PEMILIHAN METODE PELAKSANAAN ERECTION GIRDER TIPE – I DENGAN SISTEM FOATING CRANE, KURA-KURA DAN GIRDER LAUNCHER Supani Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan FTSP – ITS Surabaya
ABSTRAK Proyek Pembangunan Causeway Jembatan Suramadu Sisi Madura Tahap II berada ditengah laut, sehingga sering mengalami pasang surut dan angin kencang. Hal ini menjadi penyebab mengapa pelaksanaan girder menjadi salah satu pekerjaan yang paling sulit untuk dilaksanakan. Selain itu keterbatasan waktu dan biaya juga merupakan faktor penyebab pekerjaan erection girder. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan atribut beserta bobot prioritasnya untuk memilih metode erection girder, bobot prioritas alternatif dan pengaruh perubahan atribut terhadap bobot prioritas alternatif metode pelaksanaan erection girder pada Proyek Pembangunan Causeway Jembatan Suramadu Sisi Madura Tahap II. Alternatif yang dipilih adalah metode floating cranes, metode kura – kura (crawler cranes dikombinasi dengan winch roller), metode girder launchers. Tahapan penelitian ini adalah: mengidentifikasi atribut kriteria dan alternatif dengan survey wawancara dengan cara kompromi, menentukan besar prioritas atribut dan alternatif dengan pendekatan Analytic Hierarchy Process (AHP), serta melakukan analisa sensitifitas berupa dynamic sensitivity dengan menggunakan program bantu expert choice 2000 Hasil analisa diperoleh dari penilaian dua responden yaitu kepala proyek dari pihak kontraktor dan asisten teknik dari pihak owner, prioritas atribut utama yang sama, yaitu mutu dan waktu. Sedang dari penilaian site office engineering dari pihak kontraktor menghasilkan waktu sebagai prioritas atribut utama dan penilaian dari staff engineering dari pihak konsultan menghasilkan mutu sebagai prioritas atribut utama. Untuk bobot prioritas alternatif, dari penilaian keempat responden secara terpisah diperoleh hasil yang sama yaitu metode girder launchers menjadi prioritas utama sebagai alternatif metode pelaksanaan erection girders. Dari analisa secara bekelompok diperoleh besar bobot masing – masing atribut : mutu [0,2878], waktu[0,2776], biaya [0,1263], cara operasi [0,1124], resiko [0,1960] dan besar bobot prioritas alternatif metode erection girder : metode floating cranes [0,3152], metode kura – kura [0,1062], metode girder launchers[0,5787]. Hasil analisa sensitifitas secara berkelompok menunjukan metode girder launchers sebagai prioritas alternatif utama tidak sensitif terhadap perubahan – perubahan atribut mutu, biaya, cara operasi dan resiko, namun metode girder launchers sebagai prioritas alternatif utama sensitif terhadap perubahan – perubahan atribut waktu Kata kunci : Jembatan Suramdu, AHP, erection girder
I
PENDAHULUAN
dapat
mengganggu
alur
pelayaran
yang
ada.
I.1
Latar Belakang
Keberadaan Jembatan Madura diperkirakan akan dapat
Salah satu penyebab tertinggalnya pulau Madura
mengurangi waktu tempuh sebesar 60 menit untuk
adalah
yang
kendaraan yang berasal dan menuju Kec. Kamal,
menghubungkan dengan pulau Jawa. Saat ini jalur
Socah, dan Bangkalan, 110 menit untuk kendaraan
akses Pulau Jawa dan Madura dihubungkan dengan
yang tidak berasal dan menuju Kec. Kamal, Socah, dan
Penyeberangan kapal ferry antara Ujung dan Kamal.
Bangkalan. (www.suramadu.com). Untuk mengatasi
Dari survey yang dilakukan didapat bahwa volume lalu
hal tersebut Pemerintah Republik Indonesia melalui
lintas kapal ferry per arah per hari pada tahun 2002
Departemen Pemukiman Prasarana dan Wilayah
adalah 315 buah kendaraan ringan, 1036 buah Truk
bermaksud
Kecil, 324 buah truk besar, 260 buah Bus dan 8128
menghubungkan antara pulau Madura dengan pulau
buah sepeda motor. Kapasitas kapal ferry yang tersedia
Jawa.
tersebut sudah jenuh yang diindikasikan dengan
Suramadu.
antrean kendaraan rata-rata mencapai 30 menit. Di lain
I.2
terbatasnya
sarana
transportasi
segi kapasitas kapal ferry tidak bisa ditambah karena
membangun
Jembatan
tersebut
jembatan
dinamakan
Latar Belakang Penelitian
yang
jembatan
Perencanaan pembangunan jembatan Suramadu secara
kontraktor pelaksana didasarkan pada perhitungan
umum meliputi perencanaan pembangunan konstruksi,
ekonomi teknis mengenai mutu, biaya, waktu. Metode
jalan raya sebagai akses masuk, jembatan pendekat (
yang digunakan adalah menggunakan crawler crane
Causeway Bridge ) dan jembatan utama ( Main Bridge
berkapasitas 150 ton dan 80 ton yang dioperasikan di
). Pengerjaan jembatan Suramadu dibagi menjadi 3
atas ponton type 210 ft dan 180 ft. Keputusan ini
paket pekerjaan, yaitu: jalan akses dan jembatan
berbeda dari dengan metode pelaksanaan erection
pendekat sisi Surabaya, jembatan utama dan jalan
girder semula direncanakan menggunakan metode
akses dan jembatan pendekat sisi Madura. Pada
launching dengan gantry cranes dari daratan, tetapi
perencanaan jembatan pendekat, struktur jembatan
dengan adanya kontrak pekerjaan secara bertahap yang
yang
dibatasi waktu menyebabkan diadakannya revisi
direncanakan
akan
dikerjakan
menggunakan balok beton pratekan
adalah
( balok girder )
metode kerja.
tipe I sebagai balok utama. Penyangga jembatan
Pada
proyek
Pembangunan
Jembatan
dengan ditambah pelat diafragma dan pelat pracetak
Suramadu Sisi Madura Paket Pembangunan Causeway
untuk lantai kendaraannya. Sedangkan untuk struktur
Dan Jalan Pendekat Tahun Anggaran 2003 – 2004
pilar dan abutment jembatan adalah balok bertulang
telah dilaksanakan erection girder pada 16 bentang,
dengan sistem statis tertentu.
yaitu pada abutment nomor A.102 hingga pada pilar
Jembatan tersebut memiliki panjang total
nomor P.86, berarti pekerjaan erection girder yang
(Surabaya-Madura) 5438 m dan lebar 30 m. Jembatan
harus dilaksanakan masih tersisa 29 bentang karena
ini dibangun dari dua arah, yaitu dari arah Surabaya
pada sisi Madura Paket Pembangunan Causeway Dan
dan dari arah Madura dan akhirnya bertemu di tengah.
Jalan Pendekat direncanakan sebanyak 45 bentang.
Makin menuju ke tengah, potongan memanjang
Pekerjaan yang rencananya akan dilakukan dari pilar
jembatan makin naik. Konstruksi utama jembatan ini
nomor P.86 hingga P.57 ini memiliki aspek teknis
adalah : PCI (Pre-Stressed Conrete I) girder pada
yang cukup sulit yang disertai kondisi lingkungan yang
causeway bridge dan approach bridge, segmental
lebih berisiko karena
girder pada approach bridge, dan cable stayed pada
ditengah laut yang sering mengalami pasang surut dan
main span. Lebar bentang pada cable stayed (jarak
hembusan
antar pylon) memiliki ruang bebas horizontal sebesar
pelaksanaan erection girder yang cocok juga sangat
400 meter dan ruang bebas vertikal sebesar 35 meter.
diperlukan karena jadwal pengerjaan proyek yang
Dari wawancara pendahuluan dengan pihak
erection
girder
pada
yang
cukup
besar.
Metode
harus diselesaikan tepat waktu.
kontraktor pelaksana, pemilihan keputusan metode pelaksanaan
angin
lokasi pelaksanaan berada
Dari permasalahan tersebut metode yang
Proyek
cocok untuk pemilihan erection girder di Proyek
Pembangunan Jembatan Suramadu Sisi Madura Paket
Pembangunan Jembatan Suramadu Sisi Madura Paket
Pembangunan Causeway Dan Jalan Pendekat Tahun
Pembangunan Causeway adalaj menggunakan metode
Anggaran 2003 – 2004 yang telah dilaksanakan pada
Analisa Hierarki Proses (AHP) berdasarkan kriteria
abutment nomor A.102 hingga pada pilar P.86
mutu,
didasarkan pada persetujuan bersama pihak owner,
Sedangkan alternatif metode pelaksanaan yaitu metode
kontraktor pelaksana, manajemen konstruksi dan
floating
konsultan perencana, pada suatu metode pelaksanaan
crawler crane yang dikombinasi dengan winch roller,
erection girder yang diusulkan oleh kontraktor
metode girder launcher.
pelaksana. Usulan metode pelaksanaan yang diajukan
waktu,
biaya,
cara
operasi
dan
resiko.
cranes, metode kura – kura yaitu metode
I.3 1.
2. Kontraktor Pelaksana : PT. Adhi Karya - Waskita
Tujuan Penelitian Menyusun model pengambilan melalui perumusan hierarki dan atribut keputusan dalam pemilihan
Karya, JO 3. Konsultan Supervisi : PT. Virama Karya
keputusan metode kerja erection girder pada
2.
proyek jembatan Suramadu sisi Madura.
II.3
Mendapatkan metode kerja erection girder pada
Data yang akan digunakan dalam penelitian ialah data
proyek jembatan Suramadu yang paling tepat.
primer dan data sekunder yaitu : 1.
I.4
Data Penelitian
Data Primer, yang terdiri dari : a.
Lingkup Bahasan/Batasan Masalah
Kriteria dari metode kerja yang paling cocok
Batasan masalah dalam penulisan ini adalah metode
untuk dilakukan dalam proyek pembangunan
pelaksanaan erection girder jembatan Suramadu sisi
Jembatan
Madura pada pilar nomor P.86 hingga P.57.
alternatif metode kerja.
II
METODOLOGI
II.1
Lokasi Proyek
Suramadu
b.
Atribut keputusan
c.
Penilaian
Sisi
perbandingan
Madura
dan
berpasangan
berdasarkan atribut keputusan
Lokasi proyek adalah sebagai berikut :
2.
Data Sekunder Data sekunder yang dikumpulkan ialah sebagian data kondisi alternatif metode kerja erection girder berdasarkan atribut keputusan.
II.4
Pengumpulan Data
Sumber informasi diperoleh dari responden/pemberi Gambar 3.1 Peta Lokasi Proyek Jembatan Suramadu
keterangan , yaitu : a.
Kepala Proyek dari pihak Adhi Karya-Waskita Karya, JO.(Kontraktor)
b.
Site Office Engineering dari pihak Adhi KaryaWaskita Karya, JO.(Kontraktor)
c.
Assisten
Teknik
dari
pihak
Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah Proyek Induk Gambar 3.2 Denah Jembatan Suramadu
Pembangunan Jembatan Suramadu Sisi Madura Propinsi Jawa Timur (Owner)
II.2
Populasi Dan Sampel
d.
Populasi dalam penelitian ini ialah sebagian personil dari
pelaksana
pekerjaan
Proyek
Staff Engineering dari pihak PT. Virama Karya (Konsultan)
Pembangunan
Jembatan Suramadu Sisi Madura, yang terdiri dari personil: 1.
II.5
Pemilik Proyek : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Proyek Induk Pembangunan
Jembatan
Suramadu Sisi Madura Propinsi Jawa Timur
Kuisioner
Kuesioner yang dibagikan adalah kuesioner penilaian perbandingan berpasangan.
II.6
bentang causeway
Bagan Alir Tahapan Penelitian
jembatan Suramadu sisi
Madura Tahap II. Permasalahan
Fase 1: Intelligence (Penelusuran lingkup masalah)
3.
Beaya Kriteria ini berkaitan dengan biaya operasional
Tujuan
alat untuk masing-masing alternatif. 4.
Cara operasi Kriteria ini berkaitan dengan ke-ergonomis-an alat
Wawancara Identifikasi Atribut Kriteria dan Alternatif
Studi Literatur
– alat yang digunakan pada masing-masing alternatif metode erection girde. 5.
Fase 2: Design (Perancangan
Resiko Kriteria ini berkaitan dengan resiko yang
Penentuan kriteria dan alternatif
terjadi selama pelaksanaan.
Penyelesaian masalah) Analisa Metode AHP
Model Analytical Hierarchy Process (AHP)
Analisa Sensitifitas
Fase 3: Choice (pemilihan tindakan)
Metode Pelaksanaan Erection Girder
Level 0 Focus
Penentuan Metode kerja erection girder Level 1 Criteria
Gambar 1.1 Bagan Alir Penelitian Mutu II.7
Waktu
Studi Literatur
Biay a
Resiko
Cara Operasi
Studi literatur yan diperlukan adalah meliputi analisa dengan menggunakan metode AHP dan
Level 2 Alternativ
berbagai metode pelaksanaan dari jembatan.
II.8
Metode Floating Cranes
Identifikasi Atribut
Metode Kura- Kura
Metode Girder Launchers
Identifikasi atribut berbagai macam metode pelaksanaan erection girder diperoleh melalui kajian
Gambar 1.2 Model Analytical Hierarchy Process (Sumber: Hasil Analisa)
lieratur dan wawancara kepada responden.
II.9
II.10
Penentuan Kriteria dan Alternatif
Kriteria yang dipergunakan dalam memilih metode
Analisa Metode AHP Proses
pengambilan
keputusan
dengan
erection girder adalah:
metode AHP dapat digambarkan secara grafis sehingga
1.
mudah untuk dipahami oleh semua pihak yang terlibat
2.
Mutu Kriteria ini berkaitan dengan kualitas PCI girder
dalam pengambilan keputusan. Proses keputusan yang
setelah dilaksanakan pekerjaan erection girder,
kompleks
apakah masih sesuai yang disyaratkan atau tidak.
keputusan yang lebih kecil sehingga dapat ditangan
diuraikan
menjadi
keputusan-
dengan mudah. Adapun untuk tahapan metode AHP
Waktu Kriteria ini berkaitan dengan lamanya waktu yang diperlukan
dapat
untuk
menyelesaikan
pekerjaan
erection girder pada proyek pembangunan 29
dapat dilihat pada gambar 2.1.
Pemindahan PCI girder dari stock yard keatas boogie truck menggunakan service cranes
Model hieraki keputusan
Matriks Perbandingan Berpasangan
Mobilisasi PCI girder mengunakan boogie truck menuju dermaga
Penilaian Perbandingan Berpasanngan
PCI girder dipindahkan dari boogie truck ke atas ponton dengan menggunakan service cranes
Matriks Input
Ponton yang mengangkut PCI girder ditarik dengan tug boat menuju span yang direncanakan
Normalisasi matriks
PCI girder sudah pada span yang direncanakan
CI Girder dipindahkan keatas bearing pad dengan dua buah floating cranes Uji Konsistensi Matriks
CR ≤ 0,1
Tidak
Girder diletakkan sesuai dengan as yang telah direncanakan
Ya tidak Bobot Pendapat (Sintesa)
Gambar 2.1. Bagan Alir Analisa Metode AHP
Cek posisi Sesuai? ya
Antar girder diperkuat dengan besi D16 yang dilas dan dirantai
II.11
Analisa Sensitifitas
Yaitu untuk mengetahui perubahan atribut keputusan mempengaruhi prioritas alternatif. Analisa sensitifitas
Gambar 3.1. Diagram alir pelaksanaan erection girder dengan metode floating crane
yang dilakukan adalah dynamic sensitivity dengan menggunakan program bantu Expert Choice 2000.
III
METODE KERJA ERECTION GIRDER
III.1 Proses Erection Girder Metode floating cranes Pada metode ini digunakan dua buah floating cranes berkapasitas 100 ton untuk meletakkan girder pada pilar. floating cranes tersebut ditempatkan di atas ponton. Untuk menjaga kestabilan maka floating cranes dikaramkan dengan cara diisi air pada bagian badan floating cranes. Mobilisasi balok girder didarat menggunakan boogie truck dan mobilisasi dilaut menggunakan ponton yang ditarik tug boat. Untuk memindahkan
balok girder dari boogie truck ke
ponton digunakan 2 unit service cranes kapasitas 80 ton. Pelaksanaan erecion PCI Girder adalah seperti pada gambar berikut ini :
Gambar 3.2. Layout Rencana Pelaksanaan Metode Floating Cranes Pada Proyek Pembangunan Causeway Jembatan Suramadu Sisi Madura Tahap II
III.2 Proses Erection Girder Metode Kura-kura
digunakan
untuk
melaksanakan
erection
girder.
Metode ini digunakan dua buah crawler cranes berkapasitas 100 ton untuk meletakkan girder pada pilar. Crawler cranes tersebut ditempatkan di atas ponton.Untuk menjaga kestabilan crawler cranes maka ponton dikaramkan dengan cara diisi air pada bagian badan
ponton.
Mobilisasi
balok
girder
didarat
menggunakan boogie truck dan mobilisasi dilaut menggunakan ponton. Untuk memindahkan
balok
girder dari boogie truck ke ponton digunakan 2 unit service cranes kapasitas 80 ton.
III.3 Proses Erection Girder Metode girder launchers Gambar 3.3. Layout Rencana Pelaksanaan Metode
Metode ini menggunakan alat launching gantry, salah
Kura - Kura
satu dari berbagai jenis girder launchers. Pelaksanaan erection girder dilaksanakan diatas jembatan. Girder
Pemindahan PCI girder dari stock yard keatas boogie truck menggunakan service cranes
diluncurkan dari span satu menuju span yang dituju menggunakan
Mobilisasi boogie truck menuju dermaga
trolley
yang
bergerak
diatas
rel
longitudinal, setelah girder sampai pada posisi PCI girder dipindahkan ke ponton dengan service cranes
launching
gantry,
lalu
launching
gantry
yang
membawa balok girder tersebut bergerak secara Ponton ditarik tug boat menuju span yang direncanakan
transversal menuju bearing pad dimana balok tersebut akan diletakkan, setelah pekerjaan erection girder pada
PCI girder sudah pada span yang direncanakan
satu span tersebut selesai lalu gantry bergerak maju. Crawler Crane mengangkat Girder menuju Roller Girder
Girder yang sudah di posisi Roller Girder ditarik dengan Winches secara manual
Erection girder dari Stockyard menuju Trolley Trolley membawa Girder menuju Launching Gantry Sampai seluruh span selesai
Girder sudah pada posisi rencana
Girder sudah Di posisi Launching Gantry Sampai satu span selesai
Girder diangkat dengan dongkrak hidrolis yang digerakkan secara manual
Temporary Bridge diangkat dengan Hidraulic Jack
Girder diletakkan sesuai as rencana
Launching Gantry bergerak transversal menuju Bearing Pad
tidak Cek posisi Sesuai?
Instalasi profil sambungan pada Temporary Bridge
Launching Gantry meletakkan Girder
Temporary Bridge ditarik maju
Launching Gantry kembali ke posisi semula
ya Antar girder diperkuat dengan besi D16 yang dilas dan dirantai
Gambar 3.4. Diagram alir pelaksanaan erection girder dengan metode kura – kura Metode ini hampir sama dengan metode floating cranes, yang berbeda hanya pada alat berat yang
Temporary Bridge berada di span berikutnya
Launching Gantry bergerak maju
Gambar 3.5. Diagram metode pelaksanaan Launching girder dengan alat Launching Gantry. Sumber: Hanif , 2004
-
2
Kura - kura
-
Girder launchers
3
-
dibawahnya yang menyokongnya Pengangkatan PCI girder dengan menggunakan slinguntuk diletakkan pada roller girder Pergerakan secara transversal menuju bearing pad dengan roller girder yang ditarik winches secara manual Pengangkatan pada as rencana dengan dongkrak hidrolik secara manual Pergerakan secara transversal dengan gantry menuju bearing pad yang direncanakan Penurunan girder dari gantry untuk diletakkan girder pada as rencana
Sumber: Hasil Analisa Tabel 4.2.
Gambar 3.7. Layout Rencana Pelaksanaan Metode Girder Launchers (Sumber: Hasil Analisa) IV
ANALISA ATRIBUT KRITERIA
Perbandingan Penempatan PCI Girder Pada Bearing Pad Terhadap Alternatif
No
Alterna tif
Ke-presisi-an Penempatan PCI Girder Pada Bearing Pad
1
Floating cranes
Ke-presisi-an penempatan PCI girder pada bearing pad sesuai as rencana didasarkan hanya pada perkiraan operator floating crane dan pengarahan dari tenaga kerja yang mengarahkanya
2
Kura – kura
Ke-presisi-an penempatan PCI girder pada bearing pad didasarkan hanya pada perkiraan operator winch roller dan tenaga kerja pelaksana pengangkatan PCI girder pada bearing pada sesuai as rencana dengan dongkrak hidrolik secara manual
3
Girder launcher
Penurunan PCI girder dari gantry untuk diletakkan pada bearing pad sesuai as rencana dilakukan secara mekanis sehingga ke-peresisi-an bisa lebih akurat
Sumber: Hasil Analisa
TERHADAP ALTERNATIF IV.2 Kriteria Waktu
IV.1 Kriteria Mutu Kriteria mutu adalah kualitas dari PCI girder
Perhitungan cycle time pada ke-3 alternatif untuk
setelah dilaksanakan pekerjaan erection girder.
masing-masing alat berdasarkan pada data-data dari
Kriteria mutu untuk masing-masing alternatif
supplier alat berat, buku referensi, dan pengamatan
dapat ditabelkan seperti berikut :
dilapangan.
Perhitungan
ini
dilakukan
dengan
mengasumsikan bahwa peralatan dalam kondisi baik Tabel 4.1. Faktor Penurunan Mutu PCI Girder
atau dengan Efisiensi kerja (E) = 75%. Hasil dari
No
Alternatif
analisa perhitungan waktu siklus dari masing-masing
1
Floating crane
Faktor Penurun Kualitas PCI Girder -
Pengangkatan PCI girder dengan menggunakan sling dan bergerak menuju bearing pad tanpa ada tumpuan
alat dapat dilihat seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.3. Perbandingan Durasi Erection Girder No. 1 1 2 3
Metode 2 Floating Cranes Kura – kura Girder Launchers
Cycle Time /girder(menit) 3
Produktifitas Q (girder/jam) 4
Durasi/ Girder (jam) 5
Produktifitas Q (girder/hari) 6
Durasi /bentang (hari) 7
Durasi 29 Bentang (hari) 8
95,215
0.40
2,5
2,4
6,67
193,43
124,86
0.30
5,56
1,8
8,88
257,52
137.15
0.28
3.57
2.24
7.13
206,77
Catatan: Metode floating cranes dan metode kura – kura diasumsikan dalam 1 hari kerja adalah 6 jam dikarenakan pengaruh dari pasang surut air laut dan hembusan angin, sedang metode girder launchers diasumsikan 1 hari kerja adalah 8 jam,karena metode ini tidak terpengaruh oleh pasang surut air laut dan hembusan angin (Sumber: Hasil Ana lisa)
IV.3 Biaya
Total beaya sewa alat per jam = (sewa/jam) + (beaya
Secara umum beaya peralatan dihitung berdasarkan:
bahan bakar/jam) + (beaya pelumas/jam) + (beaya
1.
Beaya Pemilikan, meliputi: beaya investasi,
pemeliharaan alat/jam) + (waktu operator/jam).
berupa bunga uang yang diinvestasikan, semua
Hasil dari analisa perhitungan biaya untuk masing-
jenis pajak yang dibebankan kepada peralatan,
masing alat adalah seperti tabel berikut :
asuransi,
Tabel 4.4. Perbandingan Kriteria Biaya Terhadap
beaya
penyimpanan,
dan
beaya
penyusutan, yaitu penurunan nilai suatu peralatan
Ketiga Alternatif
seiring dengan berjalannya waktu yang umumnya
No.
Metode
Biaya Launching Girder /girder (Rp)
Total Biaya Launching Girder 29 Bentang (Rp)
1
2
3
4
Rp.22.558.947,50
Rp.10.467.351.640,00
Rp.38.307.312,09
Rp.17.774.592.811,98
Rp.12.422.031,53
Rp.6.911.206.880,16
disebabkan oleh kerusakan akibat pemakaian, keusangan, atau menurunnya kebutuhan. 2.
Beaya Operasi, merupakan beaya-beaya yang berkaitan dengan pengoperasian suatu peralatan.
1.
Floating Cranes
Beaya operasional rneliputi beaya pemeliharaan, pemakaian, dan perbaikan. beaya bahan bakar,
2.
beaya pelumas, beaya operator. Ada beberapa faktor yong mempengaruhi beaya pemilikan dan
3.
Kura – kura Girder
beaya operasi meliputi: Harga alat termasuk PPN,
Launchers
bea masuk, angkutan, dan administrasi; kondisi
Sumber: Hasil Analisa
medan kerja; jumlah jam pemakaian; harga bahan bakar
dan
pelumas;
demobilisasi
alat;
pembongkaran;
beaya
beaya
pemeliharaan
mobilisasi
dan
IV.4 Cara operasi
pemasangan
dan
Kemudahan pengoperasian akan menunjang banyak
perbaikan.
aspek yang ingin dicapai dalam proyek yaitu tepat
dan
Beaya pengoperasian alat meliputi:
mutu, tepat waktu, tepat biaya. Resiko kecelakaan juga
a.
Beaya bahan bakar
dapat direduksi bila alat lebih stabil dalam pelaksanaan
Beaya bahan bakar = (12-15)%×HP× BBM
erection girder
HP = horse power
1.
BBM = harga bahan bakar b.
Beaya pelumas
Metode Floating cranes
Metode ini adalah sejenis ponton bermesin yang dilengkapi alat crane. Floating cranes digunakan pada pekerjaan erection girder yang dilakukan di sungai
=(2.5-3)%×HP×Harga Pelumas c.
Beaya pemeliharaan alat =
d.
(18,75 - 26,25)% × Full
Landed Pr ice 2000 jam kerja pertahun
atau laut yang dalam. Penggunaan floating cranes tergantung pada kedalaman laut atau sungai yang memadai
yang
berkaitan
dengan
ketenangan
permukaan air dimana floating cranes dapat bekerja
Full Landed Price = harga alat berat
dengan baik. Kesetimbangan floating cranes bertumpu
Beaya operator
pada badan kapal. Mobilisasi floating cranes tidak
Beaya operator = Upah per hari/ 8
memerlukan bantuan alat lain karena mempunyai
1 operator= Rp 50.000,-/8= Rp. 6.250,-
mesin sendiri.
2 pembantu op=Rp.25.000,-/8= Rp. 3.125,Total beaya operator= Rp. 9.375.-
2.
Metode Kura - kura
Crawler cranes mempunyai bagian atas yang dapat berputar 3600. Dengan roda crawler maka crane tipe
ini dapat bergerak di dalam lokasi proyek saat melakukan pekerjaannya. Pada saat crane akan digunakan di proyek lain maka crane diangkut dengan menggunakan
lowbed
trailer.
Pengangkutan
ditempatkan. (Sumber: Libby, James R.,”Modern Prestressed Concrete”) Tabel 4.5. Perbandingan Cara Operasi Alat
ini No
dilakukan
dengan
membongkar
boom
menjadi
beberapa bagian untuk mempermudah pelaksanaan
Cara Operasi
Floating Cranes
Mobilisas i ke proyek
Dengan mesin sendiri
Crawler cranes diangkut lowbed trailer Winches dan roller girder dirakit kembali
Komponen – komponenya dirakit kembali
2
Tumpuan
Badan Kapal
Pier
3
Pengaruh kondisi permukaa n air
Water Level
Crawler cranes bertumpu pada roda crawlernya yang ditempatkan diatas ponton Winches dan roller girder betumpu pada pier Crawler cranes harus benar – benar water level
tidak akan menjadi masalah karena lebar kontak antara
permukaan merupakan material yang sangat jelek. Keseimbangan alat dipengaruhi oleh besarnya jarak roda crawler. Crane yang mempunyai crawler yang lebih panjang mempunyai keseimbangan yang lebih baik. Pada saat pengangkatan material, hal – hal yang perlu diperhatikan adalah posisi alat pada waktu pengoperasian harus benar – benar water level, untuk mencapai kondisi water level seperti maka digunakan ponton. Setelah PCI girder ditempatkan diatas roller
Girder Launchers
1
pengangkutan.Pengaruh permukaan tanah terhadap alat
permukaan dengan roda cukup besar kecuali jika
Kura - Kura
4
girder oleh crawler cranes maka winches menarik
Cara Menytabi lkan Alat
Badan kapal dikaram kan
Winches dan roller girder tidak terpengaruh kondisi permukaan air Ukuran roda crawler cranes
Tidak terpengaruh kondisi permukaan air
Girder sebagai penyeimbang
Ponton dikaramkan
roller girder secara manual. Roller girder bergerak 5
secara
tranversal
direncanakan.
meuju
Winches
bearing
pad
yabg
roller
girder
pada
dan
Pergeraka n alat erection girder
pengoperasianya tidak terpengaruh permukaan air
Crane yang dapat berputar 3600
Roller girder bergerak secara transversal ditarik winches dengan manual
karena ditempatkan di pier. 3.
Metode Girder Launchers
Metode
pelaksanaan
launching
girder
Crawler cranes mempunyai crane yang dapat berputar 3600
untuk
Girder diluncurkan menggunakan trolley yang bergerak diatas rel longitudinal Launching gantry bergerak secara transversal
pemakaian alat girder launchers. Sumber: Hasil Analisa IV.5 Resiko Identifikasi resiko ini didapat dari hasil wawancara dengan
Kepala
Proyek
pembangunan
jembatan
Suramadu sisi Madura. Pembobotan kriteria resiko dilakukan dengan menjumlahkan banyaknya item resiko pada masing – masing alternatif. 1. Gambar 4.1 Urutan kerja pada pemakaian Girder Launcher. (1) Launcher yang sudah dirakit dihubungkan dengan girder yang berfungsi sebagai pemberat. (2) Launcher dan girder dipindahkan menuju bentang yang direncanakan. (3) Launcher sudah pada posisi untuk erection. (4) Girder dihubungkan pada ujung penggantung Launcher. (5) Girder sudah terangkat oleh Launcher. (6) Girder telah
Uraian Risiko dan Dampak Risiko Pada Metode Floating Crane
Uraian risiko dan dampak risiko pada alternatif metode floating cranes dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.6. Risiko metode floating cranes No 1
Urutan Pelaksanaan Erection Girder Pemindahan girder dari stok area ke atas bogie truck menggunakan 2 unit mobile crane.
Uraian Risiko 1. Kerusakan alat (2 items)
Tabel 4.7. Risiko metode kura - kura No 1
Tanah pada stock area terjadi settlement Tali seling putus (3 items)
Urutan Pelaksanaan Erection Girder Pemindahan girder dari stok area ke atas bogie truck menggunakan 2 unit mobile crane.
Setting outrigger truck crane tidak stabil
Mobilisasi balok Girder menuju dermaga.
6. Girder patah saat diangkat 2
Jalan kerja tidak rata (2 items)
Mobilisasi balok Girder menuju dermaga.
Kecerobohan pekerja dalam memasang pengaman
6.
Balok terguling
Balok girder dipindah keatas ponton menggunakan 2 unit crane.
3
Kerusakan alat (crane) Pasang surut air laut (mempengaruhi pergerakan ponton) (1 item) Setting outrigger truck crane tidak stabil
4
Operator crane kurang kompak 4
Ponton ditarik menggunakan Tug Boat menuju pilar
5 Angin besar (berpengaruh pada stabilitas ponton dan balok girder)
Ponton tidak terkendali saat ditarik Balok girder dipindahkan ke atas pilar menggunakan 2 unit floating cranes.
Ombak besar yang (mempe ngaruhi stabilitas floating cranes.) (1 item)
6
Stabilitas ponton (1 item) Operator truck crane kurang kompak Angin kencang(2 items) Kerusakan alat(2 items)
6
Operator dibantu pekerja lain meletakkan as girder sesuai dengan as bearing pad.
Balok girder dipindah keatas ponton menggunakan 2 unit crane yang menumpang diponton. Ponton ditarik menggunakan Tug Boat menuju pilar
Pasang surut air laut (mempe ngaruhi pergerakan ponton) (1 item)
Setting outrigger truck crane tidak stabil(1 item)
5
Angin kencang (mempengaruhi kestabilan pengangkatan girder) Girder yang bergerak-gerak (tidak stabil) mengikuti ombak
Sumber: Hasil Wawancara dengan Kepala Proyek pembangunan jembatan Suramadu sisi Madura
Balok girder dipindahkan ke atas kura-kura pada pilar menggunakan 2 unit crane yang menumpang diponton. Kura-kura digerakkan transversal untuk meletakkan as girder sesuai dengan as bearing pad dengan bantuan pekerja.
Kerusakan pada truck (misal: As roda patah, ke rusakan mesin, dll) 1. Kerusakan alat (crane) 2.Pasang surut air laut mempengaruhi pergerakan ponton 3. Operator crane kurang kompak
1. Pasang surut mempengaruhi pergerakan ponton 2. Angin besar (berpengaruh pada stabilitas ponton dan balok girder) 3. Ponton tidak terkendali saat ditarik (1 items) 1. Ombak besar yang mempengaruhi stabilitas crane 2. Stabilitas ponton 3. Operator crane kurang kompak 4. Angin kencang
(2 items)
5. Kerusakan alat
(2 items)
1. Gaya lateral yang bisa melenturkan balok (2 items) 2. Kerusakan peralatan (2 items) 3. Balok terguling
(3 items)
Sumber: Hasil Wawancara dengan Kepala Proyek pembangunan jembatan Suramadu sisi Madura 3.
Uraian Risiko dan Dampak Risiko Pada Metode Girder Launchers
Uraian risiko dan dampak risiko pada alternatif metode girder launchers dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.8. Uraian risiko metode girder launchers
2. Risiko Pada Metode Kura -Kura
No
Uraian risiko dan dampak risiko pada alternatif
1
metode kura - kura seperti pada tabel berikut:
2. Kecerobohan pengemudi
5. Balok terguling
Jalan kerja ambles
3
1. Jalan kerja tidak rata (2 items)
3. Kecerobohan pekerja dalam memasang pengaman 4. Jalan kerja ambles
Kecerobohan pengemudi.
Kerusakan pada truck (misal: As roda patah, kerusakan mesin, dll)
3. Tali seling putus
5. Girder roboh atau terguling karena tidak seimbang penempatannya (3 items)
Girder roboh atau terguling karena tidak seimbang penempatannya
2
2. Kekompakan operator kurang
4. Kekompakan operator kurang
Operator crane kurang kompak
Girder patah saat diangkat
Uraian Risiko 1. Tali seling putus (3 items)
Urutan Pelaksanaan Erection Girder Pemindahan girder dari stok area ke atas bogie truck
Uraian Risiko Kerusakan alat (2 items) Tanah pada stock area terjadi settlement
menggunakan 2 unit mobile crane.
2
Mobilisasi balok Girder menuju bentang ke 15.
Tali seling putus
V.2 Sintesa
Setting outrigger truck crane tidak stabil
Bobot prioritas alternatif dari hasil sintesa antar atribut
Kekompakan operator kurang
dan alternatif adalah seperti pada tabel berikut :
Girder roboh atau terguling karena tidak seimbang penempatan nya Girder patah saat diangkat
Tabel 5.1. Hasil Sintesa Atribut Kriteria dan Alternatif
1. Jalan kerja tidak rata 2. Kecerobohan pengemudi Kecerobohan pekerja memasang pengaman Balok terguling
3
Balok girder dipindahkan ke atas trolley menggunakan 2 unit truck crane.
Terhadap Tujuan
dalam
Kerusakan pada truck (misal: As roda patah, kerusakan mesin, dll) 1. Operator crane kurang kompak Setting outrigger truck crane tidak stabil 3. Kerusakan alat
4
Troley bergerak 1. Kerusakan alat dengan membawa girder dari bentang ke 15 sampai ke bentang ke 16 5 1. Gaya lateral yang bisa Launching gantry digerakkan melenturkan balok transversal untuk meletakkan as girder 2. Kerusakan peralatan sesuai dengan as 3. Balok terguling bearing pad dengan bantuan pekerja. Sumber: Hasil Wawancara dengan Kepala Proyek pembangunan jembatan Suramadu sisi Madura
V
Penilaian dan Analisa Keputusan
V.1
Penilaian Perbandingan Berpasangan
Bobot prioritas diatas dapat digambarkan seperti pada gambar berikut : Level 0 Focus
Metode Pelaksanaan Erection Girder
Level 1 Criteria
Sesuai hierarki yang dikembangkan, maka matriks
Mutu 0,2878
perbandingan berpasangan terdiri dari : a.
Sumber: Hasil Analisa
Waktu
Biaya
Cara
Resiko
0,2776
0,1263
Operasi
0,1960
0,1124
4 matrik perbandingan berpasangan antar atribut kriteria terhadap tujuan
b.
20
matrik
perbandingan
berpasangan
antar
Level 2 Alternativ e
alternatif terhadap atribut kriteria Contoh
dari
matriks
Penilaian
Perbandingan
Berpasangan Antar Alternatif Pada Kriteria Mutu
Metode Floating Cranes
Metode Kura- Kura
Metode Girder Launchers
0,3152
0,1062
0,5787
adalah seperti pada tabel berikut : Floating cranes 1
Floating cranes Kura – 1/3 Kura Girder 7 launchers Sumber : Hasil Analisa
Kura – kura 3
Girder launchers 1/7
1
1/7
7
1
Gambar 5.1. Diagram Bobot Prioritas Setiap Elemen Hierarki (Sumber: Hasil Analisa) Berdasarkan hasil sintesa atribut kriteria dan alternatif terhadap tujuan, maka metode girder launchers menjadi prioritas alternatif
pertama dengan bobot
prioritas sebesar 0,5787. Kemudian metode floating
cranes menjadi prioritas alternatif kedua dengan bobot
Pada gambar 6.1. terlihat bahwa bobot prioritas mutu
prioritas sebesar 0,3152 dan metode kura – kura
diturunkan menjadi 0,0500, hal ini menyebabkan
menjadi prioritas alternatif terakhir dengan bobot
atribut kiteria mutu menjadi prioritas terendah terhadap
prioritas sebesar 0,1062 yang dapat digambarkan
tujuan. Efek dari hal tersebut adalah atribut kriteria
seperti pada gambar grafik berikut :
waktu menjadi prioritas tertinggi dengan bobot prioritas 0,3700. Kemudian atribut kriteria resiko menjadi prioritas kedua
(0,2610). Atribut kriteria
biaya menjadi prioritas ketiga (0,1680), sedang atribut kriteria cara operasi menjadi atribut kriteria keempat (0,1500). Pada bobot prioritas alternatif, perubahan bobot prioritas mutu menjadi 0,0500 menyebabkan Gambar 5.2. Bobot Prioritas Tiap Atribut Kriteria
bobot prioritas metode girder launchers menurun
Sumber: Hasil Analisa
menjadi 0,5140, namun metode girder launchers tetap menjadi prioritas alternatif pertama dalam pemilihan
0.1062
keputusan untuk menentukan metode pelaksanaan
0.3152
erection girder. Kemudian metode floating cranes 0.5787
sebagai prioritas alternatif kedua (0,3730) dan metode kura – kura menjadi prioritas alternatif terakhir
Floating Cranes
Kura - Kura
Girder Launchers
Gambar 5.3. Bobot Prioritas Tiap Alternatif Sumber: Hasil Analisa
(0,1130) kriteria VI.2 2. Atribut Kriteria Waktu Atribut alternatif
VI
Analisa Sensitifitas
kriteria
waktu
sebagai
prioritas
kedua, bobotnya akan dinaikan mejadi
0,5000 seperti berikut :
Analisa sensitifitas dilakukan untuk mengetahui seberapa sensitif suatu solusi hasil keputusan terhadap perubahan – perubahan variabel yang mempengaruhinya. Adapun hasil analisa sensitifitas sebagai berikut : VI.1 Atribut Kriteria Mutu Atribut kriteria mutu sebagai prioritas alternatif tertinggi bobotnya akan diturunkan seperti berikut :
Gambar 6.2. Dynamic Sensitivity pada Atribut Kriteria Waktu Sebagai Prioritas Alternatif Tertinggi Sumber: Hasil Analisa Expert Choice 2000
Pada gambar 6.2. terlihat bahwa bobot prioritas waktu dinaikan menjadi 0,5000, hal ini menyebabkan atribut kiteria waktu menjadi prioritas tertinggi terhadap tujuan. Hasilnya adalah atribut kriteria mutu menjadi prioritas kedua dengan bobot prioritas 0,1990. Gambar 6.1. Dynamic Sensitivity Atribut Kriteria Mutu (Sumber: Hasil Analisa Expert Choice 2000)
Kemudian atribut kriteria resiko menjadi prioritas ketiga (0,1360). Atribut kriteria biaya menjadi prioritas
keempat (0,0870), sedang atribut kriteria cara operasi
meningkat menjadi
menjadi atribut kriteria terakhir (0,0780). Pada bobot
launchers tetap menjadi prioritas alternatif pertama
prioritas alternatif, perubahan bobot prioritas waktu
dalam pemilihan keputusan untuk menentukan metode
menjadi 0,5000 menyebabkan bobot prioritas metode
pelaksanaan erection girder pada proyek pembangunan
girder launchers menurun menjadi
0,4660, namun
causeway jembatan Suramadu sisi Madura Tahap II.
metode girder launchers tetap menjadi prioritas
Kemudian metode floating cranes sebagai prioritas
alternatif pertama dalam pemilihan keputusan untuk
alternatif kedua (0,2690) dan metode kura – kura
menentukan metode pelaksanaan erection girder.
menjadi prioritas alternatif terakhir (0,1330) kriteria.
0,5980, namun metode girder
Kemudian metode floating cranes sebagai prioritas alternatif kedua (0,4290) dan metode kura – kura
VI.4 Hasil Kesimpulan Analisa - Analisa
menjadi prioritas alternatif terakhir (0,1050) kriteria.
Berikut adalah tabel hasil kesimpulan dari analisa – analisa yang sudah dilakukan untuk menentukan
VI.3 Atribut Kriteria Cara Operasi
metode pelaksanaan erection girder pada proyek
Atribut kriteria cara operasi sebagai prioritas alternatif
pembangunan causeway jembatan Suramadu sisi
terendah, bobotnya akan dinaikan mejadi 0,5000
Madura Tahap II
sehingga atribut kriteria cara operasi menjadi prioritas
Tabel 6.1. Hasil Kesimpualn Analisa - Analisa
alternatif tertinggi.
Sumber: Hasil Analisa
Berdasarkan tabel 6.1, dapat diketahui bahwa metode girder launchers selalu menjadi prioritas utama
Gambar 6.3. Dynamic Sensitivity
sebagai metode pelaksanaan erection girder pada
Sumber: Hasil Analisa Expert Choice 2000
proyek pembangunan causeway jembatan Suramadu Pada gambar 6.3. terlihat bahwa bobot prioritas cara operasi dinaikan menjadi 0,5000, hal ini menyebabkan atribut kiteria cara operasi menjadi prioritas tertinggi terhadap tujuan. Efek dari hal tersebut adalah atribut kriteria mutu menjadi prioritas kedua dengan bobot prioritas 0,1620. Kemudian atribut kriteria waktu menjadi prioritas ketiga (0,1560). Atribut kriteria resiko menjadi prioritas keempat (0,1100), sedang atribut kriteria biaya menjadi atribut kriteria terakhir (0,0710). Pada bobot prioritas alternatif, perubahan bobot
prioritas
cara
operasi
menjadi
0,5000
menyebabkan bobot prioritas metode girder launchers
sisi Madura Tahap II pada semua analisa. VI.5 Penentuan Metode Pelaksanaan Erection Girder Dengan mempertimbangkan yang telah didapat dari hasil dari analisa AHP berdasarkan penilaian masing – masing responden secara terpisah, analisa AHP secara berkerlompok dan analisa sensitifitas, maka metode erection girder yang paling tepat untuk dilaksanakan pada
proyek
pembangunan
causeway
Jembatan
Suramadu Sisi Madura Tahap II adalah metode girder launchers
VII Kesimpulan
VIII DAFTAR PUSTAKA
Dari hasil penelitian dalam pemilihan keputusan untuk
Anonim,
Gambar-gambar
Perencanaan
menentukan metode pelaksanaan erection girder pada
Jembatan
proyek pembangunan causeway jembatan Suramadu
Direktorat Jendral Prasarana Wilayah dan
sisi Madura Tahap II ini dapat diperoleh kesimpulan
Direktorat Sistem Jaringan Prasarana.
sebagai berikut: 1.
Anonim,
Buku
Referensi
Untuk
Kontraktor
keputusan untuk menentukan metode pelaksanaan
Sipil, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
girder
pada
proyek
pembangunan
Bangunan
Manajemen
II adalah atribut kriteria mutu, waktu, biaya, cara
Jakarta: Erlangga
Dari hasil dari analisa keuntungan dan kerugian, analisa AHP dan analisa sensitifitas, maka metode erection
girder
yang
paling
tepat
untuk
dilaksanakan pada proyek pembangunan causeway Jembatan Suramadu Sisi Madura Tahap II adalah metode girder launchers
menggunakan dynamic senstivity hasil
analisa dari program bantu expert choice 2000 adalah sebagai berikut: a.
perubahan atribut kriteria mutu, biaya, cara operasi dan resiko
sensitif
Profesional,
Brodjonegoro, Bambang Permadi S. 1992. ”AHP” Analytical Hierarchy Process. Jakarta : PAU-Ekonomi Universitas Indonesia. Endro, Yudhy Usman Bayu., 2004,
Analisa
Pemilihan Metode Pelaksanaan Launching Girder Proyek Jembatan Suramadu Sisi Surabaya, Surabaya: Tugas Akhir Jurusan
Hanif, 2004, Perencanaan Metode Pelaksanaan Jembatan
Suramadu Dengan
Direct
Launcher Girder, Surabaya: Tugas Akhir
Hidayat,
Ismail,
2005,
Pada
Pelaksanaan Erection Girder
Metode Proyek
Pembangunan Jembatan Suramadu Sisi Madura, Surabaya: Tugas Akhir Jurusan
Metode girder launchers sebagai prioritas utama
Konstruksi
Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS
Metode girder launchers sebagai prioritas utama tidak sensitif terhadap perubahan –
b.
Dan
Teknik Sipil FTSP ITS.
Hasil dari analisa sensitifitas yang dilakukan dengan
Gedung
Barrie, Donald S., and Boyd, C. Paulson. Jr. 1995.
causeway jembatan Suramadu sisi Madura Tahap
operasi, resiko.
3.
2003,
Surabaya:
Atribut kriteria yang diperlukan dalam pemilihan
erection
2.
Suramadu,
terhadap
perubahan
–
perubahan atribut kriteria waktu Dengan
mempertimbangkan
penelitian ini, maka metode erection girder yang paling tepat untuk dilaksanakan pada proyek pembangunan causeway Jembatan Suramadu Sisi Madura Tahap II adalah metode girder launchers
Teknik Sipil FTSP ITS. Iqbal, Nassan, MM., 2002, Pokok – Pokok Materi Pengambilan Keputusan, Jakarta: Ghalia. Jaako Pöyry Infra, 2003, Planning, Design, and Construction
Services,
Taiwan:
Electrowatt Infra Asia Libby, James R., 1984, Modern Prestressed Concrete:
Design,
Construction Method,
Principles,
and
New York: Van
Nostrand Reinhold Company Inc
Macleod, Dan, 1995, The Ergonomic Edge Improving
Safety,
Quality,
and
Productivity, New York: Van Nostrand
Rostiyanti, Susy Fatena., 2002, Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi, Jakarta: Rineka Cipta Ostwald, Philip F., 1992, Engineering Cost Estimating, New Jersey: Prentice Hall.
Reinhold. Masumamah, 2003, Aplikasi Analityc Hierarchy Process untuk Pengolahan Wilayah Fisik di Pesisir Kabupaten Gresik, Surabaya: Tugas Akhir Jurusan Teknik Kelautan ITS. Peurofoy, R. L., 1988, Perencanaan Peralatan dan Metode konstruksi, Jilid 1, Jakarta:
Peurofoy, R. L., Clifford J. Schexnayder, 2002, Construction Planning, Equipment, and Methods, New York: McGraw-Hill Higher
L.,
1993,
Pengambilan
Keputusan Bagi Para Pemimpin, Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. Troitsky, 1994, Design and Planning Bridge, New
York:
Wiharjito,
Deny,
McGraw-Hill
Casting
2006, Yard
Pembangunan Jembatan
Education. PT. United Tractor, 1997, Latihan Dasar Sistem (B),
Thomas
Higher
Education.
Erlangga.
Mesin
Saaty,
Jakarta:
Training
Center
Department. Rochmanhadi, 1992, Alat – Alat Berat dan Penggunaannya, Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum.
Penentuan Untuk Bentang
Suramadu
Lokasi
Pekerjaan Tengah Dengan
Pendekatan Analytic Hierarchy Process, Surabaya,
Tesis
Teknologi - ITS www.expertchoice.com www.suramadu.com
Magister
Manajemen