearah yang bebas dan aman. Bagi awak perahu yang tidak dapat
segera lepas dari perahu yang terjebak, tertutup dalam bagian perahu yang
terbalik. Segera keluarlah pada situasi seperti ini, sehingga akan
terhindar dari benturan batu bagian bawah yang tidak terlihat.
CATATAN : Bila menabrak batu dengan haluan di muka, reaksi dan respon orang-
orang di buritan harus segera berpindah ke tengah, dengan demikian perahu
akan terhindar dari terbalik atau terangkat menempel di batu.
Perahu yang terbalik dan tidak dapat segera dikembalikan ke posisi semula
dengan ringan / mudah, maka tali dan tenaga aliran sungai dari hulu dapat
membantunya, dan ini dilakukan setelah perahu bebas dari aliran arus yang
kuat dan berjeram.
Awak perahu naik ke sisi perahu yang mengarah ke hulu. Setelah perahu
dimiringkan dengan bantuan tali, arus sungai dari bagian hulu akan membantu
mendorong bagian bawah yang memutar perahu untuk dan mudah dibalikkan
kembali.
gambar 13. Membalikkan perahu
IV.5.4. Beberapa kondisi yang mungkin terjadi.
Masuk ke belokan sungai, sudut laju perahu diarahkan sesuai belokan.
Masuk ke jeram, usahakan posisi perahu stabil dengan mengarah ke depan
sesuai aliran utama.
Masuk sungai berbatu-batu dan dangkal, dayung lebih kuat dengan perahu
tetap pada aliran utama agar perahu tidak tersangkut.
Masuk hole, lakukan scouting, bia sudah siap perahu harus di dayung
kuat agar tidak flip dan usahakan perahu tetap mengarah ke depan
sesuai dengan aliran utama.
Menabrak batu dan tabing sungaim teriakan boom, awak perahu
berpegangan pada tali di perahu, serta selalu waspada akan kemungkina
perahu flip.
Menemperl di batu / wrap, bisa dengan memindah beban ke bagian yang
tidak tersangkut agara bagian perahu yang tersangkut terangkat,
mendayung lebih kuat di satu sisi perahu, menancapkan dan menahan
dayung pada aliran utama untuk memutar perahu, mengoyang-goyangkan
perahu agar bergeser dari tempat semula (namun cara ini beresiko
merusak perahu), turun dari perahu dan menggeser perahuke aliran utama
(bisa dilakukan bila keram tidak terlalu ganas), dan alternatif
terakhir adalah mengempiskan perahu agar mudah lepas dari stopper.
Cara ini biasanya dilakukan bila perahu tersangkut pada undercut dan
aliran arus menuju undercut cukup kuat sehingga perahu sulit ditarik.
IV.5.4. BERENANG DI JERAM
Bila awak perahu terlempar dari perahu, berteriaklah agar diketahui oleh
teman yang lain. Berenanglah ke arah tepi atau ke arah perahu. Posisi
berenang yang benar pada sungai yang berjeram dan berbatu yaitu dengan muka
menghadap ke hilir. Tetapi pada jeram tanpa batu, posisi berenang adalah
mendatar di atas perut seperti biasa. Bagaimanapun saat berenang harus
memperhatikan rintangan atau hambatan batu di depan, perhitungkan arah arus
agar dapat menghindar terhadap rintangan berikutnya.
Kemampuan yang wajib dimiliki seorang rafter karena ia harus bisa
menyelamatkan diri terlebih dahulu sebelum diselamatkan atau menyelamatkan
orang lain. Cara yang tepat untuk menyelamatkan diri sendiri adalah
menguasai teknik berenang sesuai kondisi air
Teknik dasar berenang di jeram :
1. Tetap tenang dan jangan panik
2. Berenang gaya bebas jika memungkinkan (lewat dari jeram / arus tenang)
3. Kaki diangkat ke permukaan air
4. Kaki di depan (hilir) sebagai perisai terhadap rintangan yang ada.
5. Pandangan ke depan (hilir), waspadai rintangan yang ada.
6. Tangan di samping digerakkan (dikayuhkan) untuk berenang menuju tempat
yang aman (bila memegang dayung, bisa digunakan untuk menggerakkan ke
tempat yang akan dituju).
7. Putar kepala ke kanan atau kiri kalau ada ombak (agar air tidak masuk
ke hidung / mulut).
8. Bernafas di lembah gelombang.
gambar 14. Berenang di jeram
Hal – hal yang harus diperhatikan :
1. Berenang di ombak
Usahakan berenang ke pinggir sungai atau ke eddies terdekat. Hindari
hole dan rintangan-rintangan yang berbahaya.
2. Berenang di hole
Berenang biasa mencari air jatuh.
Setelah terasa di air yang jatuh, badan dibulatkan, lutut dan
dagu bersatu dan tangan memegang lutut.
Setelah merasa di arus deras di bawah sirkulasi, segera
berenang menuju permukaan.
3. Cara berenang dari eddy ke eddy
Caranya sama dengan berenang di jeram hanya ditambah pengendalian diri
untuk masuk ke eddy.
4. Cara naik ke perahu
Pegang ring / tali / tabung di sisi perahu dan hentakkan badan ke atas
perahu, atau dengan memasukkan bagian badan dan kepala ke air terlebih
dahulu, kemudian hentakkan badan ke atas perahu. Cara ini lebih baik
karena hentakkannya lebih kuat dan panjang.
5. Berenang di strainer
Strainer di sini adalah rintangan yang melintang memotong sungai,
seperti pohon tumbang. Kita harus berenang cepat menuju strainer lalu
menghentakkan badan dengan tangan untuk melalui strainer dari atas.
6. Berenang di undercut
Undercut adalah celah pada tebing bagian bawah yang dialiri air
sungai. Cara menghindari dari undercut adalah dengan berenang sekuat
tenaga menjauhi undercut, membentuk sudut 450 melawan arus ke kanan
atau kiri. Jika kita sudah terlalu dekat dengan undercut, balik badan
pada posisi telentang, angkat kaki tinggi-tinggi, jauhi tubuh dari
dinding dengan menendang-nendang dinding undercut
Jika tidak berhasil atau setengah badan sudah tersedot, gunakan tangan
untuk mendorong supaya kita tetap berada di luar atau berpegangan pada
tebing. Kalau badan seluruhnya sudah masuk ke dalam undercut, segera
peluk kedua dengkul, tundukkan kepala, tunggu beberapa detik, jangan
melawan dengan harapan badan kita tetap berada di arus utama dan
terseret ke luar.
7. Berenang menggunakan dayung
Posisi badan telentang dengan kaki diangkat menghadap hilir. Tangan
memegang dayung dengan digerak-gerakkan ke kiri jika ingin ke kanan
dan sebaliknya.
IV.5.5 River Rescue
River rescue merupakan teknik penyelamatan dan pengamanan di sungai.
Ada prioritas dalam penyelamatan di sungai yaitu :
1. Keselamatan diri sendiri (self rescue)
2. Keselamatan setiap orang yang terlibat dalam rescue
3. Keselamatan peralatan
Tim harus memiliki kemampuan ini karena menyangkut keselamatan bersama.
Perlu diperhatikan tahapan-tahapan tindakan rescue, yaitu :
1. Analisa situasi, kondisi, dan tempat kejadian
2. Rencana tindakan
3. Komunikasi
4. Pelaksanaan rencana
5. Kembali ke rencana berikutnya (poin 2)
Berikut adalah teknik penyelamatan di sungai :
1. Cara melempar tali
Tali lempar atau sering juga disebut rescue rope berfungsi
menolong orang yang hanyut, penyelamatan peralatan, dll.
Persiapan melempar tali
Sisakan tali semeter atau setengah meter untuk mengulur apabila
korban yang ditarik terlalu berat atau berada di arus deras. Jika
hal tersebut terjadi dan sisa tali sudah hampir habis, jangan
sampai tali tersebut dilepas tapi ikuti perenang dengan cara
berlari di pinggir sungai sampai perenang berada di arus yang tidak
terlalu deras, lalu segera amankan perenang ke pinggir.
Melempar tali dari atas
Cara ini biasa dipakai untuk menyelamatkan korban yang cukup jauh,
karena lemparan ini akan menghasilkan lemparan yang lurus, jauh,
dan kuat. Caranya kita mengambil ancang-ancang beberapa langkah
atau sambil sedikit berlari dengan ayunan lemparan dari belakang
atas ke depan
Melempar tali dari samping
Cara ini biasa digunakan untuk menolong perenang lebih dari satu
seperti pada kasus perahu terbalik. Teknik ini dipakai karena
jatuhnya tali tidak akan lurus melainkan membentuk gelombang-
gelombang.
Melempar tali dari bawah
Cara ini digunakan untuk menolong korban yang tidak terlalu jauh
karena lemparan ini akan akurat apabila dilemparkan tidak terlalu
keras. Bila lemparan terlalu keras umumnya tali akan melambung ke
atas dan terjatuh tidak jauh dari pelempar.
Perlu diperhatikan juga dalam pemakaian tali lempar, yaitu:
Derasnya arus dan adanya eddy
Jika arus terlalu deras pelempar akan kesulitan menarik karena
melawan arus. Karena itu usahakan di depan korban ada eddy, arus
tenang, atau tempat yang aman untuk menyelamatkan korban.
Tidak Melempar lebih dari satu tali pada saat yang bersamaan
Tali kedua perlu dilemparkan hanya bila tali pertama tidak bisa
ditangkap korban. Adanya dua tali bisa membingungkan korban.
Tidak mengikat tali di badan atau tempat lain
Hal itu bisa membahayakan penolong bila diikatkan di badan,
terutama bila korban berada di arus deras. Bila diikatkan di tempat
tertentu seperti pohon, korban akan mengalami tarikan kuat yang
bisa membahayakan korban.
Komunikasi antara penolong / pelempar tali dengan korban
Hal ini dimaksudkan agar korban memperhatikan arah tali sehingga
lebih mudah untuk menangkapnya.
Jatuhnya tali lempar di atas perenang / korban atau agak ke hulu
Tali lempar dibuat dari bahan yang cukup ringan dan ujung tali ada
pada kantongnya yang berisi busa sehingga mudah mengapung. Kantong
yang berwarna kontras dan ringan akan hanyut lebih cepat.
Posisi antara pelempar dan korban
Usahakan posisi pelempar lebih ke hilir sehingga pelempar dan
korban saling berhadapan sehingga lebih mudah berkomunikasi.
Bila perenang ditolong dengan tali, tangkap tali itu lalu pegang
dengan kedua tangan seperti cara berenang di jeram
2. Cara berkomunikasi
Ada beberapa media untuk berkomunikasi yaitu dengan suara yang
lantang, siulan, peluit (whistle), dan sinyal (sinyal tangan atau
dengan peralatan lain). Sinyal atau kode yang dipakai bisa berbeda-
beda tergantung tempat dan kebiasaan. Yang terpenting adalah semua tim
mengerti sinyal-sinyal yang digunakan. Berikut ini adalah sinyal yang
kerap digunakan :
a. Peluit
Bunyi satu kali berarti perhatian.
Bunyi dua kali berarti "go" (memulai perjalanan).
Bunyi tiga kali berarti membutuhkan pertolongan. Semua
kapten yang mendengar harus segera menambatkan perahu dan
mendatangi asal peluit dengan membawa rescue kit.
b. Hand signal
Sinyal ini umumnya diawali dengan peluit karena seringkali kita
tidak melihat adanya sinyal ini. Beberapa bentuk hand signal
Stop, kedua tangan direntangkan ke samping atau dayung
dipegang horizontal di atas kepala.
Eddy out, tangan dijulurkan ke atas dengan telunjuk lurus
ke atas dan digerakkan berputar. Jika perlu tunjukkan eddy
tersebut.
OK, satu tangan dengan telapak terbuka digerakkan naik
turun menyentuh kepala di atas.
Perahu wrap, kedua tangan di atas kepala disatukan, yang
satu terkepal, yang satunya lagi membungkus kepalan tangan
tersebut.
Perahu flip, satu tangan di atas kepala dengan telapak
menghadap ke atas dibolak-balik berulang-ulang.
Perlu P3K, kedua tangan digenggam dan disilangkan di atas
kepala.
Perlu pompa, kedua tangan ditumpuk di atas kepala dan
digerakkan naik turun seperti gerakan memompa.
Jalur kanan dan kiri, satu tangan menunjukkan sinyal OK
atau sinyal GO, dan tangan satunya menunjukkan arah yang
harus dilalui.
Orang berenang, gerakan tangan seperti berenang di atas
kepala.
Hilang peserta, sinyal berenang dan dilanjutkan dengan
acungan tangan tergenggam beberapa kali sesuai peserta yang
hilang.
Jalan cepat, kedua tangan dikepalkan di atas kepala dan
digerakkan berputar seperti mengayuh sepeda.
Go (memulai atau melanjutkan perjalanan), tangan atau
dayung lurus ke atas.
Pelan-pelan, satu tangan menjulur ke depan lalu digerakkan
ke atas dan bawah berulang kali.
Tanya waktu, tunjukkan pergelangan tangan.
Hilang dayung atau alat lain, ambil barang yang hilang dan
diacungkan dengan satu tangan dan tangan lain menunjuk
barang itu.
Ada masalah, tangan atau dayung harus ke atas dan
digerakkan ke kiri dan ke kanan berulang kali.
Bentuk-bentuk informasi
Situasi dan kondisi
Di sini dapat dijelaskan segala sesuatu tentang arung jeram,
persyaratannya, kebutuhannya, dll. Diharapkan semua peserta bisa
memahaminya dan tidak ada peserta yang tak memenuhi syarat.
Equipment talk
Dijelaskan tentang pemakaian peralatan secara baik dan benar
sehingga benar-benar berfungsi baik dan menjamin keselamatan.
Safety talk
Sebaiknya hal ini diberikan di luar perahu pada semua peserta.
Jangan diberikan di dalam perahu karena umumnya bila sudah di
perahu peserta ingin langsung berangkat. Penjelasan pemandu
harus jelas, mudah dimengerti, tidak membuat takut, dan disertai
contoh yang benar. Penjelasan ini diharapkan mampu mencegah
bahaya lebih lanjut, bukan membuat peserta cemas.
Safety on the Boat dan Command
Penjelasan selanjutnya adalah ketika peserta berada di atas
perahu. Tujuannya adalah menunjang apa yang diharapkan pada safety
talk, juga menegaskan kembali apa yang dibicarakan sebelumnya. Pemandu
harus menjelaskan aba-aba yang akan diberikan dan diharapkan aba-aba
tersebut sederhana dan jelas sehingga mudah diikuti.
Penjelasan sebelum memasuki jeram besar.
Penjelasan ini meliputi bagaimana cara melewatinya dengan aman
tanpa kehilangan jeram itu sendiri dan antisipasi apabila terjadi
kecelakaan misalnya ada peserta yang jatuh atau perahu terbalik. Namun
jangan sampai penjelasan tadi membuat takut peserta.
3. Cara mengangkat korban
Dalam melakukan suatu pengarungan kita harus mengantisipasi
kejadian terburuk yang mungkin menimpa kita. Karena itu kita harus
mempelajari teknik penyelamatan korban dalam suatu pengarungan. Cara
mengangkut korban dapat dikategorikan berdasarkan tingkat keseriusan
cedera korban.
a. Cedera berat
Untuk mengangkat korban terlebih dulu kita periksa kondisi korban dan
beri pertolongan seperlunya. Lalu korban kita angkat menggunakan tandu
untuk dibawa ke tempat yang lebih aman dan memungkinkan untuk
pengobatan lebih lanjut.
b. Cedera ringan
Contoh dari cedera ringan adalah terkilir, luka tergores batu, atau
pendarahan karena terbentur rintangan di sungai. Korban bisa diangkat
oleh dua orang dengan cara dua orang tersebut berada di kanan dan kiri
korban, kemudian kedua tangan orang tersebut disatukan dan membebtuk
seperti tandu. Korban lalu didudukkan di atas tangan kedua orang
tersebut.
Bila hanya ada satu orang korban bisa langsung digendong di pundak
atau di punggung. Yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai kita
menambah parah luka korban karena cara penanganan yang salah.
1. Ropes and Pulley System
Teknik ini digunakan untuk menyelamatkan perahu dan juga awak
perahu itu sendiri. Teknik ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Tag line
Sistem ini dipakai untuk menyelamatkan korban yang terperangkap
di hole atau kaki korban terperangkap benda di dasar sungai
(foot entrapment). Untuk kasus korban terangkap di hole, pertama-
tama kita harus menganalisa situasi, kondisi, dan tempat
kejadian. Lalu kita dekati korban dan kita melempar rescue rope
pada korban dan setelah tali bisa ditangkap, korban kita tarik
menuju perahu. Untuk kasus kaki terperangkap kita harus
membebaskan kaki korban dari rintangan, kalau memungkinkan kita
bisa menyelam. Setelah itu baru korban kita tarik dengan tali
lempar menuju perahu.
b. Z-drag system
Teknik ini dipakai untuk menyelamatkan perahu wrap, terbawa arus
yang cukup deras, terjepit di tebing, atau terjebak dalam
rintangan sehingga sulit untuk digerakkan.
Bab V
Perawatan Perahu
1. Pengisian Angin
Pompalah setiap ruang angin hingga volume mencapai setengahnya secara
merata keseluruh bagian perahu. Setelah merata pompa perahu tersebut
sampai tekanan normal. Untuk pengisian angin usahakan tidak menggunakan
kompresor karena udara yang dikeluarkan kompresor adalah udara yang panas
sehingga dapat merusak karet perahu.
Pada saat perahu terisi penuh udara, DILARANG KERAS menduduki perahu pada
saat berada di darat, untuk menghindari tertancapnya benda-benda tajam
seperti beling, pasir, paku, yang mengakibatkan rusaknya perahu.
2. Pengangkutan
Siapkan kantong perahu yang terbuat dari bahan yang ringan namun tahan
gesekan. Masukkan dan ikat dengan baik dengan tali. Saat memindahkan
perahu jangan diseret atau ditarik yang mungkin saja akan menyebabklan
luka gores. Hindarkan dari benda-benda tajam dan zat kimia yang
membahayakan keawetan perahu.
3. Pencucian:
Setelah perahu selesai digunakan, cucilah perahu dengan menggunakan
sabun, untuk menghilangkan lumpur yang melekat pada perahu, sikat perahu
dengan sikat plastik untuk menghilangkan pasir-pasir yang menempel.
Bersihkan pasir-pasir, ranting yang ada diantara lipatan perahu, diantara
lambung perahu, sehingga tidak terjadi friksi pada saat perahu dilipat
atau dipindahkan, keringkan perahu sebelum dilipat.
4. Melipat Perahu
Keringkan perahu sebelum dikempeskan. Keluarkan benda-benda lain yang ada
di atas perahu. Keluarkan angin hingga perahu kempes sempurna, saat
mengeluarkan angin pentil dalam keadaan terbuka penuh. Lipatlah dengan
cara digulung hingga sempurna.
5. Penyimpanan
Simpanlah perahu di tempat yang teduh dan kering, jangan terkena sinar
matahari secara langsung. Sinar ultra violet matahari secara bertahap
akan mempercepat kerusakan perahu dan sambungan-sambungannya.
Saat penyimpanan hindarkan bersentuhan langsung dengan lantai atau tanah.
Simpanlah perahu anda dalam keadaan terpompa dengan volume tekanan udara
separuh dari keadaan normal.
Apabila perahu disimpan dalam keadaan terlipat, taburkan talk untuk
menghindari jamur dan kerusakan pada lipatan-lipatan perahu.
Arung Jeram
"...the first and most important elemen in safe rafting is the recognition
of your limitation in skill and experience. Paying attention to learning
what you cannot run is even more important than learning what you can.
Rivers have a lot tricks; learn them with care..."
(Raymond Bridge).
-----------------------
Tuart (bantalan )
Self bailing floor
Katup (Valve)