LAPORAN TUTORIAL BLOK 7 MODUL 1 ( KEKEBALAN TUBUH )
KELOMPOK 4 Ketua
:
Nia Nurhaeni
Sekretaris I
:
Reno Warni Lidrawati
Sekretaris II
:
Maghfira Ghina Suri
Anggota
:
Nofrita Laila Turahmi Fitri Lidya Puti Nilam Safitri Annisa Dwi Cantika Rizki Dwi Lestari Siska Rahmy Irma Oktavina Febrina Ramadani
Tutor
:
drg. Aida Fitriana, M. Biomed.
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS ANDALAS 2014 / 2015
MODUL 1 KEKEBALAN TUBUH
Skenario 1 : “ Benjolan di Submandibula ” Amir ( 25 tahun ) sakit gigi sejak 3 hari lalu dan tenggorokkannya terasa sakit. Amir takut karena timbulnya benjolan sebesar telur puyuh dibagian dasar mulut sebelah kiri dan terasa sakit bila ditekan. Sore harinya segera Amir pergi ke dokter gigi. Dokter gigi menjelaskan bahwa gigi 36 gangren. Sedangkan benjolan di dasar mulut dengan konsitensi kenyal karena adanya pembesaran kelenjer lymphe sebagai reaksi pertahannan tubuh terhadap infeksi. Hal ini tidak boleh di anggap remeh karena jika tidak ditangani dengan baik dapat mempengaruhi organ – organ – organ organ lain termasuk organ yang berperan dalam pembentukan kekebalan. Bagaimana saudara menjelaskan masalah system kekebalan tubuh?
Langkah 1
:
Mengklarifikasi terminolgi yang tidak diketahui dan
mendefenisikan hal – hal yang dapat menimbulkan kesalahan interpretasi 1. Gangrene
Merupakan kondisi ketika jaringan tubuh mengalami nekrosis karena kekurangan suplai darah, dan adanya infeksi jaringan.
2. Kelenjer lymphe
Suatu kelenjer yang dipenuhi limfosit, terletak di titik pertemuan pembuluh lymphe untuk membunuh benda asing yang masuk ke dalam tubuh dengan fagositosit.
3. Infeksi
Berhasilnya jaringan tubuh di invasi oleh pathogen.
Langkah 2
:
Menentukan masalah
1. Apa hubungan gangren dengan benjolan di dasar mulut ? 2. Apa hubungan tenggorokan sakit dengan system kekebalan tubuh? 3. Apa saja organ yang berperan dalam system kekebalan tubuh ? 4. Apa saja fungsi organ – organ tersebut? 5. Apa fungsi sistem imun? 6. Apa saja factor – factor yang mempengaruhi system kekebalan tubuh ? 7. Apa saja komponen yang mempengaruhi system kekebalan tubuh? 8. Bagaimana respon imun terhadap infeksi? 9. Apa saja kelainan dari system imun?
Langkah 3
:
Menganalisa masalah
1. Apa hubungan gangren dengan benjolan di dasar mulut?
Gangrene bisa terjadi karena gigi yang karies atau yang terkena infeksi. Sehingga terdapat mikroorganisme yang akan melakukan pembusukan. Kemudian bakteri – bakteri yang terdapat pada daerah pembusukan tersebut diangkut oleh pembuluh lymphe dan dikumpulkan di kelenjar lymphe. Di dalam kelenjar lymphe ini terjadi perbanyakan sel – sel pertahanan tubuh untuk memusnahkan bakteri. Sehingga perbanyakan sel ini akan menyebabkan pembesarab di kelenjar dan terjadi pembekakan.
2. Apa hubungan tenggorokan sakit dengan system kekebalan tubuh?
Adanya perlawanan terhadap organism pathogen dalam bentuk system kekebalan tubuh. Tenggorokan yang sakit bisa terjadi akibat inflamasi pada tonsil.
3. Apa saja organ yang berperan dalam system kekebalan tubuh ?
Organ limfoid primer
:
sumsum tulang dan kelenjar timus.
Organ limfoid sekunder
:
nodus limfe, limpa, adenoid, amandel, bercak peyer
pada usus halus, dan apendiks. 4. Apa fungsi organ tersebut?
Fungsi kelenjar timus : menghasilkan hormone timosin yang berfungsi mengendalikan perkembangan system imun dependen timus dengan menstimulasi diferensiasi dan proliferasi sel limfosit – T.
Bercak peyer pada usus halus terdapat diseluruh usus halus yang berfungsi untuk melindungi dinding usus terhadap invasi benda asing yang masuk ke dalam ileum.
Organ limfoid primer : organ yang diperlukan untuk pematangan diferensiasi dan
proliferasi sel B dan sel T sehingga menjadi limfoit yang dapat mengenal antigen dan bersifat spesifik.
Organ limfoid sekunder : tempat terjadinya interaksi antara limfosid dengan limfosit dan limfosit dengan antigen.
5. Apa fungsi dari system imun?
Fungsi pertahanan : sebagai pertahanan tubuh melawan invasi mikroorganisme yang ditengahi oleh elemen seluler. Jika elemen seluler hiperaktif maka biasanya akan menyebabkan infeksi berulang
Fungsi homeostatis
:
untuk memenuhi kebutuhan umum organism multiseluler
untuk mempertahankan keragaman jenis sel, yaitu dengan menyingkirkan sel – sel yang rusak dalam sirkulasi. Bila terdapat penyimpangan maka akan timbuk autoimunitas.
Fungsi pengawasan dini : untuk memonitor pengenalan jenis sel yang abnormal di dalam tubuh. Sel yang abnormal dapat terjadi spontan, pengaruh invasi virus, maupun pengaruh zat kimia. Sel yang abnormal ini akan dieliminasi oleh sel NK. Namun, bika terjadi kegagalan maka akan timbul penyakit ganas.
6. Apa saja factor factor yang mempengaruhi system kekebalan tubuh?
Factor internal : - derajat keratinasi membrane mukosa -
Jumlah fungsi sel B
-
Jumlah sel memori
-
Nodus limfatikus
Factor eksternal : - suhu -
Gizi
-
Genetik
-
Lingkungan
-
Kebiasaan
-
Metabolic
-
Stress
-
Anatomis
7. Apa saja komponen yang mempengaruhi system kekebalan tubuh?
Antibody : dirangsang oleh antigen yang masuk
Antigen : substansi yang dilawan oleh antibod y.
8. Bagaimana respon imun terhadap infeksi ?
Saat invasi antigen, sel akan membentuk antibody, limfosit T menghancurkan organ dan terbentuklan respon imun.
9. Apa saja kelainan dari system imun?
Gangguan autoimun : kegagalan system imun tidak dapat membedakan self dan non self.
Isoimunutas
: tubuh mendapatkan kekebalan dari individu lain yang melawan
sel tubuhnya sendiri, dapat muncul karena tansfuse darah atau cangkok organ.
Hipersensitifitas atau alergi : respons berlebihan dalam antigen tertentu, dapat menyebabkan kerusakan jaringan ketika berusaha melakukan perlawanan.
Imunodefisiensi : keadaan dimana system imun sangat lemah, bisa karena factor bawaan atau dapat muncul saat dewasa.
Langkah 4 :
skema
Amir ( 25 tahun )
gigi dan tenggorokan sakit, terdapat benjolan di dasar mulut
konsultasi ke dokter gigi
gigi gangren
pembesaran kelenjar lymphe
Sistem Imun Tubuh
Dasar - dasar Imunologi
Komponen dan Organ
Fungsi
Respon dan Mekanisme
Sistem Imun Rongga Mulut
Kelainan
Langkah 5
:
Learning Objective (Lo)
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang dasar – dasar imunologi 2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang komponen dan organ- organ dalam Sisten imun tubuh 3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang fungsi system imun tubuh 4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang respond an mekanisme system imun tubuh 5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang system imun rongga mulut 6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang kelainan system imun tubuh
LANGKAH 7
:
SHARING INFORMASI
1. DASAR – DASAR IMUNOLOGI
System imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan keutuhan tubuh, sebagai perlindungan terhadapa bahaya yang masuk ke dalam tubuh. A. System imun non spesifik Imunitas nonspesifik fisiologik beruitapa komponen normal tubuh selalu ditemukan pada individu sehat dan siap mencegah mikroba masuk tubuh dan dengan cepat menyingkirkannya. Jumlahnya dapat ditingkatkan oleh infeksi, misalnya jumlah sel darah putih meningkat selama fase akut pada banyak penyakit. Disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu mikroba tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak menujukan spesifitas terhadap bahan asing dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak pathogen potensial. System tersebut merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan dapat memberikan respon langsung.
1. Pertahanan fisik / mekanik : Dalam system pertahanan fisik / mekanik, kulit, selaput lender, silia saluran napas, batuk dan bersin, merupakan garis pertahanan terdepan terhadapa infeksi. Keranosit dan lapisan epidermis kulit sehat dan epitel mukosa yang utuh tidak dapat ditembus kebanyakan mikroba. Kulit yang rusak akibat luka bakar dan selaput lender saluran napas yang rusak oleh asap rokok akan meningkatkan risiko infeksi. Tekanan oksigen yang tinggi di paru bagian atas membantu hidup kuman obligat aerob seperti tuberculosis. 2. Pertahanan biokimia : Kebanyakan mikroba tidak dapat menembus kulit dapat menembus kulit yang sehat, namun beberapa dapat masuk tubuh melalui kelenjar sebaseus dan folikel rambut. Lisozim dalama keringat, ludah, air mata dan air susu ibu melindungan tubuh terhadap berbagai kuman positif- gram oleh karena dapat menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding bakteri. 3. Pertahanan humoral : System imun non- spesifik menggunakan berbagai molekul larut air. Molekul larut tersebut diproduksi di tempat infeksi atau cedera dan berfungsi local. Factor larut lainnya diproduksi di tempat yang lebih jauh dan dikerahkan ke jaringan sasaran melalyi sirkulasi seperti komplemen dan PFA. 4. Pertahanan seluler : Sel system imun tersebut dapat ditemukan di dalam sirkulasi atau jaringan. Contoh sel yang dapat ditemukan dalam sirkulasi adalah neutrofil, eusinofil, basifil, monosit, sel T, sel B, sel NK, sel darah merah dan trombosit. B. System imun spesifik
Berbeda dengan system imun non spesifik, system imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali terpajan dengan tubuh segera dikenal oleh system imun spesifik. Pajanan tersebut menimbulkan sensitasi, sehingga antigen yang sama dan masuk tubuh untuk kedua kali akan dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan. Oleh karena itu, system tersebut disebut spesifik. Untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi tubuh, system imun spesifik dapat bekerja tanpa bantuan system imun non spesifik. Namun pada umumnya terjalin kerjasam yang baik antara system imun non spesifik dan spesifik seperti antara komplemen fagosit – antibody dan antara makrofag- sel T. System imun spesifik terdiri atas system humoral dan system selular. Pada imunitas humoral, sel B melepas antibody untuk menyingkirkan mikroba ekstraseluler. Pada imunitas seluler, sel T mengaktifkan makrofag sebagai efekyor untuk menghancurkan mikroba atau mangaktifkan sel CTC / Tc sebagai efektor yang menghasilkan sel terinfeksi. 1. system imun spesifik humoral pemeran utama dalam system imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B. sel B berasal dari sel asal multipoten di sumsum tulang. 2. system imun spesifik selular yang berperan dalam system imun spesifik selular adalah limfosit T atau sel T.
Factor – factor yang mempengaruhi system imun : a.
genetic : kerentanan seseorang terhadap penyekit ditentukan oleh gen HLA/MHC
b. umur : contihnya hipofungsi system imun pada bayi sehingga bayi mudah terkena infeksi.
c.
Metabolic : penderita penyakit metabilok rentan terhadap infeksi
d. Lingkungan dan nutrisi : malnutrisi menyebabkan daya tahan menurun sehingga mudah terkena infeksi e.
Anatomis : contohnya daya tahan terhadap mikroorganisme pada kulit
f.
Fisiologis : cairan lambung, silia trakea, aliran urin, enzim, dll
g. Strees : stress dapat melepaskan hormone beuro- endokrin, glukokortikod, dll.
2. KOMPONEN DAN ORGAN YANG BERPERAN DALAM SISTEM IMUN TUBUH a.
System limforetikuler 1. Unsure jaringan dan organ
Organ limfoid primer : merupakan organ yang diperlukan untuk pematangan diferensiasi dan proliferasi sel B dan sel T sehingga menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen dan bersifat spesifik, contohnya sumsum tulang dan thymus.
Organ limfoid sekunder : merupakan tempat terjadinya interaksi antara limfosit antara limfosit dengan limfosit dan limfosit dengan antigen, misalnya limfonodus, lien, malt / galt.
2. Unsure seluler
Limfosit T dan limfosit B : Limfosit T diproduksi di sumsum tulang dan malnutrisi di thymus. Pada permukaannya terdapat TcR ( T cell Receptor) dengan glikoprotein yang berfungsi mengikat antigen. Limfosit T memiliki beberapa sub tipe : -
Th ( T helper ) : T helper 1 = imunitas seluler
-
Tc ( T cytotoxic ) : membunuh sel yang infeksi
-
Ts ( T suppressor ) : menurunkan / menghentikan system imun
Limfosit B diproduksi di sumsum tulang. Lomfosit B akan memproduksi immunoglobulin (Ig) bila terktivasi. Beberapa macam limfosit B : -
Sel B plasma : menghasilkan antibody yang spesifik
-
Sel B memoeri : menginat antigen yang spesifik, bereaksi cepat jika ada infeksi
Sel B pembelah
Sel plasma : merupakan fase terminal diferensiasi sel B dan memproduksi antibody
Sel NK : merupakan pertahanan alamiah terhadap sel kanker dan virus
Sel fagosit mononuclear : merupakan sel fagosit yang berinti satu yaitu makrofag dan prekorsornya monosit. Makrofag diproduksi di sumsum tilang dan memproduksi sitokin. Makrofag memiliki beberapa fungsi pada system imun, yaitu : -
Fungsi fagositik, unti menelan benda asing / sel mati, sisa sel yang sudah rusak, antigen, atau l=kompleks imun
-
Fungsi sebagai penyaji antigen
-
Fungsi sekresi
Sel granulosit polimorfonuklear : berasal dari precursor stel sel di sumsum tulang, mendominasi jumlah leukosit dalam sirkulasi.
b. Antigen / imunogen
Merupakan substansi yang merangsang respon nimun atau bahan yang dapat bereaksi derngan antibody yang sudah ada. Bahan kimia pada antigen berupa polisakarida, lipid, asam nukleat, dan protein. c.
Antibody / immunoglobulin
Merupakan fraksi protein dalam cairan tubuh yang terbentuk atas rangsangan masuknya antigen yang berasal dari luar dan terjadi secara spesifik. Antibody sudah ada sejak lahir, uyitu ditansfer oleh ibu melalui plasenta dari darah ibu ke janin. Beberapa macam immunoglobulin :
Ig A ; paling dominan pada cairan sekersi seperti air ludah, cairan usus, air mata, ASI, dan mukosa hidung. Berfungsi untuk menahan antigen agar tidak menempel pada permukaaan mukosa, menetralisir virus, dsb.
Ig D : satu – satunya antibody yang sampai sekarang masih sulit ditentuka fungsi utamanya.hal
ini
disebabkan
sulitnya
mengisolasi
antibody
inti
dan
konsentrasinya dalam serum sangat kecil.
Ig E : berhubungan dengan alergi
Ig G : paling dominan yang berfungsi mengaktivasi komplemen baik lewar jalur altenatif, maupun klasik. Ig G merupakan satu – satunya antibody yang mampu menembus plasenta
Ig M : merupakan antibody pertama yang dibentuk dalam respon imun.
d. Major histocompability antigen ( MHC ) e.
Komplemen Komplemen adalah pertahanan daralam darah yang terdiri dari campuran zat protein dan bersifat termolabil. Komplemen ini diaktifkan dengan 3 lintasan, yaitu :
f.
Lintasan klasik : diaktifkan oleh antibody khusus yang terikat pada antigen
Lintasan alternative : di aktifkan oleh produk mikroba tertentu / antigen
Lintasan lektin
Sitokin
Merupakan mediator yang berperan sebagai hantaran sinyal/ jaringan komunikasi dari satu sel ke sel lain. Sitokin diskresi hamper oleh semua sel. Dalam bekerja, sitokin harus menempel pada reseptor yang terdapat di permukaan sel target.
3. FUNGSI SISTEM IMUN TUBUH
Fungsi pertahanan : sebagai pertahanan tubuh melawan invasi mikroorganisme yang ditengahi oleh elemen seluler. Jika elemen seluler hiperaktif maka biasanya akan menyebabkan infeksi berulang
Fungsi homeostatis
:
multiseluler
mempertahankan
untuk
untuk
memenuhi
kebutuhan
keragaman
jenis
umum sel,
organism
yaitu
dengan
menyingkirkan sel – sel yang rusak dalam sirkulasi. Bila terdapat penyimpangan maka akan timbuk autoimunitas.
Fungsi pengawasan dini : untuk memonitor pengenalan jenis sel yang abnormal di dalam tubuh. Sel yang abnormal dapat terjadi spontan, pengaruh invasi virus, maupun pengaruh zat kimia. Sel yang abnormal ini akan dieliminasi oleh sel NK. Namun, bika terjadi kegagalan maka akan timbul penyakit ganas.
4. RESPON – RESPON DAN MEKANISME SISTEM IMUN TUBUH
Proses Pertahanan Non Spesifik Tahap Pertama
Proses pertahanan tahap pertama ini bisa juga diebut kekebalan tubuh alami. Tubuh memberikan perlawanan atau penghalang bagi masuknya patogen/antigen. Kulit menjadi penghalan bagi masuknya patogen karena lapisan luar kulit mengandung keratin dan sedikit air sehingga pertumbuhan mikroorganisme terhambat. Air mata memberikan perlawanan
terhadap
senyawa
asing
dengan
cara
mencuci
dan
melarutkan
mikroorganisme tersebut. Minyak yang dihasilkan oleh Glandula Sebaceae mempunyai aksi antimikrobial. Mukus atau lendir digunakan untuk memerangkap patogen yang masuk ke dalam hidung atau bronkus dan akan dikeluarkjan oleh paru-paru. Rambut hidung juga memiliki pengaruh karenan bertugas menyaring udara dari partikel-partikel berbahaya. Semua zat cair yang dihasilkan oleh tubuh (air mata, mukus, saliva) mengandung enzimm yang disebut lisozim. Lisozim adalah enzim yang dapat menghidrolisis membran dinding sel bakteri atau patogen lainnya sehingga sel kemudian pecah dan mati. Bila patogen berhasil melewati pertahan tahap pertama, maka pertahanan kedia akan aktif.
Proses Pertahanan Non Spesifik Tahap Kedua
Inflamasi merupakan salah satu proses pertahanan non spesifik, dimana jika ada patogen atau antigen yang masuk ke dalam tubuh dan menyerang suatu sel, maka sel yang rusak itu akan melepaskan signal kimiawi yaitu histamin. Signal kimiawi berdampak pada dilatasi(pelebaran) pembuluh darah dan akhirnya pecah. Sel darah putih jenis neutrofil,acidofil dan monosit keluar dari pembuluh darah akibat gerak yang dipicu oleh senyawa kimia(kemokinesis dan kemotaksis). Karena sifatnya fagosit,sel-sel darah putih ini akan langsung memakan sel-sel asing tersebut. Peristiwa ini disebut fagositosis karena memakan benda padat, jika yang dimakan adalah benda cair, maka disebut pinositosis. Makrofag atau monosit bekerja membunuh patogen dengan cara menyelubungi patogen tersebut dengan pseudopodianya dan membunuh patogen dengan bantuan lisosom. Pembunuh dengan bantuan lisosom bisa melalui 2 cara yaitu lisosom menghasilkan senyawa racun bagi si patogen atau lisosom menghasilkan enzim lisosomal yang mencerna bagian tubuh mikroba. Pada bagian tubuh tertentu terdapat makrofag yang tidak berpindah-pindah ke bagian tubuh lain, antara lain : paru-paru(alveolar macrophage), hati(sel-sel Kupffer), ginjal(sel-sel mesangial), otak(sel – sel microgial), jaringan penghubung(histiocyte) dan pada nodus dan spleen. Acidofil/Eosinofil berperan
dalam menghadapi parasit-parasit besar. Sel ini akan menempatkan diri pada dinding luar parasit dan melepaskan enzim penghancur dari granul-granul sitoplasma yang dimiliki. Selain leukosit, protein antimikroba juga berperan dalam menghancurkan patogen. Protein antimikroba yang paling penting dalam darah dan jaringan adalah protein dari sistem komplemen yang berperan penting dalam proses pertahan non spesifik dan spesifik serta interferon. Interferon dihasilkan oleh sel-sel yang terinfeksi oleh virus yang berfungsi menghambat produksi virus pada sel-sel tetangga. Bila patogen berhasil melewati seluruh pertahanan non spesifik, maka patogen tersebut akan segera berhadapan dengan pertahanan spesifik yang diperantarai oleh limfosit.
Pertahanan Spesifik: Imunitas Diperantarai Antibodi
Untuk respon imun yang diperantarai antibodi, limfosit B berperan dalam proses ini, dimana limfosit B akan melalui 2 proses yaitu respon imun primer dan respon imun sekunder. Jika sel limfosit B bertemu dengan antigen dan cocok, maka limfosit B membelah secara mitosis dan menghasilkan beberapa sel limfosit B. Semua Limfosit b segera melepaskan antibodi yang mereka punya dan merangsang sel Mast untuk menghancurkan antigen atau sel yang sudah terserang antigen untuk mengeluarkan histamin. 1 sel limfosit B dibiarkan tetap hidup untuk menyimpan antibodi yang sama sebelum penyerang terjadi. Limfosit B yang tersisa ini disebut limfosit B memori. Inilah proses respon imun primer. Jika suatu saat, antigen yang sama menyerang kembali, Limfosit B dengan cepat menghasilkan lebih banyak sel Limfosit B daripada sebelumnya. Semuanya melepaskan antibodi dan merangsang sel Mast mengeluarkan histamin untuk membunuh antigen tersebut. Kemudian, 1 limfosit B dibiarkan hidup untuk menyimpan antibodi yang ada dari sebelumnya. Hal ini menyebabkan kenapa respon imun sekunder jauh lebih cepat daripada respon imun primer.
Suatu saat, jika suatu individu lama tidak terkena antigen yang sama dengan yang menyerang sebelumnya, maka bisa saja ia akan sakit yang disebabkan oleh antigen yang sama karena limfosit B yang mengingat antigen tersebut sudah mati. Limfosit B memori biasanya berumur panjang dan tidak memproduksi antibodi kecuali dikenai antigen spesifik. Jika tidak ada antigen yang sama yang menyerang dalam waktu yang sangat lama, maka Limfosit b bisa saja mati, dan individu yang seharusnya bisa resisten terhadap antigen tersebut bisa sakit lagi jika antogen itu menyerang, maka seluruh proses respon imun harus diulang dari awal.
Pertahanan Spesifik:Imunitas Diperantarai Sel
Untuk respon imun yang diperantarai sel, Limfosit yang berperan penting adalah limfosit T. Jika suatu saat ada patogen yang berhasil masuk dalam tubuh kemudian dimakan oleh suatu sel yang tidak bersalah(biasanya neutrofil), maka patogen itu dicerna dan materialnya ditempel pada permukaan sel yang tidak bersalah tersebut. Materi yang tertempel itu disebut antigen. Respon imun akan dimulai jika kebetulan sel tidak bersalah ini bertemu dengan limfosit T yang sedang berpatroli, yaitu sel tadi mengeluarkan interleukin 1 sehingga limfosit T terangsang untuk mencocokkan antibodi dengan antigennya. Permukaan Limfosit T memiliki antibodi yang hanya cocok pada salah satu antigen saja. Jadi, jika antibodi dan antigennya cocok, Limfosit T ini, yang disebut Limfosit T pembantu mengetahui bahwa sel ini sudah terkena antigen dan mempunyai 2 pilihan untuk menghancurkan sel tersebut dengan patogennya. Pertama, Limfosit T pembantu akan lepas dari sel yang diserang dan menghasilkan senyawa baru disebut interleukin 2, yang berfungsi untuk mengaktifkan dan memanggil Limfosit T Sitotoksik. Kemudian, Limfosit T Sitotoksik akan menghasilkan racun yang akan membunuh sel yang terkena penyakit tersebut. Kedua, Limfosit T pembantu bisa saja mengeluarkan senyawa bernama perforin untuk membocorkan sel tersebut sehingga isinya keluar dan
mati.
5. SISTEM IMUN RONGGA MULUT
Beberapa komponen jaringan rongga mulut yang terlibat : a. Membrane mukosa Sebagai barier mekanik, terdiri dari : air liur pada permukaanya, lapisan keratin, lapisan granular, membrane basal, dan komponen seluler dan humoral yang berasal dari darah. b. Saliva Untuk membersihkan rongga mulut dari mikroorganisme dan sebgai pelumas aksi otot lidah, bibir, dan pipi. Senyawa dalam saliva yang berperan dalam mekanisme pertahanan :
Lisozim / muramidase : merupakan enzim yang bekerja mencerna benda asing yang sudah difagosit, bersifat baktercidal.
Peroksidase : merupakan enzim yang mencerna benda asing yang sudah difagosit, bersifat tahan panas
Laktoferin : merupakan enzim yang mencerna benda asing yang sudah difagosit, bersifat tahan panas.
Leukosit : bermigrasi dari pembuluh darah melalui ceruk gingival
Ig A : mencegah perlekatan mikroba pada permukaan jaringan di rongga mulut.
Komplemen
c. Kelenjar saliva Mengandung sel plasma dan limfosit serta memproduksi Ig A. d. Sulkus gingival Kompone humoral den seluler darah keluar melalui junctional epitelllium dalam bentuk cairan sulkus gingival.
e. Jaringan limfoid rongga mulut Merupakan kelenjar lymphe yang berada di daerah superficial.
Tonsil palatine dan lingual : menjaga agar mikroba tidak masuk ke dalam saluran pencernaan dan pernapasan.
Jaringan limfoid di kelenjar liur : melindungi mukosa mulut dan pemukaan gigi dari kolonisasi mikorba, menghasilkan Ig A, mencegah infeksi dalam kelenjar liur.
Jaringan limfoid di gingival : menjaga cairan gingival dari mikroorganisme yang ada pada plak.
Jaringan limfoid yang tersebar pada sebmukosa : melindungi mukosa dari penetrasi mikroorganisme.
6. KELAINAN SISTEM IMUN a. Gangguan autoimun
Gangguan autoimun adalah respon imun terhadap antigen jaringa sendiri yang disebabkan oleh mekanisme normal yang gagal berperan dalam mempertahankan self-tolerance sel B, sel T atau keduanya. Beberapa penyakit autoimun : 1. Oral lichen Planus : tampak sebagai lesi dengan garis putih, dapat tibul pada gingival, bibir, bagian lain dalam mulut. 2. Pemphigus vulgaris : melepuhnya lapisan intradermal kulit dan membrane mukosa. Factor pencetus dapat berupa obat – obatan dan virus. 3. Sindrom sjorgen : ditandai oleh mata dan mulut kering, melibatkan organ lain seperti paru dan kulit 4. Sialadenitis autoimun rekuren : berupa pembengkakan kelenjer parotis , unilateral, dan menimbulkan nyeri
5. Sistemik lupus erihthematosus : mengenai semua jaringan di dalam tubuh, terutama di daerah vaskulitik sistemik 6. Hashimoto tiroidtis ( gangguan pada kelenjar tiroid ) 7. Panyakit Addison : penyakit yang terjadi ketika kelenjer adrenalin tidak memproduksi cukup hormone 8. Penyakit grave : gangguan autoimun yang mengarah ke kelenjar tiroid hiperaktif 9. Reaktiv arthidis : peradangan sendi, saluran kencing, dan mata 10. Multiple sclerosis : gangguan autoimun yang mempengaruhi otak dan system saraf pusat tulang belakang. b. Isoimunitas
Isoimunitas adalah ketika tubuh mendapat kekebalan dari individu lain yang melawan sel tubunya sendiri, dapat muncul karena tranfusi darah atau cangkok organ. c.
Hipersensitifitas / alergi Peningkatan reaktivitas atau sensitivitas terhadap antigen yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya. Hipersensitivitas terbagi IV tipe, yaitu : 1. Tipe I : reaksi Ig E 2. Tipe II : sitotoksik ( Ig G dan IgM) 3. Tipe III : Kompleks imun ( IgG dan IgM) 4. Tipe IV : Reaksi selular
d. Imunodefisiensi
Keadaan dimana system imun sangat lemah, bisa karena factor bawaan atau dapat muncul saat dewasa.