Nigeria Airways Nomor Penerbangan 2120 Tragedi yang menimpa Nigeria Airways nomor penerbangan 2120 ini terjadi sesaat setelah pesawat lepas landas dari Bandara King Abdulazis, Jeddah, Arab Saudi menuju Sadiq Abubakar III Bandara Internasional di Sokoto pada 11 Juli 1991. Penerbangan dipimpin captain. William Allan dengan First Officer Kent Davidge. Kecelakaan ini menewaskan 247 penumpang dan 14 kru pesawat. Pesawat DC-8 tersebut adalah miliki Kanada Air yang disewa Nigeria Nig eria Airways. Sesaat setelah take off (satu menit 15 detik) pilot menerima "a wheel well fire warning" diikuti kegagalan sistem hidrolik hingga dengan cepat meminta return to base (RTB) ke bandara asal. Dalam rekaman percakapan (:kotak hitam) diketahui FO mengatakan : i've spoiler light (:mudahnya sih spoiler adalah lempengan yang ada di sayap >> untuk mengurangi lift (:gaya angkat), mengontrol stall (:kehilangan daya angkat >> ingat prinsip hukum bernouli >> jika kecepatan pesawat menurun dengan drastis pesawat akan kehilangan lift atau gaya angkatnya sehingga mengalami stall). Kebakaran yang terjadi pada mesin termasuk sistem hidroliknya menyebabkan pesawat kehilangan kendali. Permasalahannya darimanakah api berasal? Pada saat penyidik keselamatan penerbangan melakukan olah TKP, campur tangan Allah dalam menyingkap men yingkap tragedi Nigeria Airways 2120 pun terjadi. Secarik kertas tertiup ke arah salah seorang peneliti yang melakukan olah TKP tak berapa lama setelah terjadinya kecelakaan. Kertas itu menunjukkan catatan tentang kondisi pesawat yang menunjukan ada perbedaan yang mencolok terhadap tekanan roda bagian belakang. Penyidikan pun dikembangkan ke arah bukti ditemukan. Setelah melihat bukti landasan yang tergores, luka di permukaan di roda kuat dugaan bahwa kecelakaan terjadi diawali dengan percikan pada salah satu roda belakang pesawat yang diduga menyambar sesuatu yang membuat roda pesawat meledak (:suara ledakan itu yang terdengar di cockpit saat lepas landas dalam kecepatan tinggi) Ironisnya pada saat melakukan percakapan dengan menawa pengawas, petugas pengawas melakukan kesalahan . Petugas ATC mengira tengah mengadakan percakapan dengan Saudi Arabian Airways 738 yang mengalami gangguan hidrolik yang sama. Namun penyelidikan lanjutan menemukan bukti bahwa dua roda belakang memiliki tekanan jauh lebih rendah dari tekanan roda yang diperkenankan untuk lepas landas. Main Tire : 196 psi Kedua roda belakang tersebut memiliki tekanan 165 dan 155 karena kurang nitrogen. Penyidikan pun diarahkan kepada kru mekanik terakhir yang menanggani pesawat. Penyidikan juga diarahkan bagaimana Nation Airways mengelola maintenance pesawatnya. Kru mekanik sebenarnya telah meminta nitrogen tambahan untuk ban tersebut namun ditolak karena satusatunya tabung nitrogen kosong dan berdasarkan data tekanan roda telah dicek pada 7 Juli 1991.
Dari penyidikan lanjutan didapatkan bukti kru mekanik tidak bertanggungjawab atas kelalaian tersebut. Salah satu manager dari maskapai tersebut terbukti memaksa agar kurangnya nitrogen pada kedua roda tersebut tidak dipermasalahkan agar pesawat dapat terbang tepat waktu. Data pemeriksaan kondisi pesawat pun dirubah agar memenuhi syarat untuk terbang. Sayangnya kurangnya tekanan roda tidak diberitahukan kepada pilot. Diduga karena tidak tahan panas karena gesekan saat berpacu di runaway api terpercik dan pada saat roda dimasukkan “gear off” api pun menyebabkan kebakaran pada mesin termasuk menyambar sistem hidrolik (sumber : Aircraft Accident Report AAR 2-91). jadi paham sekarang mengapa pilot selalu terlihat memeriksa dengan teliti roda-roda pesawat sebelum masuk ke cockpit Learn from the mistakes of others. You don't have time to make them all yourself."
Ada banyak pelajaran yang dapat dipetik dari tragedi ini. Pelajaran pertama libatkan selalu Allah dalam beraktivitas. Pertolongan Allah dalam proses penyidikan tragedi Nigeria Airways 2120 ini merupakan bukti bahwa jika Allah menghendaki akan memberikan petunjuk dengan jalan tidak terduga-duga (:kertas yang berisi data kondisi pesawat sebelum terbang tertiup angin ke petugas penyidik yang datang sesaat setelah kecekalaan. pelajaran ke-2 jangan pernah mengabaikan standar keselamatan penerbangan yang telah diatur secara rinci dengan cermat. Pelajaran ke-3 >> LEBIH BAIK DELAY DARIPADA TRAGEDI TERJADI.. pihak manajemen memalsukan data pengecekan kondisi pesawat demi menghindari delay. Pelajaran berikutnya >> Pada saat akan lepas landas tanda sekecil apapun tidak boleh diabaikan..karena bisa jadi menjadi sumber bencana yang begitu besar >> cockpit mengabaikan ledakan dan guncangan yang terdengar pada saat akan lepas landas. Pelajaran selanjutnya butuh ketenangan dalam kecepatan berpikir dengan meminta petunjuk dari Allah..Bagaimanakah ketika kita harus mengambil keputusan dalam situasi yang begitu pelik dan kompleks dalam hitungan detik?? Hanya Allah yang mampu menenangkan dan membuka pikiran manusia dalam hitungan detik dan hanya Allah yang mampu menjaga agar burung burung itu tetap mengangkasa.. “Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu..” (Al Mulk ;19)
Home
Databas
11 July 1991 - Nigeria Airways 2120
Descript
Updates Nigeria Airways Flight 2120 was a Douglas DC-8-61 C-GMXQ owned by Canadian airline Nationair and chartered by Nigeria Airways to transport Nigerian pilgrims to and from Mecca. On 11 July 1991 Links the aircraft caught fire and crashed shortly after takeoff from King Abdulaziz International Airport, Jeddah, Saudi Arabia, killing all 261 on board, including 14 Canadian aircrew. Contact
The cause of the crash was found to be under-inflated tires, which in turn caused overheated tires to catch fire, and failure of hydraulic systems and eventual in-flight break-up of the aircraft shortly before making an emergency landing.
Transcript of the Cockpit Voice Recorder (CVR) Capt. William Allan (Capt): "OK, you have control." First Officer Kent Davidge (FO): "I have control." (Sound of engines whistling higher) Capt: "Stable." FO: "Brakes released." (Sound of increased engine power) FO: "Set max thrust." Capt: "Max thrust." (The transcript says that "an oscillating sound" is he ard and describes it as "something flapping for several seconds.") Unidentified crew member: "What's that?" FO: "We got a flat tire, you figure?" Capt: "You're not leaning on the brakes, eh?"
FO: "No, I'm not. I got my feet on the bottom of the rudder." Capt: " Eighty knots. Ninety knots now." FO: "Ninety know, check." (An intermittent oscillating sound is now heard. The transcript says this sound is different from the first flapping sound heard above.) Flight Engineer Victor Fehr (FE): (commenting on the sound), "Sort of a shimmy, like if you're riding on one of those, ah, thingamajigs." Capt: "Rotate" Capt: "Positive rate." FO: "(Landing) gear up." Jedda control tower: "Two-one-two-zero, one-two-nine-two, Jedda radar, good day!"
One minute and fifteen seconds later: FE: "You've got four low-pressure lights." Capt: "What have we got?" FE: "You've got four low-pressure lights." Capt: "Yeah." Capt: "Flaps up." FE: "We might be losing pressurization." Unidentified crew member: "OK, it's not press..." FE: "Uncontrolled. Pressurization is uncontrolled." Capt: "Level off." FO: "OK." Capt to control tower: "Ah... Nationair two-one-two-zero, we'd like to just level off at two thousand feet, ah...if that's OK, we're having a slight pressurization problem. I'd just like to level off at, ah...two thousand, ah...feet." FO: "I've got a spoiler light.l" Control tower: "Descend three thousand feet, three thousand feet, fly heading one-three-zero." FE: "Gear unsafe light." Capt: "OK." Capt to control tower: "OK. Heading one-three-zero and ah...understand you want us up to three thousand feet." FE: "OK, I thought I blew a tire." Capt: "Flaps up." Control tower: "Heading one-two-zero, heading one-two-zero." Capt to tower: "OK. One-six (sic) zero, and we're losing our hydraulics, sir. We're going to , ah...need to come back to Jedda to land." Control tower: "Confirm Nigerian two-one-two-zero...descend in this area... Unidentified crew member: "The airbrake thing just broke!" FE: "We got a flaps-slot light." Capt to tower: "OK, sir, ah... we have, ah.. a problem, we're levelling at three thousand feet here right at the moment" Capt to cockpit crew: "Level off right now, right now level off!" FO: "We're at level three." FO: "Climb thrust." Capt to tower: "OK, Levelling at three thousand feet and if you could give us a heading back toward
the, ah...runway." FO: "OK. Your pump pressure's, ah, OK, Vic." FE: "All the pumps are going." (From this point, a new buzzing noise that increases in intensity and/or frequency is heard through to the end of the recording.) Unidentified crew member: "OK, folks. We got an unlock light... we're going re..." Capt: "Yeah, we're going back, we've got blown tires...and we got a hydraulic problem, OK." (Flight attendant says something unintelligible to Capt.) Capt: "Yeah, just tell them we'll be returning to, ah, Jedda." (Pronounced buzzing noise.) Capt: "OK. Let's, ah, get squared away (loud crackle noise) and see what we've got here."
(Unidentified flight attendant enters and says something to pilot. It is unintelligible on the tape.) Capt to FA: "Just tell them we have a problem and we're gonna be returning, OK?" Unidentified crew member: "OK, what I've got is a slot-flap light...lost all hydraulics..." Unidentified crew member: "I've got no ailerons!" Capt: "OK, hang on, I've got it."
(End of recording. The recording appears to end in flight)
Nigeria Airways Flight 2120 From Wikipedia, the free encyclopedia Nigeria Airways Flight 2120
C-GMXQ, the aircraft involved in the accident, is seen here at Faro Airport in 1989. Accident summary Date Summary
Site
11 July 1991 Under-inflated tire which overheated, leading to a fire shortly after takeoff King Abdulaziz International Airport, Jeddah, Saudi Arabia 21°40′12.83″N 39°09′2.08″ECoordinates: 21°40′12.83″N 39°09′2.08″E
Passengers
247
Crew
14
Fatalities
261 (all)
Survivors
0
Aircraft type Operator
Douglas DC-8-61 Nationair on behalf of Nigeria Airways
Registration
C-GMXQ
Flight origin
King Abdulaziz International Airport, Jeddah, Saudi Arabia
Destination
Sadiq Abubakar III International Airport, Sokoto, Nigeria
Nigeria Airways Flight 2120 was a chartered passenger flight from Jeddah, Saudi Arabia, to Sokoto, Nigeria on 11 July 1991 which crashed shortly after takeoff from King Abdulaziz International Airport, killing all 247 passengers and 14 crew members on board. The aircraft was a Douglas DC-8 operated by Nationair for Nigeria Airways. Flight 2120 is the deadliest accident involving a DC-8[1][2] and remains the deadliest aviation disaster involving a Canadian airline.[3]
Contents
1 Aircraft and crew 2 Accident 3 Cause 4 Aftermath 5 Dramatization 6 See also 7 References 8 External links
Aircraft and crew The aircraft involved in the accident was a 1968-built Douglas DC-8-61, registration C-GMXQ, owned by the Canadian company Nolisair , and usually operated by Nationair; at the time of the accident, it was being wet-leased to Nigeria Airways, which in turn sub-leased it to another company to transport Nigerian pilgrims to and from Mecca.[4] William Allan, the 47-year-old pilot in command, had logged 10,700 flight hours and 1000 hours in type, while Kent Davidge, the 36-year-old first officer , had logged 8,000 flight hours, of which 550 hours were in type, and Victor Fehr, the 46-year-old flight engineer , had logged 7,500 flight hours, of which 1000 hours were in type.[5][6][7] The DC-8 was the primary aircraft type used by the airline.[8]
Accident The aircraft departed King Abdulaziz International Airport bound for Sadiq Abubakar III International Airport in Sokoto, but problems were reported shortly after takeoff .[1][4] The crew attempted to return to the airport for an emergenc y landing, but the aircraft caught fire, experienced an inflight break-up, and crashed 2,875 metres (9,432 ft) short of runway 34L. When the aircraft was about 18 kilometres (11 mi) from the airport and at an altitude of 671 metres (2,201 ft), a number of bodies fell from it, indicating that the fire by that time had consumed, at least partially, the cabin floor .[5] All 261 occupants on board — including 247 passengers — perished in the accident.[1][4][9] As of July 2014, the accident remains the deadliest one involving a Douglas DC-8,[10] as well as the second deadliest one taking place on Saudi Arabian soil,[1] after Saudia Flight 163.[11]
Cause
Prior to departure, the lead mechanic had noticed that the "#2 and #4 tyre pressures were below the minimum for flight dispatch"[1] and attempted to inflate them, but no nitrogen gas was readily available, and the project manager, unwilling to accept a delay, disregarded the problem and readied the aircraft for dispatch.[5] As the aircraft was taxiing, the transfer of the load from the under-inflated No. 2 tire to the No. 1 tire on the same portside axle resulted "in overdeflection, over-heating and structural weakening of the No. 1 tyre."[1] "The No. 1 tyre failed very early on the take-off roll", followed almost immediately by the No. 2.[1] The latter stopped rotating "for reasons not established", and the subsequent friction of the wheel assembly with the runway generated sufficient heat to start a self-sustaining fire.[1] The crew realised there was a problem, but not the nature or seriousness of it. The aircraft was not equipped with fire or heat sensors in the wheel assembly. The first officer was recorded remarking, "We gotta flat tire, you figure?"[5] According to Canadian Transportation Safety Board members interviewed for an episode of Mayday about the accident, standard procedures regarding tire failure during the takeoff roll on the DC-8 did not then (and still did not as of the episode's season 11 airing) include rejecting takeoff for tire or wheel failures,[12] so the captain proceeded with the takeoff. When the landing gear was retracted, "burning rubber was brought into close proximity with hydraulic and electrical system components", causing the failure of both hydraulic and pressurisation systems that led to structural damage and loss of control of the aircraft.[2][5] The Transportation Safety Board later concluded, "had the crew left the landing gear extended, the accident might have been averted".[5] Fuel, "probably introduced as a result of 'burn through' of the centre fuel tank",[1] intensified the fire, which eventually consumed the cabin floor. People began falling out of the aircraft when their seat harnesses burned through. "Despite the considerable destruction to the airframe, the aircraft appeared to hav e been controllable until just before the crash."[5]
Aftermath A memorial to the incident is located at the head office of Greater Toronto Airports Authority on the grounds of Toronto Pearson International Airport in Mississauga, Ontario. The construction of the memorial, which includes a plaque and a cherry tree, was paid for by a group of Nationair flight attendants shortly after the accident.[13] The aircrash, combined with Nationair's poor reputation for on-time service and mechanical problems, led to serious problems with public image and reliability among tour operators. These difficulties were compounded when Nationair locked out its unionised flight attendants and proceeded to replace them with strikebreakers on 19 November 1991. The lock-out lasted 15 months and by the time it ended in early 1993, Nationair found itself in severe financial trouble. At the time, Nationair owed the Canadian government millions of dollars in unpaid landing fees. Creditors began seizing aircraft and demanded cash up front for services. The company was declared bankrupt in May 1993, owing CDN$75 million.[14] In 1997, Robert Obadia, owner of Nationair and its parent company Nolisair, pled guilty to eight counts of fraud in relation to the company's activities.[15]
Dramatization An episode of Mayday entitled "Under Pressure" covered this accident
Kelik Nigeria Airways Penerbangan 2120 dari Wikipedia, ensiklopedia gratis Nigeria Airways Penerbangan 2120 Nationair DC-8-61 C-GMXQ FAO 1989.png C-GMXQ, pesawat yang terlibat dalam kecelakaan, terlihat di sini di Faro tahun 1989. Ringkasan kecelakaan Tanggal 11 Juli 1991 Ringkasan Under-inflasi ban yang terlalu panas, menyebabkan kebakaran tak lama setelah lepas landas Bandara situs King Abdulaziz International, Jeddah, Arab Saudi 21 ° 40'12.83 "N 39 ° 09'2.08" Koordinat: 21 ° 40'12.83 "N 39 ° 09'2.08" E Penumpang 247 awak 14 Kematian 261 (semua) selamat 0 Jenis pesawat Douglas DC-8-61 Operator Nationair atas nama Nigeria Airways Pendaftaran C-GMXQ asal Penerbangan Bandara King Abdulaziz International, Jeddah, Arab Saudi Bandara Internasional tujuan Sadiq Abubakar III, Sokoto, Nigeria
Nigeria Airways Penerbangan 2120 adalah pesawat penumpang carteran dari Jeddah, Arab Saudi, untuk Sokoto, Nigeria pada tanggal 11 Juli 1991 yang jatuh sesaat setelah lepas landas dari Bandara Internasional King Abdulaziz, menewaskan semua 247 penumpang dan 14 awak kapal. Pesawat adalah Douglas DC-8 yang dioperasikan oleh Nationair untuk Nigeria Airways. Penerbangan 2120 adalah kecelakaan paling mematikan yang melibatkan DC-8 [1] [2] dan tetap bencana penerbangan paling mematikan yang melibatkan maskapai Kanada. [3] Isi 1 Pesawat dan kru 2 Kecelakaan 3 Penyebab 4 Aftermath 5 Dramatisasi 6 Lihat juga 7 Referensi 8 Pranala luar
Pesawat dan kru Pesawat yang mengalami kecelakaan adalah 1968-built Douglas DC-8-61, pendaftaran CGMXQ, dimiliki oleh perusahaan Kanada Nolisair, dan biasanya dioperasikan oleh Nationair; pada saat kecelakaan, itu sedang basah-disewakan ke Nigeria Airways, yang pada gilirannya subdisewakan ke perusahaan lain untuk mengangkut jamaah Nigeria ke dan dari Mekah. [4] William Allan, pilot 47 tahun di perintah, telah login 10.700 jam terbang dan 1000 jam dalam jenis, sementara Kent Davidge, yang berusia 36 tahun perwira pertama, telah login 8.000 jam terbang, dari yang 550 jam berada di jenis, dan Victor Fehr, yang berusia 46 tahun insinyur penerbangan, telah login 7.500 jam terbang, dari yang 1000 jam berada dalam jenis. [5] [6] [7] The DC-8 adalah jenis pesawat utama yang digunakan oleh maskapai penerbangan. [8] Kecelakaan Pesawat berangkat Abdulaziz Airport King Internasional menuju Bandara Internasional Sadiq Abubakar III di Sokoto, tapi masalah yang dilaporkan tak lama setelah lepas landas. [1] [4] Para
kru berusaha untuk kembali ke bandara untuk pendaratan darurat, namun pesawat terbakar, mengalami inflight break-up, dan jatuh 2.875 meter (9.432 kaki) singkat dari landasan pacu 34L. Ketika pesawat itu sekitar 18 kilometer (11 mil) dari bandara dan pada ketinggian 671 meter (2.201 kaki), sejumlah badan turun dari itu, menunjukkan bahwa api pada saat itu telah dikonsumsi, setidaknya sebagian, kabin lantai. [5] Semua 261 penumpang di kapal-termasuk 247 penumpang-tewas dalam kecelakaan itu. [1] [4] [9] pada Juli 2014, kecelakaan tetap mematikan yang melibatkan sebuah Douglas DC-8, [10] serta mematikan kedua mengambil tempat di tanah Arab Saudi, [1] setelah pesawat Saudia 163. [11]
Sebab Sebelum keberangkatan, mekanik memimpin telah melihat bahwa "# 2 dan # 4 ban tekanan berada di bawah minimum untuk pengiriman penerbangan" [1] dan berusaha untuk mengembang mereka, tetapi tidak ada gas nitrogen yang tersedia, dan manajer proyek, tidak mau untuk menerima penundaan, mengabaikan masalah dan disiapkan pesawat untuk pengiriman. [5] Sebagai pesawat itu meluncur, transfer beban dari No 2 ban bawah meningkat ke No 1 ban pada as roda kiri kapal yang sama mengakibatkan "di overdeflection, lebih-pemanasan dan melemahnya struktural No 1 ban." [1] "The No 1 ban gagal sangat awal di take-off roll", diikuti segera oleh No 2. [1] yang terakhir ini berhenti berputar "untuk alasan tidak didirikan", dan gesekan berikutnya dari perakitan roda dengan landasan pacu yang dihasilkan panas yang cukup untuk memulai api mandiri. [1] para kru menyadari ada masalah, tapi tidak sifat atau keseriusan itu. Pesawat ini tidak dilengkapi dengan api atau panas sensor dalam perakitan roda. Perwira pertama tercatat berkomentar, "Kita harus ban kempes, Anda mengetahui?" [5] Menurut anggota Dewan Keselamatan Transportasi Kanada diwawancarai untuk sebuah episode dari Mayday tentang kecelakaan itu, prosedur standar mengenai kegagalan ban selama gulungan lepas landas pada DC- 8 tidak maka (dan masih tidak seperti episode musim 11 ditayangkan) termasuk menolak lepas landas untuk ban atau roda kegagalan, [12] sehingga kapten melanjutkan dengan lepas landas. Ketika roda pendaratan itu ditarik, "karet terbakar dibawa ke dekat dengan komponen sistem hidrolik dan listrik", menyebabkan kegagalan kedua sistem hidrolik dan tekanan udara yang menyebabkan kerusakan struktural dan kehilangan kendali pesawat. [2] [5 ] Dewan Keselamatan Transportasi kemudian menyimpulkan, "memiliki kru meninggalkan landing gear diperpanjang, kecelakaan mungkin telah dihindari". [5] fuel, "mungkin diperkenalkan sebagai hasil dari 'membakar' dari tangki bahan bakar pusat", [ 1] intensif api, yang akhirnya dikonsumsi lantai kabin. Orang-orang mulai jatuh dari pesawat ketika memanfaatkan kursi mereka dibakar melalui. "Meskipun kehancuran yang cukup untuk badan pesawat, pesawat tampaknya telah dikendalikan sampai sebelum kecelakaan itu." [5] Akibat Sebuah peringatan insiden terletak di kantor pusat Greater Toronto Bandara Authority dengan alasan Bandara Internasional Toronto Pearson di Mississauga, Ontario. Pembangunan memorial, yang mencakup plak dan pohon ceri, dibayar oleh sekelompok Nationair pramugari tak lama setelah kecelakaan itu. [13] The aircrash, dikombinasikan dengan reputasi buruk Nationair untuk layanan on-waktu dan masalah mekanis, menyebabkan masalah serius dengan citra publik dan keandalan antar operator tur. Kesulitan-kesulitan ini diperparah ketika Nationair terkunci pramugari serikat pekerja dan melanjutkan untuk menggantinya dengan strikebreakers pada tanggal 19 November 1991. lock-
out berlangsung 15 bulan dan pada saat itu berakhir pada awal tahun 1993, Nationair menemukan dirinya dalam kesulitan keuangan yang parah. Pada saat itu, Nationair berutang jutaan pemerintah Kanada dolar dalam biaya pendaratan belum dibayar. Kreditur mulai merebut pesawat dan menuntut uang tunai di depan untuk layanan. Perusahaan ini dinyatakan ban gkrut pada Mei 1993, karena CDN $ 75 juta. [14] Pada tahun 1997, Robert Obadia, pemilik Nationair dan Nolisair perusahaan induknya, mengaku bersalah atas delapan tuduhan penipuan dalam kaitannya dengan kegiatan perusahaan. [15] Dramatisasi Episode Mayday berjudul "Under Pressure" tertutup kecelakaan ini Google Translate for Business:Translator ToolkitWebsite TranslatorGlobal Market Finder Turn off instant translationAbout Google TranslateMobileCommunityPrivacy & TermsHelpSend feedback
