ix
60
LAPORAN KERJA PRAKTIK
"Operasi dan Pemeliharaan Fasilitas dan Jaringan"
di
PT. PGAS SOLUTION
SURABAYA, JAWA TIMUR
03 – 28 AGUSTUS 2015
Disusun Oleh :
M. Izzuddin Jundullah H. (1412100050)
Rachmat Hisyam Febriansyah (1412100051)
Shalahudin Nur Ayyubi (1412100114)
Dosen Pembimbing :
Dra. Harmami, MS.
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2015
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PGAS SOLUTION
03 Agustus – 28 Agustus 2015
"Operasi dan Pemeliharaan Fasilitas dan Jaringan"
Disusun Oleh :
M. Izzuddin Jundullah H. (1412100050)
Rachmat Hisyam Febriansyah (1412100051)
Shalahudin Nur Ayyubi (1412100114)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Menyetujui,Koordinator MR/S Area SurabayaSanjayaMenyetujui,Koordinator MR/S Area SurabayaSanjayaMengetahui,Site Manager Area SurabayaM. Agung Gede A. P.Mengetahui,Site Manager Area SurabayaM. Agung Gede A. P.Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh :
Menyetujui,
Koordinator MR/S Area Surabaya
Sanjaya
Menyetujui,
Koordinator MR/S Area Surabaya
Sanjaya
Mengetahui,
Site Manager Area Surabaya
M. Agung Gede A. P.
Mengetahui,
Site Manager Area Surabaya
M. Agung Gede A. P.
Mengesahkan,Kasie OPML Area SurabayaSubandiMengesahkan,Kasie OPML Area SurabayaSubandi
Mengesahkan,
Kasie OPML Area Surabaya
Subandi
Mengesahkan,
Kasie OPML Area Surabaya
Subandi
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
PT. PGAS SOLUTION
03 Agustus – 28 Agustus 2015
"Operasi dan Pemeliharaan Fasilitas dan Jaringan"
Disusun Oleh :
M. Izzuddin Jundullah H. (1412100050)
Rachmat Hisyam Febriansyah (1412100051)
Shalahudin Nur Ayyubi (1412100114)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Mengetahui dan MenyetujuiDosen PembimbingDra. Harmami, MS.19611216 198803 2 002Mengetahui dan MenyetujuiDosen PembimbingDra. Harmami, MS.19611216 198803 2 002MengetahuiKetua Jurusan Kimia FMIPA - ITSHamzah Fansuri, M.Si, Ph.D.NIP. 19691017 199412 1 001MengetahuiKetua Jurusan Kimia FMIPA - ITSHamzah Fansuri, M.Si, Ph.D.NIP. 19691017 199412 1 001
Mengetahui dan Menyetujui
Dosen Pembimbing
Dra. Harmami, MS.
19611216 198803 2 002
Mengetahui dan Menyetujui
Dosen Pembimbing
Dra. Harmami, MS.
19611216 198803 2 002
Mengetahui
Ketua Jurusan Kimia FMIPA - ITS
Hamzah Fansuri, M.Si, Ph.D.
NIP. 19691017 199412 1 001
Mengetahui
Ketua Jurusan Kimia FMIPA - ITS
Hamzah Fansuri, M.Si, Ph.D.
NIP. 19691017 199412 1 001
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Kerja Praktik beserta laporannya di PGN Solution SBU Distribusi Wilayah II dengan lancar tanpa ada kendala yang berarti.
Kerja Praktik (KP) merupakan salah satu syarat untuk memenuhi kurikulum tingkat Sarjana di program studi S1 Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.KP merupakan salah satu hasil kerjasama antara perguruan tinggi dan industri, sehingga mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang diperoleh di perguruan tinggi dalam bidang industri. Laporan ini disusun berdasarkan hasil kerja praktik di Perusahaan Gas Negara Solution SBU Distribusi Wilayah II pada tanggal 3-28 Agustus 2015.
Penulis menyadari bahwa kelancaran kerja praktik dan penulisan laporan ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karenanya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Bpk. Hamzah Fansuri, Ph.D selaku ketua jurusan Kimia FMIPA-ITS
Dra. Harmami, MS. selaku dosen pembimbing kerja praktik Jurusan Kimia FMIPA-ITS.
Bpk. Subandi selaku Kasie OPML area Surabaya.
Bpk. M. Agung Gede A. P. dan Bpk. Wiwit Ariyanto selaku Site Manager area Surabaya.
Bpk Sanjaya selaku koordinator MR/S area Surabaya.
Keluarga besar PGN Solution atas kesempatan dan kesediaan yang telah diberikan kepada kami untuk dapat melaksanakan kerja praktik.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini mungkin masih jauh dari sempurna serta masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan kerja praktik ini daspat bermanfaat bagi kita semua.
Surabaya, Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
LAPORAN KERJA PRAKTIK i
LEMBAR PENGESAHAN ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL ix
BAB I
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Dasar Pemikiran 3
1.3 Tujuan 4
1.4 Manfaat 4
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 4
1.6 Pelaksanaan Kegiatan 5
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN 6
2.1 Sejarah Ringkas 6
2.2 Landasan Hukum 7
2.3 Visi, Misi dan Nilai-nilai Budaya PGN 7
2.4 Strategi dan Tujuan Perusahaan 8
2.5 Jaringan Usaha/Kegiatan 9
2.6 Kinerja Usaha Terkini 10
2.7 Profil Perusahaan PT. PGN Solution 12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA 18
3.1 Gas Alam 18
3.1.1 Komponen Penyusun Gas Alam 18
3.1.2 Faktor Penentu Kualitas Gas Alam 19
3.2 Proteksi Katodik 19
3.2.1 Korosi 19
3.2.2 Faktor Pengaruh Korosi 20
3.2.3 Mekanisme Korosi pada Besi 22
3.2.4. Pengendalian Korosi 24
3.2.5 Jenis Sistem Proteksi Katodik 26
3.3 MRS 30
3.3.1 Komponen MRS 31
3.4 Offtake Gas Station 32
3.4.1 Sistem Perpipaan PT.PGN (Persero) Tbk. 32
3.4.2 MRS Offtake 35
3.4.3 Utilitas Offtake 43
BAB IV
PROSEDUR KERJA 46
4.1 Proteksi Katodik 46
4.1.1 Peralatan 46
4.1.2 Metode 46
4.1.3 Tahapan Pekerjaan 46
4.2 Gas Sampling 48
4.2.1 Peralatan 48
4.2.2 Tahapan Pekerjaan 48
4.3. MRS 49
4.3.1. Peralatan 49
4.3.2. Tahapan Pekerjaan 49
4.4 Offtake Station 50
4.4.1 Peralatan 50
4.4.2 Metode 50
4.4.3 Tahapan Pekerjaan 51
BAB V
PEMBAHASAN 54
5.1 Proteksi Katodik 54
5.1.1. Pengukuran Potensial 55
5.1.2 Pengukuran Arus 56
5.1.3 Pengukuran pada Insulating Joint 56
5.2. Gas Sampling 57
5.3. MR/S 58
5.3.1 Pemeriksaan Pelapis pada Pipa 59
5.3.2 Pemeriksaan Kondisi Filter 59
5.3.3 Pemeriksaan Regulator 59
5.3.4 Pemeriksaan AMR 60
5.4 Offtake Station 60
5.4.1 Kondisi Utilitas dan MRS Offtake 60
5.4.2 Jaringan Pipa Gas di Offtake Tandes 60
5.4.3. Gas Chromathography 61
BAB VI
SARAN DAN REKOMENDASI 63
DAFTAR PUSTAKA 66
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. MRS. 23
Gambar 2.2 Tim pipeline sedang melakukan perawatan pada pipa dan maker post. 23
Gambar 2.3 Tim sedang melakukan pengecekan kebocoran pada pipa. 24
Gambar 2.4 Bak Valve. 24
Gambar 2.5 Alat yang digunakan untuk mengambil sample gas. 25
Gambar 3.1. Mekanisme Korosi 30
Gambar 3.2. Diagram Proses Korosi Besi 31
Gambar 3.3. Proses Katodik Menggunakan Logam Mg 33
Gambar 3.4. Proteksi Katodik Sistem Anoda Karbon 35
Gambar 3.5. Sistem Proteksi Arus Tanding 37
Gambar 3.6. Skema MRS 39
Gambar 5.1 Contoh Lembar Laporan Tim Proteksi Katodik 62
Gambar 5.2 Pemeriksaan pada Test Box 62
Gambar 5.3 Pembukaan Test Box 63
Gambar 5.4 Potensial yang Terukur pada Multimeter 63
Gambar 5.5 Skema Pengukuran Potensial 64
Gambar 5.6. Skema Pengukuran Arus 64
Gambar 5.7. Skema Pengukuran pada Insulating Joint 65
Gambar 5.8. Pengambilan Sample Gas 65
Gambar 5.9. Skema Distribusi Gas 66
Gambar 5.10 Kondisi MRS offtakemelalui komputer officer. 68
Gambar 5.11 Aliran gas di offtake dari inlet sampai ke outlet. 69
Gambar 5.12. Contoh hasil analisis gas chromathography. 70
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Komponen yang terdapat dalam MR/S 67
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini berkembang sedemikian pesatnya. Oleh karena itu, negara kita sedang giat-giatnya berusaha mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Sejalan dengan usaha untuk mengembangkan IPTEK tersebut, maka perlu diciptakan suatu keseimbangan antara dunia pendidikan dan instansi pemerintah atau industri untuk menghasilkan sarjana yang memiliki pemahaman dan keterampilan yang berkaitan dengan pengembangan teknologi dan bidang penerapannya.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berperan sangat penting dalam kemajuan bangsa sekaligus mempengaruhi keberhasilan pembangunan masyarakat yang mandiri. Pengembangan IPTEK berfungsi sebagai sarana percepatan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), perluasan kesempatan kerja, peningkatan harkat dan martabat sekaligus kesejahteraan rakyat, proses pembaharuan, serta peningkatan produktivitas.
Konsep pengembangan IPTEK dibangun oleh dua pihak yang saling berkaitan, yakni praktisi di dunia industri dan akademisi di kalangan pendidikan. Pembangunan di bidang pendidikan dan teknologi ditandai dengan mengaplikasikan suatu sistem pendidikan nasional dalam rangka peningkatan kemampuan SDM nasional dalam berbagai bidang. Pendidikan tinggi sebagai bagian dari pendidikan nasional dibina dan dikembangkan guna untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi SDM yang memiliki kemampuan akademis dan profesi sekaligus tanggap terhadap kebutuhan pembangunan dan pengembangan IPTEK, sehingga dapat dijadikan bekal dalam pengabdian masyarakat.
Kimia merupakan ilmu yang mempelajari segala aspek dari suatu materi baik itu berupa fase gas, cair, maupun padat. Materi-materi ini adalah penyusun suatu senyawa yang dapat berdampak negatif dan positif bagi kelangsungan makhluk hidup. Akan tetapi, kebanyakan orang awam menganggap bahwa segala hal yang berkaitan dengan kimia bersifat berbahaya. Faktanya, banyak bahan-bahan yang berhubungan dengan hidup manusia merupakan senyawa kimia, terlepas dari pernyataan apakah bahan tersebut berbahaya atau tidak, misalkan air yang pada sejatinya memiliki rumus kimia H2O dan banyak digunakan dalam reaksi kimia. Dalam suatu proses produksi, kimia juga sangat dibutuhkan. Untuk menghasilkan suatu produk dengan jumlah besar tanpa harus menambahkan bahan dasar yang berlebih dengan menggunakan persamaan kimia.
Hampir seluruh perusahaan yang menghasilkan suatu produk berkaitan dengan ilmu kimia. Pada saat ini topik yang sering dibicarakan adalah mengenai minyak dan gas, namun kandungan gas bumi di Indonesia jauh lebih besar bila dibandingkan dengan minyak bumi, yang perlu disayangkan gas alam yang telah tersedia masih belum bisa dimanfaatkan secara optimal, banyak sekali keuntungan yang diperoleh bila dibandingkan dengan minyak bumi.
Gas alam sekarang ini telah menjadi sumber energi alternatif yang banyak digunakan oleh masyarakat dunia untuk berbagai keperluan, baik untuk perumahan, komersial maupun industri. Dari tahun ketahun penggunaan gas alam selalu meningkat. Hal ini karena banyaknya keuntungan yang didapat dari penggunaan gas alam, seperti lebih bersih dan sangat ramah lingkungan, disamping itu gas alam tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak korosif.
Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa, adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana, dapat ditemukan di ladang minyak, ladang gas bumi dan juga tambang batu bara. Ketika gas yang kaya dengan metana dan diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka disebut dengan biogas.selain metana gas alam juga mengandung molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana, propana, dan butana, selain itu juga mengandung sulfur. Dibutuhkan proses distribusi dan transmisi gas yang efektif dan efisien ke pembangkit listrik, industri, usaha komersial termasuk restoran, hotel dan rumah sakit di Indonesia.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia di perguruan tinggi, dalam hal ini yaitu mahasiswa dilaksanakan melalui kegiatan belajar mengajar, penelitian baik di laboratorium dan lapangan serta aplikasi dalam kehidupan masyarakat. Hasil yang optimal dalam pengembangan ilmu pengetahuan dapat dicapai apabila disertai dengan pengaplikasian di lapangan. Pengaplikasian ini memerlukan kerjasama dan jalur komunikasi yang baik antara perguruan tinggi, industri, instansi pemerintah dan swasta. Kerjasama ini dapat dilaksanakan dengan pertukaran informasi antara pihak-pihak yang berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan tersebut.
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya adalah salah satu perguruan tinggi negeri dengan sasaran pengembangan dan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jurusan Kimia FMIPA ITS mengizinkan mahasiswanya untuk melaksanakan KERJA PRAKTEK sebagai kelengkapan teori (khususnya dalam bidang keahlian) yang dipelajari di bangku kuliah. Diharapkan dengan adanya kerja praktek, mahasiswa dapat menerapkan dan mengaitkan segala ilmu yang telah diperolehnya selama kuliah dengan melakukan penelitian yang berguna bagi masyarakat.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kami selaku mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA ITS berencana untuk melaksanakan Kerja Praktek di Perusahaan Gas Negara Solution Surabaya.
1.2 Dasar Pemikiran
Dasar pemikiran dari pelaksanaan kerja praktek di Perusahaan Gas Negara Solution Surabaya, Indonesia adalah sebagai berikut :
Tujuan Pendidikan Nasional yaitu untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, professional, bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.
Tridharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Tujuan pendidikan ITS Surabaya yaitu kepemimpinan, keahlian, berpikir ilmiah dan sikap hidup bermasyarakat.
Program Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya salah satunya adalah meningkatkan kerjasama dengan instansi pemerintah dan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan relevansi terhadap mutu pendidikan dan penelitian.
Diperlukan sarana dan keselarasan untuk mengimplementasikan ilmu-ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan pada dunia kerja. Mata kuliah pilihan kerja praktek di Jurusan Kimia FMIPA ITS pada garis besarnya sesuai dengan kegiatan pengoperasian di Perusahaan Gas Negara Solution Surabaya, Indonesia.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Kerja Praktek di Perusahaan Gas Negara Solution Surabaya, Indonesia ini adalah sebagai berikut :
Memperoleh pengalaman kerja dan mendapat peluang untuk dapat berlatih menangani permasalahan di masyarakat.
Melaksanakan studi perbandingan antara teori yang diperoleh di kuliah dengan penerapannya di lapangan.
Menambah wawasan aplikasi ilmu kimia.
Mengetahui perkembangan teknologi yang diaplikasikan dalam kehidupan.
Memperoleh pemahaman yang komprehensif akan dunia kerja melalui learning by doing.
Memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang mendukung penelitian Tugas Akhir.
1.4 Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan kerja praktek di Perusahaan Gas Negara Solution Surabaya, Indonesia adalah sebagai berikut:
Bagi Perguruan Tinggi
Sebagai tambahan referensi khususnya mengenai perkembangan metoda analisa laboratorium di Indonesia baik proses maupun teknologi yang mutakhir dan dapat digunakan oleh civitas akademika perguruan tinggi.
2. Instansi Pemerintah / Industri
Terbentuknya jaringan hubungan antara perguruan tinggi dan instansi pemerintah atau industri untuk masa yang akan datang, dimana instansi pemerintah atau industri nantinya membutuhkan sumber daya manusia dari perguruan tinggi.
Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui secara lebih mendalam tentang aplikasi ilmu kimia sehingga diharapkan mampu menerapkan ilmu yang telah di peroleh di perkuliahan.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Tempat : PT. PGAS SOLUTION
Jl. Raya Ngagel 129-131
Waktu : 3-28 Agustus 2015
Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kerja praktik di Perusahaan Gas Negara Solution Surabaya dibagi menjadi empat bagian, yakni tim Katodik Protection, Gas Sampling, Offtake Station, dan Meter Regulating Station.
Pada minggu pertama selama empat hari pada bulan Agustus 2015 dilaksanakan kegiatan Orientasi Umum. Orientasi ini lebih mengenalkan tentang tim-tim yang terdapat di Perusahaan Gas Negara Solution secara garis besar dan bersifat umum. Pada hari berikutnya diadakan sebuah presentasi mengenai gas bumi beserta komponen dan cara distribusinya.
Pada minggu kedua selama tiga hari mengikuti kerja tim katodik di lapangan. Pada dua hari berikutnya terdapat pembekalan berupa materi tentang gas sampling beserta instruksi kerjanya.
Pada minggu ketiga mengikuti kerja tim gas sampling pada beberapa titik di Gresik dan sekitarnya. Pada 3 hari terakhir minggu ketiga mengikuti tim Offtake Stasion dan belajar cara pengoperasian segala peralatan yang berada di sana.
Pada minggu keempat mengikuti tim Meter Regulating Station (MRS) dan belajar teknik perawatan area sekitar station MRS serta cara pengoperasiannya jika terjadi kendala pada salah satu stream.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Ringkas
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atau sering disebut PGN dengan kode transaksi perdagangan Bursa Efek Indonesia "PGAS", merupakan sebuah perusahaan milik Negara yang yang dirintis sejak tahun 1859, ketika masih bernama Firma LJN Enthoven & Co. Kemudian pada tahun 1950, oleh pemerintah Belanda, perusahaan tersebut diberi nama NV Overzeese Gas en Electriciteit (NV OGEM). Namun pada tahun 1985, Pemerintah Republik Indonesia mengambil alih kepemilikan firma tersebut dan mengubah nama menjadi Penguasa Perusahaan Peralihan Listrik dan Gas (P3LG) seiring dengan perkembangan Pemerintah Indonesia, pada tahun 1961 status perusahaan itu beralih menjadi BPU-PLN.
Pada tanggal 13 Mei 1965, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19/1965, perusahaan ditetapkan sebagai perusahaan Negara dan dikenal sebagai Perusahaan Gas Negara (PGN). Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1984, perseroan berubah status hukumnya dari Perusahaan Negara (PN) menjadi Perusahaan Umum (Perum). Setelah itu, status perusahaan diubah dari Perum menjadi Perseroan Terbatas yang dimiliki oleh Negara berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1994 dan Akta Pendirian Perusahaan No. 486 tanggal 30 Mei 1996 yang diaktakan oleh notaris Adam Kasdarmaji SH. Seiring dengan perubahan status perseroan berubah menjadi perusahaan terbuka, anggaran dasra perusahaan diubah dengan Akta Notaris No.5 dari Fathiah Helmi SH tanggal 13 November 2003, yang antar lain berisi tentang perubahan struktur permodalan. Perubahan ini telah disahkan oleh Mentri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam surat keputusan No C-26467 HT.01.04 Th 2003 tanggal 4 November 2003, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia dengan No. 94 Tambahan No. 11769 tanggal 24 November 2003.
Pada tanggal 5 Desember 2003, Perseroan memperoleh pernyataan efektif dari badan Pengawas Pasar Modal untuk melakukan penawaran umum sahamperdana kepada masyarakat sebanyak 1.296.296.000 saham, yang terdiri dari 475.309.000 saham dari investasi saham Pemerintah Republik Indonesia, pemegang saham perseroan dan 820.987.000 saham baru.
Sejak saat itu, nama resmi Perseroan menjadi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Saham perusahaan telah dicatatkan dalam Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 15 Desember 2003 dengan kode transaksi perdagangan "PGAS".
2.2 Landasan Hukum
Adapun landasan Hukum perusahaan menggunakan berbagai peraturan perundangan anatara lain :
1. PP No. 19/1965 Dasar Hukum Pendirian .
2. UU Migas No.22 Tahun 2001. Dengan telah disahkannya UU Migas, maka kerangka hukum bisnis migas di Indonesia mengalami perubahanyang signifikan, tidak hanya terjadi di sektor hulu tetapi juga pada sector hilir dimana perusahaan melakukkan kegiatan usahanya saat ini.
3. Menteri Kehakiman No: C2-7729.HT.01.01.Th 96 Tanggal 31 Mei 1996 tentang Pengesahaan badan Hukum.
4. Persetujuan Mentri Kehakiman atas Akta Perubahan Anggaran Dasar No. C-19905 HT.01.04 Th.99 Tanggal 10 Desember 1999.
5. Undang-undang RI No 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
6. Undang-undang RI N0 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
7. KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Govermace pada Badan Usaha Milik Negara.
2.3 Visi, Misi dan Nilai-nilai Budaya PGN
Untuk menghadapi tantangan kompetisi usaha di masa depan, PGN telahmenetapkan Visi dan Misi perusahaan serta merumuskan nilai-nilai yangdianut perusahaan ke dalam suatu budaya perusahaan.Berikut adalah Visi,Misi, dan Nilai-Nilai Budaya PGN:
Visi PGN :
Menjadi perusahaan kelas dunia dalam pemanfaatan gas bumi.
Misi PGN :
Meningkatkan nilai tambah Perusahaan bagi stakeholdersmelalui :
a. Penguatan bisnis inti di bidang ransportasi niaga gas bumi danpengembangannya.
b. Pengembangan usaha pengelolaan gas.
c. Pengembangan usaha jasa operasi, pemeliharaan dan keteknikan yangberkaitan dengan industri gas.
d.Profitisasi sumber daya dan aset perusahaan dengan mengembangkanusaha lainnya.
Nilai-nilai Budaya PGN (ProCISE) :
a. Profesionalisme / Profesionalisme
b. Penyempurnaan Terus Menerus / Continous Improvement
c. Integritas / Integrity
d. Keselamatan
2.4 Strategi dan Tujuan Perusahaan
1. Strategi Perusahaan
Menyelesaikan pengembangan infrastruktur jaringan pipa tranmisi gasyang terpadu dengan jaringan distribusi yang diharapkan akan tumbuh peranserta pelaku bisnis disepanjang rantai bisnis gas bumi dari sektor hulu kesektor hilir, dalam rangka mempersiapkan Unbudling dan Open Access.
2. Tujuan Perusahaan
Tujuan perusahaan ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 37 tahun1994 sebagai berikut :
1. Mengembangkan dan memanfaatkan gas bagi kepentingan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
2. Menyediakan gas dalam jumlah dan mutu yang memadai untuk melayanikebutuhan masyarakat.
2.5 Jaringan Usaha/Kegiatan
Sebagai penyedia Utama Gas Bumi, PGN memiliki dua bidang usaha distribusi (penjualanan) dan transmisi (transportasi) gas bumi melalui jaringanpipa yang tersebar diseluruh wilayah usaha. Usaha distribusi meliputi kegiatanpembelian gas bumi dari pemasok dan penjualanan gas bumi melalui jaringanpipa distribusi ke pelanggan rumah tangga, komersial dan industri. Sedangkanusaha transmisi merupakan kegitan pengangkutan (transportasi) gas bumimelalui jaringan pipa tarnsmisi dari sumber-sumber gas ke penggunaan industri
Kegiatan Usaha Distribusi
PGN mendistribusikan produk gas bumi melalui jaringan pipa distribusi kepara pelanggan. Kegiatan usaha ini memberikan kontribusi sebesar 81% daritotal pendapatan yang diperoleh pada tahun 2011. PGN merupkan pelakuutama dalam kegiatan usaha distribusi gas di Indonesia dengan pangsa pasarsebesar 94%. Jaringan layanan mencakup delapan kota utama di Indonesiayaitu Jakarta, Cirebon, Surabaya, Palembang, Medan, Batam dan Pekanbaruyang di dukung oleh jaringan pipa distribusi sepanjang 3.097 km dengankapasitas sebesar 831 MMSCFD. Pasokan gas dan kontrak pemebeliansebelum diperlakukan UU Migas No. 22/2001, PGN memperoleh pasokan gasbumi terutama dari Pertamina DOH Cirebon dan BP Muara Karang untukmemenuhi kebutuhan pasar gas bumi di wilaya distribusi Jawa bagian Barat.Sedangkan untuk wilayah distribusi Jawa bagian Timur memperoleh pasokangas bumi dari EMP Kangean dan Lapindo Brantas, untuk wilayah distribusiSumatera bagian Utara memperoleh pasokan gas bumi dari Pertamina DOHPangkalan Brandan. Setelah diberlakukan UU Migas bumi secara langsungdari produsen gas bumi anatara lain Pertamina, BP Indonesia, LapindoBrantas, ConocoPhillips dan Ellipse. Kontrak pembelian gas bersifat jangkapanjang antara 10 tahun sampai 20 tahun. Perjanjian gas bumi jangka panjangdimaksudkan untuk mendapatkan jaminan pasokan gas bumi secara lebih pastiagar kualitas pelayanan perusahaan kepada pelanggan dapat terpenuhi denganlebih baik. Dalam rangka penetrasi pasar ke wilayah yang menjadi targetperusahaan, maka daerah layanan pasar dibagi menjadi tiga wilayah distribusi,sebagai berikut :
a. SBU Distribusi Wilayah I, Jawa Bagian Barat yang terdiri dari Jakarta,Banten, Bekasi, Karawang, Bogor, Cirebon, Palembang dan Bandung.
b. SBU Distribusi Wilayah II, Jawa Bagian Timur yang terdiri dari
Surabaya-Gresik, Sidoarjo-Mogokerto, dan Pasuruan-Probolinggoserta Semarang dan Makasar.
c. SBU Distribusi Wilayah III, Sumatera Bagian Utara yang terdiri dariMedan, Batam dan Pekanbaru.
2. Kegiatan Usaha Transmisi
Kegiatan usaha transmisi meliputi tranportasi gas bumi dari lapangan gasmilik produsen melalui jaringan pipa transmisi bertekan tinggi ke stasiunpenyerahan pembeli. Dalam kapasitasnya sebagai pengankut gas bumi dariprodusen ke konsumen, PGN memperoleh pendapatan jasa transportasi (TollFee). Khusus untuk melayani PLN Panaran (Batam), selain mendapat jasatransportasi, perusahaan bertindak sebagai penjualan gas bumi.
PGN mengoperasikan jaringan pipa transmisi sepanjang 1.074 km dengankapasitas sebesar 887 MMSCFD dan tingkat utilisasi sebesar 54%. Kapasitasini mewakili sekitar 47% pangsa pasar kegiatan usaha transmisi di Indonesia.Jangkauan layanan transmisi PGN meliputi ruas Grissik-Duri dan Grissik-Singapura dilakukan oleh anak perusahaan PGN yaitu PT Transportasi GasIndonsia (Transgapindo).
2.6 Kinerja Usaha Terkini
PT PGN (Persero) Tbk merupakan perusahaan infrastruktur yangberpengalaman menyalurkan dan menyediakan gas bumi bagi kepentinganumum (public utility). Sebagai perusahaan infrastruktur, PGN memilikijaringan pipa transmisi dan distribusi yang handal.
Kinerja usaha PGN adalah transporter, distributor dan trader di bidang gasbumi. Sebagai transporter, PGN menyediakan infrastruktur jaringan pipatransmisi yang menghubungkan sumber-sumber gas ke konsumen akhir atauke stasiun penerima di jaringan distribusi. Sebagai distributor, PGNmenyediakan infrastruktur jaringan pipa distribusi yang menghubungkanstasiun penerima dengan konsumen akhir yaitu kepada pelanggan rumahtangga, komersial dan industri. Tugas utama PGN di bidang distribusi adalahuntuk meningkatkan pemanfaatan energi melalui pendayagunaan gas bumisebagai substitusi BBM. Sebagai trader PGN melaksanakan pembelian gasdari produsen dan menjualnya kepada pelanggan Rumah Tangga, Komersialdan Industri melalui jaringan pipa.
Pada tahun 2013 merupakan momentum penting bagi PGN dalam upayamemperkuat posisi sebagai perusahaan energi kelas dunia. Selain terusmembangun dan mengembangkan infrastruktur gas bumi di dalam negeri,PGN juga mulai berinvestasi ke sektor hulu migas. Langkah ini merupakanupaya PGN untuk memastikan bahwa pasokan gas bumi akan terus meningkatdan digunakan sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.
Sepanjang tahun 2013, kinerja PGN tetap solid dan mengalamipertumbuhan bisnis secara berkelanjutan. Secara finansial, PGN meraih totalpendapatan sebesar US$ 3 miliar atau tumbuh 16% daripada tahun 2012senilai US$ 2,5 miliar. Aset PGN juga tumbuh dari US$ 3,9 miliar (2012)menjadi US$ 4,3 miliar. Sedangkan ekuitas PGN melonjak dari US$ 2,3 miliarmenjadi US$ 2,7 miliar.
Secara operasional, kegiatan usaha distribusi PGN berhasil menyalurkangas bumi sebanyak 827 MMSCFD, meningkat daripada tahun 2012 sebanyak807 MMSCFD. Di bisnis transmisi, melalui anak perusahaan yaitu PTTransportasi Gas Indonesia, gas yang disalurkan turun tipis dari 877MMSCFD ke 854 MMSCFD di tahun 2013. Penurunan gas oleh usahatransmisi ini disebabkan oleh berhentinya penyaluran gas ke PLN Medanakibat ketiadaan pasokan gas dan penurunan penyerapan gas oleh oftakerSingapura.
Gas yang disalurkan PGN terbukti telah memberikan banyak manfaatkepada sektor usaha dan perekonomian Indonesia. Contohny, usaha distribusigas PGN menyalurkan gas bumi sebanyak 827 MMSCFD atau setara 145 ribubarel minyak per hari ke sektor industri, komersial, UMKM dan rumahtangga, maka nilai penghematan yang dihasilkan dengan menggunakan gasbumi mencapai sekitar Rp 55 triliun per tahun dibandingkan denganmenggunakan minyak.
"Dengan biaya energi yang lebih hemat dan ramah lingkungan, tentunyasektor usaha akan memiliki daya saing yang tinggi dan menciptakan multipliereffect yang luar biasa bagi perekonomian Indonesia. Karena itu sebagaiBUMN, PGN akan terus mendukung dan mewujudkan program konversienergi ke gas bumi melalui pembangunan infrastruktur gas bumi terintegrasidi berbagai wilayah di Indonesia,". Sebagai upaya untuk mempercepatpemanfaatan gas bumi di Indonesia, pada tahun 2014 PGN telah menyiapkaninvestasi untuk membangun infrastruktur gas bumi untuk memenuhikebutuhan masyarakat mulai dari sektor industri, komersial, UMKM danrumah tangga.
Berbagai proyek pembangunan infrastruktur yang akan dibangun PGNtahun ini diantaranya adalah : Pembangunan Pipa Gas Kalimantan-Jawa(Kalija) tahap I, Pembangunan sambungan gas rumah tangga dalam rangkaprogram PGN Sayang Ibu hingga sebanyak 1 juta sambungan gas, sertapembangunan 16 SPBG dan MRU di Indonesia.
Direktur Keuangan PGN tahun ini PGN telah menyiapkan anggaran untukpengembangan usaha mencapai sekitar US$ 1,25 miliar. Sebanyak US$ 200juta digunakan untuk membangun infrastruktur gas bumi terintegrasi senilaiUS$ 200 juta, US$ 400 juta untuk bisnis di sektor LNG dan US$ 650 jutauntuk investasi di sektor hulu.
"Dengan fundamental yang sangat solid, PGN memiliki ruang yang cukupleluasa untuk membiayai ekspansi bisnis. Kerena itu PGN akan terusmemaksimalkan setiap peluang untuk mendorong percepatan pemanfaatan gasbumi di berbagai segmen pelanggan.
(Sumber: PT. PGN Persero, Tbk)
2.7 Profil Perusahaan PT. PGN Solution
1. Sejarah Perusahaan
PT PGAS SOLUSI didirikan pada tahun 2009 sebagai anak perusahaan dari PGN , yang memiliki sejarah panjang pengalaman dalam pembangunan jaringan gas dan dalam pengiriman dan distribusi gas kepada pengguna akhir di Indonesia .
PT PGAS SOLUTION semakin berfokus pada penyediaan layanan teknis untuk industri minyak dan gas.
PGAS SOLUTION diwarisi pengalaman yang luas dan ketrampilan dalam pengembangan proyek jaringan transmisi dan distribusi gas, proyek pipanisasi (SSWJ) adalah proyek pipanisasi gas berskala nasional yang juga merupakan prestasi awal PGAS SOLUTION.
Enjinring South Sumatra – West Java Penyelesaian proyek-proyek tersebut menjadi pertimbangan strategis bagi Manajemen PT Perusahaan Gas Negara (Persero), Tbk. untuk membentuk sebuah badan usaha yang lebih dan profesional dalam menangani persoalan teknis dan keproyekan terutama untuk menghadapi proyek-proyek berikutnya. Badan usaha tersebut dibentuk menjadisuatu Anak Perusahaan, dimana Anak Perusahaan ini diharapkan dapat mengerjakan proyek-proyek dilingkungan PGN dan juga dapat sebagaian salah satu dalam industri pemanfaatan gas.
Visi dan Misi Perusahaan PT. PGN Solution
Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan terkemuka dalam penyediaan layanan keteknikan Pemanfaatan Gas Bumi.
Misi Perusahaan
Memberikan jasa layanan keteknikan bidang gas bumi yang terbaik dan inovatif
Meningkatkan kompetensi dan kualifikasi SDM
Membangun business networking yang solid dan luas
Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik
Memberikan nilai tambah pada stakeholders melalui peningkatan profitabilitas, dan pencapaian deliverables
PGAS SOLUTION menyadari sepenuhnya bahwa kunci kemajuan dan keberhasilan Perseroan untuk dapat terus bertumbuh dan berkembang secara berkelanjutan diperlukan komitmen Tata Kelola Perusahaan yang baik. Oleh Karena itu, Perseroan terus berupaya mendorong setiap insan PGAS SOLUTION untuk menerapkan dan mengembangkan budaya Tata Kelola Perusahaan yang baik pada setiap kegiatan dan operasinya.
Implementasi dan pengembangan Tata Kelola Perusahaan di PGAS SOLUTION mengacu pada Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. Keputusan : 117/M- MBU/2002 tanggal 3 Juli 2002 tentang Penerapan Praktik Tata Kelola Perusahaan yang baik pada BUMN, dan Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance.
Inti dari implementasi Tata Kelola Perusahaan yang baik adalah komitmen yang tulus dari segenap insan Perseroan, Dewan Komisaris, Dewan Direksi beserta seluruh Jajaran Manajemen. PGAS SOLUTION menyadari sepenuhnya pentingnya menjalankan praktik-praktik penyelenggaraan bisnis yang sehat, beretika dan bertanggung jawab baik kepada Shareholder maupun Stakehoder.
(Sumber: PT. PGAS Solution)
PT. PGAS Solution Wilayah Surabaya dan Sekitarnya
Secara umum ranah kerja lapangan seksi operasi dan pemeliharaan PT. PGAS Solution area Surabaya dan sekitarnya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu sebagai berikut:
Fasilitas
Tim MRS (Meter and Regulating Station)
MRS adalah station dimana semua transaksi pengukuran keluar masuknya gas berada di tempat ini. Serta dilakukan pengaturan tekanan gas. Pada tim MRS ini bertugas untuk mengecek dan memelihara kondisi MRS serta melakukan perbaikan apabila terjadi kerusakan. Mengingat MRS merupakan asset PT.PGN yang sangat mahal dan sangat berbahaya apabila terjadi kerusakan, sehingga perlunya dilakukan perawatan dan pemeliharaan MRS. Berikut adalah gambar MRS dari salah satu station pelanggan PGN.
Gambar 2.1. MRS.
Tim Stand Meter
Pada tim stand meter ini bertugas melakukan pencatatan billing harga ke setiap pelanggan PT.PGN. Hal ini sangat penting mengingat pencatatan billing menyangkut bisnis PT.PGN.
Jaringan
Tim Pipeline
Tim pipeline mempunyai fungsi dalam perawatan berkala maupun perbaikan pipa apabila terjadi kerusakan. Seperti melakukan pengecetan pipa atau membersihkan pipa. Serta bertugas untuk melakukan perawatan maker post. Berikut adalah gambar 2.2 yang menunjukkan kegiatan yang dilakukan oleh tim pipeline di salah satu jaringan pipa milik PGN.
Gambar 2.2 Tim pipeline sedang melakukan perawatan pada pipa dan maker post.
Leak Survey
Tim ini bertugas untuk melakukan pengecekan kebocaran pada pipa dengan menggunakan leak detector sepanjang jalur jaringan pipa. Berikut adalah gambar 2.3 menunjukkan kegiatan tim leak survey ketika sedang melakukan pengecekan kebocoran pipa.
Gambar 2.3 Tim sedang melakukan pengecekan kebocoran pada pipa.
Tim Katodik
Tim ini bertugas melakukan pengecekan kadar proteksi korosi terhadap pipa. Dengan menggunakan alat multimeter tim ini melakukan pengecekan kadar ptoteksi korosi anoda terhadap pipa maupun kadar proteksi korosi pipa. Mengingat standar internasional yaitu kadar proteksi harus memiliki nilai tertentu. Apabila proteksi dirasa turun maka akan dilakukan penggantian, karena akan sangat berbahaya apabila pipa terjadi korosi dapat menyebabkan kebocoran gas.
Bak Valve
Pada tim ini bertugas melakukan pembersihan dan perawatan pada bak valve. Seperti melakukan pengurasan air dan membersihkan valve dari kotoran. Berikut adalah gambar 2.4 dari bak valve setelah dilakukan pembersihan dan perawatan.
Gambar 2.4 Bak Valve.
Gas Sampling
Pada tim ini bertugas untuk melakukan pengambilan sample gas yang ada di MRS pelanggan atau offtake station gas. Mengingat kandungan gas ini baik atau buruk dapat berpengaruh terhadap harga jual gas. Alat yang digunakan untuk mengambil sampel gas ditunjukkan pada gambar 2.5 sebagai berikut.
Gambar 2.5 Alat yang digunakan untuk mengambil sample gas.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Gas Alam
Beberapa dekade terakhir manusia mulai berpikir untuk memperoleh sumber energi baru pengganti sumber energi yang telah banyak dikenal dan digunakan, seperti minyak bumi dan batu bara. Namun seperti yang kita ketahui, karena minyak bumi dan batu bara merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbarui, yang hingga kini jumlahnya semakin sedikit, salah satu sumber energi yang telah diminati adalah gas alam. Seperti halnya minyak bumi, gas alam merupakan campuran dari senyawa hidrokabon yang terbentuk dari timbunan fosil-fosil organik yang berada dalam lapisan perut bumi sejak berjuta-juta tahun yang lalu. Perbedaannya dengan minyak bumi, gas alam lebih banyak mengandung hidrokarbon ringan, gas alam dapat ditemukan bersamaan dengan minyak bumi maupun terpisah dari minyak bumi.
3.1.1 Komponen Penyusun Gas Alam
Gas alam terdiri dari senyawa hidrokarbon ringan seperti metana, etana, propana, butana, pentana, sedikit senyawa hidrokarbon dengan atom C di atas 6, selain itu gas alam juga mengandung senyawa sulfida, dan nitrogen yang dimana zat-zat tersebut merupakan senywa pengotor pada gas alam. Pada saat keluar dari sumur pengeboran, tidak menutup kemungkinan gas alam akan membawa zat tersebut, dan zat yang bersifat sebagai kondensat. Kondesat terbentuk dikarenakan adanya perbedaan temperatur dan tekanan di dalam bumi dan di luar bumi, senyawa hidrokarbon berat akan memiliki fasa gas pada saat di dalam bumi, namun sat keluar dari kerak bumi, akan terjadi penurunan temperatur dan menyebabkan hidrokarbon tersebut akan mencair (Samosir, 2009).
Zat pengotor dan kondensat akan mempengaruhi nilai kalori dari gas, selain itu kondesat yang terkandung dalam gas alam akan mempercepat laju korosi pipa bagian dalam, oleh karena itu diperlukan proses penyaringan kotoran sebelum gas dimasukan dalam jaringan pipa untuk didstribusikan. Prinsipnya adalah gas bumi diekspansi dalam suatu drum besar, maka akan terjadi penurunan tekanan gas secara mendadak sehingga terjadi pengembunan air dan hidrokarbon berat. Selanjutnya dipisahkan dengan glikol, glikol yang terikat air dan hidrokarbon berat akan terpisah di dasar drum dan gas akan dimasukan dalam proses purifikasi (Samosir, 2009).
3.1.2 Faktor Penentu Kualitas Gas Alam
Faktor yang mempengaruhi kualitas bahan bakar sangat bergantung pada harga spesific gravity (SG) dan harga gross heating value (GHV). Harga hidrokarbon yang memilki atom C lebih dari 6 pada bahan bakar juga mempengaruhi kualitas gas alam namun dalam jumlah yang tidak terlalu besar, disebabkan komponen utama dalam bahan bakar gas adalah C1-C5. Gross heating value merupakan harga panas yang dihasilkan oleh bahan bakar, nilah GHV sebanding dengan nilai SG dimana semakin tinggi nilai tersebut maka kualitas semakin baik, begitupun juga sebaliknnya (Samosir, 2009).
3.2 Proteksi Katodik
3.2.1 Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi (Jones, 1997).
Fe(s) Fe2+(aq) + 2e
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 4H+(aq) + 4e 2H2O(l)
atau
O2(g) + 2H2O(l) + 4e 4OH-(aq)
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida ataubesi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap elektrode lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida (Fontana and Mars G. ,1986).
3.2.2 Faktor Pengaruh Korosi
Faktor yang mempengaruhi korosi dan penanggulangannya. Aplikasi lain dari prinsip elektrokimia adalah pemahaman terhadap gejala korosi pada logam dan pengendaliannya. Berdasarkan data potensial reduksi standar, diketahui bahwa logam-logam selain emas umumnya terkorosi (teroksidasi menjadi oksidanya).
Berdasarkan pengetahuan tentang mekanisme korosi, Anda tentu dapat menyimpulkan faktor-faktor apa yang menyebabkan terbentuknya korosi pada logam sehingga korosi dapat dihindari. Setelah dibiarkan beberapa hari, logam besi (paku) akan terkorosi yang dibuktikan oleh terbentuknya karat (karat adalah produk dari peristiwa korosi). Korosi dapat terjadi jika ada udara (khususnya gas O2) dan air. Jika hanya ada air atau gas O2 saja, korosi tidak terjadi.
Adanya garam terlarut dalam air akan mempercepat proses korosi. Hal ini disebabkan dalam larutan garam terdapat ion-ion yang membantu mempercepat hantaran ion-ion Fe2+ hasil oksidasi. Kekerasan karat meningkat dengan cepat oleh adanya garam sebab kelarutan garam meningkatkan daya hantar ion-ion oleh larutan sehingga mempercepat proses korosi. Ion-ion klorida juga membentuk senyawa kompleks yang stabil dengan ion Fe3+. Faktor ini cenderung meningkatkan kelarutan besi sehingga dapat mempercepat korosi (Pierre, 1999).
Faktor Gas Terlarut.
Oksigen (O2), adanya oksigen yang terlarut akan menyebabkan korosi pada logam seperti laju korosi pada mild stell alloys akan bertambah dengan meningkatnya kandungan oksigen. Kelarutan oksigen dalam air merupakan fungsi dari tekanan, temperatur dan kandungan klorida. Untuk tekanan 1 atm dan temperatur kamar, kelarutan oksigen adalah 10 ppm dan kelarutannya akan berkurang dengan bertambahnya temperatur dan konsentrasi garam. Sedangkan kandungan oksigen dalam kandungan minyak-air yang dapat mengahambat timbulnya korosi adalah 0,05 ppm atau kurang.
Karbondioksida (CO2), jika kardondioksida dilarutkan dalam air maka akan terbentuk asam karbonat (H2CO2) yang dapat menurunkan pH air dan meningkatkan korosifitas, biasanya bentuk korosinya berupa pitting yang secara umum reaksinya adalah:
CO2 + H2O H2CO3
dan Fe + H2CO3 FeCO3 + H2. FeCO3 merupakan corrosion product yang dikenal sebagai sweet corrosion (Supomo, 2003).
Faktor Temperatur
Penambahan temperatur umumnya menambah laju korosi walaupun kenyataannya kelarutan oksigen berkurang dengan meningkatnya temperatur. Apabila metal pada temperatur yang tidak uniform, maka akan besar kemungkinan terbentuk korosi (Supomo, 2003).
Faktor pH
pH netral adalah 7, sedangkan ph < 7 bersifat asam dan korosif, sedangkan untuk pH > 7 bersifat basa juga korosif. Tetapi untuk besi, laju korosi rendah pada pH antara 7 sampai 13. Laju korosi akan meningkat pada pH < 7 dan pada pH > 13 (Supomo, 2003).
Faktor Bakteri Pereduksi atau Sulfat Reducing Bacteria (SRB)
Adanya bakteri pereduksi sulfat akan mereduksi ion sulfat menjadi gas H2S, yang mana jika gas tersebut kontak dengan besi akan menyebabkan terjadinya korosi (Supomo, 2003).
Faktor Padatan Terlarut
Klorida (Cl), klorida menyerang lapisan mild steel dan lapisan stainless steel. Padatan ini menyebabkan terjadinya pitting, crevice corrosion, dan juga menyebabkan pecahnya aloys. Klorida biasanya ditemukan pada campuran minyak-air dalam konsentrasi tinggi yang akan menyebabkan proses korosi. Proses korosi juga dapat disebabkan oleh kenaikan konduktivitas larutan garam, dimana larutan garam yang lebih konduktif, laju korosinya juga akan lebih tinggi.
Karbonat (CO3), kalsium karbonat sering digunakan sebagai pengontrol korosi dimana film karbonat diendapkan sebagai lapisan pelindung permukaan metal, tetapi dalam produksi minyak hal ini cenderung menimbulkan masalah scale.
Sulfat (SO4), ion sulafat ini biasanya terdapat dalam minyak. Dalam air, ion sulfat juga ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi dan bersifat kontaminan, dan oleh bakteri SRB sulfat diubah menjadi sulfida yang korosif (Supomo, 2003).
3.2.3 Mekanisme Korosi pada Besi
Oleh karena besi merupakan bahan utama untuk berbagai konstruksi maka pengendalian korosi menjadi sangat penting. Untuk dapat mengendalikan korosi tentu harus memahami bagaimana mekanisme korosi pada besi. Korosi tergolong proses elektrokimia, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Mekanisme Korosi
Besi memiliki permukaan tidak halus akibat komposisi yang tidak sempurna, juga akibat perbedaan tegangan permukaan yang menimbulkan potensial pada daerah tertentu lebih tinggi dari daerah lainnya. Pada daerah anodik (daerah permukaan yang bersentuhan dengan air) terjadi pelarutan atom-atom besi disertai pelepasan elektron membentuk ion Fe2+ yang larut dalam air.
Fe(s) Fe2+(aq) + 2 e–
Elektron yang dilepaskan mengalir melalui besi, sebagaimana elektron mengalir melalui rangkaian luar pada sel volta menuju daerah katodik hingga terjadi reduksi gas oksigen dari udara:
O2(g) + 2H2O(g) + 2e– 4OH–(aq)
Ion Fe2+ yang larut dalam tetesan air bergerak menuju daerah katodik, sebagaimana ion-ion melewati jembatan garam dalam sel volta dan bereaksi dengan ion-ion OH– membentuk Fe(OH)2. Fe(OH)2 yang terbentuk dioksidasi oleh oksigen membentuk karat.
Fe2+(aq) + 4OH–(aq) Fe(OH)2(s)
2Fe(OH)2(s) + O2(g) Fe2O3.nH2O(s)
Reaksi keseluruhan pada korosi besi adalah sebagai berikut (lihat mekanisme pada Gambar 2.13):
4Fe(s) + 3O2(g) + n H2O(l) 2Fe2O3.nH2O(s)
Gambar 3.2. Diagram Proses Korosi Besi
Akibat adanya migrasi ion dan elektron, karat sering terbentuk pada daerah yang agak jauh dari permukaan besi yang terkorosi (lubang). Warna pada karat beragam mulai dari warna kuning hingga cokelat merah bahkan sampai berwarna hitam. Warna ini bergantung pada jumlah molekul H2O yang terikat pada karat (Chamberlain, 1988).
3.2.4. Pengendalian Korosi
Korosi logam tidak dapat dicegah, tetapi dapat dikendalikan seminimal mungkin. Ada tiga metode umum untuk mengendalikan korosi, yaitu pelapisan (coating), proteksi katodik, dan penambahan zat inhibitor korosi (Chamberlain, 1991).
a. Pengendalian Korosi dengan Metode Pelapisan (Coating)
Metode pelapisan atau coating adalah suatu upaya mengendalikan korosi dengan menerapkan suatu lapisan pada permukaan logam besi. Misalnya, dengan pengecatan atau penyepuhan logam. Penyepuhan besi biasanya menggunakan logam krom atau timah. Kedua logam ini dapat membentuk lapisan oksida yang tahan terhadap karat (pasivasi) sehingga besi terlindung dari korosi. Pasivasi adalah pembentukan lapisan film permukaan dari oksida logam hasil oksidasi yang tahan terhadap korosi sehingga dapat mencegah korosi lebih lanjut. Logam seng juga digunakan untuk melapisi besi (galvanisir), tetapi seng tidak membentuk lapisan oksida seperti pada krom atau timah, melainkan berkorban demi besi. Seng adalah logam yang lebih reaktif dari besi, seperti dapat dilihat dari potensial setengah reaksi oksidasinya:
Zn(s) Zn2+(aq) + 2e– Eo= –0,44 V
Fe(s) Fe2+(g) + 2e– Eo= –0,76 V
Oleh karena itu, seng akan terkorosi terlebih dahulu daripada besi. Jika pelapis seng habis maka besi akan terkorosi bahkan lebih cepat dari keadaan normal (tanpa seng). Paduan logam juga merupakan metode untuk mengendalikan korosi. Baja stainless steel terdiri atas baja karbon yang mengandung sejumlah kecil krom dan nikel. Kedua logam tersebut membentuk lapisan oksida yang mengubah potensial reduksi baja menyerupai sifat logam mulia sehingga tidak terkorosi (Chamberlain, 1991).
b. Pengendalian Korosi dengan Proteksi Katodik
Proteksi katodik adalah metode yang sering diterapkan untuk mengendalikan korosi besi yang dipendam dalam tanah, seperti pipa ledeng, pipa pertamina, dan tanki penyimpan BBM. Logam reaktif seperti magnesium dihubungkan dengan pipa besi. Oleh karena logam Mg merupakan reduktor yang lebih reaktif dari besi, Mg akan teroksidasi terlebih dahulu. Jika semua logam Mg sudah menjadi oksida maka besi akan terkorosi.
Gambar 3.3. Proses Katodik Menggunakan Logam Mg
Reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut.
Anode : 2Mg(s) 2Mg2+(aq) + 4e–
Katode : O2(g) + 2H2O (l) + 4e– 4OH–(aq)
Reaksi : 2Mg(s) + O2(g) + 2H2O 2Mg(OH)2(s)
Oleh sebab itu, logam magnesium harus selalu diganti dengan yang baru dan selalu diperiksa agar jangan sampai habis karena berubah menjadi hidroksidanya (Chamberlain, 1991).
c. Pengendalian Korosi dengan Penambahan Inhibitor
Inhibitor adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam suatu lingkungan korosif dengan kadar sangat kecil (ukuran ppm) guna mengendalikan korosi. Inhibitor korosi dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme pengendaliannya, yaitu inhibitor anodik, inhibitor katodik, inhibitor campuran, dan inhibitor teradsorpsi.
1) Inhibitor anodik
Inhibitor anodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara menghambat transfer ion-ion logam ke dalam air. Contoh inhibitor anodik yang banyak digunakan adalah senyawa kromat dan senyawa molibdat.
2) Inhibitor katodik
Inhibitor katodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan korosi dengan cara menghambat salah satu tahap dari proses katodik, misalnya penangkapan gas oksigen (oxygen scavenger) atau pengikatan ion-ion hidrogen. Contoh inhibitor katodik adalah hidrazin, tannin, dan garam sulfit.
3) Inhibitor campuran
Inhibitor campuran mengendalikan korosi dengan cara menghambat proses di katodik dan anodik secara bersamaan. Pada umumnya inhibitor komersial berfungsi ganda, yaitu sebagai inhibitor katodik dan anodik. Contoh inhibitor jenis ini adalah senyawa silikat, molibdat, dan fosfat.
4) Inhibitor teradsorpsi
Inhibitor teradsorpsi umumnya senyawa organik yang dapat mengisolasi permukaan logam dari lingkungan korosif dengan cara membentuk film tipis yang teradsorpsi pada permukaan logam. Contoh jenis inhibitor ini adalah merkaptobenzotiazol dan 1,3,5,7–tetraaza–adamantane (Chamberlain, 1991).
3.2.5 Jenis Sistem Proteksi Katodik
1. Sistem Anoda Korban (Sacrificial Anode)
Sistem ini dikenal juga dengan anode galvanis, dimana cara kerja dan sumber arus yang digunakan berasal hanya dari reaksi galvanis anoda itu sendiri. Prinsip dasar dari sistem anoda korban adalah hanya dengan cara menciptakan sel elektrokimia galvanis dimana dua logam yang berbeda dihubungkan secara elektris dan ditanam dalam elektrolit alam (tanah atau air). Dalam sel logam yang berbeda tersebut, logam yang lebih tinggi dalam seri elektromitive-Emf series (lebih aktif) akan menjadi anodic terhadap logam yang kurang aktif dan terkonsumsi selama reaksi elektrokimia. Logam yang kurang aktif menerima proteksi katodik pada permukaannya karena adanya aliran arus melalui elektrolit dari logam yang anodic. Gambar sistem proteksi katodik dengan anoda korban dapat dilihat pada Gambar 3.4. (Zakharov, 1962).
Gambar 3.4. Proteksi Katodik Sistem Anoda Karbon
Sistem anoda korban secara umum digunakan untuk melindungi struktur dimana kebutuhan arus proteksinya kecil dan resistivitas tanah rendah. Disamping itu sistem ini juga digunakan untuk keperluan dan kondisi yang lebih spesifik seperti:
Untuk memproteksi struktur dimana sumber listrik tidak tersedia.
Memproteksi struktur yang kebutuhan arusnya relative kecil, yang jika ditinjau dari segi ekonomi akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan system atus tanding.
Memproteksi pada daerah hot spot yang tidak dicoating, misalnya pada daerah dimana ada indikasi aktifitas korosi yang cukup tinggi.
Untuk mensuplemen system arus tanding, jika dipandang arus proteksi yang ada kurang memadai. Ini biasanya terjadi pada daerah yang resistivitas tanahnya rendah seperti daerah rawa.
Untuk mengurangi efek interferensi yang disebabkan oleh system arus tanding atau sumber arus searah lainnya.
Untuk memproteksi pipa yang dicoating dengan baik, sehingga kebutuhan arus proteksi relative kecil.
Untuk memperoteksi sementara selama kontruksi pipa hingga system arus tanding terpasang.
Untuk memperoteksi pipa bawah laut, yang biasanya menggunakan bracelet anode dengan cara ditempelkan pada pipa yang dicoating.
Beberapa keuntungan yang diperolah jika menggunakan sistem anoda korban :
Tidak memerlukan arus tambahan dari luar, karena arus proteksi berasal dari anodanya itu sendiri.
Pemasangan dilapangan relative lebih sederhana
Perawatannya mudah
Ditinjau dari segi biaya, system ini lebih murah dibanding system arus tanding.
Kemungkinan menimbulkan efek interferensi kecil.
Kebutuhan material untuk sitem anoda korban relative sedikit yaitu anoda, kabel dan test box.
Kelemahan proteksi katodik dengan anoda korban dibandingkan dengan sistem arus tanding adalah:
Driving voltage dari system ini relative rendah karena arus proteksi hanya terjadi dari reaksi galvanis material itu sendiri sehingga system ini hanya dapat digunakan untuk memproteksi struktur yang arus proteksinya relative kecil dan resistivitas lingkungan rendah. Karena kondisi yang demikian itu, system ini akan menjadi kurang ekonomis jika dipakai unguk keperluan memproteksi struktur yang relatif besar.
Kemempuan untuk mengontrol variable efek arus sesat terhadap struktur yang diproteksi relative kecil.
2. Sistem Arus Tanding (Impressed Current)
Berbeda dengan system anoda korban, sumber arus pada system arus tanding berasal dari luar, biasanya berasal dari DC dan AC yang dilengkapi dengan penyearah arus (rectifier), dimana kutub negative dihubungkan ke struktur yang dilindungi dan kutub positif dihubungkan ke anoda. Arus mengalir dari anoda melalui elektrolit ke permukaan struktur, kemudian mengalir sepanjang struktur dan kembali ke rectifier melalui konduktor elektris. Karena struktur menerima arus dari elektrolit, maka struktur menjadi terproteksi. Keluaran (output) arus rectifier diatur untuk mengalirkan arus yang cukup sehingga dapat mencegah arus korosi yang akan meninggalkan daerah anoda pada struktur yang dilindungi. Dengan keluaran arus dari anoda ini maka anoda tersebut terkonsumsi. Untuk itu maka sebaiknya menggunakan bahan yang laju konsumsinya lebih rendah dari magnesium, zinc dan alumunium yang biasa dipakai untuk system tersebut, umumnya digunakan paduan kombinasi bahan yang khusus. Tipikal system arus tanding dapat dilihat pada Gambar 3.5. (Denny, 1992).
Sistem arus tanding digunakan untuk melindungi struktur yang besar atau yang membutuhkan arus proteksi yang lebih besar dan dipandang kurang ekonomis jika menggunakan anoda korban. System ini dapat dipakai untuk melindungi struktur baik yang tidak dicoating, kondisi coating yang kurang baik maupun yang kondisi coatingnya baik.
Kelebihan sistem arus tanding adalah dapat didesain untuk aplikasi dengan tingkat fleksibilitas yang tinggi karena mempunyai rentang kapasitas output arus yang luas. Artinya kebutuhan arus dapat diatur baik secara manual maupun secara otomatis dengan merubah tegangan output sesuai dengan kebutuhan. Kelebihan lain dari system ini, dengan hanya memasang system di salah satu tempat dapat memproteksi struktur yang cukup besar.
Gambar 3.5. Sistem Proteksi Arus Tanding
Kekurangan dari sistem ini yaitu memerlukan perawatan yang lebih banyak dibanding system anoda korban sehingga biaya operasional akan bertambah. Sistem ini juga mempunyai ketergantungan terhadap kehandalan pemasok energy (rectifier) sehingga kerusakan pada sistem ini akan berakibat fatal terhadap kinerja system proteksi. Kekurangan yang lain sistem arus tanding adalah cenderung lebih mahal karena peralatan dan bahan yang digunakan lebih banyak. Disamping itu ada kemungkinan dapat menimbulkan masalah efek interferensi arus terhadap struktur disekitarnya.
Proteksi katodik adalah perlindungan terhadap suatu logam dari serangan korosi.
Proteksi katodik memanfaatkan konsep deret galvanis (mekanisme korosi galvanis) untuk melindungi logam (Revie, 1991).
Secara sederhana korosi galvanis akan terjadi pada logam jika ada tiga hal dipenuhi :
* ada dua buah logam yang memiliki beda Potensial Electric (perbedaan lebih dari 0,1 volt sudah cukup untuk memicu terjadinya korosi), Dua buah logam tidak harus dari dua logam yang berbeda jenis, meskipun pada logam yang sama (misal pada satu pipa baja) akibat kondisi permukaan (kotor, cat atau coating terkelupas, korosi, dll) dan ketidakseragaman komposisi maka dapat menimbulkan beda potensial electric ini. Bagian logam dengan PE tinggi (lebih positif) akan menjadi penerima electron atau bersifat katodic dan bagian dengan PE rendah(lebih negatif) akan menjadi penyumbang electron (anoda) bila kedua logam dihubungkan.
* dua buah logam tersebut kontak secara elektrik (memungkinkan terjadinya aliran arus listrik).
* ada fluida elektrolit yang memungkinkan arus mengalir pada lingkungan kedua logam.
Bila ketiga kondisi diatas terpenuhi maka bagian anoda akan mengalami korosi, dan bagian katoda akan aman dari korosi (terlindungi).
3.3 MRS
Metering and Regulating Station (MRS) berfungsi sebagai alat custody transfer antara pemasok dan konsumen gas bumi. Komponen utamanya adalah unit meter untuk menghitung volume/ flow gas dan regulator untuk mengatur/ menurunkan tekanan. Tipe dan jenis meter maupun regulator disesuaikan dengan jumlah gas yang disalurkan dan tekanan yang dibutuhkan.
MRS merupakan stasiun yang digunakan untuk mengontrol penggunaan gas. Dalam pembangunannya, harus diperhatikan beberapa aspek antara lain :
Tekanan inlet maksimum
Tekanan inlet minimum
Tekanan outlet maksimum
Tekanan outlet minimum
Kecepatan maksimum gas
Jarak aliran yang diukur dan keakurasian
Aspek - aspek tersebut akan mempengaruhi ukuran pipa dan kapasitas komponen yang akan digunakan pada MRS.
Pada gambar 3.6. merupakan rancangan umum dari MRS. Banyak variasi model MRS yang telah berkembang. Pada gambar terdapat beberapa komponen yang terdapat pada stasiun MRS, seperti valve, filter, heat exchanger, peralatang pengaman, regulator, meter.
Gambar 3.6. Skema MRS
(INSTROMET INTERNATIONAL)
3.3.1 Komponen MRS
Berikut ini merupakan beberapa komponen MRS:
a. Isolation Valve (Inlet-Outlet) mengisolasi tekanan masuk (inlet) & tekanan keluar (outlet).
b. Insulating Joint / Insulating Flange (Inlet-Outlet) mengisolasi tegangan proteksi katodik (CP) dari jaringan pipa ke modul stasiun (MR/S) serta pipa setelahnya.
c. Gas Filter menyaring gas yang masuk dari partikel serta impurities lainnya.
d. Safety Shut Off Valve/ Slam Shut Valve sebagai pengaman tekanan berlebih, yang menghentikan aliran gas dengan menutup otomatis dan dibuka secara manual.
e. Regulator Active mengatur tekanan keluar (outlet).
f. Regulator Monitor (optional)
g. Relief Valve mengeluarkan gas yang bertekanan ke udara melalui vent stack.
h. Check Valve menahan aliran balik (return).
i. Meter Gas mengukur jumlah volume gas yang mengalir/ dipakai pelanggan.
j. Manometer (Inlet-Outlet) mengukur tekanan gas.
k. Thermometer (Inlet-Outlet) mengukur temperatur gas.
l. Volume Corrector / Flow Computer mengkoreksi secara elektronik volume gas (standar) menjadi volume kontrak.
m. Automatic Meter Reader (AMR) alat bantu untuk mendisplay volume secara otomatis setiap pemakaian gas bumi (yang terkoreksi) secara real-time.
3.4 Offtake Gas Station
Offtake gas station merupakan fasilitas yang sagat kompleks. Yaitu tempat dimana gas masuk dari produsen penyaluran gas yang kemudian akan disalurkan ke pelanggan. Offtake merupakan fasilitas yang sangat kompleks karena terdiri dari berbagai macam utilitas seperti gas chromatography, MRS, sitem perpipaan, dll.
3.4.1 Sistem Perpipaan PT.PGN (Persero) Tbk.
3.4.1.1 Pengertian Konstruksi Jaringan Pipa Gas
– Konstruksi adalah suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana
– Jaringan Pipa Gas adalah suatu jaringan perpipaan yang mengalirkan fluida berupa gas.
Dari pemahaman diatas, maka pengertian dari Konstruksi Jaringan Pipa Gas adalah kegiatan membangun sarana/ jaringan perpipaan yang fungsinya untuk menyalurkan fluida berupa gas.
3.4.1.2. Sistem Jaringan Pipa Gas PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
a. Jaringan Pipa Transmisi
Adalah suatu jaringan pipa yang menyalurkan gas dari stasiun pengumpul ke stasiun penerima jaringan distribusi (Off take Station) dan atau ke pelanggan dalam kebutuhan besar (Bulk Customer) dengan tekanan operasi 25-45 bar (365-660 psi), dan berdiameter pipa 32", dimana dalam pelaksanaan pemasangan jaringan pipa transmisi, harus memiliki ROW (Right of Way) atau jalur batas kepemilikan utilitas.
b. Pipa Distribusi
Adalah sistem jaringan pipa yang dipasang untuk menyalurkan gas mulai dari stasiun penerima (Off take Station) sampai ke meter pelanggan, dengan diameter pipa dari 4" sampai 24" dan tekanan 1 bar-25 bar (14-365 psi), dimana dalam pemasangan jaringan pipa distribusi, ROW tidak harus ada.
Jaringan pipa distribusi terdiri dari:
Mainline / pipa induk adalah adalah pipa penyalur gas bumi dari sistem pengatur tekanan dan metering ke pipa servis.
Branchline atau pipa cabang adalah percabangan pipa dari pipa induk yang akan menuju ke pipa servis
CB/pipa servis adalah pipa penyalur dalam area pelanggan yang menghubungkan pipa cabang ke pengatur tekanan atau meter pelanggan.
Selain itu untuk kelengkapan jaringan pipa sampai ke pelanggan atau industri, maka dibutuhkan suatu jaringan pipa yang menghubungkan meter pelanggan ke penggunaan peralatan pelanggan yang disebut sebagai pipa IB.
3.4.1.3. Standar Material
a. Pipa
Pipa adalah benda tubular yang memiliki diameter, ketebalan dan panjang. Fungsi pipa adalah sebagai sarana transportasi fluida dari satu tempat ke tempat lain.
Acuan:
1. API Spesifikasi 5L (Spec 5L). Spesifikasi for line Pipe, 2003 Edition.
2. ASME B 31.8. Gas Transmission and Distribution Piping System, 2000 Edition.
3. ASTM A751. Standard Methods, Practices and Definition for Chemical Analysis of steel Products.
4. ASTM A370. Mechanical Testing of Steel Products, Annex II, Steel Tubular Products.
5. API std 1104. Welding of Pipelines and Related to Facilities.
6. IGE/TD/6. handling, Transport and Storage of Steel Pipe, Bends, Tees, Valves and Fittings.
7. Technical Specifikation and schedule of Requirements, 2004, PGN
Untuk standar PGN yang dipakai adalah API Spec 5L Grd. B untuk pipa distribusi.
b. Fitting
Fitting adalah suatu alat yang berfungsi sebagai penyambung pada sistem perpipaan, berupa sambungan lurus, berbelok, bercabang, dengan pengecilan maupun pembesaran diameter.
Acuan fitting:
Fitting harus mengacu pada ASME/ANSI 16.9 atau MSS SP-75, edisi terakhir dan harus mempunyai rating tekanan dan temperature yang didasarkan pada strees untuk pipa dari material yang sama atau sebanding.
Fitting harus terbuat dari bahan baja karbon atau paduan baja sesuai dengan ASTM A234-Grade WPB.
c. Flensa/flange
Flanges adalah alat untuk menghubungkan jaringan pipa dari suatu peralatan dengan peralatan lainnya, misal dari valve ke pipa atau peralatan.
Spesifikasi flanges mengacu pada ASME B16.5: pipe flanges and flanged fittings.
d. Valve
Valve adalah peralatan yang dipasang pada sistem perpipaan yang berfungsi untuk mengalirkan dan penutupan atau untuk mengatur aliran fluida.
Acuan:
1. API Spec 6D, Specification for pipeline valves (gate, plug, ball, and check valve)
2. ASME/ANSI B16.9: factory-Made Wrought Steel Buttwelding Fittings.
3. ASME B16.5: pipe flanges and flanged fittings.
4. ANSI B16.5. Steel pipe flanges and flanged fittings.
5. ASME B31.8. gas transmission and distribution piping system.
6. ANSI B16.34. valve-flanged and buttwelding Ends.
Standar yang dipakai PGN mengacu API Spec 6D, specification for pipeline valves (gate, plug, ball, and check valve).
e. Mur dan Baut
Adalah alat yang berfungsi sebagai pengikat.
Acuan:
Stud Bolts harus dipabrikasi dari material sesuai dengan ASTM A193.
Mur harus dipabrikasi dari material sesuai dengan ASTM A194, grade 2H.
f. Gasket
Gasket adalah suatu alat yang berfungsi sebagai perapat (mencegah kebocoran) pada sambungan flange piping system.
Standar:
Gasket harus bahan bukan logam yang tahan terhadap minyak sesuai dengan ANSI B16.21 dan cocok untuk raised face flanges sesuai dengan ANSI B16.5.
Material gasket harus sesuai dengan persyaratan ASTM F194-71 Grade P.1141A, BS 1832 (atau setara).
Semua standar yang digunakan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk yang telah disebutkan diatas mengacu pada buku "Spesifikasi Teknik Material Sistem Jaringan Pipa Distribusi Gas, PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk" yang diterbitkan pada tahun 2005.
3.4.1.5. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Serta Lindung Lingkungan (K3LL)
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya atau pemikiran yang ditujukan untuk melindungi tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan, menjamin setiap orang yang berada di tempat kerja dalam melakukan pekerjaan, menjamin keselamatan setiap serta agar sumber-sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisian sehingga diharapkan dapat meningkatkan produksi perusahaan yang berlandaskan meningkatnya produktivitas kerja.
Peralatan keselamatan kerja antara lain:
- Pelindung Mata - Peralatan Pelampung Personal
- Sabuk Pengaman - Pelindung Kepala
- Pakaian Kerja - Pelindung Kaki
- Alat Bantu Pernafasan - Pelindung Telinga
- Sarung Tangan
(Sumber: Buku Acuan Konstruksi Pipa PT.PGN, 2005)
3.4.2 MRS Offtake
3.4.2.1. REGULATING PRESSURE
Pressure regulator digunakan untuk menurunkan tekanan yang masuk untuk mendapatkan tekanan keluar yang dibutuhkan. Pressure regulator tidak hanya menurunkan tekanan tetapi juga menjaga pada tekanan yang diingini. Fluktuasi dari inlet pressure terhadap regulator valve tidak mempengaruhi outlet pressure yang telah diset, pada saat tidak ada pemakaian, setting outlet akan naik tapi tidak melebihi 5 % dari setting pressure. Pada dasarnya Regulator dibagi menjadi 2 (dua) jenis : 1). Spring Loaded. 2). Pilot Operated.
3.4.2.2. Pressure Rating
Pressure Rating adalah aturan (Regulations) untuk instalasi perpipaan gas dimana sampai pada tekanan berapakah suatu material sistem perpipaan dapat dioperasikan atau diuji tekan (test pressure).
3.4.2.3. Komposisi Gas
Komposisi Gas diperlukan untuk perhitungan baik ukuran MR/s maupun proses desainnya. Komposisi Gas di Cabang-cabang PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) berbeda. Disamping itu, kontaminant yang mungkin ada dan terikut dalam gas ( dan tidak dikehendaki ) adalah :
· Odorant ( Tetrahydro thiophene )
· H2S (Hydrogen Sulphide) dan Sulphur Mercaptants
· Air, sisa Hydrotesting
· Methanol, sisa operasi pengeringan
· Fraksi LPG, kemungkinan dalam fase liquid
· Kotoran-kotoran selama kegiatan konstruksi (Slag las, debu, kerikil, dll).
3.4.2.4. Code dan Standar
Seluruh komponen Meter Regulating Station harus sesuai dan mengacu kepada Code dan Standar sebagai berikut :
API Spec 5L Specification for Line Pipe
API Spec 6D Specification for Pipeline Valves
API std 1104 Welding of Pipelines and Related Facilities
AGA No. 3 Orifice Metering of Natural Gas and Other Related Hydrocarbon Fluids
AGA No. 7 Measurement of Fuel Gas by Turbine Meter
ANSI B16.5 Pipe Flanges and Flanged Fittings
ANSI B31.8 Gas Transmission and Distribution Piping Systems
ANSI B16.9 Butt Welding Fittings
ASTM A105 Material for Pipe Flange & Flange Fittings
ASTM A234 WPB Material for Butt Welding Fittings
3.4.2.5. Desain Aliran Proses
Konfigurasi Umum
Pada umumnya MR/s, R/s yang dioperasikan oleh PT. PGN (Persero) terdiri dari dua buah stream yang identik ( Worker Stream dan Standby Stream).
Pada masing-masing Stream terdapat 2 (dua) buah Regulator (Active dan Monitor) yang diset dengan tekanan tertentu yang berbeda, dan konfigurasi kendalinya pada bagian outletnya memiliki presisi + 5% dibandingkan dengan tekanan Setting untuk segala kondisi. Pada bagian Meter ( Meter Module ) dilengkapi dengan Meter Bypass yang dipergunakan untuk kalibrasi / perbaikan Meter tanpa mengganggu aliran gas kepada konsumen.
MR/s, R/s yang dioperasikan oleh PT. PGN (Persero) dapat dibagi menjadi :
Twin Stream with monitor
· Active / Monitor – Slamshut
· Relief Valve
· Stream Discrimination
· Metering – Corrector
· Manual Bypass
Twin Stream
· Active – Slamshut
· Relief Valve
· Stream Discrimination
· Metering – Corrector
· Manual Bypass
Single Stream
· Active / Monitor – Slamshut
· Relief Valve
· Metering
· Manual Bypass
3.4.2.5.1. Twin Stream with monitor
Twin Stream dapat diartikan : 2 (dua) lajur yang identik pada bagian regulator module. Masing-masing lajur dinamakan Lajur Pekerja ( Worker Stream ) dan Lajur Siaga ( Standby Stream ). Pada setiap lajur terdapat 2 (dua) buah Regulator yaitu Active dan Monitor dengan Slumshut. Dengan Sistem ini akan menjamin kelangsungan distribusi gas ke pelanggan.
Twin Stream yang mempergunakan " Stream Discrimination " setting pada Worker Stream maupun Standby Stream terdapat sedikit perbedaan yaitu pada setting Active Regulator saja.
Contoh : Jika Outlet Pressure MR/s: 2 Bar à maka setting Active Regulator pada Worker Stream = 2 Bar, sedangkan setting pada Active Regulator pada Standby Stream = 1.9 Bar.
Setting à Slamshut = 2.6 Bar, Relief Valve = 2.3 Bar dan Monitor Regulator = 2.1 Bar.
Pada bagian Meter (Meter Module) dilengkapi dengan meter bypass yang dipergunakan saat meter dikalibrasi atau perbaikan untuk tidak mengganggu aliran gas kepada konsumen. Pada sistem Twin Stream umumnya dipasang volume corrector.
Pada sistem Twin Stream, prinsip kerjanya sama dengan no. 1.5.1.1. diatas, pada sistem ini tidak menggunakan monitor regulator, biasanya sistem ini dipakai untuk industri yang pemakaian gas-nya tidak terlalu besar.
Pada sistem Single Stream, Active Monitor – Slam Shut Distribusi Gas ke Pelanggan akan berhenti jika diperlukan perbaikan rutin.
3.4.2.5.2. Komponen-Komponen Penting Pada Aliran di MRS:
a. Perpipaan pada Aliran Utama (Mainstream Pipework)
Seluruh sambungan-sambungan perpipaan dirancang untuk kecepatan maksimum 20 m/det (untuk aliran gas maksimum, tekanan minimum sebelum filter), dan kecepatan maximum 40 m/det ( untuk kondisi aliran gas maksimum, tekanan minimum sesudah filter).
b. Penyekat (Cathodic Protection Insulating Joint)
Jaringan pipa distribusi gas (pipa baja) dilengkapi dengan perlindungan korosi (Sistem Proteksi Katodik). Untuk mencegah masuknya arus perlindungan korosi ke bagian MR/s, maka pada bagian inlet dan outlet MR/s dipasangi Insulating Joint yang berfungsi memutus hubungan listrik antara pipa penyalur dengan MR/s.
c. Slam-shut Valve (SSV) atau Emergency Control Valve
Slam-shut valve dipasang pada kedua aliran (stream) regulator module yang berfungsi untuk menghentikan aliran gas bila tekanan pada bagian hilir (downstream) naik meskipun Relief valve telah berfungsi membuang tekanan. SSV dapat bereaksi dalam waktu singkat (< 5 detik). Impulse Line SSV berasal dari sebelum Check Valve (One Way Valve). Slam Shut dapat berdiri sendiri dan dapat Integral dengan Regulator.
d. Relief Valve
Tiap MR/s maupun M/s harus dilengkapi dengan Atmosferik Relief (Buangan ke Udara) yang diletakkan diantara Regulator Aktif dengan Stream Check Valve yang dibuat untuk membuang tidak lebih dari 1% dari Kapasitas Penuh Regulator. Relief Valve ini berfungsi mencegah adanya tekanan yang mendekati kondisi "Lock-up" (seperti, Regulator dalam posisi tertutup ) yang mana dapat mengaktifkan SSV.
e. Gas Filter
Gas Filter harus didesain dan dibuat sesuai dengan ASME Boiler and Pressure Vessel Code atau BS 5500. Filter diperbolehkan menyebabkan Pressure Drop (dP) tidak lebih dari 0.1 bar dan dapat menyaring kotoran yang berukuran 50 micron. Dalam desain Gas Filter dilengkapi dengan tutup yang dapat dibuka secara cepat.
f. Heater
Heater berfungsi untuk menaikkan suhu gas yang akan disalurkan kepada konsumen. Namun karena suhu gas yang dijual oleh PT. PGN (Persero) sudah cukup (+ 27oC) maka Heater tidak diperlukan. Biasanya Pabrik pembuat MR/s menyediakan tempatnya; yang disebut dengan Heater Spool.
g. Flow Straightners
Flow Straightners berfungsi untuk membuat aliran Gas yang Turbulen menjadi Laminer sebelum masuk Turbine Meter atau Orifice Meter.
h. Stream Check Valve
Stream Check Valve diperlukan pada bagian hilir (downstream) yaitu untuk menjaga tekanan balik dari hilir ( downstream) jika terjadi kegagalan pada salah satu Sistem Regulator dapat diatasi oleh Slam-shut Valve. Check Valve biasanya bertype wafer dan dipasang di antara flensa (flange) yang dalam keadaan kapasitas aliran penuh beda tekanan (pressure drop) tidak lebih dari 0.1 bar.
Stream Chec Valve dipasang pada bagian hilir (downstream) sesudah titik pengindra ( sensing point) dari slam shut, diperlukan untuk menjaga agar tidak terjadi tekanan balik (Reverse Pressure) ke standby stream, pada suatu keadaan dimana worker stream tidak bekerja (rusak).
i. Kerangan Isolasi (Isolation Valve)
Valve Isolasi (Ball Valve) ini diletakkan pada bagian masukan (inlet) maupun keluaran (outlet). Valve ini diperlukan pada saat "gas-in" dan saat pemeliharaan pada stream regulator. Fungsi lain daripada Valve ini adalah untuk perlidungan ekstra pada stream regulator yang mempunyai resiko kebocoran. Valve ini dibuat sesuai dengan API 6D dan mempunyai ketahanan terhadap api sesuai dengan API 607. Seluruh Valve harus diuji dengan Air Seat Test , dan merupakan type Full Bore yang dapat menutup ¼" dan mempunyai double block and bleed (untuk membuang aliran atau kondensat yang tersisa di bagian bawah bola) . Valve Isolasi yang berukuran diameter nominal 4" atau lebih harus Trunnion Mounted Ball Valves.
j. Indikator Kondisi Aliran
Indikator-indikator ini juga harus dipasang pada MR/s Unit :
Regulator Sections :
· Inlet Pressure Indicator
· Regulator Control (Local)
· Monitor Regulator Pressure Indicator
· Outlet Pressure Indicator
· Filter Differential Pressure Gauge
Meter Sections :
· Flow Corrector
· Outlet Pressure Indicator
· Temperature Gauge (Untuk yang tidak dipasang Volume / Flow Corrector)
3.4.2.6.METER (GAS)
Alat untuk mengukur volume fluida (gas) dengan tidak mengganggu aliran fluida tersebut. Alat ukur dimana pembeli dan penjual sepakat mengadakan transaksi.
3.4.2.6.1. Macam-macam Meter
PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) menggunakan meter untuk para pelanggan sesuai dengan OIML (Organization Internationale de Metrologie Legale) Recomendation – R6 "General Provision for Volume Meters". Sebagaian besar Meter yang dipakai oleh PT. PGN (Persero) memakai G-Size. Macam-macam Meter yang dipergunakan oleh PT.PGN (persero).
3.4.2.6.1.1. Turbine Meter
Meter yang memakai putaran impeller (rotor) untuk mengukur berapa volume gas yang melewati meter tersebut.Turbin meter yang digunakan sebaiknya mengacu pada standard AGA Report No.7 dan seluruh meter & Corrector harus di Kalibrasi dan mendapatkan sertifikat. Turbin Meter ini dipasang di konsumen yang memakai gas relatif besar (Industri)
3.4.2.6.1.2. Orifice Meter
Meter yang menggunakan perbedaan tekanan ( differential pressure ) antara pelat orifice sebagai basis untuk menentukan volume fluida (gas) yang melewati meter.
Orifice meter yang digunakan adalah type orifice plat dan harus sesuai dengan AGA Report No.3, harus di kalibrasi dan mendapatkan sertifikat.
Meter jenis ini biasanya dipasang pada Stasiun Penerima (Off-take Station), Konsumen yang menggunakan gas dalam jumlah besar.
3.4.2.6.1.3. Diaphagram Meter
Meter yang menggunakan diafragma yang lentur dengan susunan seperti hembusan untuk mengukur volume fluida (gas) yang melewati meter.Pada umumnya Meter jenis ini dipasang di konsumen yang memakai gas relatif kecil ( Rumah Tangga )
3.4.2.6.1.4. Positive Displacement Meter
Disebut Juga RPD = Rotary Positive Displacement ( atau Meter Delta Rotary Meter )
a. Meter yang dapat mengukur secara langsung volume fluida (gas) yang melewati meter tersebut
b. Meter yang dipakai untuk mengukur volume fluida (gas) dengan cara isi dan keluarkan fluida dari ruang meter.
3.4.2.6.1.5. Rotary Displacement Meter
Meter yang memakai putaran baling-baling, matching gear, atau pergesaran baling-baling yang membuat gas-tight contact dengan dinding meter.Umumnya dipasang di konsumen yang menggunakan gas dalam jumlah sedang ( Pelanggan Komersial ).
3.4.2.6.1.6. Venturi Meter
Meter yang menggunakan perbedaan tekanan statis antara bagian tempat masuk meter dengan kerongkongan (throat ) venturi sebagai basis untuk menentukan volume fluida (gas) yang melewati meter.
3.4.2.7. Flow Corrector
Flow Corrector berfungsi untuk mengoreksi secara otomatis volume gas yang mengalir ke suatu keadaan standar ( T, P standar ). Flow Corrector harus dilengkapi dengan pengaman dan persyaratan berikut :
· LF Switch Input
· Maximum Switch Closed/Open
· Pressure Ranges sesuai dengan persyaratan
· Diafragma Pressure Tranducer terbuat dari Stainless Steel
· Thermometer terbuat dari Platinum Standard Thermometer dan terintegrasi dengan layar monitor korektor 8 digit.
3.4.2.8. Flow Computer
Fungsi flow computer adalah untuk secara terus menerus menghitung laju alir gas yang melalui Orifice Meter dan melakukan koreksi terhadap kesalahan (deviasi) pengukuran dengan referensi dari kondisi basis yang berasal peralatan meter melalui sinyal yang ditransmisikan.
Flow Computer melakukan perhitungan laju alir gas sesuai dengan AGA Report No.3 terhadap tekanan (P), Temperatur (T) dan Variasi Supercompressibility ( Z ) yang sesuai dengan NX-19 (dalam AGA No.3)
Computer akan menerima masukan (Input) dari meter yang bekerja :
· Sinyal Temperatur
· Sinyal Tekanan
· Sinyal Beda Tekanan ( dP )
Computer diletakkan pada ruangan yang tidak jauh dari Metering Stream, bebas dari pengaruh Gas (Gas Hazard) dan dilengkapi dengan Air Conditioned terkendali. Flow Computer harus mempunyai Sinyal Keluaran (Output) yang akan dihubungkan dengan RTU (Remote Terminal Unit) SCADA.
(Sumber: Science Hunter Community)
3.4.3 Utilitas Offtake
3.4.3.1 Filter Separator
Unit filter gas alam dipasang di setiap stasiun untuk menghilangkan cairan yang tertahan dan padatan dari aliran gas. Filter dapat terdiri unsur siklon untuk partikel centrifuge. Partikel-partikel ini dan cairan kemudian akan drop down untuk koleksi dalam bah, yang dapat dikeringkan secara berkala.
Sebuah stasiun inlet filter-separator harus dipasang hulu meter. Filter pemisah biasanya horizontal dengan ukuran penuh, penutupan cepat-pembukaan dan platform akses untuk elemen mengganti. Tangki harus dilengkapi dengan alat pengukur tingkat, tinggi switch tingkat cair dan pemancar tekanan diferensial di seluruh elemen filter. Filter-pemisah harus memiliki katup pembuangan otomatis.
Sebuah tangki kondensat terinstal untuk penyimpanan atmosfer setiap cairan dihapus oleh pemisah filter. Kebanyakan tank dipasang untuk tujuan ini adalah berdinding ganda dan diinstal pada pad beton. Tangki harus berisi mengukur tingkat dan saklar tingkat cair yang tinggi.
3.4.3.1.1. Flow Control
Sebuah katup kontrol harus dipasang setiap meter untuk mengontrol aliran melalui meteran dan tekanan pengiriman. Katup ini terutama akan beroperasi untuk membatasi throughput stasiun untuk mencegah volume gas yang masuk dari melebihi kapasitas meter atau volume yang dikehendaki tetapi juga akan dilengkapi dengan override tekanan.
Control valve umumnya dikendalikan oleh komputer aliran gas (GFC) berdasarkan set poin yang diberikan oleh pusat kontrol gas. Control valve biasanya akan beroperasi dalam posisi terbuka untuk meminimalkan kerugian tekanan melalui stasiun dan harus memiliki positioner, indikator posisi dan posisi pemancar.
GFC juga akan memonitor dan mengontrol fasilitas serta melakukan pengukuran kualitas pengalihan tahanan. GFC berkomunikasi semua data ke konsol kontrol pusat melalui sistem SCADA.
Pada transfer tahanan, kromatografi gas umumnya digunakan untuk menentukan komposisi gas untuk tujuan perhitungan nilai kalor bruto gas. Data ini disediakan untuk GFC untuk digunakan dalam menghitung total nilai panas gas dalam gas meteran. Sebuah sampel gas diambil dari lokasi terus mengalir pada meteran dan regulator selip. Sampel gas dijamin pada tekanan rendah untuk meminimalkan waktu lag memanfaatkan sampel penyelidikan mengatur diri sendiri dan diteruskan ke kromatografi gas dan kelembaban analyzer. Analisa kelembaban disediakan untuk mengukur kadar air dari gas. Tergantung pada kandungan sulfur gas, analisa sulfur mungkin diperlukan.
3.4.3.1.2. Meter Skid Piping
Pemasangan perpipaan pada meteran skid harus memungkinkan untuk aliran gas bi-directional melalui stasiun oleh pipa dan valve . Namun, aliran gas melalui meter dan regulator harus dalam satu arah saja .
Control valve dipasang antara katup isolasi bola untuk memungkinkan pemeliharaan . Adalah cara untuk menginstal bypass katup manual untuk memungkinkan operasi lanjutan selama kendali kegiatan pemeliharaan katup .
3.4.3.2. Automatic Shutdown Valve
Katup shutdown otomatis biasanya dipasang pada sambungan pipa. Katup ini harus dioperasikan jarak jauh dari sistem operasi utama dan dilengkapi dengan kontrol pneumatik local, manual override hidrolik dan buka / tutup saklar batas .
Blowdown dari pipa stasiun meter dicapai dengan tumpukan ventilasi yang terletak di stasiun inlet pipa dan ventilasi pada skid meter yang terletak di hilir meter dan hilir katup kontrol aliran . Jadi system ini bekerja apabila terjadi tekanan balik, yaitu pemakaian yang gas oleh pelanggan yang berkurang tiba-tiba, sehingga dapat menimbulkan tekanan balik, maka katup ini akan menutup secara otomatis.
3.4.3.3. Pressure Reduction and Regulation
Pressure Reduction and Regulation mengontrol tekanan pasokan ke pengguna gas pada nilai yang sudah diatur .Setiap sistem terdiri dari setidaknya dua kereta pengurangan tekanan - salah satu operasi dan yang lain standby. Setiap kereta biasanya akan terdiri dari dua katup regulator seri .
Katup regulator harus berukuran untuk volume maksimum pada antisipasi minimum tekanan inlet saat-saat volume maksimum . Untuk stasiun yang melayani beberapa pelanggan perumahan atau jasa non - interruptible lainnya , kapasitas regulator yang cukup perlu disediakan sehingga kegagalan salah satu regulator valve run tidak akan mengurangi kapasitas fasilitas bawah permintaan diperlukan . Katup regulator di stasiun pengalihan tahanan biasanya dari jenis yang gagal dalam posisi terbuka .
3.4.3.4. Metering Sistem
Laju aliran gas harus diukur di sejumlah lokasi untuk tujuan pemantauan kinerja sistem pipa dan lebih khusus di tempat-tempat di mana transfer tahanan berlangsung. Tergantung pada tujuan untuk metering, baik untuk pemantauan kinerja atau untuk penjualan, teknik pengukuran yang digunakan dapat bervariasi sesuai dengan akurasi yang diminta.
Biasanya, sebuah tahanan perpindahan stasiun metering akan terdiri dari satu atau dua berjalan dari pipa dengan metering orifice dikalibrasi dalam menjalankan setiap. Harus meter ultrasonik diperlukan, itu harus dirancang untuk memenuhi atau melampaui persyaratan yang ditetapkan untuk meter ultrasonik di AGA-9. Biasanya, meter ultrasonik akan menjadi multi-path meter dan tabung meteran akan dilengkapi dengan pendingin aliran. Tabung meteran sepenuhnya dirakit harus dikalibrasi pada tekanan line dan penuh aliran kondisi sebelum digunakan. Biasanya, tabung meteran ultrasonik akan dirancang untuk 10D panjang hulu minimum dari pendingin mengalir ke meter dan 5D panjang hilir meter. Selanjutnya, tabung meter harus diasah.
3.4.3.5. Cathodic Protection
Hal ini khas untuk memisahkan sistem perlindungan katodik pipa dan meteran stasiun. Hal ini biasanya dilakukan dengan memasang insulasi kit di koneksi mengarah pada meteran selip. Pipa terkubur dalam stasiun meter, baik hulu atau hilir dari meteran selip, harus katodik dilindungi dari sistem proteksi katodik pipa terkait itu.
3.4.3.6. Sound Pressure
Tingkat tekanan suara pada kondisi pelayanan harus dipertimbangkan . Tingkat kebisingan yang tinggi ( umumnya didefinisikan lebih dari 110 dbA ) dapat mengakibatkan kerusakan regulator , katup kontrol , kontrol katup aksesoris , instrumentasi dan pipa hilir . Berikut ini adalah langkah-langkah standar yang dapat diambil untuk mengurangi tingkat tekanan suara atau untuk mengurangi efek di jalan :
Instal kebisingan pelemahan langsing atau diffusers pada regulator ,
Memasang pipa dinding berat,
Menginstal isolasi ,
Menginstal peredam ,
Mengubur regulator .
(Sumber: Saeid Mokhatab, Teheran Raymand Consulting Engineers Iran)
BAB IV
PROSEDUR KERJA
4.1 Proteksi Katodik
4.1.1 Peralatan
1. Multimeter
2. Efektroda Pembanding (Half Cell)
3. Peta Sistem Proteksi Katodik
4. Tang Ampere
5. Portable Transformer Rectifier
6. Current lntemtptor
7. Meter Induksi
8. lnsulation Tester
9. SorT lesfer
10. Tool Set
11. Kamera
12. Alat Pelindung Diri (APD)
4.1.2 Metode
Dengan menggunakan Reference Electrode yang dihubungkan ke multimeter, maka nilai yang ditunjukkan oleh multimeter adalah nilai potensial pipa terhadap tanah yang memperlihatkan pipa terproteksi.
4.1.3 Tahapan Pekerjaan
4.1.3.1. Persiapan
a. Tetapkan rencana pemeliharaan proteksi katodik
b. Pastikan personil menggunakan APD yang sesuai.
c. Pastikan personil telah membuat JSA terhadap pekerjaan yang akan dilakukan.
4.1.3.2. Pelaksanaan Pemeliharaan
4.1.3.2.1. Penambahan / lnjeksi lnhibitor
Jumlah inhibitor yang diinjeksikan kedalam aliran gas, disesuaikan dengan jumlah dan komposisi gas yang mengalir dan jenis inhibitor.
Batasan-batasan yang diperlukan untuk menentukan jumlah inhibitor adalah kandungan CO2, H2S, dan jumlah air yang terkandung dalam gas.
Injeksi secara otomatis, jumlah inhibitor yang diperlukan ditentukan dengan jumlah gas yang mengalir. Jumlah inhibitor yang diinjeksikan akan berubah secara otomatis dengan berubahnya jumlah gas yang mengalir.
lnjeksi secara manual, jumlah inhibitor yang ditambahkan tergantung pada lubang orifis.
Penempatan dan atau penimbunan bahan kimia harus dijauhkan dari lingkungan yang korosif dan ditempatkan secara tersendiri agar tidak membahayakan.
4.1.3.2.2. Pemantauan Coupon / Probe
Program pemantauan coupon/ probe menggunakan metoda kehilangan berat. Coupon/probe dipasang di daerah dimana terjadi perubahan elevasi dan daerah turbulen.
Pemasangan dan pelepasan harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti terutama pada saat embersihan produksi korosi dan kotoran lainnya yang terdapat pada permukaan coupon/prcbe sebelum dilakukan penimbangan. Hal ini akan mempengaruhi keakuratan hasil perhitungan.
Sebelum dipasang dan setelah dilepas harus ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui kehilangan berat dari coupon/probe.
Ukur luas area dari coupon/ probe.
4.2 Gas Sampling
4.2.1 Peralatan
APD (helm, kaca mata, ear plug, masker gas, sarung tangan, baju pelindung)
Tabung penyimpan gas
Kunci inggris
Sansing
Cubin presssure pipa
Cubin tabung
Tool pas 22-24
Tool pas ring 16-18-19
Cairan snoop
Seal tape
4.2.2 Tahapan Pekerjaan
Rakit dan pasang unit sampling boom di lokasi, dengan kondisi silinder belum terpasang.
Menutup valve pada bagian pipa utama yang akan diambil sample gasnya.
Hubungkan sansing yang sebelumnya telah ditambahkan cubin pressure pipa.
Pada ujung sansing diberi cubing tabung.
Lakukan uji kebocoran dengan menggunakan cairan pendeteksi kebocoran.
Lepas dan pasang kembali sambungan, bila perlu tambahkan seal tape.
Lakukan drain dengan membuka valve secara perlahan, biarkan gas mengalir selama 10-15 detik.
Tutup kembali valve diamkan selama 10-15 detik.
Lakukan tahap 7 dan 8 selama 3-5 kali, tutup valve.
Pasang tabung sampel, pada saat pengisisan gas posisi tabung mengahadap area kosong,
Lakukan drain untuk tabung penyimpanan sample gas.
Buka valve pada pipa utama.
Biarkan gas mengalir dalam tabung gas, perhatikan pressure gauge hingga mencapai kondisi stabil.
Pastikan tidak terdapat kebocoran, kemudian tutup valve pada pipa utama.
Lepaskan tabung sampel dengan melepas cubin tabung.
Catat kondisi pengambilan sampel (lokasi, waktu, tekanan, suhu, nama teknisi pengambil gas, serta nomor tabung).
Beri label pada tabung.
Kirim tabung sample ke lab.
4.3. MRS
4.3.1. Peralatan
Tool set
Gas detektor
Minyak pelumas
Bubble check
Instrument kalibrator seperti HART Comumunicator
Laptop
Peralatan pembersih
Alat pelindung diri
4.3.2. Tahapan Pekerjaan
Pastikan personil menggunakan APD
Periksa dan pastikan tidak terjadi kebocoran arus pada insulating joint
Periksa valve inlet dan outlet dengan cara buka tutup dan passing test. Bila diperlukan lakukan pemberian pelumas
Pastikan kondisi filter masih baik, jika indikator DP filter melebihi batas 5 psig, maka lakukan pembersihan filter element, dengan membuka kerangan drain di bawah filter, segera ganti filter yang rusak.
Pastikan regulator dioperasikan sesuai dengan rating dan setting operasi yang diinginkan
Periksa manometer dan pastikan berfungsi dengan baik.
Pastikan shut –off valve berfungsi sebagaimana mestinya.
Pastikan meter berfungsi dengan rating dan dalam batas ukurnya serta masa kalibrasi masih berlaku.
Lakukan pengecekan volume corrector/AMR, meliputi perhitungan pemakaian gas, signalconnector pulsa, baterai power, baterai memori, keypad, tranducer.
Pastikan semua fitting sambungan tidak ada kebocoran gas.
Lakukan pemeriksaan sambungan grounding.
Setiap meter harus dilengkapi dengan kartu meter yang memuat tentang data teknis dan operasi meter tersebut.
Dokumentasikan setiap terjadi perubahan setting atau parameter lainnya.
Buat laporan hasil pemeriksaan.
4.4 Offtake Station
4.4.1 Peralatan
a) Tool set
b) Gas Detector
c) Minyak Pelumas
d) Instrument Calibrator
e) Pit Depth End Crack Gauge
f) Wall Thickness Meter
g) PC/Laptop
h) Kendaraan transportasi (mobil)
i) Kamera gas proof
j) Grease gun
k) Alat komunikasi (HT)
l) Alat tulis kantor
m) Alat Pelindung Diri (APD)
4.4.2 Metode
Pelaksanaan pemeliharaan Offtake Station mengacu pada prosedur dan standar yang berlaku serta manual book dari masing-masing peralatan.
4.4.3 Tahapan Pekerjaan
4.4.3.1. Persiapan
Memastikan Kantor Operasi dan Pemeliharaan membuat jadwal pemeliharaan offtake station dengan mempertimbangkan resiko.
Memastikan personil menggunakan APD yang sesuai.
Memastikan personil telah membuat JSA terhadap pekerjaan yang akan dilakukan.
4.4.3.2. Inspeksi dan Pengukuran
1. Melakukan pengukuran ketebalan sistem perpipaan pada offtake station terutama di daerah elbow.
2. Melakukan pengukuran kedalaman korosi, terutama jika diindikasikan terdapat korosi sumur (pit corrosion).
3. Memastikan sistem atau peralatan stasiun penerima dioperasikan sesuai dengan rating dan setting operasi yang diinginkan.
4. Memastikan tidak terjadi kebocoran pada fitting, valve, drain, sensing dan sambungan flange lainnya (dengan bubble check).
5. Memastikan sistem alat ukur gas bekerja dalam range kapasitasnya.
6. Memastikan kondisi filter masih baik. Jika indikator DP filter melebihi batas 5 Psig, maka lakukan pembersihan filter element, dengan membuka kerangan drain di bawah filter. Segera ganti filter yang rusak.
7. Memastikan regulator dioperasikan sesuai dengan rating dan setting operasi yang diinginkan.
8. Memeriksa manometer dan pastikan berfungsi dengan baik.
9. Memastikan shut-off valve berfungsi sebagaimana mestinya.
10. Memastikan meter berfungsi dengan rating dan dalam batas ukurnya serta masa kalibrasi masih berlaku.
11. Mengecek kondisi Differential Pressure, pressure, temperature transmitter. Pastikan dapat mengirim sinyal standar 4-20 mA.
12. Memeriksa kondisi sarana pendukung yang meliputi shelter, control room, warehouse, access road, tower, peralatan safety, pagar pengaman dan rambu-rambu serta saluran pembuangan.
13. Memeriksa dan pelihara UPS dan baterai cadangan.
14. Membuat laporan dan berita acara hasil performance check sistem alat ukur stasiun penerima.
Chart Recorder
- Pastikan kondisi jarum dalam keadaan baik.
- Pastikan chart bergerak dengan benar.
- Pastikan tidak ada benda / material yang dapat menghambat pergerakan kertas recorder.
- Ganti kertas recorder sesuai waktu peruntukannya.
- Lakukan pengisian tinta pada pena penunjuk atau penggantian pena tinta.
Orifice Meter
- Memeriksa secara berkala sambungan pada upstream dan downstream meter tube serta orifice chamber terhadap ke-mungkinan terjadinya kebocoran.
- Memastikan meter masa kalibrasi masih berlaku.
- Memeriksa jika ada endapan atau kotoran pada pelat orifice.
- Memeriksa jika ada penyumbatan pada sambungan sensing.
- Memeriksa dan bandingkan tekanan pada manometer upstream dengan downstream meter tube.
Turbine Meter
- Memastikan tekanan operasi dan kapasitas meter sesuai dengan spesifikasi meter terpasang.
- Memastikan tidak ada kebocoran pada sambungan di body meter dan lakukan pembersihan secara rutin.
- Memastikan meter sudah terkalibrasi.
- Melakukan pelumasan secara berkala.
- Memastikan volume corrector / AMR berfungsi dengan baik.
Flow Computer
- Memastikan flow computer berfungsi baik.
- Mencatat data operasi Flow Computer setiap jam.
- Mengecek kondisi UPS, baterai, sistem komunikasi
- Memastikan kabel printer di flow computer dapat digunakan
- Memastikan AC berfungsi dengan baik dan mampu mencapai suhu yang ditargetkan
- Melakukan pengamatan statis jika diperlukan
4.4.3.3. Pemeliharaan Stasiun Penerima
1. Melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan rutin pada valve masuk dan keluar stasiun penerima.
2. Melakukan secara berkala pembuangan kondensat/kotoran yang terkumpul dalam filter melalui valve pembuangan.
3. Melakukan pembersihan filter elemen jika indikator DP filter melebihi batas 0.3 bar.
4. Melakukan penggantian filter, jika filter kotor atau rusak.
5. Melakukan pemeriksaan rutin pada sistem pengatur flow atau tekanan sesuai dengan ketentuan dalam manual book peralatan.
6. Melakukan pemeriksaan rutin pada sistem alat ukur gas sesuai dengan ketentuan dalam manual book peralatan.
7. Melakukan pemeriksaan sambungan grounding earth dari peralatan sistem alat ukur gas.
8. Melakukan pengisian dan perawatan odorizer.
9. Melakukan pembersihan pada sistem perpipaan serta semua peralatan yang ada di offtake station.
10. Melakukan pemeriksaan pada peralatan K3 yang ada di lokasi offtake station.
11. Memastikan kondisi papan nama dan rambu-rambu larangan masih dapat terbaca.
4.4.3.4. Periode Inspeksi dan Pemeliharaan
Inspeksi dan pemeliharaan dilakukan secara rutin minimal 3 bulan sekali dengan mempertimbangkan faktor resiko, yang meliputi pengecekan visual, inspeksi dan pengukuran serta pemeliharaan.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Proteksi Katodik
Gambar 5.1 Contoh Lembar Laporan Tim Proteksi Katodik
Pada praktiknya di lapangan, dilakukan beberapa jenis pengukuran diantaranya potensial pada pipa natural, potensial anoda korban yang dipakai, potensial pada pipa terproteksi, arus yang mengalir dari anoda ke pipa, mengetahui insulating joint berfungsi dengan baik.
Gambar 5.2 Pemeriksaan pada Test Box
Gambar 5.3 Pembukaan Test Box
Gambar 5.4 Potensial yang Terukur pada Multimeter
5.1.1. Pengukuran Potensial
Untuk mencapai kriteria proteksi, potensial pipa gas bumi harus bernilai -850 mVolt atau lebih negatip bila diukur dengan elektroda pembanding yang sama. Batas minimum potensial terhadap pipa yang dilengkapi dengan coating sebesar -2.000 mVolt.
Gambar 5.5 Skema Pengukuran Potensial
KETERANGAN :
Kabel merah ke multimeter (mV).
Kabel hitam ke ground (Cu/CuSO4).
5.1.2 Pengukuran Arus
Untuk mencapai kriteria proteksi, arus proteksi pada pipa gas bumi harus bernilai mendekati nilai 0. Semakin besar arus proteksi menandakan bahwa tingkat korosi pada pipa gas bumi tinggi
Gambar 5.6. Skema Pengukuran Arus
KETERANGAN :
Kabel merah ke kutub positif multimeter (mA)
Kabel hitam ke kutub negatif multimeter.
5.1.3 Pengukuran pada Insulating Joint
Untuk mencapai kriteria insulating bekerja baik, nilai potensial kedua pipa gas A dan B harus memiliki selisih
Gambar 5.7. Skema Pengukuran pada Insulating Joint
KETERANGAN :
1. Kabel merah ke multimeter (mV).
2. Kabel hitam ke ground (Cu/CuSO4).
5.2. Gas Sampling
Gambar 5.8. Pengambilan Sample Gas
KETERANGAN :
Lingkaran merah : valve
Lingakaran kuning : cubin pipa
Lingkaran hijau : cubin tabung
Lingkaran biru : valve tabung
Kegiatan gas sampling dilakukan untuk menentukan nilai kandungan gas alam, yang dimana dari kandungan dapat diperoleh nilai kalori gas tersebut. Pada pengambilan sample gas ada beberapa penanganan antara lain, drain dilakukan untuk menghilangkan gas yang berasal dari udara bebas. Jika tidak dilakukan drain maka akan meningkatkan kemungkinan kesalahan dalam analisis. Pemasangan sansing digunakan agar tabung sample tidak berbenturan dengan instalasi pipa. Cairan snoop digunakan untuk mendeteksi kebocoran gas, apabila terjadi kebocoran gas maka cairan tersebut akan menjadi berbusa. Cairan ini tidak seperti cairan sabun pada umumnya dikarenakan tidak menimbulkan korosi pada instalasi pipa gas.
5.3. MR/S
Metering Regulating Station merupakan suatu media yang digunakan untuk memonitor penggunaan gas oleh pelanggan maupun perusahaan gas, posisi dari MR/S sendiri berada diantara offtake station dan pelanggan.
Offtake station
MR/S
Pelanggan
OffshoreOfftake station
MR/S
Pelanggan
Offshore
Offtake station
MR/S
Pelanggan
Offshore
Offtake station
MR/S
Pelanggan
Offshore
Gambar 5.9. Skema Distribusi Gas
Tabel 5.1. Komponen yang terdapat dalam MR/S
Komponen
Fungsi
Meter
Alat ukur yang digunakan untuk menentukan jumlah volume fluida yang lewat
SSOV
Berfungsi untuk mematikan aliran gas bila tekanan downstream berlebih diakibatkan oleh tekanan balik
Relief valve
Berfungsi untuk membuang tekanan dalam pipa ke atmosfer melalui venting line
Filter
Berfungsi untuk menyaring gas dari partikel dengan ukuran tertetu sehingga gas yang mengalir dalam keadaan bersih
Regulator
Merupakan instrumen yang bekerja secara mekanik-pneumatik yang berfungsi untuk mengendalikan tekanan gas yang keluar dari MR/S
Temperature gauge
Alat untuk mengukur temperatur operasi gas
EVC
Merupakan perangkat elektronik yang berfungsi untuk mengkoreksi secara otomatis volume gas yang mengalir dengan kondisi tekanan dan temperatur aliran ke kondisi standar yang telah ditentukan
Manometer
Alat ukur tekanan gas
Valve
Untuk membuka atau menutup aliran gas
AMR
Alat yang berfungsi mengirimkan data hasil pengukuran ke pusat data
Insulating Joint
Untuk menyekat arus listrik yang diakibatkan pemasangan katodik proteksi di pipa distribusi
Tidak jarang penempatan kotak MR/S berada di halaman terbuka, hal ini akan mempercepat terjadinya kerusakan pada sistem MR/S, oleh karena itu perlu adanya upaya pemeliharaan pada kotak MR/S, beberapa upaya pemeliharaan yang telah dilakukan antara lain :
5.3.1 Pemeriksaan Pelapis pada Pipa
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya korosi adalah adanya kontak antara pipa dengan lingkungan, dengan memutus kontak tersebut maka dapat meghambat terjadinya korosi pada pipa, salah satu cara yang digunakan adalah dengan memberikan pelapisan pada pipa.
5.3.2 Pemeriksaan Kondisi Filter
Ukuran filter pada MR/S adalah sebesar 50 μm. Apabila kandungan kotoran dalam filter telah melebihi ambang batas, maka filter tidak dapat bekerja dengan optimal, sehingga menyebabkan adanya kotoran yang ikut terbawa oleh gas alam.
5.3.3 Pemeriksaan Regulator
Regulator merupakan komponen yang berfungsi untuk mengatur tekanan pada jaringan pipa, bila terjadi kendala pada regulator akan menyebabkan ganguan pada pemakaian gas oleh pelanggan.
5.3.4 Pemeriksaan AMR
Apabila terdapat gangguan pada AMR, akan menyebabkan ketidaksinkronan pembacaan gas yang digunakan pelanggan oleh kantor pusat, karena AMR sendiri merupakan perangkat yang mengirimkan data penggunaan gas pelanggan
Selain pemeliharaan diatas yang harus diperhatikan adalah kebocoran gas, pengukur tekanan, pengukur suhu, dan segel yang tertera pada tiap instrumen.
5.4 Offtake Station
5.4.1 Kondisi Utilitas dan MRS Offtake
Pada saat dilakukan pengecekan tanggal 8 Agustus 2015 di offtake stationGresik, semua jaringan pipa, peralatan dan utilitas tidak ada yang mengalami kerusakan atau gangguan. Secara umum, kondisi MRS offtake dapat dilihat secara otomatis melalui komputer officer. Berikut adalah adalah gambar 5.10 menunjukkan contoh pemantauan kondisi MRS offtake melalui komputer officer.
Gambar 5.10 Kondisi MRS offtakemelalui komputer officer.
5.4.2 Jaringan Pipa Gas di Offtake Tandes
Secara umum aliran gas di jaringan pipa offtake Tandes dapat dilihat dari komputer officer. Pada jaringan pipa terdapat 2 aliran stream, yaitu pipa dalam kondisi standby maupun pipa yang sedang dalam kondisi operasi. Pengaturan kondisi ini berguna untuk apabila salah satu stream terdapat trouble dapat dilakukan aliran gas melalui jalur pipa yang lain. Pengubahan kondisi ini dapat dilakukan secara otomatis melalui komputer officer. Berikut gambar 5.11 yang menunjukkan diagram aliran gas inlet dari produsen gas bertekanan tinggi sampai ke outlet konsumen gas bertekanan rendah.
Gambar 5.11 Aliran gas di offtake dari inlet sampai ke outlet.
5.4.3. Gas Chromathography
Kandungan unsur yang ada pada aliran gas dapat dilihat melalui gas chromatography. GC ini dapat memberikan hasil analisisnya setiap satu jam secara otomatis dan dapat dilihat dari komputer officer. Mengingat kandungan gas ini sangat berpengaruh terhadap nilai jual gas dan untuk membandingkan hasil analisis yang ada di laboratorium Intertek yang telah bersertifikasi internasional. Berikut adalah gambar 5.12 yang menunjukkan contoh hasil analisis GC pada kandungan gas di waktu tertentu.
Gambar 5.12. Contoh hasil analisis gas chromathography.
BAB VI
SARAN DAN REKOMENDASI
Tipe Anoda Korban Terbaik
Paduan Logam Zinc-Magnesium
Pada tahun 2008 dilakukan penelitian mengenai mekanisme korosi yang terjadi pada alloy (paduan) zinc-magnesium dalam kondisi atmosfer. Pada penelitian ini digunakan variasi % berat magnesium yang ditambahkan. Proses uji korosi dilakukan dalam selang waktu 28 hari untuk mengetahui paduan terbaik yang dapat mencegah korosi. Komposisi produk korosi diuji menggunakan FTIR, Ion Chromatography, dan AES. Hasil terbaik diperoleh saat penambahan magnesium dengan % berat antara 4-8%.
Paduan Logam Magnesium-Zinc
Pada tahun 2015 dilakukan penelitian mengenai paduan logam magnesium-zinc. Paduan ini adalah bahan dasar potensial untuk aplikasi material biodegradable. Dalam penelitian ini, dipelajari pengaruh kandungan seng (0,5-3% berat) terhadap struktur mikro, sifat mekanik, dan korosi yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kandungan seng (zinc) meningkatkan ketahanan korosi in vitro pada alloy, yang dapat dikaitkan dengan efek gabungan dari ukuran butir perbaikan dan distribusi seng pada permukaan paduan menghasilkan pembentukan lapisan pasif yang lebih baik. Semakin banyak % berat Zinc yang ditambahkan, maka ketahanan korosi semakin meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Fontana and Mars G. 1986. Corrosion Engineering. New York : Mc Graw Hill
INSTROMET INTERNATIONAL.regulator station handbook
Instruksi Kerja "Pemeriksaan, Pengoprasian dan Pemeliharaan Metering and Regulating Station Aplikasi Stand Meter" PT. Perusahaan Gas Negara Tbk.
Jones, Denis. 1997. Corrosion, Fourth Edition : John Willey
Jones, Denny A, 1992. Principles and Prevention of Corrosion. New York : Macmillan Publishing Company
Kerangka Acuan Kerja PT. Perusahaan Gas Negara Tbk.
Pierre, Roberge.1999. Handbook Of Corrosion Engineering. New York : McGraw-Hill International
Prosedur Operasi Pengoprasian dan Pemeliharaan Fasilitas Pipa Distribusi Gas
Samosir, S. M. (2009). Pengaruh Spesifik Gravity (SG), Gross Heating Value (GHV) dan C6+, terhadap mutu gas alam di PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Pangkalan Susu
Supomo, Heri. 2003. Buku Ajar Korosi. Surabaya : Jurusan Teknik Perkapalan FTK – ITS.
Trethement, K.R. dan J.Chamberlain. 1988. Corrosion for Students of Science and Engineering. London : Longman Group UK Limited
Trethewey, K. R. and Chamberlain, J. 1991. Korosi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Uhlig H.H. and R. Winston Revie. 1991. Corrosion and Corrosion Control 3rd. Singapore : John Wiley & sons Inc
Zakharov, B. 1962. Heat Treatment of Metal. Moscow: Peace Publisher