Alexander Wijaksana
A7/2
Christine Davina
A7/10
Christopher Randy Surya
A7/11
Katarina Dewi
A7/15
Elizabeth Merrgold
A7/16
Ellen Stefanie
A7/17
Felicia Njoto
A7/18
Jennifer Daniera
A7/27
Julian Owen
A7/28
Pricillia Soedhijanto
A7/34
SMA Katolik St. Louis 1 Surabaya 2017
1
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan pengerjaan buku ini. Buku ini telah penulis susun dengan sebaik dan semaksimal mungkin. Kehadirannya tak lepas dari campur tangan banyak pihak yang terlibat
dalam
pemikiran
maupun
penyusunan
buku.
Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Maria Anita Kurniyasih, S.Si, selaku wali kelas penulis. 2. Dra. Indah Noor Aini, M. Pd., selaku kepala SMA Katolik St. Louis 1 Surabaya. 3. Teman-teman kelas XI IA7 angkatan an gkatan 2016-2017. 4. Manguhal Lumbantoruan S.Pd, M.Hum, selaku pendamping bidang studi Bahasa Indonesia penulis. Penulis menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis terbuka dan sangat menghargai kritik dan saran untuk memperbaiki kekurangan yang ada. Penulis berharap agar kehadiran buku ini dapat memberi referensi dan wawasan baru bagi pembaca. Di samping itu, penulis juga akan sangat tersanjung bila pembaca dapat menikmati analisis perspektif remaja yang penulis sampaikan. Semoga buku ini dapat membawa banyak faedah dan dampak positif bagi jiwa dan pikiran pembaca
Surabaya, Mei 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Daftar Isi Dunia Kebahagiaan Manfaat Tradisional Diabetes Bukan Momok Internet Mendangkalkan Pikiran Kita? Aktivasi Otak Tengah, Penyokong Masa Depan Anak Optimalkan Rasa Percaya Diri Anak Ranking 1st Bukan Segalanya Real Food Bagi Kesehatan Ketika Filosofi Bertemu Fakta Perjuangan Kaum Miskin Daftar Pustaka
3
DUNIA KEBAHAGIAAN
Alexander Wijaksana XI IA7/2
1. Pendahuluan
Apa yang terlintas dalam benak kita ketika mendengar kata endorfin? Hormon endorfin adalah hormon yang bekerja seperti morfin dalam sistem saraf, yaitu memberi kesenangan dan kebahagiaan. Buat apa membeli narkoba yang mahal dan memberi dampak negatif bagi tubuh bila tubuh kita mampu memproduksinya secara alami tanpa efek 4
samping? Sayangnya cara kerja hormon endorfin kurang banyak diketahui sehingga seringkali diabaikan untuk pengobatan. Keajaiban seluk beluk hormon inilah yang akan dikupas secara mendalam oleh Dr. Shigeo Haruyama dalam bukunya The Miracle of Endorphin yang diterbitkan oleh Qanita, PT. Mizan Pustaka pada tahun 2013. Dr.Shigeo Haruyama lahir pada 1940 di Kyoto dan berasal dari keluarga dokter tradisional Jepang. Oleh karena itu, sejak masih kanakkanak dia sudah berpengalaman dalam akupunktur, moxa, dan shiatsu. Setelah menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran, Universitas Tokyo, beberapa tahun dia berpraktik di rumah sakit sebagai dokter bedah. Sejak 1987, Haruyama memimpin sebuah klinik sendiri di dekat Tokyo yang menggabungkan rumah jompo dan berbagai fasilitas untuk pengobatan pencegahan dan pemeliharaan kesehatan. Di sana dia mempraktikkan sebuah sintesis antara kedokteran Barat dan pengobatan Timur. Aneka aktivitas terapi dan publikasinya mendapat sorotan besar dari media massa di Jepang. Perhatian dari khalayak luas diperoleh Haruyama melalui penerbitan buku ini, Nonai kakumei2 , yang terjual lebih dari 4 juta eksemplar dan menjadi buku non-fiksi terlaris nomor 1 di Jepang pada 1990-an. Buku tersebut segera diterjemahkan ke dalam bahasa Cina, Korea, dan Jerman segera setelah publikasinya menorehkan kesuksesan besar. Apa yang membuat buku setebal 264 halaman ini sangat laku bak kacang goreng? Tentunya karena isi buku ini menyinggung mengenai 2 metode pengobatan beda kontinen, yaitu metode pengobatan Barat yang memprioritaskan pada penyembuhan penyakit dan pengobatan Timur yang berobjek pada penyembuhan penyakit. Menurut pandangan Dr. Shigeo, pengobatan Timur lebih memberi manfaat tanpa efek samping dengan 3 target terapi, yaitu hormon, pola makan, dan imunitas tubuh. 5
Sebenarnya, ilmu pengobatan Timur kurang mendapat perhatian para dokter karena dianggap tidak memiliki dasar ilmiah. Namun, berkat perkembangan ilmu kedokteran Barat, efektivitas pengobatan Timur pun dapat dijelaskan melalui pengetahuan medis modern. Secara garis besar hal yang harus dilakukan agar tetap sehat antara lain: menjaga pola makan, memperbesar massa otot, membakar lemak, dan bermeditasi. Dalam menjaga pola makan, makanan yang harus diprioritaskan
adalah
protein
tentunya
dengan
sebisa
mungkin
mengurangi asupan karbohidrat, gula, dan lemak. Memperbesar massa otot bertujuan agar aliran darah menjadi lancar sama fungsinya dengan membakar lemak. Hal yang terakhir ini mungkin yang paling susah dilakukan, yaitu meditasi. Meditasi dimaksudkan untuk menciptakan ketenangan dalam otak sehingga otak mampu mengeluarkan sekresi hormon kebahagiaan yang melimpah. Berbagai topik kesehatan dengan pendekatan ilmu medis juga dipaparkan dalam buku ini. Topik-topik seperti kesehatan, umur panjang, dan kebahagiaan manusia dikupas tuntas tentunya dengan berpusat pada pengubahan paradigma sistem pengobatan yang hanya berorientasi pada penanganan gejala menuju sistem pengobatan yang sejati, yaitu pengobatan yang mencegah datangnya penyakit.
2. Hidup Senang Matipun Tenang Tubuh kita mempunyai hormon bernama beta-endorfin yang dapat memberikan banyak manfaat, seperti mengurangi kadar gula darah, mengurangi kolesterol, dan mengurangi dampak dari radikal bebas atau oksigen aktif secara signifikan. Bahkan ternyata, setelah diteliti hormon endorfin juga memperkuat memori yang berarti meningkatkan daya ingat
6
dan kecerdasan kita. Dr. Shigeo membuktikan efek dari hormon endorfin dalam keberhasilannya mengobati pasien alzheimer, obesitas, dan penyakit-penyakit degeneratif lainnya. Hasilnya, mereka semua dapat sembuh setelah diterapi dengan metode meditasi dan membicarakan halhal yang mereka sukai. Semua itu terjadi berkat hormon endorfin yang bekerja layaknya morfin, tetapi tidak bersifat toksik bagi tubuh. Jika kita berbicara tentang hormon tidaklah lengkap jika kita tidak menelisik darimana hormon ini berasal, otak manusia. Manusia memiliki mekanisme pengaturan keseimbangan dalam sistem metabolisme yang dikenal sebagai homeostasis. Ketika hormon stres bernama adrenalin atau noradrenalin
dilepaskan,
serotonin
pasti
ikut
dibebaskan
untuk
menghambat pengaruh kedua hormon stres itu. Reaksi ini dikenal sebagai umpan balik negatif. Tubuh memiliki sebuah mekanisme untuk menghindari fungsi yang berlebihan. Namun, saya tertarik pada 2 pernyataan Dr. Shigeo berikut: “Untuk mengerem pengaruh hormon kebahagiaan, terdapat senyawa pembawa pesan bernama asam gamaaminobutirat. Namun, ada fenomena ganjil yang patut dicermati: Mengapa senyawa ini tidak memberi umpan balik negatif saat bagian otak yang paling berkembang,
yakni
lobus
frontal
mendapat
rangsangan
untuk
menyekresi hormon kebahagiaan?” (Haruyama, p.61) “Ketika
kita
memanfaatkan
bagian
otak
yang
tertinggi
untuk
memperjuangkan kesejahteraan dunia dan manusia jelas tidak ada yang dapat menghalanginya. Bukan hanya bebas bekerja, otak juga mengeluarkan banyak hormon kebahagiaan yang membawa kita pada kebahagiaan tertinggi. Lagi-lagi, bagi saya hal ini terasa seperti kehendak Tuhan.” (Haruyama, p 62)
7
Dari 2 pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Dr. Shigeo mengkaitkan kehadiran hormon kebahagiaan dengan kehendak Tuhan. Pernyataan ini menarik dan ada benarnya juga. Kita semua pasti pernah mengalami suatu eksitasi ketika kita berusaha mempelajari sesuatu dan menemukan jawabannya, misalnya ketika belajar dan mengerjakan soal matematika. Saat kita berpikir keras, pasti lobus frontal akan ikut aktif dan membawa kita ke tatanan berpikir di tingkat yang lebih tinggi, suatu tingkatan imajiner yang disebut Dr. Shigeo ditakdirkan oleh Tuhan. Saya
sangat
mendukung
pernyataannya.
Jika
kita
pernah
merenungkan, semua kekacauan yang timbul di dunia ini dikarenakan karena kita malas memakai otak kita dengan bijak. Kita mudah terpancing emosi dan tidak dapat mengendalikan diri kita sehingga lobus frontal sebagai otak yang berpikir akan tergantikan perannya oleh otak reptil, otak manusia yang berhubungan dengan naluri dasar. Ketika naluri ini mendominasi manusia, yang ada hanyalah pikiran negatif, berita hoax, memfitnah, dan mengeluarkan kata-kata kasar. Mereka yang seperti ini mungkin tidak mengetahui ada hormon yang sangat berharga yang mereka abaikan fungsinya. Mereka lebih suka berpikiran negatif karena pengaruh otak reptil dan kurang bisa memaksimalkan potensi tertinggi otak manusia yang sudah didesain oleh Tuhan untuk memperjuangkan kedamaian. Karena dimana manusia merasa senang dan damai, di situlah hormon endorfin bekerja mencerahkan suasana hati kita dan membuat kita memandang kehidupan dengan lebih indah. Bukan hanya itu saja, hidup kita juga akan lebih bahagia dan sehat berkat hormon ini. Sayangnya, semua itu hanya angan-angan belaka mengingat tradisi dunia kontemporer yang didominasi oleh berbagai ambisi dan kepentingan yang tidak diragukan lagi dampak negatifnya. 8
Buku ini sangat informatif dan memberikan pandangan baru yang lebih
bermanfaat
bagi
para
pembaca.
Kata-kata
kedokteran
ditransformasikan menjadi kata-kata awam sehingga renyah dan mudah dipahami. Namun, sayangnya ilustrasi yang diberikan masih berupa “gambar mati” alias kurang nyata. Akan lebih baik jika ilustrasi diperagakan langsung olehnya dan dijadikan foto daripada ilustrasi hasil gambar komputer.
3. Penutup Sebagai buku bertema kesehatan, saya sangat merekomendasikan buku ini bagi orang yang bergerak dalam bidang kesehatan agar mereka paham bagaimana mengobati penyakit tanpa membuat lebih banyak penyakit atau mengobati tanpa efek samping. Secara umum, buku ini mungkin hanya bisa dipahami secara menyeluruh oleh anak berumur 15 tahun ke atas mengingat terdapat beberapa penjelasan ilmiah yang akan sulit dicerna anak kecil. Sebagai penutup dari pembahasan ini, izinkan saya mengutip pepatah cina kuno, “Satu kali tertawa, satu kali lebih muda – satu kali marah, satu kali lebih tua.” Hal ini sesuai dengan pemahaman setap buku motivasi atau kepribadian tentang hebatnya berpikir positif. Pikiran positif membuat kita awet muda, pikiran negatif membuat kita menua. Maka dari itu, marilah membangun budaya berpikir positif, walaupun kita mengalami hal yang negatif agar dunia menjadi tempat yang lebih nyaman untuk ditinggali dan kebahagiaan tubuh anda dapat memberikan manfaat bagi anda sendiri maupun orang lain. Hidup senang mati pun tenang.
9
MANFAAT TRADISIONAL
Christine Davina/XI IPA 7/10
1. Pendahuluan Buku ini dikarang oleh
dua
orang
yang
bernama Nor Izatil Hasanah dan Hardiyanti Pratiwi. Nor Izatil Hasanah, M.pd adalah putri bungsu dari pasangan H.Mahlan dan Hj. Nor
Hayati.
Mulai
menekuni dunia pendidikan sejak memasuki lingkungan kampus
hijau
IAIN
Antasari Banjarmasin pada tahun 2007 dan berfokus pada
bidang
Bahasa
Inggris,ia pada tahun 2011 mulai
memantapkan
hati
untuk menggali ilmu tentang PAUD yang dimulai dari Universitas Negeri Surabaya, dan melanjutkan kuliah strata 2 di Program Studi Pendidikan Dasar Konsentrasi PAUD. Ia memulai karir sebagai guru les privat di daerah Banjarmasin, menjadi pengajar bahasa Inggris, dan mengabdi di SD Gambut. Dari
10
situlah ia mulai tertarik untuk mendalami lebih banyak dunia anak-anak terutama usia dini. Setelah selesai kuliah S2, ia dipercaya menjadi tenaga pendidik di IAIN Antasari Banjarmasin pada jurusan S1 Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA), S1 pendidikan bahasa inggris. Saat ini, ia sedang giat mengembangkan tentang pentingnya permainan anak usia dini, salah satunya adalah dengan terbitnya buku ini. Penelitian yang baru diselesaikan adalah pengaruh permainan Badamprak terhadap kecerdasan kinestetik anak yang dibiayai DIPA. Hardiyanti Pratiwi, M.Pd adalah putri kedua empat bersaudara H. Ibrahim dan Wiwik Nuraini. Ia dilahirkan di Binuang pada tahun 1989. Ia mulai berkenalan dengan dunia anak ketika aktif mengelola Program Bina Keluarga Balita BKB) dan Posyandu di Binuang. Ia memutuskan untuk serius menggali ilmu-ilmu tentang anak khususnya anak usia dini dengan melanjutkan pendidikan ke Universitas Negeri Surabaya mengambil Program Magister di Program Studi PAUD bersama rekannya Nor Izatil Hasanah. Pengalaman menimba ilmu serta pertemuan dengan rekan kuliah yang mencintai anak-anak dan dengan dosen yang luar biasa semasa kuliah semakin menumbuhkan kecintaannya pada pendidikan anak usia dini. Buku yang berjudul Pengembangan Anak Melalui Permainan Tradisional ini adalah merupakan hasil penelitian Nor Izatil dan Hardiyanti Pratiwi. Buku ini terbit pada tahun 2017 di Yogyakarta, penerbitnya adalah Aswaja Pressindo. Buku ini terdiri dari 150 halaman termasuk pendahuluan. Seperti yang dapat disimpulkan dari judulnya, buku ini berisikan tentang hasil penelitian penulis tentang manfaat yang diberikan permainan tradisional terhadap perkembangan anak, terutama anak-anak pada usia dini. Sebelum memaparkan hasil penelitiannya, penulis 11
menjelaskan berbagai macam kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki manusia sebagai pembuka dan memaparkan alasan mereka mengapa mereka memilih permainan tradisional. Penulis memilih permainan tradisional karena walaupun kita harus mengikuti kemajuan secara global agar bisa tetap bersaing, tetapi kita masih tetap harus mempertahankan segala sesuatu yang berasal dari lokal, istiadat dan juga termasuk permainan tradisional sebagai identitas dan kebanggaan suatu daerah. Untuk anak-anak generasi milenial, mereka sudah tidak asing lagi dengan teknologi yang biasa kita sebut gadget ataupun handphone. Bahkan zaman sekarang, anak TK sudah mengenakan HP. Tetapi, akibatnya mereka terlalu tergila-gila terhadap gadget yang mereka miliki, mereka menghabiskan masa kecil mereka hanya dengan diam menatap layar, tanpa berkativitas sama sekali. Padahal kebiasaan tersebut dapat mendatangkan berbagai dampak buruk bagi kesehatan tubuh mereka. Penulis sangat menyayangkan bahwa permainan tradisional hanya dapat dinikmati anak-anak yang lahir sekitar tahun 1990-an. Padahal pada kenyataannya, permainan tradisional dapat mendatangkan berbagai dampak positif dalam kehidupan seperti menjalin relasi yang semakin kuat dengan teman, permainan trandisional dapat mengembangkan kecerdasan
yang
dimiliki
anak
secara
optimal
sehingga
akan
memperbesar peluang sukses anak kelak di masa depan. Buku ini menyajikan berbagai macam permainan tradisional beserta cara bermainnya, dan juga terdapat rincian kecerdasan apa saja yang dapat dikembangkan melalui permainan tersebut. Ternyata, bahkan satu permainan saja dapat melatih lebih dari 3 macam kecerdasan. Jenis jenis permainan tradisional diurutkan berdasarkan abjad dari A-Z. Bahkan penulis juga memasukkan rincian durasi permainan dan rentang umur yang dianjurkan dalam memainkan permainan tersebut.
12
Dalam mengumpulkan data-data tersebut, penulis juga menuliskan bahwa ia mendapatkan kesimpulan tersebut berdasarkan macam-macam kecerdasan manusia, bagaimana cara manusia mempelajari sesuatu, jenis jenis bermain anak, dan bagaimana anak tersebut berkembang ataupun bersikap dalam permainan yang mampu melatih otak mereka tersebut. Tidak lupa penulis juga menyertakan jenis-jenis permainan yang cocok untuk anak yang seperti apa agar perkembangan anak dapat menjadi
lebih
optimal.
Hal
tersebut
adapat
ditentukan
melalui
karakteristik, pribadi, bahkan juga aktivitas dari anak tersebut.
2. Permainan Tradisional yang Mencerdaskan Saya sangat menyukai cara penulis menyajikan sesuatu dengan sangat dtail dan terperinci. Bahkan sebelum sampai pada pokok inti permasalahan, penulis menjelaskan terlebih dahulu apa arti dari permainan
tradisional,
kecerdasan,
macam-macam
kecerdasan,
pembagian jenis permainan yang cocok untuk karakteristik anak, dan lain sebagainya. Dari hal-hal tersebut saja, sudah dapat disimpulkan bahwa dalam meneliti pengaruh permainan tradisional terhadap perkembangan mental anak, penulis sudah meneliti, mengamati secara detail, hati-hati dan yang terpenting, penulis paham tentang apa yang sedang ia pahami. Hal ini sudah termasuk cukup jarang di zaman sekarang. Melalui buku ini, terdapat berbagai macam jenis-jenis permainan tradisional
yang
kurang
terkenal,
namun
dapat
merangsang
perkembangan otak anak. Jadi, membaca buku ini sudah dapat membuka wawasan anda tentang beragam jenis permainan tradisional yang berbeda beda yang juga melatih kecerdasan anak di bidang yang berbeda-beda pula.
13
Bahasa yang digunakan penulis di dalam menulis buku ini sangatlah mudah dipahami, sehingga saya yakin ibu-ibu tidak akan kesusahan dalam memahami apa yang sebenranya dimaksudkan oleh para penulis. Menurut saya pula, topik yang dibicarakan penulis cukup menarik karena sudah pasti dapat berguna dalam kehidupan kita, dan mengingat kemajuan teknologi yang bertambah maju setiap harinya, dan berbagai fenomena dimana kebanyakan manusia terutama anak-anak tidak dapat lepas dari gadget nya yang dapat menimbulkan efek buruk pada diri mereka,contohnya adalah mata yang menjadi rabu jauh karena terlalu sering dan tak henti-hentinya menatap layar handphone, bahkan kebiasaan tersebut dapat berlanjut pada sakit kepala, vertigo, keletihan, bahkan kanker otak. Permainan tradisional lebih banyak melibatkan aktivitas fisik, sehingga bisa dianggap anak-anak bermain sambil belajar dan berolahraga, juga dengan bersosialisasi dengan teman sekaligus. Selain itu, permainan tradisional dapat menyibukkan anak-anak tersebut sehingga dapat menjauhkan mereka dari efek pornografi yang zaman sekarang sudah dapat diakses dengan begitu mudahnya melalui gadget mereka. Maka dari itu saya berpendapat bahwa topik yang penulis bahas dalam buku yang berjudul “Perkembangan Anak Melalui Permainan Tradisional” ini sangat kreatif dan berguna bagi berlangsungnya kehidupan generasi penerus kita, yaitu anak-anak kita di masa depan nantinya. Dengan mempertimbangkan pendidikan dan pengalaman penulis, dapat dilihat bahwa mereka berdua adalah orang yang sangat mencintai anak-anak dan pendidikan terhadap anak-anak. Para penulis bahkan keduanya telah menyelesaikan S2 dalam bidang pendidikan anak tersebut. Kemudian, setelah meihat isi dan hasil penelitian penulis, sudah dapat dipastikan pemikiran mereka yang sudah sangat matang dan mendalam tentang topik yang mereka teliti ini. 14
Setelah membaca buku ini, mau tidak mau saya berpikir bahwa sebenarnya kedua penulis ini ingin menyampaikan kepada kita, sebagaigenerasi penerus bangsa, bahwa gadget bukanlah segalanya. Bahkan gadget dapat membahayakan diri dan masa depan kita sendiri. Bodohnya, kita justru menolak
untuk bermain permainan-permainan
tradisional yang kita anggap kampungan tersebut, padahal permainan permainan tradisional sangatlah seru dan memiliki berbagai dampak positif yang sangat banyak, baik untuk kesehatan dan menjanjikannya masa depan kita secara tidak langsung. Gadget sendiri data menjauhkan kita dengan orang lain, namun permainan tradisional tentu akan mendekatkan diri kita dengan teman-teman kita, dimana hal tersebut adalah hal yang cukup langka dan mahal di zaman globalisasi ini. Belajar melalui bermain, adalah sebuah ide yang brilian menurut saya, karena dapat menjangkau anak-anak yang mengalami kesusahan belajar dan juga anak-anak yang tidak suka dengan belajar, karena pasti sedikit sekali anak-naka yang tidak suka permainan. Jadi melalui permainan,
secara
tidak
langsung
mereka
telah
belajar
dan
mengembangkan otak mereka hingga nantinya besar menjadi seseorang yang cerdas. Kerincian penulis dalam menulis buku ini juga merupakan kelebihan dari buku ini. Penulis tidak lupa mencantumkan jangkauan usia, durasi permainan, alat bahan, dan bahkan cara bermain permainan tersebut, jadi tidak langsung menyebutkan apa saja keuntungannya secara gamblang,
namun
penulis
juga
menyebarkan
cara-cara
bermain
permainan tradisional agar kita dapat mempraktikannya dan secara tidak langsung ikut dalam melestarikan permainan tradisional. Kekurangan dari buku ini hanya sedikit sekali, sementara menurut saya isi dari buku ini sudah nyaris tidak ada kelemahannya., walaupun mereka bukanlah penulis berpengalaman yang terkenal. Kekurangannya 15
hanya terletak pada layout isi yang membuat orang tidak begitu tertarik membacanya, dan juga pada cover dari buku ini yang sangat biasa, hingga kurang menarik perhatian para pembeli untuk membeli buku ini. Sayang sekali, padahal isi dari buku ini bisa dibilang sangat bermanfaat demi masa depan generasi penerus kita. Selain itu, penulis perhatikan juga cara penulisan daftar pustaka mereka yang sama sekali tidak mengikuti aturan EYD , seakan mereka langsung copy paste saja. Padahal seharusnya orang yang berpendidikan hingga S2 mengerti dan memahami bagaimana cara menulis daftar pustaka, apalagi ada seorang dari penulis yang juga berada di bidang bahasa, walaupun bahasa inggris. Kemudian, ada juga biografi pengarang yang menurut saya kurang berguna karena kurang informatif dan malah membahas hal-hal yang tidak penting.
3. Penutup Generasi tua tentu akan sangat menikmati buku ini, mereka tentu akan bernostalgia lagi tentang masa kecil mereka, dan mereka bisa menerapkan permainan tradisional kepada generas-generasi penerusnya. Namun, buku ini tidak hanya cocok untuk generasi tua saja, buku ini juga cocok untuk generasi muda demi perluasan informasi yang mereka dapat dan agar mereka mau kebmbali bermain permainan tradisional. Namun, penulis sangat menganjurkan para ibu dan guru-guru yang mengajar anakanak yang masih kecil utuk membaca buku ini, agar mereka dapat melatih kecerdasan anak mereka secara optial, dan akhirnya dapat meningkatkan kualitas bangsa Indonesia di mata internasional, selain itu juga agar permainan tradisional yang juga merupakan salah satu identitas daerah tidak punah.
16
DIABETES BUKAN MOMOK
Christopher Randy Surya XI IA 7/11
1. Pendahuluan Buku tentang
yang
membahas
masalah
kesehatan,
khususnya
tentang
penyakit
yang dianggap penyakit paling menakutkan ini ditulis oleh Rahmatul
Fitriana,
S.KM.
Beliau lahir pada tanggal 17 Juli di kota Banjarmasin. Ia memang
memiliki
latar
belakang di bidang kesehatan yang
sebagian
dipelajarinya universitas
di
besar salah
negeri
satu di
Samarinda, Kalimantan Timur dengan jurusan Kesehatan Masyarakat. Tidak hanya melalui buku, ia juga menularkan kebiasaan gaya hidup sehat ke orang – orang di sekelilingnya. Penulis buku lainnya yaitu Siti Rachmawati. Lulusan terbaik di salah satu perguruan tinggi negri Jogja ini lahir di Sleman, 1 Desember 1981. Beliau mengambil jurusan kimia dan saat ini sedang berusaha 17
menyelesaikan masternya. Dilatar belakangi karenga saudaranya sendiri terserang diabetes, beliau sering menulis tentang artikel kesehatan di blog dan media sosial miliknya. Buku ini mengajak kita untuk memulai pola – pola hidup sehat agar terhindar dari penyakit diabetes, dilengkapi dengan cara-cara apa atau tips apa saja yang harus diambil agar seseorang diabetes dapat sembuh dan hidup normal. Buku ini memiliki no ISN 9786022882909. Diterbitkan oleh Medika dan disunting oleh Zaenul, dengan jumlah buku setebal 172 halaman dan ukuran buku 14 cm x 20 cm. Diabetes merupakan penyakit metabolisme yang sudah dikenal sejak zaman romawi. Sampai sebelum perang dunia ke II berakhir, penyakit ini terkenal sebagai penyakit yang gawat dan ditakukti oleh si penderita dan dokter yang merawatnya.Sampai dengan saat itu, obat yang dapat diandalkan untuk melawan penyakit ini hanyalah insulin yang ditemukan awal abad ke 20. Namun karena sulitnya mendapakan insulin, banyak penderita mengalami komplikasi dan akhirnya meninggal. Dalam buku ini, pengarang menjabarkan banyak hal tentang diabetes. Diabates yang dimaksud di sini adalah Diabetes Mellitus. Buku ini diawali dengan bahasan mengenai tentang penyakit diabetes mellitus itu sendiri mulai dari penyebab terganggunya metabolisme karbohidrat, gejala diabetes mellitus, serta komplikasi atau penyulit diabetes mellitus pada bab pertama. Inti dari pembahasan buku ini ada di bab ke tiga. Di bab
tiga
ini
diterangkan
tentang
bagaimana
penderita
diabetes
menanggulangi diabetes mellitus, dasar usaha penanggulangan, takaran makanan bagi penderita diabetes, tentang diet diabetes dan bagaimana menyusun menu sesuai diet diabetes, hingga pengunaan insulin dan obatobatan penurun kadar gula dalam darah.
18
2. Mensyukuri Hidup Bebas Penyakit Tentu
semua
karangan
buku
memiliki
kelebihan
dan
kekurangannya masing – masing. Di bawah ini akan saya jabarkan kekurangan dan kelebihan yang saya rasakan ketika saya membaca buku kreasi Rahmatul Fitriana dan Siti Rachmawati ini. Novel ini tentu meningkatkan kewaspadaan si pembaca tentang berbagai masalah kesehatan yang belakangan ini menghantui masyarakat. Dengan membaca novel ini, saya seperti disadarkan bagaimana tidak sehatnya pola hidup yang saya sudah jalani selama 17 tahun ini. Buku ini membuat saya, yang notabene memiliki keturunan diabetes lebih memperhatikan asupan gula yang saya konsumsi. Dan bagi pembaca yang sudah terkena penyakit diabetes pun masih dapat membaca buku ini, karena disertai bagaimana cara – cara yang dapat dilakukan untuk kembali hidup bebas tanpa teror diabetes mellitus yang mengganggu. Pada novel berjudul “Cara Ampuh Tumpas Diabetes” ini semuanya dijabarkan secara jelas. Maka bagi si pembaca yang belum mengenal diabetes pun masih dapat memahami. Buku ini menjelaskan dari pengertian sampai ke pencegahan dan penyembuhan, seperti apa saja yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Keunggulan lainnya terletak di dalam aspek bahasa. Buku ini dapat dipahami oleh berbagai kalangan, tidak seperti buku – buku tentang kesehatan lainnya yang hanya dipahami oleh kalangan dengan latar belakang kesehatan saja. Memang beberapa istilah masih asing, namun itu bukanlah hal yang mengganggu karena di zaman ini kita sudah dapat mencari segala sesuatu di internet.Sampul dari buku ini juga menarik sehingga dapat menarik minat pembeli toko buku untuk membacanya. Novel ini memiliki gaya penyampaian cerita yang sangat menarik. Menarik karena menggunakan istilah sehari-hari yang sering digunakan,
19
sehingga mudah dimengerti oleh para pembaca.Novel ini juga memiliki isi cerita yang sangat menarikdan tidak membosankan. Amanat yang dapat diambil dari membaca novel ini adalah kita harus mensyukuri hidup yang telah kita peroleh dari Tuhan, bukan hanya saja mensyukuri, namun kita juga harus menjaga apa yang telah Tuhan berikan kepada kita dengan baik dan benar. Kita harus selalu memelihara kesehatan kita agar apa yang diberikan Tuhan tidak sia-sia, sehingga membuat hidup kita sedikit tidak bermakna. Dan yang paling penting adalah kita tidak boleh cepat mengeluh dan berputus asa dalam menghadapi segala rintangan hidup agar apa yang akan dicapai dapat tercapai. Walaupun novel ini memiliki begitu banyak kelebihan menurut saya, novel ini tidak lepas dari kekurangan-kekurangan. Judul dari novel ini, “Cara Ampuh Tumpas Diabetes”, tidak terlalu menarik bagi saya. Karena menurut saya, judulnya sama seperti buku-buku kesehatan lain yang umumnya sedikit membosankan. Disamping itu, kelemahan yang lain dari buku ini adalah bahasa yang dipakai oleh penulis kadang sedikit susah, sehingga membuat sedikit malas membaca karena kurang memahami. Dimana seharusnya kalimat bisa membuat menjadi lebih sederhana dan dimengerti dengan cepat oleh pembaca.
3. Penutup Novel Cara Ampuh Tumpas Diabetes merupakan novel yang sangat saya rekomendasikan untuk dibaca oleh siapa pun, karena penyakit diabetes dimulai dari pola hidup saat muda. Pembaca juga akan ikut termotivasi saat membaca novel ini, karena memang novel ini sangat memotivasi, tentang seorang gadis kecil yang berjuang melawan kanker,
20
dan keluarga serta teman-temannya yang selalu ada di sisinya untuk selalu menyemangati dan menghibur. Tetapi novel ini akan terlihat lebih baik jika Rahmatul tidak terlalu menggunakan
kata-kata
yang
agak
sedikit
susah
dipahami
atau
dimengerti. Sehingga pembaca akan semakin tertarik untuk membaca sampai akhir. Hal-hal inilah yang akan membuat novel Cara Ampuh Tumpas Diabetes lebih baik dan banyak diminati.
21
INTERNET MENDANGKALKAN PIKIRAN KITA?
Dewi Soegiarto XI IA 7 / 15
1. Pendahuluan Nicholas Carr lahir pada tanggal 7 Januari 1959 di Cincinnati, Ohio,
Amerika
Serikat. Beliau adalah
seorang penulis berkebangsaan Amerika. Pria bernama lengkap Nicholas Gabe Carr ini dikenal sebagai penulis buku buku dan artikel teknologi, bisnis, dan budaya. Tak heran jika namanya sangat dekat di telinga para pembaca genre genre tersebut
karena
beliau
telah
mengeluarkan enam buku sejak tahun 2001. Pendidikan
terakhir
beliau
adalah S-2 Sastra dan Bahasa Inggris dan Amerika dari Harvard University. Pria berusia
58
tahun
ini
juga
pernah
menempuh studi S-1 Manajemen Bisnis di Dartmouth College. Pada tahun 2011, Carr pernah terpilih sebagai salah satu finalis Pulitzer Prize berkat bukunya yang berjudul The Shallows (2010), buku yang akan diulas penulis dalam kajian kali ini. Pulitzer Prize sendiri
22
adalah penghargaan yang dianggap tertinggi dalam bidang jurnalisme cetak di Amerika di Amerika Serikat yang ditujukan untuk kategori - kategori yang berhubungan dengan jurnalisme, jurnalisme, kesenian, dan surat - surat. Hanya laporan yang diterbitkan dan foto - foto hasil karya surat kabar atau organisasi berita harian yang berbasis di Amerika Serikat saja yang berhak menerima penghargaan ini. Selain menulis buku - buku, Nicholas Carr juga menekuni dunia penulisan blog. Ia memiliki sebuah akun blog yang digunakan untuk menuangkan ide - ide dan opininya mengenai perkembangan teknologi. Melalui blognya yang berjudul Rough berjudul Rough Type Type,, beliau membahas mengenai utopianisme teknologi yang
mengacu pada ideologi didasarkan pada
keyakinan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada akhirnya akan membawa utopia, atau setidaknya membantu untuk memenuhi satu atau lain yang ideal utopis. Pada tahun 2007, Carr kembali menulis sebuah blog dengan judul The Amorality of Web 2.0 2.0 yang mengkritik munculnya Wikipedia yang dianggap dapat mematikan pekerjaan - pekerjaan professional, seperti dokter, psikolog, dan psikiater karena orang - orang tidak lagi membutuhkan bantuan mereka karena tidak mau mengeluarkan uang dan beralih ke situs gratis. Di tahun 2001, Carr menerbitkan buku Digital Enterprise: Cara Mengubah Bisnismu untuk Mengkoneksikan Dunia yang merupakan buku perdananya untuk kepentingan pengajaran mata kuliah Manajemen Bisnis di Harvard University. University. Dua tahun kemudian, beliau kembali merilis sebuah artikel dan buku, IT buku, IT Doesn't Matter dan Does dan Does IT Matter?, untuk kepentingan pengajaran mata kuliah Teknik Informatika di tempat yang sama. Sedangkan pada tahun 2005, Nicholas Carr membuat sebuah artikel dengan judul The End of Corporate Computing untuk MIT University. University. Tahun 2008, beliau menerbitkan buku The Big Switch yang membandingkan keadaan ekonomi dan sosial masyarakat pada era Edison 23
dengan era Google. Artikel Carr yang berjudul Is Google Making Us Stupid? (2008)
merupakan tulisannya
yang paling
terkenal dan
kontroversial yang membuat banyak orang memperdebatkannya. Artikel tersebut membahas bagaimana Google dapat mengurangi tingkat konsentrasi dan kecerdasan seseorang. Bukunya yang keempat, The Shallows, Shallows, akan memperdalam teori Carr bahwa Google benar – benar dapat memperdangkal pikiran manusia. Tahun 2014 dan 2016, Carr menerbitkan masing – masing – masing masing sebuah buku dengan judul The Glass Cage dan Utopia Is Creepy. Creepy. The Shallows merupakan Shallows merupakan sebuah buku setebal 280 halaman yang berisi tentang bahaya internet bagi otak serta pengaruhnya bagi kebiasaan membaca kita. Terkadang sering kali kita menganggap remeh, berpura – berpura – pura bahwa internet tidaklah penting. Yang terpenting adalah bagaimana kita menggunakannya. Implementasinya, dengan pongah, adalah bahwa kita yang memegang kendali. Teknologi hanyalah alat yang tidak berdaya sampai
kita
menggunakannya,
tidak
berdaya
lagi
saat
kita
menyingkirkannya. Salah satu dampak nyata penggunaan internet terhadap otak, menurut Carr, adalah kian sulitnya otak pengguna internet untuk fokus dan berkonsentrasi ketika membaca buku. Pikiran Carr bukan tak mengandung kelemahan. Di antara kelemahan itu terletak pada asumsi yang mendasari analisis - analisis Carr yang mengatakan bahwa ketika orang menggunakan internet, ia akan larut, kehilangan kemampuan memilih dan pikiran kritisnya. Asumsi itu juga berbunyi bahwa di depan internet orang menjadi pasif dan dikuasai internet sedemikian rupa sehingga dirinya dibentuk oleh internet.
24
2. Internet Membentuk Pribadi Baru Kelebihan buku ini adalah Nicholas Carr dapat mengaitkan dan mendeskripsikan hubungan antara kelenturan system saraf otak dan internet yang menjadi salah satu penyebabnya: “... seperti kata seperti kata James Olds, profesor ilmu saraf yang menahkodai Krasnow Institute for Advanced Study di George Masin University, “sangat lentur”. Atau, seperti kata Merzenich, “teramat sangat lentur”. Kelenturannya berkurang saat kita bertambah tua–– tua ––otak otak mandek dengan caranya sendiri–namun sendiri–namun tidak pernah hilang.” (Carr, 2010:24) (Carr, 2010:24)
Intinya
adalah
otak
manusia
terus
menerus
berubah,
menyesuaikan diri, termasuk pada perubahan kecil di dalam keadaan dan perilaku kita. Membentuk sebuah pola tertentu sesuai dengan kebiasaan yang sering kita lakukan.
“Teknologi yang kita gunakan untuk mencari, mengorganisir, menafsir, dan menyimpan informasi adalah termasuk hal paling mempengaruhi struktur otak kita. Semua teknologi yang dari waktu ke waktu telah mempengaruhi
bagaimana
kita
menemukan,
menyimpan,
dan
menerjemahkan informasi, bagaimana kita mengarahkan perhatian kita dan menggunakan indra kita, bagaimanak kita mengingat dan bagaimana kita lupa, telah membentuk struktur fisik dan cara kerja pikiran manusia.” (Carr, 2010: 48) 2010: 48)
Memang benar ungkapan Heather Pringle, seorang penulis di majalah Archaeology yang mengatakan bahwa Google merupakan anugerah. Namun, ada harga yang harus dibayar. Seperti yang diungkapkan McLuhan (Carr, 2010:3), 2010:3), “Media bukan hanya merupakan saluran informasi. Media menyediakan isi pikiran dan juga membentuk proses pikiran. piki ran. Dan yang dilakukan internet adalah mengikis kemampuan k emampuan 25
saya berkonsentrasi dan merenung. ... Dulu, saya adalah penyelam di lautan kata – kata. Kini, saya bergerak cepat di permukaannya seperti orang yang mengendarai jet ski.” Sedangkan Scott Karp (Carr, 2010:3) berujar bahwa ia telah berhenti membaca buku sama sekali. “Di perguruan tinggi, saya mengambil jurusan sastra dan dulu saya seorang yang gila baca,” demikian tulisnya. “Apa yang terjadi?” Dia menebak - nebak jawabannya, “Bagaimana jika kebiasaan saya membaca di web tidak semata – mata karena berubahnya cara membaca saya, yakni saya hanya mencari kenyamanan, namun karena berubahnya cara BERPIKIR SAYA?” Penulis melalui beberapa penelitian melihat bahwa pengguna internet menggunakan memori aktif untuk surfing internet, tetapi sedikit atau bahkan tidak ada yang masuk ke memori jangka panjang. Hal ini dikarenakan internet berusaha untuk merebut atau mengalihkan perhatian pengguna dan otak melakukan reorientasi dari satu topik ke topik lain yang mengakibatkan tidak bisa fokus berlama - lama. Sebuah penelitian mengatakan jumlah hiperlink pada sebuah artikel web berbading lurus dengan penurunan fokus pembacanya. Karena ketika membaca artikel, otak akan terganggu dalam sepersekian detik untuk memutuskan apakah akan mengklik tautan tersebut atau tidak. Sebuah pertanyan diajukan tentang bagaimana pengguna internet membaca di web? Nielsen pada 1997 melakukan penelitian dan hasilnya adalah mereka tidak membaca. Mereka melompat lompat, tidak fokus, tidak tenang, dan banyak interupsi. Carr juga mengkritisi Google Books karena dianggap aplikasi ini tidak membagikan pengetahuan, tetapi membagi potongan pengetahuan yang memaksa orang untuk mencari potongan lain tanpa memahami secara lengkap apa yang seharusnya didalami.
Namun, Carr 26
agaknya hendak menyamakan semua pengguna internet dengan dirinya yang seperti ia ceritakan, yaitu telah banyak berubah sejak ia menjadi ‘adiktif’ terhadap internet. Carr bahkan harus mengasingkan diri ke daerah dengan akses internet yang sangat terbatas agar bisa fokus dan tuntas menulis buku The Shallows ini. Juga dilihat dari catatan pada halaman belakang, tampak bahwa buku ini disusun dengan mengutip banyak hal dari berbagai sumber. Di antaranya menganai pengaruh internet itu sendiri, tentang kelenturan otak yang mau tidak mau menerangkan tentang bagaimana otak itu bekerja, dan mengulas tentang perubahan kebiasaan membaca dan lain - lain. Dengan banyaknya sumber yang ada, hal pokok yang dibahas dapat menjadi terlalu luas sehingga melemahkan teori utama. Selain itu, terdapat banyak kesalahan penggunaan tanda baca pada kutipan – kutipan yang ada sehingga membuat sebuah kalimat susah untuk dipahami pembaca, seperti “... sebagai perangkat fisik yang tidak berubah tumbuh, dan dipotong oleh, metafora Era Industri yang ...” (Carr, 2010:19) dan “Jika berkaitan dengan anak, otak merupakan, sebagaimana telah banyak ditulis ...” (Carr, 2010:20).
3. Penutup Buku ini seperti sebuah peringatan agar pembaca tidak mengikuti begitu saja arus teknologi yang ada di sekitarnya, agar tidak diperbudak mesin, dan dapat memilih mana yang bermanfaat dan perlu. Hal ini dikarenakan manusia tidak dapat menghindarkan diri sama sekali dari perkembangan teknologi serta hal - hal baik dari masa lalu yang perlu dipertahankan, misalnya membaca buku yang dicetak. Bukankah sudah menjadi pemandangan sehari - hari melihat orang - orang di sekeliling tidak pernah melepaskan tangannya sedetik pun dari
27
telepon genggam dan setiap beberapa detik pandangan matanya terarah ke telepon genggamnya di manapun dan dalam kesempatan apapun, bahkan ketika sedang membahas hal penting dengan orang lain? Memang tampaknya sekali manusia menggunakan suatu teknologi, mereka tak dapat lagi hidup tanpanya. The Shallows sudah menjadi peringatan bagi para pembaca untuk lebih berhati - hati agar tidak menjadi adiktif dan obsesif terhadap internet, serta lebih waspada terhadap kedatangan alam kedangkalan, budaya instan, atau pun autistik minimal. Menjadi manusia yang lebih cerdas di tengah terjagan gelombang internet.
28
AKTIVASI OTAK TENGAH, PENYOKONG MASA DEPAN ANAK
Elizabeth Merrygold XI-IA7/16
1. Pendahuluan Otak manusia adalah sebuah misteri yang sampai ini masih banyak diteliti oleh ilmuwan di seluruh dunia. Buku Superbrain : Aktivasi Otak Tengah ditulis oleh Rini Andhika dan diterbitkan oleh Puspa Populer pada tahun 2010. Dalam buku setebal 76 halaman ini dibahas secara mendalam mengenai aktivitas otak tengah manusia. Otak manusia terdiri atas 3 bagian besar, yaitu otak besar, otak tengah dan otak kecil.
Ketiga
bagian
ini
bekerja
secara
bersamaan dan masing-masing punya peranan penting. Banyak orang menanggap bahwa orang jenius memiliki otak yang berbeda dengan manusia pada umumnya. Sebut saja Albert
Einstein,
Leonardo
da
Vinci,
Archimedes dan lain-lain. Kejeniusan tokohtokoh ini bukan dikarenakan adanya perbedaan anatomi otak antara kita orang biasa dengan mereka yang jenius. Hanya saja, orang jenius dapat memanfaatkan otak mereka secara maksimal, tidak 50% atau 60% 29
melainkan 100%. Setelah melalui berbagai penelitian, salah satu bagian otak yaitu otak tengah ternyata berperan aktif dalam meningkatkan kecerdasan seseorang. Memang otak tengah tidak begitu terkenal, namun perannya sangat besar dalam kecerdasan manusia. Otak tengah yang teraktivasi memancarkan gelombang otak menyerupai cara kerja radar, sehingga seorang individu dapat mendeteksi benda yang terletak sedikit di bawah hidung walaupun mata dalam keadaan tertutup. Di Indonesia telah ada lembaga yang menyelenggarakan latihan aktivasi otak tengah, seperti Genius Mind Consultacy (GMC). Latihan ini dapat dilakukan dalam waktu yang singkat, namun manfaatnya bisa dirasakan hingga 10-20 tahun ke depan. Latihan aktivasi otak tengah akan berdampak paling efektif bila dilakukan pada anak-anak usia 5-12 tahun (golden age). Pada latihan aktivasi ini orang tua memiliki peranan yang cukup besar. Orang tua dapat memberi semangat dan pendampingan sehingga anak menjadi lebih rileks dan bersemangat untuk berlatih. Latihan
aktivasi
dilakukan
dengan
beberapa
langkah
:
mendengarkan musik klasik, relaksasi pernapasan, brain gym, latihan mata, mind mapping dan motivasi. Manfaat yang didapat dari latihan aktivasi otak tengah juga sangat banyak. Kita akan dapat membaca dengan mata tertutup, memiliki kecepatan membaca dan daya ingat yang tinggi, peningkatan kemampuan imaji dan visualisasi, peningkatan konsentrasi dan kreativitas, emosi yang stabil dan karakter positif, serta meningkatkan daya intuisi. Tidak salah bila mayoritas anak yang telah mendapat pelatihan otak tengah bisa lebih berprestasi di sekolah. Selain di bidang psikologi dan kemampuan diri, kemampuan fisik kita juga akan ikut meningkat dan hormon kita menjadi lebih seimbang. Selain melalui pelatihan, otak kita juga harus diberi nutrisi yang cukup agar bisa berfungsi dengan baik dan maksimal. Makanan yang 30
dapat meningkatkan kemampuan otak adalah makanan yang banyak mengandung anti-oksidan, zat omega, zat besi. Misalnya blueberry, ikan, avokad, pisang, paprika , kopi, coklat, susu kedelai, ginkgo biloba dan biji labu. Untuk meningkatkan kemampuan otak, kita harus menghindari berbagai kebiasaan yang dapat merusak otak. Seperti tidak sarapan, merokok, makan terlalu banyak, terlalu banyak konsumsi glukosa, negative thinking , kurang tidur dan jarang berkomunikasi.
2. Otak Tengah, Tidak Terkenal Namun Terpenting Sebelum membahas lebih lanjut mengenai aktivasi otak tengah, kita
perlu
terlebih dahulu mengenal otak tengah.
Otak tengah
(mesencephalon) atau (midbrain) adalah bagian terkecil dari otak yang berfungsi sebagai stasiun relai untuk informasi pendengaran (inferior colliculi) dan penglihatan ( superior colliculi). Otak tengah mengontrol berbagai fungsi penting seperti sistem visual dan pendengaran serta gerakan mata. Beberapa bagian dari otak tengah yang disebut nukleus merah (red nucleus) dan substantia nigra berfungsi dalam mengontrol gerakan badan. Substantia nigra yang berwarna gelap berisi banyak neuron yang memproduksi dopamine. Pada umumnya, berkurangnya neuron di substantia nigra menyebabkan terjadinya penyakit parkinson. Otak tengah juga adalah bagian awal dari batang otak. Otak tersebut terdiri dari tectum dan tegmentum. Kedua bagian ini juga berfungsi dalam penglihatan, pendengaran, pergerakan mata, dan gerakan tubuh lainnya. Fungsi otak tengah manusia adalah yang paling penting karena wilayah ini berperan untuk mengatur semua tanggapan dari rangsanganrangsangan yang berkaitan dengan informasi sensorik dan mengatur segala macam tindakan tubuh unutk memberikan respon. Misalnya, saat
31
tangan memgang suatu benda yang panas, maka kemudian otak tengah akan memberikan informasi kepada otak bahwa tangan perlu melakukan sesuatu tidankan untuk merespon rangsang tersebut, yaitu dengan memindahkan tangan untuk segera menghindari panas tersebut. Keenam bagian dari otak tengah adalah Tegmentum yang mengatur kesadaran, Superior Colliculus yang mengatur penglihatan, Inferior Colliculus yang mengatur pendengaran, Batang Cerebral yang mengatur fungsi motorik, Red Inti yang mengatur fungsi motorik, dan Substantia Nigra yang mengatur fungsi motorik. Karena otak tengah terlibat dalam gerakan otot, kematian sel saraf di substansia nigra dapat menyebabkan penyakit Parkinson, suatu kondisi di mana seseorang kehilangan kontrol sukarela dari otot-otot dan tremor tubuh. Dr Makoto Shichida yang mengabdikan lebih dari 40 tahun penelitian ke dalam fungsi otak, menggunakan istilah “Interbrain” yang muncul dari otak tengah. Melalui aktivasi otak tengah, otak tengah dilatih untuk menjadi lebih peka dalam menerima rangsang dari “gelombang” yang dipancarkan benda pada radarnya. Aktivasi ini memiliki banyak manfaat dan tidak memberi dampak yang buruk bagi otak. Manfaat yang didapat dari latihan aktivasi otak tengah juga sangat banyak. Kita akan dapat membaca dengan mata tertutup, memiliki kecepatan membaca dan daya ingat yang tinggi, peningkatan kemampuan imaji dan visualisasi, peningkatan konsentrasi dan kreativitas, emosi yang stabil dan karakter positif, serta meningkatkan daya intuisi. Tidak salah bila mayoritas anak yang telah mendapat pelatihan otak tengah bisa lebih berprestasi di sekolah. Selain di bidang psikologi dan kemampuan diri, kemampuan fisik kita juga akan ikut meningkat dan hormon kita menjadi lebih seimbang. Setiap buku pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya 32
tersendiri. Kelebihan dari buku ini tentu terletak pada manfaatnya. Dengan membaca buku ini, kita mendapat banyak pengetahuan tentang otak tengah. Kita juga mendapat banyak informasi mengenai aktivasi otak tengah yang dapat meningkatkan kualitas hidup kita. Namun menurut saya buku ini kurang menarik. Bila dilihat dari sampulnya, sampul buku ini cenderung berwarna gelap. Selain itu, jenis kertas yang digunakan tipis dan mudah basah dan rusak bila terkena air.
3. Penutup Aktivasi otak tengah memiliki banyak manfaat bagi hidup kita. Bila hal ini terus dikembangkan, maka kualitas sumber daya manusia akan meningkat. Seperti halnya Jepang, Indonesia juga akan mampu menyusul ketertinggalannya dan mencapai keadaan diaman Indonesia tidak lagi menjadi negara berkembang, melainkan negara maju. Anak bangsa
yang
cerdas
akan
menuntun
bangsa
ini
menuju
pintu
kemakmuran. Bagnsa Indonesia tidak akan lagi “dijajah” oleh negara lain melainkan kita akan mampu untuk bersaing dan menjadi terdepan dalam kancah internasional. Maka baiklah kita mencoba untuk nerlatih aktivasi otak tengah. Dengan mengaktivasi otak, kita akan dapat meningkatkan kualitas hidup dan menjadi sukses.
33
OPTIMALKAN RASA PERCAYA DIRI ANAK
Ellen Stefanie / XI-IA7 / 17
1. Pendahuluan Anita Lie, Ed.D adalah seorang
pakar
di
bidang
pendidikan. Beliau lulus Master of Art (tahun 1991). Beliau terus aktif dalam menulis buku-buku pendidikan
anak.
Doktor
Pendidikan
alumni
Baylor
University
(USA,
1994)
ini
pernah menjadi dosen tamu di SEAMEO RELC (Singapore), Kwansei
Gakuin,
Fu
Jen
University, Chinese University of
Hong
Kong,
Ateneo
University dan De La Salle University, University of Brunei Darussalam,
Universiti
Malaysia,
dan
Putra
Universiti
Kebangsaan Malaysia. Lebih lanjut, ia menyabet penghargaan The Rotary International Ambassador of Good Will dan 2000 SEAMEO Jasper Fellowship Award dari pemerintah Kanada untuk kategori penelitian terbaik. Saat ini, ia berkarya sebagai Direktur EduBusiness Consulting,
34
dosen di Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya. Anita Lie tak jarang menulis artikel-artikel untuk media massa. Buku-buku
pendidikan
Mengembangkan
yang
ditulisnya
Kecerdasan
Anak,
antara
101
lain:
Cara
101
Cara
Menumbuhkan
Kemandirian dan Tanggung Jawab Anak, Cooperative Learning, English via Environmental Education, Building Bridges, dan Beyond the Classroom. 101 Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak adalah sebuah buku pendidikan berbasis psikologi anak berbahasa Indonesia ditulis oleh Anita Lie. Buku ini dicetak pertama kali pada Maret tahun 2003 oleh Percetakan PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Cetakan keduanya muncul pada September tahun 2003. Jumlah halaman adalah 157 halaman. 101 Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak adalah sebuah buku pendidikan dengan tema psikologi anak dan merupakan bagian dari Seri Menjadi Orang Tua Bijak . Buku ini lebih ditujukan kepada para orang tua yang ingin mengembangkan rasa percaya diri pada anak-anaknya. Buku ini bersifat memnadu agar orang tua atau pembaca dapat mengerti dan mengikuti panduan yang tercetak di dalam buku tersebut. Menjadi orang tua bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Tidak ada sekolah atau universitas yang memberikan ilmu-ilmu menjadi orang tua yang baik. Tidak ada yang mengajarkan kepada kita bagaimana menjadi orang tua. Orang tua memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat kompleks dan penting. Maka dibuatlah buku 101 Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak. Seorang individu dikatakan sehat apabila mempunyai rasa percaya diri yang memadai. Rasa percaya diri berarti yakin kepada diri sendiri, tidak bergantung pada orang lain. Tidak ragu-ragu dalam mengambil suatu keputusan, mempunyai harga diri, dan yang terpenting, memiliki 35
keberanian untuk bertindak atau memulai sesuatu. Individu yang memiliki percaya diri dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan tahapan perkembangannya dengan baik atau setidaknya memiliki kemampuan untuk belajar cara menyelesaikan hal tersebut (Lie, 2003, p.4). Keluarga memiliki peran penting dalam terbentuknya pribadi seorang individu. Terutama sosok ayah dan ibu bagi anaknya. Percaya diri menjadi modal dasar anak dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Ia mampu bertahan hidup dan berusaha mengurangi ketergantungannya dengan orang tuanya apabila rasa percaya diri itu sudah ditanam dari kecil. Dengan hal ini, anak akhirnya tumbuh dalam pengalamannya sehingga menjadi pribadi yang mantap kelak di masa dewasanya. Pada dua tahun pertama kehidupan manusia, perkembangan otak sangat pesat. Maka dari itu perlu dimanfaatkan ketika anak berumur dibawah dua tahun. Anak berumur dibawah dua tahun akan menerima saja apa yang dia dapatkan dari orang tuanya dan tidak mencari-cari hal yang lain. Ketika berumur dua tahun, anak akan mulai mengenal dirinya dan mencari apa yang diinginkannya. Pada usia tiga sampai dua belas tahun, orang tua mulai menghargai anak sebagai pribadi yang utuh. Bukan hanya karena tubuh kecilnya saja mereka tidak berhak untuk mendapat penghargaan. Orang tua diharapkan untuk lebih banyak memberi kesempatan bagi anak untuk mengekspresikan dirinya, menyatakan pendapatnya akan suau hal, beri kesempatan untuk bertanggung jawab akan hal yang sederhana. Dengan ini anak akan belajar sedikit demi sedikit untuk tampil percaya diri. Usia 13 sampai 15 tahun adalah masa remaja atau dikenal sebagai ABG (Anak Baru Gede). Masa ini merupakan masa transisi mereka untuk memasuki kehidupan orang dewasa. Emosi mereka cenderung labil karena pubertas. Oleh karena itu, orang tua lebih baik membimbing 36
anaknya dengan baik. Hal yang dapat dilakukan adalah mendampingi mereka, tidak memperlakukan mereka seperti anak kecil, dan terpenting yaitu membina terus kehidupan rohaninya. Anak berusia 16 tahun keatas masih perlu dampingan orang tua, meski mereka sudah dibilang “dewasa”. Orang tua lebih banyak mendukung anak ketika di usia ini. Karena mulai bekerja secara individu dan cenderung tidak bergantung lagi kepada orang tuanya. Orang tua dapt mendukung
dengan
menghargai
pilihan-pilihannya,
membicarakan
tentang masa depannya, menghargai kebebasan atau privacy-nya, dan mendoakan mereka selalu.
37
2. Tumbuhkan Rasa Percaya Diri Sejak Dini Buku 101 Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak oleh Anita Lie, seorang pakar pendidikan, menguraikan akan pentingnya rasa percaya diri untuk menjalani dan memenuhi kebutuhan hidup ini. “Individu yang sehat mempunyai percaya diri yang memadaikan. Percaya
diri
berarti
yakin
akan
kemampuannya
untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan dan masalah. Dengan percaya diri, seseorang merasa dirinya berharga dan mempunyai kemampuan menjalani kehidupan, mempertimbangkan berbagai pilihan dan membuat keputusan sendiri.” (Lie, 2003, p.4) Begitu banyak masalah atau kasus yang sering kita lihat dari kehidupan sehari-hari mengenai pola asuh orang tua terhadap anaknya. Kadang pola asuh yang mereka tunjukkan itu benar, namun tidak sedikit pula yang salah. Orang tua cenderung untuk membenarkan sikap anak sehingga anak tidak dapat “begerak bebas” dan sering menutup diri. Anak lebih sering tidak dihargai keberadaannya dibandingkan orang dewasa. Hal ini perlu diperhatikan karena pada kenyataannya seorang anak, meski tampilan fisiknya belum sesempurna orang dewasa, juga perlu sebuah penghargaan dari orang tuanya. Meremehkan mereka menjadi kesalahan yang sangat fatal. Begitu ada kata-kata atau perbuatan yang mengena dalam pikiran mereka, mereka akan menyimpan memori itu dengan baik-baik dan selalu teringat akan hal tersebut sampai mereka tumbuh dewasa. Anak menjadi tidak berani dalam menyampaikan keputusan atau pendapatnya. Dan hal ini terus terjadi sehingga mereka menjadi pribadi yang lemah. Semua ini berakar dari pola asuh orang tau sejak bayi. Apabila mereka menggunakan pola asuh yang benar dan konsisten, hasil
38
yang mereka tuai pasti juga baik. Maka dari itu buku ini dibuat oleh Anita Lie kepada para orang tua yang ingin yang terbaik untuk anak mereka. Tidak ada orang tua yang ingin anak mereka menjadi yang terburuk di dunia ini. Buku pendidikan ini adalah buku yang tepat bagi orang tua yang bingung dalam mengasuh sang anak yang benar. 101 Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak adalah buku yang padat, singkat, dan jelas. Daftar isi dari buku ini singkat namun jelas. Pendahuluan diawali dengan pernyataan yang sesuai dengan faktanya bahwa menjadi orang tua itu tidaklah mudah. Hal ini benar karena tidak semua orang tua dapat menjadi orang tua yang benar atau menjadi ahli. Anita Lie juga menjelaskan akan pentingnya sebuah rasa percaya diri dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang digunakan begitu sederhana dan menarik sehingga pembaca dapat menangkap maksud dari penulis. Penjelasan dapat diikuti oleh permbaca sehingga pembaca dapat menerapkannya demi proses pengasuhan dan pendidikan anak yang efektif. Buku ini dibagi menjadi tujuh bab yaitu pendahuluan, masa sebelum usia 2 tahun, masa usia 3-5 tahun, masa usia 6-12 tahun, masa 13-15 tahun, masa 16-18 tahun, dan masa usia 18 tahun ke atas. Tiap bab berisi dengan cara-cara, panduan, atau poin-poin yang penting dalam membimbing anak pada usia tertentu. Tiap bab diberikan penjelasan akan perkembangan kognitif, motorik kasar, sosial, dan lain-lain. “Menurut penelitian, pada dua tahun pertama kehidupan manusia, perkembangan otak terjadi begitu pesat. Pada saat anak menginjak usia dua tahun, ukuran otaknya sudah mencapai kurang lebih 80 persen otak orang dewasa.... Mula-mula anak selalu menerima apa
39
saja yang ia dapatkan dantidak mencari apa yang seharusnya dia dapatkan namun di akhir tahun pertama dia mulai mencari apa yang diinginkannya dan tidak mau menerima begitu saja.” (Lie, 2003, p,9) Maksud
diberikannya
perkembangan-perkembangan
seperti
kutipan diatas adalah untuk memberi alasan mengapa orang tua atau pembaca perlu mengikuti langkah-langkah yang diberikan dalam buku tersebut. Sehingga orang tua atau pembaca tidak menerapkan langkahlangkah tersebut tanpa tujuan yang jelas. Langkah-langkah yang diberikan di tiap bab tidak hanya diberi secara mentah-mentah atau hanya sekedar cara biasa. Tiap langkah disertai dengan alasan dan bagaimana cara menjalankan langkah tersebut. Berikut adalah salah satu langkah, yaitu “Doronglah dia untuk menjalin persahabatan yang sehat dan benar.” Dengan alasan,
“Mengapa? Pada masa sebelumnya, anak lebih suka berkelompok bersama banyak teman dan sangat dipengaruhi oleh kelompoknya. Pada masa ini, anak muda cenderung lebih menyukai persahabatan yang lebih dekat hanya dengan tidak terlalu banyak orang.” (Lie, 2003, p.131). Dapat disimpulkan bahwa penulis mengerti dan ahli dalam membahas psikologi anak. Anita Lie memahami baik dari sisi orang tua maupun anak, sehingga beliau dapat memnunjukkan poin-poin penting yang dapat dipahami oleh orang tua atau pembaca. Sayangnya tidak ada tulisan pengalaman mengenai cara pola asuh penulis terhadap anaknya sendiri sehingga buku ini cenderung sebagai buku panduan biasa.
40
3. Penutup Percaya diri adalah suatu hal yang penting untuk dimiliki dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Terutama dalam cara atau proses menyelesaikan masalah tersebut. Maka rasa percaaya diri ini perlu ditanamkan sejak kecil. Dengan pola asuh yang benar dan konsisten, tingkat percaya diri seorang anak akan memadai. Anak dapat bertahan hidup dengan dirinya sendiri dan tidak bergantung sepenuhnya dengan orang tua atau keluarganya. Mereka telah belajar untuk percaya akan kemampuannya. Orang tua mengambil bagian yang sangat besar
dalam
menumbuhkan kepribadian anaknya. Cara mendidik orang tua terhadap anak sejak kecil akan berdampa terus hingga mereka mencapai masa dewasanya. Maka buku 101 Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak bertindak sebagai panduan bagi orang tua atau pembaca yang kelak akan mempunyai anak untuk mendidik anak ke jalan yang benar.
41
RANKING 1ST BUKAN SEGALANYA
Felicia/XI IA 7/18
1. Pendahuluan “Bekal
Memantik
Sebenarnya”
tertulis
di bagian depan atau cover buku ini. Buku yang
berjudul
Ranking
1st
Segalanya merupakan karya
Bukan ini buku
Bambang
Wahyudiono.Dengan menggandeng penerbit Raih
Asa
Sukses,
buku ini diterbitkan dan pertama kali di cetak di Jakarta pada tahun 2012. Buku ini memiliki
ketebalan
188 halaman dengan ukurannya 20 cm X
42
14 cm. Buku ini di edit oleh Ardiansyah dan design cover oleh Yudi Haryanto. Bambang Wahyudiono lahir di Malang, Jawa Timur pada bulan Maret 1968. Ia kemudian berpindah ke Jakarta karena mengikuti sekolah kedinasan, sekolah gratis yang menghantarkannya urbanisasi ke Jakarta. Nilai rapornya waktu sekolah dasar banyak yang merah karena ia tidak mau belajar. Kesadarannya untuk belajar tumbuh saat sukses masuk SMP negeri. Sejak kelas satu hingga tiga selalu masuk kelas favorit dan masuk 10 besar. Berbekal tekun dan disiplin, akhirnya ia lulus dengan ranking 3 dan masuk SMA negeri favorit di Malang. Ia masuk ke sekolah barunya tanpa teman karena saat itu hanya dia yang berasal dari SMP asalnya. Saat semester satu, ia masuk ranking 6, tetapi tidak masuk kelas favorit karena salah menentukan jurusan. Ia kemudian tidak mendengarkan guru ketika mengajar. Menurutnya, untuk apa A1 tapi ranking 20, lebih baik masuk A3 tapi ranking 1. Kesalahannya ini boleh jadi mengakibatkan tidak optimalnya kemampuan selama belajar di SMA. Rupanya, setelah lulus masuk jurusan non-eksata atau ekonomi, ia bisa meraih ranking 1 di akhir masa kelulusan. Meskipun, nilai SMAnya tidak terlalu bagus, keberuntungan rupanya memihak padanya. Ia kemudian
memasuki perguruan tinggi
keuangan. Prestasi ranking 1nya rupanya bukan segalanya. Ia berpindah ke beberapa tempat kerja. Hingga saat ini, karirnya biasa saja, tapi pengalaman yang dirasakannya membuat ia kemudian menulis buku untuk berbagi mengenai ceritanya kepada kita. Saat ini, sebagai Assistant Vice President (AVP) di lembaga keuangan non-bank pada unit audit internal. Selain rutinitasnya sebagai auditor, di kantornya, ia sering ditunjuk sebagai fasilitator atau trainer program pelatihan. Audiens bukan hanya dari karyawan internal 43
melainkan juga manajer dan pengelola lembaga keuangan mikro (LKM), termasuk
direktur
Bank
Perkreditan
Rakyat
(BPR)
serta
para
wirausahawan pemilik usaha mikro seluruh Indonesia. Pernah
menjadi
instuktur
pada
acara
Corporate
Sociak
Responsibility (CSR) dan PKBL BUMN yang diadakan oleh perusahaan minyak Totak Finaelf di Balikpapan, CNOOC di Pulau Seribu, Pertamina di Batam. LPDB Pemda Batam, Credit Union di Teluk Dalam dan Gunung Sitoli Pulau Nias, pengusaha pala di Pulau Siau, pengawasan LKM di Makassar, Aceh, PKBL Telkom Bandung. Selain itu, pernah menjadi trainer kepada pengelola micro finance negara-negara ASEAN yaitu Philipina, Myanmar, Malaysia, Kamboja, dan Thailand yang diprakarsai oleh Kantor Sekretariat ASEAN dan Kementrian Luar Negeri di Jakarta. Program-program train the trainer banyak diikuti termasuk Microfinance Development Program dari Citycorp City Bank. Memiliki pengalaman sebagai internal auditor dengan Qualified Internal Auditor (QIA). Berbekal ijazah parcasarjana tahun 1998 dan S1 ekstension manajemen keuangan Universitas Indonesia, pernah mengajar tidak tetap di beberapa sekolah ekonomi tinggi di Jakarta. Dengan jalur pengalaman berliku yang tidak biasa, banyak ide yang ingin dituangkan dalam buku bukunya kedepan.
2. Perlu Kecerdasan dan Pengalaman Pepatah latin mengatakan “NON scholae sed vitae duscimus” artinya kita belajar bukan untuk sekolah melainkan untuk hidup. Kalau orang mengatakan tugas utama mahasiswa kuliah, saya masih bisa sependapat. Tapi saya tidak setuju bila dikatakan prestasi akademik yang tinggi otomatis menjadikan karier seseorang di tempat kerja kelak tinggi 44
juga. Prestasi mahasiswa adalah prestasi akademik atau hard skills. Prestasi sebenarnya bukan saat di kelas, prestasi atau sukses itu setelah tamat kuliah. Dunia karier! Baik sebagai karyawan atau wirausaha. Sukses dunia karier tidak ditentukan ranking satu, cumlaude atau prestasi akademik, tapi 90% ditentukan oleh soft skills. Keterampilanketerampilan yang justru minimal diajarkan di sekolah atau perguruan tinggi. Ada banyak cara yang bisa untuk memperoleh sukses. Orang sukses ada yang dengan cara alami atau ada juga dengan cara lain. Buku ini hanya bercerita tentang bagaimana sukses dengan cara yang bisa dipelajari melalui proses kematangan diri dan kematangan berorganisasi. Kematangan tidak bisa diasah dari kegiatan menghafal pelajaran. Kematangan hanya bisa diperoleh dengan praktik-praktik nyata terutama di luar kelas, di kehidupan sosial, berorganisasi dan sebagainya. Untuk bisa menjadi manajer tidak cukup hanya mahir kemampuan teknis. Manajer harus punya kemampuan leadership, kerjasama yang baik, komunikasi dan kemampuan memengaruhi orang lain atau influencing people. Buku ini memuat enam bagian yang menyatu, dari kenyataan yang ada hingga tips how to mengatasi berbagai persoalan untuk dapat lolos ke tangga prestasi. Tentu saja karyawan atau pun wirausaha yang sukses. Banyak kisah nyata dan pendapat para ahli di bidangnya yang diulas dan dikritisi dalam buku ini termasuk apa yang menjadi budaya di negeri ini. Semuanya untuk mencari tahu dan membuktikan apa kunci mereka yang sukses. Selagi mahasiswa atau pelajar banyak sekali kesempatan yang bisa diasah semenjak dini. Dunia ini anomali bagi yang tidak mampu dengan rahasia hard skills dan softskills. Keduanya harus dikuasi secara berimbang bagi mereka yang ingin sukses. Kuliah hanya bagian kecil dari proses menuju sukses, namun jalan masih sangat berliku untuk meraih 45
segalanya. Bagian kedua dimulai dengan ulasan kenapa ranking 1 bukan segalanya : pemimpin tidak mesti ranking satu, sukses karier meski bukan bidangnya, faktor soft skills dan hard skills, sistem pendidikan belum maksimal. Ranking satu tapi soft skills rendah identik dengan ketidaksuksesan. Bagian tiga membahas bagaimana menentukan jalur karier : menghalau hambatan diri, bila keliru memilih tempat kerja, menetapkan pilihan berkarier, meningkatkan kompetensi berkarier, memilih Sekolah Menengah Kejuruan, hingga jawaban sanggupkah saya berwirausaha. Tuntutan dunia kerja dimuat di bagian empat. Dimulai tips bagaimana proses dan lolos seleksi kerja, tuntutan kompetensi profesi, referensi kerja, leadership dan team work, dan bagaimana penilaian prestasi dunia kerja dilakukan. Bagian ini diakhiri dengan bagaimana menjadi pribadi berpengaruh dan ragam tuntutan seorang wirausaha. Sebelum bagian enam penutup, disajikan bagaimana seharusnya yang merupakan inti how to buku ini yaitu bagian lima. Bagian diawali dengan mengubah paradigma, mengasah soft skills sewaktu sekolah atau kuliah, developt soft skills sebelum pensiun dari karyawan, menyadari kesalahan berpikir, berpikir positif, sukses modal spiritual, belajar terus tanpa henti. Selama hayat masih dikandung badan. Pada bagian akhir ada statement, apa pun risiko jalan hidup yang terjadi menjadi sukses atau tidak. Sisi positif seorang ranking satu seharusnya menjadikan hidup yang tidak gampang menyerah, tidak gampang frustasi dengan himpitan karier, daya mampu menghindari sikap hidup tidak produktif, malas dan tidak bertanggungjawab. Satu lagi yang sangat berarti bagi seorang yang pernah meraih ranking satu, yaitu melekatnya budaya malu pada diri. Malu bila tidak dapat berbuat terbaik dibandingkan dengan orang lain atau malu bila dianggap tidak berprestasi 46
oleh yang menilai diri kita. Apa pun, sukses itu relatif lantaran dinilai oleh makhluk Tuhan juga. Sukses itu setelah kehidupan kini berakhir. Babak baru dengan modal terbaik yang tergoreskan oleh kiprah diri kita sendiri
3. Penutup Banyak kelebihan dari buku ini. Terdapat kalimat-kalimat inspiratif dalam buku. Kalimat-kalimat itu biasanya dicetak tebal. Dengan bahasa yang santai dan tidak menggunakan kata-kata kias yang banyak membuat buku mudah dipahami. Design halaman yang menarik dapat membuat pembaca tidak jenuh membaca buku ini. Dalam menjelasakan opini penulis selalu dipaparkan pula mengenai fakta-fakta yang ada dalam masyarakat, membuat pembaca yakin akan buku ini. Dalam buku ini juga menjelaskan
poin-poin
penting
dalam
melamar
kerja.
Banyak
menggunakan analogi-analogi membuat pemahaman isi lebih baik. Sementara itu juga terdapat kekurangan di buku ini. Beberapa kata menggunakan istilah bahasa inggris jadi bagi yang kurang mengerti bahasa inggris butuh menyesuaikan. Banyak penggunaan tanda baca yang salah. Gambar-gambar dan disain halaman berwarna hitam putih. Sebagai saran, mengingat tingkat keterbacaan dari buku ini maka, buku ini baik dan layak dibaca untuk usia 15 sampai dengan dewasa. Mulai dari siswa SMA, Mahasiswa, Karyawan dan Calon Pegawai.
47
REAL FOOD BAGI KESEHATAN
Jennifer Daniera XI-IA7 / 27
1. Pendahuluan
Dr.
Ir.
Muhammad
Ahkam
Subroto, M.App.Sc,APU, atau yang biasa dikenal dengan sebutan “Ahkam (Totok) ” putra kedua dari bapak Taksisman HW, adalah seorang Dosen Pascasarjana, Program Studi Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) sejak tahun 1998. Pria kelahiran Blora, 2 Januari 1964
ini menekuni dunia penelitian
sejak 1987. Ia merintis karir di LIPI setelah lulus dari Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Dalam kurun waktu 19 tahun berkutat di LIPI, tak hanya karir yang berkembang. Di tempat ini pula
Ia menemukan jodohnya, Ir. Nina Artanti, Msc (42) yang juga berprofesi peneliti. Dr. Ir. Muhammad Ahkam Subroto, M.App.Sc,APU, pada tahun 1991 menyelesaikan studinya dan gelar Master o Applied
48
Science (M.App.Sc) bidang bioteknologi diraih dari Department of Biotechnology, The University of New South Wales, Sydney, Australia. Gelar Doctor of Phylosophy (Ph.D) juga diraihnya dari Department of Biotechnology, The University of New South Wales, Sydney, Australia pada tahun 1995. Penghargaan yang diperoleh adalah Peneliti Muda tahun 1997 dan Satya Lencana Karya Satya 10 tahun, tahun 2001. Pada Oktober 2005, ia diangkat sebagai staf Ahli Peneliti Utama (APU) Bidang Bioteknologi di Pusat Penelitian Bioteknologi, LIPI. Peneliti utama bidang bioteknologi LIPI ini, belakangan banyak berkutat pada penelitian obat herbal menyusul maraknya peredaran buah merah (pandanus conoideus), asal Papua dan VCO (Virgin Cocconut Oil) yang diklaim dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Kedua produk herbal tadi hanya sedikit dari banyak sampel yang digeluti dalam lingkup laboratorium penelitiannya. Kini waktunya tak tercurah sepenuhnya di lab penelitian, tapi lebih banyak mengatur strategi, manajemen penelitian dan pengarahan staf. Tanggung jawabnya seputar penentuan trend penelitian, dana, metode, kerjasama baik dengan lembaga pendidikkan, kemitraan dan pihak swasta. Putra kedua dari pandawa lima ini, berkesempatan melanjutkan studi S2 dan S3 di Sydney, Australia dan mengembangkan karir di Cibinong. Sosok yang paling berpengaruh dalam keseuksesannya tak lain adalah ayahnya yang merupakan sosok pemberi inspirasi dan teladan. "Walaupun hanya bekerja sebagai pegawai pemerintah golongan rendah, namun cakrawala berpikirnya luas, mungkin disebabkan kesukaannya membaca, " ujar Ahkam. Di sela-sela kesibukannya, ayah dari Daisy Alma Setiyanti Subroto
(13)
dan
M.
Adil
Setiyanto
Subroto
(10)
ini
masih
menyempatkan menjadi pengajar bagi mahasiswa S2 dan S3 di 49
almamaternya. Perhatiannya yang besar terhadap trend pengobatan komplementer dan alternatif (CAM) ini tak hanya disimpan sebagai dokumen kerja namun membaginya secara tertulis yang bisa dijumpai pada sejumlah media, seperti Trubus, Kompas, dan beberapa surat kabar. Ia pun menuangkan pengetahuannya di bidang ini pada sejumlah buku. Salah satu buku karyanya adalah buku berjudul “Real Food True Health”. Buku berjudul “Real Food True Health” ditulis oleh Dr. Ir. Muhammad Ahkam Subroto, M.App.Sc.,APU. Buku ini diterbitkan AgroMedia Pustaka. Buku ini pertama kali diterbitkan pertama kali di Jakarta Selatan pada tahun 2008. Buku bergenre kedokteran – Kesehatan Keluarga ini ditulis dalam Bahasa Indonesia dengan jumlah halaman 7 halaman romawi dan 152 halaman isi. Real food, sebagian dari Anda mungkin belum pernah mendengar istilah tersebut. Kalaupun sudah, persepsi Anda tentang real food pasti berbeda dengan persepsi orang lain. Mengapa? Karena belum ada definisi baku untuk istilah real food itu sendiri. Namun demikian, terdapat beberapa kata kunci yang menunjukkan adanya kesamaan persepsi mengenai real
food,
misalnya
‘organik’,
‘alami’,
‘tradisional’,‘keberlanjutan’,‘menyehatkan’,‘ramahlingkungan’. Buku ini membahas konsep real food secara komprehensif, dari pengertian real food, ragam jenis pangan yang termasuk real food, hingga manfaat real food untuk menangkal penyakit degeneratif, seperti kanker, jantung, darah tinggi, dan kolesterol. Selain itu, buku ini juga membahas pola makan real food dan membandingkannya dengan pola makan lain yang sudah populer.
2. Beda Jenis Beda Manfaat Buku karya Dr. Ir.Muhammad Ahkam ini
mengupas tuntas
tentang real food dari berbagai aspek, yaitu aspek food (kandungan dan 50
manfaatnya) dan nonfood . Yang termasuk aspek nonfood itu meliputi aspek ketahanan pangan, aspek lingkungan, aspek sosial, dan aspek ekonomi masyarakat. Berbagai jenis zat gizi dan macam-macam pola diet pun dijelaskan secara gamblang dan illmiah. Beberapa fakta ilmiah yang diungkapkan tentang bahan pangan ( nabati dan hewani ), mulai dari cara pembibitan hingga efeknya bagi tubuh, cukup mencengangkan. Dalam buku ini, penulis menggunakan konsep mempaparkan kemudian memberi kesimpulan. Dengan menggunakan konsep ini, pembaca dapat lebih mengerti inti dari perihal yang dibahas dibanding dengan penjelasan yang bertele- tele tak berujung. Selain itu penulis juga memaparkan
kasus
kasus
dan
fakta
fakta
yang
mendukung
pembahasannya mengenai real food. Yang membuat buku ini menarik yaitu tampilan cover -nya yang berkesan segar dan mewah. Pada halaman isi beberapa diantaranya dicetak berwarna, sehingga tampilan buku tidak membosankan. Pada halaman
isi
juga
terdapat
banyak
gambar
yang
menunjang
pembahasannya. Seperti gambar keju yang dilengkapi penjelesan mengenai keju, gambar susu, buah buahan dan lain lain. Selain itu dalam buku ini juga terdapat berbagai tabel dan ilustrasi yang menunjang pembahasannya. Seperti tabel senyawa senyawa fungsional pada halaman 16 yang dipaparkan sebagai pendukung bahasannya mengenai makanan fungsional. Terdapat juga tabel tabel kandungan gizi pada beras merah, susu, tabel komponen bioaktif dalam susu sapi dan fungsinya, tabel perbedaan kandungan nutrisi sayuran organik dan anorganik, tabel kombinasi makanan yang tidak dapat dikonsumsi bersamaan, dan tabel tabel lain yang berguna dalam penerapannya dikehidupan sehari hari. Dalam pembahasannya mengenai contoh contoh real food seperti beras
merah,
penulis
memaparkan
secara
menyeluruh.
Penulis 51
menjelaskan kegunaan beras merah, memeberikan tabel kandungan gizi pada beras merah, dan memberi perbandingan antara beras merah dan beras putih. Sehingga pembaca bisa percaya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari hari. Demikian pula ketika penulis menjelaskan tentang susu. Ternyata susu itu bisa baik bisa buruk bagi kesehatan. Hal tersebut berkaitan dengan jenis hewan, kondisi hewan,takaran, cara menernakan hewan dan lain lain. Selain itu penulis juga menjelaskan secara terperinci masing masing jenis susu, seperti susu sapi, susu kambing, susu kuda, susu fermentasi dan hasil olahan masing masing jenis susu. Sehingga pembaca dapat memilih dengan baik mana yang berguna bagi kesehatannya. Buku ini sangat bagus untuk dibaca karena pembahasannya yang lengkap. Penulis menjelaskan secara terperinci tiap jenis real food dan pengolahannya. Selain itu penulis juga memaparkan cara menerapkan pola makan sehat yang mudah diteladani oleh para pembaca. Seperti pola makan vegetarian, pola makan menurut golongan darah, pola makan atkins yang dikembangkan oleh Dr. Robert Atkins, pola makan ornish yang dikembangkan oleh Dr. Dean Ornish, pola makan makrobiotik, pola makan zona, dan pola makan ala food combining. Pola pola makan tersebut, setiap jenisnya memiliki manfaat yang berbeda. Penulis juga memaparkan tujuh prinsip dasar dari pola makan sehat optimal yang dilengkapi dengan pembahasan singkat. Tujuh prinsip dasar tersebut diambil dari buku “The Encyclopedia of Healing Food” yang ditulis oleh Dr. Michael Murray, Dr. Joseph Pizzorno dan Lara Pizzorno. Tujuh prinsip dasar tersebut meliputi, makanlah buah dan sayuran “pelangi” dilengkapi tabel contoh buah dan sayuran “pelangi”, kurangi paparan pestisida, mengendalikan kadar gula darah, jangan mengonsumsi daging dan makanan berbahan hewani secara berlebihan, makan lemak dari jenis yang tepat, kurangi asupan garam dan tingkatkan 52
asupan kalium, dan minum air putih secukupnya setiap hari. Tujuh prinsip dasar tersebut dilengkapi dengan penjelasan penjelasan singkat sehingga pembaca dapat memahami mengapa hal hal tersebut boleh atau tidak boleh dilakukan. Pada lembar daftar pustaka yang ditulis sampai 10 halaman ini dituliskan berbagai sumber pustaka yang digunakan oleh penulis, mulai dari sumber buku, jurnal ilmiah, media cetak populer, peraturan pemerintah, hingga internet. Berbagai macam buku, jurnal dan sumber sumber
terpercaya
digunakan
untuk
mendukung
penelitian
yang
dilakukan untuk menyusun buku ini. Hal ini menunjukan bahwa buku ini disusun dengan sepenuh hati oleh penulis sehingga para pembaca dapat memahami dan menerapkannya dalam kehidupan sehari hari demi kesehatan yang lebih baik. Buku ini juga dilengkapi dengan halaman glosarium yang memuat penjelasan dari istilah-istilah ilmiah yang digunakan pada bab-bab pembahasan. Sehingga dalam membaca, ketika tidak memahami sebuah kata, pembaca tidak perlu risau karena dapat melihat glosarium yang telah tertulis di bagian akhir buku.
3. Penutup Buku “Real Food True Health” ini mengupas tuntas tentang real food dari berbagai aspek, yaitu aspek food (kandungan dan manfaatnya) dan nonfood . Berbagai jenis zat gizi dan macam-macam pola diet pun dijelaskan secara gamblang dan illmiah. Buku ini membahas konsep real food secara lebih komprehensif, dari pembahasan berbagai definisi, ragam jenis pangan yang termasuk real food, hingga manfaat real food dalam menangkal berbagai penyakit degeneratif, seperti jantung, kanker, darah tinggi, dan kolesterol. Selain itu, buku ini dilengkapi dengan halaman glosarium yang 53
memuat penjelasan dari istilah-istilah ilmiah yang digunakan pada bab bab pembahasannya. Jadi Anda tak perlu risau, jika menemukan istilah yang asing saat membaca buku ini. Begitu banyak wawasan dan manfaat di dalam buku ilmiah ini. Karena tak hanya ilmu teori yang akan Anda peroleh, tapi juga berbagai ilmu yang dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, jika Anda peduli pada kesehatan pribadi, keluarga, dan masyarakat, buku ini wajib dimiliki, sebagai bahan referensi.
54
KETIKA FILOSOFI BERTEMU FAKTA ( Julian Owen / XI IA 7 / 28 )
1.
Pendahuluan Nama asli Tan Malaka
adalah
Sutan
Ibrahim,
sedangkan Tan Malaka adalah nama semi-bangsawan yang ia dapatkan dari garis turunan ibu. Nama lengkapnya adalah Sutan Ibrahim
Gelar
Datuk
Sutan
Malaka. Tanggal kelahirannya masih diperdebatkan, sedangkan tempat kelahirannya sekarang dikenal dengan nama Nagari Pandan Gadang, Suliki, Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Ayah dan Ibunya bernama HM. Rasad, seorang karyawan pertanian, dan Rangkayo Sinah, putri orang yang disegani di desa. Semasa kecilnya, Tan Malaka senang mempelajari ilmu agama dan berlatih pencak silat. Pada tahun 1908, ia didaftarkan ke Kweekschool (sekolah guru negara) di Fort de Kock. Menurut GH Horensma, salah satu guru di sekolahnya itu, Tan Malaka adalah murid yang cerdas, meskipun kadang-kadang tidak patuh.
55
Di sekolah ini, ia menikmati pelajaran bahasa Belanda, sehingga Horensma menyarankan agar ia menjadi seorang guru di sekolah Belanda. Ia juga adalah seorang pemain sepak bola yang bertalenta. Setelah lulus dari sekolah itu pada tahun 1913, ia ditawari
gelar
datuk
dan
seorang
gadis
untuk
menjadi
tunangannya. Namun, ia hanya menerima gelar datuk. Gelar tersebut diterimanya dalam sebuah upacara tradisional pada tahun 1913. Meskipun diangkat menjadi datuk, pada bulan Oktober 1913, ia meninggalkan desanya untuk belajar di Rijkskweekschool (sekolah pendidikan guru pemerintah), dengan bantuan dana oleh para engku dari desanya. Sesampainya di Belanda, Malaka mengalami kejutan budaya dan
pada
tahun
1915,
ia
menderita
pleuritis.
Selama
kuliah,
pengetahuannya tentang revolusi mulai muncul dan meningkat setelah membaca buku de Fransche Revolutie yang ia dapatkan dari seseorang sebelum keberangkatannya ke Belanda oleh Horensma. Setelah Revolusi Rusia pada Oktober 1917, ia mulai tertarik mempelajari paham Sosialisme dan Komunisme. Sejak saat itu, ia sering membaca buku-buku karya Karl Marx, Friedrich Engels, dan Vladimir Lenin. Friedrich Nietzsche juga menjadi salah satu panutannya. Saat itulah ia mulai membenci budaya Belanda dan terkesan oleh masyarakat Jerman dan Amerika. Karena banyaknya pengetahuan yang ia dapat tentang Jerman, ia terobsesi menjadi salah satu angkatan perang Jerman. Dia kemudian mendaftar ke militer Jerman, namun ia ditolak karena Angkatan Darat Jerman tidak menerima orang asing. Setelah beberapa waktu kemudian, ia bertemu Henk Sneevliet, salah satu pendiri Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV, yakni organisasi yang menjadi cikal bakal Partai Komunis Indonesia). Ia lalu tertarik
56
dengan tawaran Sneevliet yang mengajaknya bergabung dengan Sociaal Democratische-Onderwijzers
Vereeniging
(SDOV,
atau
Asosiasi
Demokratik Sosial Guru). Lalu pada bulan November 1919, ia lulus dan menerima ijazahnya yang disebut hulpactie. Setelah lulus dari SDOV, ia kembali ke desanya. Ia kemudian menerima tawaran Dr. C. W. Janssen untuk mengajar anak-anak kuli di perkebunan teh di Sanembah, Tanjung Morawa, Deli, Sumatera Utara. Ia tiba di sana pada Desember 1919 dan mulai mengajar anak-anak itu berbahasa Melayu pada Januari 1920. Selain mengajar, Tan Malaka juga menulis beberapa propaganda subversif untuk para kuli, dikenal sebagai Deli Spoor. Selama masa ini, ia mengamati dan memahami penderitaan serta keterbelakangan hidup kaum pribumi di Sumatera. Ia juga berhubungan dengan ISDV dan terkadang juga menulis untuk media massa. Salah satu karya awalnya adalah "Tanah Orang Miskin", yang menceritakan tentang perbedaan mencolok dalam hal kekayaan antara kaum kapitalis dan pekerja, yang dimuat di Het Vrije Woord edisi Maret 1920. Ia juga menulis mengenai penderitaan para kuli kebun teh di Sumatera Post. Selanjutnya, Tan Malaka menjadi calon anggota Volksraad dalam pemilihan tahun 1920 mewakili kaum kiri. Namun ia akhirnya mengundurkan diri pada 23 Februari 1921 tanpa sebab yang jelas. Ia lalu membuka sekolah di Semarang atas bantuan Darsono, tokoh Sarekat Islam (SI) Merah. Sekolah itu disebut Sekolah Rakyat. Sekolah itu memiliki kurikulum seperti sekolah di Uni Sovyet, dimana setiap pagi murid-murid menyanyikan lagu Internasionale". Tan juga pernah bertemu dengan banyak tokoh pergerakan seperti HOS Tjokroaminoto dan H. Agus Salim. Dalam otobiografinya, Tan menganggap bahwa SI di bawah Tjokroaminoto adalah satu-satunya partai massa terbaik yang ia ketahui. Tapi, Tan mengkritik saat terjadi perpecahan di SI, organisasi SI tidak memiliki tujuan dan taktik sehingga terpecah. 57
Hingga akhir hayatnya, Tan Malaka dikabarkan tidak penah menikah, tetapi ia mengakui pernah 3 kali jatuh cinta, yaitu di Belanda, Filipina, dan Indonesia. Di Belanda, Tan Malaka dikabarkan pernah menjalin hubungan dengan gadis Belanda bernama Fenny Struyvenberg, mahasiswa kedokteran yang kerap berdatang ke rumah kost-nya. Sementara di Filipina, ada seorang gadis bernama Carmen, puteri bekas pemberontak di Filipina dan rektor Universitas Manila. Sedangkan saat ia masih di Indonesia, Tan pernah jatuh cinta kepada satu-satunya siswi perempuan di sekolahnya saat itu, yakni Syarifah Nawawi. Alasan Tan Malaka tidak menikah adalah karena perhatiannya terlalu besar untuk perjuangan kemerdekaan Indonesia.
2.
Filosofi Bercampur dengan Isu-Isu Politik Telah banyak studi dan karya pustaka tentang Tan Malaka.
Bahkan tak sedikit pakar yang secara sengaja mendedikasikan diri untuk mengkaji tuntas sosok “pejuang pemikir” paling mistrius ini. Beberapa nama yang bisa disebut adalah: Harry A Poeze dan Rudolf Mrazek. Bahkan Indonesianis yang namanya disebut terakhir itu, menyebut Tan Malaka sebagai tokoh yang komplit. Sementara sejumlah penulis nasional juga berhasil merekonstruksi sejumlah aspek menonjol dari Tan Malaka. Seperti Zulhasril Nasir (buku Tan Malaka dan Gerakan Kiri Minangkabau); Harry Prabowo (Tan Malaka, Teori dan Praksis Menuju Republik); serta Matumona (Patjar Merah Indonesia). Dari semua itu, nyaris tak ada keberatan dari pihak manapun jika kita meletakkan buku Madilog sebagai magnum opus (karya besar) dan bahkan legenda pustaka nasional. Termasuk versi Majalah TEMPO edisi khusus, yang menempatkan literatur penting tersebut sebagai salah satu
58
dari 100 buku paling berpengarauh di Indonesia. Benar bahwa jika dilihat dari waktu terbit — yang terlambat oleh aneka sebab — buku ini terbilang belakangan (ditulis selama delapan bulan, dalam tahun 1942 sampai 1943). Tidak seperti karya-karyanya yang lain, seperti Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia, terbit tahun 1924) atau Massa Actie (terbit tahun 1926). Begitupun dari aspek pengaruh langsung, jelas Madilog bukan yang paling utama. Buku ini tak menjadi panduan praktis serta tidak mengibarkan perlawanan revolusioner secara konkret. Lain hal jika tinjauan mengarah pada totalitas, daya jelajah, kedalaman analisis, serta gaung yang masih menggema hingga kini. Jelas Madilog melampau semua karya-karya itu. Sebagai sebuah pergumulan gagasan, Madilog juga berbasis pada fakta-fakta sosiologis dan fenomena sosial politik yang berlangsung — sejak Indonesia Pra Hindu sampai era kolonialisme. Ditulis dengan perspektif akademik yang kuat — meski pengakuan dari Tan Malaka, ia hanya mengandalkan hapalan, dengan metode “jembatan keledai” (membuat singkatan untuk istilah-istilah kunci), ketika menulis buku itu. Maklumlah, ia diterpa suasana kemiskinan dan menanggung resiko berat sebagai pelarian. Satu hal lagi: Madilog menjadi alat pembongkaran atas hukum berpikir dan sistem kepercayaan yang mengungkung manusia di Indonesia. Tak hanya mendekonstruksi
(membongkar),
melainkan
memberi
alternatif
pemikiran. Tan Malaka menulis: Kitab ini adalah bentuk dari paham bertahun-tahun tersimpan di dalam pikiran saya, dalam kehidupan yang bergelora (halaman 26). Gelora pemikiran yang tersayat karena melihat cara pikir kaoem repoeblik yang menurutnya lahir di dunia supranatural, supranaturan Hindu pula, supranatural yang tak gampang dikikis, dicuci bersih, maka sebagai tongkat pertama dalam dunia berpikir, perlulah 59
sekedarnya memajukan logika Menurut Tan Malaka, berkaca dari pengalaman berbagai PKI tahun 1926-1927), cita-cita Indonesia merdeka tak akan berahasil dan jauh dari sasaran yang diinginkan, jika masa kaum proletar tidak mengganti hukum berpikir dan sistem kepercayaan yang dianut. Indonesia harus dibebaskan dari kungkungan alam pikir yang irasional, mistik, takhayul, klenik, metafisik, dan supranatural (Tan Malaka menyebutnya sebagai logika mistika). Agar terkikis penyakit lemah semangat dan lemah mental (halaman 26). Madilog ialah cara berpikir berdasarkan materialisme, dialektika, dan logika,
dalam mencari sebab akibat, dengan mengandalkan bukti
yang cukup, dan eksperimen yang sahih (lihat halaman 295). Sementara kepercayaan model logika mistika (berbau takhayul) adalah segala faham (pemikiran) yang tidak berdasarkan pada basis kebendaan (materi), tidak berpatok pada kenyataan, atau dengan kata lain segala paham yang tidak berdasarkan bukti dan tidak bisa dieksperimentasi. Masalahnya, hukum berpikir seperti ini, menurut Tan Malaka, telah mengakar, dan berproses sangat jauh. Melalui tahap kepercayaan Indonesia asli (yaitu era Pra Hindu), kepercayaan Hindustan, kepercayaan Islam, dan kepercayaan Tiongkok (lihat halaman 394). Sementara logika, adalah disiplin berpikir runut, sistematik, melalui silogisme, memiliki definisi yang jelas, dan paling penting adalah bisa dieksperimentasi. Sedangkan materialisme adalah faham yang berpijak pada bukti-bukti kebendaan. Dan terakhir, dialektika adalah gerak, perubahan, dan dinamika. Satu hal pasti, keseluruhan prosedur berpikir seperti itu sajalah yang sanggup menafsirkan berbagai fenomena dengan ilmiah, scientis (ilmu bukti), dan menjadi solusi.
60
Menariknya, penjelajahan dan bantal argumentsi Madilog begitu panjang dan detil. Setiap bagian, masing-masing materialisme, dialektika, dan logika, mendapat eksplorasi tuntas. Termasuk akar-akar kemunculan prosedurnya — yang secara jujur diakui oleh Tan Malaka ia pinjam dari Barat. Telaah tuntas ini, termasuk membuka pelbaga i kelemahan dan keterbatasan dalam menerapkan Madilog. Contohnya, dalam hal logika dan ilmu bukti (sains), yang menurut Tan Malaka terbatas secara internal dan eksternal. Keterbatasan internal adalah soal konteks ruang dan waktu, serta peralatan untuk dipakai sebagai pengujian dan pembuktian. Sementara keterbatasan eksternal adalah konteks sosial politik yang tengah berlangsung. Olehnya, wajar jika kemudian Tan Malaka tak ingin menjadikan karyanya ini sebagai dogma. Catatan akhir, buku ini sangat layak untuk kembali dikonsumsi dan disebarluaskan kepada publik — bahkan dan terutama untuk hari ini. Betapa kita menyaksikan, di tengah kemajuan ilmu dan teknologi, ternyata hukum berpikir bangsa ini belum bergerak jauh. Kita melihat dan menggunakan kemajuan teknik hanya sebatas kulit. Sementara mindset tetap berbauh takhayul. Entah dalam ranah budaya, ekonomi, dan bahkan politik.
3.
Penutup Dalam karyanya madilog ini, Tan Malaka menuangkan berbagai
macam pemikiran yang telah lama menggumpal dalam dirinya. Pemikiran yang murni dan keluar dari argumennya sendiri, tanpa dimanipulasi oleh pemikiran orang lain. Meskipun kadang juga diselingi dengan argumen pemikir barat, namun semua itu dilakukannya semata-mata hanya sebagai
61
bahan
untuk
perbandingan
tentang
apa
yang
dituangkan
dalam
madilognya. Langkah dan usaha yang dilakukan dalam penulisan karya ini sebagai
salah
satu
jiwa
nasionalisme
dan
sebagai
cara
untuk
mencerdaskan dan memajukan generasi muda untuk mencipta dan membangun bangsa-negara yang benar-benar merdeka seratus persen. Merdeka secara ekonomi, sosial dan politik. Secara singkatnya Tan Malaka menjadikan madilog-nya sebagai suatu
“jembatan
keledai”
(ezelsbrug-getje)
dari
tiga
kata
yaitu
materialisme-dialektika-logika. Jadi dalam karyanya ini, Tan Malaka mampu dan sengaja memadukan tiga konsep tersebut menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi, dan tidak akan mampu untuk dipisahkan. Sehingga mampu untuk menciptakan genarasi yang mampu untuk berfikir dan menatap masa depan serta berdedikasi tinggi. Madilog mengajak pembaca kepada revolusi paradigma berpikir dari model logika mistika kea rah pemikiran menggunakan logika, dialektika yang mengedepankan rasionalitas dan berpedoman pada metode saintifik sebelum akhirnya sampai pada kesimpulan. Meski demikian, gaya tulisan dan beberapa kosakata dalam Madilog mungkin agak susah dicerna bagi pembaca saat ini. Hal ini disebabkan, keterbatasan konsep tulisan berbahasa dan beberapa kosakata dari bahasa asing yang belum ada padanan katanya di bahasa Indonesia. Jadi, buku ini disarankan untuk pembaca yang lebih mengerti kosakata yang kurang umum digunakan pada kehidupan sehari-hari. Namun, pembaca dengan kosakata terbatas juga bisa belajar dari buku ini.
62
PERJUANGAN KAUM MISKIN
Pricillia Soedhijanto XI IA-7 / 34
1. Pendahuluan Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, Pr. lahir di Ambarawa, Kabupaten Semarang, 6 Mei 1929 dikenal sebagai rohaniawan, budayawan, arsitek, penulis, aktivis dan pembela wong cilik.
Anak
sulung
dari
12
bersaudara pasangan suami istri Yulianus
Sumadi
Kamdaniyah. julukan
dan
Romo
populernya,
Serafin Mangun, dikenal
melalui novelnya yang berjudul Burung-Burung
Manyar.
Mendapatkan penghargaan sastra se-Asia
Tenggara
Ramon
Magsaysay pada tahun 1996. Ia banyak
melahirkan
kumpulan
novel seperti di antaranya: Ikanikan Hiu, Ido, Homa, Roro Mendut, Durga/Umayi, Burung-Burung Manyar dan esai-esainya tersebar di berbagai surat kabar di Indonesia. Bukunya Sastra dan Religiositas mendapat penghargaan buku non-fiksi terbaik tahun 1982.
63
Dalam bidang arsitektur, beliau juga kerap dijuluki sebagai bapak arsitektur modern Indonesia. Salah satu penghargaan yang pernah diterimanya adalah Aga Khan Award, yang merupakan penghargaan tertinggi karya arsitektural di dunia berkembang, untuk rancangan pemukiman di tepi Kali Code, Yogyakarta. Kekecewaan Romo terhadap sistem pendidikan di Indonesia menimbulkan gagasan-gagasan di benaknya. Dia lalu membangun Yayasan Dinamika Edukasi Dasar. Sebelumnya, Romo membangun gagasan SD yang eksploratif pada penduduk korban proyek pembangunan waduk Kedung Ombo, Jawa Tengah, serta penduduk miskin di pinggiran Kali Code, Yogyakarta. Pada tahun 1936, Beliau masuk HIS Fransiscus Xaverius, Muntilan, Magelang dan lulus pada tahun 1943., kemudian meneruskan ke STM Jetis, Yogyakarta. Pada tahun yang sama ikut kingrohosi yang diadakan tentara Jepang di lapangan Balapan, Yogyakarta dan mulai tertarik mempelajari Sejarah Dunia dan Filsafat. Pada tahun 1944 STM Jetis dibubarkan, dan dijadikan markas perjuangan tentara RI, lalu Ia Ikut aksi pencurian mobil-mobil tentara Jepang. Pada tahun 1945, Ia menjadi prajurit TKR Batalyon X divisi III. Bertugas di asrama militer di Benteng Vrederburg, lalu di asrama militer di Kotabaru, Yogyakarta. Ikut dalam pertempuran di Ambarawa, Magelang, dan Mranggen. Pada tahun 1946, melanjutkan sekolah di STM Jetis.Kemudian menjadi prajurit Tentara Pelajar, pernah bertugas menjadi supir pendamping
Panglima
Perang
Sri
Sultan
Hamengkubuwono
IX
memeriksa pasukan. Lulus STM Jetis pada tahun 1947, lalu saat Agresi Militer Belanda I, tergabung dalam TP Brigade XVII sebagai komandan TP Kompi Kedu. Kemudian, masuk SMU-B Santo Albertus, Malang dan pada 1950 sebagai perwakilan dari Pemuda Katolik menghadiri perayaan kemenangan RI di alun-alun kota Malang. Di sini Mangun mendengar pidato Mayor Isman yang kemudian sangat berpengaruh bagi masa 64
depannya. Di tahun 1959 melanjutkan pendidikan di Teknik Arsitektur ITB,
kemudian
melanjutkan
pendidikan
arsitektur
di
Rheinisch
Westfaelische Technische Hochschule, Aachen, Jerman, pada tahun 1960 dan lulus, kemudian kembali ke Indonesia pada tahun 1966. Pada tahun 1992 mendapat The Aga Khan Award untuk arsitektur Kali Code, kemudian mendirikan laboratorium Dinamika Edukasi Dasar. Model pendidikan DED ini diterapkan di SD Kanisius Mangunan, di Kalasan, Sleman, Yogyakarta di tahun 1994. Pada tanggal 10 Februari 1999 Beliau wafat karena serangan jantung, setelah memberikan ceramah dalam seminar Meningkatkan Peran Buku dalam Upaya Membentuk Masyarakat Indonesia Baru di Hotel Le Meridien, Jakarta. Karya arsitekturnya antara lain, Pemukiman warga tepi Kali Code, Yogyakarta Kompleks Religi Sendangsono, Yogyakarta Gedung
Keuskupan
Agung Semarang Gedung Bentara Budaya, Jakarta Gereja Katolik Jetis, Yogyakarta Gereja Katolik Cilincing, Jakarta Markas Kowihan II Biara Trappist Gedono, Salatiga, Semarang Gereja Maria Assumpta, dan Klaten Gereja Maria Sapta Duka, Mendut. Novel ini dapat dikategorisasikan sebagai novel yang bersumber pada peristiwa realitas sosial masa kini. Seperti halnya perosa liris pengakuan pariyem karya almarhum
Linus Suryadi yang menafsirkan
tokoh pariyem yang terjebak dalam belantara kepriayian Ngayo gyakarta; lewat novel BB, Mangunwijaya menafsirkan realitas sosial masa kini dengan tokoh tukang becak berusia muda ditegah belantara urban kota Yogyakarta di masa Orde Baru yang materialistis dan mendewakan teknologi.
65
2. Kesederhanaan dalam Hidup Dari hasil pembacaan saya atas novelet BB yang belum suntuk dan bertolak dari konsep pendekatan sastra new historicism, ternyata tokohtokoh dalam BB yang dapat dikategorisasikan sebagai manusia marjinal. Keberpihakan Mangunwijaya kepada mereka bukan asal berpihak, tetapi menunjukan kemungkinan penyebabnya serta bagaimana Mangunwijaya menyikapinya, sangat singkron dengan esai-esainya. Begitu novelet ini dibuka, latar kisahan yang dipaparkannya langsung mengindikasikan keberpihakan sang pengarang terhadap tokoh dan lakuan yang dimainkannya. Dengan gaya berbahasanya yang khas, langsung memihak ketika menuturkan secara implisit kota mana yang memiliki universitas favorit. Mengira kalau sudah Ijazah SMP atau SMA sama dengan caloncalon pemimpin rakyat. Tetapi, Mangunwijaya tak menyalahkan mereka. Bukan kesalahan mereka, bukan kesalahan saudara, bukan kesalahan saya, bukan kesalahan siapa pun, tetapi kesalahan kita semua. Mangun menunjuk
banyaknya
salah
tafsir
tentang
arti
kemajuan
dan
indrustrialisasi ditambah status anggota PBB, itulah biang keroknya. Bagaimana Yus tokoh utama novelet BB ini dilukiskan oleh Mangunwijaya? Yusuf yang dipanggil Yus ini anak tukang becak bernama Kariosentono. Ibunya sudah tiada, hanya lulusan SMA, mau lanjut tak ada biaya. Akhirnya lontang lantung, untuk menyisi waktu agar tak terperokos kepada lamuna demi lamunan, rahmat memberinya pekerjaan sebagai tukang las. Akan tetapi, hari-harinya ternyata tetap saja dipenuhi
khyalannya
disela-sela
pekerjaan
mengelas,
membakar,
menyambung besi. Apalagi setalah berjumpa dengan Lilian teman SMA nya yang cantik, gelagak khayalannya makin menjadi-jadi. Tetapi, Mangunwijaya tetap membelah tokoh utamanya walau pun Yus 66
bertingkah seperti itu. Ucapannya “... dia masih belum lepas dari dunia khayalannya. Itulah...” pembelaan yang logis bukan? Yang menarik adalah bagaimana Mangunwijaya mendeskripsikan lamunan-lamunan Yus pada saat ia mengantarkan gori-gori bersama Bu Dullah dan Riris dengan becaknya, sementara itu ia kelimpungan membanyang-bayangkan
peristiwa-peristiwa
asik-masuknya
denagn
Lilian gadis pujaannaya. Selain melamun, pulang mengantar gori Yua juga bertemu dengan pengamen muda yang ternyata mahasiswa akademi musik. (Mangunwijaya pun tak melupakan komunitas musik jalanan ini). Yos mengantar mereka tanpa bayaran. Dan akhirnya, yang paling mengasyikkan adalah penggambaran episode Bu Dullah – Riri-Yus-Lilian dan pak polisi lalu lintas. Riri diamdiam menyenangi Yus. Riri suka Yus, sedangkan di bak becak menggunung gori yang tongkrongi Bu Dullah di atasnya. Walau sangat dekat tubuh Riri dan Yus, tetapi khayalan Yus justru nglambrang, mengejar ke mana sepeda kumbang Lilian meluncur. Itulah misteri cinta. Bagi kami, penggambaran gerak polah Bu Dullah amatlah lengkap dan sangat masuk akal. Bu Dullah perempuan pedagang gori kelas teri ini, dilukiskan Mangun bukan hanya efektif efisien dalam menjalankan usahanya, tetapi juga pandai berkomunikasi dengan birokrat yang mungkin bisa merugikannya jika ia tidak pandai. Hal ini Nampak ketika Yus yang sableng itu, teledor, dalam mengemudikan becaknya. Yus saat itu sedang asyik membayangkan kebahagiannya bersama Lilian sehingga ia tidak melihat lampu lalu lintas sudah menyala merah, tetapi becak terus melaju. Karuan saja Pak Polantas meniup peluit dengan sengit kea rah becak Yus. Mereka harus menghadap Pak Polantas yang berwajah Gatotkaca dengan kumisnya yang tebal seram. (Lalu meluncurlah penilaian terhadap pola tingkah alat negara yang satu ini khas tipikal Mangunwijaya) Pak Polantas yang berkumis Gatotkaca itu justru lucu 67
karena agak tolol. Dengan wajah sok wibawa ia memandang sebentar kepada Yusuf, lalu beralih kearah Riri. Astaga, wajah mas polantas tadi malam
fantasi
Riri
tiba – tiba
menjadi
topeng
bancak-dehoyok.
Deskripsi sang Gatotkaca yang agaknya terpikat wajah Riri diulang kembali sore harinya. Kali ini polantas yang gusgus tanpa perhitungan yang matang itu.ketaktulusan akan selalu mengalami nasib yang tak menguntungkan dalam kisah Mangunwijayah. Balada becak merupakan sebuah novel karya Mangunwijaya yang dibuat karena keberpihakan Mangunwijaya pada kaum miskin. Agar tidak terjadi pengulangn terhadap kaum miskin yang terjadi di Negara kita ini. Oleh sebab itu mangunwijaya membuat sebuah novelet Balada Becak yang menceritakan seorang anak muda atau sering disebu Yus yang tidak bisa melanjutkan sekolahnya karena kurangnya biaya. Dan Yus pun bekerja dengan abangnya yang bernama Rahmat sebagai tukang las, disela-sela waktu kosongnya Yus bekerja sebagai pengantar gori-gori Bu Dullah dengan menggunakan becak. Disela-sela Yus mengelas dia sering menghayalkan seorang wanita yang dia cintainya yang bernama Lilian. menghayallah pekerjaan Yusuf disela-sela waktu luangnya. Dari novelet ini juga bisa kami lihat, bahwa masih banyak anak-anak muda Indonesia yang putus sekolah karena masalah Ekonomi. Dan dari novelet ini juga kita bisa belajar dari seorang Yusuf, dimana walaupun dia tidak bisa melanjutkan sekolahnya dia tetap mau bekerja dan tidak malu dengan pekerjaanya sebagi tukang becak dan seorang tukang las. Dan dari novelet ini juga kita juga bisa lihat, yaitu dimana ada seorang pemuda yang bekerja sebagai
pengamen, dan dia merupakan seorang mahasiswa
akademis musik, ini bisa jadi pembelajaran bagi kita mahasiswa, yaitu kita jangan pernah malu dengan apaupun profesi orang tua kita dan profesi kita di waktu luar kuliah yang kita jalani, percayalah bahwa setiap profesi yang kita lakukan itu tidak melanggar peraturan janganlah pernah 68
malu. Kita juga jangan pernah malu atau putus asa sebagai anak yang dilahirkan dari orang yang kurang mampu kita harus selalu semangat supaya bisa mengakat derajat keluarga kita.
3. Penutup Novel Balada Becak karya Y.B Mangunwijaya ini memiliki banyak pelajaran yang dapat kita ambil. Dari sajian kali ini dapat kami simpulkan bahwa Mangunwijaya sangat peduli terhadap orang-orang miskin yang berada di Indonesia, dia pun mendeskripsikannya lewat sebuah novel BB tentang bagaimana seorang pemuda yang tidak bisa melanjutkan sekolahnya karena kekurangan biaya. Melalui novelnya ini kita sebagai pemuda yang masih diberi kesempatan untuk melanjutkan sekolah kita ke jenjang yang lebih tinggi, kita harus mempergunakanya dengan baik-baik dan jangan pernah mensiasiakan kesempatan ini, karena masih banyak kaum muda diluar sana yang tidak bisa merasakan apa yang kita rasakan sebagai mahasiswa saat ini. Novel ini cukup ringan dengan alur cerita yang sangat mengalir sehingga dapat diselesaikan dalam beberapa jam saja. Sayangnya, bahasa yang terdapat di dalam novel ini cukup berebelit sehingga beberapa pembaca yang kurang memahami merasa bahwa novel ini kurang menarik. Selain itu, sebaiknya novel ini dilengkapi dengan gambargambar yang menarik sehingga para pembaca semakin berminat untuk menelusuri novel ini
69
Daftar Pustaka
Ahkam M, Subroto. (2006). Ramuan Herbal untuk Diabetes Militus. Jakarta : Penebar Swadaya. Andhika, Rini. (2010). Superbrain : Aktivasi Otak Tengah. Jakarta : Puspa Populer. Anonim. (22 Juli 2013). Biografi Bambang Wahyudiono. Retrieved from https ://books. google.co.id / books. Anonim. ( 2009). Balada Becak. Retrieved http://www.ilmubahasa.net/2014/12/balada- becak.html. Anonim. ( 2015). Resensi http://zulmaimiekaputri.
Balada Becak . Retrieved from blogspot.com /2013/09/resensi.html.
Anonim. (2013). Real Food http://www.kitareview.com Benita,
from
True Health. Retrieved from /buku/umum/real-food-true-health.
Ayu. (14 November 2012). Resensi Novel Bambang Wahyudiono. Retrieved from https://masbidin.net/contoh-resensibuku-non-fiksi/
Blogspot. (30 Desember 2011). The Shallows. Retrieved from http:// ravibooks. blogspot.co.id/2011/12/shallows.html. Blogspot. (25 Maret 2015). Review : The Shallows: Internet Mendangkalkan Cara Berpikir Kita?. Retrieved from http://reviewmezza.blogsp ot.co.id/2012/03/review- shallowss internet-mendangkalkan.html. Blogspot. (30 Januari 2016). The Shallows - Nicholas Carr. Retrieved from http:// bintang sibarani. blogspot.co.id/2016/05/t heshallows-nicholascarr-judulini.html. Buckman, Robert dan Mclaughlin Chris. (2010). Hidup dengan Diabetes. Yogyakarta : Sarana Pustaka Prima. Dewani dan Sitanggang, Maloedyn. (2006). Terapi Jus dan 38 Ramuan Tradisional untuk Diabetes. Jakarta : Agromedia Pustaka. Fitria, Bilqis. (2015) . Resensi Novel 9 Dari Nadira. Retrieved from
70
http://bilqisfitriasalsabiela.blogspot.co.id/2015/02/resensi-buku-9dari-nadira.html. Haruyama, Shigeo. (2013). The Miracle of Endorphin. Bandung : Qanita PT Mizan Pustaka. Hasanah, Nor Izatil dan Hardiyanti Pratiwi. (2017). Pengembangan Anak Melalui Permainan Tradisional . Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Jati, Gunung. (2008). Hidup Sehat bersama Putri Gunung Jati. Sidoarjo : Gunung Jati. Jaya Kurnia. (23 Mei 2017). Fungsi Otak Tengah. Retrieved from http:// pengayaan.com/fungsi-otak-tengah-manusia/ Jefferson. (2014). The Novel that Moved Me. Retrieved from http:// smilesandgiddies.wordpress.com/2014/02/21/the-novel-that moved-me. Lie, Anita. (2003). 101 Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak . Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Mangunwijaya, Y.B. (2010). Balada Becak . Jakarta: Balai Pustaka. Muhammad Ahkam Subroto. Retrieved http://lipi.go.id/berita/single/Dr-Ir- Muhammad-Ahkam Subroto-MAppSc-Peneliti-Obat-Herbal/786.
from:
Nugrodi, Galih. (2013). Resensi Buku Ranking 1st Bukan Segalanya. Retrieved from http:// tyawijayanti. blogspot.co.id/ 2016/06 /resensi-ranking-1st-bukan-segalanya.html Pranadji K, Diah. (1996) . Perencanaan Menu untuk Diabetel Militus. Jakarta : Penebar Swadaya. Ratih, Iskarima. (2009). 100 Resep Makanan Lezat Diabetes. Yogyakarta : Imperium. Roesdiana. 2013. “9 Dari Nadira”. Retrieved from http://roesdiana.wordpress.com/2013/01/2/9-Dari-Nadira
71