http://azis-artikel.blogspot.co.id/2008/05/pengambilan-keputusan-dengan.html
Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan tempat kerja Menggunakan Metode Multifactor Evaluation Process (MFEP).
Pengertian Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau Decision Support System (DSS) adalah sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan pemecahan masalah maupun kemampuan pengkomunikasian untuk masalah dengan kondisi semi terstruktur dan tak terstruktur. Sistem ini digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak seorangpun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat (Turban, 2001).
simpelnya menurut kami SPK itu sebuah sistem yang membantu kita dalam mengambil sebuah keputusan di saat kita dihadapkan pada beberapa pilihan.. Namun hasil dari sistem tersebut nggak mutlak merupakan pilihan terbaik dan mesti dipilih karena semua akan kembali kepada kita si pengambil keputusan. karena memang SPK itu Sistem Pendukung Keputusan, bukan Sistem Pembuat Keputusan
SPK bertujuan untuk menyediakan informasi, membimbing, memberikan prediksi serta mengarahkan kepada pengguna informasi agar dapat melakukan pengambilan keputusan dengan lebih baik.
Manfaat Sistem Pendukung Keputusan
SPK dapat memberikan berbagai manfaat dan keuntungan. Manfaat yang dapat diambil dari SPK adalah :
SPK memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam memproses data / informasi bagi pemakainya.
SPK membantu pengambil keputusan untuk memecahkan masalah terutama barbagai masalah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur.
SPK dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat diandalkan.
Walaupun suatu SPK mungkin saja tidak mampu memecahkan masalah yang dihadapi oleh pengambil keputusan, namun dia dapat menjadi stimulan bagi pengambil keputusan dalam memahami persoalannya,karena mampu menyajikan berbagai alternatif pemecahan.
MultiFactor Evaluation Process (MFEP)
Dalam metode MFEP ini pengambilan keputusan dilakukan dengan memberikan pertimbangan subyektif dan intuitif terhadap Faktor yang dianggap penting. Pertimbangan-pertimbangan tersebut berupa pemberian bobot (weighting system) atas multifactor yang terlibat dan dianggap penting tersebut. Langkah dalam metode MFEP ini yang pertama adalah menentukan faktor-faktor yang dianggap penting, yang selanjutnya membandingkan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh urutan faktor berdasarkan kepentingannya dari yang terpenting, kedua terpenting dan seterusnya.
Konsep Dasar MFEP
1. Menentukan faktor dan bobot faktor dimana total pembobotan harus sama dengan 1
2. Mengisikan nilai untuk setiap faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dari data-data yang akan diproses, nilai yang dimasukkan merupakan nilai objektif, yaitu factor evaluation antara 0-1.
3. Proses perhitungan weight evaluation yang merupakan proses perhitungan bobot antara factor weight dan factor evaluation serta penjumlahan seluruh hasil weight evaluations untuk memperoleh total hasil evaluasi
Rumus umum metode ini adalah
Nbe= NefxNbf
dimana:
Nbe : Nilai Bobot Evaluasi
Nef : Nilai Evaluasi Faktor
Nbf : Nilai Bobot Faktor
Jadi intinya metode MFEP ini metode yang menggunakan bobot atau nilai. Kita mesti melakukan pertimbangan yang benar dalam pemberian bobot.
Sebagai contoh akan diketengahkan pengambilan keputusan terhadap pilihan calon penumpang terhadap angkutan umum Bis, atau angkutan kota atau ojek. Faktor yang dianggap penting dalam pemilihan angkutan umum ini adalah Keamanan, kepadatan, ongkos dan jalur macet. Selanjutnya masing-masing faktor tersebut diberikan bobot sebagaimana pada Table 1.
Tabel 1. Bobot faktor untuk setiap faktor
Faktor
Bobot
Keamanan
0,40
Kepadatan didalam angkutan umum
0,25
Melalui jalur macet
0,15
ongkos
0,20
Pada Tabel 1 calon penumpang dianggap tidak memiliki kesulitan dalam menentukan bobot faktor. Faktor keamanan menempati faktor terpenting pertama, diikuti oleh kepadatan didalam angkutan umum, ongkos dan melalui jalur macet.
Dimisalkan angkutan umum tersedia yaitu Bis, Angkotan Kota (Angkot) dan Ojek. Yang kemudian masing-masing jenis angkutan dievaluasi dan diberikan bobot (Bobot evaluasi berkisar 1 sampai dengan 9) sebagaimana pada Tabel 2.
Pada tahap berikutnya ditentukan total nilai evaluasi untuk masing-masing jenis angkutan umum (Tabel 3).
Contoh pada Tabel 2, menunjukan hasil penilaian dimana untuk masing-masing angkutan umum tersebut diberikan bobot terhadap factor-faktor penting yang telah ditentukan sebagaimana diberikan pada tabel 1.
Tabel 2. Evaluasi vaktor
Faktor
Bis
Angkot
Ojek
Kemanan
6
8
5
Kepadatan didalam angkutan umum
4
7
9
Melalui jalur macet
3
5
9
ongkos
8
6
3
Pada Tabel 3 di bawah ini terlihat angkutan umum Bis memiliki total bobot evaluasi sebesar 5.45. dimana bobot evaluasi ini merupakan perkalian dari evaluasi factor dengan bobot faktornya.
Tabel 3. Evauasi vaktor untuk bis
Faktor
Bis
Bobot faktor
Bobot evaluasi
Keamanan
6
x
0,40
2,4
Kepadatan didlam angkutan umum
4
x
0,25
1
Melalui jalur macet
3
x
0,15
0,45
ongkos
8
x
0,20
1,6
Total
1
5,45
Dengan cara yang sama seperti pada table 3, Table 4 menunjukan bahwa untuk angkot memiliki total bobot evaluasi sebesar 6.90, lebih besar bis.
Tabel 4. Evaluasi vaktor untuk angkot
Faktor
Angkot
Bobot faktor
Bobot evaluasi
Keamanan
8
x
0,40
3,2
Kepadatan didlam angkutan umum
7
x
0,25
1,75
Melalui jalur macet
5
x
0,15
0,75
ongkos
6
x
0,20
1,2
Total
1
6,90
Dari Tabel 5 diketahui bahwa untuk ojek ojek memiliki total bobot evaluasi sebesar 6.2, yang berarti lebih kecil dari angkot dan lebih besar dari bis.
Faktor
ojek
Bobot faktor
Bobot evaluasi
Keamanan
5
x
0,40
2
Kepadatan didlam angkutan umum
9
x
0,25
2,5
Melalui jalur macet
9
x
0,15
1,35
ongkos
3
x
0,20
0,6
Total
1
6,20
Berdasarkan Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5 maka nilai total bobot tertinggi adalah angkot yaitu sebesar 6.90. Dengan demikian angkotan kota merupakan pilihan terbaik.