LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
Dosen Pengampu : Rizka Fitriyani S, S.Pd., M.Si
Tanggal Percobaan : Selasa, 02 Mei 2017
Tanggal Pengumpulan : Selasa, 22 Mei 2017
Disusun Oleh :
Gita Yunastrie Wowor (1127040028)
Novia kusuma wardani (1157040042)
Rizki Mauludin (1157040052)
Sarah Nafisah (1157040055)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2017
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
I.Tujuan
Menentukan jarak yang ditempuh setiap noda dan jarak yang ditempuh pelarut.
Memisahkan beberapa logam (Ni, Mn, dan Zn) atau asam amino dari sampel dengan teknik kromatografi lapis tipis.
Menetapkan nilai Rf dari logam Ni, Mn, dan Zn.
II.Pembahasan
Percobaan ini berjudul "Kromatografi Lapis Tipis". Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan jarak yang ditempuh setiap noda dan jarak yang ditempuh pelarut serta memisahkan beberapa logam (Ni, Mn, dan Zn) atau asam amino dari sampel. Pada percobaan ini fase diamnya adalah silika gel (asam silikat). Silika gel ini hampir dapat memisahkan semua zat dalam suatu cuplikan. Silika ini bersifat aktif dan efek pemisahannya berupa adsorbsi dan partisi, silika gel merupakan suatu adsorben yang bersifat polar jadi cuplikan akan ditahan berdasarkan pada perbedaan kepolarannya. Berbeda dengan kromatografi kertas, pada KLT plat yang digunakan berukuran relatif kecil.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan suatu teknik kromatografi sederhana dengan menggunakan lempeng kaca yang ditutupi penyerap bentuk lapis tipis dan kering seperti silika gel, alumina, selulosa dan poliamida. Teknik kromatografi lapis tipis ini memiliki kelebihan yang nyata jika dibandingkan dengan kromatografi kertas yaitu ketajaman pemisahannya yang lebih besar serta kepekaannya yang lebih tinggi.
Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang sama. Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula.
Pada dasarnya, teknik kromatografi ini membutuhkan zat terlarut yang terdistribusi di antara dua fase, yaitu fase diam (silika gel yang mengikat molekul air), dan fase gerak yaitu pelarut organik yang sesuai. Fase gerak (eluen) adalah yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan untuk melewati fasa diam (adsorben). Interaksi antara adsorben dengan eluen sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen sampel secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluen.
Percobaan yang dilakukan menggunakan teknik kromatografi lapis tipis dengan cara memberi tiga totolan larutan Ni, Mn, dan Zn. Dikatakan sebagai fase gerak karena Ni, Mn, dan Zn berfungsi sebagai larutan yang dapat membawa sampel dan mampu menarik sampel yang ditotolkan pada plat lapis tipis. setelah menyiapkan pelarut yang sesuai perlu pula disiapkan plat KLT yang diukur terlebih dahulu. Pada pembuatan garis menggunakan pensil, agar tidak terjadi reaksi antara pensil yang digoreskan pada kertas dengan sampel. Setelah itu, ketiga cuplikan sampel yang mengandung Ni, Mn, dan Zn ditotolkan pada plat KLT kemudian dikeringkan agar sampel teradsorbsi dengan baik oleh fasa diam serta untuk mencegah terjadinya reaksi antara sampel dengan pelarut. selanjutnya dimasukkan ke dalam chamber untuk mengembangkan kromatogram (elusi). Eluen dibuat dengan campuran aseton: HCl 0,05 M. Proses elusi sampel bergerak naik dengan adanya gaya kapiler. Senyawa polar akan melekat lebih kuat pada lempengan dari pada senyawa non polar akibat interaksi dipol-dipol. Senyawa non polar kurang melekat erat pada fasa diam sehingga memiliki laju alir yang lebih besar ke atas lempeng begitu sebaliknya dengan senyawa non polar, dimana jarak tempuh ke atas lempeng merupakan cermin polaritas senyawa (like dissolved like).
Setelah eluen menempuh jarak telah ditentukan sebelumnya, kertas kromatografi dikeluarkan lalu dikeringkan dalam suhu kamar. Selanjutnya disemprotkan dengan ninhidrin. Penyemprotan dilakukan karena ninhidrin bersama larutan (Ni, Mn, dan Zn) akan terbentuk kompleks berwarna. Hasil penyemprotan dengan ninhidrin akan menyebabkan timbulnya warna/noda pada kertas kromatografi.
Tahapan selanjutnya yaitu untuk pemisahan asam amino, berdasarkan pengamatan setelah dilakukan pengukuran jarak eluen adalah 1,0 cm, jarak gerak Ni adalah 0,5 cm, jarak gerak Mn adalah 0,4 cm, dan jarak gerak Zn adalah 0,5 cm. Dengan demikian juga dapat diketahui nilai Rf untuk pemisahan ini adalah pada Ni 0,17, pada Mn 0,13, dan pada Zn 0,17. Penggunaan eluen inilah yang menjadi salah satu penyebab sampai tidak munculnya warna noda pada KLT dalam percobaan ini. Sedangkan faktor penyebab lainnya disebut dengan faktor yang mempengaruhi nilai Rf pada KLT seperti kualitas adsorben, ketebalan lapisan, kejenuhan ruang kromatografi, teknik pengembangan (elusi), suhu, dan kualitas pelarut.
Pada dasarnya, Nilai Rf menyatakan ukuran daya pisah suatu zat dengan metode KLT. Nilai Rf tersebut ditentukan dengan membandingkan jarak noda yang dihasilkan dari migrasi pelarutnya dengan jarak sample/ standar. Dimana jika nilai Rf nya besar berarti daya pisah zat dengan eluenya maksimum sedangkan jika nilai Rf nya kecil berarti daya pisah zat yang dengan eluenya minimum, atau apabila analit lebih menyukai fase gerak maka laju alirnya (Rf) akan besar, dan sebaliknya bila analit menyukai fase diam maka laju alirnya (Rf) akan kecil (like dissolved like), maka dapat kita ketahui nilai Rf lebih besar pada logam Zn dibanding dengan Ni dan Zn.
Tidak munculnya noda dalam percobaan kali ini dapat disebabkan oleh faktor–faktor yang mempengaruhi nilai Rf seperti diatas, akan tetapi ada juga kemungkinan lain misalnya noda yang tidak nampak, sehingga untuk menampakkan noda tersebut harus direaksikan dengan reagen penampak warna berupa ion logam transisi untuk membentuk kompleks, karena salah satu ciri senyawa kompleks adalah berwarna akibat adanya bilangan koordinasi dari atom pusatnya. Adapun untuk identifikasi dan deteksi zat setelah terbentuknya noda dilakukan dengan beberapa cara misalnya; planimetri, densitometri, spektrofotometri, dan fluorensis, dimana masing – masing alat tersebut memeliki kelebihan dan kekurangan yang jika dijabarkan akan lebih panjang dan rumit karena dihubungkan dengan proses penggunaanya.
Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana dan dapat dikatakan hampir semua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara cepat.
III.Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan, dapat disimpulkan bahwa :
Jarak yang ditempuh setiap noda :
Jarak Ni : 0,5 cm
Jarak Mn : 0,4 cm
Jarak Zn : 0,5 cm
Logam Ni, Mn, dan Zn dalam campurannya dapat dipisahkan melalui teknik kromatografi lapis tipis dengan fasa diam berupa pelat alumina silika dan fasa gerak (eluen) Aseton : HCl (1,5 : 1,5).
Jarak Rf setiap noda :
Rf Ni : 0,17
Rf Mn : 0,13
Rf Zn : 0,17.