26
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Gangguan sirkulasi yang paling dijumpai di Unit Gawat Darurat adalah shock, aritmia jantung, dan henti jantung. Diagnosis syok (shock) secara cepat dapat ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/ karotis, pasien tampak pucat, perabaan pada ekstremitas teraba dingin, basah dan pucat serta memanjangnnya waktu pengisian kapiler (capillary refill time > 2 detik). Syok merupakan salah satu penyebab utama meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas di Instalasi gawat darurat (IGD) maupun Intensive Care Unit (ICU), mengakibatkan kematian lebih dari 30% Jutaan penderita tersebar diseluruh dunia dan rata-rata sebanyak 1.400 klien meninggal setiap hari. Diperkirakan 6-20 juta kematian bayi dan anak – anak setiap tahun di seluruh dunia diakibatkan oleh dehidrasi dan syok (Dhilon and Bittner, 2010).
Syok merupakan suatu gangguan sirkulasi akibat penghantaran oksigen ke jaringan atau perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan penurunan tahanan vaskuler sistemik terutama di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung (George et al., 2009; Guyton dan Hall, 2010; Sinniah, 2012; Schwarz et al., 2014). Seseorang dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi oksigen dan nutrisi ke sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi sehingga menyebabkan kematian sel yang progressif, gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian penderita.
Mempertahankan perfusi darah yang memadai pada organ-organ vital merupakan tindakan yang penting untuk menyelamatkan jiwa penderita. Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan suatu sindrom klinis kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan berbagai manifestasi hemodinamik. Apabila perfusi jaringan tidak terpenuhi, sel-sel akan kekurangan oksigen dan substrat, produksi energi secara aerobik tidak bisa dipertahakan, akibatnya sel harus memasuki jalur metabolisme anaerob. Jalur metabolisme anaerob akan dihasilkan 2 molekul Adenosine Triphosphate (ATP) per molekul glukosa dan asam laktat.
Tanpa adanya energi yang cukup, fungsi sel normal tidak dapat dipertahankan, akibatnya akan terjadi ketidakseimbangan pompa potasium sodium. Sel membengkak dan permeabilitas membran sel meningkat. Aktivitas mitokondria menjadi turun dan membran lisosom menjadi rusak, sel akan rusak dan selanjutnya terjadi kematian sel. Kematian seluler akan meluas di seluruh tubuh sehingga terjadi nekrosis jaringan yang memengaruhi fungsi organ. Akhirnya terjadi kerusakan di semua sistem organ dan kematian pada pasien syok. (Barkman dan Pooler, 2009; Guyton dan Hall, 2010; Schwarz et al., 2014).
Asuhan keperawatan dengan kasus Syok memerlukan tindakan cepat sebab penderita berada pada keadaan Gawat darurat, obat-obat emergensi dan alat bantu resusitasi gawat darurat serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini diperlukan karena kita berpacu dengan waktu yang singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ tubuh menetap. Oleh karena itu penulis akan membahas mengenai Asuhan keperawatan kegawatdaruratan syok.
Tujuan
Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar Syok dan mengaplikasikannya Asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada klien dengan syok.
Tujuan Khusus
Mahasiswa Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan kegawatdaruratan syok.
Mahasiswa mampu merumuskan diagnosis keperawatan pada klien dengan kegawatdaruratan syok.
Mahasiswa Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan kegawatdaruratan syok.
Mahasiawa Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan kegawatdaruratan syok.
Mahasiswa mampu Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan kegawatdaruratan syok.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam makalah ini adalah konsep dasar syok dan Asuhan keperawatan pada klien dengan kegawatdaruratan syok.
Manfaat Penulisan
Dengan makalah ini diharapkan agar para pembaca bisa memahami konsep dasar syok dan mengaplikasikanya dalam Asuhan keperawatan pada klien dengan kegawatdaruratan syok
Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode:
Research library yaitu pengambilan sumber dari buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan atau studi pustaka.
Web search yaitu pengambilan sumber dari internet mengenai materi tentang asuhan keperawatan kegawatdaruratan syok
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi
Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan tindakan segera dan intensif untuk menyelamatkan jiwa klien (BPPPKMN, 2010). Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah kedalam jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme (Sarwono, 2012).
Syok adalah sindroma yang ditandai dengan keadaan umum yang lemah, pucat, kulit yang dingin dan basah, denyut nadi meningkat, vena perifer yang tak tampak, tekanan darah menurun, produksi urine menurun dan kesadaran menurun. Tekanan darah sistolik lazimnya kurang dari 90 mmHg atau menurun dari 50 mmHg dibawah tekanan darah semula. Masalah utama adalah penurunan perfusi (aliran darah) yang efektif dan gangguan penyampaian oksigen ke jaringan. Keadaan syok menandakan bahwa mekanisme hemodinamik dan transport oksigen lumpuh. Jaringan menjadi rusak karena tidak mendapat oksigen yang cukup untuk metabolism aerobic. Jika sel melakukan metabolism aerobic maka akan dihasilkan asam laktat yang merugikan. Makin tinggi kadar asam laktat makin tinggi risiko mati.
Syok yang berlangsung lama akan mengganggu oksigenasi miokard sehingga menyebabkan syok kardiogenik sekunder. Pada tahap lanjut, terjadi gagal fungsi ginjal, hati, paru, otak dan jantung. Angka kematian meningkat seiring dengan jumlah organ yang mengalami gagal fungsi (MOF – Multiple Organ Failure). Kematian pada gagal 2 organ adalah > 60%, pada 3 organ mencapai > 90%.
Penilaian Awal Syok
Syok merupakan keadaan kekurangan suplai oksigen dan nutrisi Keadaan ini disebabkan oleh menurunnya oksigenasi jaringan. Kekurangan oksigen akan berhubungan dengan Asidosis Lactate Acid, dimana kadar lactat tubuh merupakan indikator dari tingkat berat-ringannya syok. Terjadinya hambatan di dalam peredaran darah perifer menyebabkan perfusi jaringan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sel akan zat makanan dan membuang sisa metabolisme
Langkah pertama dalam pengelolaan penderita syok adalah dengan mengenali adanya syok itu sendiri melalui gejala syok atau tanda-tanda klinis terjadinya syok, Tidak ada tes laboratorium yang bisa mendiagnosa syok dengan segera. Diagnosa dibuat berdasarkan pemahaman klinik tidak adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan. Diagnosis awal di dasarkan pada adanya gangguan perfusi organ dan oksigenasi jaringan.
Langkah kedua adalah menentukan sebab dari syok. Pada penderita trauma, semua jenis syok mungkin ditemukan. Kebanyakan penderita dalam hemoragik syok, namun kardiogenik syok atau syok karena tension pneumotoraks harus dipertimbangkan pada perlukaan diatas diafragma. Syok neurogenic dapat diakibatkan perlukaan luas pada SSP atau medulla spinalis. Pada umumnya trauma kapitis tidak menyebabkan syok. Penderita dengan trauma medulla spinalis pada keadaan awal dapat dalam keadaan syok baik karena vasodilatasi (neurogenic) maupun karena hemoragik. Syok septik jarang ditemukan, namun harus dipertimbangkan pada penderita yang datang pada keadaan lebih lanjut. Dengan demikian langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan penilaian terhadap penderita sehingga dengan cepat syok dapat diketahui. Terapi syok dimulai sambil mencari sebab syok. Respon terhadap terapi awal, digabung dengan penemuan klinis biasanya memberikan cukup informasi untuk dapat menentukan penyebab syok. Perdarahan adalah sebab tersering dari syok pada penderita trauma. Setiap keadaan syok pada penderita trauma memerlukan konsultasi bedah. Syok lanjut yang ditandai oleh perfusi yang kurang ke kulit, ginjal dan SSP yang dengan mudah di kenal.
Katergantungan pada tekanan darah sebagai satu-satunya indicator syok akan menyebabkan terlambatnya diagnosis syok. INGAT : mekanisme kompensasi dapat menjaga tekanan darah sampai penderita kehilangan 30% volume darah. Perhatian harus di arahkan pada nadi, laju pernafasan, sirkulasi kulit, dan tekanan nadi (perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolic). Gejala paling dini adalah tachikardia dan vaso-kontriksi perifer. Dengan demikian setiap penderita trauma yang dalam keadaan tachikardia dan kulit dingin dianggap dalam keadaan syok.
Pemeriksaan hematocrit atau kadar Hb tidak dapat dipakai untuk mengukur kehilangan darah ataupun diagnosis syok. Kadar hematokirt yang rendah menunjukkan kehilangan darah dalam jumlah cukup besar (anemia yang sebelum trauma sudah ada), sedangkan hematocrit normal dapat saja terjadi walaupun sudah ada kehilangan darah cukup banyak. (Theodore 1993).
Patofisiologi
Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu (Komite Medik, 2000):
Fase Kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa sehingga timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk menimbulkan gangguan seluler. Mekanisme kompensasi dilakukan melalui vasokonstriksi untuk menaikkan aliran darah ke jantung, otak dan otot skelet dan penurunan aliran darah ke tempat yang kurang vital. Faktor humoral dilepaskan untuk menimbulkan vasokonstriksi dan menaikkan volume darah dengan konservasi air. Ventilasi meningkat untuk mengatasi adanya penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Jadi pada fase kompensasi ini terjadi peningkatan detak dan kontraktilitas otot jantung untuk menaikkan curah jantung dan peningkatan respirasi untuk memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran darah ke ginjal menurun, tetapi karena ginjal mempunyai cara regulasi sendiri untuk mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah menurun, maka filtrasi glomeruler juga menurun.
Fase Progresif
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi kebutuhan tubuh. Faktor utama yang berperan adalah jantung. Curah jantung tidak lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan darah arteri menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan, metabolisme terganggu, produk metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel. Dinding pembuluh darah melemah dan tak mampu berkonstriksi sehingga terjadi bendungan vena, vena balik (venous return) menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung. Peristiwa ini dapat menyebabkan trombosis kecil-kecil sehingga dapat terjadi koagulopati intravasa yang luas (DIC = Disseminated Intravascular Coagulation). Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan pusat vasomotor dan respirasi di otak. Keadaan ini menambah hipoksia jaringan. Hipoksia dan anoksia menyebabkan terlepasnya toksin dan bahan lainnya dari jaringan (histamin dan bradikinin) yang ikut memperjelek syok (vasodilatasi dan memperlemah fungsi jantung). Iskemia dan anoksia usus menimbulkan penurunan integritas mukosa usus, pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke sirkulasi. Invasi bakteri dan penurunan fungsi detoksikasi hepar Dapat timbul sepsis, DIC bertambah nyata, integritas sistim retikuloendotelial rusak, integritas mikro sirkulasi juga rusak. Hipoksia jaringan juga menyebabkan perubahan metabolisme dari aerobik menjadi anaerobik. Akibatnya terjadi asidosis metabolik, terjadi peningkatan asam laktat ekstraseluler dan timbunan asam karbonat di jaringan.
Fase Irevesibel
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi meluas sehingga tidak dapat diperbaiki. Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya ireversibilitas syok. Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi memompa darah yang cukup, paru menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya respirasi menurun, dan akhirnya anoksia dan hiperkapnea.
Gambar 2.1 Pathway Syok
Gambar 2.1 Pathway Syok
Jenis - Jenis Syok
Dalam kepustakaan dikenal beberapa jenis kualifikasi syok, antara lain: syok hipovolemik, syok kardiogenik, syok anafilaktik dan syok septik.
Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik merujuk keada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik).
Penyebab
Dehidrasi karena berbagai sebab (muntah, diare yang sering/frekuensi, peritonitis)
Luka bakar (grade II-III & luas luka bakar >30%)
Perdarahan (trauma dengan perdarahan, non-trauma (perdarahan post partum / HPP massif, KET-kehamilan ekstra-uterina terganggu)).
Diagnosa
Perubahan perfusi perifer: Ekstremitas: dingin, basah dan pucat, Capillary refill time memanjang > 2 detik
Tachikardia
Pada keadaan lanjut: Takipneu, Penurunan tekanan darah, Penurunan produksi urine dan Tampak pucat, lemah, apatis, kesadaran menurun
Tindakan
Pemasangan 2 jalur intravena dengan jarum besar dan berikan infus cairan kristaloid, pada perdarahan diberikan sejumlah kristaloid melebihi yang hilang.
Syok Hipovolemik (Dehidrasi, Muntah, Diare, Peritonitis)
Klasifikasi
Klinis
Pengelolaan
Dehidrasi ingan
Kehilangan cairan tubuh sekitar 5 % BB
Nadi normal atau meningkat
Selaput lendir kering
Penggantian volume cairan yang hilang dengan cairan kristaloid (NaCL 0,9% atau Ringer Laktat atau Ringer Asetat
Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan tubuh sekitar 8 % BB
Nadi cepat
Tekanan darah
Selaput lendirkering
Oliguria
Status mental tampak lesu dan lemas
Penggantian volume cairan yang hilang dengan cairan kristaloid (NaCL 0,9% atau Ringer Laktat atau Ringer Asetat
Dehidrasi berat
Kehilangan cairan tubuh sekitar 10 % BB
Nadi sangat cepat, kecil, sulit diraba
-Tekanan darah turun
Anuria
Selaput lendir pecah-pecah
Kesadaran menurun
Penggantian volume cairan yang hilang dengan cairan kristaloid (NaCL 0,9% atau Ringer Laktat atau Ringer Asetat
Tabel 2.1 Syok Hipovolemik
Syok Hemoragik
Perdarahan dalam jumlah besar, melebihi 15 % volume darah yang beredar, akan menyebabkan perubahan-perubahan fungsi tubuh seseorang. Makin banyak perdarahan, makin berat kerusakan yang terjadi, maka makin besar risiko untuk meninggal. Perdarahan yang banyak mengakibatkan syok. Makin berat syok yang terjadi dan makin lama syok berlangsung, makin besar risiko mati. Satu jam pertama masa syok sering disebut "The Golden Hour". Dalam periode ini time Saving Is Life Saving. Pertolongan harus cepat diberikan, yakni menghentikan sumber perdarahan dan mengganti kehilangan voleume darah. Hipoksia sampai dengan anoksia di jaringan akibat syok menyebabkan kematian sel jaringan. Jika sel mati mencapai jumlah kritis (Critical Mass Of Cell), maka akan terjadi gagal organ dan kematian.
Perdarahan Menyebabkan :
Kehilangan voleume intravaskuler sehingga aliran (perfusi darah dan jumlah oksigen jaringan menurun
Kehilangan eritrosit dan hemoglobin sehingga kapasitas transport oksigen per unit volume darah menurun Tubuh memiliki Estimated Blood Volume (jumlah darah yang beredar) 65-75 ml/kg, untuk mempermudah dibuat rata-rata EBV ; 70 ml/kg. jika kehilangan darah 15 ml/kg (20% EBV), terjadilah perubahan hemodinamik :
Nadi meningkat
Kekuatan kontraksi miokard meningkat
Vasokontriksi didaerah arterial dan vena
Tekanan darah mungkin masih normal tetapi tekanan nadi turun
Prinsip Penanganan:
Pergatian volume yang hilang untuk mempertahankan kecukupan oksigenasi jaringan, akibat cukup volume maka hemodinamik terjaga. Untuk perdarahan dengan syok kelas III-IV diberikan infus kristaloid sebaiknya disiapkan tranfusi darah segera setelah sumber perdarahan dan dapat diberikan cairan golongan plasma substitute (cairan koloid).
Trauma Status (Advanced Trauma Life support)
Dipergunakan untuk memperhitungkan beberapa banyak jumlah perdarahan (EBL) dengan melihat gejala klinis yang ada.
Klasifikasi
Klinis
Pengelolaan
Kelas I :
kehilangan volume darah < 15%
Takikardia minimal, <100 x/menit
Tidak perlu penggantian volume
Kelas II :
kehilangan volume darah 15-30%
Takikardia (100-120 x/menit)
Penurunan pulse pressure
Penurunan produksi urine (20-30 cc/jam)
Penggantian volume darah yang hilang dengan cairan kristaloid sejumlah 2-4 kali volume darah yang hilang.
Kelas III :
kehilangan volume darah 30-40%
Tachypnea (30-40 x/menit)
Penurunan produksi urine (5-15 cc/jam)
Penggantian volume darah yang hilang dengan cairan kristaloid dan darah.
Kelas IV :
Kehilangan volume darah
>40%
Tachypnea (>35 x/menit)
Takikardia (>140x/menit)
Perfusi pucat, dingin, basah
Perubahan mental
Penggantian volume darah yang hilang dengan cairan kristaloid dan darah.
Tabel 2.2 Syok Hemoragik
Syok Anafilaktik
Definisi
Syok Anafilaktik (Shock Anafilactic) adalah reaksi anafilaksis yang disertai hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Reaksi Anafilaktoid adalah suatu reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa melibatkan antigen-antibodi kompleks. Karena kemiripan gejala dan tanda biasanya diterapi sebagai anafilaksis
Penyebab
Syock anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang sebelumnya sudah membentuk anti bodi terhadap benda asing (anti gen) mengalami reaksi anti gen- anti bodi sistemik
Diagnosa
Tanda – tanda syok (penurunan perfusi perifer dan penurunan tekanan darah yang tiba - tiba) dengan riwayat adanya alergi (makanan atau hal – hal lain) atau riwayat setelah pemberian obat-obatan.
Tindakan
C- Circulation. Raba karotis, posisi syock, pasang infus kristaloid (RL). Berikan epinephrine (adrenalin) subcutan atau intra muscular dengan dosis sesuai dengan gejala klinis yang tampak (0.25 mg, 0.5 mg atau 1 mg = 1 ampul bila ternyata jantung tidak berdenyut).
Airway. Pertahankan jalan nafas tetap bebas. Call for help
Breathing. Beri oksigen bila ada, kalau perlu nafas dibantu.
Syok Septik
Definisi
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributuf dan disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi dengan melakukan praktik pengendalian infeksi, melakukan teknijk aseptik yang cermat, melakukan debriden luka ntuk membuang jarinan nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan peralatan secara tepat dan mencuci tangan secara menyeluruh.
Penyebab
Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif. Ketika mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan menunjukkan suatu respon imun. Respon imun ini membangkitkan aktivasi berbagai mediator kimiawi yang mempunyai berbagai efek yang mengarah pada syok. Peningkatan permeabilitas kapiler, pada perembesan cairan dari kapiler dan vasodilatasi adalah dua efek tersebut.
Tanda dan Gejala
Sepsis merupakan respon sistemik terhadap bakteriemia. Pada saat bakteriemia menyebabkan perubahan dalam sirkulasi menimbulkan penurunan perfusi jaringan dan terjadi shock sepsis. Sekitar 40% pasien sepsis disebabkan oleh mikroorganisme gram-positive dan 60% disebabkan mikroorganisme gram-negative. Pada orang dewasa infeksi saluran kencing merupakan sumber utama terjadinya infeksi. Di rumah sakit kemungkinan sumber infeksi adalah luka dan kateter atau kateter intravena. Organisme yang paling sering menyebabkan sepsis adalah staphylococcus aureus dan pseudomonas . Pasien dengan sepsis dan shock sepsis merupakan penyakit akut. Pengkajian dan pengobatan sangat diperlukan. Pasien dapat meninggal karena sepsis. Gejala umum adalah:
Demam
Berkeringat
Sakit kepala
Nyeri otot
Diagnosis
Fase dini tanda klinis hangat, vasodilatasi.
Fase lanjut tanda klinis dingin, vasokontriksi.
Tindakan
Ditujukan agar tekanan sistolik > 90 – 100 mmHg (Mean Arterial Pressure 60 mmHg)
Tindakan awal
Infus cairan kristloid, pemberian antibiotic, membuang sumber infeksi (pembedahan)
Tindakan lanjut
Penggunaan cairan koloid lebih baik dengan diberikan vasopressor (Dopamine atau dikomnbinasi dengan Noradrenaline).
Syock Kardiogenik
Definisi
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali.Syok yang disebabkan karena fungsi jantung yang tidak adekuat, seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik jantung; manifestasinya meliputi hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi yang lemah, kekacauan mental, dan kegelisahan. (Kamus Kedokteran Dorland, 2010)
Penyebab
Penyebab syok kardiogenik Dapat terjadi pada keadaan – keadaan antara lain: Kontusio jantung, Tamponade jantung dan Tension pneumothoraks. Pada versi lain pembagian jenis syok, ada yang membagi bahwa syock kardiogenik hanya untuk gangguan yang disebabkan karena gangguan pada fungsi myocard. Missal : decomp cordis, trauma langsung pada jantung, kontusio jantung. Tamponad jantung dan tension pneumothoraks dikelompokkan dalam syok obstructive (syok karena obstruksi mekanik)
Diagnose
Hipotensi disertai gangguan irama jantung.
Mungkin terdapat peninggian tekanan vena jugularis (JVP).
Lakukan pemeriksaan fisik pendukung pada tamponade jantung (bunyi jantung menjauh atau redup), pada tension pneumothoraks (hipersonor dan pergeseran letak trakea).
Tindakan
Pemasangan jalur intravena dan pemberian infus kristaloid
Pada aritmia mungkin diperlukan obat – obat inotropic.
Perikardiosentesis untuk tamponade jantung dengan monitoring EKG.
Pemasangan jarum torakostomi pada Tension Pneumothoraks di ICS II- mid clavicular line untuk mengurangi udara dalam rongga pleura (dekompresi).
Manifestasi Klinis
Tekanan darah sistemik dan takikardi; puncak tekanan darah sistolik <100mmHg atau lebih dari 10% di bawah tekanan darah yang telah diketahui.
Hipoperfusi perifer, vasokonstriksi; kulit dingin, lembab, dan sianosis.
Status mental terganggu; kebingungan, agitasi, koma.
Oliguria atau anuria; <0,5 ml/kgBB/jam.
Asidosis metabolik.
Pemantauan hemodinamik :
Tekanan darah arteri
Tekanan vena sentral
Tekanan arteri pulmonal, dimonitor dengan kateter Swan-Ganz untuk pengukuran Pulmonary Catheter Wedge Presure (PCWP).
Pengukuran tambahan. Pemantauan sensorium, jumlah urine, dan suhu kulit. (Mansjoer, 2000)
Penatalaksanaan
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan kausal.
Airway dan Breathing
Tujuan utama meningkatkan kandungan oksigen arteri (CaO2) dengan mempertahankan saturasi oksigen (SaO2) 98 – 100 % dengan cara :
Jaga dan pertahankan jalan nafas tetap bebas
Oksigenasi adekuat, pertahankan pada > 65 = 7 mmHg
Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan bila ada sekresi.
Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu jalan nafas (Gudel/oropharingeal airway).
Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan pompa sungkup (Ambu bag) atau ETT.
Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi, tekanan darah, warna kulit, isi vena, dan produksi urin. Pemberian Cairan :
Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar, mual-mual, muntah, kejang, akan dioperasi/dibius dan yang akan mendapat trauma pada perut serta kepala (otak) karena bahaya terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.
Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan pertama dalam melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume intravaskuler, volume interstitial, dan intra sel. Cairan plasma atau pengganti plasma berguna untuk meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.
Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan yang sama dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar. Kehilangan air harus diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan berupa air dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik.
Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian cairan yang berlebihan.
Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah pemberian cairan berlebihan yang akan membebani jantung.
Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat, mengingat pada syok septik biasanya terdapat gangguan organ majemuk (Multiple Organ Disfunction). Diperlukan pemantauan alat canggih berupa pemasangan CVP, "Swan Ganz" kateter, dan pemeriksaan analisa gas darah Obat-obatan inetropik untuk mengobati disretmia, perbaikan kontraklitas jantung tanpa menambah konsumsi oksigen miocard.
Dopevin (10 Kg/Kg/mut) meningkatkan vasokmstrokuta.
Epinoprin : Meningkat tekanan perfusi myocard.
Novepheriphin : mengkatkan tekanan perfusi miocard.
Dobtanine : meningkatkan cardiak output.
Amiodarone : meningkatkan kontraklitas miocard, luas jantung, menurunkan tekanan pembuluh darah sitemik.
Letakkan pasien dalan "posisi syok" yaitu mengangkat kedua tungkai lebih tinggi dari jantung
Bila pasien syok karena perdarahan, lakukan penghentian sumber perdarahan yang tampak dari luar dengan melakukan penekanan, di atas sumber perdarahan (Mansjoer, 2000)
Komplikasi
Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan hipoksia jaringan yang berkepanjangan.
Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus kapiler karena hipoksia.
DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN SYOK
Pengkajian
Pengkjian Primer
Airway
Jalan nafas dan prenafasan tetap merupakan prioritas pertama, untuk mendapatkan oksigenasi yang cukup. Tambahan oksigen diberikan bila perlu untuk menjaga tekanan O2 antara 80 – 100 mmHg.
Breathing
frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan, retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
Sirkulasi dan kontrol perdarahan
Prioritas adalah : kontrol perdarahan luar, dapatkan akses vena yang cukup besar dan nilai perfusi jaringan. Perdarahan dan luka eksternal biasanya dapat dikontrol dengan melakukan bebat tekan pada daerah luka, seperti di kepala, leher dan ekstremitas. Perdarahan internal dalam rongga toraks dan abdomen pada fase pra RS biasanya tidak banyak yang dapat dilakukan. PSAG (gurita) dapat dipakai mengontrol perdaran pelvis dan ekstermitas inferior, tetapi alat ini tidak boleh mengganggu pemasangan infus. Pembidaian dan spalk-traksi dapat membantu mengurangi perdarahan pada tulang panjang.
Disability – Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis singkat yang dilakukan adalah menentukan tingkat kesadaran, pergerakkan bola mata dan reaksi pupil, fungsi motorik dan sensorik. Data ini diperlukan untuk menilai perfusi otak
Pengkajian Sekunder
Identitas pasien
Pada anamnesis, pasien mungkin tidak bisa diwawancara sehingga riwayat sakit mungkin hanya didapatkan dari keluarga, atau orang yang mengetahui kejadiannya
Keluhan utama
Klien dengan syok mengeluh sulit bernafas, mengeluh muntah dan mual, kejang-kejang.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat trauma (banyak perdarahan)
Riwayat penyakit jantung (sesak nafas)
Riwayat infeksi (suhu tinggi)
Riwayat pemakaian obat ( kesadaran menurun setelah memakan obat)
Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sbelumnya pernah mengalami penyakit yang sama
Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah kelarga ada yang pernah mengalami sakit yang sama seperti klien sebelumnya.
Pemeriksaan Fisik
Kulit: suhu raba dingin (hangat pada syok septik hanya bersifat sementara, karena begitu syok berlanjut terjadi hipovolemia), Warna pucat (kemerahan pada syok septik, sianosis pada syok kardiogenik dan syok hemoragi terminal)dan Basah pada fase lanjut syok (sering kering pada syok septik).
Tekanan darah: Hipotensi dengan tekanan sistole < 80 mmHg (lebih tinggi pada penderita yang sebelumnya mengidap hipertensi, normal atau meninggi pada awal syok septik)
Status jantung : Takikardi, pulsus lemah dan sulit diraba
Status respirasi : Respirasi meningkat, dan dangkal (pada fase kompensasi) kemudian menjadi lambat (pada syok septik, respirasi meningkat jika kondisi menjelek)
Status Mental: Gelisah, cemas, agitasi, tampak ketakutan. Kesadaran dan orientasi menurun, sopor sampai koma.
Fungsi Ginjal: Oliguria, anuria (curah urin < 30 ml/jam, kritis)
Fungsi Metabolik: Asidosis akibat timbunan asam laktat di jaringan (pada awal syok septik dijumpai alkalosis metabolik, kausanya tidak diketahui). Alkalosis respirasi akibat takipnea
Sirkulasi: Tekanan vena sentral menurun pada syok hipovolemik, meninggi pada syok kardiogenik
Keseimbangan Asam Basa : Pada awal syok pO2 dan pCO2 menurun (penurunan pCO2 karena takipnea, penurunan pO2 karena adanya aliran pintas di paru)
Pemeriksaan Penunjang
Darah (Hb, Hmt, leukosit, golongan darah), kadar elektrolit, kadar ureum, kreatinin, glukosa darah.
Analisa gas darah
EKG
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien syok antara lain (Santosa, 2005):
Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume, pre load dan afterload, kontraktilitas jantung.
Perfusi jaringan tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan transport O2, gangguan aliran arteri dan vena
Defisit Volume Cairan Berhubungan dengan:Kehilangan volume cairan secara aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/Masalah
Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
intervensi
Penurunan curah jantung b/d gangguan
irama jantung, stroke volume, pre load
dan afterload, kontraktilitas jantung.
DO/DS:
Aritmia, takikardia, bradikardia
Palpitasi, oedem
Kelelahan
Peningkatan/penurunan JVP
Distensi vena jugularis
Kulit dingin dan lembab
Penurunan denyut nadi perifer
Oliguria, kaplari refill lambat
Nafas pendek/ sesak nafas
Perubahan warna kulit
Batuk, bunyi jantung S3/S4
Kecemasan
NOC :
Cardiac Pump effectiveness
Circulation Status
Vital Sign Status
Tissue perfusion: perifer
Setelah dilakukan asuhan
Selama......penurunan kardiak
output klien teratasi dengan kriteria hasil:
Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi,respirasi)
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
Tidak ada penurunan kesadaran
AGD dalam batas normal
Tidak ada distensi vena leher
Warna kulit normal
NIC :
Evaluasi adanya nyeri dada
Catat adanya disritmia jantung
Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
Monitor status pernafasan
Monitor balance cairan
Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
antiaritmia
Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
Kelelahan
Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis
Monitor adanya tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik
Diagnosa Keperawatan/ Masalah
Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Perfusi jaringan tidak
efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen,
penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia,
Hipoventilasi, gangguan transport O2,
gangguan aliran arteri dan vena
DS:
Nyeri dada
Sesak nafas
DO
AGD abnormal
Aritmia
Bronko spasme
Kapilare refill > 3 dtk
Retraksi dada
- Penggunaan otot-otot tambahan
NOC :
Cardiac pump Effectiveness
Circulation status
Tissue Prefusion : cardiac,
periferal
Vital Sign Statusl
Setelah dilakukan asuhan selama…ketidakefektifan perfusijaringan kardiopulmonal teratasi dengan kriteria hasil:
Tekanan systole dan diastole
dalam rentang yang diharapkan
CVP dalam batas normal
Nadi perifer kuat dan simetris
Tidak ada oedem perifer dan
asites
Denyut jantung, AGD, ejeksi
fraksi dalam batas normal
Bunyi jantung abnormal tidak ada
Nyeri dada tidak ada
Kelelahan yang ekstrim tidak
ada
NIC :
Monitor nyeri dada (durasi, intensitas dan faktor-faktor
presipitasi)
Observasi perubahan ECG
Auskultasi suara jantung dan paru
Monitor irama dan jumlah denyut jantung
Monitor angka PT, PTT dan AT
Monitor elektrolit (potassium dan magnesium)
Monitor status cairan
Evaluasi oedem perifer dan denyut nadi
Monitor peningkatan kelelahan dan kecemasan
Jelaskan pembatasan intake kafein, sodium, kolesterol
dan lemak
Kelola pemberian obat-obat: analgesik, anti koagulan,
nitrogliserin, vasodilator dan diuretik.
Tingkatkan istirahat (batasi pengunjung)
Diagnosa Keperawatan/ Masalah
Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Defisit Volume Cairan Berhubungan dengan:Kehilangan volume cairan secara aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan
DS :
Haus
DO:
Penurunan turgor kulit/lidah
Membran mukosa/kulit kering
Peningkatan denyut nadi, penurunan
tekanan darah, penurunan
volume/tekanan nadi
Pengisian vena menurun
Perubahan status mental
Konsentrasi urine meningkat
Temperatur tubuh meningkat
Kehilangan berat badan secara tibatiba
Penurunan urine output
HMT meningkat
Kelemahan
NOC:
Fluid balance
Hydration
Nutritional Status : Food and Fluid Intake
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama…. defisit volume
cairan teratasi dengan kriteria hasil:
Mempertahankan urine output
sesuai dengan usia dan BB, BJ
urine normal,
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
dalam batas normal
Tidak ada tanda tanda dehidrasi,
Elastisitas turgor kulit baik,
membran mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan
Orientasi terhadap waktu dan
tempat baik
Jumlah dan irama pernapasan
dalam batas normal
Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas
normal
pH urin dalam batas normal
Intake oral dan intravena adekuat
NIC :
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Monitor status hidrasi
nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika
diperlukan
Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan
(BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein )
Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
Kolaborasi pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan oral
Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 –
100cc/jam)
Persiapan untuk tranfusi
Pasang kateter jika perlu
Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan tujuan spesifik. Implementasi dilakukan pada klien dengan Syok adalah dengan tindakan sesuai intervensi yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam tindakan ini diperlukan kerja sama antara perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan, tim kesehatan, klien dan keluarga agar asuhan keperawatan yang diberikan mampu berkesinambungan sehingga klien dan keluarga dapat menjadi mandiri.
Evaluasi
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
Terpenuhunya penuruna cardiak output teratasi
Tercapainya perfusi jaringan kardiopulmonal
Tercapainya volume cairan secara adequat
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kesimpulan Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan mengenal gejala-gejala syok mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada menit-menit pertama pasien mengalami syok. Diagnosis syok (shock) secara cepat dapat ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/ karotis, pasien tampak pucat, perabaan pada ekstremitas teraba dingin, basah dan pucat serta memanjangnnya waktu pengisian kapiler (capillary refill time > 2 detik).
Syok merupakan suatu gangguan sirkulasi akibat penghantaran oksigen ke jaringan atau perfusi yang tidak adekuat, ditandai dengan penurunan tahanan vaskuler sistemik terutama di arteri, berkurangnya darah balik, penurunan pengisian ventrikel dan sangat kecilnya curah jantung (George et al., 2009; Guyton dan Hall, 2010; Sinniah, 2012; Schwarz et al., 2014). Seseorang dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi oksigen dan nutrisi ke sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi sehingga menyebabkan kematian sel yang progressif, gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian penderita.
Asuhan keperawatan dengan kasus Syok memerlukan tindakan cepat sebab penderita berada pada keadaan Gawat darurat, obat-obat emergensi dan alat bantu resusitasi gawat darurat serta dilakukan secepat mungkin. Hal ini diperlukan karena kita berpacu dengan waktu yang singkat agar tidak terjadi kematian atau cacat organ tubuh menetap.
4.2 SARAN
Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang akan menjadi seorang perawat mampu mengenali tanda dan gejala syok ketika menemukan klien yang mengalami syock sehingga dapat melakukan pertolongan segera. Dan mahasiswa mampu mengaplikasikan teri kegawat daruratan syok sehingga mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah syok.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC.
Doenges, E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda N. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2 2013. Yogyakarta: Media hardy.
Mansjoer, arif. Dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media aesculapius.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
Zmerman J L, Taylor R W, Dellinger R P, Farmer J C. 1997. Diagnosis and Management of Shock, dalam buku: Fundamental Critical Support. Society of Critical
https://www.academia.edu/9746397/Syok. syifana.aqullia.2010.laporanpendahuluan syok.
http://www.riyawan.com/p/bab-ii-tinjauan-teori syok-a.html