MAKALAH LEGENDA SANGKURIANG Diajukan untuk Memenuhi salah satu Syarat Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Disusun oleh: Nama : Reni Nuraeni Kelas : VIII. H
KEMENTERIAN AGAMA RI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI PANDEGLANG II PANDEGLANG 2012
Kata Pengantar Puji sukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan taufik dan hidayahnya dan memberi kenikmatan yang tiada henti, baik nikmat jasmani dan nikmat rohani, sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang insyaalah sesuai dengan yang diharapkan. Dalam penuliasan makalah ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, guru-guru dan teman-teman yang sudah memberi dukungan dan motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam pemahaman atau penulisan, sangat besar harapan penulis ada saran atau kritik dari guru-guru di sekolah Mts. Negeri Pandeglang II, teman-teman dan pembaca yang bersifat membangun demi perbaikan penulisan makalah yang selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfa’at bagi pembaca, terutama bagi penulis, Amin. Menes,
Februari 2012 Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar …………………………………………………………..…... Daftar Isi…………………………………………………………………….... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………………...... B. Rumusan Masalah…………………………………………………. C. Tujuan Penulisan Makalah ……………………………………….. D. Manfaat Penulisan Makalah………………………………………. BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Tentang Materi……………………………............ B. Isi Materi…………………………………………………………... 1. Pengertian Hermeneutik………………………………………... 2. Asal Usul Cerita Legenda Sangkuriang………………………… 3. Makna Legenda Gunung Tangkuban Parahu Dengan Segala Aspek Yang Dikandungnya……………………………………... C. Manfaat Materi……………………………………………………. D. Makna Bagi Siswa Tentang Materi……………………………….. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………... B. Saran………………………………………………………………. Daftar Pustaka………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
i ii 1 2 2 2 3 3 3 4 8 13 14 15 15 16
Mitos sebagai acuan pandangan hidup. Berbincang tentang mitos akan berkaitan erat dengan legenda, cerita, dongeng semuanya termasuk kelompok folklore. Mengenai mitosC.A.van Peursen mengatakan sebagai sebuah cerita (lisan) yang memberikan pedoman dan arah tertentu kepada sekelompok orang. Inti dari mitos adalah lambang-lambang yang menginformasikan pengalaman manusia purba tentang kebaikan-kejahatan, perkawinan dan kesuburan, dosa dan proses katarsisnya. Sedangkan Rene Wellek & Austin Warren menyebutnya sebagai cerita anonim mengenai penjelasan tentang asal mula sesuatu, nasib manusia, tingkah laku dan tujuan hidup manusia serta menjadi alat pendidikan moral bagi masyarakat pendukung kebudayaan tersebut. Mengacu kepada pendapat di atas, ternyata mitos yang dikandung dalam legenda adalah sumber pengetahuan mengenai kehidupan manusia pada masa lampau dalam segala aspeknya. Disusun dalam bentuk cerita sastra (sastra lisan) sebagai alat transformasinya; sebab bentuk cerita lisan mempunyai pola struktur dan alur yang cukup ajeg. dalam menuntun ingatan orang sehingga mudah untuk seseorang menuturkannya kembali. Kegiatan manusia tidak terlepas dari kemampuan untuk menafsirkan terhadap apa pun yang dialaminya. Hasilnya adalah didapatkannya arti dan makna dari yang ditafsirkannya. Arti adalah hubungan antara sesuatu dengan yang melingkunginya, hubungan teks dengan konteks). Adapun makna adalah hubungan arti dengan nilai esensial yang dikandungnya. 1 Kemampuan mengartikan dan memaknai sesuatu, dalam budaya Sunda disebut dengan kemampuan memanfaatkan Panca Curiga (lima senjata/ilmu), yaitu kemampuan untuk menafsirkan secara: silib, yaitu memaknai sesuatu yang dikatakan tidak langsung tetapi dikiaskan pada hal lain (allude); sindir yaitu penggunaan susunan kalimat yang berbeda (allusion); simbul yaitu penggunaan dalam bentuk lambang (symbol, icon, heraldica); siloka adalah penyampaian 2
dalam bentuk pengandaian atau gambaran yang berbeda (aphorisma) dan sasmita adalah berkaitan dengan suasana dan perasaan hati (depth aporisma). Dalam tulisan ini pun penulis menggunakan konsep hermeneutika (panca curiga) untuk mencoba menarik arti dan makna yang dikandung dalam legenda Gunung Tangkubanparahu dengan segala aspek yang dikandungnya. Kaidah lain untuk melakukan analisis, penulis memanfaatkan leksikografi (cara menuliskan kata); etimologi (tentang asal-usul kata), semantik(tentang arti kata) dan semiotika ( tentang arti dan makna lambang). B. Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan hermeneutika ? 2. Bagaimanakah asal usul serita legenda sangkuriang ?
3. Bagaimanakah makna legenda gunung tangkuban parahu dengan segala aspek yang dikandungnya ? C. Tujuan Penulisan Makalah 1. Ingin mengetahui pengertian hermeneutika ? 2. Ingin mengetahui asal usul cerita legenda sangkuriang ? 3. Ingin mengetahui makna legenda gunung tangkuban parahu dengan segala aspek yang dikandungnya ? D. Manfaat Penulisan Makalah Dalam penulisan makalah ini diharapkan manfaat yang diperoleh adalah: 1. Bagi penulis, bisa menambah wawasan ilmu pengetahuan, khususunya pengetahuan tentang legenda sangkuriang. 2. Bagi pembaca, memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang cerita legenda sangkuriang. 3. Bagi guru, menembah wawasan pengetahuan dalam pengajaran bahasa Indonesia terutama tentang cerita legenda sangkuriang.
BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Tentang Materi Dalam penulisan makalah ini akan dibahas tentang bagaimana asal usulnya cerita legenda sangkuriang dan bagaimana makna legenda gunung tangkuban parahu dengan segala aspek yang dikandungnya. Pada dasarnya sebuah cerita-cerita seperti legenda adalah cerita yang berkaitan dengan hal-hal bersifat mitos, akan tetapi pada jaman sekarang kebanyakan orang tidak peduli terhadap cerita yang bersifat mitos, mungkin hanya sebagian dari sekian bnyak orang yang masih percaya akan hal tersebut. Kalau dikaji lebih dalam, pada dasarnya sebuah cerita akan mengajarkan kita arti kehidupan dan kita bisa mengambil pesan moral yang ada dalam sebuah cerita tersebut. Jadi, sebenarnya tidak usah mempedulikan cerita tersebut bersifat mitos atau tidak, yang penting kita bisa tahu apa makna dan pesan yang terkandung dalam sebuah cerita tersebut atau dalam legenda sangkuriang. Untuk lebih jelasnya penulis akan menguraikan beberapa hal yang berkaitan denga legenda sangkuriang. B. Isi Materi 1. Pengertian Hermeneutik
Seperti ditulis pada awal wacana, hermeunetika adalah ilmu menafsirkan tentang sesuatu agar mempunyai arti dan makna, sehingga dapat dipetik manfaatnya. Karena itu sangat bersifat subyektif dan inklusif, tetap terbuka bagi siapa pun untuk memasukkan tafsirannya secara pribadi. Boleh-boleh saja dan itu akan besar manfaatnya dalam membentuk masyarakat bermartabat yang madani mardotillah. Mungkin perlu ada kesepakatan bersama yaitu mengenai visi akhir yang ingin dicapai dari pemaknaan heumanetika tersebut, yaitu kesadaran untuk menampakkan kandungan moral atau ahklak kemanusiaannya. Humisnis yang religius. Itulah dasar kesepakatan para penafisr nilai moral budaya bangsa yang terkandung dalam folkolor atau folkway. 2. Asal Usul Cerita Legenda Sangkuriang Sangkuriang adalah legenda yang berasal dari tataran Sunda. Legenda tersebut berkisah tentang terciptanya danau Bandung, gunung Tangkuban Perahu, gunung Burangrang, dan gunungBukit Tunggul. Dari legenda tersebut, kita dapat menentukan sudah berapa lama orang Sunda hidup di dataran tinggi Bandung. Dari legenda tersebut yang didukung dengan fakta geologi, diperkirakan bahwa orang Sunda telah hidup di dataran ini sejak beribu tahun sebelum Masehi. Legenda Sangkuriang awalnya merupakan tradisi lisan. Rujukan tertulis mengenai legenda ini ada pada naskah Bujangga Manik yang ditulis pada daun palem yang berasal dari akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16 Masehi. Dalam naskah tersebut ditulis bahwa Pangeran Jaya Pakuan alias Pangeran Bujangga Manik atau Ameng Layaran mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di pulau Jawa dan pulau Bali pada akhir abad ke-15. Setelah melakukan perjalanan panjang, Bujangga Manik tiba di tempat yang sekarang menjadi kota Bandung. Dia menjadi saksi mata yang pertama kali menuliskan nama tempalegendanya. Laporannya adalah sebagai berikut: Leumpang aing ka baratkeun (Aku berjalan ke arah barat) Datang ka Bukit Patenggeng (kemudian datang ke gunung Patenggeng) Sakakala Sang Kuriang (tempat legenda Sang Kuriang) Masa dek nyitu Ci tarum (Waktu akan membendung Citarum) Burung tembey kasiangan (tapi gagal karena kesiangan). a. Ringkasan Cerita Diceritakan bahwa Raja Sungging Perbangkara pergi berburu. Di tengah hutan Sang Raja membuang air seni yang tertampung dalam daun caring (keladi hutan). Seekor babi hutan betina bernama Wayung yang tengah bertapa ingin menjadi manusia meminum air seni tadi. Wayungyang hamil dan melahirkan seorang bayi cantik. Bayi cantik itu dibawa ke keraton oleh ayahnya dan diberi nama Dayang Sumbi alias Rarasati. Banyak para raja yang meminangnya, tetapi seorang pun tidak ada yang diterima. Akhirnya para raja saling berperang di antara sesamanya. Dayang Sumbi pun atas permitaannya sendiri mengasingkan diri di sebuah bukit ditemani seekor anjing jantan yaitu Si
Tumang. Ketika sedang asyik bertenun, toropong (torak) yang tengah digunakan bertenun kain terjatuh ke bawah. Dayang Sumbi karena merasa malas, terlontar ucapan tanpa dipikir dulu, dia berjanji siapa pun yang mengambilkan torak yang terjatuh bila berjenis kelamin laki-laki, akan dijadikan suaminya. Si Tumang mengambilkan torak dan diberikan kepada Dayang Sumbi. Dayang Sumbi akhirnya melahirkan bayi laki-laki diberi nama Sangkuriang. Ketika Sangkuriang berburu di dalam hutan disuruhnya si Tumang untuk mengejar babi betina Wayungyang. Karena si Tumang tidak menurut, lalu dibunuhnya. Hati si Tumang oleh Sangkuriang diberikan kepada Dayang Sumbi, lalu dimasak dan dimakannya. Setelah Dayang Sumbi mengetahui bahwa yang dimakannya adalah hati si Tumang, kemarahannya pun memuncak serta merta kepala Sangkuriang dipukul dengan senduk yang terbuat dari tempurung kelapa sehingga luka. Sangkuriang pergi mengembara mengelilingi dunia. Setelah sekian lama berjalan ke arah timur akhirnya sampailah di arah barat lagi dan tanpa sadar telah tiba kembali di tempat Dayang Sumbi, tempat ibunya berada. Sangkuriang tidak mengenal bahwa putri cantik yang ditemukannya adalah Dayang Sumbi - ibunya. Terminological kisah kasih di antara kedua insan itu. Tanpa sengaja Dayang Sumbi mengetahui bahwa Sangkuriang adalah puteranya, dengan tanda luka di kepalanya. Walau demikian Sangkuriang tetap memaksa untuk menikahinya. Dayang Sumbi meminta agar Sangkuriang membuatkan perahu dan telaga (danau) dalam waktu semalam dengan membendung sungai Citarum. Sangkuriang menyanggupinya. Maka dibuatlah perahu dari sebuah pohon yang tumbuh di arah timur, tunggul atau pokok pohon itu berubah menjadi gunung ukit Tanggul. Rantingnya ditumpukkan di sebelah barat dan menjadi gunung Burangrang. Dengan bantuan para guriang, bendungan pun hampir selesai dikerjakan. Tetapi Dayang Sumbi bermohon kepada Sang Hyang Tunggal agar maksud Sangkuriang tidak terwujud. Dayang Sumbi menebarkan irisan boeh rarang (kain putih hasil tenunannya), ketika itu pula fajar pun merekah di ufuk timur. Sangkuriang menjadi gusar, dipuncak kemarahannya, bendungan yang berada di Sanghyang Tikoro dijebolnya, sumbat aliran sungai Citarum dilemparkannya ke arah timur dan menjelma menjadi Gunung Manglayang. Air Talaga Bandung pun menjadi surut kembali. Perahu yang dikerjakan dengan bersusah payah ditendangnya ke arah utara dan berubah wujud menjadi gunung Tangkuban Perahu. Sangkuriang terus mengejar Dayang Sumbi yang mendadak menghilang di gunung Putridan berubah menjadi setangkai bunga jaksi. Adapun Sangkuriang setelah sampai di sebuah tempat yang disebut dengan Ujung Berung akhirnya menghilang ke alam gaib (ngahiyang). b. Kesesuaian Dengan Fakta Geologi Legenda Sangkuriang sesuai dengan fakta geologi terciptanya danau Bandung dan gunungTangkuban Perahu. Penelitian geologis mutakhir menunjukkan bahwa sisasisa danau purba sudah berumur 125 ribu tahun. Danau tersebut mengering 16.000 tahun yang lalu.
Telah terjadi dua letusan gunung Sunda purba dengan tipe letusan Plinian masing-masing 105.000 dan 55.000-50.000 tahun yang lalu. Letusan plinian kedua telah meruntuhkan kalderagunung Sunda purba sehingga menciptakan gunung Tangkuban Perahu, gunung Burangrang(disebut juga gunung Sunda), dan gunung bukit Tunggul. Sangat mungkin bahwa orang Sunda purba telah menempati dataran tinggi Bandung dan menyaksikan letusan Plinian kedua yang menyapu pemukiman sebelah barat citarum (utara dan barat laut Bandung) selama periode letusan pada 55.000-50.000 tahun yang lalu saat gunung Tangkuban Perahu tercipta dari sisa-sisa gunung Sunda Purba. Masa ini adalah masanya homo sapiens, mereka telah teridentifikasi hidup di Australia selatan pada 62.000 tahun yang lalu, semasa dengan Manusia Jawa (Wajak) sekitar 50.000 tahun yang lalu. c. Sangkuriang dan Falsafah Sunda Menurut Hidayat Suryalaga, legenda atau sasakala Sangkuriang dimaksudkan sebagai cahaya pencerahan (Sungging Perbangkara) bagi siapa pun manusianya (tumbuhan cariang) yang masih bimbang akan keberadaan dirinya dan berkeinginan menemukan jatidiri kemanusiannya (Wayungyang). Hasil yang diperoleh dari pencariannya ini akan melahirkan kata hati (nurani) sebagai kebenaran sejati (Dayang Sumbi, Rarasati). Tetapi bila tidak disertai dengan kehatihatian dan kesadaran penuh atau eling (teropong), maka dirinya akan dikuasai dan digagahi oleh rasa kebimbangan yang terus menerus (digagahi si Tumang) yang akan melahirkan ego-ego yang egoistis, yaitu jiwa yang belum tercerahkan (Sangkuriang). Ketika sang nurani termakan lagi oleh kewaswasan (Dayang Sumbi memakan hati si Tumang) maka hilanglah kesadaran yang hakiki. Rasa menyesal yang dialami sang nurani dilampiaskan dengan dipukulnya kesombongan rasio sangego (kepala Sangkuriang dipukul). Kesombongannya pula yang memengaruhi “sang ego rasio” untuk menjauhi dan meninggalkan sang nurani. Ternyata keangkuhan sang ego rasio yang berlelah-lelah mencari ilmu (kecerdasan intelektual) selama pengembaraannya di dunia (menuju ke arah Timur). Pada akhirnya kembali ke barat yang secara sadar maupun tidak sadar selalu dicari dan dirindukannya yaitu sang nurani (pertemuan Sangkuriang dengan Dayang Sumbi). 7
Walau demikian ternyata penyatuan antara sang ego rasio (Sangkuriang) dengan sang nurani yang tercerahkan (Dayang Sumbi), tidak semudah yang diperkirakan. Berbekal ilmu pengetahuan yang telah dikuasainya Sang Ego Rasio (Sangkuriang) harus mampu membuat suatu kehidupan sosial yang dilandasi kasih sayang, interdependency – silih asih-asah dan silih asuh yang humanis harmonis, yaitu satu telaga kehidupan sosial (membuat Talaga Bandung) yang dihuni berbagai kumpulan manusia dengan bermacam ragam perangainya (Citarum). Sementara itu keutuhan jatidirinya pun harus dibentuk pula oleh sang ego rasio sendiri (pembuatan perahu). Keberadaan sang ego rasio itu pun tidak terlepas dari sejarah dirinya, ada pokok yang menjadi asal muasalnya (bukit Tunggul, pohon sajaratun) sejak dari awal keberada-
annya (timur, tempat awal terbit kehidupan). sang ego rasio pun harus pula menunjukkan keberadaan dirinya (tutunggul, penada diri) dan pada akhirnya dia pun akan mempunyai keturunan yang terwujud dalam masyarakat yang akan datangd dan suatu waktu semuanya berakhir ditelan masa menjadi setumpuk tulang-belulang (gunung Burangrang) Betapa mengenaskan, bila ternyata harapan untuk bersatunya sang ego rasio dengan sang nurani yang tercerahkan hampir terjadi perkawinan Sangkuriang dengan Dayang Sumbi, gagal karena keburu hadir sang titik akhir, akhir hayat dikandung badan (boeh rarang atau kain kafan). Akhirnya suratan takdir yang menimpa sang ego rasio hanyalah rasa menyesal yang teramat sangat dan marah kepada dirinya. Maka ditendangnya keegoisan rasio dirinya, jadilah seonggok manusia transendental tertelungkup meratapi kemalangan yang menimpa dirinya (gunung TangkubanPerahu). Walau demikian lantaran sang ego rasio masih merasa penasaran, dikejarnya terus sang nurani yang tercerahkan dambaan dirinya (Dayang Sumbi) dengan harapan dapat luluh bersatu antara sang ego rasio dengan Sang Nurani. Tetapi ternyata sang nurani yang tercerahkan hanya menampakkan diri menjadi saksi atas perilaku yang pernah terjadi dan dialami sang ego rasio (bunga Jaksi). Akhir kisah yaitu ketika datangnya kesadaran berakhirnya kepongahan rasionya (Ujungberung). Dengan kesadarannya pula, dicabut dan dilemparkannya sumbat dominasi keangkuhan rasio (gunung Manglayang). Maka kini terbukalah saluran proses berkomunikasi yang santun dengan siapa pun (Sanghyang Tikoro atau tenggorokan; bahasa Sunda: Hade ku omong goreng ku omong) dan dengan cermat dijaga benar makanan yang masuk ke dalam mulutnya agar selalu yang halal bersih dan bermanfaat. 3. Makna Legenda Gunung Tangkuban Parahu Dengan Segala Aspek Yang Dikandungnya Seperti pada awal tulisan, bahwa legenda bukanlah kisah historis (a-historis), tetapi berupa mitos yang menjadi acuan hidup masyarakat pendukung kebudayaannya. Demikian pula yang terjadi pada legenda Gunung Tangkuban parahu. Di bawah ini saya susun kembali nama dan tempat serta aspek lainnya yang terdapat dalam legenda tersebut. sebagai kata kunci heurmanetika, yaitu: a. Sungging Perbangkara, b. cariang c. babi hutan Si Wayungyang, d. Dayang Sumbi atau Rarasat
e. anjing Si Tumang, f. Sangkuriang, g. taropong (torak), h. Wetan (Timur) i. Kulon (Barat)
j. Citarum, k. Sanghyang Tikoro, l. Guriang m. Gunung Putri, n. Gunung Manglayang, o. Ujungberung, p. kembang Jaksi, q. boeh rarang, r. Gunung Bukit Tungggul, s. Gunung Burangrang t. Gunung Tangkuban Parahu, dan u. Talaga Bandung. Telah disinggung di atas, bahwa banyak penulis yang memberi arti dan makna terhadap legenda ini. Pada kesempatan sekarang penulis mencoba untuk membuat penafsiran arti dan makna menurut konsep nilai-nilai intrinsik pandangan hidup “urang Sunda” yang terkandung dalam alur cerita dan arti-makna dari setiap kata-kata kunci. Di bawah ini disertakan deskripsi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan legenda gunung Tangkuban perahu. a. Sungging Perbangkara. Artinya : Sungging = ukiran, ornamen. Perbangkara (Prabhangkara) = Prabha = cahaya. > ‘ng > sang = penanda hormat, honorifik. > kara = matahari. Maknanya “ Penanda dari kebaikan/ kebenaran sebagai cahaya pencerahan bagi yang menyimaknya”. b. Cariang. Artinya: pohon keladi hutan (taleus leuweung) yang tumbuh subur dan bergetah sangat gatal. Maknanya: Manusia-manusia yang hidup di tengah hutan kehidupan dengan bermacam dorongan nafsunya. c. Babi Hutan Wayungyang. Artinya: Wayungyang > w(b)ayeungyang = perasaan yang tidak tenteram, gundah gula. Maknanya: Seseorang yang masih berada dalam sifat kehewanan tetapi telah mulai bimbang dan menginginkan menjadi seorang manusia seutuhnya (berperi-kemanusiaan). d. Dayang Sumbi (Danghyang) atau Rarasati Artinya : > Dang = penanda hormat, honorific. Yang < Hyang = gaib. > Sumbi = 1)tendok = alat untuk menusuk hidung kerbau agar menurut. 2) Bagian ujung terdepan dari perahu sebagai penunjuk arah dalam berlayar agar tidak rersesat. Maknanya: Fitrah manusia yang bersifat gaibiah yang memberi petunjuk dan kendali dalam menentukan arah kehidupan. Bisa dimaknai pula sebagai kata hati, nurani yang mendapat pencerahan hidayah Allah Swt. Rarasati nama lain dari Dayang Sumbi. Artinya : 1) > Raras = perasaan yang sangat halus. > ati = hati, qalbu. Maknanya: Raras Ati = Hati atau qalbu yang penuh dengan kehalusan budi
karena mendapat pancaran sinar Ilahi. 2) Rara = gadis > sati (santa) = suci, pengorbanan, tenang. Maknanya:Rara Sati = Kesucian yang tenang penuh pengorbanan. e. Si Tumang. Artinya: > tumang = 1) Peti yang tertutup (b. Kawi), 2) mangmang = sumpah (b.Kawi) tu-mang-mang = orang yang terkena sumpah karena waswas. Maknanya: karakter seseorang yang selalu asal bersumpah, waswas, akhirnya termakan sumpahnya sendiri, hatinya seperti peti yang tertutup rapat tidak mendapat pencerahan. f. Sangkuriang. Artinya: > 1) Sang = penanda hormat, honorifik. > Kuriang < kuring = saya, ego. 2)Sang = penanda hormat, honorific. > Kuriang < guru + hyang = ego yang gaib. Maknanya: Sangkuriang = Jiwa (ego) non material yang menjadi dasar tumbuhnya kesadaran mental manusia yang selalu mendapat cobaan dan ujian kualitas dirinya.
g. Taropong Artinya : 1) Alat bertenun dari sepotong bambu kecil (tamiang) tempat benang pakan (torak); 2) Alat untuk melihat sesuatu agar lebih jelas (teropong). Maknanya: Kegiatan (semangat) manusia dalam menata perilaku kehidupan agar terusun tertib sesuai dengan kualitas dirinya serta mampu melihat dengan jelas alur (visi) kehidupannya. h. Wetan Artinya : timur, tempat matahari terbit; wetan > wiwitan = asal mula, harapan. Maknanya : Menuju ke wetan (timur) , mencari yang diharapkan yang dicarinya sejak awal mula keberadaan manusia. i. Kulon Artinya : Barat, tempat matahari tenggelam. Maknanya : Sampai di arah barat = sampai di batas waktu, waktu terakhir, akhir kehidupan j. Citarum Artinya: > Ci < cai = air. > Tarum = sejenis tumbuhan, daunnya untuk memberi warna indigo tua (hampir hitam) pada kain atau benang tenun. Maknanya: Kehidupan adalah seperti air mengalir dalam perjalanannya akan mengalami beragam celupan kehidupan, kebahagiaan, keprihatinan dan juga hal-hal negatif lainnya sebagai ujian keteguhan hatinya. k. Sanghyang Tikoro Artinya: > Sang = penanda hormat, honorifik. > Hyang = gaib. >Tikoro = saluran di leher untuk bernafas dan berbicara (tenggorokan) atau saluran di leher untuk makan (kerongkongan). Maknanya: Kemampuan manusia dalam berbicara tentang apa pun yang baik atau pun yang jelek serta sering dilalui makanan entah yang halal atau yang haram. l. Guriang Artinya > Guru = Yang memberi petunjuk, ilmu; > hyang = gaib. Maknanya : Guriang= orang yang mengajari ilmu pengetahuan, fasilitator.
m. Gunung Putri Artinya > Putri = gadis, wanita cantik jelita, bangsawan. Maknanya: Karakter manusia yang dihiasi nilai keindahan dan cinta kasih. Dimaknai sebagai sifat kewanitaan (feminim, jamalliyah, cinta kasih yang rohimmi) yang penuh rasa kasih sayang. n. Gunung Manglayang Artinya: > Manglayang = 1) ngalayang, melayang. 2) Mang-layang > palayangan = Saluran untuk pembuangan air kolam/talaga. Maknanya : Kemampuan manusia untuk menguras dan membersihkan dirinya dari karakter yang kotor. o. Kembang Jaksi Artinya: 1) Jaksi > bisa dimaknai jadi + saksi . Maknanya: 1) Segala sesuatu yang dikerjakan seseorang akhirnya akan menjadi saksi pula bagi dirinya. 2) Jaksi = bunga sejenis pohon pandan. Maknanya: Kesesuaian antara itikad/niat – ucapan dan perbuatan (tekad – ucap – lampah) p. Ujungberung Artinya: > Ujung = akhir. >berung > ngaberung = menurutkan hawa nafsu. Maknanya:Berakhirnya gejolak hawa nafsu yang negatif. q. Boeh Rarang Artinya : > Boeh = kain kafan. > rarang = suci, mahal. Maknanya: Semuanya akan berakhir bila satu saat mau tidak mau harus memakai kain kafan yang suci, yaitu datangnya waktu kematian mungkin secara fisik atau secara psikis. r. Gunung Bukit Tunggul Artinya : 1) > Bukit = Bentuk gunung yang lebih kecil. > Tunggul = pokok pohon. Maknanya: Siapapun orangnya, kaya-miskin, pembesar atau pun rakyat kecil semuanya mempunyai pokok sejarah dirinya (leluhur). 2) Tunggul > tutunggul = batu nisan. Maknanya setiap orang mempunyai penanda jati dirinya, tentang apa dan siapa dirinya.
s. Gunung Burangrang Artinya > Burangrang > Bukit + rangrang. > rangrang = ranting. Maknanya : Siapa pun orangnya tetap akhirnya akan ada sangkut pautnya dengan keturunan dan masyarakat. yang pada gilirannya semuanya akan hilang ditelan masa (ngarangrangan). t. Gunung Tangkuban Parahu Artinya: >Tangkuban = tertelungkup, menelungkup. > Parahu = perahu. > Gunung Tangkuban parahu = gunung yang bentuknya seperti perahu yang tertelungkup. Maknanya: Dalam kosmologi Sunda, gunung dimaknai sebagai tubuh manusia. Gunung Tangkubanparahu
dimaknai sebagai manusia yang sedang menelungkupkan dirinya dan itu menandakan suasana hati yang sedang bingung penuh penyesalan. u. Talaga Bandung Artinya: > talaga = danau, dimaknai sebagai kehidupan di dunia ini, >bandung = 1) dua buah perahu atau dua buah rakit yang disatukan dan di atasnya dibuat tempat berteduh. 2)bandung > bandung + an = memperhatikan, menyimak > silih bandungan – saling memperhatikan dengan penuh perhatian. Maknanya: > Talaga Bandung = Dalam kehidupan di dunia ini, kita ibarat perahu yang dirakit berpasangan dengan sesama makhluk lain, seyogyanya dapat membangun kehidupan bersama, yaitu kehidupan yang saling memperhatikan, silih asih, silih asah dan silih asuh, interdependency (saling ketergantungan yang harmonis), equaliter(setara di depan hukum) dan egaliter (setara di dalam kehidupan) C. Manfaat Materi Dalam penulisan makalah ini dengan materi yang bertemakan legenda Sangkuriang, pada umumnya manfaat yang bisa dipetik dalam kehidupan harus saling memperhatikan, karena manusia merupakan makhluk sosial yang saling ketergantungan satu sama lain. Karena kehidupan adalah ibarat seperti air mengalir dalam perjalanannya akan mengalami beragam celupan kehidupan, kebahagiaan, keprihatinan dan juga hal-hal negatif lainnya sebagai ujian keteguhan hati.Jadi, kita harus menciptakan suasana hidup yang harmonis, damai, aman dan tentram baik di lingkungan masyarakat maupun di dalam keluarga. D. Makna bagi Siswa Tentang Materi Seperti yang sebelumnya sudah ditulis di awal, bahwa sebuah legenda hanya bersifat mitos, akan tetapi bila dikaji lebih dalam lagi ceritanya, banyak hal-hal yang bisa dipetik. Namun perlu adanya pemamahan yang benar, akurat, tepat, dan juga berpegang pada pengetahuan dasar. Untuk mendukung pengetahuan tersebut bisa mencari dan menggunakannya sumber-sumber tertentu yang berkaitan dengan cerita tersebut, agar tidak adanya pemahaman yang salah. Sangat penting sekali bagi siswa atau kaum pelajar sebagai generasi penerus yang ada di seluruh Indonesia terutama siswa di Mts. Negeri Pandeglang II, untuk mempelajari dan mengkaji legenda Sangkuriang. Selain bisa menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman, banyak manfaat yang bisa diambil sebagai pedoman hidup.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dalam mengakaji legenda sangkuriang penulis akhirnya menarik kesimpulan tentang apa yang ada dalam materi tersebut. Adapun kesimpulannya sebagai berikut : 1. Hermeunetika adalah ilmu menafsirkan tentang sesuatu agar mempunyai arti dan makna, sehingga dapat dipetik manfaatnya. Karena itu sangat bersifat subyektif dan inklusif, tetap terbuka bagi siapa pun untuk memasukkan tafsirannya secara pribadi. 2. Bila kita runut seluruh informasi di atas, maka akan ditemukan alur kearifan pandangan hidup masyarakat Sunda yang terkandung dalam legenda Gunung Tangkuban parahu. Kearifan yang dibungkus dengan cerita legenda ini dapat menjadi acuan hidup bagi siapa pun dalam menjalani keberadaannya baik secara manusia lahiriah (fisik) maupun manusia transendental (ruhi). 3. Setelah mengkaji legenda sangkuriang didapatkan nama dan tempat serta aspek lainnya yang terdapat dalam legenda tersebut ialah; Sungging Perbangkara, cariang, babi hutan Si Wayungyang, Dayang Sumbi atau Rarasati, anjing Si Tumang, Sangkuriang, taropong (torak), Wetan (Timur), Kulon (Barat), Citarum, Sanghyang Tikoro, Guriang, Gunung Putri, Gunung Manglayang, Ujungberung, kembang Jaksi, boeh rarang, Gunung Bukit Tungggul, Gunung Burangrang, Gunung Tangkuban Parahu, dan Talaga Bandung. B. Saran Dengan adanya makalah ini penulis hanya bisa menyarankan kepada pembaca, khususunya bagi siswa Mts. Negeri Pandeglang II dapat membangun kehidupan bersama, yaitu kehidupan yang saling memperhatikan, silih asih, silih asah dan silih asuh, kemudian ciptakan suasana hidup yang harmonis, damai, aman dan tentram. Tidak lupa untuk terus menggali ilmu pengetahuan di berbagai mata pelajaran, khususunya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dan bisa mengkaji lebih dalam lagi sebuah cerita legenda Sangkuriang.
Daftar Pustaka Danandjaja, James. 1986. Folkor Indonesia. Jakarta: Pustaka Grafitipress.
Ekadjati, Edi S. 2001. Kamus Bahasa Naskah dan Prasasti Sunda Abad. Ekajati, Edi S. 1983. Naskah Sunda Lama Kelompok Babad. Bandung: Depdikbud. Hidayat, Suryalaga. 1996. Racikan Budaya Sunda. Jabar : Depdikbud Prop. Http://www.sundaNet.com. LBSS. 1975. Kamus Umum Basa Sunda: Tarate. Satjadibrata, R.1946. Dongeng-dongeng Sasakala. Jakarta: Balai Pustaka. Wahyu Wibisana. 1992. Sangkuriang Kabeurangan. Bandung: Mangle No. 1373. Wellek, Rene. Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta : Gramedia. Woyowasito, S. 1977. Kamus Kawi- Indonesia: CV. Pengarang. Diposkan oleh moh. arifin di 04.33 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
BAB I PENDAHULUAN
Sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan di SMA Islam Ta’allumul Huda Bumiayu bahwa dalam memenuhi persyaratan mengikuti Ujian Akhir Sekolah( UAS ) dan Ujian Akhir Sekolah ( UAS ) maka setiap siswa diwajibkan untuk membuat laporan perjalanan atau karya tulis. Adapun yang akan penulis bahas mengenai : ” GUNUNG TANGKUBAN PERAHU, BANDUNG - JAWA BARAT ”
A. Alasan Pemilihan Judul Dalam menyusun karya tulis ini , penulis mengangkat judul : ”SEKILAS TENTANG GUNUNG TANGKUBAN PERAHU, BANDUNG - JAWA BARAT” dengan alasan sebagai berikut : 1. Untuk mengenal lebih ajuh tentang obyek wisata yang ada di Indonesia, khususnya Gunung Tangkuban Perahu. 2. Menarik minat Pembaca untuk mengunjungi obyek wisata Gunung Tangkuban Perahu. 3. Menyadarkan kepada kita bahwa di Indonesia terdapat banyak obyek wisata yang melukiskan tentang keindahan alam.
B. Tujuan Penulisan 1. Sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh siswa – siswi guna mengikuti Ujian Akhir Sekolah ( UAS ) dan Ujian Akhir Nasional ( UAN ) 2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi diri sendiri juga para pembaca tentang Gunung Tangkuban Perahu
3. Untuk melatih dan mengembangkn bakat serta kemampuan penulisan dalam menyusun laporan perjalanan ataupun karya tulis secara sistematis.
C. Metode Penulisan Dalam penyusunan karya tulis ini Penulis memilih menggunakan metode-metode sebagai berikut : 1. Metode Observasi Teknik pengumpulan data dengan melihat dan mengujungi secara langsung obyek yang telah ditentukan. 2. Metode Pustaka Teknik pengumpulan data dengan cara membaca dan mencatat dari buku-buku yang berhubungan langsung dengan Gunung Tangkuban Perahu. 3. Metode Interview Teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya - jawab secara langsung dengan pihak yang bersangkutan.
D. Sistematika Penulisan Sebagai gambaran, penulis memberikan garis besar karya tulis ini, yaitu : BAB I . Pendahuluan yang meliputi : Alasan Pemilihan Judul , Tujuan Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan. laporan perjalanan BAB II. Sejarah singkat gunung Tangkuban Perahu dan Topografi yang meliputi :Asal usul Gunung Tangkuban Perahu , Letak Geografis , Iklim.Luas Areal., Tabel Analisis Gas Kimia. Legenda sangkuriang ,Kawah Gunung Tangkuban Perahu , Kelompok Pangguyangan Badak ( Kawah Utama ) Kelompok Kawah Parasiter ..Aktifitas Letusan..Flora Dan Vegetasi...dan Satwa Liar BAB III. Obyek – obyek wisata di sekitar gunung Tangkuban Perahu yang meliputi : Bumi Perkemahan Cikole.Pemandian Air Panas, Situ Lembang Air Terjun Maribaya. Curug Cimahi, Taman Junghun Jaya Giri Desa Wisata Bunga” Cihideung “ Observatorium / Teropong Bintang “ Bosscha “ BAB IV. Arti dan fungsi Tangkuban Perahu bagi penduduk sekitar, wisatawan domestik dan asing yang meliputi: Biologis, Ekonomis, Psikologis dan Akademis.
BAB V. Bab ini meliputi PENUTUP dari penulis yang meliputi : Kesimpulan dan Saran – saran.
BAB II PENGERTIAN UMUM
Gunung Tangkuban Parahu Ketinggian
: 2,084 meter (6,837 kaki)
Lokasi
: Jawa Barat, Indonesia
Koordinat
: 6.77°LS 107.6°BT
Geologi
: Jenis Stratovolcano
Letusan terakhir
: 1983[1]
Gunung Tangkuban Parahu atau Gunung Tangkuban Perahu adalah salah satu gunung yang terletak di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung, dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya, gunung Tangkuban Parahu mempunyai ketinggian setinggi 2.084 meter. Bentuk gunung ini adalah Stratovulcano dengan pusat erupsi yang berpindah dari timur ke barat. Jenis batuan yang dikeluarkan melalui letusan kebanyakan adalah lava dan sulfur, mineral yang dikeluarkan adalah sulfur belerang, mineral yang dikeluarkan saat gunung tidak aktif adalah uap belerang. Daerah Gunung Tangkuban Perahu dikelola oleh Perum Perhutanan. Suhu rata-rata hariannya adalah 17’C pada siang hari dan 2 ‘C pada malam hari.
Gunung Tangkuban Parahu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Legenda rakyat setempat Asal-usul Gunung Tangkuban Parahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang, yang dikisahkan jatuh cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi. Untuk menggagalkan niat anaknya menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan syarat supaya Sangkuriang membuat perahu dalam semalam. Ketika usahanya gagal, Sangkuriang marah dan menendang perahu itu, sehingga mendarat dalam keadaan terbalik. Perahu inilah yang kemudian membentuk Gunung Tangkuban Parahu.
Gunung Tangkuban Parahu ini termasuk gunung api aktif yang statusnya diawasi terus oleh Direktorat Vulkanologi Indonesia. Beberapa kawahnya masih menunjukkan tanda tanda keaktifan gunung ini. Di antara tanda gunung berapi ini adalah munculnya gas belerang dan sumber-sumber air panas di kaki gunung nya di antaranya adalah di kasawan Ciater, Subang. Keberadaan gunung ini serta bentuk topografi Bandung yang berupa cekungan dengan bukit dan gunung di setiap sisinya menguatkan teori keberadaan sebuah telaga (kawah) besar yang kini merupakan kawasan Bandung. Diyakini oleh para ahli geologi bahwa kawasan dataran tinggi Bandung dengan ketinggian kurang lebih 709 m diatas permukaan laut merupakan sisa dari letusan gunung api purba yang dikenal sebagai Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Parahu merupakan sisa Gunung Sunda purba yang masih aktif. Fenomena seperti ini dapat dilihat pada Gunung Krakatau di Selat Sunda dan kawasan Ngorongoro di Tanzania, Afrika. Sehingga legenda Sangkuriang yang merupakan cerita masyarakat kawasan itu diyakini merupakan sebuah dokumentasi masyarakat kawasan Gunung sunda purba terhadap peristiwa pada saat itu.
A. Asal – Usul Gunung Tangkuban Perahu Gunung Tangkuban Perahu terbentuk dari aktivitas letusan yang paling muda di antara jajaran/ kompleks Gunung Api Sunda Purba dengan type letusan Strato/ berlapis , sekitar 3000 tahun yang lalu. Dari gunung Sunda Purba (dengan ukuran yang lebih besar) kemudian Terbentuklah 3 tiga gunung api baru, yaitu : Gunung Sunda ( Baru ) , Gunung Tangkuban Perahu. Gunung Burangrang dan Pada Fase terakhir sekitar 2000 tahun yang lalu terbentuklah dasar batuan Sedimen neogen / endapan batu bara. Bagian sisa kawah ( Kaldera ) gunung Sunda Purbamasih terdapat di antara Gunung Burangrang dan Tangkuban Perahu. Sedangkan Danau atau Situ. Lembang masih merupakan salah satu bagian dari dasar kawah gunung Sunda Purba itu sendiri. Peristiwa runtuhan ini terjadi pada dua tahap, yaitu: 1. Terjadinya patahan di Lembang sekitar + 3000 tahun yang lalu 2. Runtuhnya bagian puncak di sebelah Utara, kemudian muncullah kegiatan gunung Tangkuban Perahu di sebelah Timur yang merupakan sisa kawah Kaldera gunung Sunda (+ 2000 tahun yang lalu ). Dalam perkembangannya membentuk tubuh gunung dengan puncak gunung api yang memanjang . Bentuk tubuh yang memanjang disebabkan oleh adanya tempat perpindahan titik letusan yang memanjang + 1100 m dengan arah timur dan barat . Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya sisa – sisa tepi kawah yang lama yang mendirikan adanya gerakan atau perpindahan aktifitas puncak. Pada waktu yang bersamaan terbentuk pula mata air panas Ciater dan Maribaya.
Perpindahan aktifitas puncak yang membentang dari timur ke barat, maka apabila dilihat dari arah Selatan ( kota Bandung ) maka tampak seperti trapesium atau seperti perahu yang terbalik ( Bahasa Sunda ) perahu nangkub = Tangkuban Perahu . Keadaan / aktifitas gunung Tangkuban Perahu Sampai saat ini adalah dalam keadaan aktif dan normal. Dengan suhu permukaan kawah 96 ’ C s/d 98 ’ C dengan kondisi asap berwarna putih tipis. setelah
kira
–
kira
3
bulan
yang
lalu
Gunung
Tangkuban
Perahu
dinyatakan
statusnya
”WASPADA”,dengan ketinggian antara 5 – 15 m dari permukaan ( kawah Baru, Ratu, Domas ). Dalam masyarakat setempat( Sunda ), terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu tidak lepas dengan legenda Sangkuriang.
B. Letak Geografis Secara geografis Gunung Tangkuban Perahu berada pada 64 derajat 06 LS dan 107 derajat 36 BT dengan puncak tertinggi kurang lebih 2,084 meter dpi. Obyek wisata gunung Tangkuban Perahu yang terletak tidak jauh dari jalan raya Bandung – Jakarta via Subang, Cikampek. Sekitar 30 km dari Bandung (merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat ) ke arah Utara 200 km dari Jakarta atau 32 km sebelah selatan kota Subang secara administratif berada di wilayah kabupaten Subang dan kabupaten Bandung.
C. Iklim Daerah Tangkuban Perahu termasukkategori daerah tropis dengan suhu rata - rata siang hari 18 derajat celcius dan antara 7 derajat sampai 9 derajat celcius malam hari. Memiliki curah hujan 2.700 mm pertahun dengan curah hujan terendah 100 mm di bulan Juli dan tertinggi 320 mm di bulan Nonember dengan kelembaban udara 45 % - 95 % Prosentasi penyinaran Matahari tinggi antara 40 % - 60 % dengan lama penyinaran 4,8 jam atau sekitar 7- 2 jam per hari.
D. Luas Areal Secara keseluruhan luas areal gunung Tangkuban Perahu : 3.320 km2 dan dalam pengelolaannya terbagi dalam tiga kelompok,yaitu : 1. Hutan Produksi
: 1.290 km2
2. Hutan Wisata
: 370 km
E. Kawah Gunung Tangkuban Perahu
Gunung Tangkuban Perahu mempunyai dua kelompok kawah pusat yang masih aktif sampai saat ini , diantaranya adalah : 1. Kelompok Pangguyangan Badak ( kawah Utama ) a. Kawah Pangguyangan Badak ( pertama ) ukuran 800 m x 700 m b. Kawah Upas, kawah Upas A ( tertua ), kawah Upas B ( sebelum sekarang ) Kawah Upas C ( sekarang ) ukuran 800 m x 560 m c. Kawah Ratu, kawah Ratu B ( sekarang ) ukuran 650 m x 500 m d. Kawah G Como, ( leburan tahun 1926 ) e. Kawah Baru
2. Kelompok Kawah Parasiter a. Kawah Jurig b. Kawah Siluman c. Kawah Jurian d. Kawah Badak e. Kawah Domas f. Kawah Jagal g. Kawah Suci Dari sekian kawah yang ada, hanya beberapa kawah yang paling menarik perhatian pengunjung . Hal ini disebabkan selain kawah Domas masih aktif juga karena ada mata air panas ( Fumarole ) dengan suhu mendekati titik didih antara 98 ‘C – 100’ C. Kawah Domas merupakan yang paling aman untuk dikunjungi karena posisinya yang tepat di lereng gunung terbuka (tidak tertutup atau ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan) sehingga gas – gas yang dikeluarkan oleh kawah akan segera terbawa angin
F. Aktifitas Letusan Peristiwa letusan – letusan yang besar yang pernah terjadi tidak pernah dilakukan pencatatan sebelumnya . Baru kemudian mulai tercatat dalam sejarah setelah seorang berkewarga negaraan Jerman bernama Junghun yang pernah menulis erupsi tahun 1829 sejak itulahkegiatan gunung Tangkuban perahu mulai diadakan pencatatan aktivias sampai saat ini.dan tercatat sebagai berikut :
Tahun Kegiatan 1829 Terjadi letusan abu secara terus menerus di kawah Ratu dan Upas
1846 Erupsi dalam kawah baru 1862 Peningkatan kegiatan di dalam kawah Ratu dan Upas 1896 Letusan freaktif, terbentuk kawah baru 1910 Letusan kawah ratu 1929 Letusan kawah lumpur setinggi 10 m di kawah Ratu 1935 Terbentuklah celah panjang 50 m lebar 1m di kawah Ratu 1936 Kenaikan kegiatan di kawah Ratu tinggi asap mencapai 100 m 1952 Awan hitam mengepul setinggi 25 m disertai hujan abu tipis di kawah Ratu 1969 Hujan abu tipis mencapai perkebunan teh di daerah sebelah utara 1970 Erupsi lumpur di kawah Ratu 1984 Kenaikan kegempaan 1985 Kenaikan suhu solfatar 1992 Kenaikan aktifitas / gempa vulkanik G. Flora Dan Vegetasi Tangkuban Perahu memiliki formasi hutan hujan tropis , berbagai jenis pohon yang terdapat di dalamnya. Adapun jenis tumbuhan yang ada di sekitar Gunung Tangkuban Perahu antara lain : a. Manarasa b. Jambu Atus c. Puspa d. Harendong e. Kipare f. Saninten g. Rasalama h. Lemo i. Kihiuris j. Walen k. Kipanggang l. Cantigi Bodas
1. Jenis Tumbuhan Bawah 1)
Babodotan
2)
Herendong Alas
3)
Kicentre
4)
Carutu
5)
Pakis cempe
6)
Pinang
7)
Kantong Semar
8)
Bingbin
9)
Pakis tangkur
10)
Benying
11)
Pakis Andong
2. Jenis Tumbuhan Epiphyl 1)
Benalu
2)
Kedeca
3)
Paku
4)
Liana
5)
Arevy gereng
6)
Kibabera
7)
Hariyang
8)
Kirinyuh
9)
Kesangka
H. Satwa Liar Satwa liar kerap dijumpai saat pengunjung melakukan pendakian (Hiking) ke puncak gunung atau ke kawah yang masih aktif yang letaknya di lereng bagian bawah gunung Tangkuban Perah.
1. Species Primata a. Surit ( Presibis aygula ) b. Lutung ( Precybis crstata ) c. Jelarang ( Ratufa Bicolor )
2. Species Mamalia a. Macan Tutul ( Phanthera Pardus ) b. Trenggiling ( manis jaranscur )
c. Tupai ( cavociuros notatus )
3. Species Aves a. Walik ( Teuro grisscicapina ) b. Tikukur ( Strepto pellascinansip ) c. Candara ( ducula apna ) d. Filiran ( geopelia striata ) e. Elang Lurik ( Spiloreis cheela ) f. Tratuka ( Megalaema Megalema ) g. Alap – alap ( Fako Mohicensis ) h. Serendet ( Loncullus vernallis ) i. Nadu ( Anthropthus ) j. Jog – jog ( Picnonotus Golfar ) k. Ayam hutan ( Galuas Sp ) l. Puyuh ( caturnik jamaika )
BAB III PEMBAHASAN
ARTI DAN FUNGSI TANGKUBAN PERAHU BAGI PENDUDUK SEKITAR, WISATAWAN DOMESTIK DAN ASING Gunung Tangkuban Perahu memiliki beberapa fungsi bagi masyarakat penduduk sekitar , wisatawan domestik dan asing dan berikut ini beberapa fungsi yang akan dijabarkan penulis sebagai berikut :
A. Fungsi Biologis Secara Biologis, asap belerang berguna untuk kesehatan kulit . daerah Gunung Tangkuban Perahu mempunyai tanah yang subur karena berdekatan dengan dapur magma sehingga cocok ditanami tumbuhan yang hidup pada suhu dingin.
B. Fungsi Ekonomis
Secara ekonomis , adanya tempat wisata Gunung Tangkuban Perahu merupakan keuntungan bagi penduduk sekitar dapat mencari nafkah dengan menjual souvenir, pakaian dan lain – lain , barang dagangan dijual dan dibangun semacam stan – stan tempat berdagang berjejer – jejer sambil menawarkan barang dagangannya pada wisatawan. Dengan demikian penduduk sekitar dapat memperoleh keuntungan dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari. C. Fungsi Psikologis Tempat wisata alam Gunung Tangkuban Perahu sangat cocock untuk tempat rekreasi, liburan dan refresing, karena suasana alamnya yang sejuk, tenang, damai dan tentram sehingga dapat menghilangkan perasaan yang stress dan jenuh dengan aktifitas pekerjaan mereka. Tempat ini juga cocok untuk berlibur keluarga, sekolah ( Study Tour ) liburan anak – anak muda atau sekedar berlibur mencari kedamaian agar hati menjadi tenang.
D. Fungsi Akademis Gunung Tangkuban Perahu selain sebagai tempat wisata juga dapat digunakan sebagai tempat penelitian ilmu – ilmu pengetahuan seperti Geografi, Geologi bagi para ilmuawan dan sarana bagi pelajar untuk dapat mengetahui kehebatan alam yang merupakan ciptaaan Tuhan Yang Maha Esa yang harus disyukuri dan dipelihara agar tetap terjaga kelestraiannya dan dapat diolah dengan baik sesuai kegunaannya.
E. Legenda Sangkuriang Padi jaman dahulu kala ada seorang maha raja yang bernama Sungging Purbang kara dari kerajaan Galuh Pakuan pergi berburu ke hutan larangan dengan diiringi bala Punggawa kerajaan. Konon dalam perburuannya sang raja sempat membuang air kecil ke tampar tanpa sengaja air seninya tergenang di sebuah belahan tempurung kelapa yang tergeletak di tanah. Saat itu seekor babi hutan betina lari terbirit –birit karena ketakutan dikejar- kejar para penggawa yang akhirnya bersembunyi dekat genangan air kencing sang raja yang terkenal kesaktiannya itu. Karena babi betina yangmerupakan jelmaan dari seorang pertapa cantik ( yang dikutuk menjadi seekor babi hutan oleh gurunya karena melanggar pantangannya ) meminum air seni sang raja. Selang beberapa waktu kemudian pada musim berburu berikutnya raja kembali ke hutan tersebut dan betapa terkejutnya dia saat mendengar jeritan tangis seorang bayi yang tergeletak di atas semak –semak belukar. lalu raja memerintahkan seluruh punggawa membawa bayi perempuan yang cantik kepada raja. Ia sangat gembira dan kemudian kembali ke Istana membawa bayi itu dan kemudian tumbuh menjadi seorang putri yang cantik jelita yang kemudian diberi nama Dayang Sumbi
a. Dayang Sumbi Dibuang Ke Hutan Sejak kehadiraan Dayang Sumbi ke Istana Galuh , negara menjadi kisruh dan sering dilanda malapetaka, bencana demi bencana datang silih berganti.keresahan semakin memuncak Pada saat Dayang Sumbi menjelang remaja ia selalu menolak lamaran para pangeran dari kerajaan tetangga sehingga sang raja menjdi panik dan khawatir bila mereka bersatu dan menyerang Galuh karena sakit hati , maka keputusan untuk membawa kembali Dayang Sumbi ke tempat asalnya ( ke Hutan ) dan hanya ditemani oleh seekor anjing Penjaga yang bernama si Tumang (yang merupakan jelmaan dari seorang manusia yang melanggar larangan guru ) dan dibawa seperangkat alat tenun untuk menghibur dan mengisi waktu senggang di hutan yang sunyi dan sepi kerjanya hanya menenun setiap hari sesal duka akhirnya menjadi bencana , berbagai macam penyakitdatang silih berganti
b. Kawin Dengan Si Tumang Suatu hari Dayang Sumbi memaksakan dirinya menenun kain meskipun ia sedikit sakit , tiba – tiba tenun tanpa sengaja alat tenunan itu jatuh dari tangannya ke lereng yang terjal, dengan badan lemah tak berdaya Dayang Sumbi tidak mampu mengambil kembali alat tenun itu . Maka Dayang Sumbi bersumpah dan berkata “ Siapa saja yang sudi membawa alat tenun itu kembali bila ia perempuan akan ku angkat sebagai saudara dan bila ia laki – laki maka akan kuangkat menjadi suami.sungguh aku tak bohong ” Dayang Sumbi bersungguh – sungguh dengan ucapan itu . Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi setelah beberapa saat kemudian datanglah si Tumang yang membawa alat tenun itu. Apa boleh buat janji seorang iswari tidak dapat dipungkiri maka Dayang Sumbi dengan si Tumang jadilah suami istri. Setelah mereka menikah maka keduanya mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama ”Sangkuriang ” si anak Tumang yang diasuhnya bersama
c. Sangkuriang Membunuh Ayahnya Pada suatu hari Sangkuriang kecil mengemban kuasa sang bunda untuk mencari hati rusa hasil buruannya sebagai santap malam ditemani si Tumang pergi membawa busur panah dan menuju ke hutan. Beberapa kali sangkuriang berusaha mebidik panahnya ke sasaran namun selalu gagal akhirnya Sangkuriang semakin kesal karena tidak mendapatkan hati rusa, kemudian dengan maksud menenangkan hati sang ibunda akhirnya Sangkuriang mengambil anak panah untuk mengambil hati si Tumang Setelah selesai makan malam tiba - tiba Dayang Sumbi bertanya ” Wahai anakku kemanakah gerangan si Tumang ? dari tadi tidak tampakrupa dan bayangannya ? ” tanya sang bunda. Dengan nada
datar Sangkuriang menjawab ’’ Hati yang kita makan tadi sebenarnya bukanlah hati rusa tetapi “ Hati “ yang disantap pada makan malam adalah hati si Tumang.Dengan sangat terkejut dan perasaan yang sangat marah ketika itu Dayang Sumbi mengambil Centong dan akhirnya Sangkuriang dipukul dengan keras dan menyebabkan luka kepala yang cukup dalam. Pada saat itu Dayang Sumbi memohon kepada sang Hyang Widi atas kesalahannya yang tidak pernah menceritakan keadaan yang sebenarnya ayah Sangkuriang. Pada waktu Dayang Sumbi mendapat “wamgsit” bisikan dari Hyang Widhi bahwa ia tidak boleh memakan setiap makhluk yang berdarah antar lain harus mandi air pancuran dan sejak saat itu Dayang Sumbi hanya memakan aneka tumbuhan dan daun – daunan ( lalaban ) sebagai lauk pauk.serta harus mandi dan minum dari air pancuran
d. Sangkuriang diusir Ibunya Dalam keadaan kepala yang luka dan berdarah dengan kondisi setengah hilang ingatan ,Sangkuriang di usir oleh ibunnya dari kampung halamannya dan iamenggembara entah kemana tujuannya dari masuk hutan keluar hutan, dari satu desa ke desa lain , ia menuju ke arah matahari terbit dan dalam pengembaraannya itu Sangkuriang selalu berburu dan mempelajari ilmu dari setiap guru yang dijumpainya. Akhirnya sekarang Sangkuriang menjadi seorang pemuda yang tampan dan perkasa ( sakti mandraguna )Setelah sekian lama mengembara timbul hasrat untuk pulang ke kampong halamannya untuk mencari ibunya . setelah menempuh perjalanan dalam beberapa hari kemudian sampai juga di suatu desa. Dalam perjalanan Sangkuriang berpapasan dengan seorang gadis cantik Dan Sangkuriang mempunyai hasrat untuk mencintai gadis itu yang sesungguhnya adalah ibunda, dan Sangkuriang tidak menyadari bahwa kampung yang disinggahinya adalah kampung halamannya sendiri yang pernah ia tinggalkan. Dan gadis tersebut sesungguhnya adalah ibunya ” Dayang Sumbi ” Atas ampunan segala perihal sang Dewata Dayang Sumbi tetap ayu dan tampak muda. Pada suatu hari Sangkuriang dan Dayang Sumbi sedang memadu kasih untuk merencanakan perkawinannya . Dayang Sumbi terkejut akan luka yang pernahdilakukan pada anaknya, semua bentuk dan ciri-ciri luka pada kepalanya Sangkuriang (sang kekasih). Dayang Sumbi menyadari hal itu dan dia fikir tak ingin menikah dengan Sangkuriang (yang ia yakini bahwa dia adalah anak kandungnya sendiri) namun di sisi lain ia tak mampu membatalkan rencana perikawinannya tersebut. Kepada sang Dewata sekali lagi ia mohon bagaimana cara melakukan siasat untuk menggagalkan perkawinannya .sebagai siasat suatu syarat (sebagai Mas kawin) Sangkuriang harus membuat danau dengan perahu raksasa dalam tempo satu malam yang akan dipakai nanti untuk dilayari berbulan madu .Perahu dan danau tersebut harus sudah selesai sebelum fajar menyingsing Tenamglah fikiran Dayang Sumbi ketika itu, karena menurutnya persyaratan itu tidak akan mampu dipenuhi oleh Sangkuriang.
Dengan percaya diri dan tenang, syarat perkawinan itupun ia terima tanpa basa-basi Sangkuriang perkasa langsung menyanggupi persyaratan sang kekasih.
e. Sangkuriang Membuat Perahu Dengan dibantu bala tentara siluman ” gunung tujuh ” Sangkuriang mulai membendung aliran sungai Citarum sang Hyang Tikoro ( kini sudah menjadi Padalarang sekitar 30 km barat kota Bandung ). Perahu dibangun di hutan Lembitan ( Lembang ). sepanjang malam Dayang Sumbi mengamati apa yang diperbuat oleh Sangkuriang , dengan perasaan cemas, menjelang tengan malam Situ Hyang alias danau atau telaga Bandung telah terbentangdan perahu pun siap diluncurkan.sementara fajar menyingsing masih jauh menjelang Di kala itupun Dayang Sumbi tak keukurangan akal untuk mengagalkan rencana anaknya yang angkara murka, Dayang Sumbi berdoa kepada Dewata dan beberapa saat kemudianDayang Sumbi mengambil sehelai selendang mayang ( berwarna putih ) hasil tenunannya dan ilmu kesaktian yang dimilikinya Dayang Sumbi mulai mengibar-ibarkankan selendang putihnya di ufuk timur sehingga menimbulkan cahaya seolah fajar telah tiba Selain itu pula dayang Sumbi memerintahkan penduduknya pengiringnya Untuk menyalakan obor, ayam – ayam yang berada di sekitarnya mulai berkokok, sedangkan kaum wanitanya disuruh bersenandung sambil menumbuk padi seolah – olah hari sudah pagi.Sangkuriang wirang karena kesiangan karena ia merasa yakin melaksanakan apa yang diinginkan oleh calon istrinya akan tetapi ternyata ia gagal dan begitu murkanya ia menendang perahunya yang hampir selesai itu kemudian terbalik ( dalam bahasa Sunda yaitu Nangkub ) dan berubahmenjadi gunung yang sekarang dinamakan Tangkuban Perahu ( yang berarti perahu terbalik ). Dan sisa ranting pohon untuk membuat perahu yang berubah menjadi gunung Burangrang dan sisa kayu yang ditebang berubah menjadi bukit yang dinamakan bukit Tunggul. Bendungan Sang Hyang Tikoro. untuk membuat danau itu pun diobrak – abrik sehingga air menjadi surut dan danaunya pun berubah menjadi sebuah desa Bandung .Kini desa tersebut telah berubah menjadi kota yang kita kenal dengan sebutan kota ” Bandung ” (Berasal dari Kata Bendung / bendungan)
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil uraian di atas mengenai Gunung Tangkuban Perahu , maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Obyek wisata Tangkuban Perahu selain dijadikan sebagai tempat rekreasi juga dapat dijadikan bahan penelitian ilmu-ilmu pengetahuan 2. Obyek wisata Tangkuban Perahu merupakan salah satu obyek yang menarik di wilayah Bandung dan kaya akan budaya serta tinggi nilai sejarahnya 3. Obyek wisata Tangkuban Perahu harus dilestraikan dan dimanfaatkan secara optimal
B. Saran – saran 1. Setelah memahami laporan perjalanan ini hendaknya pembaca dapat semakin mengenal dan lebih mencintai budaya sendiri. 2. Dengan laporan ini semoga semakin meningkatkan kesadaran kita untuk melindungi kelestarian alam. Diposkan oleh andy gembix di 02.50 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
2 komentar: 1. Shella lailanni fatwan24 September 2014 2
KARYA TULIS ILMIAH MANFAAT BELERANG GUNUNG TANGKUBAN PERAHU
Disusun Oleh: Nama 1.Ade fir saputra 2.Andi saputra 3.Dinda citra dhevi A.K.W 4.Eni kristiani 5.Muhammad andika
NISN 9962090604 9962090605 9972013519 9967539562 9950929298
SMA NEGERI 1 PENAWARTAMA KABUPATEN TULANG BAWANG 2014 KARYA TULIS ILMIAH MANFAAT BELERANG GUNUNG TANGKUBAN PERAHU Sebagai persyaratan untuk mengikuti Ujian Nasional
Disusun Oleh: Nama 1.Ade fir saputra 2.Andi saputra 3.Dinda citra dhevi A.K.W 4.Eni kristiani 5.Muhammad andika
NISN 9962090604 9962090605 9972013519 9967539562 9950929298
SMA NEGERI 1 PENAWARTAMA KABUPATEN TULANG BAWANG 2014 LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama ketua : Ade fir saputra Nama anggota : 1. Andi saputra 2. Dinda citra dhevi A.K.W 3. Eni kristiani 4. Muhammad andika Nama sekolah : SMAN 01 PENAWARTAMA Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis dengan judul : Manfaat Belerang gunung Tangkuban Perahu. Adalah benar-benar hasil karya sendiri dan bukan merupakan plagiat atau saduran dari karya tulis orang lain serta belum pernah dikompetisikan dan/atau dipublikasikan dalam bentuk apapun. Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarbenarnya, untuk dapat dipergunakan sebagaimana diperlukan. Penawartama, 18 oktober 2014 Menyetujui, Guru pembimbing,
Ketua kelompok,
Tri widodo s.pd NIP.
Ade fir saputra NISN. 9962090604
LEMBAR PERSETUJUAN Karya tulis ini telah disetujui oleh pembimbing: Hari : Sabtu Tanggal : 18 oktober 2014 Tempat : SMAN 1 PENAWARTAMA Sebagai persyaratan mengikuti Ujian Akhir Nasional SMA Negeri 1 penawartama Tahun pelajaran 2014/2015
Mengetahui,
Kepala SMAN 1 Penawartama
Guru pembimbing
Gunawan S.pd. NIP. 1902051998021003
Triwidodo S.pd NIP.
LEMBAR PENGESAHAN Karya tulis ini diajukan untuk mengikuti : Ujian Nasional Judul Karya Tulis : Manfaat Belerang gunung Tangkuban perahu Kelompok: 5 (lima) Guru Pembimbing a. Nama : Triwidodo S.pd b. NIP :
…………………………..2014
Menyetujui,
Penguji 1
Penguji 2
Mengetahui, Kepala sekolah
Gunawan s.Pd NIP. 1902051998021003
ABSTRAK Gunung tangkuban perahu merupakan salah satu gunung yang terletak di bandung jawa barat. Gunung ini terbentuk dari letusan gunung api purba yang begitu dahsyat. Dan meninggalkan lubang menganga yang di beri nama kaldera sunda, didalam lubang inilah terbentuk gunung tangkuban perahu.Tangkuban perahu pernah meletus pada tahun 1910 dengan kekuatan 2 skala Richter.Saat gunung ini aktif mengeluarkan belerang. Belerang merupakan unsur kimia yang mempunyai nomor atom 16 dan lambang S. Belerang dalam bentuk aslinya adalah sebuah gas padat kristalin kuning. Secara alami belerang banyak terdapat di gunung berapi. Belerang mempunyai beberapa manfaat dalam kehidupan sehari hari. Dalam bidang kesehatan, belerang di gunakan untuk mengobati penyakit kulit seperti gatal gatal, kudis kurap. karena belerang dapat membunuh kuman-kuman dan bakteri tertentu yang menyerang kulit, belerang mempunyai tingkat kesamaan yang cukup tinggi.karena kuman dan bakteri akan mati pada tingkat keasaman yang tinggi. Di bidang pertanian, belerang adalah unsur makro yang penting bagi pertumbuhan tanaman yaitu sebagai salah satu penyusun protein. Tanaman yang kekurangan unsur S akan terganggu pertumbuhannya dan rentan terhadap gangguan hama dan penyakit. Di bidang industri, gas belerang dapat digunakan sebagai indikator kebocoran tabung gas. Tabung elpiji sebenarnya mengandung gas metana yang tidak terlihat dan tidak berbau sehingga bisa berbahaya bila tabung gas bocor. Perusahaan industri sengaja memasukkan campuran sulfida busuk agar gas elpiji yang bocor tercium. Dengan begitu pengguna gas elpiji bisa langsung melakukan tindakan pengamanan.
Dari pengamatan yang kami lakukan, ternyata belerang mempunyai manfaat dalam bidang kesehatan, pertanian, dan industri. vi
Kata kunci: manfaat belerang dalam bidang kesehatan, pertanian, dan industri.
KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-NYA yang telah memberikan kesehatan jasmani maupun rohani kepada kami. Sehinggakami bisa menyusun karyatulis kami yang berjudul “MANFAAT BELERANG GUNUNG TANGKUBAN PERAHU” karya tulis ini dibuat dengan maksuduntuk meningkatkan pengetahuan atau untuk menambah wawasan pembaca.Melalui karya tulis ini penulis membantu para pembaca yang ingin tahu tentang manfaat belerang di Tangkuban Perahu secara singkat dan sederhana. Kami menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak,dan kami juga menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan danpemahaman kami tentangmanfaat belerang ataupun sejarah terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu, oleh kerena itu kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun kepada para pembaca maupun pendengar. Harapan kami sebagai penulis Karya Ilmiah ini bisa membawa manfaat bagi kita semua,setidaknya untuk menambah cakrawala berfikir kita. Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan Karya Ilmiah ini.terutama pada rekan-rekan kelompok atas kerjasamanya dan Bapak Triwidodo selaku guru pembimbing yang telah membimbing kami dalam membuatan Karya Tulis ini dengan baik sedemikian rupanya.
Penulis
DARTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Rumusan masalah 1.3 Tujuan penelitian
1.4 Manfaat penelitian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan teori 2.1.1 Pengertian umum 2.2 Landasan teori 2.3 Kerangka konsep penelitian 2.4 Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi penelitian 3.2 Subjek penelitian 3.3 Instrumen penelitian 3.4 Prosedur penelitian BAB IV PEMBAHASAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya wisata merupakan progam rutin sekolah yang dilakukan oleh siswa kelas XI SMAN 01 PENAWARTAMA. Karya wisata ini juga dimaksudkan sebagai sarana bagi siswa agar mampu menyusun karya tulis dalam bentuk laporan dengan baik berdasarkan obyek wisata alam yang di observasi secara langsung terhadap obyek yang dikunjungi, untuk selanjutnya didokumentasikan dan dikumpulkan sebagai bahan penyusun laporan.Pada tahun ajaran 2014/2015 ini kami melaksanakan kegiatan karya wisata di Bandung-yogyakarta selama 6 hari. Obyek-obyek wisata yang dikunjungi, antara lain: Gunung tangkuban perahu, Cibaduyut, Museum Geologi, Candi Prambanan, Paris, UGM, Museum Dirgantara, Malioboro, Keraton Jogya, Monjali, dan Candi Borobudur. kelompok kami memilih Gunung Tangkuban Perahu sebagai obyek observasi dan pengambilan data sebagai bahan penyusun karya tulis.
Karya wisata bukan semata-mata untuk rekreasi, melainkan juga sebagai sarana pembelajaran. Obyek yang dikunjungi, merupakan obyek wisata alam yang mengandung unsurunsur pendidikan.Khususnya bagi kami yang mengambil jurusan IPA. Oleh karena itu, dalam rangkaian kegiatan ini, kami juga diberi tugas untuk menyusun karya tulis sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban. Saat ini, para pelajar khususnya di Indonesia hanya mengetahui adanya objek wisata tangkuban perahu yang menarik banyak wisatawan lokal maupun wisatawan asing, akan tetapi banyak dari mereka yang tidak mengetahui bahwa belerang yang terdapat di dalam tangkuban perahu ternyata banyak mengandung manfaat dari berbagai bidang. Oleh karena itu, penulis tertarik mengambil judul “manfaat belerang tangkuban perahu” yang bertujuan untuk mengetahui sejarah terbentuknya gunung tangkuban perahu, sifat belerang, dan manfaat belerang bagi masyarakat. 1 Gunung tangkuban perahu adalah salah satu gunung yang terletak di provinsi jawa barat, Indonesia, di desa Cikole, Kecamatan Lembang, kabupaten Bandung, Tepatnya 30 km di utara kota Bandung. Gunung Tangkuban Perahu mempunyaiketinggian sekitar 2.084 meter dari permukaan laut. Dinamakan Tangkuban Perahu karena bentuknya yang menyerupai perahu yang terbalik. Lingkungan alamnya sejuk, dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh disekitarnya.
1.2 Rumusan masalah 1.2.1 Apakah pengertian belerang ? 1.2.2 Bagaimana pembuatan belerang ? 1.2.3 apakah manfaat belerang bagi masyarakat ? 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Untuk mengetahui pengertian belerang 1.3.2 Untuk mengetahui pembuatan belerang 1.3.3 Untuk mengetahui manfaat belerang bagi masyarakat 1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Bagi siswa, supaya bisa mengetahui cara pembuatan sulfur 1.4.2 Dapat dimanfaatkan oleh sekolah sebagai dokumen karya siswa dari tahun ketahun 1.4.3 Dapat kami manfaatkan sebagai bekal untuk melanjutkan Pendidikankejenjang yang lebih tinggi atau terjun ke tengah tengah masyarakat
2
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan teori 2.1.1 Pengertian umum Gunung tangkuban perahu adalah salah satu gunung yang terdapat di Jawa barat. Gunung ini disebut tangkuban perahu karena bentuknya mirip dengan perahu yang terbalik. Kata “tangkuban” (dalam bahasa sunda) berarti terbalik. Gunung ini memiliki cipprketinggian kurang lebih 2.084 meter dari permukaan laut. 3
Gunung tangkuban perahu ini ternmasuk gunung api aktif yang statusnya diawasi oleh direktorat vulkanologi Indonesia. Beberapa kawahnya masih menunjukkan tanda tanda keaktifan gunung ini. Di antara tanda aktiftas gunung ini adalah munculnya gas belerang dan sumber sumber air panas di kaki gunungnya, diantaranya adalah di kawasan ciater, Subang. Menurut sejarah, gunung ini pernah meletus pada tahun 1910 dengan kekuatan 2 skala Richter. Akibat letusan itu terbentuklah banyak kawah yang sering mengeluarkan asap belerang ke dataran rendah yang berada di bawahnya. Gunung ini juga pernah mengalami letusan kecil pada tahun 2006, yang menyebabkan 3 orang luka ringan. 4
Tangkuban perahu terbentuk dari aktivitas letusan yang paling muda,di antara jajaran/Kompleks Gunung Api purba (dengan type letusan berlapis,sekitar 3000 tahun yang lalu dari gunung sunda purba Dengan ukuran yang lebih besar) kemudian terbentuklah 3 gunug api baru,yaitu: Gunung Sunda(Baru),Gunung Tangkuban Perahu, dan Gunung Burangrang. Mineral yang dikeluarkan gunung ini adalah sulfur belerang, mineral yang dikeluarkan pada saat gunung tidak aktif adalah uap belerang. Belerang merupakan unsur kimia dalam tabel periodikyang memiliki lambang S dan nomor atom 16. Belerang merupakan unsur non-logam yang tidak berasa. Belerang, dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin kuning.
2.2 Landasan teori Wikipedia menyatakan bahwa belerang merupakan unsure kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang S dan nomor atom 16. Belerang terdapat dalam 2 bentuk alotrof(polimorf) yaitu belerang rombi,berwarna kuning yang disebut belerang – alpa (tidak
leleh 112,8oc). Pada suhu 95,6oC belerang rombik berubah menjadi belerang monokolin yang disebut belerang – beta (titik leleh 119,25oc) unsur ini mendidih pada 444,6oC. 2.3 Kerangka konsep penelitian Variabel kami adalah belerang yang ada di tangkuban perahu.
2.4 Hipotesis 1. Bahan baku utama pembuatan asam sulfat adalah sulfur atau belerang, yang berwarna kuning. Biasanya ditambang dari pegunungan, seperti di tangkuban perahu, dieng, atau bromo 2. Belerang terdapat dalam 2 bentuk alotrof(polimorf) yaitu belerang rombik, berwarna kuning yang disebut belerang – alpa (tidak leleh 112,8oc). Pada suhu 95,6oC belerang rombik berubah menjadi belerang monokolin yang disebut belerang – beta (titik leleh 119,25oc) unsur ini mendidih pada 444,6oC. 3. belerang bermanfaat dalam bidang kesehatan, pertanian dan perindustrian.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Gunung Tangkuban Perahu yang terletak didesa Cikole, Kecamatan Lembang, kabupaten Bandung, Tepatnya 30 km di utara kota Bandung,Pada tanggal 23 juni 2014.
Gbr. 3.1(Peta Lokasi tangkuban perahu) -
3.2 Subjek Penelitian Subjek penelitian berupabelerang yang dihasilkan dari gunung tangkuban perahu
8 9
3.3 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang kami gunakan adalah sebagai berikut: 1. menggunakan alat tulis lengkap 2. dokumentasi (menggunakan camera handphone) 3. alat indra (melihat objek dengan mata telanjang) 4. internet (sebagai salah satu sumber yang kami gunakan untuk mencari informasi) 3.4 Prosedur penelitian Prosedur pelelitian yang kami gunakan adalah sebagai berikut: 1.melakukan observasi 2.dokumentasi 3.mengumpulkan informasi, dan membuatan laporan Prosedur yang kami lakukan dapat dilihat dibagan berikut ini:
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil penelitian 4.2 Pembahasan 4.2.1 Pengertian belerang Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Sdan nomor atom 16. Bentuknya adalah non-metal yang tak berasa, tak berbau dan multivalent. Belerang, dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineralmineral sulfide dan sulfate. Ia adalah unsur penting untuk kehidupan dan ditemukan dalam dua asam amino. Penggunaan komersilnya terutama dalam fertilizer namun juga dalam bubuk mesiu, korek api, insektisidadan fungisida. Belerang di temukan dalam sebagai unsur bebas,sebagai sulfida(FeS2,PbS,ZnS) sebagai sulfat (CaSO4 2H2O6 MgSO4 7H2O).Belerang terdapat dalam 2 bentuk alotrof(polimorf) yaitu belerang rombi,berwarna kuning yang disebut belerang – alpa (tidak leleh 112,8oc). Pada suhu 95,6oC belerang rombik berubah menjadi belerang monokolin yang disebut belerang – beta (titik leleh 119,25oc) unsur ini mendidih pada 444,6oC. Jika belerang cair di panaskan,viskositasnya berubah karena perubahan struktur dalam molekul belerang. Pada suhu agak di atas titik lele,terbentuk cairan berwarna kuning muda dan terdiri dari satuan S8, Jika suhu di naikkan lagi,warna cairan jadi gelap,dan pada kira-kira 160oC,berupa lingkar S8 Putus menjadi rantai spiral panjang (belerang –u) dengan bebrapa satuan S6.Antara 160oC dan 180oC, viskositas cairan mencapai maksimum dan tidak dapat di tuang. Unsur belerang berupa campuran satuan S8,S6,S4 DAN S2,komposisinya bergantung pada suhu.jika cairan belerang (pada 250oC-350oC).dituang kedalam air dinggin,diperoleh belerang plastis,perupa serat yang terutam merbentuk. 11 Karakteristik Sulfur Simbol : S Radius Atom : 1.27 Å Radius Kovalensi : 1.02 Å Struktur Kristal : Orthorombic Konduktivitas Listrik : 5 x 106 ohm-1cm-1 10
Konfigurasi Elektron : [Ne]3s22p4 Formasi Entalpi : 1.73 kJ/mol Konduktivitas Panas : 0.269 Wm-1K-1 Bilangan Oksidasi : 2,4,6 Kapasitas Panas : 0.71 Jg-1K-1 Entalpi Penguapan : 10 kJ/mol
Sifat fisika Titik Didih : 717.82 K Titik Lebur : 392.2 K Massa Atom : 32.066 Massa Jenis : 2.07 g/cm3 Elektronegativitas : 2.58 Potensial Ionisasi : 10.36 V Volume Atom : 15.5 cm3/mol Warna dalam senyawa : kuning 4.2.2 Pembuatan belerang Asam sulfat merupakan bahan kimia yang banyak digunakan sebagai bahan baku dan bahan penolong dalam berbagai industri, sehingga perkembangan pemakaiannya dapat merupakan indikator bagi perkembangan perindustrian di suatu negara. Bahan baku utama pembuatan asam sulfat adalah sulfur atau belerang, yang berwarna kuning. Biasanya ditambang dari pegunungan, seperti di tangkuban perahu, dieng, atau bromo (ini lokasi - lokasi yang orang awam biasanya tahu. masih banyak lainnya). Saat ini belerang termurah dihasilkan dari China dan India. Sebagian dari sulfur ini berupa sulfur alam (56%), dari senyawa – senyawa sulfur seperti pyrite atau batuan sulfida / sulfat lainnya (19%), dan dari gas buangan industri minyak bumi / batu bara (H2S, SO2) (25%). 70 – 85% dari produksi sulfur tersebut digunakan untuk pembuatan asam sulfat. Dalam pengambilan sulfur, terdapat beberapa proses yang lazim digunakan, yakni : 1. Proses Frasch Dasar pengambilan sulfur menurut proses ini adalah pencairan sulfur di bawah tanah / laut dengan air panas, lalu mamompanya ke atas permukaan bumi. Untuk maksud itu digunakan 3 pipa konsentris 6”, 3”, dan 1”. Air panas (325oC) dipompakan ke dalam batuan S melalui bagian pipa 6”, sehingga S akan meleleh (235oF). Lelehan S yang lebih berat dari air akan masuk ke bagian bawah antara pipa 3” dan 1”, dan dengan tekanan udara yang dipompakan melalui pipa 1”, air yang bercampur dengan S akan naik ke atas sebagai “crude S”, untuk kemudian diolah menjadi “crude bright” atau “refined S”. 2. Pengambilan Sulfur dari batuan sulfida / sulfat S dapat pula diambil dari batuan sulfida atau sulfat, seperti pyrite FeS2, chalcopyrite CuFeS2, covelita CuS, galena PbS, Zn blende ZnS, gips CaSO4, barire BaSO4, anglesite PbSO4, dan lain – lain. 3. Pengambilan Sulfur Alamiah dari deposit gunung berapi (Indonesia) Deposit S di gunung berapi dapat berupa batuan, lumpur sedimen atau lumpur sublimasi, kadarnya tidak begitu tinggi (30 – 60 %) dan jumlahnya tidak begitu banyak (600 – 1000 juta ton, total). Di gunung Talaga Bodas di dapat dalam bentuk lumpur dengan kadar S (30 – 70 %) dan jumlah deposit 300 juta ton. Tempat – tempat lainnya adalah : kawah Ijen, Gunung Welirang, Gunung Dieng dan Gunung Tangkuban Perahu. Untuk pemanfaatan sumber alam ini diperlukan peningkatan kadar S terlebih dahulu, antara lain dengan cara flotasi dan benefication.. Dalam flotasi dilakukan penambahan air dan ‘frother’ sehingga S akan terapung dan dapat dipisahkan. Sedangkan dalam ‘benefication proses’ S setelah ditambahkan air dan
reagen – reagen dipanaskan dalam autoclave selama ½ - ¾ jam pada 3 atm, setiap partikel – partikel kecil S terkumpul, kemudian dilakukan pencucian dengan air untuk menghilangkan tanah, lalu dipanaskan kembali dalam autoclave sehingga S terpisah sebagai lapisan S dengan kadar 80 – 90%. 4. Pengambilan Sulfur dari gas buang Sulfur diperoleh dari flue gas asal pembakaran batu bara atau penyilangan minyak bumi, yang tidak boleh dibuang ke udara karena dapat menimbulkan pencemaran. Gas – gas tersebut terlebih dahulu di absorpsi dengan menggunakan etanolamin dan sebagainya, kemudian dipanaskan kembali untuk mendapatkan gasnya kembali untuk diproses lebih lanjut. Reaksi utama yang digunakan (proses claus) i. 2 H2S(g) + 3 O2(g) → 2 SO2(g) + 2H2O(l) ΔHo = - 247,89KJ ii. 4 H2S(g) + 2SO2(g) → S6(g) + 4H2O(l) ΔHo = - 42,24 KJ Macam-macam Proses Pembuatan asam Sulfat Ada 2 macam proses untuk membuat Asam Sulfat : 1. Proses Kamar Timbal (Pb) Proses tersebut menggunakan ruang reaktor yang dindingnya dilapisi timbal ( Pb ) oleh sebab itu dinamakan proses kamar timbal / bilik timbal. Reaksi yang terjadi: 2S(s) + 2 O2(g) → 2 SO2(g) 2 SO2(g) + 2 NO2(g) → 2 SO3(g) + 2 NO(g) Gas NO dialirkan ke suatu tempat reaksi ( reactor ) dan dioksidasi kembali menjadi NO2 2 NO(g) + O2(g) → 2NO2(g) Gas SO3 di kamar timbal direaksikan dengan air yang disemprotkan SO3(g) +H2O(l) → H2SO4(l) Kepekatan H2SO4 yang dihasilkan kira-kira 62,5 % dan dipekatkan lagi hingga 77,6 %
2. Proses Kontak Pada tahun 1831 seorang ahli kimia berkebangsaan Inggris, Philips telah berhasil mensintesis belerang menjadi H2SO4 sebagai katalis digunakan V2O5 Reaksi yang terjadi : S(s) + O2(g) → SO2(g) 2 SO2(g) + O2(g) → 2SO3(g) ΔH = - 98,3 KJ Sufur trioksida diserap ke dalam 97-98% H2SO4 menjadi oleum (H2S2O7), juga dikenal sebagai asam sulfat berasap. Oleum kemudian diencerkan kedalam air menjadi asam sulfat pekat. H2SO4 (l) + SO3(g) → H2S2O7 (l)H2S2O7 (l) + H2O (l) → 2 H2SO4 (l) Asam Sulfat yang dihasilkan dari proses tersebut , mempunyai massa jenis 1,84 dan bersifat higroskopis. Apabila H2SO4 pekat dicampur dengan air , akan bersifat eksoterm dan bebbahaya. H2SO4 25 % banyak dijual di pasaran dengan nama accu zuur untuk mengisi aki.Sebenarnya, asam sulfat dapat dibuat dengan cara melarutkan gas SO3. Namun, perhatikan bahwa pelarutan langsung SO3 ke dalam air tidaklah praktis karena reaksi sulfur trioksida dengan air yang bersifat eksotermik. Reaksi ini akan membentuk aerosol korosif yang akan sulit dipisahkan.
SO3(g) + H2O (l) → H2SO4(l) Ide penggunaan katalis dalam produksi asam sulfat, atau secara khusus dalam oksidasi belerang dioksida telah dikenali sejak kira-kira tahun 1830. Katalis platina terbuki efektif tetapi sangat mahal sehingga tidak digunakan secara meluas. Setelah setengah abad kemudian, ketika kebutuhan asam sulfat meningkat banyak, ide penggunaan katalis muncul kembali. Setelah masalah keracunan katalis diselesaikan, proses penggunaan katalis platina, yakni proses kontak, menjadi proses utama dalam produksi asam sulfat. Proses kontak masih digunakan sampai sekarang walaupun katalisnya bukan platina, tetapi campuran termasuk vanadium oksida V2O5. Dari proses kontak ini lalu akan terbentuk asam sulfat pekat dgn kadar 98% . Pada proses kontak digunakan suhu sekitar 500 C dengan katalisator V2O5 ,sebenarnya tekanan besar akan menguntungkan produksi SO3, tetapi penambahan tekanan ternyata tidak diimbangi penambahan hasil yang memadai. Oleh karena itu, pada proses kontak tidak digunakan tekanan besar melainkan tekanan normal 1 atm. Pembuatan belerang secara komersial : Belerang dihasilkan secara komersial dari sumber mata air hingga endapan garam yang melengkung sepanjang Lembah Gulf di Amerika Serikat. Menggunakan proses Frasch, air yang dipanaskan masuk ke dalam sumber mata air untuk mencairkan belerang, yang kemudian terbawa ke permukaan. Belerang juga terdapat pada gas alam dan minyak mentah, namun belerang harus dihilangkan dari keduanya. Awalnya hal ini dilakukan secara kimiawi, yang akhinya membuang belerang. Namun sekarang, proses yang baru memungkinkan untuk mengambil kembali belerang yang terbuang. Sejumlah besar belerang diambil dari ladang gas Alberta.
4.2.3 Manfaat belerang bagi masyarakat 1. H2SO4 di gunakan sebagai pereaksi dalam pembuatan pupuk superfosfat, Ca(H2PO4)2.dengan reaksi : Ca3(PO4)2 + 2H2SO4 → Ca(H2PO4)2 + 2CaSO4 2. Al2(SO4)3 zat penjernih air yang dikenal dengan tawas Tawas tersebut di tambahkan pada air yang keruh sehingga air yang keruh tadi menjadi jernih kembali 3. H2SO4 digunakan sebagai elektrolit pada aki kendaraan bermotor H2SO4 dalam aki di gunakan sebagai cairan elektrolit untuk merendam pelat positif dan pelat negatif pada aki,misal bahan aktif dri pelat positif terbuat daari oksida timah coklat(PbO2)sedang bahn aktif dari pelat negatif ialah timah (Pb).pelat-pelat tersebut terendam oleh cairan elektrolit yaitu asam sulfat sehingga oksigen pada pelat positif akan bereaksi dengan hidrogen pada cairan elektrolit yang secara perlahn-lahan keduanya bergabung /berubah menjadi air (H2O),asam sulfat pada pada cairan elektrolit bergabung dengan timah di pelat positif maupun negatif sehingga menempel di pelat-pelat tersebut dan membantu aki mengeluarkan arus. Reaksi ini akan terus berlangsung sampai isi (tenaga baterai habis) atau mengalami discharge. 4. H2SO4 di gunakan untuk membersihkan logam-logam pada proses galvanisasi dan penyepuhan. Lapisan oksida pada permukan logam dihilangkan agar bahan penyalut dapat menempel kuat. 5. Industri Amonium Sulfat (NH4)2SO4
Senyawa amonium sulfat sebagai jenis pupuk yang di kenal dengan pupuk Z.A (zwavelvur amonium).Pupuk ini dibuat dengan mereaksikan asam sulfat dan Amonia 2NH3 + H2SO4 → (NH4)2SO4 6. Dalam pembuatan fotografi . Na2S2O3.5H2O di gunakan dalam fotografi untuk melarutkan perak bromida yang tidak reaktif dari emulsi dengan pembentukan komplek [Ag(S2O3)] dan [Ag(S2O3)2]37. Alkil benzena sulfonat dalam deterjen.Deterjen dengan bahan ini bersifat keras, cara pembuatannya yaitu dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan Belerang Trioksida, asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil Benzena maka persamaan reaksinya adalah C6H5C12H25 + SO3 C6H4C12H25SO3H (Dodekil Benzena Sulfonat) Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Dodekil Benzena Sulfonat. Kemudian bahan yang sering di gunakan dalam deterjen yaitu lauril sulfat / lauril alkil sulfonat, deterjen dengan bahan ini sifatnya lunak cara pembuatannya yaitu mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam Sulfat pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi: C12H25OH + H2SO4 C12H25OSO3H + H2O Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Lauril Sulfat. Asam sulfat merupakan komoditas kimia yang sangat penting, dan sebenarnya pula, produksi asam sulfat suatu negara merupakan indikator yang baik terhadap kekuatan industri negara tersebut. Kegunaan utama (60% dari total produksi di seluruh dunia) asam sulfat adalah dalam "metode basah" produksi asam fosfat, yang digunakan untuk membuat pupuk fosfat dan juga trinatrium fosfat untuk deterjen. Pada metode ini, batuan fosfat digunakan dan diproses lebih dari 100 juta ton setiap tahunnya. Bahan-bahan baku yang ditunjukkan pada persamaan di bawah ini merupakan fluorapatit, walaupun komposisinya dapat bervariasi. Bahan baku ini kemudian diberi 93% asam suflat untuk menghasilkan kalsium sulfat, hidrogen fluorida (HF), dan asam fosfat. HF dipisahan sebagai asam fluorida. Proses keseluruhannya dapat ditulis: Ca5F(PO4)3 + 5 H2SO4 + 10 H2O → 5 CaSO4•2 H2O + HF + 3 H3PO4 Asam sulfat digunakan dalam jumlah yang besar oleh industri besi dan baja untuk menghilangkan oksidasi, karat, dan kerak air sebelum dijual ke industri otomobil. Asam yang telah digunakan sering kali didaur ulang dalam kilang regenerasi asam bekas (Spent Acid Regeneration (SAR) plant). Kilang ini membakar asam bekas dengan gas alam, gas kilang, bahan bakar minyak, ataupun sumber bahan bakar lainnya. Proses pembakaran ini akan menghasilkan gas sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3) yang kemudian digunakan untuk membuat asam sulfat yang "baru". Amonium sulfat, yang merupakan pupuk nitrogen yang penting, umumnya diproduksi sebagai produk sampingan dari kilang pemroses kokas untuk produksi besi dan baja. Mereaksikan amonia yang dihasilkan pada dekomposisi termal batu bara dengan asam sulfat bekas mengijinkan amonia dikristalkan keluar sebagai garam (sering kali berwarna coklat karena kontaminasi besi) dan dijual kepada industri agrokimia. Kegunaan asam sulfat lainnya yang penting adalah untuk pembuatan aluminium sulfat. Alumunium sulfat dapat bereaksi dengan sejumlah kecil sabun pada serat pulp kertas untuk menghasilkan aluminium karboksilat yang membantu mengentalkan serat pulp menjadi permukaan kertas yang keras. Aluminium sulfat
juga digunakan untuk membuat aluminium hidroksida. Aluminium sulfat dibuat dengan mereaksikan bauksit dengan asam sulfat: Al2O3 + 3 H2SO4 → Al2(SO4)3 + 3 H2O Asam sulfat juga memiliki berbagai kegunaan di industri kimia. Sebagai contoh, asam sulfat merupakan katalis asam yang umumnya digunakan untuk mengubah sikloheksanonoksim menjadi kaprolaktam, yang digunakan untuk membuat nilon. Ia juga digunakan untuk membuat asam klorida dari garam melalui proses Mannheim. Banyak H2SO4 digunakan dalam pengilangan minyak bumi, contohnya sebagai katalis untuk reaksi isobutana dengan isobutilena yang menghasilkan isooktana.Walaupun asam sulfat tidak mudah terbakar, kontak dengan logam dalam kasus tumpahan asam dapat menyebabkan pelepasan gas hidrogen. Penyebaran aerosol asam dan gas sulfur dioksida menambah bahaya kebakaran yang melibatkan asam sulfat. Asam sulfat dianggap tidak beracun selain bahaya korosifnya. Resiko utama asam sulfat adalah kontak dengan kulit yang menyebabkan luka bakar dan penghirupan aerosol asap. Paparan dengan aerosol asam pada konsentrasi tinggi akan menyebabkan iritasi mata, saluran pernafasan, dan membran mukosa yang parah. Iritasi akan mereda dengan cepat setelah paparan, walaupun terdapat risiko edema paru apabila kerusakan jaringan lebih parah. Pada konsentrasi rendah, simtom-simtom akibat paparan kronis aerosol asam sulfat yang paling umumnya dilaporkanadalah pengikisan gigi. Indikasi kerusakan kronis saluran pernafasan masih belum jelas. Di Amerika Serikat, batasan paparan yang diperbolehkan ditetapkan sebagai 1 mg/m³. Terdapat pula laporan bahwa penelanan asam sulfat menyebabkan defisiensi vitamin B12 dengan degenarasi gabungan sub akut.
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan 5.2 Saran
1. Bagi siswa diharapkan tidak hanya memanfaatkan study tour sebagai sarana rekreasi, namun juga sebagai sarana belajar untuk menambah wawasan. 2.bagi pembaca kami menyadari bahwa bembuatan karya ilmiah ini masih ada banyak kekurangan dan kurang memuaskan. Untuk itu, kami berharap kritikan dan saran dari pembaca yang bersifat membangun . Mudah-mudahan karya tulis ini bisa bermanfaat bagi kami dan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA http://liburs.com/obyek-wisata/79-front-page/923-gunung-tangkuban-perahu.html http://elmudunya.wordpress.com/2010/06/21/wisata-gunung-tangkuban-perahu-bandung-jabar/ http://www.jabarprov.go.id/index.php/submenu/162 http://dianaseptiana09.blogspot.com/2012/06/pemanfaatan-belerang-bagi-kehidupan_12.html https://www.google.co.id/search?client=firefox-beta&rls=org.mozilla:enUS:official&biw=1350&bih=626&sclient=psyab&q=kumpulan+alasan+manfaat+belerang+bagi+manusia&oq=kumpulan+alasan+manfaat+bel erang+bagi+manusia&gs_l=serp.12...928930.930777.0.934057.7.7.0.0.0.0.0.0..0.0....0...1c.1.54. psyab..7.0.0.iPdQUHtkJiQ&pbx=1&bav=on.2,or.r_qf.&bvm=bv.76477589,d.c2E&ech=1&psi=AU QtVNf9N9aHuASZkYEg.1412253224184.6&ei=T0YtVNmOMsSxuASwj4C4Bw&emsg=NCS R&noj=1 http://tipsehatcantikalami.blogspot.com/2012/11/manfaat.fungsi.belerang.untuk.kesehatan.tubuh. html