BAB 1 TINJAUAN STUDI KELAYAKAN BISNIS (OVERVIE (OVERVIE W FE ASI ASI BILI TY STUDY) 1.1.
Pendahuluan
Modul ini mengantarkan para mahasiswa untuk memahami dasar-dasar pengetahuan teoritis dan praktik dalam Studi Kelayakan Bisnis. Setelah mempelajari modul ini para mahasiswa
Fakultas Ekonomi diharapkan mampu menilai tingkat
kelayakan investasi suatu proyek bisnis. Aspek-aspek yang dibahas dalam mata kuliah ini meliputi aspek pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek keuangan, aspek resiko, aspek ekonomi dan sosial, aspek dampak lingkungan, dan penyusunan laporan studi kelayakan. Untuk menilai kelayakan finansial digunakan konsep discounted cash flow analysis dengan menggunakan kriteria penilaian investasi: Net Present Value, Benefit Cost Ratio,Payback Period, dan Internal Rate of Return . Selain itu untuk
mengaplikasi terhadap resiko proyek, dilakukan penyesuaian discount rate dan sensitivity analysis.
1.2.
Tujuan Umum Pembelajaran Pembelajaran
Setelah mengikuti mata kuliah ini para peserta/mahasiswa mampu memahami aspek-aspek dalam studi kelayakan serta mampu mengaplikasikan konsep discounted cash flow analysis dalam menilai kelayakan finansial suatu proyek investasi aktiva
tetap. Mahasiswa juga dapat menyusun suatu usulan investasi proyek bisnis.
1.3.
Tujuan Khusus Pembelajaran Pembelajaran
Setelah mempelajari uraian dan membahas soal latihan dalam modul ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep teori dan dan mampu menilai kelayakan suatu proyek investasi. Secara khusus, mahasiswa dapat memahami dan menganalisis Studi Kelayakan sebagai alat Manajemen : Perencanaan dengan scientific method, pengertian Studi Kelayakan proyek, pentingnya Investasi, tujuan Studi Kelayakan, para pihak yang membutuhkan studi kelayakan, desain Studi Kelayakan, identifikasi peluang pelua ng proyek bisnis, tujuan keputusan investasi, aspek-aspek Studi kelayakan, alat dan kerangka analisis, data dan sumber data, dan kriteria penilaian kelayakan proyek bisnis. Memahami, menghitung, dan menganalisis Aspek Pasar dan pemasaran: pendekatan peramalan permintaan, prosedur peramalan, p eramalan, metode-metode peramalan
1
statistik (time series, regresi korelasi, elastisitas permintaan, dan sensitivity analysis), trategi bersaing, analisis SWOT, Analisis dinamis, pengaruh ekstern perusahaan, S trategi strategi optimasi bauran pemasaran. Memahami dan menganalisis Aspek Teknis (Produksi/Operasi): l okasi proyek, skala usaha dan kapasitas produksi, Pemilihan teknologi dan peralatan produksi, tata letak (lay-out), proses produksi, pengadaan bahan baku dan bahan pembantu. Memahami, menganalisis, dan mengaplikasikan Aspek Manajemen: Manajemen: Perencanaan Pelaksanaan Proyek, Jadwal penyelesian penyelesia n proyek, Kebutuhan tenaga tena ga kerja, sumber pengadaan sumber daya manusia, program tranining, manajemen dalam operasi, Spesifikasi jabatan, persyaratan tenaga manajerial, dan Struktur organisasi. Memahami dan menganalisis, dan menghitung Aspek Keuangan: Kebutuhan investasi tetap dan modal kerja awal, memperkirakan sumber Dana, menyusun proyeksi rugi/laba dan arus kas proyek, memperkirakan Biaya modal modal dan discount rate arus kas proyek, mengaplikaskan mengaplikask an konsep kriteria penilaian pen ilaian investasi, investa si, dan sensitivity analysis. Memahami, menganalisis, dan memperkirakan Aspek Resiko proyek: kenaikan beban, penurunan penjualan, penurunan produktivitas, risiko finansial (suku bunga, kurs), risiko bisnis, bisn is, dan risiko politik. politik . Memahami dan menganalisis Aspek Ekonomi dan Sosial; kontribusi proyek bagi perekonomian nasional dan daerah, kesempatan kerja, keterkaitan bisnis (business linkages), manfaat sosial proyek; pengadaan fasilitas sosial, sikap komunitas di lokasi proyek, dan kerawanan sosial. sosial . Memahami Aspek Lingkungan: Analisis amdal, Peraturan Pemerintah RI tentang Proyek- proyek yang harus ada Amdal, kondisi politik dan keamanan. Mampu menulis dan memahami Laporan Studi Kelayakan: sistematika, format penulisan, dan tata bahasa laporan. 1.4.
sibi lity ty Stud Study) y) Pengertian Pengertian Studi Kelayakan Bisnis ( F easibili
Estopedia (2015) An analysis of the ability to complete a project successfully, taking into account legal, economic, technological, scheduling and other factors. Rather than just diving into a project and hoping for the best, a feasibility study allows project managers to investigate the possible negative and positive outcomes of a project before investing too much time and money.
Wikipedia (2015) Feasibility study is an assessment of the practicality of a proposed project.
Justis, R. T. & Kreigsmann, B. (1979). A feasibility study aims to objectively and rationally uncover the strengths and weaknesses of an existing business or proposed venture, opportunities and threats present in the environment, the environment, the the resources resources required to carry through, and ultimately the prospects for success. In its simplest terms, the two criteria to judge feasibility are cost are cost required and value value to be attained. 2
Walsh J.R (1979) A
Feasibility Study Is
An
Inquiry Which Results In The
Determination of That Project Which Will Give The Maximum Return On Invested Capital.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa: 1.
Suatu studi kelayakan adalah suatu penelitian atau pengkajian untuk menentukan apakah suatu proyek akan memberikan imbal hasil yang maksimal atas modal/dana yang diinvestasikan.
2.
Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil.
3.
Bagi investor/pemilik modal dengan melakukan studi kelayakan, mereka melihat apakah ada kesempatan bisnis yang bisa dimanfaatkan secara ekonomis/ menguntungkan? Berapa tingkat keuntungan (imbal hasil) yang bisa diharapkan atas suatu peluang investasi tersebut? Berapa lama modal yang dinvestasikan akan kembali? Apakah aspek-aspek kelayakan semuanya layak untuk diimplementasikan suatu proyek investasi.
4.
Apa saja resiko proyek, seberapa besar risiko proyek, bagaimana trade off risk and return, dan mampukah manajemen proyek mengatasi risiko yang terjadi.
1.5.
Tujuan Studi Kelayakan Bisnis
Suatu studi kelayakan yang dirancang dengan baik (well-designed feasibility study) akan memberikan suatu latar belakang bisnis atau proyek, mendeskripsikan produk atau jasa yang akan dijual, proyeksi laporan keuangan, rincian tentang operasi, manajemen, riset pasar, kebijakan dan data keuangan, aspek legal, dan perpajakan. Biasanya suatu studi kelayakan merupakan awal dari detail pengembangan aspek teknikal dan implementasi proyek. Tujuan dilakukannya suatu studi kelayakan adalah : 1. Untuk mengetahui tingkat kelayakan investasi 2. Untuk mengetahui risk & return (benefit & cost) suatu proyek investasi 1.6. Manfaat Studi Kelayakan
Proyek yang diteliti bisa berbentuk proyek raksasa seperti pembangunan proyek listrik tenaga nuklir, sampai dengan proyek sederhana seperti membuka usaha jasa foto copy. Tentu saja semakin besar proyek yang dijalankan, semakin luas pula dampak yang
3
terjadi. Dampak ini bisa berupa dampak ekonomis, bisa juga bersifat sosial. Karena itu ada yang melengkapi studi kelayakan ini dengan analisis manfaat dan pengorbanan (cost and benefit analysis ) termasuk di dalamnya semua manfaat dan pengorbanan sosial ( social cost and social benefit ). Dengan demikian, pada umunya suatu studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek ; 1
Manfaat finansial (ekonomi mikro)
2
Manfaat ekonomi makro (ekonomi nasional)
3
Manfaat sosial. Manfaat ekonomi secara mikro antara lain adalah suatu proyek investasi akan
memberikan keuntungan finansial bagi pemilik modal. Sedangkan manfaat ekonomi makro (nasional) adalah bahwa suatu proyek investasi akan meningkatkan kemamuran dan kesejahteraan masyarakat, penerimaan pajak bagi pemerintah, pendapatan devisa (export oriented projects) atau mengurangi pengeluaran devisa (import substitution oriented project). Manfaat sosial bahwa suatu proyek investasi dapat
membantu
tersedianya sarana dan prasarana serta bantuan dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya bagi masyarakat, terutama komunitas yang tinggal di sekitar proyek perusahaan.
1.7.
Lingkup Aspek-aspek Studi kelayakan
Terdapat beberapa pendapat para pakar tentang aspek-aspek yang dibahas dalam suatu studi kelayakan.
Keluasan aspek-aspek studi kelayakan tergantung
besar
kecilnya skala proyek investasi perusahaan, umumnya semakin besar skala invetasi proyek, maka kajian aspek-aspeknya akan semakin rinci dan lengkap. Wash J.R. (1979) membagi studi kelayakan atas tiga aspek, yaitu: 1) technical aspects of feasiblity study, 2) economic aspect of feasibility study , and 3) financial aspects of feasibility .
Pembahasan aspek pemasaran (commercial aspects) digabungkan dalam aspek ekonomi. Penyerderhanan aspek ini karena konsep feasibility study difokuskan pada usulan proyek berskala usaha kecil. Menurut Justis, R. T. & Kreigsmann, B. (1979), Young, G. I. M. (1970), Michele Berrie (2008) dan Matson, J. (2000) dalam Wikipedia ada lima aspek utama yang disingkat (acronym) TELOS yaitu ada lima aspek umuma dalam feasibility study: Technical, Economic, Legal, Operational, and Scheduling .
4
Technical feasibility (kelayakan teknikal) adalah penilaian didasarkan atas
outline
rancangan sistem kebutuhan proyek (design of system requirements), untuk menentukan apakah perusahaan mempunyai kemampuan dan keahlian teknikal untuk menangani penyelesaian proyek. Hal-hal yang menjadi pertimbangan adalah:1) Deskripsi singkat suatu bisnis untuk mengakses faktor-faktor yang mempengaruhi studi; 2) Bagian bisnis yang diteliti; 3) Faktor manusia dan ekonomi; 4) Solusi terhadap kemungkinan masalah yang muncul dalam implemengtasi proyek. Pada tahap ini apakah suatu usulan proyek layak
technically and legally dengan asumsi biaya yang moderat. The technical
feasibility assessment difokuskan pada pemahaman untuk memperoleh sumber daya
teknikal organisasi dan dapat diaplikasikan sesuai dengan sistem usulan kebutuhan. Dalam hal ini adalah evaluasi piranti keras dan lunak dan apakah secara teknis memenuhi kebutuhan proyek usulan. Economic feasibility. Tujuan penilaian ( assessment) kelayakan ekonomi adalah untuk
menentukan keuntungan ekonomi yang positip bagi organisasi yang diusulkan oleh proyek. Kelayakan ekonomi secara kuantitatif mengidentifikasikan keuntungan yang diharapkan. Penilaian ini secara khusus menyangkut cost/ benefits analysis. Legal feasibility. Kelayakan hukum menentukan apakah proyek yang diusulkan tidak
bertentangan dengan aspek hukum, seperti sistem pengolahan data mesti sesuai dengan peraturan perundang-undangan proteksi data lokal. Operational feasibility. Kelayakan operasional adalah mengukur apakah suatu proyek
yang diusulkan dapat mengatasi masalah-masalah yang mungkin timbul dan mampu memanfaatkan peluang yang ada dan dapat memenuhi kebutuhan dan persyaratan yang ditetapkan dalam pengembangan sistem kebutuhan proyek. The operational feasibility assessment memfokuskan pada tingkat di mana pengembangan proyek yang diusulkan
cocok dengan lingkungan bisnis eksisting dan tujuan bisnis sesuai dengan pengembangan skedul, delivery date, corporate culture , dan proses bisnis eksisting. Untuk berhasil, maka keluaran (outcomes) operasional mesti rancangan
dan
pengembangan.
menyatu dengan
Parameter design-dependent adalah
reliability,
maintainability, supportability, usability, productibility, disposability, sustainability, affordability dan lainnya. Parameter ini perlu dipertimbangkan dalam setiap tahapan
rancangan operasional. Suatu sistem design dan pengembangannya membutuhkan aplikasi rekayasa dan upaya manajemen (engineering and management) untuk
5
memenuhi persyaratan yang tersebut dalam parameter tersebut. Suatu sistem dimaksudkan untuk tujuan yang paling efektif
tatkala karakteristik technical and
operating rekayasa kedalam rancangan. Oleh karena itu,
operational feasibility
merupakan aspek penting dalam engineering systems yang merupakan kebutuhan yang integral dari pase desain awal. Schedule feasibility.
Suatu proyek akan gagal bila terlalu lama atau molor dalam
penyelesaian pembangunannya. Hal ini berarti perlu mengestimasi berapa lama sistem akan dikembangkan, dan seandainya dalam waktu tertentu menggunakan metode seperti payback period. Kelayakan jadwal mengukur bagaimana jadwal waktu pelaksanaan proyek. Dengan keahlian teknik apakah penyelesaian cukup beralasan? Jadi perlu menentukan apakah batas waktu adalah kewajiban atau keharusan. Kelayakan pasar (market feasibility) secara khusus meneliti lokasi tertentu secara geografis
mempunyai potensi pasar. Dalam hal proyek baru, aspek keuangan
mempertimbangkan parameter berikut: 1) Estimasi biaya proyek (total estimated cost of the project); 2) Pembiayaan proyek dilihat dari struktur modal, debt equity ratio, dan
bagian sponsor dalam total biaya proyek; 3) Investasi eksisting oleh promoter dalam bisnis lain; 4) Proyeksi arus kas dan profitabilitas. Studi riset pasar ini adalah salah satu seksi penting dalam studi kelayakan untuk meneliti, mengkaji kemampuan pasar menyerap produk atau jasa yang akan dijual dan meyakinkan para pembaca bahwa disana ada pasar potensial untuk suatu produk atau jasa. Bila pasarnya signifikan untuk menawarkan barang atau jasa tidak dapat ditetapkan, maka proyeknya dibatalkan. Secara khusus, studi pasar menilai potensi penjualan produk , daya serap pasar, dan tingkat persaingan, pangsa pasar, dan jangka waktu proyek. Aspek keuangan juga harus memberikan informasi sebagai berikut: 1) rincian aset yang akan dibiayai dan bagaimana melikuidasi aset tersebut; 2) tingkat konversi cashliquidity
(seperti apakah mudah menjual aset secara tunai); 3) Potensi pembiayaan
proyek dan syarat pembaaran kembali. Sensitivity dalam kemampuan pembayaran kembali terhadap faktor-faktor: 1) keterlambatan waktu (Time delays); 2) lambannya penjualan; 3) penurunan penjualan; 4) sedikit peningkatan biaya; 5) peningkatan biaya besar; dan 6) perubahan kondisi ekonomi yang mempengaruhi kelayakan proyek.
6
Keluaran studi kelayakan berupa feasibility study report , suatu laporan yang secara rinci evaluation criteria, temuan studi, dan rekomendasi. Aspek-Aspek dalam Studi Kelayakan.
Kedalaman kajian atas studi
kelayakan
tergantung skala proyek. Untuk proyek skala kecil tidak semua aspek dikaji, biasanya fokus pada aspek pemasaran (komersial), aspek teknis dan keuangan saja. Secara umum aspek-aspek yang dibahas dalam suatu studi kelayakan meliputi: 1. Aspek pasar dan pemasaran. Aspek pasar dan pemasaran menganalisis potensi pasar, intensitas persaingan, market share yang akan dapat dicapai, persaingan, tingkat kejenuhan pasar, menganalisis strategi pemasaran yang dapat digunakan untuk mencapai market share yang diharapkan. 2. Aspek teknis dan teknologi. Aspek teknis menganalisis kesiapan teknis meliputi lokasi proyek, ketersediaan lahan, dan infrastruktur pendukung. Ketersediaan teknologi tertentu yang dibutuhkan proyek untuk menjalankan bisnis. Dalam aspek ini juga dikaji aspek produksi/operasi proyek bisnis yang akan dijalankan. Istilah produksi bagi perusahaan manufaktur. Produksi meliputi kebutuhan bahanbaku, bahan pembantu, dan overhead pabrik. Istilah operasi biasanya bagi perusahaan yang menghasilkan jasa. 3.
Aspek manajemen dan sumber daya manusia. Aspek manajemen dan sumber daya manusia, kebutuhan SDM, rekruitmen tenaga kerja, kesiapan tenaga kerja, baik tenaga kerja kasar maupun tenaga trampil yang diperlukan untuk menjalankan bisnis. Juga desain struktur organisasi pada status proyek dan uraian tugas serta setelah kedudukan organisasi proyek komersial. Hal ini berbeda pada perusahaan yang baru dengan perusahaan yang telah eksis dalam pengembangan proyeknya.
4.
Aspek keuangan. Aspek keuangan menganalisis besarnya biaya investasi awal dan modal kerja, sumber dana, biaya modal, proyeksi arus kas operasi, dan analisis kelayakan finansial berdasarkan kriteria kelayakan investasi.
5. Aspek Risiko. membahas risiko yang menyangkut operasi (penurunan penjualan dan atau kenaikan beban tetap), risiko finansial atau ekonomi (inflasi, suku bunga, nilai tukar) , dan risiko politik. 6.
Aspek
lingkungan. membahas aspek lingkungan menganalisis kesesuaian
lingkungan sekitar (baik lingkungan operasional, lingkungan dekat, dan
7
lingkungan jauh) dengan ide bisnis yang akan dijalankan. Dalam aspek ini dampak bisnis bagi lingkungan dan dampak lingungan terhadap bisnis, misalnya gangguan keamanan dan situasi politik. 7.
Aspek
ekonomi dan sosial, sejauhmana kontribusi bai perekonomian pusat
daerah, lokal dalam hal penyerapan tenaga kerja, keterkaitan usaha, 8.
Aspek hukum. Aspek hukum dan legalitas menganalisis kemampuan pelaku bisnis dalam memenuhi ketentuan hukum dan peraturan perundangan-undangan, seperti status dan bentuk badan hukum usaha, berbagai perizinan, perpajakan, yang diperlukan untuk menjalankan bisnis diwilayah tertentu.
Analisis aspek-aspek dalam studi kelayakan bisnis memiliki keterkaitan antara aspekaspek yang satu dengan aspek yang lain, dilihat pada Gambar 1.1 Aspek Pasar dan Pemasaran
Laporan Laba/Rugi
Penjualan Aspek Hukum
Neraca
XXX
Biaya
(XXX)
Laba/Rugi
XXX
Asset
Kewajiban Modal
Aliran Kas
Kas Masuk
XXX
Kas Keluar
(XXX)
Kas Bersih
(XXX)
Aspek Lingkungan
Aspek Teknis dan Teknologi
Aspek Manajemen dan SDM
Aspek Keuangan (NPV,PP,BC,PI,IRR,dll)
Gambar 1.1. Keterkaitan antar Aspek dalam Studi Kelayakan Bisnis
1.8.
Pihak Yang Memerlukan Studi Kelayakan
Suatu studi kelayakan dilakukan untuk mengevaluasi potensi keberhasilan suatu proyek investasi, oleh karena itu objektivitas dan kredibilitas menjadi suatu faktor 8
penting dalam penyusunan studinya bagi para investor dalam membuat keputusan dan juga lembaga pembiayaan atau kreditur yang akan turut dalam pembiayaan proyek. Pihak-pihak yang memerlukan studi kelayakan adalah sebagai berikut : a. Investor Pihak yang akan menanamkan dana mereka dalam suatu proyek (sebagai pemilik perusahaan nantinya, atau pemegang saham) akan lebih memperhatikan prospek usaha tersebut. Pengertian proyek di sini adalah tingkat keuntungan yang diharapkan akan diperoleh dari investasi tersebut beserta risiko investasi itu. Ada hubungan yang positif antara tingkat keuntungan ini dengan risiko investasi. Semakin
tinggi risiko investasi semakin tinggi juga tingkat
keuntungan yang diminta para investor tersebut. b. Kreditur/bank dan lembaga keuangan non bank lainnya Para kreditur/ bank akan lebih memperhatikan segi keamanan dana yang dipinjamkan mereka. Dengan demikian, mereka mengharapkan agar bunga plus angsuran pokok pinjaman bisa dilakukan tepat pada waktunya. Karena itu, mereka sangat memperhatikan pola arus kas selama jangka waktu pinjaman tersebut. Tentu saja ini tidak berarti mereka tidak memperhatikan prospek usaha tersebut. Tetapi perhatian utama mereka adalah pada periode pengembalian pinjaman tersebut. Selama dalam periode tersebut perusahaan memang benar benar bisa mengembalikan pinjamannya, setelah periode tersebut perkembangan perusahaan/proyek tersebut tidak begitu lagi menjadi perhatian pihak-pihak pemberi pinjaman. c. Pemerintah Pemerintah terutama lebih berkepentingan dengan manfaat proyek tersebut bagi perekonomian nasional. Apakah proyek tersebut akan membantu menghemat devisa, menambah devisa, atau memperluas kesempatan kerja. Manfaat ini terutama dikaitkan dengan penanggulangan masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh negara tersebut. Sebagai misal, apabila saat ini pemerintah sedang menggalakkan expor non migas, maka proyek-proyek yang akan mengekspor hasil produksinya, dan tidak banyak memakai komponen impor akan lebih disukai oleh pemerintah. Konsekuensinya adalah bahwa perusahaan mungkin
9
lebih mudah mendapatkan berbagai fasilitas apabila sektor digarap memang sedang diprioritaskan oleh pemerintah.
Pertanyaan
1. Sebutkan tiga definisi studi kelayakan? 2. Jelaskan manfaat dokumen studi kelayakan? 3. Jelaskan singkatan TELOS dalam membahas aspek-aspek studi kelayakan? 4. Sebutkan para pihak mana saja yang memerlukan studi kelayakan? 5. Sebutkan aspek-aspek umum yang digunakan dalam penyusunan dan analisis suatu studi kelayakan proyek?
10
BAB 2 STUDI KELAYAKAN ALAT MANAJEMEN
(FE ASI BI LI TY STUDY AS TOOL OF MANAGE ME NT) 2.1. Pendahuluan
Menurut Walsh JR (1979), dalam perencanaan orang bisa melakukannya dengan cara gut feeling (kata hati/perasaan) dan ketergantungan pada kemujuran nasib (good luck), artinya tidak berdasarkan kaedah metode ilmiah. Studi kelayakan sebagai alat
manajemen untuk melaksanakan fungsi perencanaan dengan menggunakan metode ilmiah (scientific method). Maksud menggunakan metode ilmiah adalah bahwa suatu studi kelayakan dibuat berdasarkan suatu proses penelitian yang dimulai dengan tahap persiapan, pelaksanaan, laporan, dan evaluasi. Juga mengikuti kaedah validitas, reliabilitas data dan informasi yang digunakan, tepat dalam metode analisis yang digunakan serta sistimatika penyusunan laporannya. 2.2. Manajemen, Tujuan dan Sasaran Perusahaan, Fungsi, Unsur, dan Keputusan Manajemen Pengertian Manajemen
Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Secara umum manajemen diartikan sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi Mary Parker Follet ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Penyusunan dan implementasi studi kelayakan sebagai bagian dari pencapaian tujuan perusahaan, pelaksanaan fungsi dan unsur manajemen, serta salah satu bentuk keputusan manajemen. Dokumen studi kelayakan merupakan hasil kerja fungsi perencanaan manajemen, dan dokumennya sebagai untuk melaksanakan proyek investasi
11
alat manajemen sebagai acuan
Tujuan dan Sasaran Perusahaan
Menurut Moyer et.al, (2001: 5-6); Brigham 1985:8), tujuan umum perusahaan adalah 1) memaksimalkan laba ( profit maximizition) 2) memaksimumkan kekayaan pemilik modal ( shareholder wealth maximization), dan 3) melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan ( corporate social responsibility goals- disingkat CSR) . Ross (1998:9) menyatakan bahwa selain tujuan umum tersebut, ada sasaransasaran jangka panjang yang harus dicapai perusahaan, yaitu: 1) kelangsungan hidup (survive), 2) mencegah terjadinya kesulitan keuangan dan kepailitan (avoid financial distress and bankruptcy, 3) unggul dalam persaingan (beat the competition), 4)
memaksimumkan penjualan atau pangsa pasar (maximize sales or market share), 5) meminimumkan biaya (minimize costs), 6) memaksimumkan laba (maximize profits), dan 7) mempertahankan kemantapan pertumbuhan pendapatan
(maintain steady
earnings growth).
Fungsi Manajemen
Terry G (1980) Ada 4 fungsi utama dalam manajemen: 1.Perencanaan (Planning), 2. Pengorganisasian (Organizing), 3. Pengarahan (Actuating/Directing), 4. Pengawasan (Controlling) Fungsi Perencanaan adalah proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk
mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik
yang
tepat
untuk
mewujudkan
Kegiatan dalam Fungsi Perencanaan :1)
target
dan
tujuan
organisasi.
Menetapkan tujuan dan target bisnis; 2)
Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut; 3) Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan; dan 4)
Menetapkan standar/indikator
keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis. Fungsi Pengorganisasian adalah proses yang menyangkut bagaimana strategi dan
taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi
12
Kegiatan
dalam
Fungsi
Pengorganisasian:
1)
Mengalokasikan
sumber
daya,
merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan; 2) Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggungjawab; 3) Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia/ tenaga kerja; 4) Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat. Fungsi Pengarahan dan Implementasi adalah proses implementasi program agar
dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi. Kegiatan dalam Fungsi Pengarahan dan Implementasi: 1) Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan; 2) Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan; 3) Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan Fungsi Pengawasan dan Pengendalian adalah proses yang dilakukan untuk
memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai
perubahan
terjadi
dalam
lingkungan
dunia
bisnis
yang
dihadapi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengawasan dan Pengendalian; 1) Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan; 2) Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan; 3) Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target bisnis.
Unsur Manajemen 1. Manusia ( man ) sarana penting atau sarana utama setiap manajer untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan oleh individu-individu tersendiri atau manusianya. Berbagai kegaitan-kegiatan yang dapat diperbuat dallam mencapai tujuan seperti yang dapat ditinjau dari sudut pandang sepeprti sudut pandang proses, perencanaan, pengorganisasian, staffing, pengarahan, dan pengendalian atau dapat pula kita tinjau dari sudut bidang, seperti penjualan, produksi, keuangan dan personalia. Bidang-bidang tersebut memerlukan sumber daya manusia.
13
2. Material ( material ) . Dalam proses pelaksanaan kegiatan, manusia menggunakan
matrial atau bahan-bahan. Oleh karna itu, material dianggap pula sebagaialat atau sarana manajemen untuk mencapai tujuan. 3. Mesin ( machine) Dalam kemajuan teknologi, manusia bukan lagi sebagi pembantu
mesin seperti pada masa lalu sebelum Revolusi Industri terjadi. Bahkan, sebaliknya mesin telah berubah kedudukannya menjadi pembantu manusia. 4. Metode ( method ) Untuk melakukan kegiatan secara guna dan berhasil guna,
manusia dihadapkan kepada berbagai alternatif metode cara menjalankan pekerjaan tersebut sehingga cara yang dilakukannya dapat menjadi sarana atau alat manajemen untuk mencapai tujuan. 5. Uang ( money ) Uang sebagai sarana manajemen harus digunakan sedimikian rupa
agar tujuan yang diinginkan tercapai. Kegiatan atau ketidaklancaran proses manajemen sedikit banyak dipengruhi oleh pengelolaankeuangan. 6. Pasar ( markets ) Bagi badan yang bergerak dibidang industri maka sarana
manajemens penting lainnya seperti pasar-pasar atau market. Untuk mengetahu bahwa pasar bagi hasil produksi.jelas tujuan perusahaan industri tidak mustahil semua itu dapat dirai. sebagain dari masalah utama dalam perusahaan industri adalah minimal mempertahankan pasar yang sudah ada. Jika mungkin, mencari pasar baru untuk hasil produksinya. Oleh karena itu. markets merupakan salah satu sarana manajemen penting lainnya, baik bagi perusahaan industri maupun bagi semua badan yang bertujuan untuk mencari laba.
Keputusan Manajemen
Salah satu keutusan manajemen yang berorientasi jangka panjang adaah keputusan investasi atau capital budgeting . Feasibility Study terkait dengan keputusan untuk
mengimplementaskan penganggaran modal. Keputusan keuangan perusahaan (Ross, 1998:4, Ross,2005:1)): 1. Keputusan penganggaran modal (capital budgeting decision ), yaitu keputusan dalam proses perencanaan dan pengelolaan investasi jangka panjang perusahaan. 2. Keputusan Pembiayaan (financing decision): dari mana sumber dana untuk membiayai proyek investasi dan modal kerja perusahaaan.
14
3. Keputusan struktur modal (capital structure decision), yaitu bauran antara hutang
dan
ekuitas
(modal
sendiri)
yang
menguntungkan
dan
harus
dipertahankan perusahaan. 4. Keputusan modal kerja (working capital management decision ), yaitu keputusan aktiva jangka pendek dan kewajiban jangka pendek perusahaan. Keputusan ini untuk mendukung kinerja operasional perusahaan.
2.3. Pentingnya Investasi Proyek Bisnis
Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan investasi ,diantaranya : 1
Menghasilkan output/ product
2
Menyerap tenaga kerja
3
Menghasilkan/menghemat devisa
4
Menghasilkan pajak Disini kita menggunakan pengertian proyek investasi sebagai suatu rencana
untuk menginvestasikan sumber-sumber daya yang _dapat dinilai secara cukup independen. Proyek tersebut bisa merupakan proyek berskala besar, bisa juga proyek kecil. Karakteristik dasar dari suatu pengeluaran modal (atau proyek) adalah bahwa proyek tersebut umumnya memerlukan pengeluaran investasi awal yang besar saat ini untuk memperoleh manfaat di masa yang akan datang. Manfaat ini bisa berwujud manfaat dalam bentuk uang, bisa juga tidak. Pengeluaran modal tersebut, misalnya berbentuk pengeluaran untuk tanah, mesin, bangunan, penelitian dan pengembangan, serta program-program latihan sumber daya manusia. Dipandang dari sudut perusahaan, maka proyek atau kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital expenditure) mempunyai arti sangat penting karena : 1. Pengeluaran modal mempunyai konsekuensi jangka panjang. Pengeluaran modal akan membentuk kegiatan operasional perusahaan di masa mendatang dalam jangka panjang. 2. Pengeluaran modal umumnya menyangkut jumlah dana yang sangat besar. 3. Komitmen pengeluaran modal tidak mudah untuk diubah. Pasar untuk barang barang modal bekas, mungkin tidak ada, terutama untuk barang-barang modal yang sangat khusus sifatnya. Karena itu, sulit untuk mengubah keputusan pengeluaran modal.
15
Dalam studi kelayakan tersebut hal-hal yang perlu diketahui adalah : a.
Ruang lingkup kegiatan proyek. Di sini perlu ditentukn dalam bidang-bidang apa proyek
akan
beroperasi.
Kalau
misalnya
proyeknya
adalah
pendirian
usaha/pabrik tekstil, maka apakah pabrik tekstil ini merupakan tekstil yang terpadu ataukah hanya suatu tahapan tertentu saja. b.
Cara kegiatan proyek dilakukan.
Disini ditentukan apakah proyek akan
ditangani sendiri, ataukah akan diserahkan pada (beberapa) pihak lain. Siapa yang akan menangani proyek tersebut? c.
Evaluasi terhadap aspek-aspek yang menentukan berhasilnya seluruh proyek. Disini perlu diidentifikasikan faktor-faktor kunci keberhasilan usaha dimasa mendatang.
d.
Sarana yang diperlukan oleh proyek. Menyangkut bukan hanya kebutuhan seperti: material, tenaga kerja, mesin dan peralatan, tetapi juga termasuk juga fasilitas infrastruktur pendukung, seperti jalan raya, transportasi, telekomunikasi, pelabuhan, energi, dan sebagainya.
e.
Hasil kegiatan proyek tersebut, serta biaya-biaya yang harus ditanggung untuk memperoleh hasil tersebut.
f.
Akibat-akibat yang bermanfaat maupun yang tidak dari adanya proyek tersebut.
g.
Langkah-langkah rencana untuk mendirikan proyek, beserta jadwal dari masingmasing kegiatan tersebut, sampai dengan proyek investasi siap beroperasi secara komersial.
2.4. Intensitas Studi Kelayakan
Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas studi kelayakan, yaitu :
Besarnya pengeluaran/belanja investasi awal
Tingkat ketidakpastian bisnis
Kompleksitas variabel-variabel yang mempengaruhi investasi: bahan baku, tenaga kerja, pendanaan, infrastruktur, politik dan keamanan, dan lainnya.
Investor, sejauhmana tingkat keyakinan yang diinginkan oleh investor yang akan diinvestasikannya.
16
dana
Kreditur/bank dan lembaga keuangan non bank lainnya, yaitu sejauhmana
mereka yakin bahwa
proyek mampu akan menghasilkan arus kas untuk
mengembalikan dana pinjaman dan pembayaran bunga pinjaman. Pemerintah, sejauhmana penguasa negara dapat diyakinkan bahwa proyek akan
memberikan manfaat secara makro.
2.5. Data dan Sumber Data dan Informasi
Data yang dikumpulkan dalam penyusunan studi kelayakan adalah data yang menyangkut aspek-aspek yang akan dikaji dalam studi kelayakan tersebut. Sumber data primer adalah penelitian atau survei lapangan, data sekunder diperoleh melalui publikasi dari instansi terkait atau studi pustaka/dokumentasi, adalah sebagai berikut :
Data Publikasi Biro Pusat Statistik. Publikasi BKPM (D) dan instansi pemerintah pusat dan daerah lainnya yang terkait dengan kegiatan bisnis
Publikasi Bank Indonesia, misalnya data statistik ekonomi dan keuangan, data perbankan, dan lainnya
Publikasi asosiasi bisnis & industri, misalnya KADIN.
Publikasi lembaga penelitian Universitas dan lainnya
seperti, Pusat Data
Bisnis
2.6. Alat Analisis Studi Kelayakan
Beberapa alat analisis yang dipakai untuk studi kelayakan bisnis adalah sebagai berikut :
Analisis kuantitatif dan kualitatif
Metode ekonometri: hubungan antar variable
Metode judgement
Survey on consumer behavior
Analisis perilaku biaya
Analisis perbandingan biaya
Metode transportasi untuk menentukan lokasi gudang
Pemilihan lokasi dengan scoring method and/or cost comparison
Link analysis untuk mengatur layout Time motion study untuk skedul kerja
17
2.7. Identifikasi Kesempatan Bisnis
Beberapa hal yang perlu diidentifikasikan dalam kesempatan bisnis adalah sebagai berikut :
Identifikasi kesempatan/ peluang investasi
Perumusan: kesempatan bisnis diterjemahkan kedalam suatu rencana proyek
Penilaian aspek-aspek kelayakan: pemasaran, teknis, manajemen, finansial (keuangan), resiko, sosial ekonomi, dan dampak lingkungan
Pemilihan proyek dan membuat keputusan lokasi
Pelaksanaan (implementasi) proyek bisnis
2.8. Tahap-tahap Identifikasi Kesempatan Proyek Bisnis
Tahap-tahap identifikasi kesempatan adalah :
Mempelajari data impor
Meneliti material lokal
Mempelajari ketrampilan tenaga kerja
Melakukan studi industri
Menerapkan kemajuan teknologi
Mempelajari keterkaitan hubungan antar industri
Menilai rencana pembangunan pemerintah
Studi banding domestik dan/atau ke luar negeri Sistem
Delphi
yaitu
meminta
pendapat
pakar,
konsultan
sesuai
profesionalnya. Pertanyaan
1. Jelaskan tujuan, fungsi, dan keputusan manajemen terkait studi kelayakan? 2. Sebutkan beberapa alat analisis pendukung dalam penyusunan studi kelayakan? 3. Jelaskan inensitas suatu studi kelayakan? 4. Sebutkan sumber-sumber data dan informasi sebagai masukan dalam penyusunan studi kelayakan proyek bisnis? 5. Sebutkan tahapan-tahapan dalam identifikasi peluang bisnis? 6. Jelaskan tujuan disusunnya suatu studi kelayakan?
18
BAB 3 ASPEK PEMASARAN
(MARKE TING ASPECTS) 3.1 Pendahuluan
Aspek pasar dan pemasaran sering disebut juga aspek komersial. Aspek ini merupakan aspek urutan pertama, dengan melihat aspek pemasaran maka kita dapat memperkirakan permintaan potensial, meyakinkan bahwa permintaan aktual akan cukup baik, memperoleh gambaran situasi persaingan, memperkirakan perusahaan,
memperkirakan
perkembangan
faktor-faktor
eksternal
pangsa pasar yang
akan
mempengaruhi pemasaran perusahaan. Banyak contoh dapat dikemukakan, bahwa usaha pendirian atau perluasan usaha yang secara sepintas memiliki pasar potensial cukup besar, namun setelah pelaksanaannya pasar potensial tersebut tidak cukup tersedia dan timbul di kemudian hari masalah yang cukup rumit untuk diselesaikan. Dapat diambil contoh disini misalnya rencana pendirian pabrik etanol sebagai sumber energi alternatif di Kenya pada tahun 1975 bernama Kenya Chemical and Food Company (KCFC), ternyata kemudian tidak memiliki pasar potensial yang cukup, akhirnya mengalami kegagalan. Juga proyek gasohol di Brasil. Kenyataan yang terjadi di Kenya dan Brazil tersebut merupakan negara berkembang dapat pula terjadi di Indonesia jika perencanaan yang dibuat untuk proyek tertentu tidak dilakukan secara cermat dan mendalam, khususnya dalam analisis aspek pasarnya. Untuk keperluan ini perlu dipahami karakteristik pokok aspek pasar di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia yang dalam batas-batas tertentu berbeda dengan hukum pasar di negara-negara yang telah mapan pasanya. Karakteristik tersebut antara lain : 1.
Seringkali permintaan nasional untuk produk dan jasa tidak terlalu besar
2.
Adanya garis pemisah yang cukup jelas dari segmen pasar yang ada, baik segmen pasar atas dasar geographis, status sosial atau atas dasar yang lain. Hal ini akan berpengaruh terhadap strategis pemasaran yang hendak dijalankan.
3.
Kebanyakan produk yang dibuat merupakan produk pengganti produk impor
19
4.
Pada jenis produk tertentu, seringkali terjadi terlalu besarnya peranan pemerintah untuk ikut campur tangan dalam mempengaruhi mekanisme pasar.
3.2. Perkiraan Permintaan
Adapun memperkiraan permintaan sebagai berikut :
Permintaan Tahunan Dalam Negeri (PTDN)
Jumlah Produksi (P) + Impor (I) – Ekspor (E) + Jumlah Stok Nasional Awal Tahun (SNAT) – Jumlah Stock (Persediaan) Nasional Akhir Tahun (JSNAT), dirumuskan:
PTDN=P+(E-I)+(SNAT-SNAT)
3.3. Data dan Sumber Data Aspek Pemasaran
Data yang diperlukan dalam analisis aspek pasar dari usulan proyek untuk menjawab beberapa pertanyaan di atas antara lain : a. Kecenderungan konsumsi/permintaan masa lalu dan sekarang, dan variabelvariabel yang berpengaruh yang dapat dijadikan dasar perumusan model peramalan pasar potensial di masa yang akan datang. b. Penawaran produk sejenis di masa lalu dan sekarang serta kecenderungan di masa yang akan datang termasuk di dalamnya kemungkinan perluasan produksi dari perusahaan pesaing dan batasan-batasan yang mempengaruhinya. c. Impor dan ekspor yang dilakukan oleh negara yang bersangkutan untuk produk yang diusulkan dalam studi kelayakn proyek d. Struktur persaingan yakni mengetahui kedudukan proyek dalam struktur persaingan, termasuk di dalamnya diusahakan dapat diketahui struktur biaya dari perusahaan pesaing dalam memproduksi dan memasarkan produknya. e. Tingkah laku, motivasi, kebiasaan, dan preferensi konsumen. f. Pemilihan marketing efforts yang akan dilakukan dan pemilihan skala prioritas dari marketing mix yang tersedia. g. Tingkat Elastisitas Beberapa hal yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam melakukan data sekunder adalah :
20
1. Siapa yang menggali data sekunder tersebut dan apa tujuan penggalian data tersebut? 2. Kapan data tersebut digali dan kapan dipublikasikan, dan apakah masih cukup representative untuk digunakan sebagai dasar analisis untuk investasi yang direncanakan? 3. Bagaimana ”terms” (pengertian) yang digunakan ? Dalam hal ini perlu diperhatikan kemungkinan adanya kekacauan ”pengertian” yang digunakan.
4. Populasi dan sampel, bagaimana prosedur penarikan sampel dilakukan? Apakah sampel yang digunakan cukup representative/ 5. Bagaimana pengumpulan data dilakukan? Sejauh mana kemungkinan adanya jawaban yang bias dari responden serta sejauh mana kemungkinan responden tidak memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan? 6. Bagaimana proses editing, tabulasi, dan analisis dilakukan? Termasuk di dalamnya penggunaan rumus-rumus statistik yang dilakukan. Beberapa sumber data sekunder yang mungkin dapat digunakan adalah ; a. Laporan Sensus Penduduk Indonesia b. Laporan Perencanaan di Indonesia, baik perencanaan lima tahunan ataupun perencanaan tahunann ya. c. Buku Statistik Indonesia d. Bulletin yang ada pada masing-masing departemen.
3.4. Jenis Projek menurut Klasifikasi Produk
Consumer Goods Projects.P erusahaan merencanakan proyek untuk menghasilkan
barang-barang konsumsi.
Contoh; Studi kelayakan Pabrik minyak goreng .
Industrial Goods Projects
Perusahaan merencanakan proyek untuk menghasilkan barang-barang
industri.
Contoh Studi kelayakan pendirian Pabrik Suku Cadang.
3.5. Peramalan Permintaan (Demand F orecasting)
Adapun dalam memproyeksi permintaan perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut :
Melakukan riset pasar dan pemasaran
21
Menyusun peramalan permintaan (demand forecast) produk dengan menggunakan metode demand forecast
Menyusun laporan peramalan permintaan
Beberapa cara demand forecasting, yaitu :
Ekstrapolasi tren perkembangan permintaan produk di masa lalu
Koefisien pemakaian produk
Substitusi Impor
Perbandingan antar negara
Metode Ekstrapolasi Trend Demand Adapun beberapa metode ekstrapolasi trend demand :
Metode Trend Linier Moving Average
Rumus Dasar Y= a + bX
Koefisien pemakaian X permintaan = produksi
3.6. Perkiraan Persaingan
Beberapa produk yang menjadi analisis dalam persaingan yaitu : 1) Produk sejenis; 2) Produk substitusi; 3) Produk Impor yang ada di pasar; 4) Produk yang telah distudi akan diproduksi oleh perusahaan lain. Dalam studi kelayakan perlu dicantumkan perusahaan pesaing: lokasi perusahaan, usia perusahaan, kapasitas produksi, produk utama, produk sampingan, teknologi, daerah pemasaran, konsumen utama, strategi pemasaran, kekuatan dan kelemahan perusahaan pesaing. Selain itu kita juga perlu memperkirakan persaingan produk impor, seperti
Negeri asal produk tersebut
Produsennya siapa dan merek dagang apa
Konsumen yang dituju, segmentasi pasar dan lokasi konsumen berada
Keunggulan produk impor tersebut
Perusahaan Importir
Harga jual dalam negeri
Peraturan pemerintah terkait produk impor.
22
3.7. Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pemasaran
Kita juga perlu memperhatikan faktor eksternal yang mempengaruhi pemasaran, antara lain :
Ekonomi Nasional, Regional, Global
Pertumbuhan Penduduk
Daya beli
Perubahan teknologi
Perkembangan fasilitas infrastruktur publik
Posisi produk dalam siklusnya
Peraturan Pemerintah
Perkembangan Perusahaan
Soal Latihan
1. Jelaskan data-data apa yang diperlukan dalam analisis Aspek Pemasaran? 2. Apa yang dimaksud dengan analisis Bauran Pemasaran? 3. Mengapa diperlukan perkiraan terhadap kondisi persaingan dalam analisis Aspek Pemasaran? 4. Jelaskan beberapa sumber data sekunder? 5. Faktor-faktor eksternal apa saja yang terkait dan perlu dikaji dalam Aspek pemasaran?
23
BAB 4 METODE PERAMALAN PERMINTAAN
(DEMAND F ORE CASTING METHODS) 4.1. Pendahuluan
Adapun tujuan dari pembelajaran metode pengukuran dan peramalan permintaan yaitu : 1)
Dapat
memilih metode dari beberapa metode pengukuran dan peramalan
permintaan yang dapat digunakan dalam studi kelayakn proyek dan menerapkannya; 2). Memahami tentang konsep pengukuran dan peramalan permintaan yakni pendekatan, prosedur dan kendala-kendala yang perlu diperhatikan; 3)
Melakukan
pengawasan
hasil peramalan. 4.2. Memperkirakan Permintaan
Untuk memperkirakan permintaan pasar terhadap produk atau jasa, maka perlu mengukur permintaan sebagai usaha untuk mengetahui permintaan atas suatu produk atau sekelompok produk di masa datang dengan memanfaatkan data dan informaasi dan masa lalu.. Sedangkan peramalan permintaan merupakan usaha untuk mengetahui jumlah produk atau sekelompok produk di masa yang akan datang dalam kendala satu set kondisi tertentu. Kegiatan peramalan tidaklah dapat diartikan sebagai kegiatan yang bertujuan untuk mengukur permintaan di masa yang akan datang secara pasti, melainkan sekedar usaha untuk mengurangi kemungkinan terjadinya hal yang berlawanan antara keadaan yang sungguh-sungguh terjadi di kemudian hari dengan apa yang menjadi hasil peramalan. Dengan kata lain, hasil maksimal dari kegiatan peramalan adalah melakukan minimisasi ketidakpastian yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.
4.3. Pendekatan peramalan
Ada dua pendekatan : 1. Pendekatan Time Series, yakni model yang tidak memperhatikan sebab akibat. Secara skematis pendekatan pertama ini digambarkan sebagai berikut :
24
input
Output
Generating Process
Random Effects
Gambar 4.1. System Pendekatan Time-series
2. Cause-effects method , yakni pendekatan yang memperhatikan hubungan sebab akibat. Secara skematis pendekatan kedua ini digambarkan sebagai berikut :
input
Cause and Effect Relationship
Output
Random Effects
4.2. System Pendekatan Cause-Effect Methods 4.4 Prosedur peramalan permintaan
Tahap-tahap dalam studi kelayakan proyek : 1. Analisis ekonomi yakni yang mengadakan proyeksi terhadap aspek-aspek makro terutama aspek kependudukan dan pendapatan. 2. Analisis industri yakni analisis terhadap permintaan pasar dari seluruh perusahaan yang menghasilkan produk sejenisdari produk yang diusulkan dalam study kelayakan proyek. 3. Analisis penjualan masa lalu yakni dilakukan untuk melihat “ market positioning” produk dalam stuktur persaingan dan dari padanya dapat
diketahui “ market share “ produk tersebut. 4. Analisis peramalan permintaan di mana berkaitan dengan perencanaan program pemasaran di masa yang akan datang.
25
5. Pengawasan hasil dari peramalan yakni usaha untuk minimalisasi kesalahan hasil dari berbagai teknik peramalan yang digunakan .
4.5 Kendala Pemilihan Metode Peramalan Beberapa kendala dalam metode atau teknik peramalan adalah:
Waktu yang hendak diliput, yakni rentangan waktu masa datang dan jangkauan ramalan.
Tingkah laku data, meliputi jumlah, ketepatan dan tingkah laku data masa lalu yang tersedia
Tipe model, yakni apakah model yang digunakan merupakan model time series, kausalitas ataukah modal lain yang lebih kompleks dan canggih
Biaya yang tersedia untuk maksud peramalan ini dan lebih luas biaya yang tersedia untuk penyusunan studi kelayakan proyek.
Tingkat ketepatan yang diinginkan , dalam hal ini berkaitan dengan kebutuhan manajemen dalam tingkat kecermatan, ketelitian peramalan yang diinginkan
Kemudahan penerapan, dalam hal ini berkaitan dengan kemampuan manajemen, data, dan biaya yang tersedia
4.6 Pengukuran Permintaan Produk
Ada beberapa metode dalam mengukur permintaan produk : 1.
Penggunaan data impor produk yang bersangkutan, jika selama ini sebelum proyek yang bersangkutan ada belum pernah dihasilkan di dalam negeri, dan produk yang bersangkutan merupakan produk subsitusi impor.
2.
Penggunaan data ekpor, impor, dan produksi dalam negeri . Formula yang digunakan untuk keadaan ini adalah:
PE = P + (I - E) + DC
Di mana: PE : Permintaan efektif yang di cari P
: Produksi dalam negeriselama masa yang bersangkutan 26
I
: Impor yang dilakukan
E
: ekspor yang dilakukan
DC : jumlah perubahan cadangan produk. 3.
Metode rasio rantai yakni metode yang menghitung permintaan efektif dengan cara membagi dalam komponen-komponen yang lebih kecil dari suatu mata rantai
urutan
dari
variable
yang
berpengaruh
terhadap
produk
yang
bersangkutan.
4.7. Peramalan Permintaan Produk Yang Sudah Mapan
Ada beberapa metode yang digunakan diantaranya: 1. metode pendapatan 2. metode tes atau eksperimen 3. metode survey 4. metode time series 5. metode regresi korelatif 6. metode input output
4.8. Peramalan Permintaan Produk Baru Ada beberapa metode yang akan di gunakan : 1. metode time series di mana metode ini hanya berdasarkan data dari masa yng lalu. 2. metode tred linier yang mana dapat di formulasikan :
Y
=
a +
bX
Di mna pada metode ini juga di bagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu :
1. Metode least square Pada awal data yang tersedia adalah mempunyai kecenderungan berbentuk garis lurus, dapat diformulasikan sebagai berikut : Y
=
a +
bX
Di mana : Y
: variable yang akan di ramalkan
27
a
: kostanta yang akan menunjukkan brsarnya harga
Y
: (ramalan) apabila X sama dengan nol
b
: variabilitas per x yaitu menunjukksn besarnya perubahan nilai y dari setiap perubahan satu unit X
X
: unit waktu yang dapat dinyatakan dalm minggu , bulan , semester, tahun tergantung pada data perusahaan.
Sedangkan untuk mencari nilai a dan b dapat dengan rumus sebagai berikut :
A = åY
= Y
dan
B = å XY åX2
n
2. Metode Product Moment Metode ini hampir sama dengan dmetode leaset squere hanya saja ini di gunakan dalam meramalkan penjualan perusahaan untuk data yang tersedia adalah mempunyai kecenderunan berbentuk garis lurus di mana persamaannya adalah :
Y
=
a +
bX
. Di mana : Y a
: variable yang akan di ramalkan : kostanta yang akan menunjukkan brsarnya harga Y apabila X sama dengan 0
b
: variabilitas per x yaitu menunjukksn besarnya perubahan nilai y dari setiap perubahan satu unit X
X
:
unit waktu yang dapat dinyatakan dalam minggu , bulan ,
semester, tahun tergantung pada data perusahaan Sedangkan untuk mencari nilai a dan b adalah sebagai berikut : Persamaan I
∑Y = n.a + b∑x
28
Dengan syarat ∑x ≠ 0
Persamaan II ∑XY = a ∑x + b ∑x 2
3. Metode Setengah Rata-rata
Metode setengah rat-rata ini masih tergolong metode tred linier di man data yang tersedia tetap berbentuk linier jika kita gambar dalam bentuk grafik.
Y’
=
a +
bX
Untuk mencari nilai a dan b adalah : Y1 = a + bx1 Y2 = a = bx2
4. Metode Kuadratik
Metode kuadratik adalah metode merupakan trend non linier dan jika kita gambar berbentuk garis melengkung. Sedangkan persamaan dari bentuk metode kuadratik adalah : Y’ = A + BX + Cx2
Di mana : Y a
: variable yang akan di ramalkan : kostanta yang akan menunjukkan brsarnya harga Y apabila X sama dengan 0 b dan c adalah variable per X, yaitu menunjukkan besarnya perubahan satu unit X.
X
: unit waktu yang dapat dinyatakan dalam minggu , bulan , semester, tahun tergantung pada data perusahaan
Sedangkan koovisiennya adalah ; A = (∑ y -c ∑X2 ) / n
B = (∑ XY / ∑x 2 ) C = ( n ∑X 2Y) - (( ∑X2 ) (∑Y)) (n ∑X4) - ((∑X2)2)
29
Dengan syarat ∑X2 sama dengan 0 1.
Metode Exponencial Sederhana
Metode
ini
digunakan
jika
data
histories
di
gambar
menjadi
kurva
kecenderungan berbentuk naik dan turun, akan tetapi kenaikan atau penurunan tidak terlalu tajam. Maka fungsi persamaannya : y’ = a.bx yang dapat disederhanakan menjadi fungsilogaritma yaitu : y’ = log a + log b x dengan syarat ∑x = 0
maka koefisien a dan b dapat dicari dengan :
log a =
∑ log Y
dan
log b =
=
∑ log Y ∑X2
N 5. Metode Regresi-Korelasi Regresi-Korelasi
Dalam rangka menyusun peramalan penjualan produk perusahaan ternyata terdapat beberapa perusahaan di mana penjualan produknya mempunyai ketergantun gtan terhadap penjualan produk yang lain. Produk yang mempengaruhi tersebut dapt berasal atau diproduksi oleh perusahaan yang sama atau jugadiproduksi atau di jual oleh perusahan yang lain.
6. Model Peramalan Penjualan .
Model peramalan penjualan produk perusahaan dimana produknya merupakan produk permintaan turunan ini tidak ti dak jauh berbeda dengan deng an model penjualan produk produ k terdahulu. Secara umum prosedur yang dilaksanakan di dalam penyusunan persamaan tersebut adalah ; 1.
Mengadakan pengujian apakah memeng terjadi hubungan antara jumlah penjualan produk dominant do minant dengan jumlah produk pro duk perusahaan.
2.
Menyusun regresi antara penjualan produk domimnan dengan produk perusahan atas dasar penjualan kdi masa yang lalu.
3.
Menyusun ramalan penjualan produk dominant
4.
Menyusun peramalan produk perusahaan.
30
Regresi Linier Sederhana
Pada hubungan ini hanya satu variable yang dianggap bebas atau berpengaruh pada terjadinya terja dinya variable yang yan g lain atau variable yang terikat. terik at. Sedangkan persamaannya adalah ; Y’ = A + BX
Di mana: X = variable bebas Y = variable terikat A = bilangan konstan B = koofisien regresi Dengan menggunakan metode regresi, maka diperoreh koefisien a dan b sbb. : B = [ N ∑XY - ((∑X) (∑Y)) ] [ N ∑X2 - ((∑X)2) ]
A = (∑Y)
-
B (∑Y)
N
N
Sebenarnya banyak sekali perhitungan/ korelasi , yang dalam penerapannya memerlukan syarat-syarat tertentu dari data yang tersedia salah satunya dalam bentuk persamaan sebagai berikut berik ut
R = [ N ( ∑XY)] - [((∑X) (∑Y)) ]
[ N ( ∑X 2 )] - ((∑X)2) ] [ N ( ∑Y 2 )] - ((∑Y)2)1/2
Metode statistik untuk analisa khusus, beberapa analisisn khusus antara lain ; a. Analisis industri b. Analisis jenis produk c. Analisis penggunaan akhir
31
4.9.
Pengawasan Peramalan Penjualan
A. Kuadrat terkecil , dapat di formulasikan : kuadrat terkecil = ∑ ( Y –Y’ )2
B. Metode kesalahan rata-rata mutlak, dapat diformulasikan sebagai berikut : di mana : AAE = ∑
Y – Y’
AAE
N
: Average Absolute Error
Y
: Data riil
Y’
: Data peramalan
N
: Jumlah periode data
I
: harga Mutlak
C. Metode Kesalahan Kuadrat Rata-Rata Akar
Metode RASE ini cara perhitungannya adalh denagn jalan menjumplahkan kuadrat kesalahan atau selisih nilai riil dan nilai peramalan, kemudian membagi jumlah tersebut dengan banyaknya waktu ramalan dan kemudian menarik akarnya dapat dirumuskan : RASE =
(Y Y ) N
Di mana RASE
= Rood Average Squared Error
Y
= Data riil
Y’
= Data Ramalan
N
=
Jumlah waktu Data Ramalan
Pertanyaan
1. PT. Sehati mempunyai data sebagai berikut Tahun
Penjualan
2008
98.000 unit
2009
95.000 unit
2010
90.000 unit
2012
95.000 unit
2013
100.000 unit
2014
105.000 unit
32
Dengan analisis regresi, buatlah ramalan penjualan untuk 2015 dengan asumsi bahwa tingkat promosi tetap! 2. PT. Maju Terus ingin mengetahui apakah yang teradi bila promosi ditingkatkan menjadi 25.000.000,- per tahun. Data yang ada adalah sebagai berikut! Besarnya Promosi Penjualan Rp.10.000.000,400.000 unit Rp.15.000.000,500.000 unit Rp. 5.000.000,600.000 unit Rp. 7.000.000,700.000 unit a. hitunglah koefisien korelasi dari data di atas! b. Tentukan hubungan antara promosi dan penjualan! c. Jikalau r 2 0,75, maka tentukan penjualan pada promosi sebesar Rp.25.000.000,- per tahun! 2. PT. Sentosa merupakan perusahaan industri dan ingin menyusun anggaran jualan yang dibuat selama satu tahun dengan data sebagai berikut : Rencana Jualan : Daerah X Produk A = 302.000 unit Produk B = 222.000 unit + 524.000 unit Daerah Y Produk A = 340.000 unit Produk B = 453.000 unit + 793.000 unit Rencana jualan 2015 524.000 unit + 793.000 unit = 1.317.000 unit Harga jual produk A per unit sebesar Rp 8,80 dan harga jual produk B per unit sebesar Rp 17,50. Berdasarkan data tersebut, susunlah anggaran penjualan tahun 2015! 3. Saat ini perusahaan mampu menjual 3.000 unit dengan harga jual unit Rp.300 dan harga pokok per unit Rp.150. Kemudian perusahaan ingin meningkatkan laba dengan cara harga pokok per unit Rp.130 dan meningkatkan produk yang dijual menjadi 3.300 unit dengan harga jual tetap. Buatlah perhitungan laba semula dan laba setelah jualan ditingkatkan!
33
BAB 5 STRATEGI BERSAING PERUSAHAAN
(CORPORATE COMPE TI TI VE STRATEG Y) 5.1. Pendahuluan
Strategi bersaing penting bagi perusahaan yang memutuskan untuk melakukan perluasan usaha. Tujuannya adalah agar perusahaan mampu bersaing dalam pasar baru yang dimasukinya.
5.2. Strategi Penurunan Harga
Jika selisih harga dan biaya semakin besar dan diikuti oleh semakin meningkatnya pangsa pasar, maka laba yang diperoleh oleh perusahaan pesaing juga semakin besar. Ini berarti tersedia peluang yang lebih besar bagi mereka untuk terus bertahan dan bahkan mungkin dapat berkembang jauh lebih besar bagi mereka untuk terus bertahan dan bahkan mungkin dapat berkembang jauh lebih besar. Demikian sebaliknya, kalau mereka tidak dapat meningkatkan pangsa pasar dan di saat yang sama selisih antara harga dan biaya juga relatif kecil, maka mereka menderita kerugian. Jika situasi yang tidak menguntungkan ini berjalan dalam waktu yang cukup lama maka kemungkinan untuk tetap berada di pasar juga akan semakin kecil. Bukan mustahil mereka segara akan menghentikan operasi dan keluar dari pasar. Jika pasar amat besar dan masih tumbuh serta di saat yang sama perusahaan baru memiliki biaya rata-rata yang rendah, maka strategi penurunan harga dengan perluasan pangsa pasar teramat berat dilakukan. Ini lah yang disebut dengan ”contestable market”.
Apalagi turunnya harga pasar tidak saja berpengaruh pada perusahaan baru, tetapi juga berpengaruh pada tingkat laba yang dimiliki oleh perusahaan dominan. Demikian sebaliknya, jika pasar kecil dan tidak tumbuh serta di saat yang sama biaya rata-rata perusahaan baru relatif tinggi, maka strategi penurunan harga dengan perluasan pangsa pasar ini dengan leluasa dapat diterapkan oleh perusahaan dominan. Inilah yang disebut dengan ”blockaded market”
34
5.3. Analisis Dinamis
Semua penjelasan dalam strategi penurunan harga yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya
masih
menggunakan
pendekatan
statis.
Artinya
belum
mempertimbangkan variabel waktu. Dengan memperhatikan faktor waktu, maka perhitungan tentang siapa dari keduanya - perusahaan dominan atau perusahaan baru – yang lebih siap dan lebih cepat meningkatkan jumlah barang yang dijual menjadi penting. Bila perusahaan dominan lebih siap, karena misalnya ia masih memiliki kapasitas produksi yang menganggur, maka strategi perluasan pangsa pasar dapat dengan mudah dilaksanakan. Akan tetapi jika misalnya untuk keperluan itu, ia masih perlu mendatangkan mesin baru dan mencari tambahan modal serta tenaga kerja, maka bukan tidak mungkin perusahaan tersebut tertinggal dibelakang. Situasi sebaliknya terjadi. Di samping itu, analisis yang memperhatikan variabel waktu yang juga berkaitan dengan ”trade off” yang dialami oleh perusahaan dominan ketika ia harus memilih antara kerugian berkurangnya laba yang diperoleh sebagai akibat turunnya harga pasar dan kemungkinan mengecilnya pangsa pasar karena ia membiarkan perusahaan baru untuk terus beroperasi. Jika perusahaan dominan melihat bahwa perbedaan laba sekarang dan laba yang akan cukup besar dan di saat yang sama tingkat biaya modal (cost of capital/discount rate) juga tinggi, maka pilihan untuk memilih laba sekarang dengan risiko mengecilnya
pangsa pasar dapat dibenarkan. Apabila situasi yang sebaliknya yang terjadi yakni selisih laba antar waktu cukup kecil dan di saat yang sama tingkat suku bunga juga tidak tinggi, maka
pilihan untuk mempertahankan pangsa pasar menjadi lebih dapat
dipertanggung jawabkan dengan risiko berkurangnya laba yang di dapat untuk sementara waktu. 5.4. Studi Kelayakan dan Analisis SWOT
Wash Jr (1979) studi kelayakan adalah salah satu bentuk fungsi manajemen dalam perencanaan secara ilmiah (scientific method). Menurut David, R. (2009), Pearce J, and Robinson, P, (2014) analisis yang lazim digunakan untuk mendukung keputusan dalam penentuan tujuan dan strategi perusahaan jangka panjang adalah analisis SWOT. SWOT adalah akronim Strenghs, Weaknesses, Opportunities, dan Threats . Analisis ini
dibagi atas analisis faktor-faktor internal perusahaan dan faktor-faktor eksternal. Faktor-
35
faktor internal perusahaan akan mencerminkan adanya potensi kekuatan dan kelemahan dalam perusahaan, sedangkan faktor-faktor eksternal adalah peluang dan ancaman terhadap perusahaan. Dengan membuat daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, maka seorang analis bisa melakukan macthing (mencocokkan) antara faktor-faktor internal dengan faktor-faktor eksternal, sehingga didapat kemungkinan empat strategi, yaitu SO (Strenghs-Opportunities), yaitu strategi mendayagunakan kekuatan untuk memperoleh
keuntungan dari peluang yang ada. Dalam hal ini perusahaan dapat melakukan strategi ekspansi atau bertumbuh ; ST (Strenghs – Threats), yaitu menggunakan kekuatan untuk mengatasi atau mengurangi ancaman, biasanya menggunakan strategi konsolidasi; WO (Weaknesses-Opportunities), perusahaan mempunyai kelemahan yang harus diatasi,
namun ada peluang bisnis yang dapat dimanfaatkan, biasanya perusahaan menggunakan strategi defensif; perusahaan
dan WT (Weaknesses-Threats), yaitu suatu kondisi di mana
menghadapi
masalah
internal,
sedangkan
kondisi
eksternal
tidak
menguntungkan, biasanya perusahaan menempuh strategi divestasi, penciutan usaha, dan bila jalan buntu, maka dapat memilih strategi likuidasi (pembubaran bisnis). Lihat Gambar 5.1.
SWOT Matrix Strengths – S
Weaknesses – W
List Strengths
List Weaknesses
Opportunities – O
S O Strategies
WO Strategies
List Opportunities
Use s treng ths to take advantag e of opportunities
Overcoming weaknesses by taking advantag e of opportunities
Threats – T
S T Strategies
WT Strategies
List Threats
Use s treng ths to avoid threats
Mini mize weaknes s es and avoid threats
Ch 6 -24
Copyright © 2009 Pearson Education, Inc. Publishing as Prentice Hall
Gambar 5.1. SWOT Matriks
36
5.5. Strategi Bisnis
Menurut Michael Porter (dalam David,R, 2009) strategi umum bersaing adalah cost leadership, differentiation, dan focus. Pada strategi cost leadership strategies,
perusahaan harus merancang proyeknya agar menghasilkan produk dengan mempunyai daya saing, karena harga pokok penjualan relatif rendah karena tingginya effisiensi dibanding produk sejenis. Akibatnya produk perusahaan mampu bersaing harga dengan produk sejenis. Pada strategi differensiasi, perusahaan melakukan peragaman produk, fitur khusus yang membedakan perusahaan dengan produk lain, layanan prima, suku cadang tersedia, mudah digunakan, dan lainnya sehingga mampu bersaing dengan produk sejenis yang dibuat oleh pesaing. Pada strategi fokus adalah berorientasi pada segmen pasar tertentu, misalnya kelompok konsumen yang mempunyai preferensi dan keinginan tertentu atau khusus. Misalnya, Starbucks memproduksi kopi
dan melayani konsumen pencandu kopi
tertentu. Kompleksitas
kehidupan
strategi‐strategi ditambahkan
bisnis
perekonomian
sebuah
dengan
kondisi
telah
membawa
organisasi/perusahaan. perekonomian
global
dampak
Kondisi yang
terhadap
tersebut
dapat
sangat
masih cepat
berubah‐ubah arahnya. Tingkat volatilitas kondisi kehidupan sosial saat ini telah memaksa para pembuat kebijakan strategi‐strategi bisnis meningkatkan frekuensi mereka dalam me‐review strategi‐strategi yang sudah ditentukan sebelumnya.
Offensive dan defensive Bisnis
ketika
telah
berhasil
mencapai
skala
tertentu
membutuhkan
pemikiran‐ pemikiran dan strategi‐strategi yang jauh lebih matang didalam meraih keberhasilan yang berkelanjutan. Strategi strategi yang diambil tentu saja merupakan langkah pertama yang sangat penting didalam menentukan nasib bisnis tersebut kedepannya.
Seperti
layaknya
sebuah
pertandingan
sepak
bola,
peran
serta
pelatih/manager saat ini menjadi jauh lebih signifikan dibandingkan dengan era 80‐an maupun 90‐an. Ketersediaan sumber daya yang paling berlimpah sekalipun (kumpulan para bintang pemain sepakbola dalam hal ini) tidak akan menjamin keberhasilan sebuah tim didalam meraih kemenangan tanpa didukung strategi yang tepat. Kita bisa melihat
37
bagaimana keberhasilan seorang Guus Hiddink melatih beberapa tim nasional yang hanya memiliki kemampuan teknis terbatas tetapi dengan strategi‐strategi yang tepat dapat membawa tim‐tim nasional asuhannya kepada tingkat yang lebih tinggi. Kita juga dapat melihat bagaimana sebuah klub sepak bola Eropa ternama yang pada akhir tahun 90‐an mendatangkan para bintang sepakbola dengan menguras keuangan yang sangat besar, namun hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda dengan kondisi sebelum didatangkannya para bintang sepakbola sejagat tersebut. Seperti juga layaknya pertandingan sepak bola, strategi‐strategi pada bisnis didasari pada kemampuan internal dan juga kondisi eksternal yang dihadapi. Seperti layaknya tim sepakbola harus dapat memainkan permainan offensive dan defensive, strategi‐strategi bisnis juga harus dinamis dan disesuaikan dengan kondisi eksternal yang dihadapi. Oleh sebab itu kita juga dapat mengklasifikasikan strategi‐strategi bisnis menjadi dua macam, yaitu strategi‐strategi offensive dan strategi‐strategi defensive.
Strategi strategi Offensi ve Dua faktor penting yang menentukan keberhasilan sebuah bisnis adalah pasar (yang paling sering dibicarakan adalah kemampuan bersaing) dan produk (baik produk berbentuk fisik maupun produk yang bersifat intangible, jasa).. Istilah yang dipakai pada materi pokok adalah Strategi Pertumbuhan. Ada empat macam kemungkinan strategi yang dapat dipilih berdasarkan kondisi‐kondisi pada matriks. Kondisi yang terjadi adalah pasar yang memang sudah exist serta produk/jasa yang ditawarkan juga memang sudah exist. Salah satu alasan paling utama dipilihnya strategi penetrasi ini adalah ketika perusahaan tersebut merasakan dan meyakini pasar yang sekarang ini telah exist akan dapat bertumbuh lagi (demand pada pasar existing tersebut akan terus bertambah). Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, yang umum dilakukan adalah penambahan jumlah sales force dan intensifikasi promosi. Salah satu contohnya: Persaingan industri telekomunikasi selular di Indonesia. Kita dapat melihat
bahwa hampir semua operator selular melakukan intensifikasi promosi baik secara above the line maupun below the line campaign . Hal ini diyakini bahwa pasar selular
Indonesia masih akan terus tumbuh, demand nya akan terus meningkat. Produk ‐ produk utama yang mereka tawarkan bukanlah produk ‐ produk yang benar ‐ benar memiliki nilai
38
yang baru, pasar dimana mereka berusaha melakukan penetrasi secara intensif juga adalah pasar yang secara umum sudah mereka kuasai. Bagaimana menjadi penguasa market share terbesar dalam pasar yang diyakini demand nya masih akan terus meningkat adalah menjadi fokus utama dipilihnya strategi
penetrasi pasar ini.
Product development strategy Kondisi yang terjadi adalah produk/jasa yang ditawarkan baru (dapat berupa penyempurnaan produk yang telah ada, ataupun benar ‐ benar inovasi baru), namun pasar yang menyerapnya adalah pasar yang existing. Salah satu contohnya: General Motors pada awal 90‐an memasarkan mobil sedan listrik GM yang pertama dengan nama EV1, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Berdasarkan laporan investigatif pada salah satu media, mobil yang seluruhnya digerakkan tenaga listrik ini memang akhirnya ditarik kembali semuanya, namun bukan karena keluhan dari para pelanggan. Hal tersebut terjadi lebih dikarenakan infrastruktur (tempat pengisian listriknya terbatas) dan teknologi baterai yang masih terlalu konvensional pada saat itu serta konflik kepentingan yang cukup besar diantara para produsen otomotif, para produsen minyak dan bahan bakar, serta pemerintah daerah California. Ketika harga minyak dunia menembus USD100/barel, kita dapat menyaksikan
bagaimana
produsen‐ produsen
otomotif
dunia
kembali
berupaya
memasarkan mobil yang hemat bahan bakar, hybrid car. Mobil hybrid diyakini dapat menjembatani konflik kepentingan tersebut, karena masih menggunakan bahan bakar fosil. Perbedaannya adalah pada pemanfaatan baterai pada kendaraan yang lebih dioptimalkan. Dari contoh tersebut kita dapat melihat bagaimana produsen berupaya merebut pasar dengan menawarkan produk substitusi (produk yang memiliki nilai lebih) terhadap produk sebelumnya. Pertumbuhan pasar bukanlah menjadi dasar yang utama pada saat dipilihnya Product Development Strategy.
Market Development Strategy Kondisi yang terjadi dimana produk yang ditawarkan adalah produk existing, tetapi pasar yang menyerapnya adalah pasar yang baru. Salah satu motif utama dipilihnya Market Development Strategy ini adalah potensi keuntungan yang dilewatkan
39
apabila tidak masuk ke emerging markets. Kondisi keuntungan pada pasar yang saat ini dikuasai masih baik, namun growth pada emerging markets terlalu menggoda untuk dilewatkan. Salah satu contohnya: Pabrik ‐ pabrik otomotif kelas dunia melebarkan sayap mereka ke pasar China ketika perkenomian China membaik yang membuat daya beli rakyatnya juga meningkat. Kondisi tersebut ditambah dengan transportasi umum di China yang belum sebaik negara‐negara maju. Produk ‐ produk yang ditawarkan tidaklah berbeda dengan produk ‐ produk yang telah dipasarkan pada pasar ‐ pasar sebelumnya seperti di Amerika, negara negara Eropa dan negara‐negara Asia. Pada artikel utama majalah The Economist edisi terakhir, tulisan yang sangat menarik mengenai dipertanyakannya posisi dominan Toyota sebagai produsen otomotif dunia. Bagaimana pada artikel tersebut disebutkan penjualan VW dan Hyundai secara global meningkat dibandingkan dengan penjualan GM, Honda, dan Toyota belakangan ini. Memang yang menarik dari pasar otomotif China ini adalah Toyota dan Honda tidak mendominasi pasar seperti yang kita rasakan di Indonesia. VW, General Motors, serta Hyundai kelihatannya lebih dominan sampai dengan saat ini dibandingkan Toyota dan Honda. Efek krisis global yang masih terasa tentu saja membuat penjualan dinegara‐negara maju merosot yang mana justru Toyota dan Honda mendominasi. Pasar China sebagai the least loser pada krisis kali ini tentu membawa angin segar bagi VW dan Hyundai.
Pada Market Development Strategy adalah sangat penting untuk dapat membaca kondisi yang akan terjadi didalam sebuah pasar. Ketertinggalan didalam menggarap sebuah pasar yang baru dapat membawa kemungkinan ketertinggalan secara total dibandingkan dengan pesaing‐ pesaing lainnya.
Diversification Strategies Secara umum, strategi‐strategi diversifikasi dapat kita bagi menjadi dua macam strategi, yaitu:
I ntegr ation Strategi es. Beberapa tujuan utama dalam memilih strategi‐strategi integrasi ini antara lain untuk bisa mendapatkan market share lebih besar dan cepat atau mengintegrasikan produk/jasa‐nya dari hulu sampai hilir. Strategi‐strategi integrasi dapat kita bagi menjadi tiga, yaitu:
40
F orward integr ation Kondisi yang terjadi adalah dimana sebuah perusahaan mengakuisisi (dapat juga membentuk) perusahaan lain yang masih terdapat dalam rantai pasokan barang/jasa yang sama yang mana akan membawa posisi akhir kepada semakin dekatnya perusahaan
tersebut
kepada
pengguna
akhir
barang/jasa
tersebut.
Sebagai
contoh contohnya: Toyota Astra Motor memasarkan produk ‐ produknya melalui anak
usahanya Auto 2000 serta Apple dalam memasarkan produknya melalui i‐ storenya dan masih banyak lagi. Selain motif mendapatkan keuntungan yang lebih banyak, salah satu motif utama dilakukannya forward integration adalah untuk meyakinkan bahwa konsumen akhir memang mendapatkan informasi penuh dari produk/jasa yang diberikan. Hal ini tercermin dengan pihak ‐ pihak yang menerapkan strategi ini banyak yang merupakan perusahaan‐ perusahaan yang bergerak dibidang teknologi atau mereka yang bergerak pada niche market . Mereka mau meyakinkan diri bahwa jalur distribusi yang dipakai memang dapat mengkomunikasikan dengan baik dan detail kemampuan teknis produk ‐ produk yang mereka hasilkan dan kelebihannya dibandingkan dengan kompetitor serta memastikan pelayanan purna jual yang prima, tidak semata‐mata jalur distribusi yang menitikberatkan kepada penjualan seperti layaknya menjual komoditas yang mana fungsi dan featurenya sudah diketahui secara umum.
Backward integration Kondisi yang terjadi dimana sebuah perusahaan mengakuisisi (dapat juga membentuk) perusahaan lain yang masih terdapat dalam rantai pasokan barang/jasa yang sama yang mana akan membawa posisi akhir kepada semakin dekatnya perusahaan
tersebut
kepada
bahan
dasar
produk
yang
dihasilkan. Sebagai
contoh contohnya: Olympic ketika mengakuisisi salah satu supplier penghasil kayu
lapisnya sebagai bahan dasar pembuatan furniturenya. Adhi Karya sebagai salah satu kontraktor BUMN saat ini telah memiliki anak usaha Adhi Mix yang bergerak dibidang penyediaan ready mix concrete. Salah satu alasan utama dipilihnya backward integration adalah ketika perusahaan yang mengkonsumsi bahan baku tersebut
merasakan bahwa perusahaan tersebut sudah merupakan salah satu konsumen terbesar dari suppliernya saat ini dan profit yang diraih oleh suppliernya tersebut sangat memadai untuk dilakukannya backward integration. Pengakuisisian kapasitas produksi
41
juga merupakan motif yang umum terjadi, dimana keuntungan tambahan akan merupakan milik perusahaan pengakuisisi tersebut.
H orizontal integration Kondisi yang terjadi dimana sebuah perusahaan mengakuisisi (dapat juga membentuk) perusahaan lain yang terdapat dalam rantai pasokan barang/jasa yang sama dan juga berada dilevel yang sama dalam rantai pasokan barang/jasa tersebut. Sebagai salah satu contohnya: TransTV mengakuisisi TV7 yang sekarang menjadi
Trans7. Salah satu tujuan utama dipilihnya strategi ini adalah untuk meningkatkan porsi market share yang saat ini sudah diraih, disamping juga dimaksudkan agar mampu
melayani segmen pasar yang lebih luas daripada yang sudah dikuasai sekarang ini.
Conglomeration Strategy Dari namanya, tentu kita sudah jelas apa yang dimaksud dengan strategi konglomerasi. Strategi offensive yang satu ini tidak akan membatasi diri pada industri mana yang sebelumnya mereka kuasai, tanpa membatasi diri kepada pada posisi mana sebelumnya mereka berada dalam sebuah mata rantai pasokan, dan seterusnya dan seterusnya. Strategi yang satu ini sangat popular pada era 80‐an. Banyak sekali contoh dalam strategi ini, antar lain: Grup Bakrie, Grup Salim dan sebagainya. Para
penganut kapitalisme sejati ini memfokuskan pada kesempatan yang tersedia dan akan merealisasikan
kesempatankesempatan
tersebut
berdasarkan
intuisi
dan
juga
memaksimalkan segala sumber daya yang mereka miliki.
Strategi Defensive
Setelah kita membicarakan strategi‐strategi offensive, strategi‐strategi defensive juga tidak kalah menariknya. Kondisi‐kondisi yang sangat volatile sekarang ini menuntut kedinamisan dalam me‐review strategi‐strategi yang telah ditentukan. Situasi ekonomi, yang merupakan bagian dari kondisi eksternal dalam SWOT analisis, dapat berubah arah dengan cepat. Sebagai contoh, tahun 1997 yang dikenal sebagai krisis Asia dimana pasar Asia, khususnya Asia Tenggara, sangat lesu waktu itu. Siapa yang dapat menyangka bahwa 10 tahun kemudian justru krisis melanda negara‐negara maju yang seharusnya secara text book mampu belajar dari krisis Asia 1997 tersebut? Kita juga
42
dapat melihat bagaimana teknologi dapat merubah situasi yang telah kita kenal dengan baik. Saat ini beberapa negara tengah melakukan penelitian mengenai energi terbarukan seperti energi matahari dan energi angin yang teknologinya masih jauh dari sempurna sampai saat ini. Dapat kita bayangkan apabila aplikasi teknologi yang saat ini hanya mampu menyerap antara 15‐ 20% dari tenaga surya dimasa depan mampu menyerap jauh lebih signifikan. Demikian pula apabila aplikasi teknologi energi angin dapat jauh lebih matang daripada saat ini, tentu kehidupan akan sangat berbeda, asalkan tidak terganjal oleh masalah jangka waktu HAKI (jangan sampai penguasaan terhadap teknologi strategis semacam ini diberikan jangka waktu yang tidak terbatas). Oleh sebab itu dapat kita simpulkan bahwa bukan hanya faktor ekonomi dan teknologi yang dapat membawa dampak perubahan, namun juga faktor ‐faktor seperti sosial budaya, kondisi pasar, maupun kondisi politik dapat membawa perubahan yang mungkin tidak diperhitungkan sebelumnya. Pandangan‐ pandang makro semacam itu dapat kita bawa kepada tingkatan yang lebih mikro. Apakah lanskap kondisi persaingan dalam sebuah industri akan tetap selamanya? Mari kita ambil dua contoh lanskap industri yang telah berubah secara radikal dalam 10 tahun terakhir ini. Yang pertama, industri penerbangan komersial. Industri yang tadinya diyakini adalah industri padat modal dan hanya bergerak pada segmen pasar premium, ternyata berubah secara total ketika RyanAir dan easyJet mampu merombaknya. Komisi penjualan tiket kepada agen‐agen perjalanan dipangkas habis dengan memanfaatkan teknologi internet. Biaya‐ biaya pendaratan yang tinggi pada bandara‐ bandara udara kelas satu dipangkas secara signifikan dengan memakai bandara‐ bandar udara kelas dua yang jaraknya masih dapat ditoleransi para konsumen. Pemberian kenyamanan seperti makanan juga dipangkas habis. Contoh berikutnya adalah industri wine yang kental dengan tradisi untuk memperoleh
wine premium. Saat ini, perkebunan wine tidak hanya terletak dibenua Eropa atau
Prancis tepatnya. Australia, USA, Chili, Afrika Selatan, China, India, Maroko, dan Bali sudah banyak terdapat perkebunan wine. Walaupun para pecinta fanatik wine tradisional mengatakan bahwa produksi masal wine sangat buruk hasilnya, “memproduksi wine layaknya Coca‐ Cola”, toh lebih banyak konsumen ternyata tidak mengeluh dengan hasil wine yang diproduksi dengan basis teknologi tersebut. Proses yang menggunakan gentong‐gentong yang terbuat dari serbuk oaks jelas lebih murah dibandingkan
43
penggunaan gentong‐gentong dengan kayu gelondongan asli oaks. Penggunaan sistem freezer juga lebih memberikan kepastian dibandingkan penantian akan musim dingin
dalam memproduksi ice wine. Masih banyak inovasi‐inovasi yang telah dilakukan didalam bidang proses produksi untuk industri wine saat ini. Dengan pemanfaatan aplikasi teknologi terkini, produksi wine tentu saja meningkat pesat, bahkan saat ini total hasil produksi wine Eropa ternyata
kurang dari setengah total produksi wine secara global. Sekali lagi lanskap persaingan telah berubah. Masih banyak contoh‐contoh lanskap persaingan yang telah berubah. Bagaimana perusahaan‐ perusahaan yang memang sudah ada sebelumnya dalam menyikapi hal ini? Dengan mengaplikasikan strategi‐strategi offensive? Seperti layaknya permainan sepakbola, permainan offensive sepanjang waktu terkadang tidak bijaksana. Ada waktunya bagi perusahaan untuk melakukan konsolidasi dan juga memperkuat pertahanan. Secara garis besar, ada dua macam strategi defensive, yaitu retrenchment dan liquidation.
Retrenchment Kondisi dimana penghematan‐ penghematan dilakukan oleh perusahaan, tanpa ada menjual apapun kepihak lain. Biasanya yang paling awal dilakukan adalah penggabungan beberapa divisi atau bagian untuk menjaga keutuhan perusahaan secara keseluruhan. Aset‐aset produktif akan semakin digenjot untuk menjaga keselamatan perusahaan,
baik
aset
tangible
maupun
aset
intangible.
Pemborosan
yang
sekecil‐kecilnya pun akan dihilangkan untuk menghindari penurunan lebih lanjut dan menghindari PHK karyawan. Salah satu contoh paling umum yang terjadi adalah pada industri penerbangan
komersial. Bagaimana mereka harus secara dinamis menutup rute‐rute penerbangan tertentu untuk tetap menjaga keutuhan perusahaan dan tetap memaksimalkan rute‐rute “gemuk” untuk tetap bertahan.
Liquidation Kondisi dimana perusahaan menjual sebagian atau bahkan seluruh divisi maupun asetnya. Kondisi yang terjadi memang ada dua macam, dimana kondisi pertama masih memungkinkan untuk diselamatkan dan masih ada harapan kedepannya dapat bangkit 44
kembali, atau kemungkinan kedua bahwa memang lebih baik dijual sebelum terlambat. Apabila hanya sebagian (anak perusahaan ataupun divisi), kita dapat memandangnya telah terjadi kesalahan dimasa lampau dan masih ada peluang kedepannya apabila diambil keputusan dan tindakan yang tepat. Sebagai contoh contoh: Harley Davidson yang mengalami kesulitan ditahun 80‐an
akibat serangan motor ‐motor Jepang, namun berhasil bangkit dan sekarang tetap memimpin untuk motor ‐motor kelas berat (diatas 600cc). General Motors yang tahun 2008 diselamatkan oleh pemerintah Amerika karena diyakini masih memiliki harapan kedepannya asalkan keputusan dan tindakan yang diambil manajemen puncak tepat. Penentuan strategi‐strategi bisnis adalah hal yang penting sebelum diambil tindakan nyata lebih lanjut. Namun yang perlu diingat adalah penentuan strategi‐strategi bisnis bukanlah sesuatu yang sepenuhnya didasarkan kepada penilaian secara science. Intuisi serta jam terbang memainkan peranan yang signifikan didalam penentuan strategi‐strategi bisnis.
Pertanyaan
1.
Mengapa perusahaan perlu mempersiapkan strategi bersaing terhadap suatu proyek bisnis yang direncanakannya?
2.
Apa keunggulan dan kelemahan strategi penurunan harga?
3.
Jelaskan dengan contoh strategi bisnis menurut Michael Porter?
4.
Apa yang dimaksud dengan analisis dinamis?
5.
Jelaskan srategi integrasi?
6.
Jelaskan strategi defensif ?
7.
Jelaskan strategi konglomerasi?
45
BAB 6 ASPEK TEKNIS
(TE CHNI CAL ASPECTS ) 6.1. Pendahuluan
Penggunaan istilah aspek teknis dalam suatu studi kelayakan bersifat umum, sedangkan aspek produksi biasanya dikaitkan dengan proyek manufaktur/pabrikasi yang menghasilkan produk berupa barang. Sementara itu penggunaan istilah aspek operasi digunakan pada studi kelayakan pada proyek-proyek yang menghasilan produk berupa jasa. Oleh karena itu judul bab ini mencakup ketiga aspek tersebut. Pada dasarnya kajian aspek produksi mengikuti pola input – proses – output (IPO). Dalam analisis aspek ini dibahas aspek lokasi proyek, kapasitas produksi, teknologi, mesin dan peralatan, bahan baku, bahan pembantu, biaya produksi, dan lainnya.
6.2. Lokasi Proyek Investasi
Lokasi proyek harus dilakukan kajian secara mendalam, karena lokasi proyek berdimensi jangka panjang. Adapun faktor-faktor atau persyaratan antara proyek manufaktur dan proyek jasa kemungkinan tidak sepenuhnya sama, karena seringkali ada persyaratan khusus untuk lokasi bisnis tertentu. Namun dalam memilih suatu proyek investasi perlu mempertimbangkan beberapa faktor sebagai berikut: 1.
Ketersediaan bahan baku, bahan pembantu, dan pendukung lainnya
2.
Tersedia tenaga kerja trampil, setengah terampil, dan buruh kasar
3.
Mempunyai daerah pemasaran
4.
Tersedia lahan (areal tanah) untuk pabrik sekarang dan kemungkinan perluasan dimasa mendatang. Juga perlu dianalisis kondisi pematangan lahan, daya dukung tanah, dan status hukum pertanahannya.
5.
Ketersediaan inftastruktur publik, seperti jalan, pelabuhan, moda angkutan, airport, dan lainnya ke sumber bahan baku dan ke pasar
6.
Ketersediaan utilitas publik: tenaga listrik, air bersih, dan telekomunikasi
7.
Dukungan dan insentif dari pemerintah, misalnya kemudahan dalam perizinan dan keringanan pajak.
8.
Respons positip dari masyarakat lokal/setempat.
46
9.
Tersedia fasilitas sosial publik: pasar, rumah sakit, puskesmas, tempat ibadah, sarana pendidikan, dan lainnya.
10.
Tersedia usaha-usaha jasa perbengkelan, angkutan, ekspedisi, asuransi, dan lainnya.
11.
Adanya fasilitas jaminan keamanan dari pihak yang berwajib.
6.3. Metode Pemilihan Lokasi
Menurut Teori Weber, pemilihan lokasi harus didasarkan pada ongkos angkut bahan baku. Bila barang yang diangkut menjadi barang jadi terjadi pengurangan berat, maka sebaiknya lokasi pada sumber bahan baku (raw material oriented), contoh Pabrik Pengolahan Batubata dan Genteng. Logikanya berat barang yang diangkut mempunyai korelasi dengan ongkos angkut. Sebaliknya bila bahan baku yang diangkut untuk diproses menjadi barang jadi dan akan terjadi penambahan berat, maka lokasi pabrik sebaiknya di dekat pasar (market oriented), contoh pabrik minuman dalam botol, seperti juz jeruk, coco pandan,
dan minuman sirsak. Penambahan berat minuman botol tersebut karena adanya botol atau kemasan yang akan menambah berat produk. Bila tidak ada perbedaan ongkos angkut antara bahan baku dan barang jadi, maka lokasi pabrik diletakkan pada daerah pertengahan persimpangan jalan antara sumber bahan baku dan pasar (junction oriented). Pertimbangan junction area antara lain karena di daerah persimpangan
tersebut terdapat kemudahan tenaga kerja terampil dan infrastruktur sosial dan ekonomi yang baik. Selain itu, sekarang ini pertimbangan suatu lokasi pabrik adalah pada kawasan industri (industrial estate), karena pada kawasan tersebut telah tersedia infrastruktur, tenaga kerja terampil, dan berbagai fasilitas pendukung kegiatan bisnis. Pembangunan kawasan industri biasanya disesuaikan dengan master plan tata ruang daerah yang ditetapkan oleh pemerintah, misalnya kawasan industri di Pulau Batam dan Tanggerang. Dalam teori lokasi juga dikenal adanya lokasi aglomerasi (agglomeration), yaitu adanya pengelompokan perusahaan industri di lokasi tertentu sejak lama dan terus mengalami perkembangan, misalnya aglomerasi industri otomotif di Boston, USA yang telah terbentuk ratusan tahun yang lalu.
47
Metode Memperingkat Pilihan Lokasi . Untuk menentukan suatu lokasi terentu, bila
terdapat
beberapa
lokasi
pilihan/alternatif,
maka
dapat
digunakan
metode
pemeringkatan (rating method), dengan membuat bobot atas faktor-faktor yang menpengaruhi lokasi dan dilakikan dengan peringkatnya (rating), kemudian memilih lokasi dengan total bobot x peringkat dengan nilai tertinggi. Contoh kasus
Sebuah perusahaan nasional yang berkedudukan di Jakarta berencana untuk mendirikan pabrik pengolahan minyak sawit di Palembang dan sekitarnya. Produk yang dihasilkan oleh pabrik tersebut adalah sabun, margarine, minyak goreng, dan kosmetik. Total investasi diperkirakan sebesar Rp500 milyar. Pimpinan perusahaan sedang mempertimbangkan 3 kemungkinan lokasi alternatif, yaitu: a. Di Pulau Borang, di sebelah hilir Kelenteng Pulau Kemaro, tepi sungai Musi. b. Di sekitar Pelabuhan Tanjung Api-Api, sungai Banyuasin/Selat Bangka. c. Di kecamatan Karya Jaya sekitar Terminal Karya Jaya/ tepi sungai Keramasan. Faktor-faktor dominan yang menjadi pertimbangan perusahaan atau sebagai syarat penetuan lokasi pabrik tersebut adalah: 1. Kemudahan memperoleh bahan baku (minyak CPO, bahan pembantu, dan pendukung lainnya 2. Tersedia pasar lokal, nasional dan ekspor 3. Tersedia lahan (areal tanah) untuk pabrik sekarang dan kemungkinan perluasan dimasa mendatang 4. Ketersediaan inftastruktur publik, seperti jalan, pelabuhan, moda angkutan, airport, dan lainnya untuk sarana angkutan dari/ke sumber bahan baku dan ke pasar. 5. Ketersediaan utilitas publik: tenaga listrik, air bersih, dan telekomunikasi 6. Dukungan dan insentif dari pemerintah, misalnya kemudahan dalam perizinan dan keringanan pajak. 7. Respons positip dari masyarakat lokal/setempat 8. Tersedia tenaga kerja trampil, setengah terampil, dan buruh kasar 9. Tersedia fasilitas sosial publik: pasar, rumah sakit, puskesmas, tempat ibadah, sarana pendidikan, dan lainnya. 10. Adanya fasilitas jaminan keamanan dari pihak yang berwajib
48
Alternatif Jawaban Lokasi Pulau Borang No Faktor/Syarat Lokasi 1 Tersedia Bahan baku, dll 2 Tersedia Pasar 3 Tersedia Lahan 4 Ada inftrastruktur publik 5 Tersedia Utilitas publik 6 Ada insentif/Kemudahan Perizinan 7 Respons komunitas 8 Tenaga kejra 9 Fasilitas sosial 10 Jaminan Keamanan Total Nilai
Bobot (B) 0.20 0,15 0,15 0,10 0,10 0,05 0,05 0,10 0,05 0,05
Peringkat (P) 4 4 3 3 3 2 3 4 3 3
Nilai (BxP) 0,80 0,60 0,45 0,30 0,30 0,10 0,15 0,40 0,15 0,15 3,40
Lokasi Tanjung Api-api No Faktor/Syarat Lokasi 1 Tersedia Bahan baku, dll 2 Tersedia Pasar 3 Tersedia Lahan 4 Ada inftrastruktur publik 5 Tersedia Utilitas publik 6 Ada insentif/Kemudahan Perizinan 7 Respons komunitas 8 Tenaga kejra 9 Fasilitas sosial 10 Jaminan Keamanan Total Nilai
Bobot (B) 0.20 0,15 0,15 0,10 0,10 0,05 0,05 0,10 0,05 0,05
Peringkat (P) 4 4 4 4 3 2 3 4 3 4
Nilai (BxP) 0,80 0,60 0,60 0,40 0,30 0,10 0,15 0,40 0,15 0,20 3,70
Lokasi Keramasan/Karang Jaya No Faktor/Syarat Lokasi 1 Tersedia Bahan baku, dll 2 Tersedia Pasar 3 Tersedia Lahan 4 Ada inftrastruktur publik 5 Tersedia Utilitas publik 6 Ada insentif/Kemudahan Perizinan 7 Respons komunitas 8 Tenaga kejra 9 Fasilitas sosial 10 Jaminan Keamanan Total Nilai
Bobot (B) 0.2 0,15 0,15 0,1 0,1 0,05 0,05 0,1 0,05 0,05
Peringkat (P) 4 4 2 2 3 2 2 3 3 4
Nilai (BxP) 0,80 0,60 0,30 0,20 0,30 0,10 0,10 0,30 0,15 0,20 3,05
Kesimpulan: Nilai tertinggi Lokasi di Tanjung Api-Api.
49
Lokasi Produksi
Ada dua langkah utama yang seharusnya diambil dalam proses penentuan lokai suatu pabrik, yaitu pemilihan daerah atau territorial secara umum dan pemilihan berdasarkan size dari jumlah penduduk (community) serta lahan secara khusus. Pemilihan territorial secara umum adalah untuk mendapatkan informasi secara umum dan setelah itu baru kemudian ditentukan community dan lahan (size) yang dikehendaki secara khusus, yang mana untuk ini alternative pemilihannya dapat diklasifikasikan ke dalam daerah di kota besar, di pinggir kota, atau jauh di luar kota. Disini macam proses manufacturing ikut pula menentukan pemilihan size dari pabrik yang akan didirikan. Contoh lokasi di daerah terpencil yang jauh dari keramaian kota akan sangat dikehendaki untuk pabrik yang akan memproduksi bahan peledak. Selanjutnya beberapa kondisi umum seperti tersebut di bawah ini akan ikut pula mengambil peranan dalam proses penentuan lokasi pabrik, yaitu: 1.
Lokasi di kota besar (city location) Diperlukan tenaga kerja terampil dalam jumlah yang besar. Proses produksi sangat tergantung pada fasilitas-fasilitas yang umumnya hanya terdapat dikota besar saja seperti listrik, gas, dll. Kontak dengan supplier dekat dan cepat Sarana transportasi dan komunikasi mudah didapatkan.
2.
Lokasi di pinggir kota.
Semi-skilled atau female labor mudah diperoleh.
Menghindari pajak yang berat seperti halnya kalau lokasi yang terletak di kota besar. Tenaga kerja dapat tinggal berdekatan dengan lokasi pabrik. Rencana ekspansi pabrik dapat dengan mudah dibuat.Populasi tidak begitu besar sehingga masalah lingkungan tidak banyak timbul. 3.
Lokasi jauh di luar kota. Lahan yang luas sangat diperlukan baik untuk keadaan sekarang maupun rencana ekspansi yang akan datang. Pajak terendah dapat diperoleh. Tenaga kerja tidak terampil dalam jumlah besar lebih dibutuhkan. Upah buruh lebih rendah bisa didapatkan dengan mudah juga dalam jumlah yang cukup
banyak.
Baik
untuk
proses
manufacturing
produk-produk
yang
berbahaya.Untuk menentukan luas tanah yang dibutuhkan dalam pendirian suatu pabrik, maka hal ini dapat dicari dengan menggunakan perumusan umum, yaitu sekurang-kurangnya lima kali luas area yang betul-betul dipakai untuk penempatan segala fasilitas produksi yang dibutuhkan. Hal ini dimaksudkan
50
untuk memberi tempat yang cukup lapang buat keperluan pembongkaran atau pemuatan barang, bisa digunakan sebagai lahan parkir, area untuk gudang, serta fungsi lainnya, dan tentu saja sebagai pertimbangan dalam perkiraan perluasan (ekspansi) pabrik di masa yang akan datang. Lokasi akan menentukan dekat tidaknya pabrik tersebut ke sumber bahan baku ataupun jasa pemasarannya. Jarak dari pabrik ke kedua tempat ini akan menentkan pula metode transportasi yang sebaiknya digunakan. Metode dan juga macamnya apakah tata letak seharusnya direncanakan dengan memberikan fasilitas-fasilitas untuk keperluan bongkar/muat barang dari railroad, kapal, truk, dan lainlain atau tidak. Demikian juga disini pengaturan dari departemen penerimaan dan atau pengiriman barang (receiving & shipping department) akan mempunyai macam variasi dalam perencanaan letaknya yang harus disesuaikan pula dengan macam dan metode transportasi yang digunakan. Selanjutnya kemungkinan adanya ekspansi dimasa yang akan dating ikut pula menentukan lokasi pabrik ini. Untuk pabrik yang berlokasi di kota besar biasanya akan mengarah vertical yaitu dengan cara menambah tingkat/lantai bangunan yang sudah ada (hal ini terkait dengan keterbatasan lahan yang tersedia). Berbeda dengan pabrik yang berlokasi jauh diluar kota dengan ketersediaan lahan yang cukup sehingga bisa melakukan ekspansi horizontal. Dalam menentukan lokasi pabrik, ada faktor-faktor penting yang harus diperhatikan yang berkaitan dengan jenis kegiatan produksinya. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1) Lokasi pasar, yaitu tempat memasarkan produk yang dihasilkan dimana lokasi pasar dapat secara luas atau terpusatkan; 2) Lokasi sumber bahan baku, dimana lokasi pabrik disarankan agar dekat dengan sumber bahan baku utama dari produksi yang dijalankan; 3) Alat angkutan (system transportasi), yaitu menunjuk pada fasilitas transportasi yang mendukung aktivitas perpindahan dari dan menuju pabrik, baik itu berupa bahan baku atau produk jadi; 4) Sumber energy; 5) Iklim, di mana hal yang satu ini lebih berpengaruh pada efektivitas, efisiensi, dan tingkah laku pekerja pabrik dalam melaksanakan aktivitas produksinya sehari-hari; 6)· Buruh dan tingkat upah; 7) Undang-undang dan system pajak; 8)· Sikap masyarakat setempat; dan 9)· Air dan limbah industri.
51
6.4. Produksi dan Kapasitas Produksi
Penentuan Kapasitas Produksi •
Pertimbangannya:
1. Rencana Penjualan Tahunan 2. Kuantitas, Kontinuitas, Delivery Bahan Baku, Bahan Pembantu, Dan Pendukung Lainnya 3. Hasil Analisis Titik Impas 4. Standar Kapasitas Produksi Peralatan Produksi Yang Umum Ditawarkan Di Pasar Pemilihan Teknologi Atau Asistansi Manajemen •
Pedomannya:
1. Mutu, Spesfikasi, Dan Jenis Produk Yang Dihasilkan 2. Menjamin Tercapainya Kapasitas Produksi Ekonomis 3. Mudah Pengadaan Tenaga Teknis, Bahan Baku Dan Bahan Pembantu 4. Sesuai Dengan Anggaran Pengadaan Peralatan Produksi 5. Teknologi Produksi Telah Teruji Ditempat Lain 6. Tidak Menimbulkan Dampak Lingkungan Sumber Dan Cara Pengadaan Teknologi •
Teknologi Dan Peralatan Satu Paket, Misalnya Pabrik Semen Gersik Dari Polysius S.A. Spanyol; Kawasaki Heavy Industry Untuk Pabrik Semen Baturaja, Padang, Dan Hoccin
•
Teknology Licensing
•
Francishing
•
Garansi Kinerja Teknologi
Pemilihan Lokasi Dan Site Proyek •
Syarat Pemilihan Lokasi :
1. Kelancaran Pemasaran Produk 2. Kelancaran Dan Efisiensi Pengadaan Bahan Baku 3. Kondisi Infrastruktur Publik 4. Kondisi Lingkungan Sosial-Ekonomi 5. Rencana Pengembangan Pemerintah Pusat Dan Daerah 6. Iklim Investasi 52
7. Insentif Yang Diberikan Pemerintah Dasar Membandingkan Site/Letak Proyek 1. Perbandingan Biaya Pengadaan Dan Pematangan Tanah 2. Kelancaran Pemasaran Produk 3. Perbandingan Kondisi Infrastruktur 4. Perbandingan Suasana Sosio-Ekonomi 5. Perbandingan Biaya Pembangunan Proyek Skala kapasitas produksi tergantung pada besar kecilnya skala usaha, misalnya skala luas, unit mesin, volume dan lainnya. Kapasitas dapat diukur dengan jumlah produksi pertahun perunit
usaha untuk perjenis produk yang dihasilkan. Pada dasarnya
dibedakan beberapa istilah dalam kapasitas produksi, misalnya kapasitas terpasang, kapasitas lisensi,
kapasitas terpakai, kapasitas menganggur (idle capacity), dan
kapasitas pada titik impas (Break even point). Hal-hal yang perlu dikaji dalam produksi dan kapasitas produksi adalah: 1.
Kapasitas produksi perunit usaha, mutu dan kontinuitasnya.
2.
Proses penanganan produksi dan hasilnya.
3.
Jenis produk yang akan dijual.
4.
Mutu setiap produk yang dihasilkan.
5.
Jumlah/ volume hasil produksi.
6.
Harga perunit ditingkat produsen dan hasil.
7.
Awal produksi dan kontinuitas produksinya per satuan waktu
Contoh Perhitungan Kapasitas BEP sederhana sederhana
Pabrik PT.X mempunyai kapasitas terpasang 10.000 unit perbulan. Diasumsikan jumlah unit produksi = jumlah unit yang dijual Harga jual produk perunit Rp20.000,Biaya Variabel perunit Rp10.000,Biaya Tetap perbulan Rp60.000.000,Penjualan/produksi BEP = Rp60.000.000/ (Rp20.000-Rp10.000) = 6.000 unit Kapasitas BEP = 6.000 unit/10.000 unit = 60 persen.
53
6.5. Pemilihan Teknologi dan Rekayasa
Ketersediaan dan kesiapan lahan dan peralatan perlu disesuaikan dengan tingkat teknologi dan rekayasa yang diterapkan oleh proyek, antara lain kaitannya dengan: Teknologi sederhana. Penerapan teknologi ini umumnya bilamana dari keseluruhan tahapan proses atau rantai produksi ditangani sepenuhnya dengan tenaga manusia atau secara manual. Teknologi madya (teknologi menengah atau semi inetnsif). Dimana di antara kegiatan pada rantai produksi digunakan alternatif lain (misalnya mesin) sebagai pengganti penggunaan tenaga manusia, manu sia, akan tetapi belum bel um ada penggunaan komponen kontrol atau at au panel otomatis. Teknologi Tinggi (sangat intensif atau high-technology). Penerapan teknologi yang relatif tinggi dalam pelaksanaan proses produksi sampai dengan tahapan hasil produksi barang/jasa dengan kondisi yang siap jual. Teknologi yang diterapkan dalam proyek menggunakan unsur otomatis dan mekamisasi. Dalam analisis kelayakan proyek yang berkaitan dengan aspek produksi yang perlu diperhatikan adalah penerapan teknologi yang paling cocok dengan kemampuan pendanaan investor, investo r, kondisi lingkungan, dan d an sub-sektor ekonomi ekon omi yang bersangkutan. bersangkutan . Teknologi produksi adalah cara meningkatkan produksi dan produktivitas yang dapat
diterapkan secara luas dalam industri manufaktur dan jasa. Ada sembilan area teknologi, yaitu:
Teknologi Mesin Hampir semua mesin yang melakukan operasi seperti pemotongan, pengeboran, dan penggilingan di dunia sedang mengalami perkembangan pesat dalam hal akulturasi dan pengendalian. Mesin yang baru dapat memodifikasi komponen logam dengan ketelitian kurang dari satu mikron 1/76 rambut manusia. Alat tersebut dapat mempercepat air hingga tiga kali kecepatan suara untuk memotong titanium yang digunakan sebagai peralatan bedah. Sekarang tersedia kecerdasan buatan untuk mengendalikan permesinan baru melalui chip komputer yang memungkinkan pembuatan benda-benda yang lebih kompleks dan lebih tepat dengan lebih cepat. Pengendalian elektronik meningkatkan kecepatan dengan mengurangi waktu pertukaran, mengurangi limbah (karena hanya terjadi kesalahan yang lebih sedikit), dan meningkatkan fleksibilitas. Permesinan
54
dengan mesin dan memori tersendiri disebut mesin Computer Numerical Control (CNC). CNC atau mesin dengan computer dan memorinya sendiri.
Automatic Identifications Systems (AIS) dan Radio Frequency Identification (RFID) AIS adalah suatu sistem untuk mengubah data menjadi bentuk elektronik, contohnya Barcode. Peralatan baru, mulai dari mesin manufaktur yang terkendali secara numerik hingga mesin ATM, dikendalikan dengan sinyal elektronik
digital.
Elektron
merupakan
kendaraan
yang
hebat
untuk
mengirimkan informasi, tetapi mereka memiliki keterbatasan utama hampir semua data MO tidak berbentuk bit dan byte. Oleh karena itu, manajer operasi harus mendapatkan data berbentuk elektronik, Membuat data menjadi digital dilakukan dengan menggunakan komputer, kode garis, frekuensi radio, karakter optikal dalam cek bank, dan lain-lain. Automatic Identifications Systems (AIS) membantu mengubah data menjadi bentuk elektronik yang mudah dimanipulasi. Karena biayanya yang rendah dan penggunanya yang terus meluas, Radio Frequency Identification (RFID) perlu diperhatikan secara khusus. RFID adalah rangkaian terintegrasi dengan antena kecilnya sendiri yang menggunakan gelombang radio untuk mengirimkan sinyal dalam jarak terbatas, biasanya beberapa yard. Kartu RFID menyediakan men yediakan identifikasi unik yang memungkinkan memun gkinkan pelacakan dan pemonitoran bagian, palet, orang dan hewan atau apapun bergerak. RFID tidak ti dak harus dalam jarak pandang antara pembaca dan kartunya. Dengan RFID kasir dapat memindai seluruh isi keranjang belanja dalam hitungan detik.
Pengendalian Proses Pengendalian proses adalah penggunaan teknologi informasi untuk memantau dan mengendalikan suatu proses fisik. Sebagai contoh, pengendalian proses digunakan untuk mengukur kelembaban dan ketebalan kertas ketika melewati sebuah mesin kertas dengan kecepatan ribuan kaki per menit. Pengendalian proses juga digunakan untuk menetapkan dan mengendalikan temperatur, tekanan, dan kualitas dalam proses penyulingan minyak, proses petrokimia, pabrik semen, s emen, penggilingan penggilin gan baja, reaktor nuklir, nuk lir, dan fasilitas yang terfokus pada produk lainnya.
55
Sistem Visi Sistem Visi memadukan teknologi kamera video dan computer, serta sering digunakan dalam pemeriksaan. Pemeriksaan visual merupakan tugas penting dihampir semua proses pengolahan makanan dan organisasi manufaktur. Terlebih lagi, dalam banyak penerapan, pemeriksaan visual yang dilakukan manusia merupakan pekerjaan yang membosankan, memusingkan dan sangat mungkin terjadi kesalahan. Oleh karena itu, sistem visi digunakan secara luas saat barang yang diamati sangat mirip. Sistem visi digunakan untuk memastikan terdapat sealant dan dalam jumlah yang cukup dalam transmisi mesin cuci Whirpool, dan untuk memeriksa perakitan saklar pada pabrik Foster di Des Plaines, Illinois. Secara konsisten, sistem visi memang cukup akurat, tidak menjadikan pekerja bosan, dan dengan biaya yang tidak terlalu besar. Sistem ini sangat unggul bagi mereka yang mencoba melakukan pekerjaan ini.
Robot Bila suatu mesin cukup fleksibel dan mampu memegang, memindahkan, atau mengambil barang, maka disebut Robot. Robot adalah peralatan mesin yang mungkin memiliki beberapa saraf elektronik yang disimpan dalam chip semikonduktor yang akan menyalakan sejumlah motor dan saklar. Berfungsi karena impuls elektronik yang mengaktifkan motor dan tombol. Robot dapat digunakan secara efektif untuk melakukan tugas-tugas yang umum bersifat monoton dan berbahaya, atau tugas-tugas yang dapat dikerjakan secara lebih baik dengan menggunakan mesin sebagai pengganti tenaga manusia. Pekerjaan yang membutuhkan konsistensi, akurasi, kecepatan, kekuatan, atau daya dapat ditingkatkan dengan menggantikan manusia dengan mesin.
Sistem Penyimpanan dan Pengambilan secara Otomatis (Automated Storage and Retrieval Systems – ASRS)
Karena terdapat banyak sekali kesalahan yang dilakukan manusia dalam sistem pergudangan, dibuatlah gudang yang dapat dikendalikan oleh komputer. Sistem yang dikenal sebagai Automated Storage and Retrieval Systems (ASRS) menyediakan penempatan serta pengambilan komponen dan produk secara otomatis dari dan menuju tempat tertentu didalam gudang. Sistem ini biasa digunakan dalam fasilitas distribusi perdagangan eceran, seperti Wal-Mart,
56
Tupperware, dan Benetton. Sistem ini juga digunakan di area persediaan dan pengujian dari perusahaan manufaktur.
Kendaraan Terpadu Otomatis (Automated Guided Vehicles – AGV ) Penanganan bahan secara otomatis dapat berbentuk rel tunggal, ban berjalan, robot, atau automated guided vehicles. Automated Guided Vehicles (AGV) adalah kereta yang dipandu dan dikendalikan secara elektronik yang digunakan dalam proses manufaktur untuk memindahkan komponen dan peralatan. AGV juga digunakan di perkantoran untuk memindahkan surat, juga di rumah sakit dan penjara untuk mengantar makanan.
Sistem Manufaktur Fleksibel (Flexible Manufacturing Systems – FMS) FMS adalah suatu sistem yang menggunakan sel kerja otomatis yang dikendalikan oleh sinyal elektronik dari fasilitas komputer terpusat yang biasa. Sebuah FMS bersifat fleksibel karena peralatan penanganan bahan dan mesinnya dikendalikan dengan sinyal elektronik (program komputer) yang mudah diubah. Operator hanya memasukan program baru yang dibutuhkan untuk memproduksi produk yang berbeda-beda. Hasilnya adalah sebuah sistem yang dapat memproduksi dengan volume rendah, tetapi sangat beragam. Bagaimanapun juga, FMS bukanlah merupakan obat mujarab untuk semua masalah karena setiap komponen (mesin dan peralatan penanganan bahan) memilik keterbatasan fisiknya masing-masing. Sebuah FMS juga memiliki persyaratan komunikasi yang ketat di antara berbagai komponen unik didalamnya. Walaupun demikian, pengurangan waktu untuk pertukaran alat dan penjadwalan yang lebih akurat menghasilakan waktu produksi yang lebih singkat dan utilisasi yang meningkat. Karena terdapat kesalahan yang lebih sedikit, limbah yang lebih sedikit juga menurunkan biaya. Keutamaan inilah yang dicari para manajer operasi : fleksibilitas untuk menghasilkan produk yang terkustomisasi, peningkatan utilisasi untuk mengurangi biaya, dan perbaikan waktu produksi untuk memperbaiki respons pada pelanggan.
Manufaktur Terintegrasi Komputer (Computer Integrated Manufacturing – CIM).
FMS dapat diperluas secara elektronik ke departemen rekayasa dan
pengendalian persediaan, dan departemen pergudangan dan pengiriman. Dengan cara ini, Computer Aided Design (CAD) menghasilkan perintah elektronik yang
57
diperlukan untuk menjalankan mesin dengan kendali numerik. Dalam sebuah lingkaran Computer Integrated Manufacturing , suatu perubahan dalam desain yang diawali pada sebuah terminal CAD dapat menghasilkan perubahan komponen yang dihasilkan di shop floor dalam hitungan menit. Ketika kemampuan ini dipadukan dengan pengendalian persediaan, penggudangan, dan pengiriman sebagai bagian dari sebuah FMS, keseluruhan sistem ini disebut sebagai Computer Integrated Manufacturing (CIM). FMS dan CIM mengurangi perbedaan antara produksi yang bervolume rendah/berkeragaman tinggi dan produksi yang bervolume tinggi/berkeragaman rendah. Teknologi informasi memungkinkan FMS dan CIM untuk mengatasi meningkatnya keragaman produk dan meningkatn ya volume. 6.6. Mesin-mesin dan Peralatan
Biasanya proyek yang dikaji dan akan dikembangkan memerlukan tambahan mesin dan peralatan agar proses produksi dapat dilaksanakan secara baik, benar, dan lancar (lebih efisien dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia). Oleh karena itu terhadap kebutuhan mesin dan peralatan, maka
dikaji kelayakan harus mampu menggali
informasi sejauh mana teknologi yang akan diaplikasikan dapat ditunjang dengan keberadaan peralatan yang relatif mudah diperoleh dari sekitar lokasi proyek secara lokal, nasional, dan kalau perlu impor, sert perlu diperhitungkan biaya yang diperlukan untuk pengadaannya. Penggunaan mesin dan peralatan erat kaitannya dengan tingkat teknologi yang akan diterapkan dalam proyek. Semakin tinggi teknologi yang diterapkan dan semakin berat pekerjaan fisik, maka proyek cenderung akan menggunakan peralatan besar sebagai pengganti tenaga kerja manusia. Dalam kajian proyek mesin dan peralatan perlu dibuat secara rinci: bentuk, jenis, merek, kapasitas, jumlah, dan harganya. 6.7. Tata Letak Mesin/Peralatan dan Proses Produksi dan Tata
Tata letak mesin dan peralatan (layout) pada suatu pabrik akan menentukan efektifitas dan efisiensi dalam proses produksi dan operasi pabrik secara keseluruhan tersebut. Proses produksi dapat dibedakan atas proses produksi terputus-putus
58
(intermittent processes) dan proses produksi terus menerus (continuous processes).
Proses produksi terputus-putus digunakan pada produksi berdasarkan pesanan, misalnya pada pabrik funiture. Tata letak mesin dan peralatan dibuat mengikuti alur produksi tetapi terpisah-pisah. Misalnya, unit pemotongan, unit profil dan perakitan, dan unit finishing (pengecatan dan pengepakan). Sedangkan proses produksi secara continuous
process digunakan misalnya pada industri pupuk, semen, dan pengolahan BBM. Kajian terhadap urutan dalam proses produksi dapat digunakan untuk menggali informasi mengenai langkah-langkah yang sistematis mengenai proses produksi barang/jasa yang akan dikembangkan dalam proyek investasi. Urutan-urutan proses produksi adalah sebagai berikut: 1)
Penyiapan lahan dan prasarana penunjang sampai
lahan siap digunakan oleh proyek; 2) Penyiapan bangunan-bangunan yang diperlukan proyek; 3) Pemasangan instalasi dan prasarana serta sarana penunjang; 4) Penyediaan peralatan yang diperlukan; 5) Penyiapan tenaga kerja baik yang diperlukan untuk masa konstruksi proyek maupun bagi masa operasional proyek setelah dinyatakan berproduksi komersial; 6)
Penyiapan bahan baku, bahan pembantu, sarana produksi
dan kebutuhan proyek lainnya; 7)
Proses produksi termasuk didalamnya proses “trial
run”; 8) Hasil produksi proses penangannnya sampai dengan produk siap jual.
6.8. Fasilitas Proyek
Fasilitas proyek perlu dimasukkan dalam aspek produksi, mencakup: 1.
Kesiapan lahan, lingkungan, dan lokasi proyek. Penyajian tentang kesiapan lahan, lingkungan, dan lokasi proyek akan berkaitan dengan informasi siap atau tidaknya lokasi proyek tersebut untuk digunakan proyek, khususnya menyangkut status lahan, strategis tidaknya lokasi, dan luas lahan.
2.
Kecocokan agro-klimat, misalnya daya dukung tanah, kesuburan lahan untuk proyek pertanian/perkebunan, kecocokan hidrologi, kecocokan iklim, ketinggian lokasi, curah hujan, kelembaban udara, suhu, dan lainnya.
3.
Urutan-urutan pekerjaan dan biayanya. Dari penyiapan lahan di lokasi proyek yang bersangkutan sampai dengan tahapan pekerjaan dimana lahan tersebut siap digunakan untuk pelaksanaan proses produksi.
4.
Bangunan-bangunan yang diperlukan oleh proyek. Informasi yang diperlukan meliputi: Bentuk konstruksi bangunan, status bangunan dari segi legalitas
59
bangunan yang dimaksud, misalnya Hak Guna bangunan, Hak Pakai, atau Hak milik. Bentuk konstruksi bangunan bisa permanen, semi permanen dan tidak permanen. Selain itu fungsi dan kegunaan bangunan proyek, dapat dirinci sebagai berikut: 1. Untuk instalasi pabrik 2. Kantor, gudang, bangunan pengawas, perumahan, instalasi listrik, air, komunikasi, jalan-jalan, jembatan, gorong-gorong, pagar, irigasi, dan pembuangan limbah 3. Bangunan untuk penanganan limbah pabrik 4.
Jumlah dan biayanya
6.9. Sarana Produksi, Bahan Baku dan Bahan Pembantu
Kesiapan dan ketersediaan sarana produksi, bahan baku dan bahan pembantu dapat diuraikan sebagai berikut: (PPUK, BI, 1995) 1.
Sarana produksi, benih, bibit, induk/bakalan (khusus untuk proyek pertanian & peternakan) Dalam proyek pertanian aspek teknologi dan produksi yang akan diterapkan
sangat
tergantung
oleh
tersedianya
serta
harga
benih/bibit/induk/bakalan dari proyek pertanian yang bersangkutan. Oleh karena itu kajian perlu dilakukan atas sejauhmana hal-hal yang bersangkutan dengan aspek ini relatif mudah didapat di sekitar lokasi proyek, dengan harga yang relatif murah. Bilamana kebutuhan ini relatif sulit diperoleh, maka berarti memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang relatif mahal untuk memperolehnya, akibatnya proyek akan menghasilkan produk yang tidak kompetifi di pasar. 2. Bahan baku dan bahan pembantu (khusus untuk proyek industri). Dalam proyek industri, memerlukan input produksi berupa bahan baku dan bahan pembantu. Kedua jenis bahan pasokan ini akan masuk dalam proses produksi sampai dengan akhirnya menjadi barang jadi yang siap jual Apabila bahan baku dan bahan pembantu mudah didapat (jumlah, mutu, kontinuitas pasokan) dengan harga yang relatif murah akan menjamin hasil produksi yang efisien.
60
6.10. Komponen Pembiayaan Investasi Awal dan Proses Produksi/Operasi
1. Biaya untuk penyiapan lahan 2. Biaya untuk bangunan/konstruksi fisik proyek 3. Biaya bahan baku, bahan pembantu, dan overhead (biaya umum pabrikasi) 4. Biaya untuk keperluan kebutuhan mesin dan peralatan 5. Biaya untuk keperluan kebutuhan tenaga kerja Disamping biaya dan harga, juga perlu dikaji sumber untuk mendapatkannya, mutu, jumlah, kontinuitas, dan cara untu mendapatkan keperluan proyek terseut. Pertanyaan
1. Jelaskan faktor-faktor atau persyaratan utama lokasi proyek investasi secara umum? 2. Sebutkan dua jenis proses produksi? 3. Sebutkan unsur-unsur biaya investasi dan untuk proses produksi? 4. Mengapa perusahaan perlu merencanakan tata letak peralatan pabrik dengan baik? 5. Sebutkan beberapa fasilitas proyek investasi?
SOAL KASUS: ANALISIS PENENTUAN LOKASI GUDANG PUPUK PT ZAKI MANDIRI PT. Zaki Mandiri adalah sebuah perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam bidang usaha perdagangan dan distribusi pupuk dan alat pertanian di Indonesia. Perusahaan ini beroperasi di Suamtera Selatan sejak tahun 1990, berkantor pusat di Palembang. Saat ini perusahaan memiliki beberapa cabang di kabupaten/kota, yaitu Baturaja, Pagaralam, Sekayu, dan Lubuk Linggau. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan sektor pertanian dan perkebunan di Suamtera Selatan, maka permintaan terhadap berbagai jenis pupuk baik produksi dalam negeri maupun pupuk impor serta pupuk pertanian lainnya terus mengalami peningkatan. Diantara kabupaten-kabupaten yang mengalami pertumbuhan pesat dalam permintaan pupuk dan produk pestisida adalah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Kabupaten Ogan Ilir (OI-paska pemekaran OKI). Sehubungan dengan adanya prospek pemasaran tersebut, maka untuk mendukung distribusi pupuk dan peralatan pertanian di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Ogan Ilir, maka Direksi PT. Zaki Mandiri merencanakan untuk membangun gudang pupuk dan peralatan pertanian lainnya untuk mendukung penjualan di dua kabupaten tersebut. Selama ini kebutuhan untuk kedua kabupaten ini dilayani langsung dari gudang PT. Zaki yang ada di Palembang.
61
Untuk merealisasikan rencana pendirian Gudang Pupuk tersebut, direksi telah membentuk suatu “Tim kerja” yang bertugas mengkaji kelayakan pendirian gudang tersebut dari berbagai aspek, yaitu pemasaran, teknis, manajemen, keuangan legalitas, lingkungan, dan sosial ekonomi. Salah satu analisis keputusan yang menyangkut aspek teknis adalah analisis keputusan penentuan lokasi gudang yang paling ideal, strategis, dan ekonomis. Faktor-faktor sebagai persyaratan lokasi gudang Faktor-faktor sebagau persyaratan lokasi gudang pupuk dan peralatan pertanian yang direncanakan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Luas tanah yang diperlukan tahap awal minimal 1 ha. 2. Tersedia lahan untuk perluasan lokasi gudang dimasa datang 2 ha. 3. Harga tanah maksimal Rp. 25.000 per meter persegi. 4. Kondisi lahan dan daya dukung tanah untuk bangunan permanent cukup baik. 5. Biaya pematangan tanah (penimbunan dan lainnya) maksimal Rp. 10.000 per meter persegi. 6. Tersedia tenaga listrik PLN, air bersih, dan jaringan telepon umum. 7. Tersedia tenaga terdidik dan tidak terdidik (buruh) di sekitar lokasi. 8. Tersedia fasilitas angkutan umum menuju lokasi gudang, yaitu dari Jakarta/Lampung ke lokasi dan dari Palembang (Boom Baru dan Kertapati) ke lokasi gudang. 9. Tersedia fasilitas angkutan umum dari lokasi gudang ke sentra-sentra produksi pertanian dan perkebunan di wilayah kabupaten OKI dan OI. 10. Tarif ongkos angkutan pupuk dan alat pertanian dari sumber produk (produsen ke lokasi gudang dan dari lokasi gudang ke konsumen cukup wajar. 11. Pungutan-pungutan dalam angkutan produk minimal. 12. Tersedia infrastruktur publik: jalan raya, sungai, dan jalan kereta api. 13. Kondisi infrastruktur publik dalam keadaan baik. 14. Kemudahan memperoleh izin mendirikan gudang dari Pemda setempat. 15. Kondisi keamanan sekitar lokasi gudang cukup kondusif. 16. Sikap masyarakat sekitar lokasi gudang cukup bersahabat. 17. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar gudang relatif sejahtera. 18. Tersedia pasar di sekitar lokasi gudang. 19. Tersedia fasilitas kesehatan, sekolah, tempat ibadah di sekitar lokasi gudang. 20. Ada pembangunan perumahan rakyat (real estate) di sekitar lokasi. Alternatif-alternatif lokasi gudang Dari data dan informasi sementara yang dapat diperoleh Tim Kerja, maka ada tiga kemungkinan lokasi pilihan/alternatif, yaitu: sekitar Inderalaya, sekitar Tanjung Raya, sekitar Kayu Agung, dan sekitar Tanjung Lubuk. Informasi tambahan per lokasi alternatif adalah sebagai berikut:
62
No 1.
2.
3.
4.
5. 6. 7.
8. 9.
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Data/Informasi Lahan: - Luas lahan tahap awal - Kemungkinan perluasan - Harga tanah - Biaya pematangan tanah - Daya dukung lahan
Indralaya
Ky. Agung
Tj. Lubuk
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Rp 20.000 Rp.10.000 Baik
Rp 25.000 Rp.10.000 Baik
Rp15.000 Rp8.000 Baik
Ada Tidak ada
Ada Ada
Ada Tidak ada Tidak ada
Ada
Ada
Tenaga kerja - terdidik - buruh - upah relatif
Ada Ada Sedang
Ada Ada Tinggi
Ada Ada Rendah
Angkutan umum - truk - bus - angdes/angkot
Lancar Lancar Lancar
s. lancar s. lancar s. lancar
k. lancar k. lancar k. lancar
Wajar Ada
Wajar Banyak
Wajar Ada
Baik Ada Tidak ada
Baik Ada Tidak ada
Sedang Tidak ada Tidak ada
Utilitas Umum - Fasilitas listrik - Fasilitas air bersih - Fasilitas telepon umum
Tarif angkutan Pungutan Infrastruktur - jalan raya - sungai - kereta api Perizinan Keamanan - pencurian - perampokan - Pos Polisi - swakarsa
Mudah
Mudah
Mudah
Sering Jarang Polres Ada
Sering Jarang Polres Ada
Sering Jarang Polres Ada
Sikap masyarakat Kondisi sosial ekonomi Tersedia pasar Fasilitas kesehatan Fasilitas pendidikan Fasilitas ibadah Perumahan Fasilitas olah raga
Baik Sedang Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Baik Sedang Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Baik Sedang Ada Ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada
63
TUGAS TIM ANDA
Tugas ”Kelompok Anda” adalah membantu ”Tim Kerja” PT. Zaki Mandiri
dalam hal sebagai berikut: 1. Memberikan bobot pada setiap faktor pada setiap lokasi alternatif. Nilai bobot adalah 0,1 (terendah) s.d 1,0 (tertinggi). 2. Memberikan peringkat atas setiap faktor, peringkat 1 (terendah) s.d 4 (tertinggi) 3. Kalikan Nilai bobot dengan peringkat masing-masing faktor untuk memperoleh nilai. Nilai masing-masing faktor pada masing-masing lokasi dijumlah. 4. Pilih lokasi dengan total Nilai tertinggi.
64
BAB 7 ASPEK MANAJEMEN
(MANAGE ME NT ASPECTS) 7.1. Pendahuluan
Aspek manajemen dalam suatu proyek perlu dikaji secara cermat, karena perlu menurut diingat bahwa senjata yang ampuh tetapi dikendalikan oleh manajemen yang tidak handal, akan salah sasaran tembak. Ungkapan Man behind the gun, the right man in the right place perlu dikaji dengan baik.
7.2. Perencanaan Pelaksanaan Proyek
Pelaksanaan proyek biasanya disusun dalam suatu rencana kegiatan kerja proyek dan dituangkan dalam suatu matrik kegiatan dan jadwal waktu untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
7.3. Kebutuhan Tenaga Kerja
Perencaan kebutuhan tenaga kerja biasanya diawali dengan analisis spesifikasi jabatan dan analisis jabatan untuk menentukan berapa tenaga kerja yang diperlukan dan memenuhi persyaratan setiap jenis pekerjaan. Beberapa kegiatan yang perlu diperhatikan meliputi: 1.
Jenis-jenis pekerjaan yang diperlukan: o
Membuat rencana penyelesaian dengan Gantt Chart
o
Menaksir biaya untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
o
Menaksir kebutuhan Jam kerja Orang untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
2.
Membuat Deskripsi Jabatan: a. Identifikasi jabatan b. Ringkasan Jabatan c. Tugas yang dilaksanakan d. Pengawasan yang diberikan
3. Hubungan dengan jabatan lainnya 4. Bahan, alat, mesin yang digunakan 5. Kondisi Kerja 6. Penjelasan istilah yang tidak lazim
65
7.4. Sumber Pengadaan Tenaga Kerja Sumber pengadaan tenaga kerja dapat diperoleh melalui berbagai sumber,
misalnya penggunakan jasa karyawan yang sudah ada, lamaran kerja yang masuk secara kebetulan, dan penerimaan pegawai secara terbuka yang dipulikasikan secara luas melalui berbagai media informasi, misalnya koran, internet, dan bursa tenaga kerja pada perguruan tinggi dan/atau Kantor Penempatan
tenaga kerja, dan Organisasi serikat
kerja.
7.5. Program Seleksi dan Pelatihan
Setelah lamaran kerja masuk, maka dilakukan seleksi dengan beberap tahapan kegiatan, misalnya seleksi administrasi, test sikap, test akademik, test TOEFL, psycho-test , test kesehatan, dan test ketrampilan khusus. Keragaman test tersebut sesuai dengan tuntutan jabatan/pekerjaan tertentu. Setelah karyawan diterima, sebelum ditempatkan pada pekerjaan, maka dilakukan kegiatan pelatihan. Program pelatihan bisa dilakukan dalam perusahaan, dikenal inhouse training atau permagangan. Akan tetapi bisa pula dilakukan di luar perusahaan, off-house training , pada lembaga pelatihan tertentu.
7.6. Penempatan dan Kompensasi
Karyawan yang telah lulus program pelatihan ditempatkan pada pos jabatan yang telah ditentukan. Bisanya diawali dengan pemberian
orientasi tempat dan lingkungan
kerjanya. Pemberian kompensasi biasanya telah diatur dalam peraturan perusahaan, misalnya gaji/upah, insektif dan bonus.
7.7. Manajemen dalam Operasi
Analisis jaringan kerja
atau network analysis merupakan
kelanjutan dari rincian
rencana kerja dan jadwal kerja. Dalam analisis jaringan kerja dilakuan inventarisasi segala kegiatan dan waktu pelaksanaa pekerjaan. Perkiraan dan urutan dalam analisis jaringan kerja adalah: 1) Inventarisasi kegiatan; 2)
Sifat dan macam kegiatan dan
pristiwa; 3)
Penyusunan
Penentuan lamanya kegiatan; 4)
Penentuan jalur/lintasan kritis; 6) Identifikasi waktu lengang.
66
Jaringan
Kerja;
5)
7.8. Penjadwalan Proyek
Penjadwalan proyek meliputi kegiatan menetapkan jangka waktu kegiatan proyek yang harus diselesaikan, bahan baku, tenaga kerja serta waktu yang dibutuhkan oleh setiap aktivitas. Pendekatan yang lazim digunakan adalah : o
Diagram Gantt Chart
o
PERT (Project Evaluation and Review Technique)
o
CPM (Critical Path Method).
Penjadwalan dibutuhkan untuk membantu: o
Menunjukkan hubungan tiap kegiatan lainnya dan terhadap keseluruhan proyek.
o
Mengidentifikasikan hubungan yang harus didahulukan di antara kegiatan.
o
Menunjukkan perkiraan biaya dan waktu yang realistis untuk tiap kegiatan.
o
Membantu penggunaan tenaga kerja, uang dan sumber daya lainnya dengan cara hal-hal kritis pada proyek
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam membuat jadwal pelaksanaan proyek, yaitu : o
Kebutuhan dan fungsi proyek tersebut. Dengan selesainya proyek itu proyek diharapkan dapat dimanfaatkan sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.
o
Keterkaitannya dengan proyek berikutnya ataupun kelanjutan dari proyek selanjutnya.
o
Alasan social politis lainnya, apabila proyek tersebut milik pemerintah.
o
Kondisi alam dan lokasi proyek.
o
Keterjangkauan lokasi proyek ditinjau dari fasilitas perhubungannya.
o
Ketersediaan dan keterkaitan sumber daya material, peralatan, dan material pelengkap lainnya yang menunjang terwujudn ya proyek tersebut.
o
Kapasitas atau daya tampung area kerja proyek terhadap sumber daya yang dipergunakan selama operasional pelaksanaan berlangsung.
o
Produktivitas sumber daya, peralatan proyek dan tenaga kerja proyek, selama operasional berlangsung dengan referensi dan perhitungan yang memenuhi aturan teknis.
o
Cuaca, musim dan gejala alam lainnya.
o
Referensi hari kerja efektif.
67
Bagan Gantt
Diperkenalkan oleh H.L. Gantt untuk mengatasi masalah produksi, disebut gantt milestone chart. Gantt chart adalah suatu alat yang bernilai khususnya untuk proyek-
proyek dengan jumlah anggota tim yang sedikit, proyek mendekati penyelesaian dan beberapa kendala proyek. Gantt chart secara luas dikenal sebagai alat fundamental dan mudah diterapkan oleh para manajer proyek untuk memungkinkan seseorang melihat dengan mudah waktu dimulai dan selesainya tugas-tugas dan sub- sub tugas dari proyek. Semakin banyak tugas-tugas dalam proyek dan semkin penting urutan antara tugas-tugas maka semakin besar kecenderungan dan keinginan untuk memodifikasi gantt chart. Gantt chart membantu menjawab pertanyaan- pertanyaan “what if” saat melihat kesempatan-kesempatan untuk membuat perubahan terlebih dahulu terhadap kebutuhan. Keuntungan menggunakan Gantt chart : 1. Sederhana, mudah dibuat dan dipahami, sehingga sangat bermanfaat sebagai alat komunikasi dalam penyelenggaraan proyek. 2. Dapat menggambarkan jadwal suatu kegiatan dan kenyataan kemajuan sesungguhnya pada saat pelaporan 3. Bila digabungkan dengan metoda lain dapat dipakai pada saat pelaporan Kelemahan Gantt Chart : 1. Tidak menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan antara satu kegiatan dan kegiatan yang lain, sehingga sulit untuk mengetahui dampak yang diakibatkan oleh keterlambatan satu kegiatan terhadap jadwal keseluruhan proyek. 2. Sulit mengadakan penyesuaian atau perbaikan/pembaharuan bila diperlukan, karena pada umumnya ini berarti membuat bagan balok baru.
PERT dan CPM
PERT dan CPM. PERT (Program Evaluation and Review Technique) dikembangkan oleh Navy Special Projects Office, Amerika Serikat dalam kerjasama dengan perusahaan konsultan manajemen Booz, Allen & Hamilton. PERT digunakan untuk menganalisis penyelesaian kerja dengan biaya dan waktu yang sesingkat-
68
singkatnya. Tujuannya adalah untuk menghilangkan penghalang waktu dan rintangan lain sehingga penyelesaian pekerjaan dapat diselesaikan segera dengan kualitas sesuai dengan yang ditetapkan. PERT
dapat
mengidentifikasi
sebuah
tugas
atau
sekumpulan
tugas
yang
menggambarkan suatu arus penting yang ditetapkan bagi keberhasilan proyek. Bentuk dari bagan ini disebut Precedence Network (jaringan yang diutamakan). Setiap kotak menujukkan sebuah kegiatan. Pada setiap kotak ditulis nama kegiatan dan waktu yang diperlukan. Bagan PERT dan jalur kritis adalah jumlah jalur, atau serangkaian kegiatan yang dapat ditelusuri pada PERT sederhana, dengan mengikuti petunjuk garis panah. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menelusuri setiap jalur dapat dijumlahkan dengan menambahkan lamanya waktu dari jalur masing-masing kegiatan.CPM (Critical Path Method) adalah metode jalir kritis yang merupakan metode untuk memperpendek jalur
kritis dengan memasukkan unsur pembiayaan. Jadi waktu pengferjaan dipersingkat dengan tetap memperhatikan tidak menambah biaya yang besar. 1. PERT (PROJECT EVALUATION REVIEW TECHNIQUES) Kegunaan PERT 1. Perencanaan proyek yang kompleks 2. Penjadwalan pekerjaan dalam urutan praktis dan efisiens 3. Mengadakan pembagian tenaga kerja dan sumber daya lainnya 4. Penjadwalan ulangan untuk mengatasi hambatan dan kelambatan 5. Menentukan kemungkinan pertukaran antara waktu dan biaya, mempercepat suatu pekerjaan Data diperlukan: 1. Taksiran waktu setiap pekerjaan 2. Urutan pekerjaaan 3. Biaya untuk mempercepat pekerjaan Aturan dalam membuat diagram: 1. Event, kejadian atau keadaan tertentu yang terjadi pada saat tertentu 2. Aktivitas; pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu kejadian tertentu Penyesuaian dan penyusunan kembali jaringan
69
1. Pertukaran sumber daya yang dipergunakan. Memindahkan sebagian sumberdaya pada kegiatan bukan jalur kritis. 2. Melonggarkan spesifikasi teknis, misalnya pengecatan 7 hari menjadi 5 hari. 3. Mengubah susunan aktivitas
2. CPM (CRITI CAL PATH ME THOD) PERT lebih menekankan pada waktu, sedangkan CPM lebih menekankan pada faktor biaya dalam perencanaan. Dalam CPM taksiran waktu dan biaya digunakan untuk setiap aktivitas dalam jaringan. Biaya normal adalah biaya kalau kita menyelesaikan proyek dalam waktu normal. Secara fundamental PERT hampir sama dengan Critical Path Method (Metode Jalur Kritis) yang lebih dikenal dengan CPM. Jalur kritis dalam suatu proyek adalah jalur yang memerlukan waktu paling lama untuk menyelesaikan proyek. Jadi, jalur kritis tidak pernah memiliki suatu slack (kekenduran/kelonggaran). Jika terjadi keterlambatan di sepanjang jalur kritis, maka keseluruhan proyek akan terlambat juga. Tugas
A. Analisa Masalah B. Analisa Data C. Desain Database D. Desain antarmuka E. Pemrogram an dan Pengujian F. Instalasi
Predecess or
Durasi optimist ic (OD)
Durasi Pesimist is (PD)
Penyelesai an Paling Awal
Penyelesai an Paling Akhir
Critic al Path
6
Durasi Durasi diharapk yang an (ED) paling mungk in 4 ?
Tidak ada
3
?
?
?
A
1
3
2
?
?
?
?
B
2
5
3
?
?
?
?
A, B
4
7
6
?
?
?
?
C, D
3
9
6
?
?
?
?
E
3
3
4
?
?
?
?
Untuk tiap tugas pada daftar di bawah ini, Dengan menggunakan bulan Oktober 2007 sebagai tanggal mulai proyek, tentukan tanggal penyelesaian paling awal dan paling akhir dan apakah tugas tersebut ada pada critical path atau tidak. Konstruksikan dengan Bagan Gantt dan PERT.
70
(1 X OD ) + ( 4 X ED ) + ( 1 X PD ) A B C D E F 1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0
1
2
3
4
Agust '08 Okt '08
4
TUGAS C
TUGAS A Feb '08 Feb '08
5
TUGAS B Apr '08
0
Apr '08
2
2
TUGAS E Apr '09
6
0
Apr '09
0
TUGAS D Okt '08 Okt '08
PERT/CPM GANTT Ket : Nama Tugas Penyelesaian Durasi yang Awal paling mungkin Penyelesaian Total Slack Akhir
71
6 0
TUGAS F Agust '09 Agust '09
4 0
Tugas
Predecess or
Durasi optimist ic (OD)
Durasi Pesimist is (PD)
A. Analisa Masalah B. Analisa Data C. Desain Database D. Desain antarmuka E. Pemrogram an dan Pengujian F. Instalasi
Tidak ada
3
A
7.9.
Penyelesai an Paling Awal
Penyelesai an Paling Akhir
Critic al Path
6
Durasi Durasi diharapk yang an (ED) paling mungk in 4 5
Feb '08
Feb '08
Y
1
3
2
2
Apr '08
Apr '08
Y
B
2
5
3
4
Agust '08
Okt '08
T
A, B
4
7
6
6
Okt '08
Okt '08
Y
C, D
3
9
6
6
Apr '09
Apr '09
Y
E
3
3
4
4
Agust '09
Agust '09
Y
Struktur Organnisasi
Manajemen Dalam Proyek
Manajemen proyek juga perlu merancang struktur organisasi peerusahaan setelah proyek selesai dilaksanakan. Bila proyek telah dinyatakan selesai dan dapat berproduksi komersial, maka pengelolaan bisnis akan dilaksanakan oleh manajemen dengan struktur yang berbeda dengan struktur manajemen proyek. Struktur organisasi yang akan mencakup aktivitas-aktivitas: 1. Merinci Semua Pekerjaan 2. Membagi beban Kerja ke Berbagai Aktivitas secara logis 3. Menyusun Mekanisme untuk Mengkoordinasikan Pekerjaan kedalam Satuan yang harmonis dan terpadu. 4. Struktur organisasi memuat 5 aspek: a. Pembagian Pekerjaan b. Manajer dan Bawahan c. Tipe Pekerjaan yang dilakukan d. Pengelompokan Bagian-bagian Pekerjaan e. Tingkatan Manajemen
72
Manajemen proyek akan mengelola proyek selama masa konstruksi atau bersifat sementara, oleh kareanya manajemen proyek harus mempersiapkan organisasi setelah proyek beroperasi secara komersial atau permanen.
Kedudukan Proyek
Bagi proyek perusahaan baru kedudukan struktur organisasi merupakan hal yang bebas posisinya, tetapi bagi perusahaan yang sudah eksis dan membangun proyek baru, maka kedudukan struktur organisasi proyek akan merupakan suatu unit kerja yang merupakan bagian dalam struktur organisaai secara keseluruhan. Pertimbangan posisi kedudukan
organisasi
proyek
sangat
penting,
karena
menyangkut
persoalan
kewenangan, tanggung jawab dan pelaporan, koordinasi, komunikasi langsung, pemecahan masalah. Jadi
apakah kedudukan proyek langsung di bawah Direktur
Utama atau Pejabat setingkat dibawah Direktur Utama. Artinya pimpinan proyek akan melapor dan menerima perintah langsung dari Direktur Utama, atau dari Direktur Teknik/Produksi/Operasi.
Pertanyaan
1. Sebutkan sumber pengadaan tenaga kerja proyek? 2. Sebutkan aktivitas-aktivitas dalam merancang struktur organisasi perusahaan? 3. Sebutkan urutan aktivitas dalam membuat analisis jaringan kerja? 4. Apa saja aktivitas dalam seleksi dan pelatihan karyawan? 5. Sebutkan komponen-pomponen dalam suatu analisis jabatan? Tugas Baca
Buat resume tentang PERT dan CPM. Bahan-bahan dapat diperoleh dalam buku manajemen operasi dan/atau artikel melalui situs di internet.
73
BAB 8 ASPEK KEUANGAN
(FI NANCI AL ASPECTS) 8.1. Pendahuluan Manajemen melakukan investasi dalam upaya menciptakan nilai perusahaan. Pengambilan keputusan investasi harus dilakukan dengan hati-hati dalam perencanaan perusahaan. Manajemen perlu melakukan identifikasi apakah investasi yang dilakukan akan memberikan keuntungan yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Setiap investasi harus mempertimbangkan tingkat keuntungan dan resiko. Apakah dengan biaya dan manfaat akan menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. Rencana investasi diwujudkan dengan proyek. Proyek adalah keseluruhan aktivitas untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) dengan menggunakan sumber yang ada. Analisis proyek menyangkut analisis biaya dan kemanfaatan yang diharapkan dari suatu proyek. Analisis proyek menyangkut banyak aspek: tehnis, manajerial dan administratif, organisasi, komersial, finansial, dan ekonomis. Proyek-proyek investasi atas aktiva tetap (dikenal dengan capital budgeting ) dapat berupa: Brigham ( 1985), Ross (2008) 1) Replacement-maintenance of business 2) Replacement-cost reduction 3) Expansion of existing products or markets 4) Expansion into new products or markets 5) Safety and environment projects 6) Other, a catchall for miscellaneous projects 8.2. Lingkup Kajian Aspek Keuangan Kajian kelayakan proyek bila ditinjau dari segi aspek keuangan, yang akan mencakup gambaran mengenai: 1) Besaran dana investasi dan pembiayaan proyeknya; 2) Struktur pembiayaan (porsi dana sendiri dan kredit untuk biaya- biaya investasi dan modal kerja yang diperlukan); 3) Bunga pada masa konstruksi untuk proyek yang masa konstruksinya beberapa tahun; 4) Masa tenggang (grace period);5) Penyusutan yang diperlukan bagi semua pengeluaran investasi fisik; 5) Besaran penjualan selama proyek masih menanggung beban-beban pinjaman; 6) Kelebihan pendapatan kas untuk melunasi pinjaman;7) Proyeksi Laba/rugi; 8) Analisis rasio keuangan; 9) Anaisis BEP; 10) Analisis kelayakan investasi: NPV, IRR, B/C ratio (PI), Payback Period; 11) Analisis Sensitivitas (sering masuk aspek resiko) Dengan demikian jelas bahwa aspek-aspek pemasaran, produksi, manajemen merupakan dasar-dasar seluruh perhitungan dalam kajian aspek keuangan. Penyusunan aspek keuangan diawali dengan membuat beberapa asumsi yang digunakan sebagai dasar dalam analisis keuangan. Asumsi-asumsi harus dibuat secara logik, agar menghasilkan kajian aspek keuangan yang mendekati keberanan.
74
8.3. Asumsi-asumsi dasar Perhitungan Keuangan Dasar Pembuatan asumsi Dasar pembuatan asumsi diambil dari data primer yang sumber berasal dari pengalaman perusahaan sendiri, perusahaan lain dalam proyek yang sama, atau ada standar baku tertentu. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan, survei atau wawancara lapangan. Kemudian data yang diperoleh diuji silang dengan data sekunder dari bermacam sumber. Apabila data tersebut cocok atau mendekati, maka dapat dipakai salah satu data dengan mempertimbangkan prinsip azaz konservatif. Bila data sekunder sulit diperoleh, maka data primer yang cukup mewakili dapat digunakan dengan memperhatikan prinsip konservatif atau kehati-hatian. Asumsi perhitungan keuangan Pada umumnya asumsi perhitungan keuangan yang dibuat meliputi : - Investasi Awal: biaya pendahuluan (studi kelayakan, perizinan, biaya survei, biaya lahan, biaya bangunan, biaya mesin dan peralatan, biaya pemasangan, dan lainnya - Modal kerja permanen: kebutuhan kas minimal, bahan baku, bahan pembantu, biaya umum dan administrasi, biaya promosi, dan biaya operasional lainnya, - Struktur pembiayaan : Modal sendiri, ekuitas (saham), obligasi, kredit bank, laba ditahan, kredit pemasok, dan cadangan investasi. - Kapasitas produksi, volume produksi, biaya produksi, biaya pemeliharaan, harga bahan baku, bahan pembantu, upah kerja, biaya overhead pabrik, dan lain-lain - Metode penyusutan, biaya modal (biaya penerbitan saham, bunga kredit, bunga kupon obligasi, tatif pajak, dan lainnya. - Umur ekonomis mesin, peralatan pabrik, peralatan kantor, kenderaan, alat-alat berat, dan bangunan, dan lainnya. - Hari kerja dalam satu tahun/sebulan - Periode pembelian dan penjualan, harga beli dan jual, syrat penjualan tunai atau kredit, rencana penjualan dll. 8.4. Rencana Pembiayaan
Informasi tentang rencana pembiayaan investasi dan/atau modal kerja yang diperlukan adalah: - Besarnya kebutuhan investasi/modal kerja - Besarnya penyertaan modal sendiri (self financing) - Besarnya sumber pembiayaan lain diluar dana sendiri dan bank misalnya supplier kredit. - Besarnya kredit yang diperlukan dari bank.
75
Jumlah modal yang diperlukan untuk proyek dapat diisi sebagai berikut : Investasi Rp............. Modal Kerja Rp............. ------------Jumlah Rp............. Sumber modal untuk membiayai proyek: Modal sendiri Setoran baru (tunai) Modal sendiri lainnya Rp............ Modal dari sumber lainnya Rp.............. Modal dari bank Rp.............. -------------Jumlah Rp.............. Informasi ini akan memberikan satu gambaran terhadap berapa besarnya modal yang diperlukan dan sumbernya. 8.5. Kebutuhan Investasi 1. Komponen investasi baru Terdiri dari komponen tanah, bangunan, peralatan, kendaraan dan lain-lain. Informasi terhadap investasi ini dapat diambil dari data aspek teknik/produksi sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan, termasuk biaya pendahuluan seperti biaya perizinan dan lain-lain. 2. Komponen Investasi Lama Nilai investasi lama terutama yang ada kaitannya dengan proyek yang dikembangkan dapat diambil dari nilai aktiva tetap yang ada pada neraca. Kalau belum ada neraca, pengusaha/koperasi harus membuat satu daftar aktiva tetap yang dimiliki. Nilai aktiva lama ini adalah setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Semua data itu harus konsisten dengan yang sudah ada di aspek pemasaran dan produksi. Data ini sangat penting bagi bank. 3. Jumlah kebutuhan investasi Jumlah kebutuhan investasi adalah jumlah dari harga aktiva tetap yang direncanakan dibeli pada tahun pertama. Untuk usaha yang telah memiliki aktiva tetap sebelumnya nilai buku aktiva tetap yang lama ditambahkan sebagai kontribusi/modal sendiri. Tetapi tidak digunakan dalam arus kas karena tidak ada unsur kas keluar atau aktiva baru masuk. Dasar pertimbangan pemberian kredit investasi adalah perhitungan jumlah kebutuhan investasi untuk tahun II dan selanjutnya diharapkan dapat dibiayai dari hasil usahanya tanpa kredit perbankan atau pihak lain. Apabila tidak bisa, berarti diperlukan tambahan kredit bank.
76
8.6. Umur Ekonomis dan Periode Investasi Umur ekonomis Data mengenai umur ekonomis dapat diambil dari aspek produksi. Khusus untuk investasi lama harus disesuaikan dengan sisa umur ekonomisnya. Sebagai pegangan dapat dilihat panduan seperti berikut: - Tanah : Tidak ada batasan umur ekonomis untuk tanah yang dimiliki oleh perusahaan sendiri, kecuali kalau untuk tanah disewakan dalam jangka panjang. - Bangunan : - permanen, antara 15 sampai dengan 20 tahun - sederhana, antara 5 sampai dengan 10 tahun Peralatan berat : Antara 7 s/d 10 tahun - Peralatan kecil : Maksimum 5 tahun - Kendaraan : Maksimum 5 tahun Periode investasi Periode investasi adalah tahun-tahun pada saat dilakukan investasi. Pembelian investasi baru dilakukan sesuai dengan berakhirnya umur ekonomis dari barang investasi tersebut. Apabila umur ekonomis, misalnya, 1 tahun berarti bahwa setiap tahun harus dilakukan pembelian baru aktiva tersebut. Jika umur ekonomis 3 tahun berarti setiap 3 tahun sekali harus dilakukan pembelian aktiva tersebut dam pembelian baru ini akan muncul pada tahun ke 4,7,10 dan seterusnya. Jumlah investasi baik tahun ke 2 maupun tahun-tahun berikutnya akan digunakan dalam proyeksi arus kas sebagai pengeluaran sesuai dengan tahun tersebut. Penyusutan Penyusutan per tahun adalah hasil bagi dari komponen aktiva tetap dengan umur ekonomisnya masing-masing. Sedangkan aktiva tetap untuk tanah termasuk biaya pengurusannya tidak disusutkan. Jumlah per tahun akan digunakan dalam memperhitungan proyeksi rugi/laba sebagai unsur biaya tetap. Dana Sendiri Untuk Investasi Dana sendiri untuk investasi adalah dana yang harus disediakan oleh pengusaha/ koperasi menurut kemampuannya atau yang ditentukan oleh peraturan bank yang bersangkutan. Penyediaan dana sendiri dapat berupa uang tunai atau setoran baru. Dalam perhitungan perbankan, modal sendiri dapat memasukan aktiva lama yang sudah dimiliki oleh pengusaha. Tetapi nilai aktiva tersebut tidak dimasukan ke dalam arus kas tetapi hanya dianggap sebagai kontribusi kepada modal sendiri. Setoran baru akan muncul dalam arus kas sebagai pemasukan. Kebutuhan Kredit Investasi Kebutuhan kredit investasi adalah dana yang diperoleh dari kredit bank, yaitu selisih hasil pengurangan dari jumlah kebutuhan investasi dengan dana sendiri.
77
8.7. Perkiraan Biaya Produksi Biaya produksi terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan dalam proses produksi selama periode tertentu (bulanan, triwulanan atau tahunan) dan terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Angka-angkanya harus disesuaikan dengan asumsi yang diambil dari aspek teknis produksi, aspek pemasaran dan aspek keuangan yang sudah dituangkan ke dalam kebutuhan modal kerja. Angka- angka dalam perkiraan biaya produksi ini akan dipakai dalam penyusunan proyeksi laba/rugi dan proyeksi arus kas. Biaya produksi dapat dibagi dua : Biaya tetap misalnya - Penyusutan aktiva tetap - Ongkos sewa gedung - Bunga hutang - Gaji pegawai tetap - Gaji pimpinan - Biaya kantor - Biaya listrik, air (ada unsur tetap dan variable) - Biaya telepon - Bunga Biaya variable misalnya - Bahan baku - Bahan pembantu - Upah buruh langsung - Komisi penjualan - Biaya listrik dan air - Biaya distribusi Semua biaya variable ini terkait langsung dengan biaya produksi barangnya. 8.8. Kebutuhan Modal Kerja Pengertian modal kerja Modal kerja dapat dikatagorikan ke dalam dua pengertian, yaitu: - Modal kerja permanen, yang diartikan sebagai modal yang diperlukan untuk menghasilkan produksi minimum. Modal kerja ini tidak boleh dikeluarkan dari siklus usa karena jumlahnya harus tetap tersedia untuk menjamin kesinambungan produksi. - Modal kerja musiman, adalah dana yang perlu disediakan untuk mebiayai kegiatan musiman. Modal kerja ini harus dapat bersumber dari dana yang berjangka pendek dan mudah untuk dikembalikan maupun ditarik. Komponen modal kerja Kompinen modal kerja terdiri dari persediaan bahan baku dan bahan pembantu, upah/gaji tenaga kerja, sisa piutang, biaya administrasi dan umum, biaya-biaya untuk menanggung beban kredit (bunga) dan lain-lain. Data komponen bahan baku dan bahan
78
pembantu bisa diambil dari aspek teknis/produksi, sedangkan unsur modal kerja lainnya diisi berdasarkan hasil analisis data lapangan yang biasanya juga dimasukkan ke dalam asumí/dasar perhitungan keuangan. Kebutuhan Perputaran Adalah kebutuhan minimal untuk satu putaran produksi sesuai dengan data yang diambil dari aspek produksi dan pemasaran (atau disesuaikan dengan periode tagihan piutang), yang selanjutnya data ini digunakan sebagai asumsi/dasar modal kerja maupun perhitungan keuangan lainnya. Periode kebutuhan Diisi sesuai dengan hasil analisis lamanya perputaran modal kerja yang diperlukan dalam suatu proses produksi barang tau jasa yang dianalisis. Lama periode kebutuhan ditentukan agar tidak terjadinya stagnasi/kemacetan produksi akibat kurangnya untuk keperluan proses produksi, misalnya 1 atau 2 perputaran. Harga satuan adalah harga satuan dari komponen modal kerja tersebut. Jumlah harga, diisi berdasarkan hasil perkalian antara kebutuhan perputaran dikalikan periode kebutuhan harga satuan. Kebutuhan Modal Kerja Bersih Dari perhitungan dengan menggunakan komponen model kerja permanen seperti diatas, akan menghasilkan kebutuhan modal kerja bersih minimum yang diperlukan untuk menanggung keperluan modal kerja setiap tahun selama proyek berjalan. 8.9. Proyeksi Arus Kas Proyeksi arus kas disusun secara bersamaan dengan proyeksi rugi/laba dan jadwal angsuran kredit dan pembayaran bunga karena ketiga proyeksi ini saling tergantung sama lainnya. Kas masuk - Kas awal Pada awal bulan/tahun diisi sesuai dengan jumlah uang tunai yang tersedia untuk memulai usaha. Dalam perhitungan kas awal, perlu diperhatikan bahwa petani/pengrajin harus mampu memisahkan antara uang usaha dan uang pribadi. Apabila proyeknya baru biasanya diisi dengan nihil karena kas dapat dimasukkan dalam komponen dana sendiri, sedangkan untuk usaha yang sedang berjalan kas wal sesuai dengan kas yang ada saat itu. Untuk periode selanjutnya kas awal diambil dari kas akhir pada periode sebelumnya. Penerimaan Kas - Penerimaan penjualan Penerimaan penjualan diperoleh dari jumlah produksi yang terjual secara tunai dikalikan dengan harga jual persatuan atau jumlah penerimaan atas produk/jasa yang dijual selama periode yang bersangkutan. Jumlah penjualan secara kredit tidak dimasukkan ke dalam arus kas karena uang tunainya belum diterima.
79
-
Penerimaan piutang Penerimaan piutang diperoleh dari penerimaan piutang baik piutang uang timbal dari penjualan atau piutang lainnya. - Penerimaan dari kredit bank Penerimaan dari kredit bank, diisi sesuai dengan jumlah kredit yang diterima dari bank. Tetapi pencairannya disesuaikan dengan arus kas. - Dana sendiri Dana sendiri diambil dari daftar kebutuhan investasi dan daftar kebutuhan modal kerja. - Jumlah kas masuk Jumlah kas masuk adalah jumlah dari penerimaan kas tersebut pada masingmasing periode. Pengeluaran/kas terdiri dari: Pengeluaran kas terdiri dari komponen berikut : - Pengeluaran investasi Pengeluaran investasi yaitu jumlah investasi yang diperlukan setiap periode dan diambil dari daftar kebutuhan investasi. - Pengeluaran biaya produksi Pengeluaran biaya produksi untuk arus kas yaitu jumlah biaya produksi yang dikeluarkan sesuai dengan periode yang bersangkutan, dan diambil dari angkaangka pada rincian biaya produksi dikurangi dengan penyusutan aktiva tetap karena penyusutan bukan merupakan transaksi kas. - Pembelian persediaan Pembeliaan persediaan dilakukan apabila bahan baku dan pembantu perlu dibeli pada periode pertama untuk periode berikutnya untuk menjaga kesinambungan produksi, menghindarkan kelangkaan pengadaan dan lain-lain. Disamping itu perlu diperhitungkan pula dampak musiman terhadap keberadaan/kecukupan bahan baku. Dengan memperhitungkan persediaan ini maka sisa kas pada akhir periode merupakan kemampuan bersih untuk melakukan kewajiban kepada pikah bank atau kreditur lainnya, - Biaya umum Biaya umum diambil dari jumlah pengeluaran biaya umum menurut asumsi dan angka-angka pada proyeksi rugi/laba sesuai dalam periode yang bersangkutan. - Pajak penghasilan Pajak penghasilan diambil dari proyeksi laba-rugi sesuai dengan periode pembayaran pajak tersebut. - Kemampuan untuk membayar kredit bank Surplus/defisit sebelum kewajiban bank adalah hasil pengurangan jumlah kas masuk dengan jumlah kas keluar. Kalau terjadi defisit saat itu proyek tidak layak dibiayai oleh bank. Ada kemungkinan disebabkan karena harga jual terlalu murah, atau biaya produksi terlalu tinggi. Oleh karena itu semua kalkulasi harus diulang kembali. Tetapi apabila terjadi surplus harus dilihat apakah jumlah itu cukup menutup kewajiban kepada
80
bank. Sebenarnya surplus sebelum kewajiban bank dilunasi, seharusnya minimum dua kali lebih besar dibanding dengan jumlah kewajiban yang akan dibayar. - Kewajiban kepada bank terdiri dari : - Bunga kredit, yang dapat diambil dari proyeksi rugu/laba dan dicocokan dengan jadwal angsuran pokok dan bunga. - Angsuran pokok pinjaman dapat diambil dari jadwal angsuran kredit. Kas akhir Kas akhir adalah besaran dari surplus sesudah semua pengeluaran termasuk kewajiban kepada bank dipenuhi. Angka ini dipindahkan sebagai kas awal untuk periode berikutnya dan kemudian dipindahkan sebagai rekening kas pada proyeksi neraca. Jumlah kas harus cukup untuk minimal biaya operasi satu putaran periode berikutnya, akan tetapi tidak terlalu besar sehingga tidak menimbulkan pengangguran kas. Dalam hal terjadi kas akhir yang terlalu kecil yang diperkirakan akan mengganggu operasi perusahaan, maka perlu diulang kembali biaya produksi dan harga jual. 8.10. Penetapan Kredit Modal kerja Pertama, dalam arus kas bila kenyataannya terjadi surplus. Surplus tersebut kemudian harus dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja bersih. Kalau surplus yang ada di arus kas lebih kecil bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja, maka perbedaan antara kedua angka ini akan merupakan besaran kredit modal kerja yang diperlukan. Kedua, dalam kenyataan bahwa bilamana arus kas defisit. Maka defisit ini tetap harus dibandingkan dengan angka kebutuhan modal kerja. Besaran kredit modal kerja yang diperlukan adalah besaran kekurangan arus kas ini untuk menanggung besaran modal kerja yang diperlukan.
8.11. Proyeksi Laba/Rugi Proyeksi laba/rugi disusun secara bersamaan dengan proyeksi arus kas dan jadwal angsuran kredit dan pembayaran bunga, karena ada saling ketergantungan di antara ketiga proyeksi tersebut. 1. Penjualan Angka penjualan diperoleh dari hasil penerimaan atau penjualan barang atau jasa selama periode tertentu-bulana,triwulan,semesteran, atau tahunan. Angka itu dalam proyeksi rugi/laba berasal dari keseluruhan penjualan baik kas maupun kredit. 2. Biaya Produksi Biaya produksi terdiri dari: Biaya variable dan biaya tetap. Biaya yang bersala dari rincian biaya variable pada tingkat produksi sesuai dengan priode tersebut. Biaya tetap, Biaya ini berasal dari rincian biaya tetap sesuai dengan periode tersebut. - Biaya umum
81
Biaya umum diperoleh dari jumlah pengeluaran untuk biaya administrasi. Apabila biaya ini terdiri dari banyak macam pos pengeluaran maka perlu dibuat rincian tersendiri. - Bunga kredit Angka untuk bunga kredit diambil dari arus kas dan jadwal angsuran bunga yang didasarkan pada kemampuan sesungguhnya dari usaha. Pengisian disesuaikan dengan proyek masing-masing periode tersebut. - Pajak penghasilan Pajak penghasilan (PPh) dihitung dari laba sebelum pajak sebesar 15% per tahun dari Pendapatan Kena Pajak (PKP). PPh dikenakan terhadap usaha perorangan dengan laba operasi di atas Rp4.320.000 per tahun yaitu maksimum PTKP (Pendapatan Tidak Kena Pajak) sesuai dengan ketentuan saat ini. Contoh : Laba sebelum pajak Rp5.000.000 per tahun maka PPh adalah : 15% X (5.000.000-4.320.000)= Rp102.000 Perhitungan PPh. Perhitungan PPh untuk usaha berbentuk Badan Hukum langsung dilakukan atas laba sebelum pajak tanpa mengurangi PTKP terlebih dahulu. 8.12. Neraca Semua aktiva dan pasiva harus didaftar dalam satu formulir yang dinamakan Neraca. Pengusaha/koperasi seharusnya membuat neraca awal itu untuk perbankan. Apabila belum bisa, pengusaha harus membuat daftar aktiva dan pasivanya.
8.13. Analisis Rasio Dari Rugi/Laba Dari proyeksi laba/rugi dapat dilakukan beberapa analisis rasio antara lain : Net Profit on Sales. Rasio ini dihitung tahunan dengan cara memperbandingkan antara laba bersih setelah pajak pada akhir tahun tersebut, dengan penjualan bersih dalam periode yang sama : Laba bersih setelah pajak ------------------------------- X100% Penjualan bersih
Return on investment (ROI ) Untuk menghitung rasio ini, ada dua versi cara perhitungan yang dapat dipakai secara konsisten,yaitu : Rata-rata laba bersih setelah pajak untuk seluruh periode proyek --------------------------------------------- X 100% Jumlah investasi pertama Secara keseluruhan
82
8.14. Penilaian Kelayakan Aspek Keuangan Proyek Arus Kas Proyek Pengeluaran awal adalah pengeluaran awal yang diperlukan untuk melaksanakan suatu proyek, disebut Investasi Netto (Net Investment ). Termasuk dalam pengeluaran awal adalah : 1. Biaya pemasangan aktiva. 2. Tambahan kebutuhan modal kerja. 3. kekurangan cash flow dari penjualan aktiva yang diganti. 4. Plus dan minus beban pajak yang berkaitan dengan penjualan aktiva sekarang dan/atau pembelian aktiva baru. Net Cash Flow (Arus kas netto) dari suatu proyek adalah sama dengan perubahan dalam net income setelah pajak ditambah dengan perusahaan dalam penyusutan yang diterima pada suatu proyek. Nilai Waktu terhadap Uang (The time value of money) Satu rupiah uang ditangan saat ini lebih berharga dari pada satu rupiah yang akan diterima di masa mendatang, karena bila kita mempunyai uang itu sekarang kita dapat menginvestasikannya dan mendapat bunga. Jadi uang mempunyai nilai waktu. Pengetahuan tentang nilai majemuk (compound ) atau future value ( nilai masa datang dan nilai sekarang ( present value) sangat penting dalam pemahaman berbagai aspek keuangan, seperti penilaian sekuritas dan capital budgeting (peranggaran modal). Teknik-teknik present value dan future value dapat dihitung dengan menggunakan tabel faktor bunga (interest factor ), kalkulator biasa, kalkulator yang menggunakan fungsi keuangan, komputer (misalnya dengan program Microsoft-Excel). Future Value (FVn) diartikan sebagai nilai terhadap lump sum atau present value (PV) yang akan berkembang dalam sejumlah waktu tertentu, n, pada tingkat bunga tertentu, k (sering digunakan notasi). Jumlah bunga yang diperoleh diberi notasi i. a. Rumus FV setelah satu periode (biasanya tahun) adalah :
b. c.
d.
e.
FVn = PV + I = PV + PV (k) = PV (1 + k) Bila lebih dari satu periode rumusnya adalah FVn = PV (1 + k)ⁿ Dalam persamaan di atas, (1 + k) dikenal sebagai future value interest factor , atau FVIFk,n. Karena itu FV = PVn (FVIFk,n) Faktor bunga untuk masa mendatang (FVIF) lihat Tabel Bunga A.3. 1) Pilih FVIFk,n untuk tingkat bunga tertentu dan angka periode tertentu pada Tabel Bunga A.3. 2) Kalikan PV awal dengan faktor bunga itu untuk memperoleh future value atau terminal value. Contoh, Future Value Rp. 1000 pada bunga 6 % untuk 5 tahun adalah FV5 = Rp. 1.000,00 (1,3382) = Rp. 1.338,20
83
Konsep Nilai Sekarang ( present value) adalah kembalikan dari bunga majemuk (compounding ) yang disebut “discounting”. a. Discounting menentukan nilai sekarang dari sejumlah uang yang akan diterima disuatu waktu tertentu di masa datang FVn 1 b. Rumusnya : PV = = FVn ( ) (1 + k ) (1 + k )ⁿ c. (1/1+k) dikenal sebagai present value interest factor , PVIFk,n dan untuk berbagai tingkat bunga dan periode waktu disajikan dalam Tabel Bunga A.1. d. Nilai sekarang ( present value dari Rp. 1.338,20 yang akan diterima dalam waktu 5 tahun mendatang pada bunga 6 % adalah Rp. 1.338,20 (0,7473) = Rp. 1.000, 04). e. Faktor Bunga Nilai Sekarang ( present value interest factor ) adalah kebalikan dari faktor bunga masa datang ( future value interest factor ): 1 PVIFk,n = FVIFk,n Suatu anuitas diartikan sebagai suatu series of payment atas jumlah tetap untuk sejumlah periode waktu tertentu. Bila pembayaran terjadi setiap akhir periode, anuitet itu disebut annuity due. a. Future Value dari suatu annuity adalah jumlah uang yang akan diterima seseorang pada akhir periode annuited atas suatu investasi pada tingkat bunga tertentu dan diterima sampai akhir periode anuitet. (1) Notasi Sn adalah jumlah majemuk dari suatu ordinary annuity dari n tahun dan PMT sebagai pembayaran suatu periode, dapat ditulis : Sn = PMT (FVIFAk,n) (2) FVIFAk,n adalah future value interest factor untuk suatu ordinary annuity. FVIFA dapat dipetik dari Tabel Bunga A.4. (3) Contoh, FV dari 10 tahun, 7 % ordinary annuity Rp.200 per tahun adalah Rp. 200 (13, 8164) = Rp. 2. 763,28 (4) Untuk suatu annuity due, jumlah majemuknya adalah : Sn (annuity due) = PMT (FVIFAk,n) (1 + k) (5) Future Value dari 10 tahun , 7 % annuited pembayaran Rp. 200 per tahun adalah Rp. 200 (13,8164)(1,07) = Rp. 2.956,71 b. Nilai sekarang dari suatu annuited adalah pembayaran lumpsum yang diperlukan hari ini yang dapat menjadi equivalen terhadap pembayaran annuited selama periode annuited. Jumlah pembayaran adalah penarikan jumlah yang sama (PMT) pada akhir atau awal periode untuk pembayaran annuitet setiap periode selama n periode. (1) An adalah present value dari suatu ordinary annuity untuk n tahun PMT adalah pembayaran periodik, dapat ditulis :
84
c.
d.
e.
f.
(2) PVIFAk,n adalah present value interest factor suatu ordinary annuity . PVIFA dapat dilihat dalam Tabel A.2. (3) Contoh, anuitet Rp. 1.200 per tahun selama 10 tahun, pada 8 % mempunyai nilai sekarang Rp. 1.200 (6,7101) = Rp. 8.052,12 (4) PVIFAk,n selalu lebih kecil dari pada angka tahun anuitet (6,7101 < 10). Sedangkan PVIFAk,n lebih besar dari pada angka jumlah tahunan (13,8164 > 10). (5) Nilai Sekarang dari annuity due adalah An (annuity due) = PMT (PVIFAk,n)(1 + k). (6) Nilai sekarang 10 tahun, 8 % annuity due dari Rp. 1.200,00 adalah Rp. 1.200 (6.7101)(1,08) = Rp. 8.696,29 Suatu annuited tak terhingga disebut perpetuity. Pembayaran dari perpetuity membentuk series tak terhingga perpetuity adalah (1) Nilai Sekarang suatu perpetuity adalah Payment PMT PV of a perpetuity = = Discount rate k (2) Contoh, bila discount rate 12 %, suatu perpetuity Rp. 1.000,00 setahun mempunyai nilai sekarang Rp. 1.200,00/0,12 = Rp. 8.333,33. Selain arus kas dengan pembayaran tetap, banyak keputusan keuangan memerlukan analisis arus kas tidak teratur seperti, anuitet. Nilai Sekarang dari arus pendapatan tidak tetap adalah penjumlahan PV dari semua komponen arus kas tersebut. Sama pula, FV arus kas masing-masing penerimaan itu. Bila seseorang mengetahui arus kas relevan, efektif tingkat bunganya dapat diketahui. (1) Contoh, bila seseorang meminjam Rp.2.000,00 hari ini dan setuju untuk membayar kembali sebesar Rp2.805,20 pada akhir tahun kelima, maka tingkat bunganya adalah : Is 1 FVn = PV (FVIFk,n) FVn Rp 2.805,20 FVIFk,5 = = = 1,4026 PV Rp 2.000,00 Lihat pada periode 5 Tabel A-3, 1,406 adalah FVIF untuk 7 persen (2) Cara yang sama dapat digunakan untuk tingkat bunga efektif bila arus kas anuitet. Disamping compounding tahunan, sering pula digunakan Compounding semester, triwulan, dan bulan dalam transaksi keuangan. (1) Persentase tahunan (the annual percentage rate atau APR ) diberikan dengan rumus: kNomm APR = (1 + ) – 1,0
85
M Di mana kNom adalah tingkat bunga tahunan dan m adalah jumlah waktu periode compounding per tahun. (2) Bagilah nominasi tingkat bunga dengan jumlah waktu compounding yang terjadi pertahun. (3) Gunakanlah nilai k dan n yang telah disesuaikan dalam perhitungan dan kemudian lihat faktor bunga dalam Tabel-tabel. (4) Contoh, APR 12 %, dimajemukkan (compounding ) triwulan, adalah sebagai berikut : APR = (1 + 0,12/4) – 1,0 = 12,55 %. (5) Untuk compounding tahunan gunakan rumus : FVn = PV (1 + k)ⁿ
Untuk memperoleh nilai masa mendatang dari suatu lumpsum. Namun bila compounding terjadi beberapa kali dalam 1 tahun, gunakan rumus : kNommn FVn = PV (1 + ) m di mana m adalah jumlah kali compounding per tahun dan n adalah jumlah tahun. 8.15. Kriteria Penilaian Kelayakan
Penilaian aspek keuangan proyek menggunakan prinsip-prinsip penilaian capital budgeting serupa dengan nilai penilaian sekuritas yang memerlukan estimasi atas arus kas, risiko, asumsi-asumsi, discount rate, dan penilaian atas dasar present value. Menurut Ross (1998:234) konsep dasar penilaian capital budgeting adalah discounted cash flow (DCF) valuation. Proses penilaian investasi dengan cara mendiskoto arus kas masa mendatang. Konsep penilaian dalam Capital Budgeting (Peranggaran Modal) menggunakan Present Value yang telah didiscount pada arus-arus Benefit dan Cost selama umur suatu proyek. Konsep penilaian investasi aktiva tetap sering disebut “ Investment Criteria” yang terdiri dari: (Kadariah et. Al, 1978:28, Moyer at.al, 1984:318, dan Ross, 1998:231) 1. Net Present Value (NPV) 2. Internal Rate of Return (IRR) . 3. Benefit – Cost Ratio ( B/C ) atau Profitability Index (PI) 4. Payback Period (PB) The Net Present Value (NPV) Menurut Ross (1998:233) Net Present Value (NPV) adalah perbedaan antara nilai pasar investasi dengan biayanya. Moyer (1984:319) menyatakan bahwa NPV adalah selisih antara Present Value dari pada Benefit dan Present Value dari pada biaya. Konsep NPV berkaitan erat dengan sasaran manajemen untuk menciptakan dan meningkatkan nilai bagi pemegang saham, oleh karena itu dalam proses pengangaran modal manajemen
86
berupaya mencari proyek-proyek investasi dengan NPV positive. Untuk menghitung NPV dapat menggunakan rumus: B1 B2 Bn C1 C2 Cn NPV = ( + + ... )- ( + + ... ) (1 + i) (1 + i)² (1 + i) (1 + i) (1 + i)² (1 + i) n Bt - Ct = t=1 (1 + i) Bila NPV > 0 .......... Go Project NPV = 0 .................. BEP NPV < ..................... No Go/Rejected Project Bt merupakan Benefit kotor sehubungan dengan suatu proyek pada tahun t. Ct merupakan biaya kotor sehubungan dengan suatu proyek pada tahun t, tidak dilihat apakah biaya itu bersifat modal atau rutin. n adalah umur ekonomis proyek i discount rate – notasi tanda i atau k Penggunaan istilah discount rate atau discount factor sama saja. ⁿ
ⁿ
The Internal Rate of Return (IRR). Menurut Ross (1998:245) IRR adalah discount rate that menghasilkan NPV suatu investasi sama dengan nol. Berdasarkan ketentuan IRR, suatu investasi akan diterima bila IRR atas investasi tersebut melebihi imbal hasil yang diharuskan. Sebaliknya bila lebih kecil dari imbal hasil yang diharuskan (required return), investasi tersebut tidak layak atau ditolak. Pendapat lain membandingkan IRR dengan biaya modal, hal ini tidak masalah, karena biaya modal suatu proyek investasi adalah sama dengan imbal hasil minimal yang diharapkan atas proyek tersebut. Jadi dapat disimpulkan: IRR= required return = discount rate pada NPV Nol. IRR dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek, asal setiap benefit bersih (Bt-Ct) positif secara otomatis diinvestasikan kembali selama umur proyek. IRR adalah nilai discount rate (i) pada NPV proyek sama dengan NOL, rumusnya: n Bt - Ct
.................... = 0 i=1
(1 + IRR)
Biasanya IRR tidak dapat dicari nilai i nya secara langsung, oleh karena itu digunakan metode interpolasi (secara coba-coba), dengan rumus : NPV’ IRR = i’ + ......................... ( i “ – i’ ) NPV’ – NPV”
i’ discount factor yang menghasilkan NPV’ (positive)
87
i” discount factor yang menghasilkan NPV’ (negatif) diperoleh dengan cara coba-coba. NPV’ adalah Net Present Value positif NPV’’ adalah Net Present Value negatif Benefit-Cost Ratio (Net B/C) The Net B/C disebut juga The Profitability Index (PI). Menurut Ross (1998:253) PI adalah nilai sekarang atas arus kas dari suatu investasi dibagi dengan biaya (investasi) awalnya. Suatu proyek investasi dikatakan layak apabila B/C ratio atau PI > 1, dan bila PI< 1 proyek investasi tidak layak. Bila PI > 1 artinya suatu proyek investasi mampu menciptakan nilai tambah, misalnya PI=1,3 artinya bila nilai investasi suatu proyek sebesar Rp30 juta, maka proyek itu mampu menciptakan nilai tambah sebesar Rp9 juta. PI adalah ratio PV dari pada future net cash flow selama umur proyek terhadap net investment , yang dinyatakan dengan rumus : n
NFCt / (1 + k) t=1
PI = Net Investment
NCF = Net Cash Flow Decision rule PI sama dengan B/C ratio, yaitu bila PI > 1 Go Project. PI lebih sering digunakan untuk menilai proyek bisnis, sedangkan B/C lebih banyak digunakan untuk proyek-proyek pemerintah. Pada dasarnya PI dianggap mengukur rentabilitas suatu investasi di atas tingkat discount ratenya (lihat Kadariah p.35, Moyer p 316). Payback Period (PB) Pay back period (PB) suatu investasi adalah periode waktu yang diperlukan untuk mengakumulasi net cash flows dari suatu proyek agar sama dengan initial cash outlay (net investment ). Istilah lain untuk payback period adalah Payout-time (POT). Net Investment Rumus : Annual Net Cash Inflows Keputusan investasi dengan menggunakan PB adalah manajemen akan menerima atau menolak suatu usulan proyek dengan membandingkan antara payback period suatu proyek dengan standar payback yang ditetapkan (maximum acceptable payback figure). Bila dua proyek mutually exclusive, maka proyek yang mempunyai payback period yang lebih pendek yang akan diterima. Cara Penentuan Diskon Faktor Untuk melakukan analisis doscounted cash flow analysis (arus kas didiskonto), diperlukan berapa besar diskon faktor (discount factor atau discount rate). Secara teoritis, diskon faktor adalah sebeaar biaya modal atas dana yang digunakan untuk
88
membiayai proyek (cost of capital) biaya dana proyek. Bila proyeknnya beresiko tinggi, maka diskon faktor dapat ditambah premi resiko (dalam persentase tertentu) Oleh karena itu, bila proyek seluruhnya dibiayai dari sumber ekuitas atau emisi saham (ke), maka disckon faktornya sebesar biaya modal ekuitas (sering diberi notasi ke). Bila semua dana pembiayaan proyek dari sumber hutang bank, maka diskon faktor sebesar suku bunga atas pinjaman (kd) dikalikan dengan (1-Tarif Pajak). Bila sumber dana obligasi, maka digunakan tingkat bunga kupon obligasi ((kb) dikalikan dengan (1tarif pajak). Alasan biaya dana hutang dikurangi dengan (1-tarif pajak), karena beban bunga dapat mengurangi beban pajak yang dibayar oleh peruaahaan kepada pemerintah. Bila bauran sumber dana, maka diskon faktor menggunakan biaya modal rata-rata tertimbang (weighted averate cost of capital). Rumus yang digunakan adalah: V = S+B WACC =( S/V)KE +(B/V)XDX (1-Tc) WACC = weighted average cost of capital (biaya modal rata-rata tertimbang) S/V = porsi dana dari ekuitas (saham) B/V = porsi dana dari hutang Tc = Taruf pajak Contoh perhitungan WACC: PT X mempunyai proyek pabrik CPO senilai Rp100 milyar. Untuk membiayai proyek tersebut, digunakan sumber dana dan biaya dananya sebagai berikut: No. Sumber Dana Jumlah Dana Biaya Dana 1 Modal Saham Rp60 milyar 15% 2 Kredit Bank Rp40 milyar 20% Jumlah Rp100 milyar Bila Tarif Pajak sebesar 40%, maka biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) adalah: WACC = (60/100)x 0,15 + (40/100)x 0,20 x (1-0,40) = 9% + 8% = 17% Diskon faktor minimal 17%, tetapi bila premi resiko 2^%, maka diskon faktor menjadi sebesar 19%. Bagi perusahaan yang mempunyai divisi-divisi otonomi, maka bila divisi-divisi tersebut mempunyai proyek, maka diskon faktor yang digunakan untuk mendiskonto proyeknya menggunakan biaya modal divisinya masing-masing, bukan biaya modal korporasinya (konsolidasi).
89
CONTOH KASUS PROYEK PETERNAKAN SAPI, SKALA 150 EKOR DI KABUPATEN BANYUASIN A. Analisis aspek pemasaran disimpulkan bahwa secara nasional terdapat ekses permintaan atas daging sapi, meningkatnya konsumsi daging sapi, meningkatnya impor daging sapi dalam dekade terakhir ini. Hal ini memberi indikasi bahwa peluang pasar cukup menjanjikan, adanya prospek penjualan sapi dimasa datang. B. Analisis Aspek teknis disimpulkan bahwa secara teknis usaha ternak sapi dapat dilakukan di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan karena adanya faktor penarik ( pull factors) antara lain tersedianya lahan pertanian untuk pakan ternak, tenaga kerja peternak dalam masyarakat, bibit sapi lokal, bibit sapi hasil perkawinan dengan sapi luar, tersedia prasarana dan sarana transportasi dari lokasi ke pasar kecamatan, pasar ibukota kabupaten, dan kota Palembang. Perusahaan juga dengan mudah dapat memperoleh obat-obatan, vitamin, hormon, dan kebutuhan lainnya di kota kabupaten, Pangkalan Balai, dan kota Palembang. C. Aspek Lingkungan ekternal usaha sapi disimpulkan bahwa kultur dan mata pencaharian penduduk mendukung usaha ternak. Lingkungan kawasan lokasi potensial ditandai dengan areal perkebunan dan pertanian tanaman pangan pasang surut. Faktor lingkungan yang masih menjadi kendala adalah sering terjadi gangguan keamanan, seperti pencurian sapi. D. Aspek hukum menyangkut perizinan usaha dan legalitas usaha lainnya tidak ada hambatan, karena pemerintah daerah dan pusat mendorong mendukung usaha bisnis ternak sapi. E. Aspek Manajemen , pengelolaan usaha ternak skala kecil sudah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat tani. Pengelolaan secara bisnis oleh pemodal belum berkembang baik di Kabupaten Banyuasin, karena pertimbangan resiko usaha ternak relatif tinggi, lemahnya manajemen usaha, terutama ternak skala mikro dan kecil, rendahnya kemampuan teknis peternak, lemah dalam pemasaran, permodalan, dan pengamanan ternak sapi dan aset usaha lainnya. F. Analisis Aspek Financial. Hasil perhitungan dan analisis kelayakan investasi untuk usaha skala 150 sapi menunjukkan NPV at DF 15% positip; B/C ratio at DF 15% sebesar 1,3 (lebih besar dari satu) dan IRR sebesar 21,96%. Payback period undiscounted 3,8 tahun, dan payback discounted 4,3 tahun. Secara keseluruhan nilainilai kriteria investasi (investment criteria) menunjukkan bahwa proyek skala 150 sapi adalah layak atau feasible. Penjualan BEP Rp5,76 milyar, BEPekor sebanyak 77 sapi dan kapasitas penjualan BEP sebesar 51 persen. Tingkat kelayakan proyek ini juga diperkuat dengan ratio NPM sebesar 22,34% dan ROI sebesar 20,64% yang mencerminkan tingkat profitabilitas yang wajar. G. Aspek Risiko, dilakukan analisis sensitivtas: bila terjadi penurunan penjualan sebesar 25%, sedangkan biaya tetap; dan penjualan tetap/tidak berubah, sedangkan total beban naik sebesar 25% menunjukkan nilai NPV positip dan B/C ratio >1. H. Rekomendasi. Adapun implikasi praktis penelitian ini adalah 1) bagi investor yang akan membuka usaha ternak sapi dengan skala 150 sapi; 2) bagi perusahaan
90
peternakan dapat melakukan kemitraan dengan peternak yang mempunyai skala usaha 5 ekor; 3) bagi instansi terkait dapat memberikan pembinaan teknis dan pembinaan manajemen usaha kepada peternak sapi; 4) bagi pihak perbankan dan perusahaan besar yang ada program Corporate Social Resposibility agar membantu permodalan kepada peternak/pengusaha sapi. Asumsi-Asumsi dalam Perhitungan Keuangan 1 Perhitungan dan analisis kelayakan investasi disusun berdasarkan Skala Usaha 150 sapi, sebagai bisnis perusahaan dan harus mempunyai perizinan dari instansi terkait. 2. Umur ekonomis proyek selama 5 tahun, sesuai dengan umur beberapa aktiva tetap seperti kandang, bedeng, dan alat transportasi (motor dan truk). 4. Perhitungan kebutuhan Investasi Awal (Initial Investment) berdasarkan perkiraan dana yang diperlukan untuk pengadaan induk sapi (sapi siap kawin umur 1,5 tahun), aset tetap dan fasilitas pendukung lainnya, dan modal kerja awal (secara teori modal kerja awal dimasukan kembali (recovery) pada akhir umur ekonomis dalam aliran kas operasional) sesuai dengan kelompok skala usaha. 5. Sapi mulai berproduksi pada tahun nol, tetapi belum ada penjualan pada tahun nol. Setiap sapi betina hanya beranak satu ekor, probabilitas jenis anak sapi jantan dan betina adalah 50/50. Penjualan sapi pertama kali dilakukan pada tahun 1. Penjualan sapi diatur sesuai dengan jumlah sapi yang tersedia pada setiap tahunnya sehingga pada akhir umur ekonomis (tahun ke 5) jumlah sapi kembali ke posisi awal proyek. Dengan demikian semua penjualan sapi karena adanya pertambahan sapi akibat adanya sapi yang lahir pada periode sebelumnya. Sapi yang dijual sudah berumur sekitar 1,5 tahun sampai 2 tahhun. 6. Perkiraan omset penjualan sapi adalah volume penjualan x harga jual satuan. Harga jual per sapi per tahun selama 5 tahun adalah sama (konstan). 7. Laporan Laba/Rugi disusun berdasarkan Format Margin Kontribusi, di mana beban dibedakan atas beban variabel dan beban tetap. Jenis beban variabel adalah beban obat dan vitamin, hormon, rumput, beban penjualan variabel, dan beban umum & adm, variabel. Beban tetap adalah gaji, beban penyusutan, beban umum & adm. tetap, dan beban bunga. Alasan penggunaan Format margin kontribusi adalah untuk membuat Analisis Break Event Point. 8. Beban penyusutan dihitung berdasarkan umur ekonomis 5 tahun, metode garis lurus, nilai sisa nol, atau beban penyusutan 20% pertahun. Pinjaman bank hanya untuk usaha skala 150 sapi, selama 5 tahun, diangsur pertahun dengan jumlah yang sama, dan bunga 18% pertahun dari saldo pinjaman. 9. Skala usaha 150 ekor diasumsikan dapat menggunakan pinjaman bank dengan bunga 18% pertahun, dengan jumlah pinjaman (plafond kredit) sekitar 30 persen dari total kebutuhan investasi awal.
91
10.
11. 12.
Nilai residu (nilai sisa) investasi proyek pada akhir tahun kelima dihitung berdasarkan jumlah sapi pada tahun tersebut dikalikan dengan harga pasar (market value) sapi pada tahun kelima. Tarif pajak sebesar 25% dari Laba Operasi. Aliran kas operasional (operating cash flows disingkat OCF) adalah Laba Setelah Pajak + Beban Penyusutan Discount Factor (DF) adalah 15%, berdasarkan perkiraan Biaya Modal RataRata Tertimbang struktur modal dengan komposisi modal sendiri 60%, biaya modal 15%, dan komposisi utang bank 40% dengan bunga 18%
Kebutuhan Investasi Perkiraan kebutuhan investasi awal skala usaha 150 sapi, disajikan dalam Tabel sbb. Tabel S.1. Perkiraan Kebutuhan Investasi Awal Skala Usaha 150 Sapi No.Urt
Komponen Biaya
Volume
Harga Satuan Rp
Nilai Investasi/Rp
1
Studi Kelayakan
1
30.000.000
30.000.000
2
Perizinan usaha
1
20.000.000
20.000.000
3
Lahan ( HA)
3
20.000.000
60.000.000
4
Induk Betina Siap Kawin
130
12.000.000
1.560.000.000
5
Induk Jantan
20
10.000.000
200.000.000
6
Kandang
30
7
Reservoir/ Kolam
2
20.000.000
40.000.000
8
Generator Listrik + instalasi
3
10.000.000
30.000.000
9
Bangunan Kantor
1
20.000.000
20.000.000
10
Bedeng Karyawan
2
30.000.000
60.000.000
11
Gudang Pakan, dll
1
20.000.000
20.000.000
12
Truk Angkutan ( unit)
1
200.000.000
200.000.000
13
Kenderaan operasional
1
100.000.000
100.000.000
14
Sepeda Motor Trail
3
20.000.000
60.000.000
15
Modal Kerja Awal
150
Total
3.000.000
1.000.000
90.000.000
150.000.000 2.640.000.000
Sumber: Diolah Penulis dari Hasil Penelitian Kebutuhan modal kerja awal yang direvovery ke dalam aliran kas operasi masuk dalam perhitungan NPV, B/C ratio, dan IRR. Perkiraan Populasi Sapi Perkiraan populasi sapi berdasarkan jenis sapi, penambahan adanya sapi lahir, dan penjualan sapi, serta sisa populasi sapi pada setiap akhir tahun, lihat pada Tabel S.2. Dari Tabel S.2.
92
Tabel S.2. Perkiraan Populasi Sapi Skala Usaha 150 Sapi Tahun
Jenis Sapi
Populasi
Lahir
Jumlah
Jual
Awal 0
1
2
3
4
5
Populasi Akhir
Betina
140
70
210
0
210
Jantan
10
70
80
0
80
Jumlah
150
140
290
0
290
Betina
210
70
280
140
140
Jantan
80
70
150
80
70
Jumlah
290
140
430
220
210
Betina
140
70
210
70
140
Jantan
70
70
140
70
70
Jumlah
210
140
350
140
210
Betina
140
70
210
70
140
Jantan
70
70
140
70
70
Jumlah
210
140
350
140
210
Betina
140
70
210
70
140
Jantan
70
70
140
130
10
Jumlah
210
140
350
200
150
Betina
140
70
210
70
140
Jantan
10
70
80
70
10
Jumlah
150
140
290
140
150
Perkiraan Penjualan Sapi Perkiraan penjualan sapi pertahun dan omset penjualannya disajikan dalam Tabel sbb.
93
Tabel S-3. Perkiraan Penjualan Sapi Selama 5 tahun Skala Usaha 150 Sapi.
Tahun
Jenis Sapi 1
Jumlah ekor
Harga/ekor
Total
Betina
140
15.000.000
2.100.000.000
Jantan
80
14.000.000
1.120.000.000
Jumlah
220
Betina
70
15.000.000
1.050.000.000
Jantan
70
14.000.000
980.000.000
Jumlah
140
Betina
70
15.000.000
1.050.000.000
Jantan
70
14.000.000
980.000.000
Jumlah
140
Betina
70
15.000.000
1.050.000.000
Jantan
130
14.000.000
1.820.000.000
Jumlah
200
Betina
70
15.000.000
1.050.000.000
Jantan
70
14.000.000
980.000.000
Jumlah
140
2.030.000.000
Total 840 Sumber: Diolah Penulis dari Hasil Penelitian.
12.180.000.000
2
3
4
5
Perkiraan Biaya Satuan Perkiraan biaya satuan biaya/beban berikut.
3.220.000.000
2.030.000.000
2.030.000.000
2.870.000.000
satuan skala usaha 150 sapi, lihat Tabel S.$
Perkiraan Beban Penyusutan
Beban penyusutan ditetapkan 20% pertahun berdasarkan metode garis lurus dan umur
ekonomis (economic life) aset selama 5 tahun. Total beban penyusutan Rp124 juta pertahun. Besaran beban penyusutan akan mempengaruhi aliran kas operasi perusahaan, lihat Tabel S.5.
94
Tabel S.4. Perkiraan Biaya Satuan Skala Usaha 150 Sapi No.
Jenis Biaya
Volume
Nilai Satuan/Rp
Keterangan
1
Gaji Manajer
1 0rang/bulan
5.000.000
beban tetap
2
Jaga Kandang
10 orang/bulan
1.500.000
beban tetap
3
Pengembala
10 orang/bulan
1.500.000
beban tetap
4
Tenaga Adm,Keu, Pms
2 orang/bulan
1.500.000
beban tetap
4
Supir
2 orang/bulan
1.500.000
beban tetap
5
Beban Penyusutan
20% aktiva, kecuali tanah
6
Beban Umum Tetap
Perbulan
7
Biaya Penjualan
10% x penjualan
Beban Variabel
8
Beban Umum
5% x penjuaalan
beban variabel
9
Obatan & vitamin
ekor/tahun
330.000
beban variabel
10
Hormon
ekor/tahun
450.000
beban variabel
11
Obat Cacing
ekor/tahun
12
Rumput
perhari/Sapi
beban tetap 10.000.000
beban tetap
270.000
beban variabel
1.000
beban variabel
Tabel S.5. Perkiraan Beban Penyusutan Usaha 150 Sapi No.
Uraian
Nilai asset
Penyusutan 20%/TH
1
Kandang
90.000.000
18.000.000
2
Genset
30.000.000
6.000.000
3
Kolam
40.000.000
8.000.000
4
Truk
200.000.000
40.000.000
5
Kenderaan opsional
100.000.000
20.000.000
6
Bangunan kantor
20.000.000
4.000.000
7
Bedeng Karyawan
60.000.000
12.000.000
8
Gudang Pakan
20.000.000
4.000.000
9
Sepeda motor
60.000.000
12.000.000
Total
124.000.000
Sumber: Diolah penulis dari penelitian
Perhitungan Pokok Pinjaman, Bunga, dan Angsuran Pokok Seperti dikemukakan sebelumnya dalam asumsi perhitungan kelayakan proyek, bahwa peneliti mengasumsikan pada skala usaha 150 sapi, pengusaha dapat menggunakan dana pinjaman dari bank sebesar Rp1milyar (atau sekitar 30% dari total investasi awal proyek)
95
Tabel S. 6 Pokok Pinjaman, Bunga, dan Angsuran Pokok Tahun
Pokok Pinjaman
Bunga 18%
Angsuran Pokok
1
1.000.000.000
180.000.000
200.000.000
2
800.000.000
144.000.000
200.000.000
3
600.000.000
108.000.000
200.000.000
4
400.000.000
72.000.000
200.000.000
5 200.000.000 Sumber: Diolah dari penelitian
36.000.000
200.000.000
Perkiraan Rugi/Laba, Aliran Kas Operasi, Break E ven Point, Net Profit Margin,
dan ROI Skala 150 Sapi. Proyeksi Laba/Rugi, Aliran kas operasi, analisis BEP, danNet Profit Margin dan Return on I nvestment, Lihat Tabel S.7. Perkiraan Nilai Residu Proyek Skala Usaha 150 Sapi .
Perkiraan nilai residu berdasarkan harga pasar sapi pada akhir tahun ke lima, Tabel sbb. Tabel S.8. Perkiraan Nilai Residu Aset Investasi akhir Tahun ke 5 berdasarkan Harga Pasar ( Market Value)
Jenis Sapi
Jumlah
Harga/ekor
Betina (siap kawin)
130
15.000.000
1.950.000.000
Jantan
20
14.000.000
280.000.000
Total Sumber: diolah penulis
150
Nilai Investasi
2.230.000.000
96
Tabel S.7. Perkiraan Rugi/Laba, Aliran Kas Operasi, B reak E ven Point, NPM, dan ROI No
Uraian 1
Penjualan Sapi (Tab 3)
2
Beban Variabel: (Tab 4)
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
3.220.000.000
2.030.000.000
2.030.000.000
2.1.
Obatan dan vitamin
141.900.000
115.500.000
115.500.000
2.2
Hormon
193.500.000
157.500.000
157.500.000
2.3.
Obat Cacing
116.100.000
94.500.000
94.500.000
2.4
Rumput
156.950.000
127.750.000
127.750.000
2.5
Beban Penjualan Variable
322.000.000
203.000.000
203.000.000
2.6
Beban Umum Variable
161.000.000
101.500.000
101.500.000
3
Total Beban Variabel
1.091.450.000
799.750.000
799.750.000
4
Margin Kontribusi
2.128.550.000
1.230.250.000
1.230.250.000
5
Beban Tetap (Tab. 5) 60.000.000
60.000.000
60.000.000
5.1
Gaji Manajer
5.2
Gaji Karyawan Tetap
432.000.000
432.000.000
432.000.000
5.3
Penyusutan
124.000.000
124.000.000
124.000.000
5.4
Beban Umum Tetap
120.000.000
120.000.000
120.000.000
6
Total beban Tetap
736.000.000
736.000.000
736.000.000
7
Laba/Rugi Operasi (4-6)
1.392.550.000
494.250.000
494.250.000
8
Beban Bunga Pinjaman
180.000.000
144.000.000
108.000.000
9
Laba Sebelum Pajak
1.212.550.000
350.250.000
386.250.000
10
Pajak 25%
303.137.500
87.562.500
96.562.500
11
Rugi/Laba Setelah Pajak
909.412.500
262.687.500
289.687.500
12
Aliran Kas Operasi
1.033.412.500
386.687.500
413.687.500
13
Penjualan BEP Rp
1.113.396.444
1.214.452.347
1.214.452.347
14
Penjualan BEP ekor
74
81
81
15
Kapasitas Penjualan BEP (%)
49,5%
54,0%
54,0%
16
NET PROFI T MARGI N (%) RETURN ON INVE STMENT (%)
28,24%
12,94%
14,27%
34,45%
9,95%
10,97%
17 Sumber: Diolah Penulis
97
Lanjutan Tabel S.7 .
Tahun 4
Tahun 5
Total
2.870.000.000
2.030.000.000
12.180.000.000
115.500.000
95.700.000
584.100.000
157.500.000
130.500.000
796.500.000
94.500.000
78.300.000
477.900.000
127.750.000
105.850.000
646.050.000
287.000.000
203.000.000
1.218.000.000
143.500.000
101.500.000
609.000.000
925.750.000
714.850.000
4.331.550.000
1.944.250.000
1.315.150.000
7.848.450.000
60.000.000
60.000.000
300.000.000
432.000.000
432.000.000
2.160.000.000
124.000.000
124.000.000
620.000.000
120.000.000
120.000.000
600.000.000
736.000.000
736.000.000
3.680.000.000
1.208.250.000
579.150.000
4.168.450.000
72.000.000
36.000.000
540.000.000
1.136.250.000
543.150.000
3.628.450.000
284.062.500
135.787.500
907.112.500
852.187.500
407.362.500
2.721.337.500
976.187.500
531.362.500
3.341.337.500
1.086.444.644
1.136.052.922
5.764.798.704
72
76
77
48,3%
50,5%
51%
29,69%
20,07%
22,34%
32,28%
15,43%
20,62%
Kelayakan Investasi: NPV, B/C Ratio, IRR, dan PB Skala 150 Sapi. Perhitungan kelayakan investasi proyek skala usaha 150 sapi disajikan dalam Tabel S.10.1 (perhitungan NPV dan B/C ratio DF15%); Tabel S.10.2 (perhitungan NPV, IRR,
98
dan B/C ratio pada DF25%). Perhitungan Payback period undiscounted (PB tanpa diskonto) dalam Tabel S.10.3; danTabel S.10.4 memuat perhitungan PB discounted (dengan diskonto DF 15%). Tabel S.9. Perhitungan Biaya Modal Rata-rata Tertimbang Skala Usaha 150 Sapi. Sumber Dana
Struktur Modal
Komposisi
Bunga
Utang Bank
1.000.000.000
38%
18%
Modal Sendiri
1.640.000.000
62%
15%
Total
2.640.000.000
1- Pajak
Biaya Modal
75%
5,11% 9,32%
WACC
Pembulatan
14,43% 15,00%
Sumber: Diolah penulis Tabel S.10.1. Analisis Kelayakan Investasi Skala Usaha 150 sapi NPV, BCR At DF15% Tahun
Investasi Awal
Aliran Kas Operasi
DF15%
Nilai Sekarang DF 15%
1
2
3
4=2x3
0
2.640.000.000
1,0000
(2.640.000.000)
1
1.033.412.500
0,8696
898.619.565
2
386.687.500
0,7561
292.391.304
3
413.687.500
0,6575
272.006.246
4
976.187.500
0,5718
558.138.371
5
531.362.500
0,4972
264.181.073
2.230.000.000
0,4972
1.108.704.120
150.000.000
0,4972
74.576.510
Nilai Residu Recovery Modal Kerja
NPV AT DF 15%
828.617.190
B/C RATIO
1,31
Sumber: diolah penulis Untuk mengetahui besaran kemampuan proyek ini menghasilkan return (imbal hasil) dilakukan perhitungan IRR dengan menggunakan metode interpolasi atas NPV positip dan NPV negatif. Untuk memperoleh nilai NPV negatif peneliti menaikkan DF dari 15% menjadi 30%. Hasil perhitungannya dalam Tabel S.10.2.
99
Tabel S.10.2. Analisis kelayakan Investasi Skala Usaha 150 Sapi Perhitungan NPV,IRR, dan B/C Ratio at DF 15% Tahun
0
Investasi Awal
Aliran Kas Operasi
DF 25%
Nilai Sekarang DF25%
1
2
3
4=2x3
2.640.000.000
1,0000
(2.640.000.000)
1
1.033.412.500
0,8000
826.730.000
2
386.687.500
0,5120
197.984.000
3
413.687.500
0,4096
169.446.400
4
976.187.500
0,3277
319.877.120
5
531.362.500
0,2621
139.293.491
2.230.000.000
0,2621
584.581.120
150.000.000 NPV AT DF 25%
0,2621
39.321.600
Nilai Residu Recovery Modal Kerja
(362.766.269)
IRR
21,96%
B/C RATIO
0,86
Sumber: Diolah Peneliti
Payback Period Skala Usaha 150 Sapi Dengan metode payback period undiscounted PB selama 3,8 tahun atau lebih pendek dari umur ekonomis proyek (5 tahun), maka disimpulkan bahwa proyek usaha peternakan sapi skala 150 sapi adalah layak, Tabel sbb.: Tabel S.10.3.1. Analisis kelayakan Investasi Skala Usaha 150 Perhitungan
Payback Period Undiscounted. Tahun
0
Investasi Awal
Aliran Kas Operasi
Akumulasi
Payback Period
1
2
3
4
(2.640.000.000)
-
2.640.000.000
1
1.033.412.500
(1.606.587.500)
1
2
386.687.500
(1.219.900.000)
2
3
413.687.500
(806.212.500)
3
4
976.187.500
169.975.000
0,83
5
531.362.500
Nilai Residu Recovery Modal Kerja
2.230.000.000 150.000.000
Sumber: Diolah Peneliti
100
3,8 tahun
Dengan metode payback period undiscounted, PB dscounted 4,3 tahun < umur ekonmis lihat Tabel S.10.3.2. berikut. Tabel S.10.3.2. Analisis kelayakan Investasi Skala Usaha 150 Perhitungan
Payback Period Undiscounted. Tahun
0
Investasi Awal
PV OCF DF 15%
Akumulasi
PAYBACK PERIOD
1
2
3
4
2.640.000.000
(2.640.000.000)
-
1
898.619.565
(1.741.380.435)
1
2
292.391.304
(1.448.989.130)
2
3
272.006.246
(1.176.982.884)
3
4
558.138.371
(618.844.513)
4,0
5
264.181.073
(354.663.440)
0,3
Nilai Residu Recovery Modal Kerja
1.108.704.120
4,3 tahun
74.576.510
Sumber: Diolah Penulis
Analisis Sensitivitas Skala 150 Sapi Analisis sensitivitasmenggunakan dua skenario, pertama, adalah bila penjualan mengalami penurunan 25% dari penjualan normal, sedangkan biaya tidak mengalami perubahan. Tabel. S.11.1. Analisis Sensitivitas: Proyeksi Laba/Rugi dan Aliran Kas Operasional Skenario Penurunan Penjualan Sebesar 25% Tahun
Penjualan
Penurunan 25%
0
1
2=15%x1
Penjualan 85%
Total Biaya
Laba Operasi
3=1-2
4
5=3-4
1
3.220.000.000
483.000.000
2.737.000.000
1.827.450.000
909.550.000
2
2.030.000.000
304.500.000
1.725.500.000
1.535.750.000
189.750.000
3
2.030.000.000
304.500.000
1.725.500.000
1.535.750.000
189.750.000
4
2.870.000.000
430.500.000
2.439.500.000
1.661.750.000
777.750.000
5
2.030.000.000
304.500.000
1.725.500.000
1.450.850.000
274.650.000
12.180.000.000
1.827.000.000
10.353.000.000
8.011.550.000
2.341.450.000
Sumber: Diolah peneliti
101
Lanjutan Tabel S.11.1.
Pajak
Laba Setelah Pajak
Penyusutan
Aliran Kas Operasi
6=25%*5
4=2x3
8
9=7+8
227.387.500
682.162.500
124.000.000
806.162.500
47.437.500
142.312.500
124.000.000
266.312.500
47.437.500
142.312.500
124.000.000
266.312.500
194.437.500
583.312.500
124.000.000
707.312.500
68.662.500
205.987.500
124.000.000
329.987.500
585.362.500
1.756.087.500
620.000.000
2.376.087.500
Penurunan penjualan sebesar 25% tersebut mempunyai dampak terhadap perhitungan NPV dan B/C ratio, lihat Tabel S. 11.2 sebagai berikut. Dalam Tabel S.11.2 diperoleh NPV Rp114.660.617,- (positip) dan B/C ratio 1,04 lebih besar dsri satu, dapat disimpulkan bahwa walaupun terjadi penurunan penjualan sebesar 25%, skala usaha tetap feasible. Tabel S.11.2. Analisis Sensitivitas Kelayakan Investasi Skala Uaaha 150 Sapi Perhitungan NPV dan B/C RATIO at DF 15% Skenario Penurunan Penjualan 25% Tahun
0
Investasi Awal
Aliran Kas Operasi
DF15%
Nilai Sekarang
1
2
3
4=2x3
2.640.000.000
1,0000
(2.640.000.000)
1
806.162.500
0,8696
701.010.870
2
266.312.500
0,7561
201.370.510
3
266.312.500
0,6575
175.104.792
4
707.312.500
0,5718
404.408.218
5
329.987.500
0,4972
164.062.108
1.950.000.000
0,4972
969.494.634
280.000.000
0,4972
139.209.486
Nilai Residu Recovery Modal Kerja
NPV AT DF 15% B/C RATIO
114.660.617 1,04
Sumber: Diolah Peneliti Skenario, kedua, adalah bila penjualan tidak mengalami perubahan, akan tetapi terjadi kenaikan biaya-biaya sebesar 25%. K emungkinan terjadinya kenaikan biaya ini disebabkan adanya perubahan kondisi ekonomi (kenaikan tingkat inflasi) yang mempengaruhi kenaikan biaya usaha. Perhitungan analisis sensitivitas skenario kedua Tabel sbb.
102
Tabel. S.11.3. Analisis Sensitivitas: Proyeksi Laba/Rugi dan Aliran Kas Operasional Skenario Penjualan Tetap; Kenaikan Biaya Sebesar 15%
Tahun
Penjualan
Total Biaya
Kenaikan 15%
Total Biaya 125%
Laba Operasi
0
1
2
3=25%x2
4
5=3-4
1
3.220.000.000
1.827.450.000
274.117.500
2.101.567.500
1.118.432.500
2
2.030.000.000
1.535.750.000
230.362.500
1.766.112.500
263.887.500
3
2.030.000.000
1.535.750.000
230.362.500
1.766.112.500
263.887.500
4
2.870.000.000
1.661.750.000
249.262.500
1.911.012.500
958.987.500
5
2.030.000.000
1.450.850.000
217.627.500
1.668.477.500
361.522.500
12.180.000.000
8.011.550.000
1.201.732.500
9.213.282.500
2.966.717.500
Lanjutan Tabel S.11.3. Pajak
Laba Setelah Pajak
Penyusutan
Aliran Kas Operasi
6=25%*3
4=2x3
8
9=7+8
279.608.125
838.824.375
124.000.000
962.824.375
65.971.875
197.915.625
124.000.000
321.915.625
65.971.875
197.915.625
124.000.000
321.915.625
239.746.875
719.240.625
124.000.000
843.240.625
90.380.625
271.141.875
124.000.000
395.141.875
741.679.375
2.225.038.125
620.000.000
2.845.038.125
Perhitungan NPV dan B/C ratio at DF 10% untuk skenario penjualan tetap, tetapi terjadi kenaikan beban sebesar 25%, lihat Tabel S.11.4. Tabel S.11.4. Analisis Sensitivitas Kelayakan Investasi Skala 150 Sapi Perhitungan NPV dan IRR at DF 15% Skenario Kenaikan Total Biaya 15% Tahun 0
Investasi Awal
Aliran Kas Operasi
DF15%
Nilai Sekarang
1
2
3
4=2x3
1,0000
(2.640.000.000)
2.640.000.000
1
962.824.375
0,8696
837.238.587
2
321.915.625
0,7561
243.414.461
3
321.915.625
0,6575
211.664.749
4
843.240.625
0,5718
482.125.564
5
395.141.875
0,4972
196.455.347
1.950.000.000
0,4972
969.494.634
280.000.000
0,4972
139.209.486
Nilai Residu Recovery Modal Kerja
NPV AT DF 15% B/C RATIO
Sumber: Diolah Peneliti 103
439.602.828 1,17
Rekapitulasi Hasil Analisis Kelayakan Usaha Skala 150 Sapi Rekapitulasi analisis kelayakan investasi usaha skala 150 sapi sebagai berikut. TABEL S,12. REKAPITULASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI USAHA SAPI SKALA 150 SAPI KRITERIA PENLAIAN
NILAI
KEPUTUSAN
NPV AT DF 15%
828.617.190
BC R AT D F 15%
1,31
IRR
21,96%
POSITIVE, LAYAK > DARI SATU, LAYAK
PAYBACK UNDI SCOUNTED
3,8 tahun
PAYBACK UNDI SCOUNTED
4,3 tahun
> INFLASI, LAYAK < 5 TAHUN, LAYAK < 5 TAHUN, LAYAK
5.764.798.704
WAJAR
77
WAJAR
51%
WAJAR
22,34%
> bunga bank
20,62% NPV & B/C RATIO NPV & B/C RATIO
> bunga bank
PENJ UALAN BE P(RP) PENJUALAN BE P (EKOR) KAPASITAS PENJUALAN BEP (%)
NET PROFI T MARGIN (NPM) RE TURN ON INV ESTMENT (ROI ) SE NSI TI VI TY ANA LYSI S, PE NJ UALAN NAI K 15% SE NSI TI VI TY ANA LYSI S, BI AY A NAI K 15%
POSITIP> 1 POSITIP> 1
Sumber: Diolah Penulis dari Tabel-Tabel AK-C-11.1 s.d. AK-C-11.4 8.16. Analisis CVP dan/ BEP
Menurut Garrison & Noreen (1994), analsis Cost-Volume-Profit (CVP) adalah alat yang paling penting bagi para manajer korporasi dalam membuat keputusan keuangan. Analisis CVP membantu para manajer memahami hubungan antara biaya, volume, dan laba dalam organisasi perusahaan dengan memusatkan perhatian pada interaksi dari lima unsur sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
Harga jual produk Volume atau tingkat aktivitas Biaya variabel per unit Total biaya tetap Bauran produk yang dijual
Dengan memahami analisis CVP, para manajer dapat memahami hubungan antara biaya, volume, dan laba yang merupakan faktor penting dalam keputusan bisnis. Dalam keputusan ini termasuk produk apa yang akan dijual dan apa kebijakan harga jualnya, apa strategi pemasaran yang harus dilakukan, apa fasilitas produksi yang harus diperoleh, berapa dana harus tersedia, dan bentuk koordinasi yang dibutuhkan lintas fungsi-fungsi dalam suatu korporasi. Konsep CVP ini umumnya lebih banyak dibahas dalam Akuntansi Manajerial. Alat ini sangat familiar digunakan dalam korporasi dan 104
alat manajerial terbaik yang perlu dipahami oleh para manajer terutama dalam memprediksi potensi keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan. Dasar Analisis CVP Dalam mempelajari CVP biasanya kita perlu mengetahui perilaku biaya. Berdasarkan perilaku biaya, biaya diklasifikasikan atas biaya variabel, biaya tetap, dan biaya semi variabel. Biaya variabel adalah biaya satuannya tetap, tetapi biaya totalnya berubah mengikuti perubahan tingkat aktivitas atau volume kegiatan. Misalnya biaya bahan baku dan tenaga kerja bahan baku. Biaya tetap adalah biaya totalnya tetap walaupun terjadi perubahan tingkat volume atau aktivitas, sedangkan biaya perunit dapat berubah mengikuti perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel atau disebut biaya bauran (mixed cost) adalah biaya yang mengandung unsur-unsur biaya tetap dan biaya variabel. Misalnya biaya listrik pada usaha tempe diatas. Biaya listrik terdiri biaya abonemen tetap, misalnya kapasitas terpasang pada ruangan 2.300 watt dengan biaya tetapnya adalah Rp40.000,- Sedangkan biaya variabel dihitung per watt sesuai pemakaian dengan tarif Rp150,- Misalnya pemakaian satu bulan 1000 watt, maka total biaya variabel adalah 1000xRp150=Rp150.000. Jadi total biaya semi variabel pemakaian listrik adalah Rp40.000 + Rp150.000 = Rp190.000 perbulan. Margin Kontribusi Margin kontribusi adalah penerimaan penjualan dikurangi dengan total biaya variabel. Jumlah sisa ini tersedia untuk menutupi biaya tetap dan memberikan profit untuk periode tertentu.
Misalnya: Penjualan 1 kg tempe Rp 20.000 Dikurangi Biaya variabel (bahan baku) 10.000 Margin Kontribusi 10.000 Dikurangi biaya tetap 100.000 Rugi (Rp 90.000) Bagaimana bila menjual 10 kg tempe Penjualan 10 kg tempe Rp 200.000 Dikurangi Biaya variabel (bahan baku) 100.000 Margin Kontribusi 100.000 Dikurangi biaya tetap 100.000 Laba/Rugi 0 Artinya setiap 1 kg penjualan tempe di atas 10 kg akan memberikan keuntungan sebesar Rp10.000. Kita buktikan sbb: Penjualan 11 kg tempe @ Rp20.000 Rp 220.000 Dikurangi Biaya variabel (bahan baku) 110.000 Margin Kontribusi 110.000 Dikurangi biaya tetap 100.000 Laba/Rugi Rp 10.000 105
Analisis Break Even Point
Analisis Break Even Point, disingkat BEP diartikan dengan analisis pulang pokok atau analisis titik impas) adalah bagian dari analisis Biaya-Volume-Profit (Cost Volume Profit, disingkat CVP). Analisis BEP dapat digunakan dalam perencanaan laba. Metode Persamaan
Metode persamaan memusatkan pada laba rugi dengan pendekatan kontribusi. Format laporan laba/rugi sebagai berikut: Penjualan – (biaya variabel+ biaya tetap) = laba Atau dapat kita ungkapkan sbb: Penjualan = biaya variabel + biaya tetap + laba Contoh: Berapa kg tempe harus dijual agar dicapai titik impas, misalkan X Penjualan = biaya variabel + biaya tetap + laba Rp20.000 X = Rp10.000 X + Rp100.000 + Rp 0 10.000 X = Rp100.000 X = 10 kg X = Break even point dalam kg Rp20.000 =Harga jual tempe/kg Rp10.000 = Biaya variabel tempe/kg Rp100.000= Total biaya tetap Berapa penjualan break even dalam rupiah, misalkan X? Penjualan = biaya variabel + biaya tetap + laba X = 0,5 X + Rp100.000 + Rp 0 0,5X = Rp100.000 X = Rp200.000,X = Break even point dalam rupiah 0,5X=Biaya variabel tempe sebagai persentase dari penjualan Rp100.000= Total biaya tetap Hubungan CVP dalam bentuk Grafik Langkah-langkah pembuatan grafik, menggunakan data usaha tempe di atas: 1. Gambar garis paralel dengan volume pada sumbu aksis untuk menyatakan total biaya tetap, contoh biaya tetap Rp100.000 2. Pilih beberapa volume penjualan dan plot titik yang menggambarkan total biaya (biaya tetap + biaya variabel), volume misalnya 20kg; maka total biaya adalah: Biaya variabel 20kg x Rp10.000=Rp200.000 Biaya tetap = 100.000 Total biaya Rp 300.000
106
3. Plot titik yang menggambarkan total penjualan = 20kg x Rp20.000 Rp400.000,- Tarik garis penjualan dari titik Rp 1 juta ke titik asal (nol) Rp 500 rb total penjualan 400
area laba
300
BEP
total biaya
200 100
=
biaya variabel rugi 5
biaya tetap 10 11
15
20
25 kg
Gambar 8.2. Grafik BEP Konsep Bauran Penjualan
Pengertian bauran penjualan adalah kombinasi relatif atas produk-produk yang dijual oleh perusahaan. Tugas manajer korporasi adalah berupaya untuk mencapai kombinasi atau bauran yang memberikan profit terbesar. Umumnya perusahaan memiliki beberapa produk, akan tetapi produk-produk tersebut tidak memberikan tingkat keuntungan yang sama. Profit perusahaan tergantung pada bauran penjualan yang mampu dicapai oleh perusahaan. Profit perusahaan tentu akan lebih besar bila ada produk-produk yang mempunyai proporsi terbesar dan dapat menghasilkan high-margin ketimbang produk-produk dengan margin rendah. Perubahan dalam bauran penjualan menyebabkan variasi dalam keuntungan perusahaan. Perubahan bauran penjualan dari item-item dengan margin tinggi ke itemitem margin rendah dapat menyebabkan menurunnya keuntungan walaupun total penjualan meningkat. Sebaliknya perubahan bauran penjualan dari item-item dengan margin rendah ke item-item dengan margin tinggi dapat meningkatkan total laba meningkat, walaupun total penjualan mengalami penurunan. Bauran Penjualan dan Analisis Break-Even Bila perusahaan menjual lebih dari satu produk, maka analisis break- even lebih
komplek. Alasannya adalah bahwa terdapat beberapa produk dengan harga yang berbeda, harga pokok yang berbeda, dan margin kontribusi berbeda. Akibatnya, titik impas (BEP) akan tergantung pada bauran daripada produk-produk yang dijual. Tabel berikut memberikan ilustrasi penjualan, biaya, dan titik impas suatu perusahaan dengan multi produk:
107
Tabel 8.13. Penjualan, biaya, dan titik impas multi produk Uraian
Produk A Jumlah
Penjualan Rp Juta Dikurangi Biaya Variabel Rp Juta Margin Kontribusi Rp Juta Dikurangi Biaya Tetap Rp Juta
Produk B Persen
Jumlah
Total Persen
Jumlah
Persen
20.000
100
80.000
100
100.000
100
15.000
75
40.000
50
55.000
55
5.000
25
40.000
50
45.000
45
27.000
Laba Bersih Rp Juta
18.000
Biaya tetap, Rp 27.000.000.000 Break-even point = Margin Kontribusi Bauran, 45% = Rp60.000.000.000,Keterbatasan analisis CVP Ada beberapa keterbatasan asumsi yang mesti dibuat bila menggunakan data untuk melakukan analisis CVP: 4. Perilaku baik penerimaan maupun biaya adalah linier. 5. Biaya-biaya dapat dibagi kedalam unsur biaya variabel dan biaya tetap. 6. Bauran penjualan adalah konstan 7. Persediaan barang tidak berubah, yaitu unit barang yang diproduksi sama dengan unit produk yang dijual. 8. Efisiensi dan produktivitas pekerja dan mesin tidak berubah selama periode tertentu. 9. Nilai uang yang diterima hari ini sama dengan nilai uang yang akan diterima dimasa mendatang. Pertanyaan 1. Apa yang dimaksud dengan metode bunga majemuk (compounding) dan metode discounting ? 2. Apa yang dimaksud dengan analisis arus kas didiskonto (discounted cash flows analysis) ? 3. Jelaskan pengertian dan cara menghitung NPV, IRR, B/C ratio, dan Payback period? 4. Bagiamana cara menentukan diskon faktor yang digunakan mendiskonto aluran kas (cash flows) suatu proyek? 5. Mengapa bila perusahaan mempunyai beberapa divisi dan masing-masing divisi mempunyai proyek, maka untuk mendiskonto arus kas proyek divisi tersebut harus menggunakan biaya modal masing-masing divisi, bukan biaya modal korporasinya?
108
6. 7. 8. 9. 10.
Apa pengertian biaya tetap, biaya variabel, dan margin kontribusi beri contoh? Sebutkan keterbatasan analisis CVP? Apa kegunaan analisis Break-even point? Apa yang dimaksud dengan bauran penjualan? Bagaimana menghitung BEP bauran penjualan?
Problem Berikut ini informasi data penjualan dan biaya PT Alia: Penjualan Rp25.000,- perunit Biaya variabel per unit: Biaya bahan Rp 10.000,Komisi penjualan Rp 5.000,Total biaya variabel Rp 15.000,Biaya Tetap pertahun: Periklanan Rp400.000,Sewa Rp200.000,Gaji tetap Rp400.000,Total biaya tetap Rp1.000.000,Hitunglah: a) BEP pertahun dalam rupiah dan dalam unit? b) Gambar Grafik BEP? c) Seandainya perusahaan menjual 125 unit, berapakah labanya? Soal Kasus Proyek Unit Penggilingan Padi di Belitang, OKU Tn. Nazar mengajukan proposal kepada bank untuk memperoleh kredit investasi sebesar Rp20 juta. Dana tersebut akan digunakannya sebagai tambahan untuk mendirikan sebuah usaha penggilingan padi di Belitang, OKU. Adapun informasi yang diperoleh Tn. Nazar sehubungan dengan rencana pengoperasian Unit Penggilingan Padi tersebut adalah sebagai berikut: - Harga mesin dan bangunan pabrik siap operasi Rp50 juta. - Umur ekonomis diperkirakan 5 tahun dan pada akhir tahun ke 5 tersebut, unit usaha tersebut masih laku dijual seharga Rp10 juta. - Arus kas bersih untuk tahun 1,2 dan ke 3 masing-masing sebesar Rp20 juta, tahun keempat Rp15 juta dan tahun ke lima Rp. 10 juta. - Biaya modal atas proyek tersebut diperkirakan 15 %.
Hitunglah: NPV, BCR, IRR, dan Payback Period ( undiscounted dan discounted ) atas Proyek Tn. Nazar tersebut. Apakah secara finansial rencana investasi tersebut layak dibiayai?
109
BAB 9 ASPEK RESIKO
(RI SK ASPECTS) 9.1. Pendahuluan
Kajian atas Aspek resiko bertujuan untuk mengetahui apakah suatu proyek masih layak atau tidak untuk diimplementasikan, bilamana terjadi perubahan-perubahan pada unsurunsur kelayakan aspek pemasaran, teknologi, produksi, dan keuangan yang sudah ada. Kajian aspek resiko meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar-kecilnya resiko kegagalan proyek yang
mungkin terjadi. 2. Aspek resiko dalam keseluruhan proyek, bilamana pendanaan proyek sebagian
akan dibiayai dari sumber pinjaman atau dilihat dari kepentingan kreditur/bank. 3. Perumusan langkah-langkah yang perlu diantisipasi untuk bisa keluar dari
masalah yang menyebabkan resiko. Risiko Proyek
Peristiwa yang tidak pasti bila terjadi memiliki pengaruh positip atau negatif terhadap tujuan proyek (waktu, biaya, ruang lingkup, mutu proyek, SDM). Risiko mungkin memiliki satu atau lebih penyebab, yang bila terjadi memiliki satu atau lebih dampak. Ciri-ciri penting risiko: 1) ketidakpastian; 2) positip atau negatif; 3) sebab akibat;
4) risiko ada yang diketahui dan ada yang tidak diketahui. 9.2. Manajemen Risiko Proyek
Manajemen risiko proyek meliputi langkah memahami dan mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin terjadi, mengevaluasi, memonitoring dan menangani risiko. Manajemen risiko yang proaktif artinya menjawab bagaimana orang secara aktif berusaha mengurangi risiko serta memperbaiki tingkat probabilitas keberhasilan pelaksanaan proyek. Risiko merupakan kombinasi dari kemungkinan suatu kejadian dan akibat dari kejadian tersebut dengan tidak menutup kemungkinan bahwa ada lebih dari satu akibat yang mungkin terjadi untuk satu kejadian tertentu. Pada umumnya risiko dipandang daru perspektif negatif, seperti kehilangan, bahaya, kerugian, kegagalan dan lain sebagainya.
110
Hal-hal tersebut pada prinsipnya merupakan bentuk ketidak pastian yang mestinya dipahami dan dikelola secara efektif sehingga dapat menjadi nilai tambah bagi organisasi. Perdefinisi risiko merupakan suatu kesempatan atau peluang yang secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut:
Risk exposure = risk likelihood x risk impact Risk likelihood adalah probabilitas terjadinya suatu peristiwa yang dikuantifisir menjadi
angka probabilitas, risk impact adalah dampak dari peristiwa tersebut yang biasanya diukur dengan satuan moneter misalnya rupiah, sedang tingkat kepentingan risiko disebut risk exposure, yang dalam analisis biaya-manfaat akan mencerminkan besarnya biaya. Risk exposure inilah yang nantinya akan diperbandiongkan dengan risk exposure suatu pekerjaan lainnya dan menjadi acuan bagi orang untuk memilih pekerjaan mana yang akan dilakukan.
9.3. Jenis-Jenis Risiko
Menurut IRM (2002), ada setidaknya 4 jenis risiko yang selama ini sudah dikenal orang, yakni: 1. Risiko Operasional, yakni risiko yang berhubungan dengan operasional organisasi, antra lain misalnya risiko yang mencakup sistem organisasi, proses kerja, teknologi dan sumber daya manusia. 2. Risiko Finansial, yakni risiko yang berdampak pada kinerja keuangan organisasi seperti kejadian risiko akibat dari fluktuasi mata uang, tingkt suku bunga termasuk risiko pemeberian kredit, likuiditas da kondisi pasar. 3. Hazard Risk , yaitu risiko yang terkait dengan kecelakaan fisik seperti kerusakan karena kebakaran, gempa bumi, ancaman fisik dll 4. Risiko stratejik, yaitu risiko yang ada hubungannya dengan strategi perusahaan, politik, ekonomi, hukum. Risiko ini juga terkait dengan reputasi kepemimpinan organisasi dan perubahan selera pelanggan. 9.4. Tujuan Manajemen Risiko Proyek
Secara umum, tujuan manajemen risiko yang utama adalah mencegah atau meminimisasi pengaruh yang tidak baik akibat kejadian yang tidak terduga melalui
111
penghindaran risiko atau persiapan rencana kontingensi yang berkaitan dengan risiko tersebut. Dalam manajemen proyek risiko proyek adalah suatu peristiwa atau kondisi yang tidak pasti, dan jika terjadi mempunyai pengaruh positif atau bisa juga negatif pada tujuan proyek. Suatu risiko mempunyai sebab dan bila terjadi akan membawa dampak, oleh karena itu risiko dapat dinyatakan sebagai fungsi dari kemungkinan dan dampak. Lebih jauh, dalam konteks manajemen proyek, manajemen risiko proyek dipahami sebagai seni dan ilmu untuk mengidentifikasi, menganalisis dan merespon risiko selama umur proyek dan tetap menjamin tercapainya tujuan proyek. Manajemen risiko proyek yang baik akan mampu memperbaiki tingkat keberhasilan proyek secara signifikan. Bagaimanapun, manajemen risiko proyek akan memberikan suatu pengaruh positif dalam hal memilih proyek, menentukan lingkup proyek, membuat jadwal yang realistis dan estimasi biaya yang baik. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen risiko proyek yakni: 1. Identifikasi, analisis dan penilaian risiko di awal proyek secara sistematis serta mengembangkan rencana untuk mengantisipasi risiko. 2. Mengalokasikan tanggungjawab kepada pihak yang paling sesuai untuk mengelola risiko 3. Memastikan bahwa biaya penanganan risiko adalah cukup kecil dibanding nilai proyek. Artinya bahwa biaya yang diperlukan untuk mengurangi dampak negatif dari suatu risiko realatif lebih rendah atau sama dengan besaran manfaat dari terhindarnya/ berkurangnya risiko tersebut. Ketidakpastian Risiko
Pengambilan keputusan secara umum bisa masuk ke dalam tiga kategori, yaitu; 1. Pengambilan keputusan dalam kondisi pasti. Yang dimaksud di sini adalah bahwa dalam kondisi pasti, artinya semua informasi tentang suatu peristiwa dapat ditentukan dengan pasti sehingga hasil setiap keputusan dapat diketahui dengan pasti pula. Perbandingan dari berbagai alternatif keputusan dapat dilakukan secara langsung karena semua informasi terkait alternatif keputusan dapat diketahui dengan pasti;
112
2. Pengambilan keputusan di bawah risiko. Artinya bahwa bahwa keputusan diambil dengan kondisi tersedianya informasi yang pasti tentang kemungkinan dan dampak sehingga nilai harapan dapat diketahui. 3. Pengambilan keputusan dalam ketidakpastian. Artinya keputusan diambil dengan kondisi dimana informasi tentang kemungkinan dan dampak tidak dapat diperoleh sehingga orang tidak dapat memperkirakan apapun tntang kemungkinankemungkinan.
9.5. Proses Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko memberikan gambaran kepada kita bahwa untuk mengelola risiko ada beberapa tahapan yakni: 1. Perencanaan Manajemen Risiko .
Perencanaan
meliputi
langkah
memutuskan
bagaimana
mendekati
dan
merencanakan kegiatan manajemen risiko untuk sebuah proyek. Dengan mempertimbangkan
lingkup
proyek,
rencana
manajemen
proyek,
faktor
lingkungan perusahaan, maka tim proyek dapat mendiskusikan dan menganalisis aktivitas manajemen risiko untuk proyek-proyek tertentu. Untuk membuat perencanaan manajemen risiko, ada beberapa hal yang diperlukan yakni 1) Project Charter , yakni dokumen yang dikeluarkan oleh manajemen senior yang secara formal menyatakan adanya suatu proyek. Dokumen ini memberi otorisasi kepada manajer proyek untuk menggunakan sumberdaya organisasi untuk melaksanakan aktivitas proyek. 2) Kebijakan manajemen risiko, 3) Susunan peran dan tanggung jawab 4) Toleransi stakeholder terhadap risiko 5) Tamplate untuk rencana manajemen risiko organisasi 6) Work Breakdown Structure (WBS)
Output dari perencanaan manajemen risiko adalah Risk Management Plan yang berisi:
Metodologi yang menguraikan definisi alat, pendekatan, sumber data yang mungkin digunakan dalam manajemen risiko proyek tertentu
Peran dan Tanggung Jawab yang menguraikan tanggung jawab dan peran utama serta pendukung berikut keanggotaan tim manajemen risiko untuk
113
setiap tindakan
Budget yang berisi rencana anggaran untuk manajemen risiko proyek
Waktu yang berisi rencana waktu pelaksanaan proses manajemen risiko di sepanjang siklus proyek
Scoring dan Intepretasi yang menguraikan metode skoring dan intepretasi yang sesuai tipe dan waktu analisis risiko kualitatif maupun kuantitatif.
2. Identifikasi Risiko
Sebagai suatu rangkaian proses, identifikasi risiko dimulai dengan memahami apa sebenarnya yang disebut sebagai risiko. Berikutnya adalah pendefinisian risiko
yang
mungkin
mempengaruhi
tingkat
keberhasilan
proyek
dan
mendokumentasikan karakteristik dari tiap-tiap risiko dengan melakukan Hasil utama dari langkah ini adalah risk register . Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan analisis sumber risiko dan analisis masalah Analisis sumber risiko yaitu analisis risiko dengan melihat darimana risiko berasal. Ada tiga sumber risiko yang sudah banyak dikenal yakni Risiko internal yakni risiko yang bersumber dari internal organisasi yang dapat dikategorikan dalam non technical risk (manusia, material, keuangan) dan technical risk (disain, konstruksi dan operasi). Analisis masalah adalah analisis risiko
yang
terkait
dengan
kekawatiran/
rasa
khawatir.
Untuk dapat mengidentifikasi risiko setidaknya ada empat metode yang digunakan, yakni 1) Identifikasi risiko berdasarkan tujuan Yaitu risiko diidentifikasi berdasarkan sejauh mana suatu peristiwa dapat membahayakan pencapaian tujuan secara perbagian atau secara keseluruhan pekerjaan proyek. 2) Identifikasi Risiko berdasarkan Skenario . Yakni risiko diidentifikasi berdasarkan skenario yang dibuat berdasarkan perkiraan terjadinya sebuah peristiwa. 3) Identifikasi risiko berdasarkan Taksonomi . Yakni risiko di rinci berdasarkan sumber risiko dengan menggunakan pengetahuan praktik yang ada melalui daftar pertanyaan yang telah disusun yang jawabannya akan menunjukkan risiko yang ada. 4) Common risk check. Yakni risiko yang sudah biasa terjadi didaftar dan dilakukan pemilihan mana risiko yang sesuai dengan proyek yang sedang dikerjakan.
114
3. Analisis Risiko Kualitatif
Analisis kualitatif dalam manajemen risiko adalah proses menilai dampak dan kemungkinan risko yang sudah diidentifikasi. Proses ini dilakukan dengan menyusun risiko berdasarkan dampaknya terhadap tujuan proyek. Analisis ini merupakan cara prioritisasi risiko sehingga membentuk gambaran risiko yang harus mendapat perhatian khusus dan cara merespon risiko tersebut seandainya terjadi. 4.
Analisis Risiko Kuantitatif
Analisis risiko secara kuantitatif merupakan metode untuk mengidentifikasi risiko kemungkinan kegagalan sistem dan memprediksi besarnya kerugian. Analisis ini dilakukan dengan mengaplikasikan formula matematis yang dikaitkan dengan nilai finansial. Secara matematis penghitungan risiko dilajkukan dengan mengalikan tingkat kemungkinan kejadian dengan dampak yang ditimbulkan. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk mengambil langkah strategis dalam mengatasi
risiko
yang
teridentifikasi..
Meskipun
analisis
kuantitatif
ini
menggunakan pendekatan matematis, namun pada prinsipnya analsisi ini merupakan tindak lanjut yang mengikuti hasil analisis kualitatif. Kesulitan utama dalam
analisis
risiko
kuantitatif
adalah
pada
saat
menentukan
tingkat
kemungkinan karena data-data statistik belum tentu tersedia untuk semua peristiwa. 5. Penanganan Risiko
Penangan risiko diartikan sebagai proses yang dilakukan untuk meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi sampai pada batas yang dapat diterima. Sacra kuantitatif, upaya meminimalisasi risiko dilakukan dengan menerapkan langkahlangkah yang diarahkan pada turunnya angka hasil ukur yang diperoleh dari analisis risiko. Meskipun dalam penanganan risiko dapat dilakukan dengan satu atau lebih cara yang diaplikasikan secara bersamaan atau simultan misalnya mengurangi risiko sekaligus mengalihkan risiko, namun secara umum, teknik yang digunakan untuk menangani risiko dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu 1) Menghindari risiko yakni dengan tidak melakukan aktivitas yang beresiko dan memilih melakukan kegiatan yang tidak memiliki risiko. 2)
115
Mengurangi risiko yakni dengan melakukan tindakan untuk mengurangi peluang
terjadinya peristiwa yang tidak diharap. Misalnya dengan memilih orang-orang yang kompeten untuk dipekerjakan di proyek. 3) Menerima risiko yakni tetap melakukan pekerjaan yang mengandung risiko dengan tidak melakukan perubahan apapun namun menyiapkan rencana kontingensi jika risiko terjadi. 4) Tranfer Risiko yakni dengan mengalihkan risiko ke pihak lain misalnya dengan
membeli asuransi.
9.6.
Unsur-unsur Dasar Perhitungan Resiko
Unsur utama yang dapat dijadikan sebagai penentu besar-kecilnya resiko adalah hasil penjualan barang dan jasa yang diproduksi proyek, terutama pada masa selama proyek masih menanggung beban kredit. 1.
Bilamana jumlah volume dan nilai penjualan ternyata lebih rendah dari yang direncanakan. Hasil penjualan barang/ jasa merupakan fsktor penenru
kontinuitas siklus bisnis perusahaan. Sedangkan berhasil/ tidaknya penjualan akan tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut: Seperti diketahui bahwa: Penjualan = Volume Barang yang dijual x Harga Jual/Unit per jenis barang Kegagalan penjualan tersebut dapat disebabkan karena kemungkinan tidak sesuainya realisasi penjualan bila dibandingkan dengan rencana penjualan yang diperhitungkan dalam laporan studi kelayakan. 2. Kegagalan Teknologi dan Produksi. Bila perusahaan tidak mampu menguasai
teknologi yang diterapkan dalam proyek, sehingga gagal dalam mencapai tingkat produktivitas yang telah diperhitungkan sebelumnya. 3.
Kegagalan Manajerial Pengaturan Hasil penjualan
Kemungkinan kegagalan menjaga kesinambungan siklus bisnis adalah karena manajemen gagal mengelola
dana hasil penjualan untuk diutamakan bagi
kepentingan pengeluaran biaya yang bersifat produktif. Misalnya, karena meningkatnya beban bunga, ternyata piutang terlalu besar dan sebagian macet, sebagian dana produktif digunakan untuk keperluan konsumtif.
116
9.7.
Penggunaan Faktor Resiko dalam Analisis Proyek
Analisis kepekaan proyek (sensitivity analysis)
Setingkali ketidakpastian yang dihadapi setelah proyek berjalan memang sulit diduga atau diperhitungkan dalam suatu kelayakan proyek bisnis. Sehubungan dengan itu, kemungkinan melesetnya perkiraan dan perhitungan kelayakan penjualan seperti dikemukakan sebelumnya, dapat diatasi dengan cara menerapkan teknis analisis kepekaan sehingga hasilnya bisa diharapkan dapat mendekati dengan masa depan yang
sebenarnya dari proyek yang didirikan. Tujuan Analisis Kepekaan Proyek
Tujuan analisis kepekaan proyek adalah untuk memberlakukan faktor-faktor resiko yang bisa mempengaruhi komponen pokok dari suatu analisis kelayakan, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi volume penjualan dan harga jual per unit produk yang dihasilkan proyek. Kedua faktor yang menenrukan nilai penjualan tersebut, sering digunakan untuk menduga sejauhmana proyek masih mampu untuk: 1) Menanggung beban pengeluaran produktif; 2) Penyusutan; 3) Kemampuan memenuhi kewajiban kepada kreditur; 4) Kemampuan menanggung beban konsumtif, dana cadangan, dan pemupukan modal.
Cara Penerapan analisis resiko
Dalam analisis kelayakan proyek, semua perhitungan kelayakan sudah menggunakan data dan informasi yang diduga bisa mendekati kondisi normal yang mengkin akan terjadi setelah proyek direalisasikan. Tetapi utuk mengantisipasi kemungkinan melesetnya ramalan, perkiraan, dugaan penggunaan data/informasi, maka dapat melakukan analisis kepekaan, khususnya terhadap hasil perhitungan cash flow dalam aspek keuangan, dengan menggunakan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi, sebagai berikut:
117
Faktor Resiko yang perlu diperhitungkan Bilamana penjualan lebih rendah dibandingkan dengan laporan studi kelayakan
Tingkat produksi lebih rendah daripada yang telah diperhitungkan sebelumnya
Harga jual lebih rendah daripada yang diperhitungkan sebelumnya
Faktor Penyebab 1) Produksi barang/jasa lebih rendah dari yang diperhitungkan sebelumnya, sementara harga relatif sama, 2) Harga jual ternyata lebih rendah dari yang diperhitungkan sebelumnya, sementara tingkat produksi bisa dicapai, 3) Tingkat produksi dan harga, keduanya sama-sama rendah dari tingkat yang telah diperhitungkan sebelumnya, 4) Piutang semakin besar atau tidak tertagih. Kemungkinan: Ketidak berhasilan pengusaha dalam mengelola 1) penguasaan teknologi, 2) sumberdaya untukkepentingan produksi, 3) proses produksi, 4) penanganan hasil produksi, 5) bencana alam. Kesemua faktor ini menyebabkan tingkat produktivitas, mutu dan kontinuitas lebih rendah daripada yang diperhitungkan. Kemungkinan: Ketidak berhasilan pengusaha dalam mengelola aspek pemasaran, misalnya: 1) daya serap pasar menurun, karena pasar sudah jenuh2) kalah bersaing, 3) selera pembeli berubah, 4) mutu barang dan waktu penyempaian tidak sesuai dengan yang diharapkan pembeli.
Contoh Analisis Sensitivitas secara finansial telah disajikan dalam tabel S.11 dan Tabel S.12. Proyek Peternakan Sapi dalam Aspek Keuangan. A. Pertanyaan 1. Menurut IRM ada empat jenis risiko, jelaskan? 2. Sebutkan empat ciri risiko? 3. Apa tujuan analisis aspek resiko? 4. Faktor-faktor apa saja yang perlu dikaji dalam aspek resiko? 5. Jelaskan tujuan analisis kepekaan proyek? 6. Apa yang dimaksud dengan manajemen risiko proyek? 7. Uraikan proses manajemen risiko proyek? 8. Bagaimana cara mentransfer risiko? 9. Apa tujuan analisis kepekaan proyek? 10. Sebutkan empat metode mengidentifikasi risiko? 11. Sebutkan empat penanganan risiko proyek? 12. Ada lima keluaran dari suatu risk management plan, sebutkan?
118
13. Faktor-faktor apa saja yang kemungkinan menyebabkan penjualan lebih rendah dari yang diperhitungkan sebelumnya dalam studi kelayakan? 14. Faktor-faktor apa saja yang kemungkinan menyebabkan harga jual lebih rendah dari ayang diperhitungkan sebelumnya?
B. SOAL KASUS: Proyek Rice Miling Unit (RMU) di Belitang, OKUT
Tn Ahmad bermaksud mendirikan sebuah penggilingan padi di Belitang. dasar pertimbangan sebagai berikut: Aspek pemasaran: karena daerah belitang terkenal sebagai lumbung padi di Sumsel, maka pemasok beras banyak yang berlokasi di daerah ini. selain itu hubungan transportasi dari belitang ke kota-kota lain sangat lancar. permintaan beras cukup tinggi, karena kualitas beras cukup baik. Aspek teknis: mengingat daerah belitang sejak zaman belanda merupakan irigasi teknis, maka bahan baku untuk rmu (padi) mudah di dapat. mesin rmu dapat dibeli di palembang dengan harga rp 200.000.000,- termasuk ongkos angkut dan pemasangan. Aspek manajemen: Tn Ahmad sudah menekuni usaha serupa sejak lama dan untuk tenaga kerja tidak menjadi masalah. Asumsi-Asumsi Aspek keuangan: Investasi awal: - Mesin dan peralatan rmu = rp 200 juta dengan umur ekonomis 5 tahun. - Bangunan dan perlengkapan lainnya (gudang dan lapangan jemur) = rp 50 juta - Modal kerja awal diperlukan rp 20 juta Proyeksi penjualan: Tahun i sampai tahun 3 sebesar rp. 150 juta pertahun, dan tahun keempat dan lima sebesar 120 juta per tahun. Biaya produksi (diluar penyusutan) sebesar 40 persen dari penjualan. Biaya penyusutan mesin dan peralatan rmu dihitung dari harga beli, yaitu rp 40 juta pertahun, namun nilai jual kembali diperkirakan laku sebesar rp 50 juta pada akhir tahun ke lima. Sumber dana: 50 % dipenuhi dengan modal sendiri dan sisanya pinjaman dari bank bri dengan bunga 10 persen pertahun dan diangsur pertahun selama lima tahun termasuk bunganya. diskon faktor menggunakan suku bunga tersebut. modal kerja sebesar rp 20 juta direcovery (diterima kembali) pada akhir tahun ke lima. Berdasarkan informasi di atas diminta: - Hitunglah NPV (net present value);Benefit cost ratio / Profitability indeks - Internal Rrate of Return (IRR); Payback period (discounted and undiscounted) - Buatlah Analisis Sensitivitas: - a) Jika penjualan turun 10%, sedangkan biaya produksi tetap - b) Jika biaya Produksi naik 5%, dari 40% menjadi 50%, penjualan tetap.
119
BAB 10 ASPEK HUKUM
(LE GAL ASPE CT) 10.1. Pendahuluan
Dalam memulai studi kelayakan suatu usaha pada umumnya dimulai dari aspek hukum, walaupun banyak juga yang memulai dari aspek lainnya. Hal ini sangat tergantung dari kesiapan masing-masing penilai studi kelayakan tersebut. Penilaian atas aspek hukum sangat penting meningat sebelum usaha tersebut dijalankan, segala prosedur yang berkaitan dengan izin atau berbagai persyaratan lain harus terlebih dahulu dipenuhi. Bagi penilai studi kelayakan bisnis, dokumen yang perlu diteliti keabsahan, kesempurnaan dan keasliannya meliputi badan hukum, perizinan yang dimiliki, sertifikat tanah maupun dokumen pendukung lainnya. Masalah yang timbul kadang kala sangat vital, sehingga usaha yang semula dinyatakan layak dari semua aspek, ternyata menjadi sebaliknya. Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya ketelitian dalam penilaian di bidang hukum sebelum usaha tersebut dijalankan.
10.2. Perijinan Usaha
Aspek hukum mengkaji tentang legalitas suatu proyek atau bisnis yang akan dibangun atau dioperasikan. Setiap proyek atau bisnis yang akan didirikan dan dibangun di wilayah tertentu harus memenuhi hukum dan tata peraturan yang berlaku di wilayah tersebut. Jenis data yang diperlukan secara umum yaitu data kuantitatif yang mencakup tentang bentuk badan usaha, ijin usaha dan ijin lokasi pendirian proyek atau bisnis. Semua ini dapat diperoleh dari sumber ekstern seperti notaries, pemda, departemen terkait maupun pemerintah setempat. Cara memperoleh dan menganalisis data Untuk memperoleh gambaran kelengkapan data dasar dan data yang harus dipenuhi tentang ijin usaha dan ijin lokasi pendirian dapat digali dengan teknik wawancara dan dokumentasi.
120
Kelengkapan atas data ijin usaha, meliputi: a.
Akte pendirian usaha dari notaris setempat apakah berbentuk badan usaha PT, CV, perseorangan, dll.
b.
NPWP (nomer pokok wajib pajak)
c.
Surat tanda daftar perusahaan
d.
Surat ijin tempat usaha yang dilakukan oleh pemda setempat
e.
Surat rekomendasi dari kadin setempat
f.
Surat tanda rekanan dari pemda setempat
g.
SIUP setempat
h.
Surat tanda terbit yang dikeluarkan oleh kanwil departemen penerangan Sementara itu kelengkapan data ijin lokasi pendirian,meliputi:
a.
Sertifikat (akte tanah)
b.
Bukti pembayaran PBB yang terakhir
c.
Rekomendasi dari RT/RW
d.
Rekomendasi dari kecamatan dan
e.
KTP dari pemrakersa proyek atau bisnis Setelah
kelengkapan
data
tersebut
terpenuhi,
selanjutnya
dilakukan
penganalisisan. Teknik analisis yang digunakan untuk menilai apakah proyek atau bisnis yang akan didirikan layak dari aspek hukum adalah teknik kualitatif (judgement). Dalam teknik ini tolak ukurnya adalah kelengkapan dari data yang disyaratkan oleh aparat pemerintah dan diterbitkannya surat-surat ijin tersebut.
Pertanyaan
1.
Apa saja yang perlu dipersiapkan dalam bisnis dari segi aspek hukum?
2.
Mengapa aspek hukum dikatakan sangat vital?
3.
Dokumen apa saja yang diperlukan dalam perizinan lokasi?
4.
Undang-undang dan peraturan pemerintah terbaru nomor berapakah yang memuat tentang perizinan usaha?
5.
Peraturan daerah terbaru nomor berapakah yang terkait tentang SIUP dan SITU?
KASUS
121
PT DELIMUDA BANDING KASUS KLAIM ASURANSI KAPALTONGKANG JAKARTA: PT Delimuda Nusantara mengajukan upaya hukum banding atas putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat terkait dengan perkara pembayaran klaim asuransi kapal tongkang yang hilang akibat pembajakan.”Sudah, kita sudah menyatakan banding [atas putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat],” ujar Evalina, salah satu kuasa hukum PT Delimuda Nusantara, dalam pesan singkat yang diterima Bisnis, kemarin. Evalina menyebutkan upaya hukum banding itu dilakukan karena pihaknya berkeberatan dengan putusan majelis hakim yang hanya memerintahkan PT Asuransi Purna Artanugraha membayar ganti rugi US$428.570 (sekitar Rp3,942 miliar, dengan kurs US$1=Rp9.000), pada PT Delimuda Nusantara. Salah satu poin keberatan pihaknya, kata Evalina, adalah nilai jumlah ganti rugi yang diputuskan majelis hakim yang dipimpin Reno Listowo hanya US$428.570. Sebelumnya, PT Delimuda Nusantara menggugat PT Asuransi Purna Artanugraha di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, karena menuding perusahaan asuransi itu enggan membayar klaim asuransi kapal tongkang yang hilang akibat pembajakan. Dalam gugatannya, PT Delimuda menuntut PT Aspan untuk membayar ganti rugi imateriel Rp17,42 miliar dan imateriel Rp10 miliar. Selain menggugat PT Aspan, PT Delimuda juga menyertakan PT Radita Hutama Internusa – penilai independen – sebagai sebagai turut tergugat dalam perkara tersebut.Akan tetapi, dalam putusan yang dibacakan pada 18 Februari 2009, majelis hakim telah memerintahkan PT Asuransi Purna Artanugraha membayar ganti rugi US$428.570 (sekitar Rp3,942 miliar, dengan kurs US$1= Rp9.000), pada PT Delimuda Nusantara. Pasalnya, majelis hakim menyatakan PT Asuransi Purna melakukan perbuatan melawan hukum, terkait dengan perkara gugatan pembayaran klaim asuransi kapal tongkang yang hilang akibat pembajakan. Di lain pihak, kuasa hukum PT Asuransi Purna, Parinsan Siringoringo, juga mengklaim pihaknya telah menyatakan upaya hukum banding atas putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tersebut. “Hari ini [kemarin] saya menyatakan banding,” ucapnya . Akan tetapi, dia menghormati hak PT Delimuda Nusantara jika perusahaan itu mengajukan upaya hukum banding pula. Tak lihat kerugian. Parinsan menyebutkan pihaknya mengajukan banding karena keberatan dengan putusan majelis hakim. Pasalnya, dia menilai majelis hakim tidak melihat kerugian yang ditanggung tertanggung sebenarnya. “Dalam perjanjian polis asuransi, kita kan cover kapal bekas. Tetapi mereka [PT Delimuda Nusantara] menuntut kita membayar klaim untuk membeli kapal yang baru,” tuturnya. Hubungan hukum antara kedua pihak berawal ketika tergugat menerbitkan perjanjian asuransi Marine Hull Policy No. 00.61.B.0001.10.03 dengan tertanggung PT Delimuda, pada 2 Oktober 2003. Perjanjian asuransi antara kedua pihak tersebut dilaksanakan kurun waktu 9 Oktober 2003 hingga 8 Oktober 2004, dengan objek pertanggungan berupa kapal tongkang Royal Palma 8. Pada 26 Oktober 2003, kapal tongkang Royal Palma 8 yang ditarik
122
dengan kapal tunda Royal Palma 1 berangkat dari Rengat menuju Tanjung Priok dengan membawa 2.746.710 kg minyak sawit mentah. Dalam perjalanan, kapal tersebut dibajak sekawanan perompak bersenjata. Perompakan terjadi di perairan Tanjung Jabung, Riau. Perompak berhasil membawa kapal tongkang beserta seluruh muatannya. Setelah kejadian tersebut, nakhoda kapal sempat melaporkan perompakan itu pada Kelompok Tugas Keamanan di Laut IV.1 TPI. Pencarian terhadap kapal tongkang pun dilakukan pihak yang berwajib. Akan tetapi, usaha itu tidak membuahkan hasil. Berdasarkan perjanjian polis asuransi setelah adanya laporan, tergugat menunjuk penaksir atau penilai independen guna melakukan investigasi atas hilangnya kapal tongkang dan melakukan perhitungan atas klaim asuransi yang diminta penggugat.
123
BAB 11 ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL
(ECONOMI (ECONOMI C AND SOCI SOCI AL ASPE ASPE CTS) CTS) 11.1. Pendahuluan
Dalam menyajikan suatu hasil analisa kelayakan proyek, maka kajian dipusatkan kepada : -
Aspek pemasaran, untuk menyimpulkan bahwa hasil produksi barang atau jasa yang dihasilkan proyek pr oyek mampu bersaing dan menembus pasar yang ada;
-
Aspek produksi, untuk menjelaskan adanya peluang untuk memproduksikan barang dan jasa yang bersangkutan; b ersangkutan;
-
Aspek keuangan untuk tiba pada kesimpulan bahwa proyek secara financial mempunyai kemungkinan layak untuk dikembangkan,
Dari bahasan ketiga aspek di atas, dapat dirangkum secara keseluruhan mengenai dampak dan manfaat proyek bagi stakeholders (para pemangku kepentingan) internal dan eksternal, kepentingan masyarakat dan negara.
11.2. Lingkup Ekonomi Dan Sosial
Dampak dan manfaat yang dapat diraih dari pelaksanaan suatu proyek investasi bisnis yang berhasil, akan mencakup lingkup li ngkup ekonomi dan social so cial berikut ini : 1.
Meningkatkan
pendapatan
bersangkutan. Manifestasi
pengusaha/pemilik
kenaikan
pendapatan
modal
pemilik
usaha
modal
yang
bisa
diperlihatkan dari peningkatan pendapatan besih setelah pajak yang bisa diraih sebagai akibat dari mengikuti proyek. Menilai dampak proyek rehabilitasi, intensifikasi dan ekstensifikasi, dilaksanakan dengan memperbandingkan pendapatan usaha yang sedang berjalan dengan pendapatan usaha yang bersangkutan sesudah sesud ah proyek. 2.
Menciptakan, menumbuhkan dan memelihara keterkaitan keterkaitan usaha
Penyajian informasi mengenai dampak proyek juga menyangkut sejauh mana proyek ini in i mempunyai keterkaitan dengan usaha-usaha usaha-us aha lain yang berada di sisi hulu maupun hilir proyek yang bersangkutan.
124
3. Peranan Perusahaan dalam meningkatkan devisa
Bilamana produk yang dihasilkan oleh proyek ada kemungkinan dapat dikaitkan secara langsung atau tidak langsung dengan pasar ekspor, maka secara kuantitatif peranan ekspor ini dapat dilihat dari pangsa ekspor atau nilai tambah matadagangan yang terkait dengan produk usaha kecil yang bersangkutan. 4. Peranan perusahaan dalam membantu mengurangi impor
Bilamana proyek ada kaitannya dengan substitusi impor, maka analisa dampak proyeknya dilaksanakan dengan mengkaji sejauh mana pengusaha kecil yang bersangkutan mampu memproduksikan barang substitusi dengan keragaan dalam jumlah, mutu, kontinuitas pasokan, dan harganya yang sesuai dengan harapan pengusaha dihilirnya atau importir. 5. Menciptakan, menumbukan dan memelihara lapangan kerja
Dalam komposisi biaya proyek digunakan sejumlah tenaga kerja yang mencakup tenaga kerja ahli sesuai dengan kebutuhan teknologi proyeknya, tenaga kerja trampil serta tenaga kerja musiman/tenaga kerja kasar, baik yang masuk katagori tenaga kerja langsung (dalam proses produksi) dan yang tak langsung (tenga kerja adiministrasi). Dampak proyek terhadap tenaga kerja ini adalah terjadinya peningkatan atau terpeliharanya jumlah lapangan kerja yang bersangkutan. Kenaikan jumlah penggunaan tenaga kerja sebagai akibat adanya proyek, akan digunakan sebagai tambahan lapangan kerja yang bisa tercipta akibat adanya proyek. Besaran per unit proyek bila dikalikan dengan jumlah unit proyek yang bisa dikembangkan, secara regional akan menyumbangkan lapangan kerja yang relatif besar. Peranan proyek dalam menciptakan lapangan kerja, secara tidak langsung bisa dikaitkan pla dengan terciptanya, tumbuhnya dan terpeliharanya usaha-usaha lain yang terkait yang dikembangkan dalam proyek. 6.
Keberhasilan proyek dalam pelestarian sumber daya alam
Bagi perusahaan yang bisa tumbuh terus secara berkesinambungan, secara paralel mampu pula berperan dalam menciptakan dampak proyek yang positif terhadap lingkungan. Secara praktis proyek-proyek semacam ini dapat dikatagorikan sebagai proyek yang bisa berkembang dengan berwawasan pelestarian sumber daya alam.
125
7. Peranan perusahaan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah
Potensi proyek dalam ikut serta meningkatkan pendapatan asli daerah dapat dilihat secara langsung dari besaran retribusi/pajak yang berasal dari sub sektor ekonomi yang dikembnagkan dalam proyek. Penggandaan dampak positif proyek melalui sumbangannya kepada peningkatan pendapatan asli daerah untuk proses pembangunan daerah, juga bisa dilihat dari potensi terciptanya, tumbuh dan berkembangnya usaha lain yang terkait dengan usaha yang dikembangkan oleh proyek. 8.
Pemerataan Pembangunan
Suatu proyek investasi bisnis diharapkan dapat mendorong pemerataan pembangunan ekonomi baik di daerah maupun nasional.
Soal- Soal
1. Jelaskan dengan contoh kontribusi proyek bisnis bagi sektor ekonomi? 2. Jelaskan dengan contoh kontribusi proyek bisnis bagi sektor sosial? 3. Jelaskan bahwa suatu proyek nantinya akan mempunyai keterkaitan debelakang
dan kedepan (backward and forward linkages)? 4. Beri contoh proyek intensifikasi dan ekstenfifikasi yang mampu menyerap tenaga kerja? 5. Apa saja sumber penerimaan daerah yang diperoleh dari kegiatan bisnis?
126
BAB 12 ASPEK LINGKUNGAN HIDUP
(ENVI RONME NTAL ASPE CTS) 12.1. Pendahuluan
Proyek investasi bisnis umumnya wajib memperhatikan dampak proyek terhadap lingkungan. Pemerintah mewajibkan proyek-proyek tertentu membuat Analisis Dampak Lingkungan (Amdal). Amdal menyajikan data/informasi bahwa bilamana proyek sudah tiba pada masa/tahapan pelaksanaan dan operasional, maka proyek tersebut tidak akan menyebabkan lingkungan hidup tercemar, baik karena limbah padat, cair, suara, cahaya, bau, rasa gatal maupun berdampak buruk terhadap lingkungan lainnya. Pemerintah Daerah melalui Bapedalda memberikan sertifikat Amdal kepada proyek yang dapat dilaksanakan tanpa menyebabkan dampak buruk terhadap lingkungan.
12.2. Proyek yang memerlukan Amdal
Setiap proyek yang mempunyai kemungkinan dapat menyebabkan dampak buruk terhadap lingkungan, maka proyek tersebut harus mmemerlukan Amdal. Lakukan studi Amdal. Hasil studi Amdal ini adalah penyajian informasi mengenai pola atau cara yang akan ditempuh perusahaan untuk mengatasi dampak lingkungan negatif. Adapun proyek-proyek yang memerlukan Amdal sebagai berikut: (Peraturan Pemerintah RI No.29 tahun 1986, pasal 2, ayat 1) 1. Mengubah bentuk lahan dan bentangan
Proyek-proyek yang termasuk kategori ini bilamana pekerjaan-pekerjaan fisik yang menyangkut lahan proyeknya dapat menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan. Misalnya, harus mengubah kemiringan lahan, menebang tumbuhan penutup lahan, merubah alur arus air, termasuk penganturan mengatasi sisa-sisa tanah, sisa tebangan, dan lain-lain. 2. Eksploitasi sumber daya alam
Proyek pengusaha yang ada kemungkinan termasuk golongan ini adalah yang terkait dengan sub sektor pertambangan galian C, karena bersifat eksploitasi sumber daya alam yang tidak terbaharui. Penangkapan induk- induk plasma nuftah fauna (termasuk ikan),
127
juga memerlukan izin tentang kejelasan bahwa eksploitasinya tidak menyebabkan putusnya lingkaran kehidupan. 3. Proyek pemborosan, kerusakan atau kemerosotan sumber daya alam
Proyek pengusaha yang terkait dengan golongan ini erat kaitannya dengan penebangan habis, eksploitasi sumber daya perhutanan, perikanan, pemanfaatan sumber daya air yang berlebihan. 4. Proyek berpengaruh kepada lingkungan, sosial atau budaya
Proyek yang tergolong kepada aspek lingkungan ini adalah erat kaitannya dengan kepariwisataan, kesenian, hiburan, pendidikan, dan lain-lain yang mempunyai kemungkinan bisa merubah sosial budaya setempat menjadi lebih buruk. 5. Proyek berpengaruh buruk terhadap kawasan konservasi (alam dan cagar budaya)
Hampir sama dengan butir 4, yang cenderung tidak sejalan dengan tujuan pokok konservasi alam yang dimaksud. 6. Proyek yang memasukkan jenis fauna dan flora dari luar kawasan (Indonesia)
Sejauh cenderung tidak ada segi positifnya, bahkan sebaliknya, maka hal ini termasuk proyek-proyek
yang mmerlukan keputusan AMDAL yang ketat (cermat dan
mendalam). 7. Pembuatan produk hayati atau yang non hayati
Bilamana menghasilkan produk sampingan dan limbah yang sangat mengganggu lingkungan, maka proyek yang tergolong ini memerlukan kajian AMDAL seperti halnya dengan butir 6 diatas. 8. Penerapan teknologi yang dapat merusak lingkungan
Proyek yang menggunakan teknologi – yang ada kemungkinan penggunaannya bisa berdampak negatif terhadap lingkungan, maka termasuk juga kedalam golongan proyek yang memerlukan kajian lingkungan/AMDAL yang cermat dan mendalam.
12.3. Dampak Terhadap Keseluruhan Proyek
Untuk proyek-proyek yang pada akhirnya memerlukan sertifikat AMDAL, maka ada beberapa kemungkinan yang akan dihadapi proyek ini, yaitu: 1) proyek akan di batalkan sama sekali karena gangguan terhadap lingkungan terlalu berat;
128
2) proyek tetap bisa diteruskan pelaksanaanya karena ternyata tidak ada sama sekali gangguan terhadap lingkungan; dan 3) proyek tetap bisa diteruskan hanya bilamana proyek mampu mengatasi permasalahan lingkungan yang diakibatkannya. Sehubungan dengan hal terakhir di atas, implikasinya adalah menyangkut jawaban terhadap pertanyaan mengenai sejauh mana proyek mampu menyediakan biaya atau membiayai prasarana dan sarana instalasi pendauran limbah. Apakah bank bersedia membiayai kebutuhan terhadap perlu dibangunnya prasarana dan sarana yang dimaksud. Apakah proyek masih bisa layak untuk dikembangkan, apabila prasarana dan sarana harus dibangun, dan seterusnya. Ketidakpastian terhadap jalan pemecahannya bisa menyebabkan bank enggan untuk membiayai proyeknya. Bilamana ada kecenderungan bahwa investor tetap akan membangun proyeknya dan bank juga bersedia membiayai, yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah resiko yang akan dihadapi di waktu-waktu yang akan datang sebagai akibat dari protes masyarakat sekitar. Bilamana protes ini berlarut-larut, akan bisa menyebabkan gangguan terhadap kelancaran proses produksi, yang pada akhirnya secara keseluruhan bisa menyebabkan kemunduran usaha. Oleh karena itu sudah selayaknya setiap kajian kelayakan proyek, semakin perlu memperhatikan masalah lingkungan ini.
Pertanyaan
1. Jelaskan proyek-proyek yang memerlukan studi Amdal? 2. Jelaskan kemungkinan-kemungkinan yang akan dihadapi oleh proyek yang diharuskan mempunyai sertifikat Amdal? 3. Apa dampak protes masyarakat terhadap pembangunan suatu proyek binis? 4. Apa solusi bagi proyek-proyek yang mempunyai dampak polusi bagi lingkungannya? 5. Sebutkan contoh proyek-proyek yang membutuhkan Amdal?
129
BAB 13 PENULISAN LAPORAN STUDI KELAYAKAN
(WRI TING F E ASIBI LI TY STUDY REPORT) 13.1. Pendahuluan
Laporan studi kelayakan adalah produk dari kajian yang dilakukan terhadap suatu rencana investasi atau proyek. Laporan ini disusun secara sistematis agar mudah dibaca oleh para pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut.
13.2. Pihak Yang Berkepentingan Dengan Laporan Studi Kelayakan Proyek:
1. Pemrakarsa Proyek: Pembuatan Keputusan 2. Para Penyandang Dana: Kreditur dan Pemegang Saham 3. Pemerintah: Perizinan Dan Fasilitas
13.3. Petunjuk Umum Penulisan Laporan : •
Menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar,
•
Mempunyai ciri-ciri keilmiahan.
•
Tidak bersikap kepribadian.
•
Tidak ada subjek/pelakunya.
•
Hindari kalimat terlalu panjang
•
Jangan menggunakan kata/kalimat yang emosional
•
Ulasan dan pendapat harus objektif
•
Asumsi yang digunakan dapat dipertanggung jawabkan.
13.4. Garis Besar Laporan
1. Latar belakang proyek dan pemrakarsanya 2. Aspek pemasaran produk yang dihasilkan 3. Aspek produksi, teknis dan teknologis yang direncanakan 4. Aspek sumber daya manusia yang diperlukan dalam mengoperasikan proyek 5. Aspek keuangan dan ekonomi 6. Aspek dampak lingkungan 130
7. Aspek resiko 8. Aspek hukum/ legalitas (opsional)
Bab I. Ringkasan Uraian Singkat: A. Latar Belakang Dan Pemrakarsa Proyek:
1. Uraian singkat proyek dan pemrakarsanya 2. Jenis investasi, proyek baru atau perluasan 3. Produk yang dihasilkan 4. Insentif investasi yang diperoleh dari pemerintah B. Aspek Pemasaran Produk:
1. Trend permintaan produk masa lalu 2. Perkiraan jumlah permintaan dimasa datang 3. Pesaing utama, kekuatan dan kelemahannya C. Aspek Produksi, Teknis Dan Teknologis:
1. Rencana kapasitas produksi 2. Sumber bahan baku dan pembantu 3. Jenis teknologi dipilih 4. Jenis dan jumlah barang modal yang diperlukan 5. Rencana lokasi dan site proyek
D. Aspek Sumber Daya Manusia:
1. Jumlah dan kualifikasi SDM yang diperlukan 2. Sumber pengadaan tenaga kerja 3. Program training yang diperlukan 4. Sistem kompensasi dan insentif
E. Aspek Keuangan:
1. Jumlah kebutuhan modal tetap dan modal kerja 2. Struktur pembiayan 3. Proyeksi arus kas 4. Kelayakan finansial
131
5. Proyeksi neraca dan rugi/laba
Bab II. Latar Belakang Proyek Dan Pemrakarsa
Alasan gagasan proyek Latar belakang pemrakarsa: 1. Nama dan alamat para pemrakarsa 2. Peranan dalam proyek yang akan dibangun 3. Pengalaman dalam bidang usaha 4. Kemampuan keuangan mereka
Bab III. Aspek Pasar Dan Pemasaran
1. Trend permintaan produk: jumlah produksi dalam negeri, impor dan ekspor 5 tahun terakhir 2. Pembagian jumlah permintaan menurut segmen pasar 3. Penjelasan motivasi konsumen 4. Faktor-faktor khusus yang mempengaruhi permintaan produk 5. Proyeksi jumlah permintaan produk 6. Faktor persaingan 7. Trend perkembangan harga 8. Strategi pemasaran
Bab IV. Aspek Produksi, Teknis Dan Teknologi
1. Kapasitas produksi 2. Rencana produksi selama umur ekonomis: jenis dan jumlah produk uatam dan produk sampingan 3. Dasar pertimbangan rencana produksi tahunan 4. Teknologi yang dipilih: pertimbangan keuntungan dan kelemahan teknologi yang dipilih, sumber teknologi, cara mendapatkannya, dan biaya yang diperlukan 5. Kebutuhan bahan baku, pembantu dan pendukung: uraian umum, pertimbangan keuntungan dan kerugian jenis bahan, standar mutu, sumber pengadaan, cara memperolehnya, transportasi, dan standar harga
132
6. Mesin, peralatan dan harga: uraian tentang jenis, jumlah, skesifikasi mesin dan peralatan yang digunakan. Sumber pasokan barang modal, pertimbangan keuntungan dan kerugiannya. 7. Jadwal proyek
Bab V. Pilihan Lokasi Dan Tempat Proyek
1. Pilihan lokasi dan dasar pertimbangannya- keuntungan dan kerugiannya. 2. Hubungan lokasi dengan aspek-aspek pemasaran dan bahan baku, tenaga kerja, infrastruktur, dan lainnya 3. Uraian tempat pabrik dan pertimbangannya 4. Peta dan gambar dilampirkan
Bab VI. Sumber Daya Manusia
1. Kebutuhan tenaga kerja: jumlah dan kualifikasi tenaga kerja langsung dan tidak langsung dan jadwal rekruitmen 2. Uraian struktur organisasi proyek 3. Uraian tenaga manajemen yang dibutuhkan dan kualifikasinya 4. Sumber tenaga kerja dan anggaran biaya tenaga kerja
Bab VII. Aspek Keuangan
1. Jumlah anggaran investasi awal 2. Struktur pembiayaan 3. Proyeksi arus kas 4. Analisis kelayakan finansial 5. Rasio profitabilitas 6. Analisis break even point 7. Analisis sensitivitas
Bab VIII. Aspek Aspek Lainnya
1. Hasil studi amdal 2. Aspek resiko 3. Aspek legalitas: perizinan yang dimiliki dan diperlukan oleh proyek
133
Bab IX. Kesimpulan Dan Saran
1. Kesimpulan: o
Kemampuan pemrakarsa proyek dalam keuangan dan manajemen
o
Masa depan proyek ditinjau dari berbagai aspek kelayakan
o
Manfaat keuangan dan non keuangan yang dapat diperoleh dari proyek
o
Kelemahan utama proyek dan bagaimana mengatasinya
2. Saran-Saran: -
Dari berbagai aspek penelitian kelayakan bahwa rencana investasi proyek cukup layak untuk diteruskan.
-
Atau rencana proyek tidak layak untuk diteruskan.
-
Rencana investasi cukup layak, tetapi mempunyai kelemahan tertentu, oleh karena itu untuk sementara rencana proyek ditunda, hingga masalah dapat diatasi.
134
SOAL-SOAL UJIAN UJIAN MID SEMESTER
A.
SOAL KONSEP
1. Jelaskan hal-hal apa saja yang dibahas dalam aspek Manajemen dalam suatu studi kelayakan proyek bisnis? 2. Jelaskan hal-hal apa saja yang dibahas dalam aspek Sosial dan Ekonomi suatu studi kelayakan proyek bisnis? 3. Apa alasan mengapa suatu proyek bisnis berskala besar
membutuhkan
laporan studi Amdal? 4. Jelaskan pihak-pihak yang membutuhkan laporan srtudi kelayakan bisnis dan alasan mengapa mereka membutuhkan laporan studi kelayakan tersebut?
B.
KASUS
Sebuah perusahaan nasional yang berkedudukan di Jakarta berencana untuk mendirikan pabrik pengolahan minyak sawit di Palembang dan sekitarnya. Produk yang dihasilkan oleh pabrik tersebut adalah sabun, margarine, minyak goreng, dan kosmetik. Total investasi diperkirakan sebesar Rp500 milyar. Pimpinan perusahaan sedang mempertimbangkan 3 kemungkinan lokasi alternatif, yaitu: a.
Di P. Borang, di sebelah hilir Kelenteng P. Kemaro, tepi sungai Musi.
b.
Di sekitar Pelabuhan Tanjung Api-Api, sungai Banyuasin/Selat Bangka.
c.
Di kecamatan Karya Jaya sekitar Terminal Karya Jaya/ tepi sungai
Keramasan. Anda diminta memberikan saran salah satu lokasi untuk pabrik tersebut dengan memberikan alasan mengapa Anda mengusulkan lokasi tersebut? ---- Selamat bekerja-
135
SOAL-SOAL UJIAN UJIAN AKHIR SEMESTER
A. SOAL KONSEP 1.
Jelaskan
kegunaan
alat-alat perencanaan teknik/produksi: material
requirement planning, Critical path method, dan Program evaluation and review techniques, dan Just in time
yang umumnya digunakan dalam
manajemen proyek besar?. 2.
Mengapa aspek pemasaran dan pasar menjadi aspek utama dalam menganalisis kelayakan suatu proyek bisnis?
B. KASUS INDUSTRI ES BATANGAN Seorang pengusaha berencana mendirikan sebuah pabrik es batangan dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen, baik sebagai bahan minuman maupun sebagai bahan untuk pengawetan ikan. Untuk mengetahui seberapa jauh usaha ini dapat memberikan benefit, pengusaha tersebut telah minta bantuan seorang konsultan untuk mengadakan penilaian dari gagasan usaha ini. Berdasarkan hasil penelitian sementara, jumlah biaya investasi , modal kerja , biaya operasi, rencana produksi dan harga jual produksi adalah sebagai berikut : a. Perkiraan biaya investasi dan modal kerja 1. Biaya investasi Biaya bangunan pabrik 10 x 20 m @ 75000 15.000.000 Biaya harga mesin beserta pemasangan 40.000.000 Alat-alat kantor 500.000 Truk pengangkut 1 buah 30.000.000 Jumlah 85.000.000 a.
Modal kerja
30.000.000
Jumlah
115.500.000
b. Rencana produksi Kapasitas produksi dalam satu tahun berdasarkan kemampuan teknis produksi adalah 2.500 per tahun dengan rencana produksi diperkirakan sbb : Tahun 1 s.d 3 tahun sebesar 75% Tahun 4 s.d 10 tahun sebesar 100% c. Biaya operasi dan pemiliharaan 1) Biaya bahan baku per ton 10.000
136
2) Upah tenaga kerja rata-rata per ton 6.000 3) Biaya pengeluaran untuk truk angkutan diperhitungkan sbb : - minyak dan oil per tahun sebesar 1.116.000 - ban, aki/baterai dan biaya pemeliharaan diperhitungkan sebesar 350.000 per tahun 4) Biaya tenaga kerja tetap sebanyak 2 orang @ 200.000 per bulan 5) Owners fee pimpinan perusahaan per bulan sebesar 400.000 6) Biaya telepon per bulan 125.000 7) Biaya listrik per bulan 300.000 8) Biaya umum per bulan 600.000 9) Pajak penghasilan 15% per tahun’ 10) Sewa tanah 600.000 per tahun 11) Biaya air per satuan ton produksi 5.000 12) Biaya depresiasi (penyusutan) rata-rata per tahun diperhitungkan sebesar 4.500.000 13) Biaya sopir per bulan 150.000 14) Biaya lain-lain 100.000 per tahun d. Perkiraan benefit Benefit dari pabrik es batangan ini adalah hasil jual produksi dengan harga 1.500 per batang (25 kg) atau 60.000 per ton. Selain hasil penjualan, pada akhir tahun kesepuluh salvage value (nilai sisa) investasi diperkirakan 15.000.000 e. Sumber dana Jumlah sumber dana investasi dan modal kerja dari proyek ini diperkirakan sebesar 115.500,000 dimana lebih kurang 65% atau 75.000.000 direncanakan dipinjam dari lembaga perbankan dan sisanya sekitar 35% atau 40.500.000 merupakan modal sendiri Berdasarkan pada pendekatan pengusaha terhadap perbankan, tingkat bunga pinjaman diperhitungkan sebesar 15% per tahun dan dimajemukkan setiap akhir tahun dengan pengembalian pinjaman pada akhir setiap tahun selama 10 tahun Berdasarkan pada data hasil penelitian di atas, apakah pendirian pabrik es batangan ini layak untuk dikerjakan apabila dilihat dari financial benefit.
137
UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS EKONOMI UJIAN AKHIR AKHIR SEMESTER GENAP 2014/2015 MATA UJIAN : STUDI KELAYAKAN BISNIS HARI/TANGGAL : MEI 2014 WAKTU : 75 MENIT DOSEN PENGUJI : DRS. H. UMAR HAMDAN AJ, MBA KELAS : B INDERALAYA SIFAT UJIAN : TUTUP BUKU SOAL UJIAN SKB TERDIRI DARI: 1) SOAL PEMAHAMAN TEORI DIKERJAKAN DI KELAS WAKTU 75 MENIT, DAN 2) SOAL KASUS DIKERJAKAN DIRUMAH WAKTUNYA 2X 24 JAM. SOAL PEMAHAMAN TEORI DI KELAS 1. Jelaskan hal-hal penting yang perlu dikaji dalam aspek manajemen suatu proyek studi kelayakan? 2. Faktor-faktor apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan menentukan lokasi pabrik produk kimia, seperti pupuk dan semen? 3. Jelaskan hal-hal pokok yang harus dicantumkan dalam Laporan Studi Kelayakan suatu proyek investasi? 4. Setelah mempelajari mata kuliah Studi kelayakan Bisnis dan memperhatikan/mengamati lingkungan Anda tinggal, berikan 3 jenis usaha kecil/ menengah yang menurut Anda mempunyai prospek bisnis (menguntungkan) dalam jangka panjang di kota Palembang/ Inderalaya, berikan penjelasan dan argumentasi jawaban Anda? 5. Jelaskan mengapa kajian kelayakan aspek risiko, aspek dampak lingkungan, dan aspek sosial ekonomi menjadi semakin penting bagi perusahaan yang melakukan rencana investasi proyek bisnis dalam era globalisasi dewasa ini? = selamat ujian=
138
SOAL UJIAN KASUS RENCANA INVESTASI FORKLIFT PT. ZAKI DIKERJAKAN DI RUMAH SELAMA 2 HARI. DIKUMPULKAN HARI SENIN, .......... MEI 2015 DI BAGIAN ABSENSI DI INDERALAYA. (JAWABAN DALAM SAMPUL TERTUTUP- DIBERI NAMA, NIM, TANDA TANGAN). Pimpinan PT. ZAKI, mempunyai rencana untuk membeli sebuah forklift yang akan disewakan untuk mengangkut dan memindahkan barang-barang dalam gudang di pelabuhan ”X”. Untuk maksud tersebut pimpinan perusahaan telah melakukan survey untuk memperoleh data yang diperlukan sehubungan dengan rencana pengeluaran modal/ keputusan investasi tersebut. Data dan informasi yang berhasil diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Investasi awal diperlukan sebesar Rp 1.500.000.000,-, yaitu pembelian/harga perolehan sebuah forklift termasuk izin operasinya. 2. Perusahaan telah mengadakan kontak dengan bank “ BS” yang mau membiayai pembelian tersebut sebesar fifty-fifty dari harga perolehan forklit tersebut. Bank menetapkan suku bunga pinjaman sebesar 15 persen pertahun. Jangka waktu pinjaman 5 tahun. Pokok Pinjaman diangsur pertahun. 3. Umur ekonomis forklit diperkirakan 10 tahun, dengan penyusutan metode-garis lurus, yaitu Rp 150 juta per tahun. Namun nilai sisa forklit pada akhir tahun kesepuluh masih laku dijual seharga Rp 625 juta atau 50% dari nilai belinya. 4. Forklit akan dioperasikan 300 hari kerja/tahun, dengan Jam kerja rata-rata selama 8 jam perhari. Sewa forklift disepakati Rp 160.000,- perjam untuk lima tahun pertama dan lima tahun kedua (tahun 6-10) sebesar Rp 200.000,- perjam. (TIGA ANGKA NOL PADA SEWA FORKLIFT PERJAM DIGANTI DENGAN TIGA DIGIT TERAKHIR NIM ANDA) 5. Biaya operasi forklit (diluar beban penyusutan) selama lima tahun pertama (tahun 1-5) diperkirakan 30% dari pendapatan/penerimaan. Sedangkan untuk tahun 6-10 biaya operasi tersebut meningkat menjadi 40% dari nilai pendapatan. 6. Pimpinan PT. Zaki menetapkan akan menggunakan Discount rate 15% untuk mendiscounting net cash flow proyek forklit tersebut. 7. Perhitungan Operating Cash Flow menggunakan rumus = Laba Bersih + Penyusutan. 8. Discount factor 15%. Pajak diabaikan Berdasarkan informasi di atas Anda diminta untuk membantu pimpinan PT. Zaki: A. Menghitung NPV, B/C ratio, IRR dan Payback proyek forklift PT. Zaki tsb. buat kesimpulan apakah proyek tersebut layak dilaksanakan? B. Menjelaskan apa saja aspek resiko yang mungkin dihadapi oleh PT. ZAKI dalam menjalankan bisnis usaha Forklift tersebut? == selamat bekerja==
139
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, E.F. 2009. Fundamentals of Financial Management. tenth Edition. The Dryden Press. NY. USA David, Fred, R. 2009. Strategic Management: Concepts & Cases. 12 th Edition. Pearson Edcation, Published by Prentice Hall Inc.USA Garrison H.Ray, 1989. Managerial Accounting, 3rd edition. Business Publication, Texas. USA. Garrison, Ray; Noreen, Eric.W, 1999. Management Accounting . Concept for Planning, Control, Decision Making. Seventh edition, Richard D. Irwin, Inc.: USA. Griffin R. 2006. Business. New Jersey: Pearson Education Gitman, Lawrence J. at.al., 1989. Managerial Finance. NY: Harper & Row Publisher Gunawan Adisaputra, SE, MBA & Drs. Marwan Asri, MBA. 1994, Anggaran Perusahaan 2, Edisi 1989, Yogyakarta, BPFE. Heizer, Jay .2009. Manajemen Operasi . Jakarta: Salemba Empat. Husnan, Suad; Suwarsono, Studi Kelayakan Proyek. Edisi terbaru. Yogyakarta: UPP.AMP YKPN. Hilton Roland W., 1994. Managerial Accounting. New York: McGraw Hill, Inc. Ibrahim, Yacob. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Rineka Cipta Johnson R.W., 1976. Financial Management. 4th edition. Boston: Allyn & Bacon Co. Justis, R. T. & Kreigsmann, B. (1979). The feasibility study as a tool for venture analysis. Business Journal of Small Business Management 17 (1) 35-42. Moyer, et.al., 1992. Contemporary Financial Management. 3th edition. West Publishing Co. NY. USA Munandar, M. 2001. Budgeting. Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja, Pengawasan Kerja. Edisi I. BPFE Yogyakarta Michele Berrie (September 2008) , I nitiating Phase - F easibility Study Request and Repor t Matson, James. "Cooperative Feasibility Study Guide", United States Department of Agriculture, Rural Business-Cooperative Service. October 2000.
140