BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Oftalmoskop adalah suatu alat yang dipakai untuk memeriksa bagian dalam mata. mata. Oftalmosop pertama kali ditemukan oleh Charles Babbage pada tahun 1847. Alat ini diperkenalkan pada pertengahan abad ke-19 oleh seorang cendikiawan dari Jerman, Jerman, yaitu Herman von Helmholtz. Helmholtz. Oftalmoskop sangat berguna untuk menilai keadaan retina, yaitu lapisan mata bagian dalam yang mengandung sel-sel sel-sel penerima rangsang cahaya rangsang cahaya (Kumar, 2009). Pemeriksaan
oftalmoskopi
atau
biasa
disebut
pemeriksaan
funduskopi merupakan bagian terpenting dari rangkaian pemeriksaan medik untuk menentukan penyakit pada mata. Dengan pemeriksaan tersebut dapat dilihat tanda-tanda yang dapat menunjukkan adanya ablasio retina, glaukoma, retinopati diabetes mellitus, hipertensi occuli dan penyakit-penyakit lain. Pemeriksaan funduskopi dilakukan dengan cara memancarkan seberkas sinar ke dalam mata yang akan melewati pupil. Pupil berfungsi mengatur intensitas cahaya yang masuk ke mata. Maka dari itu, pemberian tetes mata midriatil sering disarankan sebelum pemeriksaan funduskopi dilakukan. Hal ini berguna untuk melebarkan pupil sehingga lebih memudahkan pemeriksa untuk melihat struktur dalam bola mata menggunakan oftalmoskop.
1
B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah pengertian oftalmoskop ? 2. Bagasimana Sejarah oftalmoskop ? 3. Apa yang dimaksud Funduskopi ? 4. Apa saja Kelainan pada pemeriksaan funduskopi ? 5. Bagaimanakah SOP pemeriksaan oftalmoskop ?
C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui pengertian oftalmoskop 2. Untuk mengetahui Sejarah oftalmoskop 3. Untuk mengetahui apa itu Funduskopi 4. Untuk mengetahui Kelainan pada pemeriksaan funduskopi 5. Untuk mengetahui SOP pemeriksaan oftalmoskop
2
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN OFTALMOSKOP Oftalmoskopi.
Bagian
mata dalam dinamakan fundus dan
melewati retina , diskus
optikus, makul dan pembuluh darah melalui
retina.
Dapat
dilihat
oftalmoskop,
suatu
instrument yang dipergunakan dengan
cara
dipegang
yang
memproyeksikan cahaya melalui prisma dan membelokan cahaya dengan
sudut
memungkinkan melihat
retina.
90
derajat, pemeriksa
Oftalmoskopi
direk memiliki berapa lensa yang tersusun pada roda. Lensa dapat dipilih dengan memutar roda dengan telunjuk tanpa menghentikan inspeksi. Apertur tanpa filter yang kecil sudah cukup dan paling berguna pada oftalmoskop standar. Oftalmoskopi indirek melibatkan penggunaan skop binokuler dengan pencahayaan terang, yang memungkinkan pengintipan fundus okuli yang lebih luas. Untuk mencegah konfrontasi hidung, mata kanan pasien diperiksa oleh mata kanan pemeriksa dan mata kiri pasien oleh mata kiri pemeriksa. Ruang harus digelapkan untuk melebarkan dilatasi pupil. Pasien diminta untuk menahan mata tetap diam dan memfokuskan pada satu benda nyata atau khayal. Oftalmoskop digenggam dengan erat, dengan telunjuk terletak pada roda lensa.Kepala oftalmoskop didekatkan dalam sudut yang
3
terbentuk antara alis dan hidung. Lensa yang dipilih untuk pemeriksaan awal adalah yang bertanda nol kecuali pemeriksaan telah mengetahui koreksi
tajam penglihatannya sendiri. Pemeriksaan yang mengenakan
lensa koreksi bisa tetap menggunakan oftalmoskop dengan tetap memakai lensa dan menggunakan pengesetan lensa dan menggunakan pengesetan lensa oftalmoskop nol. Bila pasien mempunyai penglihatan 20/20 dengan lensa nol pemeriksaan dapat melihat retina secara focus . Lensa yang berlabel angka merah adalah untuk pasien hiperopia (pandangan jauh) ; lensa yang berlabel angkan hitam untuk pasien miopa (pandangan dekat). Dengan pasien memandang kejauhan, dan dengan oftalmoskop diposisikan dengan benar dalam ayunan bola mata pemeriksa, pemeriksa mendekati pasien,berdiri sekitar 37,5 cm dan sekitar 15 derajat ke sisi pandangan pasien. Ketika cahaya difokuskan pada pupil , retina akan berpendar merah (atau jingga) melalui lubang pupil yang dilatasi. Dikenal sebagai refeks merah. (refleks merah dapat Nampak pada beberapa foto ketika lampu kilat kamera memantul pada retina) Kemudian pemeriksa bergerak mendekati pasien
, meletakan tangan pada dahi pasien
,pemeriksa meletakan kepalanya pada tangan dan memfokuskan melalui oftalmoskop. Retina harus terfokus, dan venula dan arteriola yang berjalan melaluinya Nampak jelas. Ketika menjelajahi permukaan retina, pemeriks a perlu memegang skop dengan erat, menggerakan kepala dan bukan alatnya. Pemeriksaan fundus meliputi evaluasi diskus optikus,pembuluh darah retina, karakterikstik retina,area macula, dan humor vitreus ; diskus, melihat bentuk mangkuk fisiologis dan proporsi ukurannya ; pembuluh darah ; melihat ukuran , distribusi , penyilangan, dan warna pantulan ; fundus retina ; melihat warna umum dan pendarahan ,cairan, dan perlengketannya, macula dan fovea sentralis melihat warna (merah gelap) dan pantulan sentral. Humor vitreus dapat berkabut dan mengandung larva, benda asing, struktur okuler lain, seperti fragmen lensa dan retina,
4
dan bercak. Semua ini dapat mengganggu transmisi impuls visual atau kemampuan untuk melihat retina dengan jelas.
B. SEJARAH OFTALMOSKOP Oftalmoskop diperkenalkan oleh Hermann von Helmholtz untuk pertama kalinya pada bulan Desember 1850. Sebelumnya beberapa orang telah gagal untuk menggambarkan bagian dalam bola mata. Kussmaul menjelaskan prinsip-prinsip pencitraan dalam tesisnya pada tahun 1845 tetapi gagal untuk memecahkan masalah pencahayaan. Cumming (1846) di Inggris dan Brucke (1847) di Jerman telah menjelaskan bahwa refleksi dari fundus dapat diperoleh dengan mendekatkan sumber cahaya ke pengamat, akan tetapi mereka gagal untuk memecahkan masalah pencitraan. Babbage, matematikawan Inggris, pernah dilaporkan telah membuat oftalmoskop pada tahun 1847, tapi teman dokter matanya tidak menganggap
penting
penemuannya
itu
dan
tidak
pernah
mempublikasikannya sampai pada tahun 1854 ketika instrumen von Helmholtz terkenal. Pada tahun 1850, von Helmholtz mencoba untuk menunjukkan bagian dalam mata ke para siswa di kelas fisiologinya. Pada 6 Desember 1850, dia mempresentasikan penemuannya di Berlin Physical Society. Monografi Helmholtz tentang oftalmoskopi diterbitkan pada tahun 1851 dan tak lama kemudian beredar luas. Di tahun berikutnya berbagai perbaikan
penting
disumbangkan
oleh
beberapa
orang.
Rekoss
menambahkan dua disk bergerak dengan lensa agar lebih mudah memfokuskan. Epkens memperkenalkan
cermin
berlubang
untuk
meningkatkan penerangan. Ruete di Jerman melakukan hal yang sama dan juga mengembangkan oftalmoskop indirek. Pada tahun 1913, Landolt mencatat ada 200 jenis oftalmoskop yang berbeda.
5
Gambar 3.1. Hermann von Helmholtz dan oftalmoskopnya.
Perubahan yang paling penting dari oftalmoskop terkait dengan penggunaan lampu gas dari sebelumnya menggunakan cahaya lilin, kemudian menggunakan lampu dengan sumber listrik eksternal dan akhirnya menggunakan menggunakan sumber listrik dari oftalmoskop sendiri. Pada tahun 1855, Eduard von Jaeger (1828-1884) dari Wina menerbitkan atlas fundus pertamanya. Dia terus menambah koleksi gambaran fundus sampai akhir hayatnya pada tahun 1884.
C. FUNDUSKOPI 1. Tujuan percobaan Mengamati fundus okuli
2. Dasar teori Fungsi utama mata adalah untuk memfokuskan berkas cahaya dari lingkungan ke sel-sel batang dan kerucut, sel fotoreseptor retina.
6
Fotoreseptor kemudian mengubah energy cahaya menjadi sinyal listrik untuk disalurkan ke SSP.
Bagian retina yang mengandung fotoreseptor sebenarnya adalah perluasan dari SSP dan bukan merupakan suatu organ terpisah. Bagian dari saraf retina terdiri dari tiga lapisan:(1) lapisan paling luar mengandung sel batang dan sel kerucut;(2) sebuah lapisan tengah neuron bipolar;(3) lapisan bagian dalam sel ganglion. Akson sel ganglion menyatu membentuk saraf optikus, yang keluar dari retina sedikit di luar titik tengah. Titik di retina tempat keluarnya saraf optikus dan tempat lewatnya pembuluh darah adalah diskus optikus. Daerah ini sering disebut sebagai bintik (titik) buta. Cahaya harus melewati lapisan ganglion dan bipolar sebelum mencapai fotoreseptor di semua daerah retina kecuali fovea. Bayangan benda yang kita lihat jatuh trfokus di fovea. Daerah tepat disekitar fovea, yaitu macula lutea, juga memiliki konsentrasi sel kerucut yang tingi dan memiliki ketajaman yang cukup besar. Namun ketajaman macula lutea lebih rendah daripada ketajaman fovea karena adanya sel-sel ganglion dan bipolar di atas macula. D. Kelainan pada pemeriksaan funduskopi Dalam bidang neurologi, kelainan papil nervus opti kus yang perlu diperhatikan adalah papil yang mengalami atrofi dan sembab atau papiledema. Pada papil yang mengalami atrofi, warna papil menjadi pucat, batasnya tegas dan pembuluh darah berkurang. Pada atrofi sekunder warna papil juga pucat tetapi batasnya tidak tegas. Lamina cribrosa terlihat pada atrofi primer. Atrofi primer dijumpai pada kasus lesi nervus optikus atau kiasma optikum (misalnya pada tumor hipofise atau arachnoiditis optokiasmatis). Atrofi sekunder merupakan akibat lanjut dari papiledema,
7
misalnya pada pasien yang menderita tekanan tinggi intrakranial yang lama. Papiledema dapat disebabkan oleh radang aktif ataupun bendungan. Bila oleh radang aktif hal ini disebut papilitis atau neuritis optik yang biasanya disertai perburukan visus yanghebat. Bila di bagian distal N.II yang mengalami inflamasi, sedangkan papilnya normal, hal ini disebut neuritis retrobulbar. E. SOP PEMERIKSAAN OFTALMOSKOP 1.
Pengertian
Suatu teknik pemeriksaan yang digunakan untuk melihat adanya kelainan pada fundus okuli. Pada pemeriksaan ini, cahaya yang berasal dari alat oftalmoskop akan memberikan refleks pada fundus dan akan tampak gambaran yang ada. Sebelum pemeriksaan dilakukan, pupil dibuat dilatasi, kecuali bila terdapat keadaan sebagai berikut. 1)
Bila mata dangkal
2)
Kerusakan pupil ( terjadi trauma )
3)
Glaukoma dengan sudut sempit
2.
Alat :
1)
Oftalmoskop
2)
Dilator ( tropicamide atau mydriacy 0.5%-1% )
3. 1)
Persiapan klien Beri klien penjelasan tentang teknik pemeriksaan
8
2)
Bila klien datang sendiri atau dengan mengendarai kendaraan
sendiri, informasikan bahwa obat yang diteteskan akan berdampak silau karena pupil mata midriasis. 4.
Persiapan lingkungan
Klien di tempatkan pada kamar yang gelap 5. 1)
Prosedur Lakuukan pemeriksaan mata klien secara bergantian kanan-kiri,
posisi klien dapat tidur maupun duduk. 2)
Gelapkan ruangan, nyalakan lampu oftalmoskop dan putar piringan
lensanya sampai terlihat pancaran cahaya putih yang bulat dan lebar. Arahkan cahaya tersebut pada punggung tangan pemeriksa untuk mengecek tipe cahanya, intensitas cahaya yang diinginkan dan kekuatan batere pada oftalmoskop. 3)
Putarlah piringan lensa hingga dioptri 0 ( dioptri merupakan satuan
untuk mengukur kekuatan lensa dalam mengkonvergensikan atau mendivergensikan cahaya ). Pada dioptri ini, lensa lensa tidak mengkonvergensikan atau mendivergensikan cahaya. Letakkan jari telunjuk pemeriksa pada pinggir piringan lensa agar dapat memutar piringan tersebut untuk memfokuskan lensa ketika memeriksa fundus okuli. 4)
Ingat, pegang alat oftalmoskop dengan tangan kanan untuk
memeriksa mata kanan klien, pegang alat oftalmoskop dengan tangan kiri untuk memeriksa mata kiri klien. Tindakan ini untuk menjaga agar tangan pemeriksa tidak membentur hidung pasien dan memberi pemeriksa mobilitas yang lebih besa serta jarak pemeriksa yang lebih dekat untuk melihat fundus dengan jelas. Awalnya mungkin pemeriksa mengalami kesulitan dalam menggunbakan mata yang tidak dominan, tetapi kesulitan ini semakin berkurang dengan latihan. 9
5)
Pegang oftalmoskop kuat-kuat hingga menempel permukaan media
orbita dengan bagian tangkainya sedikit dimiringkan ke lateral pada sudut sekitar 20o dari bidang vertikal. Pastikan agar dapat melihat dengan jelas apartura. Minta klien untuk memandang sedikit keatas dan di atas bahu pemeriksa mengambil pada sebuah titik yang terdapat pada tembok. 6)
Tempatkan diri pemeriksa pada jarak sekitar 15 inci ( sekitar 38 cm )
dari tubuh klien dan dengan sudut 15o disebalah lateral dari garis pandang klien. Arahkan pancaran cahaya oftalmoskop pada pupil klien dan cari kilauan cahaya orange pada pupil tersebut yang merupakan pantulan ( reflaksi ) cahaya merah. Perhatikan setiap kekeruhan yang mengganggu pantulan cahaya ini. 7)
Kini, tempatkan ibu jari tangan pemeriksa yang lain pada alis mata
klien ( teknik ini akan membuat pemeriksaan lebih mantap tetapi tidak selalu dilakukan ). Dengan menjaga agar pancaran caha ya terus berfokus pada pantulan cahaya merah, gerakkan oftalmoskop ke dalam dengan sudut 15oke arah pupil sampai pemeriksa sangat dekat dengan pupil dan hampir menyentuh bulu mata klien. Keterangan : Untuk mempertahankan kedua mata agar pemeriksa agar tetap terbuka dan rileks seperti jika memandang tempat jauh karena tindakan ini akan mengurangi kekaburan yang berfluktuasi pada saat kedua mata pemeriksa mencoba berakomodasi.
Pemeriksa mungkin perlu mengurangi intensitas pancaran cahanya untuk membuat pemeriksaan pemeriksa tersa lebih nyaman bagi pasien, menghindari hippus ( spasme pupil ) dan memperbaiki hasil pengamatan pemeriksa.
10
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Pemeriksaan Oftalmoskop adalah Suatu teknik pemeriksaan yang digunakan untuk melihat adanya kelainan pada fundus okuli. B. SARAN
11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.co.id/search?q=pengertian+oftalmoskop&rlz=1C1SAVA_enI D807ID807&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjv693f8sbcAhVY WX0KHd80A-0Q_ https://www.scribd.com/doc/222027981/BAB-IIIoftalmoskopiAUICigB&biw=1366&bih=667#imgrc=PK6v1HyLfnyQjM: https://nurfadilahalfianti.wordpress.com/2012/10/11/standar-operasional prosedur-pemeriksaan-oftalmik/
12