KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH OLEH : KRISTIYAR SRI GUNAWAN YUNITA RAUF MUHAMMAD SYAFRUDDIN ACHYAR
1. Pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai tujuan agar suatu wilayah berkembang menuju tingkatan perkembangan yang diinginkan 2. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam sistem perencanaan dan pengembangan wilayah, meliputi sinergitas sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan 3. Perhatian terhadap pemerataan pendapatan, pelestarian lingkungan dan masalah 4. Membuat kebijakan perencanaan dan pengembangan wilayah harus didekati dengan konsep berfikir kesisteman, yaitu menyeluruh dan saling berkaitan
DASAR PEMIKIRAN KONSEP KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH Berawal dari suatu pendekatan, prinsip pelaksanaan pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh, bermuara pada dua pendekatan yaitu pendekatan sektoral dan kewilayahan. SEKTOR TEKNIS TERKAIT Struktur spasial pembangunan kawasan ekonomi ini berkaitan dengan fasilitas-fasilitas produksi, jaringan transportasi sebagai pendukung, dan ketersediaan sumberdaya Ada kawasan yang cepat berkembang, ada pula kawasan yang lamban berkembang. Ini disebabkan ada kawasan yang memiliki sektor unggulan dan ada yang tidak
KAWASAN STRATEGIS
DASAR PEMIKIRAN KONSEP KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH Kawasan strategis adalah kawasan yang potensial diprioritaskan untuk dikembangkan akibat keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitifnya. Sektor strategis ini dapat dicirikan : Sektor yang menghasilkan produksi yang mempunyai kontribusi besar terhadap nilai PRDB suatu wilayah, Sektor yang mendominasi lapangan pekerjaan dan pendapatan masyarakat dalam suatu wilayah, Sektor yang mempunyai tingkat keterkaitan yang kuat dalam pengembangan sektor-sektor lainnya dalam suatu wilayah, Sektor yang berpotensi meningkatkan ekspor non migas dalam suatu wilayah, Kawasan yang berada dalam kondisi kritis, dalam arti terisolasi, terpencil, rawan pangan, wilayah terluar, dan atau kawasan strategis dalam pertahanan dan keamanan negara.
DASAR PEMIKIRAN KONSEP KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH
Berdasarkan pertumbuhan PDRB –menurut Setiono-, kawasan andalan ini dapat dikategorikan kedalam 4 (empat) kelompok kawasan, yaitu : Kawasan berkembang cepat, Kawasan berkembang sedang, Kawasan kurang berkembang, Kawasan stagnan
LANDASAN HUKUM KSCT UU NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH
Mendorong sebagai pusat pertumbuhan Pengembangan Kawasan yang berpotensi
Mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah
Mendorong pertumbuhan daerah tertinggal dan perbatasan
Tujuan Pengembangan KSCT Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk unggulan di kawasan Propinsi, Kabupaten/Kota (p/k/k), Meningkatkan pertumbuhan ekonomi di pusat pertumbuhan (p/k/k), Mendorong peningkatan kerjasama pembangunan antar wilayah secara fungsional dan antar daerah yang relatif sudah berkembang dengan daerah tertinggal di sekitarnya dalam suatu keterpaduan sistem wilayah pengembangan ekonomi, Mengoptimalkan pengelolaan potensi sumberdaya spesifik (p/k/k) bagi peningkatan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat, yang berwawasan kelestarian lingkungan, Menciptakan perwujudan keterpaduan, keseimbangan dan keserasian pertumbuhan antar wilayah. Suatu wilayah yang ditetapkan untuk dikembangkan menjadi kawasan strategis cepat tumbuh daerah adalah wilayah yang diprioritaskan karena memiliki pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi/kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan
KRITERIA Komitmen politik kepala daerah dan DPRD, Potensi : dukungan ketersediaan sumberdaya alam yang meliputi sektor dan produk-produk unggulan yang dapat diperbaharui, kesesuaian lahan, pengembangan investasi, mendorong industri pengolahan di dalam negeri, berbahan baku lokal, Potensi infrastruktur atau prasarana dasar yang memadai sesuai kebutuhan pengembangan sektor dan produk uggulan di kawasan, Keterkaitan pengelolaan pembangunan antar pusat pertumbuhan, dalam suatu keterpaduan sistem wilayah pengembangan ekonomi, Kelembagaan pengelolaan kawasan, dengan sistem dan mekanisme pengelolaan pembangunan tahunan secara hirakhis fungsional mulai dari tingkat pusat, tingkat provinsi, dan kabupaten/kota, Dukungan tenaga kerja terampil dan terdidik dalam mengelola bisnis sektor dan produk unggulan kawasan.
HIRARKI KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN KSCT KECAMATAN
KAWASAN STRATEGIS PROPINSI
KSCT KABUPATEN
KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
KSCT PROPINSI
IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KAWASAN SCT
Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Khusus Bidang Ekonomi di daerah dapat dikembangkan dari sinkronisasi dan optimalisasi berbagai program sektoral dan program pengembangan kewilayahan yang telah berkembang di daerah
KAWASAN PARIWISATA
KAWASAN SENTRA TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
KAWASAN USAHA PETERNAKAN
KAWASAN UKM
PENGEMBANGAN KSCT DAERAH
KAWASAN INDUSTRI MASYARAKAT PERKEBUNAN
KAWASAN AGRIBISNIS TERPADU
KAWASAN MINAPOLITAN
KAWASAN AGROPOLITAN
KAWASAN SENTRA PRODUKSI
PEMANTAUAN MENDAGRI, MENTERI TERKAIT, LPND
GUBERNUR BUPATI MIN 2X / THN SECARA BERKALA
MIN 2X / THN SECARA BERKALA
MONEV, SEBAGAI BAHAN EVALUASI
LENDASAN TEORITIS TEORI LOKASI : VON THUNEN, BURGES DAN HOMER HOYT VON THUNEN Menerangkan berbagai jenis pertanian dalam arti luas yang berkembang disekeliling daerah perkotaan yang merupakan pasar komoditi pertanian tersebut. Bila suatu laboratorium dapat diciptakan berdasarkan atas tujuh asumsi, maka daerah lokasi jenis pertanian yang berkembang akan mengikuti pola tertentu. Ketujuh asumsi tersebut adalah : 1. Terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah perkotaan dengan daerah pedalamannya yang merupakan satusatunya daerah pemasok kebutuhan pokok yang merupakan komoditi pertanian; 2. Daerah perkotaan tersebut merupakan daerah penjumlahan kelebihan produksi daerah pedalaman dan tidak menerima penjualan hasil pertanian dari daerah lain; 3. Daerah pedalaman tidak menjual kelebihan produksinya ke daerah lain, kecuali ke daerah perkotaan tersebut;
LENDASAN TEORITIS Lanjutan Tujuh Asumsi Von Thunen : 4. Daerah pedalaman merupakan daerah berciri sama dan cocok untuk tanaman dan peternakan dataran menengah; 5. Daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha untuk mempeoleh keuntungan maksimum dan mampu untuk menyesuaikan hasil tanaman dan peternakannya dengan permintaan yang terdapat di daerah perkotaan; 6. Satu-satunya angkutan yang terdapat pada waktu itu adalah angkutan darat berupa gerobak yang dihela oleh kuda; 7. Biaya angkutan ditanggung oleh petani dan besarnya sebanding dengan jarak yang ditempuh. Petani mengangkut semua hasil dalam bentuk segar.
LENDASAN TEORITIS Teori Lokasi Burges : Menganalogikan pusat pasar dengan pusat kota (Control Business Distric atau CBD). CBD merupakan tempat yang lebih banyak digunakan untuk gedung kantor, pusat pertokoan, bank dan perhotelan. Asumsinya semakin jauh dari CBD nilai rent ekonomi kawasan tersebut semakin kecil, tetapi Burges menekankan pada faktor jarak mutasi ketempat kerja dan tempat belanja merupakan faktor utama dalam tata guna lahan diperkotaan. Teori Lokasi Homer Hoyt : Mengemukakan gagasan pengganti konsentrasi kawasan berdasarkan kedudukan relatif tempat kerja dan belanja terhadap tempat pemukiman. Hasil analisis adalah sistem jaringan transpotasi seperti keadaan sebenarnya, Hoyt menyimpulkan bahwa jaringan transportasi tersebut mampu memberikan jangkauan yang lebih tinggi dan ongkos yang lebih murah terhadap kawasan lahan tertentu
LENDASAN TEORITIS Teori Biaya Terkecil Alfred Weber: Weber mengasumsikan: 1. Bahwa daerah yang menjadi obyek penelitian adalah daerah yang terisolasi. Konsumennya terpusat pada pusat-pusat tertentu. Semua unit perusahaan dapat memasuki pasar yang tidak terbatas dan persaingan sempurna. 2. Semua sumber daya alam tersedia secara tidak terbatas. 3. Barang-barang lainnya seperti minyak bumi dan mineral adalah sporadik tersedia secara terbatas pada sejumlah tempat. 4. Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, ada yang menetap tetapi ada juga yang mobilitasnya tinggi. tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri : biaya transportasi, biaya tenaga kerja dan kekuatan anglomerasi Dipandang dari segi tata guna lahan model Weber berguna untuk merencankan lokasi industri dalam rangka mensupli pasar wilayah, pasar nasional dan pasar dunia. Dalam model ini, fungsi tujuan biasanya meminimumkan ongkos transportasi sebagai fungsi dari jarak dan berat barang yang harus diangkut (input dan output
LENDASAN TEORITIS Teori Land Rent Lokasi dan Pasar Lahan: Barlow (1978:75) menggambarkan hubungan antara nilai land rent dan alokasi sumber daya lahan diantara berbagai kompetisi penggunaan kegiatan sektor yang komersial dan strategis mempunyai land rent yang tinggi, sehingga sektor tersebut berada pada kawasan strategis mempunyai land rent yang tinggi, sehingga sektor tersebut berada pada kawasan strategis, sebaliknya sektor yang kurang mempunyai nilai komersial maka nilai rentnya semakin kecil Barlow mengemukakan bahwa nilai rent sumber daya lahan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Sewa kontrak (contract rent) 2. Sewa lahan (land rent) 3. Nilai rent ekonomi dari lahan (Economic rent)
LENDASAN TEORITIS Lanjutan Teori Land Rent Lokasi dan Pasar Lahan: Menurut Anwar (1990:28) suatu lahan sekurang-kurangnya memiliki empat jenis rent, yaitu: 1. Ricardian rent, menyangkut fungsi kualitas dan kelangkaan lahan; 2. Locational rent, menyangkut fungsi eksesibilitas lahan; 3. Ecological rent, menyangkut fungsi ekologi lahan; 4. Sosiological rent, menyangkut fungsi sosial dari lahan Barlow mengemukakan bahwa nilai rent sumber daya lahan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Sewa kontrak (contract rent) 2. Sewa lahan (land rent) 3. Nilai rent ekonomi dari lahan (Economic rent) Ukuran yang umum digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah adalah pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) dari wilayah yang bersangkutan. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah akan mendorong perubahan yang meningkat pada permintaan lahan untuk berbagai kebutuhan
LENDASAN TEORITIS Teori Tempat Sentral: Christaller dengan model tempat sentral mengemukakan : 1. Tanah yang positif adalah tanah yang mendukung pusat kota. Pusat kota tersebut ada karena untuk berbagai jasa penting harus disediakan tanah/lingkungan sekitar. Secara ideal maka kota merupakan pusat daerah yang produktif. 2. Berdasarkan prinsip anglomerasi (scale economics atau ekonomi skala menuju efisiensi atau kedekatan menuju sesuatu), ekonomi kota besar menjadi pusat daerahnya sendiri dan pusat kegiatan kota yang lebih kecil. Kota kecil bergantung pada tersedianya dan adanya kegiatan di kota besar. 3. Dalam hubungan antara kota dengan rumah tinggal, Christaller mengatakan bahwa rumah tangga memaksimalkan kegunaan atau kepuasan dalam rangka pemilihan tempat tinggal . 4. Konsumen memaksimalkan konsumsi rumah, barang dan jasa lain dengan dibatasi oleh anggaran yang ia miliki.
MINAPOLITAN, OPTIMALISASI KEUNGGULAN KOMPERATIF DAN KOMPETITIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KSCT
Minapolitan merupakan konsep pengembangan kawasan ekonomi unggulan berbasis sumberdaya kelautan dan perikanan. untuk mendorong percepatan pembangunan ekonomi dengan sistem manajemen kawasan cepat tumbuh dengan sasaran utama : Menguatnya ekonomi rumah tangga masyarakat kelautan dan perikanan skala kecil Usaha kelautan dan perikanan kelas menengah ke atas makin bertambah dan berdaya saing tinggi Sektor kelautan dan perikanan menjadi penggerak ekonomi nasional.
Karakteristik kawasan minapolitan adalah terdiri dari sentra-sentra produksi dan perdagangan berbasis kelautan dan perikanan dan mempunyai multiplier effect tinggi terhadap perekonomian di daerah sekitarnya
MINAPOLITAN, OPTIMALISASI KEUNGGULAN KOMPERATIF DAN KOMPETITIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KSCT Persyaratan Kawasan Minapolitan: Komoditas Unggulan Letak Geografis Sistem dan Mata rantai Produksi: Hulu dan Hilir Fasilitas Pendukung Utama, Kelayakan lingkungan Komitmen Daerah
WPP-RI 571
WPP-RI 716
WPP-RI 717 WPP-RI 711
WPP-RI 715
WPP-RI 572
WPP-RI 712 WPP-RI 713
WPP-RI 714 WPP-RI 718
WPP-RI 573
(Sumber: Komnasjiskan, 2006)
Fully Exploited
Moderate
Overfishing
Uncertain
MINAPOLITAN, OPTIMALISASI KEUNGGULAN KOMPERATIF DAN KOMPETITIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KSCT DUNIA USAHA
DEPT. KESEHATAN
LEMBAGA KEUANGAN
SEKTOR SOSIAL
RUTRW PUSKESMAS
SEKTOR
DESA NELAYAN
K E L A U T A N
Untuk Mengakselerasi:
Menangkap Ikan
BLKT
Mengolah Ikan
IPM BAIK
DEPT. DIKNAS
P E R & I K A N A N
DAERAH WKOPP
PEMERINTAH DAERAH
SEKTOR PERDAGANGAN
SEKTOR KOPERASI
SEKTOR PERUMAHAN SEKTOR INFRASTRUKTUR FISIK
KONSEPSI MINAPOLITAN TERPADU
SEKTOR INDUSTRI
MINAPOLITAN, OPTIMALISASI KEUNGGULAN KOMPERATIF DAN KOMPETITIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KSCT
PENGEMBANGAN MINAPOLITAN DI BANYUWANGI, OPTIMALISASI KEUNGGULAN KOMPERATIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KSCT KEUNGGULAN WILAYAH WPP Selat Bali, yang merupakan wilayah dengan stok ikan pelagis jenis selar yang berlimpah WPP Laut Jawa, yang merupakan wilayah jalur ikan tenggiri, cakalang WPP Nusa Tenggara, yang merupakan wilayah jalur ikan tuna dan berbagai macam ikan pelagis Letak geografis ideal, berada dalam wilayah teluk, merupakan wilayah ideal sebagai pelabuhan pantai.
PENGEMBANGAN MINAPOLITAN DI BANYUWANGI, OPTIMALISASI KEUNGGULAN KOMPERATIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KSCT
one
Minapolitan perikanan tangkap, pendanaan bersumber dari APBN (Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian PU, Kementerian UMKM), APBD Prop. Jawa Timur dan APBD Kab. Banyuwangi untuk meningkatkan total produksi perikanan tangkap dan pengolahannaya di tahun 2007 sampai dengan 2010 dengan program kerja mencakup : Perluasan daya jelajah/areal penangkapan nelayan melalui restrukturisasi armada perikanan secara bertahap, dengan menambah kapasitas gross tonage kapa penangkapan ikan, sehingga daya jelajah semakin luas
PENGEMBANGAN MINAPOLITAN DI BANYUWANGI, OPTIMALISASI KEUNGGULAN KOMPERATIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KSCT
one
Peningkatan status Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Banyuwangi menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Banyuwangi, melalui penambahan infrastruktur pelabuhan perikanan
PENGEMBANGAN MINAPOLITAN DI BANYUWANGI, OPTIMALISASI KEUNGGULAN KOMPERATIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KSCT
one
Pendampingan dan pengembangan kelembagaan nelayan dan pengolah ikan (UMKM Nelayan)
PENGEMBANGAN MINAPOLITAN DI BANYUWANGI, OPTIMALISASI KEUNGGULAN KOMPERATIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KSCT PENCAPAIAN Data Status Sarana Pendaratan
2009
Tempat Pelelangan Ikan Perencanaan menuju (TPI) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) di tahun 2010 1.984 1.984
Jumlah Nelayan (orang)
13.600
13.600
one
Jumlah Armada Perikanan (unit)
2008
2.124
2.460
31.113
38.782
298
316
UM Pengolah Ikan (UM)
10
12
Nilai Produksi Perikanan
10.968.569.000
12.090.947.000
Total Alat Tangkap (unit) Total Tangkapan (ton)
UK Pengolah Ikan pindang (UK)
PENGEMBANGAN MINAPOLITAN DI BANYUWANGI, OPTIMALISASI KEUNGGULAN KOMPERATIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KSCT
one
PENCAPAIAN
PEMBANGUNAN PERBATASAN, KAWASAN STRATEGIS YANG TERTINGGAL MENJADI KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH (KSCT)
one
FAKTA 1. Negara kepulauan dengan garis pantai sekitar 81.900 kilometer. 2. Perbatasan darat Indonesia tersebar di 3 (tiga) pulau, 4 (empat) Provinsi dan 15 (lima belas) kabupaten/kota dengan karakteristik perbatasan berbeda-beda. 3. Wilayah laut Indonesia berbatasan dengan 10 negara dengan 92 (Sembilan puluh dua) pulau pulau kecil yang berada di titik terluar
PEMBANGUNAN PERBATASAN, KAWASAN STRATEGIS YANG TERTINGGAL MENJADI KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH (KSCT)
ISU UTAMA 1. Pertahanan Keamanan (Hankam), kawasan perbatasan ‐ batas teritorial NKRI yang sangat berpengaruh terhadap pertahanan keamanan nasional (Hankamnas) 2. Politik, kawasan perbatasan tergolong rawan konflik politis dengan negara tetangga, karena adanya persinggungan batas teritorial/yurisdiksi, terutama pada segmen perbatasan yg belum disepakati. 3. Sosial‐ekonomi, kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi.
TANTANGAN PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN SANGGAU, KALIMANTAN BARAT Identifikasi Permasalahan dalam Pembangunan :
one
1. Kontrasnya perbedaan pembangunan perbatasan dengan Malaysia. 2. Kemiskinan akibat keterisolasian wilayah perbatasan 3. Kurang sinkronnya kebijakan-kebijakan yang dilakukan antar instansi pemerintah 4. Belum terkoordinasinya antar pelaku pengelolaan sumberdaya alam 5. Terbatasnya sarana dan prasarana perbatasan perhubungan 6. Rentan terhadap infiltrasi karena keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki terutama dalam hal pengawasan dan pengamanan wilayah(jalan tikus), yang peluang bagi penyelundupan tenaga kerja maupun barang
KONDISI JALAN DI ENTIKONG
KONDISI JALAN DI SERAWAK
TANTANGAN PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN SANGGAU, KALIMANTAN BARAT Dengan segala ketertinggalan dan keterisolasian Kecamatan entikong memiliki 2 (dua) keunggulan :
one
1. Aktifitas ekonomi di kawasan perbatasan Entikong ini menunjukkan fenomena yang cukup menarik bila dicermati dari lalu lintas keluar masuknya barang melalui Pos Pengawas Lintas Batas. Pada tahun 2005 nilai barang masuk sebesar 748.328,54 USD sedangkan nilai barang keluar sebesar 2.231.714,16 USD. Angka ini menunjukkan nilai surplus perdagangan dengan Malaysia yang tentunya merupakan prospek yang perlu terus dipacu. 2. Wilayah strategis pertahanan dan keamanan. 3. Dengan letak di ujung wilayah sekaligus sebagai potret terdepan bangsa, kedepannya Entikong akan mendapat perhatian lebih, utamanya anggaran untuk percepatan pembangunan
PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DAN PERMASALAHAN KOORDINASI DI DAERAH PERBATASAN 1.
2.
3.
4.
5. 6. 7. 8.
INTERAKSI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Perpres No. 12 Tahun 2010 tentang pembentukan Badan Nasional Pengelola Perbatasan, bertugas untuk mengelola batas wilayah dan kawasan perbatasan dalam hal penetapan kebijakan dan program penetapan rencana kebutuhan anggaran pengkoordinasian pelaksanaan, evaluasi, pengawasan dan perumusan keikutsertaan masyarakat dalam mempertahanankan wilayah perbatasan. Undang-Undang No. 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara, mengatur pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat, Propinsi dan Daerah dalam pengelolaan perbatasan. Peraturan Mendagri Nomor 29 Tahun 2008, tentang Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh di Daerah. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007, RPJPN 2005‐2025,pendekatan pembangunan kawasan perbatasan dengan 2 pendekatan (keamanan dan kesejahteraan). Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang TNI. Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan dan Keamanan Negara. Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RI Polri.
PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DAN PERMASALAHAN KOORDINASI DI DAERAH PERBATASAN INTERAKSI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
one
1. Institusi pengelola kawasan perbatasan hrs memperhatikan berbagai perubahan karakteristik dari persoalan perbatasan, seperti menonjolnya ancaman keamanan non‐tradisional, pengaruh globalisasi dan integrasi ekonomi. 2. Perbatasan tidak cukup dimaknai secara statis dalam dimensi fisik/batas teritori, melainkan dinamis dengan adanya pengaruh globalisasi yang meningkatkan interdependensi dan interpenetrasi global
CATATAN PENTING UNTUK KONSEP KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH CATATAN
1. Konsep KSCT sangat general, dengan banyak peraturan yang bermain di dalamnya. Olehnya itu para perencana dan pengambil keputusan di daerah dituntut untuk senantiasa memperluas wawasan pengetahuan, sebab tidak menutup kemungkinan di antara peraturan tersebut ada yang bertolak belakang 2. Dengan jumlah 398 Kabupaten, 93 kota, 1 kabupaten Administratif, dan 5 kota administrasi di seluruh Indonesia, dan dengan berbagai macam karakteristik sosial dan budaya. 3. Walaupun kawasan strategis lebih diprioritaskan untuk dikembangkan, tidak berarti bahwa wilayah-wilayah lain tidak diberikan perhatian dengan porsi penuh. Perbedaan prioritas antara kawasan strategis dan non strategis berpotensi menimbulkan kesenjangan pembangunan.\ 4. Perlu perhatian penuh oleh para perencana di tingkat nasional untuk melakukan pendekatan keseimbangan untuk menciptakan keserasian laju pertumbuhan antar wilayah.
CATATAN PENTING UNTUK KONSEP KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH Kekuatan
1. Daerah yang menjadi wilayah KSCT masih memiliki sumber daya alam yang beragam dan masih dapat digali, dimanfaatkan serta mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. 2. Daerah masih memiliki keaneka ragaman struktur geologis dan ekosistem yang khas. 3. Daerah masih mempunyai struktur budaya yang khas yang dapat dikembangan dan dipertahankan keberadaannya. 4. Daerah masih memiliki kawasan budi daya dan non budi daya yang perlu dimanfaatkan secara optimal dan dipertahankan keberadaannya.
CATATAN PENTING UNTUK KONSEP KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH Kelemahan
1. Hubungan dan kerjasama antar daerah/negara belum mendukung dan belum optimal. 2. Kesanggupan untuk memenuhi kesepakatan nasional/internasional yang perlu ditaati dalam pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. 3. Mobilitas/pergerakan barang dan jasa serta forum kerjasama antar daerah atau regional/antar negara tetangga yang belum dimanfaatkan secara optimal, terutama pada kawasan-kawasan yang berbatasan.