BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia permesinan manufaktur, menghasilkan barang atau produk sesuai permintaan konsumen merupakan prioritas utama. Terutama jika konsumen meminta barang dengan ukuran tepat, jumlah melimpah, dan dalam waktu yang singkat.
Demi
menghasilkan
barang-barang
tersebut,
maka
pekerjaan
menggunakan teknik permesinan biasa tidak akan mampu mencapai target yang diinginkan. Oleh karena itu, untuk menyiasati hal tersebut para teknisi memutar otak dengan merancang alat bantu khusus. Alat bantu ini dirancang sesuai pekerjaan dan permintaan konsumen. Bahkan untuk setiap pesanan konsumen membutuhkan alat bantu tersendiri, sehingga berbeda-beda untuk setiap pesanan. Namun, terdapat pula alat bantu yang mampu merangkap dua atau tiga pekerjaan bahkan lebih dari itu. Alat bantu ini dirancang seefektif dan see fisien mungkin sehingga mudah dalam pemasangan dalam mesin, mampu mempersingkat mempersingkat waktu pengerjaan termasuk pula mampu memproduksi jumlah barang yang melimpah. Secara umum alat bantu ini dalam dunia manufaktur disebut Jig and Fixture. Fixture. Penggunaan istilah ini pun juga terdapat pada instansi-instansi pendidikan. Namun, tidak jarang pula masyarakat masyarakat awam menyebutnya dengan “pangkon” atau “suwol”. “suwol”. Jig and Fixture Fixture memang dirancang khusus untuk mempermudah pengerjaan produksi. Dalam perancangannya pun diukur dan didesain sedemikian rupa sehingga sesuai dengan benda yang akan dilakukan pengerjaan mesin. Hal ini tentunya akan mempermudah pemasangan, pengerjaan, bahkan pelepasan benda denga alat bantu tersebut ketika benda selesai dikerjakan. Benda yang dihasilkan juga dapat dipastikan kepresisiannya, ketepatannya, dan kebenarannya tanpa dilakukan pengukuran kembali. Namun perlu diketahui pula bahwa terkadang teknisi bengkel atau perusahaan industri mungkin mungkin hanya merancang Jig merancang Jig and Fixture berdasarkan Fixture berdasarkan tujuan produksi tanpa melihat dari segi keselamatan, keamanan, bahkan dampaknya pada tool mesin, dan sebagainya. Oleh karena itu, demi memperoleh kevalidan data terhadap opini tersebut, dilakukanlah observasi ini. Di samping sebagai pemenuhan
1
tugas akhir, observasi ini juga dilakukan untuk menganalisis bentuk-bentuk Jig and Fixture di lapangan, apakah sudah tepat baik dalam hal keamanan tool dan beberapa faktor mengenai alat bantu tersebut (seperti keefektifan dan keefisienannya dalam kegiatan produksi). Kemudian setelah menganalisis diberikan pula evaluasi dan perbaikan terhadap alat bantu tersebut agar ke depan diharapkan mampu lebih memberikan manfaat pada kegiatan produksi manufaktur.
1.2 Identifikasi Masalah
Pembuatan Jig atau Fixture di lapangan yang terkadang masih ditemukan beberapa kekurangan, seperti dari segi keamanan baik terhadap pengguna maupun mesin (tool ), kefeefisienan dan kemudahan perakitan maupun pemasangan, termasuk pula dari segi pengukuran (ada beberapa jig dan fixture yang masih dilakukan pengukuran ketika proses pemasangan maupun saat pengecekan hasil akhir benda kerja).
1.3 Perumusan dan Pembatasan Masalah
Pada observasi kali ini jenis jig atau fixture yang akan dianalaisis adalah fixture pada mesin Frais atau Milling . Berikut rumusan masalahnya: 1.3.1
Bagaiman deskripsi dan bentuk fixture dari mesin milling yang ditemukan di objek observasi?
1.3.2
Bagaimana
pendapat
mengenai fixture tersebut
(kelebihan
dan
kekurangan)? 1.3.3
Bagaimana perbaikan desain fixture tersebut?
1.4 Tujuan Observasi
Tujuan utama observasi ini adalah sebagai pemenuhan tugas akhir pada matakuliah Perencanaan Alat dan Penepat. Tujuan lainnya akan dijelaskan sebagai berikut. 1.4.1
Mendiskripsikan bentuk fixture dari mesin milling yang ditemukan di objek observasi.
1.4.2
Mendiskripsikan pendapat (kelebihan dan kekurangan) dari desain fixture tersebut.
2
1.4.3
Mendiskripsikan perbaikan desain fixture tersebut.
1.5 Manfaat Observasi
Adanya observasi ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa. Hal ini dikarenakan dapat membuktikan secara langsung bagaimana wujud asli dari beraneka ragam bentuk jig maupun fixture yang ada di lapangan. Selain itu, juga dapat mengasah kemampuan mahasiswa dalam mengkritik, menilai, bahkan memperbaiki desain-desain jig atau fixture tersebut agar lebih sesuai dan tepat sasaran dalam penggunaanya.
1.6 Metodologi Observasi
1.6.1
Tempat observasi Observasi dilakukan di wilayah
home industry Mayangan, Jalan
Martadinata, Kota Pasuruan. 1.6.2
Waktu Observasi Observasi dilaksanakan pada:
1.6.3
Hari
: Kamis
Tanggal
: 24 November 2016
Jam
: 12.00-15.30 WIB
Metode Observasi Observasi dilakukan dengan metode wawancara dan pengambilan foto dokumentasi dari jig atau fixture mesin milling yang dimiliki oleh home industry tersebut.
3
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN OBSERVASI
2.1 Deskripsi Fixture
Berdasarkan observasi di bengkel home industry di wilayah Mayangan, Kota Pasuruan ditemukan fixture untuk mesin milling ( frais) khususnya pada pengerjaan bor milling. Fixture ini digunakan untuk membentuk pengeboran sudut pada salah satu part penyangga penerima sinyal pada antena parabola. Berikut kejelasan foto dari fixture dan benda kerja.
Gambar Benda Kerja Terpasang pada Fixture Pada foto tersebut kotak merah merupakan gambar benda kerja, sedangkan lingkaran biru menunjukkan spesifikasi bagian benda kerja yang dikerjakan dengan proses bor milling. Selain itu, kegunaan lain adalah untuk mempermudah pekerjaan massal menggunakan mesin frais khususnya pada pekerjaan bor milling ini. Posisi benda kerja dimiringkan sehingga dapat membentuk pengeboran sudut. Kemiringan posisi benda kerja telah diatur melalui fixture karena pada dasarnya fixture telah di posisikan miring. Posisi miring tersebut dikarenakan terdapat penyangga dibawahnya dengan tebal 15 mm.
Gambar Penyangga (kotak merah)
4
Gambar Posisi Kemiringan Fixture
Gambar pertama menjelaskan foto gabungan antara benda kerja beserta fixture. Agar lebih jelas terdapat pula foto dari bagian-bagian penyusun fixture tersebut.
1
2
5
3
Keterangan: 1. Fixture utama yang dipasang pada sebuah pelat lebar dan terdapat penyangga dari pelat kecil. Penggabungan ketiganya dengan pengelasan. Terutama untuk dudukan penyangga benda kerja yang berbentuk lingkaran dipasang pada plat dengan pengelasan tack well . Dudukan penyangga dibuat dari silinder pejal dan dikerjakan pembubutan kemudian diberikan thread agar berfungsi seperti baut.
5
2. Benda kerja 3. Silinder pengunci, berfungsi sebagai pengunci sebelum diberi mur 4. Mur segi enam 5. Mur pengunci (berbentuk seperti topi) Bagian-bagian tersebut kemudian disusun secara urut dan dipasangkan pada meja kerja mesin milling bor. Pemasangan dilakukan dengan penguncian menggunakan mur yang dimasukkan pada lubang plat dasar fixture utama. Penjelasan-penjelasan sebelumnya hanya menjelaskan fixture berdasarkan foto hasil observasi. Dikarenakan beberapa foto tidak menunjukkan kejelasan tentang posisi pandangan baik dari setiap bagian dan juga assembly fixture beserta benda kerjanya, maka gambar tersebut diperjelas menggunakan Autodesk Inventor. Berikut penjelasannya:
Fixture Utama
R 12.5
Tampak Atas
Tampak Depan
Tampak Samping
6
Benda Kerja
Tampak Depan Tampak Depan
Tampak Samping
Silinder Pengunci
7
Tampak Depan
Tampak Atas
Tampak Samping
Plat Penyangga
Tampak Atas
8
Tampak Depan Tampak Samping
Plat Dasar
Tampak Atas
Tampak Depan
Tampak Samping
9
Assembly Fixture dan Benda Kerja
Tampak Atas
Tampak Depan Tampak Samping
10
2.2 Pendapat Tentang Fixture
Secara kasat mata fixture hasil observasi terlihat baik. Hal ini dikarenakan fixture telah di desain sesuai fungsi dasarnya yakni menempatkan, memegang, dan menyangga benda kerja secara kuat dan tepat. Namun perlu diketahui dari sisi efisien, fixture tersebut kurang efisien. Hal tersebut terlihat pada penggunaan silinder pengunci, mur segi enam, dan mur pengunci yang berbentuk seperti topi. Fungsi ketiganya sama yakni pengencangan dan penguatan benda kerja agar tidak bergeser, tetapi akan lebih baik jika dipilih salah satu dari ketiga opsi tersebut. Selain itu, pada dudukan mesin (fixture utama) terdapat lubang bekas te mbusan tool milling bor dari benda kerja, tetapi hal ini dapat menghambat pengeluaran tatal. Jika tidak diperbaiki maka, tatal tidak akan keluar bebas dan menyebabkan penghambatan kerja tool. Berikut gambar penjelasannya.
Gambar Bagian yang Tidak Efisien
Gambar Lubang Bekas Milling Bor
11
2.3 Perbaikan Fixture
Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan dua kekurangan dari fixture tersebut. 1. Penggunaan tiga komponen pengunci yang tidak efisien untuk pekerjaan massal. 2. Tidak memiliki lubang yang luas dan tembus untuk tempat keluarnya tatal. Oleh karena itu, fixture akan diperbaiki dengan tiga perbaikan yakni. 1. Penggunaan mur segi enam sebagai pengunci. 2. Desain dudukan benda kerja (fixture utama) disesuaikan dengan lubang benda kerja begitu pula tingginya. 3. Pemberian lubang untuk keluarnya tatal. Agar lebih jelas berikut gambar pembenahan.
Dudukan mesin (fixture utama) dengan penyesuaian tinggi dan lebar lubang benda kerja serta lubang keluarnya tatal
Tampak Atas
12
Tampak Depan
Tampak Samping
Assembly Fixture Utama dengan Benda Kerja
Tampak Atas
Tampak Depan
13
Tampak Samping
Tampak Bawah
Assembly Fixture dengan Pelat dan Mur
Tampak Atas
14
Tampak Depan
Tampak Samping
15
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan hasil observasi di wilayah home industry Mayangan, Kota Pasuruan, fixture untuk pengerjaan bor milling sudah dapat dikatakan baik. Namun, kendala efisiensi masalah penguncian benda kerja mampu menghambat waktu pemasangan dan dapat menurunkan tingkat produksi massal. Oleh karena itu, dipilih salah satu opsi yakni penguncian menggunakan mur segi enam. Selain itu bekas lubang tool bor milling yang terdapat pada dudukan atau fixture utama dapat menghambat keluarnya tatal. Sehingga pada perbaikan lubang tersebut ditembuskan dan diperluas agar tatal dapat keluar dan tidak menghambat waktu pekerjaan berlangsung.
16