MAKALAH
TIGA KERAJAAN BESAR ISLAM Makalah Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : M. Tohir Saepudin, Saepudin, M.Pd.I
Disusun oleh kelompok IV : YOYO RODIYA IMAN FATHUROHMAN INDRA LESMANA SITI NURLAELI RURI TRESNAWATI MEGASARI
PROGRAM PERKULIAHAN KARYAWAN (P2K) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEMESTER II
UNIVERSITAS AL-IHYA (UNISA) KUNINGAN Tahun 2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb. Puji syukur ke hadirat Alloh SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Tiga Kerajaan Besar ” dengan baik dan lancar tanpa tanpa ada suatu halangan apapun. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ilmu Peradaban Islam yang dibimbing oleh Dosen Pengampu Bapak M. Tohir Saepudin, M.Pd.I. Kami mengucapkan terima kasih khususnya kepada Bapak Dosen Pengampu Mata Kuliah Ilmu Peradaban Islam yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam melaksanakan tugas penyusunan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih juga kepada semua teman-teman mahasiswa dan semua fihak yang telah membantu, mendorong, dan memberikan masukan-masukan kepada kami dalam usaha menyelesaikan dan menyempurnakan makalah singkat ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih terdapat sangat banyak kekurangan, jauh dari apa yang diharapkan. Oleh sebab itu sangat dibutuhkan dibutuhkan saran dan kritik khususnya dari dosen pembimbing dan dari fihak manapun demi perbaikan di masa datang. Semoga makalah yang sederhana ini dengan mudah dapat dimengerti, difahami dan dapat dipergunakan untuk membantu memahami, mempelajari dan menambah wawasan Ilmu Peradaban Islam khususnya tentang tema “Tiga Kerajaan Besar Islam.” Islam.” Akhirnya Kami mohon maaf apabila ada kesalahan isi dan penulisan makalah ini dan juga apabila terdapat redaksi kalimat yang tidak tepat atau kurang berkenan di hati para pembaca. Wassalamu’aikum wr.wb.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................i DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii BAB I ..................................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1 A.
LATAR BELAKANG ............................................................................................ 1
B.
RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 1
C.
TUJUAN ................................................................................................................. 1
BAB II.................................................................................................................................... 3 PEMBAHASAN .................................................................................................................... 3 A.
KERAJAAN UTSMANIAH................................................................................... 3 1.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Utsmani ................................................................. 3
2.
Sultan-Sultan yang memerintah di Turki Utsmani .............................................. 4
3.
Masa kemajuan dan perkembangan Turki Utsmani ............................................ 6
4.
Masa Perselisihan dan Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani............................ 8
B.
KERAJAAN SAFAWIYAH.................................................................................13 1.
Asal Usul Dinasti Safawiyah ............................................................................. 13
2.
Masa Kejayaan Kerajaan Safawi ....................................................................... 16
3.
Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi ................................................ 17
C.
KERAJAAN MUGHAL ....................................................................................... 18 1.
Asal Usul Kerajaan Mughal .............................................................................. 18
2.
Perkembangan dan Kejayaan Kerajaan Mughal................................................ 19
3.
Kemunduran Kerajaan Mughal ......................................................................... 21
BAB III ................................................................................................................................ 22 PENUTUP ........................................................................................................................... 22 A.
KESIMPULAN ..................................................................................................... 22
B.
SARAN ................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................23
ii
iii
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Islam pada zaman tiga kerajaan merupakan Islam periode pertengahan, fase tiga kerajaan ini berlangsung selama 625 tahun ( 1299-1924). Tiga kerajaan yang dimaksud adalah Keajaan Utsmani di Turki (1290- 1924), Kerajaan Safawi di Persia (1501- 1736), dan Kerajaan Mughal di India (1526- 1858). Setelah Dinasti Abbassiyah di Bagdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol yang terus berekspansi terhadap kekuasaan Islam. 1 Keadaan politik ummat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajan besar tersebut. Akan tetapi, kemajuan tiga kerajaan itu tidak bertahan lama karena adanya kerusakan internal dan serangan dari luar akhirnya, satu demi satu berjatuhan digantikan kekuatan lain : Kerajaan Utsmani digantikan oleh Republik Turki (1924), Safawi di Persia digantikan oleh Dinasti Qajar (1925), dan Kerajaan Mughal digantikan oleh penjajah Inggris (1875- 1947). Akhirnya, usaha ketiga kerajaan besar ini untuk memajukan ummat Islam “tidak berhasil“ dan ummat Islam mengalami fase kemunduran kedua. Akhirnya, India mulai tahun 1857 dijajah oleh Inggris sampai tahun 1947, dan Mesir dikuasai oleh Napoleon dari Prancis tahun 1798. 2 B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas penulis akan merumuskan dasar masalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana sejarah peradaban Islam pada masa kerajaan Utsmaniah, Safawiyah, dan Mughal.
2.
Bagaimana proses kepemimpinan dan perkembangan pada masa kerajaan Utsmaniah, Safawiyah, dan Mughal.
3.
Bagaimana fase kemunduran dan kehancuran yang di alami oleh kerajaan Usmaniah, safawiyah, dan Mughal.
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1
Yatim, Badri. 2007. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamyah II). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal.129. 2
Abd. Hakim, Atang. 1988. Metodologi Studi Islam. Penerbit Departemen Agama RI 1998. Hal.14 6.
1
1. Untuk mengetahui proses kepemimpinan dan perkembangan pada masa kerajaan Utsmaniah, Safawiyah, dan Mughal. 2. Untuk mengetahui apakah pada masa itu mempunyai hasil dalam memimpin ummat Islam baik pada masa kerajaan Utsmaniah, Safawiyah maupun kerajaan Mughal.
2
BAB II PEMBAHASAN
A. KERAJAAN UTSMANIAH 1. Sejarah Berdirinya Kerajaan Utsmani
Pendiri kerajaan Utsmani adalah berasal dari bangsa Turki dari suku Qayigh Oghuz yang dipimpin oleh Sulaiman Syah, yang mendiami daerah Mongol dan daerah di negeri Cina. Setelah tiga abad mereka pindah ke Turkistan kemudian ke Persia. Mereka masuk Islam sekitar abad ke-sembilan atau ke-sepuluh. Di Asia Tenggara mereka mendapat tekanan serangan Mongol pada abad ke 13 M, selanjutnya melarikan diri ke daerah Barat, saudara mereka orang-orang Turki Seljuk, daratan tinggi Asia Kecil. Masih dalam rangka menghindari serangan Mongol, mereka kemudian berpindah lagi ke Syam. Ketika sedang dalam perjalanan menuju Syam, Sulaiman Syah dan anggota sukunya ditimpa musibah, yaitu hanyut di sungai efrat karena banjir bandang (1228 M). Kecelakaan di sungai Efrat membuat suku Qayigh Aghuz yang dipimpin oleh Sulaiman Syah terpecah menjadi dua: sebagian kembali ke daerah asalnya dan sebagian lagi melanjutkan perjalanan. Kelompok yang melanjutkan perjalanan dipimpin oleh anak Sulaiman Syah, yaitu Erthogrol Ibnu Sulaiman syah. 3 Di bawah Pimpinan Erthogrol, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II (dinasti Saljuk). Ketika dinasti Saljuk diserang oleh Bizantium, Erthogrol membantu Sultan Alaudin II hingga mendapatkan kemenangan. Karena jasa tersebut, Sultan Alaudin II memberikan hadiah kepada Erthogrol sebidang tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium dan memilih kota Sogud sebagai ibu kota. Pada tahun 1289 M, Ertoghrul meninggal dunia kemudian kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya Utsman, sebagai pendiri kerajaan Utsmani pada tahun 1290 M. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Saljuk sehingga Sultan Alaudin II terbunuh. Sepeninggal sultan Alaudin II kemudian keajaan Saljuk terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kacil. Pada situasi dan kondisi demikian, Utsman menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang dikuasainya. Sejak itulah, kerajaan Utsmani dinyatakan berdiri secara resmi dan berkuasa penuh atas daerah yang dikuasainya.
Penguasa
pertamanya adalah Ustman yang sering disebut dengan Utsman I. Nama kerajaan Utsman diambil dari dan dibangsakan kepada nenek moyang meraka yang pertama, Sultan Utsmani ibnu Sauji ibnu Ertoghrol ibnu Sulaiman ibnu Kialp, kepala kabilah Kab di Asia Tengah. Setelah Utsman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Utsman
(raja besar
keluarga Utsman) tahun 699 H (1300 M). Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan
3
Mubarok, Jaih. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Pustaka Islamika. Hal.203.
3
menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian, pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan. Pada masa pemerintahan Orkhan (1324-1360 M) kerajaan Turki Utsmani ini dapat menaklukkan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330 M), Iskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Gallipoli (1356 M). Daerah ini adalah bagian Benua Eropa yang pertama kali diduduki kerajaan Utsmani. 4 2. Sultan-Sultan yang memerintah di Turki Utsmani
Kerajaan Utsmani berkuasa sekitar 7 abad (1300-1924 M). Tidak kurang dari 37-40 Sultan yang memerintah kerajaan tersebut. Para Sultan tersebut antara lain sebagai berikut: a. Sultan Orkhan (1324-1360 M).
Utsman wafat dan digantikan anaknya Orkhan. Salah satu usaha Orkhan dalam negeri saat memimpin kerajaan yaitu mendirikan pabrik mata uang. Dan contoh pada usaha luar negerinya adalah dengan mengirimkan pasukan tentara ke Byzantium, sehingga dapat menaklukan Azmir (Smirna) tahun 1327 M. Thawasyanli (1330 M), Iskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Gallipoli (1356 M) yang merupakan bagian benua Eropa yang pertama kali diduduki Utsmani. Pada periode ini tentara Islam masuk Eropa karena Orkhan berhasil membentuk tiga pasukan tentara utamanya yang terdiri dari Sipahi (tentara Regular), Hazab (tentara Ireguler), dan tentara Jenisari yang direkrut dari umur dua belas tahun dan terdiri dari tentara muallaf yang berasal dari Georgia dan Armenia. b. Sultan Murad I (1360-1389 M).
Sultan Murad I menggantikan ayahnya Orkhan. Ia melakukan perluasan daerah ke benua Eropa dan dapat menaklukan Balkan, Andrianopel, Turki (1263 M), Macedonia, Sopia (Bulgaria), Solonia, dan seluruh bagian utara Yunani. Dengan jatuhnya Andrianopel, kerajaan Utsmani dapat mengepung kerajaan Byzantium dari segi penjuru sehingga kerajaan Byzantium mengecil dan tidak dapat berhubungan dengan kerajaan Kristen lainnya di Eropa. Saat itu pula kerajaan Utsmani mendapat serangan dari bangsa-bangsa Slavia seperti Servia, Bulgaria dan kerajaan Hongaryah (Magyar) yang bergabung menjadi satu. Dalam pertempuran di Kawassa (1389 M), tentara Slavia kalah dan raja Servia mati tebunuh. c. Sultan Bayazid I (1389-1402).
Usaha-usaha dalam negeri yang dilakukan Sultan Bayazid I, yakni senantiasa mendidik kader-kader militan yang akan diserahi jabatan-jabatan tinggi dalam ketentaraan maupun dalam pemerintahan. Semasa pemerintahannya, ia dapat menaklukan Philadelpia, Gramania, dan Kirman, Saloniki dan tanah Semenanjung Morea, dan usaha luar negeri yang ia lakukan dengan berhasil membawa kemenangan dalam pertempuran di Nivopolis tahun 1389 M yang berhadapan dengan pasukan Kristen Magyar dan Slavia dibawah
4
Yatim, Badri. Op. Cit. Hal.129-131.
4
pimpinan raja Hongaria Sijisman. Serta mengepung kota Konstatinopel, tetapi terhalang oleh datangnya bangsa Mongol Tartar pimpinan Timur Lenk meyerang Asia Barat hingga Asia Kecil . Bayazid bersama puteranya Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1402 M dan pasukannya dapat ditaklukan. d. Sultan Muhammad I (1402-1421 M)
Sultan Muhammad I atau yang dikenal dengan nama Muhammad Celebi adalah putera Bayazid yang bungsu berhasil megatasi kekacauan dan pertikaian keluarga Bayazid I dengan
menyatukan
daulat-daulatnya,
mengembalikan
kekuatan
dan
kekuasaan
sebagaimana semula setelah ditinggalkan oleh Timur Lenk dengan waktu 10 tahun baru berhasil dan ia mengadakan perjanjian damai Byazantium dan dengan Republik Venesia. Pada tahun 1421 M, Muhammad Selebi meninggal dan digantikan oleh Murad II. e. Sultan Murad II (1421-1451 M)
Sultan Murad II membalas dendam terhadap Byazantium dengan mengadakan pengepungan kota konstantinopel beberapa minggu. Bangsa-bangsa Servia, Bulgaria, Bosnia, Albania, Rumania, dan Hongaria bersatu dibawah pimpinan raja Hunyody dari Honngaria melawan pasukan Turki Utsmani di dekat Belgrado. Pasukan Turki mengalami kekalahan tahun 1422 M. Selanjutnya tahun 1443 M dengan menghadapi gabungan pasukan ditambah pasukan Salib. Dan sultan Murad II mundur dan meminta perjanjian di Zegedin tahun 1444 M yang isinya: a. Servia mendapat kemerdekaan kembali. b. Rumania bergabung dengan Hongaria. c. Diadakannya gencatan senjata selama 10 tahun. Pimpinan Hunyody melanggar perjanjian, yaitu mengadakan peneyerbuan mendadak ke wilayah Turki sampai laut hitam. Murad II memanggul senjata dengan dikawal 40.000 pasukan menyerbu Hongaria. Dan akhirnya Turki menang hingga Servia dan Bosnia menjadi wilayah kekuasaannya dan Turki Utsmani kembali tegak di Balkan. f.
Sultan Muhammad II ( 1451-1484 M)
Turki Utsmani mencapai kejayaan pada masa Sultan Muhammad II yang sering disebut Muhammad al-Fatih, ia dapat mengalahkan Byzantium dan menaklukan Konstantinopel pada tahun 1453 M. Sehingga dapat melepaskan um at Islam yang selama kurang lebih 800 tahun berada dalam cengkraman kekuatan dan kekuasaan Byzantium. g. Sultan Salim I (1512-1520 M)
Usaha yang dilakukan Sultan Salim adalah untuk menaklukan Persia, Syiria, dan dinasti Mamalik di Mesir. Pada saat itu ia naik tahta dan dikembangkan oleh Sultan Sulaiman Al-Qanuni. Sultan Salim pernah memita kepada khalifah Abbasiyah di Mesir
5
agar menyerahkan kekhalifahan kepadanya, ketika ia menaklukan dinasti Mamalik di Mesir. h. Sultan Sulaiman al-Qanuni (1520-1566 M).
Usahanya adalah melanjutkan usaha Sultan Salim I denngan mengerahkan ekspansinya keseluruh wilayah yang berada di sekitar Turki Utsmani dan berhasil menundukkan Irak Belgrado, Pulau Rodhes, Tunis, Budapest dan Yaman. Setelah Sultan Sulaiman meninggal dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara putera-puteranya dan menyebabkan kemundurannya. Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Utsmani yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat yang diikuti dengan kemajuan berbagai bidang yakni sebagai berikut: 3. Masa kemajuan dan perkembangan Turki Utsmani a. Bidang Militer Dan Pemerintahan
Kekuatan militer kerajaan mulai terorganisasi dengan baik pada masa pemerintahan Sultan Murad I, selanjutnya Orkhan mengadakan perombakan dalam tubuh organisasi militer dalam bentuk mutasi personil pimpinan dan perombakan dalam keanggotaan. Non Turki dimasukkan sebagai anggota dan berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut dengan pasukan Janissari atau Inkisyariah. Dalam menjalankan roda pemerintahan, pemimpin Turki Utsmani menggunakan dua gelar sekaligus: Khalifah dan Sultan. Khalifah sebagai simbol penguasa duniawi dan Khalifah juga adalah simbol penguasa spiritual (keagamaan). Secara praktis, pemimpin Turki Utsmani memiliki dua pembantu utama: Pertama, Mufti atau Shaikhul Islam yang berwenang mewakili pemimpin Turki Utsmani dalam melaksanakan wewenang spiritual; dan kedua, Shadhr al-A’dham (perdana menteri) yang berwenang mewakili pemimpin turki Utsmani dalam melaksanakan wewenang duniawi. b. Bidang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan Dan Budaya
Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan yaitu kebudayaan Persia, ia mengarah kepada etika dan tatakrama. Sedangkan Byzantium dan Arab mereka mengarah kepada Prinsip ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan dan huruf. Ulama dan sejumlah karyanya yang dihasilkan pada zaman Turki Utsmani adalah: 1. Mustafa Ali (1541-1599), ahli sejarah. Diantara karyanya adalah Kunh al-Akhbar, yang berisi sejarah dunia dari sejak Adam AS sampai Yesus Kristus, sejarah Islam awal hingga Turki Utsmani.
6
2. Evliya Chelebi (1614-1682), ahli ilmu sosial. Diantara karyanya adalah Seyabat Name (Buku Pedoman Perjalanan), yang berisi tentang masyarakat dan ekonomi Turki Utsmani. 3. Arifi (W.1561), sejarawan istana. Diantara karyanya adalah Shah-name-I-Al-I Osman, yang berisi cerita tentang keluarga raja-raja Utsmani. Selain meninggalkan buku-buku sebagai kekayaan sejarah, Turki Utsmani juga meninggalkan sejumlah bangunan yang memperlihatkan keunggulan penguasaan teknologi pada zamannya. Masjid Aya Sophia, masjid agung Sultan Muhammad alFatih, masjid Abu Ayyub Al-Anshari, masjid Bayazid, dan masjid Sulaiman alQanuni, merupakan masjid yang berarsitektur tinggi dengan menggunakan “Kubah Batu” (ciri gereja Kristen) yang menggambarkan persaingan antara Islam dengan Kristen. Dalam bidang pendidikan, dinasti ini mendirikan sejumlah madrasah. Madrasah yang pertama didirikan di Izink (1331 M) dengan mendatangkan pengajar dari Iran dan Mesir. Madrasah berikutnya didirikan di Bursa, Edirne, dan Istanbul. Madrasah di Turki Utsmani dibentuk dengan memperlihatkan jenjang. Dan materi ilmu yang diajarkan adalah Bahasa Arab, Ilmu Nahwu dan Sharaf, ilmu Mantiq, Teologi, Hukum, Astronomi, Geometri, dan Retorika. 5 c. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syari’at sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku . Para Mufti menjadi pejabat tertinggi dalam urusan agama dan mereka mempunyai wewenang dalam memberikan fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang terjadi di masyarakat. Faham keagamaan seperti tarekat Bektasyi dan Maulawi sangat berkembang pesat karena didukung dan dianut oleh sebagian besar kalangan militer dan sipil. Perkembangan ilmu pengetahuan keagamaan pada zaman Turki Utsmani seperti ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu kalam, ilmu fiqih dan sebagainya tidak mengalami kemajuan dan perkembangan yang berarti. Para penguasa lebih cenderung menegakkan satu madzhab keagamaan tertentu dan menekan madzhab yang lain. Misalnya saja sultan Abdul Hamid II, lebih fanatik yang berlebihan terhadap aliran Asyariyah. Akibat kelesuan di bidang ilmu keagamaan, maka ijtihad tidak berkembang. Ulama-ulam yang ada hanya menulis kitab dalam bentuk syarah
5
Mubarok, Jaih. Op. Cit. Hal. 206-207.
7
(penjelasan) dan Hasyiah (catatan-catatan) terhadap kitab-kitab karya ulama-ulama terdahulu.6 4. Masa Perselisihan dan Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani a. Pembaharuan di Turki Utsmani
Kekalahan militer Turki Utsmani di Lepanto (1571 M) dan kegagalan dalam menaklukan Wina (1683 M) merupakan tanda pergeseran kekuatan. Militer Kristen di Eropa lebih kuat dibanding dengan militer Turki Utsmani. Perjanjian Kucuk Kaynarca (1774 M) memperkuat dugaan bahwa militer, teknologi, dan administrasi Eropa lebih unggul dibanding dengan Turki Utsmani. Solusi yang ditempuhnya adalah Turki harus mengadopsi kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh Eropa. Adopsi kemajuankemajuan yang telah dicapai Eropa melahirkan gerakan pembaharuan di Turki Utsmani. Langkah pembaharuan yang dilakukan adalah: 1. Mengirim para pelajar Turki Utsmani untuk belajar berbagai disiplin ilmu ke Eropa (terutama Perancis). 2. Pengiriman duta untuk melihat langsung kemajuan Eropa dalam bidang ekonomi dan militer dan duta diwajibkan memberikan laporan 3. Mendatangkan guru dari Eropa ke Turki Utsmani terutama untuk melatih kemiliteran di Turki, diantaranya De Reochefort, Comte de Bonneval, Macharty, dan Ramsay. 4. Mendirikan sekolah tehnik militer (1734 M). 5. Pembentukan badan penerjemahan (1717 M) di bawah pimpinan Ibrahim Mutafarika. Lembaga ini bertugas menerjemahkan buku-buku Barat ke dalam bahasa Turki. Ibrahim Mutafarika menulis sejumlah buku tentang matematika, astronomi, geografi, kedokteran, sejarah, dan agama. 6. Pendirian penerbit dan percetakan (1712 M) yang menerbitkan buku-buku dalam berbagai bidang ilmu. Pembaharuan yang dipelopori oleh Husein Koprulu (1644-1702 M) dan Damad Ibrahim (1719-1730 M), keduanya Wazir Agung, mendapat tantangan dari Feyzullah (Syaikhul Islam), yang pada akhirnya terjadi konflik internal. Patrona Khalil (pemimpin
gerakan
penentangan
pembaharuan
di
Turki
Utsmani)
berhasil
menggulingkan sultan Ahmad II dan Wazir agungnya, Damad Ibrahim (1730 M). Akibatnya adalah terjadi inflasi dan ketidakstabilan internal di Turki Utsmani.
6
Farikihsan.blogspot.com, 2015/03. Diakses pada tanggal 03-05-2017.
8
b. Nizham al-Jadid
Sultan Salim III (1789-1807 M), pengganti sultan ahmad III, melanjutkan pembaharuan yang gagal karena dihambat oleh Syaikhul Islam dengan melakukan langkah-langkah pembaharuan sebagai berikut: 1)
Restrukturisasi pemerintahan sehingga effektif dan efisien dan memperjelas hubungan pusat dan daerah.
2)
Rekrutmen pegawai secara profesional dan menghilangkan pola lama yang didasarkan pada pertimbangan nepotisme
3)
Pendirian sekolah dan balai latihan dengan mendatangkan instruktur dari Perancis
4)
Menghilangkan hak istimewa militer Janissari dan mengharuskan mereka mengikuti seleksi berdasarkan profesionalisme serta mengikuti pendidikan dan latihan militer yang diprogramkan oleh Sultan. Gerakan pembaharuan yang diprogramkan oleh sultan salim III mendapatkan
perlawanan dari Janissari dan gerakan perlawanan Janisari terhadap sultan Salim III mendapat dukungan dari ulama dengan menfatwakan bahwa gerakan pembaharuan yang diprogramkan oleh sultan Salim III bertentangan dengan agama dan tradisi. Sultan Salim III berhasil dikalahkan oleh para penentangnya. Sultan Mahmud II (1807-1808 M), pengganti sultan Salim III, melakukan pembaharuan sebagai berikut: 1)
Pembaharuan militer. Pada tahun 1826 M, Mahmud II membentuk korp militer baru diluar Janissari dan menggunakan instruktur militer dari Mesir. Hal ini melahirkan pemberontakan ug dilakukan oleh Janissari yang akhirnya Janissari dibubarkan dan tarekat Bektasyi dinyatakan sebagai aliran terlarang.
2)
Penghapusan wazir agung dan diganti dengan perdana menteri.
3)
Pembaharuan sistem hukum. Selain memberlakukan hukum syariah, juga diberlakukan hukum sekuler. Hal ini melahirkan dua peradilan, peradilan syariah dan peradilan sekuler.
4)
Pembaharuan pendidikan. Sultan Mahmud II membentuk sekolah-sekolah umum.
c. Tanzhimat
Setelah meninggal, Mahmud II diganti oleh Abdul Majid ((1839-1861 M), perdana menterinya adalah Rasyid Pasha. Periode ini dikenal dengan masa Tanzhimat, yakni usahausaha untuk memperbaiki kehidupan umum dan menciptakan sentralisasi pemerintahan yang efektif. Pembaharuan yang dilakukan oleh Abdul Majid adalah: 1)
Pembentukan piagam Hatt-I Sherif Gulhane (1839 M) sebagai dasar pembaharuan di bidang administrasi, perpajakan, hukum, pendidikan, kaum minoritas, dan militer.
9
Piagam ini mereduksi peran ulama sehingga melahirkan penolakan dari kalangan ulama yang ditandai dengan perang di Crimea. 2)
Membentuk piagam Hatt-I Humayun (1856 M) yang mengakomodir hak-hak minoritas. Akan tetapi, piagam ini pun mendapat reaksi keras dari kalangan ulama dan kelompok penduduk yang berpendidikan Barat yang tergabung dalam Usmani Muda (Yeni Osmanliar). Tujuan Usmani Muda adalah mendirikan pemerintah konstitusional dan memperbaharui hukum Islam. Keadaan semakin diperparah oleh sultan Abdul Aziz (1861-1876 M), pengganti Mahmud II, karena bersikap anti Barat. Kematian Perdana Menteri Ali Pasha (1871 M), menandai berakhirnya tanzhimat.
Kedekatannya dengan Utsmani Muda, membuat Ali Pasha selalu bentrok dengan Sultan. Pada tahun 1876 M, sultan Abdul Azizi diturunkan dari jabatan sultan melalui fatwa Syaikhul Islam dan digantikan oleh Murad V atas dukungan Utsmani Muda. Akan tetapi, Murad V tidak berhasil memimpin Turki Utsmani meskipun didukung oleh sejumlah pemikir dari kal;angan Usmani Muda. Akhirnya Syaikhul Islam mengeluarkan fatwa yang isinya menurunkan Murad V dari jabatan khalifah dengan alasan sakit mental, dan penggantinya adalah sultan Abdul Hamid (31 Agustus 1876 M) dan perdana menterinya adalah Mihdat Pasha (tokoh Usmani Muda). Pada tanggal 23 Desember 1876, sultan Abdul Hamid menandatangani pemberlakuan Konstitusi Turki dengan mencontoh Konstitusi Belgia. Akan tetapi, antara Utsmani Muda dengan ulama tradisional terjadi perbedaan paham mengenai musyawarah, syariah, dan bid’ah. Akibatnya adalah konstitusi yang sejak awal ditujukan untuk membatasi sultan, melahirkan kekuasaan sultan Abdul hamid yang absolut konstitusional. 7 d. Turki Muda dan Perang Dunia I
Pembaharuan yang dilakukan oleh sultan Abdul Hamid atas dukungan Usmani Muda tidak memuaskan sejumlah pemikir yang tergabung dalam Turki Muda.
Turki Muda
berhasil melaksanakan revolusi (24 Juli 1908 M) melalui partai Ittihad ve Terekki yang dibentuk untuk menjatuhkan sultan pada tahun 1907 di Paris. Setelah berkuasa, Turki Muda terbagi menjadi dua: pertama, Turki Muda Liberal yang menghendaki sistem pemerintahan otonomi bagi daerah-daerah (desentralisasi); dan kedua, kelompok Turki Muda yang tergabung dalam partai Ittihad ve Terekki (pemenang Pemilu 1908) yang ingin mempertahankan sistem pemerintahan yang sentralistik. Dalam keadaan yang kacau, wilayah-wilayah di bawah Turki Utsmani mulai melepaskan diri: Bulgaria menyatakan merdeka, Creta menggabungkan diri dengan Yunani, Austria menggabungkan diri dengan Bosnia dan Herzegovina. Pada bulan April 1909, partai Ittida-I Muhammadi, partai politik yang dipimpin oleh Dervish Vahdeti
7
Mubarok, Jaih. Op. Cit. Hal. 211-212.
10
(pengikut tarekat Bektasyi) yang menyatakan diri sebagai pejuang yang setia kepada syariat dan menuduh turki Muda sebagai kelompok yang telah meruntuhkan syariah dan khilafah, melakukan pemberontakan. Akhirnya sultan Abdul Hamid diturunkan dari jabatannya oleh syaikhul Islam karena dianggap memprovokasi pemberontakan tersebut. Pada pemilu 1912 M, partai Ittihad ve Terekki tampil sebagai pemenang. Enver Pasha (menteri urusan perang dari partai Ittihad ve Terekki) melibatkan diri dalam perang Balkan, Turki banyak kehilangan banyak wilayah karena wilayah-wilayahnya banyak yang memerdekakan diri. Setelah perang Balkan usai, Enver dan Talaat mengajukan program kepada kabinet, yaitu turut serta dalam perang dunia.
Argumennya adalah: pertama,
perang ini diharapkan jadi media untuk merebut kembali daerah-daerah yang sudah memerdekakan diri; dan kedua, perang ini dapat menjadi media untuk menghidupkan kembali khilafah Islam dengan sistem federasi. Perang Dunia I terjadi mulai tanggal 2 Agustus 1914 di Eropa. Turki bersekutu dengan Jerman.
Tanggal 23 November 1914, Turki melalui syaikhul Islam, mengumumkan
perang suci dengan harapan mendapat dukungan ummat Islam secara luas. Akan tetapi, perang ini membuat ummat Islam terkotak-kotak. Ummat Islam Tartar bekerjasama dengan Rusia, ummat Islam Al-Jazair dan senegal bekerjasama dengan Perancis, ummat Islam India bekerjasama dengan Inggris, dan bangsa arab juga bekerjasama dengan Inggris. Perang ini juga menjadi bencana bagi Turki Utsmani karena melahirkan gerakan yang berusaha melepaskan diri dari Turki. Pertama, revolusi Arab, Syarif Husein menyatakan perang terhadap Turki (5 Juni 1916) dan tentara Turki terusir dari Mekkah, Madinah dan Jeddah; Kedua, bangsa Syiria dan Transyordan bangkit melawan Turki karena terpengaruh oleh revolusi arab; dan ketiga, terjadi pembelotan yang dilakukan oleh tentara yang berasal dari suku Arab. Setelah terjadi kerusuhan dalam negeri dan sebagian wilayah dikuasai oleh tentara sekutu, para pemimpin Turki Muda (Enver, talaat, dan Jamal) melarikan diri ke Jerman.
Turki Muda berakhir dengan kegagalan dalam memperbaiki Turki Utsmani.
Kabinet membubarkan diri dan lahirnya perdana menteri baru, Ahmad Izzet Pasha, yang berusaha memperbaiki keadaan Turki dengan melakukan perdamaian dengan fihak-fihak pemenang dalam Perang Dunia I. e. Gerakan Nasionalisme dan Peran Mustafa Kemal Attaturk.
Harun Nasution menginformasikan bahwa di Turki Utsmani terdapat tiga aliran pembaharuan: aliran Barat, aliran Islam, aliran Nasionalis. Menurut aliran Barat, Turki mundur karena bodoh, dan kebodohan itu disebabkan oleh syariat yang menguasai seluruh segi kehidupan bangsa Turki. Oleh karena itu, Turki akan maju apabila menjadikan Barat sebagai guru. Pendapat tersebut ditentang oleh aliran Islam. Menurutnya, agama (syari'at Islam) tidak pernah menjadi penghalang kemajuan; Turki justru mundur karena tidak 11
menjalankan syari'at Islam. Oleh karena itu, syari'at mesti diberlakukan di Turki agar Turki bisa maju. Sedangkan nasionalis berpendapat bahwa Turki mundur disebabkan oleh keengganan ummat Islam yang tidak mengakomodir perubahan-perubahan.
Diantara
tokoh aliran Barat adalah TewfikFikret (1867-1951); diantara tokoh aliran Islam adalah Mehmed Akif (1870)1936); dan diantara tokoh aliran nasionalis adalah Zia Golkalp (18751924). Setelah perang dunia I, Mustafa Kemal diangkat menjadi panglima militer di Turki Selatan.
Tugasnya adalah merebut Izmir dari tangan tentara Sekutu.
Mustafa Kemal
Attaturk berhasil memukul mundur tentara sekutu dan berhasil menyelamatkan Turki dari penjajahan Barat. Bersama teman-temannya, Mustafa Kemal Attaturk mulai menentang sultan di Istanbul karena perintahnya tidak sejalan dengan kepentingan nasional Turki, karena sultan di Istanbul berada di bawah kekuasaan sekutu dan harus menyesuaikan diri dengan kehendak mereka.
Oleh karena itu, ia mendirikan pemerintahan tandingan di
anatolia dengan mendeklarasikan pernyataan-pernyataan sebagai berikut: 1. Kemerdekaan tanah air dalam keadaan bahaya 2. Sultan tidak dapat menjalankan pemerintahan karena berada di bawah kekuasaan sekutu 3. Rakyat Turki harus berusaha sendiri untuk membebaskan tanah air dari kekuasaan asing. 4. Gerakan pembela tanah air harus dikoordinir oleh panitia nasional. 5. Untuk merealisasikan hal-hal tersebut, perlu diadakan kongres. Karena pernyataan tersebut, Mustafa Kemal Attaturk diperintahkan untuk datang ke Istanbul, tetapi ia menolaknya. Disebabkan penolakan tersebut, ia dipecat dari jabatannya sebagai panglima.
Mustafa Kemal Attaturk keluar dari militer, kemudian ia terpilih
sebagai ketua Perkumpulan Pembela Hak-hak Rakyat cabang Erzurum. Kongres pertama diadakan di Erzurum yang merekomendasikan untuk membela, mempertahankan keutuhan tanah air, dan perlu diadakan rapat Majlis Nasional dalam waktu yang secepatnya. Kongres kedua diadakan di Sivas.
Dalam kongres ini, diputuskan bahwa Turki harus
merdeka (bebas dari kungkungan asing) dan untuk itu dibentuk Komite Perwakilan Rakyat, dan Mustafa Kemal Attaturk terpilih sebagai ketua. Golongan Nasional menjadi pemenang dalam pemilu, dan Majlis Nasional Agung (MNA) berhasil dibentuk (1920). Dalam sidang MNA di Angkara Mustafa Kemal Attaturk terpilih sebagai ketua.
Dalam sidang tersebut dilahirkan sejumlah keputusan sebagai
berikut: 1.
Kekuasaan (kedaulatan) tertinggi berada di tangan rakyat Turki
2.
MNA adalah perwakilan rakyat tertinggi
3.
MNA bertugas sebagai badan legislatif dan eksekutif 12
4.
MNA bertugas memilih diantara sesama anggota untuk menjadi anggota Majlis Negara (MN) yang bertugas menjalankan pemerintahan
5.
Ketua MNA merangkap sebagai ketua MN.
Mustafa Kemal Attaturk memimpin Turki dengan jargon: westernisasi, sekularisme, dan
nasionalisme.
Pembaharuan-pembaharuanyg
dilakukannya
adalah: pertama,
pemisahan antara pemerintahan dengan agama (sekularisasi). Ide ini diterima oleh MNA (1920). Kedua, kedaulatan Turki bukan di tangan sultan, tapi di tangan rakyat. Ketiga, jabatan khalifah dipertahankan, tetapi hanya memiliki kewenangan spiritual, sedangkan kewenangan duniawinya (sebagai sultan) dihapuskan (1922).
Keempat , khalifah
Wahiduddin melarikan diri di bawah perlindungan Inggris, karena tidak setuju dengan keputusan MNA yang dipimpin Mustafa Kemal Attaturk. Khalifah Wahiduddin dipecat dari jabatannya karena dianggap sebagai pengkhianat, dan Abdul Majid diangkat sebagai penggantinya. Kelima, merubah bentuk negara dari bentuk khilafah menjadi republik dan Islam sebagai agama negara (1923). Keenam, karena khalifah dianggap membangkang sebab melakukan kegiatan-kegiatan politik, seperti menerima tamu dari negara lain, mengirim duta ke luar negeri, dan mengadakan upacara kebesaran pada hari Jumat, dan tetap tinggal di istana Istanbul, MNA memutuskan bahwa jabatan khalifah dihapus karena dianggap melahirkan dualisme kepemimpinan (3 Maret 1924) 8 sehingga khalifah Abdul Majid beserta keluarganya minta suaka politik ke Swiss. Dan
ketujuh, Turki
mendeklarasikan sebagai negara sekuler dengan menghapus Islam sebagai agama negara (1937).
Sebelum menjadi negara sekuler, Mustafa Kemal Attaturk telah meniadakan
institusi-institusi keagamaan dalam pemerintahan. (a) Penghapusaan Biro Syaikhul Islam (1924); (b) Penghapusan kementrian Syariat; dan (c) Penghapusan Mahkamah Syariat. Sebagai bagian dari proses sekulerisasi, Mustafa Kemal Attaturk kemudian memutuskan untuk: (a) Meniadakan pelajaran bahasa Arab dan Persia di sekolah-sekolah (1928); (b) Meniadakan pelajaran agama di sekolah-sekolah (1933); (c) penerjemahan AlQur'an ke dalam bahasa Turki agar dapat difahami oleh masyarakat; (d) Khutbah Jumat harus dilakukan dengan bahasa Turki (1933). Dan (e) adzan harus menggunakan bahasa Turki (1933). Mustafa Kemal Attaturk meninggal tahun 1938. Usaha pembaharuan yang telah dilakukannya, diteruskan oleh para pengikutnya.
B. KERAJAAN SAFAWIYAH 1. Asal Usul Dinasti Safawiyah
Dinasti Safawiyah berkuasa antara tahun 1502-1722 M. Awalnya kerajaan Safawiyah berasal dari sebuah gerakan Tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan.
8
Wilfred Cantwell Smith. 1957. Islam in Modern History. New Jersey: Princenton University Press. Hal.173.
13
Tarekat ini diberi nama tarekat Safawiyah, didirikan pada waktu yang hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan Usmani. Nama Safawiyah, diambil dari nama pendirinya, Safi al-Din (1252-1334 M), dan nama Safawi itu harus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan, nama itu terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan. Safi al-Din mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pengikut tarekat ini sangat teguh memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah bertujuan memerangi orang-orang ingkar, kemudian memerangi golongan yang mereka sebut “ahli-ahli
bid’ah”.
Tarekat yang dipimpin Safi al-
Din ini semakin penting, terutama setelah ia mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syria dan Anatolia. Di negeri-negeri di luar Ardabil Safi al-Din menempatkan seorang wakil yang memimpin murid-muridnya. Wakil itu diberi gelar “khalifah”. Suatu ajaran agama yang dipegang secara fanatik biasanya kerap kali menimbulkan keinginan di kalangan penganut ajaran itu untuk berkuasa. Karena itu, lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah berubah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan, dan menentang setiap orang yang bermazhab selain Syi’ah. Kecenderungan memasuki dunia politik itu mendapat wujud konkretnya pada masa kepemimpinan Juneid (1447-1460 M). Dinasti Safawi memperluas geraknya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik antara Juneid dengan penguasa Kara Koyunlu (domba hitam), salah satu suku bangsa Turki yang berkuasa di wilayah itu. Dalam konflik tersebut, Juneid kalah dan diasingkan ke suatu tempat. Di tempat itu baru ia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr, AK-Koyunlu (domba putih), juga satu suku bangsa Turki. Ia tinggal di istana Uzun Hasan, yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia. Selama dalam pengasingan, Juneid tidak tinggal diam. Ia malah dapat menghimpun kekuatan untuk kemudian beraliansi secara politik dengan Uzun Hasan. Ia juga berhasil mempersunting salah seorang saudara perempuan Uzun Hasan. Pada tahun 1459 M, Juneid mencoba merebut Ardabil tetapi gagal. Pada tahun 1460 M, ia mencoba merebut Sircassia tetapi pasukan yang dipimpinnya dihadang oleh tentara Sirwan. Ia sendiri terbunuh dalam pertempuran tersebut. Ketika itu anak Juneid, Haidar, masih kecil dan dalam asuhan Uzun Hasan. Karena itu, kepemimpinan gerakan Safawi baru bisa diserahkan kepadanya secara resmi pada tahun 1470 M. Hubungan Haidar dengan Uzun Hasan semakin erat setelah Haidar mengawini salah seorang putri Uzun Hasan. Dari perkawinan ini lahirlah Ismail yang di kemudian hari menjadi pendiri kerajaan Safawi di Persia.
14
Kemenangan AK Koyunlu tahun 1476 M terhadap Kara Koyunlu, membuat gerakan militer Safawi yang dipimpin oleh Haidar dipandang sebagai rival politik oleh AK Koyunlu dalam meraih kekuasaan selanjutnya. Padahal, sebagaimana telah disebutkan, Safawi adalah sekutu AK Koyunlu. AK Koyunlu berusaha melenyapkan kekuatan militer dan kekuasaan dinasti Safawi. Kepemimpinan gerakan Safawi, selanjutnya berada di tangan Ismail, yang saat itu masih berusia tujuh tahun. Selama lima tahun Ismail beserta pasukannya bermarkas di Gilan, mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di Azerbaijan, Syria dan Anatolia. Pasukan yang dipersiapkan itu dinamai Qizilbash (baret merah). Di bawah pimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu di Sharur, dekat Nakhehivan. Pasukan ini terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, ibu kota AK Koyunlu dan berhasil merebut serta mendudukinya. Di kota ini Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja pertama dinasti Safawi. Ia disebut juga Ismail I. Ambisi politik mendorongnya untuk terus mengembangkan sayap menguasai daerahdaerah lainnya, seperti ke Turki Usmani. Namun Ismail bukan hanya menghadapi musuh yang sangat kuat, tetapi juga sangat membenci golongan Syi’ah. Peperangan dengan Turki Usmani terjadi pada tahun 1514 M di Chaldiran, dekat Tabriz. Karena keunggulan Organisasi militer kerajaan Usmani, dalam peperangan ini Ismail I mengalami kekalahan, malah Turki Usmani di bawah pimpinan Sultan Salim dapat menduduki Tabriz. Kerajaan Safawi terselamatkan dengan pulangnya Sultan Usmani ke Turki karena terjadi perpecahan di kalangan militer Turki di negerinya. Kekalahan tersebut meruntuhkan kebanggaan dan kepercayaan diri Ismail. Akibatnya kehidupan Ismail I berubah. Ia lebih senang menyendiri, menempuh kehidupan hura-hura dan berburu. Keadaan ini menimbulkan dampak negatif bagi kerajaan Safawi. Rasa permusuhan dengan kerajaan Usmani terus berlangsung sepeninggal Ismail. Peperangan-peperangan antara dua kerajaan besar Islam ini terjadi beberapa kali pada zaman pemerintahan Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M), dan Muhammad Khudabanda (1577-1587 M). Pada masa tiga raja tersebut, kerajaan Safawi dalam keadaan lemah.9
9
Hamka. 1981. Sejarah Umat Islam, Jilid III . Jakarta: Bulan Bintang. Halaman 60.
15
2. Masa Kejayaan Kerajaan Safawi
Kondisi memprihatinkan ini baru bisa diatasi setelah raja Safawi kelima, Abbas I, naik tahta. Ia memerintah dari tahun 1588 sampai dengan 1628 M. Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas I dalam rangka memulihkan kerajaan Safawi ialah: 1.
Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash atas kerajaan Safawi.
2.
Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani. Untuk mewujudkan perjanjian ini, Abbas I terpaksa harus menyerahkan sebagian wilayah-wilayahnya, dan perjanjian-perjanjian yang sudah disepakati. Usaha-usaha yang dilakukan Abbas I tersebut berhasil membuat kerajaan Safawi kuat
kembali. Setelah itu, Abbas I mulai memusatkan perhatiannya ke luar dengan berusaha merebut kembali wilayah-wilayah kekuasaannya yang hilang. Pada tahun 1598 M, ia menyerang dan menaklukkan Heart. Dari sana, ia melanjutkan serangan merebut Marw dan Balkh. Setelah kekuatan terbina dengan baik, ia juga berusaha mendapatkan kembali wilayah kekuasaanya dari Turki Usmani. Rasa permusuhan antara dua kerajaan yang berbeda aliran agama ini memang tidak pernah padam sama sekali. Abbas I mengarahkan serangan-serangannya ke wilayah kekuasaan kerajaan Usmani itu. Pada tahun 1602 M, di saat Turki Usmani berada dibawah Sultan Muhammad III, pasukan Abbas I menyerang dan berhasil menguasai Tabriz, Sirwan dan Baghdad. Sedangkan kota-kota Nakhchivan, Erivan, Ganja dan Tiflis dapat dikuasai tahun 1605-1606 M. Selanjutnya, pada tahun 1622 M pasukan Abbas I berhasil merebut kepulauan Hurmuz dan mengubah pelabuhan Gurmun menjadi pelabuhan Bandar Abbas. Secara politik, ia mampu mengatasi berbagai kemelut di dalam negeri yang mengganggu stabilitas Negara dan berhasil merebut kembali wilayah-wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan lain pada masa raja-raja sebelumnya. Kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi tidak hanya terbatas di bidang politik dan agama. Di bidang agama, Safawiyah menjadikan madzhab Syiah sebagai madzhab resi negara. Di bidang yang lain, kerajaan ini juga mengalami banyak kemajuan. Kemajuankemajuan itu antara lain adalah sebagai berikut: a. Bidang Ekonomi
Stabilitas politik kerajaan Safawi pada masa Abbas I ternyata telah memacu perkembangan perekonomian Safawi, lebih-lebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun di ubah menjadi Bandar Abbas. b. Bidang Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah Islam bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pada masa kerajaan Safawi tradisi keilmuan ini terus berlanjut.
16
c. Bidang Pembangunan Fisik dan Seni
Para penguasa kerajaan ini telah berhasil mencipatakan Isfahan, ibu kota kerajaan, menjadi kota yang sangat indah. Di kota tersebut, berdiri bangunan-bangunan besar lagi indah seperti masjid-masjid, rumah-rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan raksasa di atas Zende Rud, dan istana Chihil Sutun, kota Isfahan juga diperindah dengan taman-taman wisata yang di tata secara apik. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat 162 mesjid, 48 akademi, 1802 penginapan, dan 273 pemandian umum. Di bidang seni, kemajuan nampak begitu kentara dalam gaya arsitektur bangunan bangunannya, seperti terlihat pada mesjid Shah yang dibangun tahun 1611 M dan mesjid Syaikh Lutf Allah yang dibangun tahun 1603 M. Demikianlah, puncak kemajuan yang dicapai oleh kerajaan Safawi. Setelah itu, kerajaan ini mulai mengalami gerak menurun. Kemajuan yang dicapainya membuat kerajaan ini menjadi salah satu dari tiga kerajaan besar Islam yang disegani oleh lawanlawannya, terutama dalam bidang politik dan militer. Walaupun tidak setaraf dengan kemajuan Islam di masa klasik, kerajaan ini telah memberikan konstribusinya mengisi peradaban Islam melalui kemajuan-kemajuan dalam bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, peninggalan seni dan gedung-gedung bersejarah. 10 3. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi
Sepeninggal Abbas I kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husain (1694-1722), Tahmsap II (1722-1732 M), dan Abbas III (1733-1736 M). Pada masa rajaraja tersebut, kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran. Safi Mirza cucu Abbas I, adalah seorang pemimpin yang lemah. Ia sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan karena sifat pencemburunya. Kemajuan yang pernah dicapai oleh Abbas I segera menurun. Kota Qandahar (sekarang termasuk wilayah Afghanistan) lepas dari kekuasaan kerajaan Safawi, diduduki oleh kerajaan Mughal yang ketika itu diperintah oleh Sultan Syah Jehan, sementara Baghdad direbut oleh kerajaan Usmani. Abbas II adalah raja yang suka minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal. Meskipun demikian, dengan bantuan wazir-wazirnya, pada masa kota Qandahar dapat direbut kembali. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertidak kejam terhadap para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya, rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintah. Ia diganti oleh Shah Husein yang alim. Pengganti Sulaiman ini memberi kekuasaan yang besar kepada para ulama Syi’ah yang sering
10
Diakses dari http://yacobsemesta.wordpress.com/2009/04/25/kerajaan-mughal/ 05 mei 2017 .
17
memaksakan pendapatnya terhadap penganut aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan Sunni Afghanistan, sehingga mereka berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan Dinasti Safawi. Salah seorang putra Husein, bernama Tahmsap II, dengan dukungan penuh suku Qazar dan Rusia, memproklamasikan dirinya sebagai raja yang sah dan berkuasa atas Persia dengan pusat kekuasaannya di kota Astarabad. Pada tahun 1726 M Tahmsap II bekerja sama dengan Nadir Khan dari suku Afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki Isfahan. Asyraf, pengganti Mir Mahmud, yang berkuasa di Isfahan digempur dan dikalahkan oleh pasukan Nadir Khan ta hun 1729 M. Asyraf sendiri terbunuh dalam peperangan itu. Dengan demikian, dinasti Safawi kembali berkuasa. Namun, pada bulan Agustus 1732 M Tahmsap II dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan oleh Abbas III (anak Tahmsap II) yang ketika itu masih sangat kecil. Empat tahun setelah itu, tepatnya, 8 Maret 1736, Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan Abbas III. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan dinasti Safawi di Persia. Diantara sebab-sebab kemunduran kehancuran kerajaan Safawi ialah: 1. Konflik berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Bagi kerajaan Usmani, berdirinya kerajaan Safawi yang beraliran Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya. 2. Dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin kerajaan Safawi. Ini turut mempercepat proses kehancuran kerajaan tersebut. 3. Karena pasukan Ghulam (budak-budak) yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash. 4. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga Istana.11
C. KERAJAAN MUGHAL 1. Asal Usul Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan safawi. Di antara kerajaan besar Islam tersebut, kerajaan Mughal adalah kerajaan yang termuda. Penaklukan wilayah India dilakukan oleh pasukan Umayyah yang di pimpin oleh panglima Muhammad Ibn Qasim. Kerajaan Mughal didirikan oleh Zainuddin Muhammad Babur (1482-1530 M). Seorang keturunan Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza adalah penguasa Farghana, sedangkan ibunya keturunan Jenghis Khan. Ia berhasil munguasai Punjab dan berhasil
11
Dr.Badri Yatim, M.A. 2007. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.Hal.156-159
18
menundukkan Delhi, sejak saat itu ia memproklamirkan berdirinya kerajaan Mughal. Proklamasi 1526 M yang dikumandangkan Babur mendapat tantangan dari Rajput dan Rana Sanga didukung oleh para kepala suku India tengah dan umat Islam setempat yang belum tunduk pada penguasa yang baru itu, sehingga ia harus berhadapan langsung dengan dua kekuatan sekaligus. Tantangan tersebut dihadapi Babur pada tanggal 16 Maret 1527 M di Khanus dekat Agra. Babur memperoleh kemenangan dan Rajput jatuh ke dalam kekuasaannya. Penguasa Mughal setelah Babur adalah Nashiruddin Humayun atau lebih dikenal dengan Humayun (1530-1540 dan 1555-1556 M), puteranya sendiri. Sepanjang pemerintahanya tidak stabil, karena banyak terjadi perlawanan dari musuh-musuhnya. Pada tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan Sher Khan di Kanauj. Dalam pertempuran ini Humayun mengalami kekalahan. Humayun melarikan diri ke Kandahar dan selanjutnya ke Persia. Di Persia ia menyusun kembali tentaranya. Kemudian, ia menyerang musuhmusuhnya dengan bantuan raja Persia, Tahmasp. Hamayun dapat mengalahkan Sher Khan Shah setelah hampir 15 tahun berkelana meninggalkan Delhi. Pada tahun 1555 M ia kembali ke India dan menduduki tahta Mughal. Pada 1556 M, Humayun meninggal dunia. Kerajaan mughal di India didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482 – 1530M), salah satu dari cucu Timur Lank. Ayah nya bernama Umar mirza penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia berambisi dan bertekat akan menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah. Pada mulanya ia mengelami kekalahan tetapi karena mendapat bantuan dari raja Safawi,
Ismail I
akhirnya berhasil menaklukkan Samarkand tahun 1494 M. Pada tahun 1504 M, ia menduduki Kabul, ibu kota Afganistan. Setelah Kabul dapat ditaklukkan, Babur meneruskan ekspansinya ke India. Kala itu Ibrahim Lodi, panguasa India dilanda krisis sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Alam Khan, paman dari Ibrahim Lodi, bersama Daulat Khan Gubernur Lahore mengirim utusan ke Kabul, meminta Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim di Delhi. Permohonan itu langsung diterimanya. Pada tahun 1525 M, Babur berhasil menguasai Punjab dengan ibu kotanya Lahore. Setelah itu, ia memimpin tentara menuju Delhi. Pada tahun 1530 M, babur meninggal dunia dalam usia 48 tahun setelah memerintah selama 30 tahun.Dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan yang cemerlang, pemerintahan selanjutnya dipegang oleh anaknya Huma yun.12 2. Perkembangan dan Kejayaan Kerajaan Mughal
Masa kejayaan kerajaan Mughal dimulai pada pemerintahan Akbar (1556-1506 M), Akbar adalah penguasa diktator. Ia juga menerapkan politik sulakhul (toleransi universal).
12
Dr.Badri Yatim, M.A. Ibid.
19
Dengan politik ini semua rakyat India di pandang sama. Kemajuan yang dicapai Akbar dapat dipertahankan oleh Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), dan Aurangzeb (1658-1707 M). Setelah itu, kemajuaan kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya. Dengan demikian, kemajuaan yang di capai oleh kerajaan Mughal adalah : a. Bidang Politik dan Administrasi Pemerintahan
1
Perluasan wilayah. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini berlangsung hingga masa pemerintahan Aurangzeb.
2
Menjalankan roda pemerintahan secara pemerintahan militeristik.
3
Akbar menerapkan politik toleransi universal (sulakhul). Dengan politik ini, semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama. Politik ini dinilai sebagai model toleransi yang pernah dipraktekkan oleh penguasa Islam.
b. Bidang Ekonomi
1
Terbentuknya sistem pemberian pinjaman bagi usaha pertanian.
2
Adanya sistem pemerintahan lokal yang digunakan untuk mengumpulkan hasil pertanian dan melindungi petani.
3
Menghapuskan pajak, menurunkan bahan pangan dan memberantas korupsi.
4
Perdagangan dan pengolahan industri pertanian. Seperti, mengekspor katun dan busa sutera India, bahan baku sutera, sendawa, nila dan rempah dan mengimpor perak dan jenis logam lainnya dalam jumlah yang besar.
c. Bidang Agama
1.
Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase yang menarik, di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din-i-Ilahi.
2.
Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam, seperti pada daerah Benggal, Islam langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk terutama dari kasta rendah yang merasa disia-siakan dan dikutuk oleh golongan Arya Hindu yang angkuh.
3.
Berkembangnya aliran keagamaan Islam di India. Sebelum dinasti Mughal, muslim India adalah penganut Sunni fanatik. Tetapi penguasa Mughal memberi tempat bagi Syi’ah untuk mengembangkan pengaruhnya.
4.
Pada masa ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan terhadap madzhab hukum, tariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama, dan wali individual. Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi’i. 20
d. Bidang Seni dan Budaya
1. Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang mengandung pesan kebajikan manusia gubahan Muhammad Jayazi, seorang penyair istana. Abu Fadhl menulis Akbar Nameh dan Aini Akbari yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya. 2. Kerajaan Mughal termasuk sukses dalam bidang arsitektur. Taj Mahal di Agra merupakan puncak karya arsitektur pada masanya, diikuti oleh Istana Fatpur Sikri peninggalan Akbar dan Mesjid Raya Delhi di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub Minar (1199), Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza (1305), Masjid Khirki (1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (1530-1555). Di kota Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar (1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid Jami Atala (1405). 3. Taman-taman kreasi Moghul menonjolkan gaya campuran yang harmonis antara Asia Tengah, Persia, Timur Tengah, dan lokal. 3. Kemunduran Kerajaan Mughal
Pada pemerintahan Abad XVIII, Kerajaan India mulai memasuki zaman kemunduran karena perebutan kekuasaan selalu terjadi diantara putra-putra raja sehingga daulah ini tidak dapat mempertahankan kebesaran yang pernah dirintis oleh nenek moyangnya. Dalam kondisi ini golongan Hindu ingin melepaskan diri dari kekuasaan Mughal, seperti Sikh disebelah utara Delhi, golongan Maratha di daerah Gujarat pada tahun 1732 M, dan bangsa Inggris. Setelah satu setengah abad dinasti Mughal berada di puncak kejayaannya, para pelanjutnya Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke-18 M kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran. Pada masa kepemimpinan raja Bahadur Syah tahun 1858 kerajaan ini mulai mengalami kemerosotan. Kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di tingkat pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu di India Tengah, Sikh di belahan utara dan islam di bagian timur semakin lama semakin mengancam. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal itu mundur pada satu setengah abad terakhir dan membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858, yaitu: 1. Semua pewaris tahta kerajaan adalah orang-orang lemah dalam kepemimpinan. 2. Terjadinya stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer baik untuk angkatan darat maupun angkatan laut. 3. Adanya kemerosotan moral dan kehiupan yang mewah di kalangan elit politik. 4. Kepemimpinan Aurangzeb yang terlalu kasar sehingga konflik antar agama sangat sukar di atasi oleh raja-raja sesudahnya. 5. Semua pewaris tahta kerajaan pada masa akhirnya adalah orang yang lemah pada bidang kepemipinan. 21
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Zaman ketiga kerajaan berlangsung selama 625 tahun (1299-1924).Tiga kerajaan besar yang dimaksud itu adalah Usmani di Turki, Safawi di Persia dan Mughal di India. Ketiga kerajaan besar tersebut mempunyai kerajaan masing-masing, masa kepemerintahannya berlangung silih berganti, system kepemimpinannya berbeda-beda, kemajuan ketiga karajaan tersebut terlihat dari segi politik, ilmu pengetahuan, agama, seni dan budaya. Puncak kemajuan yang dicapai oleh Kerajaan Usmani terjadi pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M), puncak kemajuan Kerajaan Safawi pada masa pamerintahan Abbas I (1588-1628 M), dan puncak kemajuan Kerajaan Maghal pada masa Karajaan Sultan Akbar (1542-1605 M). Setelah masa tiga orang raja basar di tiga kerajaan tersebut, kerajaan-kerajaan itu mulai mengalami kemunduran. Proses kemunduran itu berlangsung dalam kecepatan yang berbeda-beda. Kemunduran itu terjadi sekitar 250 tahun (1250 – 1500 ). Kemajuan tiga kerajaan itu tidak bertahan lama karena adanya kerusakan internal dan serangan dari luar akhirnya, satu demi satu berjatuhan digantikan kekuatan lain: Kerajaan Islam Utsmani digantikan oleh republik Turki (1924), Safawi di Persia digantikan oleh Dinasti Qaja (1925), dan Kerajaan Mughal digantikan oleh penjajah Inggris (1875-1947). Akhirnya, usaha ketiga kerajaan besar ini untuk memajukan ummat Islam “ tidak berhasil “ dan ummat Islam mengalami fase kemunduran kedua. Akhirnya, India mulai tahun 1857 dijajah oleh Inggris sampai tahun 1947, dan Mesir dikuasai oleh Napoleon dari Prancis tahun 1798. B. SARAN
Setiap peradaban pasti dinilai dari sisi keilmuan yang diwariskannya, walaupun dunia Islam tidak pernah sama sekali meninggalkan urusan dunia, masa kejayaan intelektual dan pencapaain budaya terjadi dalam tiga kerajaan besar tersebut supaya menjadi suatu literature umat muslim di berbagai Negara. Kemajuan Islam dan kaum muslimin agar dijadikan pelajaran, mengapa dan apa yang menjadi faktor-faktor kemajuannya. Sebaliknya, kemunduran Islam dan kaum muslimin agar dievaluasi mengapa peradaban Islam menjadi mundur bahkan hancur.
22
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Sinar Grafika Offset. Farikihsan.blogspot.com, 2015/03. Diakses pada tanggal 03-05-2017. Hamka. 1981. Sejarah Umat Islam, Jilid III . Jakarta: Bulan Bintang. Http://yacobsemesta.wordpress.com/2009/04/25/kerajaan-mughal/ diakses 05 mei 2017. Jaih, Mubarok.2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Pustaka Islamika. Muhaimin. 2007. Kawasan dan Wawasan Studi Islam: Jakarta: Kencana. Syukur, Fatah. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra. Yatim, Badri. 2007. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamyah II). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
23