TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATANI. Perspektif Transkultural dalam Keperawatan A. Keperawatan Transkultural dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan Peran perawat transkultural menjembatani antara sistem perawat yang dilakukan oleh masyarakat awam dengan perawatan profesional melalui asuhan keperawatan. keperawatan. Keperawatan lintas budaya merupakan bidang studi dan praktik formal yang berfokus pada analisis komparatif budaya dan sub budaya di dunia dalam kaitanya dengan keperawatan kultural, kepercayaan tentang kesehatan dan penyakit, nilai-nilai dan praktik yang bertujuan untuk menggunakan pengetahuan ini dalam memberikan perawatan sesuai budaya tertentu atau sesuai budaya universal kepada semua orang (Leininger,1978). Keperawatan lintas budaya memberikan kerangka budaya kerja untuk memenuhi kebutuhan keperawatan kesehatan dari kelompok dengan latar budaya beraneka ragam. Dalam melakukan pencapaian keperawatan ada 6 fenomena kultural yang dipertimbangkan, yaitu : 1. Komunikasi : verbal, non verbal bahasa utama 2. Ruang pribadi : tindakan lebih menonjol dari kata-kata 3. Organisasi sosial : Prilaku didapat, ciri khas budaya, nilai-nilai berorientasi internal, kepercayaan keagamaan, pembuatan keputusan dalam keluarga. 4. Waktu : cara mengkaji waktu, konsep waktu 5. Lingkungan : mengevaluasi sistem kesehatan, lokus kontrol 6. Variasi biologis : struktur tubuh, genetik, atribut fisik, karakteristik psikologis Mendorong potensi perawat untuk memberikan secara cermat arti diversivitas bukan realitas masa depan tetapi tantangan masa kini dan kesempatan untuk berkembang (Hagivary,1192). Ada 3 pendekatan profesi keperawatan untuk menyiapkan praktisi untuk masa depan (Andrews,1992) 1. Lingkungan Praktis klinis Diperlukan program pendidikan yang berkelanjutan guna menyadarkan perawat akan nilai, kepercayaan dan praktek yang berlandaskan kepada budaya mereka sendiri, meningkatkan dasar pengetahuan
tentang kesehatan berkaitan dengan budaya tertentu serta praktek orang lain yang akan di jumpai. 2. Lingkungan Akademis Program sarjana muda dan sarjana mengalami kemajuan menandakan konsep budaya dalam kurikulum keperawatan, pengajaran harus difokuskan pada pengkajian kulturologi, variasi biokultural dalam kesehatan dan penyakit, perbedaan kultural dalam komunikasi, kepercayaan beragama, nutrisi, aspek perawatan dan sebagainya, memadukan konsep budaya dalam kurikulum
membangkitkan kesadaran dan pengalaman. 3. Bidang Penelitian Dibutuhkan studi lintas budaya di bidang penelitian dasar dan penelitian terapan, lembaga penyandang penyandang dana dan yayasan harus di dorong untuk mendukung studi lingkungan budaya yang menekankan metode penelitian kualitatif penggabungan metode kuantitatif dan kualitatif menghasilkan data yang bermanfaat untuk mencapai hasil optimal. B. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural Konsep dalam Transcultural Nursing 1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. 2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan. 3. Perbedaan budaya, dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985). 4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. 5. Etnis,
berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim 6. .Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia 7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya. 8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia. 9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia. 10. Cultural Care. berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung u memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.11. Culturtal imposition, berkenaan
dengan
kecenderungan
tenaga
kesehatan
untuk
memaksakan
kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain. Paradigma Transcultural Nursing Konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai denganlatar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu: (Andrew andBoyle, 1995).1. Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia
memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).2. Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).3. Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.4. Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan
adalah
mengakomodasi/negoasiasi
perlindungan/mempertahankan budaya
dan
mengubah/mengganti
budaya, budaya
klien
(Leininger, 1991). Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural1. Culture care preservation / maintenance : Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan.
memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya, merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu dan klien. 3. Culture care reparterning / restructuring : Yaitu prinsip merekontruksi atau mengubah desain untuk memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah yang lebih baik. Hasil yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural pada asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing care health and well being yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitif, kreatif, serta cara- cara yang bermakna guna mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat.C. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya Perawat harus memulai pengkajian dengan melihat latar budaya cultural yang di miliki klien dan latar belakang social juga ketrampilan bahasa yang dimilikinya. Ini diperlukan dalam mengumpulkan data mengenai penyebab penyakit dan masalah klien. Proses pendekatan ini diperlukan untuk mengetahui atau mengidentifikasi apakah klien mempunyai latar belakang budaya tradisional yang lebih dominan di bandingkan dengan budayanya yang modern. Sebelum memulai pengkajian perawat harusnya : 1. Membina hubungan saling percaya terlebih dahulu dengan klien 2. Mengidentifikasi bahasa yang digunakan 3. Mempelajari pola komunikasi kien dengan mengobservasi kemampuan verbal dan nonverbalnya, contoh prilaku nonverbal dengan sentuhan, kontak mata 4. Mempelajari prilaku bermakna yang dimiliki klien – perawat dalam berinteraksiD. Beberapa Instrumen Pengkajian Budaya Pengkajian budaya
merupakan pengkajian yang sistematik dan komprehensif dari nilai – nilai pelayanan budaya, kepercayaan, dan praktik individual, keluarga dan komunitas. Tujuan pengkajian budaya adalah untuk mendapatkan informasi yang signifikan dari klien sehingga perawat dapat menerapkan kesamaan pelayanan budaya. Salah satu masalah dalam pengkajian budaya adalah kurangnya kemampuan untuk mengkaji pihak dalam atau perspektif etnik klien dan interpretasi informasi selama penilaian. Hal ini dapat tertolong dengan mengunakan pertanyaan terbuka, terfokus, dan kontras. Tujuannya adalah mendorong klien agar dapat menggambarkan nilai – nilai, kepercayaan, dan praktik yang berarti untuk pelayanan mereka yang tidak disadari oleh penyelenggara pelayanan kesehatan. Pertanyaan berorientasi budaya pada dasarnya bersifat luas dan membutuhkan lebih banyak penjelasan. Sebaliknya pengkajian budaya bersifat mencampuri dan menghabiskan waktu serta membutuhkan hubungan saling percaya antara sesama partisipan. Komunikasi yang kurang biasanya terjadi pada hubungan interkultural. Hal ini disebabkan unikasi di antara partisipan. Keterampilan manajemen impresi penting bagi perawat. Hal ini didasarkan pada kemampuan perawat dalam memahami sikap klien sesuai dengan konteks berpikirnya sehingga perawat dapat bereaksi dalam konteks budaya yang sama. Manajemen impresi membutuhkan keahlian berbahasa, interpretasi yang sama secara budaya terhadap sikap klien, mendengarkan, dan keterampilan melakukan pengamatan. Pada saat pengkajian, nilai dan dengarkan bahasa yang klien gunakan saat berbicara dan menulis serta putuskan jika klien memerlukan seorang ahli bahasa. Perawat mempelajari mempelajari berbagai keterampilan yang diperlukan untuk mendapatkan pengkajian budaya yang akurat dan komprehensif sepanjang waktu. Gbr. Transkultural Assessment Model ( Giger & Davidhizar’s ) __ __Ruang____ _________ ___Komunikasi__ Observasi tingkat
Bahasa lisan ___Pengkajian Keperawatan___ kenyamanan (dlm
Kualitas
berkomunikasi) Mendapatkan Kesimpulan Data suara Kedekatan dgn yg lain Pengucapan __Keunikan
Penggunaan Gerakan tubuh keheningan Persepsi ruang
Budaya
Individu__
mengIndentifikasi Ras & Budaya
_______Orientasi _______Orientasi
Kultur Klien
nonverbal
Sosial_____
waktu di Negara Fungsi peran keluarga PekerjaanVariasi biologis Warna kulit
tempat lahir
Etnik
Ras
Waktu luang Gereja Struktur tubuh Warna rambut teman Dimensi fisik lain
Keadaan genetic & enzim pd populasi Waktu penyakit khusus
terhadap sakit & penyakit
Pengunaannya Pengunaannya
Karakteristik psikologi,koping dan social Waktu bekerja Kontrol Lingkungan
Kekurangan nutrisi
Penghitungan
Waktu bersosial
Definisi support
Kerentanan
orientasi waktu (kemarin, sekarang, akan
datang) Praktik kesehatan Cutural yang berhasil, netral, disfungsional, tdk jelas Nilai Definisi dari sehat & Sakit
umen Pengkajian Warisan Budaya1. Dimana ibu Anda lahir ? ______2. Dimana ayah Anda lahir ? ______3. Dimana kakek – nenek Anda lahir ? ______ a. Ibu dari Ibu Anda ? ______ b. Ayah dari Ibu Anda ? ______ c. Ibu dari Ayah Anda ? ______ d. Ayah dari Ayah Anda ? ______4. Berapa saudara laki – laki ______ dan perempuan ______5. Dimana Anda dibesarkan ? Desa _____
Kota ______ Pinggir Kota ______6. Dimana orang tua Anda dibesarkan ? Ayah ______ Ibu ______7. Berapa usia Anda ketika datang ke Indonesia ? ______8. Berapa usia orang tua Anda ketika datang ke Indonesia ? ______9. Ketika Anda dibesarkan, siapa yang tinggal dengan Anda ? ______ Keluarga Inti ______ atau Keluarga Besar ______10. Apakah Anda mempertahankan kontak dengan : a. Bibi, Paman, Sepupu ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ b. Saudara Laki – Laki dan Perempuan ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ c. Orang Tua ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ d. Anak Anda Sendiri ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______11. Apakah kebanyakan dari bibi, paman, sepupu Anda tinggal dekat rumah Anda? ( 1 ) Ya
______ ( 2 ) Tidak ______12. Kira – kira seberapa sering Anda mengunjungi anggota keluarga Anda yang tinggal di luar rumah Anda ? ( 1 ) Setiap Hari _____( 2 ) Setiap Minggu ______ ( 3 ) Setiap Bulan ______ ( 4 ) Hanya Liburan Khusus ______ ( 5 ) Tidak Pernah Pernah ______13. Apakah Apakah nama asli keluarga Anda Anda di ganti ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______14. Apakah kepercayaan Anda ? ( 1 ) Katolik ______ ( 2 ) Islam ______ ______ ( 3 ) Protestan ______ ______ Denominasi ______ ______ ( 4 ) Lain – Lain ______ ( 5 ) Tidak Ada ______15. Apakah pasangan Anda mempunyai kepercayaan yang sama dengan Anda ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______16. Apakah pasangan Anda mempunyai latar belakang etnik sama dengan Anda ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______17. ______17. Anda sekolah dimana ? ( 1 ) Pemerintah Pemerintah ______ ( 2 ) Swasta _____( 3 ) Seminari / Pesantren ______18. Sebagai seorang dewasa, apakah Anda tinggal di daerah dimana tetangga mempunyai kepercayaan dan latar belakang yang sama dengan Anda ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______19. Apakah Anda memiliki institusi keagamaan ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______20. Dapatkah Anda mengambarkan diri Anda sendiri sebagai anggota yang aktif? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______21. Seberapa sering Anda menghadiri institusi keagamaan Anda ? ( 1 ) Lebih dari satu minggu ______ ( 2 ) Setiap minggu ______
pernah ______22. Apakah Anda mempraktikkan keagamaan keagamaan Anda di rumah? ( 1 ) Ya ______ (2) Tidak ______ ( bila ya, sebutkan tempatnya ) ______ ( 3 ) Berdoa ______ ( 4 ) Membaca Kitab K itab Suci ______ (5 ) Diet ______ ( 6 ) Merayakan hari besar keagamaan ______23. Apakah Anda menyiapkan makanan sesuai latar belakang etnik Anda? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______24. Apakah Anda berpartisipasi dalam aktivitas etnik ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______ ( bila ya, sebutkan tempatnya ) ______ ( 3 ) Bernyanyi _____ ( 4 ) Perayaan Hari Besar _____ ( 5 ) Berdansa ______( 6 ) Festival ______ ______ ( 7 ) Adat Istiadat ______ ( 8
) Lain – Lain ______25. Apakah teman Anda dari latar belakang kepercayaan yang sama dengan Anda? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______26. Apakah teman Anda dari latar belakang etnik yang sama dengan Anda? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______27. Apakah bahasa asli Anda ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______28. Apakah Anda berbicara dengan bahasa tersebut ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______29. Apakah Anda membaca dalam bahasa asli Anda A nda ? ( 1 ) Ya ______ ( 2 ) Tidak ______Makin besar jumlah jawaban Ya, makin kuat klien memiliki keturunan tradisional.Contoh Lain Instrumen Pengkajian Keperawatan Terbuka 1. Menurut Anda apa yang menyebabkan penyakit Anda ? 2. Seperti apa kami dapat memecahkan masalah Anda ?Terfokus 1. Apakah Anda pernah mengalami masalah ini sebelumnya ? 2. Apakah ada seseorang yang Anda ingin agar kami bicara dengannya mengenai perawatan Anda?Kontras 1. Bagaimana perbedaan masalah ini dengan masalah sebelumnya ? 2. Apa perbedaan antara apa yang perawat kerjakan dengan apa yang Anda pikirkan bagaimana perawat lakukan untuk Anda ?Riwayat Etnik 1. Berapa lama Anda / orang tua Anda tinggal di negara ini ? 2. Apa latar belakang etnik atau asal leluhur Anda ? 3. Seberapa kuat budaya mempengaruhi Anda ? 4. Ceritakan alasan Anda meninggalkan tanah air Anda ?Organisasi Sosial 1. Siapa yang tinggal dengan Anda ? 2. Siapa yang Anda anggap sebagai anggota keluarga Anda ? 3. Dimana anggota keluarga Anda yang lain tinggal ? 4. Siapa yang membuat keputusan untuk Anda atau keluarga Anda ? 5. Siapa yang Anda cari saat memerlukan bantuan untuk keluarga Anda ? 6. Apa harapan Anda terhadap anggota keluarga yang pria, wanita, tua, atau muda ?
perbedaan kehidupan Anda di sini dibandingkan tempat asal? Ekologi Biokultural dan Risiko Kesehatan 1. Apa penyebab masalah Anda ? 2. Bagaimana masalah mempengaruhi Anda atau bagaimana masalah itu mempengaruhi kehidupan Anda dan
keluarga Anda ? 3. Bagaimana Anda mengatasi masalah tersebut di rumah ? 4. Apa masalah lain yang Anda hadapi ? Bahasa dan Komunikasi 1. Apa bahasa yang Anda gunakan di rumah ? 2. Apa bahasa yang Anda gunakan untuk membaca dan menulis ? 3. Bagaimana perawat harus berbicara atau memanggil Anda ? 4. Apa jenis komunikasi yang menggangu Anda ? Kepercayaan dan Praktik Pelayanan 1. Apa yang Anda lakukan untuk menjaga kesehatan Anda ? 2. Apa yang Anda lakukan untk menunjukkan kepedulian Anda ? 3. Bagaimana Anda merawat anggota keluarga yang sakit? 4. Pemberi layanan mana yang Anda cari saat Anda sedang sakit ? 5. Bagaimana perbedaan yang perawat lakukan dengan yang dilakukan keluarga Anda saat Anda sedang sakit ? II. Komunikasi Transkultural A. Nilai dan Norma Budaya dalam Berkomunikasi Ketika dua atau lebih orang berbeda budaya berkomunikasi, seringkali ditemukan kesalahan interpretasi pesan yang disampaikan. Dalam hal mengurangi dan menghindari hal tersebut pantaslah kita mempelajari nilai dan norma budaya dalam berkomunikasi. Sebelum itu kita harus memahami dulu apa itu budaya : Menurut clifford Geertz merujuk kepada Klukhohn (seorang antropologi) berasumsi bahwa kebudayaan itu sebagai cermin bagi manusia (mirror of man) sehingga dia mengajukan interpretasi terhadap makna budaya, bahwa kebudayaan itu merupakan : 1. Keseluruhan pandangan pandangan hidup dari manusia 2. Sebuah warisan sosial yang dimiliki oleh individu dari kelompoknya 3. Cara berfikir, perasaan dan mempercayai 4. Abstraksi dan perilaku 5. Bagian penting dari te tentang teori para antropolog tentang cara-cara di mana sebuah kelompok orang menyatakan kelakuannya 6. Sebuah gudang pusat pembelajaran 7. Sebuah unit standarisasi orientasi untuk mengatasi pelbagai masalah yang berulang-ulang 8. Perilaku yang dipelajari 9. Sebuah mekanisme bagi pengaturan regulatif atas perilaku 10. Kesimpulan teknik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan lain dan orang lain 11. Lapisan atau
endapan dari sejarah manusia 12. Peta perilaku, matriks perilaku dan saringan perilaku
diucapkanyang memberi makna, tetapi segala sesuatu yang lain juga (Matsumoto &Matsumoto,1989)Budaya &Matsumoto,1989)Budaya adalah pikiran, komunikasi, tindakan, keyakinan, nilai, dan lembaga-lembagaras dan etnik, agama atau kelompok sosial (OMH,2001)Budaya adalah
:
Segala
sesuatu
yang
dihasilkan
dari
kehidupan
individu
dankelompoknya.Wujud kebudayaan1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dsb. Merupakan wujud ideal dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat di raba atau di lihat. Letaknya ada didalam fikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan itu hidup. Dikenal dengan adat istiadat atau sering berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat bersangkutan.2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, disebut juga sistem social. Sistem social ini terdiri dari aktivitasaktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, bergaul yang berdasarkan adat social tata kelakuan. Sistem social ini bersifat konkrit, serta terjadi dikeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, di lihat dan didokumentasikan.3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia, disebut kebudayaan fisik, dan tak banyak memerlukan penjelasan. Merupakan seluruh total dari hasil fisik dan aktifitas, perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat. Sifatnya paling konkret, atau berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat di raba, dilihat, dan difoto. Hasil karya manusia seperti candi, computer, pabrik baja, kapal, batik sampai kancing baju.Nilai : Nilai merupakan unsur penting dalam kebudayaan, nilai membimbing manusiauntuk menentukan sesuatu itu boleh dilakukan atau tidak, nilai bersifat abstrak dannilai membentuk sikap kita tentang sesuatu apakah itu bermoral dan
tidak bermoral,baik atau buruk, benar atau salah, dan indah atau buruk.Norma : Nilai dapat dibedakan dari norma, nilai hanya meliputi penilaian tentang baikburuknya objek, peristiwa, tindakan atau kondisi, sedangkan norma lebih merupakanstandart prilaku. Norma merupakan nilai-nilai budaya yang merupakan standarkelompok, dasar dari kehidupan sebuah kelompok, jika nilai memperkenalkan kitabagaimana berprilaku sepantasnya maka norma secara khusus menggariskan kontrolterhadap perilaku. Sebuah norma adalah aturan yang mengatur tentang hukuman atauganjaran dalam berbagai bentuk sesuai dengan variasi posisi sosial orang dalam relasiantar manusia. Semua tindakan manusia memiliki akibat tertentu dan norma secarakhusus memberi akibat sosial bagi seseorang yang melangar aturan tersebut, Bentuk-bentuk norma antara lain : ekuatan yang lemah, merupakan perbuatan yang diulang-ulang. Contohnya : Menghirup kopi panas dengan bunyi, jika dilakukan tidak ada saksi apa-apa. 2. Kebiasaan Menurut Sumnner kebiasaan sebagai aturan adat istadat yang dapat dilihat dalam belbagai situasi, namun tidak cukup kuat mengatur kelompok. Misalnya : Bercakap-cakap sebelum rapat, hal ini juga tidak melangar apa-apa 3. Tata Kelakuan Tata kelakuan berisi perintah dan larangan sehingga anggota masyarakat menyesuaikan perbuatannya dengan tata kelakuan tersebut. Contohnya : Perihal antara hubungan pria dan wanita 4. Adat Istiadat Anggota masyarakat yang melangar adat istiadat akan menerima saksi yang keras . Contohnya : Perkawinan antar strata di Sumba dan Bali, akan mendapat sanksi yang keras misalnya dikeluarkan daro strata tersebut. Nilai dan norma diperlukan sebagai kontrol prilaku kehidupan manusia sehari-hari.B. Prinsipprinsip dalam Komunikasi Komunikasi berasal dari kata kerja “communicâre”, dalam
bahasa Latin yang berarti menjadikan lazim/umum, membagi, berpartisipasi (mengikutsertakan) atau menanamkan. (Guralnik, 1989). Akan tetapi komunikasi
melampaui definisi tersebut, dimana komunikasi mencakup keseluruhan bidang interaksi dan tingkah laku manusia. Semua tingkah laku, baik verbal mapun nonverbal yang ditampilkan oleh individu disebut sebagai komunikasi. (Potter & Perry, 2005; Watzlawick, Beavin, & Jackson, 1967). Komunikasi merupakan keterampilan dasar dalam semua interaksi keperawatan. Dalam komunikasi terkandung sistem tingkah laku yang terpola dan teratur yang memungkinkan terjadinya seluruh interaksi antara perawat dan klien. Di dalamnya terdapat pertukaran pesan yang memiliki arti. Komunikasi dan budaya sangat erat berhubungan. Komunikasi merupakan alat/cara bagaimana budaya ditransmisikan dan dipelihara/dipertahankan. (Delgado, 1983). Budaya mempengaruhi bagaimana perasaan diekspresikan serta ekspresi verbal dan nonverbal apa yang tepat untuk digunakan. Contohnya, orang Amerika lebih suka menutupi perasaannya dan secara umum jarang menggunakan bahasa sentuhan, sebaliknya budaya ketimuran lebih terbuka dalam mengekspresikan perkabungan / duka, kemarahan, atau kegembiraan serta lebih banyak menggunakan sentuhan. (Davidhizar & Giger, 2002; Hall,1966; Thayer,1988). Thayer,1988). Variabel – variabel budaya lainnya, seperti persepsi terhadap waktu, kontak fisik dan hak – hak wilayah juga mempengaruhi komunikasi. Komunikasi membentuk rasa kebersamaan dengan orang lain dan memungkinkan pertukaran/sharing informasi, isyarat atau pesan – pesan dalam bentuk ide – ide dan perasaan. Melalui komunikasi seseorang dapat mempengaruhi orang lain melalui tulisan atau bahasa, gerak isyarat (gesture), ekspresi wajah, bahasa tubuh, space (jarak) atau simbol – simbol lainnya. Dalam komunikasi yang efektif terdapat saling pengertian terhadap arti yang terkandung dalam pesan yang disampaikan. Komunikasi yang efektif mengenai informasi pelayanan kesehatan memotivasi klien untuk bekerjasama dengan perawat dalam mengelola kesehatannya. (Giorgianni, 2000).
si transkultural yang efektif, perawat harusmenghindari penggunaan istilah – istilah teknis yang khusus, logat/ucapan yangpopuler, ucapan sehari – hari, singkatan, dan istilah – istilah medis yang berlebihan.Lipson dan Steigner (1996) menyarankan strategi dalam tiga domain, yaitu afektif,kognitif, dan behaviour untuk komunikasi transkultural yang efektif. Dalam domainafektif meliputi rasa hormat, penghargaan dan perasaan nyaman terhadap perbedaanbudaya, rasa senang untuk mempelajari budaya yang berbeda, kemampuan untukmengobservasi tingkah laku tanpa menghakimi, kesadaran akan nilai – nilai budayadan kepercayaan. Dalam domain kognitif ditekankan adanya pengetahuan tentangperbedaan budaya, kemampuan untuk mengenali adanya penjelasan budaya terhadappermasalahan terhadappermasalahan interpersonal, pemahaman tentang adanya perbedaan makna satuterhadap yang lain, dan pemahaman akan sistem sosial politik untuk menghargaipengobatan terhadap kaum minoritas. Dalam domain behaviour (keterampilanberkomunikasi), (keterampilanberkomunikasi), adanya fleksibilitas dalam gaya komunikasi baik verbal maupunnonverbal, kemampuan untuk berbicara dengan perlahan, dan jelas tanpa istilah –istilah yang berlebihan, kemampuan untuk memberi dorongan pada klien untukmengekspresikan dirinya, kemampuan untuk berkomunikasi secara menarik danempati,
sabar,
serta
mengenali
apabila
ada
kesalahpahaman
yang
terjadi.Pedoman Dalam Berhubungan Dengan Klien dengan Budaya yang Berbeda :1. Kaji nilai – nilai kepercayaan pribadi anda terhadap budaya yang berbeda. Review kembali pengalaman pribadi Singkirkan nilai – nilai, bias, ide – ide dan tingkah laku yang berpengaruh negatif terhadap perawatan.2. perawatan.2. Kaji variabel – variabel komunikasi dari perspektif budaya Tentukan identits etnis pasien Gunakan pasien sebagai sumbernya (apabila memungkinkan). Kaji faktor – faktor kultural yang dapat mempengaruhi hubungan perawat dan klien kemudian beresponlah dengan tepat.3. Rencanakan perawatan sesuai dengan kebutuhan komunikasi dan latar belakang
budaya. Pelajari sebanyak mungkin tentang budaya dan kepercayaan klien. Dorong pasien untuk menyatakan persepsinya terhadap kesehatan, sakit dan pelayanan kesehatan. Rasa sensitif terhadap keunikan pasien. Komunikasi pada tingkatan fungsi pasien. Evaluasi efektifitas tindakan keperawatn dan modifikasi apabila diperlukan.4. Modifikasi pendekatan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan budaya. Perhatikan tanda – tanda rasa takut, kecemasan dan kebingungan klien Beri respon yang menenangkan hati dengan mempertahankan budaya klien.5. Pahami bahwa penghargaan terhadap klien merupakan hubungan yang terapeutik. Berkomunikasi dengan hormat menggunakan pendekatan pendekatan yang baik dan menenangkan hati. Gunakan teknik mendengar yang sesuai.6. Berkomunikasi tanpa cara – cara yang kelihatan mengancam. Lakukan wawancara tanpa terburu – buru Ramah tamah
apabila respon klien tidak sesuai dengan persoalan kesehatan klien. Ciptakan hubungan saling percaya dengan mendengar secara teliti, dan berikan waktu serta perhatian penuh pada klien. 7. Gunakan teknik validasi dalam komunikasi. Sadar akan fedback / respon klien yang tidak mengerti. Jangan membuat asumsi pengertian tanpa distorsi. 8. Pahami adanya keengganan untuk membicarakan masalah yang berhubungan dengan seksualitas. Sadari bahwa dalam beberapa budaya permasalahan seksual tidak dapat dibicarakan secara leluasa dengan perawat / orang dengan jenis kelamin yang berbeda. 9. Adopsi pendekatan khusus, apabila pasien berbicara dengan bahasa yang berbeda. Gunakan intonasi suara dan ekspresi wajah yang perhatian untuk membantu mengurangi ketakutan klien. Bicara dengan perlahan dan jelas, namun tidak keras. Gunakan bahasa isyarat, gambar, dan bermain peran untuk membantu pemahaman klien. Ulangi pesan dengan cara yang berbeda jika diperlukan. Perhatikan kata – kata yang dipahami klien dan gunakan itu sesering mungkin. Pertahankan pesan yang sederhana dan ulangi terus menerus Hindari
penggunaan istilah medis dan singkatan yang tidak dipahami klien. Gunakan kamus bahasa yang tepat. 10. Gunakan interpreter (penerjemah) untuk meningkatkan komunikasi. Minta interpreter untuk menerjemahkan pesan, tidak hanya kata – kata pribadi. Dapatkan fedback untuk mengkonfirmasi pemahaman. Gunakan interpreter yang sensitif terhadap budaya.C. Bentuk Komunikasi Transkultural Tujuan dari keperawatan transkultural adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan
pemahaman
keperawatan
transkultural
untuk
meningkatkan
kebudayaan yang spesifik dalam pemberian asuhan keperawatan. Transkultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang focus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercaayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia. Komunikasi antara perawat dan klien merupakan, komunikasi lintas budaya. Komunikasi lintas budaya dapat dimulai melalaui proses diskusi dan bila perlu dapat dilakukan identifikasi melalui bagaimana cara masyarakat dari berbagai budaya diindonesia berkomunikasi ,misalnya di suku jawa, betawi, sunda, padang, Bengkulu, osing, tengger, dan sebagainya. sebagainya. lakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar atau menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Bila tidak memahami bahasa klien, perawat dapat menggunakan penerjemah. Dalam komunikasi lintas budaya, perawat dapat menjumpai suatu hal yang pada budaya tertentu bermakna positif tetapi di budaya lain bermakna negative. Hal ini harus di pahami oleh perawat sehingga tidak menyebabkan terputusnya komunikasi.D. Media Komunikasi Transkultural Komunikasi dan budaya saling berkaitan erat. Melalui komunikasi, budaya ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan
pengetahuan tentang budaya ditransmisikan dalam kelompok dan untuk orang-orang diluar kelompok. Berkomunikasi dengan klien dari latar belakang etnis dan budaya sangat pentung untuk memberikan perawatan yang kompeten secra budaya. Ada variasi budaya dalam komunikasi baik verbal maupun nonverbal. 1. Komunikasi verbal Perbedaan budaya yang paling jelas adalah dalam komunikasi verbal : kosa kata, struktur tata bahasa, kualitas suara, intonasi, ritme, kecepatan, pronaunsiasi dan keheningan. Komunikasi verbal menjadi sulit ketika melibatkan interaksi orang-orang yang berbeda bahasa. Klien memungkinkan untuk berkomunikasi verbal dengan yang lain. Untuk klien dengan bahasanya tidak sama dengan pelaku kesehatan, perantara mungkin diperlukan. Seorang translator mengubah bahan tertulis (seperti pamphlet pendidikan pasien) dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Seorang penerjemah penerjemah adalah seorang individu yang menengahi komunikasi antara orang-orang yang beda bahasa tanpa menambah dan mengurangi arti atau pemaknaan. 2. Komunikasi nonverbal Untuk berkomunikasi secara efektif dengan klien yang berbeda budaya. Perawat perlu menyadari 2 aspek dari perilaku nonverbal komunikasi: 1). Apa perilaku nonverbal yang berarti kepada klien. 2). Perilaku nonverbal dalam kebudayaan klien. Nonverbal komunikasi dapat mencakup penggunaan keheningan, gerakan mata, ekspresi wajah, postur tubuh. Beberapa kebudayaan memerlukan keheningan dalam komunikasi. Memberikan kesempatan untuk berbicara, atau memberikan privasi kepada orang lain. Beberapa kebudayaan mengambarkan keheningan itu sebagai tanda hormat dan setuju. Ekspresi wajah bisa berbeda-beda diantara kebudayaan. Giger and Davidhizar (1999) mengatakan Italia, Yahudi, Afrika, Amerika, dan Spanyol lebih cepat tersenyum dan menggunakan ekspresi wajah. Lebih tertutup dalam mengkomunikasikan perasaannya khususnya kepada orang lain. Komunikasi nonverbal acapkali menjadi lebih bermakana dibanding komunikasi nonverbal meliputi mimic wajah, sorot mata, bentuk bibir, jarak, gerakan anggota tubuh dan posisi
tubuh, tekanan suara, objek yang selalu di perhatikan , serta sentuhan. Mimic wajah dapat menunjukkan sikap bersahabat atau marah. Untuk dapat memahami bahasa nonverbal, perawat harus berlatih secara optimal. (Ferry Efend, Makhfudli) – hambatan dalam Proses Komunikasi 1. Hambatan Fisik Dapat
berupa hambatan jarak komunikasi yang sering kali mengganggu proses komunikasi, ataupun ketidakadaan fasilitas yang mampu meminimalisir hambatan jarak tersebut. 2. Hambatan Teknis Yang bersifat teknis seperti gangguan pada alat komunikasi, media, teknologi dan sebagainya. 3. Hambatan Semantik Hambatan yang berasal dari pengunaan bahasa karena : Perbedaan bahasa Perbedaan persepsi Penggunaan istilah yang berlebihan Ketidak mampuan memilih kata atau kalimat 4. Hambatan Psikologis Situasi dan kondisi psikis yang terdapat / dimiliki oleh komunikan dan komunikator. Misalnya cemas, malu, takut dan sebagainya s ebagainya.. 5. Hambatan Status Situasi dan kondisi psikis antara komunikator dengan khalayak sering kali menjadi hambatan yang dapat mengurangi pencapaian tujuan komunikasi.misalnya ketika seorang dosen muda harus memberi kuliah didepan mahasiswa pasca sarjana yang ternyata sebagian besar adalah atasan didepartemen tersebut. 6. Hambatan Budaya Perbedaan budaya (nilai, norma, kebiasaan, adat istiadat) merupakan faktor yang sering membuat tujuan komunikasi terhambat. Karena budaya yang dianut oleh sebuah masyarakat merupakan hasil internalisasi individu terhadap nilai, norma, kebiasaan dan adat dimana ia tinggal selama bertahun tahun, maka kita mengenal ada yang namanya : Akulturisasi, Asimilasi. 7. Hambatan Kerangka berfikir Komunikasi yang efektif dapat terjadi ketika terjadi himpitan kepentingan (over lapping of interest) / kesamaan persepsi antara komunikator dengan komunikan.kesamaan ini dapat terwujud jika ada perbedaaan yang mencolok dalam kerangka berpikir komunikan dan komunikator. 8. Hambatan Kebutuhan dan Ketertarikan 9. Hambatan Lingkungan
pasien laki-laki korban tabrak lari, masuk ke unit perawatan sebuah rumah sakit. Pasien mengalami fraktur dekstra dan terpasang traksi. Pasien juga mengalami perdarahan abdomen dan telah dilakukan tindakan laparatomy eksplorasi. Pasien dalam status NPO ( nothing per oral). Dilihat dari wajahnya, pasien adalah seorang keturunan India. Ia berteriak-teriak meminta minum dalam bahasa Inggris. Perawat berusaha untuk menjelaskan bahwa saat ini pasien tidak boleh minum. Pasien tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik sementara di ruang perawatan tersebut tidak ada perawat yang lancar berbahasa Inggris. 1. Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi di atas ? Menunjukan peranan Independent dari perawat dengan : Mengenal budayanya (nilai, kepercayaan, kepercay aan, prilaku, kebiasaan) Mengenal etnik / suku /latar belakang dari pasien (bahasa) 2. Apa yang sebaiknya dilakukan perawat untuk membantu pasien ? Perawat memulai pengkajian dengan melihat latar budaya cultural yang di miliki klien dan latar belakang social juga ketrampilan bahasa yang yang dimilikinya. Dengan Dengan cara cara : Perawat harus harus bersikap terbuka dengan cara menerima pasien pasien sesuai dengan dengan perbedaan budayanya Memanggil dengan nama belakang klien / nama lengkap
Ciptakan hubungan saling percaya
Dengan
menggunakan bahasa yang sederhana , verbal & non verbal (isyarat & tulisan) Mencari bantuan dari orang terdekat pasien yang bisa dan mengerti bahasa Indonesia Mencarikan penerjemah, bila pasien pasien masih tidak dapat mengerti & bila tidak ada keluarga. keluarga. Kriteria penerjemah penerjemah sebaiknya sbb : Jenis kelamin yang yang sama Umurnya lebih dewasa Mempunyai status social yang sama dengan klien Yang mempunyai pemahaman tentang budaya India Mengerti tentang kesehatan Ini diperlukan dalam mengumpulkan data mengenai penyebab penyakit dan masalah klien. Tindakan keperawatan keperawatan yang diberikan klien ada 3 :1. Cultur care preservation : Prinsip membantu, memfasilitasi, atau memperhatikan fenomena budaya guna
membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan. Contohnya memberitahukan bahwa Ia tidak boleh minum dengan bahasa verbal maupun non verbal (Gambar/tulisan dan isyarat) embantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena yang ada, merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu atau klien. Contohnya: meletakan peralatan yang dibutuhkan klien (tisu, pulpen, kertas dll)3. Cultur care repatterning : Prinsip merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah yang lebih baik. Contohnya Klien diharuskan bedrest total dikarenakan ada traksi dan post operasi laparato l aparatomy my eksplorasi
KEPERAWATAN A. Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan Kesehatan Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita ketahui apa arti kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu system gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat. (koentjoroningrat, 1986) Wujud-wujud kebudayaan antara lain : 1. Kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan 2. Kompleks aktivitas atau tindakan 3. Benda-benda hasil karya manusia Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Teori transkultural dari keperawatan berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. keperawatan. Teori ini menjabarkan konteks atau konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai cultural yang melekat dalam masyarakat. Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut
diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya.
pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. Sedangkan menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya. Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan norma pemahaman keperawatan transcultural dalam meningkatkan kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan. keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring, caring adalah esensi dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Perilaku caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga meninggal dunia. Human caring merupakan fenomena universal dimana,ekspresi, struktur polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.B. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural Konsep dalam transcultural nursing adalah : 1) Budaya Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. 2) Nilai budaya Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan. 3) Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan Merupakan bentuk yang optimal dalam pemberian asuhan keperawatan -budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki individumenganggap budayanya adalah yang terbaik5) EtnisBerkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkanmenurut cirri-ciri dan
kebiasaan yang lazim6) RasPerbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasalmanusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid,mongoloid.Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau diajarkan manusia kepadagenerasi berikutnya (taylor,1989)7) Etnografi: Ilmu budayaPendekatan metodologi padapenelitian etnografi memungkinkan perawat untukmengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya setiap individu.8) CareFenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan perilaku padaindividu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhikebutuhanbaik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupanmanusia9) CaringTindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkanindividu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhanuntuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia10) Culture careKemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi digunakanuntuk membimbing, mendukung atau member kesempatan individu, keluarga atau
hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai 11) Cultural imposition Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktek dan nilai karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain. Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985) , adalah cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang budaya, terhadap 4 konsep sentral keperawatan yaitu : Manusia Individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna menetapkan pilihan dan melakukan pilihan Konsep sehat sakit Sehat adalah kesuksesan beradaptasi mempertahankan intergritas terhadap perubahan lingkungan sedangkan sakit adalah suatu keadaan kegagalan dalam
beradaptasi terhadap perubahan lingkungan Lingkungan Perubahan dinamis yang mempengaruhi
individu
yang
meliputi
lingkungan
internal
dan
eksternal
KeperawatanC. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan keperawatan.
asuhankeperawatan yaitu:1. Culture care preservation / maintenanceYaitu prinsip membantu, memfasilitasi/memerhatikan fenomena budaya gunamembantu individu menentukan tingkat kesehatan dan guna hidup yang diinginkan2. Culture care accommodation / negotiationYaitu prinsip membantu, memerhatikan fenomena buadaya yang ada, yangmerefleksiakan cara untuk beradaptasi, bernegosiasi / mempertimbangkan kondisikesehatan dan gaya hidup klien3. Culture care repatterning / restructuringYaitu prinsip merekonstruksi / mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisikesehatan dan pola hidup klien ke arah yang lebih baikModel konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhankeperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (SunriseModel). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan olehperawat sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien(Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulaitahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalahkesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien ( Giger and Davidhizar,1995).Pengkajian dirancang berdasarkan tujuh komponen yang
ada
pada”Sunrise
Model”yaitu:1. Model”yaitu:1.
Faktor
teknologi
(technological
factors)Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaranmenyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu
mengkaji: Persepsisehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencaribantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternative dan persepsi klien
permasalahankesehatan ini.2. Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors )Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagipara pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkankebenaran diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yangharus dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandangklien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yangberdampak positif terhadap kesehatan.3. Faktos sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors )Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan,umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilankeputusan pengambilankeputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga.4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways )Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganutbudaya yang di anggap baik atau buruk. Norma –norma budaya adalah suatu kaidahyang k aidahyang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada factor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga,bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dipantang dalam kondisisakit, perseosi perseosi sakit berkaitan berkaitan dengan aktivitas aktivitas seharihari dan kebiasaanmembersihkan diri.5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors )Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yangmempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrewand Boyle, 1995 ). Yang perlu dikaji pada tahap
ini adalah: peraturan dan kebijakanyang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang bolehmenunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
memanfaatkan sumber-sumber sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga. 7. Faktor pendidikan ( educational factors ) Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak terulang kembali. Prinsip-prinsip pengkajian budaya: a. Jangan menggunakan asumsi. b. Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit,orang Jawa halus. c. Menerima dan memahami metode komunikasi. d. Menghargai perbedaan individual. e. Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien. f. Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi.D. Instrumen Pengkajian Budaya Sejalan berjalnnya waktu,Transkultural in Nursing mengalami perkembangan oleh beberapa ahli, diantaranya:
(Technological (Technological Factors) - Persepsi sehat-sakit - Kebiassaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan - Alasan mencari bantuan/pertolongan medis - Alasan memilih pengobatan alternative - Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam mengatasi masalah kesehatan b. Faktor agama atau falsafah hidup (Religious &
Philosophical factors) - Agama yang dianut - Status pernikahan - Cara pandang terhadap penyebab penyakit - Cara pengobatan / kebiasaan agama yang positif terhadap kesehatan c. Faktor sosial dan keterikatan kelluarga (Kinship & Social Factors) - Nama lengkap & nama panggilan - Umur & tempat lahir,jenis kelamin Status,tipe keluarga,hubungan keluarga,hubungan klien dengan keluarga - Pengambilan keputusan dalam keluarga d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural value and lifeways) - Posisi / jabatan yang dipegang dalam keluarga dan komunitas - Bahasa yang digunakan Kebiasaan yang berhubungan dengan makanan & pola makan - Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas kebersihan diri dan aktifitas sehari-hari e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political & legal Factors) Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi
kegiatan
individu
dalam
asuhan
keperawatan
lintas
budaya,meliputi: - Peraturan dan kebijakan jam berkunjung - Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu - Cara pembayaran f. Faktor ekonomi (Economical Factors) - Pekerjaan - Tabungan yang dimiliki oleh keluarga - Sumber biaya pengobatan - Sumber lain ; penggantian dari kantor,asuransi dll. - Patungan antar anggota keluarga g. Faktor Pendidikan (Educational Factors) - Tingkat pendidikan klien - Jenis pendidikan - Tingkat kemampuan untuk belajar secara aktif Pengetahuan tentang sehat-sakit2. Keperawatan transkultural model Giger & Davidhizar Dalam model ini klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari suatu kebudayaan,pengkajian kebudayaan,pengkajian keperawatan transkultural model ini meliputi:
suara,pengucapan (pronounciation),penggunaan bahasa non verbal,penggunaan „diam
‟
b. Space (ruang gerak) Tingkat rasa nyaman,hubungan kedekatan dengan orang lain,persepsi tentang ruang gerak dan pergerakan tubuh. c. Orientasi social (social orientastion) Budaya,etnisitas,tempat,peran dan fungsi keluarga,pekerjaan,waktu
luang,persahabatan dan kegiatan social keagamaan. d. Waktu (time) Penggunaan waktu,definisi dan pengukuran waktu,waktu untuk bekerja dan menjalin hubungan social,orientasi waktu saat ini,masa lalu dan yang akan datang. e. Kontrol lingkungan (environmental control) Nilai-nilai budaya,definisi tentang sehat-sakit,budaya yang berkaitan dengan sehat-sakit. f. Variasi biologis (Biological variation) Struktur tubuh,warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya seperti; eksistensi enzim dan genetic,penyakit yang spesifik pada populasi terntentu,kerentanan terhadap penyakit tertentu,kecenderungan tertentu,kecenderungan pola makan dan karakteristikpsikologis,koping karakteristikpsikologis,koping dan dukungan social.3. Keperawatan transkultural model Andrew & Boyle Komponenkomponenya meliputi: a. Identitas budaya b. Ethnohistory c. Nilai-nilai budaya f. Kode etik dan moral g. Pendidikan h. Politik i. Status ekonomi dan social j. Kebiasaan dan gaya hidup k. Faktor/sifat-sifat bawaan l. Kecenderungan individu m. Profesi dan organisasi budaya Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self assessment) dan pada klien, Kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi transkulturalnya melalui media: verbal, non verbal & teknologi, untuk tercapainya lingkungan yang kondusif bagi kesehatan dan kesejahteraan klien.Aplikasi konsep dan prinsip transkultural sepanjang daur kehidupan manusia (perawatan danpengasuhan anak). Budaya adalah konteks pengalaman anak tentang sehat dan sakit, kesejahteraan dankesakitan (Talabere, 1996). Pandangan holistik tentang anak mengharuskan perawatmengembangkan beberapa pemahaman tentang cara budaya berkontribusi padaperkembangan hubungan sosial dan emosi dan cara budaya mempengaruhi praktikpengasuhan anak dan sikap masyarakat terhadap kesehatan. Budaya adalah pola asumsi, keyakinan, dan praktik yang secara tidak sadar membentuk/ membimbing pandangn dan keputusan secara kelompok masyarakat (Buchwald dkk, 1994). Ras adalah suatu pembagian sifat yang dimiliki
makhluk hidup yang dapat diwariskan melalui keturunan, misal; kaukasia (putih), negro (hitam), dan Mongol (kuning). Etnisitas yaitu afiliasi dari sekelompok individu yang mempunyai keturunan budaya, sosial dan bahasa yang unik. Sosialisasi yaitu proses ketika anak mendapatkan keyakinan, nilai, dan perilaku masyarakat tertentu untuk dapat berfungsi dalam kelompok k elompok tertentu.
jelasdan pada usia dini, sehingga anak tumbuh merasa bahwa keyakinan, sikap, nilai dan praktikmereka ”benar” atau ”normal”, individu dari budaya lain mungkin dianggap ”menyimpang”atau ”salah”. Suatu set nilai yang dipelajari pada masa kanak -kanak
cenderung mencirikankarakteristik dan perilaku anak terhadap hidup, membimbing mereka untuk berjuangsepanjang hidup dan memantau keinginan impulsif mereka yang
berentang
pendek.Karenanya pendek.Karenanya
setiap
masyarakat
terus
menerus
mensosialisasikan setiap generasi pada warisanbudayanya. Budaya mengembangkan dan menguatkan perilaku yang dianggap tepat dandiinginkan; budaya berupaya menekan atau menyingkirkan perilaku yang tidak sesuai dengannorma budaya. Beberapa budaya mendorong perilaku agresif pada nak-anak mereka; budayalain lebih memilih kepatuhan dan keramahan. Beberapa budaya mendorong kecerdikan dankompetisi; budaya lain menekankan kerjasama dan patuh pada minat kelompok. Budaya dapat juga berbeda dalam status kelompok yang didasarkan pada usia dalamketerampilan. Bahkan permainan dan tipe mainan anak ditentukan secara budaya. Dalambeberapa budaya anak bermain dalam kelompok yang terdiri atas jenis kelamin yang sama, dibudaya lain bermain dalam jenis kelamin k elamin campuran. Pada P ada beberapa budaya, perbaikan timlebih menonjol, dibudaya lain kebanyakan permainan dibatasi pada permainan individual.D. Studi KasusSeorang klien perempuan berusia 25 tahun sedang hamil 4 bulan. Ini merupakankehamilannya yang pertama. Klien tersebut berasal dari daerah Sunda sedangkan suaminyaberasal dari Tapanuli.
Mereka saat ini tinggal di Jakarta. Sejak mengetahui istrinya hamil,suami klien berusaha untuk memanjakan istrinya dan melarangnya bekerja dan memintaorang tua (ibu) klien untuk menemani klien di rumah. Orang tua klien masih sangat ketatmengikuti adat istiadat mereka demikian pula halnya dengan orang tua suami klien. Klienmerasa tertekan dengan kondisi kehamilannya dan perlakuan yang diterimanya dari suami,orang tua, dan mertuanya.Pertanyaan:Anali mertuanya.Pertanyaan:Analisa sa kasus tersebut berdasarkan konsep budaya dan transkultural yang telah saudarapelajari. Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi di atas? Apa yang sebaiknyadilakukan perawat untuk membantu klien dan keluarganya? k eluarganya? Budaya Tapanuli Budaya Sunda Tidak boleh keluar rumah Tidak boleh keluar rumah sembarangan, sembarangan, sembarangan, terutama sore hari terutama sore hari Ibu hamil harus makan makanan adat Hanya memakan sayuran (dianggap Batak berupa ikan batak, jenis ikan baik), sedangkan ikan, daging, dan buah- Mahseer buahan dianggap tidak baik untuk bayi Harus menggunakan ulos Tondi (kain Tidak boleh melilitkan anduk/ kain di khusus), agar ibu dan bayinya sehat leher ibu hamil, agar bayi tidak terlilit pada waktu melahirkan kelak tali pusat Tidak boleh minum air terlalu banyak karena bila melahirkan nantinya akan terlalu banyak air atau anak kembar Pantang makan gula merah/ tebu serta nanas karena dapat membuat perut ibu hamil sakit Dianjurkan minum air kelapa muda Dianjurkan untuk minum minyak kelapa seiring dengan semakin besarnya usia kehamilan, terutama usia 9 bulan Dilarang menucapkan beberapa kata- kata pantangan Peran Perawat pada kasus tersebut:1. Mengkaji tingkat stress klien2. Mengkaji kebudayaan dari kedua keluarga ( Tapanuli dan Sunda ) dari pasien dan keluarga serta mencarinya di literatur3. Menkaji faktor-faktor budaya yang bertentangan dengan prinsip kesehatan dan tingkat stress klien4. Membina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga
eluarga klien mendiskusikan hal-hal yang diinginkan atau dicapai oleh klien beserta keluarga (suami, ibu klien k lien dan mertua)6. Menjelaskan pada keluarga mengenai budaya yang bertentangan dengan kesehatan7. Melibatkan keluarga untuk bekerja sama (problem solving) yang berhubungan dengan faktor budaya
KEPERAWATAN a) Pengertian Transkultural adalah sub bidang keperawatan yang difokuskan pada studi komperatif dan analisis dari berbagai kultur dan subkultural dengan mempertimbangkan perilaku kasih sayang mereka;asuhan keperawatan,dan nilai- nilai sehat sakit,keyakinan dan pola-pola perilaku(Leininger 1978) b) Tujuan Mengembangkan sains dan keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kebudayaan (kultur-culture) yang spesifik dan universal(Leininger universal(Leininger 1978) Kebudayaan yang spesifik adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain,sedangkan kebudayaan yang universal adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang diyakini dan dilakukan oleh hampir semua kebudayaan seperti budaya olahraga untuk memperbaiki kesehatan.Sangat penting untuk perawat yang bekerja dengan individu,kelompok,keluarga atau komunitas dengan keyakinan nilai dan praktik budaya yang unik.Keperawatan transkultural mencakup pengintegritasian pandangan,pengetahuan,dan pengalaman budaya dalam semua area proses keperawatan ;walau demikian model ini tidak memberikan panduan untuk mengkaji klien,individu,kelompok atau komunitas juga tidak memadu diagnosis,perencanaan,dan intervensi keperawatan.Model itu menjadi pedoman untuk membangkitkan teori-teori bagi praktik keperawatan dalam budaya khusus. Negosiasi budaya atau intervensi dan implementasi keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatannya.Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan status kesehatan,misalnya jika yang berbau amis seperti ikan,maka klien tersebut dapat mengganti ikan dengan sumber protein nabati yang lain. Restrukturisasi budaya perlu dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan klien.Perawat berupaya melakukan strukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok.Seluruh perencanaan dan implementasi keperawatan dirancang sesuai latar belakang budaya sehingga budaya dipandang sebagai rencana hidup yang lebih baik setiap saat. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut. Pendekatan transkultural merupakan suatu perspektif yang unik karena bersifat kompleks dan sistematis secara ilmiah yang secara konstektal melibatkan banyak
hal,seperti
bahasa
yang
digunakan,tradisi,nilai
historis
yang
teraktualisasikan,serta ekonomi.Konsekuensinya,perawat sebagai tenaga kesehatan perlu memahami perbedaan substansi di antara individu,keluarga,komunitas termasuk organisasi pelayanan kesehatan.Misalnya keluarga yang tinggal di daerah pantai,pegunungan atau pengungsian mereka memiliki konteks yang berbeda termasuk system nilai yang diaktualisasikan.Perawat idealnya memiliki kompetensi budaya sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat efektif dan bersifat humanisI. KEPERAWATAN TRANSKULTURAL DAN GLOBALISASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abab ke 21 termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkwalitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adanya oergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat dilambangkan serta dapat
diaplikasikan dalam praktek keperawatan.Perkembangan keperawatan .Perkembangan teori keperawatanx terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory, middle range theory dan practice theory. Salah satu teori yang diungkapkan pada middle range theory adalah Transkultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan
keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat akan mengakibatkan terjadinya terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya
dan
kepercayaan.
Hal
ini
dapat
menyebabkan
munculnya
rasa
ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. II. KONSEP DAN PRINSIP DALAM ASUHAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL i. Konsep dalam asuhan keperawatan traskultural 1) Budaya Adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari,serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. Budaya adalah suatu komplek yang mengandung pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hokum, kebiasaan dan kecakapan lain yang merupakan kebiasaan manusia sebagai aggota komunitas setempat. Karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut: Budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya tang sama persis. Budaya yang bersifat stabil, tetapi juga dinamis, karena budaya tersebut diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan. Budaya diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari. 2) Nilai budaya Adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan
yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan. 3) Perbedaan budaya keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan.4) Etnosentris Adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budayabudaya yang dimiliki oleh orang or ang lain.5) Etnis Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang
lazim.6)
Ras
Merupakan
system
pengklarifikasian pengklarifikasian
manusia
berdasarkankarakteristik fisik, pigmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada tubuh dan bentuk kapala. Ada 3 (tiga) jenis ras yang umumnya dikenal, yaitu kaukasoid, negroid dan mongoloid.7) Etnografi Adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang dan saling timbal balik diantara keduanya.8) Care Adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok.9) Caring Adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok dan keadaan yang nyata.10) Cultural care Berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kamatian dengan damai.
memaksakan kepercayaan, kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain. ii. Prinsip dalam
asuhan keperawatan transcultural 1. Culture care preservation/maintenance Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya, guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan 2. Culture care accumodation/negotiation Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya, merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi, atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu dan klien. 3. Culture care reppatterning/restiueturing Yaitu prinsip merekontruksi atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah yang lebih baik. Hasil yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transcultural pada asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing care health and well being, yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitive, kreatif, serta cara-cara yang bermakna, guna mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat.III. PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN BUDAYAA. Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya Asuhan keperawatan sebagai suatu proses atau rangkaian kegiatan kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesui dengan latar belakang budayanya. Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalahkesehatan klien sesuai latar belakang budaya klien. dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “sunrisemodel” yaitu Pengkajian dirancang
1. Technological factor ( faktor teknologi ) Perawat perlu mengkaji : persepsi klien tentang sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatife dan persepsi klien tentang penggunaan data dan pemanfaat pemanfaatan an teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini. Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk
memilih dampak positif atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. 2. Religious and philosophical factors ( faktor agama dan falsafah hidup) Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara penobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya. 3. Kinship and social factors ( faktor sosial dan keterikatan keluarga ) Pada tahap ini perawat harus mengkaji faktor – faktor : nama lengkap, nama panggilan, umur, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga. 4. Cultural value and life ways ( nilai – nilai budaya dan gaya hidup ) Nilai – nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma – norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang menjadi pantangan dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari – hari dan kebiasaan membersihkan diri.
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan indivudu dalam asuhan keperawatan lintas budaya. Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, dan cara pembayaran untuk klien yang dirawat.6. Economical factors ( faktor ekonomi ) Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaat memanfaatkan kan sumber – sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji
oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, pengganti penggantian an biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.7. Educational factors ( faktor pendidikan ) Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali. Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti – bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehtannya. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan pengkajian budaya adalah : a. Tidak menggunakan asumsi b. Jangan membuat streotip karena bias terjadi konflik, misalnya orang batak galak, orang padang pelit
individual e. Menghargai kebutuhan personal dari setiap individu f. Tidak boleh membeda – bedakan keyakinan klien g. Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadiIV. BEBERAPA INSTRUMEN PENGKAJIAN BUDAYA Keragaman Budaya Dan Perspektif Transkultural Dalam Keperawatan Alat Pengkajian Warisan Budaya1. Dimana ibu Anda lahir?2. Dimana ayah Anda lahir?3. Dimana kakek –nenek Anda lahir? a. Ibu dari ibu Anda? b.Ayah dari ibu Anda? c. Ibu dari ayah Anda? d. Ayah dari ayah Anda?4. Berapa saudara laki-laki . . . . . dan perempuan . . . .5. Dimana Anda dibesarkan? Desa . . . . Kota. . . .Pinggir kota . . . .6. Dimana orang tua Anda dibesarkan? Ayah . . . . Ibu . . . .7. Berapa usia Anda ketika datang ke Amerika Serikat?8. Berapa usia orang tua Anda ketika datang ke Amerika Serikat? Ayah . . . . Ibu . . . .9. Ketika Anda dibesarkan ,siapa yang tinggal dengan Anda? Keluarga inti .
. . . atau . . . . Keluarga besar . . . .10. Apakah Anda mempertahankan dengan . . . . . a. Bibi,paman,sepupu Bibi,paman,sepupu Ya Tidak b. Saudara laki-laki dan perempuan Ya Tidak tua Ya Tidak d. Anak Anda sendiri Ya Tidak11. Apakah kebanyakan dari bibi,paman,sepupu Anda tinggal dekat rumah Anda? 1. Ya 2. Tidak12. Kira-kira seberapa sering Anda mengunjungi anggota keluarga Anda yang tinggal di luar rumah Anda? 1. Setiap hari . . . . 2. Setiap minggu . . . . 3. Setiap bulan . . . . . . 4. Hanya liburan khusus . . . . 5. Tidak pernah . . . . .13. Apakah nama asli keluarga Anda diganti? 1. Ya 2. Tidak14. Apakah kepercayaan Anda? 1. Katolik 4.Lain-lain 2. Islam 5.Tidak ada 3. Protestan . . . . Deromilasi . . . .15. Apakah pasangan Anda mempunyai kepercayaan yang sama dengan Anda? 1. Ya . . . . 2. Tidak . . . .16. Apakah pasangan Anda mempunyai latar belakang etnik sama dengan Anda? Anda? 1. Ya . . . . 2. Tidak . . . .17. Anda sekolah di mana? 1. Pemerintah . . . . 2. Swasta . . . . . 3. Seminar/pesantren Seminar/pesantren . . . .18. Sebagai seorang dewasa apakah Anda tinggal di daerah di mana tetangga mempunyai kepercayaan dan latar belakang yang sama dengan Anda? 1. Ya . . . . 2. Tidak . . . .19. Apakah Anda memiliki institusi keagamaan ? 1. Ya . . . . 2.Tidak . . . .20. Dapatkah Anda menggambarkan diri Anda sendiri sebagai anggota yang aktif? 1. Ya . . . . 2.Tidak . . . .21. Seberapa sering Anda menghadiri institusi keagamaan Anda? . . . . 4. Sekali setahun/kurang . . . . 2. Setiap minggu . . . . 5. Tidak pernah . . . . 3. Setiap bulan . . . . .22. Apakah Anda mempraktekkan keagaman Anda di rumah? 1. Ya . . . .(bila ya sebutkan tempatnya) 4. Membaca kitab suci . . . . 2. Tidak . . . . 5. Diet . . . . 3. Berdoa . . . . 6. Merayakan hari besarkeagamaan . . . .23. Apakah Anda menyiapkan makanan sesuai latar belakang etnik Anda? 1. Ya . . . . 2.Tidak . . . .24. Apakah Anda berpartisipasi dalam aktifitas etnik? 1. Ya . . . . (bila ya,sebutkan tempatnya) 5. Berdansa . . . . 2. Tidak . . . . 6. Festival . . . . . . 3. Bernyanyi . . . . 7. Adat istiadat . . . 4. Perayaan hari besar . . . . 8. Lain-lain . . . . . . .25. Apakah A pakah teman Anda dari latar belakang belakang kepercayaan yang sama
dengan Anda? 1. Ya . . . . 2. Tidak . . . .26. Apakah teman Anda dari latar belakang yang sama dengan Anda? 1. Ya . . . . 2. Tidak . . . .27. Apakah bahasa asli Anda?28. Apakah Anda berbicara dengan bahasa tersebut? 1. Terutama . . . . 2. Kadangkadang . . . . 3. Jarang . . . .29. Apakah Anda membaca dalam bahasan asli Anda? 1. Ya . . . . 2. Tidak . . . . Makin besar jumlah jawaban ya,makin kuat klien memiliki keturunan tradisional (satu jawaban tidak,Yang menunjukkan identitas keturunan adalah “Apakah nama Anda diganti?” Tahun 1920,populasi ini percampuran luas orang
dari banyak negara,berbicara bahwa yang berbeda dan memandang dengan pandangan yang sangat beragam tentang keyakinan dan praktik kesehatan sensus tahun 1980 adalah upaya pertama yang gi-bagi populasi berdasarkan negara asal.Kelompok terbesar adalah Jerman,Inggris,Irlandia Jerman,Inggris,Irlandia dan Perancis. Ini adalah sketsa Demografi singkat tentang tentang populasi : Usia rerata dari populasi populasi ini pada tahun 1990 adalah adalah 34,4 tahun. 74,6% dari anggota populasi yang berusia lebih dari dari 25 tahun telah menyelesaikan pendidikan Sekolah tinggi.
Pendapatkan pribadi bagi individu yang
bekerja purna waktu waktu pada tahun 1989 rata-rata rata-rata $ 31,419. 8,8% dari individu yang berusia lebih dari 25 tahun dalam kelompok ini berada di bawah garis ke miskinan pada tahun 1991. Penyebab Dan Pencegahan Penyakit Bagi suku Eropa – Amerika,keyakinan tradisional tentang penyebab penyakit adalah banyak dan beragam. Contoh: melanggar peraturan keagamaan,pemajanan terhadap faktor penyebab seperti hukuman dari Tuhan,kutukan,perubahan iklim,penyalahgunaan tubuh. Metode untuk pencegahan penyakit yang ditemukan diantara suku Eropa Amerika termasuk diet ,olah raga,ritual keagamaan dan mengenakan jimat. Ramuan Ini adalah ramuan yang dilaporkan diantara suku Eropa-Amerika Malocchio adalah semacam terompet dari Itali yang dikenakan untuk mencegah mata setan. The Hunchbacked Man Gobo yang di pasangkan pada terompet memberikan perlindungan
ekstra,ia mengenakan sepatu tapal kuda untuk Keberuntungan Keberuntungan pada tangan kanannya. Menjulurkan jari telunjuk dan jari kelingking dari tangan kanannya untuk mengusir setan. Sirup Black Draught digunakan sebagai laksatif dibeli dengan bebas.Sloans Liniment membantu dalam peredaan semantara nyeri ringan yang diakibatkan oleh artritis dan penyakit lainnya. Olbas dan magentropfen adalah obat yang dijual di Jerman untuk mengobati sakit tenggorok dan kurang nafsu makan.Alat Pengkajian Organisasi Sosial Etnokultural
Ukuran populasi total dalam kota/desa Dibagi-
bagi berdasarkan wilayah konsentrasi residensi kelompok target
Dibagi-bagi
berdasarkan usia Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Keyakinan tentang kesehatan tradisional dan penyakit yang ditemukan dalam kelompok target. Praktek kesehatan tradisional dan terhadap penyakit dalam kelompok target.
Penggunaan dan sumber pengobatan pengobatan di rumah. Identitas penyembuh tradisional (dukun).Faktor Kultural Dan Proses Keperawatan Ketika perawat memberikan asuhan kepada klien dari latar belakang yang berbeda- beda harus was Pada dan sensitif terhadap keunikan warisan budaya dan tradisi kesehatan mereka sendiri dan kemudian terhadap latar belakang sosio-kultural klien. Mereka harus mengkaji dan mendengarkan dengan cermat terhadap praktek dan keyakinan tentang kesehatan dan penyakit. Proses keperawatan memberdayakan perawat untuk memberikan asuhan yang bersifat individual dan dapat diterima untuk memberikan asuhan yang sensitif secara kultural. V. PERAWATAN PADA LANJUT USIA A. Perawatan Lansia. Masa dewasa tua (lansia ) dimulai setelh pensiun, biasanya antara 65 -75 tahun. Petugas kesehatan lebih banyak meluangkan waktunya dengan lansia dalam perawatan kesehatan karena itu merka harus fokus untuk mengidentifikasi dalam memenuhi kebutuhan khususnya. Asuhan keperawatan pada lansia adalah
proses kompleks dan menantang yang harus memperhitungkan hal –hal berikut untuk menjamin pendekatan sesuai usia ( Lueckenotte 1994). ekatan kreatif unutukmemaksimalkan
potensi
klien
lansia.
Dengan
pengkajian
informasi
komperehensiptentang kekuatan , sumber, dan keterbatasan klien lansia, perawat menidentifikasikebutuhan masalah klien serta memilih intervensi yang dapat memprtahankankemampuan fisik klien dan menciptakan lingkungan untuk keshatan psikososial danspritual. Pengkajian secara menyeluruh mengharuskan perawat untuk terikat secaraaktif dengan klien dan menadiakan waktu bagi klien untuk memberikan informasipenting tentang kesehatannya. Perawat mengkaji perubahan pada perkembanganfisiologis, perkembanganfisiologis, kognitif, dan prilaku psikososial. Perawat harus tau tentang perubahan iniuntuk memberi asuhan yang tepat bagi lansia dan membatu mereka beradaptasiterhadap
perubahan.
Perawat
juga
harus
mempertimbangkan
kemungkinan perubahansensori yang dapat mempengaruhi problem data. Perawat juga harusmempertimbangkan masalah visual akibat katarak, atau kerusakan akibat pendengarankarena tuli saraf saat memilih tehnik komunikasi, jika klien tidak memahami isyaratvisual atau pendengaran, pengkajian mungkin tidak akurat. Misalny a jika klienmengalami kesulitan medengar pertanyaan perawat, respon yang tidak tepat dapatmenyebabkan perawat bahwa mereka memang bingung. Beberapa klien lansia mungkinmengalami perubahan ini dan lansia lainnya hanya mengalami beberapa perubahan,Perubahaan kontinu dengan usia, tetapi efek pada klien tergantung pada kesehatan,gaya hidup stresor, dan kondisi lingkungan.2. Diagnosa Keperawatan. Data secara sistemik dikumpulkan selama pengkajian. Pengkajian adalah halyang esensial dalam keperawatan gerontologis, karena status klien sering beubahBeberapa diagnosa keperawatan mempunyai beberapa faktor yang berhubunganIndentifikasi faktor yang berhubungan atau penyebab yang mungkin untuk setiapdiagnosa
memberikan arahan dalam mengembangkan intervensi keperawatan,.Misalnya intervensi pada konstipasi berbeda jika kemungkinan penyebabnya penyebabnya adalahlebih pada pengobatan dari pada imobilisasi. Analisa data memerlukan pertimbanganterhadap kekuatan dan keterbatasan individu dan juga presepsi klien lansia tentangstatus kesehatannya. kesehatannya. Validasi data dari keluarga, k eluarga, kolega,perwat, kolega,perwat, profesi kesehatan k esehatan laindan catatan rekam medis mungkin diperlukan. Pengkajian data yang terdiri dari penting untuk validasi diagnosa keperawatan.Pengkajian yang akurat esensial karena perawatan dibuat atas dasar tersebut.3. Perencanaan. Rencana Keperawatan Keperawatan pada lansia pada kegiatan mencegah, meningkatkan,mengurangi meningkatkan,mengurangi atau menghilangkan masalah . Prioritas ditetapkan, tujuan klien dan hasilyang diharapkan dan intervensi yang cocok dipilh. Hal tersebut dilakukan denganpartisipasi klien sehingga intervensi dapat dimengerti dan masalah dalam melakukanintervensi dapat dihindari. Pertimbangan perwat tentang pengalaman hidup serta nilaidan pola sosial kultural dikembangkan, harus bertindak sebagai dasar rencanaperawtan individu. Tujuan penetapan perawatan pada lansia harus mencerminkan pertimbanganfaktor yang mempengaruhi pertambahan usia normal, memelihara kemandirian sebisamunkin , dan memudahkan tingkat kenyamanan dan koping optimal. Meskipun kadang –kadang membutuhkan waktu yang lebih banyak dan sulit , melibatkan klien lansiadalam proses perencanaan keperawatan memberi kebebasan maksimal pada aktivitasmerawat diri endiri dapat meningkatkan kesehatan fisik dan psikososial. Dalam kasusdimana keadaan kognitif klien menghambat keikutsertaanya dalam menetapkan tujuanhasil serta intrervensi perencanaan, keluarga harus ada didalamnya. Keluarga danteman adalah sumber data ketika mengembangkan rencana perawatan individu karenamerka mengetahui klien sebelum terjadi kelemahan. Mereka dapat memberikan tentangprilaku klien dan
mengusulkan
metode
penatalaksaanya.4.
Implementasi.
Implementasi
keperawatan pada lansia dapat mencangkup peningkatan danpemeliharaan kesehatan, dukungan psikososial , keadaan rumah, ;pengobatan mandiri,penyesuaian, dan penghematan. Hal tersebut penting untuk dimaksukkandidalamkegiatan dimaksukkandidalamkegiatan rutinitas atau ritual klien jika mungkin. Intervensi secara umumdiitunjukkan pada memfasilitasi kemandirian dan mendukung kemampuan perawatandiri. Aktivitas perawatan membutuhkan lebih banyak waktu karena respons yang lebihlambat, banyak masalah, dan hubungan yang dekat antara aspek fisik dan psikososialpenuaan. psikososialpenuaan. asi Evaluasi mengukur tngkat dimana rencana intervensi efektif dalam memenuhi hasil yang diharapkan. Perawat menentukan apakah tujuian telah terpenuhi dan perubahan apa yang telah terjadi pada status klien sebagai hasil intervensi. Tujuan dapat direvisi atau dihilangkan atau membuat tujuan baru. Implementasi mungkin terpengaruh sesuai perubahan tujuan. Klien dan keluarga termasuk dalam pengembangan rencana keperawatan, masukan dari mereka dalam mengevaluasi hhasil perawatan harus didapat. Frekuensi evaluasi pada lansia sangat individual. Perubahan seringkali lambat dann tidak terlihat, sehingga evaluasi mungkin jarang atau sering dilakukan. Tipe masalah , pembentukan tujuan dan penggunaan intervensi menentukan frekuensi evaluasi. Misalnya, jika tujuannya adalah klien bebas dari komplikasi kulit karena imbobilitas, evaluasi harus sering dilakukan dan teratur .Jjika intervensinya penurunan berat badan, evaluasi klien harus dilakukan setiap minggu. Perawat memainkan peran besar dalam mendorong lansia untuk berpartisipasi dalam mengevaluasi rencana intrevensi dan kemajuan.VI. PERAWATAN MENJELANG DAN SAAT KEMATIAN Perawat sebagai pelayan kesehatan memiliki peran yang sangat penting bagi keluaraga dan pasien yang akan menjelang
ajal.Seorang
perawat
harus
dapat
berbagi
penderitaan
dan
mengintervensi pada saat klien menjelang ajal untuk meningkatkan kualitas hidup. Menjelang ajal atau kondisi terminal adalah suatu proses yang progresi menuju
kematian berjalan melalui tahapan proses penurunan fisik,psikososial,dan spiritual bagi individu. Secara umum pengaplikasian caring pada klien menjelang ajal berupa:A. Peningkatan kenyamanan Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan perbedaan distres (oncology society and the American Nurses Association,1974) Hal hal yang harus diperhatikan dalam peningkatan kenyamanan
klien mengatasi rasa nyeri,karena nyeri dapat mempengaruhi klien dalam memenuhi kebutuhan istirahat tidur,nafsu makan,mobilitas dan fungsi psikologis. 2. Ketakutan Tenaga kesehatan dan keluarga harus dapat membantu klien mengurangi rasa ketakutan terhadap gejala yang ditimbulkan seperti nyeri umum yang selalu datang setiap saat yang dapat membuat sagala aktifitas terganggu. 3. Pemberian terapi dan pengendalian gejala penyakit. Pemberian terapi merupakan bagian yang dapat mengurangi rasa tidak nyaman seperti rasa nyeri dapat teratasi setelah pemberian terapi,pemberian terapi,pemberian chemotherapi,dan radiasi dapat membantu mengurangi penyebaran penyakit. 4. Higiene personal Pemenuhan kebersihan diri merupakan salah satu yang harus dipenuhi agar klien merasa segar dan nyaman.B. Pemeliharaan Kemandirian Adalah pilihan yang diberikan kepada klien menjelang ajal untuk memilih tempat perawatan dan memberikan kebebasan sesuai kemampuan klien,karena sebagian besar klien menjelang ajal menginginkan sebanyak mungkin mapan diri. Dalam pemeliharaan kemandirian dapat dilakukan bisa perawatan akut dirumah sakit,ada juga perawatan dirumah atau perawatan hospice. 1. pemeliharaan kemandirian di rumah sakit Klien yang memilih tempat perawatan menjelang ajal dirumah sakit diberikan kebebasan sesuai kemampuan. Sikap perawat dalam pemeliharaan kemandirian di rumah sakit : o Perawat harus mengimformasikan klien tentang pilihan o Perawat dapat memberikan dorongan dengan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan untuk memberikan rasa kontrol klien
kepada keluarga untuk memberikan kebebasan klien membuat keputusan. 2. pemeliharaan kemandirian dirumah (perawatan hospice) Adalah perawatan yang berpusat pada keluarga yang dirancang untuk membantu klien sakit terminal untuk dapat dengan nyaman dan mempertahankan gaya hidupnya senormal mungkin sepanjang proses menjelang ajal. Menurut Pitorak (1985) mengambarkan komponen perawatan hospice sebagai berikut : o Perawatan dirumah yang terkoordinasi dengan pelayanan rawat jalan dibawah administrasi rumah sakit o Kontrol gejala (fisik,sosiologi,fisiologi, dan spiritual ). o Pelayanan yang diarahkan dokter o Perawtan interdisiplin ilmu o Pelayanan medis dan keperawatan tersedia sepanjang waktu o Klien dan keluarga sebagai unit perawatan o Tindak lanjut kehilangan karena kematian o Penggunaan tenaga sukarela terlatih sebagai bagian tim o Penerimaan kedalam program berdasarkan pada kebutuhan perawatan kesehatan ketimbang pada kemampuan untuk membayar.C. Pencegahan Kesepian dan isolasi Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori perawat menintervensi kualitas lingkungan. Hal-hal yang dilakukan untuk mencegah kesepian dan isolasi 1. Tempatkan pasien pada ruangan biasa ( bergabung dengan pasien lain) tidak perlu ruangan tersendiri, kecuali pada keadaan kritis atau tidak sadar. 2. libatkan klien dalam program perawatan sesuai kemampuan klien, agar klien merasa diperhatikan.
bermakna. 4. memberikan stimulus berupa gambar, benda yang menyenangkan, atau surat dari anggota keluarga. 5. Libatkan keluarga dan teman untuk lebih perhatian 6. Berikan waktu yang cukup kepada keluarga untuk menjenguk atau menemani klien. D. Peningkatan ketenangan spiritual Memberikan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar kunjung rohani. Perawat dapat memberikan dukungan kepada klien dalam mengekspresikan filosofi kehidupan. Ketika kematian mendekat,
klien sering mencari ketenangan dengan menganalisa nilai dan keyakinan yang berhubungan dengan hidup dan mati. Perawat dan keluarga dapat membantu klien dengan mendengarkan dan mendorong klien untuk mengekspresikan mengekspresikan tentang nilai dan keyakinan, perawat dan keluarga dapat memberikan ketenangan spiritual dengan menggunakan keterampilan komunikasi, mengekspresikan simpati, berdoa dengan klien. E. Dukungan untuk keluarga yang berduka dukungan diberikan agar keluarga dapat menerima dan tidak terbawa kedalam situasi duka berkepanjangan. Hal-hal yang dilakukan perawat, perhatikan 1. perawat harus mengenali nilai anggota keluarga sebagai sumber dan membantu mereka untuk tetap berada dengan klien menjelang ajal. 2. mengembangkan hubungan suportif. 3. menghilangkan ansietas ansietas dan ketakutan
keluarga
4.
menetapkan
apakah
mereka/
kelurga
ingin
dilibatkan.PERAWATAN dilibatkan.PERAWATAN SETELAH KEMATIAN aling tepat untuk merawat tubuh klien setelah kematiankarena hubungan terapeutik perawat-klien yang telah terbina selama fase sakit. Dengandemikian perawat mungkin lebih sensitif dalam menangani tubuh klien dengan martabat dansensitivitas.Peran perawat perawat : 1. perawat menyiapkan tubuh klien dengan membuatnya tampak sealamiah dan senyaman mungkin 2. perawat memberikan kesempatan pada keluarga untuk melihat tubuh klien 3. perawat memberikan pendampingan pada keluar pada saat melihat tubuh klien 4. perawat harus meluangkan wakyu sebanyak mungkin dalam membantu keluarga yang berduka -laki berusia 67 thn mendapat serangan stroke nonhoemoragic dan dirawat diruang perawatan jenis semi intensif sebuah rumah sakit. Kesadaranpasien Kesadaranpasien baik, namun pasien mengalami kelumpuhan sisi sebelah kanan tubuhnya dan mengalamikesulitan bicara. Pasien seringkali menolak bantuan perawat untuk pemenuhan perawatanhariannya. Pasien meminta supaya istrinya yang merawat dan menemaninya. Kebijakan
rumahsakit melarang anggota keluarga menunggu di dalam ruangan perawtan isteri pasien hanyaboleh menemani pasien pada saat waktu kunjungan. Isteri pasien selalu menunggu di ruangperawatan dan ingin membantu merawat suaminya. Pertanyaan : analisa kasus tersebut berdasarkan konsep budaya dan transkultural yangtelah saudara pelajari bagaimana perawat bila dihadapi pada situasi diatas, apa yang sebaiknyadilakukan perawat untuk membnatu pasien dan keluarga.Jawaban kasus Tn. : Konflik : Peraturan Rumah sakit dengan nilai yang dianut oleh pasien. Peraturan RS ; Tidak membolehkan keluarga menunggu didalam ruangan Seluruh kebutuhan pasien dipenuhi oleh perawat (ADL) Nilai yang dianut pasien : Ingin didampingi dan dirawat oleh istrinya Menurut kelompok,dipandang dari konsep keperawatan transcultural ; berdasarkan teori model transkultural ( sunrise model ) 1. Kinship and social factors ( faktor sosial dan keterikatan keluarga ) Dihubungkan dengan kasus didapatkan bahwa klien adalah seorang kepala keluarga sebagai pengambil keputusan. 2. Cultural value and life ways ( nilai – nilai budaya dan gaya hidup )
seorang istri menjadi keharusan melakukan kewajiban melayani suami sebagai k epala keluarga 3. Religious and philosophical factors ( faktor agama dan falsafah hidup) Dipandang dari segi agama klien masih menganut kepercayaan yang kuat terhadap norma agama. Contoh : tidak boleh bersentuhan dengan wanita selain istri dan anaknya. 4. Cultural value and life ways ( nilai – nilai budaya dan gaya hidup ) Sebagai kepala keluarga klien memegang budaya yang menganggap bahwa sudah seharusnya seorang istri mendampingi seorang suami dalam keadaan sakit, klien beranggapan budaya ini adalah budaya yang baik. 5. Political and Legal factors ( faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku Dalam kasus ini peraturan rumah sakit melarang keluarga untuk menunggu klien yang sedang dirawat diruang semi intensif. Yang merupakan hasil kebijakan rumah sakit. Kelompok mengambil suatu kesimpulan
kebijakan RS berdasarkan suatu standar perawatan untuk mencegah infeksi nosokomial. Dalam kasus ini kelompok berpendapat dipandang dari konsep perawatantranskultural dan perawatan usia lanjut, perawat mengambil kebijakan denganmembolehkankan istrinya ada didalam ruangan pada saat kebutuhan ADL seperti pada saateliminasi bab dan bak,makan,minum obat oral,memandikan atau kebutuhan lain dimanamemang kehadiran istri sangat dibutuhka.Diluar itu istri/keluarga dpersilahkan menunggudiluar.ruangan. .
II.A.1.Pengertian Transkultural Transkultural Bila ditinjau dari makna kata , transkultural berasal dari kata trans dan culture, Trans berarti alur perpindahan , jalan lintas atau penghubung. menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; trans berarti melintang , melintas , menembus , melalui.Cultur berarti budaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
kultur
berarti
:
kebudayaan
,
cara
pemeliharaan
,
pembudidayaan.sedangkan Kepercayaan, nilai – nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan pada generasi berikutnya ,sedangkan cultural berarti : Sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan. Budaya sendiri berarti : akal budi , hasil dan adat istiadat. dan kebudayaan berarti : Hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia seperti kepercayaan ,kesenian dan adat istiadat.serta keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menjadi pedoman tingkah lakunya Jadi ,transkultural dapat diartikan sebagai : lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain - Pertemuan kedua nilai – nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial - Transcultural Nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda , ras , yang mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada klien)Leininger ( 1991 ). A.a. Peran dan
Fungsi TranskulturalBudaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh sebab itu , pentingbagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat ( Pasien ) . Misalnyakebiasaan hidup sehari – hari , seperti tidur , makan , kebersihan diri , pekerjaan , pergaulansocial , praktik kesehatan , pendidikan anak , ekspresi perasaan , hubungan kekeluargaaan ,peranan masing – masing orang menurut umur . Kultur juga terbagi dalam sub – kultur . Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya menganut pandangankelompok kultur yang lebih besar atau memberi makna yang berbeda . Kebiasaan hidup juga – nilai budaya Timur ,
menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat pelayanandari dokter pria . Dalam beberapa setting , lebih mudah menerima pelayanan kesehatan kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan . Hal ini menunjukkan bahwa budaya Timur masih kentaldengan hal – hal yang dianggap tabu.Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin ditekankan pentingnya pengaruh kultur terhadappelayanan perawatan . Perawatan Transkultural merupakan bidang yang relatipe baru , iaberfokus pada studi perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya tentang kesehatan danhubungannya dengan perawatannya .Perawatan transkultural adalah berkaitan dengan praktik budaya yang ditujukan untukpemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional) . II.A.1.keperawatan transkultural dan globalisasi dalam pelayanan kesehatan II.A.2 Konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan transkultural1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dandibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dankeputusan.3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal daeipemberian daeipemberian asuhan keperawatan, keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi
pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yangdatang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwabudayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri- ciri dan kebiasaan yang lazim.6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asalmuasal manusia7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian
pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajarilingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian
untuk
memenuhi
kebutuhanbaik
aktual
maupunpotensial
untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.10.Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberikesempatan memberikesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembangdan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untukmemaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide
yangdimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain. Prinsip-prinsip : a. Jangan gunakan asumsi. b. Jangan membuat streotip bisa terjadi konflik misalnya : orang padang pelit, orang jawa halus. c. Menerima dan memahami metode komunikasi. d. Menghargai perbedaan individual. e. Menghargai kebutuhan personal dari setiap individu. f. Tidak privasi terkait kebutuhan pribadi. II.A.3. Pengkajian asuhan keperawatan dalam transkultural.
kesehatan
kliensesuai
dengan
latar
belakang
budaya
klien
(Giger
and
Davidhizar,1995). Pengkajiandirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada SUNRISE MODEL, yaitu : 1. Faktor tehnologi (tecnological factors) Tehnologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat, atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan tehnologi untuk mengatasi permasalan kesehatan saat ini. 2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factor) Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistik bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan, dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan. 3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors) Pada tahap ini yang harus dikaji perawat adalah : nama lengkap, nama panggilan, umur dan tanggal lahir, jenis kelamin status, tipe keluarga, pengambil keputusan dalam keluarga,dan hubungan klien dengan kepala keluarga. 4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways) Nilai-nilai budaya adalah
sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik dan buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Pada faktor ini yang perlu dikaji adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan,makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktifitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri. 5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors) Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Pada tahap ini yang perlu dikaji adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat. 6. Faktor ekonomi (economical factors) Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji adalah: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain seperti ansuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluaraga. 7. Faktor pendidikan (educational factor) Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien mka
tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji tahap ini adalah tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.II.A.3.Beberapa instrument pengkajian budaya. A.3.1 Nurse Client Negotiations Model Pegkajian kultural dan perencanaan keperawatan bsgi mereka yang berasal berasal dari latar belakang
budaya berlainan. Mengakui perbedaan gagasan perawat dan klien tentang kesehatan, penyakit penyakit dan pengobatan. pengobatan. Menurut Kleinman Kleinman 1978 : Arena populer populer , konteks keluarga tentang penyakit, perawatan jaringan soaial dan perspektif masyarakat. Arena profesional, profesional, pengobatan pengobatan ilmiah ilmiah dan tradisi sehat. sehat.
Arena
rakyat, peran ahli pengobatan/penyembuhan yang tidak profesional(dukun). 3.1a. Enam fenomena kultural : a) Komunikasi Verbal, bahasa utama dan non verbal. b) Ruang pribadi Tindakan lebih menonjol daripada kata-kata. c) Organisasi sosial Prilaku didapat, cirikhas budaya, nilai berorientasi internal, kepercayaan kepercayaan keagamaan, pembuatan keputusan bersama keluarga. d) Waktu Bagaimana cara mengkaji waktu, konsep waktu. e) Kendali lingkungan Lokus kontrol, cara mengevaluasi sistem kesehatan. f) Variasi biologis Struktur tubuh, genetik, atribut fisik, karakteristik dan psikologis. Menurut Anderson ( 1990 ) alat untuk memahami perspektif dari sudut pandang klien : a. Menurut anda, apa yang menjadi penyebab masalah ini? b. Menurut anda, mengapa mulai ada masalah ini? c. Apa akibat penyakit itu bagi anda, bagaimana bisa begitu? d. Separah apa sakit anda? Apakah anda akan sakit lama / sebentar? e. Pengobatan apa yang anda pikir sebenarnya anda terima? f. Hasil terpenting apa yang anda harap dapat diperoleh dari pengobatan ini? g. Masalah besar apakah yang dibutuhkan penyakit anda? h. Apa yang paling anda takutkan dari penyakit anda? 3.1.b.Pendekatan atau langkah – langkah untuk memberikan yang peka budaya : 1) Memadukan pengajaran klien berdasarkan data dari langkah terdahulu. 2) Mengidentifikasi adaptasi yang dilakukan klien. 3) Membiasakan diri dengan budaya klien.
Menurut Campiata-Bacode ( 1995 ) ; kompetensi kultural yang terdiri atas seperangkat perilaku, sikap dan kebijakan yang kompeten memungkinkan sistem, lembaga/proffesional bekerja secara efektif dalam lingkungan dan lintas budaya.
Kompetensi melibatkan melibatkan 4 komponen ;
Kesadaran kultural / cultural awarenes awarenes
Mengkaji etnik / latar budaya budaya lain. lain. Pengetahuan kultural / cultural knowledge Memperoleh pendidikan pendidikan dan cara pandang dalam kebudayaan. kebudayaan. Keterampilan kultural kultural / cultural skill Cara Cara melakukan melakukan pengkajian pengkajian yang akurat. Pertemuan kultural / cultural encounter Interaksi dengan latar belakang budaya yang beraneka ragam. A.3.3.Proses pengumpulan data. Proses pengumpulan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latarlatar belakang budaya klien ( Biger and Davidhizar,1995 ). Pengkajian dirancang berdasarkan tujuhkomponen ( sunrise model ), yaitu ;1. Faktor tehnologi / tecnological factors Perawat mengkaji ; persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat / mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif, persepsi klien tentang pemanfaatan tehnologi untuk mengatasi masalah kesehatan.2. Faktor agama dan falsafah hidup / religous and philodophical factors Yang dikaji perawat ; agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga /kinship and social factors Hal yang dikaji ; nama lengkap, nama panggilan, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga.4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup / cultural value and life ways Yang perlu dikaji ; posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit dan persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku / political and legal factors Meliputi ; pengkajian peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh boleh menunggu dan cara cara pembayaran untuk klien yang dirawat.6. Faktor ekonomi / econnomical factors
ng dikaji ; pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki keluarga,(biaya dari sumber lain ( asuransi, penggantian penggantian biaya dari kantor, patungan antar anggota keluarga).7. Faktor pendidikan / educational factor Hal yang dikaji ; tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan / tingkat kemampuan untuk belajar secara aktif
mandiri
tentang
kembali.II.B.Aplikasi
pengalaman
transkultural
sakitnya
pada
sehingga
beberapa
tidak
masalah
terulang kesehatan.
II.B.1.Aplikasi transkultural pada masalah penyakit kronis. II.B.2.Aplikasi transkultural
pada
gangguan
nyeri.
B.2.1.
Definisi
nyeriAdalah
cukup
beragam,sebagian beragam,sebagian karena rasa sakit kompleks dan sebagian karena banyakpandangan banyakpandangan yang berbeda dari rasa nyeri. Nyeri adalah sensasi rasa dengan kerusakan jaringanyang jaringanyang nyata atau potensial melibatkan gangguan kimia di sepanjang sepanjang jalur neurologis.Kompetensi
cultural
perawat
dalam
merawat
klien
dengan
nyeri.Identifikasi sikap personal.- Bina hubungan efektif Perawat – klien.- Bangun kompetensi perawat.- Kaji nyeri.- Management nyeri.- Tanggung jawab yang jelas.Kompetensi
perawat
pada
perbedaan
budaya
dengan
klien
respon
nyeri.Ekspresi rasa sakit bervariasi dari budaya ke budaya dan dapat bervariasi dari orang keorang dalam suatu budaya.sebagai contoh:- America AfricaBeberapa orang percaya rasa sakit dan penderitaan adalah bagian dari kehidupan dan akanbertahan.Beberapa percaya bahwa doa menengadahkan tangan akan bebas dari penderitaan dari rasasakit.Beberapa orang mungkin menolak atau menghindari berurusan dengan rasa sakit sampai iamenjadi tak tertahankan.- Meksiko AmericaCenderung untuk melihat rasa sakit sebagai bagian dari kehidupan dan sebagai indicator darikeseriusan penyakit.Beberapa percaya bahwa rasa sakit yang abadi adalah tanda kekuatan. keras dan vocal dalam ekspresi nyeri mereka. Ini adalah cara belajaruntuk mengatasi sosial dan penting untuk perawat tidak menghakimi atau
menolak.- Asia AmericaNilai – nilai budaya cina diam akibatnya beberapa klien tenang ketika sakit karena merekatidak ingin menimbulkan aib untuk diri dan keluarga mereka.Jepang mungkin memiliki rasa lebih tabah ( minim ekspresi verbal dan non verbal 0 responterhadap sakit.Mereka bahkan menolak obat nyeri.Filipina mungkin klien percaya bahwa rasa sakit adalah kehendak Tuhan, Beberapa lansiaFilipina juga menolak obat nyeri.Native AmerikaSecara umum penduduk asli Amerika yang tenang kurang ekspresif secara lisan dan nonverbal dapat mentolelir tingkat tinggi rasa sakit. Meereka cenderung untuk tidak memintaobat penghilang rasa nyeri dan dapat mentolelir rasa sakit mereka sampai secara fisik merekacacat.- Amerika ArabTanggapan nyeri dianggap pribadi dan dicadangkan untuk segera pada keluarga, tidakdengan professional kesehatan.Akibatnya hal ini dapay menyebabkan persepsi yang salingbertentangan antara anggota keluarga dan perawat
mengenai
efeaktifitas
nyeri
klien.
B.2.2.PERSPEKTIF
BUDAYA
TRANSKULTURAL PADA KEPERAWATANKeperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat dapatdikembangkan dapatdikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam prakter keperawatan. Salah satu teorikeperawatan adalah transkultural nursing teori. Teori menjabarkan konsep keperawatan yangdidasari oleh pemahaman tentang perbedaan nilai – nilai cultural yang melekat dlammasyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikankeanekaragaman budaya dan nilai – nilai dalam penerapan askep pada klien.Bila hal tersebutdiabaikan oleh perawat akan mengakibatkan KULTURAL SHOCK.Kultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampuberadaptasi dengan adanya perbedaan nila budaya dan kepercayaan. hal ini dapatmenyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan,ketidskberdayaan, dan beberapa mengalamidisorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalaminyeri.Pada beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan
rasanyeri dengan berteriak atau menangis, tapi karena perawat memiliki kebiasaan bila nyerihanya dengan meringis pelan , bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan.Makaketika mendapati klien tersebut menangis atau berteriak maka perawat meminta untukbersuara pelan atau berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap mengganggu pasienlainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunankualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. –
perbedaan agama dan kultural mengandung implikasi terhadap perawatankarena pasien
dan
perilakunya
dipengaruhi
oleh
latar
belakang
agama
serta
kebudayaannya.Perawat perlu mempertimbangkan latar belakang kehidupan pasien ketika
mengumpulkandata,
mengidentifikasi
kebutuhan
perawatan,
dan
merencanakan pemenuhan kebutuhantersebut kalau ia ingin perawatan yang diselenggarakannya mencapai efektifitas maksimum.Perawatan yang bertentangan dengan nilai-nilai dan praktek kehidupan pasien sering takdapat diterima oleh pasien. Kalaupun pasien menerimanya juga, perawatan serupa itu dapatmerugikan karena perasaan bersalah dan penyimpangan dari kelompok agama serta kulturalyang ditimbulkannya mungkin sekali mengancam ketenangannya.Misalnya praktek diet pasien berdasarkan pertimbangan agama dan budaya dapat disesuaikanoleh tenaga kesehatan. Bagian gizi rumah sakit mensupply pasien dengan hidangan yangsesuai dengan praktek diet khusus. Pendidikan pasien dan keluarganya tentang dietterapeutik dapat pula dilakukan dalam kerangka praktek agama dan budaya tertentu.Perawat didorong memberikan penjelasan kepada pasien tentang pemeliharaannya perawatmungkin menemukan bahwa pasien dari latar belakang budaya tertentu cenderungmemerlukan penjelasan yang lebih mendetail dibanding pasien dari kelompok lain. Perawatjuga mungkin menemukan bahwa pasien dari kultur
lain lagi cenderung lebih tertarik untukberpartisipasi untukberpartisipasi dalam perencanaan perencanaan perawatan dibandingkan dengan pasien lain.Harus diingat bahwa penjelasan dan partisipasi diartikan secara berbeda dalam beberapakultur yang berlainan. Perawat perlu menyesuaikan pendekatannya terhadap individu pasien.Sering terjadi bahwa perawat harus mempertimbangkan peran kultural seseorang dalamkeluarga yang menetapkan sebagian besar keputusan. Dalam beberapa kultur, peran serupaitu dipegang oleh suami atau ayah sementara dalam budaya lain hak itu dipegang oleh nenekatau orang lanjut usia lainnya yang dihormati. Bila perawat mengesampingkan hal ini ataumelanjutkan pelayanan perawatan tanpa persetujuan orang tersebut dapat menimbulkankonflik atau pasien tidak mengindahkan apa yang telah diajarkan.Perawat diajarkan.Perawat harus memastikan bahwa orang yang penting peranannya tersebut terlibat dalamperencanaan dalamperencanaan pelayanan perawatan kepada pasien. Dalam kultur-kultur kultur -kultur di mana keluarga lebihdiutamakan daripada individu, perawat harus menyadari bahwa tindakan pelayanan kesehatanyang berkepanjangan dan mahal biasanya mungkin
tidak
dapat
dilakukan
karena
dianggaptidak
konsisten
dengan
kesejahteraan keluarga.Bagi orang yang latar belakang budayanya tidak mementingkan masa depan, pelayanankesehatan yang berfokus pada pencegahan dan deteksi penyakit secara dini mungkinmemerlukan penekanan secara khusus. Kombinasi
pengobatan
tradisional
dan
pengobatanprofessional
dianggap
menguntungkan bagi sejumlah orang. Beberapa tenaga kesehatan yangmerawat orang-orang yang banyak menggunakan pengobatan rakyat kini sedang adaptasi tindakan pelayanan kesehatan agar tidak bertentangan dengan kepercayaanindividu pasien tetapi masih dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.Penyesuaian praktek kultural lain sedang dicobakan dalam beberapa lembaga pelayanankesehatan. pelayanankesehatan. Misalnya, beberapa rumah sakit sedang melakukan penyesuaian gunamemungkinkan anggota keluarga tambahan menjenguk pasien. Anggota keluarga
pasiensering dapat dilibatkan dalam pemeliharaan pasien dengan cara yang mengandung maknabagi keluarga dan pasien. Sebagai contoh, memandikan dan memberi makan pasien.Kesehatan mental adalah kemampuan mental atau kecakapan intelektual individu. Penyakitmental, disebut juga gangguan mental, penyakit jiwa, atau gangguan jiwa, adalah gangguanyang mengenai satu atau lebih fungsi mental. Penyakit mental adalah gangguan otak yangditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapanpanca indera). Penyakit mental ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita (dankeluarganya). Penyakit mental dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras,agama, maupun status sosial – ekonomi. Penyakit mental bukan disebabkan oleh kelemahanpribadi.Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai penyakit mental,ada yang percaya bahwa penyakit mental disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yangmenuduh bahwa itu itu akibat guna – guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya.Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena si sakittidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat. Sekitar 20% dari kita akan mengalamigangguan mental pada suatu waktu dalam hidup kita. Gangguan mental yang mungkindialami oleh tiap orang itu berbeda-beda dalam hal jenis, keparahan, lama sakit, frekuensikekambuhan, dan cara pengobatannya.Ada lebih dari 400 macam gangguan mental, tetapi yang umum dikenal masyarakat hanyasatu saja, yaitu apa yang disebut “gila”. Akibatnya setiap
orang yang datang berkonsultasi kepsikolog atau berobat ke psikiater dikatakan gila, sehingga mereka yang sesungguhnyamemerlukan pengobatan pengobatan merasa malu untuk berobat. Padahal, gangguan mental yang beratini (gila) hanya merupakan bagian yang sangat kecil dari sekian banyak macampenyakit/gangguan mental. Yang penting untuk diketahui, penyakit mental dapat diobati.Seperti halnya orang dengan diabetes (kencing manis) yang harus minum obat kencingmanis, demikian juga orang
dengan gangguan mental yang serius perlu obat untuk meredakangejala meredakangejala – gejalanya . Kita harus mencari pertolongan untuk mengatasi gangguan mental sepertihalnya kita pergi berobat untuk penyakit lainnya. Orang dengan penyakit mentalmembutuhkan dukungan atau support, penerimaan dan pengertian dari kita semua. Merekajuga punya hak yang sama seperti orang lain, bukan malah ditakuti, dijauhi, diejek atau iskriminasi.Berikut ini merupakan contoh berbagai gangguan mental yang sering dijumpai:• Depresi• Anxietas/Kecemasan• Gangguan Panik• Fobia (termasuk Sosialfobia)• Obsesi Kompulsi• Skizofrenia• Gangguan Bipolar (Manik -Depresif)•
Ketergantungan Zat/Narkoba/ Alkohol• Gangguan Stres Pasca Trauma• Retardasi Mental• Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktif• Autisme BAB III Pembahasan
KasusKASUS 4 (sesuai pokok bahasan 4)Seorang pasien laki-laki berusia 50 tahun dibawa ke sebuah rumah sakit karena pingsan padasaat rapat di kantornya. Setelah diperiksa dilaboratorium, ditemukan kadar gula darahnyamencapai 450mg/DL. Pasien telah dua tahun didiagnosis menderita Diabetes Mellitus Tipe II.Dalam dua tahun, pasien telah beberapa kali di rawat karena kondisi badannya sering lemah.Pasien yang mengalami kegemukan telah dianjurkan untuk melakukan diet dan olah raganamum pasien mengatakan kesulitan mengatur makanannya karena kebiasaan budayaJawanya makan makanan yang manis.Pertanyaan:Analisis kasus tersebut berdasarkan konsep budaya dan transkultural yang telah saudarapelajari. Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi diatas? Apa yang sebaiknyadilakukan perawat untuk membantu pasien?Analisa Kasus 4 1. Konsep Transkultural dalam Keperawatan 2. Komunikasi therapetik. 3. Pengkajian Asuhan Budaya 4. Diagnosa 5. Intervensi Transkultural
keperawatan keluarga, merupakan tahap yang tidakmudah dilakukan. Hal tersebut disebabkan oleh karena keluarga merupakan bagiandari masyarakat yang hidup
dalam suatu komunitas tertentu dengan berbagai latarbelakang baik budaya, ekonomi, social, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, umur,agama dan sebagainya. Setiap latar belakang tersebut akan mempengaruhi keluargadalam penerimaan, kesadaran,
kemampuan
khususnya
dalam
bidang
kesehatan
dankeperawatan.Terkadang faktor-faktor tersebut di atas dapat mendukung kesehatan bahkan dapatjuga menghambat tercapainya kesehatan yang optimal, misalnya saja pengetahuan.Apabila keluarga mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang kesehatan dankeperawatan, maka keluarga akan dapat dengan mudah mengenali masalah kesehatan,memutuskan tindakan, memelihara kesehatan anggota keluarga dan dapatmemanfaatkan fasilitas kesehatan sebagai rujukan apabila penanganan di rumah tidakmenunjukkan hasil. Namun apabila pengetahuan keluarga rendah maka fenomena diatas akan terjadi sebalikya.Pada saat pengkajian di keluarga, perawat juga dapat mengalami kesulitan BHSP(Bina hubungan saling percaya). Apabila perawat tidak dapat melakukan pendekatankepada keluarga dan berhasil maka keluarga dapat terbuka dengan perawat pengkajiandapat pengkajiandapat dilaksanakan dengan lancar, namun apabila hubungan saling percaya tidakdibina maka pengakajian mengalami kesulitan.Di samping itu pengkajian keperawatan keluarga terkadang tidak dapat dilaksanakansekaligus pada satu waktu, yang diartikan tidak dapat selesai dalam waktu satu (1)hari. Hal tersebut dikarenakan keluarga terkadang disibukkan oleh kegiatan rumahtangga, bekerja sehingga pada saat perawat melakukan pengkajian, hanya mempunyaiwaktu beberapa saat. Sehingga pengkajian dilanjutkan pada hari berikutnya.Pada format pengkajian, perlu pendataan tentang riwayat imunisasi anak. Terkadangmuncul fenomena bahwa orang tua sering lupa tentang riwayat imunisasi anaknyaatau KMS (Kartu Menuju Sehat) hilang maka pengkajian riwayat imunisasi tersebuttidak lengkap. Di samping itu perlu pendataan silsilah keluarga dalam bentukgenogram, namun terkadang mendapatkan kesulitan
dalam pelaksanaannya, misalnyakeluarga tidak dapat mengingat umur anggota keluarganya, tidak dapat mengetahuipenyakit keturunan yang diderita oleh salah satu anggota keluarganya. Sehinggagenogram tidak dapat terdokumentasi lengkap dimana minimal terdokumentasi 3generasi.Adapun kelebihan Teori transkultural dalam aplikasinya antara lain ::1. Data yang didapatkan lebih lengkap dan mengena karena lebih mendekatkan padapengkajian transkultural atau budaya yang merupakan bagian dari latar belakangkeluarga2. Pengkajian pada askep keluarga lebih spesifik dan lebih jelas karena diarahkan kespesifikasi teori tertentu3. Adanya sumber data memperkuat dan memperlengkap pemahaman tentang asuhankeperawatan asuhankeperawatan keluarga.
penanganannya penanganannya Adapun keluarga Kekurangan Teori transkultural antara lain : 1. Perlu waktu yang lebih lama karena perlu menggali data dari beberapa sumber 2. Jika hanya berdasarkan tinjauan teoritis, data perkembangan kultur atau budaya tidak terkaji dan tidak dapat mendapatkan dapat yang mendekati latar belakang keluarga 3. Pada keluarga dengan kultur yang kuat dan keluarga berusaha untuk mempertahankan budayanya dimana kultur tersebut bertentangan dengan kesehatan maka intervensi perawat akan menemukan kesulitan untuk bernegosiasi dan merestrukturisasi budaya.3. Pengkajian Asuhan Budaya a. Kaji persepsi sehat – sakit - Klien merasa sakit bila sudah merasa tidak berdaya (pingsan) dan memerlukan bantuan untuk dibawa ke rumah sakit dan mendapat pertolongan - Klien merasa sehat bila ia tidak pernah merasakan adanya keluhan apapun b. Kaji kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan Klien akan berobat apabila sudah merasa sakit, klien tidak pernah memanfaatkan teknlogi untuk pemanfaatan kesehatan c. Kaji alasan mencari bantuan kesehatan Klien mencari bantuan kesehatan apabila merasa sudah tidak berdaya d. Kaji alasan klien memilih
pengobatan alternatif Klien tidak memilih pengobata alternatif apapun. Klien lebih memilih berobat atau di rawat di rumah sakit e. Kaji faktor agama dan falsafah hidup Klien mengetahui tentang penyebab penyakitnya, tetapi klien mengatakan kesulitan untuk mengubah kebiasaannya makan makanan yang manis dan menurunkan berat badannya (obesitas) serta kurang olah raga f. Kaji faktor sosial dan keterikatan keluarga Nama Lengkap : - Umur : - Jenis Kelamin : laki-laki Status : Tipe keluarga : - Pengambilan keputusan dalam keluarga : - Hubungan klien dengan kepala keluarga : - g. Kaji nilai - nilai budaya dan gaya hidup Klien mempunyai kebiasaan makan makanan yang manis, klien tidak punya makanan yang di pantang, klien mengalami kegemukan dan tidak melakukan diet serta jarang olah raga dengan alasan kesulitan mengatur makanan karena faktor kebiasaan wan kantor Sumber biaya pengobatan pengobatan : tidak disebutkan i. Kaji faktor pendidikan klien Pendidikan klien : tidak disebutkanDiagnosa: 1. Ketidakpatuhan dalam pengobatan b/d sistem nilai yang di yakini DS : 1. klien mengatakan susah mengubah kebiasaan makan makanan yang manis. 2. klien mengatakan jarang berolahraga. 3. klien mengatakan tidak punya pantangan makanan. DO : 1. Klien mengalami kegemukan, BB klien : tidak disebutkan 2. Kadar gula darah klien 450 mg/DL.Perencanaan: 1.Identifikasi perbedaan konsep klien dan perawat tentang kebiasaan makan makanan yang manis. 2.Berikan informasi kepada pasien untuk mengkonsumsi makanan manis dengan gula pengganti sesuai dengan diet yang dianjurkan. 3.Libatkan keluarga dalam intervensi keperawatan. 4.Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya. 5.Berikan informasi tentang sistem pelayanan kesehatan yang ada.
masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan
terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antarnegara dimungkinkan, menyebabkan adanya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan. Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi empat level perkembangan yaitu metha theory, grand theory, midle range theory, dan practice theory. Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah Transkultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai cultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan
nilai
budaya
dan
kepercayaan,
menyebabkan
munculnya
rasa
ketidaknyamanan dan ketidakberdayaan. 1. Keperawatan Transkultural dan Globalisasi dalam Pelayanan Kesehatan Bila ditinjau dari makna kata, transkultural berasal dari kata trans dan cultur. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, trans berarti melintang, melintas, menembus, melalui; cultur berarti kebudayaan, cara pemeliharaan, pembudidayaan. Jadi, transkultural dapat diarikan sebagai lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain. Pengertian Transkultural nursing adalah suatu area / wilayah keilmuan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan; dan ilmu ini
digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan, khususnya budaya / keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Adapun tujuan dari transkultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan pemahaman keperawatan tanskultural untuk meningkatkan kebudayaan yang spesifik dalam pemberian asuhan keperawatan. Asumsi dasar dari perilaku ini adalah perilaku caring. Caring adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam dalam memberi dukungan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Perilaku caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai di kala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang
satutempat dengan tempat lainnya.Heritage ConsistencyTeori ini menggambarkan tingkat dimana gaya hidup mencerminkan kontekscultural. Teori ini telah diperluas dalam upaya untuk mempelajari tingkat dimangaya hidup mencerminkan budaya tradisional, apakah berkebangsaan Afrika, Asia,Eropa, atau HispanikModel ini mempunyai empat komponen, yaitu budaya, etnis, religi, dan sosialisasi.a. Budaya Budaya atau kultur adalah sistem “metekomunikasi” yang di dalamnya tidak hanya
bahasa
lisan
mempunyai
makna,
tetapi
juga
segala
sesuatu
yang
lain
(Matsumato,1988). Contoh: cara individu bereaksi terhadap percakapan seseorang, kontak mata, memegang tangan.b. Etnisitas Etnisitas adalah rasa identitas diri yang berkaitan dengan kultur sosial umum dan warisan budaya. Seseorang dapat dilahirkan dalam suatu kelompok etnik tertentu tetapi dapat juga mengadopsi karakteristik dari kelompok etnis lain.c. Religi Religi adalah keyakinan dalam suatu kekuatan sifat Ketuhanan atau di luar kekuatan manusia yang harus dipatuhi dan
diibadatkan sebagi pencipta dan pengatur alam semesta (Abramsom, 1980).d. SosialisasiParameter yang Dipilih Untuk Cultural Care Nursinga. Kepercayaan tentang kesehatan dan praktek Terdapat tiga cara pandang dari health belief menurut Andrews&Boyle (2002): 1) Magicoreligious health belief: sakit dan sehat dikontrol oleh kekuatan supernatural. 2) Scientific / biomedical health belief: hidup dan prosesnya dikontrol oleh proses fisik dan biokimia yang dapat dimanipulasi oleh manusia. Sakit bias disebabkan oleh kuman, virus, bakteri, kerusakan organ tubuh. 3) Holistic health belief: kekuatan natural harus dipelihara keseimbangannya. Empat aspek
dalam
individu
(fisik,
mental,
emosional,
spiritual)
harus
dijaga
keseimbangannya untuk sehat.b. Family pattern Bagaimana keterlibatan keluarga dalam merawat klien, patrilineal atau matrilineal, adakah peran gender?c. Gaya komunikasi Berkomunikasi dengan klien dari berbagai etnis dan latar belakang yang berbeda merupakan hal kritis dimana kompetensi perawatan secara budaya sangat dipersiapkan. 1) Komunikasi verbal, hal-hal yang harus diperhatikan: hindari penggunaan bahasa sehari-hari, medis, ataupun singkatan; berbicara disertai gambar / menunjukan dengan gerak tubuh dapat meningkatkan pengertian klien; kecepatan bicara tepat; memvalidasi apa yang sudah dibicarakan. 2) Komunikasi nonverbal, meliputi kontak mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan diam.
ruang di sekitar mereka. Teritorialitas Teritorialitas adalah suatu sikap s ikap yang ditujukan pada suatu area seseorang yang diklaim dan dipertahankan atau bereaksi secara emosional ketika orang lain memasuki area tersebut. Keduanya dipengaruhi oleh kultur. Ruang personal tercakup dalam banyak aktivitas keperawatan dan perawat harus sensitif, misalnya dalam hal menyentuh pasien, suatu tindakan yang mempunyai makna berbeda pada kultur dan individu yang berbeda. e. Waktu Orientasi waktu beragam diantara kelompok kultur yang berbeda dan perawat mungkin menemukan kesulitan
untuk memahami dan merencanakan merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan orientasi waktu berbeda. Sebagai contoh: kultur di AS dan Kanada berorientasi kesehatan untuk masa mendatang, kultur di Afrika berorientasi kesehatan lebih banyak pada situasi saat ini. f. Pola nutrisi Setiap Negara mempunyai makanan pokok yang berbeda, missal orang Asia makanan pokoknya nasi, Italian makanan pokoknya pasta, orang Eropa Barat makanan pokoknya gandum. Agama mempengaruhi makanan pada setiap budaya, misal beberapa orang Roma Katolik menghindari makan daging di hari Rabu Abu dan Jumat Agung; penganut agama Islam tidak boleh mengkonsumsi daging babi; penganut agama Budha, Hindu, Sikhs adalah strict vegetarian.2. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan keperawatan Transkultural Konsep dalam Transkultural Nursing a. Budaya adalah norma / aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berpikir, bertindak, dan mengambil keputusan. Budaya dapat didefinisikan sebagai karakteristik nonfisik, seperti nilai, kepercayaan, sikap, dan adat istiadat yang dibagikan oleh kelompok dan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Spector,2000). Budaya dapat juga diartikan bagaimana kesehatan dipersepsikan, bagaimana informasi kesehatan diterima, apa yang dipertimbangkan menjadi masalah kesehatan, bagaimana tanda dan gejala tentang masalah kesehatan diekspresikan, siapa yang sebaiknya menyediakan perawatan, bagaimana dan jenis perawatan apa yang sebaiknya diberikan. Budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, kebiasaan, dan kecakapan lain yang merupakan kebiasaan manusia, sebagai anggota komunitas setempat. Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan hasil budi dan karyanya dan sebuah rencana untuk melakukan kegiatan tertentu (Leininger, 1991). Menurut konsep budaya Leininger (1978, 1984), karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut: 1) Budaya adalah
pengalaman yang universal sehingga tidak ada dua budaya yang sama persis. 2) Budaya bersifat labil dan dinamis karena budaya tersebut diturunkan kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan.
disadari.b. Nilai budaya adalah keinginan individu / tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.c. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberi asuhan keperawatan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan, kepercayaan, dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger,1985).d. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki orang lain.e. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim. Etnik adalah seperangkat kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu (kelompok etnik). Sekelompok etnik adalah sekumpulan individu yang mempunyai budaya dan sosial yang unik serta menurunkannya menurunkannya ke generasi berikutnya (Handerson, 1981).f. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia. Ras merupakan sistem pengklasifikasian manusia berdasarkan karakteristik karakteristik fisik pigmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada tubuh, dan bentuk kepala. Ada tiga jenis yang umumnya dikenal, yaitu Kaukasoid, Negroid, Mongoloid.g. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari
budaya.
Pendekatan
metodologi
pada
penelitian
etnografi
memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari
lingkungan dan orang-orang dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.h. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.i. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga, kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.j. Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan, dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing, mendukung, atau memberi kesempatan individu, keluarga, kelompok untuk
keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.k. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktek, dan nilai di atas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat
lebih
tinggi
daripada
kelompok
lain.
Paradigma
Transkultural
NursingLeininger (1985) mengartikan paradigm keperawatan transkultural sebagai carapandang,
keyakinan,
nilai-nilai,
konsep-konsep
dalam
terlaksananya
asuhankeperawatan sesuai latar belakang budaya.Terdapat empat konsep sentral keperawatan menurut Andrew&Boyle (1995),yaitu:a. Manusia Manusia adalah individu, keluarga, kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun ia berada.b. Sehat Kesehatan adalah keseluruhan aktivitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang atau sehat yang
dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat sakit yang adaptif (Andrew dan boyle, 1995).c. Lingkungan Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang y ang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan, dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat 3 bentuk lingkungan: fisik, sosial, simbolik. Lingkungan fisik: lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah khatulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim, seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok kedalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial, individu harus mengikuti struktur dan aturan- aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, bahasa dan atribut yang digunakan.d. Keperawatan Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya, ditunjuk untuk memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. jian budaya merupakan pengkajian yang sistematik dan komprehensif dari nilai-nilai pelayanan budaya, kepercayaan dan praktik individual, keluarga dan komunitas. Tujuan pengkajian budaya adalah untuk mendapatkan informasi yang signifikan dari klien sehingga perawat dapat menerapkan kesamaan pelayanan budaya (Leininger dan Mc Farland, 2002). Salah satu model pengkajian budaya adalah model matahari terbit dari Leininger (2002) yang menggambarkan keragaman budaya dalam kehidupan seharihari dan membantu menjelaskan alasan mengapa pengkajian budaya harus dilakukan
secara komprehensif. Model tersebut beranggapan bahwa nilai-nilai pelayanan budaya, kepercayaan dan praktik merupakan hal yang tidak dapat diubah dalam budaya dan dimensi struktur sosial masyarakat, termasuk didalamnya konteks lingkungan, bahasa, dan riwayat etnik. Riwayat etnik merupakan peristiwa-peristiwa bersejarah dari kelompok tertentu. Sebelum melakukan pengkajian budaya, seorang perawat harus menyiapkan diri dengan cara : a. Mengetahui data sensus Perawat memulai pengkajian budaya dengan mengetahui perubahan demografik populasi pada lingkungan komunitas. Memiliki latar belakang pengetahuan budaya membantu perawat dalam melakukan pengakajian yang terarah. b. Menanyakan pertanyaan Salah satu masalah dalam pengkajian budaya adalah kurangnya kemampuan untuk mengkaji pihak dalam atau perspektif emic klien dalam interpretasi informasi selama penilaian. Hal ini dapat tertolong dengan menggunakan pertanyaan terbuka, terfokus, dan kontraks. Tujuannya adalah mendorong klien agar dapat menggambarkan nilai, kepercayaan dan praktik yang berarti untuk pelayanan mereka yang tidak disadari oleh penyelenggara pelayanan kesehatan. c. Membangun hubungan Pengkajian budaya bersifat mencampuri dan menghabiskan waktu serta membutuhkan hubungan saling percaya antara sesama peserta. Komunikasi yang kurang biasanya terjadi pada hubungan intercultural. Hal ini disebabkan karena perbedaan bahasa dan komunikasi diantara partisipan, seperti halnya perbedaan dalam interpretasi tingkah laku masing-masing. Dalam beberapa hal, perawat yang melakukan manajemen impresi membuat klien mencapai hubungan yang diinginkannya (Pacquioo,
2000).
Manajemen
impresi
membutuhkan
keahlian
berbahasa,
interpretasi yang sama secara budaya terhadap sikap klien, mendengarkan dan keterampilan melakukan pengamatan. Untuk itu seorang perawat harus berlaku sopan terhadap klien sehingga klien mau menjalin hubungan. Perawat mempelajari berbagai keterampilan yang diperlukan untuk mendapatkan pengkajian budaya yang
akurat, dan komprehensif sepanjang waktu. Komponen pengkajian budaya berikut ini menyediakan pengertian jenis informasi yang berguna dalam merencanakan dan menyampaikan pelayanan keperawatan : a. Warisan etnik dan riwayat etnik Pengetahuan tentang asal dan sejarah Negara klien serta konteks ekologi sangat berarti untuk pelayanan kesehatan contohnya imigran Haiti memiliki bahasa dan pola komunikasi yang berbeda dengan Jamaica walaupun mereka sama-sama berasal dari karibia dan memiliki sejarah perbudakan. Hal ini harus diingat oleh perawat saat memberikan pelayanan pelayanan bahwa setiap klien memiliki asal dan sejara s ejara
mengetahui latar belakang klien seperti status sosial eknomi, sumber daya yang tersedia untuk pengobatan medis, risiko kesehatan dalam lingkungan dan ketersediaan sistem dukungan.b. Riwayat biokultural Identifikasi risiko kesehatan klien yang berhubungan dengan riwayat sosial budaya dan biologis pada waktu masuk.beberapa risiko kesehatan disebabkan oleh konteks ekologi budaya. Contohnya hipertensi maligna pada orang Amerika Afrika, penyakit tay-sach pada orang Yahudi Ashkenazi, intolerasi laktosa pada orang Asia, Afrika, dan Hispanic ( USDHHS, Office of Minority Health.n.d)c. Organisasi sosial Kelompok budaya terdiri atas unit-unit organisasi yang disatukan oleh hubungan kekeluargaan, status dan peran yang sesuai dengan anggotanya. Contohnya pada masyarakat yang sebagian besar terdiri atas orang Amerika, unit organisasi sosial yang terbanyak adalah keluarga inti dimana anak yang sudah menikah dan dewasa tinggal dikerabat jauh sebanyak tiga generasi dan hubungan fiktif atau tanpa hubungan darah. Hubungan keluarga bisa diperluas sampai ke keluarga pihak ayah dan pihak ibu (bilineal) atau terbatas pada pihak ayah saja (patrilineal) atau pihak ibu saja (matrilineal). Status klien dalam hierarki sosial biasanya berhubungan dengan kualitas seperti usia dan gender dan status kesuksesan seperti pendidikan dan
kedudukan. Tapi seorang perawat harus mampu menentukan siapa yang berhak membuat keputusan dalam keluarga dan bagaimana cara membicarakannya dengan individu yang bersangkutan.d. Agama dan kepercayaan spiritual Agama dan kepercayaan spiritual sangat mempengaruhi pandangan klien tentang kesehatan dan penyakitnya. Rasa nyeri dan penderitaan serta kehidupan dan kematian. Banyak budaya tidak membedakan antara agama dan spiritual tapi ada sebagian lain yang membedakan dengan jelas konsep spiritualitas.e. Pola komunikasi Kelompok budaya yang berbeda memiliki pola bahasa dan komunikasi yang berbeda-beda pula. Pola ini menggambarkan nilai-nilai dasar budaya dari suatu masyarakat. Mengamati tingkah laku klien dan menjelaskan pesan dari pihak dalam yang terpercaya akan mencegah terjadinya interpretasi yang salah. Budaya juga membentuk komunikasi non verbal. Budaya mempengaruhi jarak antara partisipan dalam sebuah hubungan, kontak mata, sentuhan, dan seberapa banyak informasi pribadi yang akan klien bagikan. Untuk memperkecil jarak dalam komunikasi dengan klien, perawat perlu membangun hubungan dan berkelakuan sesuai dengan budaya klien melalui manajemen impresi.f. Orientasi waktu Semua budaya mempunyai dimensi waktu lampau, sekarang dan mendatang. Penting bagi perawat untuk memahami orientasi waktu klien. Informasi ini bermanfaat dalam merencanakan pelayanan harian, membuat perjanjian procedural, dan membantu klien merencanakan kegiatan perawatan diri dirumah. Perbedaan terjadi dalam dimensi waktu yang berfokus budaya dan cara pengungkapan waktu. Orientasi waktu mendatang memperkecil waktu sekarang sehingga komunikasi cenderung bersifat langsung dan berfokus pada penerimaan tugas. Komunikasi bersifat sirkular dan secara tidak langsung menghindari risiko menyinggung dan tidak menghormati orang lain. Untuk memperbaiki akses klien terhadap pelayanan kesehatan dibutuhkan jadwal yang sesuai dengan pola kegiatan budayanya. Saat menjadwalkan perjanjian dan rujukan,
ketahui dan atasi yang menjadi penghalang menepati waktu dengan klien. Supaya bantuan terorganisasi dengan baik, perawat memerlukan partisipasi klien dan membantu klien dalam membuat perubahan. Adapun prinsip-prinsip dalam pengkajian budaya adalah: a. Jangan menggunakan asumsi. b. Jangan membuat streotip, misal orang Padang pelit, orang Jawa halus. c. Menerima dan memahami metode komunikasi. d. Menghargai perbedaan individual. e. Menghargai kebutuhan personal dari setiap individu. f. Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan klien. g. Menyediakan privasi terkait kebutuhan pribadi.4. Beberapa Instrumen pengkajian Budaya Pertanyaan yang dapat muncul saat melakukan pengkajian kebudayaan diantaranya: a. Dimana ibu anda lahir? b. Dimana ayah anda lahir? c. Dimana kakek – nenek anda lahir? d. Berapa saudara laki-lakidan perempuan? e. Dimana anda dibesarkan? (nama desa, kota) f. Dimana orang tua anda dibesarkan? g. Berapa usia anda ketika datang? h. Berapa usia orang tua anda ketika datang? i. Ketika anda dibesarkan,siapa yang tinggal dengan anda? (keluarga inti atau keluarga besar) j. Apakah anda mempertahankan kontak dengan bibi, paman,sepupu, saudara laki- laki dan perempuan, orang tua, anak anda sendiri? k. Apakah kebanyakan dari bibi, paman, sepupu anda tinggal dekat rumah? l. Kira-kira seberapa sering anda mengunjungi anggota keluarga anda yang tinggal di luar rumah anda? (setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, hanya liburan khusus, tidak pernah) m. Apakah nama asli keluarga anda diganti? n. Apakah kepercayaan kepercayaan anda? (Islam, Katolik, Protestan, lainlain, tidak ada) o. Apakah pasangan anda mempunyai kepercayaan yang sama seperti anda? p. Apakah pasangan anda mempunyai latar belakang etnik sama dengan anda? q. Anda sekolah dimana? (Pemerintah, swasta, seminari /pesantren) r. Sebagai orang dewasa, apakah anda tinggal di daerah dimana tetangga mempunyai kepercayaan dan latar belakang yang sama dengan anda? s. Apakah anda mempunyai institusi keagamaan? t. Dapatkah anda menggambarkan diri anda sendiri sebagai anggota
yang aktif? u. Seberapa sering anda menghadiri institusi keagamaan anda? (lebih dari satu minggu, setiap minggu, setiap bulan, setiap tahun atau kurang, tidak pernah) v. Apakah anda mempraktekan keagamaan ada di rumah? (Ya, di mana tempatnya?, tidak, berdoa, membaca kitab suci, diet, merayakan hari besar keagamaan) w. Apakah anda menyiapkan makanan sesuai latar belakang etnik anda?
sebutkan tempatnya; tidak; bernyanyi; perayaan hari besar; berdansa; festival; adat istiadat; lain-lain) y. Apakah teman anda dari latar belakang kepercayaan yang sama dengan anda? z. Apakah teman anda dari latar belakang etnik yang sama dengan anda? aa. Apakah bahasa asli anda? bb. Apakah anda berbicara dengan bahasa tersebut? (terutama, kadang- kadang, jarang) Makin besar jumlah jawaban “ya” makin kuat klien memiliki keturunan tradisional (satu jawaban tidak yang menunjukan
indentitas
PENGKAJIAN
keturunan
TINDAKAN
adalah
Melakukan
“apakah
pengkajian
nama
anda
konsistensi
diganti?”)
warisan
budayaKonsistensi warisan budaya pada diri sendiri dan klien Tanya tentang keyakinan klien mengenai sifat dari masalah kejahatan dan tindakan yang dilakukan diKontrol
lingkungan
rumah
atau
di
komunitas
untuk
mengatasi
atau
mencegahkannya Tanya tentang acuan nutrisi Amati tentang struktur tubuh, kulit, tonus danVariasi biologis warna kulit Waspada terhadap masalah kesehatan yang umum tejadi dalam latar belakang klien.Organisasi sosial Lakukan aktivitas komunitas Tetapkan kebutuhan klien yang tidak dapatKeterampilan komunikasi berbicara dalam bahasa perawat dan berikan penerjemah yang kompeten Waspada terhadap teritori, cara persetujuanRuang sebelum memasuki teritori klien Waspada terhadap pengharapan sentuhan danWaktu kontak mata. Pahami perbedaan dalam orientasi waktu B. Pengaruh Budaya terhadap Pengobatan dan Makanan / Etnofarmakologi dan Nutrisi Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang banyak membawa perubahan terhadap kehidupan manusia, baik dalam hal perubahan pola hidup maupun tatanan sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu hal yang berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang bermukim dalam suatu tempat tertentu. Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berpikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak dampak positif maupun negatif. Hubungan antara budaya dan pengobatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respon terhadap kesehatan dan penyakit dalam
tenagakesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat merekamengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskankeyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan pengobatan. Apakah kebudayaan itu? Mungkin semua orang mengerti apa kebudayaan itu,tapi tidak
setiap
orang
dapat
menjelaskannya.
Sebagian
orang
menjelaskan
bahwakebudayaan itu adalah sikap hidup yang khas dari sekelompok individu yangdipelajari secara turun temurun, tetapi sikap hidup ini ada kalanya malah mengundangresiko bagi timbulnya suatu penyakit. Kebudayaan tidak dibatasi oleh suatu batasantertentu yang sempit, tetapi mempunyai struktur-struktur yang luas sesuai denganperkembangan dari masyarakat itu sendiri Di dalam masyarakat sederhana, kebiasaan hidup dan adat istiadat dibentukuntuk mempertahankan hidup diri sendiri dan kelangsungan hidup suku mereka.Berbagai kebiasaan dikaitkan
dengan kehamilan, kelahiran, pemberian makanan bayi,yang bertujuan supaya reproduksi berhasil, ibu dan bayi selamat. Dari sudut pandang modern, tidak semua kebiasaan itu baik. Ada beberapayang kenyataannya malah merugikan. Kebiasaan menyusukan bayi yang lama padabeberapa masyarakat, merupakan contoh yang baik kebiasaan yang bertujuanmelindungi bayi. Tetapi bila air susu ibu sedikit, atau pada ibu-ibu lanjut usia, tradisibudaya ini dapat menimbulkan masalah tersendiri. Dia berusaha menyusukan bayinyadan gagal. Bila mereka tidak mengetahui nutrisi mana yang dibutuhkan bayi bayi (biasanyademikian) (biasanyademikian) bayi dapat dapat mengalami mengalami malnutrisi dan mudah terserang infeksi. Menjadi sakit memang tidak diharapkan oleh semua orang apalagi penyakit-penyakit yang berat dan fatal. Masih banyak masyarakat yang tidak mengertibagaimana penyakit itu dapat menyerang seseorang. Ini dapat dilihat dari sikapmereka terhadap penyakit tersebut. Ada kebiasaan dimana setiap orang sakit diisolasidan dibiarkan saja. Kebiasaan ini ini mungkin dapat mencegah penularan daripenyakit-penyakit infeksi seperti cacar dan TBC. Bentuk pengobatan yang diberikan biasanya hanya berdasarkan anggapanmereka sendiri tentang bagaimana penyakit itu timbul. Kalau mereka menganggappenyakit itu disebabkan oleh hal-hal yang supernatural atau magis, maka digunakanpengobatan digunakanpengobatan secara tradisional. Pengobatan modern dipilih bila meraka dugapenyebabnya adalah faktor ilmiah. Ini dapat merupakan sumber konflik bagi tenagakesehatan, bila ternyata pengobatan yang mereka pilih berlawana dengan pemikiransecara medis. Didalam masyarakat industri modern iatrogenic disease merupakan problema.Budaya menuntut merawat penderita di rumah sakit, pada hal rumah sakit itulahtempat ideal bagi penyebaran kuman-kuman yang telah resisten terhadp antibiotika. Tentu saja kebudayaan itu tidak statis, kecuali mungkin pada masyarakatpedalaman yang terpencil. Hubungan antara kebudayaan dan kesehatan biasanyadipelajari pada masyarakat yang terisolasi dimana cara-cara hidup mereka tidakberubah selama beberapa generasi,
walaupun mereka merupakan sumber data-databiologis yang penting dan model antropologi yang berguna, lebih penting lagi untukmemikirkan bagaimana mengubah kebudayaan mereka itu. Pada Negara dunia ke-3laju perkembangan ini cukup cepat, dengan berkembangnya suatu masyarakatperkotaan masyarakatperkotaan dari masyarakat pedesaan. Ideide tradisional yang turun temurun, sekarangtelah dimodifikasi dengan pengalamanpengalaman dan ilmu pengetahuan baru. Sikapterhadap penyakit pun banyak mengalami perubahan .Kaum muda dari pedesaanmeninggalkan lingkungan mereka menuju ke kota. Akibatnya tradisi budaya lama didesa makin tersisih. Meskipun lingkungan dari masyarakat kota modern dapat di
tuntutanini, tergantung dari kemampuannya untuk beradaptasi. Bila suatu bentuk pelayanan kesehatan baru diperkenalkan ke dalam suatumasyarakat dimana faktorfaktor budaya masih kuat, biasanya dengan segera merekaakan menolak menolak dan memilih cara pengobatan tradisional sendiri. Apakah mereka akanmemilih cara baru atau lama, akan memberi petunjuk kepada kita akan kepercayaandan harapan pokok mereka lambat laun akan sadar apakah pengobatan baru tersebutberfaedah, sama sekali tidak berguna, atau lambat memberi pengaruh. Namun merekalebih menyukai pengobatan tradisional karena berhubungan erat dengan dasar hidupmereka. Maka cara baru itu akan dipergunakan secara sangat terbatas, atau untukkasus-kasus tertentu saja. Pelayanan kesehatan yang modern oleh sebab itu harus disesuaikan dengankebudayaan dengankebudayaan setempat, akan sia-sia jika ingin memaksakan sekaligus cara-cara moderndan menyapu semua cara-cara tradisional. Bila tenaga kesehatan berasal dari lain sukuatau bangsa, sering mereka merasa asing dengan penduduk setempat, ini tidak akanterjadi jika tenaga kesehatan tersebut berusaha mempelajari kebudayaan mereka danmenjembatani jarak yang ada diantara mereka. Dengan sikap yang tidak simpatikserta tangan besi, maka jarak tersebut akan semakin lebar.
Setiap masyarakatmempunyai cara pengobatan dan kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatanmasing-masing. Sedikit usaha untuk mempelajari kebudayaan mereka, akanmempermudah memberikan gagasan yang baru yang sebelumnya tidak merekaterima. Pemuka-pemuka didalam masyarakat itu harus diyakinkan sehingga merekadapat memberikan dukungan dan yakin bahwa cara-cara baru tersebut bukan untukmelunturkan kekuasaan mereka tetapi sebaliknya akan memberikan manfaat yanglebih besar. Pilihan pengobatan dapat menimbulkan kesulitan. Misalnya bilapengobatan tradisional biasanya mengunakan cara-cara menyakitkan seperti mengiris-iris bagian tubuh atau dengan memanasi, penderita akan tidak puas hanya denganmemberikan pil untuk diminum. Hal tersebut diatas bisa menjadi suatu penghalangdalam memberikan pelayanan kesehatan, tapi dengan berjalannya waktu mereka akanberpikir dan menerima. Kebudayaan yang dianut oleh masyarakat tertentu tidaklah kaku dan bisauntuk diubah, tantangannya adalah mampukah tenaga kesehatan memberikanpenjelasan dan informasi yang rinci tentang pelayanan kesehatan yang akan diberikankepada masyarakat. Ada banyak cara yang bisa dilakukan, mulai dari perkenalanprogram kerja, menghubungi tokoh-tokoh masyarakat
maupun
melakukan
pendekatansecara
personal.Etnofarmakologi
Etnofarmakognosi adalah bagian dari ilmu farmasi yang mempelajaripenggunaan obat dan cara pengobatan yang dilakukan oleh etnik atau suku bangsatertentu. Ruang lingkup etnofarmakognosi meliputi obat serta cara pengobatanmenggunakan bahan alam. Masyarakat etnik suatu daerah mempunyai kebudayaandan kearifan lokal yang khas sesuai dengan daerahnya masing-masing. Hal tersebutberdampak pada pengetahuan obat dan pengobatan tradisionalnya. Berbagai etnikatau suku bangsa di Indonesia mempunyai pengalaman empiris masing-masing dalammengatasi gangguan kesehatan. Pengetahuan empirik etnis berbeda pada setiapwilayah
tergantung pada sifat khas dan kearifan budaya (cultural wisdom) masing-masing. Etnofarmakognosi Etnofarmakognosi merupakan bagian dari ilmu pengobatan masyarakat a empiris dan setelah melalui pembuktian-pembuktian ilmiah dapat ditemukan atau dikembangkan senyawa obat baru. Masyarakat etnik tradisional umumnya mempunyai budaya kehidupan yangjuga tradisional, termasuk dalam hal pemeliharaan kesehatan. Budaya tradisional yangkuat menyebabkan pengetahuan obat dan cara pengobatan juga diperoleh secara turuntemurun, terbatas dalam pengetahuan jenis penyakit dan cara penanggulangannya.Kehidupan yang menyatu dengan alam dan keyakinan bahwa dirinya merupakanbagian dari alam menumbuhkan kesadaran bahwa alam adalah penyedia obat bagidirinya dan masyarakatnya. Mulai dari sinilah berkembang pengertian obattradisional. obattradisional. Obat tradisional Indonesia merupakan bagian dari sosio budaya bangsa yangmenjadi salah satu aset kekayaan bangsa Indonesia. Bagian integral sosio budayabangsa mempunyai makna bahwa keberadaan dan eksistensi obat tradisional dalamera modernisasi di segala bidang, khususnya dalam bidang kesehatan, menjaditanggung jawab seluruh komponen bangsa. Kemajuan ilmu dan teknologi yangmerambah hampir semua bidang ilmu, termasuk teknologi kesehatan pada umumnya,serta teknologi farmasi pada khususnya, menyebabkan pergeseran pola konsumsi danpenggunaan obat-obatan. Modernisasi menyebabkan perubahan perilaku dan polahidup, yang berdampak pada penggunaan dan konsumsi obat. Obat tradisional Indonesia yang pada awalnya merupakan produk obatkebanggaan bangsa, perlahan terkikis oleh budaya teknologi yang menjadi tumpuanpola pikir masyarakat. Perkembangan ilmu kimia organik sintetis menghasilkanmolekul kimia organik berkhasiat obat dengan jumlah yang fantastis. Industri kimiaorganik sintetis memacu industri farmasi menghasilkan obat-obat yang berbahan bakusenyawa sintetis. Industri obat berbahan kimia sintetis menyebabkan tumbuhkembang
industri farmasi yang luar biasa, namun di sisi lain industri obat tradisionalyang berbahan baku herbal terancam kelangsungan hidupnya. Persaingan tidak sehatmulai mucul. Industri obat berbahan kimia sintetis yang dipelopori oleh industri obatnegara-negara maju melontarkan isue tentang obat tradisional yang belum terujikhasiatnya secara klinik. Pola pikir masyarakat yang mulai beranjak modern menerima isue tersebutsebagai sesuatu yang benar, sehingga perlahan penggunaan dan segmen penggunaobat tradisional mulai berkurang. Obat tradisional mengalami kemunduran, obatberbahan kimia sintetis mulai menguasai pasaran. Hukum ekonomi mulai berlaku,permintaan yang tinggi menyebabkan harga obat berbahan kimia sintetis menjaditidak terjangkau masyarakat tingkat menengah ke bawah, sementara obat tradisionaltelah ditinggalkan karena krisis kepercayaan. Indonesia, sebagai negara dengan megadiversivitas flora yang konon menduduki tingkat tertinggi
kedua
setelah
Brazilia,seharusnya
mempunyai
pemikiran
untuk
mengembangkan kekayaan yang tidakterhingga nilainya tersebut. Industri obat berbahan kimia sintetis boleh saja majupesat, tapi hal itu tidaklah harus berarti bahwa obat tradisional Indonesia hanyatinggal sejarah atau cerita saja. Indonesia adalah negara yang mempunyai potensikekayaan alam dan budaya sangat bervariasi, yang bila berkembang sinergis akanmenghasilkan sesuatu yang berarti bagi bangsa pada khususnya, dan bagi dunia padaumumnya. Obat tradisional seringkali merupakan cikal bakal penemuan obat baru.Sejarah membuktikan bahwa Cinchonine, Cinchonine, suatu alkaloid yang menjadi obat terpilihuntuk mengatasi malaria, merupakan metabolit sekunder yang berasal dari kulitbatang pohon kina (Cinchona succirubra L., C. calisaya L, atau C. ledgeriana L.).Penelitian yang mengarah pada penemuan alkaloid kina sebagai obat malaria
kulitkina untuk mengatasi gangguan demam oleh masyarakat di berbagai daerah
endemikmalaria.
Dalam
pencarian
dan
pengembangan
obat
baru,
pengetahuanetnofarmakognosi banyak memberi arahan pendahuluan. Sebagai ilustrasi, untukmengatasi gangguan diare, hampir seluruh komunitas etnik di Indonesia, terutama diIndonesia bagian Barat, menggunakan godogan pucuk daun jambu biji (Psidiumguajava L.). Penelitian farmakologi yang telah banyak dilakukan memberi arahanbahwa pucuk daun jambu biji dapat digunakan untuk mengatasi gangguan diarekarena senyawa kimia golongan tanin yang dikandungnya. Pengetahuan tersebutmemberikan kemungkinan dilakukannya pencarian dan pengembangan obat barudengan
aktivitas
untukpengembangan
antidiare obat
yang
tradisional
berasal untuk
dari
tumbuhan.
mengatasi
Penelitian
gangguan
diare
berdasarkanpenggunaan etnofarmakognosi tersebut kini telah banyak menghasilkan berbagaiformula obat herbal antidiare yang harganya dapat dijangkau masyarakat. Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit,yaitu: Naturalistik dan Personalistik. Penyebab bersifat Naturalistik yaituseseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan),kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panasdingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan. Konsep sehat sakit yang dianutpengobat tradisional (Battra) sama dengan yang dianut masyarakat setempat, yaknisuatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau kondisi tubuh kelainankelainan serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan yangnormal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan gairah.
Sedangkan
sakit
dianggap
sebagai
suatu
keadaan
badan
yang
kurangmenyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorangtidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat.Sedangkan
konsep
Personalistik
menganggap
munculnya
penyakit
(illness)disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk
bukanmanusia (hantu, roh, leluhur atau roh jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir,tukang tenung). Di Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa anak sakit dilihat darikeadaan fisik tubuh dan tingkah lakunya yaitu jika menunjukkan gejala misalnyapanas, batuk pilek, mencret, muntah -muntah, gatal, luka, gigi bengkak, badan kuning,kaki dan perut bengkak. Seorang pengobat tradisional yang juga menerima pandangankedokteran modern, mempunyai pengetahuan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit adalah sebagai berikut: sakit badaniah berarti ada tanda-tanda penyakit di badannya seperti panas tinggi, penglihatan lemah, tidak kuatbekerja, sulit makan, tidur terganggu, dan badan lemah atau sakit, maunya tiduranatau istirahat saja. Pada penyakit batin tidak ada tanda -tanda di badannya,tetapi bisadiketahui dengan menanyakan pada yang gaib. Pada orang yang sehat, gerakannyasorot mata cerah, tidak mengeluh lesu, lemah, atau sakit- sakit badan. Sudarti (1987)menggambarkan secara deskriptif persepsi masyarakat beberapa daerah di Indonesiamengenai sakit dan penyakit; masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaanindividu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidaknyaman. Anak yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis dantidak nafsu makan. Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja,kehilangan nafsu makan, atau "kantong kering" (tidak punya uang). Selanjutnyamasyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian yaitu : karenapengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia,makanan yangdiklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin; supranatural (roh, guna-guna, -lain). Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertamadan ke dua, dapat digunakan obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok, pantanganmakan, dan bantuan tenaga kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ketiga harusdimintakan
bantuan
dukun,
kyai
dan
lain-lain.
Dengan
demikian
upayapenanggulangannya tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit.Beberapa contoh penyakit pada bayi dan anak sebagai berikut :1. Sakit demam dan panas. Penyebabnya adalah perubahan cuaca, kena hujan, salah makan, atau masuk angin. Pengobatannya adalah dengan cara mengompres dengan es, oyong, labu putih yang dingin atau beli obat influenza. Di Indramayu dikatakan penyakit adem meskipun gejalanya panas tinggi, supaya panasnya turun. Penyakit tampek (campak) disebut juga sakit adem karena gejalanya badan panas.2. Sakit mencret (diare). Penyebabnya adalah salah makan, makan kacang terlalu banyak, makan makanan pedas, makan udang, ikan, anak meningkat kepandaiannya, susu ibu basi, encer, dan lain-lain. Penanggulangannya dengan obat tradisional misalkan dengan pucuk daun jambu dikunyah ibunya lalu diberikan kepada anaknya (Bima Nusa Tenggara Barat) obat lainnya adalah Larutan Gula Garam (LGG), Oralit, pil Ciba dan lain - lain. Larutan Gula Garam sudah dikenal hanya proporsi campurannya tidak tepat.1. Sakit kejang-kejang Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan kejang-kejang disebabkan oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep, sedangkan di Sumatra Barat disebabkan hantu jahat. Di Indramayu pengobatannya adalah dengan dengan pergi ke dukun atau memasukkan bayi ke bawah tempat tidur yang ditutupi jaring.Kepercayaan jaring.Kepercayaan Kuno dan Praktik Pengobatan Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakatsederhana. Dalam masyarakat tradisional, sistem pengobatan tradisional ini adalahpranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti mempelajaripranata sosial umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli (tradisional) adalahrasional dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat. Beberapahal yang berhubungan dengan kesehatan (sehat – sakit) menurut budaya – budayayang ada di Indonesia diantaranya adalah :Suku Bugis Persepsi masyarakat Bugis tentang sakit tercermin dalam berbagai istilah yangdigunakan dalam pembicaraan sehari-hari, antara lain
seperti malasa, madoko,maddokkong. Istilah tersebut mengacu pada konsep sakit yang berarti kondisi ataukeadaaan fisik maupun rohani seseorang yang sedang mengalami ketidakseimbanganmenurut pengetahuan budaya orang Bugis terjadinya ketida seimbangan tersebut disebabkan oleh dua faktor terutama yaitu faktor interen disamping faktor exteren.Faktor interen yang menyebabkan tumbuhnya ketidakseimbangan ketidakseimbangan dalam diri manusiaialah karena adanya kondisi organ-organ tubuh manusia itu sendiri yang tidakberfungsi sebagaimana mestinya, di samping adanya pengaruh faktor keturunan.Sebaliknya keturunan.Sebaliknya faktor eksteren terdiri atas beberapa unsur berupa wabah penyakit,perubahan keadaan suhu udara, gangguan mahluk halus, keracunan, praktek magic,kutukan dewata dan sebagai unsur lingkungan termasuk buatan manusia. Sesuai dengan wujud dan faktor penyebabnya, maka masyarakat Bugismengenal aneka ragam jenis penyakit. Kendati pun demikian, setiap jenis penyakitdapat dimasukkan dalam salah satu di antaranya dua kategori, yaitu penyakit dalam
massobbu(penyakit tersembunyi) dan lasa talle (penyakit nyata)Selain dari istilahistilah tersebut, anggota masyarakat di daerah penelitian mengenalpula pengelompokan jenis penyakit menjadi dua kategori masing-masing : lasa ati(penyakit hati, jiwa dan rohani) dan lasa tubuh (penyakit jasmani). Persepsimasyarakat tentang adanya kategori lasa ati, di samping lasa watakkale itu bersumberdari pemahaman atau pengetahuan mereka tentang diri makhluk manusia yang terdiriatas dua unsur, yaitu jasmani dan rohani, taga dan jiwa, lahiriah dan batiniah.Perpaduan antara dua unsur itulah yang menjelma menjadi sosok tubuh manusiasebagai satu kesatuan organisme, bersama dengan sejenak potensi yang di bawahsejak lahir ke dunia. Menurut budaya orang Bugis, maka tubuh manusia yangberbentuk ragawi ragawi merupakan hasil perpaduan perpaduan dari empat zat alami yaitu: tanah, tanah,
air,angin, api sedangkan aspek rohaniah dikenal sebagai sumange (sukma). Dalam hal initubuh manusia dipandang tidak lebih hanya sebagai tempat berdiam bagi sukma,untuk suatu jangka waktu tertentu. Manakala sukma tersebut berpisah dari raganyamaka sosok tubuh manusia itupun mengalami peristiwa yang disebut mati. Peristiwakematian Peristiwakematian itu sendiri s endiri menyebabkan segenap unsur tubuh manusia kembali ke ke asalnyayaitu ke alam fanah, sedangkan sukma akan tetap hidup dan melanjutkan proseskehidupannya di alam gaib yang bersifat abadi. Konsep pengetahuan budayamasyarakat Bugis tersebut terkandung dalam suatu pelajaran yang membahas tentangdialog antara bayi yang berada dalam kandungan ibunya dan tuhan sebagai mahapencipta. Sebagian besar masyarakat Bugis sampai sekarang tetap mempunyaikeyakinan bahwa peristiwa yang pertalian dengan kelahiran makhluk manusia ke atasbumi bukanlah suatu yang berlangsung secara kebetulan saja, melainkan adalahperistiwa sakral yang hanya mungkin terjadi atas restu, kehendak dan kuasa ilahi,sang pencipta. Organ-organ tubuh manusia sebagai mahluk induvidu terdiri ataspepaduan antara empat jenis zat alam yaitu tanah, air, angin, apiKeempat zat alam tersebut kemudia menjelma kontruksi tubuh manusia secara serasi,sehingga tercipta sosok tubuh dengan susunan organisme berupa perangkan anggotabada tercipta dari api. Sebagaimana hanya alam raya, maka manusia pun merupakansuatu kesatuan yang utuh dan bulat. Sebelum ilmu pengobatan modern dan ilmukedokteran ditemukan, nenek moyang kita (Bugis-Makassar) juga telah mengenalnyadengan cara-cara pengobatan tradisional dalam bentuk ritual-ritual khusus danmemanfaatkan tanaman atau tumbuhan yang ada di sekitarnya,orang sekitarnya,orang yang melakukanritual ini disebut Sanro.Budaya jawaMenurut orang Jawa, “sehat “ adalah
keadaan yang seimbang dunia fisik dan batin.Bahkan, semua itu berakar pada batin. Jika “batin karep ragu nututi”, artinya batinberkehendak, raga / badan akan mengikuti. Sehat dalam konteks raga berarti “ waras“.Apabila seseorang tetap
mampu menjalankan peranan sosialnya sehari-hari, misalnyabekerja di ladang, sawah, selalu gairah bekerja, gairah hidup, kondisi inilah yangdikatakan sehat. Dan ukuran sehat untuk anak-anak adalah apabila kemauannya untukmakan tetap banyak dan selalu bergairah untuk bermain. Untuk menentukan sebab-sebab suatu penyakit ada dua konsep, yaitu konseppersonalistik dan konsep naluralistik. Dalam konsep personalistik, penyakitdisebabkan oleh makhluk supernatural (makhluk gaib, dewa), makhluk yang bukanmanusia (hantu, roh leluhur, roh jahat ) dan manusia (tukang sihir, tukang tenung).Penyakit ini disebut “ora lumrah“ atau “ora sabaene“ (tidak
wajar / tidak biasa).
supernatural,misalnya melakukan upacara dan sesaji. Dilihat dari segi personalistik jenis penyakitini terdiri dari kesiku, kebendhu, kewalat, kebulisan, keluban, kegunaguna, ataudigawe wong, kampiran bangsa lelembut dan lain sebagainya. Penyembuhan dapatmelalui seorang dukun atau “wong tuo“. Pengertian dukun bagi masyarakat Jawaadalah yang pandai atau ahli dalam mengobati penyakit melalui “Japa Mantera“,y akni doa yang diberikan oleh dukun kepada pasien. Ada beberapa
kategori dukunpada masyarakat Jawa yang mempunyai nama dan fungsi masingmasing :a. Dukun bayi: khusus menangani penyembuhan terhadap penyakit yang berhubungan dengan kesehatan bayi , dan orang yang hendak melahirkan.b. Dukun pijat / tulang (sangkal putung): Khusus menangani orang yang sakit terkilir, patah tulang, jatuh atau salah urat.c. Dukun klenik : khusus menangani orang yang terkena guna – guna atau “digawa uwong“.d. Dukun mantra : khusus menangani orang yang terkena penyakit karena kemasukan roh halus.e. Dukun hewan : khusus mengobati hewan.Sedangkan konsep naturalistik, penyebab penyakit bersifat natural danmempengaruhi kesehatan tubuh, misalnya karena cuaca, iklim, makanan racun, bisa,kuman
atau
kecelakaan.
Di
samping
itu
ada
unsur
lain
yang
mengakibatkanketidakseimbangan dalam tubuh, misalnya dingin, panas, angin atau udara lembab.Oleh orang Jawa hal ini disebut dengan penyakit “Lumrah“ atau biasa.
Adapunpenyembuhannya dengan model keseimbangan dan keselarasan, artinya dikembalikanpada keadaan semula sehingga orang sehat kembali. Misalnya orang sakit masukangin, penyembuhannya dengan cara “kerokan“ agar angin keluar k eluar kembali. Begitupula
penyakit
badan
dingin
atau
disebut
“ndrodok”
(menggi gil,
kedinginan),penyembuhannya dengan minum jahe hangat atau melumuri tubuhnya dengan airgaram dan dihangatkan dekat api . Di samping s amping itu juga banyak pengobatan yangdilakukan dengan pemberian ramuan atau “dijamoni“. Jamu adalah ramuan
dariberbagai macam tumbuhan atau dedaunan yang dipaur, ditumbuk, setelah itu diminumatau dioleskan pada bagian yang sakit. Di samping itu ada juga ramuan tumbuhan lainsebagai pelengkap, misalnya kulit pohon randu yang sudah diberi mantera. Budayajawa beranggapan bahwa nama ya ng “berat“ bisa mendatangkan sial. Pendapat yanglain mengatakan “nama yang buruk” akan mempengaruhi aktivitas
pribadi dan sosialpemilik nama itu. Dan juga kebiasaan bagi orang Jawa yakni jika ada salah satu pihakkeluarga atau sanak saudara yang sakit, maka untuk menjenguknya biasanya merekamengumpulkan dulu semua saudaranya dan bersama – sama mengunjungi saudaranyayang sakit tersebut. Karena dalam budaya Jawa dikenal prinsip “ mangan ora mangan, seng penting kumpul “Adapun beberapa contoh
pengobatan tradisional masyarakatJawa yang tidak terlepas dari tumbuhan dan buah-buahan yang bersifat alami adalah:daun dadap sebagai penurun panas dengan cara ditempelkan di dahi; temulawak untukmengobati sakit kuning dengan cara di parut, diperas dan airnya diminum 2 kalisehari satu sendok makan, dapat ditambah sedikit gula batu dan dapat juga digunakansebagai penambah nafsu makan; akar ilalang untuk menyembuhkan penyakit hepatitisB; mahkota dewa untuk menurunkan tekanan darah tinggi, yakni dengan dikeringkanterlebih dahulu lalu diseduh seperti
teh dan diminum seperlunya;brotowali sebagaiobat untuk menghilangkan rasa nyeri, peredam panas, dan penambah nafsumakan;jagung muda (yang harus merupakan hasil curian = berhubungan dengankepercayaan) berguna untuk menyembuhkan penyakit cacar dengan cara dioleskandibagian yang terkena cacar; daun sirih untuk membersihkan vagina; lidah buaya – gatal;
mandiair garam untuk menghilangkan sawan; daun simbung dan daun kaki kuda untukmenyembuhkan influenza; jahe untuk menurunkan demam / panas , biasanya dengandiseduh lalu diminum ataupun dengan diparut dan detempelkan di ibu jari kaki; airkelapa hijau dengan madu lebah untuk menyembuhkan sakit kuning yaitu dengan cara1 kelapa cukup untuk satu hari , daging kelapa muda dapat dimakan sekaligus. Budaya SundaKonsep sehat sakit tidak hanya mencakup aspek fisik saja, tetapi juga bersifat sosialbudaya. Istilah lokal yang biasa dipakai oleh masyarakat Jawa Barat (orang Sunda)adalah muriang untuk demam, nyerisirah untuk sakit kepala, yohgoy untuk batuk dansalesma untuk pilek / flu. Penyebab sakit umumnya karena lingkungan, kecuali batukjuga karena kuman. Pencegahan sakit umumnya dengan menghindari penyebabnya.Pengobatan sakit umumnya menggunakan obat yang terdapat di warung obat yangada di desa tersebut, sebagian sebagian kecil menggunakan menggunakan obat tradisional . Pengobatansendiri sifatnya sementara, yaitu penanggulangan pertama sebelum berobat kepuskesmas atau mantri. Menurut orang Sunda, orang sehat adalah mereka yang makan terasa enakwalaupun dengan lauk seadanya, dapat tidur nyenyak dan tidak ada yang dikeluhkan,sedangkan sakit adalah apabila badan terasa sakit, panas atau makan terasa pahit,kalau anak kecil sakit biasanya rewel, sering menangis, dan serba salah / gelisah.Dalam bahasa Sunda orang sehat disebut cageur, sedangkan orang sakit disebutgering. Ada A da beberapa perbedaan antara sakit ringan dan sakit berat. Orang disebutsakit ringan apabila masih dapat berjalan kaki,
masih dapat bekerja, masih dapatmakan-minum dan dapat sembuh dengan minum obat atau obat tradisional yang dibelidi warung. Orang disebut sakit berat, apabila badan terasa lemas, tidak dapatmelakukan kegiatan sehari-hari, sulit tidur, berat badan menurun, harus berobat kedokter / puskesmas, apabila menjalani rawat inap memerlukan biaya mahal. Pengobatan sakit umumnya menggunakan obat yang terdapat di warung. Obatyang ada di desa tertentu, sebagian kecil menggunakan obat tradisional. Masyarakatmelakukan pengobatan sendiri dengan alasan sakit ringan, hemat biaya dan hematwaktu. Pengobatan sendiri sifatnya sementara, yaitu penanggulangan pertamasebelum berobat ke puskesmas atau Mantri. Tindakan pengobatan sendiri yang sesuaidengan aturan masih rendah karena umumnya masyarakat membeli obat secara eceransehingga tidak dapat membaca keterangan yang tercantum pada setiap kemasan obat. Budaya BatakArti “sakit“ bagi orang
Batak adalah keadaan dimana seseorang hanya berbaring, danpenyembuhannya melalui cara-cara tradisional, atau ada juga yang membawa orangyang sakit tersebut kepada dukun atau “orang pintar“. Dalam kehidupan sehari -hariorang Batak, segala
sesuatunya termasuk mengenai pengobatan jaman dahulu, untukmengetahui bagaimana cara mendekatkan diri pada sang pencipta agar manusia tetapsehat dan jauh dari mara bahaya. Bagi orang Batak, di samping penyakit alamiah, adajuga beberapa tipe spesifik penyakit supernatural, yaitu: jika mata seseorang bengkak,orang tersebut diyakini telah melakukan perbuatan yang tidak baik (mis : mengintip).Cara mengatasinya agar matanya tersebut sembuh adalah dengan mengoleskan airsirih. Nama tidak cocok dengan dirinya (keberatan nama) sehingga membuat orangtersebut sakit. Cara mengobatinya mengobatinya dengan mengganti nama tersebut dengan nama yanglain, yang lebih cocok dan didoakan serta diadakan jamuan adat bersama keluarga.
akanmemberi mainan buat anaknya, tetapi janji tersebut tidak ditepati. Karena janji tersebuttidak ditepati, si anak bisa menjadi sakit. Jika ada orang Batak menderita penyakitkusta, maka orang tersebut dianggap telah menerima kutukan dari para leluhur dandiasingkan dalam pergaulan masyarakat. Di samping itu, dalam budaya Batak dikenal adanya “kitab pengobatan” yang isinyadianta ranya adalah, Mulajadi Namolon Tuhan Yang Maha Esa bersabda:“Segala sesuatu yang tumbuh di atas bumi
dan di dalam air sudah ada gunanyamasing-masing di dalam kehidupan sehari-hari, sebab tidak semua manusia yang dapatmenyatukan darahku dengan darahnya, maka gunakan tumbuhan ini untuk kehidupanmu. Di dalam kehidupan Si Raja Batak dahulu ilmu pengobatan telah ada, mulai sejakdalam kandungan sampai melahirkan.1. Obat mulai dari kandungan sampai melahirkan. Perawatan dalam kandungan: menggunakan salusu yaitu satu butir telur ayam kampung yang terlebih dahulu di doakan. Perawatan setelah melahirkan: menggunakan kemiri, jeruk purut dan daun sirih. Perawatan bayi: biasanya menggunakan kemiri, biji lada putih dan iris jorango. Perawatan dugu-dugu: sebuah makanan ciri khas kh as Batak saat melahirkan yang diresap dari bangun-bangun, daging ayam, kemiri dan kelapa.2. Dappol Siburuk (obat urut dan tulang). Asal mula manusia menurut orang Batak adalah dari ayam dan burung. Obat dappol si buruk ini dulunya berasal dari burung siburuk yang mana langsung dipraktikkan dengan penelitian alami dan hampir seluruh keturunan Siraja Batak menggunakan obat ini dalam kehidupan sehari-hari.3. Untuk mengobati sakit mata. Menurut orang Batak mata adalah satu panca indra sekaligus penentu dalam kehidupan manusia, dan menurut legenda pada mata manusia berdiam Roh Raja Simosimin. Berdasarkan pesan dari Si Raja Batak, untuk mengeluarkan penyakit dari mata, masukkanlah biji sirintak ke dalam mata yang sakit. Setelah itu tutuplah mata dan tunggulah beberapa saat, karena biji sirintak akan menarik seluruh penyakit
yang ada di dalam mata. Gunakan waktu 1x 19 hari, supaya mata tetap sehat. Sirintak adalah tumbuhan Batak yang dalam bahasa Indonesia berarti mencabut (mengeluarkan), nama ramuannya dengan sama tujuannnya.4. Mengobati penyakit kulit yang sampai membusuk. Berdasarkan pesan Si Raja Batak untuk mengobati orang yang berpenyakit kulit supaya menggunakan tawar mulajadi (sesuatu yang berasal dari asap dapur). Rumpak 7 macam dan diseduh dengan air hangat. Disamping itu, Si Raja Batak berpesan kepada keturunannya, supaya manusia dapat hidup sehat, maka makanlah atau minumlah: apapaga, airman, anggir, adolora, alinggo, abajora, ambaluang, assigning, dan arip-arip. Dalam budaya Batak juga dikenal dengan adanya karisma, wibawa dan kesehatan menurut orang Batak dahulu, supaya manusia dapat sukses dalam segala hal biasanya diwajibkan membuat sesajen berupa: ayam merah, ayam putih, ayam hitam, ketan beras (nitak), jeruk purut, sirih beserta perlengkapannya. Beberapa contoh pengobatan tradisional lainnya yang dilakukan oleh orang Batak adalah: jika ada orang Batak yang menderita penyakit gondok, maka cara pengobatannya dengan menggunakan belau. Apabila ada orang Batak yang menderita penyakit panas (demam) biasanya pengobatannya dengan cara menyelimutinya dengan selimut / kain yang tebal.
Budayamemberi peranan dan nilai yang berbeda terhadap pangan dan makanan. Misalnya tabumakanan yang masih dijumpai di beberapa daerah. Tabu makanan yang merupakanbagian dari budaya menganggap makanan makanan tertentu berbahaya karena alasan-alasan yang tidak logis. Hal ini mengindikasikan masih rendahnya pemahaman gizimasyarakat dan oleh sebab itu perlu berbagai upaya untuk memperbaikinya. Pantanganatau tabu adalah suatu larangan untuk mengonsumsi suatu jenis makanan tertentukarena terdapat ancaman bahaya atau hukuman terhadap yang melanggarnya. Dalamancaman bahaya ini terdapat kesan magis yaitu
adanya kekuatan supernatural yangberbau mistik yang akan menghukum orang-orang yang melanggar pantangan pantangan atautabu tersebut. Di Bogor masih ada yang percaya bahwa kepada bayi dan balita laki-laki tidakboleh diberikan pisang ambon karena bisa menyebabkan alat kelamin / skrotumnyabengkak. Balita perempuan tidak boleh makan pantat ayam karena nanti ketika merekasudah menikah bisa diduakan suami. Sementara di Indramayu, makanan gurih yangdiberikan kepada bayi dianggap membuat pertumbuhannya menjadi terhambat. Untukbalita perempuan, mereka dilarang untuk makan nanas dan timun. Selain itu balitaperempuan dan laki-laki juga tidak boleh mengonsumsi ketan karena bisamenyebabkan anak menjadi cadel. Mereka menganggap bahwa tekstur ketan yanglengket menyebabkan anak tidak bisa menyebutkan aksara „r dengan benar. Jenis makanan pantangan bagi wanita dan ‟
laki-laki dewasa lebih banyakkarena alasan yang menyangkut dengan organ reproduksi / hubungan seksual suamiistri. Hal ini berlaku pada sebagian besar penduduk di Bogor dan Indramayu. Makanantersebut kebanyakan adalah sayur dan buah yang banyak mengandung air, misalnyananas, pepaya, semangka, timun, dan labu siam. Jenis makanan tersebut dianggap bisamenyebabkan keputihan yang akhirnya dapat mengganggu keharmonisan hubungansuami dan istri. Sementara untuk laki-laki dewasa, baik di Bogor dan Indramayumemiliki suatu kepercayaan bahwa laki-laki dewasa dilarang makan terung, karenamembuat mereka lemas dan mudah lelah. Selain itu unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makanpenduduk yang kadang bertentangan bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi. Kebiasaanmakan Kebiasaanmakan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhikebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan(Khumaidi, 1989). Suhardjo (1989) menyatakan bahwa kebiasaan makan individu ataukelompok individu adalah memilih pangan dan mengonsumsinya sebagai reaksiterhadap pengaruh fisiologis, psikologis, sosial dan budaya. Tiga faktor terpenting yang mempengaruhi
kebiasaan makan adalahketersediaan pangan, pola sosial budaya dan faktor-faktor pribadi (Harper et al., 1986).Hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari kebiasaan makan adalah konsumsipangan (kuantitas dan kualitas), kesukaan terhadap makanan tertentu, kepercayaan,pantangan, atau sikap terhadap makanan tertentu (Wahyuni, 1988). Khumaidi (1989)menyatakan (1989)menyatakan bahwa dari segi gizi, kebiasaan makan ada yang baik atau dapatmenunjang dapatmenunjang terpenuhinya kecukupan gizi dan ada yang buruk (dapat menghambatterpenuhinya kecukupan gizi), seperti adanya pantangan atau tabu yang berlawanandengan konsep-konsep gizi. Menurut Williams (1993), masalah yang menyebabkanmalnutrisi adalah tidak cukupnya pengetahuan gizi dan kurangnya pengertian tentangkebiasaan tentangkebiasaan makan yang baik. Kebiasaan makan dalam rumahtangga penting untukdiperhatikan, karena kebiasaan makan mempengaruhi pemilihan dan penggunaanpangan dan selanjutnya mempengaruhi tinggi rendahnya mutu makanan rumah tangga.
antara lain perbedaan etnis, tingkat sosial ekonomi, geografi, iklim, agama dankepercayaan serta tingkat kemajuan teknologi (Wardiatmo, 1989). Kebiasaan makanbanyakdipengaruhi oleh variabel lingkungan. Pilihan dan kegunaan makanan yang adaadalah merupakan komponen ekologi. Studi tentang konsumsi pangan di daerahpedesaan menunjukkan adanya keterkaitan antara tingkat konsumsi masyarakat denganzona ekologi (Annegers, 1973 dalam den Hartog, 1995). Menurut den Hartog (1995) kebiasaan makan dapat dibentuk oleh lingkungansekitar dimana seseorang hidup. Adapun beberapa variabel lingkungan yangberpengaruh terhadap kebiasaan makan suatu masyarakat adalah lingkungan hidupyang meliputi topografi, keadaan tanah, iklim, dan flora, lingkungan budaya (sistemproduksi pertanian) dan populasi (kelahiran, kematian, migrasi, pertambahanpenduduk, umur dan jenis kelamin). Oleh karena itu, penyuluhan gizi penting untuk terus menerus dilakukan
untukmemperbaiki pengetahuan gizi dan kebiasaan makan masyarakat. Penyuluhan gizimenjadi
landasan
terjadinya
perubahan
pengetahuan,
sikap
dan
keterampilan.Kelembagaan penyuluhan gizi seperti Posyandu perlu lebih diperkuat sehinggaaktivitas penyuluhan tidak terabaikan.
keluhan perdarahanmelalui vagina, kondisi pasien lema dan pasien dinyatakan mengalami anemia, kadarhaemoglobin 5 g/dl. Pasien direncanakan untuk segera mendapatkan transfusi darah. Ketikaperawat menjelaskan rencana tersebut, pasien menolak karena menurutnya hal tersebutbertentangan dengan keyakinannya. Perawat berusaha untuk membicarakan hal ini dengansuami pasien namun suami pasien bekerja diluar kota dan tidak dapat dihubungi. Pada saat inipasien hanya ditemani oleh ibunya.Pembahasan :Setelah menganalisa kasus tersebut diatas satu hal yang perlu dipahami adalah “mengubahsuatu keyakinan atau keperc ayaan seseorang itu tidaklah mudah, tapi bukan tidak mungkinbisa merubahnya”. Oleh
karena itu diperlukan langkah-langkah yang kongkret ataupendekatan-pendekatan personal sehingga timbul rasa saling percaya antara perawat danklien/pasien.Dari kasus tersebut diperlukan peran dependen perawat, dan menurut kami dalam anggotakelompok FG V apabila dihadapkan pada kasus seperti diatas maka, kami akan mencobamelakukan langkah-langkah berikut :1. Menjelaskan ke pasien dan ibunya pentingnya dilakukan tindakan transfusi darah tersbut dan akibat apabila tindakan transfusi darah tersebut tidak dilakukan.2. Apabila pasien tetap menolak maka kami akan menanyakan alasan pasien menolak tindakan tersebut.3. Setelah mengetahui alasannya yang mungkin karena pasien takut darahnya bercampur dengan darah orang yang tidak dikenalnya.4. Menjelaskan bahwa tindakan transfusi bisa dilakukan dengan menggunakan darah dari keluarga terdekat misalnya ibu, apabila kondisinya memungkinkan dan golongan darahnya sama/cocok.5. Apabila
akhirnya pasien setuju untuk menjalani transfusi, tapi menggunakan darah ibunya, langkah selanjutnya adalah menganjurkan / menawarkan ibu klien untuk melakukan pemeriksaan apakah kondisinya memungkinkan dan golongan darah keduanya sama atau tidak.6. Apabila golongan darah keduanya sama dan kondisi si ibu memungkinkan maka transfusi segera dapat dilakukan.7. Tapi apabila langkah tersebut tidak menemukan jalan keluar, golongan darah mereka tidak sama atau golongan darahnya sama tapi pasien berubah pikiran dan tidak mau menerima darah dari ibunya, maka langkah selanjutnya adalah kerjasama dengan orang lain tenaga kesehatan lainnya misalnya perawat lain, dokter yang menangani, orang yang disegani, pemuka agama, tokoh masyarakat untuk membantu memberikan penjelasan tentang tindakan transfusi yang tetap harus dilakukan.8. Apabila tetap tidak berhasil, pasien tetap menolak maka sebagai seorang perawat yang menghargai hak orang lain dalam mengambil keputusan akan dirinya, maka langkah selanjutnya adalah meminta pasien / klien menandatangani format persetujuan penolakan tindakan (informat consent)