Nanoplankton berasal dari kata nain yaitu yaitu bahasa Yunani yang berarti kecil atau kerdil, dan plankton yang berarti mengapung di permukaan perairan secara pasif. Elemen kerangka (skeletal) ( skeletal) nanoplankton tersusun ters usun dari mineral kalsit, oleh karena itu disebut nanoplankton gampingan. Fosil nanoplankton disebut nanofosil. Nanofosil terdiri dari coccolith dan nannolith. Coccolith merupakan merupakan pecahan kalsit mikroskopis dengan struktur tertentu yang diproduksi oleh alga laut bersel satu, coccolithophorid, yang termasuk dalam
alga perang (Chrysophyta).
Sedangkan nannolithmerupakan badan kalsit organik berukuran mikroskopis yang belum
diketahui
asal
usulnya
dan
dimasukkan
dalam
Genera incertae
organisme Coccolithopore (seluruh
sel)
sedis. Nanofosil berukuran 1 - 25 mikrometer. Setiap
dinamakan coccosphere. Coccosphere ini merupakan suatu koloni coccolith yang berbentuk bulat seperti bola dengan diameter kurang dari 25 mikronmeter dan umumnya terdiri dari 10-150 coccolith yang tersusun pada permukaannya (Black, 1963). Pada organisme yang masih hidup, coccolith ini tersusun dalam bentuk bulat yang kemudian disebut coccosphere. Bentuk coccosphere tidak tersusun dengan kuat, sehingga pada organisme yang telah mati jarang diketemukan dalam bentuk utuh (coccosphere). Bentuk-bentuk coccolith inilah yang kemudian terawetkan atau membentuk fosil (Lord, 1982). Sel
nanoplankton
menyelubungi
gampingan
protoplasma,
dua
disusun
oleh membran
ganda yang
buah kloroplast, nukleus, mitokondria
dyctiosoma atau aparat golgi dan mempunyai sebuah vakuola yang disebut bodyX. Kloroplast mengandung klorofil yang berfungsi dalam fotosintesa. Hal ini yang menyebabkan nanoplankton bersifat autotrof, sehingga hidupnya tergantung pada sinar matahari. Oleh karena itu golongan ini hidup di dekat permukaan perairan yang banyak terdapat sinar matahari. Meskipun demikian beberapa jenis diduga dapat hidup jauh di bawah permukaan air laut dan makanannya berupa bakteri ser ta zat-zat organik lain yang terurai (Menurut Haq, 1978).
Bentuk coccolith (Nanoplankton) bermacam-macam dan sangat bervariasi, antara lain : (a) Discolith : nanofosil secara umum atau disebut juga coccolith. (b) Placolith : coccolith yang tersusun dari dua piringan yang dihubungkan oleh suatu tabung atau silinder pada pusatnya, berbentuk elip hingga bulat. (c) Lopadolith : coccolith berbentuk elip, kadang-kadang dengan rim tebal dengan bagian tengah yang berubah-ubah. (d) Cricolith : coccolith berbentuk cincin elip yang disusun oleh bermacam-macam elemen. (e) Cyclolith : coccolith berbentuk cincin bulat, sering disusun oleh elemen-elemen yang juga berbentuk bulat. (f) Zygolith : coccolith berbentuk cincin
elip,
kadang-kadang disusun
oleh
bermacam-macam bulatan dan pada bagian tengah terdapat suatu struktur yang berbentuk seperti jembatan. (g) Rhabdolith : coccolith berbentuk tongkat dan sering menempel pada bagian tengah dari zygolith. (h) Caliptrolith : coccolith berbentuk seperti topi. (i) Pentalith : coccolith mempunyai
lima
bidang
simetri,
kadang-kadang
pentagonal, poligonal teratur, stellate atau bulat. (j) Asterolith : nannolith berbentuk seperti bintang. (k) Stelolith : nannolith berbentuk kolom atau silinder. (l) Sphenolith : nannolith berbentuk kerucut yang disusun elemen-elemen yang tersusun radial. (m) Ceratolith : nannolith berbentuk seperti tapal kuda. (n) Scapolith : nannolith berbentuk seperti perahu.
(o) Nannoconids : nannolith berbentuk silinder atau kerucut dengan sebuah kanal pada sumbunya
PEMBAGIAN FILUM NANNOPLANKTON
Nannofosil gampingan (calcareous nannofossil) adalah suatu kelompok fosil yang berukuran halus, Perch-Nielsen (1985) dalam Kapid (2003) memberikan selang (1 – 25) μm. Nannofosil gampingan dihasilkan oleh kelompok ganggang bersel satu yang disebut coccolithophore. Menurut Gartner (1981) dalam kapid (2003), coccolithophore merupakan organisme bersel tunggal, fotosintetik, termasuk golongan algae dari Divisi Chrysophyta, Kelas Coccolithophyceae. Golongan algae ini mampu menghasilkan lempeng-lempeng gampingan dalam satu fase dari siklus hidupnya. Lempeng tersebut bertaut satu sama lain, membentuk suatu struktur kerangka berbentuk bulat atau bulat telur yang melingkupi seluruh atau sebagian dari sel atau disebut coccosphere yang mengalami disintegrasi. Setiap lempeng yang disebut coccolith akan terlepas dan terendapkan di dasar laut sebagai sedimen karbonat yang berbutir halus. Selain coccolith terdapat pula jenis nannofosil gampingan yang tidak diketahui afinitasn ya dengan kelompok ganggang yang ada, tetapi selalu bersama-sama dengan fosil coccolith atau disebut nannolith.
PREPARASI DAN METODE ANALISIS NANNOPLANKTON
a. Preparasi Nannoplankton Preparasi
nannoplankton
bertujuan
untuk
mengekstrak
fosil-fosil
nannoplankton gampingan dari batuan untuk dianalisis takson-taksonnya dan kemudian digunakan sebagai bahan dalam analisis bistratigrafi nannoplankton.. 43 Preparasi nannoplankton dibagi menjadi tiga (3) tahapan sebagai berikut: 1. Tahap Ekstraksi
Sampel batuan yang butirannya homogen atau tidak memiliki butiran yang kasar, diambil sekitar 0,5 mg lalu di taburkan di atas gelas objektif. Setelah itu sampel batuan ditetesi air destilasi lalu diratakan dengan menggunakan pinset yang bersih. 2. Tahap Pengeringan Sampel yang telah diekstraksi dikeringkan di atas hot plate dengan suhu ± 80oC hingga kering, lalu diratakan kembali dan ditipiskan dengan penggunakan gelas penutup (cover glass). Setelah itu, sampel tersebut ditambahkan canada balsam secukupnya pada saat gelas objektif tetap diletakkan di atas hot plate hingga canada balsam cukup matang, lalu ditutup dengan gelas penutup dengan mengusahakan tidak ada gelembung udara pada proses ini. 3. Determinasi Sampel yang telah kering dideterminasi dengan menggunakan mikroskop polarisasi (light microscope). b. Metode Analisis Nannoplankton Analisis
determinasi
species
nannoplankton
dilakukan
dengan
menggunakan pengamatan terhadap fosil coccolithnya yang meliputi bentuk tubuh (lingkaran, cincin, tabung, oval, sampan, bintang, tapal kuda, atau bulat), bentuk rongga di daerah pusat (palang, silang, atau duri), perisai (proximal atau distal), dan ornamentasinya. Analisis biozonasi nannoplankton dilakukan dengan menggunakan pengamatan field of view (FOV) sesuai luas standar gelas penutup yang berukuran ± 120 x 250 μm. Dalam satu kali pengamatan FOV, jumlah tiap species nannoplankton dihitung sebanyak 15 kali pada tempat yang berbeda lalu dikalikan delapan. Sisa pengamatan lainnya dilakukan untuk mencari species marker yang diduga masih dijumpai dalam sampel tersebut.
c. Pembagian dan Penentuan Umur dengan Nannoplankton Penyususnan biostratigrafi dilakukan untuk mengetahui urutan-urutan pengendapan lapisan batuan berdasarkan kandungan fosil nannoplanktonnya. Zona (biozona) merupakan satuan dasar dari satuan biostratigrafi (Gambar 1.1) yang dapat dikelompokkan ke dalam 4 tipe umum, diantaranya: a. Zona Kumpulan, suatu kumpulan lapisan yang dicirikan oleh kumpulan alamiah fosil yang khas, yang dapat dibedakan dalam hal sifat biostratigrafinya dengan lapisan yang berbatasan. b. Zona Kisaran, kumpulan lapisan yang mewakili kisaran total dari setiap unsur yang terpilih dari keseluruham kumpulan fosil dalam suatu urutan stratigrafi. c. Zona Puncak, tubuh lapisan batuan yang menunjukkan perkembangan maksimum suatu takson tertentu yang berupa genus atau species. d. Zona Selang, selang stratigrafi antara dua horizon biostratigrafi yang dapat berupa awal atau akhir pemunculan takson-takson penciri. Penamaan zona ini berasal dari nama-nama horizon atau takson yang membatasinya. Pada penentuan biozonasi, satuan biostratigrafi yang digunakan adalah zona selang dan zona parsial (Gambar 1.1). Klasifikasi yang digunakan sebagai standar pada penelitian ini adalah klasifikasi Martini (1971) dalam Bolli (1994) yang diperbarui oleh Martini dan Muller (1986). Nannofossil ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari nannofossil meliputi: A. Pengawetan yang baik, karena berukuran kecil sehingga tidak terlalu terpengaruh pada proses mekanik sedimentasi. B. Penyebaran geografis yang luas, hidup pada zona fotik di hampir semua lingkungan laut. C. Jumlah yang sangat banyak nannofossil dapat dite mukan dalam batuan sedimen yang sedikit. Kekurangan dari nannofossil adalah : A. Sangat terpengaruh oleh faktor CCD (Carbonat Compensation Depth) sehingga tidak terawetkan dalam baik di laut lebih dalam..
B. Karena berukuran sangat kecil sangat mudah untuk terjadi kontaminasi dalam preparasi nannofossil.
A. Zona Puncak
B. Zona Selang
C. Zona Kumpulan
D. Zona Kisaran
Gambar 1.1
Bagan jenis-jenis Zona Biostratigrafi (ISSC Report No. 5, 1971 dalam Komisi Sandi stratigrafi Indonesia, 1973).
Contoh nannofossil
0.5 m
100 nm
200 nm
20 m
0.5 m
1 m
Figure 1. EM images of (a) magnetotactic bacteria showing normal size and nano -size (bottom right corner) bacteria, (b) Nano-size bacteria undergoing division(?), (c) agglomerated hydroxyapatite (nanofossils) isolated from serum, (d) same as (c) except grown in serum-free culture (SEM), and (e) (f) Pt -C replicas of dissolved mineralsurfaces after exposure to nanobacteria containing medium.
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HALU OLEO FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
TUGAS MIKROPALEONTOLOGI NANNOFOSSIL DAN METODE PENGAMATANNYA
YUYUN SULISTIAWATI AZNAH R1C1 15 100
KENDARI 2017
Daftar Pustaka
http://jm.geoscienceworld.org/content/32/2/197 (diakses pada tanggal 10/5/2017 pukul 01.58) https://d28rz98at9flks.cloudfront.net/81130/Jou1983_v8_n1_p001.pdf (diakses pada tanggal 10/5/2017 pukul 01.50) www-odp.tamu.edu/publications/160_SR/.../CHAP_08 (diakses pada tanggal 10/5/2017 pukul 00.05) www.sediment.uni-goettingen.de/staff/dunkl/zips/Mikes-et-al-2008-GeolSoc.pdf . (diakses pada tanggal 10/5/2017 pukul 01.58)