KORIORETINITIS Definisi
Chorio Chorioreti retinit nitis is (CR) (CR) adalah adalah suatu suatu proses proses perada peradanga ngan n yang yang melibat melibatkan kan traktus uvealis bagian posterior, yaitu koroid. Istilah chorioretinitis sering di sama artikan dengan uveitis posterior. Pada uveitis posterior, retina juga hampir selalu terinfeksi secara sekunder. Ini dikenal dengan chorioretinitis.
ambar !. "veitis Posterior Epidemiologi
#rekuensi $i %merik %merikaa serikat serikat,, penye penyebab bab paling paling umum umum uveiti uveitiss poster posterior ior (Chorioretinitis) adalah retinitis sitomegalovirus, toksoplasmosis, penyakit &ehcet, dan penyakit 'ogtoyanagi 'ogtoyanagi *arada.
+ortalitas+orbiditas -ika -ika terj terjad adii suat suatu u kond kondis isii dim dimana ana tida tidak k bere beresp spon on terh terhad adap ap pengobatan, chorioretinitis bisa menyebabkan kehilangan penglihatan partial ataupun total. +orbiditas dapat menyebabkan kerusakkan sistem sist sistem em
organ rgan
utam tama,
khu khususn susny ya
keru kerusa sakk kkan an
otak otak
(co (contoh tohnya nya
keterlambata keterlambatan n perkembanga perkembangan, n, sei/ures). sei/ures). +ortalitas +ortalitas pada chorioretini chorioretinitis tis tergantung pada keprogesivan penyakit ini.
"mur
0
Chorioretinitis
congenital
terjadi
pada
a1al
perkembangan
kelahiran. Chorioretinitis didapat dapat terjadi pada semua umur. Chorioretinitis pada pasien sampai ! tahun dapat disebabkan oleh sindorm
samara
seperti
retinoblastoma
atau
leukemia.
Penyebab
chorioretinitis pada kelompok umur ini adalah infeksi sitomegalovirus, toksoplasmosis, sifilis, retinitis, herpes dan infeksi rubella. $alam kelompok umur 2 3 04 tahun, penyebab chorioretinitis termasuk toksokariasis, toksoplasmosis, uveitis intermediet, infeksi sitomegalovirus, sindrom samara, panensefalitis sklerosis subakut dan kurang sering infeksi bakteri atau fungi pada segmen posterior. $alam kelompok umur 05 3 26 tahun, yang termasuk diagnosis diferensial adalah toksoplamosis, penyakit &ehcet, sindro 'ogtoyanagi *arada, sifilis, endoftalmitis candida dan kurang sering, infeksi bakteri endogen. Pasien chorioretinitis dan berumur diatas 26 tahun mungkin menderita
sindrom
nekrosis
retina
akut,
toksoplasmosis,
infeksi
sitomegalovirus, retinitis, sarcoma sel reticulum atau krioptokokosis. Etiologi
"veitis Posterior (Chorioretinitis) dapat disebabkan oleh7
Penyakit Infeksi
'irus C+', herpes simpleks, herpes /oster, rubella, rubeola, *I', virus epstein barr, virus co8sackie, nekrosis retina akut
&akteri +ycobacterium tuberculosis, brucellosis, sifilis sporadic dan endemic, nocardia, neisseria meningitidis, mycobacterium avium intracellulare, yersinia, dan borrelia (penyebab penyakit 9yme).
#ungus Candidia, histoplasma, cryptococcus, dan aspergillus.
Parasit :o8oplasma, to8ocara, cysticercus, dan onchoherca.
;
Penyakit
%utoimun Penyakit &ehcet, syndrome vogtkoyanagiharada, poliarteritis nodosa, oftalmia simpatis, vaskulitis retina
eganasan =arcoma sel reticulum, melanoma maligna, leukemia, lesi metastatik
>tiologi tak diketahui =arkoidosis, koroiditis geografik, epitellopati pigment plakoid multifokal akut, retinopati ?birdshot@, epitellopati pigment retina
Patofisiologi
Chorioretinitis dapat terjadi akibat infeksi bakteri ataupun reaksi radang lainnya. Proses inflamasi ini akan menyebabkan perubahan kondisi di strukur uvea itu sendiri. &ila peradangan chorioretinitis terjadi di bagian perifer, maka tidak akan mengganggu pada tajam penglihatan. :ajam penglihatan pada keadaan inihanya terjadi pada akibat penyerbukan sel radan ke dalam badan kaca atau media penglihatan. +akin tebal kekeryhan, akan mengakibatkan bertambah beratnya penurunan ketajaman penglihatan. Radang infeksi ini biasanya disebabkan infeksu yang meluas, seperti tuberculosis dan infeksi fokal lainnya. &ila peradangan mengenai daerah macula lutea, maka penglihatan akan cepat menurun tanpa terlihat tanda kelainan dari luar. &iasanya radang sentral ini disebabkan karena infeksi congenital akibat to8oplasmosis. %kibat terbentuknya jaringan fibroblast, akan terbentuk jaringan organisasi yang merusak seluruh susunan jaringan koroid dan retina. -aingan fibrosis ini akan ber1arna pucat putih. Aarna putih ini juga terjadi akibat sclera terlihat melalui koroid yang menipis. &iasanya bersamasama dengan keadaan ini terjadi pergeseran pigmen koroid.
!
ambar 2. %rea pada "veitis Posterior
Manifestasi Klinis dan Diagnosis
"mur pasien Penyakit koroiditis ini sendiri disesuaikan dengan epidemiologi pada umurumur tertentu.
9ateralisasi Bang unilateral lebih condong untuk diagnosis uveitis akibat toksoplasmosis, kandidiasis, toksocariasis, sindrom nekrosis retina akut atau infeksi bakteri endogen.
ejala 0. Penurunan penglihatan Penurunan ketajaman penglihatan dapat terjadi pada semua jenis uveitis posterior dan karenanya tidak berguna untuk diagnosis banding. ;. Injeksi mata emerahan mata tidak terjadi bila hanya segmen posterior yang terkena. -adi gejala ini jarang pada toksoplasmosis dan tidak ada pada histoplasmosis. !. =akit
2
Rasa sakit terdapat pada pasien dengan sindrom nekrosis retina akut, sifilis, infeksi bakteri endogen, sikleritis posterior, dan pada kondisikondisi yang mengenai nervus optikus. Pasien toksoplasmosis, toksokariasis dan
retinitis sitomegalovirus yang tidak
disertai
glaucoma umumnya tanpa rasa sakit pada mata. Penyakit segmen posterior noninfeksi lain yang khas tidak sakit adalah epiteliopati pigmen plakoid multifocal akut, koroiditis geografik dan sindrom 'ogtoyanagi*arada. 2. bintik terbang (floater)
4. fotofobia
:anda :anda yang penting untuk diagnose uveitis posterior adalah hipopion, pembentukan granuloma, glaucoma, vitritis, morfologi lesi, vaskulitis, hemolagi retina dan parut lama.
0. *ipopion Penyakit
segmen
posterior
yang
menunjukkan
perubahan
perubahan peradangan dalam uvea anterior disertai hipopion adalah leukemia, penyakit &ehcet, sifilis, toksokariasis dan infeksi bakteri endogen. ;. -enis uveitis "veitis
granulomatoa anterior dapat
disertai kondisi
yang
mengenai retina posterior dan koroid. =arkoidosis, tuberculosis, toksoplasmosis, sifilis, sindrom 'ogtayanagi*arada dan oftalmia simpatis dapat menimbulkan perubahan peradangan dalam segmen posterior mata dan umumnya disertai P ?mutton fat@. =ebaliknya, uveitis posterior nongranulomatosa dapat menyertai penyakit &ehcet,
4
epiteliopati pigmen plakoid multifocal akut, brucellosis, sarcoma sel retikulu dan sindrom nekrosis retina akut. !. laucoma =indroma sekunder mungkin terjadi pada pasien sindrom nekrosis retina akut, toksoplasmosis, tuberculosis atau sarkoiditis. 2. 'itritis Peradangan corpus vitreum dapat menyertai uveitis posterior. Peradangan dalam vitreum berasal dari focusfokus radang disegmen posterior mata. Peradangan dalam vitreus tidak terjadi pada pasien koroiditis geografik atau histoplasmosis. =edikit sel radang dalam vitreus
terlihat
pada
pasien
sarcoma
sel
reticulum,
infeksi
sitomegalovirus dan rubella dan pada beberapa kasus toksoplasmosis dengan focusfokus lesi kecil pada retina. =ebaliknya , peradangan berat
dalam vitreus dengan banyak sel dan eksudat terdapat pada
tuberculosis, toksokasiasis, sifilis, penyakit &ehcet, nonkardiosis dan toksoplasmosis dan pada pasien endoftalmitis bakteri atau kandida endogen.
4. +orfologi dan 9okasi 9esi a. Retina Retina adalah sasaran utama banyak jenis agen infeksi. :oksoplasmosis adalah contoh khas, yang terutama menimbulkan retinitis dengan peradangan koroid didekatnya. =elain ini, infeksi sitomegalovirus, virus herpes, virus rubella, dan virus rebeola pada umumnya mengenai retina secara primer dan lebih banyak mnyebebkan retinitis daripada koroiditisnya. b. oroid Pada pasien tuberculosis, koroid adalah sasaran utama proses
granulomatosa
tuberculosis
mungkin
yang
juga
mengenai
menunjukkan
retina.
koroiditis
Pasien
geografik.
5
=ebalikya, pasien dengan dengan sindrom histoplasmosisokuler memiliki banyak lesi mirip uang logam kecil yang tidak pernah mengeruhkan vitreus diatasnya. =ering ada tanda parut peripapiler dan lesi macular yang berakibat neovaskularisasi subretina. Pada umumnya, tidak ada tanda penyakit sistemik pada pasien dengan sindroma histoplasmosis okuler, namun sinar toraks dapat menunjukkan adanya disseminasi dan pekapuran diperifer paru. oroiditis geografik terutama mengenai koroid dengan sedikit atau tanpa merusak retina dan pasien tidak menderita penyakit sistemik. oroid, sebaliknya, terlibat secara primer pada oftalmia simpatis dan penyakit 9yme.
c. Ciri morfologi 9esi aktif pada berbagai penyakit yang menyebabkan uveitis posterior bervariasi bentuknya, ada yang geografik dan yang lain punctata atau nummular . lesi geografik terlihat pada retinitis sitomagalovirus, tuberculosis, toksokariasis, koroiditis geografik dan sindroma nekrotik retina akut. 9esi pnctata atu nummular terlihat pada pasien dengan infeksi virus >pstein&arr, rubella, rubeola, penyakit &ehcet, epiteliopati pigmen plakoid multifocal akut (%+PP>) dan toksoplasmosis. Pada sindrom 'ogt ayanagi*arada dan oftalmia simpatis, tampak nodul $alen #unchs. =arkoiditis merusak sembarangan jaringan mata dan dapat menunjukkan lesi
geografik, vaskulitis retina dan candle 1a8
drippings, eksudat yang khas disepanjang pembuluh darah retina. Pada
pasien infeksi sitomegalovirus, herpes simplek, rubella,
rubeola dan sindrom nekrosis retina akut lesi ini sematamata diretina dengan sedikit atau tanpa peradangan pada jaringan didekatnya. Pada pasien dengan infeksi virus >pstein&arr, histoplasmosis,
tuberculosis,
sifilis, sifilis
nonendemik
dan
kriptokokosis, lesi radangnya koroidal dan multifocal. =ebaliknya
D
pada pasien sindrom 'ogtayanagiE*arada dan %+PP>, lesi itu terdapat diepitel pigmen retina. 9esi putih nekrotik meninggi terdapat pada pasien retinitis kandida dan toksoplasmosis. =elain itu, pasien retinitis kandida dapat pula menunjukkan tampilan string of pearls didalam vitreus selain kekeruhan mirip bola salju mengapung didalam vitreus. %blasio retina eksudatif secara khas terlihat pada pasien dengan sindrom 'ogtayanagi*arada dan penyakit 9yme. oroiditis difus terlihat pada sindrom vogt kayanagiharada, oftalmia simpatis, leukemia dan penykit lyme.
e. :rauma Ri1ayat trauma penting untuk menyingkirkan benda asing intraokuler atau oftalmia simpatis pada pasien dengan uveitis, trauma bedah termasuk operasi rutin termasuk ekstraksi katarak, dapat memasukkan mikroorganisme kedalam mata. Infeksi berat seperti endoftalmitis stafilokok, bila tidak diobati dapat merusak seluruh struktur intern mata.
f.
+odus onset Fnset uveitis posterior bias akut dan mendadak atau lambat tanpa gejala. Penyakit pada segmen posterior mata yang onsetnya mendadak adalah retinitis toksoplasmi, ekrosis retina akut dan infeksi bacterial. ebayakan penyebab uveitis posterior yang lain beronset diamdiam.
=erta, dapat pula ditemukan tandatanda lain, seperti7
edema papil
perdarahan retina
vascular sheating
Pemeriksaan #unduskopi
G
Pada pemeriksaan funduskopi koroid akan terlihat daerah yang meradang ber1arna kuning akibat tertimbunnya sel radang. ambaran pembuluh darah diatasnya atau retina semakin jelas terlihat pada dasar fundus yang lebih pucat ini. &ila sel badan koroid masuk ke dalam retina, maka retina akan lebih pucat. Pembuluh darah retina akan terbungkus sel radang yang akan mengakibatkan 1arna pembulub darah ini tidak cerah lagi.
ambar 4. *asil pemeriksaan #unduskopi
2.
Diagnosis Banding
$iagnosis &anding pada Chorioretinitis, yaitu7
%spergillosis
%typical +ycobacterial
Children &ruton
%gammaglobulinemia Candidiasis
Catscratch $isease Chronic ranulomatous
Cytomegalovirus
Infection
>chovirus >nteroviral Infections
Rubella =arcoidosis =evere Combined Immunodeficiency
$isease
Choriomeningitis rythematosus in
Infection
9ymphocytic
=yphilis =ystemic 9upus >rythematosus :o8ocariasis :o8oplasmosis
H
*erpes =imple8 'irus
Infection
*istoplasmosis *uman
Immunodeficiency 'irus Infection -uvenile Rheumatoid
:uberculosis 'aricella Bersinia >nterocolitica
Infection
%rthritis
9yme $isease
3.
Pemeriksaan Penn!ang
Pemeriksaan 9aboratorium Pemeriksaan 9aboratorium ini mencakup7 darah rutin pemurunan dari eritrosit, leukosit, trombosit, :est #ungsi hati, :es #ungsi ginjal
Pemeriksaan PCR, teter immunoglobulin spesifik, kultur. Pemeriksaan ini ditujukan untuk menentukan kausa dari penyebab chorioretinitis ini.
Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan ini juga ditujukan untuk membantu menentukan kausa dari penyebab chorioretinitis, misalnya7 foto polos dada untuk melihat
apakah
paruparunya
juga
mengalami
infeksi
akibat
+ycobacterium :uberkulosis.
Pemeriksaan *istopatologi &iasanya pada hasil biopsy, ditemukan adanya infiltrasi limfosit, ataupun perubahan granulomatosus.
Tatalaksana
Pada prinsipnya pengobatan tergantung dari penyebabnya dan ditujukan untuk mempertahankan penglihatan sentral, mempertahankan lapang pandangan, mencegah atau mengobati perubahanperubahan struktur mata yang terjadi seperti
06
katarak, glaucoma sekunder, sinekia posterior, kekeruhan badan kaca, ablasia retina dan sebagainya. +edikamentosa yang sering dipakai pada Chorioretinitis yaitu7
=teroid periocular
=teroid sistemik (oralinjeksi)
%ntibiotik
apabila
penyebabnya
bakteri, dan
untuk
mencegah kemungkinan terjadinya infeksi sekunder
%ntiviral apabila penyebabnya adalah virus.
Immunosupressant
Implant steroid intra vitreum (masih dalam penelitian)
Komplikasi
omplikasi yang dapat sering timbul akibat chorioretinitis ini adalah glaucoma, katarak, dan ablatsi retina
Prognosis
Pada prinsipnya, prognosis pada chorioretinitis ini tergantung dari etiologi dan keberhasilan pengobatan.
00