BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Di zaman sekarang, fenomena LGBT semakin ramai diperbincangkan. Hal tersebut disebabkan banyaknya pemberitaan LGBT itu sendiri. Kemudian diangkatnya wacana atau sosok LGBT dalam media popular. Sehingga masyarakat semakin familiar. Sehingga LGBT sekarang menjadi trending topic di kalangan semua usia. LGBT tidak mengenal batasan usia, jenis kelamin, status sosial maupun pekerjaan bahkan agama. Tak jarang mucul olokan yang ditujukan pada anggota LGBT khususnya gay. Hal-hal seperti ini,opini pribadi akan ketidaksukaan pada gay atau LGBT secara umum akan muncul, kemudian bergulir menjadi opini publik melahirkan pandangan gay itu mengganggu dan membahayakan apalagi jika ia dalam lingkungan sekolah. Dengan anggapan utama gay dapat menular, serta dengan sengaja menularkan. Artinya, masih ada mispersepsi publik terhadap persoalan LGBT. Masih adanya pandangan buruk masyarakat membuat seorang gay mesti sedikit mlipir alias menyingkir atau menepi. Mereka kemudian tidak bebas memilih kawan, juga tidak leluasa berekspresi sebagai bagian masyarakat sekolah. Akibatnya seorang gay ini harus berhati-hati jika ingin berekspresi. Bahkan dalam mencari teman cerita, tidak sembarang orang dapat dijadikan tempat curhat yang baik. Maka dicarilah solusi paling baik menurut mereka, bahwa mereka harus mencari dan mendapatkan teman sesama gay di sekolah. sekolah. Dimulailah masa mencari teman sesama gay dalam lingkungan sekolah mereka. Mencari teman sesama gay dilakukan dengan berbagai cara, umumnya menggunakan jejaring sosial internet atau melalui kolega-kolega yang ada. Bukan dengan mendatangi seseorang secara acak lantas menodong men odong pertanyaan, bukan
1
pula asal mengubah seseorang menjadi gay.
Keberadaan teman sesama
gay
didasari butuhnya dukungan kawan senasib sependeritaan, agar ada teman berbagi sekaligus tempat mengadu. Setelah mendapatkan teman sesama gay, pertemuan pertemuan pun terjadi. Seseorang yang awalnya tidak saling mengenal dapat bertemu kawan baru, bahkan tidak menutup kemungkinan mendapatkan kekasih dari pertemuan ini. Atas dasar itu muncul wacana membuat perkumpulan khusus mereka dalam lingkup sekolah. Kelompok gay telah berdiri dan memiliki anggota. Anggotanya pun tersebar di berbagai lingkungan. Lantas dimana mereka bertemu ? Untuk mengatur pertemuan, apalagi membuat pertemuan di dalam kampus, masih menjadi tantangan bagi mereka. Mereka ragu dan mungkin sedikit takut untuk langsung terbuka. Sarana alternatif yang dianggap baik adalah melalui media jejaring sosial alias internet. Komunitas gay pasti memiliki grup, khusus anggotanya di situs Facebook yang tidak semua orang gampang temukan. Tidak semua anggota merasa dapat dengan cepat mengakses informasi tentang gay. Maka dibutuhkan alternatif lain agar informasi sampai lebih cepat. Aplikasi chatting atau obrolan digital bernama ”Line Mesengger” kemudian dipilih sebagai ruang interaksi dan komunikasi. Dunia maya
dianggap
mampu menghadirkan
sedikit
rasa
aman
bagi
mereka
berkomunikasi. Komunitas gay kini hadir dengan bentuk samar-samar, tersembunyi apik dalam jejaring sosial, pertemuan terbatas dan jauh dari tempat-tempat ramai sekolah.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud LGBT ? 2. Apakah dampak LGBT ? 3. Apa faktor penyebab penyimpangan seksual ? 4. Bagaimana sejarah dari LGBT ? 5. Bagaimana hukum LGBT di Indonesia ? 6. Bagaimana cara menyikapi pelaku LGBT ? 7. Apa usaha-usaha pencegahan penyimpangan sksual ? 8. Apa saja bentuk-bentuk penyimpangan sosial ?
C. Tujuan
1. Agar siswa dapat memahami LGBT 2. Agar siswa dapat mengerti pengaruh LGBT 3. Agar siswa dapat mengatasi pelaku LGBT
3
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian LGBT
LGBT adalah akronim dari Lesbian Lesbian Gay Biseksual and Transgender . Istilah LGBT sudah dikenal sejak tahun 1990 yang menggantikan sebuah frasa “Kelompok Gay”. Kadang-kadang Kadang-kadang LGBT sering disebut QLGBT yang berakronim Queer Lesbian Gay Biseksual and Transgender yang yang tercatat telah digunakan sekitar tahun 1996. Istilah ini sering muncul dikalangan kelompok yang sering menyukai sesama jenis, berganti jenis kelamin dan sejenis lainnya. Istilah ini sering ditemukan di Negara Amerika Serikat atau Negara yang menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa nasionalnya.
B. Sejarah LGBT
LGBT sudah ada sejak zaman dahulu, tetapi banyak yang menyebutkan dengan istilah “Gender Ketiga”. Ketiga”. Istilah ini sudah disebut-sebut sejak tahun 1960. Istilah pertama yang digunakan dahulu adalah “ Homoseksual”. Homoseksual”. Tetapi istilah ini mengandung konotasi negative. Akronim LGBT kadang-kadang digunakan di Amerika Serikat dimulai dari sekitar tahun 1988. Baru pada tahun 1990-an istilah ini banyak digunakan. Frase Gay dan Lesbian menjadi lebih umum setelah identitas kaum Lesbian terbentuk. Pada tahun 1970, Daughter of Bilitis menjadikan isu feminisme atau hak kaum gay sebagai prioritas. Perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan dipandang bersifat patriarkal oleh feminis lesbian. Banyak feminis lesbian yang menolak
bekerja
sama
dengan
kaum
gay. Lesbian
yang
lebih
berpandangan esensialis berpandangan esensialis merasa bahwa pendapat feminis lesbian yang separatis dan beramarah itu merugikan hak-hak kaum gay. Selanjutnya, kaum biseksual dan transgender juga meminta pengakuan dalam komunitas yang lebih besar. Setelah euforiakerusuhan euforiakerusuhan Stonewall mereda,
4
dimulai dari akhir 1970-an dan awal 1980-an, terjadi perubahan pandangan. Beberapa
gay
dan
lesbian
kaum biseksual dan transgender. dan transgender. Kaum
menjadi transgender
kurang dituduh
terlalu
menerima banyak
membuat stereotip membuat stereotip dan biseksual. Hanyalah gay atau lesbian yang takut untuk mengakui identitas seksual mereka. Setiap komunitas yang disebut dalam akronim LGBT telah berjuang untuk mengembangkan identitasnya masing-masing. Seperti apakah, dan bagaimana bersekutu dengan komunitas lain, konflik tersebut terus berlanjut hingga kini. Meskipun komunitas LGBT menuai kontroversi mengenai penerimaan universal atau kelompok anggota yang berbeda (biseksual dan transgender kadangkadang dipinggirkan oleh komunitas LGBT), istilah ini dipandang positif. Walaupun singkatan LGBT tidak meliputi komunitas yang lebih kecil (lihat bagian Ragam di bawah), akronim ini secara umum dianggap mewakili kaum yang tidak disebutkan. Secara keseluruhan, penggunaan istilah LGBT telah membantu mengantarkan orang-orang yang terpinggirkan ke komunitas umum. Aktris transgender Candis transgender Candis Cayne pada Cayne pada tahun 2009 menyebut komunitas LGBT sebagai "minoritas besar terakhir", dan menambahkan bahwa "Kita masih bisa diganggu secara terbuka" dan "disebut di televisi."
C. Faktor Penyebab Penyimpangan Seksual
Dari sekian banyak faktor penyebab penyimpangan seksual , faktor , faktor sosial atau pergaulan merupakan faktor terbesar yang menjadi penyebab homoseksual, sekali pernah merasakan hubungan seksual (seperti sodomi misalnya), terus jadi ketularan walaupun tidak sepenuhnya gay gay tapi faktor ini juga bisa menyebabkan Biseksual, jadi Ke-lawan jenis ok ke-sesama jenis tidak masalah. Kemudian Faktor Kemudian Faktor penyebab kedua adalah faktor trauma atau korban perkosaan pada p ada masa kecil , dari beberapa kasus yang pernah masuk ke berita-berita televesi, hampir ditemukan kesamaan latar belakang riwayat pada mereka yang mengalami penyimpangan
5
seksual menceritakan bahwa mereka pernah disiksa atau memiliki ayah yang suka menyiksa, atau pernah diperkosa oleh orang-orang terdekat. Mereka yang menjadi homo dari faktor ini biasanya menyadari kalau mereka tidak semestinya menyukai sesama jenisnya, tetapi dari sesama jenisnya misalnya dalam hal ini ibu dapat memberikan perlindungan atau orang yang tidak memberikan kekerasan fisik atau karena memendam kebencian yang dalam secara terus menerus di alam bawah sadarnya pada ayah maka ia tumbuh menjadi seorang homo, terus untuk mereka yang pernah diperkosa, dengan mereka menjadi homo dikarenakan mereka membalas dendam kepada orang lain dengan menjadi atau berperilaku homo. Kebanyakan dari kasus trauma masa kecil atau diperkosa ini dapat recover tetapi memerlukan penanganan atau therapy dari psikolog yang memang bisa menanganin kasus-kasus seperti ini dan memakan waktu yang tidaksebentar. Faktor terkecil penyebab Homoseks terakhir adalah faktor penyebab dari herediter atau keturunan alias bawaan,dimana secara rootedness atau garis keturunan ada buyutnya yang punya riwayat homo kasus homoseksualitas. homoseksualitas. Terus perlu ditekankan bahwa yang disebabkan oleh faktor ini, menduduki peringkat terakhir penyebab terjadinyapenyimpangan seksual, karena prosesnya genetis, jadi ada bayi yang terlahir dengan susunan kromosom yang tidak pada umumnya, kalau cewe XX tapi terlahir dengan alat kelamin seperti cowok,yang diasumsikan penis ternyata itu adalah klitoris, terus ada juga yang secara fisik dia bayi cowok tapi susunan kromosomnya XY, tapi struktur fisik genitalianya(alat kelaminnya) tidak normal sebesar cabe atau bahkan tidak punya penis hal ini sangat kasuistik atau jarang-jarang sekali terjadi terjadi.
D. Dampak LGBT
Dampak dari LGBT dikelompokkan sebagai berikut : 1. Dampak Kesehatan a. 78% pelaku homo seksual terjangkit penyakit kelamin menular 6
2. Dampak Sosial a. Penelitian menyatakan “seorang gay mempunyai pasangan antara 20-106 orang per tahunnya. Sedangkan pasangan zina seseorang tidak lebih dari 8 orang seumur hidupnya”. b. 43% dari golongan kaum gay yang berhasil didata dan diteliti menyatakan bahwa selama hidupnya mereka melakukan homo seksual dengan lebih dari 500 org. 28% melakukannya dengan lebih dari 1000 orang. 79% dari mereka mengatakan bahwa pasangan homonya tersebut berasal dari orang yang tidak dikenalinya sama sekali. 70% dari mereka hanya merupakan pasangan kencan satu malam atau beberapa menit saja.
3. Dampak Pendidikan Adapun dampak pendidikan di antaranya yaitu siswa ataupun siswi yang menganggap dirinya sebagai homo menghadapi permasalahan putus sekolah 5 kali
lebih
besar
daripada
siswa
normal
karena
mereka
merasakan
ketidakamanan. Dan 28% dari mereka dipaksa meninggalkan sekolah.
4. Dampak Keamanan Kaum homo seksual menyebabkan 33% pelecehan seksual pada anak-anak di Amerika Serikat. Padahal populasi mereka hanyalah 2% dari keseluruhan penduduk Amerika. Hal ini berarti 1 dari 20 kasus homo seksual merupakan pelecehan seksual pada anak-anak, sedangkan dari 490 kasus perzinaan 1 di antaranya merupakan pelecehan seksual pada anak-anak. Meskipun penelitian saat ini menyatakan bahwa persentase sebenarnya kaum homo seksual antara 1-2% dari populasi Amerika, namun mereka menyatakan bahwa populasi mereka 10% dengan tujuan agar masyarakat beranggapan bahwa jumlah mereka banyak dan berpengaruh pada perpolitikan dan perundang-undangan masyarakat. 7
E. Hukum LGBT di Indonesia
Sejauh
ini
hukum
nasional
Indonesia
tidak
mengkriminalisasikan
homoseksualitas. Hukum homoseksualitas. Hukum pidana nasional tidak melarang hubungan seksual pribadi dan hubungan homoseksual non-komersial antara orang dewasa yang saling bersetuju. Hal ini berarti, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tidak menganggap perbuatan homoseksual sebagai suatu tindakan criminal, selama tidak melanggar hukum-hukum lain yang lebih spesifik, antara lain hukum yang mengatur mengenai perlindungan anak, kesusilaan, pornografi, pelacuran, dan kejahatan pemerkosaan. Perbuatan homoseksual tidak dianggap sebagai tindakan kriminal, selama hanya dilakukan oleh orang dewasa (tidak melibatkan anak-anak atau remaja di bawah umur), secara pribadi (rahasia/tertutup, tidak dilakukan di tempat terbuka/umum, bukan pornografi yang direkam dan disebarluaskan), non-komersial (bukan pelacuran), dan atas dasar suka sama suka (bukan pemaksaan atau pemerkosaan). Sebuah RUU nasional untuk mengkriminalisasi homoseksualitas, beserta dengan hidup bersama di luar ikatan pernikahan (kumpul kebo), kebo), perzinahan dan praktik sihir, gagal disahkan pada tahun 2003 dan tidak ada undang-undang berikutnya yang diajukan kembali. Pada
tahun
2002,
pemerintah
Indonesia
memberi Aceh hak memberi Aceh
untuk
memberlakukan hukum Syariah pada tingkat daerah/provinsi. Maka berdasarkan hukum syariah, homoseksualitas dianggap sebagai suatu kejahatan atau tindakan kriminal. Walaupun pada awalnya hukum syariah hanya berlaku bagi orang Muslim, pada perkembangannya juga berlaku kepada semua pihak di Aceh. Kota Palembang Kota Palembang juga juga ikut menerapkan hukuman penjara dan denda terhadap tindakan hubungan seksual homoseksual. Di bawah hukum syariah, homoseksualitas didefinisikan sebagai tindakan 'prostitusi yang melanggar norma-norma kesusilaan umum, agama, dan norma 8
hukum dan aturan sosial yang berlaku. Berikut tindakannya didefinisikan sebagai tindakan prostitusi : 1. Seks homoseksual 2. Lesbian 3. Sodomi 4. Pelecehan seksual 5. Tindakan pornografi lainnya. Sejak saat itu, sebanyak lima puluh dua daerah ikut memberlakukan hukum berbasis syariah dari Al-Qur'an, dari Al-Qur'an, yang yang mengkriminalisasikan homoseksualitas. Di Jakarta, Di Jakarta, lesbian, lesbian, gay, biseksual dan transgender secara hukum diberi label sebagai”Cacat” sebagai”Cacat” atau
cacat
mental
dan
karenanya
tidak
dilindungi
oleh
hukum. Sementara Indonesia telah memungkinkan hubungan seksual pribadi dan konsensus antara orang-orang dari jenis kelamin yang sama sejak tahun 1993, memiliki usia yang lebih tinggi dari persetujuan untuk hubungan sesama jenis dari hubungan heteroseksual (17 untuk heteroseksual dan 18 untuk homoseksual). Konstitusi tidak secara eksplisit membahas orientasi seksual atau identitas gender. Itu menjamin semua warga dalam berbagai hak hukum, termasuk persamaan di depan hukum, kesempatan yang sama, perlakuan yang manusiawi di tempat kerja, kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, berkumpul secara damai, dan berserikat. Hak tersebut semua jelas dibatasi oleh undang-undang yang dirancang untuk melindungi ketertiban umum dan moralitas agama.
F. Cara Menyikapi Pelaku LGBT
1. Berhenti mencaci maki dan sumpah serapah terhadap LGBT 2. Ganti menyebar sumpah serapah dengan menyebarkan fakta-fakta mengenai bahaya LGBT 3. Jika ada keluarga sendiri yang terkena LGBT, cari tahulah apa alasannya melakukan LGBT, jangan malah dikucilkan.
9
4. Jadikan merebaknya isu LGBT sebagai pemicu diri sendiri untuk semakin semangat berdakwah di masyarakat. 5. Bukalah diri untuk menjadi penyembuh, bukan penyebar kebencian.
G. Usaha-Usaha Pencegahan Penyimpangan Seksual
1. Sikap dan pengertian orang tua Pencegahan abnormalitas masturbasi sesungguhnya bias secara optimal diperankan oleh orang tua. Sikap dan reaksi yang tepat dari orang tua terhadap anaknya yang melakukan masturbasi sangat penting. Di samping itu, orang tua perlu memperhatikan kesehatan umum dari anak-anaknya juga kebersihan di sekitar daerah genitalia mereka. Orangb tua perlu mengawasi secara bijaksana hal-hal yang bersifat pornografis dan pornoaksi yang terpapar pada anak. Menekankan kebiasaan masturbasi sebagai sebuah dosa dan pemberian hukuman hanya akan menyebabkan anak putus asa dan menghentikan usaha untuk mencontohnya. Sedangkan pengawasan yang bersifat terang-terangan akan menyebabkan sang anak lebih memusatkan perhatiannya pada kebiasaan ini; dan kebiasaan ini bias jadi akan menetap. Orang tua perlu memberikan penjelasan seksual secara jujur, sederhana dan terus terang kepada anaknya pada saat-saat yang tepat berhubungan dengan perubahan-perubahan fisiologik seperti adanya ereksi, mulai adanya haid dn fenomena sexual secunder lainnya. Secara khusus, biasanya anak remaja melakukan masturbasi jika punya kesempatan melakukannya. Kesempatan itulah sebenarnya yang jadi persoalan utama. Agar tidak bermasturbasi, hendaklah dia (anak) jangan diberi kesempatan untuk melakukannya. Kalau bisa, hilangkan kesempatan itu. Masturbasi biasanya dilakukan di tempat-tempat yang sunyi, sepi dan menyendiri. Maka, jangan biarkan anak untuk mendapatkan kesempatan menyepi sendiri. Usahakan agar dia tidak seorang diri dan tidak kesepian. Beri dia kesibukan dan pekerjaan menarik yang menyita seluruh perhatiannya, 10
sehingga ia tidak teringat untuk pergi ke tempat sunyi dan melakukan masturbasi. Selain itu, menciptakan suasana rumah tangga yang dapat mengangkat harga diri anak, hingga ia dapat merasakan harga dirinya. Hindarkan anak dari melihat, mendengar dan membaca buku-buku dan gambar-gambar porno. Suruhlah anak-anak berolah raga, khususnya olah raga bela diri, yang akan menyalurkan kelebihan energi tubuhnya. Atau membiasakan mereka aktif dalam organisasi kepemudaan dan keolahragaan.
2. Pendidikan seks Sex education (pendidikan seks) sangat berguna dalam mencegah remaja pada kebiasaan masturbasi. Pendidikan seks dimaksudkan sebagai suatu proses yang seharusnya terus-menerus dilakukan sejak anak masih kecil. Pada permulaan sekolah diberikan sex information dengan cara terintegrasi dengan pelajaran-pelajaran lainnya, dimana diberikan penjelasan-penjelasan seksual yang sederhana dan informatif. Pada tahap selanjutnya dapat dilanjutkan dengan diskusi-diskusi yag lebih bebas dan dipimpin oleh orang-orang yang bertanggung jawab dan menguasai bidangnya. Hal penting yang ingin dicapai dengan pendidikan seks adalah supaya anak ketika sampai pada usia adolescent telah mempunyai sikap yang tepat dan wajar terhadap seks.
3. Pengobatan Biasanya anak-anak dengan kebiasaan masturbasi jarang dibawa ke dokter, kecuali kebiasaan ini sangat berlebihan. Masturbasi memerlukan pengobatan hanya apabila sudah ada gejala-gejala abnormal, bias berupa sikap yang tidak tepat dari orang tua yang telah banyak menimbulkan kecemasan, kegelisahan, ketakutan, perasaan bersalah/dosa, menarik diri atau adanya gangguan jiwa 11
yang mendasari, seperti gangguan kepriadian neurosa, perversi maupun psikosa.
4. Farmakoterapi a. Pengobatan dengan estrogen (eastration) Estrogen dapat mengontrol dorongan-dorongan seksual yang tadinya tidak terkontrol menjadi lebih terkontrol. Arah keinginan seksual tidak diubah. Diberikan peroral. Efek samping tersering adalah gineco masti. b. Pengobatan dengan neuroleptic Phenothizine c. Memperkecil dorongan sexual dan mengurangi kecemasan. Diberikan peroral. d. Fluphenazine enanthate Preparat modifikasi Phenothiazine. Dapat mengurangi dorongan sexual lebih dari dua-pertiga kasus dan efeknya sangat cepat. Diberikan IM dosis 1cc 25 mg. Efektif untuk jangka waktu 2 pekan. e. Pengobatan dengan transquilizer Diazepam dan Lorazepam berguna untuk mengurangi gejala-gejalan kecemasan dan rasa takut. Perlu diberikan secara hati-hati karena dalam dosis besar dapat menghambat fungsi sexual secara menyeluruh. Pada umumnya obat-obat neuroleptik dan transquilizer berguna sebagai terapi adjuvant untuk pendekatan psikologik.
5. Psikoterapi Psikoterapi pada kebiasaan masturbasi mesti dilakukan dengan pendekatan yang cukup bijaksana, dapat menerima dengan tenang dan dengan sikap yang penuh pengertian terhadap keluhan penderita. Menciptakan suasana dimana penderita dapat menumpahkan semua masalahnya tanpa ditutup-tutupi merupakan tujuan awal psikoterapi. Pada penderita yang datang hanya dengan keluhan masturbasi dan adanya sedikit kecemasan, tindakan yang diperlukan 12
hanyalah meyakinkan penederita pada kenyataan yag sebenarnya dari masturbasi. Pada kasus-kasus adolescent, kadang-kadang psikoterapi lebih kompleks dan
memungkinkan
dilakukan
semacam
interview
sex
education.
Psikotherapi dapat pula dilakukan dengan pendekatan keagamaan dan keyakinan penderita.
6. Hypnoterapi Self-hypnosis (auto-hypnosis) dapat diterapkan pada penderita dengan masturbasi kompulsif, yaitu dengan mengekspose pikiran bawah sadar penderita dengan anjuran-anjuran mencegah masturbasi.
7. Genital Mutilation (Sunnat) Ini merupakan pendekatan yang tidak lazim dan jarang dianjurkan secara medis.Pada beberapa daerah dengan kebudayaan tertentu, dengan tujuan mengurangi/membatasi/meniadakan
hasrat
seksual
seseorang,
dilakukan
mutilasi genital dengan model yang beraneka macam.
8. Menikah Bagi remaja/adolescent yang sudah memiliki kesiapan untuk menikah dianjurkan
untuk
menyegerakan
menikah
untuk
menghindari/mencegah
terjadinya kebiasaan masturbasi.
H. Bentuk-bentuk Penyimpangan Seksual
Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar. Penyebab terjadinya kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti
13
pengalaman sewaktu kecil, dari lingkungan pergaulan, dan faktor genetik. Berikut ini macam-macam bentuk penyimpangan seksual : 1. Homoseksual Homoseksual merupakan kelainan seksual berupa disorientasi pasangan seksualnya. Disebut gay bila penderitanya laki-laki dan lesbi untuk penderita perempuan. Hal yang memprihatinkan disini adalah kaitan yang erat antara homoseksual dengan peningkatan risiko AIDS. Pernyataan ini dipertegas dalam jurnal kedokteran Amerika (JAMA tahun 2000), kaum homoseksual yang "mencari" pasangannya melalui internet, terpapar risiko penyakit menular seksual (termasuk AIDS) lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak.
2. Sadomasokisme Sadisme seksual termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini kepuasan seksual diperoleh bila mereka melakukan hubungan seksual dengan terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa pasangannya. Sedangkan masokisme seksual merupakan kebalikan dari sadisme seksual. Seseorang dengan sengaja membiarkan dirinya disakiti atau disiksa untuk memperoleh kepuasan seksual.
3. Ekshibisionisme Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan seksualnya dengan memperlihatkan alat kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai dengan kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik dan menjerit ketakutan, ia akan semakin
terangsang.
Kondisi
begini
sering
diderita
pria,
dengan
memperlihatkan penisnya yang dilanjutkan dengan masturbasi hingga ejakulasi. 4. Voyeurisme Istilah voyeurisme (disebut juga scoptophilia) berasal dari bahasa Prancis yakni vayeur yang artinya mengintip. Penderita kelainan ini akan memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip atau melihat orang lain yang sedang telanjang, mandi atau bahkan berhubungan seksual. Setelah melakukan 14
kegiatan mengintipnya, penderita tidak melakukan tindakan lebih lanjut terhadap korban yang diintip. Dia hanya mengintip atau melihat, tidak lebih. Ejakuasinya dilakukan dengan cara bermasturbasi setelah atau selama mengintip atau melihat korbannya. Dengan kata lain, kegiatan mengintip atau melihat tadi merupakan rangsangan seksual bagi penderita untuk memperoleh kepuasan seksual. Yang jelas, para penderita perilaku seksual menyimpang sering membutuhkan bimbingan atau konseling kejiwaan, disamping dukungan orang-orang terdekatnya agar dapat membantu mengatasi keadaan mereka.
5. Fetishisme Fatishi berarti sesuatu yang dipuja. Jadi pada penderita fetishisme, aktivitas seksualnya disalurkan melalui bermasturbasi dengan BH (breast holder), celana dalam, kaos kaki, atau benda lain yang dapat meningkatkan hasrat atau dorongan seksual. Sehingga, orang tersebut mengalami ejakulasi dan mendapatkan kepuasan. Namun, ada juga penderita yang meminta pasangannya untuk mengenakan benda-benda favoritnya, kemudian melakukan hubungan seksual yang sebenarnya dengan pasangannya tersebut.
6. Pedophilia / Pedophil / Pedofilia / Pedofil Adalah orang dewasa yang yang suka melakukan hubungan seks / kontak fisik yang merangsang dengan anak di bawah umur.
7. Bestially Bestially adalah manusia yang suka melakukan hubungan seks dengan binatang seperti kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing, kucing, dan lain sebagainya.
15
8. Incest Adalah hubungan seks dengan sesama anggota keluarga sendiri non suami istri seperti antara ayah dan anak perempuan dan ibu dengna anak cowok
9. Necrophilia/Necrofil Adalah orang yang suka melakukan hubungan seks dengan orang yang sudah menjadi mayat / orang mati.
10. Zoophilia Zoofilia adalah orang yang senang dan terangsang melihat hewan melakukan hubungan seks dengan hewan.
11. Sodomi Sodomi adalah pria yang suka berhubungan seks melalui dubur pasangan seks baik pasangan sesama jenis (homo) maupun dengan pasangan perempuan.
12. Frotteurisme/Frotteuris Yaitu suatu bentuk kelainan sexual di mana seseorang laki-laki mendapatkan kepuasan
seks
dengan
jalan
menggesek-gesek/menggosok-gosok
alat
kelaminnya ke tubuh perempuan di tempat publik/umum seperti di kereta, pesawat, bis, dll.
13. Gerontopilia Adalah suatu perilaku penyimpangan seksual dimana sang pelaku jatuh cinta dan mencari kepuasan seksual kepada orang yang sudah berusia lanjut (neneknenek atau kakek-kakek). Gerontopilia termasuk dalam salah satu diagnosis gangguan seksual, dari sekian banyak gangguan seksual seperti voyurisme, exhibisionisme, sadisme, masochisme, pedopilia, brestilia, homoseksual, fetisisme, frotteurisme, dan lain sebagainya. Keluhan awalnya adalah merasa 16
impoten bila menghadapi istri/suami sebagai pasangan hidupnya, karena merasa tidak tertarik lagi. Semakin ia didesak oleh pasangannya maka ia semakin tidak berkutik, bahkan menjadi cemas. Gairah seksualnya kepada pasangan yang sebenarnya justru bisa bangkit lagi jika ia telah bertemu dengan idamannya (kakek/nenek).
Manusia itu diciptakan Tuhan sebagai makhkluk sempurna, sehingga mampu mencintai dirinya (autoerotik), mencintai orang lain beda jenis (heteroseksual) namun juga yang sejenis (homoseksual) bahkan dapat jatuh cinta makhluk lain ataupun benda, sehingga kemungkinan terjadi perilaku menyimpang dalam perilaku seksual amat banyak. Manusia walaupun diciptakanNya sempurna namun ada keterbatasan, misalnya manusia itu satu-satunya makhluk yang mulut dan hidungnya tidak mampu menyentuh genetalianya; seandainya dapat dilakukan mungkin manusia sangat mencintai dirinya secara menyimpang pula. Hal itu sangat berbeda dengan hewan, hampir semua hewan mampu mencium dan menjilat genetalianya, kecuali Barnobus (sejenis Gorilla) yang sulit mencium genetalianya. Barnobus satu-satunya jenis apes (monyet) yang bila bercinta menatap muka pasangannya, sama dengan manusia. Hewanpun juga banyak yang memiliki penyimpangan perilaku seksual seperti pada manusia, hanya saja mungkin variasinya lebih sedikit, misalnya ada hewan yang homoseksual, sadisme, dan sebagainya. Kasus Gerontopilia mungkin jarang terdapat dalam masyarakat karena umumnya si pelaku malu untuk berkonsultasi ke ahli, dan tidak jarang mereka adalah anggota masyarakat biasa yang juga memiliki keluarga (anak & istri/suami) serta dapat menjalankan tugas-tugas hidupnya secara normal bahkan kadang-kadang mereka dikenal sebagai orang-orang yang berhasil/sukses dalam karirnya. Meski jarang ditemukan, tidaklah berarti bahwa kasus tersebut tidak ada dalam masyarakat Indonesia.
17
I. Contoh Kasus
Sebut saja si pelaku berinisial "S". S mulai menceritakan riwayat hidupnya sebagai seorang anak laki-laki yang ketika berumur 4 tahun ayahnya meninggal dunia, dan selanjutnya ia diasuh oleh kakek dan neneknya. Kehidupan masa kecilnya bersama nenek dan kakeknya cukup bahagia, S dapat mengikuti pendidikan formal dengan baik. Setelah lulus SMA, S pindah ke kota lain karena diterima di salah satu Fakultas Kedokteran Negeri di Sumatera dan akhirnya berhasil menjadi seorang dokter. Ketika di SMA banyak waktu dihabiskan untuk melakukan kegiatan-kegiatan di masjid atau surau seperti kawan-kawan sebayanya di sana. Meski telah menjadi seorang dokter, ada kenangan yang sulit dilupakan karena pada saat S banyak melakukan kegiatan di surau, ia memiliki kenalan yang sangat akrab yaitu seorang kakek yang banyak memberikan perhatian, bantuan, dorongan, kesenangan dan kepuasan bagi S sebagai seorang remaja. Pada saat S kuliah di kota lain hubungan tetap terjalin, tiap malam minggu ia pulang seperti remaja lain mengunjungi pacarnya. Namun pacar S ini lain dari yang lain yaitu seorang kakek yang ubanan, bersih dan ganteng, katanya. Apa yang dilakukan antara kakek dan remaja tersebut ternyata bercinta secara homoseksual. Hal itu dilakukan cukup lama sejak SMA kelas I sampai S lulus menjadi dokter, pada hal si kakek tersebut punya anak dan punya istri. Cara bercintanya juga sangat rapi karena tidak ada yang tahu, baik pihak keluarga kakek maupun keluarga S, termasuk kawan-kawan sebayanya. Rupanya apa yang dilakukan kedua insan berbeda usia dan sejenis tersebut membahagiakan kedua belah pihak, karena kedua belah pihak merasa sulit untuk berpisah. Untuk menjaga kelestarian hubungan antara keduanya, kakek menawarkan kepada S agar menikah dengan anak perempuannya bernama (K). S sudah cukup kenal dengan K walaupun merasa tidak cinta, seperti cintanya terhadap ayah K. Namun akhirnya S nikah dengan K karena ada udang dibalik batu agar tetap dekat dengan ayah K. Dalam kehidupan sebagai suami istri S menjalaninya biasa-biasa saja, namun hubungan dengan kakek juga tetap dijalankan, bahkan merasa lebih bebas 18
karena satu rumah. Kadang-kadang ia bermesraan sama kakek yang sekarang adalah mertua, namun kadang-kadang bermesraan sama K sebagai istri. Dalam bathin S sering timbul perasaan bahwa cintanya terhadap istri cukup sebagai simbol status sosial, karena secara umum hal itu merupakan suatu yang wajar bahwa laki-laki berpasangan dengan wanita. Namun disisi lain S merasa sangat mencintai kakek dan merasa lebih bergairah dalam bercinta. Bahkan S merasa terangsang dengan istri bila habis bermesraan dengan kakek, entah bagaimana caranya. Keadaan i tulah yang terus terbawa sampai saat ini. S merasa bergairah dengan istrinya apabila habis bercinta dengan si kakek. Kehidupan memang tidak pernah akan berlanjut dengan mulus bagi S untuk bermesraan dengan dua orang, dimana satu sama lain tidak memperlihatkan kecumburuan dan kecurigaan dan dua-duanya memberi kepuasan pada dirinya. Setelah S dengan K memiliki anak pertama, si kakek meninggal dunia. S pada awalnya merasa shock karena pasangan yang sangat dicintainya telah tiada dan S kemudian mencurahkan perhatiannya kepada anak dan istrinya serta pekerjaannya sebagai pegawai negeri. Waktu berlalu dengan cepat, sampai akhirnya S sudah berpindah-pindah kota dan sudah menduduki mendudu ki jabatan penting. Suatu saat S ditawari untuk pindah ke Jakarta dan ia tentu saja merasa sangat senang karena dapat bekerja di pusat. Setelah berada di Jakarta S merasa senang jika mendapat tugas mendampingi tamu bule pria untuk keliling daerah. Menurut S umumnya orang bule senang diajak main cinta dengan dia, sehingga keinginan S untuk bertemu idamannya yaitu laki-laki, sudah cukup tua, rambutnya putih dan klimis, apalagi mau diajak bercinta semakin menggebu lagi. Ketika hal itu dapat dilakukan S maka ia merasa bahagia dan merasa bergairah untuk bercinta dengan istrinya. Selain itu hubungan S dengan istrinya tidak uring-uringan dan keduanya merasa bahagia, walaupun keadaan S mungkin tidak diketahui oleh istrinya. Dalam kehidupan bermasyarakat perilaku S terlihat biasa-biasa saja namun sebagai seorang seorang ahli medis ia mendapatkan kesulitan bila menemui pasien seperti yang diidamkannya yaitu pria cukup tua, rambut putih, penampilan bersih 19
dan klimis. Setiap bertemu pasien seperti itu S langsung naksir dan amat tertarik. Kata S, secara naluri ia tahu apakah orang yang dihadapi (diperiksa) itu mau diajak bercinta atau tidak, sehingga sehin gga hal h al itu menyebabkan konflik, antara antar a tugas tuga s profesi dan dorongan nalurinya yang tidak pada tempatnya. Untuk menjaga profesinya itu S sangat hati-hati jangan sampai rahasia dirinya diketahui oleh para pasiennya. Dalam keadaan inilah S sering merasa terganggu ketenangannya sehingga di rumahpun ia mudah menjadi emosional dan uring-uringan. Keadaan seperti itu terus berlanjut sampai usianya berkepala lima. Dorongan ingin bertemu dengan idamannya sangat kuat. Saking kuatnya keinginan tersebut, suatu saat S mencoba mendekati waria di pinggir jalan di sekitar sebuah taman di Jakarta pada saat waria mejeng di sana. Begitu mudah berkenalan dengan waria bagi S, namun S menjadi terkejut dan takut karena perilaku waria ternyata lain dengan yang di bayangkan S. Kata S waria yang ditemuinya ternyata lebih feminin dari wanita, sehingga ia bingung bagaimana cara merayunya untuk bercinta, sehingga S teringat pada istrinya dan spontan meninggalkann waria tersebut. Contoh kasus di atas menggambarkan bahwa penyimpangan (deviasi) seksual kadang-kadang memang merupakan sesuatu yang aneh. Misalnya kenapa S menjadi bingung, obsesif, cemas hanya karena ingin ketemu untuk bercinta dengan orang yang sudah tua dan sejenis (homo), padahal dia sudah punya anak dan istri. Kasus tersebut juga heteroseksual (punya istri) namun juga biseksual karena dapat bercinta dengan sejenis maupun lawan jenis. Disisi lain S juga mengeluh impotensi terhadap istri, walaupun hal itu tidak bersifat permanen, bahkan jika setelah ketemu idamannya untuk bermain cinta, ia menjadi bergairah lagi. Menyikapi masalah-masalah seperti dalam contoh kasus tersebut, kita semua dituntut untuk memiliki ketahanan mental agar tidak mudah tergoda untuk melakukan hal-hal yang tidak sewajarnya sehingga akhirnya menjadi menyimpang. Untuk memperoleh ketahanan mental tersebut kita sudah diberikan acuan dan pedoman berupa norma-norma agama, norma etika maupun norma sosial. Oleh
20
sebab itu berperilakulah yang normatif dalam arti bertingkahlaku mengikuti norma agama, norma etika dan norma sosial yang berlaku.
21
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
LGBT merupakan penyimpangan orientasi seksual yang dilarang oleh semua agama terlebih lagi islam, karena perbuatan keji ini akan merusak kelestarian manusia. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban manusia untuk melawan segala jenis opini atas nama HAM yang membela kaum kau m LGBT, akan tetapi sesungguhnya sesungguhn ya mereka membawa manusia menuju kerusakan yang lebih parah. Perbuatan homoseksual itu terjadi semenjak dahulu kala hingga sekarang ini . Yang terkenal kaum homoseksual yaitu kaum nabi Luth. Perbuatan ini banyak berlaku di masyarakat di Negara barat dengan peruntukan undang-undang yang melindungi mereka. Atas nama hak kebebasan manusia. Perilaku LGBT mempunyai banyak dampak negative dalam kehidupan. Perilaku ini dapat diatasi dengan terapi. Yang paling utama dalam terapi ini adalah dengan adanya motivasi yang kuat yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri.
22
PENUTUP
Wikipedia, 2012. Pengertian penyimpangan sexsual. Jakarta. Google Chrome
Vina Dwi Laning. 2009. Sosiologi. Untuk SMA/MA kelas X. Jakarta. Pusat perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Joko Sri Sukardi dan Arif Rohman. 2009. Sosiologi. Kelas X untuk SMA/MA. Jakarta. Pusat Perbukuaan Departemen Pendidikan Nasional
23