Naskah Drama Sejarah Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara. Kemunculan kerajaan ini diperkirakan berdiri mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M[1] sebagai hasil dari proses Islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7, ke-8, dan seterusnya. Kerajaan ini terletak di pesisir Timur Laut Aceh. Kerajaan Samudra Pasai merupakan gabungan dari kerajaan Pase dan Peurlak. Raja pertama samudera Pasai adalah Merah Sile atau Merah Selu. Ia masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syaikh Ismail, seorang utusan syarif Makkah yang kemudian memberinya gelar Sultan Malik Al-Saleh.
Merah Selu : Apa gerangan yang mebuat syaikh datang ke kerajaan kami Syaikh Ismail : Saya diutus oleh syarif Makkah untuk mengislamkan kerajaan Pasai Merah Selu
: jika ini perintah dari syarif Makkah, mulai saat ini saya akan memeluk islam, dan
islam akan menjadi agama kerajaan Syaikh Ismail : terimaksih atas ketersediannyan, dan mulai saat ini kau kuberi gelar Sultan Malik AlSaleh. Setelah itu mayoritas penduduk pasai memeluk agama islam, dan kerajaan pun terus berkembang, setelah Sultan Malik Al-Saleh. Wafat digantikan oleh putranya Muhammad Malik Al-Zahir, pada masanya Samudra Pasai sebagai pelabuhan dagang yang maju, dan menjalin persekutuan dengan kerajaan malaka, dan raja pertama malaka, prameswara menikah dengan putri Pasai. Muhammad Malik Al-Zahir : Menantuku kau sekarang adalah keluarga kerajaan pasai Prameswara
: sekarang aku bagian dari kerajaan samudera pasai, semoga jalur perdagangan di
selat malaka dapat berkembang dan lebih ramai lagi. Muhammad Malik Al-Zahir : menantuku, semoga kemakmuran ini sampai kepada anak cucu kita
Prameswara : iya, dan rakyat pun akan hidup tentram selamanya.
Rakyat pasai dan malaka hidup tentram, dan jalur perdagangan pun sangat ramai, sultan pasai pun terus berganti hingga pada sultan pasai yang ke 12 yaitu Sultan Zain Al-Abidin. Ternyata hubungan harmonis antara kerajaan pasai dan malaka tidak disenangi oleh pihak Portugis yang telah membangun benteng di Muara Bungo Jambi. Portugis memandang hubungan dagang dengan perahu layar ini dapat menimbulkan ancaman terhadap kekuasaanya. Itulah sebabnya Portugis melarang hubungan tersebut. Namun, larangan tersebut sama sekali tidak dihiraukan oleh Sultan Zain Al-Abidin. Pada suatu ketika, datanglah utusan Portugis menghadap Sultan. Utusan ini diterima sultan dengan baik. Akan tetapi, ketika para utusan menyampaikan pesan-pesan pemerintah Portugis yang berkedudukan di Jambi, Sultan tampak sangat marah.
Utusan Portugis : Kami datang sebagai utusan Portugis, ingin menyampaikan suatu hal. Sultan : Hal apakah itu? Utusan Portugis : Kami meminta Samudera Pasai segera menghentikan hubungan dagangnya dengan Kerajaan Malaka. Sultan : Apa?! Atas dasar apa kalian meminta hal tersebut? Utusan Portugis : Kami merasa hubungan kalian dapat merugikan Portugis nantinya. Sultan : Sampaikan pada pemimpin kalian, Samudera Pasai tidak berada di bawah siapapun. Kami bebas berniaga dengan siapa saja. Dahulu, sekarang, dan kapan saja negara kami tetap berdaulat penuh!
Wajah-wajah yang mengikuti pertemuan itu menjadi sangat tegang. Sementara para pendamping Sultan kalau tidak ditahan-tahan mungkin sudah menggunakan rencong untuk menghabisi utusan Portugis itu. Di pihak lain, para utusan Portugis tanpa berkata sepatah pun segera meninggalkan tempat pertemuan dan kembali ke kapal mereka dengan tergopoh-gopoh. Sultan berkata pada para pendampingnya.
Sultan : Portugis keparat! Adakah mungkin Portugis semudah itu memisahkan kita sesama orang Melayu? Kalian bersiap-siaplah sekarang, mereka tahu benar menggunakan situasi. Cepat atau lambat Portugis pasti akan menyerang negeri kita. Panglima
: aku pun berpikir seperti itu sultan
Sultan : Panglima segera latih dan siapkan pasukan untuk berperang melawan portugis Panglima
: baiklah tuanku
Sementara itu di markas pasukan samudera pasai Pasukan 1
: aku sudah tak sabar untuk kembali berlatih perang.
Pasukan 2
: iya.. aku juga. Aku yakin kita pasti bisa sehebat para armada lelaki.
Pasukan 1
: ngomong-ngomong kemana Panglima .. lama sekali dia datang.
Pasukan 2
: nah itu.. itu dia sedang menuju kemari.
Panglima Pasukan 2 Panglima
: sedang apa kalian? Mengapa tak memulai latihan : kami menunggu Panglima sejak tadi. : seharusnya kalian bisa memulainya tanpa harus menunggu aku datang. Sudah..
sekarang bentuk barisan. Pasukan Panglima Pasukan Panglima
: siap! (berbaris) : ambil panah kalian dan bersiaplah di posisi. : siap! : (melatih memanah) Fokuskan pandangan kalian ke arah sasaran. Ingat! Fokus!
Tembakkan panah kalian ke titik merah itu. Pasukan Panglima
: Siap! : Satu, dua, tiga tembak!
Pasukan memanah secara berurutan. Kemudian Sultan Zain Al-Abidin pun datang untuk menguji pasukannya. Sultan : Bagus... bagus... tak diragukan lagi kemampuanmu, Panglima. Rupanya kau pandai membangun armadamu sendiri. Panglima
: Terimakasih baginda.. melalui pasukan ini aku berharap dapat melindungi dan
mempertahankan samudera pasai.
Sultan Aceh : kau pasti bisa.. yasudah, Berikan pedang kepada mereka. Biar aku uji keahlian mereka dalam menggunakan pedang. Panglima
: Baik paman.
Kemudian Panglima menghampiri pasukannya yang sedang berlatih panah. Panglima
: Semuanya... sudah cukup latihan memanah untuk hari ini. Sekarang ambil
pedang kalian masing-masing dan baris pada masing-masing posisi. Pasukan
: Siap!
Setelah pasukannya bersiap, Panglima mempersilahkan Sultan Zain Al-Abidin untuk menguji pasukannya.
Sementara itu di markas portugis, Sikap Sultan dipandang Portugis sebagai alasan untuk menyerang Samudera Pasai. Portugis segera menyerang dengan mengirimkan pasukan yang sangat besar. Utusan Portugis : Jenderal, kerajaan samudera pasai menolak untuk menghentikan kerjasama dengan kerajaan malaka Jenderal Portugis : oh seperti itu Utusan Portugis : Iya jenderal Jenderal Portugis: : inilah saatnya kita menyerang kerajaan aceh Kolonel : apakah tidak tergesa-gesa jenderal Jenderal Portugis
: Akulah penguasa di sini. Tidak ada seorang pemimpin sehebat aku!
(terkekeh) Karena untuk menguasai jalur perdagangan di selat malaka kita harus dapat menundukan kerajaan samudera pasai. Kolenel : baik jenderal Jenderal Portugis : Kolonel, siapkan pasukan, sekarang kita harus menyerang Kerajaan Samudera Pasai Kolonel : baik Jenderal Kemudian terjadilah perang antara kerajaan samudera pasai dan Portugis
Dengan kecerdikannya, Portugis berhasil menundukkan Samudera Pasai. Dengan demikian, berakhirlah masa pemerintahan kerajaan samudera pasai dan Portugis menguasai selat malaka pada tahun 1511-1520. Selanjutnya kerajaan samudera pasai dihisab oleh kesultanan Aceh yang timbul tahun 1520-an. Warisan peradaban Islam internasionalnya diteruskan dan dikembangkan di Aceh.