Postmodern Approach
PENDEKATAN POSTMODERN A. PENDAHULUAN
Paham modern percaya bahwa yang dapat di observasi dan diketahui tingkah lakunya adalah realitas objektif. Paham ini menjadikan manusia sebagai pusatnya. Lebih lanjut, paham ini percaya bahwa mereka dapat dengan bebas melakukan segala usaha dalam melakukan observasi karena realitas itu ada. Para ahli modernist perca ya bahwa orang yang datang dat ang untuk diterapi ditera pi adalah orangorang yang secara norma menunjukan penyimpangan perilaku. Contohnya, klien yang depresi, yang menunjukan atau larut dalam kesedihan di sepanjang harinya akan dianggap berada dibawah level mood yang normal. Klien yang dilabeli karena kesedihannya yang berlebihan itu akan dikatakan abnormal dan selanjutnya dia datang ke terapis supaya dia dapat kembali ke tingkah laku yang normal kembali. Sebaliknya, paham postmodern percaya pada realitas subjektif yang menganggap realitas itu tidak ada dan tidak dapat dengan bebas di observasi. Social constructionism adalah salah satu paham yang berada dalam lingkup postmodernisme memandang realitas subjek tanpa membantah apakan itu akurat atau rational. Social constructionism didasarkan pada penggunaan bahasa dan fungsi dari situasi/lingkungan tempat klien tinggal. Realitas adalah sesuatu yang telah dibentuk secara sosial. Dalam paham ini, masalah ada karena klien/orang menganggapnya menganggapnya sebagai , masalah dan butuh untuk di selesaikan. Dalam pandangan postmodern, bahasa dan penggunaanya dalam suatu cerita akan memberikan arti. Dalam hal ini mungkin kita akan mendapatkan banyak maksud dari cerita yang diutarakan oleh seseorang dan beberapa bagian dari cerita itu akan menunjukan perasaan sebenarnya dari klien. Social constructionism telah lahir ketika Kenneth Gergen (1985, 1991, 1999) menekankan pendapatnya tentang cara pembentukan makna makna dari relasi r elasi sosial yang di bangun seseorang. Dalam Social constructionism, para terapisnya lebih memilih untuk untuk berkolaborasi atau bertindak sebagai penasehat dibanding
1
Postmodern Approach
mengikuti aturan dari para ahli. Mereka memandang bahwa klienlah yang menjadi ahli dalam hidupnya. Pada paham ini dalam proses terapinya lebih mementingkan kolaborasi dari empati dan partnership dibanding dengan proses assessmennya atau teknik yang digunakan. Gaya bercerita dan proses penggunaan bahasa telah menjadi fokus dalam upaya membantu dan mengerti bentuk perubahan yang diinginkan klien. Teori Social constructionism dalam perkembangannya, terdapat 4 asumsi utama (Burr, 1955), yang pada dasarnya merupakan pembeda antara teori postmodern
dan
perpektif
psikologi
yang
tradisional.
Pertama, Social
constructionism mengajak kita secara kritis dengan memandang bahwa pengetahuan yang kita terima selalu benar. Social constructionism mencurigai asumsi teori konvensional yang dalam sejarahnya mengajak kita untuk mengerti dunia ini dan penyebabnya dan menantang para ahlinya untuk membuktikan asumsi tersebut. Kedua, Social constructionism, percaya bahwa bahasa dan konsep yang biasa kita gunakan, memiliki sejarah dan latar budaya masingmasing yang spesifik. Ketiga, Social constructionism menyatakan bahwa pengetahuan terbentuk dari suatu proses sosial. Apa yang kita katakan sebagai kebenaran adalah hasil dari interaksi sehari-hari kita dengan orang lain. Jadi, dalam hal ini kebenaran yang mutlak dalam satu kehidupan. Keempat, Social constructionism dipahami dengan menggunakan beragam paham dalam bentuk yang berbeda-beda. Berdasar asumsi tersebut, pengetahuan dan perilaku sosial sifatnya berjalan beriringan. Sejarah Pandangan S ocial ocial Constructionism
Beberapa ratus tahun yang lalu, Freud, Adler dan Jung telah ambil bagian dalam paradigm utama yang telah merubah psikologi seperti dengan filosofinya, ilmu pengetahuan pengetahuan alam, ilmu kesehatan dan bahkan kesenian. Pada abad ke 21, sebagai ilmu alternatif postmodern telah menjadi salah satu paradigma utama yang mempengaruhi ranah psikoterapi. Penciptaan diri, yang oleh para ahli modernis di dominasi pada pencarian esensi dan kebenaran hidup manusia telah
2
Postmodern Approach
mengikuti aturan dari para ahli. Mereka memandang bahwa klienlah yang menjadi ahli dalam hidupnya. Pada paham ini dalam proses terapinya lebih mementingkan kolaborasi dari empati dan partnership dibanding dengan proses assessmennya atau teknik yang digunakan. Gaya bercerita dan proses penggunaan bahasa telah menjadi fokus dalam upaya membantu dan mengerti bentuk perubahan yang diinginkan klien. Teori Social constructionism dalam perkembangannya, terdapat 4 asumsi utama (Burr, 1955), yang pada dasarnya merupakan pembeda antara teori postmodern
dan
perpektif
psikologi
yang
tradisional.
Pertama, Social
constructionism mengajak kita secara kritis dengan memandang bahwa pengetahuan yang kita terima selalu benar. Social constructionism mencurigai asumsi teori konvensional yang dalam sejarahnya mengajak kita untuk mengerti dunia ini dan penyebabnya dan menantang para ahlinya untuk membuktikan asumsi tersebut. Kedua, Social constructionism, percaya bahwa bahasa dan konsep yang biasa kita gunakan, memiliki sejarah dan latar budaya masingmasing yang spesifik. Ketiga, Social constructionism menyatakan bahwa pengetahuan terbentuk dari suatu proses sosial. Apa yang kita katakan sebagai kebenaran adalah hasil dari interaksi sehari-hari kita dengan orang lain. Jadi, dalam hal ini kebenaran yang mutlak dalam satu kehidupan. Keempat, Social constructionism dipahami dengan menggunakan beragam paham dalam bentuk yang berbeda-beda. Berdasar asumsi tersebut, pengetahuan dan perilaku sosial sifatnya berjalan beriringan. Sejarah Pandangan S ocial ocial Constructionism
Beberapa ratus tahun yang lalu, Freud, Adler dan Jung telah ambil bagian dalam paradigm utama yang telah merubah psikologi seperti dengan filosofinya, ilmu pengetahuan pengetahuan alam, ilmu kesehatan dan bahkan kesenian. Pada abad ke 21, sebagai ilmu alternatif postmodern telah menjadi salah satu paradigma utama yang mempengaruhi ranah psikoterapi. Penciptaan diri, yang oleh para ahli modernis di dominasi pada pencarian esensi dan kebenaran hidup manusia telah
2
Postmodern Approach
digantikan dengan konsep tingkatan hidup secara sosial. Oleh beberapa ahli konstruksi sosial, rasa tidak percaya pada keadaan budaya yang dominan dalam mempengaruhi apa yang keluarga dan masyarakat serap, dimasukkan dalam pembentukan µk µk nowing¶( nowing¶( White & Epson dalam Corey) dan perubahan dimulai dari pengkonstruksian ulang kemampuan gaya cerita kebudayaan dan prosesnya dalam mengkonstruksi kembali makna hidup yang baru. Berikut ini adalah beberapa teknik terapi dalam perspektif postmodern. Yang paling dikenal adalah kolaborasi pendekatan sistem bahasa, solution focused brief therapy, solution oriented therapy dan narrative therapy. Kolaborasi pendekatan sistem bahasa
Sebenarnya dialog tentang Social constructionism sudah disarankan sebelumnya oleh Harlene oleh Harlene Anderson dan lebih lanjut oleh Harold oleh Harold Golishian(1992) Golishian(1992) di Institut Galveston Houston. Pendekatan terapi di utara Amerika, menolak terlalu banyak kontrol dan intervensi dari terapis. Anderson dan Golishian telah mengembangkan terapi yang care/peduli dan menjadi satu dengan klien. Metode mereka ini sebanarnya mirip dengan teknik teknik person center yang center yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Rogers. Berkat informasi yang diperoleh dan kontribusi dari Social constructionism, constructionism, membuat mereka percaya bahwa proses dan pemaknaan hidup seseorang dibentuk oleh dirinya sendiri dan latar belakang keluarganya. Hal ini terbentuk dari interaksi yang manusia lakukan setiap saat. Sistem sosial budaya dimana manusia hidup telah menghasilkan interaksi sosial. Hal ini berarti, terapi adalah suatu sistem yang tercipta dari pembicaraan dalam proses terapetik diantara klien dan fasilitator(terapist). Dalam memandang terapi, seseorang sering kali dibawa masuk ke proses dialog yang unik dan penuh makna yang berhubungan dengan masalahnya. Terapi mengarah pada sistem pembicaraan lainnya yang secara alami menjadikan proses terapi sebagai sarana mengorganisir masalah dan menghancurkan masalah itu sendiri. Dalam hal ini, dari posisi tidak mengetahui apa-apa, apa-apa, terapis harus bersedia untuk masuk ke dalam proses terapetik yang memfasilitasi relasi yang care pada
3
Postmodern Approach
klien. Dalam posisi not-k nowing, terapis tetap menahan pengetahuan dan pribadinya serta pengalaman yang di peroleh selama masa hidupnya tetapi terapis diperbolehkan untuk masuk kedalam pembicaraan dengan rasa ingin tahu dan ketertarikannya pada pengalaman. Tujuan dari metode tadi a dalah supaya kita dapat masuk dalam dunia klien sedalam mungkin kita bisa. Klien menjadi ahli yang menginfomasikan dan menceritakan hal-hal yang penting dalam hidupnya kepada therapist. Posisi not-k nowing ini akan membuat kita(terapis) menjadi empati dan karakter pertanyaan yang keluar dari mulut kita akan muncul dari lubuk hati kita. Pada pendekatan ini, pertanyaan yang diajukan terapis selalu berasal dari pengembangan jawaban yang diberikan klien. Terapis memulai sesi terapi dengan menerima atau penyerahan uang dari klien. Klien menjawab pertanyaan yang disediakan dan menstimuli terapis dengan tetap berada dalam sikap inquiry dan selanjutnya pertanyaan diproses dari jawaban yang diberikan klien. Proses ini cukup mirip dengan metode Socratic namun tanpa mempertimbangkan ide tentang bagaimana seharusnya suatu cerita dikembangkan. Maksud dari pembicaraan ini(antara klien dan terapis) adalah bukan untuk meragukan apa yang diceritakan oleh klien tetapi untuk memfasilitasi apa yang klien ceritakan hingga klien memperoleh kesempatan untuk memperoleh makna yang baru dalam hidupnya dan mengembangkan suatu cerita yang baru. Menceritakan satu cerita adalah gambaran dari pengalaman; cerita itu terbentuk dari sejarah masa kini subjek. Dengan tetap berada dalam cerita klien, pembicaraan yang terjadi di antara klien dan terapis akan mengarah pada makna baru dalam kehidupan. Posisi notk nowing dalam hal ini adalah konsep dasar untuk pendekatan solution-focused brief therapy dan narrative therapy. B.
SOLUTION-FOCUSED
BRIEF
THERAPY (SFBT)
Perkembangan pesat dari orientasi strategi terapi yang terjadi di Institut Penelitian Mental, menghasilkan solusi ± focused brief therapy (SFBT)* / solusi yang difok usk an pada terapi leng ka p beralih fokus dari metode problem solving/
4
Postmodern Approach
penyelesaian masalah kepada metode fokus solusi yang lengkap. Steve de Shazer (bersama Insoo Kim Berg) memprakarsai peralihan fokus ini pada Brief Therapy Center (Pusat Terapi Lengkap) di Milwaukee akhir tahun 1970-an. Merasa tidak puas dengan ketidakleluasaan dari strategi model, di tahun 1980-an de Shazer berkolaborasi dengan beberapa orang terapis, termasuk di dalamnya Eve Lipchik, John
Walter,
Jane Peller; dan Michelle
Weiner-Davis,
yang masing-masing
mencatat secara luas tentang solusi- fokus terapi lengkap dan memulai solusi mereka masing-masing ± focused training institute. Berikutnya, Scott Miller menggabungkan kekuatan dengan Insoo Kim Berg (Berg & Miller; 1992; Miller & Berg, 1995), dan berikutnya
Weiner-Davis
bergabung dengan Bill O¶Hanlon,
yang telah di training sebelumnya oleh Milton Erickson. Kelompok praktisi ini bersama-sama mengembangkan dasar yang ditemukan oleh de Shazer (Nicholas & Schwartz, 2001, 2002). 1.
KONSEP KUNCI
SFBT berbeda dari terapi tradisional dengan memisahkan bagian masa lalu untuk menggantikan kedua masa, baik masa sekarang dan masa depan. SFBT juga sangat fokus pada apa saja kemungkinannya, memiliki sedikit ketertarikan atau tidak sama sekali dalam pencapaian sebuah pemahaman dari suatu masalah. De Shazer (1988, 1991) menyarankan bahwa tidaklah penting untuk mengetahui penyebab dari permasalahan untuk menyelesaikannya dan tidak adanya hubungan yang penting antara permasalahan dan solusinya. Pengumpulan informasi tentang permasalahan tidak perlu dirubah. Jika mengetahui dan memahami masalah adalah suatu hal yang tidak penting, maka yang penting adalah bagaimana mencari solusi yang ³baik´. Beberapa orang mungkin mempertimbangkan banyak solusi, dan apa yang bagi seseorang baik belum tentu baik bagi orang lain. Dalam SFBT, pasien memilih tujuan yang mereka harapkan untuk disempurnakan dalam terapi, dan perhatian kecil yang diberikan pada diagnosa, pengambilan kisah masa lampau, atau pengeksplorasian masalah (Bertolino & O¶ Hanlon, 2002; Gingerich & Eisengart, 2000; O¶ Hanlon &
Weiner-Davis,
1989).
5
Postmodern Approach
Orientasi Positif
SFBT berdasarkan pada asumsi optimis bahwa semua manusia adalah sehat, mampu dan memiliki kemampuan untuk menciptakan solusi yang dapat meningkatkan kehidupan mereka. Tanpa memperhatikan seperti apa keadaan pasien ketika mereka memasuki terapi, Berg percaya bahwa pasien mampu dan itu merupakan aturan dari terapis untuk membantu pasien menyadari kemampuan yang mereka miliki (sebagaimana disebutkan oleh
West,
Bubenzer, Smith, &
Hamm, 1997). Proses terapi memberikan konteks pada individu untuk fokus pada penemuan dan penciptaan solusi daripada membicarakan masalah mereka. O¶ Hanlon (1994) menggambarkan orientasi positif ini: ³menumbuhkan solusi ± meningkatkan bagian kehidupan seseorang daripada berfokus pada masalah pathology ± bagian permasalahan dan perubahan yang luar biasa dapat terjadi dengan cepat´. Karena pasien sering datang ke lokasi terapi dalam sebuah ³orientasi masalah´, walaupun sedikit solusi yang telah mereka sadari seringnya dibungkus oleh kekuatan dari orientasi masalah tersebut. Pasien yang sering memiliki cerita yang mengakar dalam penentuan pandangan bahwa apa yang terjadi di masa lalu akan menentukan masa depan mereka. Solusi yang difokuskan oleh terapis menjawab presentasi pasien dengan perbincangan yang optimis yang menggaris bawahi keyakinan mereka terhadap kesuksesan, tujuan berguna yang masih terdiam di sudut. Seorang terapis dapat sangat membantu dalam memandu seseorang dalam membuat sebuah perubahan dari bagian masalah yang pasti menuju sebuah dunia dengan beberapa kemungkinan yang baru. Seorang terapis dapat mendorong dan menantang pasien untuk menuliskan cerita yang berbeda yang dapat mengarahkan pada akhir yang baru. (O¶Hanlon, disebutkan di Bubenzer &
West,
1993)
Mencari Apa yang Berhasil
Individu membawa banyak cerita pada sesi terapi mereka. Beberapa digunakan untuk menyuguhkan keyakinan mereka bahwa kehidupan bisa dirubah 6
Postmodern Approach
atau buruknya kehidupan akan terus bergerak menjauhi mereka dan menjauh dari tujuan mereka. SFBT membantu pasien dalam memberikan perhatian tanpa pengecualian terhadap pola masalah mereka. SFBT fokus pada pencarian tentang apa yang seseorang lakukan dapat berhasil dan selanjutnya dapat membantu mereka dalam penggunaan pengetahuan ini untuk mengeliminasi permasalahan dalam jumlah wa ktu yang memungkinkan. Seperti yang telah diungkapkan oleh O¶Hanlon (1999): ³hal ini mendorong seseorang unntuk bergerak keluar dari analisa permasalahan dan bagaimana hal ini dapat meningkat serta memulai untuk menemukan solusi-solusi dan melakukan suatu aksi nyata untuk mengatasi masalah ini.´ Ada banyak variasi cara untuk membantu pasien dalam memikirkan tentang apa yang dikerjakan untuk mereka. De Shazer (1991) memilih untuk menggabungkan pasien dalam perbincangan yang mengarahkan pada naratif progresif dimana seseorang membuat beberapa situasi yang mana mereka dapat membuat beberapa keuntungan terus-menesrus terhadap tujuan mereka. De Shazer mungkin berkata, ³Tolong ceritakan pada saya tentang kapan anda merasa sedikit lebih baik dan kapan sesuatu mengikuti cara anda.´ Melalui cerita ini, kehidupan yang berharga menjadi kekuatan dari masalah dapat dibangun ulang dan solusi dapat menjadi nyata dan mungkin. Asumsi Dasar Panduan Praktis Walter
dan Peller (1992, 2000) memikirkan solusi ± fokus terapi sebagai
model yang menjelaskan bagaimana seseorang berubah dan bagaimana mereka dapat mencapai tujuannya. Berikut ini beberapa asumsi dasar tentang solusi ± fokus terapi: y
Ada beberapa keuntungan terhadap fokus positif pada solusi dan pada masa depan. Jika pasien dapat melakukan penyesuaian ulang diri
mereka
dalam
petunjuk
kekuatan
mereka
dengan
7
Postmodern Approach
menggunakan solusi ± bicara, ada kesempatan baik terapi yaitu terapi menjadi singkat. y
Individu yang datang ke lokasi terapi memiliki kemampuan berperilaku secara efektif, walaupun keefektifan ini mungkin terhalang sementara oleh kesadaran negatif. Terapi Fokus ± masalah memikirkan tentang menjaga seseorang dari pengenalan cara yang efektif yang berhubungan dengan masalah mereka
y
Terdapat beberapa pengecualian terhadap setiap masalah. Dengan membicarakan tentang pengecualian ini, pasien akan dapat mengontrol hal apa yang sekirannya bisa menjadi masalah yang tidak dapat diatasi. Suasana dari pengecualian ini menimbulkan kemungkinan terciptanya beberapa solusi.
y
Pasien sering hanya memperlihatkan satu sisi dari cerita mereka. SFBT mengajak pasien untuk melihat sisi lain dari cerita yang mereka ceritakan.
y
Perubahan kecil membuka jalan menuju perubahan besar. Setiap masalah diselesaikan satu demi satu langkah.
y
Pasien ingin berubah, memiliki kapasitas untuk berubah, dan melakukan yang terbaik untuk mewujudkan perubahan. Terapis seharusnya mengadopsi mental koperatif bersama pasien daripada memikirkan strategi untuk mengontrol pola perlawanan dari pasien.
y
Pasien dapat dipercaya dalam tujuan untuk menyelesaikan masalah mereka. Tidak ada solusi ³baik´ untuk masalah yang spesifik yang dapat diaplikasikan kepada semua orang. Setiap individu itu unik dan memiliki solusi permasalahan masing-masing.
Water
dan Peller (2000) telah bergerak jauh dari istilah terapi dan merujuk
pada apa yang mereka lakukan sebagai k onsultasi personal. Mereka memfasilitasi sesi perbincangan disekitar pilihan dan kemungkinan dari pasien mereka untuk membantu mereka menciptakan masa depan yang positif. Dengan menghindari
8
Postmodern Approach
mental seorang ahli, Walter dan Peller yakin bahwa mereka dapat tertarik, merasa ingin tahu, dan terdorong untuk bergabung bersama mengeksplor keinginan pasien mereka. 2.
PROSES TERAPI
Bertolino dan O'Hanlon (2002) menekankan pentingnya menciptakan hubungan kolaborasi terapi dan melihat hal yang diperlukan untuk keberhasilan terapi. Terapis mengakui bahwa memiliki keahlian dalam menciptakan konteks untuk perubahan, mereka menekankan bahwa klien adalah ahli pada kehidupan mereka sendiri dan sering mempunyai pengertian yang baik dari apa yang telah atau belum bekerja di masa lalu dan, juga, apa yang mungkin bekerja di masa depan . Jika klien yang terlibat dalam proses terapeutik dari awal sampai akhir, kemungkinan meningkat bahwa terapi akan berhasil. Singkatnya, hubungan kolaboratif dan kooperatif dalam terapi. Walter
dan Peller (1992) menjelaskan empat langkah yang menjadi ciri
proses SFBT: 1. Mencari tahu apa yang klien inginkan daripada mencari apa yang tidak mereka inginkan. 2. Jangan mencari patologi, dan tidak berusaha untuk mengurangi klien dengan memberi mereka label diagnostik. Sebaliknya, carilah apa yang klien lakukan yang sudah bekerja dan mendorong mereka untuk melanjutkan ke arah itu. 3. Jika apa yang klien lakukan adalah tidak bekerja, kemudian mendorong mereka untuk bereksperimen dengan melakukan sesuatu yang berbeda. 4. Simpan terapi singkat dengan mendekati setiap sesi seolah-olah itu adalah yang terakhir dan hanya sesi. Meskipun langkah-langkah ini tampak cukup jelas, proses kolaboratif klien dan terapis solusi membangun bukan hanya soal menguasai beberapa teknik. Solusi model terfokus membutuhkan sikap filosofis menerima orang di mana mereka berada dan membantu
9
Postmodern Approach
mereka dalam menciptakan solusi. Sikap para terapis sangat penting untuk efektivitas dari proses terapeutik. De Shazer (1991) percaya klien pada umumnya dapat membangun solusi untuk masalah-masalah mereka tanpa penilaian sifat masalah-masalah mereka. Mengingat kerangka ini, struktur bangunan solusi yang sangat berbeda dari pendekatan tradisional untuk memecahkan masalah seperti dapat dilihat pada uraian singkat ini la ngkah-langkah yang terlibat (De Jong & Berg, 2002): 1. Klien diberi kesempatan untuk menjelaskan masalah-masalah mereka. Terapis mendengarkan dengan penuh hormat dan hati-hati sebagai klien terapis menjawab pertanyaan, "bagaimana aku bisa bermanfaat bagi anda?". 2. Terapis bekerja dengan klien dalam mengembangkan tujuan-tujuan baik terbentuk sesegera mungkin. Pertanyaannya adalah berpose, "apa yang akan berbeda dalam hidup Anda ketika masalah Anda terpecahkan?". 3.
Terapis klien bertanya tentang masa-masa ketika masalah-masalah mereka tidak hadir atau ketika masalah-masalah yang kurang parah. Klien dibantu dalam mengeksplorasi pengecualian ini, dengan penekanan khusus pada apa yang mereka lakukan untuk membuat peristiwa ini terjadi.
4.
Pada akhir setiap solusi-bangunan percakapan, terapis ringkasan klien menawarkan umpan balik, memberikan dorongan, dan menunjukkan apa yang klien bisa mengamati atau lakukan sebelum sesi berikutnya untuk lebih memecahkan masalah mereka.
5. Terapis dan klien mengevaluasi kemajuan yang dibuat dalam mencapai solusi yang memuaskan dengan menggunakan skala penilaian. Klien juga bertanya apa yang perlu dilakukan sebelum mereka melihat masalah mereka sebagai dipecahkan dan juga apa yang akan mereka lakukan langkah berikutnya.
10
Postmodern Approach
Tujuan Terapi
SFBT mencerminkan gagasan dasar tentang perubahan, tentang interaksi, dan tentang mencapai tujuan. Solusi terapis berfokus pada orang-orang percaya memiliki kemampuan untuk menentukan tujuan-tujuan pribadi yang bermakna dan bahwa mereka memiliki sumber daya yang diperlukan untuk memecahkan masalah mereka. Tujuan adalah unik untuk setiap klien dan dibangun oleh klien untuk menciptakan masa depan yang lebih kaya (Prochaska & Norcross, 2003). Kurangnya kejelasan tentang preferensi klien, tujuan, dan hasil yang diinginkan dapat menyebabkan keretakan antara terapis dan klien. Dengan demikian, penting bahwa tahap awal alamat terapi apa yang klien inginkan dan apa keprihatinan mereka bersedia untuk mengeksplorasi (Bertolino & O'Hanlon, 2002). SFBT berkonsentrasi pada latar belakang, realistis, dapat dicapai perubahan yang dapat menyebabkan hasil positif tambahan. Karena keberhasilan cenderung untuk membangun dirinya sendiri, tujuan sederhana dipandang sebagai awal perubahan. Solusi-terfokus praktisi bergabung dengan bahasa klien mereka, dengan menggunakan kata-kata serupa, mondar-mandir, dan nada. Terapis menggunakan
pertanyaan
seperti
ini
mengandaikan
bahwa
perubahan,
menempatkan beberapa jawaban, dan tetap tujuan-diarahkan dan berorientasi masa depan: "apa yang Anda lakukan dan apa yang telah berubah sejak terakhir kali?" Atau "apa yang kau menyadari bahwa pergi lebih baik?" ( Bubenzer & West,
1993). Walter
dan Peller (1992) menekankan pentingnya membantu klien
dalam menciptakan baik-sasaran yang ditetapkan adalah (1) tercantum dalam positif dalam bahasa klien, (2) proses atau tindakan-berorientasi, (3) yang terstruktur di sini -dan sekarang, (4) dapat dicapai, konkret dan spesifik, dan (5) dikontrol oleh klien. Namun,
Walter
dan Peller (2000) hati-hati terhadap terlalu
kaku memaksakan agenda mendapatkan tujuan tepat sebelum klien memiliki kesempatan untuk mengekspresikan keprihatinan mereka. Klien pertama-tama harus merasa bahwa keprihatinan mereka didengar dan dipahami sebelum mereka
11
Postmodern Approach
dapat merumuskan tujuan pribadi yang bermakna. Dalam semangat terapis untuk menjadi solusi-fokus, itu adalah mungkin untuk mendapatkan hilang dalam mekanika dari terapi dan tidak cukup untuk aspek interpersonal. Dalam SFBT, ada beberapa bentuk tujuan: mengubah penampilan situasional atau kerangka acuan; mengubah perbuatan situasi yang problematis, dan menekan kekuatan klien dan sumber daya (O'Hanlon &
Weiner-Davis,
1989).
Sebuah tujuan utama dari melibatkan SFBT membantu klien mengadopsi sebuah sikap dan bahasa pergeseran dari membicarakan masalah-masalah untuk berbicara tentang solusi. Klien didorong untuk terlibat dalam perubahan - ata u solusi-bicara, daripada bicara masalah, dengan asumsi bahwa apa yang kita berbicara tentang sebagian besar akan apa yang kita hasilkan. Berbicara tentang masalah akan menghasilkan masalah yang berkelanjutan. Bicara tentang perubahan akan menghasilkan perubahan. Segera setelah individu-individu belajar untuk berbicara dalam arti apa yang mereka mampu melakukan secara kompeten, apa sumber daya dan kekuatan yang mereka miliki dan apa yang mereka telah lakukan yang telah bekerja, mereka telah mencapai tujuan utama terapi (Nichols & Schwartz, 2001, 2002 ). Fungsi dan Peran Terapis
Klien akan lebih berpartisipasi dalam proses terapeutik jika mereka menganggap diri mereka sebagai menentukan arah dan tujuan percakapan ( Walter & Peller, 1996). Banyak dari apa yang proses terapeutik adalah tentang melibatkan klien berpikir tentang masa depan mereka dan apa yang mereka ingin berbeda dalam hidup mereka. Solusi terfokus terapis mengadopsi singkat "tidak tahu" posisi sebagai rute untuk menempatkan klien dalam posisi sebagai ahli tentang kehidupan itu sendiri. Terapis tidak berasumsi bahwa mereka mengetahui mereka berdasarkan kerangka acuan ahli pentingnya tindakan-tindakan dan pengalaman klien (Anderson & Goolishian, 1992). Model ini melemparkan peran dan fungsi terapis dalam cahaya yang berbeda dari biasanya berorientasi terapis yang memandang diri mereka sebagai ahli dala m penilaian dan pengobatan.
12
Postmodern Approach
Terapis berusaha untuk menciptakan hubungan kolaboratif karena keyakinan mereka bahwa melakukan hal itu membuka berbagai kemungkinan untuk perubahan kini dan masa depan (Bertolino & O'Hanlon, 2002). Terapis menciptakan iklim saling menghormati, dialog, pertanyaan, dan penegasan di mana klien bebas untuk menciptakan, mengeksplorasi, dan co-penulis cerita-cerita yang berkembang mereka ( Walter & Peller, 1996). Tugas terapeutik utama terdiri dari membantu klien membayangkan bagaimana mereka akan menyukai hal-hal yang berbeda dan apa yang diperlukan untuk membawa perubahan-perubahan ini (Gingerich & Eisengart, 2000). Beberapa pertanyaan yang
Walter
& Peller (2000,
hal 43) menemukan berguna adalah "apa yang kau inginkan dari datang ke sini?". "Bagaimana yang membuat perbedaan bagi Anda?" Dan "apa yang mungkin ada tanda-tanda kepada Anda bahwa perubahan yang Anda inginkan terjadi?". Terapi Hubungan
Seperti halnya terapi lainnya orientasi, kualitas jika hubungan antara terapis dan klien adalah faktor yang menentukan dalam hasil SFBT, adalah penting untuk menciptakan rasa percaya sehingga klien akan kembali untuk sesi selanjutnya dan akan mengikuti saran melalui pekerjaan rumah (De jong & Berg, 2002). SFBT dirancang untuk menjadi singkat, sehingga terapis harus pergeseran fokus secepat mungkin untuk membicarakan masalah-masalah untuk menggali solusi, memang, salah satu cara untuk menciptakan kemitraan yang efektif terapeutik adalah untuk terapis untuk menunjukkan kepada klien bagaimana mereka dapat menggunakan kekuatan dan sumber daya yang telah mereka miliki untuk membangun solusi. De shazer (1998) telah menggambarkan tiga jenis hubungan yang mungkin berkembang antara terapis dan klien mereka. 1. Pelanggan : klien dan terapis secara bersama-sama mengidentifikasi masalah dan solusi untuk bekerja ke arah tujuan. Klien menyadari bahwa untuk mencapai tujuan nya, usaha pribadi akan diperlukan.
13
Postmodern Approach
2. Pengadu : klien menggambarkan masalah tidak mampu atau bersedia untuk mengambil peran dalam membangun sebuah solusi, percaya bahwa solusi bergantung pada tindakan orang lain. Dalam situasi ini, klien biasanya mengharapkan terapis untuk mengubah orang lain kepada siapa klien masalah atribut. 3. Pengunjung : klien yang datang ke terapi karena orang lain (pasangan, orangtua, guru, pengawas orang jahat) menganggap klien memiliki masalah. Klien ini mungkin tidak setuju bahwa ia memiliki masalah dan mungkin tidak dapat mengidentifikasi apa saja untuk menjelajahi dalam terapi. 3.
APLIKASI: TEKNIK DAN PROSEDUR TERAPI
Perubahan Pra Terapi
Penjadwalan hanya janji sering perubahan positif sesi bergerak. Selama sesi terapi awal, biasanya untuk terapis berfokus pada solusi untuk bertanya, "Apa yang telah Anda lakukan karena Anda meminta penunjukan yang membuat perbedaan dalam masalah Anda?" (De Sharez 1985, 1988). Dengan bertanya tentang perubahan tersebut, terapis dapat menimbulkan, membangkitkan, dan menguatkan apa yang klien telah dilakukan dengan cara membuat perubahan positif. Perubahan ini tidak dapat dikaitkan dengan proses terapi itu sendiri, sehingga menanyakan tentang mereka cenderung untuk mendorong klien untuk mengandalkan kurang pada terapis mereka dan lebih pada sumber daya mereka sendiri untuk mencapai tujuan pengobatan mereka ( Bertolino & O¶Hanlon,2002; Mckeel, 1996). Pertanyaan Pengecualian
SFBT didasarkan pada kehidupan klien ketika mengidentifikasi masalah mereka tidak bermasalah. Hal ini disebut pengecualian dan merupakan perbedaan berita (Bateson, 1972). Solusi yang berfokus pada terapis bertanya pengecualian untuk langsung pada saat masalah itu tidak ada. Pengecualian adalah mereka pengalaman masa lalu yang terjadi, tapi jika tidak (de Shazer; 1985). eksplorasi
14
Postmodern Approach
ini mengingatkan kepada klien bahwa masalah adalah tidak semua-kuat dan belum
ada
selamanya,
juga
menyediakan
lapangan
kesempatan
untuk
membangkitkan sumber daya, kekuatan menarik, dan pengecualian ini terjadi lebih sering. Terapis meminta klien apa yang harus terjadi untuk pengecualian ini terjadi lebih sering. Dalam kosakata solusi-fokus, ini disebut perubahan-berbicara ( Andrew & Clark, 1996). Keajaiban Pertanyaan
Tujuan terapi dikembangkan dengan menggunakan apa de Shazer (1985, 1988) menyebut pertanyaan keajaiban. Para terapis bertanya, "jika keajaiban terjadi dan masalah Anda telah dipecahkan semalam, bagaimana kau tahu itu dipecahkan, dan apa yang akan berbeda?" Klien kemudian didorong untuk membuat "apa yang akan berbeda" meskipun masalah dirasakan menjengkelkan. Jika klien menyatakan bahwa dia ingin merasa lebih percaya diri dan aman, terapis mungkin berkata: "Biarkan diri Anda membayangkan bahwa Anda meninggalkan kantor hari ini dan bahwa Anda berada di jalur untuk bertindak lebih percaya diri dan aman. Apa yang akan Anda lakukan secara berbeda?." Proses mempertimbangkan hipotesis melakukan dan melihat perubahan masalah dianggap masalah. De Jong dan Berg (2002) mengidentifikasi sejumlah alasan pertanyaan keajaiban adalah teknik yang berguna. Meminta klien untuk mempertimbangkan bahwa sebuah keajaiban terjadi membuka berbagai kemungkinan di masa depan. Klien didorong untuk memungkinkan mereka untuk bermimpi diri sebagai cara untuk mengidentifikasi jenis-jenis perubahan yang mereka ingin tanyakan. Fokus ini memiliki masa depan yang klien dapat mulai mempertimbangkan berbeda dari kehidupan yang tidak didominasi oleh masalah tertentu. Intervensi ini menggeser penekanan dari kedua masalah masa lalu dan saat ini menuju kehidupan yang lebih memuaskan di masa depan.
15
Postmodern Approach
Skala Pertanyaan
SFBT juga menggunakan skala pertanyaan ketika perubahan dalam pengalaman manusia tidak mudah dia mati, seperti perasaan, suasana hati, atau komunikasi. Sebagai contoh, seorang wanita pelaporan perasaan atau kegelisahan panik mungkin ditanyakan: "Pada skala nol sampai 10. Dengan nol bagaimana yang Anda rasakan ketika Anda pertama kali datang ke terapi dan yang ke-10 adalah bagaimana Anda merasakan hari setelah terjadi keajaiban pada Anda dan Anda masalah hilang, bagaimana Anda menilai kecemasan sekarang? " Bahkan jika klien hanya menjauh dari nol ke satu, dia telah ditingkatkan. Bagaimana dia melakukan itu? Apa yang dia perlu lakukan untuk memindahkan nomor lain sampai skala? Scaling pertanyaan memungkinkan nasabah untuk membayar perhatian lebih dekat dengan apa yang mereka lakukan bagaimana mereka dapat mengambil langkah-langkah yang akan menyebabkan perubahan yang mereka inginkan. Teknik ini dapat diterapkan secara kreatif untuk memanfaatkan persepsi klien tentang berbagai macam pengalaman, termasuk "harga diri, perubahan prasesi, percaya diri, investasi dalam perubahan, kemauan untuk bekerja keras untuk membawa
perubaha n
yang
diinginkan,
memprioritaskan
masalah
untuk
dipecahkan, persepsi harapan, dan evaluasi kemajuan "(Berg, 1994, hal. 102-103). Formula untuk Tugas Sesi Pertama
Formula untuk tugas sesi pertama (FFST) adalah bentuk pekerjaan rumah terapis akan memberikan klien untuk menyelesaikan antara sesi pertama dan kedua. terapis mungkin berkata: "Antara sekarang dan berikutnya kita bertemu, saya ingin Anda untuk mengamati, jadi apa yang Anda bisa menjelaskan kepada saya waktu berikutnya, apa yang terjadi di (keluarga Anda, hidup, perkawinan, hubungan) bahwa Anda ingin terus telah terjadi "(de Shazer, 1985, p.137). Pada sesi kedua, klien optimisme dan harapan tentang situasi mereka. Klien umumnya bekerja sama dengan FFST dan laporan perubahan atau perbaikan sejak sesi pertama mereka (McKeel, 1996;
Walker
& Peller, 2000). Bertolino dan O'Hanlon
(2002) menunjukkan bahwa intervensi FFST digunakan setelah klien telah
16
Postmodern Approach
mengalami perubahan untuk mengekspresikan keprihatinan mereka saat ini, pandangan, dan cerita. Adalah penting bahwa klien merasa dipahami sebelum mereka diarahkan untuk membuat perubahan. Terapi Umpan Balik pada Klien
Praktisi Solusi yang berfokus pada umumnya istirahat 5 sampai 10 menit menjelang akhir setiap sesi untuk menulis ringkasan pesan untuk klien. S elama ini terapis istirahat merumuskan umpan balik yang akan diberikan kepada klien setelah istirahat. De Jong dan Berg (2002) menggambarkan tiga bagian dasar dengan struktur umpan balik ringkasan: pujian, jembatan, dan menyarankan tugas. Pujian adalah afirmasi asli dari apa yang klien siap melakukan yang mengarah ke solusi yang efektif. Pujian ini, yang merupakan bentuk dorongan, menciptakan harapan dan kawanan harapan kepada klien bahwa mereka dapat mencapai tujuan mereka dengan menggambar pada kekuatan dan keberhasilan. Kedua, jembatan menghubungkan pujian awal untuk tugas menyarankan yang akan diberikan. Jembatan ini memberikan alasan untuk saran. Aspek ketiga dari umpan balik terdiri dari tugas menyarankan kepada klien, yang dapat dianggap sebagai pekerjaan rumah. tugas observasi meminta klien untuk hanya memperhatikan beberapa aspek kehidupan mereka. Proses pemantauan diri yang berbeda tentang cara berpikir, merasa, dari berperilaku. Perilaku tugas mengharuskan klien benar benar melakukan sesuatu terapis percaya akan berguna bagi mereka dalam membangun solusi. Terminating
Dari wawancara yang berfokus pada solusi pertama, terapis adalah sadar terhadap pemutusan hubungan kerja. Setelah klien dapat membangun solusi yang memuaskan,
hubungan
terapeutik
dapat
dihentikan.
Pertanyaan
tujuan
pembentukan awal yang terapis adalah sering bertanya, "Apa yang perlu berbeda dalam hidup Anda sebagai hasil dari datang ke sini untuk Anda untuk mengatakan bahwa pertemuan dengan saya adalah berharga?" Pertanyaan lain untuk mendapatkan klien berpikir adalah, "Ketika masalah ini diselesaikan, apa yang
17
Postmodern Approach
akan Anda lakukan secara berbeda?" Melalui penggunaan pertanyaan scaling, terapis dapat membantu klien memantau kemajuan mereka dalam berkendara dan pada akhirnya menentukan kapan mereka tidak perlu lagi datang ke terapi (De Jong & Berg, 2002). Sebelum mengakhiri terapi, terapis membantu klien dalam mengidentifikasi hal yang bisa mereka lakukan untuk melanjutkan perubahan yang mereka telah dibuat ke depan (Bertolino & O'Hanlon 2002). Klien juga dapat membantu untuk mengidentifikasi rintangan atau hambatan yang dirasakan yang bisa masuk jalan mempertahankan perubahan yang telah mereka buat. Karena model terapi ini singkat, sekarang berpusat, dan keluhan spesifik, sangat mungkin bahwa klien akan mengalami masalah pembangunan lainnya di lain waktu. Klien dapat meminta sesi tambahan kapan pun mereka merasa perlu untuk mendapatkan kehidupan mereka kembali ke jalur atau memperbarui kemudian cerita. Dr David Clark menggambarkan penilaian dan pengobatan dari SFBT dalam kasus Rush Pendekatan Konseling dan Psikoterapi (Corey, tahun 2005, chap. 11). C. TERAPI NARASI
Dari semua konstruksionis sosial, yang paling dikenal untuk penggunaan dalam terapi narasi adalah Michael White
White
dan David Epston (1990). Menurut
(1992), individu membangun makna kehidupan dalam kisah-kisah
interpretatif, yang kemudian dianggap sebagai "kebenaran." Karena kekuatan budaya narasi dominan, individu cenderung menginternalisasi pesan dari wacana dominan dan membentuk identitas mereka di seluruh posisi untuk hidup dari pesan-pesan yang ditawarkan ini ± bahkan jika posisi tersebut tidak berguna bagi individu.
1.
KONSEP KUNCI
Konsep kunci dan proses terapeutik bagian ini diadaptasi dari beberapa karya yang berbeda, terutama dari sumber ini:
Winslade
dan Monk (1999), Monk
18
Postmodern Approach
(1997),
Winslade,
Crocket , dan Monk (1997), McKenzie dan Monk (1997),
dan Freedman dan Combs (1996).
Fokus Terapi Narasi
Pendekatan narasi meliputi adopsi perubahan fokus dari teori paling tradisional. Terapis dianjurkan untuk mendirikan pendekatan kolaboratif dengan minat khusus dalam mendengarkan cerita-cerita klien; mencari waktu untuk kehidupan klien ketika mereka banyak akal; menggunakan pertanyaan sebagai cara untuk melibatkan klien dan memfasilitasi eksplorasi mereka; untuk menghindari diagnosis dan menamai klien atau menerima deskripsi total masalah; untuk membantu klien dalam memetakan pengaruh masalah dalam kehidupan mereka, dan untuk membantu klien memisahkan diri dari cerita-cerita dominan yang diinternalisasi mereka sehingga ruangan dapat dibuka untuk menciptakan kisah kehidupan alternatif (Freedman & Combs, 1996).
Peran Cerita
Kita menjalani kehidupan dengan cerita yang kita ceritakan tentang diri sendiri dan orang lain katakan tentang kita. Cerita ini sebenarnya membentuk realitas bahwa mereka membangun dan membentuk apa yang kita lihat, rasakan, dan lakukan. Cerita hidup kita tumbuh dari percakapan dalam konteks sosial dan budaya. Cerita tidak hanya mengubah orang yang bercerita, tetapi juga mengubah terapis yang beruntung menjadi bagian dari proses yang tengah berlangsung ini (Monk, 1997).
Mendengarkan dengan Pikiran Terbuka
Semua teori konstruksionis sosial menekankan pada klien, mendengarkan tanpa
menghakimi
atau
menyalahkan,
menegaskan
dan
menghargai
mereka. Lindsley (1994) menekankan bahwa terapis dapat mendorong kli en mereka untuk mempertimbangkan kembali penilaian absolut dengan melihat "baik" dan "buruk" unsur-unsur dalam situasi. Terapis narasi melakukan upaya untuk mengaktifkan klien untuk mengubah keyakinan yang menyakitkan, nilai,
19
Postmodern Approach
dan interpretasi tanpa memaksakan sistem nilai dan interpretasi mereka.Mereka ingin menciptakan makna dan kemungkinan-kemungkinan baru dari berbagi cerita klien bukan dari prasangka dan akhirnya ditentukan teori kepentingan dan nilai. Walaupun
terapis narasi membawa sikap usaha terapi tertentu seperti
optimisme, tanggung jawab dan ketekunan, dan menghargai pengetahuan klien, mereka
dapat
mendengarkan
kisah
masalah
kejenuhan
klien
tanpa
terjebak. Sebagai terapis narasi yang mendengarkan cerita klien, mereka t etap waspada untuk rincian yang memberikan bukti dari kompetensi klien dalam melawan masalah berat. Perspektif narasi berfokus pada kemampuan manusia untuk berpikir kreatif dan imajinatif. Pelaksana narasi tidak pernah menganggap bahwa ia tahu lebih banyak tentang kehidupan klien daripada yang mereka lakukan. Klien adalah penafsir utama pengalaman mereka sendiri. Pelaksana narasi melihat seseorang sebagai agen aktif yang mampu memperoleh makna dari dunia pengalaman mereka. Dengan demikian, proses perubahan dapat difasilitasi, tetapi tidak diarahkan, oleh terapis. 2.
PROSES TERAPI
Ini gambaran singkat tentang langkah-langkah dalam proses terapi narasi yang mengilustrasikan struktur pendekatan narasi (O'Hanlon, 1994, hlm. 25-26): y
Bekerja sama dengan klien dengan penerimaan satu sama lain terhadap masalah.
y
Mewujudkan masalah dan menghubungkan penekanan tujuan dan taktik untuk itu.
y
Selidiki bagaimana masalah mengganggu, mendominasi, atau mengecilkan hati klien.
y
Mintalah klien untuk melihat kisahnya dari perspektif yang berbeda dengan menawarkan perihal makna alternatif .
y
Temukan saat-saat ketika klien tidak didominasi atau berkecil hati oleh masalah dengan mencari pengecualian terhadap masalah.
20
Postmodern Approach
y
Carilah bukti-bukti terdahulu untuk mendukung pandangan baru klien dengan kompetensi yang cukup untuk berjuang, kalah, atau melarikan diri dari dominasi atau penindasan dari masalah. (Pada tahap ini identitas seseorang dan kisah hidupnya mulai ditulis ulang.)
y
Mintalah klien untuk berspekulasi mengenai masa depan macam apa yang dapat diharapkan dari orang yang kuat, munculnya kompetensi seseorang. Klien menjadi bebas dari cerita masalah-kejenuhan masa lalu, ia dapat membayangkan dan merencanakan masa depan yang tidak terlalu bermasalah.
y
Cari atau buat penonton memahami dan mendukung cerita baru. Tidaklah cukup untuk membacakan cerita baru. Klien perlu cerita baru dalam hidup di luar terapi. Karena masalah seseorang awalnya dikembangkan dalam konteks sosial, penting untuk melibatkan lingkungan sosial dalam mendukung kisah kehidupan baru yang telah muncul dalam percakapan dengan terapis.
Tujuan Terapi
Tujuan
umum
terapi
narasi
adalah
mengundang
orang
untuk
menggambarkan pengalaman mereka dalam bahasa yang baru dan segar.Dalam melakukan ini, mereka membuka pandangan baru dari apa yang mungkin. Bahasa baru ini memungkinkan klien untuk mengembangkan makna-makna baru untuk masalah pikiran, perasaan, dan perilaku (Freedman & Combs, 1996).
Fungsi dan Peran Terapis
Terapis narasi adalah fasilitator aktif. Konsep perawatan, perhatian, rasa hormat, keterbukaan, empati, hubungan, dan bahkan pesona dipandang sebagai suatu keharusan relasional. Tugas utama terapis adalah membantu klien membangun alur cerita pilihan. Terapis narasi mengadopsi ciri sikap mental dari rasa hormat dan bekerja dengan klien untuk mengeksplor dampak dari masalah pada mereka dan apa yang mereka lakukan untuk mengurangi efek dari masalah ( Winslade & Monk,
21
Postmodern Approach
1999). Salah satu fungsi utama terapis adalah menanyakan pertanyaan-pertanyaan dari klien dan, berdasarkan pada jawaban, menghasilkan pertanyaan lebih lanjut.
Hubungan Terapi
Tempat terapis narasi sangat penting terhadap kualitas seorang terapis dalam usaha terapi. Beberapa di antaranya mencakup sikap optimisme dan rasa hormat, keingintahuan dan ketekunan, menghargai pengetahuan klien, dan menciptakan semacam hubungan spesial yang ditandai dengan sebuah dialog pembagian kekuasaan yang nyata ( Winslade & Monk, 1999). Kerjasama, rasa iba, refleksi, dan penemuan merupakan ciri hubungan terapeutik. Jika hubungan ini benar-benar
kolaboratif,
terapis
harus
menyadari
bagaimana
kekuasaan
memanifestasikan dirinya dalam praktek profesional. Ini tidak berarti bahwa terapis tidak memiliki otoritas sebagai seorang profesional. Dia menggunakan otoritas ini, bagaimanapun, dengan memperlakukan klien sebagai ahli dalam kehidupan mereka sendiri. Winslade,
Crocket, dan Monk (1997) menjelaskan kerjasama ini sebagai
coauthoring atau berbagi otoritas. Klien berfungsi sebagai penulis ketika mereka memiliki otoritas untuk berbicara atas nama mereka sendiri. Dalam pendekatan narasi, terapis ± sebagai ahli digantikan oleh klien ± sebagai ahli. Gagasan ini menantang sikap terapis sebagai ahli bijaksana dan a hli mengetahui. 3.
APLIKASI: TEKNIK DAN PROSEDUR TERAPI
Aplikasi efektif terapi naratif lebih tergantung pada terapis sikap atau perspektif dari pada teknik. Dalam praktek terapi naratif, ada resep, tidak ada agenda yang ditetapkan, dan tidak ada rumus yang dapat mengikuti terapis untuk memastikan hasil positif (Drewery &
Winslade,
1997). Ketika eksternalisasi
pertanyaan didekati terutama sebagai teknik, intervensi tersebut akan dangkal, dipaksa, dan tidak mungkin untuk menghasilkan efek terapeutik yang signifikan (Freedman & Combs, 1996; O'Hanlon, 1994). Jika konseling dilakukan dengan menggunakan pendekatan rumus, klien akan merasa bahwa hal-hal sedang dilakukan kepada mereka dan merasa ditinggalkan pembicaraan (Monk, 1997).
22
Postmodern Approach
Terapi narasi dalam perjanjian erat dengan posisi Carl Rogers yang menekankan cara terapis menjadi sebagai lawan menjadi teknik didorong. Sebuah pendekatan naratif untuk konseling lebih dari penerapan keterampilan, melainkan didasarkan pada terapi karakteristik pribadi yang menciptakan iklim yang mendorong klien untuk melihat kisah mereka dari perspektif yang berbeda. Pendekatan ini juga merupakan ekspresi sikap etis, yang didasarkan pada kerangka filosofis. Hal ini dari kerangka konseptual bahwa praktek-praktek yang diterapkan untuk membantu klien dalam menemukan arti baru dan kemungkinankemungkinan baru dalam hidup mereka ( Winslade & Monk, 1999). Pertanyaan-dan Pertanyaan Lebih
Narasi pertanyaan terapis yang bertanya mungkin tampak tertanam dalam percakapan yang unik, bagian dari dialog tentang dialog sebelumnya, peristiwa penemuan unik, atau eksplorasi proses budaya yang dominan dan imperatif. Apapun tujuannya, pertanyaan sering lingkaran, atau relasional, dan mereka berusaha untuk memberi klien dalam cara-cara baru. Untuk menggunakan Gregory Bateson's (1972) ungkapan terkenal, mereka adalah pertanyaan untuk mencari perbedaan yang akan membuat perbedaan. Bateson berpendapat bahwa kita belajar dengan membandingkan pada fenomena dengan yang lain dan menemukan apa yang disebut "berita perbedaan." Terapi narasi menggunakan pertanyaan sebagai cara untuk menghasilkan pengalaman lebih karena untuk mengumpulkan informasi. Tujuan bertanya adalah untuk semakin menemukan atau membangun pengalaman klien sehingga terapis memiliki apa rasa arah untuk mengejar. Pertanyaan selalu bertanya dari posisi hormat, keingintahuan, dan keterbukaan. Terapis menanyakan pertanyaan dari posisi tidak tahu, berarti bahwa mereka tidak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang mereka pikir mereka sudah tahu jawabannya. Biksu (1997) menggambarkan sikap ini sebagai berikut: Berbeda dengan, normatif mengetahui sikap, narasi cara kerja mengajak para konselor untuk mengambil, investigasi eksplorasi, posisi arkeologi.
23
Postmodern Approach
dia menunjukkan kepada klien bahwa menjadi konselor tidak menyiratkan akses privilaged kebenaran. Secara konsisten konselor berperan dalam mencari pemahaman pengalaman klien. Terapis menggunakan pendekatan narasi ingin mengambil terpisah, atau mendekonstruksi, wacana yang mendukung keberadaan masalah. Melalui proses bertanya, terapis memberikan klien kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai dimensi situasi kehidupan mereka. Melakukan hal ini membantu membawa keluar asumsi budaya tak tertulis yang memberikan kontribusi pada pembangunan asli masalah. Para terapis yang tertarik untuk mengetahui bagaimana masalah pertama menjadi jelas, dan bagaimana mereka telah mempengaruhi pandangan klien dari diri mereka sendiri (Monk, 1997). Terapi narasi berupaya untuk menyatukan orang-orang dalam mendekonstruksi cerita masalah jenuh, mengidentifikasi arah pilihan, dan membuat cerita alternatif yang mendukung arah pilihan (Freedman & Combs, 1996). Eksternalisasi dan Dekonstruksi
Terapi narasi tradisional berbeda dari banyak di percaya bukan orang yang masalah, tetapi masalah yang masalah. Hidup kehidupan berarti berkaitan dengan masalah, tidak menyatu dengan mereka. Masalah dan masalah jenuh cerita berdampak pada masyarakat dan dapat mendominasi hidup dengan cara yang sangat negatif. Asumsi tentang masalah yang diterima secara tidak kritis membatasi
kesempatan
bagi
klien
dan
terapis
untuk
mengeksplorasi
kemungkinan-kemungkinan baru untuk perubahan (McKenzie & Monk, 1997). Terapi narasi membantu klien mendekonstruksi cerita-cerita bermasalah ini dengan pembongkaran yang diambil untuk diberikan asumsi akurat yang dibuat mengenai suatu peristiwa, yang kemudian terbuka kemungkinan alternatif untuk hidup (Bertolino & O'Hanlon, 2002;
Winslade
& Monk, 1999).
Eksternalisasi merupakan suatu proses untuk mendekonstruksi kekuatan naratif dan memisahkan seseorang dari mengidentifikasi dengan masalah dan kadang-kadang memberi nama.
White
(1992) mengusulkan suatu obyektifikasi
24
Postmodern Approach
masalah yang orang mencari terapi bukannya objektifikasi orang melalui penugasan deskripsi total seperti gangguan kepribadian. Ketika klien dari proses terapeutik Ketika klien melihat "menjadi" masalah, mereka terbatas dalam cara mereka dapat secara efektif menangani masalah ini. Dampak dari pergeseran ini bahasa halus memungkinkan klien untuk mengalami masalah seperti yang terletak di luar diri mereka sendiri. Alih-alih menjadi masalah, individu memiliki hubungan dengan masalah tersebut. Misalnya, ada cukup perbedaan antara label seseorang alkoholik dan menunjukkan alkohol yang telah menyerang hidupnya. Memisahkan masalah dari memfasilitasi individu harapan dan memungkinkan klien untuk mengambil versus berdiri sebuah alur cerita tertentu, seperti menyalahkan
diri
sendiri.
Dengan
memahami
budaya
undangan
untuk
menyalahkan diri sendiri, klien bisa mendekonstruksi ini alur cerita dan menghasilkan yang lebih positif, penyembuhan cerita. Kebanyakan klien mungkin tidak mengidentifikasi efek dari sebuah cerita masalah, mungkin karena mereka takut menjadi kewalahan ol eh kesulitan mereka. Metode yang digunakan untuk memisahkan seseorang dari masalah disebut sebagai eksternalisasi percakapan. Metode ini sangat berguna ketika orang telah diagnosis dan label yang belum memvalidasi atau pemberdayaan proses perubahan (Bertino & O'Hanlon, 2002). Konservasi eksternalisasi melawan menindas, masalah jenuh cerita, dan memberdayakan klien untuk merasa kompeten untuk menangani masalah yang mereka miliki. Dua cara untuk penataan eksternalisasi percakapan adalah (1) untuk memetakan pengaruh masalah dalam kehidupan seseorang, atau (pengaruh 2) untuk memetakan hidup orang tersebut pada pengembangan masalah (McKenzie & Monk, 1997). Pengaruh pemetaan masalah pada orang yang menghasilkan banyak informasi yang berguna dan sering mengakibatkan orang merasa kurang malu dan menyalahkan. Orang merasa didengarkan dan dipahami ketika pengaruh dieksplorasi masalah dengan cara sistematis. Bila pemetaan ini dilakukan dengan
25
Postmodern Approach
hati-hati, itu meletakkan dasar untuk co-authoring sebuah alur cerita baru untuk klien. Sebuah pertanyaan umum adalah, "Kapan masalah ini pertama muncul dalam hidup Anda?" Tugas terapis adalah membantu klien dalam melacak masalah dari dengan bertanya, "Jika masalah itu terus selama satu bulan (atau setiap periode waktu), apa yang akan ini bagi Anda?" Pertanyaan ini bisa memotivasi klien untuk bergabung dengan terapis dalam memerangi dampak efek masalah itu. Pengaruh pemetaan kehidupan seseorang pada pengembangan masalah sering menyebabkan klien menjadi sadar bahwa masalah ini tidak sepenuhnya mendominasi hidupnya. Ada beberapa hal ketika klien secara efektif menangani masalah ini. Pemetaan semacam ini dapat membantu klien yang kecewa dengan masalah melihat beberapa harapan untuk kehidupan yang berbeda. Mencari terapis ini "saat gemerlap" ketika mereka terlibat dalam percakapan dengan klien eksternalisasi ( White & Epston, 1990). Menjadi tokoh Brandon menggambarkan percakapan eksternalisasi. Brandon mengatakan bahwa ia sedang marah terlalu banyak, terutama ketika merasa bahwa istrinya adalah tidak adil mengkritik dia: "Saya hanya marah besar! Aku meninggalkannya, menjadi marah, melawan. Kemudian, aku berharap aku tidak, tapi sudah terlambat . Aku sudah mengacau lagi "Meskipun pertanyaan tentang bagaimana kemarahannya terjadi, lengkap dengan contoh spesifik dan peristiwa, akan membantu bagan pengaruh masalah., itu benar-benar pertanyaan pertanyaan seperti ini yang mengeksternalisasi masalah:" Apa misi kemarahan, dan bagaimana cara merekrut Anda ke dalam misi ini?" "Bagaimana mendapatkan kemarahan Anda, dan bagaimana menipu Anda agar membiarkan ini menjadi begitu kuat?" "Apa kemarahan dimintakan dari padamu, dan apa yang terjadi pada Anda ketika Anda memenuhi persyaratan-nya?" Mencari untuk hasil unik
Dalam
pertanyaan
pendekatan
narasi,
eksternalisasi
diikuti
oleh
pertanyaan seacrhing untuk hasil yang unik. Pembicaraan terapis kepada klien
26
Postmodern Approach
tentang saat-saat pilihan atau sukses tentang masalah. Hal ini dilakukan dengan memilih untuk perhatian setiap pengalaman yang berdiri terpisah dari cerita masalah, terlepas dari betapa penting mungkin tampaknya klien. Terapis mungkin bertanya: "Apakah pernah ada waktu di mana kemarahan Anda ingin mengambil alih, dan Anda melawan? Apa itu seperti untuk Anda Bagaimana? Anda melakukannya?" Pertanyaan-pertanyaan ini ditujukan untuk menyoroti masalah ketika belum terjadi atau ketika masalah telah ditangani dengan berhasil. Hasil unik sering bisa ditemukan masa lalu atau masa kini, tetapi mereka juga dapat mengambil "Menjelajahi pertanyaan seperti ini? Memungkinkan klien untuk melihat kemarahan yang mungkin. Ini adalah laporan dalam hasil yang unik, gerbang yang disediakan untuk wilaya h alternatif orang hidup ( White, 1992). Berikut deskripsi peristiwa yang unik,
White
(1992) menyarankan
mengajukan pertanyaan, baik langsung maupun tidak langsung, yang mengarah ke cerita lebih jelas menyatakan: y
Apa yang Anda pikir ini bercerita tentang apa yang telah Anda ingin lebih hidup dan tentang apa yang Anda telah mencoba dalam hidup Anda?
y
Bagaimana menurut Anda mengetahui hal ini telah mempengaruhi pandangan saya dari Anda sebagai pribadi?
y
Dari semua orang-orang yang telah mengenal Anda, yang akan sedikit terkejut bahwa Anda telah mampu mengambil langkah dalam menghadapi pengaruh masalah dalam hidup Anda?
y
Apa tindakan yang mungkin Anda melibatkan diri jika kamu adalah untuk lebih sepenuhnya merangkul pengetahuan tentang siapa Anda?
Perkembangan hasil cerita yang unik menjadi kisah-kisah solusi adalah apa yang difasilitasi oleh
Epston dan
White
(1992) panggilan "sirkulasi
pertanyaan" : y
Sekarang bahwa Anda telah mencapai titik ini dalam kehidupan, siapa lagi yang harus tahu tentang hal itu?
27
Postmodern Approach
y
Saya rasa ada beberapa orang yang memiliki pandangan kedaluwarsa Anda sebagai pribadi. Apa ide yang Anda miliki tentang memperbarui pandangan-pandangan ini?
y
Jika orang lain mencari terapi untuk alasan yang sama yang Anda lakukan, bisa aku berbagi dengan mereka semua penemuan penting yang telah Anda buat? (Hal. 23)
Pertanyaan-pertanyaan ini tidak bertanya seperti rentetan kata-kata. Mempertanyakan merupakan bagian integral dari konteks percakapan narasi, dan setiap pertanyaan adalah sensitif peka terhadap tanggapan dibawa oleh pertanyaan sebelumnya ( White, 1992). McKenzie dan Monk (1997) menunjukkan bahwa terapis meminta izin dari klien sebelum mengajukan serangkaian pertanyaan. Dengan membiarkan klien tahu bahwa mereka tidak memiliki jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka ajukan, terapis yang menempatkan klien dalam mengendalikan proses terapeutik. Meminta izin dari klien untuk menggunakan quetioning persisten cenderung untuk meminimalkan risiko secara tidak sengaja menekan klien. Alternative Cerita dan Kembali pada Penulis
Membangun cerita baru berjalan di dekonstruksi tangan, dan terapis narasi bukan untuk mendengarkan cerita-cerita baru. Orang-orang dapat terus-menerus dan penulis aktif kembali kehidupan mereka, dan terapis narasi mengundang klien untuk cerita alternatif penulis melalui "hasil unik" atau sesuatu yang tidak diprediksi dengan masalah jenuh cerita (Freedman & Combs, 1996). Para terapis narasi meminta pembukaan: "Apakah Anda pernah bisa melarikan diri dari pengaruh masalah?" Para terapis mendengarkan petunjuk ke kompetensi dalam tengah cerita problematik dan membangun sebuah kisah kompetensi sekitarnya. Titik balik dalam narasi interview datang ketika klien membuat pilihan apakah untuk tetap tinggal dengan masalah jenuh cerita atau menciptakan sebuah
28
Postmodern Approach
cerita alternatif (Winslade & Monk, 1999). Melalui penggunaan kemungkinan pertanyaan unik, para terapis bergerak fokus ke masa depan. Sebagai contoh: "Mengingat apa yang telah Anda pelajari tentang diri Anda, apa itu tindakan akan membimbing Anda untuk melakukan lebih banyak?" Pertanyaan seperti itu mendorong orang untuk merenungkan apa yang telah dicapai saat ini dan apa langkah berikutnya mungkin. Terapis bekerja dengan klien secara kolaboratif dengan membantu mereka membangun lebih koheren dan komprehensif cerita (Neimeyer, 1993). Apakah terlibat dalam percakapan yang mengalir bebas atau terlibat dalam serangkaian pertanyaan dalam proses yang relatif konsisten, narasi dan proses dari orang yang mereka layani. Putih dan Epston (1990) penyelidikan ke dalam peristiwa unik mirip dengan pertanyaan kecuali solusi terfokus terapis. Keduanya berusaha untuk membangun kompetensi yang sudah ada dalam pribadi. Perkembangan cerita alternatif, atau narasi, adalah berlakunya harapan utama: Hari ini adalah hari pertama dari sisa hidup Anda. Mendokumentasikan
Bukti
Narasi praktisi percaya bahwa cerita baru memegang hanya ketika ada penonton untuk menghargai dan mendukung mereka. Dengan demikian, penonton menghargai pembangunan baru sadar mencari pemirsa untuk mendapatkan berita bahwa perubahan berlangsung perlu terjadi jika cerita alternatif untuk tetap hidup (Andrews & Clark, 1996). Salah satu teknik untuk mengkonsolidasikan membuat keuntungan klien adalah dengan menulis surat. Narasi surat ditulis oleh rekaman sesi terapis dan mungkin mencakup deskripsi eksternalisasi masalah dan pengaruhnya terhadap klien serta penjelasan tentang kekuatan dan kemampuan klien diidentifikasi dalam sesi. Surat ini menyoroti perjuangan klien memiliki masalah tersebut dan menarik perbedaan antara masalah jenuh cerita dan kisah baru dan prioritas utama berkembang (McKenzie & Monk, 1997). Surat-surat ini sering dikirimkan kepada klien antara sesi (Andrews, Clark, & Baird, 1997).
29
Postmodern Approach
Epson telah mengembangkan sebuah fasilitas khusus untuk menjalankan dialog sesi terapi antara pemikiran penggunaan huruf ( White & Epson, 1990). Surat-suratnya lama, mencatat proses wawancara dan kesepakatan yang dicapai, atau pendek, menyoroti arti atau pemahaman yang dicapai dalam sesi dan mengajukan pertanyaan yang telah terjadi padanya sejak akhir kunjungan terapi sebelumnya. Surat-surat ini juga digunakan untuk mendorong klien, mencatat kekuatan dan prestasi dalam rangka menangani masalah atau mencatat makna prestasi mereka bagi orang lain dalam komunitas mereka.
Winslade
dan Monk
(1999) mencatat bahwa surat mendokumentasikan perubahan yang telah dicapai klien cenderung memperkuat pentingnya perubahan, baik untuk klien dan lain-lain dalam kehidupan klien David Nylund, seorang pekerja sosial klinis, menggunakan huruf narasi sebagai bagian dasar prakteknya. Nylund menggambarkan suatu kerangka kerja konseptual dia telah menemukan kegunaan dalam penataan surat kepada kliennya (Nylund & Thomas, 1994): y
Paragraf pengantar menghubungkan klien untuk sesi terapi sebelumnya.
y
Laporan meringkas pengaruh masalah telah dan akan terjadi terhadap klien.
y
Pertanyaan terapis memikirkan setelah sesi akan diajukan kepada klien. Pertanyaan
yang
mungkin
relevan
dengan
cerita
alternatif
yang
berkembang. y
Surat dokumen unik hasil atau pengecualian untuk cerita masalah yang muncul selama sesi. Pada saat-saat, mengutip langsung dari klien yang digunakan.
Nylund dan Thomas (1994) berpendapat bahwa surat-surat narasi memperkuat pentingnya membawa apa yang dipelajari di kantor terapi untuk kehidupan seharihari. Pesan yang disampaikan adalah bahwa berpartisipasi sepenuhnya di dunia adalah lebih penting daripada berada di kantor terapi. Dalam survei informal persepsi nilai surat narasi oleh klien masa lalu, nilai rata-rata surat yang sama
30
Postmodern Approach
dengan lebih dari tiga sesi masing-masing. Temuan ini konsisten dengan pernyataan McKenzie dan Monk (1997) : "Beberapa konselor narasi telah menyarankan bahwa surat yang baik-terdiri mengikuti sesi terapi ata u sebelumnya lain dapat sama dengan sekitar lima reguler sesi". Narasi dampak dalam jumlah sesi terkecil. Teknik terapi yang digunakan oleh narasi dan terapis yang berfokus pada solusi. Seperti yang Anda telah lihat, penekanan pada pendekatan ini adalah pada kekuatan masyarakat dan sumber daya-psikologis, emosional, sosial, dan spiritual. Proses terapi ini ditandai dengan kolaborasi, menghormati kemampuan klien perubahan, dan menciptakan konteks yang memungkinkan munculnya possilities baru untuk hidup. Lihat Kasus Pendekatan konseling dan psikoterapi (Corey, 2005, bab 11). Untuk contoh konkret cara narasi terapis bekerja dengan banyak teknik ini sebagai nasihat Dr Gerald Monk Ruth. Pada bagian berikut, beberapa konsep dan prosedur terapeutik dari solusi-terfokus dan pendekatan naratif dan diterapkan pada Stan-klien tertentu. D. TERAPI POSTMODERN DARI PERSPEKTIFMULTIKULTURAL Kontribusi terhadap Konseling Multikultural
Konstruksionis
sosial
memiliki
kesamaan
dengan
filosofi
dari
multikulturalisme. Salah satu masalah yang secara kultur berbeda-beda dan sering dialami oleh pasien adalah harapan bahwa mereka seharusnya menyesuaikan kehidupan mereka pada kebenaran dan realita masyarakat yang dominan. Dengan menekankan pada keragaman realita dan asumsi bahwa apa yang dirasakan menjadi
kenyataan
merupakan
hasil
dari
konstruksi
sosial.
Pendekatan
postmodern merupakan pendekatan yang cocok dengan sudut pandang dunia yang beragam. Pendekatan konstruksionis sosial pada terapi memperlengkapi pasiennya dengan kerangka pikiran untuk berpikir tentang pemikiran mereka dan untuk menentukan akibat dari cerita mereka. Pasien didorong untuk mengeksplor bagaimana realita dibentuk dan konsekuensi yang mengikuti dari pembentukan 31
Postmodern Approach
tersebut. Dalam kerangka berpikir dari nilai kebudayaan mereka dan sudut pandang dunia, pasien dapat mengeksplor keyakinan mereka dan memberikan interpretasi ulang dari signifikansi peristiwa kehidupan mereka pribadi. Seorang praktisi dengan perspektif konstruktifis sosial dapat membantu pasien dalam hal perilaku yang berkenaan dengan nilai-nilai yang digarisbawahi. Dimensi ini sangatlah penting dalam kasus tersebut dimana seorang konselor
berasal dari
latarbelakang budaya yang berbeda atau tidak memiliki sudut pandang yang sama dengan pasiennya. Terapi narasi berkesesuaian dalam konteks sosial budaya, yang membuat pendekatan ini relevan diterapkan pada konseling pasien dengan perbedaan budaya. Kebanyakan pendekatan postmodern yang telah didiskusikan di buku ini berdasarkan pada asumsi bahwa masalah ada dalam diri individu. Beberapa model tradisional mendefinisikan kesehatan mental dalam istilah nilai kebudayaan yang dominan. Di sisi lain, seorang terapis narat if mengoperasikan dasar pikiran bahwa beberapa masalah diidentifikasi dala m sosial, budaya, politik, dan konteks lainnya yang berhubungan dari pada keberadaan dalam individu. Mereka sangat konsen dengan pertimbangan isu gender, etnis, ras, orientasi seksual, dan kelas sosial dalam proses terapi. Lebih lanjut lagi, terapi resiko memberikan perhatian pada kontruksi dialog sosial dan penilaian naratif yang dideskripsikan oleh pasien. Seorang terapis naratif konsentrasi pada cerita masalah yang mendominasi dan menunjukan pada personal, sosial, dan level budaya. Konsep sosial politik dari masalah membuka jalan pada maksud dari budaya dan praktek memproduksi naratif yang dominan dan menyesakkan. Dari orientasi ini, praktisi mengambil bagian pada asumsi budaya yang merupakan bagian dari situasi masalah pasien. Seseorang mampu mencapai pemahaman bagaimana praktek penekanan sosial mempengaruhi mereka. Kepedulian ini dapat mengarahkan pada perspektif baru pada tema dominan dari tekanan telah menjadi bagian dari cerita sang pasien, dan dengan budaya kepedulian ini, cerita baru dapat dimunculkan.
32
Postmodern Approach
Dalam diskusi mereka tentang pengaruh multikultural pada pasien, Bertolin dan O¶Hanlon (2002) membuat poin penting bahwa mereka tidak dapat mendekati pasien dengan mempertimbangkan maksud dari pengalaman mereka. Malahan, mereka belajar dari pasien mereka tentang pengalaman dunia. Bertolino dan O¶Hanlon mempraktekan keingintahuan multi-budaya melalui mendengarkan dengan sangat perhatian terhadap pasien mereka yang sebenarnya menjadi guru terbaik. Berikut ini beberapa pertanyaan yang penulis sarankan sebagai cara untuk untuk memahami dengan penuh pengaruh multi-budaya pada pasien: 1.
Ceritakan lebih banyak lagi tentang pengaruh [beberapa aspek dari budaya anda] yang paling mempengaruhi hidup anda.
2.
Apa yang bisa anda bagi pada saya tentang latar belakang anda sehingga saya bisa lebih memahami diri anda?
3.
Tantangan apa yang harus anda hadapi dala m budaya anda?
4.
Jika ada, apakah ada latar belakang yang menyulitkan anda?
5.
Bagaimana anda menggambarkan kekuatan dan sumber-sumber budaya anda? Sumber apakah yang dapat anda gambarkan?
Pertanyaan semacam
ini dapat
membuka jalan pada
pengaruh
multicultural yang menjadi sumber atau yang berkontribusi pada masalah pasien. Pembatasan untuk Konseling Multikultural
Sebuah pembatasan potensial dari pendekatan postmodern menyinggung pada ³pengetahuan mental´, seorang terapis berasumsi bersamaan dengan asumsi dari ³pasien sebagai sang ahli´. Individu dari banyak kelompok budaya yang berbeda cenderung meningkatkan professional sebagi ahli yang akan menawarkan petunjuk dan solusi bagi seseoarng yang mencari bantuan. Jika terapis berkata pada pasien ³saya tidak begitu ahli ; andalah ahlinya; saya percaya pada sumbersumber anda untuk mencari solusi dari masalah anda´, lalu hal ini berkemungkinan menimbulkan berkurangnya kepercayaan pada terapis. Untuk menghindari situasi ini, terapis menggunakan fokus solusi atau orientasi naratif yang butuh untuk menyampaikan pada pasien bahwa dia telah memiliki keahlian
33
Postmodern Approach
dalam proses terapi tapi tidak akan menggabungkan secara langsung sang pasien dalam perilaku yang kontras terhadap t ujuan mereka yang sudah digarisbawahi.
34