BAB II PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN SIMPLISIA Secara umum yang dinamakan simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan
sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun kecuali din yatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Untuk menunjang kegiatan industri suatu produksi harus dimulai dari cara mendapatkan bahan baku yang tepat, baik dari segi kuantitas ataupun kualitasnya. Faktor yang sangat berpengaruh dalam hal ini adalah aspek budidaya dan pascapanen yang tepat. Proses pembuatan simplisia di tingkat tingkat petani masih dilakukan secara tradisional, tradisional, dan kadang-kadang tidak memenuhi cara-cara pengolahan yang baik dan benar. Sehingga untuk mendapatkan mutu yang baik agak sulit dicapai. Untuk simplisia yang berasal dari petani biasanya dilakukan proses ulang, dimulai dari penyortiran dan pencucian. 2.2 PEMBUDIDAYAAN TANAMAN a. Pengolahan tanah dan syarat untuk tumbuh
Jamblang dapat tumbuh baik di daerah tropik pada ketinggian 600 m dpl., walaupun dijumpai juga pada ketinggian sampai 1800 m dpl. Pada kondisi terakhir itu pohonnya tidak dapat berbuah, tetapi dapat dimanfaatkan kayunya. Tanaman ini berkembang dengan baik di wilayah yang curah hujan tahunannya di atas 1000 mm, dengan musim kering yang tegas. Jamblang tumbuh di tepian sungai dan dapat bertahan terhadap genangan yang berkepanjangan. Setelah masa pertumbuhan awal, tanaman ini toleran terhadap kekeringan. Juga mampu tumbuh di daerah yang hangat dari wilayah subtropik. Di Florida bagian selatan (Amerika Serikat), pohon jamblang dewasa dapat terganggu oleh adanya embun beku yang kadang-kadang turun. Jamblang dapat tumbuh subur pada berbagai tipe tanah, di lahan basah dan rendah, dan lahan yang lebih tinggi dengan sistem pengaliran air yang baik (tanah liat, campuran tanah liat dan kapur, tanah berpasir, tanah berkapur). b. Penanaman Jamblang pada umumnya diperbanyak dengan benih (yang cepat kehilangan viabilitasnya), walaupun kultivar unggul dapat diperbanyak secara aseksual dengan pencangkokan, pelengkungan, penyambungan, dan penempelan. Dalam pencangkokan, cabang-cabang yang telah berakar dapat dipisahkan dalam waktu 90 hari setelah pelaksanaan pencangkokan itu. Penyambungan dan penempelan dilakukan untuk perbanyakan dalam skala besar. Penyambungan celah (cleft grafting), yaitu metode yang digunakan di Filipina, dapat dilakukan dalam bulan apa saja, tetapi keberhasilan sampai 95 96 dapat dicapai jika dikerjakan dalam bulan November sampai Desember. Penempelan dapat dilakukan dengan metode sumbat (patch) atau perisai (shield). Tanaman hasil penempelan atau hasil penyambungan dapat ditanam pada awal musim hujan dengan jarak jarak tanam yang diajurkan, yaitu 8-10 m.
SyzygiijambolaniCortex 1
c. Pemeliharaan Pohon jamblang memerlukan sedikit saja perawatan dan perhatian sampai menghasilkan buah. Di India, pupuk diberikan setelah panen. Jika hasil buahnya tidak memuaskan, pohon jamblang dapat dicoba dipangkas akarnya atau dikerat-lingkar (girdled). d. Hama dan Penyakit Tidak ada penyakit dan hama yang berbahaya menyerang .pohon duwet. Ulat pemakan daun, lalat putih, kutu perisai, kutu bubuk, dan lalat buah kadang-kadang mencapai tingkat yang merusak. e. Panen dan Pasca Panen Buah-buah jamblang tidak matang pada saat yang sama. Buah matang berubah warnanya menjadi lembayung tua atau hampir hitam, dan akan jatuh ke tanah. Buah yang dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga dapat cukup dikumpulkan dari bawah pohonnya saja, tetapi untuk dipasarkan sebaiknya dipetik dengan selektif. Pemanenan ini merupakan pekerjaan yang memakan waktu, karena pohonnya harus dipanjat untuk dipetik buahnya yang matang, dengan tangan. Hasil buahnya sangat bervariasi; pohon yang berbuah lebat menurut -laporan menghasilkan sampai sebanyak 100 kg per pohon. Pohon pohon yang lebih kecil, tetapi masih dapat menghasilkan 60-70 kg, jumlah buah sedemikian itu cukup banyak untuk seorang petani pekarangan. Penanganan pasca panen Buah jamblangt dipilah pilah, yang rusak atau yang berukuran terlalu kecil dibuang. Buah buah itu segera dibawa ke pasar dan segera diperjualbelikan, mengingat buah itu sangat mudah rusak. 2.3 PENGOLAHAN SIMPLISIA a. Pengumpulan Bahan Baku Untuk pemilihan simplisia bahan baku obat yang berasal dari herbal (tanaman obat)
sebaiknya memperhatikan aroma, rasa, kandungan kimia, maupun sifat fisiologisnya. Ketepatan pemilihan bahan baku tidak hanya pada jenis tanaman, tetapi juga dari bagian tanaman yang digunakan. Hal ini disebabkan setiap bagian tanaman memiliki khasiat khusus yang sangat berbeda. Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada : 1. 2. 3. 4.
Bagian tanaman yang digunakan. Umur tanaman yang digunakan. Waktu panen. Lingkungan tempat tumbuh.
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.
SyzygiijambolaniCortex 2
Pengumpulan bahan baku simplisia Syzygii jambolani cortex di ambil dari kulit dahan dari batang yang sudah tua. b.
Sortasi Basah Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu t anaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal. Khususnya pada dahan pohon jamblang yang akan diambil kulitnya untuk dibuat simplisia.
c. Pencucian Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia khususnya pada kulit pohon jamblang yang akan dibuat simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Menurut Frazier (1978), pencucian sayur-sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal, jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga sejumlah mikroba. Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat menipercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umum terdapat dalam air adalah Pseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter dan Escherishia. Pada simplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar jumlah mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih. d. Perajangan Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin
SyzygiijambolaniCortex 3
perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki. Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap. Sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah. Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Maka dari itu kulit dahan jamblang dipotong kasar sebelum dikeringkan. e. Pengeringan Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-proses metabolisme, yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel. Keseimbangan ini hilang segera setelah sel tumbuhan mati. Sebelum tahun 1950, sebelum bahan dikeringkan, terhadap bahan simplisia tersebut lebih dahulu dilakukan proses stabilisasi yaitu proses untuk menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang lazim dilakukan pada saat itu, merendam bahan simplisia dengan etanol 70% atau dengan mengaliri uap panas. Dari hasil penelitian selanjutnya diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung bila kadar air dalam simplisia k urang dari 10%. Pengeringan simplisia jamblang dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-ha1 yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, Waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan menggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya “Face hardening”, yakni bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan
SyzygiijambolaniCortex 4
menghambat penger ingan selanjutnya. “Face hardening” dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang dikeringkan. Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 300 sampai 90°C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60°C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 300 sampai 450 C, atau dengan cara pengeringan vakum yaitu dengan mengurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari pengeringan, sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban juga tergantung pada bahan simplisia,cara pengeringan, dan tahap tahap selama pengeringan. Kelembaban akan menurun selama berlangsungnya proses pengeringan. Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan digunakan orang. Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan secara alamiah dan buatan. f. Sortasi Kering Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi kulit jamblang untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada kulit simplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum kulit jamblang dibungkus untuk kemudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan dengan atau secara mekanik. Demikian pula adanya partikel partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus. g. Pengawetan Simplisia seperti kulit jamblang harus dihindarkan dari serangga atau cemaran atau mikroba dengan penambahan kloroform, CCl4, eter atau pemberian bahan atau penggunaan cara yang sesuai, sehingga tidak meninggalkan sisa yang membahayakan kesehatan. h. Wadah Wadah adalah tempat penyimpanan artikel dan dapat berhubungan langsung atau tidak langsung dengan artikel. Wadah langsung (wadah primer) adalah wadah yang langsung berhubungan dengan artikel sepanjang waktu. Sedangkan wadah yang tidak bersentuhan langsung dengan artikel disebut wadah sekunder.
SyzygiijambolaniCortex 5
Wadah dan sumbatnya tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan didalamnya baik secara fisika maupun kimia, yang dapat mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau kemurniannya hingga tidak memenuhi persyaratan resmi. Simplisia kulit jamblang disimpan dalam wadah tertutup baik: harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat dan mencegah kehilangan bahan selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan distribusi.
i.
Suhu Penyimpanan Suhu kamar : suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu yang di atur antara 150C dan 300C.
j.
Tanda dan Penyimpanan Semua simplisia yang termasuk daftar narkotika, diberi tanda palang medali berwarna merah di atas putih dan harus disimpan dalam lemari terkunci. Semua simplisia yang termasuk daftar obat keras kecuali yang termasuk daftar narkotika, diberi tanda tengkorak dan harus disimpan dalam lemari terkunci.
k. Kemurnian Simplisia Persyaratan simplisia nabati dan simplisia hewani diberlakukan pada simplisia yang diperdagangkan, tetapi pada simplisia yang digunakan untuk suatu pembuatan atau isolasi minyak atsiri, alkaloida, glikosida, atau zat aktif lain, tidak harus memenuhi persyaratan tersebut. Persyaratan yang membedakan strukrur mikroskopik serbuk yang berasal dari simplisia nabati atau simplisia hewani dapat tercakup dalam masing – masing monografi, sebagai petunjuk identitas, mutu atau kemurniannya. l.
Benda Asing Simplisia nabati dan simplisia hewani tidak boleh mengandung organisme patogen, dan harus bebas dari cemaran mikro organisme, serangga dan binatang lain maupun kotoran hewan. Simplisia tidak boleh menyimpang bau dan warna, tidak boleh mengandung lendir, atau menunjukan adanya kerusakan. Sebelum diserbukkan simplisia nabati harus dibebaskan dari pasir, debu, atau pengotoran lain yang berasal dari tanah maupun benda anorganik asing.
SyzygiijambolaniCortex 6
Dalam perdagangan, jarang dijumpai simplisia nabati tanpa terikut atau tercampur bagian lain, maupun bagian asing, yang biasanya tidak mempengaruhi simplisianya sendiri. Simplisia tidak boleh mengandung bahan asing atau sisa yang beracun atau membahayakan kesehatan. Bahan asing termasuk bagian lain tanaman yang tidak dinyatakan dalam paparan monografi. m. Pemalsuan Dan Penurunan Mutu Simplisia Pemalsuan umumnya dilakukan secara sengaja, sedangkan penurunan mutu mungkin dilakukan secara tidak sengaja. Simplisia dianggap bermutu rendah jika tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan, khususnya persyaratan kadarnya. Mutu rendah ini dapat disebabkan oleh tanaman asal, cara panen dan pengeringan yang salah, disimpan terlalu lama, kena pengaruh kelembaban, panas atau penyulingan. Simplisia dianggap rusak jika oleh sebab tertentu, keada annya tidak lagi memenuhi syarat, misalnya menjadi basah oleh air laut, tercampur minyak pelumas waktu diangkut dengan kapal dan lain sebagainya. Simplisia dinyatakan bulukan jika kwalitasnya turun karena dirusak oleh bakteri, cendawan atau serangga. Simplisia dinyatakan tercampur jika secara tidak sengaja terdapat bersama-sama bahan-bahan atau bagian tanaman lain, misalnya kuncup Cengkeh tercampur dengan tangkai Cengkeh, daun Sena tercampur dengan tangkai daun. Simplisia dianggap dipalsukan jika secara sengaja diganti, diolah atau ditambahi bahan lain yang tidak semestinya. Misalnya minyak zaitun diganti minyak biji kapas, tetapi tetap dijual dengan nama minyak Zaitun. Tepung jahe yang ditambahi pati terigu agar bobotnya bertambah, ditambah serbuk cabe agar tetap ada rasa pedasnya, ditambah serbuk temulawak agar warnanya tampak seperti keadaan semula. Untuk pemilihan simplisia bahan baku obat yang b erasal dari herbal (tanaman obat) sebaiknya memperhatikan aroma, rasa, kandungan kimia, maupun sifat fisiologisnya. Ketepatan pemilihan bahan baku tidak hanya pada jenis tanaman, tetapi juga dari bagian tanaman yang digunakan. Hal ini disebabkan setiap bagian tanaman memiliki khasiat khusus yang sangat berbeda. Pengolahan hasil panen merupakan suatu tahapan yang sangat penting dan perlu dilakukan secara baik dan benar, sehingga dapat memberikan hasil dengan kualitas yang optimal, mempunyai kadar zat berkhasiat yang tinggi, stabil, efisien dan mempunyai penampilan fisik yang menarik. Cara pencucian dan pengeringan
SyzygiijambolaniCortex 7
harus dilakukan dengan baik dan teliti. Selain itu, proses pengolahan sebaikn ya dilakukan ditempat yang sedekat mungkin dengan lokasi tanaman yang dipanen. Apabila terjadi penundaan dalam pencucian dan pengeringan, hal ini dapat menimbulkan kelainan kualitas dari simplisia yang dihasilkan. Untuk itu, dengan teknik pengolahan yang baik dan benar maka akan dihasilkan simplisia dengan kualitas yang memenuhi persyaratan standar. Dalam upaya mendapatkan simplisia dengan kualitas yang tinggi, diperlukan suatu tindakan pengamanan dimulai dari prapanen, pada saat panen dan pascapanen. Tahap-tahap pengolahan yang dilakukan, tergantung pada bahan yang akan diolah. Bahan baku tanaman obat sumbernya sangat beragam. n. Teknologi Pascapanen Tanaman Obat Antara lain yang berasal dari akar, daun, bunga, biji, buah, rimpang dan kulit kayu. Beberapa bahan tanaman obat, biasanya ada yang dipanen dari tanaman liar dan baru sebagian kecil yang telah di budidayakan. Bila tanaman telah dibudidayakan, dapat dipantau secara mudah keseragaman umur, masa panen, dan varietas. Sementara, jika di panen dari tanaman liar, maka banyak kendala dan variabilitas yang tidak bisa dikendalikan seperti asal tanaman, jenis tanaman, umur tanaman, dan lingkungan tumbuhnya. Faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya suatu mutu simplisia adalah keaslian, kemurnian dan zat berkhasiat yang dikandungnya. Usaha peningkatan mutu sebaiknya dilakukan sejak awal, yaitu dari penentuan areal pertanaman yang cocok secara agronomis serta menggunakan bibit unggul. 2.4 KARAKTERISTIK TANAMAN JAMBLANG 1. Morfologi Jamblang Pohon jamblang ( Syzygium cumini)
kokoh dan memiliki tinggi 10-20 m, diameter batang 40-90 cm percabangannya rendah, tajuknya beraturan atau bulat, menyebar selebar 12 m, kayunya yang berada di pangkal batang kasar berwarna kelabu tua. Batangnya tebal, seringkali tumbuhnya bengkok, dan bercabang banyak. Daun tunggal, tebal, tangkai daun 1-3,5 cm. Helaian daun lebar bulat memanjang atau bulat telur terbalik, pangkal lebar berbentuk baji, tepi rata, pertualangan menyirip, permukaan atas mengilap, panjang 7-16 cm, lebar 5-9 cm, warnanya hijau (Verheiji & Coronel, 1997). S. cumini memiliki bunga majemuk berbentuk malai dengan cabang yang berjauhan, bunga duduk, tumbuh di ketiak daun dan di ujung percabangan, kelopak bentuk lonceng berwarna hijau muda, mahkota berbentuk bulat telur, benang sari banyak, panjangnya 4-7 mm, berwarna putih, daun baunya harum, bakal buahnya dengan 2-3 ruang, tangkai putik 6-7 mm panjangnya, berwarna putih. Buahnya buah buni, lonjong, panjang 2-3 cm, masih muda hijau, setelah masak warnanya merah tua keunguan, bergerombol mencapai 40 butir, daging bu ah berwarna kuning kelabu sampai
SyzygiijambolaniCortex 8
ungu, mengandung banyak sari buah, hampir tidak berbau, den gan rasa sepat keasaman. Bijinya 0-5 butir, bentuk lonjong, keras, panjangnya 3-5 cm, berwarna hijau sampai cokelat. Berakar tunggang bercabang-cabang, berwarna cokelat muda (Verheiji & Coronel, 1997). Menurut Palmbob (2004) morfologi jamblang secara vegetatif dan generatif
Habitat dan Distribusi Jamblang Jamblang ( Syzygium cumini) tergolong tumbuhan buah-buahan yang berasal dari Asia dan Australia tropis. Biasa ditanam di pekarangan atau tumbuh liar, terutama di hutan jati. Jamblangtumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl (Dalimatra, 2003; BPPT, 2005). Di India tumbuhan ini dijumpai hingga ketinggian 1800 meter dpl (Sah & Verma, 2011). Pohon Jamblang tumbuh baik pada ketinggian 600 kaki (1800 m dpl), tetapi sulit untuk berbuah, hanya untuk diambil kayunya. Jamblang tumbuh baik pada daerah yang kering, tanah berpasir, lempung atau pada daerah batu kapur. Tumbuhan ini tidak dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang basah atau lembab (Morton, 1987). Masa Berbuah Syzygium cumini di India dan Florida mulai berbunga pada bulan Februari dan Maret, tetapi terkadang masih berbunga pada bulan Mei, Juni, dan Juli. Di Jawa Jamblang berbunga pada bulan Juli sampai Agustus dan buah matang bulan September hingga Oktober. Pada pertengahan bulan Mei sampai pertengahan bulan Juni jamblang di Filipina berbuah, sementara itu di Sri Lanka bunga mulai tumbuh pada bulan Mei hingga Agustus, dan buah dipanen pada bulan November dan Desember. Masyarakat India memanen buah jamblang dengan cara dipetik langsung, satu pohon berusia 5 tahun dapat menghasilkan 700 biji (Morton, 1987). Jamblang berbunga bulan Maret sampai April dan pembentukan buah berlangsung sekitar 32 hari setelah berbunga selama bulan Mei sampai Juli. Buah matang warnanya hitam keunguan (Chaudhary & Mukhophadyay, 2012). Varietas Jamblang Jenis umum Jamblang di India adalah: 1) RaJaman buah besar berbentuk lonjong, ungu tua atau kebiruan, daging buah manis dan biji kecil , 2) Kaatha buah kecil, dan daging buah asam. Di Jawa, juga ditemukan dua jenis jamblang, buah kecil disebut Djoowet kreekil, buah tanpa biji dikenal dengan nama Djoowet booten. Di Malaya selatan, pohon pohon jamblang berdaun kecil dengan tandan bunga k ecil (Morton, 1987). Manfaat Jamblang Jamblang ( Syzygium cumini) kaya akan senyawa antocyanin, glukosida, asam ellagic, isoqueletin, kaemferol dan myrecetin. Bijinya mengandung alkaloid, jambolin, dan
SyzygiijambolaniCortex 9
glikosida. Jambolin atau antimelin dapat menghentikan konversi diastatic pati menjadi gula dan ekstrak bijinya dapat menurunkan tekanan darah sampai 34,6% dan hal ini dikaitkan dengan kandungan asam ellagic. Bijinya kaya ak an flavonoid dan anti oksidan (Ayyanar & Babu, 2012). Kandungan buah jamblang untuk setiap 100 gr adalah 84-86 gr, air, 0,2-0,7 gr protein, 0,3 gr lemak, 14-16 gr, karbohidrat, 0,3-0,9 gr, serat, 0,4-0,7 gr abu, 8-15 gr posfor, 1,2 mg besi, 0,01 mg, riboflavin, 0,3 mg niasin, dan 5- 18 mg vitamin C (Yulistyarini et al., 2000). Daging buahnya digunakan untuk membuat selai, jeli, jus, cuka dan pudding. Buahnya juga digunakan untuk membuat anggur dalam jumlah besar di Filipina. Daunnya digunakan sebagai pakan ternak dan sebagai makanan bagi ulat sutra di India. Ekstrak daunnya menghasilkan minyak esensial yang digunakan sebagai wewangian dalam sabun. (Chaudhary & Mukhophadyay, 2012)
2.5 FITOKIMIA (SKRINING SENYAWA) 1. Kulit Batang
asam betulinic, friyedelin, epifriedelanol, βsitosterol, eugenin dan fatty asam ester dari epi-friedelanol, β-sitosterol, querecetin kaempferol, myricetin, asam galie dan asam ellagik, bergenis, flavonoids, dan tanin. Menurut Ayyanar & Babu (2012)
Aktifitas Flavonoid Flavonoid dapat bersifat sebagai antioksidan dengan caramenangkap radikal bebas, sehingga sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan antara oksidan dengan antioksidan di dalam tubuh. Flavonoid mampu memperbaiki fungsi endotel pembuluh darah, dapat mengurangi kepekaan LDL (Low-Density Lipoprotein) terhadap pengaruh radikal bebas, dan dapat bersifat hipolipidemik, anti inflamasi serta sebagai anti oksidan (Ling, 2001; Koncazaket al,2004; Kwon, 2007).
Aktifitas Tanin Senyawa tanin dan flavonoid adalah senyawa turunan fenolik. Struktur senyawa fenolik salah satu gugus pembentuknya adalah senyawa tanin atau flavonoid. Fungsi aktifitas senyawa tanin menurut Goldstein dan Swain (1965) adalah sebagai penghambat enzim hama. Fungsi aktifitas senyawa flavonoid adalah sebagai anti mikroba (Leo, 2004).
SyzygiijambolaniCortex 10
Aktifitas Terpen Terpen adalah suatu golongan hidrokarbon yang ban yak dihasilkan oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada getah serta vakuola selnya. Modifikasi dari senyawa golongan terpen, yaitu terpenoid, merupakan metabolit sekunder tumbuhan. Selain telah ditemukannya kamper melalui penelitian mengenai terpen, telah banyak juga ditemukan bahan aktif ideal sebagai pestisida alami. Fungsi aktifitas senyawa terpen adalah sebagai anti bakteri (Wang, 1997).
Aktifitas Alkaloid Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan banyak terdapat pada tumbuhan. Fungsi alkaloid yang dikenal sebagian besar terkait pada sistem prlindungan, misalnya senyawa aphorphine alkaloid liriodenine dihasilkan oleh pohon tulip untuk melindunginya dari serangan jamur parasit dan senyawa alkaloid lainnya pada tumbuhan tertentu untuk mencegah serangga memakan bagian tubuh tumbuhan. Fungsi aktifitas senyawa alkaloid menurut Atta-ur-Rahman (1997) adalah antibakteri dan anti fungi.
2.6 METABOLIT PRIMER PADA TANAMAN JAMBLANG Metabolit Primer adalah salah satu makhluk hidup yang paling banyak ditemukan di alam, selain itu tanaman tanaman berperan penting menjaga ekosistem dan lingkungan disekitarnya. Organisme yang termasuk dalam tanaman bervariasi seperti pepohonan, semak, rerumputan. Ciri – ciri Metabolit Primer pada tanaman, yaitu :
Memiliki fungsi yang esensial dan jelas bagi kelangsungan hidup organisme penghasilnya ( merupakan komponen esesnsial tanaman misalnya asam amino, vitamin, nukleutida, asam nukleat, dan lemak) Terbentuknya melalui metabolism primer
Bersifat tidak spesifik (ada pada hampir semua makhluk hidup)
Dibuat dalam kuantitas yang cukup banyak Sering berhubungan dengan pembuluh organisme penghasilannya
Hasil akhir dan metaboliesme, energy dan etanol
Dibuat dan disimpan secara intraseluler
2.7 METABOLIT SEKUNDER PADA TANAMAN JAMBLANG
Metabolit Sekunder adalah senyawa-senyawa organik yang berasal dari tanaman dan secara umum memiliki kemampuan bio aktif. Metabolit Sekunder bertugas untuk melindungi tanaman dari gangguan hama dan penyakit, baik tanaman itu sendiri maupun lingkungan sekitar.
SyzygiijambolaniCortex 11
Ciri – ciri Metabolit Sekunder pada tanaman, yaitu :
Fungsi ekologis, menarik serangga, pelindung diri, alat bersalin, hormone. Tersebar tidak merata dalam tiap organisme.
Sebagian besar dari metolit sekunder adalah turunan dari lemak.
Senyawa kimia pada tanaman jamblang mengandung minyak atsiri, penol, glikosida, alkaloid, asam organic, titerpenoid, resin dan tannin. Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan dialam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dandalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Minyak Atsiri berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Tanin Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman, seperti daun, buah yang belum matang, batang dan kulit kayu. Tanin merupakan senyawa organik yang terdiri dari campuran senyawa polifenol kompleks. Asam organik adalah asam yang berasal dari makhluk hidup. Asam ini dapat diperoleh secara alami dari hewan dan tumbuhan. Ciri-ciri asam organik adalah senyawa asam yang memiliki atom karbon (C).
2.8 UJI AKTIVITAS DIABETES DARI SENYAWA ATAU METABOLIT SEKUNDER DARI TANAMAN JAMBLANG
Senyawa-senyawa seperti alkaloid dan juga glikosida merupakan senyawa-senyawa yang mampu menghambat konversi diastatik pati menjadi gula. di dalam tanaman ini jamblang menjadi senyawa antidiabetes yang bekerja membantu memecah gula menjadi energi sehingga kadar gula didalam darah lebih stabil dan diabetespun tidak akan terjadi. Tanaman ini digunakan sebagai bahan alami obat diabetes yang membantu mencegah maupun mengobati para penderita diabetes.
SyzygiijambolaniCortex 12
BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud simplisia adalah bahan-bahan alamiah yang berasal dari tumbuhan, hewan, dan mineral yang belum mengalami pengolahan apapun kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang dikeringkan. Simplisia Syzygii Jambolani Cortex merupakan suatu jenis simplisia yang mengandung beberapa senyawa kimia seperti : minyak atsiri, penol, glikosida, alkaloid, asam organic, titerpenoid, resin dan tannin. Salah satu senyawa yang terkandung didalam Syzygii Jambolani Cortex, zat aktif jambolisin tersebut dapat mengobati diabetes. 3.2 SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai simplisia Syzygii Jambolani Cortex yang menjadi pokok bahasan dalam makalah. Farmakognosi ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukakan atau referensi yang ada hubungannya dengan makalah simplisia Syzygii Jambolani Cortex ini. Kami sebagai penulis banyak berharap agar para pembaca yang budiman bersedia memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi kami pada khususSnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya. 3.3 DAFTAR PUSTAKA
1. Riyawann,Y. Edi.2014.Budidaya tanaman obat.Jakarta 2. Anonim, 2013, Teknologi Pasca Panen Tanaman Obat, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanan, Jakarta. 3.
Winda.2013.http://windapoerwanty.blogspot.com/2013/11/laporanku-farmakognosi-extraksi.html diakses pada 16 maret 2017
SyzygiijambolaniCortex 13
3.4 LAMPIRAN
SyzygiijambolaniCortex 14
SyzygiijambolaniCortex 15