Soal Ujian Tengah Semester. Sejarah & Teori arsitektur AR 530
Anda diminta untuk membuat sebuah esei tentang salah satu jalur pikir yang ada dalam arsitektur postmodern, postmodern, yakni jalur modern classicism. classicism. Ketentuan-ketentuan Ketentuan-ketentuan tentang esei ini adalah sebagai berikut. 1. anda harus membuat sebuah esei yang terdiri dari dua bab utama. Bab pertama adalah sejarah dari klassikisme hingga klassikisme modern (modern classicism), dan Bab kedua berisi contoh-contoh kasus dari karya arsitektur yang termasuk ke dalam salah satu varian dari klasikisme modern. Ringkas kata, Bab pertama merupakan peringkasan dari bagian buku Robert Stern yang berjudul `The Rise of Modern Classicism' Classicism' (h.9-55). Bagian yang kedua adalah salah satu dari Ironic Classicism, Latent Classicism, Classicism, Fundamental Fundamental Classicism, Classicism, Canonic Classicism, Classicism, Modern Traditionalism atau The Modern Classical City. 2. Esei yang dibuat harus memberi perhatian yang khusus terhadap sajian gambar. Di sini, semakin banyak gambar/obyek bangunan yang diambil dari Robert Stern akan membuat nilai esei semakin rendah. Jadi, hindari semaksimal mungkin digunakannya gambar yang berasal dari buku Robert Stern. Stern. Obyek bangunan bangunan boleh sama, tetapi gambarnya diusahakan maksimal untuk berbeda. 3. Sebagai pekerjaan ujian, maka hindari semaksimal semaksimal mungkin terjadinya penjiplakan baik dalam gambar maupun dalam tulisannya. Hadirnya tiga gambar atau lebih, dan/atau hadirnya tiga alinea/paragraf atau lebih yang sama, sudah dianggap sebagai penjiplakan, dan nilai 30 akan langsung diberikan pada pekerjaan ini. Dalam memeriksa pekerjaan, yang dilakukan oleh dosen pertama kali adalah memeriksa adanya penjiplakan itu, baru memeriksa isi pekerjaan. 4. Sehubungan dengan dengan butir 2 di atas, atas, esei anda ditulis di atas kertas A4 atau kuarto; diketik dengan 1-1/2 spasi; menggunakan font Arial 11. Gambar-gambar Gambar-gambar harus dalam kualitas yang prima, baik baik sebagai fotocopy fotocopy ataupun sebagai reproduksi. Bila gambar ini merupakan hasil scanning scanning , maka harus disertakan disket yang berisi gambar-gambar gambar-gambar itu. 5. Sebagai sebuah pekerjaan ilmiah, anda harus melengkapi pekerjaan anda dengan daftar gambar yang sekaligus mencantumkan
sumbernya dengan lengkap dan benar. Untuk itu, ikuti aturan penulisan daftar pustaka. 6. Esei ini harus diserahkan dalam bentuk hardcopy, tidak dalam bentuk disket ataupun sebagai pengiriman email. 7. Esei ini harus diserahkan di saat ujian berlangsung. Di sini harus diingat diingat bahwa anda mengikuti ujian, dan karena itu peraturan ujian sepenuhnya berlaku bagi kegiatan penyerahan ini (datang palng lambat 15 menit sejak saat ujian dimulai, membubuhkan tanda tangan dalam daftar hadir, dan menyerahkan pekerjaan ujian berupa esei tadi.) tadi.)
=========================== pekerjaan Christine – 22499066 [dikoreksi tipografi, font dan tataletaknya, tidak dikoreksi isinya]
PENDAHULUAN I. Sejarah dan Perkembangan Arsitektur Arsitektur adalah bagian dari kebudayaan manusia, dan ia merupakan ungkapan fisik dan peninggalan budaya dari suatu masyarakat dalam batasan tempat dan waktu tertentu. Dari dahulu sampai sekarang bahkan yang akan datang, arsitektur akan selalu berkembang dalam bentuk semaki semakin n komple kompleks, ks, sejala sejalan n dengan dengan perkem perkemban bangan gan perada peradaban ban dan budaya budaya terma termasuk suk ilmu ilmu pengetahuan, teknologi teknologi dan tuntutan kebutuhan kebutuhan manusia baik secara kualitatif kualitatif maupun kuantitatif. kuantitatif. Sejarah perkembangan arsitektur mencakup dimensi ruang dan waktu yang sukar ditentukan batasnya. Dan untuk mempermudah di dalam mempelajarinya, suatu karya arsitektur dibedakan menurut menurut ciri-ciri bentuk bentuk dan karakter karakter arsitektural arsitektural dalam kurun waktu tertentu. tertentu. PengePenge primitif, tradisiona tradisional, l, klalompokan-pengelompokan lompokan-pengelompokan perkembangan arsitektur antara lain adalah: primitif, sik barat, dan modern. modern.
Kebudayaan sangat mempengaruhi perkembangan arsitektur, mencakup interaksi antar kebudayaan manusia dengan alam, dalam hal ini termasuk iklim, topografi, dan faktor lingkungan lainnya. Oleh karena itu dalam mempelajarinya, dibagi ke dalam periode, tempat, siapa, atau masyarakat mana yang membangun. Arsitektur Modern sendiri merupakan perkembangan dari klasik Barat, berubah secara revolusioner sejalan dengan revolusi industri mulai awal abad XIX dengan terjadinya perubahan besar-besaran dalam pola hidup dan pola pikir. Dan perkembangannya itu sendiri sendiri tidak lepas dari pengaruh atau perubahan-perubahan yang terjadi sejalan dengan perkembangan budaya berbagai bangsa. Oleh karena itu semakin sulit menentukan batas-batas sosial-budaya, ruang atau tempat dan waktu. Berdasarkan hal tersebut di atas, pembahasan mengenai sejarah perkembangan arsitektur di sini membatasinya dalam lingkup budaya, termasuk pola hidup, pola pikr masyarakat pada periode tertentu. Uraian dimulai dari awal perubahan besar masyarakat dari tradisional, tradisional, pertanian, klasik konservatif dalam kehidupan modern industrial.
Arsitektur Modern Barat Disebut Modern-Barat karena pola pikir dan hidup lahir, tumbuh, dan berkembang di mulai dari Barat atau Eropa sejak abad XVI. Kehidupan pertanian klasik, tradisonal dengan proses langsung dan sederhana mulai ditinggalkan dengan ditemukannya alat-alat produksi, perhubungan dan komunikasi yang lebih maju. Sejak jaman Renaissance, perkembangan arsitektur modern sudah dimasukkan dalam jaman modern. Masa ini di mulai dengan konsep-konsep baru dari Italia sejak abad XV disebut “modern” ditandai dengan adanya percampuran antara Gothik dan Renaissance melanda Eropa hingga masa Neo-Klasik, dinamakan Post Renaissance abad XVIII. Pada abad XIX, meskipun unsur dan bentuk klasik masih mendominasi banyak bangunan, konsep dasarnya sudah tidak diterapkan lagi. Masa berakhirnya arsitektur klasik terjadi sejak revolusi industri di Inggris, sehingga menimbulkan revolusi sosial-ekonomi, tidak hanya melanda Eropa tetapi seluruh dunia. Dalam arsitektur, perubahan mendasar terjadi antara lain dalam ornamen atau hiasan ditempatkan dalam perspektif lebih bebas dibandingkan dengan struktur dan ruang. Hiasan-hiasan untuk keindahan dalam arsitektur klasik masih tetap menjadi aspek penting dalam masa akhir arsitektur klasik ini, akan tetapi pencampuran berbagai gaya, konsep dan hiasan terlihat sangat menonjol. Akhir arsitektur klasik disusul dengan timbulnya gaya Eklektikisme, yang berarti mengambil unsur-unsur terbaik, digabung, dan disusun ke dalam satu bentuk tersendiri. Setelah masa itu, dunia arsitektur berkembang lebih cepat dimulai dari modernisme awal, fungsionalisme, internasionalisme, kubisme hingga post-modern.
SKEMA GLOBAL SEJARAH PERKEMBANGAN ARSITEKTUR BARAT
ABAD: sM XVIII
XIX
I
V
X
XV
XVI XVII
XX
Jaman Antik Renaissance
Pertengahan Modern Pertengahan Akhir
YUNANI (3000SM-30sM) ROMAWI ETRUSCAN (750SM-100sM) ROMAWI(300sM-365) KRISTEN MULA (318-800) BYZANTIUM (330-1453) ROMANIKA (abad XIV-XVI) GOTIK (abad XII-XVI) PERTENGAHAN AKHIR (abad XII-XVI)
RENAISANS (abad XIV-XIX)
NEO-KLASIK / Post Renaisans (abad XVIII-XIX)
AMERIKA/KOLONIAL (abad XVIII-XIX)
NEO-KLASIK / EKLEKTIK
(abad XVIII-XIX)
MODERN MULA (akhir abad XIX1910-an) FUNGSIONALISME KUBISME
MODERN PERTENGAHAN (19201950-an) INTERNATIONAL-STYLE
MODERN AKHIR: (1960-an) BRUTALISME
POST MODERN/ KONTEMPORER (1970- kini)
II. ARSITEKTUR MODERN EKLETIK DAN NEO-KLASIK
Arsitektur Eklektikisme abad XIX Eklektik artinya memilih terbaik dari yang sudah ada sebelumnya. Arsitektur Eklektisme adalah aliran memilih, memadukan unsur-unsur atau gaya ke dalam bentuk tersendiri. Arsitek, pemilik bangunan atau keduanya bersama memilih secara bebas, gaya-gaya atau bentuk-bentuk paling cocok dan pantas menurut selera dan status sosio-ekonomi mereka. Arsitektur modern perkembangnnya dimulai dengan Eklektisme, selain karena kejenuhan pola klasik lama juga karena semakin banyak pilihan untuk digabungkan atau diulang tetapi dalam pola, konsep, bentuk baru. Pada abad XIX bentuk, langgam, konstruksi dan bahan-bahan bangunan dalam arsitektur semakin berkembang bervariasi sehingga pilihan pun semakin banyak. Dalam sejarah perkembangan arsitektur, istilah Eklektisme dipakai untuk menandai ge jala pemilihan atau pencampuran gaya-gaya pada abad XIX masa berakhirnya Klasikisme, masa awal Modernisme dan bukan pencampuran mau pun perkembangan pada masa sebelumnya.
Eklektisme menandai perkembangan arsitektur abad XIX, dengan ketidakpastian langgam. Pencampuran bentuk menghasilkan langgam tersendiri, memperlihatkan adanya pola pikir akademis, tetapi dalam bentuk yang masih konservatif. Fungsi bangunan disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan yang lebih banyak dibandingkan dengan masa sebelumnya, seperti misalnya balai kota; opera; pavilliun; museum; dan lain-lainnya.
Arsitektur Eklektikisme pada awal abad XIX mengandung rasa sentimen dan nostalgia pada keindahan langgam masa lampau. Mengulang keindahan unasur-unsur klasik dan dipadukan atau diterapkan secara utuh. Pengulangan kembali secara utuh kadangkadang disebut Neo-Klasik.
Eklektikisme dan Neo-Klasikisme Contoh-contoh Bangunan dan Ciri bangunan Eklektik: British Museum London (1823-1846); Sir Robert Smirke
Pada bagian depan atau pinti masuk terdapat portico mendukung sebuah pedimen bergaya Romawi dengan kolom-kolom ionic octastyle, menerus berderet hingga sayap kanan dan kirinya.
Albert Memorial (1863-1872); London; Sir George Gilbert Scott
Patung duduk Pangeran Albert sebagai bagian utama monumen; diatas sebuah ketinggian pedestal (landasan berbentuk segi empat terbuat dari granit dan marmer, penuh dengan relief); berada dibawah sebuah ciborium (cungkup dengan empat buah kolom bentuk Romawi).
House of Parliament (1795-1860);London; Sir Charles Barry Detail otentiknya memancarkan karakter kuno dari kebangkitan kembali Gothic pada masa itu. Penampilannya dapat memberikan kesan formal meskipun kompleks gedung ini tidak sepenuhnya simetris, dan adanya menara-menara menjulang ke atas pada bagian dalam kompleks yang letaknya beraturan. Pada bagian atas keempat sisi sebuah menara yang lainnya terdapat jam besar, diberi nama Big Ben, menjadi pertanda kota London. Roman Chatolic Cathedral British Museum London (1894-1903); J. F. Bentley
Memakai konsep arsitektur Byzantium, ditandai dengan sebuah menara menjulang tinggi di bagian depan kiri dengan atap kubah. Tiga buah kubah berderet dari depan ke belakang mengatapi nave (ruang umat yang cukup luas). Sebuah kubah agak kecil dan ramping, menutup sanctuary (bag.gereja dimana terdapat altar). Dibelakangnya terdapat apse (ruang melengkung setengah-lingkaran di belakang altar) untuk paduan suara. Fitzwilliam Museum (1837-1847); Cambridge; George Basevi
Bercorak Korinthian, dengan kolom-kolom langsing berkepala penuh ukiran, menyangga pedimen penuh ukiran pula, diadaptasikan dalam bentuk portico “raksasa” jauh lebih besar dari aslinya. Pada ujung kiri-kanan terdapat penonjolan dengan kolom-kolom pada sudutnya mem bentuk pandangan depan simetris, dalam hal ini ciri Barok lebih dominan. S. George’s Hall (1840-1854);Liverpool; Harvey Lonsdale Elmes
Bangunan Neo-Klasik dengan interior ruang konser berbentuk elips, dikelilingi oleh balkon disangga oleh deretan caryatid (kolom berbentuk patung manusia). Aspek klasik dalam hal ini adalah Yunani, Romawi dengan sumbu melintang membujur yang sangat kuat, sehingga membentuk bangunan simetris dan membuatnya berkesan megah. La Fontaine Saint Micahel Paris (1856-1860);Perancis;Gabriel Davioud
Monumen berbentuk air mancur, sebagai pengakhiran sebuah deretan apartemen. Hasil kolaborasi arsitek dan pematung, mengambil bentuk pelengkung dan tiang-tiang dari berbagai
monumen di Itali. Patung dan hiasan lebih menonjol dari unsur arsitektural lainnya. Bagian utama monumen berupa patung terletak di bawah pelengkung, sebagai simbol kemenangan Santo Michael. Di atas terdapat pedimen berbentuk kombinasi antara segi empat dan pelengkung pelengkung.
Opera de Paris (1861-1874); Jean Louis Charles Garnier
Banyak dipengaruhi oleh prinsip Beaux-Arts, khususnya dalam pengambilan unsureunsur Renaisans dan Barok. Terlihat pada ornamen dan bentuk dekorasi yang bermodel klasik Barok hampir memenuhi semua bagian bangunan; juga pada denahnya yang simetris diperkuat oleh sumbu-sumbu apabila ditarik garis diantara ruang-ruangnya. Arc de Triomphe de L’Etoile Paris (1806-1836); Jean Franqois Therese Chalgrin
Monumen yang pada dinding-dindingnya penuh dengan relief dan patung. Pada keempat kakinya terdapat tangga untuk naik kelantai yang berada di atas pelengkung, saat ini digunakan untuk museum. Menggambarkan kemenangan dan kejadian penting dalam masa pemerintahan Napoleon. Gereja Katolik Madelaine (1807-1842); Pierre Vignon
Merupakan contoh representatif dari arsitektur Eklektik. Mengambil gaya kuil antik Romawi berciri Korinthian, octastyle, dan peripteral sebagaimana terlihat pada kolom-kolom, kepala-tiang, dan pedimen penuh dengan hiasan dan patung.
Mausoleum untuk Queen Louise(1810);Schloss Charlottenburg; Karl Friedrich Schinkel Berlanggam arsitektur yang berbentuk kuil Yunani dari order Dorik, dalam hal ini
terdapat pedimen (konstruksi segi tiga disangga oleh kolom-kol0m) ganda yang satu di atas lainnya. Schausspielhaus (1819-1821); Berlin; Karl Friedrich Schinkel Pengaruh aspek Yunani terlihat pada ketegasan bentuk geometrik, segitiga, balok, segi-
empat, dan pada denahnya. Portico atau bagian depan untuk pintu masuk bercorak Yunani-Ionik hexastyle (berkolom 6). Identik dengan mauseloum untuk Ratu Louise di atas pedimen dari
portico terdapat sebuah lagi lebih besar, elemen paling dominan dari bangunan. Entablature semacam kolom melintang antara kolom dengan pedimen menerus sekeliling bagian atas dindingdinding luar. Unsur Renaisans terdapat pada bag. Bawah dari sayap kiri dan kanan pada bangunan simetris ini, berupa konstruksi berkesan kokoh dengan garis-garis horizontal dan deretan jendela yang monoton. Jefferson Memorial (1934-1943); Amerika Serikat; John Russel Pope
Identik dengan Pantheon Roma dengan portico berkolom Dorik delapan buah menyangga sebuah pedimen. Portico ini menempel pada sebuah rotunda (ruangan berdenah lingkaran) dikelilingi oleh kolom Dorik. Ditengah rotunda terdapat patung Thomas Jefferson menghadap ke Tidal Basin. Kemegahan memorial ini selain dibentuk oleh arsitekturnya sendiri, lokasinya yang luas terbuka juga oleh ketinggian letaknya dengan tangga selebar portico.
III. ARSITEKTUR MODERN MULA Fungsionalisme dan Purisme dalam Arsitektur Modern Mula Dalam kurun waktu 1880-1890 terjadi semacam revolusi industri kedua dalam bentuk rasionalisasi dan penggunaan mesin secara besar-besaran. Timbulnya sistem fabrikasi dimana sebagian besar unsur bangunan di buat di pabrik, penggunaan mesin-mesin, teknologi baja tuang dan sebagainya, memungkinkan pembangunan hanya dalam waktu relatif singkat. Terjadinya spesialisasi dan terpisahnya dua keahlian: arsitek dalam hal bentuk, ruang dan fungsi di satu pihak dan keahlian konstruksi dan struktur dalam hal perhitungan dan pelaksanaan bangunan di lain pihak. Dalam masa modernisasi awal teori-teori keindahan khususnya dalam arsitektur oleh Pugin, Ruskin, Moris, dan lain-lain berkembang secara lebih radikal menentang Classicissm, sebaliknya menekankan pada fungsionalisme dan purisme atau kemurnian. Pertentangan–pertentangan dalam dunia arsitektur tersebut dapat dikatakan sebagai berikut :
1.
1.
arsitektur sebagai art vs arsitektur sebagai science
2.
2.
arsitektur sebagai form vs arsitektur sebagai space
3.
3.
arsitektur sebagai craft vs arsitektur sebagai assembly
4.
4.
arsitektur sebagai karya manual vs arsitektur sebagai karya machinal
Ciri Umum dari gaya arsitektur yang melanda dunia pada akhir abad XIX dan awal abad XX ini adalah asimetris, kubis, atau semua sisi (depan samping dan belakang) dalam komposisi dan kesatuan bentuk, elemen bangunan jendela, dinding, atap, dan lain-lain menyatu dalam komposisi bangunan. Selain itu hanya terdapat sedikit atau tanpa ornamen pada bangunan. Hal ini memperlihatkan dengan jelas sebagai “perlawanan” arah dari arsitektur klasik dan juga sangat berbeda
dengan Modern-Eklektik, di mana ornamen, elemen-elemen bangunan (pondasi, kolom, atap, jendela, dinding, dan lain-lain) yang terlihat jelas sebagai unsur tersendiri satu dengan lain lepas, tidak dalam kesatuan. Pada masa ini muncul berbagai macam pergerakan yaitu antara lain: Art and Craft, Art Nouveau, Ekspresionisme, Bauhaus, Amsterdam School, Rotterdam School,dan yang lainnya..
Ciri dan Bentuk Bangunan Arsitektur Modern Awal Post Savings Bank Office (1904-1906), Wina, Otto Wagner
Merupakan bangunan Free Renaissance (bebas dalam
mengolah
namun
masih
terli-hat cirinya). Bagian bagian sudah mulai menyatu dalam komposisi, misalnya antara dinding, pintu, dan jen-dela. Merupakan gedung pertama di Wina yang menggunakan aluminium dan beton bertulang. Hall utama beratap kaca dua lapis (yang atas sebagai atap berbentuk pelana dan di bawah-nya berfungsi sebagai plafond melengkung pada bagian ping-girnya). Sistem atap ini menggantung pada dinding-dinding yang mengelilingi hall tersebut.
La Majolikahaus (1898-1899), Wina, Otto Wagner
Bangunan bersejarah yang menandai mulainya Arsitektur Modern Rasionalis dan Art Nouveau. Bagian depannya berupa bidang datar seperti dekor dengan deretan monoton vertikal horizontal jendela dan pintu pada bagian bawah. Kesan simetris diperkuat dengan adanya balkon di kanan-kiri. Adaptasi dan pemanfaatan hasil industri terlihat pada penggunaan baja rangka atap, balustrade pada lantai 2 & 3 juga bergaya Art Nouveau. Penggunaan keramik sebagai pelapis dinding dengan oranamen Art Nouveau, berupa penyerdehanaan bentuk floral. Berlatar belakang kekuning-kuningan hiasan tersebut terlihat kontras dan mencolok.
Casa Batllo (1904-1906); Barcelona; Antonio Gaudi Modernisasi Gothik terlihat pada menara-menara runcing. Tetapi, dalam langgam Art Nouveau ini, di bagian depan bangunan dibuat penonjolan-penonjolan balkon berbentuk plastis lengkunglengkung seperti batu karang. Pintu-jendela kaca lantai dasar, dua, dan tiga mirip seperti gua dan kolom-kolom berbentuk
silindris seperti batang pohon di hutan (ber-
wujud suatu bentukan
yang berkesan metaphoric). Konsep bangun-
annya
hingga seperti lukisan.
berwarna-warni
Casa
Mila
Apartement
(1906-1910),
Barcelona, Antonio Gaudi Bentuknya seperti lahar meleleh dan mem berikan kesan seperti formasi tebing karang terkikis oleh angin dan air. Art Nouveau diterapkan dalam balustrade, teralis, pintu, dan lainnya. Merupakn bentuk kreasi yang sama sekali baru, dikatakan istimewa dan juga aneh. Bentuk teralis besi, beton cetak berbentuk sangat plastis melengkung, silindris.
1. 1. Sagrada Familia (1883-1926);Barcelona; Antonio Gaudi Sebuah Gereja dengan Modernisasi Arsitektur Gothik dalam bentuk lebih rumit, lebih besar dengan lebih 12 menara. Permukaan dinding tidak ada yang rata, semuanya dihias dengan patung, relief, atau bentuk Art Nouveau lainnya. Art Nouveau ala Gaudi, ornamen-ornamennya dibuat dengan di cor atau dicetak dengan beton. Pengembangan bentuk klasik dalam konsep “kejujuran”, kemurnian terlihat pada bangunan-bangunannya yang tidak diperhalus lebih lanjut baik dinding dari bata, batu mau pun sistem beton exposed setelah cetakannya dibuka.
Sistem konstruksi (kolom, lengkungan, bidang parabolic/hiperbolik, bentangan lebar,dll) menuntu adanya ketepatan dan perhitungan teknik struktur yang kompleks dan rumit, bagian dari teknologi modern.
Auditorium Building (1887-1890), Chicago, Louis Henry Sullivan
Gedung ini merupakan Landmark kota Chicago, menyatukan kegiatan komersial dan kesenian dalam satu atap. Memadukan
konfigurasi
persegi-empat
(rectangular) segi empat yg banyak dipa-
kai pada masa itu, dengan pelengkung Romanesque dan Queen Anne, menara kecil
berpuncak runcing, atap Chateausqe dan dormers. Dinding luar dan lantai bawah
terlihat sebagai susunan batu berkesan kokoh, dengan deretan jendela seperti pada bangunan bergaya Renaissance. Pintu masuk menuju hall utama dan theatre terdiri dari tiga pintu besar berpelengkung di atasnya. Diatasnya terdapat kolom-kolom silindris bergaya Dorik dari lantai 2-5 menyangga pelengkung-pelengkung Romanesque.
Hotel Tassel (1892-1893), Brussel, Victor Horta
Menyatunya elemen konstruksi dengan dekorasi terlihat pada tiang, balustrade (terbuat dari tembaga). Ornamen dilukis pada dinding dengan corak Art Nouveau. Atap di atas menggunakan kaca, dihias dengan warna kekuning-kuningan serasi dengan warna sekitarnya. Perabot, interior rumah ini bentuk dan karakternya menyatu seirama mengikuti bagian-bagian lainnya. Balok dan kusen pintu jendela semuanya bergaya Art Nouveau selaras menyatu dengan elemen-elemen konstruksi.
Amsterdam Exchange (1896-1903), Belanda, Hendrik Petrus Berlage
Permukaan dindingnya rata tanpa penon jolan elemen bangunan maupun hiasan. Pada permukaan dinding rata tersebut terdapat lubang-lubang pintu, jendela, ventilasi tersusun dalam irama tidak monoton dan tidak simetris. Menara yg lebih tinggi dari atap bangunan pada sudutnya, menjadikan pandangan depan dan samping menjadi tidak simetris. Masuk utama melalui tiga buah pintu bagian atasnya melengkung seperti pada bangunan Roma-nika.Di atas pintu masuk terdapat deretan jendela kaca tersusun horizontal vertikal membentuk suatu bidang bermotif kotak-kotak. Ruang utamanya beratap setengah lingkaran berkerangka baja beratap kaca. Di bagian dalam konstruksi dinding sama dengan di luar, yaitu menggunakan bata merah tidak diplester. Konsep baru menandai modernisasi dalam arsitektur ditemui dalam sistem rangka atap, kesederhanaan bentuk dan kreatifitasnya. Susunan kuda-kuda baja selain berfungsi sebagai struktur, bagian-bagiannya termasuk kabel-kabel penahan gaya tarik menjadi unsur dekoratif ruang yang selaras dengan bagian bangunan lainnya.
IV. ARSITEKTUR MODERN FUNGSIONALISME, RASIONALISME DAN KUBISME (1900-1940)
Perkembangan
Arsitektur
Modern
Fungsionalisme
diwarnai
dengan
anti
pada
pengulangan bentuk-bentuk lama dengan teknologi baru (beton bertulang, baja). Dan pada awal abad XX terjadi perubahan besar, radikal, cepat, dan revolusioner dalam pola pikir. Dalam pandangan arsitektur modern (1910-1940-an), terjadi perubahan dalam pola dan konsep keindahan arsitektur, di mana keindahan timbul semata-mata oleh adanya fungsi dari elemen-elemen bangunan. Oleh karena itu aliran ini disebut sebagai Arsitektur Fungsionalisme atau Rasionalisme (berdasarkan rasio/pemikiran yang logis). Bangunan terbentuk oleh bagian bagiannya apakah dinding, jendela, pintu, atap, dll tersusun dalam komposisi dari unsure-unsur yg semuanya mempunyai fungsi. Teori, bentuk, dan konsep lama tentang keindahan seni termasuk arsitektur telah lalu ditinggalkan. Hubungan dengan masa lampau berusaha diputus oleh para arsitek modern menjadi bentuk baru yang “murni” tanpa dekor selain bagian bangunan yang masing-masing berfungsi, disebut aliran arsitektur murni atau Purism. Dalam penerapan konsep Fungsionalisme, Pusrime atau rasionalisme mewujudkan bangunan “bersih”,”murni” tanpa hiasan, sederhana berupa komposisi bidang, kotak, balok, dan kubus. Memandang bahwa seluruhnya merupakan kesatuan bentuk, sehingga disebut arsitektur Cubism. Aliran ini menekankan pada dimensi waktu dalam bangunan, diwujudkan dengan
menyatunya ruang luar-dalam oleh jendela-jendela lebar, jarak antar kolom yang relatif lebar, saling berhubungan secara berkesinambungan.
Contoh Bangunan dan Ciri Bangunan Modern Fungsionalisme Maison La Roche (1923), Paris, Le Corbusier dan Pierre Jeanneret
Denah rumah berbentuk huruf L, dimaksudkan untuk memisahkan 2 penghuni berbeda. Sisi utama di depan (untuk gallery) berupa ruang, luas dan tinggi karena adanya mezzanine kombinasi dengan 2 atau 3 lantai dengan sisi lainnya. Di atas terdapat sebuah balkon menjorok melayang dan ada semacam jembatan menghubungkan ruang-ruang berseberangan dengan mezzanine. Selain tangga, Le Corbusier juga merancang jalur naik landai (ramp). Banyak jendela
besar dan lebar di atas dan disamping. Jendela ini bentuknya tidak lagi seperti dinding dilubangi pada bangunan klasik, tetapi berupa bidang membentuk komposisi horizontal-vertikal (terdiri dari bidang kaca dan rangka aluminium).
La Samaritene (1926), Paris, Henry Sauvage dan Frantz Jourdan
Konstruksi beton bertulang dinding dan lantainya dipadukan dengan baja cetak prefabricated pada ruang dalamnya yang bergaya Art Deco. Jendela kaca sangat lebar mendominasi bagian depan dan mezzanine menyatukan ruang-ruang di lantai berbeda. M erupakan penerapan Cubism.
Notre Dame du Raincy (1922-1924), Paris, Auguste Perret
Bentuk monumental gereja dicapai dengan pola simetris, menggunakan sistem kons-truksi beton bertulang exposed , dengan kolom-ko-lom dalam hal ini bentuknya silindris, menjulang tinggi pada setiap sudut sebuah me-nara di tengah-depan. Menara makin ke atas semakin ram-ping seperti bentuk gereja Gothik. Nave (ruang utama umat) atapnya melengkung, dindingnya berupa krawang beton (concrete grilles), untuk menghindari angin dan air tetapi tetap tembus pandang, krawang ditutup kaca. Bentuk dan susunan krawang geometris perpaduan segi empat, bujur sangkar, dan diagonal-diagonalnya membentuk segi tiga. Bekas perancah beton membentuk garis-garis sesuai dengan pemasangannya. Sistem beton exposed temuan Auguste Perret diterapkan dengan sangat baik dan pada akhirnya banyak diikuti oleh arsitek-arsitek lain dalam publikasi, perencanaan,maupun pelaksanaan. Apartment House (1902-1903); Paris; Auguste Perret
Menggunakan sistem beton bertulang, yang dapat dilihat pada facadenya. Sistem beton exposed -nya diberikan ornamen-ornamen panel. Façade yang menjorok kedalam dengan bukaan jendela yang lebar memperlihatkan pembagian lantai yang indah pada bangunan tersebut. Penggunaan kaca (termasuk kaca hias) memperindah tampilan bangunan pada lantai dasar. Di mana kantor Perret berada. Abattoirs de La Mouche (1909); Lyons; Tony Garnier
Ruang utama ( markethall ) luas lebar tanpa tiang di tengah, dapat terbentuk berkat sistem konstruksi dari rangka baja. Menggunakan atap kaca yang tegak lurus memasukkan sinar dari samping dan atap metal datar sehingga konstruksi atap ini membentuk undak-undakan. Bentuk
atap ditunjukkan pada wajah depan dan belakang, sehingga pandangan depan simetris juga undak-undakan ke arah kiri-kanan.
AEG High-Tension Plant (1909-1910), Berlin, Peter Bahrens
Menggunakan atap kaca diletakkan diantara dua atap parallel lainnya. Bangunan bertingkat enam lantai terbagi menjadi dua, yang berupa sayap. Bangunan melintang empat lantai, menerus melalui hall yang menghubungkan bagian bangunan yang terpisah tersebut.
Fagus Shoe Last Factory (1910-1914), Alfeld/ Leine, Walter Gropius, Adolf Meyer, Eduard Werner
Façade sebagai bagian yang mendominasi bangunan tersebut membedakan dengan jelas dari lingkungannya. Rangka besi ( ironframe) diletakkan di antara kolom dinding bata kuning mendukung penampilan kaca ( glazin g ) dan lem baran-lembaran baja (metal heets) pada area dinding. Emphatic, kesolidan pada sudut diperlihatkan pemecahannya, transparan penuh yang menyatukan ruang luar dan dalam. Kesederha-naan dan penerapan bahan bangunan modern diutamakan dalam rancangannya.
Goldman & Salatsch Building (1909-1911), Wina, Adolf Loos
Menggunakan bertu-lang ding
bata.
beton
dengan Lantai
din1-4
diplester dengan lapisan halus,
ringan- stuc-co
berwarna lantai dasar dan mezzanine
dibungkus
dengan hijau Yunani bercorak
marmer,
didasari
de-ngan granit. Pilar-pilarnya monolit dengan corak marmer, terbuat dari kayu dikelilingi oleh kaca yang sudah berbentuk ( formal glass cabinet ) searah dengan sumbu utama.
Berkembangnya Fungsionalisme atau sering disebut pula Rasionalisme ke seluruh dunia membuatnya disebut Langgam Internasional atau International Style, yang sangat erat terkait dengan perkembangan arsitektur modern berikutnya.
The International Style Ludwig Mies van der Rohe German Pavilion at the International Exhibition in Barcelona (1929)
Semua dinding jendela dan pintu utuh dari atas sampai bawah membentuk bidang-bidang vertikal. Atap datar dari beton bertulang berwarna kontras dengan dinding dalam komposisi keseluruhan menjadi unsur horizontal, seolah melayang ringan di atas dinding kaca dan marmer. Selain itu kolam di dalam dengan karakter dan warna air, juga menjadi elemen bidang horizontal dalam komposisi ini. Dalam rancangannya terlihat kederhanaan dan kemurnian dan kesatuan ruang luar-dalam, komposisi blok, kotak dan kubus. Hubungan antara ruang dalam dan ruang luar, salah satu ciri khas dari arsitektur Cubism, dikuatkan dengan pintu-jendela lebar, luas dan trans paran, bidang-bidang menerus dari luar (halaman) menyatu dengan dinding ruang dalam.
Hans Scharoun Villa Schminke in Lobau, Saxony (1933)
Bentuk dan orientasi bangunan diperoleh dari keadaan tapak dan lingkungannya. Banyak ruangan terbuka yang memang dengan sengaja dibuat untuk memperoleh sinar dan menyatukan ruang luar-dalam. Penggunaan material kaca dengan buka-an besar dan lebar, menggunakan kusen dan rangka alumunium banyak mendomi-nasi bangunan ini. Sederhana namun ele-gan. Pada bagian taman terdapat kaca dengan kemiringan tertentu, untuk men-dapatkan sinar bagi tanaman. Lingkaran-lingkaran pada atap datar diwarnai de-ngan lampulampu yang memantulkan sinarnya pada kolam taman di malam hari.
Alvar Aalto Tuberculosis Sanatorium in Paimio (1928-1933)
Bangunan ini tercipta berdasarkan dua pertimbangan yang diambil Alvar Aalto, yaitu: 1. adanya area yang ditujukan khusus untuk pekerja/personel dengan lingkungan yang tenang, seperti : perawat/suster, dokter, administrasi, dan lainnya. 2. Pemecahan yang baik untuk akomodasi pasien: dengan ketinggian, pengakhiran blok yang ramping dengan teras yang menjorok keluar. Ia merancang ruang-ruang berdasarkan garis-garis linear yang berorientasi ke arah dimana dapat diperoleh sinar matahari dan udara yang maksimal sehingga kelihatannya tidak beraturan. Interiornya mencerminkan gambaran lamanya jam pasien yang terbaring di tempat tidur. Plafondnya di warna berbeda, berkesan lebih dalam
dan penataan lampunya secara tidak langsung (indirect). Penerapan konsep modern berupa keseder-hanaan tanpa elemen dekorasi, dimana yang mejdi elemen dekorasi itu sendiri ialah jendela memanjang (ribbon window), lantai, balustrade dan atap datar, semua dindingnya berwarna cerah.
Bangunan ini, dengan pembagian bangunan berdasarkan fungsi dan kegunaan yang berbeda kedalam area yang berbeda pula menjadikannya sebagai contoh dalam pem-buatan bangunan rumah sakit di seluruh dunia.
Richard Neutra “Health House”, Villa for Philip Lovell in Los Angeles (1927-1929)
Menampilkan penerapan stuktur baja yang ringan perpaduan dengan beton bertulang sebagai dasar pembentuk dari bangunan ini. Dibangun di sisi gunung. Jendela berkerangka baja dengan berbagai bentuk dan ukurannya, semuanya menyatu dengan konstruksi dinding dan balustrade putih, horizontal berkesan ringan melayang. Bentuk tiga dimensional dari lantai dan dinding menjorok ke luar dari balkon, lantai atas dan atap datar semakin terlihat bila timbul warna gelap dan terang oleh bayangan matahari. Merupakan penerapan dari konsep Cubism. Prinsip kesederhanaan ungkapan dari fungsional dan purism terlihat pula pada ruang dalamnya.
Frank Llyod Wright “Falling Water”, Villa for Edgar J. Kaufmann, Bear Run, Pennsylvania (1935-1939)
Sebuah tower batu dengan perapian sebagai pusat dari bentuk yang berdasarkan sumbu vertikal-horizontal sebagai elemen utama terlihat sebagai sentral dari orientasi bangunan ini. Pewarnaan yang sederhana dan ringan pada dinding beton teras dan beranda menggambarkan kejinakan hutan belantara. Selain itu penggunaan batu alami menjadi bagian itu sendiri dari alam sekitarnya. Atapnya adalah atap plat datar terbuat dari beton bertulang. Penggunaan unsur garis, bidang-bidang menerus dari luar sampai dalam, banyak jendela (tranparansi bangunan), menunjukkan masih dipengaruhi oleh aliran Cubism namun dengan ciri dan style yang berbeda menurut Franl Llyod itu sendiri, Penggunaan material bangunan yang bervariatif, simplicity, perpaduan dengan alam, memberikan gaya arsitektur tersendiri bagi arsitek pada masa itu.
Rudolf M. Schindler House for Victoria McAlmon in Los Angeles (1935)
Masih menonjolkan elemen-elemen garis dengan bukaan-bukaan yang terbilang sedikit. Menggunakan beton bertulang sebagai bahan utama bangunan ini. Seperti kumpulan segi empat yang dicoak/dilubangi yang memberi khas tersendiri gaya Schindler. Le Corbusier dan Pierre Jeanneret Salvation Army Shelter in Paris (1929-1933)
Tubuh bangunan yang menunjukkan kesan individual stereometrik ditempatkan sebelum bangunan utama yang panjang. Sebuah jembatan menuntun dari pintu utama terbuka yang ber bentuk kubus ke ruang resepsionis berbentuk silinder. Disampingnya terdapat ruang duduk (lounge). Bangunan diperuntukkan sebagai tempat asrama mahasiswa berkapasitas 900-1500 mahasiswa. Facadenya berupa kaca-kaca dengan besar dan ukuran yang berbeda-beda. Sebuah sistem ventilasi yang diterapkan masih kurang tepat. Pada musim panas, bangunan tersebut terkena efek rumah kaca, menimbulkan panas, yang akibatnya menimbulkan ketidaknyamanan bagi si pengguna.
Eugene Beaudoin dan Marcel Lods Open- Air School in Surenes ( 1932-1935 )
Bangunan terbuat dari beton baja bertulang, sisi/ dindingnya terbuat dari beton prefab sebagai elemen, dikembangkan dalam kolaborasi dengan Eugene Freyssinet. Pavilion untuk mengajar dapat langsung diubah menjadi terbuka hanya dengan membuka dinding kaca lipat. Kesan open space, ringan, dan fungsional terlihat dengan jelas di sini.
V. ARSITEKTUR MODERN SETELAH TAHUN 1940
Setelah perang Dunia II, perkembangan di berbagai bidang kehidupan sangat cepat, demikian pula halnya dengan perkembangan arsitektur modern. Tokoh-tokoh arsitektur modern pada masa sebelumnya seperti Le Corbusier, Frank Llyod Wright, Mies van der Rohe, Alvar Aalto, Kenzo Tange tetap menjadi pelopor. Mies masih tetap konsisten dengan konsep minimalism, menggunakan konstruksi baja dan kaca untuk bidang, pintu, dan jendela. Le Corbusier cenderung merancang dalam bentuk-bentuk sculptural sensasional. Dan Frank Llyod Wright masih tetap berkarya dengan gaya arsitekturnya yang khas. Kemudian arsitektur modern berkembang lebih jauh lagi dipelopori oleh para arsitek generasi berikutnya, terutama yang pernah menjadi murid dari tokoh-tokoh arsitektur modern pada masa sebelumnya. Teknologi konstruksi, bahan bangunan dan kebutuhan akan fasilitas
ruang yang secara kualitatif dan kuantitatif semakin meningkat membuat perkembangan arsitektur modern semakin kompleks.
Tokoh-tokoh Arsitektur Modern dan Karya-karyanya (> 1940 ) Le Corbusier Notre-Dame-du-Haut Ronchamp (1950-1954)
Arsitekturnya cukup controversial, lepas bebas dari bentuk biasa gereja dan kapel yang pernah ada. Dinding-dindingnya tidak ada yang lurus dan tegak seperti pada lazimnya bangunan pada umumnya, semuanya merupakan komposisi dari sinding meliuk-liuk berdenah kurva. Dinding sangat tebal ini diberi jendela besar kecil disusun bebas dalam komposisi abstrak. Jendela jendela dihias dengan kaca berwarna dari lukisan abstrak bertema lukisan religius Katolik. Atatp terbuat dari beton bertulang exposed, melengkung berwarna gelap kontras dengan warna dindingnya yang putih. Ruang dalam terbentuk oleh atap, lubang-lubang jendela dalam dinding tebal tidak sejajar satu dengan yang lainnya merupakan bagian dari sistem akustik yang sangat baik.
Frank Llyod Wright Guggenheim Museum di New York (1942-1957)
Menerapkan konsep “arsitektur organik”, dimana ruang dan bentuk terpadu. Potongan dan pandangan dari luar secara bersamaan menyatu secara meyakinkan dalam bentuk tiga dimensional dan ruang, diwujudkan dalam konstruksi beton spiral. Pada puncak spiral terdapat kubah kaca yang menerangi semua ruangan secara alami. Terdiri dari dua unit, yang berdiri di atas “landasan” yang denahnya juga kurva mengikuti bentuk di atasnya.
Ludwig Mies van der Rohe
Rumah tinggal Edith Farnsworth, Plano, Illinois, 1946-1951 Crown Hall, Illinois Institute of Technology, 1950-1956.
Hugo Alfar Henrik Aalto (=Alvar Aalto)
Mempunyai bentuk yang aneh tidak seperti bangunan pada umumnya, mengacu pada fungsi dan kebutuhan ruang sesuai dengan kegiatannya. Kontras dalam bentuk dan warna yang menjadi cirri arsitektur modern. Menampilkan kompleks atau unit bangunan yang indah dan menarik.
Pier Luigi Nervi Palazetto dello Sport, Rome, 1956-1957
Merupakan istana olahraga yang dirancang dengan struktur dan teknologi yang canggih. Kolom-kolom berbentuk V menyangga sebuah kubah. Unsur-unsur tersebut sebagian dibuat di pabrik. Menggunakan sistem struktur space-frame. Unsur-unsur atau bagian-bagian dari struktur menyatu, baik dari luar maupun dari dalam membentuk jaringan garis-garis geometris simetris teratur, merata menjadi bagian dari dekorasi.
Louis I. Kahn Yale University Art Gallery, New Haven, 1951-1953 University of Pennsylvania, Philladelphia, 1958-1960
Philip Johnson Robert Wiley House, new Cannaan, Connecticut
Menggunakan rangka baja penuh sebagai dinding menyatu dengan pintu dan jendela. Rumah ini berdiri diatas lantai bawahnya, dan sebagian atap lantai bawah yang datar dijadikan teras.
Paul Rudolph Art and Architecture Building, Yale University, New Haven, Connecticut, 19621963 Crawford Manor Aparment 1962-1966, New Haven, Connecticut
Ieoh Ming Pei Mile Hight Center, Denver, Colorado, 1952-1956 Kips Bay Plaza, New York, 1957-1962
Kevin Roche College Life Insurance Building, Indiana, 1969
Berbentuk unik, asli, dan otentik. Secara geometris tidak sepenuhnya berbentuk pyramid tetapi gedung ini sering disebut sliced glass pyramids. Terdiri dari 3 unit berbentuk sama satu dengan yang lain bergandengan, berbentuk pyramid terpancung di atas dan terpotong di sisi sehingga salah satu sisinya tegak massif. Berdinding luar kaca, memiliki struktur inti atau core.
Eero Saarinen General Motors Buildings, Detroit, USA, 1951 T
T. W. A. Kennedy Airport, New York, 1962 Kenzo Tange
Oversea-Chinese Banking Corporation, Singapore, 1976 Tokyo National Gymnasium, Tokyo, 1961-1964
VI. ARSITEKTUR MODERN AKHIR ABAD XX
Arsitektur Brutalisme dan Neo Brutalisme Merupakan arsitektur modern yang pada dasarnya memiliki bentuk yang menyimpang dari bentuk-bentuk biasa yang sudah ada masa sebelumnya. Banyak arsitektur modern awal dapat dikategorikan sebagai arsitektur brutal , Le corbusier (kapel Noter Dame Ronchamp), Paul Rudolph (Yale School of Art and Architecture), I.M. Pei (museum Everson), Kenzo Tange dengan bentuk sculptural abstrak total juga merupakan ungkapan konsep brutalisme. Sistem konstruksi beton exposed yang berhubungan dengan beton brut , yg artinya beton kasar, menandai bangunan brutalisme ini.
Arsitek modern yang hasil karyanya dapat dikategorikan dalam brutalisme adalah James Stirling, Inggris. Karya-karyanya antara lain: Gedung Leicester University Engineering, Inggris, 1959-1963 Berupa satu unit tetapi terdiri dari elemen-elemen geometris yang berbeda bentuk satu dengan yang lain. Di tengah unit paling tinggi dan menonjol dari lainnya berbentuk huruf L siku sama sisi, bertrap-trap semakin ke atas semakin tipis, tangga dan lift dibuat terpisah-menempel pada bagian ini. Dari luar terlihat seperti sebuah menara kembar. Di sudut bawah siku huruf L terdapat hall cukup luas beratap kaca tinggi seperti kristal dan miring sampai lantai bawah. Struktur kaca tersebut terbuat dari kabel dan batang baja. Di sisi lain terdapat ruang-ruang lain tidak tinggi beratap datar untuk teras. Adanya kontras dan “tegangan” antara bidang-bidang massif dengan warna bata merah exposed dengan bidang-bidang kaca memberikan daya tarik tersendiri.
Gedung Fakultas Sejarah, Universitas Cambridge, Inggris
Post-Modernisme Post-Modernisme merupakan ungkapan konsep yang menghasilkan bentuk lain sebagai oposisi dari “gerakan modern” atau “modernitas”. Secara tidak langsung post-modern kurang le bih seperti tujuan utama dari avant garde gerakan pelopor pembaharuan dan kembali berintegrasi dengan idealisme zaman pra modern. Post modern merombak konsep modernisme yang berusaha memutus hubungan dengan masa seni dan arsitektur klasik. Postmodern bisa dimengerti sebagai filsafat, pola berpikir, pokok berpikir, dasar berpikir, ide, gagasan, teori. Masing-masing menggelarkan pengertian tersendiri tantang dan mengenai Postmodern, dan karena itu tidaklah mengherankan bila ada yang mengatakan bahwa postmodern itu berarti `sehabis modern' (modern sudah usai); `setelah modern' (modern masih berlanjut tapi tidak lagi populer dan dominan); atau yang mengartikan sebagai `kelanjutan modern' (modern masih berlangsung terus, tetapi dengan melakukan penyesuaian/adaptasi dengan perkembangan dan pembaruan yang terjadi di masa kini). Di dalam dunia arsitektur, Post Modern menunjuk pada suatu proses atau kegiatan dan dapat dianggap sebagai sebuah langgam, yakni langgam Postmodern. Dalam kenyataan hasil karya arsitekturnya, langgam ini muncul dalam tiga versi/sub-langgam yakni Purna Modern, Neo Modern, dan Dekonstruksi. Mengingat bahwa masing-masing pemakai dan pengikut dari sublanggam/versi tersebut cenderung tidak peduli pada sub-langgam/versi yang lain, maka masingmasing menamakannya langgam purna-modern, langgam neo-modern dan langgam dekonstruksi. Arsitektur Post Modern tidak dapat dipisahkan dengan Arsitektur Modern karena Arsitektur Post Modern merupakan: Kelanjutan Arsitektur Modern Reaksi terhadap Arsitektur Modern Koreksi terhadap Arsitektur Modern Gerakan melengkapi dari apa yang masih belum terpenuhi dalam arsitektur Modern Menyodorkan alternatif sehingga arsitektur tidak hanya satu jalur saja Memberi kesempatan untuk menangani arsitektur dari kemungkinan-kemungkinan, pendekatan-pendekatan dan alternatif-alternatif yang lebih luas dan bebas Dengan demikian mempelajari arsitektur Post Modern tidak bisa tanpa melalui Arsitektur Modern karena Arsitektur Post Modern merupakan langkah atau tindak lanjut terhadap evaluasi yang dilakukan mengenai arsitektur Modern. Arsitektur Post Modern merupakan arsitektur yang
telah melakukan feedback /umpan-balik terhadap Arsitektur Modern. Pemunculan Arsitektur Modern tidak seragam dan secara garis besar dapat dikelompokan dalam tiga ciri penampilan: PurnaModern, Pasca Modern (juga disebut Neo Modern) dan Dekonstruksi PURNA MODERN
Purna Modern merupakan pengindonesiaan dari sebutan post-modern versi Charles Jencks. Ditandai dengan munculnya ornamen, dekorasi dan unsur-unsur kuno (dari Pra Modern) tetapi dengan melakukan transformasi atas yang kuno tadi. Me-nyertakan warna dan tekstur menjadi eleman arsitektur yang penting yang ikut diproses dengan bentuk dan ruang. Tokohnya antara lain Robert Venturi, Michael Graves, Terry Farrell. Bagian pagar yang mengelilingi gedung ini yang berupa besi yang berjajar vertikal yang di bagian ujungnya terdapat karakter Disney y ang lain yaitu Mickey Mouse. Masyarakatpun pasti sudah mengenali tokoh Disney yang satu ini, hanya dari bentuk outline dari kepala tokoh ini saja orang sudah mengenalinya sebagai salah satu tokoh Disney.
Bentukan setengah lingkaran pada bagian atas gedung sehingga membentuk suatu irama pada bagian atas dari bangunan ini. NEO MODERN
Dahulu diberi nama Late Modern oleh Charles Jencks, sehingga pengertiannya tetap tidak berubah Tidak menampilkan ornamen dan dekorasi lama tetapi menonjolkan Tektonika ( The Art of Construction). Arsitekturnya dimunculkan dengan memamerkan kecanggihan yang mutakhir terutama teknologi. Sepintas tidak terlihat jauh berbeda dengan Arsitektur Modern yakni menonjolkan tampilan geometri. Menampilkan bentuk-bentuk tri-matra sebagai hasil dari teknik proyeksi dwimatra (misal, tampak sebagai proyeksi dari denah). Tetapi, juga menghadirkan bentukan yang trimatra yang murni (bukan sebagai proyeksi dari bentukan yang dwimatra).
Tampilan didominasi oleh bentuk geometri. Tidak menonjolkan warna dan tekstur, mereka ini hanya ditampilkan sebagai aksen. Walaupun demikian, punya warna favorit yakni warna perak. Tokohnya antara lain: Richard Meier, Richard Rogers, Renzo Piano, Norman Foster.
DEKONSTRUKSI
Geometri juga dominan dalam tampilan tapi yang digunakan adalah geometri 3 dimensi bukan dari hasil proyeksi 2 D sehingga muncul kesan miring dan semrawut. Menggunakan warna sebagai aksen dalam komposisi sedangkan tekstur kurang berperan. Tokohnya antara lain: Peter Eisenman, Bernard Tschumi, Zaha Hadid, Frank O'Gehry. Beberapa contoh karya dari ragam ini adalah Contemporary Arts Center, University of Cincinnati (Zaha Hadid), Guggenheim Museum, Bilbao, Spain (Frank O` Gehry), Parc de La Villete, Paris (Bernard Tschumi) dan Max Reindhardt Haus Berlin, Germany. (Peter Eisenman)
Pokok-pokok Pikiran Arsitek Post Modern Pokok-pokok pikiran yang dipakai arsitek Post Modern yang tampak dari ciri-ciri di atas berbeda dengan Modern. Di sini akan disebutkan tiga perbedaan penting itu. TIDAK MEMAKAI SEMBOYAN FORM FOLLOWS FUNCTION
Arsitektur posmo mendefinisikan arsitektur sebagai sebuah bahasa dan oleh karena itu arsitektur tidak mewadahi melainkan mengkomunikasikan. Apa yang dikomunikasikan? Yang dikomunikasikan oleh ketiganya itu berbeda-beda, yaitu: PURNA MODERN: yang dikomunikasikan adalah identitas regional, identitas kultural, atau identitas historikal. Hal-hal yang ada di masa silam itu dikomunikasikan, sehingga orang
bisa mengetahui bahwa arsitektur itu hadir sebagai bagian dari perjalanan sejarah kemanusian. NEO MODERN: mengkomunikasikan kemampuan teknologi dan bahan untuk berperan sebagai elemen artistik dan estetik yang dominan. DEKONSTRUKSI: yang dikomunikasikan adalah
a. unsur-unsur yang paling mendasar, esensial, substansial yang dimiliki oleh arsitektur. b. Kemampuan maksimal untuk berarsitektur dari elemen-elemen yang essensial maupun substansial. Karena pokok-pokok pikiran itu dapat pula dikatakan bahwa : -Arsitektur PURNA MODERN memiliki kepedulian yang besar kepada masa silam ( The Past ), - Arsitektur NEO MODERN memiliki kepedulian yang besar kepada masa ini ( The Present ), sedangkan - Arsitektur DEKONSTRUKSI tidak mengikatkan diri ke dalam salah satu dimensi Waktu (Timelessness).
Pandangan
seperti
ini
mengakibatkan
timbulnya
pandangan
terhadap
Dekonstruksi yang berbunyi "Ini merupakan kesombongan dekonstruksi."
FUNGSI ( bukan sebagai aktivitas atau apa yang dikerjakan oleh manusia terhadap arsitektur)
Yang dimaksud dengan `fungsi' di sini bukanlah `aktivitas', bukan pula `apa yang dikerjakan/dilakukan oleh manusia tehadap arsitektur' (keduanya diangkat sebagai pengertian tentang `fungsi' yang lazim digunakan dalam arsitektur modern). Dalam arsitektur posmo yang dimaksud fungsi adalah peran adan kemampuan arsitektur untuk mempengaruhi dan melayani manusia, yang disebut manusia bukan hanya pengertian manusia sebagai mahluk yang berpikir, bekerja melakukan kegiatan, tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, bekerja, memiliki perasaan dan emosi, makhluk yang punya mimpi dan ambisi, memiliki nostalgia dan memori. Manusia bukan manusia sebagai makhluk biologis tetapi manusia sebagai pribadi. Fungsi = apa yang dilakukan arsitektur, bukan apa yang dilakukan manusia; dan dengan demikian, 'FUNGSI bukan AKTIVITAS' Dalam posmo, perancangan dimulai dengan melakukan analisa fungsi arsitektur, yaitu - Arsitektur mempunyai fungsi memberi perlindungan kepada manusia (baik melindungi nyawa maupun harta, mulai nyamuk sampai bom) - Arsitektur memberikan perasaan aman, nyaman, nikmat, - Arsitektur mempunyai fungsi untuk menyediakan dirinya dipakai manusia untuk berbagai keperluan,
- Arsitektur berfungsi untuk menyadarkan manusia akan budayanya akan masa silamnya, - Arsitektur memberi kesempatan pada manusia untuk bermimpi dan berkhayal, - Arsitektur memberi gambaran dan kenyataan yang sejujur-jujurnya. Berdasarkan pokok pikiran ini, maka: - Dalam PURNA MODERN yang ditonjolkan didalam fungsinya itu, adalah fungsi-fungsi metaforik (=simbolik) dan historikal.
- NEO MODERN menunjuk pada fungsi-fungsi mimpi, yang utopi (masa depan yang sedemikian indahnya sehingga tidak bisa terbayangkan). - DEKONSTRUKSI menunjuk pada kejujuran yang sejujur-jujurnya.
BENTUK DAN RUANG Di dalam posmo, bentuk dan ruang adalah komponen dasar yang tidak harus berhubungan satu menyebabkan yang lain (sebab akibat), keduanya menjadi dua komponen yang mandiri, sendiri-sendiri, merdeka, sehingga bisa dihubungkan atau tidak. Yang jelas bentuk memang berbeda secara substansial, mendasar dari ruang. Ciri pokok dari bentuk adalah 'ada dan nyata/terlihat/teraba', sedangkan ruang mem punyai ciri khas 'ada dan tak-terlihat/tak-nyata'. Kedua ciri ini kemudian menjadi tugas arsitek untuk mewujudkannya.