MICROTEACHING
Oleh Dr. H. Maman sutarman, M.M.Pd
BAB. I
PENDAHULUAN
Pengertian Micro Teaching
Micro teaching adalah suatu tindakan atau kegiatan latihan belajar-mengajar dalam situasi laboratoris (Sardirman, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar). Micro teaching adalah suatu tindakan atau kegiatan latihan belajar-mengajar dalam situasi laboratoris dengan tujuan menghasilkan Guru (tenaga pendidik) yang efektif yang berhasil membawa peserta didik mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam pendidikan.
Cooper dan Allen (1971), mendefinisikan "Pembelajaran Mikro (Micro – Teaching) adalah suatu situasi pembelajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah siswa yang terbatas, yaitu selama 5 – 20 menit dengan jumlah siswa sebanyak 3 – 10 orang". Mc. Laughlin dan Moulton (1975) mendefinisikan " Micro Teaching is a Performance training method designed to isolated the component part of teaching process, so that the trainee can master each component one by one in a simplified teaching situation".(Micro Teaching adalah metode pelatihan Kinerja dirancang untuk mengisolasi komponen bagian dari proses pengajaran, sehingga peserta pelatihan dapat menguasai setiap komponen satu per satu dalam situasi mengajar yang disederhanakan)
Waskito (1977) mendefinisikan "Micro Teaching adalah suatu metode belajar mengajar atas dasar performance yang tekniknya dengan cara mengisolasikan komponen – komponen proses belajar mengajar sehingga calon guru dapat menguasai setiap komponen satu per satu dalam situasi yang disederhanakan atau dikecilkan".
Sesuai dengan berbagai pendapat diatas bahwa pembelajaran micro teaching adalah strategi latihan pembelajaran atau latihan belajar-mengajar di dalam laboratorim yang wajib dilakukan oleh mahasiswa atau calon guru, dalam waktu dan peserta didik yang micro (terbatas) sehingga mahasiswa atau calon guru mampu mengajar dengan baik dan benar dikala mereka bertugas sebagai guru.
Dikatakan baik dan benar seorang mahasiswa atau calon guru dalam melakukan proses belajar mengajar (PBM) dimaksud diatas, manakala mahasiswa atau calon guru mempunyai kemampuan membuka dan menutup pelajaran, kemampuan untuk menjelaskan materi bahan ajar yang menjadi pokok bahasan, mengadakan variasi baik motode, metodologi maupun intonasi bicara serta mimik muka, memberikan berbagai pertanyaan baik kualitas meupun kuantitas menjalar atau merata kepada mayoritas peserta didik, memberikan penguatan secara proporsional, mengajar kelompok kecil, membimbing diskusi kelompok kecil dan atau individu serta mempunyai kemampuan mengelola kelas.
Untuk lebih jelasnya dapat penulis gambarkan dalam gambar sebagai berikut :
SKEMA GAMBAR LAB MICROTEACHING
SKEMA GAMBAR LAB MICROTEACHING
SPEAKER 2MONITORSPEAKER1
SPEAKER 2
MONITOR
SPEAKER
1
LCDCPU
LCD
CPU
KELASAMPULEN
KELAS
AMPULEN
UPS
UPS
SPEAKERDALAMSPEAKERDALAM
SPEAKER
DALAM
SPEAKER
DALAM
Gambar : 1.1 Skema Lab. Micro Teching
Maka untuk lebih jelas dapat penulis simpulkan kembali bahwa Pembelajaran atau belajar mengajar micro teaching atau pembelajaran mikro adalah : berbagai latihan praktik mengajar dalam lingkup yang terbatas (mikro) untuk mengembangkan dasar keterampilan mengajar (Base Teaching Learning) sebagaimana tersebut diatas, yang dilaksanakan secara terisolasi dalam situasi yang disederhanakan atau dikecilkan.
Keberhasilan pembelajaran yang efektif memuat dua tolak ukur yakni tercapainya tujuan, proses dan hasil pembelajaran. Untuk mencapai tingkat efektifitas pembelajaran, Tenaga Pendidik harus menguasai berbagai dasar pembelajaran yang meliputi ketrampilan membuka dan menutup proses pembelajaran, keterampilan menjelaskan, ketrampilan bertanya, keterampilan menggunakan variasi, ketrampilan memberi penguatan, ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, ketrampilan mengelola kelas dan ketrampilan membimbing diskusi kecil.
Bagi supervisor yang dilakukan oleh mahasiswa atau calon guru/ Pendidik, metode ini akan memberikan pengetahuan dalam program pendidikan. calon guru/Pendidik mendapatkan pengalaman mengajar pada calon Pendidik lainnya yang bersifat individual demi perkembangan profesi Ketrampilan dasar mengajar.
1.Ciri-ciri pokok Micro Teaching :
a. Jumlah subyek dan obyek belajar sedikit sekitar antara 3-9 orang
b. Waktu mengajar yang disediakan terbatas sekitar antara 5-15 menit
c. Komponen-komponen belajar- mengajar yang dikembangkan terbatas
d. Sekadar real teaching
2. Maksud dan tujuan micro teaching
a. Maksud
Maksud pembelajaran micro teaching untuk meningkatkan gaya, gerak dan tampilan atau performance yang berhubungan dengan keterampilan dalam belajar-mengajar atau latihan mengelola interaksi belajar- mengajar antara teman sebaya. Proses latihannya seorang mahasiswa atau calon guru bertugas sebagai pengajar dan empat orang yang lainnya bertindak sebagai siswa, sekaligus sebagai suverpiser atau yang memberikan penilaian melaui APKG I dan APKG II.
b. Tujuan
sedangkan yang dimaksud dengan tujuan adalah membekali calon guru sebelum sungguh-sungguh terjun ke sekolah tempat latihan praktek kependidikan untuk praktek mengajar (Sardiman, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar). Dimana apabila sudah dilakukan latihan mengajar kelompok kecil, selanjutnya diharapkan mereka mempunyai kemampuan mengajar di kelas dihadapan siswa yang sesungguhnya.
3. Perbedaan micro teaching dan teaching
a. Micro teaching :
1). Dilaksanakan dalam kelas laboratorium Micro Teaching
2). Sekadar real (nyata) teaching
3). Jumlah Siswa antara 3 - 9 orang
4). Waktu dibatasi sekitar antara 5-15 menit
5). Bahan atau materi terbatas
6). Ketrampilan yang dilatihkan meliputi semua teaching skill (keteampilan mengajar) dalam porsi yang terbatas dan terpisah-pisah.
7). Dibutuhkan alat-alat laboratori agar dapat diperoleh suatu feedback yang obyektif.
b.Teaching :
1). Dilaksanakan dalam real classroom (kelas nyata)
2). Merupakan real classroom teaching
3). Jumlah Siswa Siswa 40 orang
4). Waktu sekitar antara 35- 45 menit
5). Bahan pelajaran relatife luas
6). Ketrampilan yang di demonstrasikan semua teaching skill dan terintegrasi
7). Tidak dilengkapi dengan alat-alat laboratori.
Gambaran Persiapan
Persyaratan teknis mikro teaching;
Ada mahasiswa atau calon guru yang berperan sebagai guru dan ada juga peserta yang berperan sebagai murid. Kalau anda kenal dengan peserta yang akan jadi muridnya, boleh kompermasi terlebih dulu, siapa yang mau jadi anak yang aktif cerdas dan kreatif dan siapa yang berperan sebagai siswa lambat belajarnya;
Agar disiapkan Silabus sebagai kerangka kerja dan RPP sebagai peta dan penjelasan tahap demi tahap dalam pembelajaran, dilengkapi dengan media, alat dan bahan untuk kelangsungan proses belajar mengajar;
biasanya durasinya antara 5-15 menit, satu RPP tuntas dijalankan (materi terbatas).
Beberapa hal lain yang harus menjadi perhatian
Micro teaching membutuhkan guru yang konsisten, artiny jika RPP nya menggunakan metode inkuiri namun jangan sampai saat praktek mengajarnya memakai metode ceramah.
Ukuran keberhasilan yaitu pada seberapa aktif dan kreatif kondisi kelas, selain silabus dan RPP yang sesuai dengan materi yang diajarkan;
Ukuran keberhasilan pembelajaran micro teaching ada pada keterlibatan siswa, penggunaan media, alat, bahan dan strategi belajar-mengajar;
Ukuran keberhasilan mengajar anak TK, yakni semakin aktif suasananya, maka kegitan belajar-mengajar semakin berhasil;
Jika memilih waktu pagi hari maka berikan suasana pagi hari saat mikro teaching misalnya dengan membuat yel yel khas pagi hari, jika anda memilih memeragakan pelajaran di siang hari jangan langsung memulai pelajaran, selingi dengan permainan dulu 3 menit baru dimulai pelajaran.
Boleh juga bawa makanan kecil, atau stiker sebagai hadiah bagi kuis spontanitas saat mikro teaching, dijamin peserta yang jadi murid anda akan riang gembira.
Hal yang dilakukan saat melakukan praktek mikro teaching
mempersiapkan Silabus dan RPP mata pelajaran, yang akan diajarkan oleh mahasiswa atau calon guru;
Murid atau peserta didik, diharapkan dapat mengikuti kegiatan belajar – mengajar dengan sempurna ( dalam keadaan siap belajar )
Membuka pembelajaran seperti biasa, lakukan apresepsi, artinya mensinergikan pelajaran yang telah dibahas dengan pelajaran yang akan disampaikan;
Menyiapkan alat peraga atau media, alat dan bahan, agar pembelajaran dapat dilakukan dengan sempurna.
Maksud dan tujuan micro teaching
Maksud Mikro Teaching
Maksud Pembelajaran Mikro Teaching yaitu meningkatkan performance yang menyangkut keterampilan dalam mengajar atau latihan mengelola interaksi belajar mengajar dalam membekali calon guru sebelum sungguh-sungguh terjun ke sekolah tempat latihan praktek kependidikan untuk praktek. Untuk dapat menguasai berbagai ketrampilan dasar pengajaran dan pembelajaran tersebut maka Tenaga Pendidik perlu berlatih satu demi satu ketrampilan tersebut agar mendalami makna dan strategi penggunaannya
Keterampilan dasar mengajar dapat diperoleh melalui pembelajaran mikro atau micro teaching. Oleh karena itu pembelajaran mikro sangat diperlukan dalam bentuk peer teaching dengan harapan agar para Tenaga Pendidik dapat sekaligus menjadi observer temannya sesama Tenaga Pendidik, dengan harapan masing-masing Tenaga Pendidik dapat saling memberikan koreksi dan masukan untuk memperbaiki kekurangan penguasaan keterampilan dasar dalam mengajar. Pengajaran mikro telah dipraktikkan secara meluas dalam latihan keguruan di seluruh dunia sejak diperkenalkan di Stanford University oleh Dwight W. Allen, Robert Bush dan Kim Romney pada tahun 1950-an.
Untuk dapat memahami micro teaching atau pembelajaran mikro bagi calon guru atau Pendidik, dikemukakan beberapa asumsi dasar yaitu:
Pada umumnya guru tidak dilahirkan tetapi dibentuk terlebih dahulu.
Keberhasilan seseorang menguasai hal-hal yang lebih kompleks ditentukan oleh keberhasilannya menguasai hal-hal yang lebih sederhana sifatnya. Dengan terlebih dahulu menguasai berbagai ketrampilan dasar mengajar, maka akan dapat dilaksanakan kegiatan mengajar secara keseluruhan yang bersifat kompleks.
Dengan menyederhanakan situasi latihan maka perhatian dapat dilakukan sepenuhnya kepada pembinaan keterampilan tertentu yang merupakan komponen kegiatan mengajar.
Dalam latihan-latihan yang sangat terbatas, calon guru lebih mudah mengontrol tingkah lakunya jika dibandingkan dengan mengajar secara global yang bersifat kompleks.
Dengan penyederhanaan situasi latihan, diharapkan akan memudahkan observasi yang lebih sistematis, obyektif serta pencatatan yang lebih teliti. Hasil dari observasi ini diharapkan dapat digunakan sebagi balikan calon guru tentang kekurangan yang dilakukan dan segera diketahui yang selanjutnya akan diperbaiki pada kesempatan latihan berikutnya.
Atas dasar pada berbagai asumsi dasar pengajaran mikro dapat dikemukakan beberapa pengertian. pengajaran mikro sebagai berikut: Pengajaran mikro dirumuskan sebagai pengajaran dalam skala kecil atau mikro yang dirancang untuk mengembangkan ketrampilan baru dan memperbaiki ketrampilan yang lama. Pengajaran mikro adalah metode latihan yang dirancang sedemikian rupa dengan jalan mengisolasi bagian-bagian komponen dari proses pengajaran sehingga calon Tenaga Pendidik dapat menguasai keterampilan satu per satu dalam situasi mengajar yang disederhanakan. Micro teaching is effective method of learning to teach, oleh sebab itu micro teaching sama dengan teaching to teach dan atau learning to teach. Mengikut Micheel J Wallace pengajaran mikro merupakan pengajaran yang disederhanakan. Situasi pengajaran telah dikurangi lingkupnya, tugas guru dipermudah, mata pelajaran dipendekkan dan jumlah peserta didik dikecilkan.
Berlandaskan pada asumsi dasar dan pengertian pengajaran mikro tersebut, maka dapat disampaikan beberapa ciri pengajaran mikro: Mikro dalam pengajaran mikro berarti pada skala kecil. Skala kecil berkaitan dengan ruang lingkup materi pelajaran, waktu, siswanya dan keterampilannya. Mikro dalam pengajaran dimaknai sebagai bagian dari keterampilan mengajar yang kompleks akan dipelajari lebih mendalam dan teliti bagian demi bagian. Pengajaran mikro adalah pengajaran yang sebenarnya.
Calon Tenaga Pendidik harus membuat persiapan pembelajaran, rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat, mengelola kelas dan menyiapkan perangkat pembelajaran lainnya yang dapat mendukung proses belajar dan mengajar (PBM). Pengajaran mikro pada hakekatnya adalah belajar yang sebenarnya. Ditinjau dari praktikan, calon Tenaga Pendidik akan belajar bagaimana melakukan pembelajaran sedangkan teman yang jadi siswa akan dapat merasakan bagaimana gaya mengajar temannya dirasakan tepat dan tidaknya strategi pembelajaran yang dibuat. Pengajaran mikro bukanlah simulasi. Dalam situasi mengajar teman sejawat, mereka tidak diperlakukan sebagaimana siswa didik akan tetapi mereka tetap menjadi teman yang sebenarnya dengan kedudukan sebagai siswa. Hal ini untuk menghindari perilaku teman sejawat yang dibuat-buat yang mengakibatkan tidak terkondisikan proses pembelajaran antar teman sejawat. Pengajaran diharapkan dapat direkam sehingga hasil rekaman tersebut dapat dijadikan bahan diskusi antar teman untuk dikoreksi dan diberikan masukan guna perbaikan atas kekurangan praktikan Tenaga Pendidik. Pengajaran mikro bertujuan membekali Tenaga Pendidik beberapa keterampilan dasar mengajar dan pembelajaran. Bagi calon Tenaga Pendidik metode ini akan memberi pengalaman mengajar yang nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah.
Sedangkan bagi calon Tenaga Pendidik dapat mengembangkan ketrampilan dasar mengajarnya sebelum mereka melaksanakan tugas sebagai Tenaga Pendidik. Memberikan kemungkinan calon Tenaga Pendidik untuk mendapatkan bermacam ketrampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana menerapkan dalam program pembelajaran.
Tujuan Pembelajaran Micro Teaching
Tujuan Umum
Tujuan umum pengajaran mikro (micro teaching) adalah untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa (calon guru) untuk berlatih mempraktikkan beberapa keterampilan dasar mengajar di depan teman – temannya dalam suasana yang constructive, supportive, dan bersahabat sehingga mendukung kesiapan mental, keterampilan dan kemampuan performance yang terintegrasi untuk bekal praktek mengajar sesungguhnya di sekolah/institusi pendidikan.
Pembelajaran yang nyata (dilaksanakan dalam bentuk yang sebenarnya) tetapi berkonsep mini/kecil.
Latihan terpusat pada Keterampilan Dasar Mengajar.
Mempergunakan Informasi dan Pengetahuan tentang Tingkat Belajar Siswa sebagai Umpan Balik terhadap Kemampuan calon guru.
Pembelajaran dilaksanakan bagi para siswa dengan latar belakang yang berbeda – beda dan berdasarkan pada kemampuan intelektual kelompok usi tertentu.
Pengontrolan secara ketat terhadap lingkungan latihan yang diselenggarakan dalam Laboratorium Micro – Teaching.
Pengadaan Low-Threat-Situation untuk memudahkan calon guru/dosen mempelajari Keterampilan Mengajar.
Penyediaan Low-Risk-Situation yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Penyediaan kesempatan latihan ulang dan pengaturan distribusi latihan dalam jangka waktu tertentu.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus pengajaran mikro (micro teaching) antara lain sebagai berikut :
Mahasiswa terampil untuk membuat persiapan mengajar
Membentuk sikap profesional sebagai calon guru/dosen
Berlatih menjadi guru yang bertanggung jawab dan berpegang kepada etika keguruan
Dapat menjelaskan pengertian micro teaching
Dapat berbicara di depan kelas secara runtut dan runut sehingga mudah dipahami oleh audience atau peserta didik
Terampil membuka dan menutup pelajaran
Dapat bertanya secara benar
Dapat memotivasi belajar siswa/peserta didik
Dapat membuat variasi dalam mengajar
Dapat menggunakan alat-alat / media pembelajaran dengan benar dan tepat
Dapat mengamati keterampilan keguruan secara obyektif, sistematis, kritis dan praktis
Dapat memerankan sebagai guru/dosen , supervisor, peserta didik, maupun sebagai observer dengan baik
Dapat menerapkan teori belajar dan pembelajaran dalam suasana didaktis, paedagogis, metodik dan andragogis secara tepat dan menarik
Berlatih membangun rasa percaya diri
Pengajaran mikro (micro teaching) bertujuan untuk mengatasi kelemahan model praktik pengajaran konvensional. Melalui pengajaran mikro (micro teaching), keterampilan mengajar yang potensial dapat diorganisasikan dalam satu penampilan yang utuh. Praktikan akan lebih siap dan terampil untuk mengantisipasi perilaku mengajar yang sebenarnya di kelas. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pengajaran mikro (micro teaching) memberikan pengaruh positif dalam melatih keterampilan mengajar di kelas. Brown dan ametrong (1975), mencatat hasil riset tentang manfaat pengajaran mikro (micro teaching) sebagai berikut :
Korelasi antara pengajaran mikro (micro teaching) dan praktik keguruan sangat tinggi. Artinya, calon guru yang berpenampilan baik dalam pengajaran mikro (micro teaching), akan baik pula dalam praktik mengajar di kelas.
Praktikan yang lebih dulu menempuh program pengajaran mikro (micro teaching) ternyata lebih baik/lebih terampil dibandingkan praktikan yang tidak mengikuti pengajaran mikro (micro teaching).
Praktikan yang menempuh pengajaran mikro (micro teaching) menunjukkan prestasi mengajar yang lebih tinggi.
Bagi praktikan yang telah memiliki kemampuan tinggi dalam pengajaran, pengajaran mikro (micro teaching) kurang bermanfaat.
Setelah mengikuti pengajaran mikro (micro teaching), praktikan dapat menciptakan interaksi dengan siswa secara lebih baik.
Penyajian model rekaman mengajar lebih baik daripada model lisan sehingga lebih signifikan dengan keterampilan mengajar.
Manfaat dari micro teaching.
Pembelajaran merupakan suatu proses terpadu yang terbentuk dari beberapa unsur untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sebagai seorang pendidik yang tugasnya adalah melakukan pembelajaran diharapkan menguasai:
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
Keterampilan memberikan Penjelasan
Keterampilan memberikan pertanyaan
Keterampilan memberikan penguatan
Keterampilan mengadakan variasi
Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dan perorangan
Keterampilan mengelola kelas
Micro teaching merupakan proses pembelajaran yang dilakukan secara sederhana dan singkat bagian demi bagian dengan kontrol yang cermat sehingga diperoleh kemampuan yang tuntas dan optimal. Penyederhanaan pembelajaran mikro teaching terletak pada waktu, materi, jumlah siswa, jenis ketrampilan dasar mengjar, penggunaan metode, media dan lain lain. Dengan kata lain, bahwa perbuatan mengajar itu sangatlah kompleks. Oleh karena itu, dalam rangka penguasaan keterampilan dasar mengajar, calon guru perlu berlatih secara parsial, artinya tiap – tiap komponen keterampilan dasar mengajar itu perlu dikuasai secara terpisah – pisah (isolated). Berlatih untuk menguasai keterampilan dasar mengajar seperti itulah yang dinamakan micro-teaching (pembelajaran mikro).
Pembelajaran mikro (micro-teaching) merupakan suatu situasi pembelajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah siswa yang terbatas, yaitu selama 5 – 20 menit dengan jumlah siswa sebanyak 3 – 10 orang (Cooper dan Allen, 1971). Bentuk pembelajaran yang sederhana, dimana calon guru berada dalam suatu lingkungan kelas yang terbatas dan terkontrol. Dan hanya mengajarkan satu konsep dengan menggunakan satu atau dua keterampilan dasar mengajar.
Untuk lebih dapat menyimpulkan dengan baik maka proses pembelajaran micro teaching di luar laboratorium ini dapat digambarkan dalam gambar sebagai berikut :
Mahasiswa Mengajar :Silabus-RPP-Media-Alat dan BahanMahasiswa :APKG, I-IIMahasiswa :APKG, I-IIMahasiswa :APKG, I-IIMahasiswa :APKG, I-II
Mahasiswa Mengajar :
Silabus-RPP-Media-Alat dan Bahan
Mahasiswa :
APKG, I-II
Mahasiswa :
APKG, I-II
Mahasiswa :
APKG, I-II
Mahasiswa :
APKG, I-II
Gambar 1.2. : Proses Praktek Pembelajaran Micro teaching di luar Lab
Dalam kegiatan latihan pembelajaran micro teacing di luar laboratorium seorang mahasiswa latihan mengajar, dalam mengajar kelompok kecil, yang terdiri dari seorang sebagai guru dan empat orang sebagai murid atau siswa.
Dalam latihan mengajar tersebut seorang mahasiswa yang akan maju untuk berlatih mengajar, wajib mempersiapkan, berbagai macam kegiatan yakni pertama agar mahasiswa yang akan berlatih mengajar itu wajib mempelajari, menelaah, mengidentifikasi serta menganalisis Silabus mata pelajaran yang akan diperaktekan. Setelah silabus dikuasai dengan benar maka buatlah RPP, yang sesuai dengan Standar kompetensi, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran, menyediakan media, alat dan bahan untuk dipergunakan pada waktu kegiatan belajar mengajar.
Sedangkan yang empat orang lagi yang bertindak sebagai siswa agar memperhatikan dengan benar mulai dari kegiatan membuka dan menutup pelajaran, memberikan penjelasan materi pelajaran kepada siswa, memberikan pertanyaan kepada siswa, memberikan pengutan kepada siswa yang mejawab pertanyaan dengan baik dan benar, bagai mana cara guru mengadakan variasi, baik variasi metode, metodologi, materi dan lain sebagainya. Selanjutnya mahasiswa atau calon guru yang bertindak sebagai siswa agar memperhatikan bagaimana seorang guru mengajar kelompok kecil dan membimbing kelompok kecil dan peroreangan dan pada akhirnya bagaimana praktikan cara-cara mengelola kelas dengan baik dan benar.
Hal tersebut diatas berulang-ulangkan silih berganti baik waktu maupun peran masing-masing. Serta peraktikan diberikan penilaian oleh mahasiswa teman sebaya melalui penilaian APKG I dan APKG II. Penilaian dimaksud untuk mengetahui sejauhmana praktikan kemampuan baik dalam Kegiatan Belajar Mengajar maupun dalam kegiatan Proses Belajar Mengajar.
BAB. II
KOMPETENSI KEPRIBADIAN
Pengertian Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan salah satu jenis kompetensi yang perlu dikuasai guru, selain 3 jenis kompetensi lainnya: sosial, pedagogik, dan profesional. Dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa kompetensi kepribadian guru yaitu kemampuan kepribadian yang : (1) mantap; (2) stabil; (3) dewasa; (4) arif dan bijaksana; (5) berwibawa; (6) berakhlak mulia; (7) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (8) mengevaluasi kinerja sendiri; dan (9) mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Untuk lebih jelas dan mendalam mengenai pengertian komponen kemapuan-kemapuan kepribadian yang wajib dimiliki guru, dapat penulis uraikan dibawah ini :
Kemampuan Kepribadian yang Mantap
Kepribadian yang mantap seorang Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, mendidik dan membimbing memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan peserta didik dalam mencetak sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut "digugu" (ditaati nasehat/ ucapan/ perintahnya) dan "ditiru" (di contoh sikap dan perilakunya).Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik.
Selanjutnya, Zakiah Darajat dalam Syah (2000:225-226) menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).
Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis. Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah cipta merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahan terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan.
Dalam Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi kepribadian adalah "kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik". Surya (2003:138) menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik. Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri. Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education, mengemukakan kompetensi pribadi meliputi (1) pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama, (2) pengetahuan tentang budaya dan tradisi, (3) pengetahuan tentang inti demokrasi, (4) pengetahuan tentang estetika, (5) memiliki apresiasi dan kesadaran sosial, (6) memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan, (7) setia terhadap harkat dan martabat manusia.
Sedangkan kompetensi guru secara lebih khusus lagi adalah bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung jawab dan mampu menilai diri pribadi. Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan personal guru, mencakup (1) penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya, (2) pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru, (3) kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya.
Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi personal mengharuskan guru memiliki kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi subyek didik, dan patut diteladani oleh siswa. Berdasarkan uraian di atas, kompetensi kepribadian guru tercermin dari indikator (1) sikap, dan (2) keteladanan.Yang dimaksud dengan komptensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Subkompetensi mantap dan stabil memiliki indicator esensial yakni bertindak sesuai dengan hukum, bertindak sesuai dengan norma social, bangga menjadi guru dan memiliki konsistensi dalam bertindak dan bertutur.
Guru yang dewasa akan menampilkan kemandirian dalam bertindak dam memiliki etos kerja yang tinggi. Sementara itu, guru yang arif akan mampu melihat manfaat pembelajaran bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat, menunjukkan sikap terbuka dalam berfkir dan bertindak. Berwibawa mengandung makna bahwa guru memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan perilaku yang disegani. Yang paling utama dalam kepribadian guru adalah berakhlak mulia. Ia dapat menjadi teladan dan bertindak sesuai norma agama (iman, dan taqwa, jujur, ikhlas dan suka menolong serta memiliki perilaku yang dapat dicontoh).
Kompetensi kepribadian kiranya harus mendapatkan perhatian yang lebih. Sebab, kompetensi ini akan berkaitan dengan idealisme dan kemampuan untuk dapat memahami dirinya sendiri dalam kapasitas sebagai pendidik. Mengacu kepada standar nasional pendidikan, kompetensi kepribadian guru meliputi, (1) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil, yang indikatornya bertindak sesuai dengan norma hukum, norma sosial. Bangga sebagai pendidik, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. (2) Memiliki kepribadian yang dewasa, dengan ciri-ciri, menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik yang memiliki etos kerja. (3) Memiliki kepribadian yang arif, yang ditunjukkan dengan tindakan yang bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. (4) Memiliki kepribadian yang berwibawa, yaitu perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani. (5) Memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan, dengan menampilkan tindakan yang sesuai dengan norma religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
Selanjutnya, Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi dan Kompetensi Guru menjelaskan kompetensi kepribadian untuk guru kelas dan guru mata pelajaran, pada semua jenjang pendidikan dasar dan menengah, sebagai berikut:
Kemampuan Bertindak
Seorang Guru agar mampu Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, mencakup: (a) menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender; dan (b) bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.
Kemapuan Menampilkan Diri
Kemampuan Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mencakup: (a) berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi; (b) berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia; dan (c) berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.
Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, mencakup: (a) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil; dan (b) menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.
Menunjukan Etos Kerja
Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, mencakup: (a) menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi; (b) bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri; dan (c) bekerja mandiri secara profesional.
Menjungjung Tinggi Kode Etik
Menjunjung tinggi kode etik profesi guru, mencakup: (a) memahami kode etik profesi guru; (b) menerapkan kode etik profesi guru; dan (c) berperilaku sesuai dengan kode etik guru.
Kompetensi Kepribadian yang Stabil
Kepribadian stabil adalah kepribadian positif yang diterima allah dan juga manusia. Karenanya, orang islam yang menyadari hal itu haruslah (bahkan wajib) menghiasi diri dengan sifat-sifat yang mendukung kepribadian stabil tersebut dan menanggalkakn sifat-sifat kebalikannya. Adapun karakteristik kepribadain yang stabil, yaitu:
Mampu mengendalikan emosi. Salah satu tolok ukur kepribadian yang stabil adalah kematangan emosi. Semakin matang emosi seseorang, akan kian stabil pula kepribadiannya. Dalam hal ini, pengendalian emosi menrupakan kuncinya. Ketidakmampuan mengendalikan emosi, terutama emosi negatif seperti marah, bisa menghambat interaksi seseorang dengan lingkungannya.
Mampu memupuk kepercayaan diri. Kepercayaan diri menetuakan kualitas hidup seseorang, dan ini juga merupakan salah satu tolak ukur kepribadian. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, dapat dipastikan seseorang bisa mengarungi hidupnya dengan baik. Setidaknya ia bisa menerima tantangan dan mengemban tanggung jawabnya tanpa dikuasai stres dan kecemasan. Dalam bergaul, ia tidak agresif, tapi juga tidak pasif. Sehingga, seseorang mampu memosisikan diri di antara kedua sifat tadi. Tentu, individu dengan kepribadian seperti ini relatif mudah diterima lingkungan lantaran sifatnya yang mudah bergaul. Perbedaan karakter yang dimilikinya bukanlah hambatan. Ia bisa menyelami setiap karakter yang berbeda, dan menemukan titik temu hingga bisa berkomunikasi.
Mampu bersosialisasi dan beradaptasi. Jangan pula mengabaikan kemampuan bersosialisasi sebab seberapa jauh seseorang bisa meniti kesuksesannya amat ditentukan oleh banyaknya relasi yang sudah dijalin. Benyaknya teman juga membuat seeorang tidak gampang stres. Dengan banyak teman, ia bisa lebih leluasa memutuskan kepada siapa akan mencurahkan isi hatinya.
Mampu mengatasi masalah/konflik. Sulit dipungkiri, kehidupan memang penuh dengan berbagai konflik. Oleh karenanya, kemampuan memcahkan konflik merupakan modal yang harus dimiliki seseorang. Semakin baik kemampuannya dalam hal ini, maka kepribadiannya akan semakin stabil. Seseorang yang pandai mengatasi konflik umumnya akan mudah pula mengatasai masalah dalam hidupnya, entah disekolah, dirumah, ataupun kelak ditempat kerja.
Mampu bersikap fleksibel. Seseorang yang berkepribadian stabil tidak boleh memliki sifat kaku. Jika ada rencana yang gagal, ia harus mampu mengantisipasinya dengan rencana-rencana lain. Sikap kaku hanya akkan meningkatkan kecemasan dalam diri. Berbeda, sikap fleksibel bermanfaat bagi seseorang agar: Mampu membuat dan merencanakan sesuatu secara tepat dan bijak, mampu mengukur suatu keberhasilan secara nyata, mempu berinteraksi dalam segala kondisi dan dengan segala jenis kepribadian manusia, mampu mengubah segala sesuatu menjadi lebih positif, mampu menghadapi goncangan dan persoalan yang datang secara tiba-tib, mempunyai strategi dan manajemen yang rapi dalam bekerja , menguasai beragam media, metode, dan gaya dalam berinteraksi.
Maka dari itu kepribadian yang setabil adalah merupakan kepribadian yang dapat mengendalikan berebagai emosional terhadap berbagai permasalahan yang sedang dan akan timbul didalam maupun diluar tugas sebagai guru. Dimana guru senantiasa malakukan pekerjaan sesuai dengan aturan dan perundang-undangan atau pedoman yang telah ditetapkan, berbicara apa adanya, terbuka dan tidak berubah-rubah.
Kompetensi Kepribadian yang dewasa
Kedewasaan bukan hanya menyangkut umur atau status tertentu, melainkan juga banyak bidang lain seperti perasaan, sikap, pandangan, orientasi, perilaku atau lainnya. Dewasa dalam umur belum merupakan jaminan dewasa dalam bidang lainnya. Namun secara umum kedewasaan dapat dilihat dari beberapa aspek, di antaranya:
Dewasa secara fisik. Dimana organ-organ reproduksi telah berfungsi secara optimal yang ditandai dengan produksi sperma yang baik pada pria dan produksi sel telur yang memadai pada wanita. Selain perkembangan sel-sel otot tubuh yang menandakan sekaligus yang membedakan pria dan wanita.
Dewasa secara psikologis. Yang ditandai dengan kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan konflik-konflik yang terjadi dalam kehidupan
c. Dewasa secara social-ekonomi. Ditampakkan dalam kemampuan seseorang untuk mandiri, membiayai kebutuhan hidup sendiri dan menangani berbagai hal dengan kemampuan sendiri. Seorang guru dapat dipandang sebagai sosok yang mempunyai kepribadian yang dewasa, mana kala guru mempunyai kemampun berbicara dan bertindak menunjukan orang dewasa artinya bahwa guru mempunyai karakteristik untuk digugu dan ditiru (diikuti dan di contoh).
Kompetensi Kepribadian yang arif dan bijaksana
Menurut pendapat KH Ali Maksum : Bahwa "Kearifan adalah timbul dari kelembutan pemikiran dalam mencerna dan menghayati pengetahuan serta pengalaman. Sedang kebijakan itu muncul dari keluhuran budi dalam menentukan sikap yang didasari kearifan tersebut".
Maka dapat dikatakan bahwa guru yang mempunyai kemampuan kepribadian yang arif dan bijaksana itu, manakala guru tersebut dapat melakukan tugasnya yang dilandasi dengan ilmu pengetahuan teknologi dan seni, serta dapat mentranmisikan, mentransaksikan dan mentranpormasikan kepada siswa melalui kesabaran dan keuletan.
Kompetensi Kepribadian yang berwibawa
Sikap wibawa dapat menjadi suatu refleksi diri. Guru tersebut akan menyadari kekurangan serta kelebihan diri dalam menjalankan tugas profesinya sebagai guru. Guru yang berwibawa akan selalu berusaha untuk mengetahui kebutuhan pendidikan anak didiknya dan kemudian mampu melayani kebutuhan mereka itu dengan sebaik-baiknya. Akhirnya, citra diri sebagai guru berwibawa pun terbiasa. Seorang guru yang santun terhadap ruang dan waktu.
Ketika seorang guru mampu menunjukkan bahwa dirinya memiliki wawasan pendidikan yang luas, komitmen yang kuat, tanggung jawab dan kompetensi maka dengan sendirinya akan mampu mempengaruhi anak didik khususnya dalam kegiatan pembelajaran sehingga dengan sendirinya akan tumbuh ketaatan pada diri siswa terhadapnya. Ketaatan ini tentu saja akan tumbuh melalui kesadaran yang akhirnya berdampak pada semakin efektifnya proses pembelajaran yang bukan hanya transfer of knowledges, melainkan juga transfer of ethics and values.
Kompetensi Kepribadian yang berakhlak mulia
Akhlak mulia yang diajarkan oleh uswah hasanah kita yaitu Nabi Muhammad Shallallaahu'alaihi Wasallam begitu sempurna. Hal ini tercermin dalam akhlak beliau sehari-hari yang mencakup segala sendi kehidupan, bahkan Allah Ta'ala memuji Nabi Shallallaahu'alaihi Wasallam dengan akhlaknya yang luar biasa agungnya, sebagaimana firman-Nya: "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (al-Qolam: 4)
Kompetensi Kepribadian yang menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
Keteladanan adalah segala sesuatu yang terkait dengan perkataan, perbuatan, sikap, dan prilaku seseorang yang dapat ditiru atau diteladani oleh pihak lain. Sedangkan guru atau pendidik adalah pemimpin sejati, pembimbing dan pengarah yang bijaksana, pencetak para tokoh dan pemimpin umat (Isa, 1994). Jadi, keteladanan guru adalah contoh yang baik dari guru baik yang berhubungan dengan sikap, prilaku, tutur kata, mental, maupun yangterkait dengan akhlak dan moral yang patut dijadikan contoh bagi peserta didik. Hal ini penting dimiliki tenaga pendidik untuk dijadikan dasar dalam membangun kembali etika, moral, dan akhlak yang sudah sampai pada tataran yang menyedihkan.
Bagi Peserta Didik
Guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku peserta didik. Untuk itulah guru harus dapat menjadi contoh (suri tauladan) bagi peserta didik, karena guru adalah refresentatif dari sekelompok orang pada suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan, yang dapat digugu dan ditiru.
Bagi Masyarakat
Selain menjadi keteladanan bagi peserta didik guru juga harus dapat bergaul dengan masyarakat secara luas sehingga dapat menjadi teladan bagai masyarakt dan pada akhirnya dapat merubah prilaku masyarakat kepada yang lebih baik dari sebelumnya.
Kompetensi Kepribadian yang mengevaluasi kinerja sendiri
Sikap terhadap diri sendiri apa yang seharusnya diperbuat setelah kita melakukan sesuatu. Beberapa sikap untuk mengevaluasi diri dapat kita pelajari dan kita amalkan antara lain sikap integriatas, antusiasme, melayani orang lain dan melihat sesuatu dengan kebaruan sikap tersebut tidak terlepas dari sikap-sikap evaluasi diri yang menjadikan sikap kita menjadi lebih bijak dalam menjalani hidup dan kehidupan sebagai seorang guru.
Kompetensi Kepribadian yang mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Ada kalanya kita bertindak berdasarkan perasaan, sehingga suasana hati sangat mempengaruhi tindakan kita, Sebagai contoh, saat bersedih mungkin akan mempengaruhi daya kerja seseorang, karena itu bagaimana sebisa mungkin kita isi perasaan dengan hal-hal yang berorientasi positif. Sesuatu yang berdasarkan naluri atau hati nurani yang pada dasarnya manusia mempunyai naluri atau hati nurani yang baik, karena itu selalu usahakan agar energi positif dari perasaan yang selalu positif, jauh dari dengki, dendam, iri dan penyakit hati lainya akan menumbuhkan perasaan yang sehat dan otomatis menciptakan energi positif dan sehat sehingga daya kerja seorang guru dalam sehari-haripun maksimal. Ciptakan situasi yang kondusif dan positif
B. Arti Penting Kompetensi Kepribadian Guru
Penguasaan kompetensi kepribadian guru memiliki arti penting, baik bagi guru yang bersangkutan, sekolah dan terutama bagi siswa. Berikut ini disajikan beberapa arti penting penguasaan kompetensi kepribadian guru: Ungkapan klasik mengatakan bahwa "segala sesuatunya bergantung pada pribadi masing-masing". Dalam konteks tugas guru, kompetensi pedagogik, profesional dan sosial yang dimiliki seorang guru pada dasarnya akan bersumber dan bergantung pada pribadi guru itu sendiri. Dalam melaksanakan proses pembelajaran dan berinteraksi dengan siswa akan banyak ditentukan oleh karakteristik kepribadian guru yang bersangkutan. Memiliki kepribadian yang sehat dan utuh, dengan kerakteristik sebagaimana diisyaratkan dalam rumusan kompetensi kepribadian di atas dapat dipandang sebagai titik tolak bagi seseorang untuk menjadi guru yang sukses.
Guru adalah pendidik profesional yang bertugas untuk mengembangkan kepribadian siswa atau sekarang lebih dikenal dengan karakter siswa. Penguasaan kompetensi kepribadian yang memadai dari seorang guru akan sangat membantu upaya pengembangan karakter siswa. Dengan menampilkan sebagai sosok yang bisa di-gugu (dipercaya) dan ditiru, secara psikologis anak cenderung akan merasa yakin dengan apa yang sedang dibelajarkan gurunya. Misalkan, ketika guru hendak membelajarkan tentang kasih sayang kepada siswanya, tetapi di sisi lain secara disadari atau biasanya tanpa disadari, gurunya sendiri malah cenderung bersikap tidak senonoh, mudah marah dan sering bertindak kasar, maka yang akan melekat pada siswanya bukanlah sikap kasih sayang, melainkan sikap tidak senonoh itulah yang lebih berkesan dan tertanam dalam sistem pikiran dan keyakinan siswanya.
Di masyarakat, kepribadian guru masih dianggap hal sensitif dibandingkan dengan kompetensi pedagogik atau profesional. Apabila ada seorang guru melakukan tindakan tercela, atau pelanggaran norma-norma yang berlaku di masyarakat, pada umumnya masyarakat cenderung akan cepat mereaksi. Hal ini tentu dapat berakibat terhadap merosotnya wibawa guru yang bersangkutan dan kepercayaan masyarakat terhadap institusi sekolah, tempat dia bekerja.
Bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru berpengaruh terhadap perkembangan belajar dan kepribadian siswa. Studi kuantitatif yang dilakukan Pangky Irawan (2010) membuktikan bahwa kompetensi kepribadian guru memiliki hubungan erat dan signifikan dengan motivasi berprestasi siswa. Sementara studi kualitatif yang dilakukan Sri Rahayu (2008) menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru memiliki kontribusi terhadap kondisi moral siswa. Hasil studi lain membuktikan tampilan kepribadian guru akan lebih banyak mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (Iis Holidah, 2010)
Dari uraian singkat di atas, tampak terang bahwa begitu pentingnya penguasaan kompetensi kepribadian bagi seorang guru. Kendati demikian dalam tataran realita upaya pengembangan profesi guru yang berkaitan dengan penguatan kompetensi kepribadian tampaknya masih relatif terbatas dan cenderung lebih mengedepankan pengembangan kompetensi pedagogik dan akademik (profesional). Lihat saja, dalam berbagai pelatihan guru, materi yang banyak dikupas cenderung lebih bersifat penguatan kompetensi pedagogik dan akademik. Begitu juga, kebijakan pemerintah dalam Uji Kompetensi Guru dan Penilaian Kinerja Guru yang lebih menekankan pada penguasaan kompetensi pedagogik dan akademik.
Sedangkan untuk pengembangan dan penguatan kompetensi kepribadian seolah-olah dikembalikan lagi kepada pribadi masing-masing dan menjadi urusan pribadi masing-masing. Oleh karena itu, marilah kita sama-sama mengambil tanggung jawab ini dengan berusaha belajar memperbaiki diri-pribadi kita untuk senantiasa berusaha menguatkan kompetensi kepribadian kita. Meski dalam berbagai teori kepribadian disebutkan bahwa kepribadian orang dewasa cenderung bersifat permanen,
Berkenaan dengan upaya peningkatan kepribadian, Essential Life Skill memberikan tips 10 cara untuk meningkatkan kepribadian, yang isinya dapat disarikan sebagai berikut: (1) Jadilah pendengar yang baik, jadikan teman bicara Anda merasa penting dan dihargai (2) Perbanyaklah membaca dan perluas interes Anda, (3) Jadilah ahli pembicara yang baik, (4) Milikilah gagasan yang berbeda dan unik sehingga dapat memperluas perspektif setiap orang tentang Anda, (5) Temui orang-orang baru, terutama yang berbeda dengan Anda, sehingga wawasan Anda menjadi semakin luas, (6) Jadilah diri Anda sendiri, dengan menunjukkan keotentikan dan keunikan yang Anda miliki, (7) Milikilah sikap dan pandangan positif, (8) Jadilah orang yang menyenangkan dan memiliki rasa humor, (9) Bersikap suportif kepada orang lain yang membutuhkan Anda, dan (10) Miliki integitas dan perlakukan setiap orang dengan penuh hormat, dan bijaksana, yaitu perilaku yang menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak, menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat.
Sebagai seorang guru kita harus memiliki pribadi yang disiplin dan arif. Hal ini penting, karena masih sering kita melihat dan mendengar peserta didik yang perilakunya tidak sesuai bahkan bertentangan dengan sikap moral yang baik. Oleh karena itu peserta didik harus belajar disiplin, dan gurulah yang harus memulainya. Dalam menanamkan disiplin, guru bertanggung jawab mengarahkan, berbuat baik, menjadi contoh sabar dan penuh pengertian.
Mendisiplinkan peserta didik harus dilakukan dengan rasa kasih sayang dan tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian materi, tetapi guru harus dapat membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik. Sehingga, sebagai seorang guru kita harus: Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat.
Hal dimaksud mengandung arti, bahwa sebagai seorang guru, kita juga bertindak sebagai pendidik dan murid sebagai anak didik sehingga dapat saja dipisahkan kedudukannya, akan tetapi mereka tidak dapat dipisahkan dalam mengembangkan diri murid dalam mencapai cita-citanya. Disinilah kemanfaatan guru bagi orang lain atau murid benar-benar dituntut, seperti hadits Nabi :"Khoirunnaasi anfa'uhum linnaas," artinya adalah sebaik-baiknya manusia adalah yang paling besar memberikan manfaat bagi orang lain.
Menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
Yakni berwawasan terbuka dalam berbagai pemecahan masalah baik dengan peserta didik, dengan teman sejawat, dengan atasan maupun dengan masyarakat.
Mampu menilai diri sendiri secara realistis.
Seorang guru yang berkarakter dia mampu menilai dirinya, kelebihan dan kekurangannya, baik secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. Dia menyadari bahwa untuk menjadi pemimpin dibutuhkan akhlak yang mulia yang bermuara pada hati nurani yang mampukah dia berlaku adil, jujur, berani, tegas dan berintegritas
Mampu menilai situasi dan kondisi secara realistis
Seorang guru yang berkarakter dia mampu menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistis. Dia mau menerima secara wajar apapun yang terjadi dalam kehidupannya, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna. Artinya dia tidak 'gila hormat', 'gila uang' atau 'kedudukan'.
Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistis.
Guru yang berkarakter dia dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan mereaksinya secara rasional. Dia tidak sombong atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Sebaliknya jika dia mengalami kegagalan, dia pun tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistis.
Menerima tanggung jawab dengan ikhlas
Dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan dan pekerjaan yang dihadapinya. Dia pro aktif menerima tanggungjawab yang diberikan atasan dengan tulus dan ikhlas
Memiliki kemandirian
Dia memiliki sikap mandiri dalam cara berfikir dan bertindak.Dia mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
Dapat mengontrol emosi pribadi
Dia mampu mengendalikan emosi dan hal ini terbukti ketika dia menghadapi situasi yang membuat frustrasi, depresi atau stres, namun dia melakukan tindakan positif atau konstruktif .
8. Berorientasi tujuan
Guru yang berkarakter mampu merumuskan tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar. Dia berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan ketrampilan.
9. Berorientasi keluar (ekstrovert)
Guru yang berkarakter bersikap respek terhadap orang lain, empati terhadap orang lain dan memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungan.Selain itu dia bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya. Dia merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain. Dia tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
10. Bertanggungjawab social
Guru yang berkarakter dia aktif berpartsipasi dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain
11. Memiliki keyakinan atau harapan hidup yang lebih baik
Guru yang berkarakter mengarahkan hidupnya berdasarkan keyakinan agama, pengalaman dan nilai-nilai kehidupan yang dianutnya. Dia meyakini bahwa hidup akan menjadi lebih baik,kalau disertai dengan kerja keras dan sikap optimis.
12. Orientasi kebahagiaan
Guru yang berkarakter kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang). Dia lebih senang membahagiakan (mensejahterakan) orang lain daripada dirinya sendiri.
Kepribadian Yang Demokratis
Menurut berbagai pandangan bahwa Guru yang bersikap demokratis memiliki berbagai tipe diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Memiliki hati nurani yang tajam, dan berusaha mengajar dengan hati dengan wawasan yang dimilikinya;
2. Berusaha memberi ketenangan hati dan tanpa lelah memotivasi peserta didik;
3. Memberi ruang kepada peserta didik untuk memaksimalkan berkembangnya potensi positif pada dirinya. Figur guru seperti ini akan selalu dikenang oleh peserta didik sepanjang masa.
4. Milikilah beragam kecerdasan. Milikilah kecerdasan emosional yang baik, milikilah kecerdasan spiritual yang baik, milikilah kecerdasan interpersonal dan intrapersonal yang baik. Kecerdasan sangat membantu guru tampil dengan bijaksana. Langkah-langkah agar guru memiliki kecerdasan yaitu melalui kegiatan reflektif, membaca buku untuk meningkatkan percaya diri, pelatihan dan meningkatkan iman serta takwa kepada Tuhan;
5. Jadilah guru biofili. Guru biofili ketika mengajar dan melakukan tindakan dalam pola tingkah laku selalu mengedepankan nilai-nilai dan jiwa yang hidup, dengan cinta dan kasih sayang. Guru biofili berkarakter guru yang memiliki jiwa yang selalu hidup berdasarkan nilai-nilai universitalitas kehidupan. Dia tidak menganggap murid bodoh, nakal, dan stereotipe negatif terhadap muridnya, tapi dia percaya muridnya adalah anugerah, apa adanya;
6. Jadilah guru yang mendidik dengan hati. Terdapat enam belas pilar pendidikan dengan hati berikut, yaitu kasih sayang, penghargaan, pemberian ruang untuk mengembangkan diri, kepercayaan, kerjasama, saling berbagi, memotivasi, mendengarkan, berinteraksi secara positif, menanamkan nilai-nilai moral, mengingatkan dengan ketulusan hati, menularkan antusiasme, menjadi potensi diri, mengajar dengan kerendahan hati, menginspirasi, dan menghormati;
7. Jadilah fasilitator dan mediator. Paul Suparno (2003) menyebutkan bahwa guru demokratis lebih membantu siswa agar siswa aktif belajar dan menemukan pengetahuan mereka. Guru merangsang siswa belajar, mendukung, memberikan motivasi, memantau dan mengevaluasi yang ditemukan siswanya. Guru demokratis akan bahagia bila siswa aktif, mempunyai macam-macam kreativitas, siswa mempunyai gagasan brilian yang mungkin saja berbeda dengan gagasan guru. Nilai bukan monopoli guru, kebenaran bukan monopoli guru, tetapi milik bersama, hasil pencarian bersama secara rasional.
8. Ajarkan murid berpikir kritis. Bantulah murid untuk berpikir kritis, memang menghapal pada tahap awal memang baik, tapi guru harus menekankan pada berpikir. Guru membantu murid lebih berpikir sendiri dan bukan hanya membebek dengan apa yang dikatakan guru.
9. Guru memang harus berwibawa baik secara akademik maupun moral, serta guru harus bisa menjadi fasilitator dan motivator sehingga siswa dapat mengembangkan potensinya secara optimal, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreativitasnya. Guru harus mendorong siswa menyampaikan gagasannya dan menghargainya.
10. Apapun pendapat siswa guru harus bisa memberikan apresiasi secara positif terhadap siswa diharapkan berangsur-angsur siswa terbiasa berpikir aktif dan berani mengemukakan pendapatnya di kelas.
Kepribadian Guru Menjadi Teladan
Kompetensi kepribadian guru yang dilandasi dengan akhlak mulia tentu saja tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi memerlukan ijtihad, yakni usaha sungguh – sungguh, kerja keras, tanpa mengenal lelah dan dengan niat ibadah tentunya. Dalam hal ini, guru harus merapatkan kembali barisannya, meluruskan niatnya, bahkan menjadi guru bukan semata – mata untuk kepentingan duniawi. Memperbaiki ikhtiar terutama berkaitan dengan kompetensi pribadinya, dengan tetap bertawakkal kepada Allah. Melalui guru yang demikianlah, kita berharap pendidikan menjadi ajang pembentukan karakter bangsa.
Untuk menjadi teladan bagi peserta didik, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan oleh seorang guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru.
Bertindak sesuai dengan norma religius (iman, taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong)
Memiliki perilaku yang diteladani peserta didik
Artinya, guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya.
Diperlukan kebiasaan sikap kelapangan hati dalam menerima segala masukan, sehingga lambat laun kepribadian guru menjadi lebih dewasa dan matang. Ini merupakan kebiasaan dan kelaziman yang terjadi jika ingin maju dan berkembang
Guru yang mempunyai anggapan bahwa orang lain itu mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah mereka sendiri dengan baik.
Guru yang melihat bahwa orang lain mempunyai sifat ramah, bersahabat, dan bersifat ingin berkembang.
Guru yang cenderung melihat orang lain sebagai orang yang sepatutnya dihargai.
Guru yang melihat orang-orang dan perilaku mereka pada dasarnya berkembang dari dalam, jadi bukan merupakan produk dari peristiwa-peristiwa eksternal yang dibentuk dan digerakkan. Dia melihat orang-orang itu mempunyai kreatifitas dan dinamika, jadi bukan orang yang pasif/ lamban.
Guru yang melihat orang lain itu dapat memenuhi dan meningkatkan dirinya,bukan menghalangi, apalagi mengancam.
Guru yang menganggap bahwa orang lain (peserta didik) berkemampuan dalam memecahkan permasalahan mereka sendiri dengan baik,mempunyai sifat ramah,bersahabat, dan bersifat ingin berkembang, dapat memenuhi dan meningkatkan dirinya, bukan menghalangi apalagi mengancam.
Guru yang baik ialah yang memberikan masa depan cemerlang dengan membekali anak didiknya dengan visi yang tajam dan ilmu yang menjanjikan.
Dảri berbagai penjelasan, pendapat dan teori sebagai mana yang telah disampaikan penulis diatas, maka untuk dapat mengilustrasikan seperti apa, guru yang memiliki kepribadian yang baik yang menjadi tumpuan anak đidik, masyarakat bấngsa dan Negara, dapat penulis gambarkan dalam gambar sebagai berikut :
PP. No. 19/2005Kompetensi KepribadianSikap Kepribadian yang mantapKondisi Kepribadian yang StabilPenampilan Kepribadian yang DewasaSifat Kepribadian Arif,bịaksanaPenampilan Kepribadian BẻwibawaTindakan Kepribadian Berakhlak MulyaKepribadian yang menjadi TeladanDapat mengevaluasi DiriDapat Mengembangkan diri Jujur, Berprestasi, Iman, Islam, IhsanSiswa BẻprestasiSDM. Yang UnggulKesejahteraan Masyarakat Bấngsa dan Negara
PP. No. 19/2005
Kompetensi Kepribadian
Sikap Kepribadian yang mantap
Kondisi Kepribadian yang Stabil
Penampilan Kepribadian yang Dewasa
Sifat Kepribadian Arif,bịaksana
Penampilan Kepribadian Bẻwibawa
Tindakan Kepribadian Berakhlak Mulya
Kepribadian yang menjadi Teladan
Dapat mengevaluasi Diri
Dapat Mengembangkan diri
Jujur, Berprestasi, Iman, Islam, Ihsan
Siswa Bẻprestasi
SDM. Yang Unggul
Kesejahteraan Masyarakat Bấngsa dan Negara
Gambar 2. Kompetensi Kepribadian Guru
BAB. III
KOMPETENSI SOSIAL
Pengertian Kompetensi Sosial
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan (kognitif), perilaku (afektif) dan keterampilan (psikomotorik) yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).
Kompetensi yang harus dimiliki guru menurut PP No 74 tahun 2008 meliputi : a) Kompetensi pedagogik, b) kompetensi kepribadian,c) kompetensi profesional, dan d) kompetensi sosial. Kompetensi ini bukanlah suatu titik akhir dari suatu upaya pembelajaran melainkan suatu proses yang berkembang dan belajar sepanjang hayat (lifelong learning process).
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir d).
Menurut Buchari Alma (2008:142), kompetensi sosial adalah kemampuan guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Seorang guru harus berusaha mengembangkan komunikasi dengan orang tua peserta didik sehingga terjalin komunikasi dua arah yang berkelanjutan. Dengan adanya komunikasi dua arah, peserta didik dapat dipantau secara lebih baik dan dapat mengembangkan karakternya secara lebih efektif pula. Suharsimi juga memberikan argumennya mengenai kompetensi sosial. Menurut beliau, kompetensi sosial haruslah dimiliki seorang guru, yang mana guru harus memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dengan siswa, sesama guru, kepala sekolah, dan masyarakat sekitarnya.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28 ayat (3) butir d, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam PP tentang guru, bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk :
1. Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.
2. Menggunakan tekhnologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua/wali peserta didik.
4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
Kompetensi sosial menurut Slamet yang dikutip oleh Syaiful Sagala dalam bukunya kemampuan Profesional Guru dan tenaga Kependidikan terdiri dari sub kompetensi yaitu :
1. Memahami dan menghargai perbedaan serta memiliki kemampuan mengelola konflik dan benturan.
2. Melaksanakan kerja sama secara harmonis.
3. Membangun kerja team (team work) yang kompak, cerdas, dinamis dan lincah
4. Melaksanakan komunikasi secara efektif dan menyenangkan.
5. Memiliki kemampuan memahami dan menginternalisasikan perubahan lingkungan yang berpengaruh terhadap tugasnya.
6. Memiliki kemampuan menundukkan dirinya dalam system nilai yang berlaku di masyarakat.
7. Melaksanakan prinsip tata kelola yang baik.
Berdasarkan beberapa pengertian kompetensi sosial di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial guru adalah kemampuan dan kecakapan seorang guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif pada pelaksanaan proses pembelajaran serta masyarakat sekitar.
Berkaitan dengan ruang lingkup kompetensi sosial guru, Sanusi (1991) mengungkapkan bahwa "kompetensi sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru". Menurut Permendiknas No. 16 tahun 2007 terdapat 5 kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh guru yang diuraikan secara perinci sebagai berikut: a. Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik. b. Bersikap simpatik. c. Dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/komite sekolah. d. Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan. Dan e. Memahami dunia sekitarnya (lingkungannya).
B. Karakteristik Guru yang Memiliki Kompetensi Sosial
Menurut Musaheri, ada dua karakteristik guru yang memiliki kompetensi sosial, yaitu :
1. Berkomunikasi secara santun
Les Giblin menawarkan lima cara terampil dalam melakukan komunikasi dengan santun, yaitu: a. Ketahuilah apa yang ingin anda katakana, b. Katakanlah dan duduklah c. Pandanglah pendengar, d. Bicarakan apa yang menarik minat pendengar, e. Janganlah membuat sebuah pidato.
2. Bergaul secara efektif
Bergaul secara efektif mencakup mengembangkan hubungan secara efektif dengan siswa. Dalam bergaul dengan siswa, haruslah menggunakan prinsip saling menghormati, mengasah, mengasuh dan mengasihi. Ada 7 kompetensi sosial yang harus dimiliki agar guru dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik disekolah maupun dimasyarakat, yakni: a. Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama, b. Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi., c. Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi, d. Memiliki pengetahuan tentang estetika, e. Memiliki apresiasi dan kesadaran social, f. Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan, g. Setia terhadap harkat dan martabat manusia.
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru berkaitan dengan kompetensi sosial dalam berkomunikasi dengan orang lain, antara lain:
1. Bekerja sama dengan teman sejawat
Jagalah hubungan baik dengan sejawat, buahnya adalah kebahagiaan. Guru-guru harus berinteraksi dengan sejawat. Mereka harus dapat bekerja sama dan saling menukar pengalaman. Dalam bekerjasama, akan tumbuh semangat dan gairah kerja yang tinggi.
Dalam ayat 7 kode etik guru disebutkan bahwa "Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial". Ini berarti bahwa: (1) guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam lingkungan kerjanya, dan (2) guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial didalam dan diluar lingkungan kerjanya.
2. Bekerjasama dengan kepala sekolah
Kepala sekolah merupakan unsur pembina guru yang paling strategis dalam jabaran tugas di lingkungan pendidikan formal. Menurut Smith, mereka harus mampu menciptakan sistem kerja yang harmonis, menampakkan suatu tim kerja yang mampu mendorong guru bekerja lebih efektif.
3. Bekerja sama dengan siswa
Guru bertugas menciptakan iklim belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan gembira. Kreatifitas siswa dapat dikembangkan apabila guru tidak mendominasi proses komunikasi belajar, tetapi guru lebih banyak mengajar, memberi inspirasi agar mereka dapat mengembangkan kreatifitas melalui berbagai kegiatan belajar sehingga siswa memperoleh berbagai pengalaman belajar. Hal itu dapat memberi kesegaran psikologis dalam menerima informasi. Disinilah terjadi proses individualisasi dan proses sosialisasi dalam mendidik.
Adapun hal-hal yang menentukan keberhasilan komunikasi dalam kompetensi sosial seorang guru adalah:
1. Audience atau sasaran komunikasi, yakni dalam berkomunikasi hendaknya memperhatikan siapa sasarannya sehingga sang komunikator bisa menyesuaikan gaya dan "irama" komunikasi menurut karakteristik sasaran. Berkomunikasi dengan siswa SD tentu berbeda dengan siswa SMA
2. Behaviour atau perilaku, yakni perilaku apa yang diharapkan dari sasaran setelah berlangsung dan selesainya komunikasi. Misalnya seorang guru sejarah sebagai komunikator ketika sedang berlangsung dan setelah selesai menjelaskan Peristiwa Pangeran Diponegoro, perilaku siswa apa yang diharapkan. Apakah siswa menjadi sedih dan menangis merenungi nasib bangsanya, atau siswa mengepalkan tangan seolah-olah akan menerjang penjajah Belanda. Hal ini sangat berkait dengan keberhasilan komunikasi guru sejarah tersebut.
3. Condition atau kondisi, yakni dalam kondisi yang seperti apa ketika komunikasi sedang berlangsung. Misalnya ketika guru Matematika mau menjelaskan rumus-rumus yang sulit. Seorang guru harus mengetahui kondisi siswa tersebut, apakah sedang gembira atau sedang sedih, atau sedang kantuk karena semalam ada acara. Dengan memahami kondisi seperti ini maka guru dapat menentukan strategi apa yang ia gunakan agar nantinya apa yang diajarkan bisa diterima oleh siswa.
4. Degree atau tingkatan, yakni sampai tingkatan manakah target bahan komunikasi yang harus dikuasai oleh sasaran itu sendiri. Misalnya saja ketika seorang guru Bahasa Inggris menjelaskan kata kerja menurut satuan waktunya, past tense, present tense dan future tense, berapa jumlah minimal kata kerja yang harus dihafal oleh siswa pada hari itu. Jumlah minimal kata kerja yang dikuasai oleh siswa dapat dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan guru Bahasa Inggris tersebut., Apabila tercapai berarti ia berhasil, sebaliknya apabila tidak tercapai berarti ia gagal.
C. Aspek-Aspek Kompetensi Sosial
Gullotta dkk (1990) mengemukakan beberapa aspek kompetensi sosial, yaitu:
1. Kapasitas kognitif, merupakan hal yang mendasari keterampilan sosial dalam menjalin dan menjaga hubungan interpersonal positif. Kapasitas kognitif meliputi harga diri yang positif, kemampuan memandang sesuatu dari sudut pandang sosial, dan keterampilan memecahkan masalah interpersonal.
2. Keseimbangan antara kebutuhan bersosialisasi dan kebutuhan privasi. Kebutuhan sosialisasi merupakan kebutuhan individu untuk terlibat dalam sebuah kelompok dan menjalin hubungan dengan orang lain. Sedangkan kebutuhan privasi adalah keinginan untuk menjadi individu yang unik, berbeda, dan bebas melakukan tindakan tanpa pengaruh orang lain.
3. Keterampilan sosial dengan teman sebaya, merupakan kecakapan individu dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya sehingga tidak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kelompok dan dapat terlibat dalam kegiatan kelompok.
D. Pentingnya Kompetensi Sosial
Dalam menjalani kehidupan, guru menjadi seorang tokoh dan panutan bagi peserta didik dan lingkungan sekitarnya. Abduhzen mengungkapkan bahwa " Imam Al-Ghazali menempatkan profesi guru pada posisi tertinggi dan termulia dalam berbagai tingkat pekerjaan masyarakat. Guru mengemban dua misi sekaligus, yaitu tugas keagamaan dan tugas sosiopolitik." Yang dimaksud dengan tugas keagamaan menurut Al-Ghazali adalah tugas guru ketika ia melakukan kebaikan dengan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada manusia guru merupakan makhluk termulia di muka bumi. Sedangkan yang dimaksud dengan tugas sosiopolitik adalah bahwa guru membangun, memimpin, dan menjadi teladan yang menegakkan keteraturan, kerukunan, dan menjamin keberlangsungan masyarakat.
Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan kepribadian sebagai pendidik kadang-kadang dirasakan lebih berat dibanding profesi lainnya. Ungkapan yang sering digunakan adalah bahwa "guru bisa digugu dan ditiru". Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Untuk itu, guru haruslah mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang di masyarakat tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal. Apabila ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka haruslah ia menyikapinya dengan hal yang tepat sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dengan masyarakat. Apabila terjadi benturan antara keduanya maka akan berakibat pada terganggunya proses pendidikan. Oleh karena itu, seorang guru haruslah memiliki kompetensi sosial agar nantinya apabila terjadi perbedaan nilai dengan masyarakat, ia dapat menyelesaikannya dengan baik sehingga tidak menghambat proses pendidikan.
E. Cara Mengembangkan Kompetensi Sosial Guru
Kemasan pengembangan kompetensi sosial untuk guru, calon guru (mahasiswa keguruan), dan siswa tentu berbeda. Kemasan itu harus memperhatikan karakteristik masing-masing, baik yang berkaitan dengan aspek psikologis maupun sistem yang mendukungnya. Untuk mengembangkan kompetensi sosial seorang pendidik, kita perlu tahu target atau dimensi-dimensi kompetensi ini. Beberapa dimensi ini, misalnya, dapat kita saring dari konsep life skills. Dari 35 life skills atau kecerdasan hidup itu, ada 15 yang dapat dimasukkan ke dalam dimensi kompetensi sosial, yaitu: (1) Kerja tim, (2) Melihat peluang, (3) Peran dalam kegiatan kelompok, (4) Tanggung jawab sebagai warga, (5) Kepemimpinan, (6) Relawan social, (7) Kedewasaan dalam berelasi, (8) Berbagi, (9) Berempati, (10) Kepedulian kepada sesama, (11) Toleransi, (12) Solusi konflik, (13) Menerima perbedaan, (14) Kerjasama, (15) Komunikasi.
Kelimabelas kecerdasan hidup ini dapat dijadikan sebagai pengembangan kompetensi sosial bagi para pendidik dan calon pendidik. Topik-topik ini dapat dikembangkan menjadi materi ajar yang dikaitkan dengan kasus-kasus yang aktual dan relevan atau kontekstual dengan kehidupan masyarakat kita. Cara mengembangkan kecerdasan sosial di lingkungan sekolah antara lain: diskusi, berani menghadapi masalah, bermain peran, kunjungan langsung ke masyarakat dan lingkungan sosial yang beragam. Kompetensi social seorang guru dapat digambarkan dalam gambar sebagaiberikut :
KOMPETENSI SOSIAL YANG DIMILIKIGURUKepala SekolahPemerintah/PemdaKomite SekolahTeman seprofesiMenjaga SekolahSiswaLembaga KeagamaanTeman Sawat
KOMPETENSI SOSIAL YANG DIMILIKIGURU
Kepala Sekolah
Pemerintah/Pemda
Komite Sekolah
Teman seprofesi
Menjaga Sekolah
Siswa
Lembaga Keagamaan
Teman Sawat
Gambar 3 : Proses Kompetensi Sóial Guru
BAB. IV
KOMPETENSI PEDAGOGIK
Pengertian Kompetensi Pedagogik
Salah satu aspek kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah kompetensi pedagogik. Dalam kompetensi pedagogik guru dituntut untuk dapat memahami peserta didiknya serta memahami bagaimana memberikan pengajaran yang benar pada peserta didik. Sebelum membahas lebih jauh mengenai kompetensi pedagogik, terlebih dahulu dibahas mengenai definisi pedagogik itu sendiri.
Definisi Pedagogik
Pedagogik berasal dari kata Yunani "paedos", yang berarti anak laki-laki, dan "agogos" artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik secara harfiah berari pembantu anak laki-laki pada jaman Yunani kuno, yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld (Belanda) pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak kearah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Jadi pedagogik adalah ilmu pendidikan anak.
Kompetensi Pedagogik untuk Guru. Dalam bidang pendidikan, khususnya yang diperuntukkan bagi guru, Kompetensi pedagogik adalah keterampilan atau kemampuan yang harus dikuasai seorang guru dalam melihat karakteristik siswa dari berbagai aspek kehidupan, baik itu moral, emosional, maupun intelektualnya. Implikasi dari kemampuan ini tentunya dapat terlihat dari kemampuan guru dalam menguasai prinsip-prinsip belajar, mulai dari teori belajarnya hingga penguasaan bahan ajar.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, lebih rinci dijelaskan apa saja yang harus dimiliki dan dikuasai oleh guru terkait dengan Kompetensi Pedagogik, (a) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, (b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu/diajarkan, (d) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, (e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, (f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, (g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, (h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, (i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, (j) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Pentingnya Kompetensi Pedagogik
Ada beberapa manfaat yang diperoleh baik guru maupun siswa dengan adanya kompetensi pedagogik.
Bagi Guru
1) Guru dapat memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif siswa
2) Guru dapat memahami prinsip-prinsip perkembangan kepribadian siswa dan merefleksikannya dalam proses pembelajaran
3) Guru mampu menyusun rancangan dan melaksanakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi, karakteristik dan kebutuhan siswa dalam belajarnya
Bagi Siswa
Jika guru dapat memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif siswa maka : (a) Siswa dapat terpenuhi rasa ingin tahunya, (b) Siswa memiliki keberanian berpendapat dan kemampuan menyelesaikan masalah, (c) Siswa dapat lebih nyaman dalam kegiatan belajarnya.
Jika guru dapat memahami prinsip-prinsip perkembangan kepribadian siswa dan memanfaatkannya maka: (a) Siswa memiliki kepribadian mantap dan memiliki rasa percaya diri, (b) Siswa memiliki sopan santun dan taat pada peraturan, (c) Siswa tumbuh jiwa kepemimpinannya dan mudah beradaptasi.
Dengan dikuasainya kompetensi pedagogik oleh guru, diharapkan guru dapat memahami siswa dan melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan peraturan yang berlaku dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan lebih baik dan lebih menyenangkan.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 dijelaskan definisi dari masing-masing kompetensi:
Kompetensi pedagogic adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.
Kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam
Kompetensi social adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Aspek dan Indikator Kompetensi Pedagogik Guru
Kompetensi Pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang mutlak perlu dikuasai guru. Kompetensi Pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi Pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya.
Kompetensi ini tidak diperoleh secara tiba-tiba tetapi melalui upaya belajar secara terus menerus dan sistematis, baik pada masa pra jabatan (pendidikan calon guru) maupun selama dalam jabatan, yang didukung oleh bakat, minat dan potensi keguruan lainnya dari masing-masing individu yang bersangkutan.
Berkaitan dengan kegiatan Penilaian Kinerja Guru terdapat 7 (tujuh) aspek dan 45 (empat puluh lima) indikator yang berkenaan penguasaan kompetensi pedagogik. Berikut ini disajikan ketujuh aspek kompetensi pedagogik beserta indikatornya:
Menguasai karakteristik peserta didik.
Guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik untuk membantu proses pembelajaran. Karakteristik ini terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial, emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya:
Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di kelasnya,
Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran,
Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda,
Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya,
Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan peserta didik,
Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak termarjinalkan (tersisihkan, diolok olok, minder, dsb).
Menguasasi teori belajar dan prinsip prinsip pembelajaran yang mendidik.
Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar kompetensi guru. Guru mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan memotivasi mereka untuk belajar:
Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi,
Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran berikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut,
Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana, terkait keberhasilan pembelajaran,
Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan belajar peserta didik,
Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik,
Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami materi pembelajaran yang diajarkan dan menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya.
Pengembangan kurikulum.
Guru mampu menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Guru mampu memilih, menyusun, dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik:
Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum;
Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan;
Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan tujuan pembelajaran;
Guru memilih materi pembelajaran yang: (1) sesuai dengan tujuan pembelajaran, (2) tepat dan mutakhir, (3) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik, (4) dapat dilaksanakan di kelas dan (5) sesuai dengan konteks kehidupan sehari hari peserta didik.
Kegiatan pembelajaran yang mendidik.
Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap. Guru mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru mampu menyusun dan menggunakan berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika relevan, guru memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran:
Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas tersebut mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya,
Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, bukan untuk menguji sehingga membuat peserta didik merasa tertekan,
Guru mengkomunikasikan informasi baru (misalnya materi tambahan) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik,
Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai tahapan proses pembelajaran, bukan semata mata kesalahan yang harus dikoreksi. Misalnya: dengan mengetahui terlebih dahulu peserta didik lain yang setuju/tidak setuju dengan jawaban tersebut, sebelum memberikan penjelasan tentang jawaban yamg benar,
Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan mengkaitkannya dengan konteks kehidupan sehari hari peserta didik,
Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian peserta didik,
Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk dengan kegiatannya sendiri agar semua waktu peserta dapat termanfaatkan secara produktif,
Guru mampu menggunakan audio visual (termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menyesuaikan aktivitas pembelajaran yang dirancang dengan kondisi kelas,
Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain,
Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis untuk membantu proses belajar peserta didik. Sebagai contoh: guru menambah informasi baru setelah mengevaluasi pemahaman peserta didik terhadap materi sebelumnya, dan
Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audio visual (termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Pengembangan potensi peserta didik.
Guru mampu menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui program pembelajaran yang mendukung siswa mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka:
Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk penilaian terhadap setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat kemajuan masing masing;
Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecakapan dan pola belajar masing masing;
Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran untuk memunculkan daya kreativitas dan kemampuan berfikir kritis peserta didik;
Guru secara aktif membantu peserta didik dalam proses pembelajaran dengan memberikan perhatian kepada setiap individu;
Guru dapat mengidentifikasi dengan benar tentang bakat, minat, potensi, dan kesulitan belajar masing-masing peserta didik;
Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik sesuai dengan cara belajarnya masing-masing;
Guru memusatkan perhatian pada interaksi dengan peserta didik dan mendorongnya untuk memahami dan menggunakan informasi yang disampaikan.
Komunikasi dengan peserta didik.
Guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Guru mampu memberikan respon yang lengkap dan relevan kepada komentar atau pertanyaan peserta didik:
Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide dan pengetahuan mereka;
Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan tanggapan peserta didik, tanpa menginterupsi, kecuali jika diperlukan untuk membantu atau mengklarifikasi pertanyaan/tanggapan tersebut;
Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar, dan mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa mempermalukannya;
Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kerja sama yang baik antar peserta didik;
Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua jawaban peserta didik baik yang benar maupun yang dianggap salah untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik;
Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik dan meresponnya secara lengkap dan relevan untuk menghilangkan kebingungan pada peserta didik.
Penilaian dan Evaluasi.
Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan. Guru mampu menggunakan hasil analisis penilaian dalam proses pembelajarannya:
Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang tertulis dalam RPP;
Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian, selain penilaian formal yang dilaksanakan sekolah, dan mengumumkan hasil serta implikasinya kepada peserta didik, tentang tingkat pemahaman terhadap materi pembelajaran yang telah dan akan dipelajari;
Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masing masing peserta didik untuk keperluan remedial dan pengayaan;
Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik dan merefleksikannya untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya, dan dapat membuktikannya melalui catatan, jurnal pembelajaran, rancangan pembelajaran, materi tambahan, dan sebagainya;
Guru memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.
Untuk lebih jelasnya dan agar mudah dipahami oleh mahaswiswa, maka kompetensi pedagogik dapat penulis gambarkan dalam gambar sebagai bẻrikut :
Kompetensi PedagogikMenguasai karakteristik peserta didikMenguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidikMengembangkan kurikulumMenyelenggarakan pembelajaran yang mendidik,Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran,Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik,Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajarMemanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran,Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaranaspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual,
Kompetensi Pedagogik
Menguasai karakteristik peserta didik
Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik
Mengembangkan kurikulum
Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik,
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran,
Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik,
Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran,
Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran
aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual,
Gambar 4 : Proses Kompetensi Pedagogik
BAB. V
KOMPETENSI PROFESIONAL
Pengertian Kompetensi Profesional Guru
Kompetensi profesional adalah salah satu unsur yang harus dimiliki oleh guru yaitu dengan cara menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi Profesional Guru yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.
Kompetensi atau kemampuan kepribadian yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek Kompetensi Professional adalah : Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran. Kegiatan mengajarnya harus disambut oleh siswa sebagaisuatu seni pengelolaan proses pembelajaran yang diperoleh melalui latihan, pengalaman, dan kemauan belajar yang tidak pernah putus.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran, keaktifan siswa harus selalu diciptakan dan berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat. Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang benar. Karena itu guru harus melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan multimedia, sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil mendengar, dan belajar sambil bermain, sesuai kontek materinya. Di dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu keguruan. Misalnya bagaimana menerapkan prinsip apersepsi, perhatian, kerja kelompok, korelasi dan prinsip-prinsip lainnya.
Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar harus benar dan tepat. Diharapkan pula guru dapat menyusun butir soal secara benar, agar tes yang digunakan dapat memotivasi siswa belajar. Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran dapat diamati dari aspek perofesional adalah: Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Menurut Suharsimi Arikunto, kompetensi profesional artinya guru memiliki pengetahuan yang luas serta mendalam tentang subjec matter (mata pelajaran) yang diampu dan akan diajarkan, serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat, serta mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar.
Dalam Permendiknas no.16 tahun 2007 disebutkan standar kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh seorang guru. Standar kompetensi profesional yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Standar kompetensi profesional guru PAUD/TK/SD/MI
Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
2. Standar kompetensi guru Mata Pelajaran di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK
a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.
c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.
3. Menurut Cooper dalam Satori (2009) terdapat 4 komponen kompetensi profesional guru, yaitu:
a. Memiiki pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia
b. Memiliki pengetahuan dan menguasai bidang studi yang diampu
c. Memiliki sifat yang tepat terhadap diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang diampu
e. Memiliki keterampilan menyampaikan materi ajar
4. Satori mengemukakan beberapa komponen kompetensi profesioanal seperti berikut.
a. Penguasaan bahan mata pelajaran
Adalah kemampuan mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, menyintesiskan, dan mengevaluasi sejumlah pengetahuan keahlian yang diajarkan.
b. Menguasai bahan bidang studi dan kurikulu sekolah
c. Menguasai bahan pendalaman dan pengaplikasiannya.
B. Pengelolaan program belajar mengajar
Kemampuan ini meliputi kemampuan dalam merumuskan tujuan instruksional, kemampuan mengenal, menguasai, dan menggunakan metode mengajar, kemampuan memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat, kemampuan melaksanakan program belajar mengajar, kemampuan mengenal potensi siswa, serta kemampuan merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial.
Pengelola kelas
Pada bagian ini guru dituntut memiliki kemampuan dalam merancang, menata dan mengatur sumber-sumber belajar agar tercipta suasana pembelajaran yang efektif dan efisien.
Pengelolaan dan penggunaan media serta sumber belajar
Kemampuan pengelolaan dan penggunaan media serta sumber belajar pada dasarnya merupakan kemampuan menciptakan suasana belajar kondusif yang dapat merangsang belajar siswa sehingga menjadi efektif dan efisien.
Penguasaan landasan-landasan pendidikan
Kemampuan ini berkaitan dengan:
Mempelajari konsep dan masalah pendidikan dengan sudut tinjauan sosiologis, filosofis, historis, dan psikologis
Mengenal fungsi sekolah sebagai lembaga social
Mengenal karakteristik siswa secara fisik dan mental
Mampu menilai prestasi belajar mengajar
Kemampuan ini adalah kemampuan dalam mengukur perubahan tingkah laku siswa dan kemampuan mengukur kemahiran diri sendiri dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran.
Memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program pendidikan di sekolah
Di sini guru dituntut keterlibatannya dalam membantu kepala sekolah dalam berbagai kegiatan pendidikan di sekolah, memahami dasar berorganisasi, bimbingan penyuluhan, program ko dan ektrakurikuler, perpustakaan sekolah dan hal-hal terkait lainnya.
Menguasai metode berpikir
Menguasai metode berpikir maksudnya berpikir dengan pendekatan berpikir keilmuan (berpikir ilmiah).
Meningkatkan kemampuan dan menjalankan misi professional
Guru harus mengembangkan potensi dirinya secara berkesinambungan agar wawasannya menjadi luas dan tidak ketinggalan iptek.
Terampil memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa
Untuk ini guru perlu memahami berbagai teknik bimbingan belajar dan dapat memilihnya dengan tepat dalam rangka membantu siswa.
Memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan
Guru sangat perlu mengikuti perkembangan yang terjadi dalam dunia pendidikan terutama yang berkaitan dengan tugas-tugas pokoknya di sekolah.
Mampu memahami karakteristik peserta didik
Pemahaman yang dimaksud meliputi pemahaman tentang kepribadian siswa, perbedaan individual, kebutuhan, motivasi dan kesehatan mental, tugas perkembangan, dan fase perkembangan.
Mampu menyelenggarakan administrasi sekolah
Kemampuan ini meliputi kemampuan mengenal dan melaksanakan pengadministrasian sekolah, mengatasi kelangkaan sumber belajar, membimbing siswa merawat sumber-sumber belajar lainnya.
Memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan
Guru harus mampu berperan sebagai inovator atau agen perubahan dengan menguasai wawasan yang cukup tentang berbagai inovasi dan teknologi pendidikan yang berkembang.
Berani mengambil keputusan
Kemampuan mengambil keputusan pendidikan bertujuan agar guru tidak terombang-ambing dalam ketidakpastian.
Memahami kurikulum dan perkembangannya
Guru harus memahami konsep dasar dan langkah-langkah pokok dalam pengembangan kurikulum.
Mampu bekerja berencana dan terprogram
Guru dituntut agar bisa bekerja secara teratur dan berurutan dengan kreatifitas yang tinggi.
Mampu menggunakan waktu secara tepat
Selain tepat waktu masuk dan keluar kelas, guru juga harus bisa membuat program kegiatan dengan durasi dan frekwensi yang tepat. Semua komponen di atas dapat dikelompokkan menjadi (a) Pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, (b) Pengetahuan dan menguasai mata pelajaran yang diampu, (c) Sikap tepat tentang diri, sekolah, teman sejawat, dan mata pelajaran yang diampu dan (d) Keterampilan dalam teknik mengajar.
Secara skematik kemampuan professional guru dapat penulis gambarkan dalam gambar sebgai berikut :
KOMPETENSI PROFESIONALPengelola kelasPengelolaan dan penggunaan media serta sumber belajarPenguasaan landasan-landasanMampu menilai prestasi belajar mengajarMemahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program pendidikan di sekolahMenguasai metode berpikirMeningkatkan kemampuan dan menjalankan misi professionalTerampil memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswaMemiliki wawasan tentang penelitian pendidikanMampu memahami karakteristik peserta didikMampu menyelenggarakan administrasi sekolahMemiliki wawasan tentang inovasi pendidikanBerani mengambil keputusanMemahami kurikulum dan perkembangannyaMampu bekerja berencana dan terprogramMampu menggunakan waktu secara tepat
KOMPETENSI PROFESIONAL
Pengelola kelas
Pengelolaan dan penggunaan media serta sumber belajar
Penguasaan landasan-landasan
Mampu menilai prestasi belajar mengajar
Memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program pendidikan di sekolah
Menguasai metode berpikir
Meningkatkan kemampuan dan menjalankan misi professional
Terampil memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa
Memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan
Mampu memahami karakteristik peserta didik
Mampu menyelenggarakan administrasi sekolah
Memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan
Berani mengambil keputusan
Memahami kurikulum dan perkembangannya
Mampu bekerja berencana dan terprogram
Mampu menggunakan waktu secara tepat
Gambar 5. Proses Kompetensi Profesional Guru
BAB. VI
KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
Pengertian Membuka dan Menutup Pelajaran
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran merupakan keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai dan dilatihkan bagi calon guru agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif, efisien dan menarik. Keterampilan membuka pelajaran merupakan upaya guru dalam memberikan pengantar/pengarahan mengenai materi yang akan dipelajari siswa sehingga siswa siap mental dan tertarik mengikutinya. Sedangkan keterampilan menutup pelajaran merupakan keterampilan membantu siswa dalam menemukan konsep, prinsip, dalil, hukum atau prosedur dari inti pokok bahasan yang telah dipelajari.
Pada dasarnya keterampilan membuka dan menutup pelajaran adalah keterampilan yang berkaitan dengan kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh seorang guru dalam memulai dan mengakhiri suatu pelajaran. Soli, Ambimanyu (2008) secara singkat mengemukakan bahwa membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran.
Hal senada juga disampaikan oleh Wardani dan Julaeha (2007) bahwa kegiatan membuka pelajaran merupakan kegiatan menyiapkan siswa untuk memasuki inti kegiatan (kegiatan inti) sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan untuk memantapkan atau menindaklanjuti topik yang akan dibahas.
Membuka Pelajaran
Yang dimaksud dengan keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan guru pada awal pelajaran untuk menciptakan suasana 'siap mental' dan menimbulkan perhatian siswa agar terarah pada hal-hal yang akan dipelajari. Beberapa cara yang dapat diusahakan guru dalam membuka pelajaran adalah dengan : (1) Menarik perhatian siswa, (2) Memotivasi siswa, (3) Memberi acuan/struktur pelajaran dengan menujukkan tujuan atau kompetensi dasar dan indikator hasil belajar, serta pokok persoalan yang akan dibahas, rencana kerja, dan pembagian waktu, (4) Mengaitkan antara topik yang sudah dikuasai dengan topik baru, atau (5) Menanggapi situasi kelas.
Dalam usaha menarik perhatian dan memotivasi siswa, guru dapat menggunakan alat bantu seperti alat peraga/surat kabar/gambar-gambar,dan kemudian guru dapat menceritakan kejadian aktual, atau guru dapat memberi contoh atau perbandingan yang menarik. Tetapi, hendaknya diperhatikan semua cara itu harus relevan dengan isi dan indikator kompetensi hasil belajar yang akan dipelajari siswa.
Dalam usaha mengaitkan antara pelajaran baru dengan materi yang sudah dikuasai siswa, guru hendaknya mengadakan apersepsi. Apersepsi merupakan mata rantai penghubung antara pengetahuan siap siswa yang telah dimiliki oleh siswa untuk digunakan sebagai batu loncatan atau titik pangkal menjelaskan hal-hal baru atau materi baru yang akan dipelajari siswa.
Komponen pertama dalam mengajar adalah keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Dalam keterampilan membuka pelajaran harus memberikan pengantar atau pengarahan terhadap materi yang akan diajarkan pada peserta didik agar siap mental dan tertarik untuk mengikutinya.
Keterampilan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mempersiapkan mental dan menimbulkan perhatian siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Kegiatan membuka pelajaran semacam itu tidak saja harus dilakukan guru pada awal jam pelajaran tetapi juga pada awal setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu. Untuk menyiapkan mental siswa terhadap hal-hal yang akan dipelajari, guru dapat melakukan usaha-usaha dengan memberi acuan dan membuat kaitan antara materi pelajaran yang telah dikuasai siswa dengan bahan baru yang akan dipelajari. Siswa yang mentalnya siap untuk belajar adalah mereka yang telah mengetahui tujuan pelajaran, mengetahui masalah-masalah pokok yang harus diperhatikan, mengetahui langkah-langkah kegiatan belajar yang akan dilakukan, dan mengetahui batas-batas tugas yang harus dikerjakan untuk menguasai pelajaran tersebut. Untuk menimbulkan perhatian dan motivasi siswa terhadap hal-hal yang akan dipelajari, guru dapat melakukan usaha-usaha menimbulkan rasa ingin tahu, bersikap hangat dan antusias, memvariasikan cara mengajarnya, menggunakan alat-alat bantu mengajar, memvariasikan pola interaksi dalam kelas, dan sebagainya. Siswa yang perhatian motivasinya telah timbul nampak asyik dalam melakukan tugas, semangat dan kualitas responnya tinggi, ada pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan, dan cepat mereaksi terhadap saran-saran guru.
Inti dari kegiatan keterampilan membuka pelajaran terkait dengan usaha guru dalam menarik perhatian siswa memotivasi memberi acuan tentang tujuan, pokok persoalan yang akan dibahas, rencana kerja serta pembagian waktu, mengaitkan pelajaran yang telah dipelajari dengan topik baru, menganggapi situasi baru. Wardani (1984) mengemukakan bahwa inti keterampilan membuka adalah menyiapkan mental murid agar mereka siap memasuki persoalan yang akan dibicarakan, dan membangkitkan minat dan perhatian siswa apa yang akan dibicarakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Tujuan umum membuka pelajaran adalah agar proses dan hasil belajar dapat tercapai secara efektif dan efisien. Efektivitas proses dapat dikenali dari ketepatan langkah-langkah belajar siswa, sehingga didapatkan efisiensi belajar yang maksimal.
Sementara tujuan khusus membuka pelajaran dapat diperinci sebagai berikut :
a. Timbulnya perhatian dan motivasi siswa untuk menghadapi tugas-tugas pembelajaran yang akan dikerjakan
b. Peserta didik mengetahui batas-batas tugas yang akan dikerjakan
c. Peserta didik mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-pendekatan yang mungkin diambil dalam mempelajari bagian-bagian dari mata pelajaran
d. Peserta didik mengetahui hubungan antara pengalaman yang telah dikuasai dengan halhal baru yang akan dipelajari atau yang belum dikenalnya
e. Peserta didik dapat menghubungkan fakta-fakta, keterampilan-keterampilan atau konsep-konsep yang tercantum dalam suatu peristiwa
f. Peserta didik dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mempelajari pelajaran itu, sedangkan guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan dalam mengajar (Hasibuan , dkk., 1991: 120)
2. Menutup Pelajaran
Kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Usaha menutup pelajaran tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar. Usaha-usaha yang dapat dilakukan guru antara lain adalah merangkum kembali atau menyuruh siswa membuat ringkasan dan mengadakan evaluasi tentang materi pelajaran yang baru diberikan. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup pelajaran ini harus dilakukan guru tidak saja pada akhir jam pelajaran tetapi juga pada akhir setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup pelajaran juga tidak mencakup urut-urutan kegiatan rutin seperti memberi tugas dirumah, tetapi kegiatan yang ada kegiatan langsung dengan penyampaian materi pelajaran.
Namun demikian, dalam pembelajaran guru sering tidak melakukan usaha membuka dan menutup pelajaran tersebut. Setelah melakukan tugas rutin seperti menenangkan kelas, mengisi daftar hadir, menyuruh siswa menyiapkan alat-alat pelajaran guru langsung saja masuk pada kegiatan inti pelajaran. Misalnya guru berkata: "Anak-anak hari ini bu guru akan mengenalkan tentang bentuk pangkat, akar,dan logaritma adalah ..." Setelah pelajaran usai guru tidak melakukan usaha menutup pelajaran. Ia langsung berkata: "Anak-anak waktunya sudah habis, pelajaran ini kita lanjutkan besok. Selamat siang anak-anak". Selain itu, dalam inti pelajaran yang bermaksud mengajarkan macam-macam bangun ruang dengan sifat-sifatnya, guru menerangkan terus sampai selesai tanpa ada usaha merangkum ciri-ciri bangun ruang.
Disamping itu, guru juga tidak melakukan kegiatan membuka pelajaran sebelum menerangkan pengertian bangun ruang. Prosedur mengajar demikian itu tidak memungkinkan mental siswa siap untuk menerima pelajaran dan perhatian siswa belum terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Sebagai akibatnya adalah siswa akan merasa bahwa pelajaran yang diterimanya membosankan, tidak bermakna baginya, sukar dipahami, dan mereka akan tidak berusaha keras untuk memahaminya.
Ada berbagai alasan mengapa guru tidak melakukan kegiatan membuka dan menutup pelajaran antara lain karena lupa, tidak ada waktu, atau memang belum mempunyai keterampilan untuk melaksanakannya. Karena pentingnya fungsi membuka dan menutup pelajaran ini dalam pembelajaran, maka sangat perlu bagi setiap guru untuk memperoleh pengalaman serta latihan yang intensif dalam membuka dan menutup pelajaran.
Prinsip-Prinsip Membuka Pelajaran
Prinsip Bermakna
Penerapan prinsip bermakna adalah mempunyai nilai tercapainya tujuan penggunaan keterampilan membuka pelajaran artinya, cara guru dalam memilih dan meerapkan komponen keterampilan membuka pelajaran mempunyai nilai yang sangat tepat bagi siswa dalam mengondisikan kesiapan dan ketertarikan siswa untuk mengikuti pelajaran. Oleh karena itu, dalam memilih jenis kegiatan untuk membuka pelajaran, perlu mempertimbangkan relevansinya dengan tujuan membuka pelajaran tersebut.
Keberhasilan kegiatan membuka pelajaran ini, dapat dipahami dengan adanya menskemakan satuan-satuan bahasa yang akan dipelajari, yaitu munculnya pusat perhatian anak, terutama mata pelajaran yang akan dipelajari. Untuk memperoleh kebermaknaan yang dimaksud, guru dapat memilih kegiatan ataupun keterangan yang ada kaitannya dengan materi pelajarannya.
2. Berkesinambungan
Penggunaan keterampilan membuka pelajaran bersifat kontinue (berkesinambungan). Artinya, antara gagasan pembukaan dengan pokok bahasan tidak terjadi garis pemisah. Oleh karena itu, gagasan pembukaan dengan pokok bahasan dari segimateri harus ada relevansinya. Disarankan bahwa gagasan pembuka harus memiliki tingkat inklusivitas yang lebih tinggi/umum dibandingkan pokok bahasan itu sendiri. Terutama sekali gagasan pembuka yang berbentuk bahan pengait.
3. Fleksibel ( Penggunaan secara Luwes )
Fleksibel dalam kaitan ini berarti penggunaan yang tidak kaku, dalam arti tidak terputus-putus atau lancar. Kelancaran (Fluency) dalam susunan gagasan, ide, atau cerita dapat memudahkan peserta didik dalam mengonsepsi keutuhan konsep pembuka dan dapat pula dengan mudah mengantisipasi pokok bahasan yang akan dipelajari.
Faktor penting yang dapat menjamin kelancaran dalam mengungkapkan gagasan pembuka adalah penguasaan dalam pembuka. Karena itu pengetahuan yang luas yang dimiliki oleh guru dapat membantu penguasaan penggunaan keterampilan pembuka pelajaran. Dalam konteks fleksibilitas membuka pelajaran ini, membuka pelajaran tidak selalu harus dengan mengungkapkan gagasan, namun bisa dengan bertanya, membawa benda model, menunjuk siswa untuk menjadi model, memberikan teka-teki, dan sejenisnya yang relefan dengan pokok bahasan.
Antusiasme dan Kehangatan dalam Mengkomunikasikan Gagasan
Antusiasme menandai kadar motivasi yang tinggi dari guru dan hasil ini akan berpengaruh pada motivasi yang tinggi pula pada peserta didik. Antusiasme dan kehangatan dapat ditunjukkan misalnya bertanya kabar peserta didik, menanyakan mengapa teman mereka tidak bisa masuk, atau bercerita sedikit yang dapat menyentuh perasaan, atau kegiatan lain yang menujukkan rasa simpati dan empati dalam rangka menciptakan antusiasme dan kehangatan.
Prinsip-Prinsip Teknis dalam Penggunaan Keterampilan Membuka Pelajaran
Prinsip-prinsip teknis dalam membuka pelajaran dapat diuraikan sebagai berikut
a. Singkat, padat dan jelas,
b. Keterangan tidak diulang-ulang atau berbelit-belit,
c. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak,
d. Disertai contoh atau ilustrasi seperlunya,
e. Mengikat perhatian anak
1. Pelaksanaan Membuka dan Menutup Pelajaran
Kegiatan membuka dan menutup pelajaran dilaksanakan pada setiap awal dan akhir pelajaran. Artinya sebelum guru menjelaskan sebuah materi terlebih dahulu guru harus dapat mengkondisikan mental dan menarik perhatian siswa pada materi yang akan dipelajari. Contohnya dengan menimbulkan motivasi dan memberi acuan atau struktur pelajaran dengan menunjukkan tujuan atau kopetensi dasar indikator hasil belajar, pokok persoalan yang akan dibahas, rencana kerja, dan pembagian waktu belajar kepada siswa. Demikian pula sebelum mengakhiri pelajaran, terlebih dahulu guru harus menutup pelajaran, misalnya dengan memberikan rangkuman atau mengadakan evalusi.
Pelaksanaan membuka dan menutup pelajaran dilaksanakan juga pada setiap awal dan akhir penggal kegiatan inti pelajaran. Artinya, seorang guru dalam mengwali dan mengakhiri satu penggal inti pokok-pokok materi pelajaran juga harus melakukan kegiatan membuka dan menutup pelajaran. Contohnya, membuka pelajaran dengan mengaitkan antara inti pokok materi yang sudah dikuasai siswa misalnya materi definisi dan kegunaan transformasi dalam kehidupan sehari-hari dengan inti pokok materi yaitu pemecahan masalah dalam bentuk soal.dan setiap inti pokok materi yang sudah dipelajari siswa juga harus dituup dengan sebuah pemantapan atau evaluasi materi dengan cara mengajukkan sebuah pertanyaan dan memberikan kesimpulan materi tersebut.
Komponen Keterampilan Membuka Pelajaran
Komponen ketrampilan membuka pelajaran meliputi dua kategori yaitu: kategori yang berpengaruh pada proses asimilasi dan akomodasi ide, dan kategori yang berpengaruh pada motivasi siswa dalam belajar. Komponen-komponen ketrampilan membuka pelajaran meliputi :
1. Membangkitkan Perhatian /minat siswa
Beberapa cara yang digunakan oleh guru dalam membangkitkan perhatian dan minat siswa dalam mengikuti pelajaran:
a. Variasi gaya mengajar guru misalnya dengan berdiri ditengah-tengah kemudian berjalan kebelakang atau kesamping dengan memilih kegiatan yang berbeda dari yang biasa dan intonasi serta ekspresi dalam mengajar sangat membantu dalam mengajar.
b. Penggunaan alat bantu mengajar seperti ilustrasi,model, skema, surat kabar dan sebagainya
c. Variasi dalam pola interaksi misalnya guru dalam pembelajarn berlangsung sering melakukan tanya jawab antara guru dan siswa serta guru harus mampu mengumpan siswa agar kreatif dalam bertanya sehingga tercipta diskusi kecil antara guru dan siswa
3. Menimbulkan motivasi
Motivasi siswa dalam proses belajar mengajar selalu berubah-rubah yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal seperti cara mengajar yang menjenuhkan dan lain-lain. Beberapa cara untuk menimbulkan motivasi siswa antara lain :
a. Besemangat dan antusias artinya guru harus terlihat semangat dalam mengajar, guru mampu mengkondisikan suatu masalah dengan profesinya, guru harus terlihat cerah,ramah, berwibawa serta jelas dalam mengucap intonasi kata dalam mengajar.
b. Menimbulkan rasa ingin tau misalnya guru dalam pembelajaran berlangsung guru sering menceritakan peristiwa yang aktual yang menimbulkan suatu pertanyaan atau dengan cara menunjukkan suatu model atau gambar yang dapat merangsang siswa untuk bertanya.
c. Mengemukakan ide yang tampaknya bertentangan misalnya guru mengajukan masalah sebagai berikut : setiap mahasiswa memiliki sebuah cita-cita tetapi mengapa mahasiswa masih cenderung malas dalam berusaha? setiap siswa itu memiliki suatu keinginan untuk juara tetapi mengapa masih malas untuk belajar? Dan mengapa kadang siswa yang belajar juga masih belum tentu bisa dengan apa yang dipelajari nah... mengapa itu?
d. Memperhatikan dan memanfaatkan hal-hal yang menjadi perhatian siswa misalanya dalam memulai atau dalam pelajaan berlangsung guru sering kali membicarakan suatu peristiwa yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan oleh masyarakat, baik itu sebuah peristtiwa atau pun mode, sehingga dalam hal ini guru dituntut dalam mengikuti suatu perkembangan baik dari TV, internet, surat kabar, majalah dan sebagainya.
4. Memberi acuan atau struktur
Artinya guru dalam memulai pelajaran hendaknya mengemukakan secara singkat kompetensi dasar, hal-hal yang diperlukan dalam pembelajaranya, dan cara-cara yang akan ditempuh dalam pembelajaran materi. Agar siswa memiliki suatu gambaran yang jelas mengenai apa yang akan dipelajari. memberikan acuan atau struktur yang dapat dilakukan oleh guru antara lain:
a. Mengemukakan kompetensi dasar, indikator belajar, dan batas-batas tugas.
b. Memberi petunjuk atau saran tentang langkah-langkah kegiatan
c. Mengajukan pertanyaan pengarahan
5. Menunjukkan kaitan
Yaitu sebelum memulai proses belajar berlangsung guru terlebih dahulu menjelaskan sebuah materi dan guru harus mampu mengkaikan suatu materi yang dipelajari dengan suatu hal yang di pelajari dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa cara yang dilakukan guru dalam menunjukkan kaitan sebagai berikut :
a. Mencari batu loncatan artinya guru harus mampu membuat siswa untuk mengkaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan kehidupan sehari-harinya.contohnya guru akan menerangkan tentang peluang dalam perhitungan maka ia perlu memikirkan kapan dan untuk apa materi peluang diajarkan serta kapan ilmu itu akan diterapkan oleh siswa.
b. Mengusahakan kesinambungan artinya seorang guru saat ingin melanjutkan materi selanjutnya guru perlu mengadakan sebuah meninjauan kembali tentang materi yang sudah di pelajari untuk membuat kaitan antara materi yang sudah dipelajari dengan maateri yang akan dipelajari. Contohnya mengetahui kemampuan siswa tentang penjumlahan sebagai syarat untuk membahas perkalian.
c. Membandingkan atau mempertentangkan yang artinya guru membandingkan atau mempertentangkan antara pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, misalnya dalam pelajaran yang lalu perhitungan peluang yang digunakan dengan kehidupan sehari-hari dengan perhitungan peluang yang tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
D. Menutup Pelajaran
Menutup pelajaran (Closure), kegiatan yang dilakukan oleh guru adalah mengakhiri pelajaran atau mengakhiri kegiatan interaksi edukatif. Usaha menutup pelajaran dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari anak didik, mengetahui tingkat pencapaian anak didik dan tingkat keberhasilan guru dalam proses interaksi edukasi. Usaha guru mengakhiri kegiatan interaksi edukatif :
1. Merangkum/membuat garis-garis besar persoalan yang baru dibahas
2. Mengkonsolidasikan perhatian anak didik pada hal-hal pokok oleh pembelajaran yang bersangkutan
3. Mengorganisasi semua kegiatan atau pelajaran yang telah dipelajari sehingga merupakan suatu kebutuhan yang berarti dalam memahami materi yang baru dipelajari
4. Memberi ajakan agar materi yang baru dipelajari jangan dilupakan serta dipelajari kembali dirumah
Cara-cara yang digunakan oleh guru dalam menutup pelajaran antara lain :
a. Review (Melihat / meninjau kembali)
Guru meninjau kembali, apakah inti pelajaran yang telah diajarkan itu telah dikuasai oleh siswa atau belum. Adapun cara meninjau kembali adalah:
1) Merangkum inti pelajaran
Meninjau kembali pelajaran yang telah diberikan dapat dilaksanakan dengan merangkum inti pokok pelajaran. Guru dapat meminta siswa membuat rangkuman baik secara lisan ataupun tertulis. Rangkuman ini dapat dilakukan secara individu atau kelompok, dapat dilakukan oleh guru, guru bersama siswa, atau guru menyuruh siswa (disempurnakan oleh guru).
2) Membuat ringkasan
Dengan membuat rinkasan, siswa dapat memantapkan penguasaan inti dari pokok-pokok materi pelajaran yang telah dipelajari. Disamping itu, dengan ringkasan, siswa yang tidak memiliki buku sumber telah memiliki bahan untuk dipelajari kembali. Ringkasan dapat dibuat oleh guru, guru bersama siswa secara kelompok, atau siswa sendiri secara individual.
Pokok-pokok pelajaran sebaiknya ditulis dipapan tulis secara skematis atau dengan kata-kata kunci supaya ada dukungan visual. Jika ternyata rangkuman yang dibuat itu salah atau kurang lengkap, guru dapat melengkapi atau membetulkan.
Untuk menutup pelajaran guru sebaiknya mengulangi kembali hal-hal yang dianggap penting, atau kunci bahan pelajaran yang diberikan. Hal ini dapat dilakukan setiap saat selesai memberikan satu konsep ataupun pada akhir pelajaran.
Caranya, dengan bertanya, membahas bagian-bagian dan suatu topik, meminta mengungkapkan kembali bahan pelajaran yang baru didiskusikan, membuat rangkuman bahan pelajaran lebih baik dilaksanakan secara tertulis daripada secara lisan.
b. Mengevaluasi
Untuk mengetahui apakah siswa memperoleh wawasan yang utuh tentang sesuatu yang sudah diajarkan, guru melakukan penilaian/evaluasi. Bentuk-bentuk evaluasi itu adalah sebagai berikut :
1). Mendemonstrasikan keterampilan
2). Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
3). Mengekspresikan pendapat siswa sendiri
4). Soal-soal tertulis atau lisan
Evaluasi dapat dilakukan dengan :
Meminta anak didik mendemonstrasikan ketrampilan yang barru saja dipelajari
Meminta anak didik mengaplikasikan konsep atau ide yang baru pada situasi yang berbeda
Meminta anak didik mengekspresikan pendapat sendiri
Meminta anak didik mengerjakan soal tertulis, baik objektif maupun subjektif
Memberi dorongan psikologi atau sosial
Unsur manusiawi dalam interaksi guru-siswa adalah saling menghargai dengan memberikan dorongan psikologis atau social yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengarajaran. Hal ini dapat dilakukan guru dalam setiap akhir pelajaran dengan kata-kata pujian. Memberikan dorongan psikologis atau social dapat dilakukan dengan cara antara lain :
1). Memuji hasil yang dicapai oleh peserta didik dengan memberikan pujian maupun hadiah.
2). Mendorong untuk lebih semangat belajar mencapai kopetensi yang lebih tinggi dengan menunjukkan pentingnya materi yang dipelajari.
3). Memberikan harapan-harapan positif terhadap kegiatan belajar yang baru saja dilaksanakan
4). Meyakinkan akan potensi dan kemampuan peserta didik terhadap keberhasilan pencapaian kompetensi belajar dalam menumbuhkan rasa percaya diri.
Untuk lebih mendalam tentang membuka dan menutup pelajaran yang wajib dilakukan guru sebagai keterampilan mengajar dapat penulis gambarkan dalam gambar sebagai berikut :
MEMBUKA PELAJARANMENUTUP PELAJARANLangkah-langkah PembelajaranAlat, Bahan dan MediaPenyajian yang dilakukan oleh GuruMembuat KesimpulanMengerjakan Soal-Soal (EvaluasiTugas Mandiri/Kelompok
MEMBUKA PELAJARAN
MENUTUP PELAJARAN
Langkah-langkah Pembelajaran
Alat, Bahan dan Media
Penyajian yang dilakukan oleh Guru
Membuat Kesimpulan
Mengerjakan Soal-Soal (Evaluasi
Tugas Mandiri/
Kelompok
Gambar 6. : Proses Membuka dan menutup Pelajaran
BAB. VII
KETERAMPILAN MENJELASKAN
Pengertian Keterampilan Memberi Penjelasan
Keterampilan menjelaskan merupakan aspek yang sangat penting bagi guru dan pengajar lain karena sebagian besar percakapan pembelajaran yang mempunyai pengaruh besar terhadap pemahaman siswa adalah berupa penjelasan. Penguasaan keterampilan menjelaskan yang didemonstrasikan guru akan memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang mantap tentang masalah yang dijelaskan, serta meningkatnya keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Seorang guru harus dapat menjelaskan berbagai hal kepada peserta didiknya. Penjelasan yang disampaikan harus sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir peserta didik. Misalnya guru akan menjelaskan konsep "atas". Jika peserta didiknya adalah anak usia TK (4 – 5 tahun) maka dia harus menjelaskan konsep tersebut secara konkret dan nyata.Pengertian menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang suatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Menjelaskan juga dapat diartikan sebagai penyajian informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan, mislnya antara sebab dan akibat, atau antara yang diketahui dan yang belum diketahui, atau antara hukum (dalil dan definisi) yang berlaku umum dengan bukti atau contoh sehari-hari.
Dari sini diketahui menjelaskan merupakan aktivitas yang paling sering dilakukan oleh guru dalam menyampaikan informasi. Dalam kegiatan pembelajaran, menjelaskan berarti mengorganisasikan, menyajikan, dan menyampaikan materi pembelajaran dalam tata urutan yang terencana secara sistematis sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh peserta didik.Maka keterampilan menjelaskan merupakan suatu aspek penting yang harus dimiliki guru, mengingat sebagian besar pembelajaran menuntut guru untuk memberikan penjelasan. Oleh sebab itu keterampilan menjelaskan perlu ditingkatkan agar suatu pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal.
Komponen Keterampilan Menjelaskan
Komponen keterampilan menjelaskan terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Komponen merencanakan penjelasan
a. Isi pesan (tema) Isi pesan yang dipilih dan disusun harus dijelaskan secara sistematis disertai contoh-contoh. Cakupannya : "1). Menganalisis masalah secara keseluruhan, 2). Menentukan jenis hubungan yang ada antara unsur-unsur yang dikaitkan dan 3). Menggunakan hukum, rumus, dan generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan
b. Penerima pesan harus dipertimbangkan karakteristiknya.
Kesiapan siswa memahami penjelasan, berkaitan erat dengan usia, jenis kelamin, kemampuan, latar belakang sosial, dan lingkungan belajar.
2. Komponen menyajikan penjelasan
a. Kejelasan yaitu keterampilan yang erat kaitannya dengan penggunaan bahasa lisan. Kejelasan dalam menjelaskan, dapat dicapai dengan berbagai cara seperti bahasa yang jelas, berbicara dengan lancar, dan mendefinisikan istilah-istilah teknis, serta berhenti sejenak untuk melihat respon peserta didik.
b. Penggunaan contoh dan ilustrasi
Agar penjelasan yang diberikan dapat dipahami sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka diperlukan beberapa contoh dan ilustrasi. Penggunaan contoh dan ilustrasi dapat dilakukan mengikuti pola induktif atau pola deduktif, Induktif, yaitu memberikan contoh terlebih dahulu dan akhirnya menyimpulkan. Deduktif, yaitu menggunakan contoh untuk memperjelas suatu hukum atau generalisasi yang diberikan terlebih dahulu. Pola yang digunakan bergantung pada materi pembelajaran, kemampuan, usia dan latar belakang kemampuan peserta didik tentang pembelajaran tersebut.
3. Pemberian tekanan
Pemberian tekanan dilakukan pada bagian-bagian yang penting dengan cara penekanan suara atau mengemukakan tujuan. Keterampilan memberikan tekanan mencakup : Mengadakan variasi dalam gaya mengajar guru Memberi tekanan pada suara guru ketika memberikan butir-butir yang dianggap penting. Membuat struktur sajian yaitu menunjukkan tujuan utama sajian caranya :
a. Memberikan pengulangan
b. Mengatakan sesuatu yang dianggap penting dengan kalimat lain
yang lebih mudah dipahami
c. Memberikan tanda lisan, seperti kata "pertama" , "kedua" dll.
4. Balikan
Peserta didik diberi kesempatan untuk menunjukkan pemahaman ataupun keraguan ketika penjelasan berlangsung (balikan). Balikan bertujuan untuk mendapat informasi tentang tingkat pemahaman siswa, baik melalui pertanyaan mapun melalui tugas.
Pada waktu memberikan penjelasan, hendaknya guru memperhatikan gerak-gerik dan mimik peserta didik, apakah penjelasan yang diberikan dapat dipahami atau meragukan, menyenangkan atau membosankan, dan apakah menarik perhatian atau tidak. Untuk kepentingan tersebut, perhatikanlah mereka selama memberikan penjelasan, ajukan pertanyaan-pertanyaan dan memberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.
Prinsip Keterampilan Menjelaskan
Fungsi penjelasan adalah mencari dan mengaitkan hubungan antara pengalaman siswa dengan gejala atau situasi baru yang belum diketahui siswa. Oleh sebab itu, suatu penjelasan perlu didasarkan kepada hubungan dan kaitan yang dibuat secara logis antara fakta-fakta dan hukum umum dan juga pada penghayatan guru bahwa hal itu secara psikologis dapat diterima oleh sistem panca indera siswa. Dari uraian diatas terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan suatu penjelasan :
Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran, baik di awal, di tengah maupun di akhir pembelajaran tergantung kebutuhan dan kondisi.
Penjelasan harus menarik perhatian peserta didik dan sesuai dengan materi standar dan kompetensi dasar.
Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan peserta didik atau menjelaskan materi standar yang sudah direncanakan untuk membentuk kompetensi dasar dan mencapai tujuan pembelajaran.
Materi yang dijelaskan harus bermakna bagi peserta didik.
Penjelasan yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan peserta didik.
Fungsi Mempelajari Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan menjelaskan sangat penting untuk dipelajari. Tidak hanya untuk guru itu sendiri namun juga terdapat manfaat untuk para siswa jika seorang guru menguasai keterampilan menjelaskan dengan baik. Fungsi keterampilan menjelaskan diantaranya adalah:
1. Untuk siswa
Untuk membimbing siswa mendapatkan dan memahami hukum, dalil dan prinsip-prinsip secara obyektif dan bernalar.
Untuk membimbing siswa memahami dengan jelas jawaban pertanyaan yang mereka ajukan ataupun yang dikemukakan oleh guru.
Melibatkan siswa agar mampu berpikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan
Mengetahui umpan balik dari siswa sehingga dapat diketahui tingkat pemahaman, keraguan dan ketidakmengertian mereka.
Untuk mengetahui kesalahpahaman dalam memahami suatu materi
Untuk membimbing siswa memahami dan mendapatkan proses. penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam memecahkan suatu masalah.
2. Untuk guru
Tidak semua siswa dapat memahami dan menggali suatu teori dari buku atau sumber lainnya, maka penjelasan dari guru merupakan komponen yang penting dalam belajar.
Membantu memudahkan siswa yang tidak memiliki atau kurangnya sumber yang tersedia yang dapat dimanfaatkan siswa dalam proses belajar.
Guru cenderung mendominasi kelas dan sebagian besar kegiatan guru adalah memberikan informasi lisan atau menjelaskan, dengan mempelajari keterampilan menjelaskan maka akan saat mengatasi masalah tersebut .
Menghilangkan rasa canggung guru dalam kegiatan belajar-mengajar.
Penerapan Keterampilan Menjelaskan
Pada hakikatnya fungsi utama menjelaskan adalah sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, keterampilan guru untuk menjelaskan masalah atau teori kepada siswa harus mampu sehingga siswa mudah menerima dan menyerapnya. Penjelasan oleh guru selain untuk memberikan pemahaman, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir, mengungkapkan gagasan, perasaan, pendapat, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa dan kemampuan memperluas wawasan.
Pentingnya penguasaan keterampilan menjelaskan adalah dengan penguasaan ini memungkinkan dapat meningkatkan efektivitas penggunaan waktu dan penyajian penjelasannya, mengestimasi tingkat pemahaman siswa, membantu siswa memperluas cakrawala pengetahuannya, serta mengatasi kelangkaan buku sebagai sarana dan sumber belajar.
Keterampilan menjelasakan merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting dalam proses belajar – mengajar, tidak hanya penting bagi siswa, tetapi juga sangat penting bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dengan penjelasan guru yang memicu siswa, maka siswa dapat berbalik mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki. Selain itu, dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa dalam belajar.
Menjelaskan merupakan suatu keterampilan yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara langsung. Menjelaskan adalah suatu kegiatan yang aktif dan produktif serta memerlukan cara berpikir yang teratur yang diungkapkan dengan cara percakapan, penulisan dipapan atu slide, atau praktek dengan media. Menjelaskan juga dipengaruhi oleh keterampilan produktif lainnya, seperti aspek berbicara maupun keterampilan reseptif yaitu aspek pemahaman kosa kata, keefektifan kalimat, penggunaan ejaan, dan bahasa tubuh serta keterampilan menggunakan media.
Permasalahan suatu pembelajaran bisa muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan kebudayaan, serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru merupakan kunci dalam pelurusan masalah, mereka berada di titik sentral untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang diinginkan. Oleh karena itu, secara tidak langsung, guru harus lebih profesional, inovatif, perspektif, dan proaktif dalam kelas, yang salah satunya dengan cara memberikan suatu penelurusan kepada siswa dengan cara penyampaian penjelasan yang bisa diterima siswa dengan mudah. Salah satu contohnya adalah dengan mengulangi pertanyaan yang diungkapkan oleh siswa kemudian menyebarkan pertanyaan tersebut kepada seluruh kelas. Selanjutnya dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh siswa, guru menyimpulkan atau meluruskan jawaban yang sebenarnya.
Pada kenyataannya cara mengajar guru tidak seperti yang diharapkan, guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran melakukan kesalahan yang tidak disadari, antara lain :
1. Ketika melakukan kegiatan menjelaskan, guru hanya duduk terus menerus. Sebaiknya guru jangan duduk terus menerus. Dengan adanya perpindahan posisi, akan menciptakan perhatian siswa.
2. Suara guru terlalu pelan, dan pandangan tidak menyapu. Sebaiknya suara guru harus dapat didengar oleh seluruh kelas dan pandangan menyapu ke seluruh kelas.
3. Guru terlalu bertele-tele Sebaiknya penjelasan yang diberikan secukupnya, dan diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan yang mampu mengarahkan pada materi yang akan diajarkan.
4. Guru tidak memiliki perencanaan awal yang akan diajarkan kepada siswa. Sebelum melakukan proses pembelajaran, guru seharusnya memiliki rancangan awal tentang apa yang akan diajrkan, agar memiliki arah yang jelas dalam menjelaskan.
5. Tulisan guru di papan tulis terlalu kecil sebaiknya tulisan guru harus bisa dijangkau oleh siswa paling belakang bisa dengan cara menanyakan kepada siswa yang paling belakang apakah tulisan tersebut sudah bisa terlihat.
Dalam kegiatan menjelaskan dibutuhkan suatu ketelitian, kepaduan, keruntutan dan kelogisan antara kalimat satu dengan kalimat yang lain, antara subbab satu dengan sub bab berikutnya sehingga akan membentuk sebuah penjelasan yang baik dan utuh. Dalam kegiatan guru memberikan penjelasan haruslah kreatif, karena guru yang penuh inovasi akan selalu ditunggu para muridnya, tentunya kreasi dan inovasi yang positif. Bagaimana mungkin seorang guru mengajarkan muridnya supaya aktif kalau ia sendiri kontraproduktif. Dari sini diketahui bahwa guru banyak berurusan dengan strategi dalam melaksanakan tugas mengajar sehari-hari.
Dari uraian komponen dan prinsip keterampilan menjelaskan, serta pengalaman pembelajaran, maka terdapat kelebihan dan kelemahan penerapan keterampilan menjelaskan secara umum.
Kelebihan penerapan keterampilan menjelaskan:
Lebih mudah dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam menemukan, mengorganisasi, dan menilai informasi yang diterima.
Lebih mudah dalam memancing meningkatkan kemampuan siswa dalam membentuk dan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan atas informasi yang lengkap dan relevan.
Mendorong siswa untuk mengembangka ide-ide dan mengemukakan ide-ide tersebut.
Dapat mengatasi malsalah pembalajaran yang diikuti oleh jumlah peserta didik yang besar.
Merupakan cara yang lebih mudah saat guru akan memulai mengenalkan materi.
Dapat meningkatkan analisa guru terhadap teori yang sedang disampaikan dan guru menjadi benar-benar mengerti isi berita dengan analisa yang lebih mendalam.
Kelemahan penerapan keterampilan menjelaskan:
Bila menjelaskan dilakukan terlalu lama, peserta didik cenderung menjadi karakteristik auditif (mendengar) dan akhirnya menjadi siswa yang pasif.
Apabila selalu digunakan dan terlalu lama maka pembelajaran akan terkesan membosankan.
Bila menjelaskan dilakukan terlalu lama, kesempatan untuk berdiskusi menjadi terlalu sedikit bahkan habis untuk menjelaskan.
Untuk lebih jelas dan mendalam tentang kemapuan guru dalam menjelaskan kepada siswa baik itu yang ada hubungannya dengan teori atau pengetahuan dapat penulis gambarkan dalam gambar sebgai berikut :
fungsi utama menjelaskanmemberikan pemahamanUntuk mengungkapkan perasaanUntuk mengungkapkan keinginanuntuk meningkatkan kemampuan berpikirUntuk mengungkapkan pendapatpenyampaian informasi tentang suatu peristiwamengungkapkan gagasanUntuk mengungkapkan persetujuankemampuan memperluas wawasan.
fungsi utama menjelaskan
memberikan pemahaman
Untuk mengungkapkan perasaan
Untuk mengungkapkan keinginan
untuk meningkatkan kemampuan berpikir
Untuk mengungkapkan pendapat
penyampaian informasi tentang suatu peristiwa
mengungkapkan gagasan
Untuk mengungkapkan persetujuan
kemampuan memperluas wawasan.
Gambar 7 : Proses Menjelaskan Materi Pelajaran
BAB. VIII
KETERAMPILAN BERTANYA
Pengertian Bertanya
Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi, bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berfikir.
Dalam proses belajar mengajar , bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa, yaitu : Meningkatkan partisipasi siswa dalam dalam kegiatan belajar mengajar, Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan, Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab berfikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya, Menuntun proses berfikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar menentukan jawaban yang baik, Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.
Keterampilan dan kelancaran bertanya dari calon guru maupun dari guru itu perlu dilatih dan ditingkatkan, baik isi pertanyaannya maupun teknik bertanya .
Dasar- dasar pertanyaan yang baik
Dasar-dasar pertanyaan yang baik, Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa, sehingga siswa senang untuk mengikuti pelajaran yang disajikan oleh guru atau calon guru, dasar-dasar pertanyaan dimaksud adalah sebagai berikut :
Berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan
Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu
Berikan waktu yang cukup kepada anak untuk berfikir sebelum menjawab pertanyaan.
Bagikanlah semua pertanyaan kepada seluruh murid secara merata.
Berikan respon yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siwa untuk menjawab atau bertanya.
Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan sendiri jawaban yang benar.
Apabila hal – hal tersebut diatas dapat dilakukan oleh guru atau calon guru dengan baik dan benar maka besar kemungkinan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dalam pelajaran dimaksud akan meningkat, peningkatan KKM sejalan positif, diantaranya dengan kempuan guru dalam bertanya.
Jenis –jenis pertanyaan yang baik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru atau calon guru baik ditingkat dasar atau ditingkat menengah, juga disatuan pendidikan Prasekolah (PAUD), berbagai jenis pertanyaan yang bermakna yaitu :
Jenis pertanyaan yang menurut maksudnya
Pertanyaan permintaan (compliance question)
Pertanyaan retoris (rhetorical question)
Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question)
Pertanyaan menggali (probing question)
Jenis pertanyaan menurut taksonomi bloom
Pertanyaan pengetahuan
Pertanyaan pemahaman
Pertanyaan penerapan
Pertanyaan sintetis
Pertanyaan evaluasi
Hal – hal yang perlu diperhatikan, oleh guru dan calon guru dalam memberikan pertanyaan kepada siswa adalah sebagai berikut :
Kehangatan atau keantusiasan. Sikap dan cara guru termasuk suara, ekspresi wajah, gerakan, dan posisi badan menampakkan ada tidaknya kehangatan dan keantusiasannya.
Kebiasaan yang perlu dihindari, Senantiasa guru harus menghindar dari kebiasaan seperti :
1) Menjawab pertanyaan sendiri.
2) Mengulang jawaban siswa
3) Mengulang pertanyaan sendiri
4) Mengajukan pertanyaan dengan jawaban yang serentak
5) Menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya
6) Mengajukan pertanyaan ganda.
4. Ada 4 alasan mengapa seorang guru perlu menguasai keterampilan bertanya :
a. Pada umumnya guru masih sering mendominasi kelas dengan metode ceramah.
b. Kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat kita tidak membiasakan anak untuk bertanya , sehingga keinginan anak untuk bertanya selalu terpendam.
c. Penerapan pendekatan CBSA adalah kegiatan pembelajaran menuntut keterlibatan siswa secara mental intelektual.
d. Adanya anggapan bahwa pernyataan yang diajukan guru berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.
Definisi Dan Fungsi Pertanyaan
Berbagai pendapat para pakar pendidikan diantarana menurut G.A.Brown dan R.Edmonson (1984) mendefinisikan pertanyaan sebagai : "segala pertanyaan yang menginginkan tanggapan verbal (lisan)".Pertanyaan tidak selalu dalam kalimat tanya,tetapi dapat juga dalam bentuk kalimat perintah atau kalimat pertanyaan.
1. Fungsi pertanyaan di dalam kegiatan pembelajaran antara lain, untuk :
a. Mendorong siswa untuk berfikir
b. Meningkatkan keterlibatan siswa
c. Merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan
d. Memusatkan perhatian siswa pada satu masalah
e. Membantu siswa mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang baik
Selain seperti tersebut diatas, masih banyak lagi fungsi pertanyaan yang dikemukakan para pakar pendidikan, dan oleh para ahli peneliti,namun point diatas sudah dapat kita simpulkan bahwa fungsi pertanyaan tersebut sangat bervariasi.
Bertanya merupakan tingkah laku yang sangat penting didalam kelas dimana bertanya untuk mengetahui apakah kualitas berfikir siswa dari sederhana terjadi perubahan berfikir secara kompleks setelah diberikan pelajaran.
Bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan siswa untuk berfikir dan mengemukakan jawaban yang sesuai dengan harapan guru.Guru dalam mengajukan pertanyaan kepada seorang siswa sering kali tidak terjawab,sebab maksud pertanyaan tersebut kurang dapat dipahami oleh siswa dalam hal ini.Umumnya bertanya jika ia ingin mengetahui apa yang belum diketahuinya.Didalam kelas,guru bertanya kepada siswa untuk berbagai tujuan.
2. Keterampilan bertanya
Keterampilan bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang sekaligus bagian dari keberhasilan dalam mengelola intruksional dan pengelolahan kelas.
Melalui keterampilan bertanya,guru mampu mendeteksi hambatan proses berfikirdikalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan menungkatkan proses belajar mengajar dikalangan siswa.
Dengan demikian, guru dapat mengembangkan pengolahan kelas dan sekaligus dapat menarik simpati dan empati dikalangan siswa sehingga kepercayaan siswa terhadap guru meningkat dan pada akhirnya kualitas proses pembelajaran dapat lebih ditingkatkan.
Dalam kegiatan pembelajaran kegiatan bertanya cukup mendominasi kelas,guru menggunakan 30% dari waktu untuk bertanya.Pada umumnya tujuan bertanya adalah untuk memperoleh informasi dan untuk meningkatkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa,siswa dengan siswa yang saling berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar.
Komponen – Komponen keterampilan bertanya
Komponen-komponen keterampilan bertanya dapat dibedakan atas beberapa kriteria antara lain adalah :
1. Keterampilan bertanya dasar
Keterampilan bertanya dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan. Komponen – komponen yang dimaksud adalah pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, pemberian acuan, pemusatan, pemindah giliran, penyebaran, pemberian waktu berfikir dan pemberian tuntutan.
Keterampilan bertanya terdiri atas komponen – komponen berikut : (a). Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat, (b). Pertanyaan yang diajukan guru hendaknya singkat dan jelas, sehingga mudah dipahami oleh para siswa.
Pertanyaan yang demikian dibuat dengan mengguna kan struktur kalimat yang sederhana serta kata – kata yang sudah dikenal siswa. Pertanyaan yang kedua lebih jelas dan singkat dari pada pertanyaan pertama.
a. Pemberian acuan
Sebuah pertanyaan dapat dijawab jika yang ditanya mengetahui informasi yang berkaitan dengan pertanyaan tersebut. Oleh karena itu sebelum bertanya,guru perlu memberikan acuan berupa informasi yang perlu diketahui siswa.Siawa akan mengelola informasi yang diberikan sehingga dapat menjawab pertanyaan guru.
Pemusatan
Pertanyaan dapat dibagi menjadi pertanyaan luas dan pertanyaan sempit. Pertanyaan luas menuntut jawaban pertanyaan yang umum dan cukup luas,sedangkan pertanyaan yang sempit menuntun jawaban yang khusus dan spesifik.
c. Pemindahan giliran
Ada kalanya sebuah pertanyaan, lebih – lebih pertanyaan yang cukup kompleks,tidak dapat dijawab tuntas oleh seorang siswa. Dalam hal ini guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa lain dengan cara pemindahan giliran. Artinya, setelah siswa pertama memberikan jawaban, guru meminta siswa kedua melengkapi jawaban tersebut,kemudian meminta lagi kepada siswa ketiga dan seterusnya.Cara seperti ini dapat mendorong siswa untuk selalu memperhatikan jawaban yang diberikan temannya serta meningkatkan interaksi antar siswa.
d. Penyebaran
Penyebaran pertanyaan berarti menyebarkan giliran untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Kalau mungkin semua siswa didalam kelas mendapat giliran yang merata untuk menjawab pertanyaan. Teknik penyebaran perlu diperhatikan oleh guru, lebih-lebih bagi guru yang biasa mengajukan pertanyaan pada siswa tertentu. Adakalanya guru melupakan siswa yang duduk diderertan belakang, sehingga aman untuk dari kejaran pertanyaan guru.
Tujuan penyebaran pertanyaan adalah untuk meningkatkan perhatian dan partisipasi siswa.
e. Pemberian waktu berpikir
Untuk menjawab satu pertanyaan, seseorang memerlukan waktu untuk berpikir demikian juga seorang siswa yang harus menjawab pertanyaan guru memerlukan waktu untuk memikirkan jawaban pertanyaan tersebut. Oleh karena itu, setelah mengajukan pertanyaan guru hendaknya menunggu beberapa saat sebelum meminta atau menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaannya.
Kebiasaan guru yang menunjuk siswa yang lebih dahulu untuk menjawab pertanyaan itu yang diajukan, tidak dapat dibenarkan sebab tidak memberikan waktu untuk berpikir dan siswa lain tidak memperhatikan pertanyaan guru.
Memberikan tuntunan
Kadang-kadang pertanyaan yang diajukan guru tidak dapat dijawab oleh siswa, ataupun jika ada yang menjawab, jawaban yang diberikan tidak seperti yang diharapkan. Dalam hal ini, guru tidak boleh diam dan menunggu sampai siswa memberikan jawaban.
Guru harus memberikan tuntunan yang memungkinkan siswa secara bertahap mampu memberikan jawaban yang diharapkan. Tuntunan dapat diberikan antara lain dengan berbagai cara berikut :
1). Memparafrase yaitu mengungkapkan kembali pertanyaan dengan cara lain yang lebih mudah dan sederhana, sehingga dapat dipahami oleh siswa.
2). Mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana yang dapat menuntun siswa menemukan jawaban.
3). Mengulangi penjelasan / informasi sebelumnya yang berkaitan dengan pertanyaan yang diajukan.
2. Keterampilan bertanya lanjut
Keterampilan bertanya lanjut merupakan lanjutan keterampilan bertanya dasar yang lerbih mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan berpikir siswa, memperbesar partisipasi dan mendorong siswa agar dapat berinisiatf sendiri. Keterampilan bertanya lanjut dibentuk atas landasan: penguasaan komponen-komponen bertanya dasar. Karena itu, semua komponen bertanya dasar masih dipakai dalam penerapan keterampilan bertanya lanjut.
Adapun komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah : Pengubahan susunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, pengaturan urutan pertanyaan, Penggunaan pertanyaan pelacak dan peningkatan terjadinya interaksi.
Ketika menerapkan keterampilan bertanya lanjut, guru juga menerapkan atau menggunakan keterampilan bertanya dasar. Komponen keterampilan bertanya lanjut terdiri atas :
Pengubahan tuntunan kognitif dalam menjawab pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan guru mengundang siswa untuk berpikir. Jika guru hanya mengajukan pertanyaan yanga bersifat ingatan, seperti halnya menanyakan : apa, siapa, dimana, atau berapa, maka proses mental yang terdiri dari siswa rendah karena siswa tidak perlu berpikir tetapi hanya mengingat. Tetapi jika guru mengajukan pertanyaan mengapa, bagaimana pendapatmu, jelaskan terjadinya, dan yang sejenis, siswa akan berpikir keras sehingga menuntut terjadinya proses mental tinggi.
Pengaturan urutan pertanyaan
Agar kemampuan berpikir siswa dapat berkembang secara baik dan wajar, guru hendaknya mengatur urutan pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan pada tingkat tertentu hendaknya dimantapkan kemudian beralih tingkat pertanyaan yang lebih tinggi.
c. Penggunaan pertanyaan pelacak
Jika guru mengajukan pertanyaan tingkat tinggi dan jawaban yang diberikan oleh siswa dianggap benar tetapi dapat dilengkapi lagi, guru dapat mengajukan pertanyaan pelacak yang dapat membimbing siswa untuk mengembangkan jawaban yang diberikan. Teknik pertanyaan pelacak yang dapat digunakan guru, antara lain sebagai berikut :
Meminta klarifikasi. Teknik ini dipakai guru jika jawaban siswa kurang jelas atau diungkapkan dengan kalimat kabur.
Meminta siswa memberi alas an Teknik dapat digunakan jika guru menginginkan siswa memberikan bukti-bukti dari pendapat atau pandangan yang diberikannya sebagai jawaban atas pertanyaan guru.
Meminta kesepakatan pandangan siswa. Jika guru meminta pandangan siswa tentang satu masalah dan seorang siswa sudah menyatakan pendapatnya, untuk mendapatkan kesepakatan dan kebenaran akan kesepakatan tersebut, guru dapat meminta siswa lain.
Meminta ketetapan jawaban. Teknik dapat digunakan guru jika jawaban yang diberikan oleh siswa kurang tepat atau kurang sempurna. Pertanyaan pelacak yang diberikan guru diharapkan dapat menuntun siswa melengkapi atau memperbaiki jawaban yang diberikan tanpa membuat siswa jadi malu.
Meminta jawaban yang relevan. Jika siswa memberikan jawaban yang kurang relevan dengan pertanyaan guru, guru dapat mengajukan pertanyaan pelacak. Tujuan pertanyaan pelacak dalam kaitan ini adalah menyadarkan siswa akan ketidak relevanan jawaban serta menuntun siswa untuk memberikan jawaban yang lebih relevan.
Meminta contoh. Teknik ini hampir sama dengan teknik meminta siswa memberikan alasan, yaitu jika siswa memberikan jawaban yang samar-samar atau terlalu luas, guru dapat mengajukan pertanyaan pelacak untuk meminta siswa memberikan ilustrasi atau contoh konkrit dari jawaban.
Meminta jawaban yang lebih kompleks. Jika menganggap jawaban siswa masih dapat dikembangkan menjadi jawaban yang lebih kompleks, guru dapat mengjukan pertanyaan pelacak, pertanyaan pelacak bertujuan untuk membimbing siswa untuk berpikir lebih kritis dalam mengembangkan jawabannya.
Peningkatan Terjadinya Interaksi.
Dalam kaitan dengan keterampilan bertanya lanjutan, peningkatan terjadinya interaksi dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Menghindarai atau mengurangi pertanyaan yang hanya dijawab oleh seseorang siswa sebagai gantinya siswa diminta mendiskusikan jawaban pertanyaan tersebut dalam pasangan atau kelompok kecil.
2. Mendorong siswa untuk mengjukan pertanyaan sehingga guru bukan satu-satunya orang yang bertanya dalam kelas.
3. Jika siswa mengajukan pertanyaan berikan kesempatan pada siswa lain untuk menjawab pertanyaan tersebut, sehingga terjadi interaksi antar siswa. Dengan cara tersebut diatas, partisipasi siswa dalam keles dapat ditiingkatkan.
Pertanyaan hendaknya diajukan dengan penuh kehangatan dan keantusiasan karena hal ini akan mempengaruhi kesungguhan siswa dalam menjawab pertanyaan. Guru atau calon guru senantiasa agar menghindari kebisaan-kebiasaan sebagai berikut:
a. Mengulangi pertanyaan sendiri. Mengulangi pertanyaan sendiri akan membuat siswa tidak memperhatikan pertanyaan pertama sehingga menurunkan perhatian dan partisipasi siswa
b. Mengulangi jawaban siswa. Mengulangi jawaban siswa yang bertujuan memberikan pengutan sangat baik dilakukan oleh guru, namun jika guru terbiasa mengulangai jawaban siswa, maka siswa lain akan mendengarkan jawaban temanya karena akan di ulang oleh guru.
c. Menjawab pertanyaan sendiri. Guru cenderung menjawab sendiri kalau siswa tidak ada yang memberikan jawaban. Kebiasan ini tidak baik karena dapat membuat siswa frustasi dan malas belajara.
d. Mengajukan jawaban yang memancing jawaban serentak. Guru kadang-kadang mengajukan pertanyaan memancing jawaban serentak sehingga kelas jadi hidup. Namun kalau hal ini dibiasakan akan menurunkan fungsi pertanyaan karena guru tidak tahu siapa yang menjawab dan siswa malas berpikir karena guru tidak meminta jawaban perorangan.
e. Mengajukan pertanyaan ganda. Kadang-kadang guru mengajukan pertanyaan yang menanyakan beberapa hal sehingga siswa harus melakukan beberapa tugas dalam waktu singkat
f. Menentukan siswa yang akan menjawab pertanyaan. Guru kadang-kadang cenderung menunjuk siswa tertentu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Hal ini sebaiknya dihindari karena dapat membuat siswa lain untuk tidak memperhatikan pertanyaan guru. Sebaiknya guru mengajukaan pertanyaan keseluruh kelas, menunggu sejenak kemudian baru menunjuk siswa untuk menjawabnya.
g. Memberikan waktu berpikir pada petanyaan tingkat lanjut waktu berpikir diberikan hendaknya lebih lama dari waktu berpikir yang diberikan ketika menerapkan keterampilan bertanya dasar. Hal ini sangat perlu diperhatikan karena siswa memerlukan waktu yang cukup untuk berpikir dan menyusun jawaban.
h. Mempersiapkan pertanyaan pokok yang akan diajukan. Pertanyaan pokok yang akan diajukan oleh guru hendaknya disiapkan secara cermat sehingga urutan tingkatan kesukaran pertanyaan dapat disusun lebih dahulu, dan materi pelajaran dicakup secara tuntas.
i. Menilai pertanyaan yang telah diajukan Pertanyaan pokok yang akan diajukan oleh guru hendaknya dinilai oleh guru setelah pelajaran berlangsung. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan keterampilan bertanya tersebut diatas, diharapkan guru akan mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa keterlibatan mental intelektual siswa melalui pertanyaan yang diajukan.
Keterampilan Bertanya Guru Sebagai Keterampilan Mengajar Esensial, Pada saat mengajar, dalam model pembelajaran, pendekatan, teknik atau strategi apapun, salah satu keterampilan esensial (penting) yang harus dikuasai oleh guru dengan baik adalah keterampilan bertanya (questioning skills). Sebetulnya di dalam buku Learning to Teach edisi kelima karya Richard L. Arends yang diterbitkan oleh McGraw Hill tahun 2001 disebutkan bahwa: Karena pertanyaan-pertanyaan begitu sering diajukan di dalam kelas, salah satu hal menarik tentang pertanyaan guru adalah:
Apa efek pertanyaan bagi pembelajaran siswa? Dalam bentuk lain:
Apa efek dari pertanyaan-pertanyaan guru yang bersifat faktual dan
Apa efek pertanyaan-pertanyaan guru yang meminta siswa untuk berpikir pada taraf yang lebih tinggi (higher level thinking)?
Selama bertahun-tahun, terdapat konsensus bahwa pertanyaan dengan : higher level thinking akan mengarahkan siswa pada perkembangan kognitif yang lebih besar dibanding jika siswa diberikan pertanyaan yang sifatnya konkret dan faktual. Tetapi kemudian pada tahun 1970-an, justru banyak penelitian menunjukkan bahwa tidak ada bukti nyata adanya perbedaan ini (Rosenshine: 1971; Dunkin & Biddle: 1974). Pada tahun 1976 Barak Rosenshine justru mengklaim bahwa pertanyaan faktual-lah yang justru dapat meningkatkan perkembangan kognitif siswa, terlebih apabila guru dengan segera memberikan umpan balik (feedback) terkait jawaban yang benar dan jawaban yang salah (tidak tepat).
Dalam hal ini perlu dicatat bahwa Rosenshine melakukan penelitiannya pada siswa kelas rendah dari latar belakang sosial dan ekonomi tingkat bawah. Beberapa tahun kemudian Redfield mengumumkan hasil penelitian yang berlawanan, yaitu bahwa pertanyaan-pertanyaan guru yang mengacu pada pemikiran tingkat tinggi (higher level thinking) akan memberikan efek positif dan meningkatkan prestasi dan kemampuan berpikir siswa.
Selama satu dekade lebih setelah itu, para peneliti tentang pertanyaan guru selalu menunjukkan hasil-hasil yang saling berkontroversi. Akhirnya munculah suatu konsensus bahwa tipe-tipe pertanyaan yang dilontarkan oleh guru harus disesuaikan dengan siswa, dengan siapa mereka bekerja (belajar), dan untuk jenis tujuan pembelajaran bagaimana mereka belajar. Gall (1984; Gall & Gall: 1990), sebagai contoh menginterpretasikan hasil-hasil penelitian ini sebagai berikut:
Pertanyaan-pertanyaan faktual lebih efektif untuk mempromosikan prestasi anak-anak yang lebih muda, yang mana khususnya bila melibatkan penguasaan keterampilan-keterampilan dasar.
Pertanyaan-pertanyaan kognitif tingkat tinggi lebih efektif untuk siswa bila dibutuhkan berpikir siswa lebih diarahkan ke berpikir bebas (independen). Berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan guru, para peneliti juga tertarik dalam kaitan tingkat kesulitan dan pola keseluruhan pertanyaan guru. Tingkat kesulitan suatu pertanyaan adalah mengacu pada kemampuan siswa-siswa menjawab pertanyaan alih-alih tingkat berpikir (kognitif) yang dibutuhkan. Lagi-lagi, hasil penelitian pada ranah ini juga menunjukkan hasil yang beragam. Walaupun demikian, setelah melewati bermacam review, penelitian-penelitian akhirnya menunjukkan bahwa, sebagaimana yang diungkapkan oleh Jere Brophy & Tom Good (1986), ada 3 acuan yang harus dipertimbangkan guru ketika ingin memutuskan seberapa sulit pertanyaan akan diberikan kepada siswa, yaitu:
Proporsi terbesar (paling tidak 3/4 bagian) pertanyaan harus pada level di mana semua siswa akan dapat menjawab pertanyaan tersebut.
Proporsi sisanya (1/4 bagian) pertanyaan harus berada pada level sulit, tetapi tetap harus dapat direspon oleh siswa meskipun respon (jawaban) yang diberikan nantinya tidak dapat lengkap. Tidak ada pertanyaan yang tidak akan dapat dijawab oleh siswa (mustahil bisa dijawab siswa).
Pola Pertanyaan Guru/Pola Tanya-Jawab Pola keseluruhan pertanyaan guru juga sangat penting. Kenyataan di kelas yang sering ditemui adalah guru menanyakan semua pertanyaan dan semua siswalah yang harus menjawab pertanyaan dengan tepat.
Kemudian guru akan mengulang-ulang pertanyaan yang sama apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Sebenarnya, pola pertanyaan guru yang seperti ini sangat berdampak buruk pada diskusi kelas dan sama sekali tidak akan membawa siswa untuk mengembangkan proses berpikirnya pada taraf yang lebih tinggi, bahkan justru mengarahkan siswa kepada kebosanan. Pada kelas yang baik, pola pertanyaan haruslah seperti ini: siapa saja boleh mengajukan pertanyaan, dan siapa saja boleh menjawab pertanyaan.
Guru yang baik justru akan membuat pertanyaan yang jawaban-jawaban pertanyaan tersebut akan memancing siswa untuk bertanya, lalu menjawab.
Waktu Tunggu (Wait Time) Hal terpenting lainnya dalam kaitan keterampilan bertanya guru yang telah diselidiki oleh para peneliti di bidang ini adalah waktu tunggu (wait time).
Waktu tunggu adalah jeda waktu antara saat pertanyaan dilontarkan oleh guru dengan waktu saat siswa harus menjawab pertanyaan. Waktu tunggu pertama kali diteliti pada tahun 1960 an. Waktu tunggu sangat penting untuk diterapkan oleh guru pada saat memberikan pertanyaan-pertanyaan di dalam kelasnya.
Tinjauan Umum Cara Memperbaiki Kualitas Pertanyaan. Guru. Menurut buku Robert Marzano (2001) yang berjudul Classroom Instruction that Works, 80 persen pembelajaran yang berhasil selalu melibatkan guru dalam mengajukan pertanyaan. Kemudian, 30 – 50 persen alokasi waktu pada pembelajaran efektif digunakan oleh guru untuk bertanya.
Akan tetapi pada beberapa guru perlu dipertanyakan: Seberapa efektifkah pertanyaan yang mereka ajukan? Masuk akal, bahwa jika guru ingin meningkatkan efektivitas pengajaran di kelas guru, tentu saja guru akan mulai dengan memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang guru ajukan.
Tujuan Guru Mengajukan Pertanyaan, Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa-siswa di kelasnya umumnya untuk tujuan-tujuan berikut, yaitu:
Melibatkan siswa agar aktif dalam pembelajaran
Meningkatkan motivasi belajar siswa
Mengevaluasi persiapan siswa
Memeriksa penyelesaian pekerjaan siswa
Mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa
Meninjau kembali pembelajaran sebelumnya
Mengetahui wawasan siswa tentang suatu topik atau konsep
Menilai prestasi atau penguasaan tujuan pembelajaran oleh siswa
Merangsang siswa agar belajar mandiri
Saat melaksanakan suatu pembelajaran guru dapat mengajukan beberapa pertanyaan dengan beberapa tujuan di atas, bahkan guru dapat mengajukan satu pertanyaan untuk beberapa tujuan sekaligus. Atau dapat pula beberapa pertanyaan diajukan untuk satu tujuan tertentu.
Ada 3 tiga tindakan yang dapat diambil untuk memperbaiki pertanyaan guru di kelas. Pertama Untuk memulainya, guru perlu memberikan siswa kesempatan untuk berbicara ketimbang guru yang berbicara. Kedua, menyiapkan pertanyaan sedari awal bahkan ketika guru merencanakan pelajaran. Dan ketiga, menggunakan perancah (scaffolding) pertanyaan.
Langkah Pertama: Berikanlah Kesempatan Kepada Siswa untuk Lebih Banyak Berbicara Untuk melaksanakan ini, guru perlu mengubah pola pikirnya. Guru diharuskan untuk "tidak terlalu" mengarahkan diskusi ke tujuan yang ingin dicapai guru.
Guru tidak memaksakan tujuannya tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi suatu topik melalui pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan pada pemikiran mereka. Pertanyaan guru lebih sekedar upaya memancing agar siswa-siswa menjadi tergerak untuk ikut berdiskusi dan bertanya.
Langkah Kedua: Mempersiapkan Pertanyaan Saat Merancang Pembelajaran. Guru sangat perlu untuk mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan apa yang sekiranya dapat dan sesuai untuk dilontarkannya saat pembelajaran berlangsung.
Dengan cara ini, guru telah siap dengan berbagai skenario pertanyaan yang akan diajukan agar siswa mendapat pertanyaan-pertanyaan yang bermutu yang telah dipikirkan sebelumnya oleh guru. Pertanyaan yang baik tidak serta merta dihasilkan secara spontan saat guru melaksanakan pembelajaran. Pertanyaan bermutu telah direncanakan sebelumnya.
Dengan pertanyaan-pertanyaan yang bermutu ini siswa akan terpacu untuk terlibat dalam diskusi belajar dan memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan berpikir tingkat tinggi seperti berpikir kreatif dan berpikir kritis.
Langkah Ketiga: Gunakan Pertanyaan Perancah (Scaffolding) Guru, saat melaksanakan langkah kedua di atas sekaligus harus melakukannya dengan membuat pertanyaan-pertanyaan efektif dengan berbagai tingkatan dari level mudah hingga level sukar.
Cara mudah untuk merancang pertanyaan-pertanyaan sehingga bersifat sebagai perancah, maka guru dapat membuat tabel pertanyaan. Guru dapat membuat tabel pertanyaan untuk setiap konsep dengan berbagai level kognitif. Caranya, buatlah tabel dengan 8 buah kolom yang berisi : (1) Nomor Konsep; (2) Konsep yang diajarkan; (3) Pertanyaan tingkat Pengetahuan atau C1; (4) Pertanyaan Tingkat Pemahaman atau C2; (5) Pertanyaan tingkat Aplikasi atau C3; (6) Pertanyaan Tingkat Analisis atau C4; (7) Pertanyaan Tingkat Sintesis atau C5; dan kolom (8) Pertanyaan Tingkat Evaluasi atau C6.
Tulislah tabel tersebut, dan ingat, buat semua pertanyaan untuk setiap kolom tingkat kognitif. Keuntungan menggunakan perancangan pertanyaan seperti ini adalah terjaminnya ketersediaan pertanyaan-pertanyaan berkualitas untuk tiap konsep yang diajarkan. Selain itu, saat menerima pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa akan memperoleh kesempatan untuk berpikir mendalam tentang setiap konsep yang guru ajarkan. Pertanyaan yang terstruktur mulai dari level kognitif C1 hingga level tertinggi (C6) seperti di atas terbukti secara ilmiah meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Komentar Terhadap Jawaban Siswa Setelah memberikan pertanyaan dalam pembelajarannya, guru amat perlu untuk memberikan tanggapan atau umpan balik. Adalah sangat tidak pas bila guru tidak memberikan tanggapan terhadap jawaban yang diberikan oleh siswa. Akan tetapi sebaiknya tanggapan yang diberikan hemat, tidak bertele-tele.
Guru dapat pula bertanya lebih dalam (dengan teknik perancahan/scaffolding) di atas, yaitu dengan memberikan pertanyaan yang lebih tinggi levelnya segera setelah siswa menjawab sebuah pertanyaan. Latihan dan perencanaan yang matang sangat diperlukan agar strategi bertanya guru dapat membuat pembelajaran lebih efektif.
Dasar- dasar pertanyaan yang baikJelas dan mudah dimengerti oleh siswa,Berikan informasi,Difokuskan pada suatu masalah,Berikan waktu yang cukup,Bagikanlah semua pertanyaan,Berikan respon yang ramah,Tuntunlah jawaban siswaKETERAMPILAN BERTANYAJenis –jenis pertanyaan yang baikPertanyaan permintaan, Pertanyaan retoris, Pertanyaan mengarahkan atau menuntun, Pertanyaan menggali, Pertanyaan pengetahuan, Pertanyaan pemahaman, Pertanyaan penerapan, Pertanyaan sintetis, Pertanyaan evaluasiDefinisi Dan Fungsi Pertanyaan"segala pertanyaan yang menginginkan tanggapan verbal (lisan)".Mendorong siswa untuk berfikir,Meningkatkan keterlibatan siswa,Merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan,Memusatkan perhatian siswa pada satu masalah,Membantu siswa mengungkapkan pendapatKomponen – Komponen keterampilan bertanyaKeterampilan bertanya dasar :Pemberian acuan, Pemusatan, Pemindahan giliran,Penyebaran, Pemberian waktu berpikirKetermpilan bertanya lanjut : Pengubahan tuntunan kognitif dalam menjawab pertanyaan, Pengaturan urutan pertanyaan, Penggunaan pertanyaan pelacakPeningkatan Terjadinya Interaksi.Menghindarai atau mengurangi pertanyaan yang hanya dijawab oleh seseorang siswa, Mendorong siswa untuk mengjukan pertanyaan, Jika siswa mengajukan pertanyaan berikan kesempatan pada siswa lain untuk menjawab pertanyaan tersebut,Guru atau Calon Guru
Dasar- dasar pertanyaan yang baik
Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa,Berikan informasi,Difokuskan pada suatu masalah,Berikan waktu yang cukup,Bagikanlah semua pertanyaan,Berikan respon yang ramah,Tuntunlah jawaban siswa
KETERAMPILAN BERTANYA
Jenis –jenis pertanyaan yang baik
Pertanyaan permintaan, Pertanyaan retoris, Pertanyaan mengarahkan atau menuntun, Pertanyaan menggali, Pertanyaan pengetahuan, Pertanyaan pemahaman, Pertanyaan penerapan, Pertanyaan sintetis, Pertanyaan evaluasi
Definisi Dan Fungsi Pertanyaan
"segala pertanyaan yang menginginkan tanggapan verbal (lisan)".Mendorong siswa untuk berfikir,Meningkatkan keterlibatan siswa,Merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan,Memusatkan perhatian siswa pada satu masalah,Membantu siswa mengungkapkan pendapat
Komponen – Komponen keterampilan bertanya
Keterampilan bertanya dasar :Pemberian acuan, Pemusatan, Pemindahan giliran,Penyebaran, Pemberian waktu berpikir
Ketermpilan bertanya lanjut : Pengubahan tuntunan kognitif dalam menjawab pertanyaan, Pengaturan urutan pertanyaan, Penggunaan pertanyaan pelacak
Peningkatan Terjadinya Interaksi.
Menghindarai atau mengurangi pertanyaan yang hanya dijawab oleh seseorang siswa, Mendorong siswa untuk mengjukan pertanyaan, Jika siswa mengajukan pertanyaan berikan kesempatan pada siswa lain untuk menjawab pertanyaan tersebut,
Guru atau Calon Guru
Gambar 8. : Proses Keterampilan Bertanya
BAB. IX
KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENGUATAN
Pengertian Memberikan Penguatan
Penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat memberikan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Penguatan merupakan penghargaan yang dapat menimbulkan dorongan dan motivasi siswa dalam belajar. (Tim FIK : 2011 : 1.19)
Keterampilan memberikan penguatan merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh guru karena penguatan yang diberikan kepada siswa akan membangkitkan semangat dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Semangat siswa yang tinggi akan meningkatkan daya tangkap ilmu sehingga nantinya tujuan yang ingin dicapai oleh guru dapat diraih dengan baik.
Penguatan harus dilakukan secara merata kepada siswa yang baik ataupun kurang baik perilakunya. Guru tidak boleh membeda-bedakan dalam memberikan penguatan. Penguatan adalah respons terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Secara psikologis setiap orang mengharapkan adanya penghargaan terhadap suatu usaha bahwa hasil yang telah dilakukannya. Melalui penghargaan yang diperolehnya, seseorang akan merasakan bahwa hasil perbuatannya tersebut dihargai dan oleh karenanya akan menjadi pemacu untuk berusaha meningkatkan prestasi atau berbuat yang terbaik dalam hidupnya.
Keterampilan dasar penguatan adalah segala bentuk respons yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatannya atau responnya yang diberikan sebagai suatu dorongan koreksi. Melalui keterampilan penguatan (reinforcement) yang diberikan guru, maka siswa akan merasa terdorong untuk memberikan respon setiap muncul stimulus dari guru, atau siswa akan berusaha menghindari respon yang dianggap tidak bermanfaat. Penguatan juga berguna untuk mendorong siswa memperbaiki tingkah lakunya dan meningkatkan kerjanya.
Pujian atau respons positif yang diberikan oleh guru atau siswa yang telah menunjukan prestasi, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik, anak akan merasakan bahwa perbuatannya dihargai, dan dengan demikian akan menjadi motivator untuk terus berusaha menunjukan prestasi terbaiknya. Akan tetapi bagi yang menerima pujian, apalagi bagi anak akan merasa senang karena apa yang ditunjukkannya mendapat tempat dan merasa diakui. Anak butuh pengakuan terhadap sesuatu yang dilakukannya, adanya pengakuan akan menimbulkan dampak positif terhadap proses pembelajaran.
Penguatan hanya terbatas pada pemberian balikan terhadap respons-respons yang betul, yang tampak dari jawaban siswa sendiri. Dengan penguatan tadi, siswa dapat memisahkan mana yang betul dan dapat dilanjutkan, dan mana ynag salah dan tidak perlu dilanjutkan. Oleh karena itu guru harus melatih dengan berbagai jenis penguatan dan membiasakan diri untuk menerapkannya dalam pembelajaran. Sehingga pembelajaran tidak hanya sekedar berisi sajian materi untuk dikuasai oleh anak, akan tetapi bermuatan nilai-nilai edukatif untuk membentuk pribadi-pribadi yang baik yang selalu saling menghargai.
B. Tujuan dan Fungsi Memberikan Penguatan
Dalam kegiatan pembelajaran, penguatan mempunyai peran penting dalam meningkatkan keefektifan kegiatan pembelajaran. Pujian atau respons positif guru terhadap perilaku perbuatan siswa yang positif akan membuat siswa merasa senang karena dianggap mempunyai kemampuan. Namun sayangnya, guru sangat jarang memuji perilaku /perbuatan siswa yang positif. Yang sering terjadi adalah guru menegur atau memberi respon negative terhadap perbuatan siswa yang negatif. Oleh karena itu, guru perlu melatih diri sehingga terampil dan terbiasa memberikan penguatan. (Sri Anitah: 2009: 7.25)
Pemberian respon positif (penguatan) terhadap perilaku belajar siswa, baik melalui kata-kata (verbal) maupun non-verbal seperti dengan isyarat-isyarat tertentu, secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi terhadap kepercayaan diri siswa.
Tujuan Memberikan Penguatan
Adapun tujuan dari pemberian penguatan dalam pembelajaran antara lain adalah :
a. Meningkatkan perhatian siswa;
Bahwa melalui penguatan yang diberikan oleh guru terhadap perilaku belajar siswa, siswa akan merasa akan merasa diperhatikan oleh gurunya. Dengan demikian perhatiansiswapun akan semakin meningkat seiring dengan perhatian guru melalui respon yang diberikan kepada siswanya.
b. Membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa;
Apabila perhatian siswa semakin baik, maka dengan sendirinya motivasi belajarnyapun akan semakian baik pula. Upaya memelihara dan membangkitkan motivasi belajar tersebut, yaitu melalui penguatan.
c. Memudahkan siswa belajar;
Bahwa tugas guru sebagai fasilitator pembelajaran bertujuan untuk memudahkan siswa belajar. Untuk memudahkan belajar harus ditunjang kebiasaan-kebiasaan positif dalam pembelajaran, yaitu dengan memberikan renpon-respon (penguatan) yang akan semakin mendorong keberanian siswa untuk mencoba, bereksporasi dan terhindar dari perasaan takut salah dalam belajar.
d. Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa;
Rasa percaya diri merupakan modal dasar dalam belajar. Perasaan khawatir, ragu-ragu, takut salah dan perasaan-perasaan negative yang akan mempengaruhi terhadap kualitas proses pembelajaran harus dihindari. Salah satu upaya untuk memperkecil perasaan-perasaan negative dalam belajar, yaitu melalui pemberian penguatan atau respon yang diberikan oleh guru terhadap sekecil apapun perbuatan belajar siswa.
e. Memelihara iklim kelas yang kondusif;
Suasana kelas yang menyenagkan, aman, dan dinamis, akan mendorong aktivitas belajar siswa lebih maksimal. Melalui penguatan yang dilakukan oleh guru, suasana akan lebih demokratis sehingga siswa akan lebih bebas untuk mengemukakan pendapat, berbuat, mencoba, dan melakukan perbuatan-perbuatan belajar lainnya. Hal ini tentu saja sebagai dampak dari adanya respon yang mengirigi terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan oleh siswa.
2. Fungsi Memberikan Penguatan
Fungsi Memberikan Penguatan sebagai berikut : (1) untuk meningkatkan perhatian siswa, pemberian penguatan yang tepat baik jenis penguatannya, maupun saat atau waktu pemberiannya, maka perhatian siswa diharapkan akan meningkat lagi. (2) meningkatkan motivasi belajar, dengan pemberian penguatan motivasi siswa bisa terus terjaga sehingga selalu memiliki semangat yang tinggi untuk belajar. (3) memudahkan siswa belajar, itu untuk memudahkan siswa belajar, harus ditunjang oleh kebiasaan memberikan penguatan yang akan semakin mendorong keberanian siswa untuk mencoba, bereksplorasi untuk menemukan jawaban atau mencapai tujuan pembelajaran. (4) menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa, kepercayaan diri yang dimiliki oleh setiap siswa merupakan modal dasar yang sangat berharga dalam proses pembelajaran belajar. (5) memelihara iklim kelas yang kondusif, Kondisi penciptaan suasana kelas atau lingkungan belajar yang kondusif harus diusahakan, dipelihara, dan dikembangkan, yaitu antara lain melalui penerapan penguatan secara tepat dan proporsional. Saran penelitian ini adalah pemberian penguatan yang berfungsi meningkatkan antusias dan motivasi siswa sebaiknya diberikan lebih bervariasi agar motivasi dan semangat belajar siswa meningkat yang pada akhirnya seluruh tujuan pembelajaran akan dapat tercapai.( http://lib.unnes.ac.id/19854/).
C. Komponen – Komponen
Penguatan pada dasarnya dapat diberikan dalam dua jenis yaitu penguatan verbal dan penguatan nonverbal. Penggunaan keterampilan penguatan dalam kelas harus bersifat selektif dan hati-hati, disesuaikan dengan usia siswa, tingkat kemampuan, kebutuhan, serta latar belakang, tujuan, dan sifat tugas. Pemberian pengguatan harus bermakna bagi siswa. Beberapa komponen keterampilan memberikan penguatan ialah sebgai berikut.
1. Penguatan Verbal
Penguatan verbal merupakan penguatan yang paling mudah digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yang dapat diberikan dalam bentuk komentar, pujian, dukungan, pengakuan atau dorongan yang diharapkan dapat meningkatkan tingkah laku dan penampilan siswa. Komentar, pujian, dan sebagainya tersebut dapat diberikan dalam bentuk kata – kata dan kalimat.
Contoh dengan kata-kata dan dengan kalimat
a. Kata-kata: Bagus , baik, luar biasa, benar, ya, betul, atau tepat sekali.
b. Kalimat :
1) Jawabanmu tepat sekali
2) Rumus yang kamu gunakan tepat sekali
3) Cara Kamu berpikir cukup sistematis
4) Car kamu menghitung sangat cepat dan tepat
2. Penguatan Nonverbal
Penguatan nonverbal yaitu pemberian penguatan yang disampaikan malalui Mimik dan gerakan badan, Gerak mendekati, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, pemberian symbol atau benda.
Mimik dan gerakan badan
Mimik dan gerakan badan seperti senyuman, anggukan, tepukan tangan, atau acungan ibu jari dapat mengkomunikasikan kepuasan guru terhadap respons siswa. Mimik dan gerakan badan dapat dipakai bersama – sama dengan penguatan verbal. Misalnya ketika mengucapkan kata "Bagus", guru tersenyum sambil mengacungkan ibu jari atau ketika menganggukkan kepala, guru mengucapkan kata "benar".
Gerakan mendekati
Gerak mendekati dapat ditunjukkan guru dengan cara melangkah mendekati siswa, berdiri disamping siswa atau kelompok siswa. Tujuan gerak mendekati adalah untuk memberikan perhatian, menunjukkan rasa senang akan pekerjaan siswa, bahkan juga memberi rasa aman kepada siswa.
Sentuhan
Sentuhan seperti menepuk-nepuk bahu atau pundak siswa, menjabat tangan siswa atau mengangkat tangan siswa yang menang, dapat merupakan penguatan yang efektif bagi siswa. Namun, jenis penguatan ini harus dipergunakan dengan penuh kehati-hatian dengan memperhatikan umur, jenis kelamin, serta latar belakang budaya siswa.
Kegiatan yang menyenangkan
Pada dasarnya, siswa akan menjadi senang jika diberikan kesempatan untuk mengerjakan sesuatu yang menjadi kegemarannya atau sesuatu yang memungkinkan dia berprestasi. Oleh karena itu, kegiatan yang disenangi siswa dapat digunakan sebagai penguatan.
Pemberian symbol atau benda
Penguatan dalam bentuk simbol atau benda adalah berupa tanda cek list (V), komentar tertulis pada buku siswa, berbagai tanda dengan warna tertentu.
Penguatan Tak Penuh
Sesuai dengan namanya, penguatan tak penuh diberikan untuk jawaban/respons siswa yang hanya sebagian benar, sedangkan kegiatan lainnya masih perlu diperbaiki.
D. Prinsip – Prinsip Kegunaan Penguatan
Agar penguatan yang diberikan guru dapat berfungsi secara efektif, guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip pemberian penguatan sebagai berikut.
Kehangatan dan keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan dapat ditunjukkan dengan berbagai cara, misalnya dengan muka/wajah berseri disertai senyuman, suara yang riang penuh perhatian atau sikap yang member kesan bahwa penguatan yang diberikan memang sungguh – sungguh.
Kebermaknaan
Penguatan yang diberikan guru haruslah bermakna bagi siswa. Artinya, siswa memang merasa terdorong untuk meningkatkan penampilannya. Misalnya, guru mengatakan "model yang kamu rancang sangat menarik", karena model yang dibuat siswa tersebut memang benar – benar menarik sehingga siswa benar-benar merasa bahwa ia memang patut mendapat pujian.
Namun, apabila model yang dibuat sangat kasar, dan tidak sesuai dengan tugas yang diberikan, sebaiknya guru jangan memuji model tersebut, tetapi hanya mencoba menyadarkan siswa tersebut akan hasil karyanya, misalnya dengan mengatakan: "Saya tahu kamu sudah bekerja keras menciptakan model ini, kalau bagian-bagian ini kamu perhalus lagi, modelmu akan menjadi lebih baik".
Menghindari Penggunaan Respons Negatif
Respon negative, seperti kata-kata kasar, cercaan hukuman atau ejekan dari guru merupakan senjata ampuh yang dapat menghancurkan iklim kelas yang kondusif dan kepribadian siswa sendiri. Oleh karena itu, guru hendaknya menghindari segala jenis respons negative tersebut. Jika siswa memberikan jawaban atau menunjukkan penampilan yang tidak memuaskan, guru hendaknya menahan diri dari keinginan mencela atau mengejek jawaban atau penampilan siswa.
Disamping ketiga prinsip tersebut diatas, dalam memberikan penguatan, guru hendaknya memperhatikan hal-hal berikut.
a. Penguatan harus diberikan dengan hangat dan antusias sehingga siswa dapat merasakan kehangatan, misalnya dengan suara, mimic atau gerakan tangan yang dilakukan dengan penuh hangat.
b. Penguatan yang diberikan harus bermakna, yaitu sesuai dengan perilaku yang diberi penguatan
c. Hindarkan respons negative terhadap jawaban siswa yang tidak memuaskan
d. Siswa yang diberikan penguatan harus jelas (sebutkan namanya atau tunjukkan pandangan kepadanya).
e. Penguatan juga dapat juga diberikan kepada kelompok siswa tertentu.
f. Agar menjadi lebih efektif penguatan harus diberikan segera setelah perilaku yang baik ditunjukkan.
g. Jenis penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi, misalnya dengan tersenyum, menepuk bahu atau dengan kalimat.
h. Bila seorang peserta didik membuat suatu kesalahan, peserta didik itu harus diberi tahu dengan segera kesalahannya dan berikan petunjuk bagaimana seharusnya yang benar.
i. Berusahalah agar peserta didik merasa bangga terhadap hasil kerjanya. Sumber penguatan yang terbesar adalah rasa bangga terhadap dirinya. Peserta didik merasa puas dengan dapat menyelesaikan tugasnya.
E. Kelebihan Pemberian Penguatan Dalam Pembelajaran
Pemberian penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan atau manfaat apabila dapat dilakukan dengan tepat, antara lain.
1. Dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi;
2. Dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif;
3. Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri;
4. Dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi aktif;
5. Dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri.
Kelebihan-kelebihan dalam memberikan penguatan bergantung pada guru yang memberikan penguatan. Apabila guru tersebut sesuai dalam memberikan penguatan, maka proses pembelajaran akan tercapai secara maksimal.
F. Kelemahan Pemberian Penguatan Dalam Pembelajaran
Walaupun pemberian penguatan sifatnya sederhana dalam pelaksanaannya, namun dapat pula pemberian penguatan yang diberikan kepada siswa justru membuat siswa enggan belajar karena penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan siswa tersebut. Pemberian penguatan yang berlebihan juga akan berakibat fatal.
Misalnya, pemberian penguatan berupa hadiah secara terus-menerus dapat mengakibatkan siswa menjadi bersifat materialistis. Hal tersebut harus dihindari oleh guru atau calon guru.
Untuk lebih mendalam mengenai memberikan penguatan seorang guru kepada siswa, maka dapat penulis gambarkan dalam gambar sebgai berikut :
Guru atau Calon GuruKeterampilan Memberikan PenguatanTujuan Memberikan Penguatan Meningkatkan perhatian siswa, Membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa,Memudahkan siswa belajar;,Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa;Memelihara iklim kelas yang kondusif; Fungsi Memberikan PenguatanKomponen KomponenPenguatan,Verbal, Penguatan Nonverbal, Penguatan Tak PenuhSiswa
Guru atau Calon Guru
Keterampilan Memberikan Penguatan
Tujuan Memberikan Penguatan Meningkatkan perhatian siswa, Membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa,Memudahkan siswa belajar;,Menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa;Memelihara iklim kelas yang kondusif;
Fungsi Memberikan
Penguatan
Komponen Komponen
Penguatan,Verbal, Penguatan Nonverbal, Penguatan Tak Penuh
Siswa
Gambar 9. : Proses penguatan yang dilakukan Guru
BAB. X
KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
Pengertian Mengadakan Variasi
Variasi adalah suatu kegiatan guru dalam kontek proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar, murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi. menghilangkan kebosanan, meningkatkan minat dan keingintahuan siswa, melayani gaya belajar siswa yang beragam, serta meningkatkan kadar keaktifan siswa.
Dari definisi di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa variasi gaya mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam kontek belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Dan ini bisa dibuktikan melalui ketekunan, antusiasme, keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti pelajarannya di kelas. Anak tidak bisa dipaksakan untuk terus menerus memusatkan perhatiannya dalam mengikuti pelajarannya, apalagi jika guru saat mengajar tanpa menggunakan variasi alias monoton yang membuat siswa kurang perhatian, mengantuk, dan bosan.
Untuk mengatasi kebosanan siswa tersebut perlu adanya variasi, dalam keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar ada tiga aspek, yaitu :
1) Variasi gaya mengajar
2) Variasi dalam menggunakan media
3) Variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.
Dari ketiga aspek ini, penulis hanya membahas atau menguraikan tentang variasi gaya mengajar. Variasi ini meliputi : variasi suara, variasi gerak badan atau mimik, kontak pandang, ekspresi wajah, penekanan atau kesenyapan, pergantian atau posisi guru. Dengan adanya penggunaan variasi gaya mengajar ini diharapkan dalam proses belajar mengajar akan menjadi dinamis dan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan (minat) belajar siswa.
B. Tujuan dan Manfaat Variasi
Tujuan Variasi Gaya Mengajar dan Manfaat Variasi Gaya Mengajar:
1. Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar yang relevan.
2. Untuk memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat ingin tahu dan ingin menyelidiki siswa tentang hal-hal baru.
3. Untuk memupuk dan membentuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai gaya mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang baik.
4. Guna memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran
C. Prinsip Penggunaan Variasi
Dalam proses belajar mengajar, kegiatan siswa menjadi pusat perhatian guru. Untuk itu agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya kearah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai.
2. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan, sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak menganggu proses belajar mengajar.
3. Direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran. Jadi penggunaan variasi ini harus benar-benar berstruktur dan direncanakan.
Penggunaan keterampilan menggunakan variasi, mengajar seyogyanya memenuhi prinsip-prinsip :
Relevan dengan tujuan pembelajaran bahwa variasi mengjar digunakan untuk menunjang tercapainya kompetensi dasar
Kontinue dan fleksibel artinya variasi digunakan secara terus menerus selama PBM sesuai kondisi.
Antusiasme dan hangat yang ditunjukkan oleh guru dalam PBM berlangsung.
Relevan dengan tingkat perkembangan peserta didik (LP31, 2010: 132)
Komponen-komponen keteramnpilan dasar mengajar mengadakan variasi meliputi : Variasi dalam gaya mengajar
1. Menggunakan Variasi Suara
Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah dan cepat menjadi lambat, dari gembira menjadi sedih atau pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.
2. Pemusatan perhatian siswa
Guru dapat memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap penting, dapat dengan gaya bahasa menurut kebutuhan anak.
Kesenyapan Guru
Adanya kesenyapan, kebisuan, atau "selingan diam" yang tiba-tiba dan disengaja selagi guru menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa.
Mengadakan kontak pandang dan gerak
Apabila guru sedang berbicara atau berinteraksi dengan siswanya, sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat kemata murid-murid untuk menunjukkan adanya hubungan yang akrab dengan mereka.
Gerak badan dan mimic
Variasi dari expresi wajah guru. Gerakan kepala dan gerakan badan adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi. Gunanya untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan arti dan pesan lisan yang di maksudkan.
Pergantian posisi guru dalam kelas
Pergantian posisi guru dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa, terutama sekali dalam menyampaikan pelajaran dalam kelas, gerakan hendaknya bebas. Tidak kaku dan hindarkan tingkah laku negatif (E. Mulyosa, 2004 : Hasi Buan, dkk, 1994 : Raplis, 1985).
Sedangkan Variasi dalam menggunakan media pembelajaran pada waktu mengajar adalah :
Variasi media yang dapat dilihat.
Media yang termasuk ke dalam jenis ini ialah gerafik, bagan, poster, gambar, Film, dan slide. Variasi media yang dapat di dengar. Media yang termasuk ke dalam jenis ini adalah rekaman suara, suara radio, musik, dll.
Variasi media yang dapat diraba, dimanipulasi dan digerakkan. Yang termasuk ke dalam jenis ini ialah peragaannya dilakukan oleh guru atau siswa, patung, topeng, dan lain-lain.
Variasi media yang dapat di dengar, dilihat dan dapat diraba.
Media yang temasuk ke dalam jenis ini adalah film tv, cd, proyektor, yang diiringi oleh penjelasan guru.
Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa
Penggunan variasi pola interaksi ini dimaksudkan untuk meningkatkan interaksi guru-siswa dan siswa-siswa agar kegiatan pembelajaran tidak menimbulkan kebosanan, kejenuhan, suasana kelas pun menjadi hidup.
Sebagai rambu-rambu penerapan keterampilan mengadakan variasi tidak semata-mata indiviual dan berganti-ganti. Maksudnya dalam suatu keterampilan mengajar guru dapat memadukan secara serempak beberapa keterampilan sekaligus. Namun, hal itu perlu dilandasi oleh prinsip-prinsip penggunaan secara profesional. Sebagai gambaran dalam suatu penampilan guru dapat memadukan penggunaan mimik gestural dan perubahan posisi sekaligus bakan dapat dipandukan dengan aspek variasi lain.Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi di dalam kegiatan pembelajaran dapat menghilangkan kebosanan, meningkatkan minat dan keingintahuan siswa, melayani gaya belajar siswa yang beragam, serta meningkatkan kadar keaktifan siswa. Menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan secara aktif (Hasibuan, 1986:64).
Dari definisi di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa variasi gaya mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam kontek belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Dan ini bisa dibuktikan melalui ketekunan, antusiasme, keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti pelajarannya di kelas. Anak tidak bisa dipaksakan untuk terus menerus memusatkan perhatiannya dalam mengikuti pelajarannya, apalagi jika guru saat mengajar tanpa menggunakan variasi alias monoton yang membuat siswa kurang perhatian, mengantuk, dan mengalami kebosanan.
D. Komponen-komponen ketrampilan mengadakan variasi sebagai berikut :
1. Variasi gaya mengajar guru meliputi
a. Variasi suara (Teacher Voice)
Variasi suara dalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dan tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat. Suara guru pada saat menjelaskan materi pelajaran hendaknya bervariasi, baik dalam intonasi, volume, nada dan kecepatan.
b. Kesenyapan atau kebisuan guru (Teaching Silence)
Kesenyapan adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba demi pihak guru ditengah-tengah menerangkan sesuatu. Adanya kesenyapan tersebut merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Dengan keadaan senyap atau diamnya guru secara tiba-tiba bisa menimbulkan perhatian siswa, sebab siswa begitu tahu apa yang terjadi dan demikian pula setelah guru memberikan pertanyaan kepada siswa alangkah bagusnya apabila diberi waktu untuk berfikir dengan memberi kesenyapan supaya siswa bisa mengingat kembali informasi-informasi yang mungkin ia hafal, sehingga bisa menjawab pertanyaan guru dengan baik dan tepat. Pemberian waktu bagi siswa digunakan untuk mengorganisasi jawabannya agar menjadi lengkap.
Tapi jika seorang guru tidak memberikan kesenyapan atau waktu kepada siswa untuk berfikir dalam menjawab pertanyaannya siswa akan menjawab dengan asal alias asal bicara, sehingga jawabannya kurang tepat dengan pertanyaan. Untuk itu seyogyanya guru memberikan kesenyapan terhadap siswa untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diajukannya supaya jawabannya sempurna dan tepat.
c. Pemusatan perhatian (focusing)
Perhatian menurut Ghozali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang diajarinya, jika materi yang disampaikan oleh guru iru tidak menjadi perhatian siswa, maka bisa menimbulkan kebosanan, sehingga tidak lagi suka belajar. Untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci, guru dapat menggunakan atau memberikanperingatan dengan bentuk kata-kata. Misalnya : "Perhatikan baik-baik", "Jangan lupa ini dicatat dengan sungguh-sungguh" dan sebagainya.
d. Kontak pandang (eye contact)
Ketika proses belajar mengajar berlangsung, jangan sampai guru menunduk terus atau melihat langit-langit dan tidak berani mengadakan kontak mata dengan para siswanya dan jangan sampai pula guru hanya mengadakan kontak pandang dengan satu siswa secara terus menerus tanpa memperhatikan siswa yang lain. sebaliknya bila guru berbicara atau menerangkan hendaknya mengarahkan pandangannya keseluruh kelas atau siswa, sebab menatap atau memandang mata setiap anak didik atau siswa bisa membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian.
e. Gerakan anggota badan atau mimik
Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala, gerakan tangan dan anggota badan lainnya adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi, gunanya adalah untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan arti dari pesan lisan yang dimaksudkan untuk memperjelas penyampaian materi. Orang akan lebih jelas dalam memahami sesuatu menggunakan indera pendengar dan disertai indera penglihatan atau mata, semakin banyak indera yang digunakan hasilnya semakin baik.
f. Perpindahan posisi guru
Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu dalam menarik perhatian anak didik, dapat pula meningkatkan kepribadian guru dan hendaklah selalu diingat oleh guru, bahwa perpindahan posisi itu jangan dilakukan secara berlebihan. Bila dilakukan berlebihan guru akan kelihatan terburu-buru, lakukan saja secara wajar agar siswa bias memperhatikan.
2. Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran
Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut:
a. Variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids): alat atau media yang termasuk kedalam jenis ini ialah yang dapat dilihat, atau antara lain grafik, bagan, poster, diorama,specimen, gambar film, slide.
b. Variasi alat atau bahan yang dapat didengar (auditif aids): suara guru termasuk kedalam media komunikasi yang utama didalam kelas.
c. Variasi alat atau bahan yang dapat diraba, dimanipulasi, dan digerakkan (motorik): Penggunaan alat yang termasuk kedalam jenis ini akan dapat menarik perhatian siswa dan dapat melibatkan siswa alam membentuk dan memeragakan kegiatannya, baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.
d. Variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat, dan diraba (audio, visual aids): penggunaan alat jenis ini merupakan tingkat yang paling tinggi melibatkan semua indera yang kita miliki.
3. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan mandiri yang dilakukan oleh siswa.
a). Pola guru-murid (komunikasi sebagai aksi/satu arah) komunikasi sebagai aksi (satu arah)
b). Pola guru-murid-guru ada balikan (feedback)bagi guru, tidak ada interaksi antar siswa (komunikasi sebagai interaksi)
c). Pola guru-murid-murid: ada balikan bagi guru siswa saling belajar satu sama lain.
d). Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid: interaksi optimal antar guru dengan murid dan antara murid (komunikasi sebagai transaksi, multi arah)
e). melingkar: setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap siswa belum mendapat giliran.
E. Keterampilan Mengadakan Variasi Pembelajaran
Salah satu komponen belajar mengajar adalah keterampilan-ketarmpilan dasar mengajar termasuk di dalamnya keterampilan mengadakan variasi yang berguna untuk mengatasi kejenuhan atau kebosanan yang dialami siswa dalam kegiatan atau proses pembelajaran dan juga untuk mengatasi kondisi ruangan yang tidak nyaman, performance guru kurang menyejukkan hati peserta didik serta materi yang diajarkan kurang menarik. Dengan memperbaiki gaya mengajar saja belum dapat mengatasi persoalan yang terjadi namun, dengan harapan bervariasinya proses pembelajaran yang diberikan akan membawa cakrawala kecerahan bagi para siswa.
Keterampilan menggunakan variasi adalah suatu keterampilan mengajar yang harus dikuasai guru dengan tujuan untuk menghilangkan kebosanan siswa dan kejenuhan siswa dalam menerima bahan pengajaran yang diberikan guru serta untuk mengacu dan mengingat perhatian siswa sehingga siswa dapat aktif dan terpartisipasi dalam belajarnya. Tujuan mengadakan variasi menurut Marno dan Idris (2008 : 160) menyebutkan lima tujuan menggunakan variasi mengajar.
Menarik perhatian peserta didik terhadap materi pembelajaran yang tengah dibicarakan.
Menjaga kelestarian proses pembelajaran baik secara fisik meupun metal.
Membangkitkan motivasi belajar selama proses pembelajaran.
Mengatasi situasi dan mengurangi kejenuhan dalam proses pembelajaran.
Memberikan kemungkinan layanan pembelajaran individual.
F. Aspek Dalam Ketrampilan Mengadakan Variasi Pada Proses Belajar Mengajar
Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam melakukan segala kegiatan. Sehingga orang akan selalu berusaha untuk memperoleh kehidupan yang penuh variasi (pergantian atau perubahan) yang positif. Tidak lepas dari tujuan itu, dalam proses belajar mengajar juga mempunyai tujuan yang sama, sehingga para pendidik dituntut untuk mengembangkan variasi dalam mengajarnya.
Dalam keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.
Dengan dikombinasikannya ketiga komponen atau aspek dalam penggunaannya atau secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian peserta didik, membangkitkan keinginan dan kemauan belajarnya. Dengan sebab itu, maka diharapkan tujuan pendidikan tercapai. Aspek atau komponen yang dimaksud dalam pembahasan ini dapat diperdalam dengan penjelasan berikut:
Variasi gaya mengajar
Variasi ini meliputi variasi suara, variasi gerakan anggota badan dan variasi perpindahan posisi guru dalam kelas. Perilaku guru dalam mengadakan variasi tersebut dalam proses belajar mengajar akan menjadi dinamis dan mempertinggi komunikasi antara guru dan peserta didik, menarik perhatian peserta didik, menolong penerimaan bahan pengajaran dan memberikan stimulasi (dorongan atau pemberi semangat). Variasi dalam gaya mengajar ini adalah:
Variasi suara
Penekanan (focusing)
Pemberian waktu (pausing)
Kontak pandang
Gerakan anggota badan (gesturing)
Rendah posisi
2. Variasi media dan bahan ajaran
Tiap peserta didik mempunyai kemampuan indra yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicara. Ada yang lebih enak atau lebih senang membaca, ada yang lebih senang mendengar dulu baru membaca, dan ada yang sebaliknya. Dengan variasi penggunaan media – media adalah wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.
Kelemahan indra yang dimiliki tiap peserta didik misalnya, guru dapat memulai dengan berbicara terlebih dahulu, kemudian menulis di papan tulis, dilanjutkan dengan melihat contoh konkret. Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulus terhadap peserta didik. Yang mana media mempunyai peranan yang penting dalam proses belajar mengajar yang tidak bisa ditinggalkan, karena media dapat: menghemat waktu belajar, memudahkan pemahaman, meningkatkan perhatian siswa, meningkatkan aktivitas siswa, mempertinggi daya ingat siswa.
Ada tiga komponen dalam variasi penggunaan media, yaitu media pandang, media dengar dan media taktil. Ketiga komponen tersebut dapat diperjelas sebagai berikut:
a. Variasi media pandang
Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi, sperti buku, majalah, globe, peta, majalah dinding, film, film strip, TV, Radio, tape recorder, gambar grapik, model, dukumentasi, dan lain-lain. Penggunaan yang lebih luas dari alat-alat tersebut akan memiliki keuntungan:
Membantu secara konkrit konsep berpikir, dan mengurangi respon yang kurang bermanfaat.
Memiliki secara potensial perhatian peserta didik pada tingkat yang tinggi.
Dapat memberi hasil belajar yang riil yang akan mendorong kegiatan mandiri peserta didik.
Mengembangkan cara berpikir yang berkesinambungan, seperti halnya dalam film.
Memberi pengalaman yang tidak mudah dicapai oleh alat lain.
Menambah frekuensi kerja, lebih dalam dan variasi belajar.
b. Variasi media dengar
Pada umumnya dalam proses belajar mengajar di kelas, suara guru adalah alat utama dalam berkomunikasi. Variasi dalam penggunaan media sangat memerlukan saling bergantian atau kombinasi dengan media pandang dan media taktil. Sudah barang tentu ada sejumlah media dengar yang dapat dipakai untuk itu, di antaranya ialah pembicaraan peserta didik, rekaman bunyi dan suara, rekaman musik, rekaman drama, wawancara, bahkan rek suara ikan lumba-lumba, yang semua itu dapat memiliki relevansi dengan pengajaran.
c. Variasi media taktil
Komponen terakhir dari keterampilan menggunakan variasi media dan bahan ajaran adalah penggunaan media yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajaran. Dalam hal ini akan melibatkan peserta didik dalam kegiatan menyusun pembuatan model, yang hasilnya dapat disebut sebagai media taktil.
3. Variasi interaksi
Yang dimaksud dengan variasi interaksi ialah frekuensi atau banyak-sedikitnya pergantian aksi antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa secara tepat. Yang mana interaksi dalam suatu kegiatan belajar mengajar merupakan sesuatu yang tidak boleh ditinggalkan, sehingga apabila tidak ada interaksi dalam suatu kegiatan belajar mengajar maka merupakan ketidakwajaran yang harus diperbarui dengan cepat dan baik. Variasi dalam pola interaksi antara guru dan peserta didiknya memiliki rentangan yang bergerak dari dua kutub, yaitu:
Peserta didik bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru.
Peserta didik mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru, di mana guru berbicara kepada peserta didik.
Di antara kedua kutub itu hanya memungkinkan dapat terjadi. Misalnya guru berbicara dengan kelompok kecil peserta didik melalui mengajukan beberapa pertanyaan atau guru menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga antara peserta didik dapat saling bertukar pendapat melalui penampilan diri, demontrasi atau diskusi. Variasi interaksi mempunyai keuntungan misalnya suasana kelas menjadi hidup dan beberapa hal dapat dengan cepat diketahui misalnya: kebutuhan dan minat siswa, seberapa jauh mata pelajaran dapat diterima/dipahami/diketahui oleh siswa, kekurangan/kesalahan kopsep pada siswa, kekurangan/kesalahan guru, perhatian siswa, sikap siswa terhadap beberapa aspek yang sedang dipelajari, dan ada tidaknya kontak antara guru dan siswa.
Bila guru berbicara dapat melalui beberapa kategori: filling persetujuan, penghargaan atau peningkatan, menggunakan pendapat peserta didik , bertanya, berceramah, memberi petunjuk, dan mengkritik. Sebaliknya peserta didik dapat berbicara melalui pemberian respon dan pengambilan prakarsa. Bila guru memberikan pertanyaan dapat juga bervariasi sesuai dengan domain kognitif dari bloom. Pertanyaan dapat ditujukan ke seluruh peserta didik yang ada di kelas atau ditujukan kepada peserta didik individual. Bila dilihat dari sudut kegiatan peserta didik, maka dapat dibentuk: mendengarkan ceramah guru, mengajukan pendapat pada diskusi kelompok kecil, bekerja individual atau kerja kelompok, membaca secara keras atau secara pelan, melihat film, bekerja dilaboratorium, baik bahasa maupun alam, bekerja atau belajar bebas, atau dapat juga menciptakan kegiatan sendiri.
Selain memiliki kelebihan, ketrerampilan mengadakan variasi dalam proes belajar mengajar juga memiliki kekurangan yang salah satunya adalah tidak semua siswa dapat menerima variasi yang dilakukan oleh guru. Sehingga kadang siswa malah menjadi bingung dengan adanya variasi itu.
G. Tujuan Variasi Mengajar
Setelah membahas komponen variasi mengajar, maka buku ini berikutnya akan membahas tujuan variasi mengajar itu sendiri. Tujuan variasi mengajar yang paling utama dalah agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan lancar, adapun tujuan yang lain adalah:
Meningkatkan dan memelihara perhatian peserta didik terhadap relevansi proses belajar mengajar.
Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi.
Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.
Memberikan kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual.
Mendorong peserta didik untuk belajar
H. Prinsip penggunaan variasi
Semua guru pasti mengharapkan peserta didiknya tetap bergairah dan senang akan pelajaran yang diberikan oleh guru tersebut. Untuk mencapai harapan tersebut maka perlu menciptakan suasana lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya untuk menciptakan kearah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Beberapa prinsip penggunaan variasi mengajar sangat penting untuk diperhatikan dan betul-betul dihayati guna mendukung pelaksanaan tugas mengajar di kelas. Prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar itu adalah sebagai berikut.
Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan, selain juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi. Semua itu untuk mencapai tujuan belajar.
Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga moment proses belajar mengajar yang utuh tidak rusak, perhatian peserta didik dan proses belajar tidak terganggu.
Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan oleh guru. Karena itu memerlukan penggunaan yang luwes, spontan sesuai dengan umpan balik yang diterima dari peserta didik. Biasanya bentuk umpan balik ada dua, yaitu:
Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan keterlibatan peserta didik.
Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan pelajaran.
Untuk lebih mendalam mengenai materi memberikan penguatan yang dilakukan oleh Guru tahu Calon Guru dalam hal memberikan penguatan kepada siswa, agar siswa berprestasi, maka dapat penulis gambarkan dalam gambar sebagai berikut :
Keterampilan Melakukan VariasiAspek :Variasi gaya mengajar, Variasi dalam menggunakan media,Variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.Tujuan:Untukmenimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa, Untuk memberikan kesempatan bagi perkembanga bakat, Untuk memupuk dan membentuk tingkah laku yang positif Guna memberi kesempatan kepada siswaPrinsip :Relevan dengan tujuan pembelajaran Kontinyu dan fleksibel Antusiasme dan hangat yang ditunjukkan oleh guruRelevan dengan tingkat perkembangan peserta didikKomponen:Pemusatan perhatian siswa,KesenyapanGuru,Mengadakan kontak pandang dan gerak,Gerak badan dan mimic, Pergantian posisi guru dalam kela,Variasi media yang dapat dilihat.,Variasi media yang dapat di dengar, dilihat dan dapat diraaba.,Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa.Guru atau Calon GuruTarap serap siswa meningkat
Keterampilan Melakukan Variasi
Aspek :Variasi gaya mengajar, Variasi dalam menggunakan media,Variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.
Tujuan:Untukmenimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa, Untuk memberikan kesempatan bagi perkembanga bakat, Untuk memupuk dan membentuk tingkah laku yang positif Guna memberi kesempatan kepada siswa
Prinsip :Relevan dengan tujuan pembelajaran Kontinyu dan fleksibel Antusiasme dan hangat yang ditunjukkan oleh guru
Relevan dengan tingkat perkembangan peserta didik
Komponen:Pemusatan perhatian siswa,KesenyapanGuru,Mengadakan kontak pandang dan gerak,Gerak badan dan mimic, Pergantian posisi guru dalam kela,Variasi media yang dapat dilihat.,Variasi media yang dapat di dengar, dilihat dan dapat diraaba.,Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa.
Guru atau Calon Guru
Tarap serap siswa meningkat
Gambar 10 : Proses mengadakan Variasi
BAB. XI
KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL
Pengertian Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Menurut Mulyasa dalam Suwarna (2006:79), "diskusi kelompok adalah suatu proses percakapan yang teratur, yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan berbagi informasi/pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah".
Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berfikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.
Diskusi kelompok kecil mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Melibatkan kelompok orang yang anggotanya antara 3-9 orang (idealnya 5-9 orang).
2. Berlangsung dalam interaksi secara bebas (tidak ada tekanan dan paksaan ) dan langsung, artinya semua anggota kelompok mendapat kesempatan untuk saling beradu pandang dan saling mendengarkan serta saling berkomunikasi dengan yang lain.
3. Mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai dengan kerjasama antar anggota kelompok.
4. Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis, menuju suatu kesimpulan.
Dengan memperhatikan keempat karakteristik tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan diskusi kelompok adalah suatu proses pembicaraan yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan tujuan untuk mengambil keputussan atau memecahakan suatu persoalan atau masalah.
Diskusi dalam kegiatan pembelajaran tidak jauh berbeda dengan karakteristik diskusi pada umumnya, seperti yang sudah diuraikan sebelumnya. Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil, ada pimpinan diskusi seperti guru atau salah seorang teman dari siswa dalam kelompok tersebut. Setiap siswa dalam anggota kelompok masing-masing bebas tanpa ada tekanan dari pihak manapun untuk urun rembung, menyumbang pendapat, saran, berbagi pengalaman, untuk menghasilkan kesimpulan bersama atau terpecahkannya masalah yang didiskusikan.
Membimbing kegiatan diskusi dalam pembelajaran merupakan salah satu keterampilan mengajar yang harus dikuasai oleh guru, karena melalui diskusi siswa didorong untuk belajara secara aktif, belajar mengemukakan pendapat, berinteraksi, saling menghargai, dan berlatih bersikap positif. Melalui diskusi peran guru yang dikesankan terlalu mendominasi pembicaraan dengan sendirinya akan hilang. Dengan diskusi siswa dan guru sama-sama aktif, bahkan melalui diskusi dapat memfasilitasi terjadinya proses pembelajaran aktif.
Hasil pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai melalui kegiatan diskusi terutama setiap individu dapat membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda dengan temannya yang lain, membandingkan interpretasi maupun informasi yang diperoleh. Dengan demikian melalui kegiatan diskusi yang dikembanghkan dalam pembelajaran setiap individu siswa dapat saling melengkapi, memperbaiki, sehingga kekurangan-kekurangan dapat dipecahkan.
B. Tujuan dan Manfaat Diskusi
Kegiatan diskusi dalam pembelajaran dilakukan untuk memberi kesempatan kepada siswa membahas suatu permasalahan atau topik dengan cara setiap siswa menagjukan pendapat, saling tukar pemikiran untuk diperoleh kesimpulan bersama dari diskusi yang dilakukannya. Adapun tujuan dan manfaat kegiatan diskusi anatara lain :
1. Memupuk sikap toleransi; yaitu setiap siswa saling menghargai terhadap pendapat yang dikemukakan oleh setiap peserta didik.
2. Memupuk kehidupan demokrasi; yaitu setiap siswa secara bebas dan bertanggung jawab terbiasa mengemukakan pendapat, bertukar pikiran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
3. Mendorong pembelajaran secara aktif; yaitu siswa dalam membahas suatu topik pembelajaran tidak selalu menerima dari guru, akan tetapi melalui kerjasama dalam kelompok diskusi siswa belajar mengembangkan kemampuan berpikirnya.
4. Menumbuhkan rasa percaya diri; yaitu dengan kebiasaan untuk beragumentasi yang dilakukan antar sesama teman dalam kelompok diskusi, akan mendorong keberanian dan rasa percaya diri mengajukan pendapat maupun mencari solusi pemecahan.
C. Tahap-Tahap Kegiatan diskusi
Diskusi dalam pembelajaran termasuk kedalam salah satu jenis metode pwmbelajaran. Setiap metode pembelajaran termasuk diskusi diarahkan untuk terjadinya proses pembelajaran secara aktif dan efektif dalam rangka mencapai tujuan (kompetensi) pembelajaran. Oleh karena itu agar kegiatan diskusi dapat berjalan dengan lancar, maka dalam pelaksanaannya harus memperhatikan beberapa keterampilan dasar sebagai berikut:
1. Memusatkan perhatian
Selama kegiatan diskusi berlangsung guru senantiasa harus berusaha memusatkan perhatian dan aktivitas pembelajaran siswa pada topik atau permasalahan yang didiskusikan. Dengan demikian apabila terjadi pembicaraan yang menyimpang dari sasaran diskusi, maka pada saat itu pula pimpinan diskusi harus segera meluruskan dan mengingatkan peserta diskusi tentang topik dan sasaran dari diskusi yang sedang dilakukan.
Diskusi sebagai bagian dari aktivitas pembelajaran harus berjalan secara efektif dan efisisen. Salah satu aspek untuk menunjang efektifitas diskusi yaitu apabila kegiatan diskusi tidak terjadi pembicaraan yang menyimpang. Semua pembicaraan harus terfokus pada permasalahan yang sedang dibahas. Oleh karena itu sebelum dan selama proses diskusi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan diskusi; yaitu rumusan tujuan atau kompetensi secara jelas dan terukur yang harus dimiliki atau dicapai oleh siswa dari kegiatan diskusi yang akan dilakukan.
b. Menetapkan topik atau permasalahan; topik yang didiskusikan diusahakan harus menarik minat, menantang dan memerhatikan tingkat perkembangan siswa. Topik masih bisa dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan. Melalui topik yang dirumuskan tersebut dapat mendorong dan menggugah rasa ingin tahu siswa, sehingga siswa akan secara aktif mencari informasi, belajar, dan memecahkannya.
c. Mengidentifikasi arah pembicaraan yang tidak relevan dan menyimpang dari arah diskusi. Hasil dari identifikasi dapat dijadikan masukan bagi pimpinan diskusi untuk meluruskan pembicaraan, pertanyaan, atau komentar lainnya, sehingga kegiatan diskusi senantiasa terjaga dan terfokus pada masalah diskusi.
d. Merangkum hasil diskusi; rangkuman ini tidak hanya dilakukan pada ahir diskusi, tapi selama proses berlangsung hasil pembicaraan yang inti segera dirangkum, sehingga pada ahir diskusi akan dapat menyimpulkannya secara lengkap dan akurat.
2. Memperjelas masalah atau urunan pendapat
Pada saat diskusi berjalan, kadang-kadang pertanyaan, komentar, pendapat, atau gagasan yang disampaikan peserta diskusi ada kalanya kurang jelas, sehingga jelas mengaburkan pada topik pembahasan kadang-kadang juga menimbulkan ketegangan atau permasalahan baru dalam diskusi. Kejadian ini jangan dibiarkan semakin berkembang, karena akan mengganggu proses dan hasil diskusi itu sendiri.
Oleh karena itu guru atau pimpinan diskusi, harus segera memperjelas terhadap pendapat atau pembicaraan peserta diskusi yang kurang jelas ditangkap oleh peserta diskusi lainnya. Dengan demikian melalui upaya guru atau pimpinan diskusi urun rembug memberikan penjelasan yang diperlukan, maka setiap peserta diskusi akan memiliki persepsi yang sama terhadap ide yang disampaikan oleh anggota kelompok diskusi.
Untuk memperjelas setiap pembicaraan dari peserta diskusi, pimpinan diskusi atau guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menguraikan kembali pendapat atau ide yang kurang jelas, sehingga menjadi jelas dipahami oleh seluruh peserta didik.
b. Mengajukan pertanyaan pelacak untuk meminta komentar siswa untuk lebih memperjelas ide atau pendapat yang disampaikannya.
c. Memberikan informasi tambahan berkenaan dengan pendapat atau ide yang disampaikannya, seperti melalui ilustrasi atau contoh, sehingga dapat lebih memperjelas terhadap ide yang disampaikan itu.
3. Menganilisis pandangan siswa
Perbedaan pendapat dalam diskusi adalah sesuatu yang wajar dan sangat mungkin terjadi. Namun yang harus diperhatikan oleh guru atau pimpinan diskusi adalah bagaimana agar perbedaan tersebut menjadi pendorong dan membimbing setiap anggota kelompok untuk berpartisipasi secara aktif dan konstruktif terpecahkannya masalah yang didiskusikan.
Disinilah pentingnya melakukan analisis terhadap pandangan yang berbeda yang dimunculkan oleh setiap peserta diskusi. Analisis terutama ditujukan untuk meminta klasifikasi atau alasan yang dijadikan dasar pemikiran terhadap pendapat dari masing-masing anggota kelompok diskusi. Dengan demikian semua peserta diskusi akan memahami dan menghargai terhadap perbedaan pendapat yang dikemukakannya.
Setelah diperoleh informasi alasan-alasan dari masing-masing anggota berkenaan dengan pendapat yang berbeda-beda itu, maka selanjutnya pimpinan diskusi dapat menindaklanjutinya dengan mencapai kesepakatan terhadap hal-hal mana saja yang disepakati bersama, sehingga dari diskusi tersebut membuahkan kesimpulan bersama.
4. Meningkatkan urunan siswa
Diskusi dalam pembelajaran antara lain adalah untuk melatih kemampuan berpikir siswa, yaitu melalui menyampaikan ide, pendapat, komentar, kritik, dan lain sebagainya. Agar sasaran dari diskusi dapat tercapai yaitu dalam rangka mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara optimal, maka guru atau pimpinan diskusi harus mendorong setiap anggota diskusi untuk berpikir dan menyampaikan buah pikirannya dalam forum diskusi tersebut.
Untuk memfasilitasi keaktifan siswa ikut serta turun rembug dalam kegiatan diskusi yang dilakukan, ada beberapa aspek yang ditempuh oleh guru atau pimpinan diskusi, antara lain:
a. Mengajukan pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk berpendapat atau mengajukan gagasannya.
b. Memberikan contoh atau ilustrasi baik bersifat verbal atau non-verbal, dimana melalui contoh atau ilustrasi tersebut menggugah siswa untuk berfikir.
c. Menghangatkan suasana diskusi dengan memunculkan pertanyaan yang memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat diantara anggota sesama kelompok.
d. Memberi waktu yang cukup bagi setiap anggota kelompok untuk berfikir dan menyampaikan buah fikirannya.
e. Memberikan perhatian kepada setiap pembicara sehingga saling menghargai dan dengan demikian dapat lebih mendorong siswa untuk berpartisipasi memberikan sumbang pemikiran nelalui forum diskusi yang dilakukan.
5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Proses dan hasil diskusi harus mencerminkan dari hasil kerja kolektif antar sesama peserta diskusi. Oleh karena itu setiap anggota diskusi harus memiliki kesempatan yang sama untuk menyampaikan ide, pendapat, atau memberikan komentar. Kegiatan diskusi merupakan salah satu contoh penerapan demokrasi dalam pembelajaran, karenanya pimpinan diskusi atau guru harus mampu mengendalikan kegiatan diskusi agar pembicara tidak didominasi oleh sekelompok atau orang-orang tertentu saja.
Apabila pembicaraan dalam diskusi hanya dimonopoli oleh peserta tentu saja, maka proses diskusi tidak akan berjalan secara efektif dan efisien. Demikian juga kesimpulan dari diskusi tersebut tidak mencerminkan hasil diskusi yang baik, melainkan kesimpulan dari sekelompok orang tertentu saja. Oleh karena itu untuk mendorong partisipasi secara aktif dari setiap anggota kelompok, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Memberi stimulus yang ditujukan kepada siswa tertentu yang belum berkesempatan menyampaikan pendapatnya, sehingga siswa tersebut terdorong untuk mengeluarkan buah fikirannya.
b. Mencegah monopoli pembicaraan hanya kepada orang-orang tertentu saja, dengan cara terlebih dahulu memberi kesempatan kepada siswa yang dianggap pendiam untuk berbicara.
c. Mendorong siswa untuk merespon pembicaraan dari temannya yang lain, sehingga terjadi komunikasi interaksi antar semua peserta diskusi.
d. Menghindari respon siswa yang secara serentak, agar setiap siswa secara individu dapat mengemukakan pikirannya secara bebas berdasarkan pemahaman yang dimilikinya.
6. Menutup diskusi
Kegiatan terakhir dari pelaksanaan diskusi adalah menutup diskusi. Diskusi dikatakan efektif dan efisien apabila semua peserta diskusi berkesempatan mengemukakan ide atau pikirannya, sehingga setelah berakhirnya dikusi diperoleh kesimpulan sebagai hasil berpikir bersama. Adapun kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh guru atau pimpinan diskusi dalam menutup diskusi antara lain adalah:
a. Membuat rangkuman sebagai kesimpulan atau pokok-pokok pikiran yang dihasilkan dari kegiatan diskusi yang telah dilaksanakan.
b. Menyampaikan beberapa catatan tindak lanjut dari kegiatan diskusi yang telah dilakukan, baik dalam bentuk aplikasi maupun rencana diskusi pada pertemuan berikutnya.
c. Melakukan penilaian terhadap proses maupun hasil diskusi yang telah dilakukan, seperti melalui kegiatan observasi, wawancara, skala sikap dan sebagainya. Penilaian ini berfungsi sebagai umpan balik untuk mengetahui dan memberi pemahaman kepada siswa terhadap peran dan partisipasinya dalam kegiatan diskusi tersebut. Hal ini penting untuk lebih meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui diskusi yang akan dilakukan pada kegiatan berikutnya.
D. Keunggulan Diskusi Kelompok Kecil
Beberapa keuntungan yang dapat diambil dari diskusi kelompok kecil :
1. Kelompok menjadi kaya dengan ide dan informasi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
2. Termotivasi oleh kehadiran teman
3. Mengurangi sifat pemalu
4. Anak merasa terikat untuk melaksanakan keputusan kelompok
5. Meningkatkan pemahaman diri anak
6. Melatih sisa untuk berfikir kritis
7. Melatih siswa untuk mengemukakan pendapatnya
8. Melatih dan mengembangkan jiwa social pada diri siswa
E. Kelemahan Diskusi Kelompok Kecil
1. Waktu belajar lebih panjang
2. Dapat terjadi pemborosan waktu
3. Anak yang pemalu dan pendiam menjadi kurang agresif
4. Dominasi siswa tertentu dalam diskusi
5. Tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran ketika siswa kurang siap mengikuti kegiatan pembelajaran
Semua kekurangan tersebut dapat ditekan dengan rencana yang matang dan keterampilan guru mengarahkan, memberi petunjuk yang jelas, memahami kesulitan siswa, dan membagi perhatian pada semua kelompok.
Diskusi kelompok bermanfaat ganda. Tidak hanya pengetahuan siswa yang bertambah. Diskusi kelompok kecil juga memupuk rasa kebersamaan dan berbagi sesama siswa. Untuk mendapatkan hasil maksimal di dalam diskusi kelompok kecil, ada hal-hal yang harus dihindari oleh guru dalam memimpin diskusi kelompok. Hal-hal yang harus dihindari tersebut adalah :
1. Topik diskusi yang tidak sesuai dengan minat siswa.
2. Terlalu mendominasi diskusi dengan cara mengajukan pertanyaan atau memberikan jawaban yang terlalu banyak.
3. Membiarkan siswa tertentu memonopoli diskusi kelompok.
4. Membiarkan terjadinya pembicaraan yang menyimpang dari topik diskusi atau tidak relevan dengan apa yang sedang dibicarakan.
5. Terlalu sering menginterfensi siswa dengan pertanyaan atau pernyataan yang sebetulnya tidak penting.
6. Tidak memberi waktu yang cukup untuk menyelesaikan masalah dalam rangka mencapai tujuan diskusi.
7. Tidak memperjelas atau tidak mendukung pendapat siswa.
8. Gagal menutup diskusi dengan efektif.
F. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil.
a. Pengertian diskusi kelompok
Menurut Mulyasa dalam Suwarna (2006:79) "diskusi kelompok adalah suatu proses percakapan yang teratur, yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan berbagi informasi/pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah.
Pendapat yang lain dikemukakan oleh Usman (2005:94) "diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman dan informasi, pengambilan kesimpulan / pemecahan masalah.
Dari kedua pendapat dapat disimpulka bahwa diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur, yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka secara informal untuk berbagi informasi dan pengalaman serta mengambil kesimpulan / pemecahan masalah.
b. Tujuan membimbing diskusi kelompok kecil
Menurut Mulyasa dalam Suwarna (2006:80) "keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil bertujuan sebagai berikut:
1) Siswa dapat saling member informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan oleh mereka.
2) Siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan komunikasi.
3) Siswa terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
c. Komponen keterampilan membimbing diskusi
Usman (2005:94-95) mengemukakan ada beberapa komponen keterampilan membimbing diskusi yaitu sebagai berikut:
1) Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topic diskusi cara-cara yang dapat digunakan adalah sebagai berikut : Rumuskan tujuan dan topic yang akan dibahas pada awal diskusi Kemukakan masalah-masalah khusus Catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan Rangkum hasil pembicaraan dalam diskusi
2) Memperluas masalah atau urunan pendapat
Selama diskusi berlangsung sering terjadi penyampaian ide yang kurang jelas, sehingga terjadi kesalahpahaman antar anggota kelompok. Dalam hal ini tugas guru dalam memimpin diskusi untuk memperjelaskannya, yakni dengan cara: Menguraikan kembali urunan tersebut hingga jelas Meminta komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membantu mereka memperjelas atau mengembangkan ide tersebut Menguraikan gagasan siswa dengan member informasi tambahan.
3) Menganalisis pandangan siswa
Didalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat. Dalam hal ini guru hendaklah menganalisis alasan perbedaan tersebut yaitundengan cara sebagai berikut: Meneliti apakah alas an tersebut memang memounyai dasar yang kuat. Memperjelas hal-hal yang disepakati dan tidak disepakati.
4) Meningkatkan urunan siswa
Beberapa cara untuk meningkatkan urunan piker siswa adalah: Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menentang siswa untuk berpikir. Memberikan contoh-contoh verbal dan nonverbal yang sesuai dan tepat. Memberikan waktu untuk berpikir.Memberikan dukungan terhadap pendapat siswa dengan penuh perhatian.
5) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Penyebaran kesempatan berpartisipasi dapat dilakukan dengan cara: Mencoba memancing urunan siswa yang enggan berpartisipasi, Menegah terjadinya pembicaraan serentak dengan member giliran kepada siswa yang pendiam terlebih dahulu, Mencegah secara bijaksana siswa yang suka memonopoli pembicaraan, Mendorong siswa untuk mengomentari urunan temannya hingga interaksi antar siswa dapat ditingkatkan
6) Menutup Diskusi
Hal yang dapat dilakukan seorang guru dalam menutup diskusi adalah sebagai berikut: Membuat rangkuman hasil diskusi dengan bantuan para siswa, memberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi atau tentang topic diskusi yang akan dating, mengajak siswa untuk menilai proses maupun hasil diskusi yang telah dicapai
7) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membimbing diskusi Mendominasi diskusi sehingga siswa tidak diberi kesempatan membiarkan siswa tertentu memonopoli diskusi, membiarkan terjadinya penyimpangan dari tujuan diskusi dengan pembicaraan yang tidak relevan, membiarkan siswa yang enggan berpartisipasi, tidak memperjelas atau mendukung urunan piker siswa, gagal mengakhiri diskusi secara efektif
d. Prinsip penggunaan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil Hasibuan dalam Suwarna (2006:81-82) mengemukakan ada dua prinsip yang digunakan dalam membimbing diskusi kelompok kecil yaitu sebagai berikut
1) Diskusi hendaknya berlangsung dalam "iklim terbuka". Hal ini ditandai dengan adanya keantusiasan berpartisipasi, kehangatan hubungan antar pribadi, kesediaan menerima dan mengenal lebih jauh topic diskusi dan kesediaan menghargai pendapat orang lain. Dengan demikian semua anggota kelompok mempunyai keinginan untuk dikenal dan dihargai, dapat merasa merasa aman dan bebas mengemukakan pendapat.
2) Perlu perencanaan dan persiapan yang matang. Perencanaan dan persiapan tersebut adalah sebagai berikut: Topic yang dipilih hendaknya sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, minat, dan kemampuan siswa, masalah hendaknya mengandung jawaban yang kompleks, bukan jawaban tunggal, adanya informasi pendahuluan yang berhubungan dengan topic tersebut agar para siswa memiliki latar belakang pengetahuan yang sama, guru harus benar-benar siap dengan sumber informasi sebagai motivator sehingga mampu memberikan penjelasan dan mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memotivasi siswa.
Untuk lebih jelas dan mendalam mengenai keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, baiklah dapat penulis gambarkan dalam gambar sebagai berikut :
1234
1
2
3
4
Gambar 11 : Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
BAB. XII
KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL
DAN PERORANGAN
A Pengertian
Keterampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang dipelajari. Mengajar adalah membimbing suatu kegiatan ssiswa dalam proses belajar, yang merupakan pengaturan dan mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar dengan baik. Pengertian mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan keterampilan dasar mengajar yang paling kompleks. Keterampilan dasar mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan salah satu cara yang dapat di lakukan untuk dapat memfasilitasi system pembelajaran yang di butuhkan oleh siswa baik secara klasikal maupun individu. Oleh karena itu keterampilan mengajar ini harus di latih dan di kembangkan, sehingga para calon guru atau guru dapat memiliki banyak pilihan untuk dapat melayani siswa dalam melakukan proses pembelajaran.
Setiap siswa selain sebagai makhluk sosial juga sebagai makhluk individu yang unik. Sebagai individu setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda baik dari segi fisik maupun psikhisnya. Dari segi pisik misalnya ada yang bertubuh tinggi, sedangkan pendek. Demikian juga potensi, minat dan bakat antara siswa yang satu dengan lainnya memiliki perdedaan.
Perbedaan setiap siswa juga terjadi dalam pembelajaran, misalnya ada yang memiliki kecerdasan tinggi, sedang dan rendah. Bagi siswa yang memiliki kecerdsan yang tinggi ia akan cepat memahami materi yang dipelajarinya, sementara bagi yang sedang tergolong biasa saja, dan yang rendah tentu lambat dalam memahami materi pembelajarannya.
Tugas guru dalam membimbing pembelajaran idealnya harus disesuaikan dengan karakteristik siswa, sehingga setiap siswa dari berbagai perbedaan yang dimilikinya secara adil dapat dilayani secara optimal oleh guru. Guru tidak hanya senang melayani anak yang memiliki kecerdasan tinggi, tapi secara demokratis bagaimana mampu melayani siswa yang tergolong sedang maupun rendah.
Melihat kenyataan bahwa siswa itu sangat heterogen, maka salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh guru adalah keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Belajar pada dasarnya adalah bersifat individual, walau pun dilakukan secara klasikal sekalipun. Hal ini mengingat antara siswa yang satu dengan yang lainnya, selain memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda juga memiliki cara tersendiri dalam proses pembelajarannya.
Misalnya Ani dalam belajarnya lebih kuat mengandalkan segi pendengaran dibandingkan penglihatannya. Sementara Helmi, cenderung lebih kuat melalui penglihatan, dan Haikal lebih cepat memahami materi pembelajaran jika dilakukan melaui perbuatan atau aktivitas yang bersifat tindakan atau keterampilan. Jika diklasifikasikan perbedaan cara atau gaya belajar dari ketiga siswa tadi, Ani tergolong siswa bertipe Auditif, Helmi bertipe Visual, dan Haikal bertipe Kinestetik.
Oleh karena itu jika ditemukan adanya siswa yang lambat menguasai meteri pembelajaran yang diberikan, tidak cepat menyimpulkan siswa sebagai anak yang bodoh. Tapi mungkin cara mengajar yang dilakukan oleh guru tidak sesuai dengan cara atau gaya belajar yang diinginkan oleh siswa tersebut.
Memang bukan cara yang mudah untuk dapat mengajar yang menyesuaikan dengan setiap karakteristik siswa yang berbeda-beda itu, karena guru sebagai manusia tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Paling tidak dengan profesionalisme, guru harus berusaha dalam mengajar siswa tersebut dengan memperhatikan perbedaan siswa secara individu. Disinilah keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan solusinya.
Sesuai dengan makna yang tersirat dari kata " kelompok kecil dan perorangan", maka secara fisik guru ketika mengajar hanya menghadapi siswa dalam jumlah yang terbatas, berbeda dengan rata-rata jumlah siswa yang dihadapi dalam kelas pada umumnya yang berkisar antara 35 s.d 40 orang siswa. Dalam pembelajaran kelompok kecil dan perorangan, guru hanya melayani siswa antara 3 s.d 8 orang, untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perorangan.
B. Unsur-unsur Pembelajaran Kelompok Kecil dan Perorangan
Berikut ini ditemukan beberapa aktivitas atau komponen-konponen yang dapat dilakukan oleh guru untuk memberi layanan pembelajaran secara optimal melalui pendekatan kelompok kecil dan perorangan:
1. Peran guru
a. Sebagai motivator, yaitu guru memposisikan diri sebagai penggerak, yang menumbuhkan semangat dan kekuatan belajar siswa. Dengan cara itu siswa dirangsang dan didorong untuk melakukan aktivitas belajar sesuai dengan kemampuan maupun gayanya masing-masing.
b. Sebagai fasilitstor, yaitu guru menciptakan lingkungan pembelajaran untuk kelancaran dan bagi terjadinya kemudahan belajar bagi siswa.
c. Organisator pembelajaran, yaitu yang mengelola kegiatan pembelajaran sehingga dapat berjalan secara efektif dan efisien.
d. Multi metode dan media, yaitu guru dalam mengajar tidak hanya terpaku pada satu jenis metode atau media tertentu saja, akan tetapi umtuk memfasilitasi terjadinya belajar bagi setiap siswa yang memiliki perbedaan itu guru melayaninya melalui penggunaan metode dan media secara bervariasi.
e. Pola interaksi pembelajaran, yaitu kominikasi pembelajaran hendaknya dikembangkan dengan jalinan komunikasi interaktif, siswa tidak hanya sebagai pendengar atau penerima informasi pembelajaran yang disampaikan oleh guru, akan tetapi dilakukan melalui proses komunikasi dari siswa ke guru, siswa dengan siswa lainnya dan lingkungan pembelajaran yang lebih luas lagi.
f. Pemanfaatan sumber pembelajaran secara luas dan bervariasi, yaitu bagaimana dalam proses pembelajaran tersebut, siswa tidak hanya terpaku pada guru atau satu buku saja sebagai sumbernya. Pada era ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang cepat, terutama teknologi informasi dan komunikasi, maka bagaimana guru merangsang siswa untuk memanfaatkan sumber-sumber tersebut sebagai sumber pembelajaran agar setiap siswa dengan caranya sendiri mengoptimalkan potensi, bakat, keinginan demi tercapainya proses dan hasil pembelajaran yang lebih berkualitas.
g. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa, yaitu yang mencermati atau meneliti permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa. Mealui pendekatan kelompok kecil dan perorangan biasanya siswa akan mudah dan bebas menyampaikan permasalahannya sehingga guru akan dapat menyimpulkan kesulitan yang dihadpi dan alternatif solusi pemecahannya.
2. Karakteristik Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Secara spesifik karakteristik model pembelajaran yang dilakukan pada kelompok kecil dan perorangan antara lain ditandai oleh adanya:
a. Hubungan yang akrab antara personal (guru dengan siswa, siswa ke guru dan siswa dengan siswa lainnya).
b. Siswa melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan cara, minat, dan kecepatan masing-masing.
c. Guru melakukan bimbingan terhadap siswa sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
d. Siswa sejak awal pembelajaran dilibatkan dalam menentukan tujuan, materi yang akan dipelajari maupun proses pembelajaran yang harus dilakukannya.
3. Keterampilan yang dituntut
Kebiasaan guru mengajar dengan lebih banyak menggunakan pendekatan klasikal, tentu saja dalam hal tertentu harus melakukan adaptasi atau penyesuaian keterampilan sesuai dengan karakteristik pendekatan kelompok kecil dan perorangan.
Adapun beberapa keterampilan yang harus dimiliki oleh guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan yaitu :
Mengidentifikasi topik pembelajaran: harus diingat setiap topik materi memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Dalam hal ini ada topik materi yang efektif dengan model pembelajaran secara klasikal dan ada pula yang lebih efektif dengan pendekatan kelompok kecil dan perorangan.
Pengorganisasian, yaitu dituntut keterampilan mengorganisasikan setiap unsur/komponen pembelajaran siswa, sumber materi, waktu, media yang dibutuhkan, pendekatan dan metode yang akan digunakan serta sistem evaluasi.
Memberikan kulminasi, yaitu setiap kegiatan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan, harus diakhiri dengan kegiatan kulminasi misalnya dalam bentuk membuat rangkuman, pemantapan, laporan, dsb.
Mengenal secara personal, yaitu guru untuk dapat mengajar melalui pendekatan perorangan dengan efektif, harus mengenal pribadi, karakteristik siswa secara umum dan lebih baik secara lebih mendalam.
Mengembangkan bahan belajar mandiri, yaitu untuk melayani kebutuhan belajar secara perorangan guru harus terampil mengembangkan bahan pembelajaran untuk individual. Seperti dengan bahan belajar mandiri, paket-paket pembelajaran, dsb yang memungkinkan siswa dapat belajar sesuai dengan caranya masing-masing.
C. Komponen Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan
Komponen Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan Terdiri dari:
Keterampilan mengadakan pendekatan pribadi,
Menerapkan pendekatan perorangan dan kelompok kecil di dalam pembelajaran, butuh pemahaman dan kepekaam guru terhadap siswa secara pribadi, mengenal karakter dan kebutuhan anak dalam belajar. Guru juga harus memiliki keterampilan khusus melakukan pendekatan psikologis akan menciptakan suasana keakraban antara siswa dan guru. Suasana tersebut diciptakan antara lain dengan cara:
Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan dan perilaku siswa, baik secara perorangan maupun dalam kelompok kecil.
Mendengarkan dengan penuh rasa simpati gagasan yang dikemukakan siswa,
Merespon secara positif pendapat siswa
Membangun hubungan berdasarkan rasa saling mempercayai,
Menunjukkan kesiapan untuk membantu,
Menunjukkan kesediaan untuk menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian, serta
Berusaha mengendalikan situasi agar siswa merasa aman, terbantu, dan mampu menemukan pemecahan masalah yang dihadapinya.
2. Keterampilan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran,
Pendekatan pembelajaran kelompok kecil membutuhkan keterampilan guru sebagai organisator yang menata dan mengatur pembagian anggota kelompoktugas didalam kelompok, aktivitas kelompok, aturan-aturan, hubungan antar anggota, menyediakan alat, mengatur tempat, menyediakan waktu yang cukup, dan lain-lain. Dalam hal ini guru juga bertugas memonitor aktivitas setiap anak dan setiap kelompok kecil selama kegiatan berlangsung.
Agar dapat melaksanakan tugas sebagai organisator dan monitoring pembelajaran tersebut, dibutuhkan keterampilan dengan cara:
Memberikan orientasi umum tentang tujuan, tugas, dan cara mengerjakannya,
Memvariasikan kegiatan untuk mencegah timbulnya kebosanan siswa dalam belajar,
Membentuk kelompok yang tepat,
Mengkoordinasikan kegiata
Membagi perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa, Mengakhiri kegiatan dengan kulminasi.
Hal ini sekaligus merupakan pembelajaran terhadap sesama. Berbagai kegiatan diatas sangat penting bagi guru agar dapat menerapkan pembelajaran dengan pendekatan kelompok kecil secara efektif, serta menciptakan lingkungan dan sumber belajar yang efektif bagi siswa.
3. Keterampilan membimbing dan memberi kemudahan belajar
Tujuan utama pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan perorangan dan kelompok kecil adalah menciptakan sebuah pembelajran efektif, yang mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa baik secara perorangan maupun secara kelompok dalam proses pembelajaran. Target tersebut akan tercapai apabila guru memiliki keterampilan berikut :
1. Memberi penguatan secara tepat,
2. Melaksanakan supervisi proses awal,
3. Melaksanakan supervisi proses lanjut, serta
4. Melaksanakan supervisi pemanduan.
4. Keterampilan merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, yang ditampilkan dengan cara:
1. Membantu siswa menetapkan tujuan belajar,
2. Merancang kegiatan belajar,
3. Bertindak sebagai penasihat siswa, serta
4. Membantu siswa menilai kemajuan belajarnya sendiri
5. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Pembelajaran dilakukan berdasarkan perbedaan individual
Murid SD secara undividual berbeda dalam banyak hal. Perbedaan tersebut antara lain: berbeda dalam kemampuan berpikir, kharakteristik, berbeda secara emosional, berbeda daya tangkapnya, bakat, maupun minatnya. Perbedaan tersebut perlu mendapat perhatian serius dalam pembelajaran kelas rangkap. Layanan bimbingan secara individual sangat membantu murid untuk dapat berkembang dan mencapai prestasi belajar secara optimal. Misalnya ada murid yang cepat dan mudah mengerti apa yang disajikan guru, ada pula yang sedang-sedang, dan ada pula yang agak lambat dalam menangkap materi pelajaran. Guru yang baik akan memberikan layanan secara khusus kepada murid yang agak lambat menangkap materi pelajaran. Demikian dalam menghadapi perbedaan individual dapat dilakukan melalui pembelajaran kelompok kecil. Misalnya siswa yang berkemampuan kurang dijadikan satu kelompok, atau siswa yang tampak agresif jadi satu kelompok, kemudian diberikan layanan bimbingan belajar secara khusus. Cara ini juga membantu meningkatkan keterampilan sosial siswa melalui belajar kelompok.
b. Memperhatikan dan melayani kebutuhan murid
Dalam pembelajaran kelas rangkap perlu memperhatikan dan melayani kebutuhan murid. Murid berasal dari latar belakang keluarga yang tidak sama, serta lingkungan kehidupan yang tidak sama pula sehingga memiliki pengalaman hidup berbeda satu sama lain. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan kebutuhan siswa. Guru dalam memberikan perhatian dan melayani murid tidak di sama ratakan. Jika disama ratakan akan terjadi kesenjangan pemenuhan kebutuhan murid. Seyogyanya guru memberik layanan atau bimbingan belajar kepada murid sesuai dengan perbedaan keperluan yang dimilikinya. Contoh, jika dijumpai murid yang berkemampuan rendah maka perlu bimbingan secara perorangan dan tugas disesuaikan dengan kemampuan. Jika ada murid yang tidak memiliki buku cetak karena tidak mampu beli sedang yang lain memiliki, maka dapat dipinjami buku milik sekolah, atau teman lain diminta untuk bersedia bersama-sama.
c. Mengupayakan proses belajar mengajar yang aktif dan efektif
Pembelajaran kelas rangkap dilakukan dengan tujuan agar pada diri murid terjadi proses belajar secara aktif dan efektif. Hal ini yang diutamaka dalam pembelajaran, bukan bagaimana guru mengajar, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana guru mengajar agar murid melakukan tindakan belajar secara aktif dan efektif. Kalau hanya sekedar mengajar tanpa memperhatikan bagaimana terjadi pembelajaran pada diri murid, dapat dilakukan oleh semua orang tanpa mempersyaratkan pendidikan formal khususnya pendidikan calon guru sekolah dasar. Untuk mengaktifkan dan mengefektifkan murid belajar dalam proses belajar mengajar, guru juga harus berusaha secara aktif memberikan bimbingan belajar. Tidak seperti yang dikonotasikan murid aktif guru pasif atau yang penting murid aktif sendiri sedang aktivitas guru tidak dipersoalkan. Contoh, saat guru memberi tugas, atau diskusi kelompok, guru harus selalu berada ditengah kelompok untuk memberikan bimbingan atau bantuan kepada murid dan memperhatiikan kelompok atau murid yang mengalami kesulitan mengerjakan tugas.
d. Merangsang tumbuh-kembangnya kemampuan optimal murid
Sangat penting bagi seorang guru memperhatikan tumbuh kembangnya kemampuan murid secara optimal. Tugas guru sebagai pendidik di sekolah pada dasarnya adalah membantu tumbuh-kembangnya murid secara optimal seluruh aspek perkembangan, yaitu baik aspek intelektual, aspek emosional, aspek moral, aspek bahasa, aspek sosial, maupun aspek fisik. Semua aspek tersebut tumbuh-kembangnya menjadi tanggung jawab buru di sekolah. Meskipun sering tampak guru lebih menekankan pada perkembangan aspek intelektual, namun secara tidak langsung, disadari atau tidak disadari guru telah membantu tumbuh kembang murid secara terpadu selama murid berada di sekolah. Misalnya aspek moral, emosional, sosial, dapat dilakukan melalui contoh teladan, cara atau pola asuh guru terhadap murid melalui tutur kata. Sedang aspek bahasa peran guru jelas sekali dalam proses belajar mengajar, yaitu penggunaan bahasa sesuai tingkat perkembangan murid maupun penggunaan bahasa yang baik dan benar. Tumbuh-kembang aspek fisik terutama dilakukan oleh guru pendidikan jasmani maupun oleh guru kelas melalui kegiatan-kegiatan lain seperti senam pagi, berbaris, kegiatan hari-hari besar dan sebagainya. Contoh, di sekolah sebelum jam pelajaran di mulai dilakukan senam pagi setiap hari, kecuali hari senin/upacara. Sekolah mengadakan kegiatan ekstrakurikuler dalam bentuk kegiatan Olah raga. Kemudian setiap siswa diharuskan mengikuti salah satu jenis oleh raga, yang diberikan pada sore hari (kegiatan ekstrakurikuler).
e. Pergeseran dari pengajaran klasikal ke pengajaran kelompok kecil dan perorangan.
Bagi guru yang sudah biasa dengan pengajaran klasikal, sebaiknya dimulai dengan pengajaran kelompok, kemudian secara bertahap mengarah kepada pengajaran perorangan. Sedangkan bagi calon guru sebaiknya dimulai dengan pengajaran perorangan, kemudian secara bertahap kepada pengajaran kelompok kecil. Tidak semua topik atau pokok bahasan dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil maupun perorangan. Hal-hal yang bersifat umum seperti pengarahan informasi umum sebaiknya diberikan dalam bentuk kelas besar. Contoh, jika murid diminta untuk membuktikan bahwa titik didih air 100 oC melalui eksperimen maka sebaiknya dilakukan pembelajaran kelompok kecil atau perorangan, tetapi jika murid diminta untuk memahami sebuah konsep, prinsip, atau teori tentang tata surya maka akan efektif jika pembelajaran dilakukan secara klasikal.
f. Langkah pengajaran kelompok kecil dan perorangan
Dalam pengajaran kelompok kecil, langkah pertama adalah mengorganisasi siswa, sumber, materi, ruangan, serta waktu yang diperlukan, dan diakhiri dengan kegiatan kulminasi yang dapat berupa rangkuman, pemantapan, atau laporan. Dalam pengajaran perorangan guru harus mengenal murid secara pribadi sehingga kondisi belajar dapat diatur. Kegiatan dalam pengajaran perorangan dapat dilakukan melalui paket belajar atau bahan yang telah disiapkan oleh guru. Contoh, murid yang mengalami kesulitan soal matematika, perlu diberika bimbingan belajar secara perorangan. Sedang siswa yang tidak mengalami kesulitan diminta mengerjakan sendiri atau diperbolehkan bertanya pada teman.
g. Menggunakan berbagai variasi dalam pengorganisasiannya
Variasi pengorganisasian mencacup variasi pengelompokan, variasi penataan ruang, dan variasi sumber belajar. Ketiga variasi pengorganisasian tersebut perlu dilakukan dan pembelajaran kelas rangkap. Mengingat guru tidak dapat perperan dan mengontrol secara terus menerus terhadap semua kelompok belajar. Kebosanan dan kejenuhan akan muncul jika tanpa variasi pengorganisasian. Hal tersebut dapat menimbulkan kendurnya atau menurunnya kegairahan dan semangat belajar, sehinga kelompok belajar tidak aktif dan efektif dalam pembelajaran kelas rangkap. Untuk mencegah kebosanan dapat dilakukan pengorganisasian kelas secara bervariasi. Contoh, siswa tidak selalu dalam kelompok yang sama, tetapi sekali-kal diminta untuk memilih teman yang disukai untuk berada dala kelompoknya. Dapat pula murid ditawarkan untuk memilih beberapa sumber belajar yang berbeda saat pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya tentang keterampilan guru atau calon guru dalam mengajar kelompok kecil dapat penulis gambarkan dalam gambar sebagai berikut :
Gambar 12 : Proses Mengajar Kelompok Kecil
Sumber : https://www.google.co.id.
BAB. XIII
KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
Pengertian Pengelolaan Kelas
Menurut Mulyasa dalam Suwarna (2006:82)"pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal apabila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar."
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Usman (2005:97) "pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikanya bila terjadi gangguan dalam proses belajar.
Pendapat lain dikemukakan oleh Darmadi (2010:6) bahwa pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan, mengulang atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, dengan hubungan-hubungan interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif serta mengembangkan dan mempermudah organisasi kelas yang efektif.
Pengertian Pengelolaan Kelas, Pengelolaan kelas secara umum adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan pengelolaan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. Sedangkan pengertian pengelolaan kelas (classroom management) berdasarkan pendekatannya menurut weber (1977) diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
Berdasarkan pendekatan otoriter (authority approach), pengelolaan kelas adalah kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa. Guru berperan menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan disiplin secara ketat. Otoritas guru tidak sepenuhnya, guru memang mempunyai hak kekuasaan, namun ada pemegang kekuasaan di atas guru misalnya kepala sekolah, dan lain-lain.
Berdasarkan pendekatan permisif (permissive approach), pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan kepada siswa dalam melakukan berbagai aktifitas sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Fungsi guru adalah menciptakan kondisi siswa agar merasa aman untuk melakukan aktifitas di dalam kelas.
Berdasarkan pendekatan modifikasi tingkah laku, pengelolaan kelas adalah upaya untuk mengembangkan dan memfasilitasi perubahan perilaku yang bersifat positif dari siswa dan berusaha semaksimal mungkin mencegah munculnya atau memperbaiki perilaku negatif yang dilakukan oleh siswa.
Tidak ada pendekatan-pendekatan yang paling baik, tetapi pendekatan-pendekatan ini akan menjadi pendekatan paling baik pada saat situasi yang tepat.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan yang diciptakan oleh seorang guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang positif, mengembangkan hubungan interpersonal, iklim sosio emosional serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif sehingga kondisi belajar terpelihara dengan baik.
B. Tujuan Keterampilan Mengelola Kelas
Menurut Darmadi (2010:6) tujuan mengelola kelas adalah untuk membuat siswa yang ada didalam kelas dapat belajar dengan optimal dan mengatur sarana pembelajaran serta mengendalikan suasana belajar yang menyenangkan untuk mencapai tujuan belajar.
Tujuan Pengelolaan Kelas Menurut Ahmad (1995:2), tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:
Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
Menyediakan dan mengatur fasilitas serta peralatan belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
Tujuan pengelolaan kelas menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006:170) pada hakikatnya terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah:
Penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja.
Terciptanya suasana yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa.
Sedangkan Arikunto (dalam Djamarah 2006:178) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
C. Komponen-komponen Keterampilan Mengelola Kelas
Menurut Suwarna (2006:83) ada 2 komponen keterampilan mengelola kelas yaitu:
keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi Belajar yang optimal (bersifat preventif). Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan kegiatan pembelajaran sehingga berjalan secara optimal, efisien dan efektif. Keterampilan tersebut meliputi:
a) Menunjukan sikap tanggap
b) Memberi perhatian
c) Memusatkan perhatian kelompok
d) Memberikan petunjuk yang jelas
e) Menegur siswa yang bertingkah laku mengganggu dikelas dengan
bijaksana
f) Memberi penguatan
Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.Keterampilan ini berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan (Mulyasa dalam Suwarana 2006:84)
D. Mengelola Kelas
Keterampilan mengelola kelas dikelompokkan menjadi dua yaitu:
Preventif, keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.
Represif, keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.
Pada keterampilan preventif, berkaitan dengan kemampuan guru didalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal tersebut yaitu:
Menunjukkan sikap tanggap
Keterampilan ini menggambarkan tingkah laku guru yang telah memperhatikan siswanya sehingga siswa merasa bahwa guru hadir bersama mereka. Cara yang dilakukan dalam menunjukkan sikap tanggap ini dengan cara memandang secara seksama, gerak mendekati, memberikan pernyataan, memberikan reaksi terhadap gangguan atau ketakacuhan siswa.
Membagi perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Cara yang digunakan dalam membagi perhatian yaitu melalui visual dan verbal.
c. Memusatkan perhatian kelompok
Seorang guru harus mampu memusatkan kelompok terhadap tugas-tugas yang diberikan sehingga siswa tetap terlibat dalam kegiatan belajar. Cara yang dilakukan yaitu dengan menyiagakan siswa atau memusatkan pada suatu topic dan menuntut tanggung jawab siswa untuk memperagakan alat atau melaporkan hasil diskusi.
d. Memberikan petunjuk yang jelas
Petunjuk yang jelas sangat diperlukan oleh siswa sehingga siswa tidak mengalami kebingungan dalam mengerjakan tugas atau perintah.
e. Menegur Siswa yang telah mengganggu proses pembelajaran dapat diberi teguran. Teguran harus tegas dan jelas namun menghindari perkataan kasar atau menghina. Namun teguran ini dapat disepakati bentuknya saat membuat aturan-aturan tertentu antara siswa dan guru. Guru harus lebih berhati-hati dalam menasehati siswa terhadap kelas maupun perorangan.
f. Memberikan penguatan segala tingkah laku hendaknya diberi penguatan baik itu penguatan positif maupun negatif dan teguran pada perilaku siswa yang telah menyimpang.
Pada keterampilan represif, berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Strategi yang dapat dilakukan yaitu:
1). Modifikasi tingkah laku
Guru harus menganalisis tingkah laku siswa yang mengalami masalah atau kesulitan dan memodivikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
2). Pengelolaan kelompok
Guru dapat menggunakan alternatif lain dalam mengatasi masalah pengelolaan kelas antara lain dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah kelompok. Ada dua jenis keterampilan yang diperlukan yaitu memperlancar tugas-tugas dan memelihara kegiatan-kegiatan kelompok.
3). Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah
Kadang-kadang perilaku siswa yang mengganggu kegiatan di kelas akan menyebabkan proses pembelajaran yang kurang optimal maka seorang guru harus mampu meningkatkan kesadaran siswa akan tindakannya dengan cara memindahkan benda-benda yang bersifat mengganggu, menghilangkan ketegangan dengan humor, memindahkan penyebab gangguan, pengekangan fisik, dan pengasingan
E. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
Dalam melaksanakan komponen keterampilan pengelolaan kelas , perlu diperhatikan pinsip-prinsip dasar pengelolaan kelas sebagai berikut:
Kehangatan dan keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan sehingga dapat mewujudkan kegiatan belajar yang optimal. Guru yang bersikap hangat dan akrab serta secara ajeg menunjukkan antusiasmenya terhadap tugas-tugas, kegiatan-kegiatan, atau siswanya akan lebih mudah melaksanakan komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas.
2. Tantangan Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. Selain itu perhatian dan minat siswa akan tetap terpelihara. Diusahakan, saat guru memberi tantangan, soal dimulai dari yang mudah dan semua siswa bisa menjawab sebagai motivasi untuk menjawab selanjutnya.
3. Bervariasi Penggunaan variasi dalam media, gaya dan interaksi belajar mengajar aktivitas yang menyebabkan menurunnya kegiatan belajar dan tingkah laku positif siswa. Jika terdapat banyak variasi maka kejenuhan akan berkurang dan siswa akan cenderung meningkatkan keterlibatannya dalam tugas dan tidak akan menunggu temannya.
4. Keluwesan Selama proses belajar mengajar, terdapat kemungkinan munculnya ganggua-gangguan dari siswa. Untuk mencegah gangguan tersebut diperlukan keluwesan tingkah laku guru untuk dapat merubah strategi mengajarnya mengajarnya dengan memanipulasi berbagai komponen keterampilan mengajar yang lain.
5. Penekanan pada hal-hal yang positif cara guru memelihara suasana yang positif diantaranya adalah dengan:
a. Memberi aksentuasi terhadap tingkah laku siswa yang positif dan menghindari celaan terhadap tingkah laku yang kurang wajar.
b. Menyadari akan kemungkinan kesalahan yang dapat dibuatnya sehingga akan mengganggu kelancaran dan kecepatan belajar siswa.
6. Penanaman disiplin diri Siswa dapat mengembangkan diri sendiri merupakan tujuan akhir dari pengelolaan kelas. Untuk mencapai tujuan ini guru harus selalu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri. Hal ini akan lebih berhasil jika guru sendiri menjadi contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.
F. Pendekatan-Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Dalam mengelola kelas, kita telah dihadapkan pada siswa yang bersifat individual atau kelompok, sehingga kita perlu berhati-hati dalam menanganinya. Biasanya teknik yang digunakan antara lain: nasihat, teguran, larangan, ancaman, teladan, hukuman dan sebagainya.
Menurut James Cooper dkk. mengemukakan tiga pendekatan dalam pengelolaan kelas yang didalamnya terdapat teknik-teknik yaitu:
1. Pendekatan Alodifikasi Perilaku Pendekatan ini bertolak dari psikologi behavioral dengan anggapan dasar bahwa tingkah manusia yang baik maupun yang buruk dalam batas-batas tertentu merupakan hasil belajar. Pendekatan ini memanfaatkan hasil penelitian tentang bagaimana tingkah laku manusia terbentuk melalui hubungan manusia dengan lingkungan guna merumuskan teknik-teknik yang dapat digunakan dalam membina siswa, yaitu:
a. Penguatan negatif yaitu: pengurangan hingga penghilangan suatu stimulus yang tidak menyenangkan untuk mendorong terulang kembali suatu tingkah laku yang timbul sebagai akibat dari pengurangan dan penghilangan tersebut. Contoh: misalnya guru ingin agar siswa berani mengeluarkan pendapat, guru selalu menunjuk langsung siswa yang tidak berani mengeluarkan pendapat agar mengeluarkan pendapat (stimulus yang tidak menyenangkan). Bila suatu saat siswa berani mengeluarkan pendapat tanpa menunggu ditunjuk guru maka guru mulai mengurangi secara berangsur-angsur cara menunjuk langsung (penguatan negatif). Pengurangan itu semakin meningkat sejalan dengan semakin seringnya siswa mengeluarkan pendapat tanpa ditunjuk guru hingga akhirnya ditiadakan bila siswa telah terbiasa mengeluarkan pendapat.
Hal-hal yang perlu dihindarkan dalam penggunaan penguatan negative : hindarkan pemberian stimulus yang menyakitkan, sasarannya jelas, pemberian penguatan dengan segera, penyajian stimulus yang bervariasi dan keantusiasan.
b. Penghapusan yaitu: usaha mengubah tingkah laku siswa dengan cara menghentikan pemberian respons terhadap suatu tingkah laku siswa yang semula dikuatkan dengan respons tersebut. Sebagai contoh, seorang siswa yang selalu mengomentari penjelasan guru saat guru sedang menerangkan, misalnya, mungkin karena setiap kali siswa mengomentari penjelasan guru, guru selalu memberikan respons yang memberikan kesan pada siswa bahwa guru tidak berkeberatan dengan komentar-komentar seperti itu (padahal guru sebenarnya tidak mengharapkan komentar seperti itu). Untuk mengurangi atau menghilangkan kebiasaan seperti tersebut, salah satu teknik yang dapat digunakan adalah penghapusan, yaitu dengan menghentikan pemberian respons yang memberikan kesan pada siswa bahwa guru tidak berkeberatan terhadap kebiasan siswa tersebut. Contoh lain yaitu pada siswa yang sering menjawab maka guru berkata "Yang sudah menjawab tolong berikan kesempatan pada yang lain ya…!"
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan penghapusan, yaitu:
a) Untuk mengurangi kekecewaan siswa sebagai akibat ditiadakannya pengukuh yang diharapkan, sebaiknya teknik ini dikombinasikan dengan teknik lain, khususnya teknik penguatan positif, bila ternyata ada hal-hal yang dilakukan oleh siswa.
b) Bila guru sulit menemukan penguatan yang membentuk tingkah laku siswa, lalu setelah mencoba-coba beberapa pengukuh ternyata gagal, sebaiknya digunakan teknik lain agar siswa tidak terlalu larut dalam tingkah laku yang hendak dihapus tersebut.
c) Dibutuhkan waktu yang relatif lama dalam menghilangkan tingkah laku siswa yang menyimpang bila menggunakan teknik penghapusan. Sementara penghapusan berlangsung dan siswa melakukan tindakan yang sangat mengganggu kelancaran proses pembelajaran, misal menyebabkan siswa sekelas tertawa berkepanjangan, sebaiknya teknik ini tidak dilanjutkan pemakaiannya dan diganti dengan teknik lain.
d) Bila suatu penguatan telah ditetapkan untuk tidak diberikan kepada siswa, maka sedapat mungkin penguatan tersebut tidak diberikan. Untuk itu perlu ada koordinasi antar staf pengajar agar tidak terjadi ada guru tidak memberikan penguatan, dipihak lain ada guru yang tetap memberikan. Bila hal demikian terjadi akan semakin sulit menghapus tingkah laku siswa yang menyimpang tersebut.
Hukuman. Penyajian stimulus yang tidak menyenangkan untuk menghilangkan dengan segera tingkah laku siswa yang tidak dikehendaki.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan hukuman:
a) Sedapat mungkin aturan hukuman diciptakan bersama antara guru dengan siswa atau minimal disepakati oleh siswa dan lebih baik dikatakan pada awal pertemuan. Dengan demikian siswa lebih ikhlas bila dihukum.
b) Hukuman hendaknya diberikan segera setelah pelanggaran terjadi sehingga siswa memiliki kesan yang kuat tentang kaitan antara pelanggaran dan hukuman.
c) Sedapat mungkin hukuman dikombinasikan dengan teknik lain terutama teknik penguatan positif, bila ada haI-hal positif pada diri siswa.
d) Setelah menghukum siswa, guru hendaknya bersikap wajar seperti semula agar hubungan yang mungkin terganggu sebagai akibat pemberian hukuman dapat pulih kembali.
e) Bentuk-bentuk hukuman yang digunakan bervariasi agar siswa tidak menjadi jenuh atau kebal dengan sesuatu bentuk hukuman.
d. Pendekatan Sosial Emosional Pendekatan ini bertolak dari psikologi klinis dan konseling, dengan anggapan dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien mempersyaratkan hubungan sosial emosional yang baik antara guru dengan siswa dan antarsiswa. Selanjutnya guru dipandang memegang peranan penting dalam menciptakan hubungan baik tersebut. Pengalaman dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan pada kita bahwa bila hubungan kita dengan partner kerja baik, berbagai kegiatan kerjasama dapat berlangsung dengan lancar. Dan bila terjadi kesalahpahaman mudah dicari jalan keluarnya. Demikian halnya dengan proses pembelajaran di sekolah, bila hubungan antara guru dengan siswa baik, maka proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar, kesalahpahaman yang timbul dapat diatasi dengan mudah.
Berikut ini adalah sikap-sikap yang diperlukan oleh guru dalam mengatasi kenakalan siswa:
1) Sikap umum, Yaitu terbuka, menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, empati, membicarakan situasi pelanggaran dan bukan pelakunya, demokratis (melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingannya).
2) Sikap khusus. Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel mengelompokkan tingkah laku siswa yang biasanya mengganggu proses pembelajaran menjadi empat macam yaitu:
a) Siswa yang memiliki tingkah laku menarik perhatian akan selalu berusaha memakai berbagai cara untuk menarik perhatian guru. la mungkin tertawa lebih keras dibanding dengan teman-temannya, sering menggoda teman disebelahnya, pura-pura sakit, pura-pura tidak mengerti sehingga bertanya terus dan sebagainya. Hal yang demikian sebaiknya dibiarkan saja.
b) Siswa yang memiliki tingkah laku menguasai akan selalu berusaha mengalahkan orang lain. Bila tidak dapat secara wajar, ia akan marah dan melakukan tindakan agresif, atau sebaliknya menarik diri sama sekali dan tidak mau melaksanakan kewajibannya. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan tugas untuk memimpin yang membutuhkan keberanian atau kekuatan fisik.
c) Siswa yang memiliki tingkah laku membalas dendam akan selalu melakukan tindakan yang menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikis. Hal ini sebaiknya diserahkan pada psikolog dan guru hanya membantu pelaksanaannya di kelas.
d) Siswa yang memiliki tingkah laku merasa tidak mampu akan selalu mengatakan bahwa ia tidak mampu mengerjakan tugas. Karena biasanya ia yakin akan gagal atau merasa gagal sebelum mulai. Hal ini jangan disalahkan langsung melainkan berikan dorongan dan bimbingan.
e). Pendekatan Proses kelompok Pendekatan ini bertolak dari psikologi dan dinamika kelompok, dengan anggapan dasar bahwa proses pembelajaran yang efektif dan efisien berlangsung dalam konteks kelompok, yaitu kelompok kelas. Oleh karena itu, peranan guru dalam rangka pengelolaan kelas adalah menciptakan kelompok kelas yang mempunyai ikatan yang kuat serta dapat bekerja secara efektif dan efisien. Pada awal pelajaran, para siswa biasanya masih merupakan kerumunan orang dengan tujuan, pikiran, perasaan yang sangat berbeda. Tugas guru adalah memadu kepentingan-kepentingan perseorangan tersebut menjadi kepentingan kelompok, kemudian membentuk kerumunan tersebut menjadi satu kelompok dengan ikatan yang kuat dan mampu bekerja sama secara produktif.
Untuk mengikat kerumunan siswa menjadi satu kelompok yang mempunyai ikatan yang kuat, ada sejumlah unsur yang diperlukan.Unsur-unsur penting yang amat diperlukan adalah tujuan, aturan, dan pemimpin.
1) Tujuan Kelompok. Siswa biasanya hadir di kelas dengan tujuan yang berbeda, maka tugas guru yang pertama adalah mengarahkan para siswa ke tujuan kelas, khususnya indikator. Tujuan yang dapat mendorong usaha untuk mencapainnya antara lain adalah tujuan yang jelas dan realistis. Oleh sebab itu, guru perlu merumuskan tujuan yang realistis serta mengkomunikasikannya secara jelas kepada siswa.
2) Aturan. Aturan yang mampu mengikat siswa menjadi kelompok yang padu adalah aturan yang dapat dibuat bersama antara guru dan siswa atau minimal disetujui oleh siswa. Bila ada siswa yang tidak menyetujui aturan dalam kelompok akan mengurangi daya ikat aturan tersebut.
3) Pemimpin. Seorang guru dengan sendirinya akan menjadi pemimpin kelompok siswa di kelas saat mengajar. Sebagai pemimpin hal pertama yang harus dilaksanakan adalah menjelaskan tujuan kelompok dan membentuk aturan kelompok. Selain itu dalam menciptakan dan memelihara suasana kerja kelompok yang sehat ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu mendorong dan memeratakan partisipasi, mengurangi ketegangan, memperjelas komunikasi, mengatasi pertentangan antarpribadi atau antarkelompok dan menunjukkan kehadiran serta menerapkan sangsi.
G. Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas
Secara umum peran guru dalam mengelola kelas yaitu:
a. Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap lingkungannya
b. Membangun pemahaman siswa agar mengerti dan menyesuaikan tingkah lakunya dengan tata tertib kelas.
c. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta tingkah laku yang sesuai dengan aktivitas kelas.
Menurut Darmadi (2010:6-7) ada beberapa peran guru dalam pengelolaan kelas yaitu:
a) memelihara lingkungan fisik kelas
b) mengarahkan atau membimbing proses intelektual dan sosial siswa dalam kelas
c) mampu memimpin kegiatan pembelajaran yang efektif dan efesien.
Dalam mengelola kelas sering ditemui kendala-kendala yang dapat menghambat terjadinya proses pembelajaran yang efesien dan efektif. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif selain menerapkan prinsip-prinsip pengelola juga kiat-kiat untuk mengatasi kendala tersebut yaitu:
a) guru tidak boleh campur tangan yang berlebihan terhadap siswa
b) guru jangan sampai kehilangan konsentrasi yang dapat menimbulkan kesenyapan atau pembicaraan terhenti tiba-tiba
c) menghindari ketidaktepatan menandai dan mengakhiri suatu kegiatan atau guru harus tepat waktu
d) guru harus dapat mengelola waktu karena berkaitan dengan disiplin diri siswa.
e) memberikan penjelasan yang jelas, sederhana, sistematis dan tidak bertele-tele.
Manajemen pembelajaran yang efektif dapat terwujud dengan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Menetapkan aturan kelas (class routine)
Kita mengetahui bahwa kebiasaan tiap siswa berbeda. Seorang guru tidak boleh menyalahkan atau membenci siswa karena kebiasaan mereka karena kebiasaan baik dan buruk diperoleh dari pengalaman di jenjang pendidikan sebelumnya dan lingkungan siswa berada. Sehingga untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan yang baik dengan melalui pemberian aturan saat proses pembelajaran terutama pada awal pertemuan pembelajaran sehingga terjadi kesepakatan antara siswa dan guru.
2. Memulai kegiatan tepat waktu (getting started)
Dalam memulai suatu materi pembelajaran diperlukan ketepatan waktu bagi guru maupun siswa (masalah keterlambatan telah diatur pada saat menetapkan aturan kelas) sehingga pembelajaran efektif dan tidak ada waktu yang terbuang banyak.
3. Mengatur pelajaran (managing the lesson) Proses pembelajaran yang efektif, guru harus mengatur dan menjaga agar proses kegiatan berjalan lancer dan tidak mengalami gangguan atau hambatan. Guru harus mengoptimalkan keikutsertaan siswa, kesempatan melakukan, penggunaan peralatan, serta mengorganisir pembagian kelompok, tidak terlalu banyak ceramah sehingga siswa tidak jenuh.
4. Mengelompokkan siswa (grouping the student) Pada saat membahas materi tertentu, diperlukan juga siswa harus berkelompok agar mereka dapat bekerja sama dan tidak individualis. Kadang-kadang diperlukan adanya ketua kelompok sehingga ketua tersebut dapat memanage dirinya sendiri dan teman-temannya.
5. Mengakhiri pelajaran (ending the lesson) Pada akhir pelajaran diharapkan siswa memiliki kesan yang baik selama kegiatan berlangsung sehingga siswa selalu mengingat hal-hal yang berupa pengalaman selama kegiatan. Maka dari itu, seorang guru harus membuat klimaks naik pada saat pertemuan sehingga siswa berharap adanya kegiatan lanjut yang lebih menarik pada pertemuan berikutnya.
H. Kekurangan dan Kelebihan dalam Pengelolaan Kelas
Setiap keterampilan pasti ada kelebihan dan kekurangan. Kelebihan ini akan muncul jika seorang guru mampu membawa suasana dan terampil dalam mengelola kelas. Namun kekuarangan atau kejelekan pengelolaan kelas ini akan muncul atau guru merasa kewalahan bila belum memahami langkah memahami keterampilan ini.
a. Kekurangan
Susah diterapkan
Biasanya hanya diterapkan pada tingkat SMP ke atas
Perlu menjaga wibawa dan cara bergaul guru
Senantiasa fokus pada kelas dan segala permasalahannya
b. Kelebihan
Sangat efektif dalam pembelajaran
Siswa menjadi sangat nyaman bila ini sukses dilakukan
Menjadi pembelajaran yang nyaman
Siswa menjadi cepat menanggapi setiap pembelajaran yang ada
Guru menjadi enak dalam melanjutkan materi selanjutnya
Bagaimana cara guru atau calon guru terampil dalam mengelola kelas, untuk lebih jelasnya dapat penulis gambarkan dalam gambar sebagai berikut :
GuruKELASSiswaMendidikMengajarMembimbingSuasana Rasa AmanKelas kondusifPembelajaran OptimalMedia
Guru
KELAS
Siswa
Mendidik
Mengajar
Membimbing
Suasana Rasa Aman
Kelas kondusif
Pembelajaran Optimal
Media
Gambar 13 : Proses Keterampilan mengelola Kelas
BAB. XIV
KESIMPULAN
Kompetensi Guru
Kompetensi Kepribadian, yang berhubungan dengan tingkah laku dan ahlakul karimah guru dalam melakukan pekerjaan dan pergaulan baik dengan siswa, teman sejawat dan masyarakat pada umumnya;
Kompetensi Sosial, yang berhubungan dengan intreaksi antara berbagai kalangan, baik, siswa, teman sejawat atasan maupun masyarakat pada umumnya;
Kompetensi Pedagogik, yang berhubungan dengan pemahaman-pemaham tentang perkembangan peserta didik baik pisik maupun psikisnya;
Kompetensi Profesional, keterampilan guru yang berkaitan dengan kemapuan dalam menguasa materi pembelajaran sampai dengan penyajiannya (PBM).
Keterampilan Dasar Mengajar
Keterampilan Membuka dan menutup pelajaran, bagai mana cara guru membuka dan menutup pelajaran dengan baik dan benar
Keterampilan Memberikan penjelasan atau menjelaskan, yaitu kemampuan seorang guru dalam menjelaskan mata pelajaran pada waktu dia mengajar
Keterampilam memberikan pertanyaan, yakni kemampuan guru dalam bertanya kepada siwa baik pertanyaan dasar maupun pertanyaan lanjutan
Keterampilan memberi penguatan, bagaimana seorang guru memberi penguatan kepada siswa agar siswa merasa puas dan merasa dihargai karyanya;
Keterampilan mengadakan vasiasi, bagaimana seorang guru mengadakan pariasi baik motode, metodologi maupun materi yang sedang disampaikan.
Keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil dan perorangan, bagaimana guru memimpin diskusi siswa, agar berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan diskusi
Keterampilan mengajar kelompok kecil, bagaimana guru mengajar dalam kelompok kecil, terutama dalam memilih metode dan media yang dibutuhkan
Keterampilan Mengelola kelas, bagaimana guru dapat mengelola kelas dengan baik dan benas sesuai dengan posisi dan kolidor yang telah ditentukan.