Laporan Ilmu Ukur Tanah Tahun 2017
Nilai:
Acara V
Waktu Praktikum
TRAVERSING
Rabu , 11:00 WIB
Disusun oleh
Asisten Praktikum
Tanggal Praktikum
Ipung
1. Achmad Achmad Rofi’i Rofi’i
18-10-2017
16/395667/GE/08296
2. Athaya Athaya Atsir
Tujuan 1. Memahami teknik traversing , baik dengan metode traverse terbuka maupun tertutup. 2. Mengoreksi hasil pengukuran dengan metode traversing tertutup tertutup poligon. Lampiran ( terlampir ) ) 1. Tabel catatan data lapangan 2. Perhitungan jarak horisontal 3. Tabel koreksi azimuth dan graphical plot adjustment 4. Peta hasil traversing Pembahasan Traversing merupakan rangkaian rangkaian garis dimana tiap node (titik (titik pertemuan) di tandai di lapangan lapangan dan dihitung arah serta jaraknya (Ghilani dan Wolf, 2012). Terdapat dua macam traverse traverse yaitu terbuka dan tertutup (poligon). Traverse Traverse tertutup dibedakan menjadi dua yaitu polygon dan link . Polygon traverse traverse memiliki titik awal dan titik akhir bertemu kembali sehingga membentuk gambar tertutup baik secara geometris maupun secara matematis. Traverse Traverse terbuka merupakan rangkaian garis ukur yang saling terhubung namun titik awal dan titik akhir tidak saling bertemu. Pengukuran traversing dilakukan dengan abney level dan baak ukur membentuk polygon tertutup. Polygon tertutup memberikan pengecekan pada sudut
– sudut
dan jarak – jarak yang
merupakan pertimbangan sangat penting pada pengukuran. Poligon ini dipakai secara luas dalam pengukuran – pengukuran titik control dan topografi. Data yang diperoleh kemudian dilakukan koreksi terhadap azimuthnya untuk mengetahui apakah pengukuran sudah tepat. Koreksi dilakukan pada data dimana selisih pengukuran sudut pulang dan perginya tidak 180 0. Kesalahan tersebut disebabkan karena adanya local attraction attraction di lokasi pengukuran. Local attraction merupakan pengaruh lokal medan magnet terhadap jarum kompas dapat berupa benda-benda yang terbuat dari besi, metal, dan dan benda benda benda mengandung mengandung magnetis. magnetis. Pengaruh ini perlu perlu diperhatikan, diperhatikan, untuk selanjutnya digunakan untuk koreksi. Hasil koreksi sudut akan membentuk selisih pulang dan pergi sebesar 180 0. Hasil pengukuran yang selisihnya 180 0 adalah pengukuran D-E, sehingga digunakan sebagai permulaan untuk koreksi. Pengukuran yang diawali dari D atau E koreksi sudutnya adalah 0
atau pengukuran sudut sudah tepat. Data hasil pengukuran sebelum dikoreksi dan sesudah dikoreksi di gambar pada bidang dua dimensi untuk mengetahui hasil pengukuran yang tepat. Apabila pengukuran dan perhitungan koreksi benar, maka poligon akan menutup. Namun pada penggambaran hasil pengukuran setelah di koreksi, poligon tidak menyatu. Hal ini dapat disebabkan karena kesalahan alat ukur ( alat ukur sudah tua dan rusak), manusia ( kesalahan dalam mencatat atau melihat hasil pengukuran ), atau alam itu sendiri. Apabila polygon tidak menyatu maka polygon tidak dapat digunakan untuk koreksi koordinat. Penggamaran data hasil koreksi dengan sebelum koreksi menimbulkan perbedaan/ jarak antara titik hasil koreksi dengan titik sebelum koreksi. Jarak ini akan digunakan dalam penggambaran Graphical Plot and Adjustment. Graphical Plot and Adjustment merupakan suatu metode untuk koreksi pengukuran selain menggunakan tabel koreksi. Kegunaan dari pengukuran poligon sendiri adalah untuk menetapkan posisi yang tepat dari sejumlah kecil tanda suatu titik atau berfungsi sebagai survey pemeriksaan. Misalnya ketika menggambar denah kontruksi, titik titik stasiun harus digunakan sebagai titik awal dari mana pekerjaan di tapak (lay out). Apabila kontruksi jenis baru akan dibuat, system stasiun polygon dalam daerah tersebut harus ditetapkan dan disurvei. Survei dalam skala detail/ teliti memerlukan biaya yang mahal, sehingga dalam pengukuran polygon diusahakan sedikit mengalami error. Kesimpulan 1. Traverse terbuka merupakan rangkaian garis ukur yang saling terhubung namun titik awal dan titik akhir tidak saling bertemu, sedangkan polygon traverse memiliki titik awal dan titik akhir bertemu kembali sehingga membentuk gambar tertutup baik secara geometris maupun secara matematis 2. Koreksi sudut pulang dan sudut pergi pada pengukuran dilakukan pada data hasil pengukuran dimana selisihnya tidak 180 0. Apabila titik pengukuran di dapat selisih sudut 1800, maka titik tersebut digunakan sebagai titik awal untuk koreksi. Koreksi sudut dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu menggunakan tabel koreksi azimuth dan Graphical Plot and Adjustment
Daftar Pustaka Ghilani, C dan Wolf, P. 2012. Elementary Surveying : An Introduction to Geomatics (13 th Edition ). New Jersey : Pearson Education.
LAMPIRAN 1. Tabel catatan data lapangan
Pembacaan Stadia
Sudut
Sudut
Horisontal
Vertikal
Cb
Ct
Ca
A-B
100
+1
1175
1210
1250
2.
B-A
1880
-1
1190
1240
1290
3.
B-C
1020
-1
1220
1260
1300
4.
C-B
2910
0
1300
1340
1380
5.
C-D
1590
0
1070
1100
1130
6.
D-C
2950
-2
1000
1040
1080
7.
D-E
2110
-6
810
850
890
8.
E-D
310
+1
1580
1620
1650
9.
E-A
2980
+1
1430
1490
1550
10.
A-E
1140
+1
1500
1560
1620
No
Pengukuran
1.
Tinggi alat : 129 cm
2. Perhitungan jarak horisontal
A-B D = K.S.Cos2α D = 100. (Ca-Cb).Cos2 10 D = 100. 75. 0,9996 D = 7497 mm = 7,497 m
B-C D = K.S.Cos2α D = 100. (Ca-Cb).Cos2 -10 D = 100. 80. 0,9996 D = 7996,8 mm = 7,9968 m
C-D D = K.S.Cos2α D = 100. (Ca-Cb).Cos2 00 D = 100. 60.1 D= 6000 mm = 6 m
D-E D = K.S.Cos2α D = 100. (Ca-Cb).Cos2 -60 D = 100. 80. 0,9890 D = 7912 mm = 7,912 m
E-A D = K.S.Cos2α D = 100. (Ca-Cb).Cos2 10 D = 100. 120. 0,9996 D = 11995,2 = 11,9952 m
3. Tabel Koreksi Azimuth
Titik
Azimuth
Jarak (m)
Koreksi
Azimuth Koreksi
A-B
100
7,497
+4
14 0
B-A
1880
7,497
+6
1940
B-C
1020
7,9968
+6
1080
C-B
2910
7,9968
-3
2880
C-D
1590
6
-3
1560
D-C
2950
6
+41
336
D-E
2110
7,912
0
211 0
E-D
310
7,912
0
310
E-A
2980
11,9952
0
2980
A-E
1140
11,9952
+4
118 0