Teori-T eori- Teori Belajar Belajar Tanggal: 04 Oktober 2008 oleh : Akhmad Sudrajat, M.Pd. Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan banyak teori belajar yang bersumber dari aliran-aliran psikologi. Dalam tautan di bawah ini akan dikemukakan empat jenis teori belajar, yaitu: (A) teori behaviorisme; (B) teori belajar kognitif menurut Piaget; (C) teori pemrosesan informasi dari Gagne, dan (D) teori belajar gestalt. A. Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya : 1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya: 1. Law of Effect ; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons. Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan 2. Law of Readiness; organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin 3. Law of Exercise; bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
2. Classical Conditioning menurut Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya : Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua 1. Law of Respondent Conditioning yakni macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang conditioning itu didatangkan kembali tanpa sudah diperkuat melalui Respondent melalui Respondent conditioning itu menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
3. Operant Conditioning menurut Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya : conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus 1. Law of operant conditining yaitu penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat. 2. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kek uatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah. operant adalah Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer reinforcer. Reinforcer itu itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning. 4. Social 4. Social Learning menurut Learning menurut Albert Bandura
learning adalah sebuah teori belajar Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation (imitation)) dan penyajian contoh perilaku (modeling (modeling ). ). Teori ini juga masih reward dan punishment, punishment, seorang memandang pentingnya conditioning . Melalui pemberian reward dan individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan. Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang menge mbangkan teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan dan d an prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the (the treshold method ), ), metode meletihkan (The (The Fatigue Method ) dan Metode rangsangan tak serasi (The (The Incompatible Response Method ), ), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan. B. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunak an sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1)
sensory motor ; (2) pre (2) pre operational ; (3) concrete operational dan operational dan (4) formal (4) formal operational . Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asisimilasi adalah “the “the process by which a person takes material ma terial into their mind from the environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah “the “the difference made to one’s one’s mind or concepts by the process of assimilation” Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran ada lah : 1. Bahasa dan dan cara berfik berfikir ir anak berbeda dengan orang orang dewasa. dewasa. Oleh Oleh karena itu guru guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak. 2. Anak-anak Anak-anak akan belajar belajar lebih baik baik apabila apabila dapat dapat menghadapi menghadapi lingkung lingkungan an dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya. 3. Bahan yang yang harus dipelajari dipelajari anak anak hendaknya hendaknya dirasaka dirasakan n baru tetapi tetapi tidak tidak asing. asing. 4. Berikan Berikan peluang peluang agar anak belajar belajar sesuai sesuai tahap perkembanganny perkembangannya. a. 5. Di dalam kelas, kelas, anak-anak anak-anak hendakny hendaknyaa diberi peluang peluang untuk untuk saling saling berbicara berbicara dan diskusi diskusi dengan teman-temanya. C. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pe mbelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik. D. Teori Belajar Bel ajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
figure and gound relationship); relationship); yaitu menganggap bahwa 1. Hubungan bentuk dan latar ( figure setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure. proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun 2. Kedekatan ( proxmity); ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu. similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan 3. Kesamaan ( similarity); dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki. (common direction); direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada 4. Arah bersama (common dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu. simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang pengamatannya 5. Kesederhanaan ( simplicity); bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan 6. Ketertutupan (closure (closure)) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap. Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu: 1. Perilaku Perilaku “Molar“ “Molar“ hendaknya hendaknya banyak dipelajari dipelajari dibandin dibandingkan gkan dengan dengan perilaku perilaku “Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku “Molar” adalah perilaku dalam k eterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”. Perilaku “Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku “Molecular”. 2. Hal yang yang penting dalam dalam mempelaja mempelajari ri perilaku perilaku ialah ialah membedakan membedakan antara antara lingkungan lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis). 3. Organisme Organisme tidak tidak mereaksi mereaksi terhadap terhadap rangsangan rangsangan lokal lokal atau atau unsur atau atau suatu bagian bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu. 4. Pemberian Pemberian makna makna terhadap terhadap suatu rangsang rangsangan an sensoris sensoris adalah adalah merupakan merupakan suatu suatu proses proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima. Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain : (insight ); ); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam 1. Pengalaman tilikan (insight perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan
2.
3.
4.
5.
tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa. Pembelajaran yang bermakna (meaningful (meaningful learning ); ); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya. pusposive behavior ); Perilaku bertujuan ( pusposive ); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya. Prinsip ruang hidup (life (life space); space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik. Transfer Transfer dalam dalam Belajar; Belajar; yaitu yaitu pemindahan pemindahan pola-pola pola-pola perilaku perilaku dalam situasi situasi pembelaja pembelajaran ran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
Teori Belajar Belajar Behavioristik Behavio ristik Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi navigasi,, cari Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel.. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini. artikel
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner Berliner tentang tentang [1] perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dari pengalaman .
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan pendidikan dan pembelajaran dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik behavioristik dengan dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Belajar merupakan Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output o utput yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon a kan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat. Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik behavioristik , meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984). Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike Thorndike,, Watson Watson,, Clark Hull, Hull, Edwin Guthrie,, dan Skinner . Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan Guthrie analisis serta peranannya dalam pembelajaran.
Daftar isi [sembunyikan sembunyikan]] • • • • • • •
•
1 Teori Belajar Bela jar Menurut Menur ut Thorndike Thorndi ke 2 Teori Belaja Bel ajarr Menurut Watson 3 Teori Belajar Bela jar Menurut Menur ut Clark Hull 4 Teori Belajar Bela jar Menurut Menur ut Edwin Guthrie Guthri e 5 Teori Belajar Bela jar Menurut Menur ut Skinner Skinne r 6 Analisis Analisi s Tenta entang ng Teori Behavio Beh aviorist ristik ik 7 Apli Aplikasi kasi Teori Behaviori Behav ioristik stik dalam Pembelajaran 8 Ruj Rujuk ukan an
[sunting sunting]] Teori Belajar Menurut Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat dapa t diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000). Ada tiga hukum belajar yang utama, u tama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) h ukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon. [sunting sunting]] Teori Belajar Menurut Watson
Watson mendefinisikan belajar sebagai sebaga i proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson Watson adalah seorang behavioris b ehavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur. [sunting sunting]] Teori Belajar Menurut Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku be rmanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan
pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991). [sunting sunting]] Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum huk um kontiguiti. Yaitu Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta peserta didik perlu didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa punishment ) memegang peranan penting hukuman ( punishment pe nting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang. Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin mungk in diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991). [sunting sunting]] Teori Belajar Menurut Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif . Menurut Skinner hubungan antara a ntara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar bena r harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya. [sunting sunting]] Analisis Tentang Teori Behavioristik
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku reinforcement dan punishment punishment menjadi dimana reinforcement dan menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam
berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997). Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori Machine, Pembelajaran belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement (reinforcement ), ), merupakan program pembelajaran yang menerapk an teori belajar yang dikemukakan Skiner. Skiner. Teori behavioristik banyak dikritik karena k arena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi menjad i sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon. Pandangan behavioristik juga kurang dapat dapa t menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut. Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping atau shaping . Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan reinforcement ) cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir dan penguat negatif (negative (negative reinforcement berimajinasi. Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu: •
•
•
Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara; Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama; Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.
Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang (positive disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif positive reinforcement ). ). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons. [sunting sunting]] Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar be lajar.. Teori Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik behav ioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer (transfer of knowledge) knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid. Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga halhal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi. Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot.
Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka. Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai d engan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar. Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar b elajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.
[sunting sunting]] Rujukan 1. ^ [Gage, N.L., & Berliner, D. 1979. Educational Psychology . Second Edition, Chicago: Rand Mc. Nally] •
•
•
•
•
•
Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Membelajarkan . Jakarta: CV. Rajawali Moll, L. C. (Ed.). 1994. Vygotsky and Education: Instructional Implications and Application of Sociohistorycal Sociohistorycal Psychology . Psychology . Cambridge: Univerity Press Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Variable . Jakarta: Depdikbud Gagne, E.D., (1985). The Cognitive Psychology of School Learning. Learning . Boston, Toronto: Little, Brown and Company Light, G. and Cox, R. 2001. Learning and Teaching ini Higher Education . London: Paul Chapman Publising Slavin, R.E. 1991. Educational Psychology . Third Edition. Boston: Allyn and Bacon
•
Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Psychology: Theory and Practice. Practice . Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon
Teori Belajar Posted by: admin, in Pendidikan
Beberapa teori belajar yang akan di bahas antara lain : Teori belajar Skinner “Operant Conditioning” Teori Belajar Conditining of Learning, Robert M. Gag ne Teori Belajar Perkekmembangan Kognitif Jean Piaget Teori Belajar Sosial Albert Bandura Teori Belajar Orang Dewasa Teori Pembelajaran Orang Dewasa a) Teori Operant Conditioning Teori operant conditioning dimulai pada tahun 1930-an. Burhus Fredik Skinner selama periode teori stimulus (S)- Respons ( R) untuk menyempurnakan teorinya Ivan Pavlo yang disebut “Classical Conditioning”. Skinner setuju dengan konsepnya John Watson bahwa psikologi akan diterima sebagai sain (science) bila studi tingkah laku (behav ior) tersebut dapat diukur, seperti ilmu fisika, teknik, dan sebagainya. Menurut Skinner , belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang harus dapat diukur. Bila pembelajar (peserta didik) berhasil belajar, maka respon bertambah, tetapi bila tidak belajar banyaknya respon berkurang, sehingga secara formal hasil belajar harus bisa diamati dan diukur. Hasil temuan skinner terdapat tiga komponen dalam belajar yaitu : Discriminative stimulus (SD) Response Reinforcement (penguatan) - penguatan positif - penguatan negative b) Teori Teori Conditioning Of Learning, Robert M. Gagne Teori ini ditemukan oleh o leh Gagne yang didasarkan atas hasil riset tentang faktor-faktor yang kompleks pada proses belajar manusia. Penelitiannya diamksudkan untuk menemukan teori pembelajaran yang efektif. Analisanya dimulai dari identifikasi konsep hirarki belajar, yaitu uruturutan kemampuan yang harus dikuasai oleh pembelajar (peserta didik) agar dapat mempelajari hal-hal yang lebih sulit atau lebih kompleks. Menurut Gagne belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah laku (behavior) adalah hasil dari efek belajar yang komulatif (gagne, 1968). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa belajar itu bukan proses tunggal. Belajar menurut Gagne tidak dapat didefinisikan dengan mudah, karena belajar bersifat kompleks. Gagne (1972) mendefinisikan belajar adalah : mekanisme dimana seseorang menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara kompleks. Kompetensi itu meliputi, skill, pengetahuan, attitude (perilaku), dan nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia, sehingga belajar adalah hasil dalam berbagai macam tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas atau outcome. Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh pembelajar (peserta didik) dari : 1. Stimulus dan lingkungan
2. proses kognitif Menurut Gagne belajar dapat dikategorikan sebagai berikut : 1) Verbal Verbal information (informasi verbal) 2) Intellectual Skill (skil Intelektual) 3) Attitude (perilaku) 4) Cognitive strategi (strategi kognitif) Belajar informasi verbal merupakan kemampuan yang dinyatakan , seperti membuat label, menyusun fakta-fakta, dan menjelaskan. Kemampuan / unjuk kerja dari hasil belajar, seperti membuat pernyataan, penyusunan frase, atau melaporkan informasi. Kemampuan skil intelektual adalah kemampuan pembelajar yang dapat menunjukkan kompetensinya sebagai anggota masyarakat seperti; menganalisa berita-berita. Membuat keseimbangan keuangan, menggunakan bahasa untuk mengungkapkan konsep, menggunakan rumus-rumus matematika. Dengan kata lain ia tahu “ Knowing how” Attitude (perilaku) merupakan kemampuan yang mempengaruhi pilihan pembelajar (peserta didik) untuk melakukan suatu tindakan. Belajar mealui model ini diperoleh melalui pemodelan atau orang yang ditokohkan, atau orang yang diidolakan. Strategi kognitif adalah kemampuan yang mengontrol manajemen belajar si pembelajar mengingat dan berpikir. Cara yang terbaik untuk mengembangkan kemampuan tersebut adalah dengan melatih pembelajar memecahkan masalah, penelitian dan menerapkan teori-teori untuk memecahkan masalah ril dilapangan. Melalui pendidikan formal diharapkan pembelajar menjadi “self learner” dan “independent tinker”. c) Teori Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget (Cognitive Development Theory) Menurut Piaget pengetahuan (knowledge) adalah ada lah interksi yangterus menerus antara individu dengan lingkungan. Fokus perkembangan kognitif Piaget adalah perkembangan secara alami fikiran pembelajar mulai anak-anak sampai dewasa. Konsepsi perkembangan kognitif Piaget, duturunkan dari analisa perkembangan biologi organisme tertentu. Menurut Piaget, intelegen (IQ=kecerdasan) adalah seperti system kehidupan lainnya, yaitu proses adaptasi. Menurut Piaget ada tiga perbedaan cara berfikir yang merupakan prasyarat perkekmbangan operasi formal, yaitu; gerakan bayi, semilogika, praoprasional pikiran anak-anak, dan operasi nyata anak-anak dewas. Ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu : 1) lingkungan fisik 2) kematangan 3) pengaruh sosial 4) proses pengendalian diri (equilibration) (Piaget, 1977) Tahap perkembangan kognitif : 1) Periode Sensori motor (sejak lahir – 1,5 – 2 tahun) 2) Periode Pra Operasional (2-3 tahun sampai 7-8 tahun) 3) Periode operasi yang nyata (7-8 tahun sampai 12-14 tahun) 4) Periode operasi formal
Kunci dari keberhasilan pembelajaran adalah instruktur/guru/dosen/guru harus memfasilitasi agar pembelajar dapat mengembangkan berpikir logis. d) Teori Berpikir Sosial (social Learning Theory) Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang psikolog pendidikan dari Stanford University, University, USA. Teori belajar ini dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana orang o rang belajar dalam seting yang alami/lingkungan sebenarnya. Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku (B), lingkungan (E) dan kejadiankejadian internal pada pembelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh (interlocking), Harapan dan nilai mempengaruhi tingkah laku Tingkah laku sering dievaluasi, bebas dari umpan balik lingkungan sehingga mengubah kesankesan personal Tingkah laku mengaktifkan kontingensi lingkungan Karakteristik fisik seperti ukuran, ukuran jenis kelamin dan atribut sosial menumbuhkan reaksi lingkungan yang berbeda. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu. Kontingensi yang aktif dapat merubah intensitas atau arah aktivitas. P B E Tingkah laku dihadirkan oleh model Model diperhatikan oleh pelajar (ada penguatan oleh model) Tingkah laku (kemampuan dikode dan disimpan oleh pembelajar) Pemrosesan kode-kode simbolik Skema hubungan segitiga antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku, (Bandura, 1976). Skema Proses Kognitif Pembelajar Pembelajar mampu menunjukkan kompetensi/tingkah laku Performance/unjuk kerja Motivasi pembelajar mengolah tingkah laku Proses perhatian sangat penting dalam pembelajaran karena tingkah laku yang baru (kompetensi) tidak akan diperoleh tanpa adanya perhatian pembelajar. Proses retensi sangat penting agar pengkodean simbolik tingkah laku ke dalam visual atau kode verbal dan penyimpanan dalam memori dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini rehearsal (ulangan ) memegang peranan penting. Proses motivasi yang penting adalah penguatan d ari luar, penguatan dari dirinya sendiri dan Vicarius Vicarius Reinforcement (penguatan karena imajinasi). Lebih lanjut menurut Bandura (1982) penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar sendiri yakni “sense of self Efficacy” dan “self – regulatory system”. Sense of self efficacy adalah keyakinan pembelajar
bahwa ia dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai standar yang berlaku. Self regulatory adalah menunjuk kepada 1) struktur kognitif yang memberi referensi tingkah laku dan hasil belajar, 2) sub proses kognitif yang merasakan, mengevaluasi, dan pengatur tingkah laku kita (Bandura, 1978). Dalam pembelajaran sel-regulatory akan menentukan “goal setting” dan “self evaluation” pembelajar dan merupakan dorongan untuk meraih prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya. Menurut Bandura agar pembelajar sukses instruktur/guru/dosen/guru harus dapat menghadirkan model yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar, mengembangkan “self of mastery”, self efficacy, efficacy, dan reinforcement bagi pembelajar. Berikut Bandura mengajukan usulan untuk mengembangkan strategi proses pembelajaran yaitu sebagi berikut : No Strategi Proses 1 Analisis tingkah laku yang akan dijadikan model yang terdiri : a. Apakah karekter dari tingkah laku yang akan dijadikan model itu berupa konsep, motor skil atau efektif? b. Bagaimanakah urutan atau sekuen dari tingkah laku tersebut? c. Dimanakah letak hal-hal yang penting (key point) dalam sekuen tersebut? 2 Tetapkan fungsi nilai dari tingkah laku dan pilihlah tingkah laku tersebut sebagai model. a. Apakah tingkah laku (kemampuan yang dipelajari) merupakan hal yang penting dalam kehidupan dimasa datang? (success prediction) b. Bila tingkah laku yang dipelajari kurang memberi manfaat (tidk begitu penting) model manakah yang lebih penting? c. Apakah model harus hidup atau simbol? Pertimbangan soal biaya, pengulangan demonstrasi dan kesempatan untuk menunjukkan fungsi nilai dan tingkah laku. d. Apakah reinforcement yang akan didapat melalui model yang dipilih? 3 Pengembangan sekuen instruksional a. Untuk mengajar motor skill, bagaimana caramengerjakan pekerjaan/kemampuan yang dipelajari :how to do this” dan bukannya “not this”. Langkah-langkah manakah menurut sekuen yang harus dipresentasikan secara perlahan-lahan 4 Implementasi pengajaran untuk menunut proses kognitif dan motor reproduksi. a. motor skill 1) hadirkan model 2) beri kesempatan kepada tiap-tiap pembelajar p embelajar untuk latihan secarasimbolik 3) beri kesempatan kepada pembelajar untuk latihan dengan umpan balik visual b. proses kognitif 1) Tampilkan Tampilkan model, baik yang didukung oleh kode-kode verbal atau petunjuk untuk mencari konsistensi pada berbagai contoh 2) Beri kesempatan kepada pembelajar untuk membuat ihtisar atau summary
3) Jika yang dipelajari adalah pemecahan masalah atau strategi penerapan beri kesempatan pembelajar untuk berpartisipasi secaraaktif 4) Beri kesempatan pembelajar untuk membua t generalisasi ke berbagai siatuasi. Dari uraian tentang teori belajar sosial, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses kognitif belajar. 2. komponen-komponen belajar terdiri dari tingkah laku, konsekuensi-konsekuensi terhadap model dan proses-proses kognitif pembelajar. pembelajar. 3. hasil belajar berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali atau tidak (retrievel). 4. dalam perencanaan pembelajaran skill yang kompleks, disamping pembelajaran-pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan “sense of efficacy” dan self regulatory” pembelajar. 5. dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk latihan secara mental sebelum latihan fisik, dan “reinforcement” dan hindari punishment yang tidak perlu. Ahli lain yaitu Bloom dkk, menjelaskan domain tujuan pendidikan ada tiga ranah yaitu : 1) kognitif, yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan perkembangan kemampuan dan skill intelektual, 2) afektif yang menjelaskan tentang perubahan dalam minat, perilaku (attitudes), nilai-nilai dan perkembangan dalam apresiasi dan penyesuaian , dan 3) psikomotor. 2. Teori Belajar Orang dewasa Gagne membagi teori belajar dalam 3 famili : a. conditioning b. modelling c. kognitif Kingsley dan Garry membagi teori belajar dalam 2 bagian yaitu ; a. teori stimulus-respon b. teori medan Taba membagi teori belajar menjadi 2 famili : a. teori asosiasi atau behaviorisme b. teori organismik, gestalt dan teori medan Di dalam pembahasan akan difokuskan pada teori belajar orang dewasa. Ada aliran inkuiri yang merupakan landasan teori belajar dan mengajar orang dewasa yaitu : “scientific stream” dan “artistic atau intuitive/reflective stream”. Aliran “scientific stream” adalah menggali atau menemukan teori baru tentang belajar be lajar orang dewasa melalui penelitian dan eksperimen e ksperimen . Teori Teori ini diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike dengan pubilkasinya “ Adult Learning”, pada tahun 1928. Pada aliran artistic, teori baru ditemukan melalui instuisi dan analisis pengalaman yang memberikan perhatian tentang bagaimana orang dewasa belajar. Aliran ini diperkenalkan oleh Edward C. Lindeman dalam penerbitannya pen erbitannya “ The Meaning of Adult Education” pada tahun 1926 yang sangat dipengaruhi oleh filsafat pendidikan John Dewey. Dewey.
Menurutnya sumber yang paling berguna dalam pendidikan orang dewasa adalah pengalaman peserta didik. Dari hasil penelitian, Linderman mengidentifikasi beberapa asumsi tentang pembelajar orang dewasa yang dijadikan fondasi teori belajar orang dewasa yaitu sebagai be rikut : 1) pembelajar orang dewasa akan termotivasi untuk belajar karena kebutuhan dan minat dimana belajar akan memberikan kepuasan 2) orientasi pembelajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan, sehingga unit-unit pembelajar sebaiknya adalah kehidupan nyata (penerapan) bukan subject matter. 3) Pengalaman adalah sumber terkaya bagi pembelajar orang dewasa, sehingga metode pembelajaran adalah analisa pengalaman (experiential learning). 4) Pembelajaran orang dewasa mempunyai kebutuhan yang mendalam untuk mengarahkan diri sendiri (self directed learning), sehingga peran guru sebagai instruktur. instruktur. 5) Perbedaan diantara pembelajar orang dewasa semakin meningkat dengan bertambahnya usia, oleh karena itu pendidikan orang dewasa harus memberi pilihan dalam hal perbedaan gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan ke cepatan belajar. Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “ Student-Centered Learning” yang intinya yaitu : 1) kita tidak bisa mengajar orang lain la in tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya. 2) Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat/menumbuhkan “self”nya 3) Manusia tidak bisa belajar kalau berada dibawah tekanan 4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan perbeda an persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir Peserta didik orang dewasa menurut konsep pendidikan adalah : 1) meraka yang berperilaku sebagai orang dewasa, yaitu orang yang melaksanakan peran sebagai orang dewasa 2) meraka yang mempunyai konsep diri sebagai orang dewasa Andragogi mulai digunakan di Netherlands oleh professor T.T Ten Ten have pada tahun 1954 19 54 dan pada tahun 1959 ia menerbitkan garis-garis besar “Science of Andragogy” Model andragogi mempunyai konsep bahwa : kebutuhan untuk tahu (The need to know), konsep diri pembelajar ( the learner’s concept),peran pengalaman pembelajar (the role of the leaner’s leaner ’s experience), kesiapan belajar ( readiness to learn), orientasi belajar (orientation of learning) dan motivasi lebih banyak ditentukan dari dalam diri si pembelajar itu sendiri. Didalam pembelajaran orang dewasa tidak sepenuhnya harus menggunakan model andragogi, tetapi bisa digabung model pedagogi. Jika pembelajarnya belum mengetahui atau sangat asing dengan materi yang disampaikan tentunya kita bisa menggunakan model pedagogi pada awalawal pertemuan untuk mengkonstruksi pengalaman dengan pengetahuan yang baru didapatkan, selanjutnya bisa digunakan model andragogi sebagai penguatan dan pengembangan. TEORI BELAJAR DALAM DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN ONLINE LEARNING
(Review Artikel “Foundations of Educational Theory for Online Le arning” Karya Mohamed Ally dari Athabasca University dalam Terry Anderson & Fathi Elloumi (Eds.). 2004. Theory and Practice of Online Learning . Canada. Athabasca University University))
Oleh: Lukman
A. Pendahuluan
Siste Sistem m instru instruksi ksional onal didesa didesain in dengan dengan tujuan tujuan utama utama untuk untuk mening meningkat katkan kan efekti efektivit vitas as pembelajaran pembelajaran.. Secara operasional, operasional, sistem sistem instruksi instruksional onal memerlukan memerlukan teori-teor teori-teorii belajar belajar yang sebagai dasar pijakan aplikasi dan kemungkinan pengembangan sistem. Begitu juga dengan sistem instruksional media Online Learning, sebagai media penyampaian, harus disadari bahwa Online Learning bukanlah faktor tunggal yang menentukan kualitas pembelajaran. Penelitian terkini mengatakan bahwa lingkungan pembelajaran yang bermedia teknologi dapat dapat mening meningkat katkan kan nilai nilai para para pelaja pelajarr, sikap sikap mereka mereka terhada terhadap p belaja belajarr, dan evaluas evaluasii dari dari pengalaman belajar mereka. Teknologi juga dapat membantu untuk meningkatkan interaksi antar (student oriented ). pengajar dan pelajar, dan membuat proses belajar yang berpusat pada pelajar student ). Walaupun penelitian mengatakan seperti itu, tetapi ada juga penelitian yang berisikan dampak negatif dari Lingkungan Pembelajaran Maya berbasis ini, yaitu para pelajar memungkinkan mengal mengalami ami perasa perasaan an teriso terisolas lasi, i, frusta frustasi, si, cemas, cemas, dan kebingun kebingungan gan atau atau mengur mengurangi angi minat minat terhadap bidang studi. Tulis Tulisan an ini akan merevi mereview ew sebuah sebuah artike artikell yang yang berjud berjudul ul “Founda “Foundatio tions ns of Educati Educational onal Theory for Online Learning” Karya Mohamed Ally dari Athabasca Athabasca Univer University sity,, yang berupay berupayaa meminimalisir dampak negatif Online Learning dengan semaksimal mungkin mendesain sistem Online Learning Berparadigma Teori Belajar. Belajar. Pereview akan fokus membahas posisi materi yang dibahas penulis dalam kaitannya dengan Bidang Ilmu Teknologi Teknologi Pembelajaran.
B. Foundations Of Educational Theory For Online Learning Karya Mohamed Ally dari Athabasca University
Artikel ini dimulai dengan adanya diskusi tentang apakah penggunaan teknologi atau disain dari instruksi tertentu yang secara efektif meningkatkan pembelajaran? Satu pihak berpendapat bahwa penggunaan media menggunakan audio visual atau komputer media dapat membantu
siswa itu memperoleh pelajaran bermanfaat. Pihak yang lain berpendapat bahwa efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh strategi pembelajaran dan isi pelajaran dibanding oleh jenis tekno te knolo logi gi (m (medi edia) a) ya yang ng di digu guna nakan kan.. Penu Penuli liss arti artike kell ini ini mena menawa wark rkan an solu solusi si deng dengan an mengaplikasikan pondasi teori bidang pendidikan untuk perancangan materi Online Learning yang yang efekti efektif, f, dan menyaran menyarankan kan suatu suatu model model untuk untuk mengemb mengembang angkan kan pembel pembelaja ajaran ran online online berdasar pada teori bidang pendidikan yang sesuai. Pengembang Online Learning harus mengetahui perbedaan pendekatan-pendekatan dalam belajar agar dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran harus dipilih untuk memotivasi para pebelajar, memfasilitasi proses belajar, membentuk manusia seutuhnya, melayani perbedaan individu, mengangkat belajar bermakna, mendorong terjadinya interaksi, memberikan memberikan umpan balik, balik, memfasilit memfasilitasi asi belajar belajar kontekstual, kontekstual, dan mendorong mendorong selama selama proses proses belajar belajar.. Berkaitan Berkaitan dengan hal ini, penulis artikel artikel ini kemudian kemudian mendeskrips mendeskripsikan ikan prinsip-pr prinsip-prinsip insip teori belajaran dan implementasinya pada Desain Strategi Pembelajaran Online. Ada 3 teori belajar belajar yang penulis kemukakan pada artikel artikel tersebut, tersebut, yaitu: 1) Behaviorime Behaviorime;; 2) Kognitivism Kognitivisme; e; dan 3) Kontruktivisme. Strategi behaviorisme dapat digunakan untuk mengajar “apa”(fakta), strategi kognitivisme dapat digunakan untuk mengajar “bagaimana” (proses dan prinsip-prinsip). Strategi konstruktivisme dapat digunakan untuk mengajar “mengapa” (tingkat berfikir yang lebih ting tinggi gi yang yang dapat dapat meng mengan angka gkatt makna makna pers persona onall dan keada keadaan an dan dan belaj belajar ar kont kontek ekst stual ual). ). Selengkapnya sevagai berikut:
1. Behaviorisme dan Online Learning
Behaviorisme memandang fikiran sebagai ‘kotak hitam” dalam merespon rangsangan yang dapat diobsevasi diobsevasi secara kuantitatif kuantitatif,, sepenuhnya sepenuhnya mengabaikan mengabaikan proses berfikir berfikir yang terjad terjadii dalam dalam otak. otak. Kelomp Kelompok ok ini memanda memandang ng tingkah tingkah laku laku yang yang dapat dapat diobse diobserva rvasi si dan diukur sebagai indikator indikator belajar. belajar. Implementasi Implementasi prinsip ini dalam mendesain strategi Online Learning adalah sebagai berikut: a. Sisw Siswaa haru haruss dibe diberi rita tahu hu seca secara ra eksp ekspli lisi sitt outc outcom omee bela belaja jarr sehi sehing ngga ga mere mereka ka dapa dapatt mensetting mensetting harapan-harapan harapan-harapan mereka dan menentukan menentukan apakah dirinya telah mencapai mencapai outcome dari pembelajaran online atau tidak. b. Pebela Pebelajar jar harus harus diuji diuji apakah mereka mereka telah telah mencapa mencapaii outcome outcome pembela pembelajar jaran an atau atau tidak. tidak. Ujian online atau bentuk lainnya dari ujian dan penilaian harus diintegrasikan kedalam urutan belajar untuk mencek tingkat pencapaian pebelajar dan untuk memberi umpan balik yang tepat. c. Materi Materi belajar belajar harus diurutka diurutkan n dengan dengan tepat untuk meningka meningkatka tkan n belaja belajarr. Urutan Urutan dapat dimulai dari bentuk yang sederhana ke yang kompleks, dari yang diketahui sampai yang tidak diketahui dan dari pengetahuan sampai penerapan. d. Pebel Pebelaj ajar ar haru haruss dibe diberi ri umpa umpan n bali balik k sehi sehingg nggaa mere mereka ka dapat dapat meng menget etahu ahuii bagai bagaima mana na melakukan tindakan koreksi jika diperlukan. 2. Kognitivisme dan Online Learning
Kognitivisme membagi tipe-tipe pebelajar, yaitu: 1) Pebelajar tipe pengalaman-konkret lebih menyukai contoh khusus dimana mereka bisa terlibat dan mereka berhubungan dengan temanteman-tem temanny annya, a, dan bukan bukan dengan dengan orangorang-ora orang ng dalam dalam otorit otoritas as itu; itu; 2) Pebela Pebelajar jar tipe tipe observ observasi asi reflekt reflektif if suka suka mengobs mengobserva ervasi si dengan dengan teliti teliti sebelu sebelum m melaku melakukan kan tindaka tindakan; n; 3) Pebelajar tipe konsepsualisasi abstrak lebih suka bekerja dengan sesuatu sesuatu dan symbol-simbol dari dari pada pada dengan dengan manusi manusia. a. Mereka Mereka suka suka bekerj bekerjaa dengan dengan teori teori dan melakuk melakukan an analis analisis is sistematis. 4) Pebelajar tipe eksperimentasi aktif lebih suka belajar dengan melakukan paktek proy proyek ek dan dan mela melalu luii kelo kelomp mpok ok disk diskus usi. i. Mere Mereka ka meny menyuka ukaii meto metode de belaj belajar ar aktif aktif dan berinteraksi dengan teman untuk memperoleh umpan balik dan informasi. Implikasi terhadap Desain Strategi Online Learning adalah sebagai berikut: a. Mate Materi ri pemb pembel elaj ajar aran an onli online ne haru haruss mema memasu sukan kan akti aktivi vita tass gaya gaya belaj belajar ar yang yang berb berbed eda, a, sehing sehingga ga siswa siswa dapat dapat memili memilih h aktivit aktivitas as yang yang tepat tepat berdas berdasark arkan an kecender kecenderunga ungan n gaya gaya berlajarnya. b. Sebagai tambahan tambahan aktivitas, aktivitas, dukungan dukungan secukupny secukupnyaa harus diberik diberikan an kepada siswa siswa dengan dengan perbedaan gaya belajar. Siswa dengan perbedaan gaya belajar memiliki perbedaan pilihan terhadap dukungan, sebagai contoh, assimilator lebih suka kehadiran instruktur yang tinggi. Sementara akomodator lebih suka kehadiran instruktur yang rendah. Informasi harus disajikan disajikan dalam cara yang berbeda berbeda untuk mengakomodasi mengakomodasi berbedaan berbedaan c. Informasi individu dalam proses dan memfasilitasi transfer ke long-term memory. memory. d. Pebela Pebelajar jar harus dimoti dimotivas vasii untuk untuk belaja belajarr, tanpa tanpa memper memperdul dulika ikan n sebaga sebagaima imana na efekti efektif f materi, jika pebelajar tidak dimotivasi mereka tidak aka n belajar. e. Pada Pada saat saat belaja belajarr online online pebelaj pebelajar ar harus diberi diberi kesempat kesempatan an untuk merefle merefleksi ksi apa yang mereka pelajari. Bekerja sama dengan pebelajar lain, dan mengecek kemajuan mereka. f. Strateg Strategii online online yang memfasi memfasilit litasi asi transfe transferr belaja belajarr harus harus digunakan digunakan untuk mendoro mendorong ng penerapan penerapan yang berbeda dan dalam situasi kehidupan nyata. nyata. Simulasi situasi situasi nyata, menggunakan kasus kehidupan nyata, harus menjadi bagian dari pelajaran. g. Psikol Psikologi ogi kognitif kognitif menyar menyaranka ankan n bahwa bahwa pebelaj pebelajar ar menerima menerima dan memprose memprosess inform informasi asi untuk ditransfer ke long term memory untuk disimpan. 3. Konstruktivisme dan Online Learning
Penekanan pokok pada konstruktivis adalah situasi belajar, yang memandang belajar seba sebaga gaii yang ang kont kontek eksstual tual.. Akt Aktivi ivitas tas bela belajjar yang ang memun emungk gkiinkan nkan pebe pebellajar ajar mengkontekstualisai informasi harus digunakan dalam Online Learning. Jika informasi harus diterapkan dalam banyak konteks, maka strategi belajar yang mengangkat belajar multikontekstual harus digunakan untuk meyakinkan bahwa pebelajar pasti dapat menerapkan informasi tersebut secara luas. Belajar adalah bergerak menjauh dari pembelajaran satu-cara ke konstruksi dan penemuan pengetahuan. Implementasi pada online learning adalah sebagai berikut: a. Bela Belaja jarr harus harus menj menjadi adi suat suatu u pros proses es akti aktif. f. Menj Menjaga aga pebel pebelaj ajar ar teta tetap p akti aktiff mela melakuk kukan an aktivi aktivitas tas yang yang bermakna bermakna menghas menghasilk ilkan an proses proses tingkat tingkat tinggi tinggi,, yang yang memfas memfasili ilitas tasii penciptaan makna personal.
b. pebelajar mengkonstruksi pengenetahuan sendiri bukan hanya menerima apa yang diberi oleh instruktur. Konstruksi pengetahuan difasilitasi oleh pembelajaran online interaktif yang bagus, karena siswa harus mengambil inisiatif untuk berinteraksi dengan pebelajar lain dan dengan instruktu, dan karena agenda belajar dikontrol oleh pebelajar sendiri. c. Bekerj Bekerjaa dengan dengan pebelajar pebelajar lain memberi memberi pebelajar pebelajar pengalam pengalaman an kehidupan kehidupan nyata melalui melalui kerja kelompok, dan memungkinkan mereka menggunakan keterampilan meta-kognitif mereka. d. Pebela Pebelajar jar harus harus diberi diberi control control proses proses belajar belajar.. Harus Harus ada bentuk bentuk bimbing bimbingan an penemua penemuan n dimana pebelajar dibiarkan untuk menentukan keputusan terhadap tujuan belajar, tetapi dengan bimbingan dari instruktur. instruktur. e. Pebelajar harus diberi waktu dan kesempatan untuk refleksi. Pada saat belajar online siswa perlu merefleksi dan menginternalisasi informasi. f. Bela Belaja jarr harus harus dibua dibuatt berm bermakn aknaa bagi bagi sisw siswa. a. Mate Materi ri bela belaja jarr haru haruss mema memasu suka kan n conto contohhcontoh yang berhubungan berhubungan dengan pebelajar pebelajar sehingga mereka dapat menerima informasi informasi yang diberikan. g. Belajar Belajar harus interak interaktif tif dan mengangkat mengangkat belajar belajar tingkat tingkat yang lebih lebih tinggi tinggi dan kehadiran kehadiran sosial sosial,, dan membant membantu u mengemb mengembangk angkan an makna makna person personal. al. Pebelaj Pebelajar ar meneri menerima ma materi materi pelajaran melalui teknologi, memproses informasi, dan kemudian mempersonalisasi dan mengkontekstualisasi informasi tersebut.
Pada Pada akhi akhirr arti artikel kel,, penul penulis is meng mengus usul ulkan kan suat suatu u model model,, yang yang didas didasar arka kan n pada pada teor teorii pendidikan, yang menunjukan komponen-komponen belajar yang penting yang harus digunakan ketika mendesain materi online. Baik penempatan informasi pada Web maupun link ke sumbersumber digital sumber digital lainnya lainnya Online Learning. Learning.
C. Implementasi Teori Belajar dalam Kawasan Teknologi Pembelajaran
Impl Implem emen enta tasi si Teori eori Bela Belaja jarr seba sebaga gaii Para Paradi digm gmaa Onli Online ne Lear Learin ing g seba sebaga gaim iman anaa dideskripsikan dalam artikel di atas, dilihat dari perspektif bidang ilmu Teknologi Pembelajaran berada pada kawasan pertama, yaitu kawasan Desain, lebih fokus lagi pada sub kawasan Desain Sistem Sistem Pembelajara Pembelajaran n (DSP). (DSP). Teknologi eknologi pembelajara pembelajaran n memiliki memiliki lima kawasan kawasan yang menjadi menjadi bid bidan ang g gara garapn pny ya, baik baik seba sebaga gaii obje objek k form formal al maup maupun un obje objek k mate materi riny nya, a, yaitu aitu desa desain in,, pengembangan, pemanfaatan, pengolahan, evalusi sumber dan proses belajar. Oleh karenanya aplikasi teknologi pembelajaran juga tidak terlepas dari lima kawasan tersebut. Seels dan Richey (1994: 122) menjelaskan bahwa demi menjaga keutuhan definisi (teknologi pembelajaran. pen.) kegiatan-kegiatan dalam setiap kawasan teknologi pembelajaran dapat dikaitkan baik kepada proses maupun sumber pembelajaran. Seels dan Richey juga membuat gambar tentang hubungan antara kawasan dan kegiatan dalam bidang sebagai berikut:
MENGEM-BANGKAN Proses dan Sumber MERAN-CANG
Proses dan Sumber MEMAN-FAATKAN Proses dan Sumber
MENILAI Proses dan Sumber MENGE-LOLA
Proses dan Sumber
PRAKTIK
Gambar: Hubungan antara Kawasan dan Kegiatan dalam Bidang
Desain Sistem Pembelajaran (DSP) adalah prosedur yang terorganisasi yang meliputi langkah langkah-la -langka ngkah: h: 1) penganal penganalisa isaan, an, yaitu yaitu proses proses perumus perumusan an apa yang yang akan dipela dipelajar jari; i; 2) perancangan, yaitu proses penjabaran bagaimana hal tersebut akan dipelajari; 3) pengembangan, yaitu proses penulisan dan pembuatan atau produksi bahan-bahan pembelajaran; 4) pelaksanaan, yaitu yaitu pemanfa pemanfaata atan n bahan bahan dan strat strategi egi yang yang bersan bersangkut gkutan; an; dan 5) penilai penilaian, an, yaitu yaitu proses proses penentuan ketepatan pembelajaran (Seels dan da n Richey, Richey, 1994: 33).
1. Pendekatan Desain Sistem Pembelajaran
Lang Langka kah h dala dalam m Desa Desain in Sist Sistem em Pemb Pembel elaj ajar aran an (DSP (DSP)) yang yang pert pertam amaa adal adalah ah merumuskan materi yang akan dipelajari siswa. Perlu dirumuskan aspek-aspeknya. Pertama aspek-aspeknya. Pertama,, apa saja materinya, apakah bersifat kognitif, afektif atau psikomotorik, berapa porsinya, dan sebagainya. Kedua sebagainya. Kedua,, bagaimana metode instruktur dalam media Online Learning dalam proses pembelajarannya, prasyarat apa saja yang perlu diberikan kepada siswa dan sebagainya. Ketiga, sarana sarana tambah tambahan an apa yang yang perlu perlu diberi diberikan kan.. Keempat , lingk lingkun ungan gan maya maya yang yang bagaimana yang diperlukan untuk mendukung pelajaran tersebut. 2. Aspek Strategi Pembelajaran
Aspek Aspek ini pada pada dasarny dasarnyaa adalah adalah menjaw menjawab ab bagaima bagaimana na materi materi Online Online Learnin Learning g terseb tersebut ut dipelajari. dipelajari. Pada aspek inilah teori belajar belajar mempunyai mempunyai peran yang sangat signifikan. signifikan. Ide-ide Ide-ide dalam artikel di atas dapat diimplementasikan pada perancangan aspek Strategi Pembelajaran ini. 3. Aspek Desain Bahan Pembelajaran
Langkah ketiga dalam Mendesaian Sistem Pembelajaran adalah pengembangan, yaitu proses penulisan dan pembuatan atau produksi bahan-bahan pembelajaran. Proses penulisan bahan pembelajaran harus memperhatikan hal-hal berikut: a. Kejelasan Kejelasan tujuan pembelajaran pembelajaran (realisti (realistiss dan dan terukur terukur); );
b. Relevansi Relevansi tujuan pembelajaran pembelajaran dengan Kurikulum/S Kurikulum/SK/KD; K/KD; c. Ketepatan Ketepatan penggunaan penggunaan media media yang yang sesuai sesuai dengan tujuan tujuan dan dan materi materi pembelajaran pembelajaran;; d. Kesesuaian Kesesuaian materi, pemilihan media dan evaluasi evaluasi (latihan, (latihan, test, kunci jawaban) dengan tujuan pembelajaran; e. Sistem Sistemati atika ka yang yang runut runut,, logis, logis, dan jela jelas; s; f. Int Interak erakttivit ivitas as;; g. Penumbu Penumbuhan han motiva motivasi si belaja belajar; r; h. Kont Kontek ekst stua uali lita tas; s; i. Keleng Kelengkapa kapan n dan dan kualit kualitas as bahan bahan bantuan bantuan bela belajar jar;; j. Kejelasan Kejelasan uraian materi, materi, pembahasan, pembahasan, contoh, contoh, simula simulasi, si, latihan; latihan; k. Konsistens Konsistensii evaluasi evaluasi dengan tujuan pembelajaran pembelajaran;; l. Relevan Relevansi si dan konsis konsisten tensi si alat alat eval evaluas uasi; i; m. Pemberian Pemberian umpan balik balik terhadap terhadap latihan latihan dan hasil evaluasi. evaluasi. Proses pemanfaatan bahan dan strategi tersebut harus memperhatikan hal-hal berikut: a. b. c. d. e. f.
Efektif Efektif dan efisi efisien en dalam dalam pengembangan pengembangan maupun penggunaan penggunaan media media pembelajar pembelajaran; an; Reliab Reliabili ilitas tas (kehand (kehandala alan); n); Maintainabil Maintainabilitas itas (dapat dipelihara/ dipelihara/dikelo dikelola la dengan dengan mudah); mudah); Usabilitas Usabilitas (mudah digunakan digunakan dan sederhana sederhana dalam dalam pengoperas pengoperasianny iannya); a); Ketepatan Ketepatan pemilihan pemilihan jenis jenis aplikasi/sof aplikasi/software/ tware/tool tool untuk untuk pengemban pengembangan; gan; Kompatibilitas (media pembelajaran dapat diinstalasi/dijalankan diberbagai hardware dan software yang ada); g. Pemaketan Pemaketan program program media media pembelaja pembelajaran ran terpadu terpadu dan mudah mudah dalam dalam eksekusi; eksekusi; h. Dokumentasi program media pembelajaran yang lengkap meliputi: petunjuk instalasi trouble shooting shooting (jelas, (jelas, (jelas, singkat, singkat, lengkap), lengkap), trouble (jelas, terstruktu terstrukturr, dan antisipati antisipatif), f), desain program (jelas dan menggambarkan alur kerja program); i. Reusab Reusabili ilitas tas (sebagi (sebagian an atau seluru seluruh h progra program m media media pembelaja pembelajaran ran dapat dimanfa dimanfaatk atkan an kembali untuk mengembangkan media pembelajaran lain).
4. Aspek Pemanfaatan Bahan
Selain harus memperhatikan aspek-aspek di atas, langkah pemanfaatan juga dapat menggunakan komunikasi visual sebagai strategi pembelajaran, dengan memperhatikan halhal berikut: a. Komunikatif Komunikatif:: visualisas visualisasii mendukung mendukung materi materi ajar, ajar, agar mudah mudah dicerna oleh oleh siswa; siswa; b. Kreatif: Kreatif: visualisas visualisasii diharapkan diharapkan disajikan disajikan secara secara unik dan tidak klise klise (sering (sering digunakan), digunakan), agar menarik perhatian; c. Sederh Sederhana: ana: visual visualisa isasi si tidak rumit, rumit, agar tidak tidak mengurang mengurangii kejelas kejelasan an isi materi materi ajar dan mudah diingat; Unity: menggunakan bahasa visual yang harmonis, utuh, dan senada, agar materi ajar d. Unity: dipersepsi secara utuh (komprehensif); e. Penggambaran Penggambaran objek dalam bentuk bentuk image image (citra (citra)) yang yang representa representatif; tif; f. Pemi Pemili lihan han warn warnaa yang yang sesu sesuai ai,, agar agar mend menduku ukung ng kese kesesu suai aian an anta antara ra konse konsep p kreat kreatif if dan dan topik yang dipilih;
g. Tipog ipogra rafi fi (fon (fontt dan dan susu susuna nan n huruf huruf), ), untu untuk k memv memvis isual ualis isas asik ikan an bahas bahasaa verb verbal al agar agar mendukung isi pesan, baik secara fungsi keterbacaan maupun fungsi psikologisnya; h. Tata letak (lay-out (lay-out ): ): peletakan dan susunan unsur-unsur visual terkendali dengan baik, agar memperjelas peran dan hirarki masing-masing unsur tersebut; i. Unsu Unsurr visu visual al berger bergerak ak (ani (anima masi si dan/ dan/at atau au movi movie) e),, anim animas asii dapa dapatt dima dimanf nfaat aatka kan n untu untuk k mensimulasikan materi ajar dan video untuk mengilustrasikan materi secara nyata; (icon)) yang familiar dan konsisten agar efektif dalam penggunaannya. j. Navigasi (icon 5. Penilaian, Umpan Balik dan Perbaikan Terus Menerus
Langkah kelima dalam mendesain sistem pembalajaran adalah penilaian, yaitu proses penentuan ketepatan pembelajaran. Setiap bab menyajikan rangkuman/kesimpulan dan atau soal latihan untuk mengukur mengukur keberhasila keberhasilan n belajar belajar peserta peserta didik dan sekaligus sekaligus mengevaluasi mengevaluasi ketepatan strategi pembelajaran. Penilaian ini mutlak dilakukan sebagai sistem manajemen mutu dan pengendalian proses belajar mengajar sehingga terjadi umpan balik dan perbaikan secara terus menerus (continous (continous improvement ). ).
D. Kesimpulan
Dalam mereview artikel ini, pereview berusaha mengkaitkan dengan isi artikel dengan kont kontek ekss Teknol eknologi ogi Pemb Pembel elaj ajar aran an seba sebagai gai suat suatu u bidan bidang g Ilmu Ilmu.. Hal Hal ini ini untu untuk k memb memban angun gun komitmen keilmuan dan struktur berpikit yang konsisten dengan Bidang Keilmuan. Dari Dari hasil hasil pembaha pembahasan san di atas, atas, perevi pereview ew menemu menemukan kan bahwa bahwa Teori eori Belaja Belajarr sebaga sebagaii Paradigma Online Learning berada pada kawasan Desain, yaitu kawasan pertama di antara lima kawasan Teknologi Pembelajaran. Lebih khusus, implementasi dari hal teori belajar ini berada pada subkawasan Desain Sistem Pembelajaran (DSP).
DAFTAR PUSTAKA
Kawasannya. Seels, Barbara B. & Richey, Rita C. 1994. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya. Penerjemah Dewi S. Prawiradilaga dkk. Jakarta: Kerjasama IPTPI LPTK UNJ.
Terry Anderson & Fathi Elloumi (Eds.). 2004. Theory and Practice of Online Learning. Canada. Athabasca University University..
Teori Belajar Psikologi Kognitif
INDRA - POSTAR Teori Belajar Psikologi Kognitif INDRA
-
I.
Teori
Prinsip
Belajar dasar
Psikologi psikologi
Kognitif kognitif
Psikologi
kognitif
Psikologi kognitif adalah kajian studi ilmiah mengenai proses-proses mental atau pikiran. pikiran. Bagaimana Bagaimana informa informasi si diperol diperoleh, eh, dipresen dipresentasi tasikan kan dan ditransf ditransferm ermasik asikan an sebaga sebagaii penget pengetah ahuan uan.. Psi Psiko kolog logii kogn kogniti itiff juga juga dis disebu ebutt psik psikolo ologi gi pemro pemroses sesan an informasi. Tingkah laku seseorang didasarkan pada tindakan mengenal/ memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Prinsip
dasar
* * *
psikologi Belajar lewat lewat
Belajar Belajar
kognitif aktif sosial sendiri
interaksi pengalaman
Teori psikolog psikologii kogniti kognitiff berkemba berkembang ng dengan dengan ditandai ditandai lahirny lahirnya a teori teori Gestalt Gestalt (Mex (Mex Weitheimer) yang menyatakan bahwa pengalaman itu berstruktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan. Ada
2
hukum
wajib
dalam
teori
Gestalt:
-
pragnaz
(kejelasan)
-
closure
(totalitas)
Konsep yang penting dalam teori ini INSIGHT, yaitu: pengmatan atau pemahaman mend mendad adak ak terh terhad adap ap hubu hubung ngan an anta antara ra bagi bagian an-b -bag agia ian n di dala dalam m suat suatu u situ situas asii masalah. A.
Teori
Belajar
Cognitive-Field
dari
Lewin
Bertolak pada teori Gestalt, Lewin mengembangkan teori belajar berdasarkan Life Space (dunia psikologis dari kehidupan individu). Masing – masing individu berada di dalam medan kekuatan psikologis, medan itu dinamakan Life Space yang terdiri dari dua unsure yaitu kepribadian dan psikologi social. Ia menyatakan bahwa tingkah laku belajar merupakan usaha untuk mengadakan reorganisasi/ restruktur (dari isi jiwa). Tingkah laku merupakan hasil dari interaksi antar kekuatan baik dari dalam (tujuan, kebutuhan, kebutuhan, tekanan batin, dan sebagainya) maupun dari luar (tantangan, permasalahan). B.
Cognitive
Development
(Jean
Piaget
)
Dalam teorinya, ia memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi fungsi intelektu intelektual al dari konkret konkret menuju menuju abstrak. abstrak. Ia memakai memakai istilah istilah scheme: scheme: pola tingkah laku yang dapat diulang. Yang berhubungan dengan : *
Reflex
pembawaan
(bernapas,
makan,
minum)
* Scheme mental (pola tingkah laku yang susah diamati, dan yang dapat diamati) Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tingkat yaitu : (1)
sensory
(2)
pre
(3)
operational;
concrete
(4)
motor;
operational
dan
formal
operational
Perk Perkemb embang angan an kogn kogniti itiff indivi individu du melip meliputi uti empat empat tahap tahap menuru menurutt Piage Piagett yaitu: yaitu: a.
Kematangan
b.
Pengalaman
c.
fisik/
lingkungan
Transmisi
d.
Equilibrium/
Menurut
Piaget
-struktur
(scheme)
intelegensi :
pola
social self
itu
terdiri
tingkah
dari laku
regulation tiga yang
aspek, dapat
yaitu: diulang
-isi -isi (con (conte tent nt)) :pol :pola a ting tingka kah h laku laku yang yang spes spesif ifik ik (saa (saatt meng mengha hada dapi pi masa masala lah) h) -fungsi (function) :berhunbungan dengan cara seseorang untuk mencapai kemajuan intelektual. C.
Pembelajaran
Menurut
JA
Brunner
(Discovery
Learning)
Teori Brunner menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif dalam belajar di kelas. kelas. Maksud Maksud dari Discover Discovery y Learni Learning ng yaitu siswa siswa mengorg mengorganis anisasik asikan an metode metode penyajian bahwa dengan cara dimana anak dapat mempelajari bahan itu, sesuai dengan tingkat kemampuan anak. The
act
of
discovery
dari
Burner:
1. Adanya suatu kenaikan di dalam potensi intelektual 2. Ganjaran intrinsic lebih ditekankan daripada ekstrinsik 3. Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berarti murid itu menguasai metode discovery learning 4. Murid lebih senang mengingat-ingat informasi Selain ketiga tokoh tersebut Ausubel juga berpengaruh dalam psikologi psikologi kognitif. kognitif. Dia mengun mengungka gkapk pkan an teori teori ekspos eksposito itory ry teachi teaching, ng, yaitu yaitu dapat dapat dior diorgan ganis isasi asikan kan atau atau disajikan secara baik agar dapat menghasilkan pengertian dan resensi yang baik pula sama dengan discovery learning. D.
Implikasi
teori
perkembangan
kognitif
Impl Implik ikas asii teor teorii perk perkem emba bang ngan an kogni ogniti tiff Piag Piaget et dala dalam m pemb pembel elaj ajar aran an adal adalah ah : 1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar mengajar dengan dengan menggun menggunakan akan bahasa yang sesuai sesuai dengan dengan cara berfikir berfikir anak. 2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu membantu anak agar dapat dapat berintera berinteraksi ksi dengan dengan lingku lingkungan ngan sebaikbaiknya. 3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. 4. Berik erika an pelu peluan ang g agar agar anak nak belaj elajar ar sesu esuai tah tahap perk erkemb embang angann annya. ya. 5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya. Pengap Pengaplika likasian sian teori kogniti kognitiff dalam dalam belajar belajar bergant bergantung ung pada akomod akomodasi. asi. Kepada epada
siswa harus diberikan suatu area yang belum diketahui agar ia dapat belajar, karena ia tidak dapat belajar dari apa yang telah diketahui saja.dengan adanya area baru, siswa akan mengadakan usaha untuk dapat mengakomodasikan. II.
Peran
Peran Guru
pendidik
dan
pendidik
dan
Guru Guru
peserta peserta
sebagai mediator sebagai
sebagai Guru secara
umum
dan berperan
didik didik demonstrator fasilitator evaluator sebagai:
Penga engaja jar, r, pemi pemimp mpin in kelas elas,, pemb pembim imbi bing ng,, peng pengat atur ur ling lingku kung ngan an,, part partis issi sipa pan, n, eksped ekspedito itor, r, perenc perencana ana,su ,suver vervis visor, or,mot motiva ivator tor,pe ,penan nanya,e ya,eval valuat uator or dan konse konselor lor.. Selain peran yang telah disebutkan di atas, hal yang perlu dan penting dimiliki oleh pendid pendidik ik yaitu yaitu pendi pendidik dik harus harus menget mengetahu ahuii psi psiko kolog logis is meng mengena enaii pesert peserta a didik. didik. Suryabrata : 2004) Peran
peserta
didik
belaja belajarr mandir mandirii mempo memposis sisik ikan an pebela pebelajar jar sebaga sebagaii subyek subyek,, pemega pemegang ng kend kendali ali,, peng pengam ambi bill keput eputus usan an atau atau peng pengam ambi bill inis inisia iati tiff atas atas belaj elajar arny nya a send sendir iri. i.
III.
Pendekatan
A.
dan
Metode
Pembelajaran
Pendekatan
Belajar
Banyak Banyak pendek pendekata atan n belaja belajarr yang yang dapat dapat digun digunaka akan n oleh oleh para para guru guru kepad kepada a para para siswa siswanya nya unttuk unttuk mempel mempelaja ajari ri bidang bidang studi studi atau atau materi materi pelaj pelajara aran n yang yang sedang sedang mereka tekuni, dari yang paling klasik sampai yang paling modern. Di antaranya: 1).
Pendekatan
Hukum
Jost
Menur Menurut ut Reber eber (1988) (1988),, salah salah satu satu asums asumsii penti penting ng yang yang menda mendasar sarii Hukum Hukum Jost Jost (Jost’s Law) adalah siswa yang lebih sering mempraktikkan materi pelajaran akan lebih mudah memanggil kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang yang sedang sedang ia tekuni tekuni.. Selanj Selanjutn utnya, ya, berdas berdasark arkan an asums asumsii Huku Hukum m Jost Jost itu maka maka belajar dengan kiat 5 x 3 adalah lebih baik daripada 3 x 5 walaupun hasil perkalian kedua kiat tersebut sama. 2).
Pendekatan
Ballard
&
Clanchy
Menu Menuru rutt Ball Ballar ard d & Clan Clanch chy y (199 (1990) 0),, pede pedeka kata tan n bela belaja jarr sisw siswa a pada pada umum umumny nya a dipengar dipengaruhi uhi oleh sikap sikap terhadap terhadap ilmu pengetahuan pengetahuan (attitude (attitude to knowledg knowledge). e). Ada dua macam siswa dalam menyikapi ilmu pengetahuan, yaitu: 1) sikap melestarikan apa apa yang yang su suda dah h ada ada (con (conse serv rvin ing) g);; dan dan 2) sika sikap p mempe emperl rlua uas s (ext (exten endi ding ng). ). 3).
Pendekatan
Menu Menuru rutt hasi hasill dikelempokkan 1) 2) 3)
B.
pene peneli liti tian an Bigg Biggs s ke dalam
(199 (1991) 1),, tiga
Pendekatan surface Pedekatan Pendekatan achieving
Metode
Biggs pend pendek ekat atan an prototype
bela belaja jarr sisw siswa a dapa dapatt (bentuk dasar).
(permukaan/bersifat lahiriah) deep (mendalam) (pencapaian prestasi tinggi).
Belajar
Metode Metode secara secara etimolog etimologii berarti berarti “cara”. “cara”. Dalam Dalam pemakai pemakaian an yang umum, metode metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan dengan menggun menggunakan akan fakta dan konsep-k konsep-konse onsep p secara secara sistemat sistematis. is. Dalam Dalam dunia dunia psikologi, psikologi, metode berarti prosedur prosedur sistematis (tata cara yang berurutan) yang biasa diguanakan untuk menyelidiki fenomena atau gejala-gejala kejiwaan kejiwaan seperti metode klinik, metode eksperimen, dan sebagainya. Selanjutnya, yang dimaksud dengan metode belajar ialah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran. Ragam dan jumlah metode belajar sesungguhnya banyak sekali dan hampir tidak dapat dihitung dengan jari, mulai dari yang paling tradisional sampai yang paling modern. Berik Berikut ut ini ini penyus penyusun un sajik sajikan an sebuah sebuah metode metode belaja belajarr untuk untuk memp mempela elajar jarii teks teks (wacan (wacana), a), khusus khususnya nya yang yang terdap terdapat at dalam dalam buku buku,, artik artikel el ilmia ilmiah, h, dan lapora laporan n penelitian. Kiat yang secara spesifik dirancang untuk memahami isi teks itu disebut SQ3R SQ3R yang yang dikemb dikembang angka kan n oleh oleh Francis rancis P. Robins obinson on di Univer Universit sitas as Negeri Negeri Ohio Ohio Amerika Serikat. Metode ini bersifat praktis dan dapat diaplikaikan dalam berbagai pendekatan belajar. SQ3R pada prinsipn prinsipnya ya merupak merupakan an singkata singkatan n langkah-l langkah-langk angkah ah mempelaj mempelajari ari teks yang meliputi: 1. Survey, maksudnya memeriksa atau meneliti atau mengidentifikasi seluruh teks.
Dalam melakukan aktivitas survey guru perlu membantu mendorong siswa untuk memeriksa atau meneliti secaa singkat seluruh struktur teks. Tujuannyaaga siswa mengetahu mengetahuii panjangn panjangnya ya teks, teks, judul judul bagian bagian (heading (heading)) dan judul judul subbagia subbagian n (sub(subheading), istilah dan kata kunci, dan sebagainya. 2. Question, ialah menyususn daftar pertanyaan yang relevan dengan teks. Dalam hal ini guru diharapkan diharapkan berperan untuk memberi petunjuk atau contoh kepada para siswa siswa untuk untuk menyus menyusu u pertan pertanyaa yaan-p n-pert ertany anyaan aan yang yang jelas jelas,, sin singka gkatt dan relev relevan an deng dengan an bagi bagian an-b -bag agia ian n teks teks yang yang tela telah h dita ditand ndai ai pada pada lang langka kah h pert pertam ama. a. 3. Read, ead, maks maksud udny nya a memb membac aca a teks teks seca secara ra akti aktiff untu untuk k menc mencar arii jawa jawaba bata tas s petany petanyaan aan-pe -perta rtanya nyaan an yang yang telah telah tersu tersusun sun.. Dalam Dalam hal hal ini membac membaca a aktif aktif juga juga berarti berarti membaca membaca yang difoku difokuska skan n pada paragrap paragraph-pa h-paragra ragraff yang diperkir diperkirakan akan mengandu mengandung ng jawaban-j jawaban-jawab awaban an yang diperkir diperkirakan akan relevan relevan dengan dengan pertanyaa pertanyaannpertanyaan tadi. 4. Recite, menghafal setiap jawaban yang telah ditemukan. Dalam kegiatan ini guru menyur menyuruh uh kepada epada para para siswa siswanya nya untuk untuk menye menyebut butkan kan jawaba jawaban-j n-jawa awaban ban atas atas pertanyaan yang telah tersusun tanpa membuka catatan dari jawaban tersebut. 5. Review, meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun pada langka kedua dan ketiga.
IV.
Materi
A.
dan
Sumber
Materi
Belajar Pembelajaran
Materi pembelajaran (instructional materials) adalah bahan yang diperlukan untuk pembentu pembentukan kan pengetah pengetahuan, uan, keteram keterampila pilan, n, dan sikap sikap yang harus harus dikuasa dikuasaii siswa siswa dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Materi Materi Pembela embelajar jaran an menem menempat patii posisi posisi yang yang sangat sangat pentin penting g dari dari keselur eseluruha uhan n kuri kuriku kulu lum, m, yang yang haru harus s dipe dipers rsia iapk pkan an agar agar pela pelaks ksan anaa aan n pemb pembel elaj ajar aran an dapa dapatt mencapai sasaran Materi Materi yang dipilih dipilih untuk untuk kegiata kegiatan n pembelaj pembelajaran aran hendaknya hendaknya materi materi yang benar benarbena benarr menu menunj njan ang g terc tercap apai ainy nya a stan standa darr kompe ompete tens nsii dan dan kompe ompete tens nsii dasa dasarr .
Jenis- Jenis
Materi
Pembelajaran
Materi fakta adalah segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi
nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya Contoh
:
Mata Mata Pelaj elajar aran an Seja Sejara rah h : Peris eristi tiwa wa seki sekita tarr Prok Prokla lama masi si 17 Ag Agus ustu tus s 1945 1945 dan dan pembentukan pemerintahan Indonesia. Materi konsep adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakekat, inti /isi dan sebagainya. Contoh
:
Mata Pelajaran Biologi : Hutan hujan tropis di Indonesia sebagai sumber plasma nutfah, Usaha-usaha pelestarian keanekargaman hayati Indonesia secara in-situ dan ex-situ., dsb. Materi prinsip adalah berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting , meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat. Contoh
:
Mata Pelajaran Fisika : Hukum Newton tentang gerak , Hukum 1 Newton , Hukum 2 Newt ewton , Huk Hukum 3 New Newton ton , Ges Geseka ekan stat tatis dan Ges Geseka ekan kine kineti tis s, ds dsb b. Materi Prosedur meliputi langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. Contoh
:
Mata Pelajaran TIK : Langkah-langkah Akses Internet, trik dan strategi penggunaan Web Browser dan Search Engine, Materi Materi Sikap Sikap atau atau nilai nilai merupa merupaka kan n hasil hasil belaja belajarr aspek aspek afekti afektif, f, misal misalnya nya nilai nilai kejujuran, kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, tolong-menolong, semangat dan minat belajar dan bekerja, bekerja, dsb. Contoh
:
Mata Pelajar Pelajaran an Geografi Geografi : Pemanfa Pemanfaatan atan sumber sumberdaya daya alam berdasa berdasarka rkan n prinsip prinsip ekoefisiensi, ekoefisiensi, Pemanfaatan sumberdaya alam dan pembangunan berkelanjutan, dsb.
Mata Mata Pelaj Pelajara aran n Sosiol Sosiologi ogi : Intera Interaksi ksi sosial sosial dan dinam dinamika ika sosial sosial,, Sosia Sosialis lisasi asi dan pembentukan kepribadian. B.
Sumber
Belajar
AECT mengu AECT mengurai raikan kan bahwa bahwa sumber sumber belaj belajar ar melip meliputi uti:: pesan, pesan, orang, orang, bahan, bahan, alat, alat, teknik teknik dan lingkun lingkungan. gan. Komponen-k omponen-kompo omponen nen sumber sumber belajar belajar yang digunaka digunakan n di dalam kegiatan belajar mengajar dapat dibedakan dengan dengan cara yaitu dilihat dari dari keber eberad adaa aan n su sumb mber er bela belaja jarr yang yang dir direnca encana nak kan dan dan dima dimanf nfaa aatk tkan an.. Sumber Sumber belajar belajar adalah adalah bahan bahan termasuk termasuk juga alat permain permainan an untuk untuk memberik memberikan an informa informasi si maupun maupun berbagai berbagai keteram keterampila pilan n kepada kepada murid murid maupun maupun guru (Sudono, (Sudono, 2000:7). Hamalik Hamalik (1994:195 (1994:195), ), menyatak menyatakan an bahwa bahwa sumber sumber belajar belajar adalah adalah semua semua sumber sumber yang dapat dipakai dipakai oleh siswa, baik sendiri-send sendiri-sendiri iri atau bersama-sam bersama-sama a dengan dengan siswa lainnya, untuk memudahkan belajar. Mudhof Mudhofir ir (1992: (1992:13) 13) menyat menyatak akan an bahwa bahwa yang yang termas termasuk uk sumbe sumberr belaja belajarr adalah adalah berbagai informasi, data-data ilmu pengetahuan, gagasan-gagasan manusia, baik dalam bentuk bahan-bahan tercetak (misalnya buku, brosur, pamflet, majalah, dan lain lain-l -lai ain) n) maup maupun un dala dalam m bent bentuk uk non non ceta cetak k (mis (misal alny nya a film film,, film filmst stri rip, p, kase kaset, t, videocassette, dan lain-lain). Dari Dari kedua kedua penda pendapat pat di atas atas dapat dapat disim disimpul pulka kan n bahwa bahwa sumber sumber belaja belajarr adalah adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan guru maupun siswa dalam mempelajari materi pelajaran, sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran tersebut. A.
Macam-macam
Sumber
Belajar
AECT mengu AECT mengurai raikan kan bahwa bahwa sumber sumber belaj belajar ar melip meliputi uti:: pesan, pesan, orang, orang, bahan, bahan, alat, alat, teknik teknik dan lingkun lingkungan. gan. Komponen-k omponen-kompo omponen nen sumber sumber belajar belajar yang digunaka digunakan n di dalam dalam kegia kegiatan tan belaja belajarr menga mengajar jar dapat dapat dibed dibedaka akan n menjad menjadii dua, dua, yakni yakni sumbe sumberr belaja belajarr yang yang sengaj sengaja a direnc direncana anakan kan dan sumber sumber belaj belajar ar yang yang diman dimanfaa faatk tkan. an. Penjelasan kedua hal tersebut sebagai berikut: 1) Sumber Sumber belajar belajar yang sengaja sengaja direncan direncanakan akan (by design) design) yaitu semua semua sumber sumber bela belaja jarr yang yang seca secara ra khus khusus us tela telah h dik dikemba embang ngka kan n seba sebaga gaii kompo ompone nen n sist sistem em instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. 2) Sumber belajar karena dimanfaatkan (by utilization) yaitu sumber belajar yang tida tidak k seca secara ra khus khusus us dide didesa sain in untu untuk k kepe keperl rlua uan n pemb pembel elaj ajar aran an namu namun n dapa dapatt ditemu ditemukan kan,, diapl diaplika ikasi, si, dan digun digunaka akan n untuk untuk keper keperlua luan n belaja belajarr (Satga (Satgas s AE AECT, CT,
1986:9). Berdasarkan Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui diketahui bahwa sumber belajar merupakan salah satu satu kompo komponen nen siste sistem m ins instru truksi ksiona onall yang yang dapat dapat berup berupa: a: pesan, pesan, orang, orang, bahan, bahan, peralatan, teknik dan latar (lingkungan). Sumber belajar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Pesan, adalah pelajaran/informasi yang diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti, dan data. 2) Orang, Orang, mengandu mengandung ng pengertia pengertian n manusia manusia yang bertinda bertindak k sebagai sebagai penyimpa penyimpan, n, pengolah pengolah,, dan penyaji penyaji pesan. pesan. Tidak Tidak termasu termasuk k mereka mereka yang menjalan menjalankan kan funsgi funsgi pengembangan dan pengelolaan sumber belajar. 3) 3. Bahan, merupakan sesuatu (bisa pula disebut program atau software) yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat ataupun oleh dirinya sendiri. 4) Alat, Alat, adalah adalah sesuat sesuatu u (bias (biasa a pula pula diseb disebut ut hardwa hardware re)) yang yang diguna digunakan kan untuk untuk menyampaikan pesan yang tersimpan di dalam bahan. 5) Teknik, berhubungan dengan prosedur rutin atau acuan yang disiapkan untuk menggu menggunak nakan an bahan, bahan, perala peralatan tan,, orang, orang, dan lingk lingkung ungan an untuk untuk menyam menyampai paikan kan pesan. 6) Lingk Lingkung ungan, an, merupa merupakan kan situa situasi si sekit sekitar ar di mana mana pesan pesan diter diterim ima a (Mudh (Mudhoff offir, ir, 1992:1-2). Semiawan (1992:96) menyatakan bahwa sebenarnya kita sering melupakan sumber belajar mengajar yang terdapat di lingkungan kita, baik di sekitar sekolah maupun di luar lingkungan lingkungan sekolah. Betapapun kecil atau terpencil, suatu sekolah, sekurangkura kurang ngny nya a memp mempun unya yaii empa empatt jeni jenis s sumb sumber er bela belaja jarr yang yang sang sangat at kaya kaya dan dan bermanfaat, yaitu: 1) Masyarakat desa atau kota di sekeliling sekolah. 2) Lingkungan fisik di sekitar sekolah. 3) Bahan sisa yang tidak terpakai dan barang bekas yang terbuang yang dapat menimbul menimbulkan kan pencemar pencemaran an lingkun lingkungan, gan, namun namun kalau kalau kita olah dapat dapat bermanf bermanfaat aat sebagai sumber dan alat bantu belajar mengajar. 4) Peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi di masyarakat cukup menarik perhatian siswa. Ada peristiwa yang mungkin tidak dapat dipastikan akan terulang kembali. Jangan lewatkan peristiwa itu tanpa ada catatan pada buku atau alam pikiran siswa. Secara
umum,
sumber
belajar
dapat
berupa:
1) Barang Cetak, seperti kurikulum, buku pelajaran, Koran, majalah, dan lain-lain. 2) Tempat, seperti: sekolah, perpustakaan aan, museum, dan lain-lain 3) Nara sumber/orang, seperti: guru, tokoh masyarakat, instruktur, dan lain-lain. Jenis-jenis sumber belajar tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain dalam proses proses belajar belajar-meng -mengajar ajar dalam dalam rangka rangka mencapai mencapai tujuan tujuan pembelaj pembelajaran. aran. Dengan Dengan demikian demikian hasil hasil belajar belajar peserta peserta didik didik pada dasarnya dasarnya merupaka merupakan n interaksi interaksi antara komponen system instruksional dengan peserta-peserta didik. B.
Tujuan
Penggunaan
dan sumber
Fungsi belajar
Sumber
Belajar
bertujuan
untuk:
1) Mena Menamb mbah ah wawa wawasa san n peng penget etah ahua uan n sisw siswa a terh terhad adap ap mate materi ri pela pelaja jara ran n yang yang disampaikan guru, 2) Mencegah verbalistis bagi siswa, 3) Mengajak siswa ke dunia nyata, 4) Mengembangkan proses belajar-mengajar yang menarik, dan 5) Meng Mengem emba bang ngka kan n berp berpik ikir ir dive diverg rgen entt pada pada sisw siswa a (Sem (Semia iawa wan, n, 19 1992 92:9 :97) 7) Peman Pemanfaa faatan tan sumb sumber er belaja belajarr sudah sudah barang barang tentu tentu akan akan menam menambah bah wawasa wawasan n pengetah pengetahuan uan sis siswa. wa. Melalui Melalui sumber sumber belajar, belajar, pemahama pemahaman n siswa siswa mengenai mengenai suatu suatu materi pelajaran akan bertambah. Hal tersebut sekaligus akan mencegah verbalistis bagi bagi sisw siswa. a. Deng Dengan an pema pemanf nfaa aata tan n sumb sumber er bela belaja jarr maka maka sisw siswa a tida tidak k hany hanya a meng menget etah ahui ui mate materi ri pela pelaja jara ran n dala dalam m bent bentuk uk kata kata-k -kat ata a saja saja,, namu namun n seca secara ra komp omprehens ensif akan akan meng engeta etahui hui subs bsta tan nsi dari dari mater aterii yan yang dipel ipelaj ajar ari. i. Sumber belajar juga bertujuan mengajak siswa ke dunia nyata. Dalam pengertian, siswa siswa tidak hanya berada berada dalam dalam bayangan-b bayangan-bayan ayangan gan suatu suatu materi materi akan tetapi melalui melalui sumber sumber belajar, belajar, siswa langsung langsung dihadapkan dihadapkan ke dunia nyata, nyata, yaitu yaitu suatu suatu situasi yang berhubungan langsung dengan materi pelajaran. Peman Pemanfaa faatan tan sumb sumber er belaja belajarr juga juga bertuj bertujuan uan mengem mengemban bangk gkan an prose proses s belaja belajarrmengajar yang menarik. Dalam pengertian, melalui pemanfaatan sumber belajar sudah barang tentu proses belajar-mengajar lebih aktif dan interaktif. Hal menarik yang dapat dapat dijumpai dijumpai ketika guru memanfa memanfaatkan atkan sumber belajar belajar adalah adalah adanya adanya interaksi banyak arah, yakni antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa dan guru. Berpi Berpikir kir diver divergen gentt meru merupak pakan an suatu suatu aktivi aktivitas tas berpi berpikir kir di mana mana sis siswa wa mampu mampu memberik memberikan an alterna alternatif tif jawaban jawaban dari suatu suatu permasa permasahala halan n yang dibahas. dibahas. Melalui Melalui pema pemanf nfaa aata tan n sumb sumber er bela belaja jarr diha dihara rapk pkan an sisw siswa a mamp mampu u berp berpik ikir ir dive diverg rgen ent. t. Adapun
fungsi
sumber
belajar
sebagai:
1) saran arana a mengem gembang angkan kan keter eteram amp pilan lan mempr empros oses esk kan per perolehan ehan,, 2) mengeratkan hubungan antara siswa dengan lingkungan, 3) mengembangkan pengalaman dan pengetahuan siswa, 4) membu membuat at pros proses es belaja belajarr-menga -mengajar jar lebih lebih bermak bermakna na (Semi (Semiawa awan,1 n,1992 992:10 :100). 0). Keterampilan memproses perolehan mengacu pada sesuatu yang dapat diperoleh ketika guru memanfaatkan sumber belajar. Oleh karena itu, fungsi sumber belajar seba sebaga gaii sara sarana na meng mengem emba bang ngka kan n keter eteram ampi pila lan n memp mempro rose sesk skan an pero perole leha han n berhubungan dengan aktivitas guru dalam memanfaatkan sumber belajar. Dalam pengertian, ketika guru memanfaatkan sumber belajar sudah barang tentu harus ada sesuatu yang dapat diperoleh oleh siswa. Fungsi ungsi sumbe sumberr belaja belajarr lainn lainnya ya adalah adalah menge mengerat ratka kan n hubung hubungan an siswa siswa dengan dengan lingkungan. Hal tersebut berhubungan dengan pemanfaatan sumber belajar yang dilakuk dilakukan an guru. guru. Semakin Semakin guru memanfa memanfaatka atkan n sumber sumber belajar belajar yang berasal berasal dari ling lingk kunga ungan n seki sekita tar, r, mak maka sisw siswa a sema semaki kin n deka dekatt denga engan n ling lingk kungan nganny nya. a. Penga engala lama man n dan dan peng pengeta etahu huan an sisw siswa a akan akan mate materi ri pela pelaja jara ran n yang yang dipe dipela laja jari ri merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu, keberadaan sumber belajar berfungs berfungsii untuk untuk mengemba mengembangka ngkan n pengalam pengalaman an dan pengetah pengetahuan uan siswa. siswa. Melalui Melalui pemanfaatan sumber belajar, maka pengalaman dan pengetahuan siswa akan lebih berkembang. Fungsi ungsi sumber sumber belajar belajar yang membuat membuat proses proses belajar belajar-meng -mengajar ajar lebih lebih bermakn bermakna, a, berhubungan dengan aktivitas guru dalam memanfatakan sumber belajar. Melalui pemanfaatan sumber belajar yang tepat, maka guru dapat membuat proses belajarmengajar lebih bermakna. Artinya, guru mampu mengelola proses belajar-mengajar belajar-mengajar yang berpusat berpusat pada siswa, siswa, bukan bukan proses proses belajar belajar-men -mengajar gajar yang berpusat berpusat pada guru.
Sumber Buku Bacaan : H, Djali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. M, Dalyono. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Muhibin, Syah. 2002. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sumanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Teori-Teori Belajar
Dec 16, '07 8:46 AM
for everyone Teori-Teori eori-Teori Belajar Proses Perubahan Tingkahlaku & Belajar
Oleh: Arie Asnaldi, S.Pd
Jika Jika menela menelaah ah litera literatur tur psikol psikologi ogi,, kita kita akan akan menemuk menemukan an banyak banyak teori teori belaja belajarr yang yang ber bersu sumb mber er dari dari alir aliran an-al -alir iran an psik psikol ologi ogi.N .Namu amun n dalam dalam kese kesemp mpat atan an ini ini hany hanyaa akan akan dikemukakan lima jenis teori belajar saja, yaitu: (a) teori behaviorisme; (b) teori belajar kognitif menurut Piaget; (4) teori pemrosesan informasi dari Gagne, dan (5) teori belajar gestalt. 1. Teori Behaviorisme
Sebagaimana Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab II bahwa behaviorisme behaviorisme merupakan salah satu satu pendeka pendekatan tan untuk untuk memaham memahamii perila perilaku ku indivi individu. du. Behavi Behaviori orisme sme memand memandang ang indivi individu du hanya hanya dari dari sisi sisi fenome fenomena na jasmani jasmaniah, ah, dan mengaba mengabaika ikan n aspek aspek – aspek aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. belajar. Peristiw Peristiwaa belajar belajar semata-mat semata-mataa melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Beberapa hukum belajar yang yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya : 1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike. Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya: a. Law of Effect ; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi terjadi antara antara StimulusStimulus- Respons.
b. Law of Readiness; Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. c. Law of Exercise; Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih. 2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya : Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika a. Law of Respondent Conditioning yakni dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat. b. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika conditioning itu didatangkan refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent melalui Respondent conditioning itu kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun. 3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner Dari eksperimen yang dilakukan B.F. B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya diantaranya : a. Law of operant conditining yaitu conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat. b. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses proses conditioning itu tidak diiringi diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah. Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi terjadi tanpa didahului oleh oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah sejumlah
respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning. 4. Social Learning menurut Albert Bandura learning adalah sebuah Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan den gan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme Behaviorisme lainnya, lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebaga i hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif k ognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation (imitation)) dan penyajian contoh perilaku (modeling ). ). Teori Teori ini juga masih memandang pentingnya pentingn ya conditioning . Melalui pemberian reward dan reward dan punishment, punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana mana yang perlu dilakukan. Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the (the treshold method ), ), metode meletihkan (The (The Fatigue Method ) dan Metode rangsangan tak serasi (The (The Incompatible Response Method ), ), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan. 2. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Dalam bab sebelumnya telah dikemukan tentang aspek aspek perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu tahap (1) sensory motor ; (2) pre operational ; (3) concrete operational dan
(4) formal operational . Menurut Menurut Piaget, Piaget, bahwa belajar belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta
didik. didik. Pesert Pesertaa didik didik hendakny hendaknyaa diberi diberi kesempa kesempatan tan untuk untuk melakuk melakukan an eksper eksperime imen n dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi interaksi dengan teman sebaya sebaya dan dibantu oleh pertanyaan pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah : a. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
b.
Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. baik. Guru Guru harus harus memban membantu tu anak agar dapat dapat berint berintera eraksi ksi dengan dengan lingku lingkungan ngan sebaik-baiknya.
c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. d. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. e. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya. 3. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisikondisi kondisi intern internal al dan kondisi kondisi-kon -kondis disii ekster eksternal nal indivi individu. du. Kondis Kondisii intern internal al yaitu yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Menuru Menurutt Gagne Gagne tahapa tahapan n proses proses pembela pembelajar jaran an melipu meliputi ti delapan delapan fase fase yaitu, yaitu, (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik. 4. Teori Belajar Belaj ar Gestalt
Gestalt Gestalt berasal berasal dari bahasa bahasa Jerman yang yang mempunyai mempunyai padanan arti sebagai sebagai “bentuk “bentuk atau atau konfigu konfiguras rasi”. i”. Pokok Pokok pandang pandangan an Gestal Gestaltt adalah adalah bahwa bahwa obyek obyek atau peris peristiw tiwaa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan Kohler, Kohler, ada tujuh prinsip organisasi organisasi yang terpenting yaitu yaitu : a. Hubungan bentuk dan latar ( figure figure and gound relationship); relationship); yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar bel belak akan ang. g. Penam Penampi pila lan n suat suatu u obyek obyek sepe sepert rtii ukura ukuran, n, poto potong ngan, an, warn warnaa
dan
sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
b.
Kedekatan ( proxmity); proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
c.
similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan Kesamaan Kesamaan ( similarity); dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.
direction); bahwa unsur-unsur d. Arah bersama (common (common direction); unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu. e.
Kese Kesede derha rhana naan an
( simplicity) simplicity);
bahwa
ora orang
cenderu erung
menat nata
bid bidang ang
pengam pengamata atanny nnyaa bentuk bentuk yang yang sederh sederhana, ana, penampi penampilan lan regule regulerr dan cender cenderung ung membentuk keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan f.
Ketertutupan (closure (closure)) bahwa orang orang cenderung akan mengisi mengisi kekosongan suatu suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu: a.
Perilaku Perilaku “Molar“ “Molar“ hendaknya hendaknya banyak dipelajari dipelajari dibandingkan dibandingkan dengan perilaku “Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau atau keluar keluarny nyaa kelenj kelenjar ar,, sedangk sedangkan an perila perilaku ku “Molar “Molar”” adalah adalah perila perilaku ku dalam dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. luar. Berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”. Perilaku “Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku “Molecular”.
b.
Hal Hal yang yang pent pentin ing g dalam dalam memp mempela elaja jari ri peri perila laku ku iala ialah h membe membedak dakan an anta antara ra lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuat sesuatu u yang yang nampak. nampak. Misalny Misalnya, a, gunung gunung yang yang nampak nampak dari dari jauh jauh seolah seolah-ol -olah ah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).
c. Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bagian peris peristiw tiwa, a, akan tetapi tetapi mereaks mereaksii terhad terhadap ap keselu keseluruh ruhan an obyek obyek atau atau perist peristiwa iwa.. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu. tertentu.
d. Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu prose prosess yang yang dinami dinamiss dan bukan sebagai sebagai suatu suatu reaksi reaksi yang statis. statis. Proses Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima. Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain : a.
Pengalaman Pengalaman tilikan tilikan (insight ); ); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
b.
Pembelajaran yang bermakna (meaningful (meaningful learning ); ); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran pembelajaran.. Makin Makin jelas jelas makna makna hubunga hubungan n suatu suatu unsur unsur akan makin makin efekti efektiff sesuat sesuatu u yang yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari dipelajari peserta peserta didik hendaknya hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
c.
Perilaku bertujuan ( pusposive pusposive behavior ); ); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perila Perilaku ku bukan bukan hanya hanya terjadi terjadi akibat akibat hubungan hubungan stimul stimulusus-res respons pons,, tetapi tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh Oleh karena karena itu, itu, guru guru hendakny hendaknyaa menyadar menyadarii tujuan tujuan sebagai sebagai arah aktivi aktivitas tas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d. Prinsip ruang hidup (life (life space); space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan dengan lingkun lingkungan gan dimana dimana ia berada berada.. Oleh Oleh karena karena itu, itu, materi materi yang yang diajar diajarkan kan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik. e.
Trans Transfer fer dalam dalam Belaja Belajar; r; yaitu yaitu peminda pemindahan han pola-p pola-pola ola perila perilaku ku dalam dalam situas situasii pembelajaran tertentu ke situasi situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi terjadi dengan jalan melepaskan pengertian pengertian obyek dari suatu konfigurasi konfigurasi dalam situas situasii tertent tertentu u untuk untuk kemudi kemudian an menempa menempatka tkan n dalam dalam situas situasii konfigu konfiguras rasii lain lain dalam dalam tata-s tata-susu usunan nan yang yang tepat. tepat. Judd Judd menekank menekankan an penting pentingny nyaa penangk penangkapan apan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ket ketentuan-ketentuan entuan umum (generalis (generalisasi). asi). Transfer Transfer belajar akan terjadi terjadi apabila apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan
menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya hendaknya dapat membantu peserta peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkann ya.