KERANGKA ACUAN PEMANTAUAN STATUS GIZI TAHUN 2015 PUSKESMAS PUTUSSIBAU UTARA
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Pada saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan ( sanitasi ), kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang se imbang dan kesehatan dan adanya daerah miskin gizi ( iodium ). Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan ( Almatsier, S. 2001 ). Banyak cara menilai status gizi seperti pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan klinis, biofisik dan antropometri. Penilaian antropometri yang paling umum dilakukan karena lebih mudah, tidak mebutuhkan peralatan canggih dan bisa diakukan oleh hampir semua orang (Gibson, 1990 dan Willet, 1990).
Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia.Pada anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk mengetahui kekurangan gizi tersebut, dapat dilakukan penilaian status gizi yang juga merupakan salah satu tolak ukur pertumbuhan pada anak. Menurut Centers for Disease Control (CDC), status gizi pada anak terbagi atas gizi baik, malnutrisi ringan, malnutrisi sedang, malnutrisi berat, over weight dan obesitas. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) pada wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil bertujuan untuk mengetahui status gizi ibu hamil. Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi selama kehamilan, ibu hamil diharapkan mendapatkan asupan pangan yang adekuat sesuai kebutuhan sehingga dapat mencapai pertambahan berat badan yang optimal bagi tumbuh kembang janin. Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam pengukuran LILA adalah untuk menapis wanita yang berisiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) karena risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada masa kehamilan. (Tim Field Lab FK UNS dan UPTD Puskesmas Sibela Surakarta, 2008).
Puskesmas Putussibau utara terdiri dari 17 desa dan 2 kelurahan dengan total jumlah penduduk 25.880 jiwa (berdasarkan data badan pusat statistik Kapuas hulu tahun 2014) yang ada di wilayah kerjanya. Dengan jumlah sasaran ibu hamil 460 dan sasaran balita 2.277. P ada tahun 2014 masih ada beberapa indikator program Gizi yang masih belum mencapai targe t. Salah satunya D/S dan balita BGM selain tidak tercapaianya indicator tersebut ada ada masalah lain di luar dari indicator yang masuk dalam program kegiatan gizi sehingga keg iantan penilaian status gizi ini harus di lakukan yaitu pengukuran LILA pada ibu hamil <23,5 cm,dan pe mantauan status gizi anak sekolah dasar yang baru masuk. Salah satu upaya strategi dalam meningkatkan kemandirian keluarga dan masyarakat dalam memelihara dan merawat kesehatan ibu anak adalah dengan cara datang ke Posyandu untuk mendapatkan pelayanan dan informasi yang tepat dalam pehaman tentang kesehatan . B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Mampu melakukan pemantauan status gizi balita,ibu Hamil dan anak sekolah 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pemantauan status gizi balita (screening status gizi balita) b. Mampu melakukan pengukuran berat badan (BB), tinggi tinggi badan (TB)\ atau panjang badan (PB), dan umur (U) balita. c.
Mampu mengkategorikan hasil pengukuran BB, TB, atau PB dan U dalam status gizi balitan menurut aturan WHO.
d. Mampu melakukan pemantauan status gizi ibu hamil e. Mampu melakukan pengukuran lingkar lengan atas (LILA) pada wanita usia subur, khususnya ibu hamil. f.
Mampu mengkategorikan hasil pengukuran LILA sesuai Pedoman Penggunaan Alat Ukur LILA.
g.
Mampu melakukan tindak lanjut atas hasil pengukuran LILA terhadap ibu hamil.
C. SASARAN -
Bayi balita yang ada di wilayah kerja
-
Ibu hamil yang ada di wilayah kerja
-
Anak SD
BAB II PROSES PELAKSANAAN KEGIATAN A. TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN 1.
Tahap Persiapan -
Pengkajian kebutuhan dasar dan analisa situasi
-
Organisasi pelaksanaan kegiatan PSG
-
Perencanaan
2. Tahap Pelaksanaan -
Persiapan fasilitator bisa memulai pelatihan
-
Sosialisasi kader /tenaga sukarela lainya
-
Pelaksanaan kegiatan PSG
3. Pemantauan dan Evaluasi -
Evaluasi kegiatan PSG dilaksanakan dengan mengadakan pertemuan sehari dengan pesrta seluruh petugas tenaga gizi yang ada di Puskesmas,pustu dan Bidan desa.
B. PROSES KEGIATAN 1. PSG Bayi Balita Kegiatan PSG menggunakan cara pencatatan identitas anak dan praktek langsung dengan cara penimbangan berat badan dan pengukuran panjang badan / tinggi badan, kemudian dibandingkan dengan buku baku standar antropometri penilaian status gizi anak. 2. PSG BUMIL Pencatatan
identitas
Bumil,
kemudian
melakukan
penimbangan
berat
badan,pengukuran tinggi badan,dan pengukuran lingkar lengan atas (LILA). Dikatakan KEK apa bila LILA <23,5 cm. 3. PSG ANAK SEKOLAH Pencatatan identitas anak sekolah menggunakan cara penimbangan berat badan dan tinggi badan,lalu dibandigkan dengan buku baku standar antropometri penilaian status gizi anak degan melihat indikatro IMT/U.
C. JADUAL PELAKSANAAN KEGIATAN KEGIATAN 1
2
3
PSG BAYI BALITA PSG BUMIL PSG ANAK SEKOLAH
WAKTU PELAKSANAAN 4 5 6 7 8 9 10 √ √ √ √
11
12
√ √
√
D. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN Formulir pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan terlampir
E. BUKTI FISIK KEGIATAN -
Surat Tugas dan
-
Dokumentasi
KET
KERANGKA ACUAN SWEEPING VITAMIN A TAHUN 2015 PUSKESMAS PUTUSSIBAU UTARA
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Suplementasi kapsul Vitamin A pada anak umur 6-59 bulan dan ibu nifas bertujuan tidak hanya untuk pencegahan kebutaan tetapi juga untuk penanggulangan Kurang Vitamin A (KVA). Penelitian di berbagai Negara menunjukkan bahwa pemberian suplementasi kapsul vitamin A sebanyak 2 kali setahun pada balita merupakan salah satu intervensi kesehatan yang berdaya ungkit tinggi bagi pencegahan kekurangan vitamin A dan kebutaan serta penurunan kejadian kesakitan dan kematian pada balita. Masalah gizi yang utama di Indonesia adalah kurang kalori protein (KKP), kekurangan vitamin A yang dapat mengakibatkan xeropthalmia (sakit mata karena kekurangan vitamin A) misalnya rabun senja dan kebutaan. Disamping itu masalah kekurangan vitamin A merupakan masalah terpenting kedua yang perlu diatasi, karena hal ini melanda penderita yang luas jangkauan, terutama anak-anak balita. (Winarno, 1995). Program penanggulangan Vitamin A di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1995 dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi, untuk mencegah masalah kebutaan karena kurang Vitamin A, dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Pemberian kapsul Vitamin A menunjang penurunan angka kesakitan dan angka kematian anak (30-50%). maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak,kesehatan dan pertumbuhan anak. Namun dalam kenyataannya cakupan pemberian Vitamin A tidak berjalan dengan semestinya. Salah satu penyebab turunnya cakupan pemberian vitamin A balita ini adalah petugas hanya melaksanakan rutinitas kegiatan posyandu, tanpa melakukan lagi upaya penggerakan masyarakat, setelah kapsul dibagikan melalui kader terkadang tidak dilakukan follow up untuk memastikan kapsul sampai ketangan ibu dan diberikan pada sasaran yaitu (bayi, balita dan ibu nifas), sistem manajemen distribusi yang tidak akurat juga pencatatan dan pelaporan yang kurang tidak tepat, jadi jika bulan sebelumnya kunjungan balita di posyandu hanya sekitar 40-70%, maka pada bulan pemberian vitamin A (bulan Pebruari dan Agustus) cakupannya hanya sekitar 40-70 % juga. Apa akibat rendahnya cakupan ini ? akibatnya adalah balita yang tidak mendapat vitamin A, kurang lebih 40 % akan mengalami resiko kekurangan vitamin A, apalagi balita tersebut jarang mengkonsumsi makanan sumber vitamin A.
Hal
ini
harus
diantisipasi
dengan
upaya
–upaya
1.“Sweeping”/Kunjungan
khusus: Rumah
Kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pemberian kapsul vitamin A. • Bila masih ada bayi dan anak balita yang belum mendapat kapsul vitamin A pada hari pemberian yang telah ditentukan, perlu dilakukan “Sweeping” yaitu melacak/mencari bayi dan anak balita tersebut untuk diberi kapsul vitamin A, dengan melakukan kunjungan rumah. Diharapkan dengan kegiatan bulan kapsul dan sweeping semua bayi (6-11 bulan) dan anak balita (1-5
tahun)
dapat
dicakup
100%
dengan
pemberian
kapsul
vitamin
A.
•“Sweeping”/kunjungan rumah sebaiknya dilakukan segera setelah hari pemberian dan paling lambat sebulan setelahnya. Untuk memudahkan pencatatan dan pelaporan, akhir minggu ketiga bulan Maret (untuk periode Februari) dan akhir minggu ketiga bulan September (untuk periode Agustus)
seluruh
kegiatan
“Sweeping”
hendaknya
sudah
selesai.
• Bila setelah “Sweeping” masih ada anak yang belum mendapat kapsul, maka agar diupayakan lagi meskipun sudah diluar periode pemberian.
B.
TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS 1.
Tujuan Umum Untuk membantu sasaran balita yang belum mendapatkan Vitamin A
2.
Tujuan Khusus a. Membeikan informasi tentang gejala kekuragan Vitamin A b. Memberikan informasi tentang pentingnya mengkonsumsi vitamin A
BAB II PROSES PELAKSANAAN KEGIATAN A. TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN 1.
Tahap persiapan
-
Pengkajian kebutuhan dasar dan analisa situasi
-
Organisasi pelaksanaan kegiatan sweeping
-
Perencanaan
2.
Tahap pelaksanaan
-
Persiapan fasilitator bisa memulai sweeping
-
Sosialisasi kader /tenaga sukarela lainya
-
Pelaksanaan kegiatan sweeping
3.
Pemantauan dan Evaluasi
Evaluasi penerapan sweeping dilaksanakan dengan mengadakan pertemuan se hari dengan peserta petugas pelaksana gizi Puskesmas,Pustu,dan bidan Desa.
B. PROSES KEGIATAN Kegiatan sweeping Vitamin A menggunakan cara praktek langsung,data yang di ambil berat badan,tinggi badan,umur,tanggal lahir,nama lengkap.Pengambilan data dilakukan oleh tenaga gizi dan di bantu oleh tenga sukarela baik kader.
C. SASARAN 1. Bayi Kapsul vitamin A 100.000 SI diberikan kepada semua anak bayi (umur 6 -11 bulan) baik sehat maupun sakit. 2. Anak Balita Kapsul vitamin A 200.000 SI diberikan kepada semua anak balita (umur 1 -5 tahun) baik sehat maupun sakit. 3. Ibu NIfas Kapsul vitamin A 200.000 SI diberikan kepada ibu yang baru melahirkan (nifas) sehingga bayinya akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI.
D. JADUAL PELAKSANAAAN KEGIATAN
E. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
KERANGKA ACUAN KEGIATAN KELAS GIZI TAHUN 2015 PUSKESMAS PUTUSSIBAU UTARA
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Program
kelas
gizi
ini
bertujuan
untuk
memberikan
dan
meningkatkan
Pengetahuan,Sikap,Tindakan,dan Pola Asuh Ibu balita terhadap balitanya. Dengan adanya peningkatan Pengetahuan,Sikap,Tindakan,dan Pola Asuh Ibu balita terhadap Balitanya diharapkan ibu Balita dapat mengaplikasikannya dalam kesehariannya dan Berat Badan Balita gizi Kurang dapat meningkat sesuai dengan standart pertumbuhannya. Pelaksanaan Kelas Gizi merupakan intepretasi kegiatan yang berbasis Positive Deviance. Positive Deviance (PD) merupakan pendekatan yang berbasis pada kekuatan atau modal atas dasar keyakinan bahwa disetiap masyarakat ada indiviu-individu tertentu yang mempunyai kebiasaan / prilaku yang memungkinkan mereka dapat menemukan cara yang lebih baik untuk mencegah kekurangan gizi dibandingkan dengan keluarga ya ng lain yang kondisinya sama. Pendekatan dengan cara ini memungkinkan ratusan kelompok masyarakat diintervensi untuk dapat mengurangi jumlah anak kurang gizi pada saat ini dan mencegah terjadinya kekurangan gizi di tahun-tahun mendatang setelah program tersebut selesai dilaksanakan. Pendekatan positive deviance didasarkan pada asumsi bahwa beberapa solusi untuk masalah-masalah masyarakat sudah ada dalam masyarakat dan hanya perlu untuk ditemukan. Karena perubahan prilaku berlangsung perlahan, sejumlah besar praktisi kesehatan setuju bahwa solusi yang ditemukan di masyarakat dapat lebih bertahan dibandingkan solusi dari luar yang dibawa masuk kedalam masyarakat tersebut. Dengan demikian diharapkan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di Kabupaten Trenggalek dapat menurun. Materi yang di sampaikan berkaitan dengan kegiatan dalam bidang gizi serta motivasi bagi kader dalam membentuk kelas gizi di desanya masing-masing dan materi lainnya seperti Pemberian Vitamin A bagi Bayi dan Balita, Pemberian Asi Ekslusif bagi bayi 0-6 bulan, pemberian Fe bagi Ibu hamil, Cara Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS). Kegiatan ini di harapkan dapat menambah pengetahuan bagi kader untuk meningkatkan partisipasi masyarakat untuk ke Posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan pelayanan gizi.
B. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS 1. Tujuan UmuM Melakukan pendampingan kepada keluarga guna mengatasi masalah gizi yang di alami 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui prilaku sadar Gizi b. Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan ibu hamil,busui,bayi balita dan keluarga. c.
Mengurangi prevalensi balita gizi kurang dan buruk.
d. Mempertahankan status gizi baik dari anak-anak dalam keluarga masing-masing secara mandiri. e. Mencegah kekurangan gizi pada anak-anak yang akan lahir kemudian di masyarakat,dengan merubah perilaku dan kebiasaanya menjadi perilaku sehat,pola makan sehat,beragam dan aman,serta pola hidup sehat. f.
Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah gizi.dilingkunganya
BAB II PROSES PELAKSANAAN KEGIATAN A. TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN 1. Tahap Persiapan 2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan kelas gizi dilaksanakan diluar jadwal kegiatan posyandu, tempat disesuaikan. 3. Pemantauan Dan Evaluasi
B. PROSES KEGIATAN
C. SASARAN -
Kelompok Ibu Hamil
-
Kelompok Ibu Menyusui
-
Kelompok Ibu Bayi Balita
D. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN E. PENCATATA, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN
KERANGKA ACUAN SURVEILANCE GIZI BURUK TAHUN 2015 PUSKESMAS PUTUSSIBAU UTARA BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Banyak pengertian surveilans yang sudah umum dikenal selama ini. Antara lain menurut WHO, surveilans merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan penyakit yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap kejadian dan distribusi penyakit serta faktorfaktor yang mempengaruhi nya pada masyarakat sehingga dapat dilakukan penanggulangan untuk dapat mengambil tindakan efektif. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang Kesehatan 2010-2014 telah ditetapkan salah satu sasaran pembangunan yang akan dicapai adalah menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi setinggi-tingginya 15% dan menurunkan prevalensi balita pendek menjadi setinggi-tingginya 32%. Untuk mencapai sasaran RPJMN tersebut, dalam Rencana AksiPembinaan Gizi Masyarakat telah ditetapkan 8 indikator kinerja, yaitu: (1) balita ditimbang berat badannya; (2)balita gizi buruk mendapat perawatan; (3) balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A; (4) bayi usia 0-6 bulan mendapatASI Eksklusif;(5)ibu hamil mendapat 90 tablet Fe; (6) rumah tangga mengonsumsi garam beriodium; (7) kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi; dan (8) penyediaan stok cadangan (buffer stock)Makanan Pendamping Air Susu ibu (MP-ASI) untuk daerah bencana.
.
B. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS 1.
Tujuan Umum Terselenggaranya kegiatan surveilans gizi untuk memberikan gambaran perubahan pencapaian kinerja pembinaan gizi masyarakat dan indikator khusus lain yang diperlukan secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan dalam rangka pengambilan tindakan segera, perencanaan jangka pendek dan menengah serta perumusan kebijakan.
2.
Tujuan Khusus 1. -
Tersedianya informasi indikator gizi lainnya secara berkala jika diperlukan, seperti: Prevalensi balita gizi kurang berdasarkan antropometri Prevalensi status gizi anak usia sekolah, remaja dan dewasa Prevalensi risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia Subur ( WUS) dan ibu hamil 2. Prevalensi anemia gizi besi dan Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI), 3. Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah gizi mikro lainnya)Tingkat konsumsi zat gizi makro (energi dan protein) dan mikro (defisiensi zat besi, defisiensi iodium) 4. Data pendistribusian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
BAB II PROSES PELAKSANAAN KEGIATAN A. TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN 1. Tahap Persiapan -
DDD
-
DDD
-
DDD
2. Tahap Pelaksanaan -
DD
-
DD
-
DD
3. Pemantauan dan Evaluasi
B. PROSES KEGIATAN C. SASARAN
D. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
E. PENCATATAN,PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN
KERANGKA ACUAN PMT TAHUN 2015 PUSKESMAS PUTUSSIBAU UTARA
A. PENDAHULUAN
B. LATAR BELAKANG
C. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS 1. Tujuan Umum Sebagai acuan dalam pelaksanaan PMT pemulihan berbasis bahan makanan lokal bagi Bumil KEK (< 23,5 cm) 2. Tujuan Khusus a.
Memberikan informasi tentang penyelenggaraan PMT pemulihan ber basis bahan makanan lokal bagi Bumil KEK
D. SASARAN Ibu Hamil E. METODE Teori dan praktek F.
PELAKSANAAN Priodik
G. SUMBER DANA Biaya Kegiatan Kelas Gizi dibebankan pada proyek APBD dan BOK Program perbaikan Gizi Masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Anggaran 2015. H. NARASUMBER Petugas Gizi Puskesmas
A. TUJUAN 1. Tujuan Umum Sebagai acuan dalam pelaksanaan PMT pemulihan berbasis bahan makanan lokal bagi balita gizi kurang usia 6-59 bulan. 2. Tujuan Khusus a.
Memberikan informasi tentang prinsip dasar PMT pemulihan bagi balita gizi kurang usia 6-59 bulan.
B. SASARAN Bayi balita C. METODE Teori dan praktek D. PELAKSANAAN Priodik E. SUMBER DANA Biaya Kegiatan Kelas Gizi dibebankan pada proyek APBD Program perbaikan Gizi Masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Anggaran 2015. F.
NARASUMBER Petugas Gizi Puskesmas
KERANGKA ACUAN PENGGERAKAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) TAHUN 2015 PUSKESMAS PUTUSSIBAU UTARA
A. TUJUAN 1. Tujuan Umum Terbentuknya keluarga sadar gizi melalui gizi proses pendampingan 2. Tujuan Khusus a.
Mendampingi keluarga sasaran agar: -
Membawa balita dating ke posyandu secara teratur setiap bulan
-
Memberikan asi eksklusif saja samapai usia 6 bln
-
Makan aneka ragam makanan
-
Menggunakan garam beryodium
-
Minum suplemen gizi bagi balita,ibu hamil,dan ibu nifas sesuai anjuran.
B. SASARAN Keluarga yang bermasalah gizi diutamakan keluarga yang mempunyai balita dan ibu hamil. C. METODE Teori dan praktek D. PELAKSANAAN Priodik E. SUMBER DANA Biaya Kegiatan Kelas Gizi dibebankan pada proyek APBD Program perbaikan Gizi Masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Anggaran 2015. F.
NARASUMBER Petugas Gizi Puskesmas