PENGUJIAN SENSITIVITAS BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK: METODE KIRBY-BAUER DAN METODE MIC
LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI
Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten
: : : : :
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang memiliki aktivitas untuk tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan mikroba dapat terganggu akibat pengaruh dari lingkungan maupun dari mikroba itu sendiri. Salah satu pengaruh yang paling pali ng berkompten adalah senyawa sen yawa antimikroba. Antimikroba adalah senyawa yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme. Salah satu contoh senyawa antimikroba adalah antibiotik (Gobel, 2008). Sebelum suatu antibiotik diperlukan untuk keperlukan pengobatan, antibiotik harus diuji terlebih dahulu apakah memiliki efek terhadap spesies bakteri tertentu atau tidak. Jika terbukti mampu menghambat atau menbunuh spesies bakteri tertentu (pathogen penyebab penyakit), maka antibiotik tersebut layak digunakan terhadap pasien. Antibiotik dapat diberikan kepada pasien melalui penyuntikan dengan intramuscular sesuai dengan keperluan (Dwidjoseputro, 2005). Berdasarkan luas aktivitasnya, antibiotik dapat digolongkan atas senyawa dengan spectrum luas dan sempit. Contoh senyawa yang tergolong antibiotik yaitu penicillin, sefalosparin, aminoglikosida, chlorampenicol , tetrasiklin, makrosida, dan quinolon (Waluyo, 2004). Menurut Hadioetomo (1996), suatu antibiotik dikatakan ideal apabila memenuhi syarat-sayrat berikut: 1. Mempunyai kemampuan untuk mematika atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme secara luas (tidak satu spesies). 2. Tidak menyebabkan resisten saat digunakan pada mikroorganisme pathogen. 3. Tidak menimbulkan efek samping yang buruk pada host , seperti reaksi alergi, kerusakan saraf, iritasi lambung, dan sebagainya. 4. Tidak mengganggu keseimbangan flora normal, seperti flora usus dan flora kulit. Menurut Singleton (2006), kemampuan antibiotik dalam melawan bakteri dapat diukur menggunakan dua metode, yaitu: 1. metode konvensional, contohnya dilusi (agar atau kaldu), difusi (Kirby-Bauer) dan Etest. dan Etest. 2. Metode komersial, contohnya meliputi metode mikrodilusi perbenihan cair (broth ( broth microdilution methods), methods ), Agar dilusi derivative (agar ( agar dilution derivations), derivations ), difusi
pada agar derivative (diffusion in agar derivations), derivations ), sistem pengujian otomatis (automated suscebtibility test system), system), metode pengujian alternative dan suplemen, metode yang langsung mendeteksi, mekanisme resistensi spesifik, metode dengan pengukuran antimikroba berdasarkan keberadaan mekanisme khusus
(misalnya
chloranphenicol ), ),
berdasarkan
metode
khusus
fenotip, untuk
deteksi
mendeteksi
acetil-transferase kompleks
interaksi
antimikroba pada organisme, tes kombinasi aktivitas mikroba, dan Spiral Gradient Endpoint Test (SGE). B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah melakukan uji sensitivitas senyawa antagonis secara kualitatif dan kuantitatif.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan adalah baki isolat, inkubator, rak tabung berdiri, tabung reaksi, cawan petri, pinset, pipet ukur 1 mL, pembakar spiritus, kamera, drugalski, kertas cakram diameter 6 mm yang mengandung antibiotik amoxycillin amoxycillin dan tetracyclin, tetracyclin, penggaris, dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah kultul bakteri Gram negatif ( Escherichia ( Escherichia coli), coli ), bakteri Gram positif (Staphylococcus ( Staphylococcus aureus), aureus ), akuades steril, medium Nutrient medium Nutrient Agar , medium Nutrient medium Nutrient Broth, Broth, amoxycillin, amoxycillin, dan tertracyclin. tertracyclin. B. Metode
Metode uji kualitatif Kirby-Bauer
1. Isolat E. Isolat E. coli dan coli dan S. aureus masing-masing aureus masing-masing dipipeting spread dipipeting spread plate sebanyak plate sebanyak 0,1 mL secara aseptis ke dalam cawan petri yang berbeda, kemudian diratakan dengan drugalski. 2. Setiap cawan petri yang berisi biakan E. coli coli dan S. aureus aureus diberi dua kertas cakram yang mengandung antibiotik amoxycillin amoxycillin dan tetracyclin tetracyclin di bagian tengahnya. 3. Cawan uji diinkubasi pada suhu 37 0C selama 48 jam. 4. Setelah masa inkubasi, diukur zona penghambatan yang terbentuk pada masingmasing antibiotik terhadap biakan bakteri S. Aureus Aureus dan E. coli coli dengan rumus 1+2 2
.
5. Hasil pengukuran dibandingkan dengan standard zona penghambatan dari masing-masing antibiotik dan ditentukan pengaruh yang sensitif, resisten, dan intermediet dari bakteri uji terhadap masing-masing antibiotik.
Metode Minimun Inhibitory Concentration (MIC)
1. Secara aseptis 0,8 mL medium NB dimasukkan ke dalam tiap sumuran dalam 24 microwell plate steril. plate steril. 2. Setiap kultur ditambahkan 0,1 mL ke dalam 9,9 mL akuades steril sehingga diperoleh pengenceran 10 -2.
3. Sebanyak 0,1 mL pengenceran 10 -2 dari S. aureus aureus ditambahkan ke dua baris 6 sumuran, sehingga diperoleh baris A dan B diinokulasi dengan S. aureus. aureus. 4. Pekerjaan yang sama dilakukan inokulasi E. coli coli terhadap dua baris 6 sumuran yang lain, sehingga diperoleh baris C dan D diinokulasi dengan E. dengan E. coli. coli. 5. Pengenceran masing-masing antibiotik disiapkan sehingga diperoleh konsentrasi 640, 320, 160, 80, 40, 20 µg/mL. Pengenceran dibuat dengan cara : 64 mg antibiotik ditambahkan ke dalam 10 mL air steril, dikocok agar larut. Kemudian ditambahkan 1 mL larutan ini ke 9 mL air steril untuk untuk menghasilkan konsentrasi 640 µg/mL. Sebanyak Sebanyak 5 mL larutan ini ditambahkan ke 5 mL air steril untuk mendapatkan konsentrasi 320 µg/mL. demikian seterusnya untuk konsentrasi lainnya. 6. Sebanyak 0,1 mL larutan penicillin ditambahkan ke baris A dan C dengan urutan konsentrasi tertinggi pada A1 dan C1 dan konsentrasi terendah pada A6 dan C6. 7. Pekerjaan yang sama dilakukan untuk larutan erythromycin terhadap baris B dan D, dengan konsentrasi tertinggi pada B1 dan D1 sedangkan konsentrasi terendah pada B6 dan D6. Dengan menambahkan 0,1 mL ke 0,9 mL maka akan diperoleh baris dengan konsentrasi antibiotik 640, 320, 160, 160, 80, 40, dan 20 µg/mL. 8. Plate diinkubasi pada suhu 37 0C selama 24-48 jam. 9. Setelah masa inkubasi, setiap sumuran diamati terjadinya kekeruhan. Bila terbentuk kekeruhan/ terjadi pertumbuhan menunjukkan bahwa organisme resisten terhadap antibiotik pada konsentrasi yang dicobakan. Pencatatan: pertumbuhan + dan pertumbuhan pertumbuhan -. 10. Konsentrasi penghambatan minimum (MIC), setiap antibiotik terhadap setiap spesies bakteri. MIC diinterpretasikan pada sumuran pertama yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan dan bukan pada sumuran terakhir dimana pertumbuhan terjadi.
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Table 3.1. Data Pengamatan Rombongan II Kel
Isolat
1
E. coli
2
S. aureus
3
E. coli
4
S. aureus
5
E. coli
6
S. aureus
MIC
Antibiotik
Interpretasi Interpretasi
Amoxycillin Erytromycin Amoxycillin Erytromycin Amoxycillin Erytromycin Amoxycillin Erytromicin Amoxycillin Erytromycin Amoxycillin Erytromycin
Resisten (8 mm) – ) Resisten ( – Resisten (10 mm) Resisten (6,5 mm) Resisten ( – – ) – ) Resisten ( – Intermediet (16,5 mm) Resisten ( – – ) Suscebtible (26 mm) Resisten ( – – ) Intermediet Resisten
S. aure aureus us
E . coli coli
Resisten Resisten Resisten Resisten Resisten Resisten (S) 160 mg Resisten (S) 40 mg (S) 80 mg (S) 160 mg Resisten
Resisten Resisten Resisten Resisten S (640 mg) Resisten S (160 mg) Resisten S (160 mg) Resisten S (160 mg) Resisten
Keterangan:
Amoxycilin & Erythromycin :
Suscebtible
intermediet
resistant
≤ 13 mm
14-17 mm
≥ 18 mm
Gambar 3.1. Hasil Uji MIC isolat E . coli coli
B. Pembahasan
Menurut Erlindawati et al. (2015), antibiotik adalah salah satu produk metabolit sekunder yang dihasilkan suatu orgaisme tertentu dalam jumlah sedikit dan bersifat merusak atau menghambat mikroorganisme lain. Bagi bakteri, senyawa metabolit sekunder tersebut digunakan untuk pertahanan diri dalam menghadapi lingkungan yang kurang menguntukan. Berdasarkan toksisitas selektifnya, senyawa antibiotik dapat bersifat bakteriostastatik dan bakteriosidal. Bakteriostatik berarti antimikroba yang menghambat pertumbuhan atau perkembangan bakteri, sedangakn bakteriosidal bekerja mematikan bakteri. Mekanisme kerja dari antibiotik yang bersifat bakteriosidal biasanya mempengaruhi sintesis s intesis dinding sel atau permeabilitas membrane, sedangkankan yang bersifat bakteriostatik akan menghalangi sintesis protein. Menurut Usmiati (2012), cara kerja senyawa antibiotik adalah sebagai berikut: 1. Menghambat metabolism sel Antibiotik jenis ini biasanya memiliki struktur molekul mirip senyawa yang dibutuhkan mikroorganisme dalam metabolism. Antibiotik akan berkompetisi dengan senyawa tersebut membentuk suatu senyawa yang dibutuhkan mikroba untuk pertumbuhannya, sehingga antibiotik dengan mekanisme seperti ini memiliki sifat menghambat pertumbuhan bakteri atau bakteriostatik. Contohnya adalah
antibiotik
sulfonamide
yang
berkompetisi
dengan
PABA
untuk
membentuk asam folat yang pada bakteri pathogen senyawa ini harus disintesis sendiri. Contoh lainnya adalah trimetropin dan asam p-aminosalisilat. 2. Menghambat sintesis dinding sel Antibiotik golongan ini dapat menghambat biosintesis peptidoglikan, sintesis mukopeptida atau menghambat sintesis peptide dinding sel, sehingga dinding sel menjadi lemah, kemudian karena tekanan turgor dari dalam, dinding sel akan pecah atau lisis sehingga bakteri kan mati. mat i. Contoh antibiotik yang bekerja dengan mekanisme ini adalah penisilin, sefalosporin, sikloserin, vankomisin, basitrasin dan antifungi golongan azal. 3. Menghambat sintesis protein Antibiotik golongan ini akan menghambat reaksi transfer antara donor dengan aseptor atau menghambat translokasi t-RNA peptidil dari situs aseptor ke situs
donor yang menyebabkan sintesis protein terhenti. Contoh antibiotiknya adalah chlorampenicol , tetrasiklin, erythromycin, erythromycin, kindamycin, dan pristinamycin. 4. Menghambat sintesis asam nukleat Antibiotik golongan ini biasanya bekerja dengan cara mengikat enzim-enzim yang berfungsi dalam sintesis asam nukleat, seperti enzim RNA polimerase dan enzim girase (berfungsi untuk menata DNA bakteri menjadi pilinan agar muat dalam sel mikroba yang kecil). Contoh antibiotik golongan ini adalah rifamphycin dan kuinolon. 5. Mengganggu keutuhan membran sel Mekanisme kerja antibiotik golongan ini yaitu bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid bilayer atau struktur sterol yang akan merusak permeabilitas selektif membran plasma bakteri, sehingga molekul-molekul penting dalam sitoplasma akan keluar. Bakteri dengan persentase fosfat kecil atau tidak memiliki struktur sterol pada membrane selnya akan cenderung lebih resisten terghadap antibiotik golongan ini, misalnya bakteri Gram positif yang memiliki kadar fosfat rendah pada membrane plasma atau bakteri Gram negatif yang telah mengalami mutasi menjadi resisten. Contoh antibiotik golongan ini adalah polymyxin, polymyxin, polien dan berbagai kemoterapeutik lain seperti surface seperti surface active agents. agents. Menurut Pelczar & Chan (1986), beberapa factor yang mempengaruhi kerja antibiotik adalah sebagai berikut: 1. Konsentrasi atau intensitas antibiotik (semakin tinggi akan semakin efektif membunuh bakteri, namun terkadang bisa menimbulkan resistensi). 2. Jumlah mikroorganisme (jumlah mikroba yang banyak akan membuat antibiotik perlu waktu lama untuk membunuhnya). membunuhnya). 3. Suhu (semakin tinggi suhu maka akan meningkatkan efektivitas kerja antibiotik karena pada dasarnya kerja antibiotik merupakan reaksi kimia yang sangat bergantung pada suhu optimum). optimum). 4. Spesies mikroorganisme (tiap spesies mikroorganisme menunjukkan sensitivitas yang berbeda-beda terhadap senyawa antibitik tertentu). 5. Adanya bahan organik yang akan menghambat kerja antibiotik melalui tiga cara, yaitu antibiotik akan bergabung dengan bahan organic membentuk senyawa yang bersifat netral bagi mikroba, atau membentuk endapan yang tidak bisa berikatan dengan komponen sel mikroba, atau bahan organik menjadi barrier bagi antibiotik yang akan melakukan kontak dengan sel mikroba.
6. pH (beberapa antibiotik sangat dipengaruhi oleh pH, sebagian ada yang bekerja pada pH asam dan beberapa yang lain ada yang bekerja pada pH basa, walaupun banyak juga yang bekerja pada pH netral). Erythromycin adalah Erythromycin adalah antibiotik yang bersifat bakteriostatik atau bakteriosidal, tergantung dari jenis bakteri dan kadarnya dalam darah (Rahman, 2011). Mekanisme kerja Erythromycin Erythromycin seperti telah dijelaskan di atas adalah menghambat sintesis protein dengan cara berikatan secara reversible reversible dengan ribosom subunit 50S. Antibiotik ini memiliki spectrum cukup luas terhadap bakteri Gram positif (Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Streptococcus pneumoniae ) dan Gram negatif ( Haemophilus influenza, Pasteurella multocida, Brucella dan Rickttsia) Rickttsia ) maupun mikoplasma (Chlamydia ( Chlamydia), ), namun tidak memiliki antivitas terhadap virus, ragi ataupun jamur (Rahman, 2011). Amoxycillin Amoxycillin
merupakan
antibiotik
yang
umum
digunakan
untuk
menonaktifkan bakteri penyebab penyakit. Amoxycillin Amoxycillin merupakan antibiotik golongan penicillin yang mekanisme kerjanya dengan jalan merusak sintesis dinding sel bakteri. Antibiotik ini efektif untuk bakteri H. influenza, N. gonorrhea, E. coli, Pneumonia, Streptococcus, dan beberapa Staphylococcus beberapa Staphylococcus (Pelczar (Pelczar dan Chan, 2005). Menurut Kim et al. (2015), pengobatan yang efektif dari infeksi bakteri bergantung pada diagnosis dan dosis yang tepat terhadap obat antibiotik, sehingga diperlukan uji sensitivitas antibiotik. Uji sensitivitas bakteri merupakan metode untuk menentukan konsentrasi minimum bakteri terhadap senyawa antibiotik dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibiotik. Metode uji sensitivitas bakteri adalah metode untuk mengetahui kemampuan senyawa antibiotik dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh mikroba. Uji sensitivitas bakteri merupakan satuan metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap antibiotik dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki antivitas antibiotik (Hastowo, 1992). Menurut Singleton (2006), salah satu metode konvensional yang digunakan untuk menentukan sensitivitas bakteri adalah metode difusi kertas cakram. Metode ini merupakan metode pengujian kualitatif. Metode ini lebih dikenal dengan metode Kirby-Bauer. Inokulum bakteri pada metode ini ditanam secara merata pada permukaan agar. Kertas cakram yang mengandung antibiotik diletakkan pada permukaan agar dan dibiarkan berdifusi ke dalam media sekitarnya. s ekitarnya. Hasilnya berupa zona hambat antibiotik terhadap pertumbuhan bakteri, semakin luas zona jernih maka
semakin bakteri sensitif/susceptibel terhadap senyawa antibiotik, dan sebaliknya jika semakin sempit maka semakin resisten. Ukuran zona hambat tergantung kecepatan difusi antibiotik, derajat sensitivitas mikroorganisme dan kecepatan pertumbuhan bakteri (Cappucino dan Shraman, 1983). Kelebihan metode Kirby-Bauer adalah mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus dan relative murah, sedangkan kelemahannya adalah ukuran zona bening yang terbentuk tergantung oleh kondisi inkubasi, inokulum, predifusi, dan preinkubasi serta ketebalan medium. Apabila keempat factor tersebut tidak sesuai, maka hasil dari metode kertas cakram relative sulit untuk diinterpretasikan. Selain itu, metode kertas cakram ini tidak bias diaplikasikan pada mikroorganisme yang pertumbuhannya lambat dan mikroorganisme mikroorganisme yang bersifat anaerob obligat (Hastowo, 1992). Menurut Kim et al. (2015), metode konvensional lain yang digunakan untuk menentukan sensitivitas bakteri adalah dengan metode minimum inhibitory concentration concentration (MIC). Konsep metode ini adalah senyawa antibiotik dilarutkan ke dalam cairan pada wellplate wellplate dengan konsentrasi bertingkat, kemudian ditambahkan strain bakteri yang diuji, batas sumuran bening pertama merupakan dosis terendah yang akan menekan pertumbuhan bakteri. Hasil dari metode ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pencegahan bakteri yang resisten. Pelczar & Chan (2005) menambahkan bahwa metode dilusi digunakan untuk menentukan kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimla (KBM) dari senyawa antibiotik. Kelebihan metode MIC adalah memungkinkan penentuan sensitivitas antibiotik secara kuantitatif. MIC dapat membantu dalam penentuan tingkat resistensi dan dapat menjadi petunjuk pengunaan antibiotik. Kekurangan metode ini adalah tidak efisien karena pengerjaannya yang rumit, memerlukan banyak bahan-bahan dan peralatan serta persiapan yang cukup lama terutama dalam membuat konsentrasi antibiotik yang bervariasi. Soleha (2015) mengatakan bahwa perbedaan antara metode Kirby-Bauer dan MIC adalah, jika Kirby-Bauer merupakan metode uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik secara kualitatif, sedangkan MIC merupakan metode kuantitatifnya. Metode Kirby-Bauer hanya menggunakan 1 konsentrasi antibiotik, meskipun antibiotik yang digunakan bermacam-macam, sedangkan MIC menggunakan berbagai tingkatan konsentrasi antibiotik meskipun hanya digunakan 1 macam antibiotik. Interpretasi hasil dari metode Kirby-Bauer berupa zona jernih pada
media agar cawan, sedangkan MIC berupa kekeruhan atau kejernihan larutan antibiotik pada wellplate (Soleha, wellplate (Soleha, 2015). 2015) . Berdasarkan hasil pengamatan uji sensitivitas bakteri menggunakan metode Kirby-Bauer didapatkan zona jernih pada isolat S. aureus aureus lebih kecil dibanding E. coli, coli, tepatnya pada kelompok 5 isolat E. coli coli suscebtible dengan antibiotik Amoxycillin karena Amoxycillin karena terbentuk zona z ona hambat sebesar 26 mm, sedangkan s edangkan pada kelompok 4 dan 6, isolat S. aureus menunjukkan aureus menunjukkan hasil intermediet (16,5 mm) terhadap antibiotik yang sama. Sementara hasil pengujian pada kelompok lainnya menunjukkan hasil resisten untuk semua isolat terhadap antibiotik Amoxycillin Amoxycillin dan Erythromycin. Erythromycin. Adapun hasil uji MIC didapatkan konsentrasi minimum untuk menghambat pertumbuhan isolat E. isolat E. coli dengan coli dengan antibiotik Amoxycillin antibiotik Amoxycillin adalah adalah 160 µg (kelompok 4, 5 dan 6) dan 640 µg (kelompok 3). Konsentrasi minimum untuk menghambat pertumbuhan isolat S. aureus dengan aureus dengan antibiotik amoxycillin adalah amoxycillin adalah 40 µg (kelompk ( kelompk 5) dan 160 µg (kelompok 4 dan 6). Konsentrasi minimum untuk menghambat pertumbuhan isolat S. aureus dengan aureus dengan antibiotik erythromycin adalah erythromycin adalah 80 µg (kelompk 5). Hasil kelompok lainnya menunjukkan kedua isolat bakteri yang diuji resisten terhadap semua konsentrasi antibiotik yang digunakan baik amoxycillin amoxycillin maupun erythromycin. erythromycin. Hasil tersebut secara umum menjelaskan bahwa isolat E. coli coli lebih resisten terhadap kedua jenis antibiotik daripada isolat S . aureus baik aureus baik dengan metode Kirby-Bauer maupun dengan metode MIC. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pelczar & Chan (2005) yang menyatakan bahwa bakteri Gram positif ( S. aureus) aureus) membentuk zona jernih lebih luas dibandingkan dengan bakteri Gram negatif ( E. ( E. coli). coli). Volk dan Wehler (1997) menambahkan bahwa perbedaan nyata dalam struktur dan kompsisi dinding sel antara bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif diyakini menyebabkan kedua kelompok bakteri tersebut memberikan perbedaan respon resitensi terhadap senyawa antibiotik.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Uji sensitivitas senyawa antibiotik secara kualitatif menggunakan metode KirbyBauer dan secara kuantitatif menggunakan metode
minimum inhibitory
concentration (MIC). concentration (MIC). 2. Hasil pengujian sensitivitas senyawa antibiotik secara kualitatif dan kuantitatif adalah isolat E. isolat E. coli lebih coli lebih resisten daripada isolate S. aureus. aureus.
B. Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya adalah optimalisasi kerja laboratorium mikrobiologi (aseptis) utamanya pada saat inokulasi pada wellplate, wellplate, sehingga akan mengurangi kontaminasi yang mungkin mempengaruhi hasil atau interpretasi. Optimalisasi penggunaan jenis antibiotik dengan menambah jenis antibiotik dari dan untuk golongan bakteri Gram positif, bakteri Gram negatif, mikoplasma, atau keduanya dan antibiotik dari aktinomycetes, yeast dan fungi yang dapat menghambat atau mematikan bakteri.
DAFTAR REFERENSI
Cappucino, J.G., & Sherman, N. 1983. Microbiology A Laboratory Manual . New York: Addison-Wesley Publishing Company. Gobel, R. 2008. Mikrobiologi Umum dalam Praktik . Makassar: Universitas Hasanuddin Press. Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Erlindawati, Puji, A., & Afgani, J. 2015. Identifikasi dan uji aktivitas antibakteri dari tiga isolate tanah gambut Kalimantan Barat. JKK Barat. JKK 4(1): 4(1): 12-16. Hadioetomo, R. 1996. Mikrobiologi 1996. Mikrobiologi Dasar dalam Praktik. Jakarta: Praktik. Jakarta: Gramedia. Hastowo, S. 1992. Mikrobiologi 1992. Mikrobiologi.. Jakarta: Rajawali Press. Kim, S.C., Stefano, C.B., Keisuke, I., & Richard, N.Z. 2015. Miniaturized antimicrobial suscebtibility test by combining concentration gradient generation and rapid cell culturing. Antibiotiks culturing. Antibiotiks 4: 4: 455-466. Pelczar, M.J., & Chan, E.C.S. 1986. Dasar-Dasar 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Mikrobiologi. Jakarta: UI press. Pelczar, M.J., & Chan, E.C.S. 2005. Mikrobiologi. Mikrobiologi. New York: Mc GrawHill Company. Rahman, I.R. 2011. Uji stabilitas fisik dan daya antibakteri suspense eritromisin dengan Suspending Agen Gummi Arabici. Pharmacon Arabici. Pharmacon 12 12 (2): 44-49. Singleton, P. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology 3 rd Edition. Edition. England: John Wiley & Sons Inc. Soleha, T.U. 2015. Uji Kepekaan terhadap Antibiotik. J Kedokteran UNILA UNILA 5(9): 118-123. Volk, W.A., & Wehler, M.F. 1997. Mikrobiologi Dasar Jilid 2. 2. Jakarta: Erlangga. Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi 2004. Mikrobiologi Umum. Umum. Malang: UMM. Usmiati, S. 2012. Daging tahan simpan dan bakteriosin. Pengembangan Pertanian Pertanian 34(2): 34(2): 12-14.
Warta Penelitian