TRIANGULASI FOTOGRAMETRI
Sub Pokok Bahasan
Triangulasi Udara Kuliah 7
Sub Pokok Bahasan
Triangulasi Udara Kuliah 7
Setelah mengikuti mata kuliah ini (pada akhir semester), mahasiswa mampu : Melakukan triangulasi udara fotogrametrik Menjelaskan konsep pemetaan fotogrametrik
Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti kuliah ini (pada akhir pertemuan kedua), mahasiswa mampu : Menjelaskan prinsip dasar triangulasi udara Menjelaskan metode mendapatkan data untuk triangulasi udara Menjelaskan cara pengukuran koordinat foto
Referensi : 1. Amer, F. (1978) ADJUSTMENT OF AERIAL TRIANGULATION (Part. I), Lecture Notes, International Institute For Aerial Survey and Earth Sciences Enschede 2. Wolf, P.R. (1993) ELEMEN FOTOGRAMETRIS DENGAN INTERPRETASI FOTO UDARA DAN PENGINDERAAN JAUH, Gadjah Mada University Press.
Triangulasi udara Triangulasi udara merupakan bagian kegiatan dalam pemetaan fotogrametri dengan cara mengukur titiktitik minor foto, kemudian ditranformasi ke titik referensi ( titik kontrol tanah) dengan menggunakan program perataan. Wolf, P.R., 1993) (
Tahapan Triangulasi Udara (1)
Pengadaan Data
(2)
Orientasi relatif untuk setiap model
(3)
Menghubungkan model yang bersebelahan sehingga membentuk satu jalur model yang berkesinambungan
(4)
Pengolahan Data
Geometri Foto Udara
A’
F
Ukuran area pemotretan : A = ( H / F ) x A’ Skala Foto : S = ( F / H )
Skala Foto : S = ( F / H )
H
A
Sumber : http://www.gisdevelopment.net/application/urban/
SPACE TRIANGULATION
Kegunaan : Merapatkan titik kontrol pemetaan (x,y,h) secara fotogrametris
Metoda : Bundle Block Triangulation Least Square Adjustment
Integrasi : Penentuan Posisi Pusat Proyeksi Menggunakan Data Parameter Orbit Fisik Satelit
Sumber : http://www.gisdevelopment.net/application/urban/
Pass point dipilih diatas paper print disekitar pusat kontrol foto dengan cara dilingkari menggunakan glass pensil dengan diameter ± 0,75 cm, sedang tie point yang berfungsi menyambung antar jalur foto, dipilih dilokasi pertengahan sidelap. Pemilihan lokasi minor harus dilakukan dibawah stereoskope untuk merencanakan letak minor pada lokasi yang datar ditanah serta mudah dicari kembali untuk keperluan orientasi absolut.
Setiap titik minor diberikan nomor yang tunggal atau UNIQUE, artinya jika titik minor yang terletak sebagai pass point di foto no. 1 tidak boleh mempunyai nomor yang sama untuk minor point rnanapun, kecuali untuk letak lokasi yang sama pada pertampalan foto lainnya untuk itu penomoran direncanakan 6 digit dengan kode sebagai berikut : 1
X
2
X
3
4
X
5
6
Y
Y
Z
Letak Minor No. Aotasi Foto No. Jalur sisipan jika ada No. Jalur
Sehingga setiap nomor titik minor mengandung arti no. jalur - no foto-letak titik ( sebagai pass, tie point diatas atau ditambah pass point).
Pricking Titik Minor
Titik minor yang terdiri dari pass dan tie point hasil pemilihan, dilakukan pricking atau penandaan bar dengan diameter ± 40 um sesuai diameter floating mark Stereo plotter yang akan digunakan diatas emulsi diapositif. Pricking minor dilakukan dengan menggunakan alat PRICK WILD PUG 4 secara pandangan stereoskopis untuk meletakkan posisi titik diatas tanah yang relatif datar, termasuk posisi titik yang sama harus ditransfer secara stereoskopis pada lokasi foto untuk strip/run sebelahnya. X
Run 1 O
X
Transfer point secara setereo X
Run 2
O
X
Untuk pass point didefinisikan sesuai posisi koordinatnya yaitu pass point foto kiri ± 0,0 sedang pass point foto kanan adalah b,0 ( b, basis foto = (100%-60%)x 23 cm ) tie point dibawah pass point foto kiri ( 0 ,- 75 mm ), tie point dibawah pass point foto kanan ( b,- 75 mm ) Untuk tie point diatas pass point didefinisikan sebagai scheme nomor 2 yang berfungsi untuk digital point transfer pada strip sebelahnya 3
Digital transfer arah strip
X
x 0
(0,0)
X
(b,0)
x
(b,-75 mm) (0,-75 mm)
Digital Point Transfer
Digital point transfer adalah sistem pengukuran koordinat foto untuk daerah Triple - LAP, dimana posisi Pass dan Tie Point untuk foto genap, dimunculkan diukur untuk model ganjil ( kecuali No. 1) sehingga akan diperoleh akurasi yang tinggi tanpa terjadi Blunder.
Triple Lap
X
x
x
0
0
0
X
x
x
Titik Minor sesuai dengan distribusi Van Grubber
Tie Point Foto I Pass Point
Foto II
Tie Point atau setiap foto menjadi
Dalam pekerjaan photogrametri ada tahapan pekerjaan yang sangat penting yaitu triangulasi udara (aerial triangulation). Pekerjaan pemindahan titik adalah tahapan pertama yang tidak dapat diabaikan yaitu sistem penomoran. penomoran titik adalah hal yang sangat diperhatikan karena akan sangat berkaitan dengan ketelitian dan kualitas hubungan antar photo. Ada kaidah-kaidah yang telah baku dalam penomoran ini yang bermaksud untuk dapat dengan mudah dalam pengontrolan apabila ada kesalahan, kita dapat dengan mudah untuk melacak titik itu ada pada photo yang mana
Model Triangulasi Udara y1
foto.1
x4
x3
x2
x1
y4 foto.4
y3 foto.3
y2 foto.2
diukur : !!! Koordinat foto (x,y) dari titik dalam sistem 1,2,3,4
Z
21
11
31
41
23 20
10
40
30
Y dicari : ??? 12
22
32
42
Koordinat tanah (X,Y,Z) dari titik 10, 20, 21, 22,23, 30, 31, 32, 40
X diketahui : Koordinat Tanah (X,Y,Z) dari titik 11, 12, 41, dan 42
FOTO UDARA( Stereo Pair )
Camera Udara RC 30
FOTO PEMILIHAN TITIK
PENGUKURAN GPS
Pemasangan Tugu GPS Transportasi Pengukuran GPS di daerah hutan
Unit Receiver GPS Trimble 4000 SSE
Pengukuran Titik GPS
Pengukuran Koordinat Foto/Model
Minor kontrol point hasil Pricking PUG dan beberapa titik penting lainnya seperti kontrol horizontal & vertikal dilakukan pengukuran koordinat dengan instrument analog yaitu stereo komparator atau dengan Analitik Stereo Plotter Leica SD 2000 dengan Software ORIMA-TE. Selain hasil koordinatnya mempunyai akurasi yang tinggi, orima mempunyai system management pengukuran koordinat yang sangat baik, untuk kontrol kualiias terhadap adanya blunder, sehingga pada waktu hitungan block adjustment blunder telah di filter dan Analis Triangulasi udara tinggal konsentrasi terhadap kualitas adjustment.
Orientasi Pada pekerjaan pembentukan model stereo digital ada tiga jenis tahapan orientasi yang harus dilakukan secara berurut yaitu: orientasi dalam, orientasi relatif dan orientasi absolut.
Orientasi Dalam (Inner Orientation) Orientasi dalam bertujuan merekonstruksi dimensi citra supaya sesuai dengan dimensi yang benar pada saat pemotretan udara dilakukan. Tahapannya adalah loading digital citra hasil scaning, menggunakan software Soft Copy Photogrametry (SCP), dilakukan pengamatan koordinat foto untuk empat titik fiducial mark foto kiri dan empat titik fiducial mark foto kanan.
Orientasi Dalam (Inner Orientation)
Data kalibrasi kamera, diinputkan ke dalam SCP dan kemudian di run modul “pro”. Dari hasil perhitungan modul ini didapat ketelitian pengamatan titik fiducial mark.
Untuk penomoran titik fiducial mark disesuaikan dengan posisi fiducial mark dari hasil kalibrasi kamera udara.
Orientasi Relatif (Relative Orientation) Orientasi-relatif dimaksudkan untuk merekonstruksi berkas-berkas sinar dalam kedudukan relatif satu terhadap lainnya sehingga diperoleh kenampakkan tiga dimensi atau model yang serupa dengan keadaan pada saat pemotretan dilakukan.
PEMASANGAN TUGU & PREMARK DAN JALUR TERBANG
Orientasi Relatif (Relative Orientation)
Tahap pertama yang dilakukan ialah pengukuran koordinat
foto pada enam titik Von-Gruber di masing-masing citra foto udara yang bertampalan. Enam titik Von-Gruber dipilih pada posisi yang bagus seperti di sudut bangunan, sudut persimpangan jalan, perpotongan pematang dan lain sebagainya.
Disamping enam titik tersebut, diamati pula titik kontrol minor hasil proses triangulasi udara pada sepasang citra foto udara. yang bertampalan. Dimana posisi titik apung harus tepat pada titik yang telah diprik. Pengaturan titik apung (px) dilakukan dengan menekan arah panah pada tut key board, kekiri untuk naik, kekanan untuk turun. Gerakannya dapat diperlambat atau dipercepat. Kemudian di run modul “pro” sehingga didapat model tiga dimensinya.
FOTO PEMILIHAN TITIK
- Sebagai titik Kontrol
didalam Pemetaan Fotogrametri - Pemasangan selalu dilaksanakan sebelum dilakukan Pemotretan Udara.
TUGU & PREMARK
Orientasi Relatif (Relative Orientation)
Tahap kedua yang dilakukan ialah, pengukuran koordinat
model kepada semua titik yang telah diamat pada tahap pertama. Pada saat pengukuran dilakukan pandangan dari sepasang citra foto tersebut harus nampak tiga dimensi, hal itu dapat dilihat dari layar monitor dengan stereoskop cermin yang telah terpasang.
Selain pengukuran titik minor, dilakukan pengukuran koordinat juga terhadap titik tambahan. Jumlah titik tambahan sebanyak empat belas, sehingga dengan 6 titik Von-Gruber menjadi minimal dua puluh (20) titik. Posisi titik tambahan didistribusi merata keseluruh model sehingga akan didapat ketelitian yang merata.
Orientasi Relatif (Relative Orientation)
Software SCP telah didisain untuk menambah titik ikat tambahan tersebut sebanyak 15 titik, dan alternatif posisinya muncul dilayar monitor dengan tanda kotakkotak hijau. Hasil pengukuran koordinat tersebut merupakan koordinat model dalam mikron dan ketelitiannya tidak boleh lebih dari 0.02 mm. Kemudian di run modul “pro” untuk mendapatkan model tiga dimensi yang lebih teliti dan memiliki titik ikat lebih banyak, yakni 20 titik tambahan ditambah titik minor dari triangulasi udara.
TRIANGULASI UDARA
Pembacaan titik
Orientasi Absolut (Absolute Orientation)
Orientasi-absolut dilakukan setelah orientasirelatif selesai dikerjakan dengan baik dan benar. Orientasi ini dimaksudkan untuk memposisikan model pada ukuran dan bentuk yang sesungguhnya baik pada posisi horisontal maupun vertikal.
Orientasi Absolut (Absolute Orientation)
Dapat dijelaskan disini bahwa posisi dari model dalam keadaan bebas lepas didalam suatu ruang . Agar posisi tersebut sama dengan sistem tanah maka koordinat model harus diikatkan dengan koordinat tanah. Yang dilakukan pada tahapan ini ialah merubah koordinat sistem model menjadi koordinat sistem tanah.
PENGUKURAN TITIK KONTROL DENGAN GPS
Pemasangan Tugu GPS Transportasi Pengukuran GPS di daerah hutan
Unit Receiver GPS Trimble 4000 SSE
Pengukuran Titik GPS
WORLD GEODETIC SYSTEM (WGS) 1984 DATUM Z
Conventio nal Terrestrial Pol e (CTP) 1984
90 B u j u r T i m u r
Meridian 0
Penggunaan : Referensi sistem koordinat pemetaan, berada di pusat massa bumi.
WGS 1984 : Elipsoida global
Y
X
P u s a t M as s a B u m i
Equator
Orientasi Absolut (Absolute Orientation) Data yang diperlukan antara lain: parameter hasil orientasi-dalam data koordinat model dari orientasi-relatif. data koordinat kontrol tanah dari hasil proses triangulasi udara model yang bersangkutan.
Orientasi Absolut (Absolute Orientation) Dengan menu orientasi absolut pada program softcopy photogrametri maka data-data tersebut di proses sehingga terbentuk model yang absolut. Ketelitian dari orientasi absolut ditunjukkan dalam RMS dan tidak boleh lebih dari toleransi yang ditetapkan yaitu: planimetris 0.3 mm tinggi 0.03% dari tinggi terbang rata-rata.
Orientasi Absolut (Absolute Orientation)
Data dari hasil orientasi disimpan dalam satu file Report yang memuat hal-hal sebagai berikut : Hasil orientasi dalam berupa residu pengamatan fiducial mark foto kiri dan kanan. Hasil orientasi relatif yang berupa koordinat model dengan paralax-y Hasil orientasi absolut yang berupa besaran orientasi common phi, common omega dan kappa, koordinat tanah x, y, z dengan residu dx,dy,dz serta rmsnya.
Inner Orientation
Orientasi dalam adalah rekonstruksi berkas sinar dari foto udara seperti pada saat foto tersebut diambil oleh kamera (Santoso. B, 2001). Tujuan dari orientasi dalam adalah merekonstruksi dimensi citra agar sesuai dengan dimensi yang benar pada saat pemotretan udara dilakukan. Dalam hal ini berarti orientasi dalam dapat mengeliminasi kesalahan sistematik dalam rangka rekonstruksi ulang sekumpulan berkas sinar pada foto udara ke dalam sistem koordinat foto melalui proses pengukuran dan transformasi koordinat foto dengan memperhitungkan koreksi terhadap faktor distorsi lensa. Tahap ini tidak perlu dilakukan pada plotter Multiplex dan Balplex yang jarak utamanya terpasang tetap dan yang diapositifnya dibuat sesuai dengan jarak utama ini. Akan tetapi pada plotter lain, jarak utama dapat diubah-ubah dengan penyesuaian sekrup berjenjang atau ring berjenjang untuk meninggikan dan merendahkan bidang gambar diapositif. Pada pengamatan ini pengamatan dilakukan pada ke empat titik fidusial, Root Mean Square Error (RMSE) sekitar 7 microns dam maksimum error tidak boleh lebih besar dari 10 microns.
Gambar 2.7 Hasil Orientasi Dalam
Eksterior Orientation
Orientasi luar mendeskripsikan lokasi dan orientasi image dalam sistem koordinat objek. Biasanya enam koordinat untuk orientasi luar adalah koordinat 3D dari pusat proyeksi ( Xo, Yo, Zo) dan tiga rotasi mengelilingi axes koordinat ( omega , phi dan kappa ). Transformasi dari satu sistem rotasi ke sistem rotasi yang lain dapat dibuat, hasil sudutnya adalah berbeda tetapi nilainya dari matrik rotasi korespondensi adalah identik/ sama. Setelah orientasi luar kira-kira dua image, titik objek yang baru dan selanjutnya dapat menjadi koordinat dalam bentuk 3D dari perpotongan. Datum yang digunakan biasanya adalah lokal atau sistem koordinat model. Dalam beberapa aplikasi orientasi luar atau beberapa parameter dari itu adalah dari pengukuran langsung. Contoh, kita dapat menemukan dalam triangulasi udara, dalam koleksi data GIS.
Orientasi Relatif •Orientasi relatif menggunakan minimum 7 titik. Enam titik pada posisi van grouber point
dan satu titik di tengah model. • Mean error sekitar 5 microns dan maksimum error tidak boleh lebih besar dari 10 microns
Gambar 2.8 Hasil Orientasi Relatif
Orientasi Relatif •Orientasi relatif menggunakan minimum 7 titik. Enam titik pada posisi van grouber point dan
satu titik di tengah model. • Mean error sekitar 5 microns dan maksimum error tidak boleh lebih besar dari 10 microns
Gambar 2.8 Hasil Orientasi Relatif
Orientasi Absolut
Titik kontrol yang digunakan untuk pekerjaan pekerjaan plotting fotogrammetri adalah titik kontrol minor hasil triangulasi udara dengan ketentuan sebagai berikut : •Harus diketahui akurasi, jumlah ikatannya dan berfungsi sebagai pengikat model baik pada strip yang
bersangkutan maupun antar strip t itik kontrol untuk pengikatan ke •Minimum ada 3 titik kontrol untuk pengikatan ke model sebelah kiri dan 3 titik model sebelah kanan. •Minimum ada 2 titik kontrol untuk pengikatan ke strip atas dan 2 titik untuk pengikatan ke model bawahnya. •Residual setelah orientasi absolut tidak boleh melebihi 0.30 mm untuk xy (planimetris) dan 0.3 m untuk z
(vertikal) pada skala peta peta atau 0.15 mm untuk xy (planimetris) dan 0.2 m untuk z (vertikal) apabila dilakukan orientasi absolut secara numeris (digital). Bila toleransi orientasi absolut terlampaui, maka harus diulang dengan menggantikan titik-titik kontrol. •Sangat dianjurkan untuk menggunakan meng gunakan jumlah titik kontrol yang melebihi persyaratan persyaratan minimum tersebut di
atas.
Gambar 2.9 Hasil Orientasi Absolut.
Ketelitian Triangulasi Udara A. Faktor-faktor Faktor-faktor yang yang mempengaruhi ketelitian TU 1. Jenis kamera kamera yang digunakan 2. Stabilitas dari material foto & kalibrasi kalibrasi kamera 3. Skala dan tinggi terbang 4. Identifikasi & pemindahan titik 5. Luas cakup cakupan an pemotreta pemotretan, n, jumla jumlah h & distr distribusi ibusi dari titik ikat 6. Metode TU & instrumen yang digunakan 7. Dis Distri tribus busii & ketel keteliti itian an dari dari titik titik kont kontrol rol tanah tanah 8. Pen enggu gguna naan an dat dataa tamb tambah ahan an 9. Pro Prosedu sedurr hitu hitung ng perat perataan aan tria triangu ngulas lasii udara udara 10. Deteks Deteksii kesalaha kesalahan n besar
Ketelitian Triangulasi Udara B. Ketelitian dalam 1 model A. Ketelitian dalam 1 model secara teoritik berdasarkan penelitian „Heimes‟ (1976) pada restitusi model secara analitik Kasus. 1 : proses restitusi dilakukan melalui 2 tahap, yaitu ; orientasi orienta si relatif
orientasi orient asi absol absolut ut
Kasus. 2 : proses restitusi dilakukan secara analitik (fully analitical) „reseksi ruang‟ (double resection in space) - satu satuan an dasar dasar berk berkas as
x
y
z
1
0.92 o
1.92 o
2.88 o
2
0.80 o
1.24 o
2.42 o
Kasus
Kamera : Wide Angle (c=150 mm ; 23 x 23) 6 titik untuk orientasi relative, 4 ttk kontrol ( X,Y,Z) dgn titik signalisasi, o
x
y
m
m
o
5 m z
z o / ooh
Kamera
Kasus
Wide Angle
1
4.6 9.6 14.4
0.094
c = 150
2
4.0 6.4 12.2
0.080
1
4.5 9.5 8.9
0.105
2
6.5 6.5 7.4
0.087
(23 x 23) SWA c = 85
m
5 m (plate coord)
Ketelitian Triangulasi Udara Ketelitian dalam 1 model B. Ketelitian secara empirik berdasarkan hasil penelitian terhadap 8 model (foto udara skala 1 : 11.000, luas cakupan daerah : 2 x 2 km dengan 120 titik signalisasi). Proses restitusi dilakukan secara analitik. Kamera
o
x
y
m
m
m
z z o / h oo
m RMK 30/23
4.2
3.9
4.7
14.4
0.047
RMK 21/23
4.0
3.5
4.5
4.5
0.045
RMK 15/23
3.7
3.7
4.2
7.4
0.048
4 m ( v x , v 5.0 y )
5.0
4.8
5.8
0.068
RMK 8.5/23
o
x , y
: mempunyai harga yang relatif sama untuk berbagai tipe kamera
Ketelitian Triangulasi Udara C. Ketelitian hasil hitung perataan pada blok model Ketelitian (accuracy) “Accuracy is a theoretical statistical concept”
Ketelitian hasil hitung perataan tercermin melalui matriks variankovarian parameter : Qxx = N-1 = (A TPA)-1 max
= standar deviasi maksimum
2 o
= rms (root mean square value) V T PV n
u
2 i
n
Ketelitian teoritik dari blok Investigasi ketelitian secara teoritik dititikberatkan pada : - ukuran dan bentuk blok - overlap 20 % , side overlap 60 % - letak titik kontral tanah - metode perataan
Ketelitian teoritik dari blok Ketelitian teoritis blok model planimetrik (M4) (Prof. Ackermann, 1969)
Investigasi penelitian dilakukan dengan kriteria : - Bentuk blok yang „ideal‟ (sangat teratur) - Titik kontrol tanah diasumsikan bebas dari kesalahan - Koordinat model diasumasikan tidak berkorelasi dengan berat sama (=1) - Indikasi ketelitian dilihat dari : matriks Qxx = N-1
Realisasi penelitian : 1. Blok bujur sangkar dengan 4 titik kontrol pada pojok blok 2. Blok bujur sangkar dengan kontrol “keliling penuh” (full perimeter), i = 2b 3. Pengurangan distribusi titik kontrol sepanjang perimeter blok 4. Penambahan titik kontrol pada pusat blok 5. Ketelitian Model-model diluar boundary titik kontrol
Block Adjustment Block Adjustment akan menggunakan Paket Software PAT-B yang didesign Prof Arckerman dari Stuutgard University Jerman. Sehingga hasil pengukuran koordinat foto/model pada dipilih output koordinat model untuk input sistem PAT-B. o r.m.s plan maksimal 25 urn pada skala foto o r.m.s tinggi maksimal 0,01% dari tinggi terbang untuk daerah datar sedang curam adalah 0,03%. o Residu titik kontrol planimetris maksimal 40 urn pada skala foto o Residu titik kontrol tinggi 0,01% dari tinggi terbang untuk daerah datar serta 0,03% untuk daerah curam
Kondisi Kesegarisan/ Co-linearity Condition Kondisi kesegarisan adalah kondisi dimana stasiun pemotretan foto (pusat eksposur), titik obyek, dan citra fotografik terletak pada satu garis lurus. Persamaan yang menyatakan kondisi ini disebut sebagai “persamaan kolinieritas” L L
Z Z Y Y A
ZL
A
ZA
XA
XA
XL
ZA
XL YL
YA
YA YL
Kondisi Kesegarisan
X X
Kondisi Kesebidangan/ Co-planarity Condition Kondisi kesebidangan merupakan kondisi dimana dua buah stasiun pemotretan suatu foto stereo, titik obyek, dan rekaman titik yang bersangkutan pada pasangan foto stereo terletak dalam satu bidang yang sama. Persamaan yang menyatakan kondisi ini disebut sebagai “persamaan koplanaritas” L2
L1
L1, L2, a1, a2 dan A terletak dalam satu bidang
a2 a1
Z
02
01
O
Y
ZA
XA
XL2
XL1 YL1
YA
D2 F1 ) B Y (E 2F1 E1F2 ) B Z (E1D2 E 2 D1 )
dimana :
ZL2
A
ZL1
B X ( D1F2
BX
XL 2
X L1
BY
YL 2
YL1
BZ
ZL2
Z L1
D (m12 )x (m 22 )y (m 32 )f YL2 X
E
(m11 )x (m 21 )y (m 31 )f
F
(m13 )x (m 23 )y (m 33 )f
'
'
xa
L
XA Z
x
' a
y
' a
Y ZL
A XA
ZA
XL YA YL
z X
' a
'
ya XL
YA
XA
XL
ZA
ZL
YA
XL
ZA
ZL
ZA
ZL
ZA
ZL
za YL
ZA
'
z a .....(a) '
z a .....(b) '
z a .....(c)
ZL
CONTOH :
10
1
2
13
3
2
15
14
6
5
12
3
1
4
11
4
16
6
5
18
17 foto. 1
14
titik kontrol penuh titik kontrol planimetrik titik kontrol tinggi
foto. 2 10 11
10
11
1
2
1
13
14
13
foto. 3 12
11
12
2
3
2
3
13
14
15
14
15
14
13
14
15
14
15
4
5
4
5
6
5
6
16
17
16
17
18
17
18
foto. 1 10
11
foto. 2 10 11
10
foto. 3 12
11
2
1
2
3
2
3
13
14
13
14
15
14
15
13
14
13
14
15
14
15
4
5
4
5
6
5
6
17
16 17 foto. 5
18
12
12
1
16 foto. 4
11
17 18 foto. 6
1 13
2
14
4
16
5
17
2. Parameter Koordinat : C - 8 titik ikat / t i e p o i n t (11, 1, 2, 3, 14, 5, 4, 6) : 8 x 3 = 24 - 2 titik kontrol tinggi (13, 15) - 1 titik kontrol planimetrik (17)
:2x2= 4 :1x1= 1 total = 29
Jumlah parameter : 36 + 29 = 65 parameter
3 15
6
18
Foto. 3