LAPORAN PRAKTIKUM SPPK HYDRANT SYSTEM
Nama
: Chalusta Yudha Partama
Kelas
: K3-4A
NRP
: 6512040032
TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA SURABAYA 2014
PERCOBAAN HYDRANT SYSTEM ( KODE : HS )
I. TUJUAN I.1 TIU Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori pemadaman kebakaran. I.2 TIK Mahasiswa mampu memahami tentang prosedur pemakaian Hydrant System dan dapat memadamkan kebakaran dengan Hydrant System. II. DASAR TEORI II.1 Hydrant II.1.1 Pengertian Hydrant Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan slang kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem persediaan air, pompa, perpipaan, coupling outlet dan inlet serta selang dan nozzle. Menurut Departemen Tenaga Kerja dalam bukunya yang berjudul Training Material K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran ( 1996 ), Hydrant adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadaman air bertekanan yang dialirkan melalui pipa – pipa dan selang kebakaran. Sistem Hydrant Kebakaran ( Fire Hydrant System ) adalah suatu system / rangkaian instalasi / jaringan pemipaan untuk menyalurkan air ( tekanan tertentu ) yang digunakan sebagai sarana pemadaman kebakaran.
II.1.2 Macam – macam Hydrant Berdasarkan tempat/lokasinya sistem hydrant kebakaran dapat dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu : 1.
Sistem Hydrant Gedung Hydrant gedung ialah hydrant yang terletak atau dipasang didalam bangunan dan sistem serta peralatannya disediakan / dipasang oleh pihak pengelola bangunan / gedung tersebut. Berdasarkan penggunaannya hydrant jenis ini diklasifikasikan kedalam 3 ( tiga ) kelompok sebagai berikut : a) Hydrant Kelas I Hydrant yang dilengkapi dengan selang berdiameter 2,5” yang penggunaannya diperuntukan secara khusus bagi petugas Pemadam Kebakaran atau orang yang telah terlatih.
2½ 2½
2½
Gambar 2.1 Hydrant Kelas I
b) Hydrant Kelas II Hydrant yang dilengkapi dengan selang berdiameter 1,5” yang penggunaannya diperuntukan bagi penghuni gedung atau para petugas yang belum terlatih.
Gambar 2.2 Hydrant Kelas II
c) Hydrant Kelas III Hydrant yang dilengkapi dengan selang berdiameter gabungan antara Hydrant Kelas I dan Hydrant Kelas II.
1 1
1 2
Gambar 2.3 Hydrant Kelas III 2.
Sistem Hydran Halaman Hydrant Halaman ialah hydrant yang terletak diluar / lingkungan bangunan instalasi dan peralatan serta sumber air disediakan oleh pihak pemilik / pengelola bangunan / gedung.
Gambar 2.4 Sistem Hydrant Halaman 3.
Sistem Hydrant Kota Hydrant Kota ialah hydrant yang terpasang ditepi/sepanjang jalan pada daerah perkotaan yang dipersiapkan sebagai prasarana kota oleh Pemerintah Daerah setempat guna menanggulangi bahaya kebakaran. Persediaan air untuk hydrant jenis ini dipasok oleh Perusahaan Air Minum setempat (PAM).
Gambar 2.5 Sistem Hydrant Kota II.1.3 Komponen-komponen Hydrant System Berikut adalah komponen-komponen yang terdapat pada hydrant system : Tabel 2.1. Komponen-komponen Hydrant System Nama Komponen
Hydrant pilar
Pngertian
Gambar
Hydrant pilar ialah bagian peralatan dari instalasi pipa hydrant yang terletak di luar bangunan yang dapat dihubungkan dengan selang kebakaran.
Gambar 2.1. Hydrant Pilar Sumber : Dokumen Penulis
Siamese connection
Siamese connection ialah bagian peralatan dari instalasi pipa hydrant yang terletak diluar bangunan dan digunakan untuk mennyuplai air dari mobil Gambar 2.2. Siamese kebakaran. connection Sumber : Dokumen Penulis
Nozzle ialah suatu alat penyemprot yang terletak pada bagian ujung dari selang yang digunakan untuk pengaturan pengeluaran air.
Nozzle
Gambar 2.3. Nozzle Sumber : Dokumen Penulis Selang hydrant ialah alat yang digunakan untuk mengalirkan air yang bersifat flexible. Selang hydrant Gambar 2.4. Selang Hydrant Sumber : Dokumen Penulis Sumber : Dokumen Penulis
II.1.4 Bagian – Bagian dari Sistem Hydrant ( Hydrant System ) II.1.4.1 Persediaan Air Sistem persediaan air untuk sistem hydrant ( hydrant system ) adalah sebagai berikut : 1. Sumber air untuk memasok kebutuhan sistem hydrant kebakaran dapat berasal dari PAM, sumur dalam ( artesis ) atau kedua-duanya. 2. Volume Reservoir, sesuai yang diatur dengan ketentuan yang berlaku, harus diperkirakan berdasarkan waktu pemakaian yang disesuaikan dengan Klasifikasi Ancaman Bahaya Kebakaran bagi bangunan yang diproteksi.
3. Berdasarkan ancaman bahaya kebakaran, maka banyaknya dapat digunakan untuk lama waktu seperti ditentukan sebagai berikut :
Kelas Ancaman Bahaya Kebakaran Ringan
:
45 menit
Kelas Ancaman Bahaya Kebakaran Sedang
:
60 menit
Kelas Ancaman Bahaya Kebakaran Berat
:
90 menit
4. Bak Penampungan ( reservoir ) untuk persediaan air pada sistem hydrant dapat berupa reservoir bawah tanah ( ground tank ), tangki bertekanan ( presure tank ) atau reservoir atas ( gravity tank ). II.1.4.2 Pompa Pompa-pompa yang terpasang dalam sistem hydrant kebakaran merupakan perangkat alat yang berfungsi untuk memindahkan air dari bak penampungan ( reservoir ) ke ujung pengeluaran ( pipa pemancar / nozzle ). Pompa-pompa pada sistem hydrant ini sekurang-kurangnya terdiri atas 1 unit Pompa Jockey, 1 unit Pompa Utama dengan sumber daya listrik dan generator serta 1 unit Pompa Cadangan dengan sumber daya motor diesel.
Gambar 2.6 Pompa pada Hydrant
Berikut ini pompa – pompa yang terdapat pada hydrant : 1. Pompa Jockey Pompa Jockey berfungsi untuk mempertahankan tekanan statis didalam jaringan sistem hydrant. Pada saat terjadi pengeluaran kecil sejumlah air didalam jaringan pompa jockey ini akan bekerja guna mengembalikan
tekanan keposisi semula. Karenanya sekaligus pompa jockey juga akan berfungsi untuk memantau kebocoran - kebocoran pada jaringan sistem hydrant. Operasi kerja pompa jockey didisain untuk hidup ( start ) secara otomatis pada saat salah satu katup pengeluaran dibuka atau terjadi kebocoran pada jaringan dan akan berhenti bekerja ( stop ) secara otomatis pada saat katup bukaan ditutup.
Gambar 2.7 Pompa Jockey
2. Pompa Utama Pompa utama ini berfungsi sebagai penggerak utama bekerjanya sistem hydrant. Pompa Utama akan bekerja setelah kapasitas maksimal pompa jockey terlampaui. Operasi kerja pompa utama didisain untuk hidup ( start ) secara otomatis dan berhenti bekerja ( stop ) secara manual, melalui tombol reset pada panel pompa kebakaran. 3. Pompa Cadangan Pompa cadangan berfungsi sebagai penggerak cadangan dari sistem hydrant, yang titik start bekerjanya setelah pompa utama. Pompa ini meskipun berfungsi sebagai cadangan, namun tetap dalam kondisi “siaga operasi”. Dalam kondisi seperti ini pompa cadangan akan bekerja secara otomatis pada saat kapasitas maksimal pompa utama terlampaui, mengalami
kerusakan atau pada saat sumber daya utama ( PLN ) padam. Sama halnya dengan pompa utama, operasi kerja pompa cadangan didisain untuk hidup ( start ) secara otomatis dan berhenti bekerja ( stop ) secara manual. Spesifikasi pompa untuk kebutuhan hydrant yaitu : Kemampuan pompa dalam liter per menit Tempat dimana pompa akan terpasang Temperature dan berat jenis zat cair Panjang pemipaan, banyaknya belokan, dan banyaknya penutup / kaca Tekanan air pada titik tertinggi / terjauh tidak kurang 4 – 5 kg/cm Bekerja secara otomatis dan stop secara otomatis Sumber tenaga listrik harus ada dari generator darurat dapat bekerja secara otomatis dalam waktu kurang dari 10 detik bila sumber utama padam. II.1.4.3 Pemipaan Rangkaian jaringan pemipaan pada sistem hydrant terdiri atas : a) Pipa Hisap (suction) Ialah hydrant yang dilengkapi dengan selang berdiameter 2,5” yang penggunaannya diperuntukan secara khusus bagi petugas pemadam kebakaran atau orang yang telah terlatih. b) Pipa Penyalur Pipa Penyalur adalah pipa yang terentang dari Pipa Header sampai ke Pipa Tegak atau ke Hydrant Halaman. Diamater pipa berfariasi antara 4, 6 dan 8 inch sesuai dengan besar kecilnya sistem hydrant yang dipasang c) Pipa Header Pipa Header dapat dikatakan sebagai pipa antara yang ukuran diameternya biasanya lebih besar dari pipa lainnya didalam rangkaian sistem hydrant. Pipa ini merupakan tempat bertemunya pipa pengeluaran ( discharge ) dari pompa jockey, Pompa Utama maupun Pompa Cadangan sebelum kemudian ke pipa penyalur. Diameter pipa header ini bervariasi antara 6, 8 dan 10 inci, tergantung dari besar kecilnya sistem hydrant yang
dipasang. Dari pipa header ini, selain berhubungan dengan pipa penyalur, biasanya dihubungkan juga dengan pipa-pipa yang menuju ke tangki bertekanan ( pressure tank ), tangki pemancing ( priming tank ), Sirkulasi / by pass ke Reservoir ( safety valve ), pressure switch dan ke manometer indikasi tekanan kerja pompa. d) Pipa Tegak ( Riser ) Pipa Tegak adalah pipa yang dipasang vertical dari lantai terbawah sampai
dengan lantai teratas bangunan yang dihubungkan dari Pipa
Penyalur. Diameter pipa bervariasi antara 3, 4 dan 6 inch sesuai dengan besar kecilnya sistem hydrant yang dipasang. Berikut ini sistem pada pipa tegak :
Pipa Tegak Basah (wet riser) Pipa Tegak sistem basah adalah suatu sistem hydrant dimana pada jaringan hydrant tersebut telah terisi air dengan tekanan statis. air akan keluar pada saat katup di lantai-lantai dibuka dan pompa akan bekerja secara otomatis. Pipa Tegak Kering (dry riser) Pada sistem jaringan Pipa Tegak tidak terisi air. Pasokan dan tekanan air disediakan oleh mobil unit Pemadam Kebakaran melalui sambungan siamese connection. Pipa Tegak Kering dengan sistem Remote Control Pada sistem ini jaringan pipa tegak juga kosong, namun aliran air akan diperoleh dari sistem hydrant itu sendiri melalui operasi manual dengan mengaktifkan tombol manual yang terpasang pada kotak-kotak hydrant di lantai-lantai.
e) Pipa Cabang
Pipa Cabang adalah pipa yang dihubungkan dari pipa tegak sampai ke titik pengeluaran (outlet) hydrant pada lantai-lantai bangunan. Diameter pipa bervariasi antara 3 dan 4 inch. Dalam merencanakan sistem perpipaan harus memperhatikan hal – hal sebagai berikut : a) Diameter pipa induk ( pipa suction ) minimum 15 cm ( 6 inchi ) dan diameter pipa cabang ( pipa discharge ) minimum 10 cm ( 4 inchi ) atau dihitung secara hydrolis; b) Tidak boleh digabungkan dengan instalasi lainnya; c) Pipa berdiameter sampai 6,25 cm ( 2,5 inchi ) harus menggunakan sambungan ulir; d) Pipa berdiameter lebih besar 6,25 cm ( 2,5 inchi ) harus menggunakan sambungan las; e) Memasang pipa horizontal Diberi penggantung dengan kemampuan 5 x berat piap berisi air Harus terpisah dengan penggantung lain Jarak antara penggantung maximum 3,5 m; f) Pipa yang menembus beton bangunan harus disediakan selongsong dari besi tuang / pipa baja dengan kelonggaran minimum 25 mm diluar pipa; g) Pipa yang dipasang didalam tanah harus memenuhi persyaratan
Kedalaman minimal 75 cm dari permukaan tanah
Pipa harus diberi tumpuan pada jarak setiap 3 m
Dasar lubang galian harus cukup stabil dan rata
Pipa harus dicat ( flincoote ) minimum 3 ( tiga ) lapis
Pemasangan pipa didaerah korosi nperlu dilindungi dengan cara yang tepat.
II.1.5 Komponen Sistem Hydrant Komponen yang merupakan kelengkapan Sistem Hydrant terdiri dari :
1.
Katup-katup ( valve )
2.
Saklar Tekanan ( pressure switch )
3.
Tangki Tekanan ( pressure tank )
4.
Tangki Pemancing ( priming tank )
5.
Manometer
6.
Kotak hydrant isi 1 set selang dan pipa pemancar ( nozzle )
7.
Katup petugas Pemadam ( landing valve ) Katup ini berupa kopling keluaran ( outlet ) yang jenis dan ukurannya sesuai dengan kopling yang digunakan oleh DPK. Terpasang ditiap lantai bangunan, dihubungkan pada pipa tegak sistem hydrant. Fungsi dari katup ini adalah menghubungkan selang DPK dengan pipa tegak yang pasokan airnya oleh Unit Mobil Pompa melalui Siamese Connection. Sistem Hydrant yang diwajibkan katup jenis ini adalah bangunan dengan Klasifikasi Bangunan Menengah dan Bangunan Tinggi.
8.
Sambungan Dinas Pemadam ( siamese connection ) Siamese Connection adalah merupakan masukan ( inlet ) bercabang dua yang berfungsi untuk memasukkan air kedalam jaringan sistem hydrant apabila pompa kebakaran mengalami kerusakan atau air didalam reservoir telah habis. Kopling ini biasanya terletak ditempat yang mudah dilihat dan mudah dijangkau oleh mobil unit Pemadam Kebakaran.
Gambar 2. Siamese Connection
Yang Harus diperhatikan dalam Hydrant System : 1) Perhitungan Hydraulic Calculation yaitu perhitungan untuk menentukan kapasitas pompa yang dibutuhkan dalam mensuplai air sesuai dengan design yang ditentukan. 2) Supply air harus mencukupi (NFPA = 30 Menit, Indonesia = 90 Menit) 3) Pompa Hydrant harus mempunyai Jokey pump untuk menjaga tekanan selalu ada dalam pipa, dan pompa utama memakai rangkaian automatis bila tekanan turun, pompa utama akan jalan secara automatis 4) Back up engine pump, bila terjadi kebakaran dan listrik padam. II.2 Hydrant Gedung Hydrant gedung atau biasa disebut dengan hydrant box adalah suatu sistem pencegah kebakaran yang menggunakan pasokan air dan dipasang di dalam bangunan atau gedung. Hydrant box biasanya dipasang menempel di dinding dan menggunakan pipa tegak ( stand pipe ) untuk menghubungkan dengan pipa dalam tanah khusus kebakaran. Untuk menentukan kebutuhan pasokan air kebakaran menggunakan perhitungan SNI 03-1735-2000 dan NFPA ( National Fire Protection Association ) adalah sebagai berikut : Pasokan air untuk hydrant gedung harus sekurang-kurangnya 400 liter / menit, serta mampu mengalirkan air minimal selama 30 menit; Jumlah pasokan air untuk hydrant gedung yang dibutuhkan ditunjukkan dalam rumus sebagai berikut: V = Q x t..................................(2.2) Dimana : V = Volume air yang dibutuhkan hydrant ( liter ) Q = Debit aliran untuk hydrant pilar ( liter / menit ) t
= Waktu pasokan air simpanan (menit) Untuk menentukan jumlah dan titik hydrant gedung menggunakan acuan SNI (
Standar Nasional Indonesia ) dan NFPA ( National Fire Protection Association ) adalah sebagai berikut:
a) Lokasi dan jumlah hydrant bangunan ( kotak Hydrant / box hydrant ) diperlukan untuk menentukan kapasitas pompa yang digunakan untuk menyemprot air; b) Hydrant ditempatkan pada jarak 35-38 meter satu dengan lainnya, karena panjang satu dengan lainnya. Selang kebakaran dalam kotak hydrant adalah 30 meter, ditambah sekitar 5 meter jarak semprotan air; c) Pada atap bangunan yang tingginya lebih dari 8 lantai, perlu juga disediakan hydrant untuk mencegah menjalarnya api ke bangunan yang bersebelahan; d) Hydrant / selang kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah dijangkau dan relatif aman, dan pada umumnya diletakkan di dekat pintu darurat;
Gambar 2. Hydrant Gedung atau Hydrant Box
Untuk persyaratan teknis Hydrant Gedung menurut SK. GUB. KDKI Jakarta No. 2525 / 1984 dijelaskan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 2.2 Persyaratan Teknis Hydrant Gedung Diameter Slang Minimal Debet Air
2 ½ Inchi
1 ½ Inchi
900 liter / menit
380 liter / menit
(500 gpm)
(100 gpm)
• Untuk
bangunan
•
menengah 4 inchi Minimal
Diameter
Pipa
• Untuk bangunan tinggi
inchi •
4 inchi
Tegak
Untuk bangunan rendah 2 Untuk bangunan menengah 2½ inchi
•
Untuk bangunan Tinggi 4 inchi
Tekanan Maksimal
Tidak terbatas
Tekanan Minimal
4,4 kg / cm (65 psi)
2
2
6,8 kg / cm (199 psi) 2
4,4 kg / cm (65 psi)
( Sumber : SK. GUB. KDKI Jakarta No. 2525 / 1984 )
II.3 Hydrant Halaman Hydrant halaman atau biasa disebut dengan hydrant pilar, adalah suatu sistem pencegah kebakaran yang membutuhkan pasokan air dan dipasang di luar bangunan. Hydrant ini biasanya digunakan oleh mobil Pemadam Kebakaran untuk mengambil air jika kekurangan dalam tangki mobil. Jadi hydrant pilar ini diletakkan di sepanjang jalan akses mobil Pemadam Kebakaran. Untuk menentukan kebutuhan pasokan air kebakaran menggunakan perhitungan SNI 03-1735-2000 • Pasokan air untuk hydrant halaman harus sekurang-kurangnya 2400 liter/menit, serta mampu mengalirkan air minimal selama 45 menit. • Jumlah pasokan air untuk hydrant halaman yang dibutuhkan ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 2.3 Jumlah PasokanAir Untuk Hydrant Halaman
Sumber: (SNI 03-1735-2000)
Rumus yang digunakan V = Q x t..................................(2.1)
Dimana : V = Volume air yang dibutuhkan hydrant ( liter ) Q = Debit aliran untuk hydrant pilar ( liter / menit ) t
= Waktu pasokan air simpanan ( menit ) Terdapat dua macam hydrant halaman yaitu:
1.
Pressurized Hydrant ( Hydrant bertekanan ) a)
Hydrant Barel – Basah Dalam desain hydrant bertekanan dengan tipe barel basah, hydrant dihubungkan langsung ke sumber air bertekanan. Bagian atas atau barel
dari hydrant selalu diisi dengan air, dan tiap-tiap saluran memiliki katup tersendiri denan batang yang menjorok ke sisi.
Gambar 2. Hydrant Barel – Basah
b)
Hydrant Barel – Kering Dalam desain hydrant bertekanan dengan tipe barel kering, hydrant dipisahkan dari sumber air bertekanan oleh katup utama di bagian bawah hydrant di bawah tanah. Bagian atas tetap kering sampai katup utama dibuka dengan menggunakan alat tertentu. Tidak terdapat katup di saluran tempat keluarnya air. Hydrant dengan tipe barel kering biasanya digunakan pada saat musim dingin dimana suhu bisa turun di bawah 0oC hal ini dilakukan untuk mencegah hydrant dari pembekuan.
2.
Non Pressurized ( dry ) Hydrant ( Hydrant yang tidak bertekanan )
Gambar 2. Non Pressurized ( dry ) Hydrant
Di daerah pedesaan dimana sistem air perkotaan tidak tersedia; hydrant kering digunakan untuk memasok air untuk keperluan pemadaman kebakaran. Hydrant kering dapat dianalogikan sebagai instalasi keran, yang terdiri dari pipa dan keran atau katup yang dipasang secara permanen dimana salah satu dari ujung pipa tersebut terletak di bawah permukaan air danau atau kolam. II.4 Teknik Penggunaan Media Pemadam Kebakaran ( Media Pemadam Air ) II.4.1 Pancaran Jet Pancaran jet utuh (solid stream) adalah pancaran yang berasal dari nozzle-nozzle yang dari masukan sampai moncongnya tidak ada penghalang kecuali penyempitan diameter (play-pipe nozzle). Pancaran jet lurus (straight stream) adalah pancaran yang berasal dari nozzle yang antara lubang masukan dengan keluarannya terdapat penghalang, umumnya pancaran ini berasal dari nozzle yang bisa diatur dari spray sampai dengan jet.
Gambar 2. Semprotan Jet
Ciri dari semprotan jet :
Jumlah air besar.
Jangkauan semprotan jauh.
Untuk kebakaran kelas A, seperti pada pemadaman kebakaran, rumah, hutan atau padang rumput dan lain-lain.
Untuk kebakaran kelas B, secara idak langsung untuk pendingin tangki.
Pancaran utuh mempunyai jumlah air yang lebih banyak dibanding dengan pancaran lurus.
II.4.2 Pancaran Tirai (Spray) 1.
Jumlah air besar.
2.
Jangkauan semprotan dekat/pendek.
3.
Untuk kebakaran kelas A, (seperti untuk sprinkler).
4.
Kelas B (untuk pendinginan wadahnya dan dilusi).
5.
Juga dipakai sebagai perisai air untuk radiasi panas dari api dalam usaha menutup kerangan, menutup bocoran maupun tugas-tugas penyelamatan.
II.4.3 Pancaran Kabut (Fog) 1. Jumlah air relatif sedikit. 2. Jangkauan semprotan dekat/pendek.
3. Untuk kebakaran kelas A, B dan C (dengan teknik khusus), juga bisa dipakai sebagai perisai air pecahan/pengurang radiasi panas dari api walaupun tidak sebaik pancaran tirai.
Gambar 2.. Pancaran Kabut (fog)
II.5 Pemadaman Kebakaran Hydrant System II.5.1 Prosedur Kerja Pemadaman Kebakaran Hydrant System Prosedur kerja pemadaman kebakaran hydrant system dibagi menjadi tiga langkah utama, yaitu langkah persiapan, langkah pemadaman dan posisi pemadaman. Masing-masing langkah akan dijelaskan pada paragraf dibawah ini :
Langkah Persiapan 1. Setiap regu akan dipanggil oleh instruktur untuk tampil di lapangan pada lokasi yang telah ditentukan guna melakukan persiapan pemadaman kebakaran ( beregu ) dengan berbaris sesuai aba - aba. 2. Setelah selesai penghormatan kepada instruktur maka kepala regu segera laporan sebagai berikut : ”lapor, regu….( dengan menyebutkan nama atau
nomor regu ), jumlah 6 orang dengan peralatan lengkap siap melaksanakan pemadaman kebakaran. 3. Kemudian instruktur memberikan aba-aba “kerjakan”. 4. Begitu aba-aba dari instruktur selesai, semua anggota regu secara serempak mengulangi perintah instruktur “kerjakan” dan langsung bertindak.
Langkah Pemadaman 1. Susunan dan tugas anggota regu tertera pada tabel pembagian regu dan tugas. 2. Setelah api berhasil dipadamkan, setiap anggota melakukan pembenahan peralatan. 3. Selesai pembenahan regu pemadam kebakaran segera berbaris seperti semula dan kepala regu pasukan penanggulangan kebakaran segera lapor sebagai berikut : “regu…( dengan menyebut nama atau nomor regu ) telah selesai memadamkan kebakaran, anggota selamat, api padam, peralatan lengkap, laporan selesai”. 4. Instruktur memberikan aba-aba “bubarkan” dan kepala regu menjawab “bubarkan” diteruskan memimpin penghormatan kepada instruktur dan selesai instruktur membalas maka regu pasukan pemadam kebakaran bisa dibubarkan.
Posisi Pemadaman 1. Posisi memegang selang, pada saat mulai memegang nozzle bertekanan, kuda-kuda dan cara memegang nozzle harus mantap. 2. Membuka dan menutup nozzle, arah harus keatas dengan kuda-kuda yang baik. 3. Sebelum merubah bentuk spray menjadi jet, perhatikan dahulu kudakudanya ( harus mantap ). 4. Jika tidak kuat menahan tarikan selang ( jet effect ), janganlah nozzle itu dilepaskan, tetapi rendahkan badan ( untuk mengurangi tarikan tersebut). 5. Jika waktu memegang nozzle bertekanan, ternyata tidak kuat dan jatuh, jatuhkan bersama-sama nozzle tersebut ( nozzle jangan dilepaskan )
Gambar 2.. Posisi Masing - Masing Personil Dalam Menghadapi Api (a)
Gambar 2.. Posisi Masing - Masing Personil Dalam Menghadapi Api (b)
II.5.2 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan untuk Pemegang Nozzle Adapun hal - hal yang perlu diperhatikan untuk pemegang nozzle adalah sebagai berikut : 1. Posisi kaki selalu kuda-kuda. 2. Buka/tutup pancaran air harus diarahkan keatas. 3. Saat pancaran jet ( utuh ), sebaiknya nozzleman dalam posisi ditempat (berhenti, tidak bergerak) dan ingat bahaya tekanan balik dari pemancaran air. 4. Kalau bergerak harus dengan pancaran tirai, kaki tidak melangkah tetapi bergeser dan selalu membentuk kuda-kuda. 5. Pandangan selalu ke depan kearah api dan selalu memperhatikan kerjasama ( teamwork ). 6. Cara memegang nozzle sesuai prinsip ergonomi yang aman dan disesuaikan teknik pemadaman yang diinginkan.
II.5.3 Make-up ( Penggulungan ) Sebelum membuka ikatan-ikatan coupling, tutup seluruh induk yang ada dipompa ( hydrant ) dan menghilangkan ( release ) tekanan yang ada dalam selang dengan cara membuka nozzle. Melepas coupling sewaktu selang masih bertekanan dapat mengakibatkan selang lepas dan terputar dengan cepat dan akan melukai tangan kita. II.5.4 Prinsip Cara Meringkas Selang Prinsip cara meringkas selang akan dijelaskan pada paragraf beikut ini : 1.
Luruskan selang sehingga tidak terdapat lekkan dan buang air dalam selang dari arah air ke arah api.
2.
Gulung selang dari arah api ke sumber air.
3.
Letakkan coupling dalam gulungan tunggal/ganda, Coupling Draad = lakilaki didalam, betina disebelah luar. Dan Coupling Instantaneous = betina didalam, laki-laki disebelah luar, Coupling Storz dan Hemaprodite = sembarang.
III. PERALATAN Instalasi Hydrant Kebakaran
IV. RANGKAIAN PRAKTEK
V. PROSEDUR KERJA PEMADAMAN KEBAKARAN HYDRANT SYSTEM 1.
Langkah Persiapan a. Setiap regu akan dipanggil oleh dosen/instruktur untuk tampil dilapangan pada lokasi yang telah ditentukan guna melakukan persiapan pemadaman kebakaran (beregu) dengan berbaris sesuai aba-aba pada lampiran 1. b. Setelah selesai penghormatan kepada instruktur (lampiran 1) maka kepala regu segera laporan sebagai berikut : ”lapor, regu….(dengan menyebutkan nama atau nomor regu), jumlah 6 orang dengan peralatan lengkap siap melaksanakan pemadaman kebakaran. c. Kemudian instruktur memberikan aba-aba “kerjakan”. d. Begitu aba-aba dari instruktur selesai, semua anggota regu secara serempak mengulangi perintah instruktur “kerjakan” dan langsung bertindak.
2.
Langkah Pemadaman a. Susunan dan tugas anggota regu tertera pada lampiran 1. b. Setelah api berhasil dipadamkan, setiap anggota melakukan pembenahan peralatan. c. Selesai pembenahan regu pemadam kebakaran segera berbaris seperti semula dan kepala regu pasukan penanggulangan kebakaran segera lapor sebagai berikut : “regu…(dengan menyebut nama atau nomor regu) telah selesai memadamkan kebakaran, anggota selamat, api padam, peralatan lengkap, laporan selesai”. d. Instruktur memberikan aba-aba “bubarkan” dan kepala regu menjawab “bubarkan” diteruskan memimpin penghormatan kepada instruktur dan selesai instruktur membalas maka regu pasukan pemadam kebakaran bisa dibubarkan. e. Khusus untuk komandan regu diberikan 1 ( satu ) kali tes ketrampilan memadamkan kebakaran parit berisi minyak dengan 1 ( satu ) APAR jenis Dry Chemical Powder Cartridge Type dan ini termasuk penilaian.
LAMPIRAN 1. Aba-aba dalam Pelaksanaan Pemadaman Kebakaran Tabel 5.1. Aba - Aba Dalam Pelaksanaan Pemadaman Kebakaran No. 1
Aba-aba
Aba-aba
Peringatan
Pelaksanaan
Satu baris bersap
Kumpul
Tindakan Semua berkumpul membentuk satu baris bersap.
2
Siap
3
Setengah
Gerak
Bersikap tegak (sikap sempurna).
lengan, Gerak
Dengan tangan kanan disikukan
lencang kanan
kekanan dan tengok ke kanan guna meluruskan barisan.
4
Tegak
Gerak
Semua kembali bersikap siap.
5
Hitung
Mulai
Berhitung dari nomor satu sampai habis.
6
Kepada
instruktur Gerak
Semua anggota hormat.
hormat Sumber : Modul Praktikum SPPK, 2014
2. Pembagian Regu dan Tugas Tabel 5.2. Pembagian regu dan tugas Tugas No .
1
Jabatan
Kepala regu
Persiapan
Pemadaman
Pemadaman
Kebakaran
Membawa
3. Memimpin
nozzle
dan
regunya.
Pembenahan 6. Membawa/mengumpulkan nozzle cabang.
dan
connection
connection cabang.
4. Mengecek
7. Membantu
persiapan
membenahi
peralatan.
pemadaman. 5. Memerintahkan membuka
dan
menutup hydrant. Membawa
Operator 2
pompa
Memasang
kunci hydrant
selang
dan membuka
hydrant
tutup hydrant.
pompa.
/
ke atau
hydrant atau pompa.
Mengumpulkan hydrant
Membuka atau
hydrant
Melepaskan selang dari
dan
kunci menutup
kembali tutup hydrant.
menutup kerangan hydrant atau fire pump. Membawa selang 1,5 in.
3
Menggelar selang 1,5 m. Memasang
Nozzleman
Melepaskan nozzle.
Mengosongan selang.
Menggulung selang.
Melepaskan
nozzle. Melaksanakan pemadaman. Membawa selang 2,5 in.
Menggelar selang 2,5 m. Menyambung
4
Helper
selang
2,5 in.
dengan
selang
sambungan
Mengosongan selang 2,5 in.
Menggulung selang 2,5 in.
Melepaskan nozzle.
Mengosongan selang.
berkutnya. Membawa 5
Nozzleman
selang 1,5 in.
Menggelar selang 1,5 in.
Memasang
Menggulung selang.
Melepas
nozzle. Melaksanakan pemadaman. Membawa selang 2,5 in.
Menggelar selang 2,5 in. Menyambung
cabang.
selang 2,5 in dan 6
Helper
1,5 in dengan connection cabang. Meneruskan perintah kepala regu.
Sumber : Modul Praktikum SPPK, 2013
connection
Mengosongan selang 2,5 in.
Menggulung selang 2,5 in.
VI. DAFTAR PUSTAKA Handoko, Lukman.2013.Modul Praktikum Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran.Surabaya : Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran ( 1998 ), Petrokimia Gresik Departemen Tenaga Kerja.1996.Training Material K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran. SNI 03-1735-2000 tentang Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan dan Akses Lingkungan
Tugas Pendahuluan
1. Apa yang dimaksud dengan Siamese Connection, Nozzle, Hose Reel, Hydrant Pilar, Hydrant Box ? Jawab: Siamese Connection adalah merupakan masukan ( inlet ) bercabang dua yang berfungsi untuk memasukkan air kedalam jaringan sistem hydrant apabila pompa kebakaran mengalami kerusakan atau air didalam reservoir telah habis. Nozzle adalah salah satu komponen hydrant untuk memancarkan air atau bahan pemadam api kimia lainnya. Hose Reel adalah selang yang digunakan untuk mengalirkan air pada bagian ujungnya selalu terpasang nozzle secara tetap dihubungkan secara permanen dengan sumber air bertekanan. Hydrant pilar adalah suatu sistem pencegah kebakaran yang membutuhkan pasokan air dan dipasang di luar bangunan. Hydrant ini biasanya digunakan oleh mobil Pemadam Kebakaran untuk mengambil air jika kekurangan dalam tangki mobil. Jadi hydrant pilar ini diletakkan di sepanjang jalan akses mobil Pemadam Kebakaran. Hydrant box adalah hydrant yang dipasangkan dengan box yang mempunyai dua kategori yaitu indoor dan outdorr. 2. Sebutkan macam – macam pompa yang digunakn dalam Instalasi Hydrant System dan apa fungsi masing – masing ? Jawab: Pompa Jockey Pompa Jockey berfungsi untuk mempertahankan tekanan statis didalam jaringan sistem hydrant. Pada saat terjadi pengeluaran kecil sejumlah air didalam jaringan pompa jockey ini akan bekerja guna mengembalikan tekanan keposisi semula. Karenanya sekaligus pompa jockey juga akan berfungsi untuk memantau kebocoran - kebocoran pada jaringan sistem hydrant. Operasi kerja pompa jockey
didisain untuk hidup ( start ) secara otomatis pada saat salah satu katup pengeluaran dibuka atau terjadi kebocoran pada jaringan dan akan berhenti bekerja ( stop ) secara otomatis pada saat katup bukaan ditutup. Pompa Utama Pompa utama ini berfungsi sebagai penggerak utama bekerjanya sistem hydrant. Pompa Utama akan bekerja setelah kapasitas maksimal pompa jockey terlampaui. Operasi kerja pompa utama didisain untuk hidup ( start ) secara otomatis dan berhenti bekerja ( stop ) secara manual, melalui tombol reset pada panel pompa kebakaran. Pompa Cadangan Pompa cadangan berfungsi sebagai penggerak cadangan dari sistem hydrant, yang titik start bekerjanya setelah pompa utama. Pompa ini meskipun berfungsi sebagai cadangan, namun tetap dalam kondisi “siaga operasi”. Dalam kondisi seperti ini pompa cadangan akan bekerja secara otomatis pada saat kapasitas maksimal pompa utama terlampaui, mengalami kerusakan atau pada saat sumber daya utama ( PLN ) padam. Sama halnya dengan pompa utama, operasi kerja pompa cadangan didisain untuk hidup ( start ) secara otomatis dan berhenti bekerja ( stop ) secara manual.