13
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puja dan Puji ke hadirat Allah SWT sebagai rasa syukur atas nikmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Suatu karya tulis yang bertolak dari kesadaran bahwa manusia hanya memiliki sedikit sekali pengetahuan, sedangkan Allah SWT sebagai sumber pengetahuan yang dimiliki manusia itu, adalah Maha Kaya dan Maha Luas serta Maha Sempurna Pengetahuan-Nya. Bersamaan dengan itu dihaturkan juga shalawat dan salam bagi Rasulullah Muhammad saw, junjungan umat Islam dan role model umat manusia di muka bumi.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia dengan judul Mohammad Hatta dalam Lintas Sejarah Kemerdekaan Indonesia. Untuk itu penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Muhammad Abdul Karim, M.A.,M.A selaku dosen pembimbing yang berkat arahannya makalah ini dapat disusun dengan baik. Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi akademisi dalam mencari referensi khususnya mengenai biografi dan peran Mohammad Hatta dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Tiada gading yang tak retak, tiada karya yang sempurna. Maka penulis menghargai partisipasi pembaca dalam memberikan saran dan kritik demi perbaikan makalah ini ke depannya.
Yogyakarta, Maret 2017
DAFTAR ISI
COVER ii
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I : PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3
BAB II : PEMBAHASAN 4
2.1 Kelahiran Mohammad Hatta 4
2.2 Pendidikan Mohammad Hatta 4
2.3 Peran Mohammad Hatta dalam Sejarah Kemerdekaan Indonesia 5
1. Pra-Kemerdekaan (1932-1945) 5
2. Masa Revolusi (1945-1949) 6
3. Pasca Kemerdekaan (1950-1966) 8
2.4 Kehidupan Mohammad Hatta 9
BAB III : PENUTUP 10
3.1 Kesimpulan 10
3.2 Saran-saran 10
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan seluruh rakyat Indonesia. Ada yang menokang senjata untuk mengusir penjajah, ada pula yang merumuskan kebijakan-kebijakan dan menerapkan langkah-langkah yang harus ditempuh untuk membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan. Makalah ini bermaksud memaparkan peran salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia, seorang founding father yang dikenal dengan nama Mohammad Hatta. Dimulai dari latar belakang keluarga dan tempat kelahirannya, pendidikan yang ia tempuh, hingga sepak terjangnya dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah riwayat hidup Mohmmad Hatta?
2. Bagaimanakah peran Mohammad Hatta dalam sejarah kemerdekaan Indonesia?
1.3 Tujuan
Berikut tujuan dari pembuatan makalah:
1.Memberikan informasi mengenai riwayat hidup Mohammad Hatta.
2.Memberikan informasi mengenai peran Mohammad Hatta dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
3.Menyumbang ketersediaan referensi mengenai biografi dan peran Mohammad Hatta dalam sejarah lintas kemerdekaan Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kelahiran Mohammad Hatta
Mohammad Hatta lahir dengan nama Muhammad Athar di Bukittinggi pada tanggal 12 Agustus 1902 dari keluarga berlatar surau di Batu Hampar (kampung di pinggir jalan antara Bukittinggi dan Payakumbuh). Kakeknya, Syaikh Abdurrahman, merupakan seorang ulama besar di surau Batu Hampar. Meskipun ayahnya, Muhammad Djamil tidak melanjutkan kehidupan ulama, namun sudah tentu berpengaruh banyak terhadap pendidikan agama yang diterima Hatta semenjak kecil. Ibunya , Siti Saleha berasal dari kalangan pegadang. Hatta merupakan anak kedua setelah Rafiah.
Ketika berumur tujuh bulan, ayah kandungnya meninggal, sehingga ibunya menikah lagi dengan Haji Ning, seorang pedagang dari Palembang. Pernikahan keduanya dikaruniai empat orang anak perempuan.
2.2 Pendidikan Mohammad Hatta
Hatta mengawali pendidikan formalnya di Sekolah Rakyat Bukittinggi, kemudian setelah dua tahun ia pindah ke Sekolah ELS Belanda di kota yang sama. Memasuki kelas 5 (sampai 7), ia pindah ke Sekolah ELS di Padang. Sekolah di ELS ini ia tamatkan pada tahun 1917. Saat umurnya beranjak 14-15 tahun, ia beralih ke MULO di Padang dan lulus pada tahun 1919. Di bawah asuhan Haji Abdullah Ahmad, ia aktif dalam JSB (Jong Sumatera Bond). Mula-mula jabatan bendahara diraihnya, kemdian ia dipercaya menjadi sekretaris merangkap bendahara cabang Padang. Setelah lulus dari MULO, ia berangkat ke Jakarta dan bersekolah di Prins Hendrik Handels (Sekolah Dagang Prins Hendrik) tahun 1919-1921.
Pada tahun 1921-1932, Hatta belajar di Handels Hogeschool (Sekolah Tinggi Dagang, kemudian Economische Hogeschool, Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, Belanda. Ia aktif dalam organisasi Indische Vereniging (Perkumpulan Hindia, berdiri tahun 1908). Organisasi ini kemudian berganti nama menjadii Indonesische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia/PI). Pada tahun 1926 kursi kepemimpinan jatuh ke pundak Hatta.
Pada tahun 1926, ia pergi ke Biervielle, Perancis, sebagai wakil PI untuk turut serta dalam Kongres Demokrasi Internasional. Ia berhasil meyakinkan Kongres agar menggunakan kata "Indonesia" dan bukan "Hindia Belanda" dalam merujuk tanah airnya. Ia menerangkan hubungan kolonialisme antara Belanda dan Indonesia dalam berbagai kesempatan, contohnya pada International League of Women for Peace and Freedom di Swiss (1927) dan di hadapan para mahasiswa Indologi di Utrecht, Belanda (1930).
2.3 Peran Mohammad Hatta dalam Sejarah Kemerdekaan Indonesia
1. Pra-Kemerdekaan (1932-1945)
Hatta kembali dari Belanda setelah menyelesaikan ujian doktoralnya pada tanggal 5 Juli 1932. Hatta bersikap keras terhadap komunis dan menolak bekerja sama dengan pemerintah Belanda. Sehingga, pada tanggal 25 Pebruari 1934, ia bersama Sjahrir ditangkap dan dibuang ke Digul, kemudian ke Banda Neira (1936). Di masa pembuangan inilah Hatta aktif menulis artikel-artikel yang dikirimkannya ke beberapa surat kabar (salah satunya Panji Islam di Medan). Selain itu, ia juga bercocok tanam, serta mendidik sesama tahanan dan pemuda setempat.
Setelah Perang Pasifik pecah (Desember 1941), Sjahrir dan Hatta dipindahkan ke Sukabumi. Lalu, Pemerintah Jepang membawanya ke Jakarta untuk diajak kerjasama. Ia bertugas memberikan saran terhadap Pemerintah Jepang terkait kebijakan-kebjakan yang akan diberlakukan untuk rakyat Indonesia. Pada akhir Juni 1943, lembaga yang bersifat politik dibentuk atas nama "Tyuo Sangi-in", dengan tujuan :"memberi jawaban atas pertanyaan pemerintah dan mengajukan usul-usul kepada pemerintah". Hatta menjabat sebagai wakil ketua (18-21 Juni 1945). Dalam sidang-sidangnya, lembaga ini banyak merumuskan usul-usul yang berkaitan dengan kemerdekaan Indonesia.
BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia) dibentuk pada tanggal 1 Maret 1945. Peran Hatta dalam BPUPKI terlihat dalam :
1) Soal pembukaan yang biasa dirujuk dengan piagam Jakarta
Dalam hal ini Hatta tidak banyak berkomentar. Ia cenderung mengambil jalan tengah antara pandangan tokoh-tokoh nasionalis dan Islam.
2) Soal bentuk negara
Hatta menekankan perlunya otonomi luas bagi daerah. Apalagi dengan ribuan pulau yang bertebaran serta suku yang beragam di Indonesia.
3) Soal hak asasi
Ia berpendapat, hal-hal yang sangat dasar dari hak asasi perlu dicantumkan dalam UUD. Usulan ini diterima oleh peserta sidang dan untuk selanjutnya dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945.
4)Soal ekonomi
Hatta merumuskan ekonomi Indonesia berdasarkan solidaritas dan kekeluargaan, serta ditangani langsung oleh negara. Selanjutnya, Hatta menjabat sebagai wakil ketua di PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dibentuk pada tanggal 7 Agustus 1945.
2. Masa Revolusi (1945-1949)
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pada tanggal 16 Agustus 1945, Hatta dan Soekarno (bersama istrinya, Fatmawati dan putranya, Guntur yang berusia 9 bulan) berangkat ke Rengasdengklok.Sehari sebelumnya, Soebadjo Sastrosatomo dan Soebianto mendatangi kediamannya. Keduanya menegaskan pendirian mereka untuk merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan Jepang. Di Rengasdengklok, Hatta mencoba meyakinkan Soekarni bahwa apa yang direncanakan para pemuda akan terbentur pada realitas.
Pada malam harinya, diadakan rapat untuk persiapan proklamasi Kemerdekaan Indonesia di kediaman Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol 1 Jakarta. Sidang yang berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 03.00 dini hari tersebut menghasilkan secarik kertas proklamasi. Pagi harinya, pukul 10.00, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan di Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Pada tanggal 18 Agustus 1945, sebelum sidang PPKI dimulai, Hatta berdiskusi dengan Ki Bagus Hadikoesoemo, Wahid Hasyim, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Mr. Teuku Hasan terkait penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta. Para tokoh tersebut menginsafi bahwa semangat Piagam Jakarta tidak lenyap dengan menghilangkan tujuh kata tersebut.
Hatta sebagai wakil Presiden
Indonesia harus mempertahankan kemerdekaannya dari usaha Pemerintah Belanda yang ingin menjajah kembali. Pemerintah Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Dua kali perundingan dengan Belanda menghasilkan Perjanjian Linggarjati dan Perjanjian Reville, tetapi selalu berakhir dengan kegagalan akibat kecurangan pihak Belanda.
Untuk mencari dukungan luar negeri, pada Juli I947, Hatta pergi ke India menemui Jawaharlal Nehru dan Mahatma Gandhi. dengan menyamar sebagai kopilot bernama Abdullah. Nehru berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan protes dan resolusi kepada PBB agar Belanda dihukum.
KMB (Konferensi Meja Bundar)
Pada tanggal 23 Agustus 1949 – 2 November 1949, KMB dilaksanakan di Den Haag. Utusan dari RI diketuai oleh Hatta. Dalam sidang tersebut, ia berhasil menyusutkan luar negeri sebesar f 3.167 juta dan hutang dalam negeri sebesar f 2.956 juta menjadi f 4.300 juta. Adapun masalah Irian Barat, akhirnya terpecahkan pada tanggal 1 November 1949, dengan kompromi bahwa pemindahan Kedaulatan Irian Barat akan diselesaikan dalam waktu satu tahun sejak konferensi tersebut. Hatta mengatakan, dengan adanya KMB, seakan-akan RI sudah diakui de jure oleh dunia Internasional, jauh lebih baik dari masa-masa sebelumnya.
3. Pasca-Kemerdekaan (1950-1956)
Hatta membentuk kabinet RIS pada tanggal 20 Desember 1949, banyak terdiri dari orang-orang yang lebih cenderung kepada keahlian daripada motivasi politik belaka. Hatta menghadapi berbagai persoalan, contohnya Pemberontakan Westerling di Jawa Barat (Januari 1950) dan Pemberontakan Andi Aziz di Makassar (April, 1950).
Sebagai perdana menteri merangkap menteri luar negeri, Hatta berupaya mewujudkan politik bebas aktif. Ia menolak PKI dan politik perjuangan kelas yang tidak kenal damai. Dalam bidang ekonomi, Hatta merasa perlu dengan pinjaman luar negeri.
Pada 17 Agustus 1950, Hatta dikukuhkan sebagai wakil presiden. Ia melayangkan surat mempertanyakan keputusan kabinet jika dirasanya tidak tepat. Ia mengingatkan Menteri Perekonomian Boerhanoedin agar tidak mendahulukan pengusaha baru yang mempunyai hubungan dengan partai daripada pengusaha lama yang berpengalaman.Dalam menghadapi masalah tentara, ia meyerahkan penyelesaiannya kepada pemimpin angkatan. Ia menjaga betul agar angkatan bersenjata tidak dipengaruhi secara politis, kecuali politik nasional yang tidak dipermasalahkan di negara kita.
Pada Juli 1956, Hatta mengirim surat kepada DPR, bahwa ia akan mengundurkan diri sebagai wakil presiden. Pidato Soekarno pada tanggal 28 Oktober, "Marilah sekarang kita kubur semua partai", yang menunjukkan bahwa ia memiliki konsep baru tentang demokrasi yang disebutnya Demokrasi Terpimpin, semakin memperteguh keinginan Hatta tersebut.
2.4 Kehidupan Mohammad Hatta
Hatta menikah dengan Rachim Rahmi pada tanggal 18 November 1945 di desa Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Pasangan tersebut dikaruniai tiga orang putri yakni Meutia Farida Hatta, Gemala Rabi'ah Hatta, dan Halida Nuriah Hatta.
Dalam kesehariannya, Hatta dikenal sebagai pribadi yang disiplin dan sederhana. Cindy Adams, penulis biografi Soekarno pernah ditolaknya karena terlambat datang. Disiplin dan ketepatan Hatta mengenai waktu sudah bukan rahasia lagi. Ia menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan diri dan dan keluarganya. Istrinya pernah menceritakan, bahwa Hatta bahkan tak memberitahunya mengenai pemotongan terhadap Oeang Repoeblik Indonesia (ORI), "Itu rahasia negara" katanya.
Kecintaan Hatta terhadap buku tidak lantas menjadi sosok yang text-book thinking. Sebaliknya, ia mencerna substansi buku itu, apakah pandangannya perlu diadopsi, diadaptasi, atau bahkan secara fundamental disanggah. Sebagai seorang muslim, ia tidak pernah meninggalkan kewajiban shalat dan sudah melaksanakan ibadah haji. Baginya, ajaran Islam memimpin tingkah lakunya, juga membina pandangannya tentang kehidupan masyarakat dan negara.
Pada tanggal 14 Maret 1980 Hatta wafat di RSUD dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada usia 77 tahun dan dikebumikan di TPU Tanah Kusir pada tanggal 15 Maret 1980. Pemerintah memberikan gelar Pahlawan Proklamator kepada Mohammad Hatta pada 23 Oktober 1986 bersama dengan mendiang Soekarno. Pada 7 November 2012, Mohammad Hatta secara resmi bersama dengan Soekarno ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Pahlawan Nasional.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mohammad Hatta lahir dengan nama Muhammad Athar di Bukittinggi pada tanggal 12 Agustus 1902, ayahnya, Muhammad Djamil berasal dari kalangan ulama, sedangkan ibunya, Siti Saleha berasal dari kalangan pegadang. Hatta menikah dengan Rachim Rahmi pada tanggal 18 November 1945 dan dikaruniai tiga orang putri yakni Meutia Farida Hatta, Gemala Rabi'ah Hatta, dan Halida Nuriah Hatta.
Hatta mendedikasikan hidupnya untuk membela tanah air Indonesia. Pada masa pra-Kemerdekaan (1932-1945), ia beberapa kali dibuang oleh pemerintah Belanda akibat sikapnya yang non-kooperatif. Pada masa pendudukan Jepang, saran-sarannya mengenai rakyat Indonesia sangat diperhatikan. Ia merumuskan masa depan Indonesia melalui sidang-sidang BPUPKI dan PPKI.
Pada masa Revolusi (1945-1949), Hatta mewujudkan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ia menjadi wakil presiden pertama. Ia banyak berperan dalam menggalang dukungan Internasional untuk mempertahankan kemerdekaan. Pidatonya dalam KMB berhasil mengurangi tuntutan-tuntutan Belanda terhadap Indonesia.
Pada masa pasca-Kemerdekaan (1950-1956), ia berperan sebagai perdana menteri menteri merangkap menteri luar negeri. Ia menjalankan kebijakan-kebijakan yang dirasanya tepat, dan mengkritisi kebijakan-kebijakan yang dianggapnya kurang tepat. Ia melayangkan surat pengunduran dirinya saat demokrasi yang dicita-citakannya mulai menjauh.
Hatta wafat di RSUD dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada tanggal 14 Maret 1980. Pada 7 November 2012, Mohammad Hatta secara resmi bersama dengan Soekarno ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Pahlawan Nasional.
3.2 Saran-saran
Berikut saran dan kritik penulis kepada pembaca:
1. Hendaknya kita mampu meneladani perjuangan Mohammad Hatta dalam membela tanah air Indonesia.
2. Dalam mempelajari Peran Mohammad Hatta dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, tidak cukup hanya berpedoman pada satu referensi saja. Penulis menyarankan pembaca untuk mencari referensi-referensi lain sehingga dapat memperluas cakrawala pengetahuan.
3. Penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi perbaikan makalah ini ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah, Adhe. 2010. Hatta Si Bung yang Jujur & Sederhana. Yogyakarta : Garasi House of Book.
Hatta, Mohamad. 2011. Menuju Gerbang Kemerdekaan: Sebuah Otobiografi. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Noer, Deliar. 1990. Mohammad Hatta: Biografi Politik. Jakarta : Penerbit LP3ES anggota IKAPI.
Noer, Deliar. 2012. Mohammad Hatta: Hati Nurani Bangsa. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara.
Rose, Mavis. 1991. A Political Biography of Mohammad Hatta. Diterjemahkan oleh: Hermawan Sulistyo. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Haryo, Christoporus Wahyu. 06/11/2012. "Pemerintah Akhirnya Akui Bung Karno-Bung-Hatta Pahlawan Nasional". Diambil dari http://nasional.kompas.com/read/2012/11/06/18304773/Pemerintah.Akhirnya.Akui.Bung.Karno-Bung.Hatta.Pahlawan.Nasional (diakses pada 31/03/2017).
Hasan, Atiqoh. "Mohammad Hatta". Diambil dari https://profil.merdeka.com/indonesia/m/mohammad-hatta/ (diakses pada 31/03/2017).
Pintar, Anak. 26/02/2013. "Riwayat Hidup Mohammad Hatta". Diambil dari http://www.anakpintar.web.id/2013/02/riwayat-hidup-mohammad-hatta.html (diakses pada 31/03/2017).
Redaksi. 13/08/2002. "Mohammad Hatta: Sang Proklamator". Diambil dari http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/1302-sang-proklamator, (diakses pada 31/03/2017).
HHhjkxhaiusdhxxhbauwsda
Wikipedia, "Mohammad Hatta", 05/01/2017 https://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Hatta (diakses pada 31/03/2017)
Deliar Noer, Mohammad Hatta : Hati Nurani Bangsa, (Jakarta : PT Kompas Media Nusantara, 2012), hlm 3-4.
Deliar Noer, Mohammad Hatta : Biografi Politik, (Jakarta : Penerbit LP3ES anggota IKAPI, 1990), hlm. 20-23 .
Ibid., hlm. 24.
Deliar Noer, Mohammad Hatta : Hati ..., hlm. 17-19.
Deliar Noer, Mohammad Hatta : Biografi ..., hlm. 68-69.
Ibid., hlm. 120.
Deliar Noer, Mohammad Hatta : Hati ..., hlm. 42-43.
Ibid., hlm. 50-51.
Ibid., hlm. 59.
Ibid., hlm. 60
Ibid., hlm. 65.
Ibid., hlm. 67.
Ibid., hlm. 72-79.
Mohammad Hatta. Menuju Gerbang Kemerdekaan: Sebuah Otobiografi, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2011), hlm. 81.
Ibid., hlm. 77.
Ibid., hlm. 81.
Ibid., hlm. 94.
Ibid., hlm. 97.
Redaksi, "Mohammad Hatta: Sang Proklamator", diambil dari 13/08/2002 http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/1302-sang-proklamator, (diakses pada 31/03/2017).
Mohammad Hatta. Menuju Gerbang ...., hlm. 217.
Deliar Noer, Mohammad Hatta : Biografi ..., hlm. 307.
Mavis Rose, A Political Biography of Mohammad Hatta, terj. Hermawan Sulistyo, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991), hlm. 276.
Ibid., hlm. 277.
Deliar Noer, Mohammad Hatta : Biografi ..., hlm. 361.
Ibid., hlm. 375 .
Deliar Noer, Mohammad Hatta : Hati ..., hlm. 120 .
Ibid., hlm. 126 .
Ibid., hlm. 128-129.
Ibid., hlm. 133.
Ibid., hlm. 137.
Mavis Rose, A Political Biography ..., hlm. 310.
Atiqoh Hasan, "Mohammad Hatta", diambil dari https://profil.merdeka.com/indonesia/m/mohammad-hatta/ (diakses pada 31/03/2017).
Adhe Firmansyah, Hatta Si Bung yang Jujur & Sederhana, (Yogyakarta : Garasi House of Book, 2010), hlm. 86.
Ibid., hlm. 103-104.
Ibid., hlm. 124-125.
Ibid., hlm. 139.
Ibid., hlm. 141 .
Anak Pintar, 26/02/2013, "Riwayat Hidup Mohammad Hatta", diambil dari http://www.anakpintar.web.id/2013/02/riwayat-hidup-mohammad-hatta.html (diakses pada 31/03/2017).
Christoporus Wahyu Haryo, 06/11/2012, "Pemerintah Akhirnya Akui Bung Karno-Bung Hatta Pahlawan Nasional", diambil dari http://nasional.kompas.com/read/2012/11/06/18304773/Pemerintah.Akhirnya.Akui.Bung.Karno-Bung.Hatta.Pahlawan.Nasional (diakses pada 31/03/2017).