NASKAH DRAMA SEJARAH PEMINATAN
MATERI :
SIDANG BPUPKI SIDANG PPKI PERTEMUAN DALAT RENGASDENGKLOK PROKLAMASI
KELAS : XI IIS 1
TAHUN AJARAN 2016/2017 SMA NEGERI 7 BEKASI
Penyusun Naskah : Audrey Citra Mutiara Lailia Istiqomah Narator : Sarah Bella
Daftar pemeran : Ir. Soekarno as Erwinsyah Sungkar Moh. Hatta as Weldy Steven .N Jendral Terauchi as Teddy Salomo Dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat as Bustomi Sutan Syahrir as Mahendra Toro Maulana Wikana as Reza Kurniawan Chairul Saleh as Muhammad Ariq Darwis as Ramli Krisna Sukarni as Muhammad Agin Ahmad Subarjo as M. Rijal Mutaqqin Syudanco Singgih as Rafli Hardiansyah Laksamana Maeda as Muhammad Fikri .A Nishimura as Alisha Denina Sayuti Melik as M. Irhash Arsyi Fatmawati as Elisabeth Anggita Dr. Soepomo as Dwiki Abdullah Moh. Yamin as Yoga Pangestuning Yusuf Kunto as Gunardi Suwito Inggit as Giesta Putri Pertiwi Meido as Winny Septarina Jend. Koiso as Andhika Febrianto Jend. Kumachiki as Adji Pangestu Istri Moh. Hatta (Rahmi) as Shafa Thori S.K Trimurti as Resti Sestyana .L Soehoed as Yani Eka Astutik Latief as Febianca Fakhira Tukang Soto as Widya Rahmannur Suminah as Aura Dara Febrian Windy Pupitarini as Pelayan Hotel Penyanyi 1 as Salsabilla Sofiaridani Penyanyi 2 as Intania Permatasari Penyanyi 3 as Adzkia Zahra .K Penyanyi 4 as Latifah Pembeli 1 as Annisa Amelia Pembeli 2 as Friska Pembeli 3 as Dian Oktaviani Pembeli 4 as Alma Nur Mauludy
KEHIDUPAN PRIBADI IR. SOEKARNO
Jauh sebelum kedatangan Jepang, Soekarno dan Fatmawati hidup rukun setiap harinya. Mereka menikah pada 24 Maret 1923. Ketika bersama Inggit lah Bung Karno merintis jalan politiknya. Di Bandung, beliau mendirikan Partai Nasional Indonesia dan menjadi singa podium yang berjuang untuk kemerdekan Indonesia. Jika Bung Karno diibaratkan nyala api, maka Inggit Ganarsih adalah kayu bakarnya. Inggit menghapus keringat ketika Soekarno kelelahan, Inggit menghibur ketika Soekarno kesepian atau membutuhkan dorongan darinya. Inggit mengatakan, "Setiap kelelahan, ia memerlukan hati yang lembut, tetapi sekaligus memerlukan dorongan lagi yang besar yang mencambuknya, membesarkan hatinya.” "Waktu sampai rumah aku harus menyediakan minuman asam untuk mengembalikan suara Kusno (Bung Karno) yang sudah parau itu. Ia seduh air jeruk atau asam kawak. Ketika Bung Karno ditangkap dan dipenjara di Banceuy Bandung, Inggit tetap setia. Ia rajin mengunjungi dan mengirim makanan untuk suaminya di penjara. Untuk mendapatkan uang, ia membuat bedak, menjadi agen sabun cuci, membuat dan menjual rokok hingga menjahit pakaian dan kutang.
Tapi pada suatu hari Soekarno
: “Nggit, Kus ingin meminta izin padamu”
Inggit
: “Apa ini tentang Fatma?”
Soekarno
: “Darimana Enggit tau?”
Inggit
: “Dari bunga disekeliling rumah ini.” (ucap Inggit sedih)
Soekarno
: “Jelaskan dari mana enggit tau?”
Inggit
: “Sudahlah kus, toh benarkan ini tentang Fatma”
Soekarno
: “Iya, Kus ingin meminta izin untuk menikah lagi dengan Fatma, Nggit.”
Inggit
: “Aku orang Banjaran dari keluarga yang pantangannya adalah dimadu dalam keadaan bagaimanapun. Sudah aku jelaskan, kalau mau meminang dia, ceraikanlah aku! Aku pantang dimadu!" tegas Inggit.
Selepas dari pembuangan di Bengkulu, pada tahun 1942 Bung Karno dan Inggit resmi bercerai di Jakarta. Perceraiannya ini disertai juga dengan sejumlah persayaratan yang dibuat di hadapan Empat Serangkai (Hatta, Ki Hajar Dewantara, KH Mas Mansur, dan Soekarno). Soekarno pada 17 Agustus 1945 memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Dan pada 18 Agustus 1945, Soekarno diangkat menjadi Presiden pertama RI, posisi yang otomatis menjadikan istri ketiganya, Fatmawati, menjadi Ibu Negara pertama.
Inggit
: “Sesungguhnya aku harus senang pula karena dengan menempuh jalan yang bukan bertabur bunga, aku telah menghantarkan seseorang sampai di gerbang yang amat berharga," kata Inggit.
SIDANG BPUPKI
Pada akhir tahun 1944 kedudukan Jepang pada perang Asia makin terdesak. Dalam menyikapi kondisi seperti itu, pada 9 September Perdana Menteri Jepang Koiso mengeluarkan janji kemerdekaan pada Bangsa Indonesia.
Jend. Koiso
: ”Konichiwa Bangsa Indonesia. Saya Jendral Koiso akan menjanjikan kemerdekaan kepada kalian secepatnya.”
Setelah dikeluarkannya janji tersebut Letnan membentuk BPUPKI (Dokuritsu Joonbi Cosakai )
Jend. Kumaciki
Jendral
Kumakici
Harada
: “Konichiwa Bangsa Indonesia untuk memenuhi janji Jendral Koiso, saya akan membentuk Dookurisu Joonbi Coosakai. Ariggato.”
Pada tanggal 29 April 1945 BPUPKI terbentuk yang diketuai oleh Dr. Radjiman Widyodiningrat dan wakilnya Ichibangase dan Suroso. Tanggal 29 Mei diadakan sidang yang pertama sekali atas usulan Dr. Radjiman Widyodiningrat untuk membahas dasar negara.
Dr. Radjiman
: “Saudara-saudara inilah pertama kali kita mengadakan sidang yang membahas dasar negara. Kepada saudara-saudara diminta partisipasinya untuk menyongsong kemerdekaan negara kita ini dengan menyampaikan usulan-usulan mengenai dasar negara. ”
Hari pertama tepatnya tanggal 29 Mei 1945 Moh. Yamin mengeluarkan pendapatnya mengenai dasar negara.
Moh. Yamin : “Baiklah saudara-saudara, saya selaku anggota perumusan dasar negara ingin menyampaikan pendapat berupa lima asas dasar negara yang meliputi : 1. Peri Kebangsaan 2. Peri Kemanusian 3. Peri Ketuhanan 4. Peri Kerakyatan 5. Peri Kesejahteraan Rakyat” Hari kedua tepatnya tanggal 31 Mei 1945, prof. Dr. Soepomo membuat rumusan.
Soepomo
: “Saudara-saudara, saya akan menyampaikan pendapat mengenai dasar negara dengan rumusan sebagai berikut :
1. Persatuan 2. Kekeluargaan 3. Keseimbangan Lahir Dan Batin 4. Musyawarah 5. Keadilan Rakyat” Radjiman
: “Terima kasih atas usulan anda, apakah ada pendapat lagi? Jika tidak ada, rapat ini dianggap selesai”
Sidang BPUPKI dilanjutkan pada hari ketiga tepatnya tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengeluarkan rumusan
Ir. Soekarno
: “Saudara-saudara saya akan mengusulkan rumusan dasar negara yang saya beri nama Pancasila, yang berisi:
1. Kebangsaan Indonesia 2. Internasionalisme Atau Peri Kemanusiaan 3. Mufakat Atau Demokrasi 4. Kesejahteraan Sosial 5. Ketuhanan Yang Maha Esa” Radjiman
: “Terima kasih atas usulannya, dengan ini saya menyatakan sidang pertama BPUPKI selesai.”
Pada sidang itu pula dibentuknya Panitia Kecil dengan Ir. Soekarno sebagai ketua yang beranggotakan Drs. Moh. Hatta, Mr. Muh. Yamin, Mr. Ahmad soebardjo, Mr. A. A Maramis, Abdulkadir Muzakir, Wachid Hasyim, H. Agus Salim, Abikusno Tjokrosujoso. Dalam persidangan yang dilakukan panitia sembilan menghasilkan rumusan :
Ketuhanan Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam Bagi PemelukPemeluknya Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab Persatuan Indonesia Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan
(Serta Dengan Mewujudkan Suatu) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Rumusan tersebut disebut dengan piagam Jakarta. Pada tanggal 10 Juli 1945 diadakan sidang BPUPKI yang kedua, hingga tanggal 16 Juli 1945.
Radjiman
: “Jadi, kesimpulan sidang kita kali ini adalah bentuk Negara Indonesia adalah Republik dan wilayah Indonesia yakni seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Selanjutnya saya persilahkan kepada perwakilan dari Panitia Perancang UUD untuk melaporkan hasil sidangnya.”
Soepomo
: “Terima kasih, saya akan membacakan hasil sidang yang telah kami lakukan……”
Hasil sidang itu adalah : 1. Pernyataan Indonesia merdeka 2. Pembukaan UUD 3. UUD itu sendiri dan batang tubuh UUD Dengan keberhasilan dari panitia perancang UU menyusun rancangan UUD, maka tugas BPUPKI dinyatakan SELESAI dan DIBUBARKAN
PEMBENTUKAN PPKI DAN PERTEMUAN DALAT
Setelah BPUPKI dibubarkan, dan diganti dengan PPKI, dengan alasan tugas BPUPKI telah selesai. Tanggal l 9 Agustus 1945, Jepang kembali dijatuhi bom atom oleh sekutu, tepatnya di kota Nagasaki. Hal ini membuat Jepang kewalahan. Setelah peristiwa pengeboman, tiga tokoh Indonesia, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Dr. Rajiman Wedyodiningrat dipanggil oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Di Dalat, Vietnam, Jenderal Terauchi memberikan tiga keputusan, yaitu, disetujuinya pembentukan PPKI, pengangkatan Ir. Soekarno sebagai ketua PPKI dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil PPKI serta untuk mendiskusikan keputusab Jepang.
Terauchi
: “Selamat pagi Bung Karno.”
Bung Karno
: “Maaf siapa anda?”
Terauchi
: “Saya Jendral Terauchi Panglima Jepang. Bisakah kita membuat pertemuan antara saya, anda, Bung Hatta dan Bung Radjiman untuk membicarakan kemerdekaan bangsa Indonesia.”
Bung Karno
: “Baiklah kami akan berangkat nanti sore.”
Terauchi
: “Baiklah jika begitu, terimakasih Bung.”
Ir. Soekarno membicarakan undangan Terauchi kepada Bung Hatta dan Radjiman
Bung Karno
: “Selamat pagi.”
Radjiman dan Hatta
: “Selamat pagi.”
Bung Karno
: “Kedatangan saya kesinui untuk menyampaikan undangan Terauchi kepada kita untuk menuju ke Dalath, Vietnam.”
Radjiman
: “Untuk apa kita kesana?”
Bung Karno
: “Kita kesana untuk membicarakan tentang kemerdekaan Indonesia.”
Esok harinya Ir. Soekarno, Bung Hatta dan Radjiman sudah sampai di Dalath Vietnam. Mereka dijemput oleh Terauchi. Pagi hari setelah menginap di hotel, Soekarno,Hatta dan Radjiman bertemu Terauchi. Dan melakukan perbincangan.
(Soekarno, H atta, R adjiman, Wedyodiningrat tiba di Dalat bersalaman dengan Marsekal Terauchi lalu dipersilahkan masuk ke dalam kantornya dan duduk bersama)
Terauchi
: “Selamat datang Bung.”
Terauchi
: (Memanggil pembantu) “Meido, watashi no gesuti no tame no nomimono o jisan shite kudasai.”
Meido
: “Yoi ryoshu, masuta.”
Terauchi
: “Kami akan memberikan kemerdekan bagi bangsa Indonesia. Sehingga, terbentuknya PPKI kemarin yang akan membantu.”
(Meido datang membawakan 3 cangkir kopi, dan segelas teh.) Meido
: “Shukun o o nomi kudasai”
Soekarno
: “Arigatou, tadi sampai mana perbincangan kita?”
Terauchi
: “Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia”
Radjiman
: “Lalu apa saja tugas PPKI?”
Terauchi
: “PPKI akan membahas semua kelengkapan negara pada saat Proklamasi.”
Bung Karno
: “Kapan pelaksanaan Proklamasinya?”
Terauchi
: “Tak perlu k hawatir, kami belum bisa menentukannya. Jepang akan memberikan kemerdekaan bagi Indonesia.”
Bung Hatta
: “Apakah wilayah Indonesia akan meliputi seluruh wilayah Hindia Belanda?”
Terauchi
: “Mungkin bisa jadi wilayah Indonesia akan meliputi wilayah tersebut.”
(Soekarno, Hatta, R adjiman, berdiri dan berpamitan dengan Terauchi, lalu bergegas meninggalkan kantor dari Marsekal Terauchi) Setelah pembicaraan masalah proklamasi kemerdekaan di Dalat, 2 hari kemudian pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat pada sekutu yang ditanda tangani oleh menteri luar negeri Jepaang Mamoru Shigenmetsu.
RENGASDENGKLOK
Pada tanggal 14 Agustus 1945, para pemuda mengadakan rapat di Jakarta. Yang hadir dalam rapat itu antara lain, Chaerul Shaleh, Sutan Syahrir, Sukarni, Singgih, dan Suhud, dan lain sebagainya.
Syahrir
: (membuka pembicaraan) “Assalamualaikum”
Semua yang hadir
: Waalaikumsallam
Syahrir
: “Saudara-saudaraku saya mendengar berita yang menggembirakan bagi kita semua, yaitu menyerahnya Jepang terhadap sekutu. Saya mendengar berita tersebut dari radio luar negeri. Itu berarti terjadi kekosongan kekuasaan di Indonesia.”
Sukarni
: “Itu merupakan kabar yang sangat menggembirakan bagi kita semua. Tapi yang saya bingungkan maksut tuan berbicara masalah kekosongan kekuasaan itu apa?”
Syahrir
: “Maksud saya Jepang tidak lagi berkuasa terhadap negeri kita, karena menyerah kepada sekutu, sedangkan sekutu belum sepenuhnya menguasai Indonesia.”
Sukarni
: “Oh ya, saya mengerti maksud tuan, terimakasih atas penjelasannya tuan.”
Chaerul Saleh
: “Lalu sekarang bagaimana cara kita mengisi kekuasaan ini?”
Darwis
: “Bagaimana kalau kita mengajukan kepada Soekarno dan Bung Hatta agar segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia secepatnya.”
Chaerul Saleh
: “Saya setuju usul anda tuan, karena waktu inilah yang tepat bagi kita semua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.”
Mendengar yang dibicarakan Chairul, para pemuda ricuh. Mereka begitu gembiranya mendengar Indonesia akan memproklamasikan kemerdekaannya. Sepertinya mereka tidak sabar untuk membicarakan keinginan rakyat ini bersama Soekarno dan Moch. Hatta. Chaerul Saleh yang melihat sikap para pemuda tersebut kemudian mencoba untuk menenangkan mereka.
Chaerul Saleh
: “kalau kalian sudah setuju, besok kita akan mendatangi rumah Soekarno dan kita bicarakan maksud dan keinginan kita semua. Baiklah, sebaiknya rapat ini kita cukupkan sampai disini, sekian terimakasih.
Rapatpun akhirnya selesai, para pemuda kembali pulang dan kembali kerumah mereka masing-masing. Keesokan harinya pada tanggal 15 Agustus 1945, para pemuda mendatangi rumah Soekarno, dengan maksut memberitahukan Soekarno tentang keinginan para pemuda itu.
Syahrir Fatmawati Syahrir Fatmawati Chairul Fatmawati
: “Assalaualaikum” : “Waalaikumsallam” : “Maaf Bu, apakah Bung Karno ada di dalam?” : “Ya, Kangmas ada di dalam, memang urusan ada apa yah mencari Kangmas?” : “Ada hal penting yang harus saya sampaikan pada Bung Karno” : “Oh, baiklah kalau begitu. Ayo-ayo pak silahkan masuk, saya panggilkan Kangmas sebentar.”
Fatmawati meninggalkan Syahrir untuk menemui Bung Karno
Soekarno Fatmawati
: “Siapa Bu yang datang?” : “Itu Pak, para pemuda datang, katanya ingin membicarakan hal penting.”
Kemudian Soekarno beranjak dari duduknya dan menemui para pemuda.
Soekarno
: “Saya dengar dari istri saya, katanya ada hal penting yang ingin kalian sampaikan.”
Darwis
: “Maksud kami adalah menginginkan agar secepatnya Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya.”
Soekarno Wikana
: “Mengapa kalian ingin memproklamasikan kemerdekaan Indonesia?” : “Karena ini adalah kesempatan yang baik bagi kita semua untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, karena Jepang telah menyerah pada sekutu.”
Soekarno
: “Apa kalian tidak memikirkan bahaya yang bisa terjadi jika kita tetap nekad memproklamasikan kemerdekaan Indonesia?”
Syahrir
: “Yang jelas kita ingin kemerdekaan secepatnya”
Soekarno
: “Ini terlalu tergesa-gesa. Kita juga harus cek berita itu dari pihak resminya.”
Syahrir
: “Jadi usulan kami belum bisa disetujui? Baiklah, tapi kami yakin berita itu benar adanya.”
Darwis
: “Baiklah, pertemuan ini kita cuk upkan dulu sampai disini karena sudah larut malam. Sebelumnya kami minta maaf jika kedatangan kami menggangu Istirahat Bung.”
Soekarno
: “Tidak apa, silahkan.”
Merekapun berjabat tangan dan berpamitan pulang Malam harinya, para pemuda mengadakan rapat lagi tepatnya ja 20.00 WIB untuk membahas mengenai sikap Soekarno yang kurang mendukung keinginan para pemuda.
Chairul Shaleh Fatmawati
Sukarni Fatmawati
: “Assalamualaikum.” : “Oh, mau mencari Kangmas ya? Kangmas ada di dalam. Kebetulan para tokoh-tokoh tua juga sedang ber kumpul disini. Ayo-ayo silahkan masuk.” : “Apa Buk? Tokoh tua juga sedang berkumpul disini?” (Bertanya dengan rasa kaget) : “Iya, ada. Seperti Moch. Hatta, Dr. Samsi dan tokoh-tokoh yang lain. Ayo mari masuk dulu.”
Merekapun akhirnya masuk untuk menemui BungKarno.
Chaerul Shaleh Soekarno Chaerul Shaleh Soekarno Latief
: “Maaf Bung, lagi-lagi kami mengganggu waktu Bung. : “Ah tak apa, jadi, apa yang ingin kalian bicarakan?” : “Seperti yang bung ketahui, bahwa kami menginginkan kemerdekaan secepatnya.” : “Ya, saya tau. Sama hal nya dengan saya, saya juga menginginkan kemerdekaan.” : “Lalu mengapa Bung tidak segera memberikan persetujuan, kalau Bung ingin memerdekakan Indonesia?”
Soekarno Syahrir
Soekarno Wikana Soekarno
: “Saya tidak bisa seenaknya menyetujui usul anda, sebelum ada rapat dengan PPKI : “Saya harap bung tidak mengadakan rapat dengan PPKI. Saya takut jika Jepang akan tahu rencana ini Bung, karena PPKI adalah buatan Jepang.” : “Tapi PPKI adalah satu-satunya jembatan kita untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.” : “Tapi kami tidak ingin adanya campur tangan negara Jepang!” : “Tetapi saya tidak bisa menyetujuinya. Sebaiknya kitabicarakan dulu dengan anggota PPKI.”
Tanpa disangka, Bung Hatta datang ke kediaman Bung Karno Hatta Soekarno Hatta Soekarno Hatta Soekarno Hatta Soekarno
: “Assalamualaikum.” : “Waalaikumsalam.” : “Ada apa ini? Para pemuda berkumpul disini?” : “Ah, tidak apa-apa, saya senang sekali Bung datang kesini, kami sedang membicarakan keinginan para pemuda- pemuda ini.” : “Saya dengar keinginan para pemuda ini adalah ingin memproklamasikan kemerdekaan Indonesia?” : “Ya, benar, tapi saya belum menyetujui karna saya tidak bisa mengambil keputusan sendiri.” : “Bagaimana jika kita rundingkan dulu dengan para tokoh tua?” : “Baiklah, biarkan mereka menunggu di serambi belakang.”
Akhirnya semua pemuda keluar dan menunggu diserambi belakang, dan menunggu hasil dari perundingan para tokoh tua .
Hatta Soekarno
Hatta Soekarno
: “Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?” : “Menurut saya, kita tidak bisa melakukan hal ini sekarang, karena terlalu berbahaya bagi masyarakat, dan kita belum mengetahui apakah kabar itu benar atau salah.” : “Tetapi mereka sudah sangat mendesak kita, Bung.” : “Saya tetap pada pendirian saya untuk tidak mnyetujui proklamasi ini!”
Lalu Bung Hatta, Bung Karno, dan para tokoh tua lainnya beranjak keluar untuk menemui para pemuda.
Suhud Soekarno Suhud
: “Jadi bagaimana keputusan Bung?” : “Maaf, tetapi saya tetap pada pendirian saya untuk tidak menyetujui proklamasi kemerdekaan ini!” : “Baiklah, jika keputusan Bung tetap seperti itu, kita tidak bisa berbuat apa-apa, tetapi kami para pemuda akan terus berusaha untuk memproklamasikan kemerdekaan secepatnya.”
Para pemuda pun memutar otak dan terus mencari cara bagaimana cara memproklamasikan kemerdekaan secepatnya.
Darwis
: “Sekarang apa yang harus kita lakukan jika Bung Hatta dan Bung Karno tetap bersikeras tidak menyetujui usul kita?” : “Begini saja, saya mengusulkan agar Bung Karno dan Bung Hatta kita asinngkan saja!” : “Setuju!!” : “Tapi yang saya bingungkan adalah kemana kita harus membawa dua tokoh nasionalis itu?” : “Kita serahkan saja tugas ini pada Latief dan Singgih, karena mereka kan anggota PETA.” : “Baiklah, saya pikirkan dulu.”
Wikana Sukarni, Yusuf, Syahrir Yusuf Latief Setelah 15 menit berfikir
Latief
Suhud
: “Bagaimana jika kita bawa mereka ke Renggasdengklok? Dekat Karawang. Menurut saya, disana tempat yang aman untuk mengasingkan mereka karena penjagaan disana s angat ketat.” : “Bagus, kami setuju.”
Merekapun mulai menjalankan rencana, Latief, Singgih, dan Suhud pun mendatangi kediaman Bung Karno
Singgih Fatmawati Latief
Fatmawati
: “Assalamualaikum” : “Waalaikumsallam, ada apa ini malam-malam bertamu?” : “Maaf Bu, bukan bermaksud untuk mengganggu istirahahat Ibu, tetapi ada hal penting yang harus kita bicarakan dengan Bung Karno.” : “Oh, begitu. Baiklah silahkan masuk, saya panggilkan Bapak dulu, oiya, Bung Hatta juga menginap disini, karena ingin membahas tentang keinginan para pemuda.”
Fatmawati meninggalkan mereka dan bergegas memanggil Bung Karno.
Para pemuda Soekarno Latief Hatta Latief Hatta Latief Soekarno Latief Soekarno
: “Assalamualaikum, Bung.” : “Waalaikumsallam, ayo-ayo silahkan duduk. Apa yang ingin kalian bicarakan?” : “Begini Bung, sebenarnya kami diutus untuk menjemput Bung Hatta dan Bung Karno keluar kota.” : “Kemana?” : “Ke Kerawang.” : “Memang ada apa, sampai-sampai kami harus ke luar kota?” : “Untuk menghindar dari gangguan Jepang.” : “Apakah ini semua penting?” : “Ya, sangat penting.” : “Baiklah, saya akan ikut, tetapi saya harus berpamitan dulu kepada Fatmawati.”
Bung Karno pun beranjak dari kursinya dan berpamitan pada Fatmawati
Soekarno Fatmawati Soekarno Singgih Soekarno
: “Bu, Kangmas pergi dulu ya, aku harus pergi dengan pemuda- pemuda itu.” : “Kemana? Bolehkah saya ikut?” : “Ya, cepat!” : “Maaf Bung, apakah sudah selesai berbicaranya? Kita harus segera berangkat.” : “Baiklah, ayo berangkat.”
Akhirnya merekapun meninggalkan kediaman Bung Karno dan langsung menuju Renggasdengklok.
Latief Singgih Soekarno
: “Bung Karno, tunggu apalagi! Inilah saat yang tepat untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.” : Iya, sebaiknya Bung setuju pada usul kita ini.” : “Maaf, tapi saya tidak bisa.”
Sedangkan disisi lain, Ahmad Soebardjo yang mengetahui dimana keberadaan Bung Karno, dan Bung Hatta terus meyakinkan para pemuda itu untuk membawa kembali Bung Karno dan Bung Hatta ke Jakarta .
Ahmad
Yusuf Kunto Ahmad
: “Sudahlah Chaerul, bawa kembali mereka ke Jakarta. Saya yakin kalau kalian bicara bai-baik, pasti ia akan mengiyakan permintaan kalian.” : “Apakah yang Bung bicarakan ini dapat di pegang?” : “Percayalah, saya akan meyakinkan mereka.”
Akhirnya para pemuda itu menjemput Bung Karno dan Bung Hatta kembali ke Jakarta. Ketika mereka sampai di Jakarta, mereka segera mencari hotel sebagai tempat untuk melaksanakan proklamasi. Latief Petugas hotel Latief
: “Apa masih ada kamar yang kosong?” : “Maaf Pak, Semua kamar sudah penuh.” : “Oh, ya. Terimakasih.”
Tetapi semua hotel penuh, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk meminta izin pada Laksamana Maeda untuk menjadikan rumahnya sebagai tempat untuk membuat naskah proklamasi. dan Sayuti Melik sebagai penulis naskah proklamasi.
PROKLAMASI
Setelah naskah proklamasi selesai diketik dan ditandatangani dirumah Laksamana Maeda, rapatpun bubar. Bung Karno dan Bung Hatta santap sahur sekedarnya. Istri
Laksamana Maeda (Nishimura Fumik) dan Asisten rumah tangganya sedang membuat hidangan untuk santapan sahur bagi Bung Karno dan Bung Hatta.
(Di dapur) Suminah Nishimura Suminah Nishimura Suminah Nishimura Suminah Nishimura Suminah
: “Nyonya kita mau membuat menu makanan apa?” : ”Makanan yang cocok untuk sahur dan cocok untuk lidah orang Indonesia apa ya?” : ”Rendang saja bu.” : “Apa tidak terlalu berat?” : “Oh, iya nyonya” : Bagaimana jika Nasi Goreng? : Ah iya bu itu saja. : Tolong buatkan yang enak ya, karena tamu kita ini orang penting : Siap nyonya.
Setelah pembahasan selesai dan tercapai kesepakatan bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan di kediaman Ir. Soekarno, para anggota rapat pulang ke kediamannya masing-masing, karena keesokannya pada pukul 10.00 WIB, mereka harus kembali lagi ke kediaman Ir. Soekarno untuk menghadiri upacara proklamasi kemerdekaan. Pada saat yang sama, Soekarno dan ibu Fatmawati sampai dikediaman mereka dan berbincang sejenak.
Soekarno Fatmawati Soekarno Fatmawati Soekarno Fatmawati Soekarno Fatmawati
: “Alhadulillah ya, bu. Akhirnya persiapan kemerdekaan bangsa kita sudah seleseai.” : “Iya, Kang Mas, apakah kalian sudah merencakan bagaimana proklamasi besok akan berlangsung?” : “ Sudah, kita akan melaksanakan upacara bendera dirumah kita dan akan diiringi lagu Indonesia raya karya bung Supratman.” : “Bukankah kita belum punya bendera? Lantas bagaimana?” : “Yaampun Kang Mas sampai lupa bu. Kalau begitu bagaimana jika ibu saja yang menjahitkan bendera.” : “Baiklah, Kang Mas. Dan, ibu punya ide bagaimana kita namakan saja benderanya sang saka merah putih. Bagaimana?” : “Ide yang bagus, ya, bendera pusaka. Sang saka dan warna merah putih menjadi sang saka merah putih.” : “Yasudah, sebaiknya Kang Mas bersiap sana, Menyusun pidato yang nanti akan bapak bacakan.”
Selama Bung Karno menyusun Pidato, Fatmawati menyiapkan Sang saka merah putih, Beliau mengambil sprai di kasurnya yang berwarna putih untuk bendera namun saat mencari kain berwarna merah beliau tidak menemukannya akhirnya Bu Fatmawati mencari keluar rumahnya dan beliau melihat tetangganya sedang membeli Soto
Fatmawati Tukang soto Fatmawati
: “Permisi, apakah saya bisa meminta tolong.” : “Iya, ada apa bu? Ibu mau beli soto?” : “Oh bukan bu, bolehkah saya meminta kain merah Ibu?”
Tukang soto Fatmawati Pembeli 1 Fatmawati Pembeli 2 Fatmawati Pembeli 3 Pembeli 4 Fatmawati
: “Oh iya, kain ini Bu? boleh.” (mengambil kain berwarna merah) : “Ah, iya bu terimakasih.” : “Untuk apa bu kain berwarna merah?” : “Untuk sesuatu yang sangat penting bu” : “Sesuatu yang sangat penting?” : “Ah nanti juga ibu juga tahu.” (tersenyum) : “Apa untuk proklamasi besok bu?.” : “Ah dasar kalian mau tahu saja.” : “Ah maaf bu saya duluan ya.”
Setelah itu, bu Fatmawati kembali kerumahnya dan beliau menjahit kain tersebut dengan kedua tanggannya, dan jadilah sang saka merah putih. Sementara itu, rakyat yang telah mengetahui akan dilaksanakan proklamasi kemerdekaan telah berkumpul. Rumah Soekarno telah dipadati sejumlah massa pemuda dan rakyat yang berbaris teratur beberapa orang tampak gelisah, khawatir akan adanya pengacauan dari pihak Jepang. Matahari semakin tinggi, proklamasi belum juga di mulai.Waktu itu Soekarno terserang penyakit,malamnya panas dingin terus menerus dan belum tidur setelah selesai merumuskan teks proklamasi. Para undangan telah banyak berdatangan,rakyat yang telah menunggu sejak pagi,mulai tidak sabar lagi. Mereka yang di liputi suasana tegang berkeinginan keras agar proklamasi segera dilakukan. Para pemuda yang tidak sabar, mulai mendesak bung karno untuk segera membacakan teks proklamasi. Namun , Bung Karno tidak mau membacakan teks proklamasi tanpa kehadiran Moh Hatta. Sementara Bung Karno menunggu kehadiran Bung Hatta, di kediaman Bung Hatta beliau sedang gundah gulana memikirkan apa yang terjadi nanti saat proklamasi nanti .
Rahmi Bung Hatta Rahmi Bung Hatta Rahmi Bung Hatta Rahmi
: “Ada apa pak, mengapa kau terlihat gelisah sek ali?” : “Ada yang sedang membebani pikiranku dik.” : “Apa ini menyangkut tentang proklamasi?” : “Ya, begitulah. Hal ini membuatku ragu untuk mendampingi” (menghela nafas panjang) : “Mengapa harus ragu? Ini juga demi kebaikan bangsa Indonesia.” (mengusap pundak Bung Hatta) : “Saya takut, bagaimana jika Jepang akan mengacaukan segalanya?” : “Yakinlah pada dirimu, karena bangsa ini bergantung padamu.”
Setelah Rahmi meyakinkan Bung Hatta, Bung Hatta langsung berangkat ke kediaman Bung Karno. 5 menit sebelum acara dimulai Muhammad Hatta datang dan langsung menuju ke kamar Bung Karno. Kemudian keduanya menuju tempat upacara. Sesaat sebelum upacara dimulai Soekarno meminta S.K Trimurti untuk mengibarkan bendera merah putih tetapi Trimurti tidak mau melakukannya akhirnya dipilihlah Latief Hendraningrat dan Soehoed.
Soekarno
: “Trimurti, tolong kibarkan bendera merah putih ini sebagai tanda awal kemerdekaan bangsa ini.”
Trimurti Soekarno Trimurti Trimurti Latief,Soehoed
: “Maaf, tapi menurut saya sebaiknya yang mengibarkan bendera merah putih adalah seorang prajurit.” : “Tapi, kita sudah tidak punya waktu untuk mencari orang lain.” : “Baiklah, saya akan menyuruh anak didik saya untuk mengibarkannya.” (Memanggil Soehoed dan Latief) : “Hei, kalian ! jaga baik -baik bendera ini, ini adalah kehormatan : “Siap! Kami tidak akan mengecewakan anda.” *****
Sukarno
: “Saudara-saudara sekalian! saya telah minta saudara hadir di sini, untuk menyaksikan suatu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh- puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun. Gelombangnya aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya ada turunnya. Tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita. Juga di dalam jaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti. Di dalam jaman Jepang ini tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri. Tetap kita percaya pada kekuatan sendiri. Sekarang tibalah saatnya kita benarbenar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air kita di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemukapemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia , permusyawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaann kita. Saudara-saudara! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad itu. Dengarkanlah proklamasi kami PROKLAMASI :
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Jakarta , 17 Agustus 1945. Atas nama bangsa Indonesia Soekarno/Hatta.” Demikianlah saudara-saudara! Kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita! Mulai saat ini kita menyusun Negara kita! Negara Merdeka. Negara Republik Indonesia merdeka, kekal, dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu merdekaaaaaa......!!!!!!”
(Semua yang hadir di situ menjawab) Merdeka!!!!!!!! (Secara serentak)
Acara, dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah Putih . Soekarno dan Hatta maju beberapa langkah menuruni anak tangga terakhir dari serambi muka, lebih kurang dua meter di depan tiang. Ketika S. K. Trimurti diminta maju untuk mengibarkan bendera, dia menolak: ” lebih baik seorang prajurit ,” katanya. Tanpa ada yang menyuruh, Latief Hendraningrat yang berseragam PETA berwarna hijau dekil maju ke dekat tiang bendera. S. Suhud mengambil bendera dari atas baki yang telah disediakan dan mengikatnya pada tali dibantu oleh Latief Hendraningrat. Bendera dinaikkan perlahanlahan. Tanpa ada yang memimpin, para hadirin dengan spontan menyanyikan lagu Indonesia Raya . Bendera dikerek dengan lambat sekali, untuk menyesuaikan dengan irama lagu Indonesia Raya yang cukup panjang.
(Pengibaran bendera merah putih dilakukan oleh Latief Hendraningrat dan S.Suhud diiringi lagu Indonesia Raya oleh 4 Orang Sebagai Paduan Suara.)
Peristiwa yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia ini berlangsung sekitar satu jam. Meski sederhana namun upacara itu dilakukan denan hikmat. Indonesia merdeka, bangsa baru telah lahir.
TERIMAKASIH