METODE KUADRAT
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi
disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Ekologi Dasar yang dibina oleh Ibu Dra. Hj. Hawa Tuarita, M.S
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Oleh : Kelompok 7/ Offering C Arwinda Probowati (120341421929) (120341421929) Daysi Wulandari (120341421931) (120341421931) Dianti Wulandari (120341421941) (120341421941) Destik Widiyawati (120341421959) (120341421959) Khoirista Nur (120341421966) (120341421966) M. Hilmi Firdausi (120341421932) (120341421932) Mustika Army S. (120341421958) (120341421958) Nariya Ulfa A. (120341421933) (120341421933)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI April 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Nasional Alas Purwo di Banyuwangi adalah salah satu hutan yang sangat dijaga kelestariannya. Taman Nasional ini juga mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat beragan sehingga bagus jika digunakan sebagai lahan penelitian. Ada beberapa macam metode yang dapat digunakan untuk mengetahui keanekaragaman tumbuhan yang ada di Hutan Pantai Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. Salah satunya adalah dengan menggunakan metode kuadrat. Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak contoh (plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon dan tihang, contohnya vegetasi hutan. Apabila diameter tersebut lebih besar atau sama dengan 20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter tersebut antara 10-20 cm maka disebut pole (tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m sampai diameter 10 cm disebut saling atau belta (pancang ) dan mulai anakan sampai pohaon setinggi 2,5 meter disebut seedling (anakan/semai) (Andri, 2011). Metode kuadrat mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini mudah dan lebih cepat digunanakan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan anali sa denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya, dimana sifat – sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan struktur komunitas. Kuadrat adalah suatu area yang bentuknya sembarang bentuk dan ukuran yang diberi batas dalam vegetasi, sehingga penutup atau cover dapat diperkirakan. Jumlah tumbuhan dapat dihitung atau spesies yang didaftar (Suhadi. Dkk, 1994). Dari metode kuadrat yang dilakukan sebagai salah satu metode untuk mengetahui kenaekaragaman tumbuhan yang ada di alas purwo dapat diketahui kerapatan, kerimbunan, frekuensi relati dan indeks nilai pentingnya. B. Tujuan / Rumusan Masalah 1. Tujuan Praktikum ini dilakukan agar mahasiswa mampu : a. memahami pentingnya faktor kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi dalam analisis vegetasi b. dapat memberi nama suatu vegetasi berdasarkan indeks nilai pentingnya (INP) BAB II KAJIAN PUSTAKA
Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990). Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994). Berikut merupakan sistem Analisis dengan metode kuadrat: Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasijenis tumbuhan di dalam area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan
penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Dalam praktikum ini, khusus untuk variabel kerapatan dan kerimbunan, cara perhitungan yang dipakai dalam metode kuadrat adalah berdasarkan kelas kerapatan dan kelas kerimbunan yang ditulis oleh Braun Blanquet (1964). Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Surasana, 1990). Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994). Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1995). Kerapatan suatu jenis adalah jumlah individu rata-rata per satuan luas. Kerapatan ditaksir dengan menghitung individu setiap jenis dalam kuadrat yang luasnya ditentukan, kemudian penghitungan ini diulang di tempat-tempat yang tersebar acak. Hasil-hasil dari semua kuadrat kemudian dijumlahkan dan kemudian kerapatan rata-rata dihitung untuk setiap jenis. Penutupan didefinisikan sebagai presentase tanah yang ditutupi oleh bagian-bagian tumbuhan tertentu yang ada di atas tanah. Sifat penutupan ini mudah dipahami dengan mengatakan bahwa bila suatu komunitas yang terdiri dari atas satu jenis dan tumbuh pada tanah datar disinari langsung dari atas, bagian permukaan tanah yang ditutupi oleh bayangan akan merupakan penutupan jenis tersebut. Perkiraan nilai penutupan dapat diperoleh dengan menaksir secara visual presentase jumlah luas kuadrat yang ditutupi oleh suatu jenis tanaman tertentu. Persentase penutupan mungkin merupakan ukuran kelimpahan yang paling informalis dan banyak digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi padang rumput dimana tidak mungkin suatu individu manapun mulai dan berakhir. Keadaan yang tidak menguntungkan dari metode ini adalah bahwa pencuplikan menjenuhkan dan cenderung lambat karena untuk memperoleh taksiran penutupan yang dapat terpercaya diperlukan pencuplikan yang banyak. Frekuensi ditetapkan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan yang dijumpai dalam sejumlah area cuplikan (n) dibandingkan dengan seluruh atau total area cuplikan yang dibuat (N), biasanya dalam prosen. Nilai penting didapatkan berdasarkan penjumlahan dari nilai relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relatif, kerimbunan relatif, dan frekuensi relatif). Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang didapatkan dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat, dikalilkan 100% dalam tabel. Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai penting ini yang biasanya dari harga besar ke kecil dan dua jenis tumbuhan yang terbesar harga nilai pentingnya dapat digunakan untuk menentukan penamaan bentuk vegetasi tadi (Surasana, 1990). Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai relative dari sejumlah variabel yangb telah diukur (kerapatan relative, kerimbunan relative, dan frekuensi relatif). Jika disususn dalam bentuk rumus maka akan diperoleh: Nilai Penting = Kr + Dr + Fr Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam table. Jenis jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990).
BAB III METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Alat dan bBahan a. tali b. patok c. lembar data d. kertas label e. plastik B. Prosedur Kerja
menentukan kuarter (kuarter I) untuk pengambilan Sampel Vegetasi Herba (semak) pada tiap plot ↓
Membuat Kuadrat 2x2 m ↓
Menghitung vegetasi semak di tiap kuadrat ↓
Menghitung Kerapatan, Kerimbunan, dan Frekuensi
BAB IV HASIL DAN ANALISIS
No
Nama Spesies
1
Pandanus tectorius
Densitas Relatif 5,7%
Dominansi Relatif 6%
Frekuensi Relatif 2%
INP 13,7%
2 3
Hernandia peltata Oplismenus sp.
0,3% 5,5%
0,25% 3,6%
4% 4%
4,55% 13,1%
4 5 6
Pandanus sp. Hibiscus tiliaceus Mamme odorata
0,3% 0,3% 0,53%
0,25% 0,17% 0,3%
2% 4% 4%
2,55% 4,47% 4,83%
7 8
Leea sp. Piper sp. (1)
0,18% 69%
0,08% 72,5%
2% 36,7%
2,26% 178,2%
9 Piper sp. (2) 10 Aphamanixis
17,8% 0,18%
16,7% 0,08%
38,8% 2%
73,3% 3,18%
Keterangan : Densitas relatif = jumlah individu jenis tumbuhan total individu seluruh jenis tumbuhan Dominansi relatif = dominansi suatu jenis tumbuhan dominansi seluruh jenis tumbuhan Frekuensi relatif = frekuensi suatu jenis tumbuhan
x 100% x 100% x 100%
total frekuensi seluruh jenis tumbuhan INP = densitas relatif + dominansi relatif + frekuensi relatif Tabel kelas kerapatan dan kerimbunan No
Nama Spesies
1 2 3 4 5
Pandanus tectorius Hernandia peltata Oplismenus sp. Pandanus sp. Hibiscus tiliaceus 6 Mamme odorata 7 Leea sp. 8 Piper sp. (1) 9 Piper sp. (2) 10 Aphamanixis
densitas
Dominansi
2 1 2 1 1
1 1 1 1 1
1 1 5 3 1
1 1 4 2 1
BAB V PEMBAHASAN
Dari praktikum ini dilakukan di Taman Nasional Alas Purwo dengan mengambil kuadran mulai dari pantai hingga masuk ke dalam hutan sebanyak 25 kuadran. Dari praktikum tectorius ditemukan di kuadran pertama dimana kuadran pertama merupakan yang paling dekat dengan pantai melaui metode kuadrat ini ditemukan 10 spesies dari 25 kuadran yang dibuat. Spesies pertama, Pandanus. Hernandia peltata ditemukan di kuadran satu dan tiga, Oplismenus sp. Ditemukan di kuadran satu dan dua, Pandanus sp. Ditemukan hanya di kuadran satu, Hibiscus tiliaceus ditemukan di kuadran satu dan tiga, Mamea odorata ditemukan di kuadran tiga dan empat, Leea sp. Ditemukan hanya di kuadran 4, Piper sp. Ditemukan di hampir semua kuadran, dan Aphamanixis hanya ditemukan di kuadran 8 saja. Dari data yang diperoleh, didapatkan bahwa kerapatan relatif tertinggi dimilikioleh Piper sp. (1), yaitu sebesar 69%. Keberadaan Piper sp. (1) semakin ke dalam relatif semakin tinggi. Untuk frekuensi relatif, Piper sp. (2) memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan kesembilan spesies yang lain, yaitu sebesar 38,8%. Piper sp. (2) hampir tersebar di semua kuadran, terutama di kuadran yang semakin menuju ke dalam hutan. Untuk kerimbunan relatif, Piper sp. (1) memiliki nilai yang paling tinggi, yaitu sebesar 72,5% dimana pada kuadran ke 18, Piper sp. (1) ini paling memiliki penutupan yang paling tinggi dibandingkan dengan penutupan di kuadran yang lain, yaitu sebesar 90% sehingga hampir semua kuadrat terpenuhi oleh Piper sp. (1). Kuadran 18 ini letaknya sudah jauh dari pantai dimana sinar mathari sudah tidak banyak lagi yang dapat sampai ke lantai hutan. Dari penghitungan kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi relatif dapat diperoleh nilai penting untuk masing-masing spesies. Nilai penting yang tertinggi dimiliki oleh Piper sp. (1), yaitu sebesar 178,2% dan yang terendah dimiliki oleh Leea sp., yaitu sebesar 2,26%. Dari nilai penting ini terlihat bahwa Piper sp. (1) adalah tumbuhan yang mendominasi area hutan. Dari pengamatan yang telah dilakukan, telah diketahui bahwa pada setiap plot mempunyai jenis spesies yangberbeda-beda antara satu sa ma lain. Adanya perbedaan spesies ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi vegetasi, yaitu :
Curah hujan
Jumlah hujan sangat penting dalam menentukan jenis vegetasi hutan. Hal ini berpengaruh terhadap perkembengan berbagai jenis tumbuhan. Dengan demikian curah hujan adalah salah satu faktor pembatas bagi mahluk hidup.
Suhu Suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap organisme hidup. Berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses proses kimia dalam tumbuhan tersebut, sedangkan peran tidak langsung dengan mempengaruhi faktor-faktor lainnya terutama suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari organisme hidup.
Kelembaban atmosfir Pada daerah tropis kelembaban atmosfir meningkat menurut ketinggian suatu daerah. Semakin tinggi suatu daerah maka kelembaban semakin tinggi, begitu pula sebaliknya. Ada dua macam kelembaban yaitu kelembaban mutlak, kelembaban nisbi. Kelembaban mutlak adalah sejumlah air dalam udara yang dinyatakan sebagai berat persatuan udara, dan kelembaban nisbi adalah merupakan persentase uap air yang sebenarnya dibandingkan dengan kejenuhan dibawah kendali tekanan suhu yang ada dan bias diukur dengan mencatat perbedaan antara basah dan kering pada suatu tempat (Odum,1998)
Kecepatan angin Dari hembusan angin yang kuat dan terus menerus dengan kecepatan tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada tumbuhan seperti pematahan, kerdil dan perubahan bentuk. Angin dapat mempengaruhi transpirasi dengan bergeraknya uap air dari sekitar tumbuhan. Hal ini merupakan tekanan yang kuat bagi keseimbangan air meskipun jumlah air dalam tanah cukup banyak.
Cahaya Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi utama bagi ekosistem. Struktur dan fungsi dari ekosistem utamanya sangat ditentukan oleh radiasi matahari yang sampai di sistem ekologi tersebut, tetapi radiasi yang berlebihan dapat pula menjadi faktor pembaas, menghancurkan sistem jaringan tertentu. Ada tiga aspek penting yang perlu dibahas dari faktor cahaya ini, yang erat kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu: a. Kualitas cahaya atau komposisi panjang gelombang. b. Intensitas cahaya atau kandungan energi dari cahaya. c. Lama penyinaran, seperti panjang hari atau jumlah jam cahaya yang bersinar setiap hari. Variasi dari ketiga parameter tadi akan menentukan berbagai proses fisiologi dan morfologi dari tumbuhan. Memang pada dasarnya pengaruh dari penyinaran sering berkaitan erat dengan faktor-faktor lainnya seperti suhu dan suplai air, tetapi pengaruh yang khusus sering merupakan pengendali yang sangat penting dalam lingkungannya. BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari praktikum dengan metode kuadrat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa tumbuhan – tumbuahn yang terdapat pada area hutan pantai Taman Nasional Ala s Purwo adalah Pandanus tectorius, Hernandia peltata Oplismenus sp Pandanus sp. Hibiscus tiliaceus Mamme odorata, Leea sp. Piper sp. (1) Piper sp. (2) Aphamanixis. Salah satu tumbuhan yang mendominasi adalah Piper sp. (1). Adanya perbedaan spesies ,
,
,
,
,
,
,
ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi vegetasi, yaitu suhu, Ph, kelembaban, cahaya, dan kecepatan angin. B. Saran Sebaiknya penghitungan dengan metode ini dilakukan dengan teliti agar hasil yang didapat juga akurat. Pengukuran metode ini sebaiknya tidak terlalu jauh karena akan menyita waktu yang banyak mengingat jauhnya jarak yang ditempuh oleh praktikan menuju ke tempat yang diteliti.
DAFTAR RUJUKAN
Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta: UI Press. Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
LAMPIRAN A. Foto / Gambar