PEMERINTAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN DINAS KESEHATAN
UPTD. PUSKESMAS SUNGAI GERINGGING KECAMATAN SUNGAI GERINGGING Jalan Raya Sungai Geringging. Kode Pos. 25563 Email :
[email protected]
KERANGKA ACUAN PROGRAM TB PARU
I.
Pendahuluan Tuberkulosis
Paru
adalah
penyakit
menular
yang disebabkan
oleh
kuman
Mycobacterium Tuberkulosis. Sebagian kuman Tuberkulosis menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. Oleh karena itu perlu diupayakan Program Penanggulangan dan Pemberantasan Penyakit TB Paru. Sejak tahun 1995, program pemberantasan penyakit tuberkulosis paru telah dilaksanakan dengan strategi DOTS ( Directly Observed Treatment Short Course ) yang direkomendasikan oleh WHO. Diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012 dimana 1,1 juta orang (13%) diantaranya adalah pasien TB. Penanggulangan TB dengan strategi DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi.
II.
Latar Belakang Penyakit TB merupakan masalah utama kesehatan, tahun 1995 menunjukkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor 3 dan nomor 1 dari golongan penyakit infeksi. Diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita Paru TB BTA Positif. Penyakit TB sebagian besar kelompok usia kerja produktif, kelompok ekonomi lemah dan berpendidikan rendah. Pada tahun 2017, jumlah penduduk diwilayah kerja Puskesmas Sungai Geringging 13.415 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut diperkirakan suspek sebanyak 213 orang dan BTA Positif 23 orang.
III.
Tujuan 1. Tujuan Umum Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian dengan cara memutuskan mata rantai penularan sehingga penyakit TB tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat.
2. Tujuan Khusus 1. Tercapainya angka kesembuhan minimal 85% dari semua penderita baru BTA Positif yang ditemukan 2. Tercapainya cakupan penemuan penderita secara bertahap
IV.
Rencana Kegiatan Upaya untuk mensukseskan Program DOTS di Puskesmas Sungai Geringging direncanakan akan diadakan kegiatan sebagai berikut : 1. Pemeriksaan spesimen dahak dari setiap suspek 2. Pengamanan dan pelacakan penderita TB Paru yang mangkir 3. Pemeriksaan kontak serumah pasien TB Positif 4. Penyuluhan kepada masyarakat melalui kegiatan UKM
V.
Evaluasi Pelaksanaan Evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program. Pemantauan dilaksanakan secara berkala dan terus menerus, untuk dapat segera mendeteksi bila ada masalah dalam melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan supaya dapat dilakukan tindakan perbaikan Hasil evaluasi sangat berguna untuk kepentingan perencanaan program pemantauan dengan mengolah laporan, pengamatan dan wawancara dengan petugas pelaksana maupun dengan masyarakat. Evaluasi berguna untuk menilai sejauh mana tujuan dan target yang telah ditetapkan evaluasi dilakukan satu periode waktu tertentu dan biasanya setiap 6 bulan hingga 1 tahun.
VI.
Pencatatan dan Pelaporan Sistem pencatatan dan pelaporan digunakan untuk sistematika evaluasi kemajuan pasien dan hasil pengobatan. Sistem pencatatan dan pelaporan terdiri dari : 1. Pencatatan TB 01 2. TB 02 3. TB 03 4. TB 05 5. TB 06 Sungai Geringging, Pelaksana Program TB
Jasri,Amd.Kep NIP.
2017
PEMERINTAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN DINAS KESEHATAN
UPTD. PUSKESMAS SUNGAI GERINGGING KECAMATAN SUNGAI GERINGGING Jalan Raya Sungai Geringging. Kode Pos. 25563 Email :
[email protected]
KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 SURVEILANCE
I.
Latar Belakang Surveilance Epidemiologi adalah kegiatan analisis dan interprestasi data secara sistematik dan terus menerus melalui proses pengumpulan, pengolahan serta diseminasi/ penyebaran informasi kepada unit pengguna yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Penyelenggaraan P2 Surveilance harus sejalan dengan visi dan misi puskesmas, dengan menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan pencegahan penyakit yang berpotensi mewabah/ KLB. Dengan adanya KAK tersebut, pengelola P2 Surveilance akan mengetahui bagaimana kegiatan P2 Surveilance berjalan efisien dan efektif.
II.
Tujuan KAK ini akan menjadi acuan kinerja penyelenggara P2 Surveilance Puskesmas Sungai Geringging dengan harapan pelaksanaan kegiatan P2 Surveilance dapat dilaksanakan secara efisien serta dapat meningkatkan kinerja yang tinggi dan bersinergi dengan program-program lain.
III.
Sasaran 1. Tim P2 2. Pengelola P2 Surveilance 3. Masyarakat
IV.
Rencana Kegiatan 1. Penyusunan KAK dan RAB 2. Penyusunan rencana kegiatan Surveilance 3. Pelaksanaan kegiatan P2 Surveilance 4. Pencatatan dan pelaporan 5. Penyelidikan Epidemiologi kasus penyakit yang berpotensi wabah
V.
Evaluasi Pelaksanaan Evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program. Pemantauan dilaksanakan secara berkala dan terus menerus, untuk dapat segera mendeteksi bila ada masalah dalam melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan supaya dapat dilakukan tindakan perbaikan Hasil evaluasi sangat berguna untuk kepentingan perencanaan program pemantauan dengan mengolah laporan, pengamatan dan wawancara dengan petugas pelaksana maupun dengan masyarakat. Evaluasi berguna untuk menilai sejauh mana tujuan dan target yang telah ditetapkan evaluasi dilakukan satu periode waktu tertentu dan biasanya setiap 6 bulan hingga 1 tahun.
VI.
Pencatatan dan Pelaporan Sistem pencatatan dan pelaporan digunakan untuk sistematika evaluasi kemajuan pasien dan hasil pengobatan. Sungai Geringging, Pelaksana Program Surveilance
Jasri,Amd.Kep NIP.
2017
PEMERINTAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN DINAS KESEHATAN
UPTD. PUSKESMAS SUNGAI GERINGGING KECAMATAN SUNGAI GERINGGING Jalan Raya Sungai Geringging. Kode Pos. 25563 Email :
[email protected]
KERANGKA ACUAN PROGRAM INDERA
I.
Latar Belakang Surveilance Epidemiologi adalah kegiatan analisis dan interprestasi data secara sistematik dan terus menerus melalui proses pengumpulan, pengolahan serta diseminasi/ penyebaran informasi kepada unit pengguna yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Penyelenggaraan P2 Surveilance harus sejalan dengan visi dan misi puskesmas, dengan menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan pencegahan penyakit yang berpotensi mewabah/ KLB. Dengan adanya KAK tersebut, pengelola P2 Surveilance akan mengetahui bagaimana kegiatan P2 Surveilance berjalan efisien dan efektif.
II.
Tujuan KAK ini akan menjadi acuan kinerja penyelenggara P2 Surveilance Puskesmas Sungai Geringging dengan harapan pelaksanaan kegiatan P2 Surveilance dapat dilaksanakan secara efisien serta dapat meningkatkan kinerja yang tinggi dan bersinergi dengan program-program lain.
III.
Sasaran 4. Tim P2 5. Pengelola P2 Surveilance 6. Masyarakat
IV.
Rencana Kegiatan 6. Penyusunan KAK dan RAB 7. Penyusunan rencana kegiatan Surveilance 8. Pelaksanaan kegiatan P2 Surveilance 9. Pencatatan dan pelaporan 10. Penyelidikan Epidemiologi kasus penyakit yang berpotensi wabah
V.
Evaluasi Pelaksanaan Evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program. Pemantauan dilaksanakan secara berkala dan terus menerus, untuk dapat segera mendeteksi bila ada masalah dalam melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan supaya dapat dilakukan tindakan perbaikan Hasil evaluasi sangat berguna untuk kepentingan perencanaan program pemantauan dengan mengolah laporan, pengamatan dan wawancara dengan petugas pelaksana maupun dengan masyarakat. Evaluasi berguna untuk menilai sejauh mana tujuan dan target yang telah ditetapkan evaluasi dilakukan satu periode waktu tertentu dan biasanya setiap 6 bulan hingga 1 tahun.
VI.
Pencatatan dan Pelaporan Sistem pencatatan dan pelaporan digunakan untuk sistematika evaluasi kemajuan pasien dan hasil pengobatan. Sungai Geringging, Pelaksana Program Surveilance
Jasri,Amd.Kep NIP.
2017
PEMERINTAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN DINAS KESEHATAN
UPTD. PUSKESMAS SUNGAI GERINGGING KECAMATAN SUNGAI GERINGGING Jalan Raya Sungai Geringging. Kode Pos. 25563 Email :
[email protected]
KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENGOBATAN TB I.
PENDAHULUAN Semakin meningkatnya penderita TB di wilayah puskesmas Sungai Geringging masyarakat mulai menuntut pelayanan yang lebih baik, lebih ramah dan lebih bermutu. Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan, maka fungsi PUSKESMAS sebagai pemberi pelayanan kesehatan secara bertahap terus ditingkatkan agar menjadi efektif dan efisien serta memberi kepuasan terhadap pasien, keluarga dan masyarakat. Berdasarkan hal itu maka peningkatan mutu pelayanan kesehatan PUSKESMAS perlu dilakukan di semua kalangan masyarakat
II. TUJUAN 1. Tujuan Umum Agar pasien berobat secara tuntas sesuai dengan kategori pasien TB 2. Tujuan Khusus a. Mengurangi angka kesakitan penderita TB b. Memutus sumber penularan
III. MANFAAT a. Menyebuhkan pasien TB b. Memutus rantai penularan penyakit TB
IV. PELAKSANAAN a. Waktu dan tempat Tempat
: Puskesmas Sungai Geringging
Waktu pelaksanaan : setiap hari kerja, Sasaran
: Pasien, keluarga
b. Tim pelaksana Tim teknis terdiri dari : a. Penanggung jawab program b. Tim DOTS Puskesmas Sungai Geringging
V. METODE Metode yang digunakan wawancara
VI. ANGGARAN -
Pengelola Program TB Paru
Jasri,Amd.Kep NIP.
PEMERINTAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN DINAS KESEHATAN
UPTD. PUSKESMAS SUNGAI GERINGGING KECAMATAN SUNGAI GERINGGING Jalan Raya Sungai Geringging. Kode Pos. 25563 Email :
[email protected]
KERANGKA ACUAN PROGRAM TB PARU
I.
Pendahuluan Dua permasalahan kesehatan yang sampai saat ini terus diatasi adalah kasus HIV dan TB.
Bersama dengan malaria, pengendalian kedua penyakit tersebut menjadi bagian dari komitmen global dalam MDGs (Millenium Development Goals). Baik HIV maupun TB merupakan penyakit menular yang jumlah kasusnya cenderung bertambah dalam kurun waktu tertentu sehingga perlu penanganan maksimal untuk menekan penyebarannya. Kedua penyakit tersebut memiliki perbedaan cara penularan dan mengakibatkan infeksi yang berbeda pula, namun apabila keduanya bersekutu, kedua penyakit tersebut dapat menjadi ancaman bagi keselamatan seseorang baik seseorang dengan HIV positif maupun orang yang sehat. Tiap tahun diperkirakan terjadi 239 kasus baru TB per 100.000 penduduk dengan estimasi prevalensi HIV diantara pasien TB sebesar 0,8% secara nasional (WHO Report 2007). Survei yang dilaksanakan oleh Balitbang Depkes (2003) menunjukkan bahwa pasien dengan koinfeksi TB-HIV pada umumnya ditemukan di RS da Rutan/Lapas di beberapa propinsi dan TB ditemukan sebagai infeksi oportunis utama pada pasien AIDS di RS. Diperkirakan jumlah pasien TB dengan status HIV positif di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 7,5% mengalami peningkatan dibanding tahun 2012 sebesar 3,3% (Global Report WHO 2013). Peningkatan yang cukup besar ini mengindikasikan bahwa kedua penyakit tersebut sangat berhubungan erat sehingga mengetahui sejak dini dapat menimimalisir berkembanganya TB pada pasien HIV positif sekaligus menekan penyebaran keduanya. Meski sudah ada program DOTS yang diperkenalkan sejak tahun 1995, di Indonesia hingga saat ini kematian yang diakibatkan oleh TB masih berkisar 64,000 orang per tahun, prevalensi TB berkisar 680,00 orang dan kasus TB baru berkisar 460,000 orang (WHO, 2014). Tantangan utama dalam pengendalian TB dan HIV adalah mencegah meluasnya penularan kedua penyakit tersebut dan mencegah terjadinya interaksi diantara kedua penyakit tersebut. Eratnya kaitan antara TB dengan HIV membutuhkan kolaborasi penanganan antara keduanya secara tepat dan tegas. Hal tersebut adalah tantangan utama yang harus dihadapi dalam penanganan TB dan HIV dari awal hingga akhir, artinya mulai dari proses penanganan untuk pencegahan dini
hingga proses monitoring dan evaluasi. Tepat dalam arti sesuai dengan sasaran dan tujuan penanganan dan tegas dalam arti berdasarkan peraturan sehingga penanganan berada dalam koridor yang ditetapkan. Upaya Kementerian Kesehatan untuk memulai penemuan kasus TB secara aktif di tingkat komunitas populasi kunci yang terdampak oleh HIV dan AIDS adalah dengan mengembangan proyek TB REACH dimana tujuannya adalah meningkatkan penemuan kasus TB pada populasi kunci dan mendukung upaya akselerasi testing HIV dan inisiasi dini ARV. Untuk mencapai tujuan terebut, Kemenkes RI melaksanakan upaya untuk mengintegrasikan upaya penemuan kasus TB secara aktif ke dalam kegiatan outreach (penjangkauan dan pendampingan) pada populasi kunci dalam penanggulangan HIV dan AIDS khususnya kelompok waria, pekerja seks dan pengguna napza suntik (penasun) di 23 kabupaten/kota dari 4 provinsi (Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta dan Papua).
II.
Latar Belakang Tantangan utama dalam pengendalian TB dan HIV adalah mencegah meluasnya penularan
kedua penyakit tersebut dan mencegah terjadinya interaksi diantara kedua penyakit tersebut. Eratnya kaitan antara TB dengan HIV membutuhkan kolaborasi penanganan antara keduanya secara tepat dan tegas. Hal tersebut adalah tantangan utama yang harus dihadapi dalam penanganan TB dan HIV dari awal hingga akhir, artinya mulai dari proses penanganan untuk pencegahan dini hingga proses monitoring dan evaluasi. Tepat dalam arti sesuai dengan sasaran dan tujuan penanganan dan tegas dalam arti berdasarkan peraturan sehingga penanganan berada dalam koridor yang ditetapkan. Upaya Kementerian Kesehatan untuk memulai penemuan kasus TB secara aktif di tingkat komunitas populasi kunci yang terdampak oleh HIV dan AIDS adalah dengan mengembangan proyek TB REACH dimana tujuannya adalah meningkatkan penemuan kasus TB pada populasi kunci dan mendukung upaya akselerasi testing HIV dan inisiasi dini ARV. Untuk mencapai tujuan terebut, Kemenkes RI melaksanakan upaya untuk mengintegrasikan upaya penemuan kasus TB secara aktif ke dalam kegiatan outreach (penjangkauan dan pendampingan) pada populasi kunci dalam penanggulangan HIV dan AIDS khususnya kelompok waria, pekerja seks dan pengguna napza suntik di wilayah kerja Puskesmas Sungai Geringging
III.
Tujuan
a. Tujuan Umum 1. Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian dengan cara memutuskan mata rantai penularan sehingga penyakit TB tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat.
b. Tujuan Khusus 1. Tercapainya angka kesembuhan minimal 85% dari semua penderita baru BTA Positif yang ditemukan 2. Tercapainya cakupan penemuan penderita secara bertahap
IV.
Rencana Kegiatan Upaya untuk mensukseskan Program DOTS di Puskesmas Sungai Geringging direncanakan akan diadakan kegiatan sebagai berikut : 1. Pemeriksaan spesimen dahak dari setiap suspek 2. Pengamanan dan pelacakan penderita TB Paru yang mangkir 3. Pemeriksaan kontak serumah pasien TB Positif 4. Penyuluhan kepada masyarakat melalui kegiatan UKM
V.
Evaluasi Pelaksanaan Evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program. Pemantauan dilaksanakan secara berkala dan terus menerus, untuk dapat segera mendeteksi bila ada masalah dalam melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan supaya dapat dilakukan tindakan perbaikan Hasil evaluasi sangat berguna untuk kepentingan perencanaan program pemantauan dengan mengolah laporan, pengamatan dan wawancara dengan petugas pelaksana maupun dengan masyarakat. Evaluasi berguna untuk menilai sejauh mana tujuan dan target yang telah ditetapkan evaluasi dilakukan satu periode waktu tertentu dan biasanya setiap 6 bulan hingga 1 tahun.
VI.
Pencatatan dan Pelaporan Sistem pencatatan dan pelaporan digunakan untuk sistematika evaluasi kemajuan pasien dan hasil pengobatan. Sistem pencatatan dan pelaporan terdiri dari : 1. Pencatatan TB 01 2. TB 02 3. TB 03 4. TB 05 5. TB 06 Sungai Geringging, Pelaksana Program TB
Jasri,Amd.Kep NIP.
2017
PEMERINTAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN DINAS KESEHATAN
UPTD. PUSKESMAS SUNGAI GERINGGING KECAMATAN SUNGAI GERINGGING Jalan Raya Sungai Geringging. Kode Pos. 25563 Email :
[email protected]
KERANGKA ACUAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH KASUS TB PARU
I.
LATARBELAKANG TB Paru sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks, baik sosial ekonomi , budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Pada tahun 2017 di Puskesmas Sungai Geringging perkiraan penderita BTA positif 1905 kasus, dimana kasus-kasus tersebut perlu pemantauan dari petugas kesehatan, untuk itu diperlukan kunjungan rumah kasus TB maupun kusta.
II.
TUJUAN Tujuan kegiatan ini adalah : 1. Mengetahui riwayat pengobatan sebelumnya; 2. Mengetahui kepatuhan minum obat; 3. Mencari kasus tambahan TB dan kusta 4. Mengetahui faktor risiko terjadinya penyakit dan penularan; 5. Membuat kesimpulan dan penyebaran informasi untuk intervensi penanggulangan.
III.
SASARAN Sasaran kunjungan rumah ini adalah penderita TB dengan BTA +, TB dengan BTA -, TB anak, TB DO, TB Mangkir,TB MDR/ suspek MDR, TB HIV, TB DM dalam proses pengobatan serta pengawasan pasca pengobatan.
IV.
PELAKSANAAN Waktu : Januari s/d Desember 2017 Tempat : rumah penderita TB
V.
METODE Kegiatan ini dilaksanakan dengan tahapan : 1. Sumber data kasus dari TB 01 2. Petugas berkunjung ke rumah penderita TB 3. Menanyakan dan mengamati kondisi lingkungan ( sesuai formulir kunjungan rumah penderita TB ) 4. Membuat kesimpulan 5. Memberi saran kepada penderita dan keluarga 6. Memberikan informasi kesimpulan kepada program yang terkait guna intervensi penanggulangan penularan dan pengurangan faktor risiko
VI.
PENANGGUNG JAWAB Penanggung jawab kegiatan ini adalah Programer TB
VII. ANGGARAN
PEMERINTAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN DINAS KESEHATAN
UPTD. PUSKESMAS SUNGAI GERINGGING KECAMATAN SUNGAI GERINGGING Jalan Raya Sungai Geringging. Kode Pos. 25563 Email :
[email protected]
KERANGKA ACUAN KEGIATAN PENEMUAN SUSPEK TB
I.
LATARBELAKANG TB sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks, baik sosial ekonomi , budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Pada tahun 2016 di Puskesmas Sungai Geringging ditemukan suspek sebanyak 220 suspek, dimana kasus-kasus tersebut perlu diperiksa dahaknya untuk menentukan BTA +.
II.
TUJUAN Tujuan kegiatan ini adalah : 1. Menemukan penderita suspek TB; 2. Mendapatkan dahak suspek TB 3. Menemukan penderita TB baru 4.
III.
SASARAN Sasaran kegiatan ini adalah orang dengan suspek TB dengan gejala : Batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
IV.
PELAKSANAAN Waktu
: Januari s/d Desember 2017
Tempat
: Wilayah kerja Puskesmas Sungai Geringging
Pelaksana
: Bidan Desa dan Petugas Kesehatan
V.
METODE Kegiatan ini dilaksanakan dengan tahapan : 1. Bidan Desa dan petugas dibekali teknik mendapatkan suspek dan pengumpulan dahak serta teknik KIE ( komunikasi, Informasi dan Edukasi ); 2. Bidan Desa dan petugas mendapatkan informasi dari masyarakat dan fasyankes tentang kasus-kasus dengan gejala suspek TB; 3. Bidan Desa dan petugas membuat kesepakatan dengan laboratorium puskesmas waktu pengiriman dahak; 4. Bidan Desa dan petugas mengunjungi rumah suspek, minimal dalam 1 kali kegiatan mendapatkan 2 kasus suspek. 5. Bidan Desa dan petugas melakukan KIE dan memotivasi penderita suspek TB : -
Menjelaskan tentang suspek TB
-
Memberikan pot dahak untuk pengumpulkan dahak pagi dan dahak sewaktu
-
Periksa lebih lanjut ke puskesmas
6. Bidan Desa dan petugas mengambil dan menyerahkan sampel dahak ke petugas laboratorium puskesmas. 7. Bidan Desa dan petugas mendapatkan feedback hasil laboratorium dari petugas puskesmas.
VI.
PENANGGUNG JAWAB Penanggung jawab kegiatan ini adalah Pengelola Programe TB
VII. ANGGARAN
PEMERINTAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN DINAS KESEHATAN
UPTD. PUSKESMAS SUNGAI GERINGGING KECAMATAN SUNGAI GERINGGING Jalan Raya Sungai Geringging. Kode Pos. 25563 Email :
[email protected]
KERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN VEKTOR
I.
LATAR BELAKANG
Salah satu permasalahan kesehatan yang menjadi prioritas adalah Malaria. Malaria adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue yang ditandai demam 2 – 7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan, penurunan trombosit ( trombositopenia ), adanya hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran plasma ( peningkatan trombosit, asites, efusi pleura, hipoalbuminemia). Dapat disertai gejala – gejala tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot & tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata. Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan manifestasi MALARIA berat. Ada yang hanya bermanifestasi demam ringan yang akan sembuh dengan sendirinya atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit ( asimtomatik ). Sebagian lagi akan menderita demam dengue saja yang tidak menimbulkan kebocoran plasma dan ada yang mengakibatkan kematian. Di Indonesia kasus MALARIA berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung semakin meningkat angka kesakitan dan sebaran wilayah terjangkit. Demikian juga di Puskesmas Sungai Geringging selama 5 tahun terakhir kasus MALARIA berfluktuatif namun cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2012 angka kesakitan 10, 2 per 100.000 penduduk meningkat menjadi 39 per 100.000 penduduk pada tahun 2013 dan sempat menurun pada tahun 2014 sebesar 21 per 100.000 penduduk tetapi mengalami penigkatan kasus lagi pada tahun 2015 sebesar 61 per 100.000 penduduk. tahun 2016 sebesar
73 per 100.000 penduduk Sedangkan angka kematian
kasus ( case fatality rate ) berkisar antara 1 % s/d 1,1 %. MALARIA diperkirakan akan masih cenderung meningkat dan meluas sebarannya karena vektor penular MALARIA tersebar luas baik di tempat pemukiman maupun di tempat umum.
Selain itu juga karena kepadatan dan mobilitas penduduk, perilaku masyarakat,
perubahan iklim dan ketersediaan air bersih.
Cara yang dilakukan untuk mencegah dan menghindari MALARIA yang penting saat ini adalah melalui upaya pengendalian nyamuk penular melalui kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN ) . PSN yang baik adalah PSN berkualitas ( 3M plus ) yang dilakukan sendiri oleh masyarakat ( PSN mandiri ) secara rutin dan berkelanjutan. Agar PSN dapat berjalan dengan baik maka dalam pelaksanaannya perlu kerjasama dan peran dari program dan sektor terkait serta peran serta masyarakat. Unit terkecil organisasi sosial masyarakat di Puskesmas Sungai Geringging yang dapat didayagunakan dalam membantu program PSN adalah kelompok Dasa Wisma ( DAWIS ) dengan anggota yang tidak terlalu banyak ( 10 – 15 KK ) maka program PSN diharapkan lebih efektif dan efisien.
II.
TUJUAN Tujuan kegiatan ini adalah : 1. Membatasi penularan MALARIA dengan mengendalikan populasi vektor melalui kegiatan PSN. 2. Membudayakan masyarakan agar secara rutin dan berkelanjutan melakukan PSN berbasis Dasa Wisma sehingga angka bebas jentik ( ABJ ) di atas atau sama dengan 95 %.
III.
SASARAN Sasaran kegiatan ini adalah semua lingkungan rumah ( kontainer / bredingplace baik di dalam maupun di luar rumah ) di lingkungan dasawisma dalam dua RW.
IV.
PELAKSANAAN Waktu : Januari s/d Desember 2017 Tempat : lingkungan rumah, gedung, institusi ( kontainer / bredingplace baik di dalam maupun di luar rumah ) di lingkungan dasawisma dalam satu RW. Pelaksana : Bidan Desa, Kader dan Petugas puskesmas
V.
METODE Kegiatan ini dilaksanakan dengan tahapan : -
Dipilih korong yang paling endemis MALARIA.
-
1 minggu sekali diupayakan setiap hari Jumat / Sabtu, keluarga melakukan PSN.
-
Kader bersama petugas puskesmas dalam waktu 1 bulan sekali ( waktu disepakati setiap minggu ke berapa ) mensupervisi, dengan cara menggunakan mata telanjang atau menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik nyamuk penular MALARIA di :
-
Di dalam rumah atau gedung meliputi semua penampungan air seperti bak mandi, tampungan air kulkas, dispenser, pot / vas bunga dll Di luar rumah meliputi semua kontainer / tempat yang dapat menampung air seperti ban bekas, pecahan gelas botol, mainan anak, potongan bambu, talang dll
-
Bila menemukan jentik nyamuk dicatat di formulir pemantauan jentik dan langsung dilakukan pemberantasan jentik dengan cara dikuras dan disikat, dibalikkan kontainernya, ditutup dengan tanah, dikubur, ditutup kontainer yang menampung air Melaporkan hasil ke ketua RW, kepala desa dan puskesmas
VI.
PENANGGUNG JAWAB Penanggung jawab kegiatan ini adalah Pengelola Programe MALARIA
VII. ANGGARAN
PEMERINTAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN DINAS KESEHATAN
UPTD. PUSKESMAS SUNGAI GERINGGING KECAMATAN SUNGAI GERINGGING Jalan Raya Sungai Geringging. Kode Pos. 25563 Email :
[email protected]
KERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN VEKTOR
I.
LATAR BELAKANG
Salah satu permasalahan kesehatan yang menjadi prioritas adalah Malaria. Malaria adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus malaria yang ditandai demam 2 – 7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan, penurunan trombosit ( trombositopenia ), adanya hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran plasma ( peningkatan trombosit, asites, efusi pleura, hipoalbuminemia). Dapat disertai gejala – gejala tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot & tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata. Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan manifestasi MALARIA berat. Ada yang hanya bermanifestasi demam ringan yang akan sembuh dengan sendirinya atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit ( asimtomatik ). Sebagian lagi akan menderita demam dengue saja yang tidak menimbulkan kebocoran plasma dan ada yang mengakibatkan kematian. Di Indonesia kasus MALARIA berfluktuasi setiap tahunnya dan cenderung semakin meningkat angka kesakitan dan sebaran wilayah terjangkit. Demikian juga di Puskesmas Sungai Geringging selama 5 tahun terakhir kasus MALARIA berfluktuatif namun cenderung mengalami peningkatan. Tahun 2012 angka kesakitan 10, 2 per 100.000 penduduk meningkat menjadi 39 per 100.000 penduduk pada tahun 2013 dan sempat menurun pada tahun 2014 sebesar 21 per 100.000 penduduk tetapi mengalami penigkatan kasus lagi pada tahun 2015 sebesar 61 per 100.000 penduduk. tahun 2016 sebesar
73 per 100.000 penduduk Sedangkan angka kematian
kasus ( case fatality rate ) berkisar antara 1 % s/d 1,1 %. MALARIA diperkirakan akan masih cenderung meningkat dan meluas sebarannya karena vektor penular MALARIA tersebar luas baik di tempat pemukiman maupun di tempat
umum.
Selain itu juga karena kepadatan dan mobilitas penduduk, perilaku masyarakat,
perubahan iklim dan ketersediaan air bersih. Cara yang dilakukan untuk mencegah dan menghindari MALARIA yang penting saat ini adalah melalui upaya pengendalian nyamuk penular melalui kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN ) . PSN yang baik adalah PSN berkualitas ( 3M plus ) yang dilakukan sendiri oleh masyarakat ( PSN mandiri ) secara rutin dan berkelanjutan. Agar PSN dapat berjalan dengan baik maka dalam pelaksanaannya perlu kerjasama dan peran dari program dan sektor terkait serta peran serta masyarakat. Unit terkecil organisasi sosial masyarakat di Puskesmas Sungai Geringging yang dapat didayagunakan dalam membantu program PSN adalah kelompok Dasa Wisma ( DAWIS ) dengan anggota yang tidak terlalu banyak ( 10 – 15 KK ) maka program PSN diharapkan lebih efektif dan efisien.
II.
TUJUAN Tujuan kegiatan ini adalah : 3. Membatasi penularan MALARIA dengan mengendalikan populasi vektor melalui kegiatan PSN. 4. Membudayakan masyarakan agar secara rutin dan berkelanjutan melakukan PSN berbasis Dasa Wisma sehingga angka bebas jentik ( ABJ ) di atas atau sama dengan 95 %.
III.
SASARAN Sasaran kegiatan ini adalah semua lingkungan rumah ( kontainer / bredingplace baik di dalam maupun di luar rumah ) di lingkungan dasawisma dalam dua RW.
IV.
PELAKSANAAN Waktu : Januari s/d Desember 2017 Tempat : lingkungan rumah, gedung, institusi ( kontainer / bredingplace baik di dalam maupun di luar rumah ) di lingkungan dasawisma dalam satu RW. Pelaksana : Bidan Desa, Kader dan Petugas puskesmas
V.
METODE Kegiatan ini dilaksanakan dengan tahapan : -
Dipilih korong yang paling endemis MALARIA.
-
1 minggu sekali diupayakan setiap hari Jumat / Sabtu, keluarga melakukan PSN.
-
Kader bersama petugas puskesmas dalam waktu 1 bulan sekali ( waktu disepakati setiap minggu ke berapa ) mensupervisi, dengan cara menggunakan mata telanjang atau menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik nyamuk penular MALARIA di :
-
Di dalam rumah atau gedung meliputi semua penampungan air seperti bak mandi, tampungan air kulkas, dispenser, pot / vas bunga dll Di luar rumah meliputi semua kontainer / tempat yang dapat menampung air seperti ban bekas, pecahan gelas botol, mainan anak, potongan bambu, talang dll
-
Bila menemukan jentik nyamuk dicatat di formulir pemantauan jentik dan langsung dilakukan pemberantasan jentik dengan cara dikuras dan disikat, dibalikkan kontainernya, ditutup dengan tanah, dikubur, ditutup kontainer yang menampung air Melaporkan hasil ke ketua RW, kepala desa dan puskesmas
VI.
PENANGGUNG JAWAB Penanggung jawab kegiatan ini adalah Pengelola Programe MALARIA
VII. ANGGARAN
PEMERINTAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN DINAS KESEHATAN
UPTD. PUSKESMAS SUNGAI GERINGGING KECAMATAN SUNGAI GERINGGING Jalan Raya Sungai Geringging. Kode Pos. 25563 Email :
[email protected]
KERANGKA ACUAN KEGIATAN SURVEILANS BERBASIS KEJADIAN
I.
LATAR BELAKANG
Pembangunan bidang kesehatan saat ini mempunyai beban ganda ( double burden ). Penyakit infeksi dan menular masih memerlukan perhatian besar. Selanjutnya berbagai penyakit baru ( new emerging disease ) ditemukan, disisi lain ada kecenderungan peningkatan penyakit yang selama ini sudah berhasil dikendalikan
( reemerging disease ).
Selama ini pengertian konsep surveilans epidemiologi sering dipahami hanya sebagai kegiatan pengumpulan data dan penanggulangan KLB, pengertian ini menyembunyikan makna analisis dan penyebaran informasi epidemiologi sebagai bagian yang sangat penting dari proses kegiatan surveilans epidemiologi. Dalam sistem ini yang dimaksud dengan surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus-menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan, agar dilakukan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
II.
TUJUAN Tujuan kegiatan ini adalah : 1. Mengetahui riwayat penyakit; 2. Mencari kasus tambahan; 3. Mengetahui faktor risiko terjadinya penyakit dan penularan; 4.
Membuat kesimpulan dan penyebaran informasi untuk intervensi penanggulangan.
5.
SASARAN Sasaran kegiatan ini adalah penyakit potensial KLB atau yang diperlakukan seperti KLB, sebagai contoh :DBD, Ckikungunya, Campak klinis, AFP, Polio, Difteri, Pertusis, GHPR ( rabies ), Malaria, Flu Burung, Flu Babi, Leptospirosis, Meningitis, keracunan, diare ( balita atau adanya peningkatan kasus diare ), pneumonia balita, penyakit menular lain yang ada kecenderungan peningkatan.
6.
PELAKSANAAN Waktu : januari s/d Desember 2017 Tempat : rumah penderita dan lingkungan wilayah epidemiologi
7.
METODE Kegiatan ini dilaksanakan dengan tahapan : 1. Kasus diambil dari register penyakit, allert SKDR dan laporan lain 2. Melakukan Pelacakan Epidemiologi dengan instrumen form PE 3. Pengolahan data 4. Mebuat kesimpulan dan rekomendasi 5. Penyebarluasan informasi
8.
PENANGGUNG JAWAB Penanggung jawab kegiatan ini adalah Programer Surveilans KLB dan PD3I, Diare, ISPA, Zoonosis
9.
ANGGARAN
PEMERINTAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN DINAS KESEHATAN
UPTD. PUSKESMAS SUNGAI GERINGGING KECAMATAN SUNGAI GERINGGING Jalan Raya Sungai Geringging. Kode Pos. 25563 Email :
[email protected]
SATUAN ACUAN PENYULUHAN
Materi
: PENULARAN TB PARU
Sub pokok bahasan : v Pengertian TB PARU v Cara penularan penyakit TB PARU v Gejala penyakit TB PARU
Waktu/Jam
:
Hari/Tanggal
:
Sasaran
:
Tujuan intruksional umum
:
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan agar peserta atau klien dapat mengetahui tentang penyakit TBC, memahami bagaimana proses penularan dan gejala penyakit TB PARU sehingga dapat menjaga kesehatan dan lingkungan sekitar.
Tujuan intruksional khusus
:
Setelah mengikuti penyuluhan penularan TB PARU, maka klien dapat: Ø Memahami pengertian TB PARU Ø Mengetahui cara penularan TB PARU Ø Mengetahui gejala-gejala penyakit TB PARU
Media :
ü Laptop ü LCD
MATERI
1.Pengertian TBC/Tuberkulosis Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa Tuberkulosis / TBC merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC .
2. Cara Penularan Penyakit TBC
Sumber penularan TBC adalah dahak penderita TBC yang mengandung kuman TBC. TBC menular melalui udara bila penderita batuk, bersin dan berbicara dan percikan dahaknya yang mengandung kuman TBC melayang-layang di udara dan terhirup oleh oranglain.Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan
berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen. Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC. Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.
3. Gejala Penyakit TBC Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
Gejala sistemik/umum
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang. Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya
kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
PEMERINTAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN DINAS KESEHATAN
UPTD. PUSKESMAS SUNGAI GERINGGING KECAMATAN SUNGAI GERINGGING Jalan Raya Sungai Geringging. Kode Pos. 25563 Email :
[email protected]
KERANGKA ACUAN TB MDR
I.
Pendahuluan Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi tantangan global. Indonesia merupakan negara pertama di negara-negara dengan beban TB yang tinggi di wilayah Asia Tenggaran yang berhasil mencapai target
Millennium
Development Goals (MDGs) untuk TB pada tahun 2006, yaitu 70% penemuan kasus baru BTA positif dan 85% kesembuhan. Berdasarkan Global TB Report WHO 2011, Indonesia berada pada urutan keempat dari 22 negara dengan beban TB tertinggi di dunia, dan urutan ke sembilan dari 27 negara dengan beban multi drug resistance (MDR) TB di dunia. Akan tetapi, penatalaksanaan TB di Indonesia terutama di sebagian besar rumah sakit, klinik dan praktek swasta belum sesuai dengan strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) atau pun standar pelayanan sesuai International Standards for Tuberculosis Care (ISTC). Keadaan ini menyebabkan timbulnya dan meningkatnya kasus TB dengan resisten Obat Anti TB (OAT).
II.
Latar Belakang Pada saat ini TB MDR sudah menjadi masalah utama dunia dalam penanggulangan TB. Pada tahun 2010 sebanyak 114 negara telah melaporkan kejadian TB MDR dan 58 negara melaporkan TB XDR ( Extremely Drug Resistant TB ) termasuk Indonesia. WHO memperkirakan insidensi kasus TB Resisten Obat Ganda pada tahun 2008 di seluruh dunia sekitar 440.000 kasus sedangkan prevalensi kasus TB resisten obat ganda dapat 2 sampai 3 kali lebih tinggi dari insidensi. Hampir 50% dari kasus-kasus tersebut terdapat di Negara China, India dan Federasi Rusia. Berdasarkan Global Report TB tahun 2013, Indonesia diperkirakan menyumbang sekitar 6.900 kasus TB MDR per tahun dan berada pada peringkat ketujuh dari 27 negara yang memiliki beban TB MDR tinggi. Perkembangan TB resisten OAT di Indonesia perlu dipantau dari waktu ke waktu sesuai azas surveilans penyakit agar dapat dilakukan tindakan korektif yang cepat dan tepat bilamana diperkirakan akan terjadi suatu keadaan yang kurang atau tidak menguntungkan.
. III.
Tujuan Agar penjaringan suspek TB MDR bisa terlaksana dengan baik dan pasien TB MDR bisa tuntas melakukan pengobatan
IV.
Rencana Kegiatan
1. Penjaringan suspek TB BDR 2. Penemuan suspek TB MDR 3. Pengiriman suspek TB MDR 4. Pengobatan suspek TB MDR
V.
Evaluasi dan Pelaporan Pelaporan TB MDR sesuai dengan format pelaporan