LAPORAN KEGIATAN
USAHA KESEHATAN MASYARAKAT PUSKESMAS DEMAK 3 KABUPATEN DEMAK, JAWA TENGAH
Oleh ; dr. Wida Pratiwi Oktavia
Pembimbing : dr. Retno Widhiastuti
DOKTER INTERNSIP PUSKESMAS DEMAK 3 PERIODE 14 JANUARI 2016 – 14 14 MEI 2017 DEMAK, JAWA TENGAH
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat
Laporan F 1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Topik:
PENYULUHAN MENGENAL PENYAKIT LEPTOSPIROSIS DI DESA CABEAN
Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia Indonesia di Puskesmas Demak III, Kabupaten Demak
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 10 Mei 2017
Mengetahui, Dokter Internsip
Dokter Pendamping
dr. Wida Pratiwi Oktavia
dr. Retno Widhiastuti NIP. 19740606 19740606 200801 2 014 014
F 1. Upaya Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat
PENYULUHAN MENGENAL LEPTOSPIOROSIS DI DESA CABEAN
A. Latar Belakang
Perkembangan epidemiologi menggambarkan secara spesifik peran lingkungan dalam terjadinya penyakit dan wabah. Bahwasanya lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit sudah sejak lama diperkirakan orang. Dewasa ini berbagai masalah kesehatan yang timbul dalam masyarakat terutama disebabkan karena keadaan kesehatan lingkungan yang kurang atau tidak memenuhi syarat disamping factor perilaku hidup sehat yang belum memasyarakat. Menurut Blum, factor lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap kesehatan manusia dibandingkan dengan factor perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Lingkungan yang sehat diartikan sebagai lingkungan yang konduktif bagi terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan bebas polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman sehat, perencanaan kawasan berwawasan lingkungan dan kehidupan mayarakat yang saling tolong menolong. Berbagai penyakit yang timbul di masyarakat sebenarnya merupakan suatu indicator dari baik buruknya kondisi lingkungan, sebagai contoh yaitu: leptospirosis.
B. Permasalahan
Masyarakat belum memahami tentang penyakit leptospirosis termasuk telah terjadinya kejadian luar biasa di wilayah Puskesmas Demak III.
C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka direncanakan untuk dilakukan penyuluhan mengenai penyakit leptospirosis, yang dilaksanakan pada: Tanggal
: 23 Februari 2017
Waktu
: 08.30 - selesai
Tempat
: Balai Desa Cabean, Cabean
Materi yang disampaikan: 1. Definisi leptospirosis 2. Penyebab leptospirosis
3. Cara penularan leptospirosis 4. Gejala dan tanda klinis leptosirosis 5. Diagnosis leptospirosis 6. Pengobatan dan pencegahan leptospirosis
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan berjalan lancar sesuai perencanaan sebelumnya yang dilaksanakan pada: Tanggal
: 23 Februari 2017
Waktu
: 08.30 - selesai
Tempat
: Balai Desa Cabean, Cabean
Materi yang disampaikan: 1. Definisi leptospirosis 2. Penyebab leptospirosis 3. Cara penularan leptospirosis 4. Gejala dan tanda klinis leptosirosis 5. Diagnosis leptospirosis 6. Pengobatan dan pencegahan leptospirosis
E. Monitoring dan Evaluasi
Pada saat pelaksanaan berjalan lancar. Setelah pemberian penyuluhan, peserta cukup mengerti mengenai leptospirosis dan bersedia ikut serta dalam upaya pencegahan dan pengobatan bagi penderita penyakit leptospirosis.
Demak, 23 Februari 2017 Pelaksana
Pendamping
dr. Wida Pratiwi Oktavia
dr. Retno Widhiastuti NIP. 19740606 200801 2 014
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat
Laporan F 2. Upaya Kesehatan Lingkungan
Topik:
KUNJUNGAN RUMAH DAN EDUKASI PENCEGAHAN DBD DENGAN GERAKAN 3M DI DESA CABEAN, DEMAK
Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Demak III, Kabupaten Demak
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 10 Mei 2017
Mengetahui, Dokter Internsip
Dokter Pendamping
dr. Wida Pratiwi Oktavia
dr. Retno Widhiastuti NIP. 19740606 200801 2 014
F 2. Upaya Kesehatan Lingkungan
KUNJUNGAN RUMAH DAN EDUKASI PENCEGAHAN DBD DENGAN GERAKAN 3M DI DESA CABEAN, DEMAK
A. Latar Belakang
Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang banyak ditemukan di daerah tropis. Penyakit ini disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegepty. Gejala yang muncul berupa febris sering kali dianggap sederhana, padahal penyakit tersebut mematikan apabila tidak ditangani sesuai prosedur terapinya. Penularan penyakit ini sangat dipengaruhi oleh kebersihan lingkungan. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan memberantas siklus hidup nyamuk Aedes Aegypty. Nyamuk dapat diberantas dengan melakukan 3M yaitu menguras, menutup, mendaur ulang. Oleh karena itu kebersihan lingkungan harus diperhatikan untuk mencegah penyakit DBD. Dikarenakan ditemukannya kasus DBD di Desa Cabean maka perlu dilakukan kunjungan rumah untuk mengecek kebersihan lingkungan dan program 3M di rumah penderita tersebut.
B. Permasalahan
Permasalahan yang ditemukan yaitu terdapat seorang pasien menderita DBD di Desa Cabean. Adanya kasus tersebut memerlukan adanya pemeriksaan epidemiologi termasuk pengecekan kesehatan lingkungan di Desa Cabean. Kemungkinan warga belum memahami dan melaksanakan program 3M dengan maksimal sehingga perlu adanya penyuluhan tentang pencegahan DBD dengan gerakan 3M.
C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Untuk meningkatkan pengetahuan dalam pencegahan DBD dengan gerakan 3M, maka direncanakan kunjukan rumah dan pemberian edukasi pencegahan DBD dengan gerakan 3M, pada: Tanggal
: 22 Maret 2017
Waktu
: 10.00 WIB – selesai
Tempat
: Desa Cabean, Demak
Kegiatan yang dilakukan: 1. Memberikan pengertian tentang DBD 2. Memberikan edukasi tentang cara 3M 3. Melakukan pengecekan jentik pada kamar mandi dan tempat penampungan air
D. Pelaksanaan
Proses intervensi berupa kunjungan rumah dan edukasi 3M berjalan dengan lancar, pada: Tanggal
: 22 Maret 2017
Waktu
: 10.00 - selesai
Tempat
: Desa Cabean, Demak
Pada pelaksanaan ditemukan bahwa air kamar mandi keruh dan ditemukan jentik jentik yang menempel di dinding bak kamar mandi. Tempat penampungan air sudah ditutup dengan baik. Namun beberapa barang yang tidak dibutuhkan masih menumpuk sehingga dimungkinkan menjadi sarang nyamuk.
E. Monitoring dan Evaluasi
Proses monitoring dan evaluasi yang diperlukan setelah dilakukan penyuluhan, yaitu: 1. Sebaiknya setiap kader mengingatkan tentang pentingnya 3M di lingkungan rumah 2. Perlu adanya evaluasi secara berkala tentang pela ksanaan 3M
Demak, 22 Maret 2017 Pelaksana
Pendamping
dr. Wida Pratiwi Oktavia
dr. Retno Widhiastuti NIP. 19740606 200801 2 014
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat
Laporan F 3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Serta Keluarga Berencana (KB)
Topik:
PENYULUHAN TANDA-TANDA PERSALINAN, MASA NIFAS, DAN PEMILIHAN ALAT KONTRASESPSI
Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Demak III, Kabupaten Demak
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 10 Mei 2017
Mengetahui, Dokter Internsip
Dokter Pendamping
dr. Wida Pratiwi Oktavia
dr. Retno Widhiastuti NIP. 19740606 200801 2 014
F 3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Serta Keluarga Berencana (KB)
PENYULUHAN TANDA-TANDA PERSALINAN, MASA NIFAS, DAN PEMILIHAN ALAT KONTRASESPSI
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Tengah masih tergolong tinggi. Kejadian ini terjadi karena ibu mengalami kegawatdaruratan di masa melahirkan hingga nifas. Beberapa ibu belum memahami tanda-tanda bahaya saat hamil dan persalinan. Selepas melahirkan pun beberapa ibu kurang paham cara merawat diri sehingga dapat menimbulkan risiko tingginya angka kematian ibu. Selain itu pemilihan kontrasepsi setelah melahirkan juga menjadi problem tersendiri. Cukup banyak terjadi masalah kegagalan kontrasepsi dan kehamilan yang tidak diinginkan pada pasangan usia subur yang tidak memakai kontasepsi walaupun sebetulnya belum ingin memiliki anak lagi. Kegagalan kontrasepsi ini sebenarnya dapat dicegah jika masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup tentang jenis kontrasepsi yang tersedia beserta kekurangan dan kelebihannya. Sehingga masyarakat dapat memilih alat kontasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya. Untuk itu perlu dilakukan konseling tentang tanda-tanda persalinan, masa nifas, dan pemilihian kontrasepsi pada masyarakat umum dan wanita usia subur, khususnya agar AKI dapat diturunkan dan kegagalan kontrasepsi dapat dicegah.
B. Permasalahan
Masih minimnya pengetahuan masyarakat tentang tanda-tanda persalinan, perawatan masa nifas, dan jenis kontrasepsi beserta kelebihan dan kekurangannya.
C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Penyuluhan dilaksanakan pada ibu hamil dan menghadiri kelas ibu hamil di Desa Cabean pada: Tanggal
: 14 Maret 2017
Waktu
: 08.00 – selesai
Tempat
: Dukuh Saribowo
D. Pelaksanaan
Proses pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan lancar pada: Tempat
: 14 Maret 2017
Waktu
: 08.00 – selesai
Tempat
: Dukuh Saribowo
Pada pelaksanaan ada beberapa ibu hamil yang belum mengetahui tanda-tanda persalinan, termasuk perawatan saat nifas, dan alternatif memilih kontrasepsi setelah masa nifas.
E. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan bertanya kepada peserta tentang apa yang dijelaskan sebelumnya.
Demak, 14 Maret 2017 Pelaksana
Pendamping
dr. Wida Pratiwi Oktavia
dr. Retno Widhiastuti NIP. 19740606 200801 2 014
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat
Laporan F 4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Topik:
PENYULUHAN DIET PADA LANSIA
Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Demak III, Kabupaten Demak
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 10 Mei 2017
Mengetahui, Dokter Internsip
Dokter Pendamping
dr. Wida Pratiwi Oktavia
dr. Retno Widhiastuti NIP. 19740606 200801 2 014
F 4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
PENYULUHAN DIET LANSIA
A. Latar Belakang
Gizi memegang peranan sangat penting dalam kesehatan usia lanjut. Masalah kekurangan gizi sering dialami oleh usia lanjut sebagai akibat dari menurunnya nafsu makan karena penyakit yang dideritanya, kesulitan menelan karena berkurangnya air liur, cara makan yang lambat karena penyakit pada gigi, gigi yang berkurang, dan mual karena masalah depresi. Selain masalah kekurangan gizi, masalah obesitas (kegemukan) juga sering dialami oleh usia lanjut, yang dapat timbul karena aktivitas pada kelompok ini sudah berkurang sementara asupan makanan tidak dikurangi atau bahkan berlebihan. Obesitas pada usia lanjut berdampak pada peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler, diabetes melitus, hipertensi, dan penurunan fungsi tubuh. Asupan gizi yang sangat diperlukan bagi usia lanjut sehat untuk mempertahankan kualitas hidupnya. Sementara untuk usia lanjut yang sakit, asupan gizi diperlukan untuk proses penyembuhan dan mencegah agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut dari penyakit yang dideritanya. Dalam kehidupan ini manusia tidak dapat terhindar dalam proses penuaan yang berlaku dalam kehidupan dirinya.Banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut. Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah buang air besar (BAB) yang dapat menyebabkan wasir. Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang aktif dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas kegiatan sehari-hari. Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa, kesulitan mengenal
benda-benda,
tujuan (apraksia) dan
kegagalan
gangguan
dalam
melakukan menyususn
aktivitas rencana,
yang
mempunyai
mengatur
sesuatu,
mengurutkan, daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam emlakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid atau perilaku anti sosial lainnya.
Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua.
B. Permasalahan
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai diet atau pola makan sehat untuk mengontrol penyakit pada lansia.
C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka direncanakan untuk dilakukan penyuluhan mengenai pengaturan diet atau pola makan sehat untuk mengontrol penyakit pada lansia, yang dilaksanakan pada: Tanggal
: 23 Maret 2017
Waktu
: 10.30 – 11.30
Tempat
: Ruang Pertemuan Puskesmas Demak III
Materi yang diberikan pada saat penyuluhan meliputi: 1. Pengertian lansia 2. Kebutuhan Gizi pada lansia 3. Gizi pada Lansia dengan Penyakit Tertentu
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan berjalan lancar sesuai dengan perencanaan sebelumnya yang dilaksanakan pada: Tanggal
: 23 Maret 2017
Waktu
: 10.30 – 11.30
Tempat
: Ruang Pertemuan Puskesmas Demak III
Peserta
: 40 orang
Materi yang diberikan pada saat penyuluhan meliputi: 1. Pengertian lansia 2. Kebutuhan Gizi pada lansia 3. Gizi pada Lansia dengan Penyakit Tertentu
E. Monitoring dan Evaluasi
Pada saat pelaksanaan berjalan lancar. Setelah pemberian penyuluhan, para peserta cukup mengerti mengenai penyakit pada lansia serta pola diet atau pola makan sehat yang harus diterapkan untuk mengontol penyakit pada lansia.
Demak, 23 Maret 2017 Pelaksana
Pendamping
dr. Wida Pratiwi Oktavia
dr. Retno Widhiastuti NIP. 19740606 200801 2 014
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat
Laporan F 5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular
Topik:
PENJARINGAN KATARAK PADA POSYANDU LANSIA DESA MANGUNJIWAN
Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Demak III, Kabupaten Demak
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 10 Mei 2017
Mengetahui, Dokter Internsip
Dokter Pendamping
dr. Wida Pratiwi Oktavia
dr. Retno Widhiastuti NIP. 19740606 200801 2 014
F 5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular
PENJARINGAN KATARAK PADA POSYANDU LANSIA DESA MANGUNJIWAN
A. Latar Belakang
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya (Ilyas, 2009). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter (Vaughan & Asbury, 2007). Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2007). Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan akibat katarak. Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey kesehatan indera 1993-1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%. Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia. Akan tetapi, ada banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-faktor ini antara lain adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama pada negara tropis, paparan dengan radikal bebas, merokok, defesiensi vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan beta karoten), dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, genetik dan myopia.
B. Permasalahan
Banyaknya
lansia
yang
mengalami
penyakit
katarak
namun
memiliki
pengetahuan yang kurang mengenai gejala dan pengobatan penyakit katarak.
C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka direncanakan untuk dilakukan pemeriksaan katarak, yang dilaksanakan pada:
Tanggal
: 3 Maret 2017
Waktu
: 08.30 – selesai
Tempat
: Desa Mangunjiwan
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan berjalan lancar sesuai dengan perencanaan sebelumnya yang dilaksanakan pada: Tanggal
: 3 Maret 2017
Waktu
: 08.30 – selesai
Tempat
: Desa Mangunjiwan
Peserta
: Pasien Posyandu Lansia Ds. Mangunjiwan (40 orang)
E. Monitoring dan Evaluasi
Penjaringan katarak dan posyandu lansia desa Mangunjiwan berjalan dengan kondusif dan lancar. Semua pasien mengikuti pemeriksaan dengan kooperatif. Tingkat pengetahuan tentang kesehatan khusunya mata cukup baik. Namun terdapat beberapa pasien memiliki katarak baik matur maupun imatur sehingga memerlukan pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.
Demak, 3 Maret 2017 Pelaksana
Pendamping
dr. Wida Pratiwi Oktavia
dr. Retno Widhiastuti NIP. 19740606 200801 2 014
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat
Laporan F 6. Upaya Pengobatan Dasar
Topik:
UPAYA PENGOBATAN DIABETES DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI PADA KEGIATAN POSYANDU LANSIA DI DESA DONOROJO, DEMAK
Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Demak III, Kabupaten Demak
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 10 Mei 2017
Mengetahui, Dokter Internsip
Dokter Pendamping
dr. Wida Pratiwi Oktavia
dr. Retno Widhiastuti NIP. 19740606 200801 2 014
F 6. Upaya Pengobatan Dasar
UPAYA PENGOBATAN DIABETES DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI PADA KEGIATAN POSYANDU LANSIA DI DESA DONOROJO
A. Latar Belakang
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah yang menyebabkan munculnya tiga gejala klasik berupa poliuria (sering kencing), polidipsia (mudah haus sehingga banyak minum), dan polifagia (mudah lapar sehingga banyak makan) dan gejala lain yang sering terjadi adalah kesemutan, luka pada kaki yang sukar sembuh, cepat lelah, penurunan berat badan, gatal, mata kabur, impotensi pada pria, dan pruritus vulva pada wanita (WHO, 2008). Penanganan DM berfokus pada mengontrol kadar gula darah (glukosa). Hal tersebut dapat dijalankan dengan memperhatikan pola makan dan olahraga, serta merubah gaya hidup yang tidak mendukung progm diabetes. Mengatur pola makan atau diet yang tepat sangat pentng bagi penderit DM walaupun olahraga juga penting, namun makanan yang dikonsumsi merupakan faktor paling penting dalam mengontrol DM, terlebih lagi jika dihubungkan dengan program menurunkan berat badan.
B. Permasalahan
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat, khususnya penderita DM mengenai gejala dan tanda penyakit DM.
C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai DM dan komplikasinya maka direncanakan pemberian edukasi dengan metode penyuluhan serta melakukan pemeriksaan dan pengobatan DM kepada masyarakat, khusunya lansia yang hadir dalam kegiatan Posyandu Lansia di Desa Donorojo, Kabupaten Demak yang dilaksanakan pada: Tanggal
: 6 Februari 2017
Waktu
: 09.30 WIB - selesai
Tempat
: Posyandu Lansia Desa Donorojo
Materi yang diberikan pada saat penyuluhan meliputi: 1. Definisi DM 2. Lima kunci sehat penderita DM 3. Perencanaan pola diet atau pola makan pada penderita DM yang meliputi 3J (jumlah, jenis, jadwal) 4. Jenis makanan dan minuman yang dianjurkan maupun yang harus dihindari pada penderita DM Pemeriksaan dan Pengobatan hipotensi: 1. Pengukuran berat badan, tinggi badan untuk menghitug BMI 2. Penelusuran riwayat DM dan GDS terakhir 3. Pengobatan DM: metformin 500mg
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan berjalan lancar sesuai perencanaan sebelumnya yang dilaksnakan pada: Tanggal
: 6 Februari 2017
Waktu
: 09.30 WIB - selesai
Tempat
: Posyandu Lansia Desa Donorojo
Materi yang diberikan pada saat penyuluhan meliputi: 1. Definisi DM 2. Lima kunci sehat penderita DM 3. Perencanaan pola diet atau pola makan pada penderita DM yang meliputi 3J (jumlah, jenis, jadwal) 4. Jenis makanan dan minuman yang dianjurkan maupun yang harus dihindari pada penderita DM Pemeriksaan dan Pengobatan hipotensi: 1. Pengukuran berat badan, tinggi badan untuk menghitug BMI 2. Penelusuran riwayat DM dan GDS terakhir 3. Pengobatan DM: metformin 500mg
E. Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan penyuluhan, pemeriksaan, dan pengobatan DM berjalan dengan lancar. Setelah pemberian penyuluhan, masyarakat cukup mengerti tentang DM, cara hidup
sehat pada penderita DM, serta pola diet yang harus dijalani. Dengan adanya pemahaman tentang penyakit DM diharapkan masyarakat muncul kesadaran untuk rutin mengecek kadar gula terutama pada lansia, orang dengan DM pada riwayat keluarga, serta orang yang telah memiliki penyakit DM sebelumnya. Jika terdiagnosis DM diharapkan rutin dalam meminum obat dan mengubah pola hidup menjadi pola hidup sehat.
Demak, 6 Februari 2017 Pelaksana
Pendamping
dr. Wida Pratiwi Oktavia
dr. Retno Widhiastuti NIP. 19740606 200801 2 014