BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut WHO sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Menurut UU Kesehatan RI no. 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk sejumlah system biologis, dan kondisi penyesuaian. Kesehatan jiwa adalah satu kondisi sehat emosional psikologis, dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional (Videbeck, 2008). Gangguan jiwa didefinisikan sebagai suatu sindrom atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress (misalnya gejala nyeri) atau disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih area fungsi yang penting) (Videbeck, 2008). WHO (2009) menyatakan, paling tidak ada dari empat prang di dunia yang mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Pada masyarakat umum terdapat 0,2-0,8% penderita skizofrenia s kizofrenia dan dari 120 juta penduduk di Negara Indonesia te rdapat kira-kira kira -kira 2,4 juta orang anak yang mengalami gangguan jiwa (Maramis, 2004). Data WHO tahun 2006 mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia atau kira-kira 12-16 % mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta orang (WHO, 2006). Menurut data riset dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) di Indonesia prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang, sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat seperti schizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang. Berdasarkan data Riskesdas 2013 dan dikombinasikan dengan data pusdatin Kemenkes dengan waktu yang disesuaikan, prevalensi gangguan jiwa di JawaTengah sebanyak 0,23% untuk usia 15 tahun keatas dari jumlah penduduk 24.089.433 orang berarti sekitar 55.406 orang di provinsi JawaTengah mengalami gangguan jiwa berat, dan lebih dari 1 juta orang di JawaTengah mengalami gangguan mental emosional.
Berdasarkan data instalasi rekam medic di RSJ daerah Surakarta pada bulan Januari dan Februari 2015, ditemukan masalah keperawatan pada klien rawat inap dan rawat jalan salah satunya yaitu resiko perilaku kekerasan 3980 kasus. Perilaku kekerasan merupakan salah satu masalah keperawatan yang banyak ditemui pada pasien
gangguan jiwa.
Ancaman dan
kebutuhan yang tidak
terpenuhi
mengakibatkan seseorang stress berat membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalnya : memaki-maki orang di sekitarnya, membanting-banting barang, menciderai diri sendiri dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan sepeda motor. Umunya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan
“pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga atau orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penaganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama perawatan klien seharusnya keluarga mendapatkan pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan). Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku kekerasan perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum. Asuhan keperawatan perilaku kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang bertujuan melatih klien mengontrol perilaku kekerasannyadan pendidikan kesehatan tentang MPK pada keluarga. Salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengontrol perilaku kekerasan adalah kegiatan fisik tarik napas dalam. Namun, pada saat ini, kegiatan fisik tarik napas dalam yang dilakukan telah dimodifikasi kedalam suatu kegiatan meditasi. Meditasi sesungguhnya merupakan suatu disiplin batin yang akan membentuk suatu keadaan dimana pola pikir mengarah ke suatu titik tertentu. Pola dasar meditasi adalah mencapai keseimbangan di dalam hidup (Tjiptadinata Effendi, 2003). Meditasi mengarahkan orang untuk apa yang direnungkan. Meditasi merupakan suatu proses perjalanan meniti kedalam diri. Kesadaran diri ditingkatkan untuk pengembangan diri secara positif (Humphrey, 2000). Kesadaran diri individu menumbuhkan rasa empati terhadap orang lain. Dengan demikian emosi individu akan terdidik dan berkembang dengan seimbang. Berbagai asumsi ini mendasari pentingnya meninjau kecerdasan emosi dari keikutsertaan dalam program meditasi.
Berdasarkan data instalasi rekam medic di RSJ daerah Surakarta pada bulan Januari dan Februari 2015, ditemukan masalah keperawatan pada klien rawat inap dan rawat jalan salah satunya yaitu resiko perilaku kekerasan 3980 kasus. Perilaku kekerasan merupakan salah satu masalah keperawatan yang banyak ditemui pada pasien
gangguan jiwa.
Ancaman dan
kebutuhan yang tidak
terpenuhi
mengakibatkan seseorang stress berat membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalnya : memaki-maki orang di sekitarnya, membanting-banting barang, menciderai diri sendiri dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan sepeda motor. Umunya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan
“pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga atau orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penaganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama perawatan klien seharusnya keluarga mendapatkan pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku kekerasan). Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku kekerasan perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum. Asuhan keperawatan perilaku kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang bertujuan melatih klien mengontrol perilaku kekerasannyadan pendidikan kesehatan tentang MPK pada keluarga. Salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengontrol perilaku kekerasan adalah kegiatan fisik tarik napas dalam. Namun, pada saat ini, kegiatan fisik tarik napas dalam yang dilakukan telah dimodifikasi kedalam suatu kegiatan meditasi. Meditasi sesungguhnya merupakan suatu disiplin batin yang akan membentuk suatu keadaan dimana pola pikir mengarah ke suatu titik tertentu. Pola dasar meditasi adalah mencapai keseimbangan di dalam hidup (Tjiptadinata Effendi, 2003). Meditasi mengarahkan orang untuk apa yang direnungkan. Meditasi merupakan suatu proses perjalanan meniti kedalam diri. Kesadaran diri ditingkatkan untuk pengembangan diri secara positif (Humphrey, 2000). Kesadaran diri individu menumbuhkan rasa empati terhadap orang lain. Dengan demikian emosi individu akan terdidik dan berkembang dengan seimbang. Berbagai asumsi ini mendasari pentingnya meninjau kecerdasan emosi dari keikutsertaan dalam program meditasi.
Selain itu tujuan meditasi adalah untuk mencapai supra kesadaran yang diidentifikasi banyak orang. Kesadaran ini merupakan salah satu dari jenis kesadaran yang kita miliki yaitu kesadaran normal (concious ( concious), ), yang sering disebut kesadaran fisik, bawah sadar ( subconcious), subconcious), dan atas sadar atau suprasadar ( superconcious) superconcious) yang merupakan
kesadaran tertinggi (R.N.L.O’riordan, 2002). Berdasarkan latar belakang tersebut, kegiatan fisik tarik napas dalam yang telah dimodifikasi dengan kegiatan meditasi dapat diterapkan pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan. Praktek meditasi yang teratur akan mengubah individu menjadi lebih tenang. Individu akan mereaksi gangguan-gangguan emosi dengan cara tidak melukai bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Meditasi menenangkan pikiran dan membawa individu pada pikiran yang jernih, dimana individu merasa terhubung dengan setiap orang dan segala sesuatu (Bastis, 2000). Dengan demikian, kami akan melakukan kegiatan Terapi Modalitas: mengontrol perilaku kekerasan dengan kegiatan fisik tarik napas dalam dimodifikasi dengan kegiatan kegiatan meditasi pada pasien jiwa di ruang Asoka RS. Ernaldi Bahar pada bulan Juli yang berjumlah 6 pasien yang diindikasikan resiko perilaku kekerasan dari 8 pasien yang berada di ruang Asoka.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perilaku meditasi? 2. Apa manfaat meditasi? 3. Bagaimana mekanisme meditasi? 4. Bagaimana pembahasan penelitian tentang meditasi? 5. Bagaimana pengaruh meditasi terhadap pasien dengan perilaku kekerasan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetaui pengertian meditasi 2. Untuk mengetahui manfaat meditasi 3. Untuk mengetahui mekanisme meditasi 4. Untuk mengetahui pembahasan penelitian tentang meditasi 5. Untuk mengetahui pengaruh meditasi terhadap pasien dengan perilaku kekerasan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Kekerasan 1. Pengertian Kekerasan adalah kekutan fisik yang digunakan untuk meyerang atau merusak
orang lain. Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak adil dan sering mengakibatkan cedera fisik (Ann Isaacs, 2005). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Budi Ana Keliat, 2011). Kesimpulan dari pengertian perilaku kekerasan merupakan respons terhadap stressor yang dihadapi oleh seseorang yang ditunjukkan dengan perilaku melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan, dan bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis. 2. Rentang respon Marah
Respon Adaktif
Asertif
Respon Maladaptif
Frustasi
Pasif
Agresif
Kekerasan
Keterangan : a. Asertif Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain. Dimana pada tipe asertif ini klien mampu mengungkapkan kemarahannya tanpa menyalahkan orang l ain. b. Frustasi Respon yang terjadi akibat individu gagal mencapai tujuan, keputusan / rasa aman dan individu tidak menemukan alternatif lain. c. Pasif Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitas atau terhambat. Disini klien merasa tidak bisa mengungkapkan perasaannya, tidak berdaya dan menyerah. d. Agresif Memperlihatkan permusuhan, keras, dan menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman, memberi kata
– kata ancaman tanpa niat melukai orang lain. Klien
mengekspresikan secara fisik, tapi masih terkontrol, mendorong orang lain dengan ancaman e. Kekerasan Dapat disebut juga dengan amuk yaitu perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Contohnya membanting barang-barang menyakiti diri sendiri (bunuh diri).
3. Etiologi
Menurut Yosep (2007), beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan adalah: 1. Faktor predosposisi 1) Teori Biologik Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap perilaku: a. Neurobiologik Ada tiga area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif, yaitu sistem limbik, lobus frontal, dan hipotalamus. Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan memori, apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial perilaku kekerasan, apabila gangguan pada lobus frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif, dan pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif. b. Biokimia Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine, asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls agresif. c. Gangguan Otak Sindroma otak terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan lobus
temporal. Trauma otak akan menimbulkan perubahan serebral dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsi, khususnya pada lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan. 2) Teori Psikologik a. Teori Psikoanalitik Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dan rasa aman yang dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresif dan tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri. b. Teori Pembelajaran Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran orangtuanya. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Namun, dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa. 3) Teori Sosiokultural Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial terhadap perilaku agresif. Terdapat kelompok sosial yang secara umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk yang ramai atau padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk perilaku kekerasan.
2. Faktor Presipitasi Menurut Yosep (2007), faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan adalah: a. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
b. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan
dialog
untuk
memecahkan
masalah
cenderung
melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik. c. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi. d. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Yosep (2007), tanda dan gejala perilaku kekerasan sebagai berikut: 1.
Fisik : muka merah dan tegang, mata melotot dan pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, postur tubuh kaku dan jalan mondar-mandir.
2.
Verbal : bicara kasar, suara tinggi, membentak atau berteriak, mengancam secara verbal atau fisik., mengumpat dengan kata-kata kotor, ketus.
3.
Perilaku: melempar atau memukul benda/orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan, amuk/agresif dan tindak kekerasan.
4.
Emosi: merasa tidak aman dan tidak nyaman, merasa terganggu, dendam, dan jengkel, merasa tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk dan ingin berkelahi, merasa menyalahkan dan menuntut.
5.
Intelektual : mendominasi, berdebat, cerewet ,berperilaku kasar, meremehkan.
6.
Spiritual:
merasa
berkuasa
dan
merasa
benar,
mengkritik
pendapat
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli, berperilaku kasar. 7.
Sosial : menarik diri, merasakan pengasingan, penolakan, ejekan, dan sindiran.
8.
Peratian : mencuri, melakukan penyimpangan seksual
dan
5. Proses Terjadinya Masalah
Depkes (2000) mengemukakan bahwa stress, cemas dan marah merupakan bagian kehidupan sehari -hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal dapat berupa perilaku kekerasan sedangkan secara internal dapat berupa perilaku depresi dan penyakit fisik. Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain, akan memberikan perasaan lega, menu runkan ketegangan, sehingga perasaan marah dapat diatasi (Depkes, 2000). Perilaku yang tidak asertif seperti perasaan marah dilakukan individu karena merasa tidak kuat. Individu akan pura-pura tidak marah atau melarikan diri dari r asa marahnya sehingga rasa mar ah tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama dan pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan destruktif yang ditujukan kepada diri sendiri (Depkes,2000)
6.
Akibat Perilaku Kekerasan
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi menciderai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko menciderai merupakan suatu tindakan yang memungkinkan dapat melukai / membahayakan diri, orang lain, dan lingkungan. Tanda dan gejala : 1.
Memperlihatkan permusuhan
2.
Mendekati orang lain dengan ancaman
3.
Memberikan kata – kata ancaman dengan rencana melukai\
4.
Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
5.
Mempunyai rencana untuk melukai
7. Asuhan Kepeerawatan a. Pengkajian 1) Aspek biologis Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti
rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah. 2) Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut. 3)
Aspek intelektual Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.
4) Aspek social
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan. 5) Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
b. Pohon Masalah
RPK terhadap diri dan orang lain dan lingkungan Harga Diri Rendah (HDR)
c. Diagnosa Keperawatan o RPK diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Dengan data subjektifnya
:Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang
lain, ingin membunuh, ingin membakar atau mengacak-ac ak lingkungannya. Dengan data objektifnya
:Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-
barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya. o Perilaku kekerasan / amuk Dengan data subjektifnya :Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. Dengan data Objektifnya
: Mata merah, wajah agak merah, Nada suara tinggi dan
keras, bicara menguasai, Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barang barang. o Gangguan konsep diri: HDR Dengan data subjekif : Klien merasa tidak mampu, malu, merendahkan dirinya, menyalahkan dirinya dengan masalah yang terjadi padanya. Dengan data objektifnya
: terlihat tidak menerima keadaannya.
B. Meditasi 1. Pengertian dan Definisi Meditasi
Meditasi adalah Praktik relaksasi yang melibatkan pengosongan pikiran dari semua hal yang menarik, membebani, maupun mencemaskan dalam hidup kita seharihari. Makna harfiah meditasi adalah kegiatan mengunyah-unyah atau membolak-balik dalam pikiran, memikirkan, merenungkan. Arti definisinya, meditasi adalah kegiatan mental terstruktur, dilakukan selama jangka waktu tertentu, untuk menganalisis, menarik kesimpulan, dan mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk menyikapi, menentukan tindakan atau penyelesaian masalah pribadi, hidup, dan perilaku. Dengan kata lain, meditasi melepaskan kita dari penderitaan pemikiran baik dan buruk yang sangat subjektif yang secara proporsional berhubungan langsung dengan kelekatan kita terhadap pikiran dan penilaian tertentu. Kita mulai paham bahwa hidup merupakan serangkaian pemikiran, penilaian, dan pelepasan subjektif yang tiada habisnya yang secara intuitif mulai kita lepaskan. Dalam keadaan pikiran yang bebas dari aktivitas berpikir, ternyata manusia tidak mati, tidak juga pingsan, dan tetap sadar. Guru terbaik untuk meditasi adalah pengalaman. Tidak ada guru, seminar, atau buku-buku meditasi yang dapat mengajarkan secara pasti bagaimana seharusnya kita melakukan hidup bermeditasi. Setiap orang dapat
secara bebas memberikan nilai-nilai tersendiri tentang arti meditasi bagi kehidupannya. Oleh karena hanya dengan mempraktekkan meditasi dalam hidup, orang bisa merasakan manfaat suatu perjalanan meditasi. Ada banyak arti tentang meditasi, di antaranya adalah : 1. Meditasi adalah jalan untuk masuk dalam kesadaran jiwa. 2. Meditasi adalah jalan untuk introspeksi diri. 3. Meditasi adalah jalan untuk berkomunikasi dengan sang pencipta. 4. Meditasi adalah jalan untuk mengubah hidup anda. 5. Meditasi adalah jalan untuk meraih ketenangan batin.
2. Mekanisme Meditasi
Meditasi itu alami, organis, dan bukan barang impor. Ada banyak cara untuk bermeditasi, termasuk meditasi sebagai gerakan atau tarian dan meditasi atas bunyi, musik, dan imajeri visual. Ada yang melakukannya sambil bervisualisasi, ada yang melakukannya sambil berkontemplasi ke dalam sebuah konsep (misalnya tentang cinta, kasih sayang, persahabatan, atau Tuhan), ada yang melakukannya sambil merapal mantra atau melakukan afirmasi (meneguhkan diri dengan mengucapkan kalimat-kalimat yang dapat memberikan motivasi), ada yang melakukannya sambil memandangi cahaya lilin, dan ada juga yang bermeditasi sambil mempertajam sensitivitas indra tubuh dan menghayatinya. Untuk melakukan meditasi, Anda harus dapat menurunkan
frekuensi
gelombang otak terlebih dulu dengan cara relaksasi. Kenali irama gelombang yang mengalir yang sering mengacaukan peningkatan kesadaran dalam meditassi agar dapat menemukan cara yang khas untuk membuatnya menjadi selaras.
3. Waktu untuk meditasi
Sebaiknya duduk saat subuh untuk meditasi atau juka itu tidak memungkinkan pada jam tertentu yang cocok dengan abhyasi. Jangan merasa terganggu dengan halhal di luar tetapi tetap sibuk dengan pekerjaan kamu sendiri, pikirkan bahwa mereka sedang menolong kamu untuk merasakan kebutuhan akan penyerapan yang lebih besar di dalam praktekmu. Baik untuk meditasi antara jam 2 dan jam 4 pagi karena itulah saat yang paling baik selam 24 jam.
4. Tempat untuk meditasi Milikilah suatu tempat khusus untuk meditasi, mempunyai sikap tubuh khusus, mempunyai waktu yang khusus. Ini menciptakan suatu lingkungan di dalam mana begitu kita datang, secara otomatis kita masuk dalam suasana meditasi, suasana hati merenung sehingga tempat khusus tersebut yang kita sediakan untuk meditasi dapat kamu katakan sebagai sebuah ashram juga.
5. Sikap tubuh Duduk dalam sikap tubuh yang cocok untuk satu jam di pagi hari dengan cara yang paling alami. Sikap tubuh harus selalu sama. Alasannya adalah dengan cara ini dia mendapati dirinya sendiri dihubungkan dengan kekuatan yang besar sekali. Satusatunya yang dia terima pada permulaan untuk mencapai tujuannya yang khusus. Jadi suatu keadaan dimana dia dihubungkan dengan yang NYATA menolong dia banyak sekali sebagai permulaan yang utama. Posisi tulang punggung tegak lurus,leher dan kepala dalam satu garis tegak lurus selama meditasi telah diajarkan merupakan posisi yang paling menguntungkan sejak jaman dahulu kala. Karena aliran keagungan suci dipercaya turun langsung pada abhyasi dalam sikap tubuh demikian. Di dalam cara atau praktek kami, bagaimanapun ini tidak dituntut. Biasanya saya menganjurkan abhyasi untuk duduk sewajarnya dengan sikap tubuh yang enak. Selain itu bahkan mereka yang mengambil posisi benar-benar lurus, sering ditemukan memberikan jalan secara otomatis kepada seorang pemohon, perlaha-lahan posisinya jatuh ke depan, sebagai bentuk timbulnya suatu penyerapan kebahagiaan. Dengan begitu mungkin dianggap lebih alamiah bahkan untuk tujuan naik ke keadaan kesadaran yang lebih tinggi. Sebenarnya suatu perdebatan terhadap suatu hal yang termasuk lebih kecil artinya , nampaknya tidak ada hubungannya. Ada banyak buku bagus mengenai teknik bermeditasi, tapi berikut dasar-dasarnya :
Cari tempat yang tenang.
Kenakan pakaian yang longgar dan nyaman.
Bagi sebagian orang duduk bersila terasa tenang. Anda boleh duduk di atas bantalan atau handuk. Anda juga bisa menggunakan kursi, tapi usahakan duduk hanya pada setengah bagian depan kursi. Ada orang-orang yang suka memakai handuk atau syal pada bahu untuk mencegah kedinginan.
Bahu Anda harus rileks dan tangan diletakkan di pangkuan.
Buka mata setengah tanpa benar-benar menatap apa pun.
Jangan berusaha mengubah pernapasan Anda biarkan perhatian Anda terpusat pada aliran napas. Tujuannya adalah agar kehebohan dalam pikiran Anda perlahan menghilang.
Lemaskan setiap otot pada tubuh Anda. Jangan tergesa-gesa, perlu waktu untuk bisa rileks sepenuhnya; lakukan sedikit demi sedikit, dimulai dengan ujung kaki dan terus ke atas sampai kepala.
Visualisasikan tempat yang menenangkan bagi Anda. Bisa berupa tempat yang nyata atau khayalan.
6. Manfaat Meditasi
Meditasi sering diartikan secara salah, dianggap sama dengan melamun sehingga meditasi dianggap hanya membuang waktu dan tidak ada gunanya. Meditasi justru merupakan suatu tindakan sadar karena orang yang melakukan meditasi tahu dan paham akan apa yang sedang dia lakukan. Manfaat meditasi yang kita lakukan bisa secara langsung maupun tidak langsung kita rasakan secara fisik. Salah satu manfaat tersebut adalah kesembuhan yang kita peroleh, jika kita menderita sakit tertentu. Dari sudut pandang fisiologis, meditasi adalah anti-stres yang paling baik. Saat anda mengalami stres, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, pernapasan menjadi cepat dan pendek, dan kelenjar adrenalain memompa hormon-hormon stres. Selama anda melakukan meditasi, detak jantung melambat, tekanan darah menjadi normal, pernapasan menjadi tenang, dan tingkat hormon stres menurun. Selama meditasi, lama-kelamaan Anda bisa mendengarkan denyutan jantung, bahkan lebih lanjut lagi Anda dapat mengkoordinasikan irama denyut jantung dengan irama keluar masuknya napas. Manfaat meditasi:
Apabila anda secara rutin melakukan meditasi, organ-organ tubuh dan sel tubuh akan mengalami keadaan baik dan bekerja lebih teratur.
Mampu mengatur dan mengendalikan orang lain serta memaafkannya.
Mampu mengerti orang lain dan memaafkannya.
Selalu bertekun dalam hidup yang baik, sebagai pembawa berkat bagi sesama.
Mampu menerima suka dan duka, kesulitan, dan kebaikan hidup dengan baik.
BAB III PEMBAHASAN
A. Pembahasan teori dan jurnal
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1998). Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang stress berat membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalnya: memaki-maki orang disekitarnya, membanting-banting barang, menciderai diri sendiri dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan sepeda motor. Umunya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi
disertai bentakan dan “pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Butuh penanganan yang tepat untuk mengatasi pasien gangguan jiwa dengan masalah keperawatan perilaku kekerasan untuk menghindari resiko cedera pada tim medis, pasien ataupun keluarga. Pada pasien gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan. Asuhan keperawatan yang diberikan bertujuan untuk mengontrol perilaku kekerasan. Diagnosa keperawatan jiwa merupakan diagnosa tunggal dan intervensi keperawatannya meliputi suatu strategi pelaksanaan yang akan dilakukan sesuai dengan diagnosa keperawatan. Strategi pelaksanaan untuk perilaku kekerasan terdiri dari 5 strategi pelaksanaan (SP), salah satunya adalah cara mengontrol perilaku kekerasan dengan kegiatan fisik: tarik napas dalam merupakan salah satu prosedur dari kegiatan meditasi. Meditasi merupakan suatu proses perjalanan meniti ke dalam diri. Kesadaran diri ditingkatkan untuk pengembangan diri secara positif (Humphrey, 2000). Kesadaran diri individu menumbuhkan rasa empati terhadap orang lain. Dengan demikian emosi individu akan terdidik dan berkembang dengan seimbang. Beberapa tujuan dari meditasi antara lain adalah untuk mendapatkan ketenangan batin sehingga mampu mengendalikan emosi. Dalam jurnal Stress Management Techniques: evidence-base procedures that reduce stress dan promote health mengungkapkan bahwa tarik napas dalam atau pernapasan diafragma dan transcendental meditasi yang pertama kali diperkenalkan di India oleh Mararishi Mahes Yogi terbukti mampu mengurangi kecemasan dan stres. Meditasi ini sangat mudah dilakukan dan dapat dijadikan kegiatan rutin 2 kali sehari de ngan durasi 20
menit. Sedangkan the Journal Of Alternative Complementary Medicine: Effect of the transcendental meditation technique on trait anxiety: a meta analysis of randomized controlled trials menunjukkan hasil bahwa transcendental meditasi lebih efektif menurunkan kecemasan dibandingkan dengan pengobatan baik perawatan biasa ataupun alternative. Studi ini mengaplikasikan transdental meditasi secara berulang dan didapatkan pengurangan sustansial 2 minggu pertama dan efek pada 3 tahun yang berkelanjutan. Praktek meditasi yang teratur akan mengubah individu menjadi kebih tenang. Individu akan mereaksi gangguan-gangguan emosi dengan cara yang tidak melukai diri sendiri maupun orang lain. Meditasi menenangkan pikiran dan membawa individu pada pengertian yang jernih, dimana individu merasa terhubung dengan setiap orang dan segala sesuatu (Bastis, 2000). The neuroscience of mindfulnes meditation menyatakan bahwa otak merupakan target saat mengalami stress dan hormone yang berhubungan dengan stress. Dalam keadaan normal, otak dapat menanggapi stress dengan adaptif namun dapat menyebabkan kerusakan ketika stress pada tahapan tertinggi. Bukti menunjukkan bahwa kerentanan terhadap stress yang disebabkan plastisitas otak menonjol di korteks prefrontal, hipocampus, amygdaledan daerah lainnya yang terkait dengan memory yang berhubungan dengan rasa takut dan kecemasan. Interaksi antara daerah otak ini menentukan apakah pengalaman hidup menyebabkan adaptasi sukses atau malaptation dan gangguan kesehatan mental dan fisik. Sebuah studi telah menunjukkan bahwa stress kronis menyebabkan kurang fleksibilitas dalam perhatian. Hal ini menunjukkan bahwa efek dari stress psikososial krnis pada fungsi prefrontal dan konektivitas dapat berubah dengan cepat pada kesehatan mental. Studi juga menunjukkan bahwa stress sedang sampai stress berat tampaknya meningkatkan vlume amigdale tetapi mengurangi volume prefrontal dan hippocampus. Temuan ini menunjukkan bahwa meditasi mindfulnes mungkin berpotensi menjadi intervensi untuk pencegahan stress dengan meningkatkan neurplastisitas dan mengarah ke manfaat kesehatan. Perlu dicatat bahwa meditasi mindfulnes mungkin juga langsung memodulasi pengolahan stress yang mengubah sumbu simpatik adrenal meduler dan hiptalamus hipofisis adrenal dengan meningkatkan aktivitas dalam sistem saraf parasimpatis. Dengan demikian, meditasi mindfulnes dapat mencegah simpatik sistem saraf terhadap stress.
B. Pembahasan aplikasi terapi meditasi terhadap pasien perilaku kekerasan
Berdasarkan penjelasan secara teori dan pembahasan jurnal, manfaat medtasi adalah untuk mendapatkan ketenangan batin sehingga dapat mengontrol emsi dan mengurangi stress serta kecemasan. Pada propsal saat ini, kami menerapkan kegiatan meditasi kedalam salah satu intervensi mengontrol perilaku kekerasan pada pasien gangguan jiwa. Kegiatan ini akan dilaksankan pada kegiatan terapi modalitas pada hari Selasa, 11 Juli 2017 di ruang Asoka Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang. Kegiatan ini dilakukan oleh 6 orang co-ner PSIK UNSRI dan diikuti oleh 6 orang pasien dengan masalah keperawatan perilaku kekerasan yang identitasnya hanya digunakan insial. Hasil dari kegiatan tersebut adalah bahwa dari keenam pasien dengan masalah keperawatan perilaku kekerasan, semuanya memiliki tanda gejala perilaku kekerasan anatara lain berteriak, marah-marah, merusak dan membanting barang, menciderai diri sendiri. Setelah mengidentifikasi perilaku kekerasan yang pernah pasien lakukan, leader sebagai ketua kegiatan menjelaskan tujuan dari kegiatan tersebut dan memulai kegiatan meditasi. Meditasi yang dilakukan hanya berdurasi 8 menit. Jelas meditasi yang dilakukan adalah transcendental meditasi. Berdasarkan kegiatan yang telah kami lakukan menunjukkann bahwa terapi meditasi juga memberikan dampak positif bagi pasien gangguan jiwa dengan masalah perilaku kekerasan.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Praktek meditasi yang teratur akan mengubah individu menjadi lebih tenang, individu akan mereaksi gangguan-gangguan emosi dengan cara tidak melukai bagi dirinya sendiri dan orang lain. Meditasi menenangkan pikiran dan membawa individu pada pengertian yang jernih, dimana individu merasa terhubung dengan setiap orang dan segala sesuatu. Terapi meditasi bermanfaat untuk mendapat ketenangan batin sehingga dapat mengontrol emosi dan mengurangi stres serta kecemasan. Hasil dari kegiatan yang telah dilakukan co-ners psik fk unsri pada pasien gangguan jiwa dengan masalah keperawatan perilaku keperawatan adalah bahwa dari keenam pasien dengan masalah keperawatan perilaku kekerasan semuanya memiliki tanda dan gejala perilaku kekerasan antara lain berteriak, marah-marah, merusak dan membanting barang, menciderai diri sendiri. Meditasi yang dilakukan hanya berdurasi 8 menit, jenis meditasi yang dilakukan adalah transcendetal meditasi. Setelah mengevaluasi perasaan dari setiap pasien, sebagian besar pasien mengatakan bahwa perasaannya jauh lebih tenang setelah melakukan terapi meditasi. Berdasarkan kegiatan yang telah kami lakukan menunjukkan bahwa terapi meditasi juga memberikan dampak positif bagi pasien gangguan jiwa, dengan masalah keperawatan perilaku kekerasan.
B. SARAN
1. Institusi Pendidikan Institusi keperawatan yang melaksanakan praktik keperawatan jiwa di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang, dapat menerapkan Terapi meditasi melalui mahasiswa untuk dijadikan sebagai suatu keterampilan yang harus dimiliki sebagai modal dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan. 2. Peneliti Peneliti dapat melaksanakan penelitian terapi meditasi dimodifikasi dengan terapi nn farmakologi lainnya untuk mengetahui hasil yang lebih signifikan, karena jika mendapat lebih dari satu terapi penelitian ini akan semakin baik karena dapat memperoleh hasil yang lebih baik.
3. Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang Bagi Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang diharapkan agar senantiasa membuat,
melaksanakan
dan
memantau
program
latihan
ringan
secara
berkesinambungan untuk menurunkan tingkat kecemasan, emosi, dan stres pada pasien dengan perilaku kekerasan salah satunya dengan terapi meditasi
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
A. TOPIK Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) : perilaku kekerasan
Sesi 2
: Mengontrol perilaku kekerasan dengan kegiatan fisik tarik nafas dalam yang
telah dimodifikasi dengan terapi meditasi.
B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan yang dilakukan dengan riwa yat pemakai
napza. 2. Tujuan Khusus a. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik (perilaku kekerasan) yang biasa dila kukan dengan riwayat pemakai napza. b. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan dengan riwayat pemakai napza. c. Klien dapat mendemonstrasikan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan dengan riwayat pemakai napza. d. Klien dapat mengungkapkan perasaan sebelum melakukan meditasi dengan riwayat pemakai napza. e. Klien dapat mengungkapakan perasaan setelah melakukan meditasi dengan riwayat pemakai napza. C. KRITERIA KLIEN 1. Terapi aktivitas kelompok jenis ini dilakukan pada klien perilaku kekerasan dengan criteria : a. Klien tidak gelisah b. Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya terapi aktivitas kelompok c. Klien dengan perilaku kekerasaan yang sudah mampuberinteraksi dalam kelompok kecil d. Kondisi fisik dalam keadaan baik e. Mampu mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok
Proses seleksi pasien : seleksi dilakukan berdasarkan karakteristik pasien tanpa memaksa pasien. D. PENGORGANISASIAN 1. Waktu Hari/ tanggal : Selasa / 11 Juli 2017
Jam
: 08.30 WIB
2. 3. 4. 5.
Tim Terapis : Co-ners PSIK FK UNSRI Metode : Dinamika kelompok, diskusi/ Tanya Jawab Media : Sound system Jumlah pesrta TAK a. Co-ners yang terdiri dari 6 orang b. Leader : Ardila Seprima Bena, S.Kep c. Co-leader : Okta Verida Andriani, S.Kep d. Fasilitator : 1. Tiara Putri Zulyana, S.Kep 2. Hikmah Utari H., S.Kep 3. Riri Farwanti, S.Kep e. Observer : Fitri Rahmadani, S.Kep f. Klien yang terdiri dari 6 orang 1. Tn. F 2. Tn. D 3. Tn. E 4. Tn. S 5. Tn. M 6. Tn. R
E. SETTING 1. Terapis dan klien duduk bersebelahan membuat lingkaran 2. Ruang nyaman dan tenang 3. Denah terapis dan klien
L O
P
F
F
P
P
O
F P
Keterangan : L
: Leader
CL
: Co-Leader
P
: Pasuen
P CL
F.
F
: Fasilitator
O
: Observer
STRUKTUR ORGANISASI 1. Leader : Ardila Seprima Bena, S.Kep Tugas :
a. Menyusun rencana aktivitas kelompok (proposal) b. Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok c. Memotivasi anggota untuk mengemukakan pendapat dan memberikan umpan balik, mengucapkan perasaan dan pikiran d. Menciptakan suasana dimana anggotanya dapat menerima perbedaan dalam perasaan dan perilaku dengan anggota lain e. Membuat tata tertib bagi anggota kelompok demi kelancaran diskusi 2. Co-leader : Okta Verida Andriani, S.Kep Tugas : a. b. c. d.
Membantu leader dalam mengorganisir anggota kelompok Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader Mengingatkan leader bila diskusi menyimpang Bersama leader menjadi contoh untuk kerja sama yang baik
3. Fasilitator : 1. Tiara Putri Zulyana, S.Kep 2. Hikmah Utari H, S.Kep 3. Riri Farwanti, S.Kep Tugas : a. Membantu mempersiapkan klien dan sarana yang menunjang terapi aktivitas kelompok b. Memotivasi anggota untuk berperan aktif 4. Observer : Fitri Rahmadani, S.Kep Tugas : a. Mengobservasi setiap respon klien b. Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku klien c. Mengevaluasi hasil kegiatan terapi aktivitas kelompok G. TATA TERTIB 1. Peserta bersedia mengikuti terapi aktivitas kelompok 2. Peserta berpakaian bersih dan rapi
3. Peserta tidak diperbolehkan makan, minum, merokok selama mengikuti terapi aktivitas kelompok 4. Peserta harus hadir 5 menit sebelum acara berlangsung 5. Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan selama TAK berlangsung 6. Jika ada peserta yang terpaksa harus meninggalkan ruangan saat TAK berl angsung, terlebih dahulu izin kepada terapis 7. Jika ada pertanyaan peserta mengangkat tangan terlebih dahulu dan berbicar a setelah dipersilahkan oleh leader 8. Anggota harus berperan aktif dalam TAK 9. Anggota harus bersikap terbuka 10. Waktu sesuai dengan yang telah disepakati H. LANGKAH KEGIATAN 1. Persiapan a. Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien dengan risiko perilaku kekerasan atau perilaku kekerasan b. Membuat kontrak dengan klien tentang terapi aktivitas kelompok c. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam terapi aktivitas kelompok
2. Orientasi a. Salam teraupetik 1. Salam dari terapis kepada klien 2. Klien dan terapis pakai papan nama b. Evaluasi / validasi 1. Menanyakan perasaan klien saat ini 2. Menanyakan apakah penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku kekerasan c. Kontrak 1. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan beserta tujuannya 2. Menjelaskan mekanisme kegiatan terapi aktivitas kelompok 3. Menjelaskan tata tertib selama terapi aktivitas kelompok berlangsung 3.
Tahap Kerja a. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang bisa dilakukan oleh klien b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan kemarahan secara sehat c. Membantu klien untuk melakukan tehnik tarik napas dalam d. Membantu klien untuk melakukan meditasi
4.
Tahap Terminasi a. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti terapi
Meminta klien untuk menyebutkan kembali terapi yang telah diberikan
Memberikan reinforment kepada klien
b. Tindak Lanjut
I.
Mengajurkan klien menggunakan tehnik yang telah dipelajari untuk mengontrol perilaku kekerasan Menganjurkan klien untuk melatih secara rutin kegiatan fisik yang telah diajarkan Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
EVALUASI Kegiatan fisik yang dilakukan pada saat marah
No. Nama Klien Perilaku kekerasan yang dilakukan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kemampuan mengontrol perilaku kekerasan No. Nama Klien Tarik napas dalam 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kemampuan mengungkapkan perasaan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama Klien
Sebelum meditasi
Meditasi
Sesudah meditasi
Keterangan :
Tulis nama inisial klien yang mengikuti TAK.
Beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan dua kegiatan fisik dengan
memberikan tanda √jika klien mampu dan tanda × jika klien tidak mampu.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Pokok Bahasan : Mengontrol perilaku kekerasan dengan meditasi Hari/tanggal : kamis/13 Juli 2017 Tempat : Rang Bangau Sasaran : Pasien Pk di Ruang Bangau Waktu : 09.00 WIB a. Tujuan Pembelajaran 1. Tujuan Instruksional Umum Setelah menerima pendidikan kesehatan tentang perilaku kekerasan, pasien gangguan jiwa di ruang merpat Bangau RS Ernaldi Bahar Palernbang agar mampu mengontrol emosi dan perilaku kakeruan 2. Tujuan Instruksional khusus Setelah menerima pendidikan kesehatan diharapkan pusien gungguan jiwa di ruang Bangau RS Ernaldi Bahar Palembang serta keluarga pasien mampu : Menyebutkan kembali pengertian perilaku kekerasan
Menyebutkan kembali penyebab perilaku kekerasan
Menyebutkan kembali rentang repons marah
Menyebutkan kembali tanda dan geala perilaku kekeraan
b. Materi a. Pengertian meditasi b. Macam-macam meditasi c. Tujuan meditasi d. Manfaat dan kegunaan meditasi e. Cara melakukan meditasi c. Metode a. Ceramah b. Tanya jawab c.
d.
Diskusi
Media atau alat bantu
Leaflet berisi gambar dan tulisan tentang pengertian, mac m-macam, tujuan, manfaat dan cara melakukan meditasi e. Peoses Penyuluhan f.
No Fase 1. Pembukaan : 3 menit
2.
Pelaksanaan : 3 menit
3.
Evaluasi : 5 menit
4.
Terminasi : 2 menit
Kegiatan Memberi salam pembuka Memperkenalkan diri Menjelaskan pokok bahasan dan tujuan penyuluhan Membagi leaflet Menjelaskan pengertian meditas Menyebutkan macam-macam meditasi Menyebutkan manfaat meditasi, tujuan dan cara melakukan meditasi Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya
Menanyakan kepada peserta tentang materi yang telah diberikan dan memberikan reinfotcment kepada sasaran yang dapat menjawab pertanyaan Mengucapkan terimakasih atas peran serta peserta Pengucapkan salam penutup
Kegiatan Sasaran Menjawab salam Memperhatikan Memperhatikan Memperhatikan
Memperhatikan Memperhatikan Memperhatikan Memperhatikan Bertanya dengan antusias Bertanya dengan antusias
Menjawab pertanyaan
Mendengarkan
Menjawab salam
g. Kriteria Evaluasi 1. Evaluasi struktur a) Pasien/sasaran hadir dalam kegiatan penyuluhan b) Penyelenggaraan penyuluhan diadakan di ruang Bangau RS Emaldi Bahar Palembang c) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya (SAP, Leafleat) 2. Evaluasi Proses a) Pasien antusias terhadap materi penyuluban b) Pasien tidak meninggalkan tempat penyuluhan sebelum penyuluhan sel c) Pasien mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar 3. Evaluasi Hasil a) Pasien mengenal istilah meditasi b) Pasien mengetahui macam macam meditasi c) Pasien mengetahu tujuan meditasi d) Pasien mengetahui manfaat meditasi
e) Pasien mengetahui cara melakukan meditasi h. Pengorganisasian Leader : Ardila Seprimabena, S. Kep Fungsi : Memimpin Jalannya pendidikan kesehatan Fasilitator : 1. Hikmah Utari, S. Kep 2. Ardila Seprimabena, S. Kep 3. Riri Farwanti, S. Kep 4. Okta Verida, S. Kep Fungsm : Membantu penyuluh dan mendampingi pasien Observer : Fitri Rahmadani, S.Kep Fungsi : Mengamati dan memberikan evaluasi terhadap jalannya pendidikan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MEDITASI
PENGERTIAN
TUJUAN
PERSIAPAN ALAT
PERSIAPAN PASIEN PERSIAPAN LINGKUNGAN PROSEDUR
Meditasi adalahsuatu proses perjalanan meniti ke dalam diri. kesadaran diri ditingkatkan untuk pengembangan diri secara positif (Humprey, 2000). Kesadaran diri individu menumbuhkan ras empati terjadap orang lain dnegan demikian emosi individu akan terdidik dan berkembang dengan seimbang. 1. Melepas penat 2. Menghilangkan ras sepi 3. Memberikan perasaan bahagia 4. Meningkatkan kesadaran 5. Membuat lebih sabar dan pemaaf 6. Menghindarkan dari kebiasaan buruk 7. Mengembangkan kepuasan bathin 8. Mengasah rasa tbah 9. Mengasah ketenangan bathin 10. Melatih sikap bijaksana 1. Matras/alas duduk yang nyaman 2. Laptop 3. Speaker 4. Memakai baju yang longgar 1. Sudah BAB/BAK 2. Tidak dalam keadaan lapar atau kekenyangan. 1. 2. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Linkungan yang digunakan harus tenang dan nyaman Tertutup (meminimalisir stimulus) Menyampaikan salam Mengingatkan nama perawat Menegaskan maksud pertemuan Menyampaikan tujuan terapi Menanyakan kesiapan pasien untuk terapi Memberi kesempatan pasien bertanya/menyampaikan sesuatu 7. Menanyakan keluhan utama 8. Tanggapi seperlunya 9. Atur posisi klien senyaman mungkin dengan duduk bersila 10. Perawat berada di samping klien 11. Melakukan bimbingan
Klien menutu mata
Letakkan tangan diatas pangkuan kaki
Periksa otot-otot klien dalam keadaan relaks Ambil nafas melalui hidung, tahan sebentar dan keluarkan melalui mulut perlahan-lahan Minta klien untuk membayangkan hal-hal yang menyenangkan atau keindahan dan pastikan klien mampu melakukannya Kalau perlu tanyakan kepada klien, bila belum bisa dan gagal Secara terbimbing perawat meminta klien untuk melakukan imaginasi sesuai dengan ilustrasi yang dicontohkan perawat.
Biarkan klien menikmati imaginasinya. 12. Nyalakan music dan masukkan kata-kata positif 13. Setelah terlihat adanya respon bahwa klien mampu dan waktu dalam rentang 15-30 menit, minta klien untuk membuka mata 14. Mintai respon klien 15. Kesimpulan dan support 16. Memberikan follow up 17. Kontrak (bila diperlukan) 18. Salam.
MATERI MEDITASI 1. Pengertian Meditasi menjadi salah satu alternatif yang saat ini tengah booming di dunia Barat dan di Indonesia. Ratusan tempat-tempat latihan meditasi berjubel dengan orang-orang yang menginginkan kesembuhan dari sakit yang diderita dan orang-orang yang merindukan kedamaian didalam hatinya. Penggunaan meditasi untuk pengobatan fisik dan emosi semakin popular di dunia medis Barat. Berbagai metode meditasi telah mulai diterapkan secara sistematis di Barat, dan dipelajari sebagai bagian dari bidang kedokteran serta perawatan psikologis. Penelitian tentang meditasi berkembang dengan pesat. Melalui hasil-hasil penelitian tersebut berbagai metode meditasi baru diolah dan dikembangkan. Metode-metode baru dalam meditasi tersebut lebih menekankan pada sisi praktisnya dalam pengobatan fisik maupun psikis. Meditasi tidak lagi dipresentasikan dalam konteks rohaniah. Salah satu contoh metode meditasi baru yang sedang popular adalah stress reduction mediatation (Salzberg dan Kabat-Zinn dalam Goleman, 2002). Dalam literature psikologi, istilah meditasi mengacu pada sekelompok latihan untuk membatasi pikiran dan perhatian (Smith, 1975 dalam Subandi, 2003). Sementara itu Walsh(1983, dalam Subandi, 2003) mengungkapkan bahwa meditasi merupakan teknik atau metode latihan yang digunakan untuk melatih perhatian sehingga dapat meningkatkan taraf kesadaran, yang selanjutnya dapat membawa prose-proses mental menjadi terkontrol secara sadar. Lebih jauh lagi, Maupin (dalam Tart, 1969) menyatakan bahwa meditasi merupakan suatu teknik latihan untuk mengembangkan dunia internal atau dunia batin seseorang, sehingga menambah kekayaan makna hidup baginya. Humphrey (2000) menyatakan bahwa meditasi dapat dianggap sebagai suatu keadaan kesadaran atau sebagai cara hidup, dapat dianggap sebagai jalan kea rah pencerahan dan disiplin rohani, dan dapat pula dianggap sebagai proses psikologis serta sarana untuk lebih mawas diri. Oleh Humphrey (2000), Krishna (2003), dan Osho (2005), berbagai metode yang berbeda daolam meditasi tidak masalah. Menurut mereka meditasi adalah suatu proses meniti jalan ke dalam diri yang pada gilirannya akan menghantarkan pada transformasi diri melalui berubahnya tingkat kesadaran. Praktek meditasi yang teratur akan mengubah individu menjadi lebih tenang. Individu akan mereaksi gangguan-gangguan emosi dengan cara yang tidak melukai baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Meditasi menenangkan pikiran dan membawa individu pada pengertian yang jernih, dimana individu merasa terhubung dengan setiap orang dan segala sesuatu (Bastis, 2000). Meditasi merupakan suatu proses perjalanan meniti ke dalam diri. Kesadaran diri ditingkatkan untuk mengembangkan diri secara positif (Humphrey, 2000). Kesadaran diri individu menumbuhkan rasa empati terhadap orang lain. Dengan demikian emosi individu akan terdidik dan berkembang dengang seimbang. 2. Macam-Macam Meditasi a). Meditasi Vipassama ini adalah teknik meditasi yang sudah berusia berabad-abad lamanya, dengan pose khas berupa duduk bersila atau dalam posisi teratai. Ini adalah bentuk meditasi paling
dasar dan dulu sering dilakukan dengan cara duduk non stop selama 12 jam. Pelakunya harus bisa mempertahankan kewaspadaan terhadap segala sensasi. Banyak organisasi retret yang menawarkan kesempatan untuk melakukan meditasi ini ditempat pilihan, lengkap dengan akomodasi. b).
Meditasi Transendental Cara meditasi ini berasal dari yogi bernama Maharishi Mahesh dan smepat popular di
tahun 60 an karena dilakukan oleh the Beatles. Meditasi ini menggunakan “Mantra” yang diulang-ulang agar tercapai pengalaman batin. Biasanya, disarankan untuk dilakukan paling tidak 20 menit sehari. c).
Meditasi Vedic Meditasi ini berdasarkan tradisi kitab Weda dari India. Dilakukan dalam posis duduk dengan sejenis mantra yang diulang-ulang untuk menenangkan pikiran dan tubuh. Praktiknya biasanya sekitar 20 menit per hari.
d).
Meditasi Suara primordial Ini adalah model meditasi modern yang diciptakan oleh Deepak Chopra dan David Simon. Mereka menyusun model meditasi menggunakan rekaman suara khusus sebagai pembantu meditasi yang disesuaikan dengan tanggal kelahiran. Meditasi ini biasanya diajarkan oleh pelatih yang berada dibawah lisensi Chopra Center. Meditasi ini dilakukan paling tidak 30 menit sehari.
e).
Meditasi Kesadaran Penuh Ini juga termasuk metode meditasi modern, dimana pelakunya harus belajar untuk terhubung dengan semua pengalaman batinnya saat bernapas dan memejamkan mata. Asalnya dari tradisi Budhha. Tekhniknya adalah duduk dengan mata setengah terbuka, memandang ke satu titik dan mengendalikan pernapasan. Biasanya cukup 15 menit sehari.
3. Manfaat Meditasi a). Melepas Penat Melepas penat tidak hanya bisa dilakukandengan manfaat liburan saja, namun bisa juga dilakukan dengan cara meditasi. Meditasi bisa membuat seseorang lebih bebas dan terbatas dari beban pikiran yang berat. Sebanyak 77% orang yang mengalami masalah stress dan kepenatan bisa diatasi dengan meditasi b). Menghilangkan Rasa Sepi Selain melakukan hobi, rasa sepi juga bisa diusir dengan meditasi. Meditasi selama 30 menit bisa menghilangkan rasa sepi yang menggelayuti diri. c). Memberikan Perasaan Bahagia Meditasi bisa membuat seseorang merasa bahagia, hal itu karena saat meditasi orang tidak akan berpikir negative dan berpikiran yang aneh-aneh. Pikirannya hanya tertuju pada satu cita saja. d). Meningkatkan Kesadaran
e).
f).
g).
h).
i).
j).
Jika selama ini banyak orang yang tidak sadar akan tujuan hidupnya, lakukanlah meditasi. Pusatkan konsentrasi dan pikiran pada satu tujuan, dengan begitu pelaku meditasi bisa mengetahui secara sadar apa yang dia raih didalam hidupnya ini. Membuat Lebih Sabar dan Pemaaf Manfaat meditasi yang dilakukan di tempat dan kondisi yang tenang, bisa membuat seseorang individu memiliki jiwa dan pikiran yang tenang dan damai pula. Saat orang lain berbuat kesalahan kepadanya, dengan jiwa dan pikiran yang tenang bisa memaafkan orang dengan iklas. Menghindarkan Dari Kebiasaan Buruk Bagi orang yang suka melakukan kebiasaan buruk, melakukan meditas i dapat menjadi salah satu cara untuk menghindari keboasaan buruk tersebut. Waktu yang biasanya digunakan untuk melakukan kebiasaan buruk bisa disi dengan meditasi. Mengembangkan Kepuasan Batin Peran dan manfaat meditasi ini bisa mengembangkan kepuasan batin manusia sehingga bisa membedkan mana kebutuhan dan mana yang hanya keinginan semata. Dengan membedakan keinginan dan kebutuhan tersebut, manusia bisa memprioritaskan mana yang harus dicukupi terlebih dahulu sesuai dengan kemampuannya. Setelah bisa mencukupi apa yang menjadi kebutuhnnya, manusiapun akan memiliki kepuasan batin didalam dirinya. Mengasah Rasa Tabah Dalam melakukan gerakan meditasi, manusia akan diajarkan bagaiman menjadi seseoarang yang tabah. Membuat manusia menyadari bahwa di dunia ini terdapat kegagalan, musibah, kesedihan dan juga penderitaan. Mengasah Ketenangan Batin Orang yang suka melakukan meditasi bisa mengasah ketenangan batinnya. Dia tidak akan mudah terpengaruh dengan semua kejadian yang berhubungan dengan patah hati, patah smeangat dan juga putus asa. Melatih Sikap Bijaksana Meditasi bisa membuat seseoran telatih untuk memiliki bijaksana. Orang-orang yang melakukan meditasi akan diajarkan bagaimana memandang sesuatu yang ada di dunia ini secara hakikatnya bukan hanya pada apa yang tampak oleh mata saja.
Disini aku duduk bermeditasi. Memperhatikan dan hanya memperhatikan nafasnafaskan yang keluar masuk dari lubang hidungku. Ada udara sejuk menyentuh ujung hidungku, lalu masuk ketenggorokkan, ke rongga paru- paru penuhi alveoli hingga penuhi sekujur sel darahku… lalu terpompa kembali di paru-paru, kembali ke tenggorokkan, keluar kembali melalu ujung hidung. Kuperhatikan bentuk- bentuk pikiran, kemana ia melangkah… kujaga kesadaran dan perhatian pencerahan. kusatukan pikiran dengan hati nurani agar pikiran terkendali, agar pikiran selaras,
serasi, dan seimbang dengan nurani… Aku duduk disini, untuk menggembangkan batin agar hati dan pikiran, mendeteksi semua jernih kesesatan yang mungkin timbul, kejahatan, keburukan, serta nafsu
keinginan yang meraja lela untuk kembali “diam”hening”anteng”… kehidupan ini penuh dengan lika-liku, endah dalam keindahan maupun kesuraman,
entah dalam kekurangan maupun kelebihan, namun itu nyata bagi kehidupan… Engkau menitipkan kelebihan padaku ya Allah, terkadan aku lupa dengan semua itu,
yang membuat aku menjadi sombong di hadapmu, tidak menyadari siapa diri ini… Engkau membuat aku dalam kekurangan, namun aku tidak sadar itu hanyalah satu cobaan.. yang ku lontarkan hanya keluahan bukanlah aduan, untuk melampiaskan kerapuahn resah dalam rasa, membuatku terpuruk lupa akan kuasamu.. Engkau membuat keindahan dalam pandangan, merasuk jiwa luluhkan sukma terpadu dalam rasa.. membuat aku kadang lupa siapa pemilik sesungguhnya, mencampakkan jiwa-jiwa takluk dalam pesonanya, yang datang dan pergi hanya begitu saja, meski tau kalua itu salah bagiku dank au menaruh kesuraman pada hati ini, kesuraman yang selalu hantui jiwa dlaam hati, tak peduli apapun yang terjadi pada diri ini, meski tak kurang dari satu materi… kadang aku tak kuasa menahan amarah dalam nafsu membara, yang merapuhkan jiwa
melemahkan raga… kadang hati ni tak kuat menahan besarnya cobaan diri ini, membuat hati teriris lalu diam tak berdaya ku coba melawan, tapi makin keras diri ini makin keras badai menerpa..
tak tau lagi harus bagaimana keluh hati dalam jiwa… karna itu nyata dalam rasa..
ya Rabb, ampuni segala dosa yang ada dalam jiwa… ya Rahman, sudilah engkau memandang hamba yang terpuruk dalam k ehinaan,, hanya dengan kekurangan, perasaan hamba keluar dari ajaran, menipu daya cinta
yang telah ada dalam keluarga, membiarkan nafsu syaitan menjerat jiwa dan sukma…
Ampuni dosaku ya Rahman, karna tidak mensykuri nikmat yang slama ini kau beri, tidak menyadari bahwa semua ini milikmu, Ampuni hamba ini ya Rahiim,,, karna sudah jauh darimu, aku khilaf bahwa aku adalah milikmu,
aku lupa akan tanggung jawabku padamu… Hamba khilaf ya Allah,,,,hamba khilaf,,, alihkan pandangan ini bila salah dalam memandang, bimbinglah langkah ini bila salah dalam melangkah, jadikanlah aku
orang yang selalu bertagwa kepadamu, karna esok atau lusa ajal pasti kan tiba… Binbinglah hamba untuk selalu bersujud di waktumu ya Allah… sebagai mana mukmin mukmin sbelum aku,,, yang selalu hiasi malam malammu dengan dzikirnya..
membuat ketenangan dalam jiwa, terangi dunia…