S a Sa af f ak kM Mu uh ha am mm ma ad d
K EBER K AL K A H AN FIN ANSI A Cara Mudah Mengelola Keuangan dan Melipatgandakan Kekayaan dengan Kecerdasan Spiritual
Pennganntaar :
K H. A Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym)
1
Safak Muhammad
K EBER K K A H AN FIN ANSI A AL
Cara Mudah Mengelola Keuangan dan Melipatgandakan Kekayaan dengan Kecerdasan Spiritual
SolusiQalbu
2
Safak Muhammad
K EBER K K A H AN FIN ANSI A AL
Cara Mudah Mengelola Keuangan dan Melipatgandakan Kekayaan dengan Kecerdasan Spiritual
SolusiQalbu
2
Buku ini tidak hanya menawarkan konsep pengelolaan keuangan berdasarkan hitungan matematis 1 + 1 = 2 atau 5 - 3 = 2, tetapi juga berdasarkan ‘matematika’’ Allah yang yang hasilnya hasilnya sangat sangat menakjubkan. menakjubkan. Buku ini ini juga membeberkan rahasia melipatgandakan kekayaan ala model DISTRIBUTOR REZEKI dan prinsip prinsip MENGEJAR AKHIRAT AKHIRAT berbuah UANG DI DUNIA serta prinsip prinsip BERTAMBAH KAYA dengan MENSEJAHTERAKAN MENSEJAHTERAKAN orang lain. Konsep – konsep konsep tersebut diulas dengan logika yang sangat sederhana dan dapat diterima akal.
3
Katalog Dalam Terbitan (KDT) Kaya Tanpa Bekerja/Safak Muhammad 184 halaman + xiii halaman 13.5 x 20.5 cm Judul : Keberkahan Finansial ISBN
: 979-25-9000-5
Penulis Editor Desain cover & Tata Letak
: Safak Muhammad : Mohammad Sobar : Dini Handayani & Novi
Cetakan I : Juni 2006
Diterbitkan : SolusiQalbu Kelompok MediaSukses Jl. Duren Tiga Selatan – Swadaya 31 C Jakarta Selatan 12760 Telp. (021) 98 700 202 Email :
[email protected]
BERI TA GEMBI RA!!!! HAK CI PTA DI LI NDUNGI ALLAH, TUHAN SEMESTA ALAM
“Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, menjual kepada umum asli buku ini, atau mengutip sebagian isi buku dengan tetap mencant umkan sumbernya , Insya Allah mendapatkan Keberk ahan Finansial ”
4
PERHATIAN Keberkah an Fin ansial yang sedang anda baca ini adalah versi ebook . Isinya sama persis dengan versi buku yang
diterbitkan oleh Penerbit SolusiQalbu Anda bisa mendapatkan versi buku Keberkah an Fin ansial di Daftar I si www.bukubagus.com toko buku kesayangan anda atau (antique, unique & rare books center ) Sedangkan versi ebook hanya bisa dapatkan di www.keberkahanfinansial.com Jakarta, 1 Januari 2008
5
Kata Pengantar KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) Dari Penulis Rukun 1 : Revolusi Ment al dan Keyakin an • • • •
Kaya Berawal dari Pikiran Kaya adalah Pilihan Memaknai Keberkahan Finansial Membuang Keyakinan Salah
Rukun 2 : Memaham i Rahasia Uang • • • • • • •
Ide = Uang Uang Itu Netral Raihlah Akhiratnya, Dapatkan Uangnya Semakin Banyak Silaturahmi, Semakin Banyak Rejeki Semakin Banyak Berbagi, Semakin Banyak Menerima Uang Berpihak pada Orang Bijak Keputusan dan Konsisten
Rukun 3 : Perencanaan Keuangan 1 000 Tahun • • • • • • • • •
Rencana Keuangan 1000 Tahun Evaluasi Sumber Penghasilan Perencanaan Pengeluaran Perencanaan Menyucikan Kekayaan Perencanaan Investasi : Halal Berkah Bertumbuh Managemen Hutang - Piutang Perencanaan Pendidikan Anak Perencanaan Pensiun & Wasiat Perencanaan Risiko
Rukun 4 : Membuat Uang Beranak Pinak • • • •
Kemandulan Finansial Membuat Magnet Uang Melipatgandakan Kekayaan Secara Cepat dan Aman Membuat Uang Beranak Pinak
Daft ar Pustaka LAMPI RAN Prof il Penulis
6
unt uk orang – orang terkasih,
Istriku, Etika Nailur Rahma Putriku, Rifdah Azzura Fasya Putraku, Maulavi Nawwaf Ubada serta anak cucu sampai cicit – cicit ku yang Insya Allah akan terlahir di dunia ini,
Semoga buku ini bermanfaat dunia akhirat!
7
Sebuah Pengant ar dar i KH ABDULLAH GYMNASTI AR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Saudaraku, mengapa uang yang banyak tidak selalu menjadi jaminan kebahagiaan? Mengapa rumah yang besar dan megah tidak selalu menimbulkan kebahagiaan dan kemuliaan? Mengapa istri yang jelita atau suami yang tampan tidak selalu mendatangkan kebahagiaan dalam berumah tangga? Mengapa ilmu yang luas tidak mengangkat derajat pemiliknya dan justru malah menghinakannya? Padahal, mereka berusaha mencari dan mendapatkannya melalui perjuangan yang susah payah, tapi ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkannya. Bahkan sebaliknya, bukan kebahagiaan atau ketentraman yang diperoleh melainkan masalah dan malapetaka. Apa sebabnya? Penyebabnya sederhana sekali, yakni semua yang dimilikinya itu tidak berkah! Pembaca yang budiman, dalam hal apa pun; uang, rumah, istri, suami, harta, pangkat, maupun jabatan, yang harus kita khawatirkan terhadap semua itu adalah tidak adanya berkah dari Allah. Acapkali kita temukan, atau malah kita merasakan sendiri, orang menjadi sengsara dengan segala yang dimilikinya. Oleh karena itu, kita patut mencurigai, jangan-jangan sesuatu yang kita miliki, dalam mengusahakannya tercemari oleh hal-hal yang kurang berkah. Kita lihat, misalnya, suatu rumah tangga yang penuh dengan percekcokan . Sebenarnya yang harus dicurigai adalah jangan-jangan prosedur, keilmuan, dan etika dalam berumah tangga tidak cocok dengan yang disyariatkan Allah. Atau, uang yang banyak malah membuat pusing pemiliknya, ilmu yang luas malah menghinakan dirinya. Ini pasti prosedur dalam mencari dan mengamalkannya bercampur dengan hal yang tidak disukai Allah. Oleh karena itu, apalah artinya kita memiliki sesuatu tetapi malah menghinakan dan menyengsarakan kita? Secara sederhana, berkah adalah sesuatu yang multiguna, bermanfaat bagi kehidupan dunia dan bermanfaat bagi akhirat. Kita tidak boleh hanya senang dengan memiliki sesuatu, tetapi yang harus lebih kita senangi adalah keberkahan atas segala sesuatu itu. Kita tidak usah bangga dengan apa pun yang kita miliki, kalau ternyata itu tidak berkah. Jadi, bukan takut tidak memiliki sesuatu tetapi harus lebih takut sesuatu yang sudah dimiliki tidak membawa berkah. Maka, kita harus sangat takut dengan hidup yang tidak berkah, yaitu yang tidak bermanfaat bagi dunia juga tidak bermanfaat bagi akhirat. Mulailah berhati-hati dengan uang. Usahakan supaya uang kita menjadi berkah. Seperti halnya gelas. Gelas hanya bisa enak digunakan untuk minum kalau terlebih dahulu gelas itu kita bersihkan. Jangan sekali - kali mencoba-coba untuk tidak jujur. Untuk apa? Jujur atau tidak jujur tetap Allah yang memberi. Rezeki penjahat datang dari Allah, rezeki orang jujur juga datang dari Allah. Bedanya, rezeki yang diberikan kepada penjahat jadi haram, tidak berkah, sedangkan yang diberikan kepada orang yang sungguh-sungguh jujur adalah rezeki yang berkah. 8
Kalau kita ingin rezeki yang berkah, harus berjuang sekuat-kuatnya agar jangan sampai terlintas dalam hati secuil apa pun untuk berbuat tidak jujur dan licik, sebab akan menghilangkan keberkahannya. Sesudah kita berbuat jujur, hati-hati pula jangan sampai ada hak-hak orang lain yang terampas atau belum tertunaikan, apalagi hak umat. Na’udzubillahi min dzalik.
Pembaca yang dirahmati Allah, konsep yang tertuang dalam buku yang ditulis oleh sahabat kita Safak Muhammad ini sungguh menarik untuk kita renungkan. Keberkahan Finansial , demikian sahabat kita ini memberi judul atas bukunya. Dalam hemat saya, ide penulis tentang bagaimana kita merevolusi mental dan keyakinan dalam memaknai keberkahan finansial sungguh menarik untuk dicermati. Di dalam uraiannya penulis menjelaskan dengan lugas tentang lima langkah untuk mencapai keberkahan finansial. Ini menarik untuk dicermati, karena untuk mencapai suatu keberkahan dalam bidang apa pun tentu tidak cukup hanya dengan slogan kejujuran, melainkan harus ada langkah-langkah konkret yang dilakukan. Dalam buku ini penulis tampaknya ingin mengajak kita untuk membangun fondasi kekuatan finansial dengan keutamaan sikap sebagai buah dari hati yang dikelola secara baik sehingga akan jauh dari kehinaan. Oleh karena itu, saya menyambut baik upaya Penerbit SolusiQalbu dalam menerbitkan buku Keberkahan Finansial yang ditulis oleh Safak Muhammad . Semoga buku ini dapat membuka cakrawala baru dalam memaknai keberkahan melalui pengelolaan keuangan yang tepat menurut kegunaan dan benar secara syariat. Akhirnya, semoga Allah memberikan karunia hikmah kepada kita agar kita mulai peka terhadap nikmat-nikmat yang tidak tampak secara fisik dan tidak kita genggam. Dan mudah-mudahan dengan kepekaan ini kita bisa meraba samudra nikmat yang tiada bertepi, yang membuat kita termasuk ahli syukur yang lebih layak dijamin oleh Allah. Percayalah Allah Maha Tahu kebutuhan kita daripada diri kita sendiri. Allah Mahakaya dan tidak mungkin lalai kepada hamba-hamba yang dia ciptakan yang mau gigih ikhtiar di jalan yang Allah sukai. Wallahu a' lam *** Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Bandung, Desember 2005 KH. ABDULLAH GYMNASTI AR
9
Dar i Penuli s Alhamdulillah, segala puji hanya milik-Mu ya Allah, Tuhan sekalian alam yang selalu memberikan kekuatan lahir dan batin. Kepada – Mu saya selalu berdo’a agar dapat ‘berguru’ langsung dan diberikan ilmu bermanfaat dunia – akhirat. Kepada – Mu pula saya berdo’a agar terhindar dari laknat sebagaimana firman-Mu, “kabura maqtan ‘indallah, antaquulu maala taf’ aluun” . Pembaca yang budiman, sebelum menulis buku ini, dalam pikiran saya selalu berkecamuk pertanyaan, “Mengapa bangsa dengan kekayaan alam berlimpah dan penduduknya mayoritas muslim ini banyak yang miskin?”. Sementara pada saat yang sama saya juga mendapatkan kenyataan banyak saudara - saudara kita yang memiliki kekayaan berlimpah namun selalu merasa kekurangan bahkan tak peduli dengan saudaranya yang miskin. Mereka justru menumpuk - numpuk harta kekayaan tak peduli halal atau haram. Mereka mengira harta berlimpah bisa menjamin rasa aman dan kebahagiaan. Tapi nyatanya, banyak orang kaya menderita, kurang bahagia, dan banyak masalah!. Mengapa bisa terjadi? Saya yakin karena tidak ada keberkahan! Buku ini mencoba mendiskusikan bagaimana membuat harta kita menjadi berkah, berdaya guna di dunia maupun di akhirat. Tidak peduli berapa pun uang kita, bila ada keberkahan di dalamnya Insya Allah hidup ini selalu terasa berkecukupan dan terasa indah. Penuh syukur kepada-Nya. Buku yang saya beri judul Keberkahan Finansial ini membahas bagaimana merevolusi mental dan keyakinan untuk meraih sukses finansial. Bagaimana memanfaatkan rahasia uang untuk meningkatkan kekayaan, bagaimana melipatgandakan kekayaan dengan kecerdasan spiritual, memanfaatkan uang untuk ‘membeli’ surga, bagaimana membuat kekayaan beranak pinak secara cepat dan aman dunia – akhirat. Saya sengaja membagi buku ini menjadi 4 bagian, yang saya sebut 4 rukun . Rukun berarti syarat yang harus dilakukan untuk syahnya suatu ibadah. Demikian juga dalam buku ini, ada 4 rukun yang harus kita lakukan bila kita ingin mencapai Keberkahan Finansial . Apa yang saya sampaikan merupakan rangkuman dari berbagai pengalaman orang – orang yang sukses secara finansial. Juga dikaitkan dengan petunjuk Allah melalui Qur’an dan hadits terutama bagaimana membuat kekayaan beranak pinak dengan cara mensejahterakan orang lain lebih dulu. Inilah yang saya maksudkan sebagai kecerdasan spiritual yaitu bagaimana membuat hidup ini lebih bermakna. Sayangnya, kesalahan selama ini karena kita melupakan petunjuk itu. Hal ini karena persepsi dan keyakinan yang salah, bahwa mencari uang adalah urusan dunia belaka dan urusan pribadi!. Saya berusaha menguraikan bahasa Ilahi itu dengan bahasa dan logika sederhana, sehingga tidak terkesan dogmatis. Meski demikian, saya menyadari bahwa saya menulis buku ini dengan modal nekad alias Bonek (Bondo nekat), karena ilmu dan pengalaman yang terbatas. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian. Atas terbitnya buku ketiga ini, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya terutama kepada : Kedua orang tua saya, H.M Sadi dan Hj. Suwarti beserta mertua saya KH. A. Muchit Murtadlo dan Hj. Siti Cholifah, atas do’anya yang sangat tulus demi kebaikan hidup saya. Murobbi KH. Ahmad Shiddiq (Alm.) – mantan Ro’is Aam PBNU & anggota DPA RI yang selalu menjadi inspirasi bagi saya untuk bersikap bijaksana. •
•
10
Mursyid Syech KH. Rachmat Hidayat, yang membimbing saya untuk menemukan ‘jati diri’ saya yang sebenarnya. Pemikiran beliau juga ikut memberikan ‘warna’ buku ini. KH. Abdullah Gymnastiar, Bambang Trims (Direktur MQS Publishing), KH. Ma’ruf Amin, H. Rahmat Hidayat, Safir Senduk, Ida Kuraeny, Aidil Akbar Madjid, DR. Ir. H. Wahyu Saidi, MSc, Irwan Kelana, Mohammad Sobar dan Yusuf Daud, atas testimoni, kritik dan sarannya. Guru – guru dan mentor saya yang tidak saya sebutkan satu per satu. Dengan tidak mengurangi hormat saya, semoga amal baiknya mendapatkan ganjaran yang baik di sisi Allah. Rekan – rekan di penerbit SolusiSukses dan pihak terkait lainnya. Akhirnya, semoga buku ini dapat memberikan manfaat yang sebesar – besarnya kepada kita semua. Amiiinn…. Jakarta, April 2006 Salam sukses dunia akhirat, Safak Muhammad •
•
•
•
11
Ruk un 1 Revolusi Ment al dan Keyaki nan
Kaya Berawal dari Pikiran Kaya adalah Pilihan Memaknai Keberkahan Finansial Membuang Keyakinan Salah •
•
•
•
12
Kaya Beraw al Dari Pikir an Kaya bukan hanya tentang berapa banyaknya uang yang kita miliki, tetapi kaya lebih menyangkut pola berpikir dan berperilaku. Sebab bila kaya hanya menyangkut banyaknya uang, kita masih menyaksikan banyak orang memiliki kekayaan berlimpah tetapi tetap saja merasa kekurangan (miskin). Bila kaya juga identik dengan uang saja, nyatanya kita juga masih menyaksikan banyak orang memiliki kekayaan tapi tidak merasakan kemakmuran dan kebahagiaan dalam hidupnya. Disinilah pentingnya seseorang untuk mampu menata hati dan pikirannya agar dapat bermental kaya sebelum benar - benar kaya dan berkelimpahan dalam materi. Dengan memiliki mental kaya, orang akan memiliki persepsi yang mendekati kesempurnaan terhadap harta - kekayaan. Pemahaman itu menyangkut hakikat kekayaan sebagai berikut : Pertama, besar kecil kekayaan tidak menjadi masalah, karena kekayaan hanyalah pelengkap dan sarana hidup di dunia. Ketika mendapatkan rejeki sedikit, kita tetap bisa bersyukur dengan tidak mengurangi kerja optimal. Begitu pula ketika diberikan kekayaan berlimpah, membuat mabuk ‘ kepayang’ dan lupa bersyukur. Bagi yang bermental kaya, besar maupun kecil harta yang dimiliki tetap saja cukup!. Sebab tidak sedikit lho, orang berpenghasilan besar dan memiliki kekayaan berlimpah tetapi hatinya masih merasa kekurangan (miskin). Sikap ini muncul karena menganggap harta dan kekayaan bisa dijadikan jaminan kehidupan dan kebahagiaan. Untuk itulah orang yang mentalnya miskin menumpuk-numpuk kekayaan dengan cara apa pun. Berbeda dengan orang yang bermental kaya, mereka tidak menganggap besar - kecilnya kekayaan sebagai jaminan kehidupan dan kebahagiaan. Sebab kecukupan itu adanya dalam pikiran, demikian juga kebahagiaan. Bila mereka mendapatkan rejeki sedikit mereka tetap merasa cukup, karena akan menggunakan dengan sebaik -baiknya. Kedua, tidak melekatkan cinta harta - kekayaan ke dalam hati secara berlebihan. Seseorang yang bermental kaya tidak pernah menjadikan harta kekayaan sebagai tujuan akhir. Niat memiliki harta hanya sebagai ‘kendaraan’ dan ‘alat’ kehidupan. Sebagai alat, tentu akan digunakan sebaik - baiknya. Sekarang bayangkan peralatan mobil kita. Pernahkah kita merasa alat itu harus disimpan saja dan tidak boleh digunakan ketika mobil rusak? Tentu saja tidak. Kita gunakan alat tersebut secara maksimal, untuk apa saja. Kita tidak sayang menggunakannya. Kita tidak takut alat akan kotor, patah bahkan rusak sama sekali, karena tujuan kita bukan memiliki alat itu untuk disimpan tetapi untuk diambil manfaatnya. Begitu pula dengan harta yang kita miliki, seharusnya tidak dicintai secara berlebihan sehingga kita sibuk ‘merawat’ dan menumpuk-numpuknya. Kita tidak boleh sayang ketika harta dibutuhkan untuk ‘merawat’ kehidupan ini, seperti bersedekah dan ibadah. Berlawanan dengan mental kaya adalah mental miskin. Seseorang yang bermental miskin selalu mengeluh, menyalahkan keadaan dan merasa kalah sebelum bertanding. Biasanya mereka mangatakan : ”Saya tidak akan pernah kaya!”. “Saya tidak bisa sukses, karena pendidikan saya rendah”. Tetapi bila sudah sarjana mereka akan mengatakan :
13
“Bagaimana saya dapat bersaing dengan alumni universitas ternama seperti UI, IPB, UGM bahkan alumni luar negeri?. Saya sendiri hanya sarjana dari universitas tidak terkenal” “Saya tidak punya modal” “Penghasilan saya selalu tidak cukup, karena kebutuhan selalu meningkat”, dan lain sebagainya. Mental miskin menyebabkan seseorang tidak mau berbuat banyak. Mengeluh, mengeluh dan mengeluh saja!. Orang bermental miskin merasa cepat lelah dan putus asa menghadapi kehidupan ini. Hal ini disebabkan karena apa pun yang tidak sesuai dengan keinginan, membuat dirinya kecewa. Dalam keyakinannya, apa yang akan dilakukan tidak akan memberikan hasil sesuai keinginan. “Kerja keras hanya sia-sia!”, begitu kira -kira yang selalu ada dalam pikirannya. Sikap pesimis mendominasi pikiran. Mereka berpikir bahwa sukses atau kaya adalah sebuah keberuntungan. Mereka lupa bahwa kekayaan dan kesuksesan dapat diraih oleh siapapun dari latar belakang apa apa pun. Tidak benar jika cara untuk meraih ‘pohon uang’ itu sangat rahasia dan tidak dapat dipelajari semua orang. Tidak benar jika ‘pohon uang’ itu hanya untuk orang orang pilihan. Sama halnya dengan kebahagiaan, uang juga timbul dari dalam diri sendiri. Uang hanyalah perwujudan lahiriah dari fokus batiniah dan pemikiran pemikiran yang diarahkan kepada target spesifik, sehingga kaya itu sebenarnya bermula dari pikiran. Oleh karena itu kita harus mulai kaya dalam pikiran sebelum benar - benar kaya dalam materi. Sikap dan keyakinan ini harus ditanamkan sejak dini. Bila keyakinan ini sudah tertanam, seluruh langkah akan diarahkan menuju pencapaian dari keyakinan tersebut. Keyakinan itu adanya dalam hati, seperti bahasa komputer ( soft ware ). Dalam bahasa komputer polanya selalu : IF (JIKA) .... THAT (MAKA) ...... Bila begini...... maka ..... Keyakinan juga demikian, mengikuti pola (rumus) yang kita buat sendiri. Bila polanya salah, hasilnya juga salah. Bila kita yakin gagal..... maka kita malas berbuat dan kita akan benar-benar gagal!. Bila kita yakin akan miskin, maka kita akan malas berpikir dan bekerja dan kita akan benar – benar miskin. Keyakinan bawah sadar kita mengatakan bahwa bekerja sekuat dan secerdas apapun toh hasilnya tetap miskin. Kita merasa semua adalah takdir dan kita akan berhenti bekerja!. Kita juga tidak berpikir panjang terhadap uang kita. Punya uang berapapun, habis untuk urusan perut dan kesenangan semu lainnya. Maka yang terjadi, akan miskin beneran! Begitu seterusnya. Pola itu berlanjut terus pada orang-orang bermental miskin. Kehidupan ini bermula dari pikiran dan keyakinan kita sendiri. Melalui pikiran, impian seseorang akan benar - benar menjadi kenyataan, sebagaimana hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Muslim : “Aku (Allah) sesuai prasangka hamba-Ku pada-Ku dan Aku (Allah) bersamanya apabila ia memohon kepada-Ku”. Hadits ini bisa diterjemahkan, “kita adalah apa yang kita pikirkan”.
14
Berpikir salah Berpikir benar
Pekerjaan salah Pekerjaan benar
Hasil jelek Hasil baik
Nah, untuk mengubah pikiran dan keyakinan jelek, kita harus fokus pada katakata positif. Kita harus memilih kata - kata dan susunan kata-kata yang benar. Ini artinya kita harus mengubah kalimatnya. Misalnya : •
•
•
•
Ketika kita sedang bingung. Sebaiknya tidak mengatakan bingung, tetapi katakanlah, “Saya masih butuh informasi tentang hal itu”. Dengan mengatakan seperti itu, otak akan berpikir bagaimana mencari informasi tambahan, bukan mengeluh karena bingung. Ketika bisnis bangkrut sebaiknya mengatakan, ”Bisnis saya sedang butuh perhatian dan kerja keras”. Ini artinya, kita akan berusaha mencari solusi untuk mengatasi masalah kebangkrutan, bukan menyesali kondisi yang ada karena semakiin terpuruk. Gaji tidak naik, sebaiknya tidak mengatakan, “Bila gaji tidak naik, saya tidak perlu kerja keras lagi”. Kalimat seperti itu akan menjadikan kita semakin terpuruk karena semangat kerja menurun. Bandingkan bila diubah, “Kalau gaji tidak naik, saya harus bekerja lebih baik lagi, lebih berprestasi dan mudah -mudahan perusahaan meningkat dan gaji naik. Kalau tidak naik juga, perusahaan lain akan menawarkan kerja dengan fasilitas & gaji lebih menarik”. Uang kita sedikit, sebaiknya mengatakan, ”Uang saya perlu ditingkatkan, bagaimana caranya?” Dengan mengatakan seperti itu, otak akan berpikir mencari alternatif sumber penghasilan lainnya. Bandingkan bila kita mengatakan, “Uang saya hanya sedikit, walau saya sudah bekerja keras”. Mental jadi drop (turun) dan kita akan berhenti berpikir. Padahal dengan merasa sudah bekerja keras, apakah memang benar kita sudah bekerja keras? Bisa jadi itu hanya penilaian subyektif. Kita bekerja hanya 6 jam sehari dengan bersantai ria, tetapi kita sudah merasa bekerja keras.
Masih banyak kata-kata positif untuk menggantikan kondisi yang negatif. Dengan kata-kata positif, motivasi akan meningkat dan menambah keyakinan untuk sukses. Mental kaya biasanya memiliki ciri sebagai berikut: 1. Optimis. Hidup ini berputar seperti roda. Kadang putarannya sangat cepat, lambat atau sedang - sedang saja. Ketika roda sedang diatas yang berarti kehidupan dalam keberuntungan, kita berharap posisi itu dapat dipertahankan. Tapi sebaliknya, bila posisi sedang dibawah roda kehidupan, maka kita berusaha agar dapat naik. Masalahnya, usaha untuk tetap beruntung atau usaha untuk bisa keluar dari penderitaan adalah sesuatu yang tidak pasti hasilnya. Inilah pentingnya sikap selalu optimis. Sikap yang selalu berharap kebaikan dan keberhasilan berpihak pada diri kita dan menerima hasil apa pun yang terjadi. 2. Selalu bersyukur. Seseorang yang memiliki mental kaya akan selalu bersyukur, apapun nikmat yang diterima. Bekerja dengan hasil kecil, kita tetap bisa bersyukur, apalagi bila hasilnya memuaskan. Orang seperti itu selalu ingat firman Allah, “Apabila engkau mensyukuri nikmat-Ku maka Aku akan menambahnya, dan apabila engkau mengingkari nikmat-Ku, sesungguhnya siksa-Ku amat pedih …….”
15
3. Tawakkal (berserah diri secara total). Orang yang bermental kaya selau sabar menerima hasil yang tidak diinginkan. Dia juga pasrah dan berserah diri kepada Allah, setelah berusaha dan bekerja maksimal. Dia percaya bahwa Allah selalu mencukupi kebutuhannya. Sebagaimana dalam firman-Nya : “…… dan memberinya rejeki dari arah yang tidak disangka - sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakkal (menyerahkan diri kepada Allah) niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya)…..”. QS At-Thalaaq (65) : 3. 4. Selalu berdo’a, menjadikan Allah sebagai satu-satunya sandaran hidup.
16
Kaya adalah Pili han “Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasan - perhiasannya, (niscaya) Kami penuhi kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka di dunia dan mereka di dunia tidak dirugikan. QS. Huud, (11) : 15 Sangat jelas sekali firman tersebut bahwa Allah akan menjamin rejeki ummat-Nya asalkan mau berusaha. Allah memberikan pilihan apakah kita menghendaki kehidupan dunia (kaya) ataukah tidak, semua terserah kita. Jadi, hidup adalah pilihan. Siapa pun yang hidup di dunia ini harus memilih dan siap menerima segala konsekuensinya. Memang ada hal - hal tertentu dimana kita tidak bisa memilih seperti bentuk phisik, asal – usul keturunan (etnis) serta lainnya. Dalam bahasa Islam ada dua jenis takdir yang diberikan kepada manusia yaitu takdir yang sudah terjadi dan sudah menjadi ketetapan Allah atau disebut Qadar dan takdir yang belum terjadi dan masih bisa berubah atau disebut Qadha . Artinya, manusia yang lebih banyak menentukan (memilih) apakah ia akan menjadi orang sukses, gagal, miskin, kaya, baik atau buruk. Masalahnya justru disini, karena pilihan manusia itu yang tidak pasti (bisa salah - bisa benar), sementara takdirnya sudah pasti. Bila seseorang memilih bodoh, mereka memilih tidak belajar. Memilih miskin, dengan cara malas bekerja dan berusaha. Memilih gagal dalam hidup, jalannya bermalas - malasan dan sebagainya. Itulah sebabnya hidup kita sekarang ini sebenarnya merupakan hasil dari serangkaian pilihan-pilihan yang telah kita lakukan di masa lalu. Allah dengan jelas mengatakan bahwa Dia tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya. Ini suatu indikasi yang sangat - sangat jelas yang diberikan Allah kepada umat – Nya.
Qadha 1 Pilihan, Usaha 1
Qadha 2 Proses 1
Pilihan, Usaha 2
Qadha 3 Proses 2
Pilihan, Usaha 3 dst …
Qadar
HASIL AKHIR
Kita hanya bisa memilih, melakukan usaha serta mengikuti proses sunnatullah . Kita tidak tahu berapa jumlah proses dan jumlah usaha yang harus kita lakukan. Ketika kita tidak melakukan sama sekali usaha, maka kita langsung mendapatkan Qadar (hasil akhir). Demikian juga ketika kita hanya melakukan usaha dan proses 2 kali padahal seharusnya 4 kali, maka pada saat itu kita juga langsung mendapatkan Qadar. Seandainya kita melakukannya 4 kali usaha, mungkin hasilnya akan berbeda. “Kamu pasti menjalani (keadaan) tingkat demi tingkat” QS. Al – Insyiqaaq (84) : 19
17
Meski Allah secara jelas dan tegas telah memberikan keleluasaan kepada manusia untuk menentukan arah kehidupannya, namun anehnya masih banyak orang yang tidak memahami hal ini. Akibatnya masih banyak orang tidak memilih kaya karena beranggapan kaya atau miskin merupakan takdir dan harus diterima begitu saja. Persepsi ini berakibat ‘fatal’ karena (biasanya) orang tersebut tidak melakukan usaha usaha yang signifikan. Mereka bersikap pasif, menerima begitu saja ‘takdir’ tanpa berusaha. Dalam bahasa Prof. Amartya Sen, penerima Nobel 1998 bidang ekonomi, “Orang menjadi miskin karena mereka tidak bisa melakukan sesuatu, bukan karena mereka tidak memiliki sesuatu”. Secara eksplisit (tersirat) maupun secara implisit (tidak tersirat) baik dalam Al Qur’an maupun Hadits banyak berisikan anjuran dan petunjuk untuk hidup berkecukupan. Simak Hadits Nabi yang menganjurkan seorang muslim untuk berbuat sebaik-baiknya untuk dunianya seakan-akan hidup selamanya dan pada saat yang bersamaan dianjurkan untuk beribadah sebaik-baiknya seolah-olah akan mati besok. Dalam ibadah shalat yang berjumlah 17 raka’at dalam sehari disana juga berisi do’a – do’a agar diberikan rejeki, seperti pada do’a iftirasy (duduk diantara dua sujud) yang berbunyi : “Robbighfirlii (ampuni kami) , warhamnii (sayangilah aku) , wajburnii ( tunjukkanlah kekurangan kami ), warfa’nii (berilah derajad yang baik) , Warzuqnii (berilah rejeki), wahdinii (berilah petunjuk) , wa’afinii (berilah kesehatan) , wa’fu’annii (ampunilah aku)”. Dalam shalat dhuha juga dianjurkan berdo’a, “ Ya Allah, bila rejekiku masih di langit , tur unkanlah - bila masih di bum i, keluarkanlah - bila masih jauh dekatkanlah - bila haram, sucikanlah dan bila sulit mudahkanlah!”. Bahkan ketika Rasulullah hijrah dan tiba di Madinah, beliau
mendirikan pasar sesaat setelah membangun masjid Nabawi. Dari sini kita bisa menafsirkan bahwa begitu pentingnya masalah ekonomi umat, termasuk pentingnya hidup berkecukupan bahkan kaya. Meski demikian, masih banyak umat Islam yang ‘keliru’ mempersepsikan kekayaan, sehingga banyak yang menjauhi kekayaan dan kegiatan bisnis. Dengan alasan sufi , para ustadz dan kiai ada yang berusaha menjauhi kekayaan dunia, padahal pengertian sufi (zuhud ) tidak demikian adanya. Harta kekayaan bagi sufi sejati sebenarnya hanyalah sebagai pelengkap dunia, tetapi tidak dilekatkan dalam hatinya sampai menjadi hubbuddun – yaa (cinta dunia berlebihan). Beberapa faktor yang menyebabkan orang ‘tidak mau’ memiliki kekayaan diantaranya karena alasan bahwa kekayaan tidak dibawa mati, tidak dapat membeli kebahagiaan, tidak dapat membeli cinta, dapat menjauhkan diri dari Allah, menimbulkan keserakahan, sudah takdir miskin dan sebagainya. Kekayaan memang tidak dibawah mati. Tetapi bukankah kekayaan bisa dinikmati di alam kubur sampai akhirat karena kita telah membelanjakannya ke jalan Allah? Berapa harta yang kita amalkan atau belanjakan di jalan Allah, itulah harta kita sesungguhnya karena harta sesungguhnya bukan dari jumlah yang kita makan atau simpan didunia. Bila demikian, orang kaya memiliki peluang yang lebih besar untuk membelanjakan sebanyak - banyaknya hartanya di jalan Allah dibandingkan orang miskin. Dalam sebuah hadits disebutkan salah satu golongan umat Islam yang diutamakan masuk surga adalah orang kaya yang dermawan. Dalam hadits yang lain juga dijelaskan bahwa hanya ada tiga amalan yang berguna dan terus mengalir pahalanya bagi orang yang sudah meninggal dunia yaitu anak yang shalih – shalihah, sedekah jariyah dan ilmu yang bermanfaat. Meski Islam menganjurkan kita meraih kekayaan, namun niat untuk hidup kaya harus didasarkan pada prinsip - prinsip yang benar. Diantara prinsip – prinsip itu adalah bahwa harta kekayaan hanyalah sasaran antara untuk menuju kehidupan lebih kekal di 18
akhirat. Kaya bukanlah tujuan, tetapi kaya hanyalah sarana. Konsep ini tidak terlepas dari prinsip bahwa kekayaan adalah amanah. Amanah berarti titipan yang sewaktuwaktu diberikan kembali kepada-Nya. Niat hidup kaya juga harus didasarkan pada prinsip bahwa sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi sesamanya. Dengan harta yang kita miliki, kita akan lebih bermanfaat karena tangan bisa selalu diatas dengan memberikan sedekah. “Tangan diatas itu lebih baik dari tangan dibawah” (HR.Bukhari). Islam memberikan warning (peringatan) agar umatnya tidak hidup miskin (fakir), karena kefakiran mendekatkan pada kekufuran!. Meskipun demikian Islam juga memberikan peringatan agar kita tidak hidup dalam kemewahan. Peringatan ini bisa dilihat dalam surat At-Takaatsur. “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Dan janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka jahanam. Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin . Kemudian kamu pasti akan ditanyai tentang kenikmatan (yang kamu megah megahkan di dunia itu)”. Q.S At – Takaatsur (102) : 1 – 8 Bahkan karena kesempurnaan Islam, Allah melarang beramal dengan cara yang berlebih – lebihan. Mari perhatikan ayat berikut. “Dan orang - orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah - tengah antara yang demikian” Q.S Al - Furqaan (25) : 67 Inilah yang sangat membedakan antara hidup kaya dengan hidup dalam kemewahan. Orang kaya belum tentu hidup mewah, demikian juga orang miskin belum tentu hidup dengan kemiskinannya. Bisa saja orang miskin hidup dalam kemewahan karena selalu membelanjakan uangnya diatas kemampuan, gali lubang tutup lubang. Hutang sana-hutang sini!. Kita bisa memilih akan dibawah kemana hidup ini. Kita memang boleh menyukai apa yang akan dikerjakan, tetapi harus ingat bahwa memilih sesuatu, menyukai sesuatu, semuanya harus dengan wajar. Janganlah kita memiliki sikap berlebihan, karena Allah berfirman : “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” Q.S Al – Baqarah (2) : 216 Ini adalah indikasi bahwa sekuat apapun keinginan untuk menjadi dan memiliki sesuatu, akhirnya Allah juga yang menentukan. Allah yang mengetahui apakah itu baik atau tidak buat kita. Oleh karena itu apapun putusan-Nya harus diterima, pasrah dan tawakkal (berserah diri). 19
Bila ada orang yang mengatakan tidak ingin meraih kekayaan namun mereka menghabiskan waktu, pikiran dan tenaganya untuk mencari uang – demi ‘sesuap nasi’ – sebenarnya mereka itu orang ‘bodoh’. Mereka adalah orang - orang yang menjalani kehidupan dengan tidak ‘cerdas’. Mereka hanya BEKERJA, BEKERJA dan BEKERJA berdasarkan rutinitas dan lebih mengandalkan kenyamanan sesaat ( status quo ). Sebab bila berpikir secara cerdas, seharusnya mereka akan selalu berusaha meningkatkan kualitas hidupnya dengan cara - cara baru. Mereka akan berusaha memotong rantai kemiskinan yang melilit dirinya. Bila hal itu dilakukan dan berhasil, maka seseorang tidak lagi diperbudak oleh kebutuhan - kebutuhan sesaat – seperti urusan perut dan sejenisnya. Tidak lagi harus mengorbankan seluruh waktu dalam hidup ini hanya untuk mencari uang, kemudian habis begitu saja. Karena hidup ini hanya sekali dan waktu terbatas, alangkah indahnya bila waktu ini diberdayakan lebih baik lagi untuk bisa berkecukupan tapi tetap dekat Sang Khaliq, sang Pencipta Alam Semesta ini. Oleh karena itu, mengapa kita tidak memposisikan diri agar bisa bebas secara finansial dan bebas menggunakan waktu? Kenapa tidak berusaha sedemikian rupa sehingga kita mempunyai lebih banyak waktu - untuk kegiatan lain yang lebih bervariasi dan bermanfaat – sementara tingkat kehidupan tetap berjalan normal? Inilah yang biasanya dilakukan oleh orang cerdas. Umat Islam harus cerdas dan janganlah kecerdasan itu hanya dimiliki oleh umat lain yang saat ini secara ekonomi kesejahteraannya lebih baik. Memilih hidup kaya agar bebas secara finansial bukan berarti mengorbankan segalanya. Justru dengan memilih hidup kaya, kita akan bekerja secara efektif, efisien dan lebih cerdas lagi. Kegagalan dalam hidup atau kegagalan dalam mendapatkan uang, akan selalu dievaluasi untuk mendapatkan cara - cara yang lebih baik. Untuk itu kita harus menjadi manusia yang senantiasa mau belajar secara terus menerus dalam hidup. Tidak cepat puas dan tidak cepat menyerah. Semuanya adalah sebuah proses kehidupan yang senantiasa berubah dan harus disikapi dengan sikap yang berbeda pula. Sikap yang berbeda inilah mengharuskan ilmu yang selalu baru agar tidak ketinggalan dengan perubahan kehidupan ini. Berkenaan dengan hal tersebut, umat Islam jangan ragu lagi memilih hidup kaya, hidup berkelimpahan!. Karena inilah salah satu cara umat Islam menjadi besar dan tidak mudah dipermainkan oleh orang - orang yang ingin menghancurkan Islam melalui penguasaan ekonomi. Dengan cara ini pula kita bisa membantu saudara - saudara yang tidak mampu. Kita juga bisa membangun dan menggerakkan perjuangan Islam melalui kemandirian ekonomi umat. Sebab bagaimana mungkin kita berjuang demi Islam bilamana masih disibukkan dengan urusan perut? Justru saya khawatir apa yang kita lakukan ‘demi’ Islam itu tidak lagi murni untuk Islam. Sebab bisa jadi kita mencari makan dengan ‘menjual’ atau mengatasnamakan demi Islam! Astaghfirullah, nauudzu min dzalik!
20
Memak nai Keberk ahan Fin ansial Akhir-akhir ini kata kebebasan finansial ( financial freedom ) menjadi perbincangan banyak orang. Istilah kebebasan finansial dipopulerkan oleh Robert T. Kiyosaki dalam beberapa bukunya seperti Rich Dad Poor Dad dan The Cashflow Quadrant . Dalam bukunya Kiyosaki menjelaskan kebebasan finansial adalah ketika seseorang berada pada jalur bisnis, dimana orang - orang bekerja untuknya dan dalam jalur kuadran investor dimana uang bekerja untuknya, sehingga orang tersebut telah bebas untuk bekerja atau tidak bekerja secara phisik . Apakah kebebasan finansial tersebut identik dengan kaya? Masih menurut Kiyosaki, kaya lebih menekankan pada seberapa lama orang bisa bertahan hidup dengan tetap mempertahankan tingkat kehidupannya tanpa harus bekerja secara phisik atau tanpa siapapun dalam keluarganya bekerja secara phisik. Sedangkan dalam buku Wealth Magic tulisan Peter Spann, kebebasan finansial adalah apabila penghasilan yang diterima seseorang dari investasi melampaui jumlah yang dikeluarkan setiap tahunnya. Sedangkan kaya apabila seseorang memiliki banyak uang (tapi berapa jumlah minimalnya, tidak jelas!). Dengan kondisi demikian, menurut Spann orang tersebut dapat dikatakan kaya dan untuk mencapai hal tersebut seseorang harus bisa hidup dari tujuh puluh persen penghasilannya dan sisanya tiga puluh persen digunakan untuk mengumpulkan aset - aset yang akan menambah nilai. Bila kita cermati, baik Kiyosaki maupun Peter Spann tidak mengaitkan pengertian kaya dan kebebasan finansial dalam jumlah tertentu, karena jumlah kekayaan itu sangat relatif. Tetapi mereka lebih menekankan kebebasan finansial semata - mata untuk kehidupan dunia, dengan segala kebutuhan materinya. Tidak terlihat dimensi ukhrowi (masa depan setelah mati) atau sentuhan spiritual. Kebebasan finansial memang tidak identik dengan penghasilan berlimpah karena itu bukanlah jaminan. Kunci utamanya adalah untuk apa uang dibelanjakan atau di investasikan. Buktinya banyak kisah tragis orang-orang berpenghasilan melimpah akhirnya jatuh miskin karena gagal mengelola uangnya. Salah satu kasus yang pernah dibicarakan di berbagai media cetak maupun elektronik adalah Mike Tyson. Pada bulan Juni 2004 lalu, melalui pengacaranya, Tyson mengisi formulir proteksi kebangkrutan di pengadilan New York. Sementara itu Don King yang selama ini menjadi promotornya dipecat dan dituntut ke pengadilan karena dianggap salah dalam mengelola (menyelewengkan) uangnya. Bila dilihat dari sisi penghasilan selama berkarir, Tyson hampir mengumpulkan 400 juta dolar AS, namun semua itu habis akibat gaya hidup foya-foya dan ulahnya seperti membeli rumah mewah, mobil, perhiasaan, maupun tunjangan perceraian. Ironisnya, Tyson kini harus menanggung hutang sebesar 43 juta dolar. Islam memiliki konsep yang sempurna terhadap harta (kekayaan), yaitu bagaimana cara memperolehnya dan membelanjakan. Bagaimana pula menempatkan hati terhadap kekayaan. Harta adalah titipan (amanah) Allah karena itu harus dipertanggungjawabkan di akhirat. Harta dikatakan sebagai titipan karena didalamnya terdapat hak orang lain seperti fakir miskin, anak yatim, kegiatan fisabilillah (berjuang di jalan Allah). Dalam mengelola harta seharusnya seperti kran air yang menyalurkan air kepada siapapun yang membutuhkan. Tidak pilih kasih, tidak pandang bulu!. Perhatikan kran air, siapa pun yang memutar kran, airnya akan keluar. Tugas kita juga seharusnya seperti tukang parkir yang menjaga mobil alias ‘kekayaan’ titipan. Sewaktu - waktu sang pemilik mobil pasti mengambilnya dan tukang parkir tidak merasa kehilangan. Ia rela
21
memberikan kepada pemiliknya, kapan pun juga!. Sikap ini muncul karena tidak ada kemelekatan harta dalam hatinya. Menurut Islam, orang disebut kaya bila bisa berbagi dengan berzakat, infak, sedekah serta kegiatan sosial lainnya. Harta atau kekayaan dunia bukanlah milik kita, tetapi seberapa besar ‘dibelanjakan’ itulah harta sebenarnya. Sikap ini harus kita tekankan karena kekayaan tidak dibawa mati. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa hanya ada tiga hal yang menjadi milik kita atas kekayaan yaitu : apa yang kita makan kemudian habis, apa yang kita pakai kemudian hancur dan apa yang kita sedekahkan (amal) kemudian kekal. Sisanya (diluar tiga hal itu) akan hilang atau diwariskan untuk anak, istri, atau bahkan orang lain. Bila Kiyosaki berbicara hanya tentang kebebasan finansial dari sisi kemiskinan – karena dia sendiri pernah jatuh miskin, Islam tidak hanya berbicara kebebasan dari kemiskinan tetapi juga kebebasan dari kekayaan. Kita harus terbebas dari ‘cengkraman’ alias penjara harta. Dengan kebebasan dari kekayaan atau bisa disetarakan zuhud (cinta dunia yang biasa -biasa saja, tidak berlebihan), maka seseorang bebas berbuat apa saja atas kekayaannya untuk beramal shaleh. Tidak pelit – bakhil , juga tidak takut kekurangan (miskin). Dengan konsep ini, seorang muslim seharusnya tidak lagi takut mencari dan memiliki kekayaan berlimpah. Tidak pula menonjolkan sisi negatif atas kekayaan, dengan alasan sufi. Tidak juga mengikuti Qorun atau Tsa’labah yang terperosok gara-gara harta. Konsep ini didasarkan pada azas manfaat yang sebesar -besarnya kepada orang lain. Semakin besar penghasilan dan kekayaan seseorang maka semakin besar pula orang ‘membelanjakan’ hartanya di jalan Allah. Seorang berpenghasilan Rp.5 juta rupiah per bulan, zakatnya hanya Rp.125 ribu tentu sangat berbeda dengan orang berpenghasilan Rp.100 juta per bulan dengan zakat Rp.2,5 juta karena manfaatnya lebih besar kepada masyarakat. Selain zakat, orang berpenghasilan besar juga berpeluang mengeluarkan infaq dan sedekah lebih besar. Berkenaan dengan ini saya teringat sahabat saya yang mengatakan,”Hidup ini terlalu indah, jadi mengapa harus disia-siakan? Inilah kesempatan berbuat dan bermanfaat kepada umat, baik dengan harta, tenaga maupun pikiran. Seorang muslim jangan menjadi beban bagi Saudaranya!” Kalau dalam bahasa Paul Hana, motivator bisnis dari Australia, “Cara terbaik untuk menolong orang miskin adalah dengan tidak menjadi salah satu dari mereka”. Hana benar, karena bagaimana mungkin orang miskin atau orang lemah bisa membantu orang lain. Mengurus dirinya sendiri saja tidak becus!. Dengan pemahaman seperti itu, maka harta kekayaan akan membawa keberkahan - suatu kondisi dimana sesuatu yang kita miliki (kekayaan) berapapun jumlahnya akan memberikan manfaat optimal dunia – akhirat dan memberikan perasaan berkecukupan. Keberkahan bisa juga berarti ziyaadul khair atau bertambahnya kebaikan. Dengan demikian, rejeki kecil cukup, apalagi rejeki besar tambah cukup lagi. Inilah yang membedakan dengan kebebasan finansial yang dianut oleh orang - orang barat diantaranya Kiyosaki dan Peter Spann. Karena mereka tidak berbicara apakah uangnya bermanfaat secara optimal atau tidak. Mereka hanya fokus pada kecukupan materi semata, untuk apa pun sesuai nafsu pemiliknya. Bagi orang yang sudah mencapai kebebasan finansial ala orang barat, uang Rp.100 juta bisa dihabiskan dalam tempo beberapa menit tanpa manfaat jelas atau tanpa sentuhan spiritual. Perhitungan mereka semata-mata hanya berdasarkan apakah pengeluaran tersebut masih lebih besar dari penghasilan atau tidak.
22
Selama ini banyak orang mengidentikkan keberkahan finansial dengan kecukupan dalam jumlah kecil. Itulah sebabnya sering ada pernyataan, “Biar kecil yang penting berkah”. Jarang yang mengatakan, “Biar besar asalkan berkah”. Paradigma ini harus diluruskan agar orang terdorong untuk menjadi kaya dan setelah kaya tidak terikat oleh kekayaannya karena suka beramal. Demikian juga orang - orang kaya di negeri ini akan mendapatkan keberkahan, karena tidak menumpuk - numpuk harta dengan cara menghalalkan segala cara. Kini saatnya orang tidak hanya mengharapkan keberkahan ketika rejekinya kecil, tetapi juga saat rejekinya berlimpah. Jadi kita tidak lagi berpikir minimalis dengan mengatakan, “ BI AR MI SKI N ASAL BERKAH” tetapi mengubah paradigma menjadi, ” BI AR KAYA ASAL BERKAH” . Dengan demikian, BI AR MI SKI N ASAL BAHAGI A TENTU TI DAK CUKUP BI LA BI SA KAYA DAN BAHAGI A!
Untuk mendapatkan gambaran lebih lanjut tentang keberkahan finansial, saya memberikan contoh berikut. Cerita ini saya kutip dari sebuah harian Tempo yang menceritakan seorang pegawai sebuah perusahaan penerbitan di Kudus – Jawa Tengah. Gaji pegawai itu relatif kecil sekali bila dibandingkan kebutuhan hidup setiap bulannya apalagi dia harus menghidupi dan menyekolahkan enam anaknya. Bahkan kalau dihitung secara matematis, gajinya tidak akan cukup untuk sebulan. Anehnya pegawai itu bisa menyekolahkan 6 anaknya sampai ke perguruan tinggi menjadi sarjana. Dari mana dia bisa sukses secara finansial seperti itu? Dia mengatakan bahwa penghasilannya memberikan berkah. Karena dia meyakini pekerjaan mencetak buku - buku untuk keperluan pesantren membawa berkah. Contoh sebaliknya, seseorang yang memiliki pendapatan tinggi dan kekayaannya sudah berlimpah tetapi hidupnya serba kekurangan. Berapapun penghasilannya selalu kurang bahkan hutangnya bertambah. Inilah yang disebut tidak berkah . Mike Tyson, sebagaimana cerita diatas mungkin salah satu contohnya. Faktor – faktor yang menyebabkan tidak adanya keberkahan dalam hidup ini, menurut Abu Al-Hamd Abdul Fadhil dalam buku 15 Sebab Dicabutnya Berkah adalah : a. Tidak adanya takwa dan rasa takut kepada Allah b. Tidak adanya ikhlas dalam beramal c. Tidak menyebut nama Allah ketika memulai pekerjaan, ketika berdzikir dan beribdah d. Memakan harta haram e. Tidak berbakti kepada kedua orang tua dan menelantarkan hak – hak anak f. Memutuskan tali kekeluargaan dan silaturrahmi g. Tidak bertawakkal kepada Allah dengan sebenar – benarnya h. Tidak senang dan tidak puas dengan apa yang telah ditentukan Allah i. Melakukan maksiat serta dosa, dan tidak mau bertaubat j. Mendidik dan membesarkan anak – anak tidak berdasarkan agama k. Membuat kerusakan dibumi l. Tidak mensyukuri nikmat Allah m. Percekcokan rumah tangga n. Mendoakan buruk diri sendiri dan anak- anak
23
Adapun untuk meraih keberkahan finansial, ada lima langkah atau tahapan yang harus dilalui yaitu:
Kecerdasan Finansial
Kemapanan Finansial
Kebebasan Finansial
Keberkahan Finansial
Belajar Rahasia Uang Gambar : Tahapan Keberkahan Finansial Tahap 1 : Belaj ar Rahasia Uang
Islam itu agama yang sangat peduli dengan pendidikan. Banyak ayat Al Qur’an maupun hadits Rasulullah SAW yang menganjurkan umatnya agar selalu belajar. Bahkan dalam firman pertama - Nya, Allah berfirman. ‘IQRA’ – Bacalah!. Membaca apa? Khan waktu itu Rasul tidak bisa membaca? Sebagian ahli tafsir kemudian memaknai perintah itu sebagai seruan untuk belajar dan membaca fenomena alam dan lingkungan sekeliling. Hadits yang juga memerintahkan belajar diantaranya, “Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri China”, “Menuntut ilmu itu wajib bagi muslim dan muslimah” serta “Tuntutlah ilmu mulai dari kandungan hingga liang kubur”. Apa maknanya semua ini? Ternyata Allah menghendaki agar manusia selalu belajar secara terus menerus. Apakah belajar hanya terbatas di sekolah sampai Perguruan Tinggi (PT)? Tentu saja tidak, karena ilmu yang sebenarnya banyak di dapat dari ‘sekolah besar kehidupan’ ini. Lalu apa yang harus dipelajari? Kita harus mempelajari semua aspek kehidupan ini, tidak terbatas pada ilmu agama saja. Ilmu kehidupan ini juga penting untuk dipelajari. Bagaimana bertahan hidup, bagaimana bisa mandiri, bagaimana hidup sejahtera sesuai aturan dan sebagainya. Karena urusan dunia ini begitu luas dan selalu berkembang maka Islam tidak mengatur detail dengan aturan yang kaku. Nabi menyerahkan urusan dunia ini kepada umatnya dengan bersabda, “Kamu lebih mengetahui urusan duniamu”. Jadi urusan bagaimana meraihnya dunia, bagaimana merekayasa untuk kesejahteraan adalah urusan manusia, selama tidak melanggar ketentuan-Nya. Itulah pentingnya belajar, terutama belajar tentang finansial karena di dunia ini tidak ada yang bebas dari uang. Semuanya UUD, ujung-ujungnya duit!. Jadi apa pun profesi seseorang, belajar dan mengetahui rahasia uang hukumnya wajib. Apalagi sistem pendidikan di negeri ini belum memberikan pendidikan finansial secara memadai. Bahkan saya berani mengatakan sebagian besar sarjana, master sampai doktor belum tentu memiliki kecerdasan finansial sebanding dengan pendidikannya. Tidak ada jaminan pula kalau mereka memiliki pemahaman finansial yang lebih baik dibanding orang yang hanya lulusan SD, SMP atau SMA. Karena pendidikan formal tidak mengajarkan ‘melek’ finansial, maka timbullah banyak persepsi - persepi keliru tentang finansial, diantaranya adalah : 1. Semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi penghasilan. Apa memang begitu adanya? Apakah orang berpendidikan tinggi (minimal sarjana), selalu memperoleh pekerjaan layak dan gaji tinggi sehingga hidupnya sejahtera?. Tentu tidak demikian adanya. Pendidikan tidak identik dengan pekerjaan layak karena toh nyatanya banyak pengangguran intelektual. Banyak sarjana yang penghasilannya jauh lebih 24
kecil dari lulusan SD - yang mampu belajar dari ‘sekolah kehidupan’ ini – dan sukses menjadi pengusaha. Akibat persepsi yang keliru, maka niat sekolah bagi sebagian besar orang hanya untuk mendapatkan pekerjaan. Sekolah dan ijasah dianggap sebagai barang investasi dan jaminan mendapatkan pekerjaan sehingga orang yang tidak berpendidikan tinggi berarti tidak memiliki investasi dan masa depannya suram. Semuanya jadi kebalik-balik! . (Baca pula buku Kaya Tanpa Bekerja / Republika, 2004, sub bab : Sekolah, Buah Simalakama?) 2. Penghasilan tinggi, kehidupan aman. Persepsi seperti ini perlu diluruskan. Sudah banyak kisah orang berpenghasilan tinggi, tetapi kehidupannya berakhir tragis karena salah mengelola uang. Salah satunya Mike Tyson yang sudah saya sebutkan diawal. Seseorang akan aman atau tidak finansialnya tidak hanya tergantung tinggi rendahnya penghasilan. Keputusan yang sangat menentukan adalah untuk apa penghasilan itu dibelanjakan. Apakah konsumtif saja atau untuk membeli aset yang menambah nilai dan memberikan passive income ?. Bila sebagian besar penghasilan yang diterima untuk membeli kebutuhan konsumtif, hasil akhirnya adalah ‘investasi’ di toilet. Sebaliknya bila untuk ditabung, investasi dan membeli barang produktif maka hasil akhirnya adalah kesejahteraan. 3. Uang adalah segalanya karena bisa menjamin keamanan hidup. Kenyataannya banyak orang memiliki uang banyak tetapi justru takut kehilangan uangnya. Merasa kekurangan terus, sehingga harus menumpuk-numpuk uang. Setelah uang terkumpul, tetap saja tidak membuat hidupnya aman. Yang terjadi sekarang takut miskin kembali!. Ini menunjukkan bahwa uang bukanlah garansi. Kemampuan mendapatkan uang, jauh lebih berharga daripada uang banyak tetapi tidak diimbangi keahlian mengelola dan mendapatkan uang. Buktinya, banyak anak orang kaya jatuh miskin kembali setelah ditinggalkan orang tuanya, meski dengan harta berlimpah. 4. Kekayaan identik dengan kemewahan. Sebenarnya kemewahan adalah satu hal dan kekayaan adalah hal lain. Dalam buku The Millionaire Next Door tulisan Thomas J Stanley dan William D. Danko disebutkan bahwa sebagian besar milyuner di Amerika hidupnya penuh dengan kesederhanaan bahkan tidak mencerminkan sebagai seorang milyuner. Dalam hidup ini, kalau seandainya kita diberikan umur sampai dengan 65 tahun, maka kita dapat membaginya menjadi 3 (tiga) fase yaitu : Umur 0 – 25 tahun : Masa Belajar secara formal (sekolah) Umur 26 – 40 tahun : Masa Produktif (bekerja) Umur 41 – 65 tahun : Masa menikmati Kalau seseorang ingin menikmati hidup lebih baik dengan waktu lebih, harus benar - benar memperhatikan fase kehidupan tersebut. Tentu kita tidak mau mengalami seperti kebanyakan orang yang menikmati kehidupan hanya pada saat - saat mendekati ajal (usia lanjut). Jangan pernah lagi memiliki persepsi yang keliru bahwa menikmati hidup adalah setelah pensiun. Memang kebanyakan orang menetapkan tujuan – tujuan keuangannya untuk dinikmati saat pensiun, umur 55 tahun. Kesalahan inilah yang kemudian menyebabkan seseorang untuk tidak banyak berpikir dan hanya bekerja santai. Paradigma itu harus diubah. Kalau bisa pensiun muda, mengapa harus pensiun tua? Lebih cepat pensiun (tidak terikat pekerjaan) tentu lebih baik. Langkah pertama agar kita mampu meraih hal itu adalah belajar tentang kecerdasan finansial. Semakin awal belajar tentang finansial, Insya Allah semakin besar kesempatan meraih keberkahan finansial. Dalam bab - bab selanjutnya kita akan 25
berdiskusi tentang rahasia uang, bagaimana merencanakan keuangan dan bagaimana memanfaatkan uang untuk keperluan kita dan bukan kita yang ‘dimanfaatkan’ oleh uang atau dikekang oleh uang. Tahap 2 : Kecerdasan Finansial
Mengetahui dan memahami kecerdasan finansial sangat perlu karena akan mengantarkan pada pengelolaan keuangan secara benar. Dalam buku The Cash Flow Quadrant , kecerdasan finansial bukan terutama tentang berapa banyak uang yang dihasilkan, tapi lebih mengenai berapa banyak uang yang disimpan, seberapa keras uang itu bekerja untuk kita dan berapa banyak generasi yang bisa kita hidupi dengan uang itu. Dalam tahap ini, kita harus mulai meningkatkan kecerdasan finansial dengan cara : 1. Berpikir dan menyadari bahwa untuk mendapatkan uang tidak harus menggadaikan sebagian besar waktu sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan orang di dunia. Berdasarkan riset berskala global menunjukkan sekitar 85 persen penduduk dunia mencari uang dengan membarterkan waktunya. Orang - orang yang hidup dalam kategori ini biasanya selalu dalam tekanan waktu, takut di PHK, sakit-sakitan dan takut pensiun karena tidak ada pekerjaan atau penghasilan. Hanya 15 persen penduduk dunia yang bekerja lebih cerdas, lebih smart karena mereka tidak bekerja mencari uang, tetapi bekerja untuk mencari sumber uangnya (dalam bahasa iklan sebuah produk minuman energi, mencari biangnya! ). Mereka mencari ‘biang’ uang dengan cara membangun aset yang akan menghasilkan uang. Dari sini kemudian timbul kesadaran bahwa bekerja itu sebenarnya bukan hanya rutinitas, tetapi sebuah proses belajar, belajar dan belajar untuk menemukan cara - cara baru yang lebih baik terutama cara berinvestasi. Dengan pemahaman ini, orang akan semakin bijaksana dalam mengelola uangnya dan menilai pekerjaannya. Tidak takut lagi di PHK atau tidak takut bangkrut karena sudah siap dengan ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki. 2. Mengendalikan hawa nafsu, menunda kesenangan. Setiap rupiah yang dikeluarkan akan diperhitungkan dengan kemanfaatan yang maksimal baik di dunia maupun di akhirat. Menjadi kaya atau bebas secara finansial bukan berarti pelit, tetapi bagaimana memahami bahwa semua itu ada aturannya. Menunda kesenangan bukan berarti tidak boleh menikmati kesenangan hidup, tetapi harus mampu membedakan kesenangan itu berdasarkan kemampuan finansial. Sebab ada kesenangan yang mampu dibiayai atau bahkan tanpa biaya, ada juga kesenangan yang membutuhkan biaya besar diluar kemampuan. Kita juga harus mampu membedakan apakah kesenangan itu diperlukan atau tidak. Sebagai contoh, kehidupan malam dengan nongkrong di kafe setiap hari tentu bukan lagi kebutuhan. Karena refreshing tidak ‘wajib’ setiap hari. Anda mungkin membutuhkan kegiatan tersebut 2 minggu atau 1 bulan sekali bahkan tanpa sama sekali. Contoh lain, misalkan Anda memiliki rumah bagus dan bersih, sementara Anda memaksa menggantikan warna atau mengganti pagarnya dengan yang lebih bagus lagi. Padahal sebenarnya kegiatan itu masih bisa ditunda. 3. Hidup dibawah kemampuan finansial. Artinya, seseorang harus mampu hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya dibawah penghasilan yang diterima, berapa pun. Tidak boleh lebih! Tidak lebih besar pasak dari pada tiang. Tidak ada aturan pasti berapa seseorang harus menggunakan penghasilannya, tapi sebagian besar ahli atau perencana keuangan menganjurkan maksimal 70 persen dari total penghasilan. Sisanya 30 persen untuk ditabung atau diinvestasikan untuk membangun aset 26
produktif. Hidup dibawah kemampuan adalah salah satu faktor keberhasilan untuk menjadi milioner. 4. Membayar diri sendiri lebih dulu. Kebanyakan orang membayar dirinya belakangan. Buktinya, ketika menerima gaji, mereka dengan cekatan membayar tagihan telepon, listrik, kartu kredit, dan kebutuhan nafsu lainnya (kebutuhan perut kebawah!). Baru setelah itu, kalau ada sisa ditabung. Tapi…. kenyataannya, tidak ada sisa untuk ditabung! Kondisi ini harus diubah dengan menabung lebih dulu (membayar diri sendiri) dan sisanya untuk digunakan keperluan rutin. 5. Mampu membedakan barang konsumtif dan aset produktif. Perbedaan yang paling signifikan antara kedua barang ini adalah barang konsumtif setiap tahunnya mengalami penurunan nilai dan biasanya membutuhkan biaya perawatan besar seperti mobil mewah, handphone, rumah mewah. Sedangkan barang produktif nilainya naik setiap tahun dan bisa menghasilkan seperti properti. 6. Mengetahui rahasia uang. Untuk lebih jelasnya mengenai hal ini, Anda bisa membaca bab berikutnya. Tahap 3 : Kem apanan Finan sial
Apakah yang dimaksud dengan kemapanan finansial? Godo Tjahjono, perencana keuangan dari International Association Registered of Financial Consultant (IARFC) mendefinisikannya sebagai suatu kondisi dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhannya, baik jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, dengan cara positif menggunakan kekuatan sendiri dan tidak tergantung pada orang lain (Bisnis Uang, No.28/II/18 – 31 Agustus 2005). Kemapanan finansial ini lebih menekankan pada pemenuhan kebutuhan hidup hingga meninggal dunia, meski seseorang harus tetap bekerja sampai akhir hayatnya. Orang yang memiliki kemapanan finansial adalah orang – orang yang memiliki rencana finansial lengkap, sehingga kemungkinan besar orang tersebut mampu mencukupi kebutuhan - kebutuhan, tentu yang sesuai rencananya. Apakah status mereka bisa turun menjadi orang yang tidak mapan secara finansial? Tentu saja bisa, namun biasanya segala kemungkinan buruk sudah dipersiapkan dan diantisipasi. Tahap 4 : Kebebasan Finansial
Masih menurut Robert T. Kiyosaki, kebebasan finansial adalah ketika seseorang berada pada jalur bisnis, dimana orang -orang bekerja untuknya dan dalam jalur kuadran investor dimana uang bekerja untuknya, sehingga memiliki passive income dan pengeluarannya lebih rendah dari passive income (penghasilan yang terus mengalir meski seseorang tidak bekerja lagi). Dengan kondisi seperti ini seseorang sudah tidak lagi ada ‘kewajiban’ secara phisik untuk bekerja. Namun demikian, orang yang sudah meraih kebebasan finansial bisa saja kehilangan ‘status’nya atau statusnya turun karena adanya peningkatan pengeluaran atau kebutuhan hidup sementara passive income tetap atau bahkan menurun. Untuk itulah proses belajar dan perencanaan keuangan yang baik tetap diperlukan meski kondisinya sudah pada kebebasan finansial. Tahap 5 : Keberkahan Finansial
Kondisi ini merupakan tahapan paling tinggi dalam pengelolaan keuangan, karena kita sudah bebas secara finansial dan karena setiap pengeluaran keuangan selalu memberikan manfaat sebesar - besarnya bagi kehidupan dan akhirat. Dalam keberkahan finansial ada dua hakikat yaitu :
27
1. Merdeka secara ruhani. Saya maksudkan sebagai kebebasan atau kemerdekaan seseorang terhadap mental, emosional serta spiritualnya. Orang tidak lagi terbelenggu oleh kekayaan, kekangan hawa nafsu dan kemelekatan dunia di hatinya. Seseorang sudah bebas dan mampu menerima apa pun dengan lapang dada. Orang seperti itu selalu mengatakan alhamdulillah dalam setiap detiknya. Tidak peduli berapa pun harta yang diperoleh, dia selalu bersyukur. Ketika memiliki harta berlimpah, digunakannya untuk amal, tidak takut kehabisan dan tidak takut kehilangan. Orang seperti ini juga tidak tergantung pada orang lain dalam mendapatkan rejekinya. Baginya rejeki sudah diatur oleh Allah. Kalau bekerja sebagai pegawai tidak takut dipecat hanya karena mengatakan yang benar. Kalau jadi pengusaha tidak takut bangkrut hanya karena berbuat jujur. Itulah orang orang yang memiliki kemerdekaan ruhani. Bebas berbuat apa saja sesuai dengan norma, tak peduli apapun akibatnya terhadap rejeki, karir atau bahkan kehidupan yang lain. Baginya hanya kepasrahan total kepada Allah, Tuhan Maha Besar, Maha Kuasa. Pemenuhan kebebasan ruhani ini adalah pemenuhan kebutuhan dari leher ke atas (kepala). 2. Merdeka secara phisik. Seseorang mampu memerdekakan diri dari kebutuhan – kebutuhan dunia tanpa terikat dengan pekerjaan. Tidak hanya memerdekakan ruhani, tapi jasmani pun bebas – merdeka. Makan cukup, sandang terpenuhi, papan layak huni, olahraga teratur dan kebutuhan phisik lainnya. Sebab buat apa secara ruhani bebas bila secara phisik masih kekurangan? Kemerdekaan phisik ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dari leher ke bawah. Dengan demikian, seseorang yang sudah meraih keberkahan finansial selalu ada keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan dari leher keatas (kepala) yang mencerminkan nafsu kemanusiaan dan kebutuhan dari leher sampai kaki yang mencerminkan nafsu hewani.
28
Memb uang Keyakin an Salah Siapa sih yang tidak ingin punya banyak uang (kaya) sekaligus memiliki keberkahan? Hampir dipastikan sebagian besar orang ingin meraihnya. Tetapi mengapa banyak orang yang gagal? Untuk menjawab pertanyaan seperti itu, marilah perhatikan apakah mereka sudah memiliki mental kaya - sebagai modal awalnya, serta seberapa besar keinginan tersebut mampu menggabungkan pikiran, tenaga dan waktu yang dimiliki untuk meraihnya? Seringkali orang hanya ingin kaya dan bebas finansial tetapi tidak ada tindakan yang mengarah kesana dan tidak ada kerelaan untuk ‘membayar’ dengan pengorbanan. Padahal dibutuhkan kemauan sangat kuat untuk mewujudkan impian menjadi kenyataan. Dalam hal ini, NIAT dan KEPUTUSAN untuk hidup berkelimpahan harus dibarengi dengan TINDAKAN. Tidak ada sesuatu yang jatuh dari langit dan menghampiri kita begitu saja, tanpa ada usaha!. Berdasarkan sebuah penelitian terhadap orang kaya di Amerika, ternyata 70 persen dari mereka memang sangat ingin kaya, 11 persen berharap kaya, 8 persen berhasrat kaya, 6 persen berkomitmen kaya, 4 persen berkeyakinan kaya dan 1 persen bertindak untuk kaya. Kalau boleh digambarkan dalam bahasa ‘ekstrim’, seseorang harus memiliki ‘dendam’ terhadap kemiskinan dan rindu berat terhadap kekayaan. Dengan ‘dendam’ pada kemiskinan, akan menimbulkan energi dahsyat untuk melawan kemiskinan tersebut. Sama halnya ketika seseorang dendam terhadap sesuatu, ia akan melakukan apa pun untuk melawannya. Sebaliknya bila pikiran atau mental seseorang tidak memiliki berkeinginan kaya, maka sulit dia akan kaya, kecuali ada mu’jizat. Bila kondisi ini yang terjadi, ada dua kemungkinan penyebabnya yaitu pertama, orang tersebut benar - benar tidak memiliki keinginan karena pengaruh sufisme yang keliru atau merasa puas diri sehingga tidak berusaha meraih kekayaan. Baginya harta tidak perlu dicari dengan bersusah payah. Kemungkinan kedua, orang tersebut ‘munafik’ karena yang terjadi sebenarnya bukan tidak mau kaya, tidak mau bebas secara finansial. Tetapi mereka memiliki jiwa yang lemah, merasa tidak mampu, malas dan putus asa sebelum ‘berperang’. Mereka juga tidak mau ‘membayar’ harga yang diperlukan untuk kaya. Mereka berpura - pura mengutuk kekayaan sebagai sesuatu yang buruk, sebagai akar dari kejahatan. Anehnya mereka selalu mendambakan kehidupannya dengan mudah, seperti jatuh dari langit. Sikap seperti ini justru banyak terjadi di masyarakat. Kita dapat membuktikan sikap tersebut dalam contoh berikut. Coba tanyakan kepada teman Anda, “Apakah kamu suka rumah di Pondok Indah – Jakarta dan mobil mewah seperti BMW atau Mercedez Benz?” Anda pasti mendapatkan jawaban, ”Pasti pingin dong , tapi mana mungkin? Gaji saya kan hanya cukup sebulan, karir cuman staff” atau “Tentu saja pingin , tapi ngimpi kali yeh…? dan masih banyak jawaban pesimistis yang isi dan nadanya “TIDAK MUNGKIN!” Mereka merasa seperti ‘pungguk merindukan bulan’. Pokoknya tidak mungkin aja!. Begitu yang sering terjadi. Padahal akan terjadi hal yang sebaliknya bila dia mengatakan, “Saya ingin memiliki rumah seperti di Pondok Indah, tapi bagaimana caranya?” Dengan mengatakan seperti itu, otak akan terangsang berpikir kreatif. Jika kita yakin gaji tidak akan mampu membeli semua itu, tentu kita akan mencari jawabannya, mencari alternatif lain. Misalnya meningkatkan pengetahuan dan ilmu agar karir bisa meningkat atau pindah pekerjaan yang lebih baik. Kita juga bisa mencari penghasilan tambahan dengan bisnis kecil-kecilan, mengurangi pengeluaran atau keluar kerja kemudian merintis bisnis yang menjanjikan penghasilan lebih besar.
29
Satu hal yang sangat penting dalam meraih apa pun, termasuk kekayaan adalah adanya keinginan dan alasan - alasan yang sangat kuat untuk menggerakkan pikiran, waktu dan tenaga untuk meraihnya. Bila hal ini belum ada dalam diri kita, jangan pernah bermimpi menjadi kaya. Salah satu kisah mengenai hal ini adalah Alberta Zebua (32 tahun), sebagaimana di muat dalam Majalah Sartika no.035/13 Des – 27 Des 2004. Berta, begitu ia dipanggil, menjalani perubahan hidupnya bagaikan mimpi. Bayangkan dalam waktu 10 bulan, mampu mengubah sebuah kemiskinan menjadi seorang miliuner yang memiliki mobil jaguar senilai Rp.1,8 miliar, rumah senilai Rp.1,3 miliar dan penghasilan puluhan juta perbulan. Ia adalah orang yang telah mengalami pedihnya kehidupan. Kekayaan yang diperolehnya saat ini ternyata berawal dari dendamnya yang mendalam terhadap kemiskinan. Berta menceritakan bagaimana pedih hatinya ketika anaknya menderita demam berdarah. Dari pintu ke pintu mencari pinjaman untuk menebus biaya pengobatan anaknya di RS Elizabeth, Medan. “Saya bersama suami sempat berjalan kaki sekitar 7 kilometer dari rumah ke rumah untuk meminjam uang demi menyelamatkan nyawa anak kami. Namun tak seorangpun bersedia meminjamkan uang”, katanya. Saat kebingungan, Berta teringat pada adik perempuannya yang mempunyai perhiasan. Untungnya sang adik merelakan perhiasan tersebut untuk dijual. Tidak hanya sampai di situ kepedihan hidupnya. Karena penghasilan suaminya - sebagai sopir taksi gelap - tidak mencukupi, ia harus membantu sang suami dengan menjadi sales jamu. Dengan penghasilannya yang minim - bahkan pernah diusir dari rumah karena tidak mampu bayar uang kontrakan - maka pada tahun 2002 memutuskan untuk mengubah hidupnya. Ia kemudian bergabung dengan sebuah perusahaan MLM, namun gagal karena sistemnya menurut dia tidak memberikan kesempatan sama untuk maju. Kemudian ia mencoba lagi bergabung dengan perusahaan MLM lain, yang dinilai memiliki sistem yang baik – tidak hanya membuat kaya sebagian kecil mitranya. Awalnya sang suami menolak karena trauma dengan kegagalan pada MLM sebelumnya. Namun dengan kegigihannya, ia tetap melangkah, meski gara-gara keputusannya ini ia hampir cerai. Ia berusaha membuktikan hingga pada akhirnya berhasil, keluar dari kemiskinan. Dari cerita tersebut, hikmah yang dapat diambil adalah : apakah dalam meraih kekayaan selama ini kita sudah memiliki kemauan (niat) kuat, mengetahui rahasia uang dan memiliki keteguhan hati dalam menjalankannya? Bila ketiga hal tersebut belum ada, maka kita hanya menjadi pemimpi. Dalam kisah diatas diketahui bagaimana seorang Berta, yang mau belajar dari kegagalannya, mencoba mempelajari sebab - sebab kegagalannya - seperti menilai sistem perusahaan MLM pertama yang tidak fair kemudian mencari perusahaan lain yang lebih fair. Ia juga memiliki keteguhan hati dan sikap pantang menyerah dalam menjalani hidupa. Baginya, jatuh bangun dalam menjalani kehidupan merupakan hal biasa yang harus dihadapi. Hambatan paling besar yang menyebabkan seseorang tidak dapat kaya karena mentalnya miskin, selalu merasa kurang dan tidak bersyukur. Sulit bagi orang bermental miskin bisa menjadi kaya karena ia akan menjadi pecundang. Jadi faktor pertama adalah mental miskin, yang menjadi penghalang. Mental miskin selalu mencari berbagai alasan pembenar, menyalahkan kondisi dan menyerah sebelum berjuang. Selalu mencari alasan pembenar ( justify ) seperti bila melihat orang lain sukses mengatakan, “Wajar mereka sukses dan kaya, karena orang tuanya juga sukses dan kaya”. “Wajar mereka sukses karena orangnya pinter dan punya koneksi orang hebat, dan sebagainya”. Mental miskin juga tercermin dari sikap yang selalu menyalahkan kondisi atau dirinya sendiri. “Wah… saya tidak bisa kaya karena orang tua saya orang miskin, mana mungkin saya punya modal untuk memulai usaha”. “Saya tidak memiliki kemampuan bisnis, jadi tidak bisa menjadi pengusaha sukses”, dan sebagainya. Ada saja alasan - alasan untuk tidak 30
bertindak dan sayangnya mereka tidak fokus untuk mencari jalan keluar mengatasi masalah. Fokus mereka hanya pada kekurangan! Faktor kedua, banyak orang tidak tahu caranya dan tidak mau belajar bagaimana menjadi kaya. Kesuksesan biasanya dimulai dari bawah dan bermula dari keunggulan seseorang. Sementara itu keunggulan berawal dari dalam, dari mental seseorang. Oleh karena itu mulailah dengan keunggulan yang dimiliki karena hanya orang - orang unggul yang bisa meraih sukses, termasuk mendapatkan kekayaan yang berkah. Semuanya itu hanya dapat diraih dengan proses belajar, belajar dan belajar!. “ …. Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajad…” Q.S Al - Mujaadilah (58) : 11 Rasulullah pun bersabda bahwa siapa pun yang ingin sukses dunia, hendaklah dia memiliki ilmu, untuk sukses akhirat dengan ilmu dan sukses dua - duanya (dunia – akhirat) juga dengan ilmu. Kita jangan terjebak bahwa belajar hanya dilakukan secara formal di sekolah atau perguruan tinggi. Cara yang paling baik adalah belajar dari ‘sekolah besar kehidupan ini’ dan ukurannya bila hari ini kita lebih baik dari hari kemarin, esok lebih baik dari hari ini!. Dengan kata lain, orang yang selalu meningkat kualitas ilmunya, itulah orang beruntung. Kalau dalam bahasa Albert Einstein, “Belajarlah dari hari kemarin, hiduplah untuk hari ini dan berharaplah untuk hari esok. Hal yang penting adalah jangan berhenti untuk bertanya”. Ketiga, pendidikan yang salah. Pendidikan seringkali menjadi penyebab seorang menjadi ‘miskin’. Lho, kok bisa? Masyarakat seringkali beranggapan bahwa semakin tinggi pendidikan semakin besar kemungkinan seseorang untuk hidup sejahtera bahkan kaya penuh berkah. Realitanya tidaklah demikian. Karena orang berpendidikan tinggi biasanya hanya menuntut pekerjaan tanpa mau mendirikan perusahaan. Mereka maunya hanya menjadi pegawai, dengan penghasilan terbatas. Mereka juga belum tentu memiliki kecerdasan finansial sesuai dengan tingkat pendidikannya. Buktinya, orang orang berpendidikan tinggi banyak yang melakukan ‘gali lubang – tutup lubang’. Mereka terjerat hutang konsumtif seperti membeli mobil, rumah mewah, peralatan elektronik mewah yang bertujuan untuk memenuhi status dan gengsi. Biar dianggap kaya, padahal belum kaya!. Mereka merasa kaya, sehingga berperilaku seperti orang kaya, padahal pendapatannya tidak mendukung. Keempat, faktor pekerjaan. Banyak orang beranggapan pekerjaan bisa membuat kaya. Kenyataannya tidak selalu demikian, karena ada pekerjaan justru membuat seseorang menjadi miskin, baik miskin waktu, miskin uang, maupun miskin harga diri. Miskin waktu, karena terikat dengan pekerjaan, sementara penghasilannya tetap ‘segitu – gitu’ saja. Karyawan harus berangkat pagi pulang sore bahkan larut malam. Seakan hidup hanya untuk bekerja, bekerja dan bekerja. Kegiatan sosial menjadi terlupakan. Contoh paling nyata adalah kehidupan karyawan di kota-kota besar seperti Jakarta. Mereka sesampai di rumah sudah larut malam, jarang ketemu anak-anak, apalagi tetangga. Kontak sosial jarang terjadi sehingga hidup individualistik memang menjadi keterpaksaan. Kenyataan ini dibuktikan oleh laporan National Sleep Foundation – AS, dimana jumlah ‘budak kerja’ cukup mencengangkan. Lebih dari 31% pekerja pria lulusan perguruan tinggi di AS lazim bekerja 50 jam atau lebih dalam sepekan di kantor, naik 22% pada 1980. Sekitar 60% orang disana sarapan pagi maupun makan siang dengan tergesa - gesa dan banyak dilakukan di meja kerja dan 34% makan siang dilakukan sambil beraktivitas. 31
Selain itu, pekerjaan juga sering membuat ‘miskin’ uang (tidak kaya) karena jarang pekerjaan yang membuat kaya karyawannya. Mengapa demikian? Logika sederhananya, seorang karyawan adalah ‘abdi’ bagi juragannya (pemilik perusahaan). Ia hanya mendapatkan gaji dari perusahaan, yang jumlahnya sudah ditentukan. Kalau gaji yang diterima cukup besar, masih lumayan. Tetapi tidak sedikit gaji karyawan yang untuk kebutuhan pokok saja tidak sampai satu bulan sudah habis – karena saking rendahnya gaji tersebut (bukan karena boros lho…). Gaji mereka juga tidak serta merta naik, meski kebutuhan hidupnya naik setiap tahun. Jadi untuk menjadi kaya hanya dengan gaji saja, merupakan suatu hal yang sulit. Wajar bila ada guyonan , sebagian besar pegawai adalah anggota BP7 (berangkat pagi, pulang petang, pegel-pegel dan penghasilan pas-pasan). Ada juga istilah 5K (Kagum , karena baru diterima menjadi pegawai, Kaget , setelah beberapa tahun tidak ada perubahan signifikan terhadap gaji dan karir, Kecewa , Korupsi, Kerangkeng (Penjara) . Memang ada sebagian kecil pegawai yang kaya hanya dengan gajinya yaitu direktur perusahaan besar, sales yang berhasil dan bisnis MLM. Penelitian Thomas J. Stanley terhadap lebih dari 730 keluarga milioner di Amerika, menunjukkan bahwa dua pertiga keluarga milyuner adalah bekerja sendiri menjadi wirausaha dan sisanya sebagai profesional yang bekerja sendiri ( self employee ) seperti dokter dan akuntan publik. Demikian juga berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan Harvard University Survey, pada umur 65 tahun, hanya 1% orang yang benar-benar kaya, dimana sebanyak 74% orang kaya tersebut adalah mereka yang berprofesi sebagai pengusaha, 1% pemenang lotre atau undian, 5% sales asuransi & properti, 10% CEO, Top Management, 10% profesional, dokter, pengacara, atlet dan artis. Demikian pula Islam menunjukkan bahwa sumber rejeki utama adalah berdagang (menjadi pengusaha). “Sembilan dari sepuluh pintu rejeki adalah berdagang”, demikian sebuah hadits Nabi. Dalam hadits yang lain juga dikatakan bahwa pedagang yang jujur dijamin masuk surga oleh Allah. Jadi, dimana posisi pegawai? Bila demikian, apakah kita tidak boleh menjadi pegawai? Saya tidak melarang siapa pun untuk menjadi pegawai. Silahkan menjadi apa pun sesuai pilihan, asalkan kita memilih dan menjalankannya dengan cerdas. Artinya, bila pilihan menjadi pegawai sudah menjadi keharusan, maka jangan sampai pilihan tersebut menjadi sebuah ketergantungan yang menyebabkan kita harus menerima pekerjaan apa pun, meskipun tidak menyukainya. Dalam memilih pekerjaan, setidaknya ada tiga hal penting yang harus diperhatikan. Pertama, memilih pekerjaan berdasarkan kesenangan. Kedua, jenis pekerjaan memungkinkan kita untuk mendapatkan ilmu yang selalu baru. Jangan melakukan pekerjaan yang sifatnya rutin seperti pekerjaan yang biasa dikerjakan robot. Dengan jenis pekerjaan yang dinamis, kita tertantang untuk selalu belajar terus menerus. Ketiga, pekerjaan bisa menjadi sumber ide usaha yang dapat direalisasikan bilamana kita sudah tidak mau menjadi pegawai. Sebagai contoh, bila Anda bekerja di Hotel, Anda dapat memilih koki daripada menjadi housekeeping (merapikan kamar). Mengapa? Dengan memilih menjadi koki, Anda akan ahli memasak. Keahlian itu dapat Anda manfaatkan membuka usaha bila sewaktu - waktu Anda tidak mau bekerja lagi atau di PHK. Contoh ini saya kemukakan karena saya masih ingat PHK besar - besaran pada Hotel Indonesia pertengahan 2004 lalu. Kebetulan ada salah satu teman saya yang di PHK. Untungnya, selama itu dia bekerja sebagai koki sehingga masih bisa membuka usaha catering, dengan uang pesangon. Jika harus menjadi pegawai, sebaiknya jangan terlalu lama karena bisa mematikan kreatifitas dan membentuk comfort zone (daerah kenyamanan) sehingga 32
semakin lama semakin takut keluar kerja meski pekerjaan tidak menyenangkan dan gaji yang tidak layak. Jadikanlah sasaran menjadi pegawai untuk mencari pengalaman, ilmu dan memperluas pergaulan yang diperlukan ketika bisnis. (Baca pula buku Cara Mudah Orang Gaj ian Menj adi Ent repreneur, Penerbit MediaSukses, 2005). Kelima, teman hidup atau pasangan. Pasangan hidup adalah semua orang yang berada di ‘dekat’ kita, termasuk teman bermain, teman kantor, teman bisnis dan terutama istri / suami. Mereka itulah orang - orang yang selalu mempengaruhi perilaku kita, bahkan ikut berperan terhadap sukses atau gagalnya hidup kita. Pepatah yang mengatakan, “bila kita bergaul dengan penjual minyak wangi, kita akan menjadi wangi”, juga berlaku dengan masa depan finansial kita.. Bila istri atau suami boros, kita akan kewalahan mengatur keuangan. Akibatnya sudah pasti, gagal finansial! Itulah sebabnya dalam mencari istri atau suami juga harus memperhatikan kecerdasan finansialnya atau memiliki visi dan misi yang sama dalam mengelola keuangan keluarga. Bila tidak, istri atau suami akan menjerumuskan dalam tindak kejahatan. Islam pun menganjurkan dalam memilih pasangan hidup agar memperhatikan empat hal berikut : (1) ketaqwaan (2) keturunan (3) phisik – kecantikan atau ketampanan (4) harta – kekayaan. Dari keempat pertimbangan tersebut, ketaqwaan atau tingkat keimanan menjadi prioritas utama. Tapi yang sangat menarik adalah Islam menganjurkan untuk memilih calon suami / istri yang memiliki harta kekayaan. Demikian juga dengan teman, sangat menentukan finansial di masa depan. Contoh sederhana adalah apabila Anda memiliki teman suka berhura-hura alias menghabiskan sebagian besar uangnya di dunia gemerlap ( dugem) . Secara langsung atau tidak Anda akan terpengaruh mengikuti pola hidupnya (bila Anda tidak memiliki prinsip untuk menolaknya). Kondisi finansial seseorang biasanya juga tidak jauh berbeda dengan temannya. Sekarang silahkan buat daftar 5 teman dekat Anda dan pekerjaannya serta perkirakan berapa rata – rata penghasilannya dalam setahun. Anda akan menemukan bahwa ratarata penghasilan teman Anda tidak akan jauh berbeda dengan penghasilan Anda. Apa yang dapat diperoleh dari kondisi ini? Hal ini menunjukkan bahwa teman sangat penting dalam kehidupan. Mereka akan menjadikan kehidupan ini menjadi ‘hitam atau putih’, kaya atau miskin, sukses atau gagal. Apabila Anda ingin mengubah kehidupan ini menjadi lebih baik, carilah teman - teman yang lebih baik karena Anda dapat belajar darinya. Bila Anda ingin kaya, belajarlah kepada orang kaya, karena mustahil bila teman Anda miskin bisa memberikan ilmu bagaimana memperoleh kekayaan. Saya tidak memberikan saran agar Anda meninggalkan teman - teman Anda sekarang ini, tetapi Anda bisa menambah teman - teman baru. Keluarlah dari kebiasaan selama ini. Untuk jelasnya saya akan memberikan ilustrasi mengenai hal ini. Di Indonesia sudah menjadi rahasia umum bahwa korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) sudah menjadi ‘budaya’. Apa yang dilakukan oleh mereka yang ber-KKN? Mereka memanfaatkan hubungan pertemanan, keluarga ataupun kolega. Tidak ada yang salah dengan pemanfaatan seperti itu. Namun yang menjadi masalah ketika sudah tidak lagi mengindahkan norma norma. Saya tidak menganjurkan Anda seperti itu, tetapi Anda harus tahu bahwa mereka dapat kaya karena teman – temannya juga ‘kaya’ (bisa berarti kaya jabatan / memiliki kekuasaan). Anda dapat ‘memanfaatkan’ teman - teman Anda yang kaya, pintar dan sukses. Bagaimana bila Anda tidak memiliki teman yang kaya atau sukses? Minimal Anda mau belajar dari buku-buku, majalah atau koran dan lainnya yang memberikan tiptip bagaimana menjadi kaya dan belajar dari kisah perjuangannya.
33
Keenam, kesalahan menetapkan gaya Hidup. Kesalahan menetapkan gaya atau standar hidup bisa menyebabkan hidup semakin jatuh ke jurang kesengsaraan. Pada awalnya hidup ‘kelihatan’ enak, tetapi bila kondisi keuangan tidak mampu menanggungnya, tunggul saja kehancurannya. Sampai kapan uang kita mampu menanggung biaya hidup yang selalu melebihi penghasilan? Wallahu a’lam bishawaab.
34
Ruk un 2 : Memah ami Rahasia Uang
Ide = Uang Uang Itu Netral Raihlah Akhiratnya, Dapatkan Uangnya Semakin Banyak Silaturahmi, Semakin Banyak Rejeki Semakin Banyak Berbagi, Semakin Banyak Menerima Uang Berpihak pada Orang Bijak Keputusan dan Konsisten •
•
•
• •
•
•
35
I d e = Uan g Saya pernah mengikuti sebuah seminar tentang kecerdasan finansial yang diselenggarakan oleh sebuah event organizer (EO) di Jakarta. Pada awal pembukaan seminar itu, setiap peserta diberikan masing - masing 10 lembar kertas dengan tulisan angka 5, 10, 100, 200, 500, dan 1000. Setiap peserta diberikan waktu satu menit untuk menukarkan pecahan ‘rupiah’ itu ke peserta lainnya. Peserta dinyatakan menang bila mampu menghasilkan nilai paling besar dan paling cepat, minimal Rp. 1 milyar. Nilai itu dihitung dari perkalian pecahan ‘rupiah’ yang telah ditukarkan. Peserta memiliki cara yang berbeda untuk mendapatkan nilai paling besar. Kebanyakan peserta mengira bahwa dengan mencari pecahan besar mereka akan cepat mendapatkan nilai Rp.1 milyar. Pikiran itu tentu saja tidak salah. Tetapi yang terjadi tidak demikian. Karena sebagian besar peserta berpikiran hampir sama, mereka berebut menukarkan pecahan ‘rupiah’ kecil untuk mendapatkan pecahan ‘rupiah’ besar. Terjadilah ‘negosiasi’ alot diantara mereka hingga waktunya habis. Berbeda dengan kebanyakan peserta lain, ada peserta yang lebih cerdik dan kreatif karena menggunakan strategi memilih rupiah paling kecil untuk ditukarkan dengan pecahan ‘rupiah’ besar yang dimiliki, sehingga tidak memerlukan negosiasi yang alot . Peserta yang berpikir strategis ini justru dapat menyelesaikan permainan secara cepat dan mendapatkan nilai paling besar. Dalam permainan tersebut bila digambarkan peluangnya untuk mendapatkan Rp.1 milyar adalah sebagai berikut : 1 milyar = 200 x 500 x 1000 x 10 1 milyar = 1000 x 1000 x 1000 1 milyar = 1000 x 1000 x 100 x 10 1 milyar = 1000 x 1000 x 10 x 10 x 10 1 milyar = 1000 x 100 x 10 x 10 x 10 x 10 1 milyar = 1000 x 10 x 10 x 10 x 10 x 10 x 10 1 milyar = 100 x 10 x 10 x 10 x 10 x 10 x 10 x 10 1 milyar = 10 x 10 x 10 x 10 x 10 x 10 x 10 x 10 x 10 dan seterusnya……. Permainan itu menunjukkan bahwa kebanyakan orang lebih memilih mendapatkan sesuatu dengan cepat meski tidak memiliki kreatifitas dan sumber daya memadai. Orang juga sering beranggapan bahwa mendapatkan uang dalam jumlah besar harus dimulai dengan jumlah yang besar pula. Nyatanya tidak demikian!. Uang besar atau kecil sebenarnya sangat tergantung dari ide dan kreatifitas. Dengan uang apa adanya, kita pun bisa mendapatkan milyaran rupiah. Bila kita memiliki ide-ide kreatif, maka uang akan berpihak kepada kita. Banyak contoh ide dan kreativitas yang mendatangkan uang. Sayangnya, kebanyakan orang yang tidak memiliki uang kemudian putus asa dan merasa tidak akan mendapatkan banyak uang di kemudian hari. Padahal untuk mendapatkan uang dalam jumlah besar tidak harus dimulai dengan uang besar. Kita bisa memulainya dengan hal kecil dan bertahap. Sebagai contoh Anda menginginkan uang Rp.1 milyar. Lalu muncul pertanyaan, “Apakah mungkin dengan kondisi yang ada saat ini?” Sangat mungkin sekali hal itu terjadi. Kuncinya adalah konsistensi. Bila Anda konsisten dengan target tersebut, Anda akan fokus meraihnya. Otak akan berpikir kreatif dan selalu mencari cara-cara efektif. Kreativitas atau cara itu akan lahir sesuai dengan kondisi kita. Bagi seorang pedagang bakso tentu berbeda dengan pengusaha busana, pengusaha kontraktor atau 36
pegawai. Pedagang bakso akan fokus menjual bakso sebanyak - banyaknya. Sementara pegawai dengan cara meningkatkan karirnya hingga menjadi direktur. Konsistensi tersebut akan melahirkan banyak alternatif untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Misalnya seorang tukang bakso. Bila keuntungan satu mangkuk Rp.2000,dan berjualan hanya dengan 1 gerobak dengan penjualan 100 mangkuk sehari, maka dia harus mencapainya dalam waktu 14 tahun. Bila 2 gerobak waktunya 7 tahun, dan bila 7 gerobak dalam 2 tahun. Berbeda dengan pedagang busana. Bila dia memiliki sebuah toko dengan penghasilan bersih rata - rata Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah), dia akan berpikir bagaimana meningkatkan penjualan. Muncullah ide seperti meluaskan pemasaran ke daerah lain, menambah item produk busana, menambah outlet, menjual franchise (waralaba) dan sebagainya. Jadi rasanya tidak ada yang mustahil!. Sebaliknya bila kita membayangkan angka Rp.1 milyar sebagai jumlah yang sangat besar dan kita berpikir tidak mungkin, memang begitulah jadinya. Nah, bagaimana bila tidak memiliki uang sama sekali atau relatif kecil sehingga tidak cukup berinvestasi atau memulai bisnis? Sebenarnya banyak orang di dunia ini yang memiliki uang dan menginginkan uangnya berkembang, beranak pinak. Ada yang ingin bisnis tetapi tidak tahu caranya atau tidak memiliki waktu cukup untuk menjalankan bisnisnya. Ada yang ingin investasi tetapi tidak tahu caranya. Disinilah kesempatan untuk bekerjasama dengan mereka. Agar dapat diterima, kita harus menjadi orang yang bisa dipercaya, baik kemampuan bisnis atau kejujuran. Orang yang tidak memiliki uang bisa mendapatkan uang dengan menjadi calo, istilah kerennya adalah broker . Kita dapat menjadi perantara antara penjual dan pembeli dan mendapatkan fee (jasa) dari pekerjaan itu. Sekarang ini banyak agen properti, mobil, sepeda motor membutuhkan tanag pemasar freelance . Kita dapat bergabung dengan mereka. Bagi orang yang dekat artis atau selebritis bisa ‘memanfaatkan’ mereka. Misalnya membeli baju - baju bekasnya dengan harga rendah dan kemudian menjualnya dengan harga tinggi. Para artis dan selebritis pasti mempunyai fans (pengagum) yang ingin mendapatkan barang - barang yang pernah dipakai idolanya. Apakah orang yang mempunyai uang banyak misalnya dari warisan atau mendapatkan hadiah selalu sukses mengembangkan uangnya? Coba tanyakan pada diri sendiri, seandainya Anda memiliki uang banyak, apakah bisa mengembangkan uang itu dengan baik, beranak-pinak secara halal? Jawabannya belum tentu! Tergantung pada ide dan kreatifitas, serta kecerdasan finansial. Misal Anda diberikan uang sebesar Rp.100 juta untuk dikembangkan. Apa yang akan Anda lakukan agar mendapatkan hasil optimal? Anda tentu akan berpikir mencari beberapa alternatif dengan berbagai kemungkinan hasil dan tingkat risikonya. Alternatif mana yang akan dipilih sangat tergantung tingkat kecerdasan finansial Anda. Mungkin Anda akan memilih alternatif berikut untuk ‘mengembangbiakkan’ uang Anda. Pertama, Deposito. Dengan menyimpan uang di bank Anda akan mendapatkan bunga antara 6 – 10 persen per tahun, belum dikurangi pajak dua puluh persen. Uang Anda relatif aman karena sampai saat ini pemerintah masih memberikan jaminan simpanan. Bila diambil rata - rata bunga harian bersih yang akan Anda dapatkan sebesar tujuh persen, dalam waktu lima tahun uang akan menjadi Rp.135 juta. Anda belum memperhitungkan tingkat inflasi yang menggerogoti nilai uang. Rata - rata inflasi sebesar sepuluh persen. Dengan tingkat inflasi tersebut, nilai uang secara riil mangalami penurunan. Kongkritnya, bila harga barang saat ini sebesar Rp.100 juta akan menjadi kurang lebih Rp. 161 juta pada lima tahun mendatang. Maka dengan hasil deposito Rp.35 juta, Anda tidak untung tapi malah buntung.
37
Kedua, Reksa Dana. Reksa dana di Indonesia berkembang sejak tahun 1996 dan sampai akhir 2004 telah tumbuh sangat cepat, terbukti dengan kemampuannya menghimpun dana kurang lebih 100 triliun rupiah. Sayangnya kondisi ekonomi Indonesia yang cenderung tidak stabil dan pengaruh perekonomian dunia seperti kenaikan harga minyak dunia yang mencapai 70 USD per barel pada bulan Agustus 2004, membuat nilai rupiah melemah. Pasar reksadana sejak pertengahan tahun 2005 mengalami redemption (penarikan) besar -besaran. Penarikan itu mengakibatkan turunnya Nilai Aktiva Bersih (NAB) hingga 25 persen. Bila uang investor semula Rp.100 juta, maka modalnya menjadi Rp.75 juta. Bila Anda panik dan ikut-ikutan menarik uang, Anda tidak untung tapi pasti rugi!. Apakah sebaiknya uang ditarik atau tidak, disinilah kecerdasan Anda akan menentukan. Ketiga, Properti. Bila memiliki modal yang cukup untuk membeli properti, pilihan ini cukup menjanjikan dengan hasil yang lumayan. Pada tahun 2005, di Indonesia lagi booming bisnis properti, setelah sempat mengalami krisis pada 1998 lalu. Lihatlah mall, pusat perbelanjaan serta ruko dan rukan berdiri dimana - mana, terutama daerah daerah strategis. Masalahnya, bagaimana bila tidak memiliki uang cukup untuk membelinya? Anda dapat menggunakan uang yang ada sebagai uang muka membeli properti dan sisanya kredit. Kemudian hasil sewa properti di terima digunakan untuk membayar angsuran. Dengan cara ini, Anda mendapatkan dua keuntungan yaitu uang sewa dan selisih kenaikan harga properti pada tahun - tahun mendatang. Namun tidak menutup kemungkinan properti yang Anda beli tidak laku disewakan karena tempatnya kurang strategis. Keempat, Bisnis. Anda memulai bisnis dengan dua kemungkinan gagal atau sukses, tergantung kemampuan dan keuletan menjalankan bisnis. Dibandingkan dengan alternatif deposito dan reksadana, berbisnis memberikan kemungkinan hasil yang lebih baik dan cepat berkembang. Berdasarkan ulasan diatas, seharusnya kita menyadari bahwa modal awal berupa uang bukanlah segala - galanya untuk mendapatkan uang yang lebih besar. Lebih dari itu, ide dan kreativitas merupakan kunci keberhasilan finansial. Selain itu, ulasan diatas merupakan sebagian kecil contoh ide dan kreativitas untuk mendapatkan uang. Masih banyak ide lain yang bisa Anda kembangkan sendiri. Bila Anda ingin sukses, gunakanlah otak untuk berpikir. Allah memberikan otak yang super canggih ini tanpa memungut biaya sepeser pun ketika kita menggunakannya!. Itulah nikmat Allah yang tak ternilai harganya. Subhanallah
38
Uang I t u Net Net ral Suatu hari, seorang dosen istri saya - ketika kuliah di IAIN Sunan Ampel Surabaya – datang ke Jakarta dalam suatu acara dan sempat berbincang dengan istri saya. Setelah berbincang ‘kesana-kemari’ untuk bernostalgia, istri saya nyeletuk , “Wah, Bapak sekarang enak ya…, sudah kaya dan sering bepergian ke luar negeri”. Sang dosen justru menjawab, “Iya, tapi aku sudah memberi pesan kepada tujuh anak saya untuk tidak kaya!”. “Lho kok begitu, kenapa Pak?”, tanya istri saya keheranan. “Habis saya sudah merasakan, ternyata kaya itu sumber fitnah”, jawab sang dosen dengan tangkas. Sayangnya, pembicaraan berhenti sampai di situ, karena sang dosen mendapatkan telepon untuk segera pulang ke Surabaya. Tidak dapat di pungkiri bahwa apa yang dirasakan sang dosen itu benar - benar terjadi dalam kehidupan. Kekayaan memang dapat menjadi fitnah bagi seseorang maupun sebuah keluarga. Fitnah terhadap harta terjadi karena menyibukkan diri demi harta, lupa ibadah serta menahan harta itu sekuatnya sehingga tidak dikeluarkan untuk hak – hak Tuhan. Tuhan. Dalam Al-Qur’an Allah telah mengingatkan mengingatkan : “Sesungguhnya harta dan anak - anakmu adalah fitnah (cobaan)”. Al-At-Taghaabun (64) : 15 Pertanyaannya, “Akankah kita menghindar dari kekayaan”? Allah tidak pernah melarang umat-Nya memiliki kekayaan, tetapi hanya memberikan peringatan agar lebih hati-hati!. Ibarat dalam sebuah pertempuran, perjalanan hidup ini harus dijalani dengan berbagai konsekuensinya. Tidak ada kata mundur, karena kata itu hanya pantas diucapkan pecundang. Seorang ksatria pantang mundur dalam medan perang. Jadi bagaimana? Kita harus berdo’a dan berpikir untuk mencari jalan keluar agar bisa mengelola kekayaan kekayaan dan tidak menjadi menjadi fitnah. Bukankah Allah tidak hanya hanya menguji dengan kekakayaan, tetapi juga dengan kemiskinan?. ”Adapun manusia, apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata : ’Tuhanku telah memuliakanku’. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rejekinya, maka dia berkata : “Tuhanku menghinakanku’. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampurbaurkan (yang halal dan yang bathil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan”. QS Al - Fajr (89) : 15 – 20 Dengan demikian, apakah harta itu jelek atau buruk? Apakah boleh memiliki uang dalam jumlah banyak berkelimpahan? berkelimpahan? Lebih baik mana orang yang kaya bersyukur bersyukur dengan orang miskin yang sabar? Apakah benar uang adalah akar dari kejahatan dan fitnah?. Apakah memang demikian adanya? Dalam buku Kaya Tanpa Bekerja (Republika, 2004) saya mengajak berpikir obyektif dengan tidak hanya mencari kejelekan dan bahaya memiliki banyak uang. Bukankah kemiskinan juga bisa menyebabkan seseorang menjauhi Tuhan? Berapa banyak pemulung, pengemis di jalanan dan pekerja kasar lainnya yang kurang memperhatikan ibadah dengan alasan sibuk, sama seperti alasan orang kaya yang tidak taat ibadah meskipun sudah memiliki kekayaan berlimpah?.
39
Kaya atau miskin memiliki potensi sama dalam masalah ini. Tetapi kekayaan sesungguhnya memberikan peluang untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Sebab dengan kekayaan, orang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa harus bekerja keras siang - malam, dibandingkan dengan orang miskin, yang masih harus berjuang untuk kebutuhan sehari-harinya. Dalam sebuah acara bertajuk Tafsir Al Misbah di MetoTV pada awal Ramadhan 1426 H, Prof. DR.Quraish Shihab menyatakan bahwa orang kaya yang yang bersyukur itu lebih baik daripada orang miskin yang sabar. Karena untuk menjadi kaya orang harus bekerja keras, dan setelah kaya mereka banyak godaan untuk melupakan Allah. Mereka bisa berbuat banyak dengan hartanya. Sedangkan untuk miskin tidak perlu bekerja keras dan mereka biasanya lebih mudah ingat Allah . Hakikat uang adalah netral karena bisa buruk tapi juga bisa baik. Uang atau kekayaan ibarat dua mata pisau yang tajam. Satu sisi memberikan kenikmatan bagi si empunya, sisi lain menimbulkan kesengsaraan. Mata pisau yang satu bisa digunakan untuk peralatan yang bermanfaat, satu sisi berpeluang melukai bila tidak berhati-hati. Dalam buku The Bridge Across Forever , Richard Bach mengatakan : “Bila Anda mampu mengendalikan uang berarti Anda juga mampu mengendalikan sebilah pedang yang bermata tajam. Peganglah dengan hati-hati, sambil berpikir untuk apa pedang ini?” Kalau demikian, apakah uang (kekayaan) itu baik atau buruk? Tidak ada yang salah dengan uang. Tidak ada yang salah dengan menginginkan uang dan tidak pula salah memiliki uang sekalipun berlimpah-limpah. Kuncinya adalah bagaimana mendapatkan dan bagaimana memperlakukan uang tersebut. Perilaku itu akan berkaitan dengan mental seseorang. Uang akan membawa kebaikan bila dipegang oleh orangorang bijaksana, bertanggung jawab dan mengerti hakikat uang. Tetapi sebaliknya uang akan menimbulkan dampak negatif bila tidak dikelola dengan baik. Barangkali ungkapan indah peribahasa orang China yang berasal dari Belanda (The truth about money ), ), perlu saya sampaikan untuk mengakhiri sub bab ini. (Bisnis Uang no.31/II/ 29 September – 12 Oktober 2005). Dengan uang, kita bisa membeli rumah ( house) tetapi bukan kampung halaman •
(home) • • • • • • •
Dengan uang, kita bisa membeli ranjang empuk tetapi bukan tidur nyenyak Dengan uang, kita bisa membeli jabatan tetapi bukan kehormatan Dengan uang, kita bisa membeli dokter tetapi bukan kesehatan Dengan uang, kita bisa membeli darah tetapi bukan kehidupan Dengan uang, kita bisa membeli jam tetapi bukan waktu Dengan uang, kita bisa membeli buku tetapi bukan ilmu Dengan uang, kita bisa membeli sex tetapi bukan cinta!
40
Raihlah Akhir atn ya, Dapat kan Uangnya Dalam setiap amal perbuatan, Islam mengajarkan untuk memulai dengan niat baik. Agar amalan yang kelihatannya hanya ‘berbuah’ dunia, bisa juga ‘berbuah’ akhirat. Jadi, semua tergantung niatnya!. Innamal a’malu binniyah. “Sesungguhnya setiap perbuatan (amal) tergantung niatnya”. Agar seluruh kegiatan usaha, pekerjaan dan kebiasaan di dunia ini tidak sia - sia, kita harus niatkan untuk mendapatkan akhirat. Karena kehidupan akhirat itulah sebaik - baik kampung halaman untuk kembali. “ Walal aakhiratu khairul-laka minal ‘uula”. Dan yang tidak kalah pentingnya dari menata niat yang benar karena UANG akan ‘mengikuti’ kita.
Kebiasaan
Niat Baik
+
=
Ibadah
Sebagai bukti atas pernyataan ini, saya sampaikan kisah seorang pedagang nasi, sebut saja Si Mbok, di kota kelahiran saya Lamongan Jawa Timur. Kisah ini saya peroleh dari adik saya, saat saya merayakan lebaran 1426 H di kampung halaman. Si Mbok yang janda, awalnya tidak memiliki apa-apa, kini harta bendanya berlimpah. Rumah mewah untuk ukuran di kampung dan uang banyak. Kenapa ia bisa berhasil, padahal dari tingkat pendidikan dan modalnya saat itu sangat minim? Ternyata, pertama kali ia merintis warung nasi dengan niat membantu tukang becak. Ia sangat prihatin dengan kondisi tukang becak yang berpenghasilan pas-pasan, sehingga ia menjual makanan murah, meski tidak untung. Baginya, mendapatkan untung berupa makan sehari tiga kali sudah cukup. Niat tulus dan diimbangi keahlian memasak itulah yang akhirnya berbuah kesuksesan. Kini ia tidak hanya melayani tukang becak tetapi beragam pelanggan dengan omset jutaan rupiah per hari. Orang yang selalu meniatkan akhirat dalam setiap amal dunianya, ibarat menanam padi. Orang menanam padi (akhirat) biasanya juga mendapatkan rumput (dunia). Berbeda bila hanya menanam rumput, belum tentu mendapatkan padi, karena jarang sekali padi tumbuh diantara rerumputan. Jadi orang yang meniatkan seluruh kegiatan dunianya dengan tujuan akhirat pasti mendapatkan dunia dan akhirat. Sebaliknya orang yang hanya berorientasi dunia, maka hanya dunia yang diperoleh. Hal ini ditegaskan Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majjah dan Imam Tirmidzi : ” Barangsiapa yang menjadikan dunia ini sebagai satu-satunya tujuan akhir (yang utama), niscaya Allah akan menyibukkan dia (dengan urusan dunia itu), dan Dia (Allah) akan membuatnya miskin seketika, dan ia akan dicatat (ditakdirkan) merana di dunia ini. Tetapi barangsiapa menjadikan akhirat sebagai tujuan akhirnya, Allah akan mengumpulkan teman - teman untuknya dan Dia akan membuat hatinya kaya dan dunia akan takluk dan menyerah padanya”.
41
Selain itu, Allah berfirman melalui hadits Qudsi : “Wahai anak cucu Adam, kalian mencurahkan segala ibadah hanya karena ingin ridlaKu, pasti akan Aku penuhi hatimu dengan kekayaan. Aku juga akan tutup kefakiranmu . Jika tidak demikian, Aku akan penuhi hatimu dengan segala kesibukan. Aku juga tidak akan menutupi kefakiranmu” HR Ibnu Majjah dari Abu Hurairah Dalam bahasa Ary Ginanjar Agustian, penulis buku Emotional Spiritual Quotient (ESQ), bila seseorang ingin sukses dunia – akhirat maka harus mendahulukan komitmen spiritual dari pada komitmen fisik. Ary kemudian membuat perbandingan dengan Piramida Kebutuhan Abraham Maslow, dengan Piramida Kebutuhan ESQ.
Sel Self Actualization
Safet Need Self Esteem
Social Need
Social Need Safety Need Self Actualization
Basic Need
Gambar Piramida Maslow
Piramida (seharusnya)
Pada piramida Abraham Maslow, kebutuhan fisik ( Basic Need) menempati urutan pertama, kemudian diikuti Safety Need , Social Need, Self Esteem dan Self Actualization , sehingga yang terjadi manusia tidak pernah puas dengan segala kebutuhan dasarnya yang bersifat relatif dan terus berlomba-lomba memperebutkannya bahkan dengan menghalalkan segala cara dan jarang yang berhasil mencapai tingkat aktualisasi diri. Urutan kebutuhan manusia sesungguhnya sudah diajarkan oleh Nabi Ibrahim AS dalam urutan pelaksanaan ibadah haji, 4500 tahun yang lalu namun kita tidak pernah memahaminya. Urutan tersebut adalah : (1) Self – Actualization (aktualisasi diri), yaitu makna di dapat saat Wukuf di padang Arafah ketika manusia menyadari siapa dirinya, dari mana asalnya dan mau kemana dia. (2) Self Esteem (pengakuan diri), dijawab dengan melontar jamarat (jumroh). Saat itu manusia harus melontarkan segala kesombongan dan kebanggaan yang selama ini justru dikejar. 42
(3) Social Need (kebutuhan sosial) yang dibangun dengan thawaf yaitu masyarakat yang memiliki nilai dan prinsip yang sama yang dilambangkan dengan pakaian ihram dan kemudian berputar bersama-sama mengelilingi satu nilai secara harmonis dan damai. (4) Safety Need (kebutuhan rasa aman) yang dijawab dengan Sa’i, yaitu ketika manusia merasa takut, maka saat itulah justru harus terus bergerak atau bekerja seperti yang dilakukan Siti Hajar yang terus berlari dari bukit Shafa ke Marwah. (5) Basic Need (kebutuhan dasar) akan terpenuhi dengan cara yang baik dan benar, itulah air zam – zam yang penuh berkah yaitu hasil dari kemenangan fisik (IQ) yang didahului dengan kemenangan mental (EQ) dan spiritual (SQ). (dikutip dari Harian Umum Republika, 14 Pebruari 2006). Orang yang berorientasi akhirat selalu berpikir jangka panjang. Implikasinya, dia akan berusaha secara optimum dalam setiap kegiatannya. Dia berusaha untuk tidak berbuat kesalahan sekecil pun karena akan menurunkan tingkat kepercayaan kepada dirinya. Kalau terlanjur berbuat salah, dia akan memperbaikinya. Dia akan bekerja dengan jujur, amanah dan profesional. Orang yang profesional dan dapat dipercaya dalam bidang apa pun akan mendapatkan ‘penghargaan’ berupa karir yang baik – bila dia bekerja, dan bisnis berkembang dan rejeki berlimpah bila sebagai pengusaha. Sebaliknya bila orang berorientasi dunia cenderung menghalalkan segala cara, yang penting dapat uang. Bila kita ingin kaya penuh berkah, mau tidak mau, suka tidak suka, jadikan akhirat sebagai tujuan akhir. Sebab dengan niat itu kita akan berusaha mendekatkan diri kepada Allah sehingga Dia akan memudahkan urusan dunia – akhirat. Itulah salah satu rahasia hidup berkelimpahan. Hal ini juga sesuai dengan tujuan Allah menciptakan jin dan manusia yaitu untuk beribadah. Masalahnya tidak semua orang menyadari hal ini dan menganggap urusan ibadah hanyalah urusan pahala yang hanya ada di akhirat nanti. Selain itu, kebanyakan orang juga selalu mengharap hasil yang diterima, sebelum melakukan sesuatu dan sebelum di ketahui secara jelas (materi) hasilnya. Ini adalah budaya pamrih. Sayangnya, budaya ini secara terus menerus telah diajarkan oleh nenek moyang sampai pada ibu bapak kepada anaknya. Sadar atau tidak orang tua kita sering mengatakan seperti ini, “Belajar yang baik, nanti kalau naik kelas dibelikan sepatu baru”, “Shalat yang rajin, biar nanti tidak masuk neraka”, “Jangan menangis, nanti ibu belikan mainan”, dan sebagainya. Akibatnya, ketika anak tumbuh dewasa, ia menjadi seorang yang selalu pamrih, yang seringkali bertindak pragmatis, jangka pendek. Jika secara jangka pendek tidak menguntungkan, maka pekerjaan, bisnis atau hubungan apa pun dengan orang lain sulit dilakukan. Kita dapat mengamati sikap si Mbok contoh diatas, yang berorientasi jangka panjang, terlihat saat memulai bisnisnya tidak untung banyak tetapi dengan ikhlas ia lakukan. Agar setiap pekerjaan dan bisnis dapat menjadi sumber motivasi jangka panjang dan bernilai ibadah, maka : (a) Tentukan niat baik. Dengan niat yang benar dan niat baik, maka output - nya juga baik. Ingat prinsip garbage in garbage out . Niat harus spesifik, agar apa yang kita lakukan lebih fokus dan berdaya guna, seperti kisah Si Mbok diatas (membantu tukang becak memperoleh makanan murah). Bandingkan bila niatnya terlalu umum seperti “berguna bagi nusa dan bangsa”, maka pengaruh pada perbuatan kita tidak begitu nyata. Bahkan kita akan bingung mau melakukan apa sehingga bisa berguna bagi nusa dan bangsa. (b) Prinsip utamanya adalah khairunnas, anfauhum linnaas (sebaik - baik orang adalah yang bermanfaat bagi orang lain). Dengan menggunakan prinsip ini, kita 43
akan selalu berusaha agar apa pun yang kita kerjakan selalu bermanfaat di dunia ini. Ukurannya tidak selalu materi (uang), karena uang pasti ‘mengejar’ orang – orang yang bermanfaat bagi orang lain. Berikut ini contoh niat yang spesifik. No 1
Pekerjaan Penulis
2
Pegawai Sipil (PNS) Arsitektur
Negeri
Pegawai syariah Pengusaha
bank
3 4 5
•
•
•
•
•
•
6
Sales Mobil
•
5
Bisnis Restoran
•
6
Sopir Angkot
•
7
Bisnis Kemitraan dengan petani Dokter
8
• • •
•
9
Wartawan
•
10
Investor
•
11
Polisi, TNI, Satpam
• •
12
Montir motor
•
Niat / Motivasi *) Memberikan pencerahan dan memotivasi orang untuk sukses Melayani masyarakat sebaik – baiknya, agar bisnis dan pekerjaannya lancar Membuat gedung yang indah dan nyaman, agar penghuninya senang dan kerasan Melayani nasabah agar kegiatan investasi dan bisnisnya lancar Membantu orang mendapatkan pekerjaan dan penghasilan layak Mempekerjakan orang cacat, agar bisa hidup berguna Membantu orang mendapatkan mobil untuk kegiatan yang berguna Mempermudah masyarakat mendapatkan makanan lezat dan bergizi agar hidup sehat Melayani penumpang agar sampai di kantor tepat waktu sehingga bisa bekerja dengan baik Membantu meningkatkan penghasilan petani Mengangkat derajat petani agar tidak miskin Mengobati orang agar hidupnya lebih baik dan bahagia Menyediakan kesehatan murah bagi masyarakat miskin Menyediakan informasi baik dan bermutu sesuai bidang kewartawanannya, sehingga bermanfaat bagi masyarakat Membantu orang tidak punya modal, sehingga dapat berbisnis dan mendapatkan penghasilan Membuat masyarakat aman, sehingga tenang bekerja Melindungi masyarakat dari kejahatan Menjaga keselamatan pengendara motor dengan memperbaiki motor yang rusak
13 Lainnya *) Semuanya karena Allah dan dilakukan secara ikhlas. Ketika kita sudah memiliki niat baik, pasti kita akan berusaha sebaik – baiknya dalam bekerja. Kita tidak mau asal – asalan bekerja karena kerja asalan - asalan akan merusak niat yang sudah kita tetapkan sejak awal. Selain itu Allah memberikan cara meraih kekayaan dunia – akhirat dengan cara sebagai berikut :
44
Bertakwa Pada bulan Ramadhan 1426 H yang lalu, ada acara yang menarik perhatian saya. Sebuah reality show menampilkan sosok Mang Endan, panggilan akrab dari Toyibal Ardani. Sosok yang tidak dikenal ini, tiba - tiba muncul dalam dua acara reality show pada dua stasiun televisi yang berbeda dalam rentang waktu yang tidak lama. Singkat cerita, ia mendapatkan kesempatan menunaikan ibadah haji secara gratis pada tahun 2007 dari sebuah stasiun televisi swasta dan uang tunai dari stasiun televisi swasta lain. Lalu apa yang menyebabkan ‘keberuntungan’ itu berpihak pada Mang Endan? Berbagai rejeki nomplok itu ternyata tidak tiba-tiba jatuh dari langit. Hadiah – hadiah itu sesungguhnya merupakan karunia dari Allah sebagai balasan ketakwaannya yang tercermin dari akhlak dan perilakunya. Hal itu sebagaimana janji Allah : “…..Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya (rejeki) dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap - tiap sesuatu”. Q.S. Al - Thalaaq (65) : 2 – 3 Mang Endan adalah seorang guru ngaji di sebuah kampung di Bogor, dimana mayoritas warganya miskin. Hidup di tengah masyarakat yang demikian, dia berdakwah dan mengajar ngaji tanpa meminta bayaran tertentu. Jiwa sosialnya juga tinggi, karena dia tidak segan - segan membantu tetangganya yang mengalami kesulitan. Ketika ada yang meninggal dunia, Mang Endan termasuk orang pertama yang mengurus jenazah sampai ke liang lahat (pemakaman), termasuk ikut menggali kuburnya.Mengenai rejeki, ia pasrahkan kepada Allah. Ia tidak takut kekurangan meski menghidupi seorang istri dan empat anaknya hanya dengan berjualan bubur sehabis shalat shubuh hingga menjelang dhuhur. Dia selalu merasa cukup! Bahkan setiap harinya ia mampu menyisihkan Rp.5000,- untuk persiapan bulan Ramadhan, agar dapat lebih konsentrasi beribadah. Keluhuran sikapnya juga tercermin saat ia menjadi orang yang berhak atas dana kompensasi BBM. Ia tidak mau menerima dan mengembalikan jatah dana itu kepada petugas, untuk diserahkan kepada warga yang lain. Kisah diatas, sekali lagi, membuktikan jaminan rejeki bagi orang -orang yang bertakwa. Mang Endan hanyalah kisah ‘orang kecil’ yang telah membuktikan janji Allah. Anda mungkin masih bertanya - tanya, ”Apa benar takwa bisa membuat kaya, buktinya banyak orang rajin ke masjid justru ekonominya payah ?” Untuk menjawab pertanyaan seperti ini, saya ingat cerita humor Anand Khrishna dalam sebuah diskusi di Jakarta pada pertengahan Ramadhan 1426 lalu. Singkat cerita, di suatu daerah yang telah menetapkan syariah Islam, ada seorang tertangkap basah karena tidak shalat Jum’at. Pak Polisi bertanya kepada orang tersebut atau sebut saja namanya Arifin. “Kenapa Anda tidak shalat Jum’at?”. Arifin menjawab,”Bagaimana Pak Polisi tahu kalau saya tidak shalat?” Polisi menjawab, “Saya lihat mobilmu di café sebelah masjid”. “Oh…. jadi Pak Polisi lihat mobil saya lalu saya ditangkap?”. Kemudian, pada kesempatan lain, Arifin memarkir mobilnya di depan masjid sementara dia nongkrong di café sebelah masjid dan aman dari razia polisi syariah. Cerita itu menggambarkan betapa sebagian orang sering melakukan ritual agama tetapi tidak sepenuh hati. Contoh lain, banyak orang shalat, jasadnya berada di dalam masjid namun pikirannya terbang kemana-mana, mengingat urusan dunia. Maka tidak heran bila selesai shalat, pulang membawa sandal orang lain. Setelah shalat, korupsi 45
jalan terus. Setelah shalat, maksiat jalan terus!. Innash shalaata tanhaa ‘anil fahsyaa’i wal munkar, shalat mencegah perbuatan mungkar, tidak berlaku bagi orang - orang yang tidak khusuk dalam shalatnya. Bahkan orang yang shalat demikian itu termasuk orang celaka. “Maka celakalah bagi orang – orang yang shalat. (yaitu) orang – orang yang lalai dari shalatnya” Q.S. Al-Maa’uun (107) : 4 -5. Bertakwa seharusnya menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah, di mana pun dan kapan pun. Bertakwa tidak hanya di mesjid, tetapi juga di tempat kerja, di tempat bisnis, di hotel sekali pun. Dilihat orang atau tidak, tetap saja tidak melanggar ketentuan Allah . Saya pribadi sangat yakin, ketakwaan akan menghantarkan hidup berkecukupan penuh berkah. Tidak ada orang bertakwa, hidupnya kekurangan!. KH. Abdullah Gymastiar (Aa Gym), Muhammad Arifin Ilham, KH. Sahal Mahfud (Ketua umum MUI), M. Quraish Shihab, Syafii Antonio (pakar ekonomi Islam), KH. Ma’ruf Amin, KH. Didin Hafiduddhin dan masih banyak lagi orang - orang shaleh yang dapat dijadikan rujukan. Tidak hanya itu, dalam sebuah penelitian di pertengahan tahun 1996 terhadap pengusaha sukses di Amerika menunjukkan bahwa kunci kesuksesan pengusaha itu adalah karena spiritualitas. Hasil penelitian itu oleh Gay Hendricks dan Kate Ludeman dibukukan dengan judul The Corporate Mystic : A Guidebook for Visionaries with Their Feet on the Ground .
Bertaubat Taubat adalah menyesali segala perbuatan salah (dosa) yang pernah dilakukan kepada Allah, kemudian memohon ampunan-Nya serta berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan salah (dosa). Kemudian memperbanyak mengucap Astaghfirullah. Gampang kan, untuk bertaubat? Agar taubat bisa berpengaruh atau bahasa gaulnya ngefek pada kehidupan, maka harus dilakukan dengan cara (1) tulus ikhlas hanya mengharap ridla Allah, bukan dengan motif - motif lain (2) langsung menghentikan perbuatan dosa (salah), segera! (3) niat tulus dan kuat untuk tidak mengulangi kembali (4) merasa sangat menyesal dan merasa sangat berdosa (5) memohon ampunan baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan (6) jika perbuatan dosa dilakukan karena menyinggung atau menyakiti orang lain harus meminta maaf kepada orang tersebut. Kalau mengambil barangnya, kembalikan. Kalau memfitnah, kembalikan nama baiknya, dan sebagainya. Pokoknya, ikuti perbuatan taubat dengan perbuatan baik. Bagaimana taubat bisa menambah kekayaan di dunia? Allah berfirman dan nabi pun bersabda : “Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak - anakmu dan mengadakan untukmu kebunkebun serta mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai”. Q.S Nuh (71) : 10 -12 “Barangsiapa senantiasa memohon ampun, Allah akan membuatkan untuknya, untuk setiap duka cita sebuah kebahagiaan dan untuk setiap situasi yang sulit sebuah jalan
46
keluar, dan Dia akan menambahnya dengan makanan dari tempat yang tiada ia sangka sangka datangnya”. HR Abu Daud dan Ahmad Agak sulit saya memberikan uraian rasional bagaimana taubat bisa menjadi sarana hidup berkecukupan bahkan kaya. Tetapi apa yang disampaikan Allah dalam Qur’an adalah janji yang pasti ditepati. Meski demikian saya mencoba memberikan uraian berikut : hakikat taubat adalah menyadari kesalahan. Dengan menyadari kesalahan dan kembali pada kebenaran (Allah), orang akan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dan menggantikan dengan perbuatan lebih baik. Bila langkah ini juga diimplementasikan pada seluruh aspek kehidupan seperti bekerja di kantor, hasilnya adalah profesionalisme. Bila berbisnis hasilnya adalah kesuksesan karena ada proses pembelajaran terus menerus. Selain itu, kita bisa menyaksikan orang-orang yang memiliki masa lalu kurang baik dan dengan pertobatannya mereka menjadi hidup lebih baik dan berkecukupan. Nama seperti Ustadz Jefry Al Buchary barangkali dapat dijadikan rujukan. Masih banyak lagi orang-orang yang bertaubat dan hidupnya lebih baik tetapi tidak terekam oleh media masa.
Bersyukur “Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu memaklumkan : ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka sesungguhnya azab - Ku sangat pedih’. Q.S Ibrahim (14) : 7 Syukur merupakan salah satu rahasia untuk melipatgandakan kekayaan. Syukur adalah menerima apa pun secara ikhlas yang diberikan oleh Allah kemudian menggunakan dan mengelola nikmat dengan baik. Bagaimana agar bisa bersyukur dengan baik? Dalam bersyukur, sebaiknya tidak terjebak pada kondisi tertentu. Kita tidak boleh bersyukur saat mendapatkan sesuatu yang kita sukai tetapi juga saat menerima sesuatu yang tidak disukai. Disukai atau tidak disukai sebenarnya itu adalah nikmat dari Allah, karena Dia selalu memberikan hikmah dibalik semua kejadian. Dengan bersyukur, orang tidak fokus pada kekurangan yang diberikan Allah tetapi fokus memanfaatkan kekurangan itu agar dapat bermanfaat sebesar - besarnya. Bayangkan saudara-saudara kita yang (maaf) memiliki wajah tidak tampan atau tidak cantik, gembrot , gigi keluar (tonggos ), tubuh kecil sekali ( cebol ) dan kekurangan phisik lainnya. Bila mereka minder, menggerutu serta menyesali hidupnya tentu akan sedih, marah dan hidupnya tidak bahagia. Karena bisa menikmati dan memanfaatkan kekurangan tubuhnya, maka lahirlah pelawak - pelawak yang (maaf) memiliki bentuk tubuh dan wajah tidak tampan atau tidak cantik, gembrot , gigi keluar dan cebol. Mereka tidak menyesal (bersyukur) dengan kekurangan tubuhnya karena dengan itu mereka bisa menjadi pelawak terkenal (selebritis) dan hidup berkecukupan. Untuk melengkapi uraian bagaimana bisa bersyukur dalam semua kondisi, berikut ini saya sampaikan sebuah cerita. Al kisah di jaman dulu, dalam sebuah kampung ada seorang keluarga yang memiliki kuda yang indah. Keluarga itu menyayanginya. Orangorang kampung memujinya dan menilai keluarga itu sangat beruntung memiliki kuda cantik. Beberapa saat kemudian, kuda cantik itu meninggalkan rumah, entah pergi kemana tak ketahuan rimbanya. Keluarga itu sedih dan menilai Tuhan tidak adil karena memisahkan kuda kesayangannya. Beberapa saat kemudian kuda itu kembali lagi. 47
Saking senangnya, anak laki satu-satunya langsung menunggang kuda itu. Celakanya
anak itu terjatuh dan kakinya patah. Kembali orang tuanya sedih dan mengatakan Tuhan tidak adil. Dia menyesal kudanya kembali lagi sehingga menyebabkan kaki anaknya patah. Suatu saat di negeri itu ada wajib militer. Semua pemuda yang sudah cukup umur wajib menjadi militer untuk membela negerinya dari serbuan. Dalam kondisi seperti itu, keluarga ini kembali merasa syukur (setelah menyesal kaki anaknya patah) karena anaknya tidak ikut wajib militer. Sebab berdasarkan pengalaman, pemuda yang ikut wajib militer banyak yang meninggal dunia, minimal cacat tubuh setelah berperang. Cerita lainnya tentang bapak teman saya, yang mengalami kecelakaan di jalan tol. Sang bapak sebut saja Hamzah, mobilnya ditabrak oleh mobil home staff Kedubes Arab Saudi. Saking kerasnya mobil itu ditabrak hingga jungkir balik tiga kali. Untung Hamzah selamat, meski ada sedikit luka (tidak parah) dan shock berat. Di dalam mobil ada beberapa botol minuman syrup berwarna merah sehingga akibat tabrakan itu pecah berantakan dan syrupnya mengalir kemana - mana. Kondisi itu membuat penumpang mobil Kedubes Arab Saudi ketakutan, menyangka Hamzah dan temannya meninggal dunia. Sebagai rasa syukur, pejabat Kedubes memberikan hadiah berupa biaya ibadah haji untuk Hamzah dan temannya, yang belum pernah pergi haji. Dalam kejadian itu, meski saya tidak tahu persis apakah Hamzah bersyukur atau tidak, tetapi yang pasti Allah memberikan hikmah pada kejadian tersebut. Syukur dalam kondisi dan situasi apa pun memang berat. Tetapi itulah tantangan hidup. Dengan bersyukur orang merasa tidak ada yang salah dengan apa yang diberikan Tuhan kepada manusia. Jadi bagaimana syukur bisa melipatgandakan kekayaan? Secara sederhana saya bisa menggambarkan sebagai berikut.
BERSYUKUR IKHLAS, PIKIRAN TENANG
MENCARI HIKMAH
TINDAKAN CERDAS, PROFESIONAL
HASIL OPTIMAL
SUKSES, REJEKI LANCAR
Saya berani mengaitkan sikap bersyukur dengan kecerdasan seseorang untuk menghadapi kemalangan hidup, yang oleh orang barat disebut sebagai Adversity Quotient (AQ). Merujuk pendapat Paul G. Stoltz, Ph.D., AQ bukan sekedar kemampuan seseorang untuk bertahan secara pasif dari serangan penderitaan, karena kemampuan seperti ini sudah dimiliki oleh banyak orang. AQ adalah kemampuan mengolah penderitaan menjadi kreasi, prestasi atau peluang bermanfaat. Paul mencontohkan Erik Weihenmayer, sang juara pendaki gunung asal Amerika Utara, yang ternyata tunanetra sejak usia 15 tahun. Meski awalnya banyak orang yang meragukan keputusannya untuk memasuki sekolah olahragawan tetapi ia yakin bahwa kebutaannya tidak akan menjadi penghalang untuk menikmati hidup. "Blindness won't keep me from having fun" . Bahkan ketika menerima piala pada kejuaraan menaklukkan gunung setinggi 3000 kaki tahun 1955 dan 1996, ia dengan mantap mengatakan bahwa kebutaan mata hanyalah kerikil kecil dan ia hanya membutuhkan cara lain yang berbeda dengan orang normal."Blindness is just a nuisance and you just have to find a different way of doing it".
48
TIDAK BERSYUKUR TIDAK IKHLAS
FRUSTASI PIKIRAN KACAU
TINDAKAN SALAH
HASIL MINIMUM
GAGAL, REJEKI MANDEG
Bertawakkal “….. dan barangsiapa yang bertawakkal niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya). Sesunguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki - Nya). Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” Q.S. At-Thalaaq (65) : 3 Tawakkal adalah berpasrah diri secara total kepada Allah, menyerahkan semua urusan hanya kepada Allah. Menyerahkan semua urusan bukan berarti setelah kita berusaha, tetapi sejak akan melakukan suatu perbuatan. Mulai dari niat, hanya karena Allah Saat perencanaan (Planning ) pekerjaan, minta petunjuk Allah agar diberikan rencana pekerjaan yang baik dan bermanfaat Saat mengorganisasikan (Organizing) pekerjaan, minta bimbingan Allah agar berjalan lancar Saat melakukan pekerjaan ( Actuating), kita melibatkan Allah agar diberikan kekuatan dan kemampuan menyelesaikan pekerjaan Saat melakukan pengawasan (Controlling) dan evaluasi, kita melibatkan Allah agar ditunjukkan kesalahan atau diberikan kemampuan untuk mengetahui kekurangan pekerjaan kita serta kemampuan untuk segera memperbaikinya agar usaha / pekerjaan kita menjadi baik • •
•
•
•
Bertawakkal kepada Allah bukan berarti meninggalkan usaha dan kerja keras. Nabi mengajarkan tawakkal, sebagaimana cerita berikut. Suatu hari ada seorang baduwi (orang kampung) datang pada Rasulullah dan bertanya, “Ya Rasulullah! Haruskah aku mengikat untaku (agar unta tidak lari), atau haruskah aku tawakkal pada Allah?”. Menanggapi pertanyaan itu Rasulullah bersabda, ”Ikatlah untamu dan bertawakkallah pada Allah.” HR Ibnu Hibban. Jadi tawakkal harus dilakukan setelah melakukan serangkaian usaha atau ikhtiar secara maksimal. Usaha itu bisa berkali-kali, bisa pula harus dilalui dengan jatuh bangun. Tidak menyerah pada kegagalan pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Berusaha terus, dan memperbaiki strategi atau cara - cara yang lebih baik. Tawakkal berarti menikmati proses kehidupan ini!. Disinilah perlu kesabaran sebelum mengatakan,”saya tawakkal kepada Allah”. Usaha maksimal
+
Sabar
=
Tawakkal
Bagaimana tawakkal bisa melipatgandakan kekayaan? Hakikat tawakkal adalah mengakui ada kekuatan maha dahsyat diluar kekuatan manusia. Sehingga sekuat apa pun, sebaik apa pun, sekeras apa pun usaha bila Allah tidak mengijinkan maka usaha itu tidak akan pernah terwujud. Dengan pemahaman seperti itu, orang yang bertawakkal menjadi legawa (menerima tanpa syarat) atas sesuatu yang telah diusahakan. Tidak 49
sedih, tidak marah atau su’udzan (berprasangka buruk pada Allah). Efeknya, pikiran tenang. Bila pikiran tenang walau dalam kondisi sedih, maka otak tetap bisa menghasilkan ide - ide kreatif, sehingga langkah atau pekerjaan selanjutnya menjadi terarah dan Insya Allah hasil optimal. Ketika orang sudah menghambakan diri secara total kepada Allah, maka itu berarti tidak ada lagi Tuhan - Tuhan selain Allah. Tidak lagi menjadikan usaha dan kerja keras sebagai Tuhan. Allah tidak lagi disekutukan dengan yang lain, sehingga Allah akan mencintai. Allah akan membantu urusan kita secara total pula. Allah akan memberikan kecukupan rejeki walau tanpa diminta. Hal ini sangat berbeda bila ada orang yang menyerahkan urusan kepada Allah hanya pada saat ia selesai berusaha (ihktiar). Ini sama artinya, Allah hanya dilibatkan kalau sudah ‘kepentoq’ atau kepepet saja. Ini tidak benar! Emang -nya Allah hanya ban serep ? Maka Allah pun bisa saja menjadikan orang ini sebagai orang yang terakhir dalam pertolongannya. Apalagi jika Allah disekutukan dengan yang lain, itu berarti mengkudeta kekuasaan Allah. Kita tahu, mengkudeta kekuasaan presiden saja, ada hukuman yang sangat berat, apalagi mengkudeta kekuasaan Allah.
TAWAKKAL
Menikmati Proses
Hanya Allah sandaran hidup
Menjadi Kekasih Allah
Tidak Putus Asa
Sukses
Tidak Sekutukan Allah = Tidak ‘Kudeta’ Allah
Rezeki Lancar
50
Semakin Banyak Silat ur ahmi , Semak in Banyak Rej eki “Barangsiapa yang ingin dilapangkan rejekinya dan diperpanjang umurnya, maka hendaklah ia bersilaturahmi (menyambung ikatan rahimnya dengan saudaranya)”, HR. Muslim. Sungguh luar biasa ajaran Islam. Bayangkan, sejak ribuan tahun lalu Islam telah menganggap pentingnya silaturahmi untuk meningkatkan rejeki. Dalam ilmu marketing , silaturahmi sebenarnya identik dengan customer relationship (hubungan dengan pelanggan). Ilmu marketing selalu menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan konsumennya. Bagaimana silaturahmi bisa meningkatkan rejeki? Silaturrahmi hakikatnya melaksanakan hablum minannaas (hubungan dengan sesama manusia). Hablum minannaas yang baik adalah pertemuan antara dua orang atau lebih guna mencari kebenaran dan memperbincangkan keagungan Allah serta kegiatan sosial kemasyarakatan. Dalam hubungan tersebut akan mengalir rezeki karena Allah tidak menjatuhkan langsung rezeki dari langit, tetapi menyebar ‘kran – kran’ rezeki melalui manusia yang lain. Dengan demikian, kita dapat memanfaatkan hukum kemungkinan (The Law of Probability) untuk mendapatkan rezeki sebanyak – banyaknya dengan memperbanyak silaturrahmi. Hukum kemungkinan mengatakan, semakin banyak kita melakukan sesuatu, semakin besar peluang keberhasilan. Semakin banyak orang yang kita kenal, semakin banyak peluang mendapatkan ‘kran’ rezeki. Semakin beragam orang yang kita kenal, semakin beragam pula jalan menuju sukses finansial. Penelitian Daniel Goleman dalam buku Emotional Intelligence (EQ) menyebutkan bahwa kontribusi IQ terhadap kesuksesan hidup paling banyak 20 persen dan 80 persen sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain yaitu sehimpunan faktor yang disebut kecerdasan emosional (EQ). Kecerdasan emosional yang dimaksudkan adalah kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan manusia lainnya. Kalau kita memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, maka kualitas hubungan kita akan sangat baik, dan hal ini akan mendatangkan hubungan yang lebih luas, termasuk mengalirnya rezeki. Jadi dengan silaturahmi yang di dasarkan pada EQ yang tinggi, akan menjadikan orang saling mengenal lebih dalam. Mereka akan saling mengetahui kekurangan dan kelebihan serta bisa saling melengkapi. Perkenalan itu bisa menimbulkan kepercayaan sehingga menimbulkan hubungan lebih luas seperti bisnis. Banyak ide atau gagasan akan muncul dalam pertemuan antara dua orang atau lebih. Ketika kita bersilaturahmi dengan teman lama, seringkali muncul ide - ide bisnis yang selama ini tidak pernah kita pikirkan. Manfaat lainnya, kita bisa direferensikan kepada temannya yang dinilai cocok dengan bisnis, karir atau perkerjaan kita. Silaturahmi tidak harus dengan teman lama, tetapi juga dengan kenalan - kenalan yang baru saja kita kenal. Selain itu, menjaga silaturrahmi yang pertama yang harus dilakukan adalah dengan orang tua kita. Sebab dengan selalu silaturrahmi secara baik, orang tua akan selalu ingat dan mendo’akan untuk kesuksesan kita. Do’a orang tua sangat kita harapkan karena do’anya sangat – sangat makbul.
SILATURRAHMI, HABLUM MINANNASS
SALING KECOCOKAN, KENAL KEPERCAYAAN
51
IDE BISNIS, KERJASAMA
TAMBAH REJEKI
Salah satu cara bersilaturrahmi yang efektif, yang dapat meningkatkan kekayaan adalah membentuk kelompok tertentu atau bergabung dalam sebuah organisasi. Dengan melakukan pertemuan rutin diantara sesama anggota organisasi, bisa timbul ide – ide dan peluang bisnis atau bantuan pemikiran untuk menyelesaikan masalah ataupun bantuan ekonomi seperti modal kerja. Menurut Napoleon Hill, salah satu kunci sukses dari orang - orang sukses adalah karena mereka memiliki kelompok bertukar pikiran dengan orang - orang yang ahli atau sukses di bidangnya, yang diistilahkan master mind . Dalam buku Think and Grow Rich. Hill mengatakan: Master mind may be defined as : “Coordination of knowledge and effort, in a spirit of harmony, between two or more people, for the attainment of a definite purpose”. Ada dua manfaat dari master mind yaitu secara ekonomi dan psikis.
Secara ekonomi bisa berupa nasehat, bimbingan atau kerjasama dalam mendapatkan dana atau modal usaha. Sedangkan secara psikis dapat memunculkan ide-ide baru. “No two minds ever come together without, thereby, creating a third, invisible, intangible force which may be likened to a third mind”.
Cara lainnya adalah bersilaturahmi dengan orang – orang sukses dan ikut ‘memanfaatkan’ kesuksesannya. Untuk dekat dengan mereka memang tidak gampang, tetapi bila kita sudah bisa dekat dengannya, mereka akan sangat membantu atau mempercepat kesuksesan kita. Untuk dapat dekat dengan mereka harus memiliki keahlian atau sesuatu yang bermanfaat bagi mereka. Misalnya sebagai penulis pemula, kita bisa ‘memanfaatkan’ orang - orang sukses untuk memberikan komentar pada buku kita. Cara ini memberikan manfaat kedua belah pihak. Buku kita akan meningkat pamornya, sedangkan mereka juga memperoleh manfaat publikasi gratis. Bila kita belum berpengalaman bisnis, kita bisa bekerjasama dengan pengusaha sukses untuk membuka cabang (sistem franchise). Bila kita pembicara, kita bisa menggandeng pembicara sukses untuk mengadakan acara bersama dan sebagainya. Jadi pepatah lama yang mengatakan “orang yang dekat dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi baunya dan orang yang bergaul dengan pande besi akan bau keringat”, sangat benar adanya!. Meski demikian, untuk bersilaturrahmi dan berbuat baik jangan pilih-pilih orang. Silaturahmi harus dilakukan kepada semua, termasuk orang - orang yang menurut kita ‘kecil’ atau nggak level dibanding diri kita. Bila kita seorang manager sebuah perusahaan, harus juga berbuat baik kepada satpam atau tukang parkir bahkan preman. Dengan silaturrahmi dan berbuat baik, kita akan mendapatkan manfaat misalnya bila kesulitan mencari tempat parkir, akan dibantu dengan ramah. Kita juga akan merasa lebih aman karena kendaraan kita tidak diusilin (diganggu).
52
Semak in Banyak Berbagi, Semaki n Banyak Menerim a Matematika Manusia Tidak Sama Dengan Matematika Allah “All that I give is given to my self. To give is to receive” Apa yang saya berikan
(kepada orang lain) sesungguhnya manfaatnya akan kembali untuk diri saya sendiri. Memberi berarti menerima. Demikian kata Gerald G. Jampolsky, penulis buku Love is Letting Go of Fear . Demikian juga yang dikatakan oleh David Cameron, CEO Images OfOne.com, sekaligus penulis buku Raising Humans and Happy Pocket Full of Money . Dia menulis, memberi itu menyebabkan memiliki. “ To have all, give all to all”. Kesaksian – kesaksian itu dikutip oleh Ahmad Riawan Amin – Direktur Utama Bank Muamalat dalam bukunya yang berjudul The Celestial Management. Menarik sekali apa yang mereka (penulis barat) katakan itu. Sayangnya, tidak ada hal baru dari mereka. Semuanya sudah jelas tertuang dalam Al-Quran dan hadits. Bahwa salah satu faktor yang menjadikan bisnis sukses, harta berkembang biak dan beranak pinak, apabila kita mau berbagi, membayar infaq, zakat dan sedekah. Lho kok bisa? Dalam hidup ini, kadang kita harus percaya pada hal - hal yang sifatnya ghaib , tidak hanya yang terlihat kasat mata saja. Bagaimana mungkin pengeluaran berupa infak, zakat dan sedekah (ZIS) bisa melipatgandakan harta? Bukankah infak, zakat dan sedekah bukan termasuk investasi yang langsung menghasilkan dan dapat diketahui return -nya seperti deposito, reksadana, saham dan produk investasi lainnya? Bukankah kegiatan itu hanya mengurangi uang kita? Disinilah kita harus menyadari bahwa matematika kita tidak sama dengan matematika Allah . Bila kita mengatakan lima dikurangi tiga sama dengan dua, maka matematika Allah menyatakan lima dikurangi tiga sama dengan seribu empat ratus. Allah berjanji akan memberikan pahala zakat, infaq, dan sedekah sampai berlipat tujuh ratus kali. “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha luas, Maha Mengetahui”. Q.S Al - Baqarah (2) : 261 Hadits Rasulullah pun banyak yang menunjukkan bertambahnya rejeki dengan cara bersedekah. Diantaranya, “Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Allah telah berfirman : ‘Wahai anak Adam! Infakkanlah hartamu, Aku akan menambah hartamu”. Pada kesempatan lain, Rasul berjanji, ”Ada tiga hal, aku berjanji tentang tiga hal itu (bahwa ketiga hal itu benar) dan aku akan menceritakannya padamu, maka ingatingatlah! Uang tidak akan pernah berkurang karena amal sedekah. Tidak akan ada seorang pun yang berbuat salah manakala ia sabar, kecuali Allah akan menambah kemuliaannya dan tidak ada seorang pun yang meminta rejeki pada orang lain, kecuali Allah akan memiskinkannya” (HR At-Tirmidzi dan Ahmad). Lalu bagaimana janji – janji Allah tersebut dapat diterima oleh logika akal? Mudah – mudahan uraian berikut dapat menjelaskan hal itu. “Allah memberikan rezeki (materi) kepada manusia melalui manusia yang lain, tidak diturunkan langsung dari langit. Buktinya kita mendapatkan proyek / pekerjaan dari orang lain. Kita mendapatkan uang
53
juga dari konsumen / pelanggan, dan sebagianya. Bukti lainnya, dalam konsep harta menurut Islam, harta atau rezeki yang kita peroleh di dalamnya terdapat titipan atau hak orang lain. Nah, berkenaan dengan itu kita semua sebenarnya telah diangkat oleh Allah untuk menjadi ‘distributor’ rezeki. Allah sebagai pemilik rezeki, berhak memilih orang – orang yang bisa dipercaya, agar proses distribusi rezeki di muka bumi ini berjalan baik. Untuk itu Allah menguji, sebelum kita benar – benar dijadikan ‘distributor’ besar (kaya raya). Salah satu caranya dengan memberikan rezeki secara bertahap, mulai dari kecil. Ketika kita sudah amanah, menjadi ‘distributor’ yang baik (menyampaikan hak fakir miskin dan banyak bersedekah) maka Allah akan meningkatkan rezeki kita. Begitu seterusnya sampai tidak terbatas (kaya raya)” .
Model yang diterapkan Allah seperti itu menunjukkan bahwa Allah ingin memberikan pelajaran kepada kita bahwa hidup di dunia ini tidak bisa lancar bila dikerjakan sendirian tetapi perlu kerjasama atau bekerja secara tim. Perhatikan saja, Allah juga membentuk ‘tim kabinet’ dalam mengatur dunia ini, jumlahnya ada 10 yaitu para malaikat. ‘Program kerja’ Allah di dunia diterjemahkan oleh nabi yang pesannya disampaikan langsung malaikat Jibril. Sedangkan ‘menteri’ perekonomian (pembagi rezeki) dijabat oleh malaikat Mikail. Untuk urusan catat – mencatat amal oleh malaikat Rokib – Atib, dan seterusnya. Sekarang, kita kembali pada pokok persoalan, masalah pembagian rezeki, dapat saya gambarkan sebagai berikut : Allah Penguasa Tunggal Pemilik Rezeki Malaikat Mikail Pembagi Rezeki Manusia Super Kaya Distributor 1
Manusia Super Kaya Distributor 2 Manusia Sangat Kaya Agen 1
Malaikat lainn a
Manusia Super Kaya Distributor 3 dst Manusia Sangat Kaya Agen 2
Manusia Kaya Sub Agen 1
Manusia Sangat Kaya Agen 3, dst
Manusia Kaya Sub Agen 2
Manusia Kaya Sub Agen 3, dst
PILIHAN KITA : MENJADI DISTRIBUTOR, AGEN, SUB AGEN ATAUKAH TIDAK SAMA SEKALI (MISKIN?)
So ... dengan berbagai penjelasan diatas, apa ada buktinya? Mari kita mengamati
bagaimana orang - orang kaya baik di Indonesia maupun di belahan dunia lain, mereka adalah orang - orang dermawan. Mereka selalu menyisihkan sebagian hartanya untuk kegiatan sosial & keagamaan sesuai keyakinannya. Janji Allah dan Rasul-Nya pasti benar!. Dari jaman Rasul, sahabat hingga saat ini sudah banyak buktinya. Mari ambil contoh yang dekat dengan kehidupan kita. Salah satunya Puspo Wardoyo, pengusaha Ayam Bakar Wong Solo (ABWS), sebagaimana di muat dalam Harian Umum Republika, 7 Pebruari 2005, mengeluarkan zakat infak sedekah sebesar 30 persen dari total keuntungan. Tiap bulan jumlahnya sekitar Rp.150 juta. Bahkan ABWS memiliki amil 54
zakat sendiri. Sejak merintis usahanya pada tahun 1991 di Medan, ABWS sudah memiliki 43 cabang yang tersebar di Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan dan Sulawesi dan kini terus berkembang. Lain lagi kisah Ir. Muchammad Fatchan, seorang pengusaha dibidang kontraktor tower. Ia juga merasakan betul manfaat zakat untuk melipatgandakan kekayaan. Dia telah membuktikan bahwa matematika kita tidak sama dengan matematika Allah . Alumnus Teknik Sipil Universitas Diponegoro ini selalu melibatkan Allah dalam bisnis. Wujudnya tiap bulan ada pengajian rutin di pabrik (membaca Surat Yasin dan khatam Al-Qur’an) dan tiap tahun menggelar shalat tahajjud dan shalat tarawih bersama. Khusus untuk pribadinya dia langsung memotong gaji 2,5 persen untuk sedekah anak yatim. Berkenaan dengan ini, dia memiliki cerita unik. Suatu hari di akhir tahun 2004, dia mendengarkan ceramah dari pimpinan Wisata Hati, ustadz Yusuf Mansyur di pabriknya. Ustadz muda itu menganjurkan kepada para jama’ah pengajian agar bersedekah. Ia mengatakan salah satu hikmah sedekah adalah Allah akan mengabulkan hajat dan menambah rejeki hamba-Nya. “Karena saya tak terbiasa membawa uang cash di dompet, akhirnya saya bersedekah jam tangan. Setelah peristiwa itu, hanya dalam waktu beberapa hari saya berhasil mendapatkan proyek pemasangan tower terpadu di Batam. Nilainya Rp.1,8 Milyar. Proyek itu sudah kami kejar selama dua tahun, namun sulit sekali kami dapatkan. Setelah bersedekah, hanya dalam hitungan hari proyek tersebut tembus,” ungkapnya. Sebagai tanda rasa syukur, dia lalu mengeluarkan 2,5 persen untuk zakat dari perkiraan keuntungan proyek tersebut, sebelum pelaksanaan proyek tersebut dimulai. “Alhamdulillah, proyek tersebut terus berlanjut sampai sekarang. Pembayaran tagihan pun semua lancar. Bahkan kini kami dipercaya untuk memasang 70 tower terpadu di Batam,’ ujarnya. Karena itu Fatchan sangat percaya dengan sedekah. Bahkan sedekah dimuka, sebelum sebuah pekerjaan dimulai. “Kami selalu berusaha melibatkan Allah dalam bisnis kami. Caranya dengan memperbanyak zakat dan sedekah”. (Republika, 27 Juni 2005). Bila mengambil contoh ‘ekstrim’, kita dapat menyaksikan reality show di sebuah televisi swasta. Ada tayangan yang menggambarkan orang tidak mampu (miskin) yang diminta tolong oleh seseorang padahal orang (miskin) tersebut masih sangat membutuhkan. Dengan keikhlasannya, si miskin memberikan pertolongan. Kisah selanjutnya, tanpa disangka-sangka oleh si miskin, ia menerima ‘imbalan’ yang jumlahnya berlipat-lipat dari si ‘peminta’ yang menyamar tersebut. Contoh tersebut mungkin kurang relevan karena Anda mungkin berkelit dan mengatakan bahwa itu hanyalah tontonan TV. Kalau pun ada kisah seperti itu dalam kehidupan nyata, toh tidak semua orang berbuat baik langsung mendapatkan balasan, karena balasan itu akan diberikan di akhirat setelah meninggal dunia. Saya tidak ingin memperdebatkan masalah ini karena pada akhirnya Anda-lah yang menentukan sikap, apakah percaya atau tidak. Konsep ini menyangkut kepercayaan, bukan sebuah konsep yang harus bisa dipertanggung jawabkan secara ‘ilmiah matematis’. Di kalangan non muslim, juga banyak kita saksikan orang - orang kaya yang dermawan. Karena agama dan keyakinan mereka juga menganjurkan kedermawanan. Buktinya, dalam sejarah orang - orang kaya di dunia ini biasanya didahului dengan sikap dermawan. Bahkan ketika Donald Trump pada tahun 1990-an bangkrut, ketika dia mempunyai hutang sebesar US$ 3 milyar (± Rp.28,5 trilyun) dan defisit kekayaan sebesar US$ 300 juta (Rp.2,85 trilyun) dia justru giat mengalokasikan 10% dari penghasilan kotornya untuk kegiatan sosial. Langkah ini sengaja dia lakukan untuk mengatasi krisis keuangan. Ternyata langkahnya itu membuat bisnisnya berhasil mengembalikan utang dan kembali menjadi kaya. Apa yang dialami oleh Donald Trump, diakui atau tidak, sesuai dengan firman Allah : 55
”Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah menurut kemampuannya dan orang yang terbatas rejekinya, hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak membebani seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan”. Q.S At-Thalaaq (65) : 7 Dalam bahasa Ustadz Yusuf Mansyur – Pimpinan Pondok Pesantren Tahfiz Qur’an di Tangerang, ustadz muda yang dikenal selalu mengusung tema sedekah – tidak ada masalah di dunia ini yang tidak dapat diselesaikan. Allah telah memberikan solusi, salah satunya adalah sedekah. Ayat diatas oleh beliau ditafsirkan, “Hendaknya orang-orang kaya berbagi kekayaannya, dan barangsiapa yang sedang disempitkan rejekinya, hendaklah bersedekah”. Kenapa orang yang ditimpa kesulitan kok malah disuruh bersedekah? “Inilah rahasianya. Allah menjamin bahwa sedekah bisa membeli masalah. Sedekah pun bisa membeli keinginan. Allah berjanji akan membalas satu kebaikan dengan 10 hingga 700 kebaikan, bahkan tak terhingga”. Bahkan dia mengatakan, “Belilah masalah dengan sedekah”. Selain muslim, banyak juga milyuner non muslim sukses karena kedermawanannya. Contoh ini saya kutip dari Majalah Businessweek edisi Indonesia, nomor 27/III/ 15 Desember 2004 tentang hasil pemeringkatan 50 donatur terbesar di Amerika. Pada urutan pertama diduduki oleh Bill dan Melinda Gates dengan sumbangan selama hidupnya mencapai USD 27.976 juta. Sedangkan di urutan kedua diduduki oleh Gordon dan Betty Moore (Co-founder Intel Corp.) dan pada posisi ketiga dan keempat Warren Buffet dan George Soros. Meski selama ini Warren Buffet dikenal sangat pelit ketika hidupnya, namun dia sudah menyiapkan yayasan yang akan menampung hartanya untuk kegiatan sosial saat dia meninggal dunia. Kebalikan dari paradigma diatas, kita masih menyaksikan banyak orang - orang pelit. Orang – orang yang mengira dengan cara itu harta kekayaannya dapat bertambah secara signifikan. Orang pelit juga beranggapan bahwa sedekah akan mengurangi hartanya. Padahal bisikan kekurangan (kemiskinan) itu datangnya dari setan sebagaimana firman Allah : “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia yang melimpah. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. Q.S Al-Baqarah (2) : 268 Karena pelit, Allah akan mengurangi kekayaan dengan jalan yang tidak disangkasangka atau tidak diperkirakan sebelumnya. Misalkan uang hilang, anak sakit dengan biaya pengobatan besar, investasi rugi, rumah kebakaran dan lainnya. Saya memiliki banyak kisah nyata tentang hal ini. Salah satunya, sebut saja – Budi, salah seorang yang sangat dekat dengan saya. Dalam menggunakan uangnya, Budi termasuk orang pelit. Ada dua peristiwa menimpa dirinya, menurut saya merupakan peringatan dari Allah. Kejadian pertama, ketika Budi pergi ke sebuah tempat dengan naik bus metromini jurusan Pasar Minggu – Manggarai Jakarta. Ditengah perjalanan Budi diminta uang Rp.1.000,- oleh anak muda yang kelihatannya sangat membutuhkan. Anak muda itu bukan orang yang biasa minta alias pengemis. Meski Budi menyadari anak muda itu bukan pengemis, dia menolak dengan alasan tidak ada uang. Anehnya, ketika Budi bersiap-siap turun dan akan membayar ongkos bus, dia mendapatkan dompetnya dalam 56
keadaan tidak ada uang sama sekali. Padahal sebelumnya dia sangat yakin ada beberapa puluhan ribu rupiah. Budi mulai bingung. Ditengah kebingungan, dia memberanikan diri untuk meminta pada orang yang duduk disebelahnya. Nasib ‘baik’ masih berpihak padanya karena orang yang diminta bersedia membayar ongkosnya. Kejadian kedua ketika Budi diminta tolong oleh mantan teman kuliah, yang istrinya sakit parah dan harus dioperasi. Sang teman, sebut saja Johan, tidak memiliki biaya. Bila operasi tidak segera dilaksanakan bisa berakibat kematian. Dasar Budi pelit, dia tidak memberikan hutang sebagaimana yang diminta Johan. Dia hanya memberikan beberapa rupiah dengan menggerutu alias tidak ikhlas. Karena Johan butuh banget uang dan tidak memiliki rekening di bank, timbullah ide untuk meminjam rekening Budi beserta ATM-nya untuk menampung uang pinjaman dan sumbangan dari teman – temannya di luar daerah. Budi keberatan karena khawatir rekeningnya disalahgunakan. Alternatifnya, Budi memberikan nomor rekeningnya saja dan apabila ada transfer uang, dia akan mengambilnya. Pada hari berikutnya, Budi bersama teman yang lain berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan di daerah Cililitan – Jakarta Timur. Ketika melihat mesin ATM Bersama, Budi iseng melihat rekeningnya dan melihat saldonya menjadi Rp.1.052.000,yang sebelumnya hanya Rp.52.000,-. Dia berusaha menarik tunai namun mesin ATM menolaknya. Meski demikian Budi sangat yakin ada transfer sebesar Rp.1.000.000,karena dia telah melihat lembar struk (informasi saldo) itu bersama temannya. Sesampainya di rumah Budi menelepon Johan agar segera mengambil uangnya. Meski Budi belum dapat mengambil uang di ATM, dia tetap memberikan uang Rp.1.000.000,kepada Johan. Uang sebesar itu sebelumnya dia dapatkan dari arisan. Keesokan harinya Budi kembali ke ATM dekat rumahnya, dan dia terkejut karena tidak ada transfer sama sekali. Budi penasaran dan ingin mengecek langsung ke teller dengan membawa buku tabungan. Anehnya, buku tabungannya hilang entah kemana sehingga dia harus lapor kehilangan ke polisi setempat untuk mendapatkan buku baru. Setelah datang ke teller, uang transfer tetap tidak ada. Begitulah cara Allah mengeluarkan kekayaan seseorang dengan berbagai cara. Meski orang menggenggam uang sekuatnya, jika Allah berkehendak lain, tetap saja uang lari darinya. Banyak orang memiliki persepsi bahwa harta yang ditahan dapat menambah kekayaannya, padahal persepsi itu sangat keliru. Harta yang tidak dikeluarkan ZIS-nya justru menjadi penghambat rejeki dan bisa mencelakakan dunia - akhirat. Harta bisa diibaratkan antara air dan selokan (sungai). Bila rejeki tidak dikeluarkan ZIS - nya, maka rejeki (yang kita tahan) tersebut akan menjadi penghambat atau menyumbat jalannya air (harta) yang akan datang kepada kita. Akibatnya, air (harta) itu tidak lagi memberikan manfaat optimal tapi malah menjadi malapetaka (banjir) karena air tidak dapat mengalir dengan lancar. Itu baru di dunia. Bagaimana di akhirat? Inilah peringatan Allah : “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak dilehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan”. Q.S Ali Imran (3) : 180 Suze Orman dalam buku best seller-nya yang terjual lebih dari 2 juta eksemplar : The 9 Steps to Financial Freedom (9 langkah menuju kekayaan sejati) memberikan 57
uraian tentang uang dan kedermawanan sebagai berikut. “Uang mengalir melewati kehidupan kita seperti air – kadang – kadang banyak dan kadang-kadang sedikit. Saya meyakini bahwa diri kita, secara efek, adalah sebuah gelas, yaitu kita hanya bisa menampung jumlah tertentu; setelah itu airnya – atau uang – akan melimpah dan hilang ke selokan. Ada orang yang memiliki gelas yang lebih besar, ada yang memiliki gelas yang lebih kecil, tetapi kita semua memiliki kapasitas untuk menerima lebih banyak dari yang kita miliki. Saat Anda melakukan pemberian, gelas itu akan segera dipenuhi lagi berulang kali. Saya tahu bahwa saya selalu merasa lebih baik setelah memberikan sebuah sumbangan – lebih kuat, lebih berharga, lebih berkuasa. Dan setelah beberapa saat saya mulai meyakini bahwa bukanlah kebetulan kalau setiap kali saya memberikan sumbangan, semakin banyak uang yang datang ke pangkuan saya. Hal ini sepertinya sebuah konsep yang sangat aneh pada awalnya; banyak klien saya yang menganggapnya begitu. Satu pertanyaan yang selalu saya dapatkan pada langkah ini adalah, “Tapi Suze, saya tahu banyak orang kikir dan memiliki jiwa yang sangat pelit, orang-orang yang memiliki banyak uang, tetapi tidak pernah memberikan uang sedikitpun. Mengapa mereka bisa memiliki banyak uang?” .... Menjadi kikir tidak ada hubungannya dengan berapa banyak uang yang Anda miliki. Anda bisa kaya dan kikir, atau miskin dan dermawan. Orang-orang yang kikir selalu menjaga gelasnya dan menimbun kekayaan lebih banyak lagi, mereka akan memastikan bahwa tidak ada yang keluar dari gelasnya itu. Air baru selalu mengucur masuk untuk menjaga air didalam gelas itu tetap segar dan berguna, jika tidak, semuanya akan menjadi diam, seperti air yang tidak berputar dalam sebuah kolam”
Untuk melengkapi uraian diatas, saya berikan kisah nyata yang saya kutip dari harian umum Republika tanggal 28 September 2005, dimana ada seorang guru agama yang hidup sederhana. Dia sangat merindukan sekali bisa berangkat ibadah haji, namun selalu terbentur biaya. Pada suatu hari ia menjual sepeda motor satu - satunya seharga Rp.6 juta dan disedekahkan. Ia pun berdo’a agar Allah mengabulkan niatnya untuk pergi haji sekaligus memergikan haji istri dan ibunya. Ia sadar bahwa secara hitungan penghasilan, ia tidak mampu. Tetapi ia pun tahu bahwa tidak ada yang sulit bagi Allah. Beberapa waktu kemudian, ketika ia sedang menjaga warung milik temannya, ada seseorang yang datang dan menanyakan pemilik sebidang tanah yang dijual. Tanah itu berada didepan warung tersebut. Setelah bertanya, orang ‘asing’ itu meninggalkan dirinya. Beberapa hari kemudian, orang ‘asing’ itu datang kembali dan memberikan uang sebesar Rp. 67 juta sebagai ucapan terima kasih atas transaksi jual beli tanah tersebut. Cerita ini menunjukkan bahwa harta berupa motor itu ternyata menjadi penyumbat bagi masuknya rejeki. Itulah sebabnya ketika motor di jual dan disedekahkan, maka Allah mempermudah rejekinya dan memenuhi permintaannya. Subhanallah, Allah menepati janji-Nya. Tidak hanya itu, orang kaya yang dermawan juga diutamakan masuk surga. Dalam keterangan sebuah kitab kuning (sorry ya, saya lupa nama kitabnya!) diceritakan ada empat golongan orang yang akan masuk surga yaitu orang mati syahid, ulama, haji mabrur dan orang kaya yang dermawan. Pada kesempatan pertama malaikat mempersilahkan orang mati syahid untuk masuk surga duluan. Ternyata orang yang mati syahid itu menolak dengan alasan yang lebih berhak adalah ulama yang mengajarkan padanya ilmu sehingga ia bisa menjadi orang baik. Maka malaikat pun kemudian mempersilahkan ulama untuk masuk surga. Tetapi sang ulama pun keberatan masuk duluan karena dia malu sama orang kaya yang dermawan sebab dia yang memberikan fasilitas untuk proses belajar mengajar. Akhirnya malaikat mengijinkan orang kaya yang dermawan masuk surga lebih dulu.
58
Bert ambah Kaya dengan Mensej aht erakan Or ang Lain Sebagian orang sering lupa bahwa hakikat membantu orang lain, baik membantu dalam hal keuangan, mengajarkan ilmu pengetahuan, membantu biaya pendidikan, mencarikan pekerjaan, memberikan jalan bisnis dan lainnya adalah ‘membantu’ diri kita sendiri. Lho kok bisa begitu, bagaimana ceritanya? Mari kita kupas hal itu. Hakikat orang memberi makan orang lain adalah memberi makan dirinya sendiri, karena pemberian itu merupakan amal yang akan bermanfaat di akhirat. Sedangkan manfaat di dunia, kita akan mendapatkan imbalan rejeki, karena orang yang kita beri makan akan mendo’akan kelancaran rejeki kita. Hakikat orang mengajar ilmu pengetahuan adalah mengajar dirinya sendiri karena dengan mengajar, ilmu yang diajarkan tidak akan lupa, malah semakin diingat dan berkembang. Hakikat orang membantu mencarikan pekerjaan bagi orang lain adalah meringankan pekerjaan bagi diri sendiri karena dengan kebaikan tersebut orang yang kita bantu biasanya balik membantu, memberikan peluang bisnis lain, dan sebaginya. Kalau pun tidak, Allah sendiri yang akan membantu dari jalan yang tidak disangka - sangka. Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya kalian akan diberi pertolongan dan akan diberikan rejeki oleh Allah, manakala kalian mau menolong, membantu dan memberi kepada orang - orang yang lemah dan menderita dalam kehidupan”. Jangankan menolong orang lain, membantu binatang pun kita akan mendapatkan kebaikan, sebagaimana sabda Rasulullah : ”Seorang perempuan pelacur Bani Israel yang telah mendapatkan ampunan, karena pada suatu hari ia melewati seekor anjing yang kehausan hampir mati. Maka perempuan pelacur itu melepaskan sepatunya dan mengikatkannya dengan penutup mukanya, lalu ia mengambil air dengan sepatu itu untuk diminumkan kepada anjing tersebut. Maka ia pun diampuni karenanya”. Saya mengamati orang – orang yang sukses secara finansial, ternyata diantara mereka terdapat benang merah atau kesamaan, dimana mereka itu adalah orang – orang yang bermanfaat bagi orang banyak (masyarakat). Misalnya pengusaha sukses, dia telah membantu banyak orang mendapatkan pekerjaan (membantu mensejahterakan pegawainya). Anda juga bisa memperhatikan sistem perusahaan Multi Level Marketing (MLM). Dalam sistem itu, semua anggotanya diajak untuk berhasil dan untuk itu perusahaan MLM menyediakan sarana dan pelatihan. Semakin berhasil anggota yang ada dibawah ( down line), maka anggota yang diatasnya ( up line) semakin sukses. Demikian juga pemilik perusahaan MLM, sangat berkepentingan agar semua anggotanya sukses karena itu akan menambah kesuksesannya. Kisah Muhammad Yunus, pendiri Grameen Bank di Banglades, saya yakin merupakan bukti nyata kebenaran ayat – ayat Allah dan hadits Nabi. Grameen Bank adalah perusahaan unik yang didirikan dengan tujuan tunggal menyalurkan kredit mikro kepada kaum miskin di Banglades. Grameen Bank berkembang berkat niat tulusnya sekitar 25 tahun lalu. Ketika itu dia mengajar ekonomi di salah satu universitas di Banglades yang sedang di landa kelaparan. Di dalam kelas dia mengajarkan teori ekonomi yang muluk – muluk dengan antusiasme sebagai seorang doktor yang baru 59
lulus dari Amerika. Namun ironisnya, selesai mengajar dan keluar kelas dia langsung melihat kerangka hidup (orang - orang kurus kering karena kelaparan) berkeliaran di sekelilingnya. Itulah sebabnya ia merasa apa yang ia pelajari dan apa yang ia ajarkan hanyalah khayalan, tak punya arti dalam kehidupan mereka. DR. Muhammad Yunus akhirnya mempelajari kehidupan orang -orang kampung untuk mengetahui apakah ada sesuatu yang bisa dikerjakan untuk membantu mereka. Yunus kemudian mulai memberikan bantuan modal kepada seorang ibu pembuat dingklik (kursi kecil) bambu. Bermula dari situ kemudian berkembang dan semakin banyak ibu-ibu yang dibantu. Untuk memenuhi kebutuhan modal tersebut, Yunus berhasil meyakinkan dan meminjam dari bank di kampusnya. Dari satu desa, usaha Yunus berkembang menjadi ratusan desa. Pada tanggal 2 Oktober 1983, Yunus secara resmi mendirikan sebuah bank yang diberi nama Grameen Bank. Kini bank tersebut bekerja di lebih dari 46.000 desa di Banglades melalui cabangnya sebanyak 1.267, dengan jumlah pegawai lebih dari 12.000 orang. Pinjaman yang disalurkan lebih dari 4.5 milyar dollar AS. Pada tahun 2004, Muhammad Yunus melakukan terobosan yang tidak lazim. Bank itu membidik 10.000 pengemis disekitar Banglades sebagai nasabahnya. Ia berobsesi menjadikan pengemis itu menjadi pengusaha. Cara yang dilakukan pun sangat unik. Berikut ini penuturannya, “Kami pergi kepada para pengemis dan saya bilang pada mereka, “Coba lakukan tugas bapak ibu seperti biasa. Mengemis dari rumah ke rumah. Tapi kali ini bawalah permen, es lilin, kacang, kue - kue kering, atau barang dagangan apa saja. Kalau kamu capek mengemis, tawarkan dagangan, dan kalau capai lagi, mengemislah lagi. Nah sekarang Anda punya pilihan : menjadi pengemis atau pedagang asongan’. Mungkin pada beberapa rumah mereka mengemis, dan pada rumah - rumah lainnya berjualan”. Yunus mungkin ‘gila’ karena untuk ‘bisnis’ itu, ia sama sekali tidak menarik untung. Semua pinjaman diberikan tanpa bunga dan biaya apa pun. Bahkan jangka waktu pengembaliannya juga cukup panjang ( long term) dengan angsuran hanya 3,4 sen seminggu. Pengemis itu pun masih di tutup asuransi jiwa tanpa membayar premi. Sungguh ini adalah sebuah contoh perusahaan yang dibangun untuk sesuatu yang mulia. Perusahaan yang tidak mengejar untung jangka pendek, tetapi menciptakan keuntungan dalam jangka panjang dengan terbentuknya komunitas yang ia bangun. Komunitas yang terbangun, dalam jangka panjang akan menjadi sumber penghasilan. Kalau kita memperhatikan ilmu marketing (pemasaran), disana kita menemukan inti dari ilmu itu adalah memuaskan kebutuhan konsumen / pelanggan sehingga mereka menjadi loyal. Tidak ada artinya produk dan jasa sebagus apa pun bila tidak memenuhi kebutuhan apalagi memuaskan konsumen. Konsumen membeli produk dan jasa karena mereka berharap manfaat dari yang dibelinya. Berapa pun harganya bila konsumen membutuhkan, konsumen akan berusaha membayarnya. Jadi konsumen atau siapapun adalah mitra untuk hidup sejahtera. Semakin orang lain atau konsumen loyal menggunakan produk dan jasa kita, loyal membantu atau loyal dalam banyak hal, maka hidup kita semakin mudah dan semakin sejahtera. Pepatah mengatakan teman seribu masih kurang, musuh satu terlalu banyak. Begitulah kita hidup, harus saling tolong menolong. Allah maha penolong dan Dia tidak pernah kehabisan dengan yang dimilikinya. Selain itu kita mesti ingat bahwa apa pun yang diperbuat, baik atau pun buruk akan mendapatkan balasan yang setimpal. “Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan sebesar zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan sebesar zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya”. Q.S Az-Zalzalah (99) : 7 - 8 60
”Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri”. Q.S Al-Israa (17) : 7 Cepat atau lambat apa yang dilakukan hasilnya akan kita terima. Islam memang tidak mengenal hukum karma, tetapi Islam memberikan ganjaran atau balasan setimpal kepada siapapun yang berbuat baik ataupun buruk. Kalau boleh saya memberikan perumpamaan, apa pun yang kita lakukan ibarat melempar bola ke tembok. Semakin kencang bola dilemparkan, semakin keras kita menerima bola. Dalam bahasa Mario Teguh – Business Effectiveness Consultant , dalam membina karir, bisnis dan kehidupan yang baik itu memiliki tujuh kesejajaran yang menarik dengan upaya seseorang yang bermain tenis melawan dinding (Media Indonesia, 22 September 2004). Dalam bermain tenis, pertama, kita harus ‘serve’ untuk memulai. Ini berarti, kita harus memulai (melayani) lebih dulu bila kita ingin hubungan dengan siapa pun menjadi baik. Kedua, menyesuaikan kekuatan pukulan dengan kemampuan mengembalikan. Dinding akan mengembalikan bola sesuai dengan kekuatan pukulan. Kita harus menyesuaikan kekuatan pukulan dengan kemampuan kita menerima kembalian dari dinding itu. Kita tidak bisa menjanjikan pelayanan yang berada diluar kemampuan pribadi dan organisasi kita untuk memenuhinya. Itu sebabnya kita harus membangun kemampuan melayani yang lebih besar untuk bisa berperan lebih besar dalam masyarakat. Ketiga, Belajar dari bagaimana dinding mengembalikan pukulan. Pendapat mengenai kualitas kita ada pada mereka yang melihat. Kita tidak bisa menuntut bahwa kita pandai, bila orang lain tidak melihat kita bersikap dan berperilaku pandai. Dengan demikian, mempelajari bagaimana menyenangkan orang (pelanggan) adalah cara terbaik untuk meningkatkan keefektifan pelayanan pribadi. Keempat, bila kita memberikan tipuan, dia akan juga menipu kita. Karir, bisnis dan kehidupan ini bersifat ’ inert’ . Dia menjadi seperti apa yang kita perlakukan. Semakin kita bertindak jujur dalam karir, bisnis dan kehidupan, semakin dinding itu berlaku fair kepada kita, dan sebaliknya. Kelima, dinding yang seimbang akan berdiri tegak. Tidak ada seorang pun bisa berdiri tegak bila dia tidak menyeimbangkan antara pekerjaan, istirahat dan rekreasi yang cukup. Keenam, dinding akan memainkan permainan apa pun yang kita pilih. Maka pilihlah permainan dengan baik. Bila orang memilih permainan kecil, hidup juga akan memberikan karir dan bisnis yang kecil pula. Bila dia memilih permainan besar dan yang besar kegunaannya bagi banyak orang, hidup juga memilihkan karir dan kehidupan yang besar pula baginya. Ketujuh, semakin baik bermain, semakin baik perspektif kita. Orang yang belum ahli akan bermain dekat-dekat dengan dinding. Setelah dia menjadi ahli, dia bisa memukul dan menerima bola dari jarak yang lebih jauh. Karena jarak itulah dia bisa melihat dan memperhatikan banyak hal, dan pandangan yang lebih luas itulah yang membuatnya lebih bijak. Semua cerita dan ulasan diatas semoga membukakan pintu hati kita semua. Sehingga pada akhirnya kita bisa mengatakan bahwa semakin banyak berbagi (dan melayani), semakin banyak menerima . Bila pada pribadi masing-masing orang sudah tertanam pemahaman dan keyakinan seperti itu, maka bersiap - siaplah untuk hidup dalam kelimpahan kekayaan penuh keberkahan.
61
Uang Berpi hak Pada Or ang Bij ak Pada tahun 2000 lalu, teman - teman di kantor tempat saya bekerja, rame - rame menginvestasikan uangnya pada salah seorang rekan yang juga sekantor, dengan bunga tetap ( fixed) sebesar 10 persen setiap bulan. Uang itu oleh si Bimasakti – sebut saja namanya begitu, diinvestasikan pada pasar saham. Dana yang terkumpul saat itu mencapai milyaran rupiah, karena diantara mereka ada yang menginvestasikan sebesar Rp.500 juta. Singkat cerita, bulan pertama kerjasama ini berjalan lancar. Bulan kedua, ketiga hingga bulan ketujuh masih lancar pembayaran bunganya. Melihat ‘peluang’ investasi yang demikian menggiurkan itu, para investor menambah uangnya. Bahkan uang hasil investasinya tidak diambil tetapi diakumulasikan dengan investasi pokoknya. Setelah sekian bulan kerjasama itu berjalan lancar, pada bulan berikutnya mulai ‘batuk - batuk’ alias pembayaran bunganya tersendat sampai akhirnya macet. Bimasakti melarikan diri hingga saat ini tidak diketahui dimana keberadaannya. Uang investor hilang, investasi tidak jadi untung tetapi malah buntung!. Ini adalah sepenggal cerita, dimana di dunia ini masih banyak orang - orang yang tidak bijaksana dalam mengelola uangnya. Saya mengatakan tidak bijaksana karena hasil yang dijanjikan oleh pengelola uang, si Bimasakti, sebesar 10 persen, tidak wajar. Bagaimana mungkin investasi dalam setahun menghasilkan 120 persen? Memang dalam dunia investasi berlaku hukum high risk high return (semakin tinggi risiko, semakin tinggi peluang hasilnya). Namun kita harus tetap bijaksana dalam menilai investasi yang ditawarkan. Logikanya, investasi dengan penghasilan tetap 10 persen per bulan adalah tidak rasional, meski dalam perdagangan saham dimungkinkan mendapatkan hasil sampai 100 persen dalam setahun. Tetapi hasil sebesar itu tidak dapat dipastikan, sebab peluang rugi besar juga sangat mungkin. Uang akan ‘kerasan’ atau ‘betah’ bilamana kita bisa memperlakukannya secara bijaksana. Karena ditangan orang - orang yang bijaksana, uang juga akan diperlakukan dengan bijaksana pula. Orang bijaksana tidak pelit, juga tidak boros. Mereka berhati hati dalam membelanjakan uang termasuk dalam berinvestasi dan berhati - hati pula dalam mendapatkan uang. Berhati-hati mendapatkan uang berarti memperhatikan rambu - rambu atau norma, sehingga dalam jangka panjang uang juga akan percaya padanya. Bagi orang yang tidak berhati-hati dalam mendapatkan uang, suatu saat uang akan lari darinya karena akan mendapatkan masalah dengan sikapnya itu. Uang akan habis untuk membiayai masalahnya. Itulah yang sering terjadi. Sebagai contoh, orang yang tidak bijak dalam mendapatkan uang adalah para koruptor, maling, penipu dan lainnya. Orang bijak, selalu berorientasi jangka panjang. Salah satu sikap paling penting agar sukses finansial adalah berpikir jangka panjang. Dengan berpikir jangka panjang, perbuatan dan langkah kita akan diperhitungkan secara matang dengan perencanaan yang baik. Kita harus memiliki keyakinan bahwa hidup kita saat ini sebenarnya hanyalah merupakan hasil dari serangkaian pikiran, langkah dan tindakan masa lalu. Bila saat ini menjadi seorang sarjana itu karena kita telah menyelesaikan kuliah di masa lalu. Bila saat ini kita menjadi pegawai, artis, pengusaha atau pekerjaan lainnya, itupun karena pilihan kita dimasa lalu. Demikian juga bila sukses finansial dan menjadi kaya, itu pun dari serangkaian tindakan kita yang bekerja, menabung dan mengelola penghasilan dengan baik di masa lalu. Bayangkan bila saat itu uang yang kita peroleh dihabiskan begitu saja untuk kesenangan sesaat, tentu kita tidak sekaya saat ini. Dan seterusnya, masih banyak contoh lain. Itulah sebabnya, dalam setiap cerita orang - orang sukses
62
ataupun orang - orang kaya, mereka selalu meraihnya dalam waktu panjang. Jarang sekali yang mendapatkannya dalam waktu singkat, kecuali mendapatkan lottre atau warisan. Orang bijak memahami betul bahwa uang itu mudah habis. Semua orang tentu sepakat bahwa uang mudah habis, sementara bagi sebagian besar orang mencari uang sangat sulit namun bagi sebagian lain, yang sudah mengetahui ‘jalan’nya mendapatkan uang itu sangat mudah, Dalam pepatah Jepang dikatakan, “Mencari uang bagaikan menggali dengan satu paku, sedangkan menghabiskan uang bagaikan menuangkan air ke pasir”. Itulah sebabnya kita harus memperlakukan uang dengan bijaksana!. Dalam buku Finansial Sukses tulisan Brian Tracy, disebutkan Hukum Parkinson yang mengatakan bahwa berapapun jumlah uang yang diperoleh seseorang, mereka cenderung lebih banyak menghabiskan dari pada menabungnya. Pengeluaran semakin bertambah seiring jumlah penghasilan. Banyak penghasilan orang saat ini berlipat kali dari gaji pertama, namun mereka tetap saja merasa kurang. Berapapun penghasilan yang diperoleh, manusia tidak merasa cukup. Berdasarkan hukum tersebut, Brian Tracy mengemukakan dua akibat yaitu : “Ketergantungan keuangan berasal dari penyimpangan Hukum Parkinson”. Inilah alasan munculnya hutang, takut tidak punya uang, dan frustasi. Kita akan sukses hanya jika mampu mencegah godaan menghamburkan uang sehingga bisa mengelola uang dengan bijak. Sedangkan akibat kedua adalah, “Jika bertambahnya pengeluaran lebih kecil daripada kenaikan pendapatan dan sisa uang bisa ditabung atau diinvestasikan, maka kita akan kaya raya”. Inilah kuncinya!. Dengan melanggar hukum Parkinson, maka kita sebenarnya bisa menjadi kaya raya. Uang juga akan berpihak pada orang - orang yang berpikir kaya. Karena orang orang kaya berpikir bagaimana memperoleh kekayaan, bagaimana menggunakan dan mensyukuri yang ada dan bagaimana merealisasikan keinginan - keinginan yang dicitacitakan. Dengan sikap ini, maka langkah yang akan diarahkan menjadi lebih positif. Berbeda dengan orang - orang miskin. Apa yang dipikirkan orang miskin? Mereka memenuhi pikirannya dengan kekurangan, kelangkaan dan ketidakmampuan. Mereka merasa tidak mempunyai meski dia sudah memiliki, mereka merasa tidak mampu meski sebenarnya mereka mampu. Mereka menyalahkan orang lain atau harga-harga barang yang dinilainya terlalu mahal, sehingga tidak ada waktu untuk memikirkan bagaimana mengatasi keterbatasan yang ada, tetapi lebih banyak menyalahkan kondisi yang ada.
63
Keput usan & Konsist en Dalam buku Think and Grow Rich tulisan Napoleon Hill disebutkan bahwa dari analisis lebih dari 25 ribu orang laki - laki dan perempuan yang berpengalaman (pernah) gagal, terungkap fakta bahwa keterlambatan dalam pengambilan keputusan merupakan penyebab terbesar kegagalan mereka. Sementara itu, hasil survei dari ratusan orang yang memiliki kekayaan milyaran dollar menunjukkan bahwa mereka memiliki kebiasaan mengambil keputusan secara cepat dan sulit mengubah keputusan yang pernah dibuatnya. Orang - orang yang gagal mengakumulasikan kekayaan - tanpa terkecuali karena mereka memiliki kebiasaan mengambil keputusan secara lambat dan mudah berubah - ubah dengan keputusannya. Mayoritas orang yang gagal mengakumulasikan kekayaan juga karena mereka mudah dipengaruhi oleh pendapat lain. Mereka mengijinkan koran, majalah dan media lain serta gosip-gosip murahan mempengaruhi jalan pikirannya. Padahal pendapat umum biasanya lebih banyak merugikan dan menurunkan kemauan serta keputusan yang telah dibuat. Oleh karena itu, jika ingin sukses, maka yakini apa yang sudah menjadi keyakinan dan keputusan serta selalu konsultasikan dengan kelompok - kelompok diskusi atau orang - orang yang dianggap sebagai pembimbing atau mentor. Jadi yang menentukan apakah seseorang dapat meraih kekayaan berlimpah penuh keberkahan atau tidak, modal awalnya hanya pada keinginan dan keputusan. Apakah kita memutuskan untuk memilih hidup seperti itu atau tidak. Memutuskan saat ini juga atau masih menunggu beberapa tahun kemudian. Bila keputusan dibuat sejak dini, Insya Allah kita tidak menyesal dikemudian hari. Sebaliknya bila kita menunda nunda membuat keputusan untuk masa depan, terlalu besar ongkos yang harus kita bayar di kemudian hari. Modal utama hidup ini hanya WAKTU, sehingga waktu ini sangat berharga bagi kita. Sayangnya kita kurang memahami hal ini. Bayangkan saja, waktu 1 detik pun bagi seorang atlit seperti pembalap, perenang, pelari sangat- sangat berharga karena menentukan menang atau tidak. Hidup ini pilihan, dan pilihan itu ditentukan ketepatan dan kecepatan dalam mengambil keputusan. Setelah keputusan diambil, maka untuk mewujudkannya butuh sikap konsisten, tekun dan terus - menerus mengarahkan tindakan kearah itu. Tanpa itu, nothing! alias tidak ada artinya sama sekali. Kita juga akan kesulitan mewujudkan citacita atau tujuan hidup bila tujuannya berubah - ubah. Banyak orang secara tidak sadar atau secara sadar mengganti tujuan - tujuan hidupnya. Suatu saat ingin menjadi bankir sukses, berubah ingin menjadi pengusaha restoran. Selang beberapa lama, berubah lagi ingin menjadi pengusaha garmen yang sukses. Jika demikian kondisinya, maka jangan pernah berharap kita dapat mencapai apa yang kita inginkan dalam hidup ini. Hidup ini perlu konsistensi! Kalau mengenai cara meraihnya, boleh berubah-ubah strateginya, asal tujuan tetap sama. Kalau dalam bahasa orang - orang politik, “Tidak ada lawan abadi, yang ada kepentingan abadi!”. Keputusan yang bisa berhasil juga karena dilandasi dengan keyakinan yang tepat dan kuat. Bila keyakinan tidak tepat dan kuat akan sia-sia juga. Sebagai contoh ketika kita sudah mengambil keputusan untuk berbisnis namun keyakinan kita masih ‘setengahsetengah’ , hasilnya pun akan setengah - setengah karena langkahnya setengahsetengah!. Ketika orang memiliki keyakinan berhasil, dia pasti berhasil, karena orang tersebut akan berjuang lebih keras. Meski tidak sedikit biaya yang harus dibayar untuk mempertahankan sebuah keputusan dan keyakinan. Bila dalam usahanya meraih tujuan mengalami kegagalan, dia akan bangun lagi, bangun lagi, dan bangun lagi sampai
64
berhasil. Dia tidak mudah mengubah keyakinannya sampai benar-benar berhasil. Berbeda dengan orang yang tidak yakin, begitu kegagalan pertama, langsung berhenti berusaha. Maka selesailah sudah, tidak ada sukses yang bakal menghampiri dia. Wallahu a’lam bishawaab.
65
Rukun 3 : Perencanaan Keuangan 100 0 Tahun
Rencana Keuangan 1000 Tahun Evaluasi Sumber Penghasilan Perencanaan Pengeluaran Perencanaan Menyucikan Kekayaan Perencanaan Investasi : Halal Berkah Bertumbuh Managemen Hutang Piutang Perencanaan Pendidikan Anak Perencanaan Pensiun & Wasiat Perencanaan Risiko •
•
•
•
•
•
•
•
•
66
Rencana Keuangan 1 000 Tahun Hampir semua pakar keuangan keluarga menyarankan untuk membuat rencana keuangan hanya sampai meninggal dunia. Saya lebih menyarankan kepada siapa pun merencanakan keuangan untuk kehidupan didunia dan akhirat nan abadi. Berapa lamanya, kita tidak tahu karena disana kita akan selamanya hidup dalam keabadian. Saya lebih suka menyebutnya perencanaan keuangan 1000 tahun. Angka 1000 tahun ini untuk penyederhanaan saja, untuk menggambarkan bahwa kita hidup selamanya. Oleh karena itu jika ada yang ingin membuat perencanaan keuangan 1.000.000.0000 (satu milyar) tahun terserah saja. Itu hanya istilah saja. Berikut ini langkah - langkah yang harus dilakukan dalam membuat rencana keuangan yaitu : 1. Financial Check Up 2. Menetapkan Tujuan Keuangan 3. Menata Ulang Kondisi keuangan 4. Evaluasi & Penyesuaian Langkah 1 : Financial Check Up
Ibarat kesehatan manusia, kesehatan keuangan juga perlu di - check up alias diperiksa untuk mengetahui apakah masih sehat, tambah sehat atau malah turun kesehatannya. Pemeriksaan keuangan, minimal harus dilakukan pada aset dan kewajiban serta arus kas keuangan ( cash flow ). Keuangan keluarga juga mirip dengan keuangan perusahaan yang harus dikelola secara profesional. Pemeriksaan kesehatan keuangan penting untuk mengetahui sumber penghasilan rutin maupun sumber lain termasuk investasinya apakah sudah optimal atau belum. Demikian juga implikasi pengeluaran terhadap aset dan hutang yang kita miliki saat ini. Apakah aset bertambah atau berkurang. Jangan sampai hutang bertambah tetapi aset tidak bertambah. Pemeriksaan kesehatan keuangan juga untuk memastikan, apakah penghasilan atau pengeluaran kita sudah sesuai kewajaran atau belum. Bila belum, bagaimana memperbaiki kondisinya. Bagaimana mendapatkan penghasilan secara optimal, menentukan strategi investasi atau pengelolaan pengeluaran yang benar. Financial Check Up : Aset & Kew aj iban
Setiap orang atau keluarga seharusnya memiliki laporan neraca keuangan yang menggambarkan aset dan kewajibannya. Berikut ini saya berikan contoh aset dan kewajiban si Fulan posisi per 31 Desember 2005, yang tercatat dalam sebuah neraca keuangan pribadinya. Posisi Per 31 Desember 2005
67
Aset Kas Operasional
o Kas Tunai o Uang di Bank/ATM o Piutang/Tagihan Aset I nvest asi
o o o o o o o o o o
Deposito Saham Obligasi Tabungan Pensiun Tab. Pendidikan Perhiasan Nilai asuransi Saham Bisnis Property Lainnya
Nilai (Rp.000) 13,500
1,500 12,000 195,500
25,000 5,500 15,000 150,000 -
Aset Operasion al
299,000
o Mobil Pribadi o Motor o Rumah Tinggal o Perabot rumah o Lainnya
75,000 9,000 200,000 15,000
TOTAL ASET
508,000
Kewajiban Jangka Pendek
o Kartu Kredit o Lainnya
Jk Panj ang
o o o o
Nilai (Rp.000) 1,500
1,500 -
120,000
KPR Kredit Mobil Kredit Motor Lainnya
100,000 20,000 -
KEWAJI BAN
121,500
KEKAYAAN BERSI H
386,500
ASET + KEWAJIBAN
508,000
Contoh laporan keuangan diatas menunjukkan bahwa kekayaan bersih atau total aset dikurangi jumlah kewajiban (hutang) adalah Rp.386.500.000,- dan sebagian besar berupa properti. Pertanyaannya apakah properti tersebut menghasilkan atau tidak? Bila tidak, maka potensi keuntungan yang akan diperoleh hanya berupa kenaikan harga. Pertanyaan lainnya apakah posisi keuangan tersebut sudah sesuai dengan tujuan keuangan yang telah ditetapkan? Apakah kondisi tersebut sudah memberikan gambaran pengelolaan keuangan yang optimal? Bila aset - aset tidak memberikan manfaat optimal maka manfaat atas aset itu harus ditingkatkan. Apalagi bila tidak ada manfaat sama sekali, apakah kita masih perlu memilikinya? Sebagai contoh, Anda memiliki tape recorder 6 unit, padahal Anda hanya membutuhkan 3 unit, 2 unit untuk anak-anak, 1 unit untuk Anda sendiri. Buat apa memelihara aset yang tidak berguna, bahkan membebani dengan biaya pemeliharaan? Evaluasi juga dilakukan untuk mengetahui apakah hutang – hutang kita sudah sesuai kebutuhan, ataukah hanya mengikuti hawa nafsu? Kita jangan terjebak pada perilaku mendahulukan simbol - simbol kemewahan, padahal kita belum mampu secara finansial. Sebagai contoh, Anda mengambil hutang untuk membeli mobil keluaran terbaru setiap 3 tahun sekali. Padahal kemampuan Anda hanya membeli mobil bekas umur 5 tahun. Ini adalah perilaku yang berbahaya! Langkah terbaik adalah membeli mobil bekas secara tunai atau mengangsur setiap bulan yang tidak memberatkan keuangan. Nilai kekayaan bersih menunjukkan sehat tidaknya kondisi keuangan. Bila aset lebih besar dari kewajiban, kemungkinan kondisi keuangan tersebut masih sehat. Semakin besar aset dibandingkan kewajiban (hutang) maka semakin sehat. Sebaliknya 68
bila aset lebih kecil dari kewajiban berarti nilai kekayaan bersih menjadi minus. Hal ini menunjukkan kondisi keuangan yang tidak sehat, karena aset yang dimiliki tidak dapat menutupi seluruh kewajiban (hutang). Seluruh aset tergadaikan! Kondisi ini sangat berbahaya. Kita juga dapat menghitung berapa seharusnya kekayaan bersih saat ini dengan memperhatikan umur dan penghasilan. Rumus ini dikembangkan oleh Thomas J Stanley dkk dalam buku The Millionaire Next Door , berdasarkan hasil survei selama bertahun – tahun mengenai orang yang berpenghasilan tinggi atau memiliki kekayaan bersih tinggi.
Kekayaan = Bersih seharusnya
Usia saatX ini
Penghasilan
: Tahunan -
sebelum pajak
Dibagi 10
Warisan (Bila ada)
Dari contoh keuangan si Fulan (umur 35 tahun) yang berpenghasilan Rp.120 juta setahun, seharusnya kekayaan bersih si Fulan adalah : Rp.120.000.000 x 35 : 10 = Rp.420.000.000,(dengan asumsi tidak ada harta warisan) Dengan rumus tersebut, Thomas J Stanley mengelompokkan orang menjadi tiga kategori (kelompok) yaitu : Prodigious Accumulator of Wealth (PAW), yaitu orang – orang yang memiliki kekayaan bersih di perempat bagian paling atas. Ciri khas PAW adalah mempunyai minimum empat kali kekayaan yang diakumulasikan oleh UAW. Untuk menduduki posisi PAW yang luar biasa, kekayaan bersih seharusnya dua kali tingkat kekayaan yang diharapkan (seharusnya). Under Accumulator of Wealth (UAW) yaitu orang – orang yang memiliki kekayaan bersih di perempat paling bawah Average Accumulator of Wealth (AAW) atau pengumpul kekayaan rata – rata. •
•
•
Bila Si Fulan ingin menjadi pengumpul uang (PAW) yang luar biasa maka seharusnya memiliki kekayaan Rp. 840.000.000,- Sebaliknya bila kekayaan bersihnya separuh atau kurang dari angka yang seharusnya maka si Fulan termasuk dalam kelas UAW. Saat ini si Fulan memiliki kekayaan bersih Rp.386.500.000,- atau dibawah yang seharusnya Rp.420.000.000,-, sehingga termasuk dalam kategori UAW. Nah, dari kondisi keuangan dan indikasinya tersebut, kita bisa menjadikan dasar dalam menentukan pengelolaan keuangan. Kita bisa menentukan langkah prioritas penataan dan perencanaan keuangan keluarga. Fin ancial Check Up : Aru s Kas Keuan gan
Setelah membuat catatan tentang aset dan kewajiban, kita akan membuat catatan pemasukan dan pengeluaran dalam bulanan atau tahunan. Langkah ini untuk mengevaluasi penggunaan uang. Tidak dapat dipungkiri, salah satu kesalahan dalam pengelolaan keuangan keluarga adalah dalam penggunaan penghasilan. Buktinya, kita sering menyaksikan keluhan orang yang berpenghasilan besar namun masih merasa kurang. Berapa pun kenaikan penghasilannya sering tidak bisa menabung. Pada saat yang sama kita juga menemukan orang yang berpenghasilan berlimpah tetapi ketakutan menggunakan uangnya sehingga berperilaku terlalu pelit. Takut kehilangan uangnya 69
walau sepeser pun. Kita tidak ingin kedua kondisi ekstrem tersebut terjadi. Kita ingin mengelola secara wajar, sehingga kita bisa happy. Berikut ini contoh arus kas keluarga si Fulan. Uraian A
Penghasilan o Gaji Suami o Gaji Istri o Bonus, THR o Investasi
B
Bulanan
%
Tahunan
%
10,000 6,000 4,000 -
120,000 72,000 48,000 10,000 -
Penyucian Harta o Z. I. S o Pajak
1,300 500 800
15,600 6,000 9,600
C
Penerimaan Bersih
8,700
100
104,400
100
D
Pengeluaran Rutin o Makanan o Listrik,Air,Tlp, Gas o Kesehatan/Dokter o Transportasi o Belanja Pakaian o Gaji Pekerja o Orang tua & Sosial o Biaya Anak/Sekolah o Hiburan/Olahraga
4,150 600 750 300 600 150 300 500 650 300
47.70 6.90 8.62 3.45 6.90 1.72 3.45 5.75 7.47 3.45
49,800 7,200 9,000 3,600 7,200 1,800 3,600 6,000 7,800 3,600
47.70 6.90 8.62 3.45 6.90 1.72 3.45 5.75 7.47 3.45
E
Investasi&Asuransi o Tabungan Pendidikan o Tabungan Pensiun o Asuransi Pendidikan o Asuransi Pensiun o Asuransi Kesehatan o Asuransi Jiwa o Lainnya
550 250 300 -
6.32 2.87 3.45 -
6,600 3,000 3,600 -
6.32 2.87 3.45 -
F
Angsuran Kredit o KPR o Kredit Mobil o Kartu Kredit o Lainnya
1,500 1,500 -
17.24 17.24 -
18,000 18,000 -
17.24 17.24 -
G
Total Pengeluaran
6,200
71.26
H
Surplus (Defisit)
2,500
28.74
74,400 30,000
71.26 28.74
Berdasarkan arus kas diatas, kita mengetahui pengeluaran terbesar keuangan si Fulan ada pada pengeluaran rutin untuk kebutuhan hidup yaitu 47.7 persen dari total penghasilan. Prosentase pengeluaran kebutuhan rutin itu masih dalam ambang batas toleransi. Biasanya disyaratkan antara 60 – 70 persen.
70
Fin ancial Check Up : Rasio Keuangan
Ibarat keuangan perusahaan, keuangan keluarga juga harus dikelola secara profesional. Kita sebaiknya mengetahui rasio - rasio keuangan agar dapat mengetahui kondisi keuangan apakah sehat, cukup sehat atau sakit. Bagaimana cara mengetahui kondisi kesehatan keuangan keluarga? Ada beberapa ‘alat’ pemeriksa kesehatan keuangan yang dapat digunakan. Ahli keuangan keluarga menggunakan rasio - rasio atau perbandingan - perbandingan tertentu. Menurut DR. Roy Sembel dkk dalam buku Smart Saving and Borrowing for Ordinary Family , ada tiga titik kritis yang wajib diperiksa dalam keuangan yaitu (1) situasi masa kini, yang diukur dengan likuiditas (ketersediaan uang tunai untuk membayar keperluan rutin dan keperluan mendesak); (2) dampak keputusan hutang masa lalu, diukur dengan solvabilitas (kemampuan untuk membayar kewajiban hutang pada saat jatuh tempo); dan (3) kondisi masa depan, diukur dengan rasio produktivitas aset dari hasil menabung atau berinvestasi. 1. Rasio Likuiditas. Likuiditas mengukur kemampuan mengubah suatu aset menjadi uang tunai dengan segera tanpa kehilangan nilai awalnya. Dengan demikian uang tunai merupakan aset paling likuid. Sedangkan saham, deposito, reksadana maupun obligasi cukup likuid karena ketika diuangkan bisa terjadi pengurangan nilai. Misalnya deposito yang dicairkan sebelum waktunya (jatuh tempo) dikenakan penalti atau penurunan harga saham saat diuangkan. Properti adalah aset yang tidak likuid dibandingkan dengan aset yang disebutkan sebelumnya karena untuk menjual properti diperlukan waktu cukup lama dan kemungkinan rugi bila lokasinya tidak strategis. Setiap keluarga memerlukan tingkat likuiditas tertentu untuk membayar kebutuhan rutin. Idealnya tidak terlalu likuid (kebanyakan uang menganggur) juga tidak terlalu ketat (jumlah uang tunai terlalu sedikit). Kondisi keuangan yang terlalu ketat akan menyulitkan bila ada kebutuhan mendesak seperti biaya berobat. Berapa kebutuhan idealnya? Banyak ahli perencana keuangan keluarga menyarankan rasionya 3 – 6 bulan dari kebutuhan rata-rata setiap bulan. Rasio itu dihitung dengan membandingkan antara aset likuid berupa uang tunai, tabungan dan deposito dengan kebutuhan rata-rata satu bulan. Berdasarkan catatan aset dan kewajiban keuangan keluarga Fulan, aset likuidnya sebesar Rp.38.500.000,-. Sedangkan kebutuhan rata-rata setiap bulannya Rp. 7.500.000,- sehingga rasio likuiditasnya sebesar 5,13 kali. Ini artinya, aset likuid milik Fulan mampu menutup kebutuhan rutin selama 5,13 bulan atau kurang lebih 5 bulan 10 hari.
Rasio Likuiditas =
Total Aset Likuid -----------------------------------Rata-rata pengeluaran bulanan
2. Rasio Hutang (rasio solvabilitas) Rasio ini untuk mengukur kemampuan membayar hutang yang akan jatuh tempo dan mengukur ketergantungan terhadap hutang. a. Mengukur ketergantungan terhadap hutang. Rasio ini untuk mengetahui seberapa besar kekuatan riil uang dalam menguasai aset yang dimiliki. Artinya, seberapa besar aset yang dibiayai hutang dan seberapa besar aset yang sebenarnya milik kita. Untuk mengukurnya digunakan rumus berikut : 71
Total Hutang Rasio Hutang = --------------------Total Aset
Dari catatan keuangan keluarga Fulan diketahui total hutangnya Rp.121.500.000,dan total asetnya sebesar Rp.508.000.000,- sehingga rasionya menjadi 0.24. Ini artinya 24 persen aset yang dimiliki keluarga si Fulan berasal dari hutang dan sisanya atau sebesar 76 persen adalah benar - benar miliknya. Apabila rasionya lebih dari angka 1, maka kondisi keuangan sudah bangkrut karena jumlah hutang lebih besar daripada aset. Bila seluruh aset dijual, maka tidak akan menutupi seluruh hutangnya. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa seseorang tidak memiliki aset sama sekali, bahkan masih memiliki hutang. Kondisi yang sebaliknya adalah ketika angka rasio mendekati 0 (nol), menunjukkan seluruh aset adalah milik pribadi karena tidak memiliki hutang sama sekali. Berapa idealnya? Kondisi yang dapat ditolelir pada kisaran 30 persen. Dengan rasio sebesar itu seseorang masih bisa mengontrol penuh aset yang dimiliki karena sebagian besar masih menjadi miliknya. Dalam kondisi demikian, seseorang masih bisa menggunakan aset orang lain (hutang) untuk mempercepat peningkatkan kekayaan. Syaratnya hutang yang digunakan adalah hutang untuk keperluan produktif. b. Mengukur kekuatan membayar hutang.
Total Kewajiban Hutang 1 Tahun Ke Depan Rasio Pembayaran Hutang = ---------------------------------------Total Pemasukan Per Tahun
Total kewajiban (hutang) si Fulan 1 tahun ke depan sebesar Rp.18.000.000,- dan total pemasukan (penghasilan) per tahun Rp.120.000.000,- sehingga rasionya adalah 0.15. Ini artinya 15 persen dari penghasilan Fulan telah dialokasikan untuk membayar hutang dan sisanya 85 persen masih bisa dialokasikan sesuai kebutuhannya. Idealnya, besarnya rasio ini maksimal 30 persen dari total penghasilan. Bila rasio melebihi 30 persen akan menyulitkan dalam mengelola keuangan. 3. Rasio Produktivitas Aset Rasio produktivitas aset dapat diukur dengan dua pendekatan yaitu kekuatan menabung dan kekuatan investasi yang dilakukan. Kita perlu melakukan pengukuran ini agar masa depan keuangan menjadi lebih baik. Bila kita tidak memiliki kemampuan menabung dan kemampuan investasi, maka kehidupan keuangan – secara hitungan teoritis, akan berputar - putar saja pada kebutuhan masa kini. Semua penghasilan yang kita peroleh hanya untuk memenuhi kebutuhan sesaat, bahkan lama - lama defisit!.
72
a. Mengukur kekuatan menabung.
Jumlah tabungan per tahun Rasio Kekuatan Menabung = ---------------------------------Jumlah penghasilan per tahun
Penghasilan Fulan sebesar Rp.120.000.000,- sedangkan jumlah tabungannya Rp.12.000.000,-. Berdasarkan angka itu maka rasio kekuatan menabung adalah 0.1. Artinya, Fulan telah menyisihkan uangnya untuk menabung setiap bulan sebesar 10 persen. Prosentase sebesar itu sudah sesuai dengan yang disarankan oleh ahli perencanaan keuangan, minimal 10 persen. Semakin besar prosentasenya tentu saja semakin baik. b. Mengukur kekuatan investasi :
Pendapatan aset investasi Rasio kekuatan investasi = ---------------------------------------Kekayaan bersih
Kekayaan bersih keluarga Fulan adalah Rp.386.500.000,- Keluarga Fulan tidak memiliki penghasilan dari investasi (nol). Maka 0 (nol) dibagi 386.500.000,- = 0 (nol). Ini artinya tidak ada kekayaan Fulan yang diperoleh dari hasil investasi, sehingga ketergantungan terhadap penghasilan di luar investasi seperti gaji sangat dominan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena semakin tidak tergantung pada penghasilan berupa gaji atau pekerjaan secara phisik. Rasio ini menunjukkan tingkat pendapatan passive income . Bila mendekati angka 1 maka kita sudah tidak perlu bekerja lagi (bila mau) karena penghasilan investasi sudah mencukupi seluruh kebutuhan kita. Selain rasio - rasio diatas kita juga bisa menggunakan rasio lain untuk mengukur tingkat pertumbuhan penghasilan. Apakah secara riil nilai penghasilan meningkat, tetap sama atau menurun dibandingkan dengan penghasilan tahun lalu. Untuk mengetahui hal ini, kita harus mengetahui jumlah total penghasilan tahun sebelumnya dan tahun ini. Misalkan penghasilan tahun 2004 sebesar Rp.100.000.000,- dan penghasilan tahun 2005 sebesar Rp.120.000.000,- maka tingkat pertumbuhannya adalah (120.000.000 – 100.000.000) / 100.000.000 = 0.2 atau meningkat sebesar 20 persen. Bila tingkat inflasi tahun 2005 sebesar 10 persen maka tingkat pertumbuhan penghasilan masih diatas tingkat inflasi. Ini artinya, secara nominal maupun secara riil nilai uang kita tetap lebih besar (meningkat). Jadi, bila selisih antara pertumbuhan dan tingkat inflasi nilainya lebih dari nol (positif), berarti penghasilan meningkat secara riil dan dapat meningkatkan gaya hidup (bila mau). Sebaliknya bila nilainya 0 (nol) maka itu berarti kenaikan penghasilan hanya mampu mengimbangi kenaikan inflasi atau tidak ada kenaikan secara riil penghasilan kita. Bahkan bila nilainya negatif, maka secara riil nilai uang ada penurunan penghasilan. Misalnya kenaikan gaji sebesar 7 persen, sementara inflasi 10 persen pada tahun itu. Sebenarnya, secara riil daya beli (nilai riil uang) kita menurun sebesar 3 persen. 73
Langkah 2 : Menetapk an Tujuan Keuangan
Perencanaan keuangan keluarga sakinah selalu berusaha menyeimbangkan antara kebutuhan keuangan di dunia juga kebutuhan ‘keuangan’ untuk kehidupan akhirat. Kebutuhan ‘keuangan’ di akhirat sangat tergantung perencanaan dan investasi yang dilakukan di dunia. Konsep ini merupakan implementasi hadits yang berbunyi : “Apabila anak adam (manusia) telah meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariah (yang pahalanya selalu mengalir), ilmu bermanfaat atau anak shalih yang selalu mendo’akan orang tuanya” HR. Muslim Berdasarkan hadits tersebut, ada hal yang bisa dipersiapkan sejak dini terutama perencanaan sedekah jariah. Bila selama ini kita beramal hanya berdasarkan ‘suka-suka’ saja, kini saatnya direncanakan. Berapa yang menjadi target amal dan berapa pula untuk kebutuhan hidup. Dengan cara ini amal kita tidak lagi berdasarkan ‘sisa’ uang bulanan tetapi sudah menjadi prioritas. Pay yourself first (bayarlah dirimu lebih dulu) tidak hanya untuk perut saja alias kebutuhan duniawi, tetapi juga untuk kebutuhan ukhrawi (akhirat). Mengapa kita perlu menetapkan tujuan - tujuan keuangan? Jawabannya sangat sederhana. Manusia memiliki keinginan tidak terbatas, sementara keuangan, kemampuan maupun usia terbatas. Dengan demikian, hal yang bisa dilakukan adalah mengelola keterbatasan itu untuk memperoleh hasil optimal, dengan memperhatikan kaidah SMART (Specific, Measurable, Antusiasme, Realistic, Timely). Specific
Tujuan perencanaan keuangan harus tertentu dan jelas, misalnya ingin membeli rumah di Pondok Indah - Jakarta. Tujuan yang tidak jelas seperti ingin lebih kaya, hidup lebih baik tidak menggambarkan hal yang lebih spesifik. Hal ini akan berpengaruh pada kegiatan yang akan kita lakukan karena biasanya menjadi tidak terarah dan tidak fokus. Bila kita hanya mengatakan ingin lebih kaya, dengan kondisi keuangan saat ini misalnya kekayaan kita Rp.5 juta, maka bila tahun depan jumlah kakayaan menjadi Rp.5,1 juta itu sudah lebih kaya, padahal tidak ada pertumbuhan yang signifikan. Measurable - Teruku r
Rumah yang akan dibeli, terukur atau sesuai dengan kemampuan keuangan. Misalnya kita mampu mengumpulkan uang Rp.5 milyar dalam waktu 3 tahun, wajar bila berkeinginan membeli rumah di Pondok Indah - Jakarta. Bila kita memperkirakan hanya mampu membeli di komplek perumahan sederhana, jangan memilih rumah di Pondok Indah yang harganya mencapai milyaran rupiah, dalam waktu cepat. Att ainable - Dapat dicapai
Kita dapat memperkirakan target yang dibuat dicapai dalam waktu tertentu dengan cara mengangsur setiap bulan atau mengharapkan hasil investasi. Realist ic - Realisti s
Tujuan keuangan yang dibuat harus realistis, sesuai dengan kemampuan. Ukurannya sangat relatif dibandingkan dengan orang lain. Bila pada tiga tahun mendatang kita bisa membeli rumah 1000 meter persegi di Pondok Indah dari sumber
74
penghasilan saat ini yang rata-rata Rp.200 juta perbulan, maka itu sangat realistis. Berbeda bila tidak memiliki tabungan cukup dan hanya berpenghasilan Rp.10 juta, berkeinginan memiliki rumah tersebut sangat mustahil. Ukurlah kemampuan diri Anda sendiri!. Tim ely - Bat asan Wakt u
Tujuan keuangan harus memiliki batasan waktu yang jelas, misalnya 1, 2, 5, 10 tahun dan seterusnya. Batasan waktu tergantung dengan kondisi keuangan saat ini, potensi yang dimiliki dan perhitungan waktu yang realistis. Kita hanya bisa memperkirakan kapan tujuan keuangan akan tercapai, selebihnya biarlah Tuhan yang akan menentukan hasilnya. Penetapan batasan waktu ini untuk memotivasi agar selalu memonitor (mengevaluasi) sampai dimana perjalanan pencapaian tujuan keuangan. Kondisi keuangan saat ini seperti kekayaan bersih, jumlah kewajiban, kemampuan menabung dan jumlah penghasilan serta usia sangat menentukan skala prioritas kebutuhan masa depan. Jika saat ini kita berusia 35 tahun, tidak memiliki beban hutang yang memberatkan, sudah ada rumah dengan dua anak berumur 5 dan 8 tahun, tentu berbeda prioritasnya dengan orang yang belum memiliki rumah, umurnya 40 tahun dan memiliki hutang yang memberatkan. Prioritas kebutuhan bisa ditentukan berdasarkan tujuan keuangan jangka pendek (saat ini), jangka menengah dan panjang (masa depan). Untuk tujuan keuangan jangka pendek biasanya menyangkut kebutuhan rutin rumah tangga, zakat, infaq sedekah. Kebutuhan menengah dan panjang (masa depan) terdiri dari pendidikan anak, pembelian kendaraan, rumah tinggal, pensiun dan lainnya. Adapun hal – hal yang harus diperhatikan dalam menyusun keuangan jangka panjang adalah : 1. Usia dan lamanya waktu untuk meraih tujuan masa depan. Bila usia kita relatif muda misalnya 30 tahun, kita memiliki kesempatan lebih panjang untuk merencanakan masa depan. Sehingga besarnya angsuran (tabungan) yang diperlukan relatif kecil bila dibandingkan dengan orang yang sudah berusia 45 tahun. Jadi semakin cepat merencanakan keuangan masa depan, maka semakin baik. Perkiraan besarnya dana yang diperlukan di masa depan, setelah diperhitungkan dengan inflasi (kenaikan harga). Bila biaya masuk Universitas Indonesia (UI) saat ini Rp.20.000.000,- maka tahun depan diperkirakan menjadi Rp.21.600.000,-. Bila anak kita masih 12 tahun lagi kuliah, berapa biaya yang diperkirakan? 2. Besarnya dana yang dimiliki saat ini. Dengan mengetahui hal ini, maka langkah apa yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dana dimasa depan. 3. Jatuh tempo kebutuhan masa depan. Ada yang bersifat tetap, tidak bisa di mundurkan atau dimajukan seperti pendidikan anak. Bila anak Anda saat ini berumur 6 tahun, maka diperkirakan masuk universitas pada umur 18 tahun. Tentu Anda tidak ingin sekolahnya di tunda gara-gara tidak ada biaya. Jatuh tempo kebutuhan masa depan juga ada yang bersifat fleksibel seperti naik haji. Bila uang belum cukup, pelaksanaan haji masih bisa di mundurkan. Contoh lainnya membeli rumah baru, mobil baru dan sebagainya. Untuk menghitung kebutuhan dana masa depan tersebut, pada bab berikutnya akan diberikan contoh – contoh perhitungan beserta rumusnya.
75
Langkah 3 : Menat a Ulang Kondi si Keuangan Kita telah melakukan chek up kesehatan keuangan dan menentukan tujuan
keuangan. Biasanya terjadi perbedaan antara realitas keuangan dengan kondisi keuangan yang diinginkan (sehingga terjadi gap). Perbedaan itu bisa karena kesalahan dalam melakukan pengelolaan keuangan. Sebagai contoh pada arus kas keuangan keluarga Fulan, angsuran untuk pensiun sebesar Rp.300.000,- setiap bulan. Pertanyaannya, apakah angsuran sebesar itu, Fulan akan mendapatkan hasil pensiun sesuai harapannya? Apakah saat pensiun nanti Fulan akan memperoleh uang minimal sama dengan nilai riil penghasilan saat ini?. Angsuran pensiun Rp. 300.000,- itu bisa sesuai harapan bisa juga tidak. Untuk itulah harus diketahui berapa uang pensiun yang diharapkan kemudian dihitung berapa sebenarnya harus mengangsur agar mendekati harapannya (cara menghitungnya, akan dibahas dalam sub berikutnya). Karena perbedaan - perbedaan seperti itu, maka diperlukan penyesuaian atau penataan ulang. Tentu saja tidak mudah, karena kita harus menyesuaikan dengan realitas keuangan yang seringkali kondisinya sudah parah dan melenceng jauh dari tujuan keuangan. Bahkan untuk perbaikan itu, kita harus melakukan banyak perubahan baik sikap mental maupun pengorbanan lainnya seperti menunda keinginan - keinginan atau harus meniadakan keinginan yang tidak sesuai tujuan keuangan. Adapun langkah – langkah ‘pengobatan’ yang dapat dilakukan adalah : Prioritas Kebutuhan. Bila selama ini pengeluaran tidak berdasarkan prioritas, kini saatnya menentukan prioritas keuangan sesuai kebutuhan. Kita harus mampu membedakan kebutuhan yang bisa ditangguhkan, kebutuhan yang harus dipenuhi, kebutuhan mendesak dan lainnya. Kurangi kebutuhan yang tidak perlu dan jangan ragu memangkas pos pengeluaran yang tidak bermanfaat. Bila Anda rajin nonton bioskop setiap minggu sebaiknya dikurangi dengan melihat film - film yang masuk box office saja atau bisa digantikan dengan filmfilm di TV. Bila selama ini rajin nongkrong di café setiap minggu, bisa dikurangi menjadi 2 minggu sekali, dan akhirnya satu, tiga bulan sekali atau sesuai kebutuhan saja. Tingkatkan Penghasilan. Kita juga dapat mengevaluasi apakah penghasilan kita sudah cukup wajar atau tidak. Apakah pengeluaran kita sudah terkontrol dengan baik atau tidak. Bila yang terjadi karena penghasilan masih dibawah standar, tidak ada salahnya berpikir untuk meningkatkan penghasilan. Beberapa cara meningkatkan penghasilan seperti kerja sampingan, berbisnis atau mencari tempat kerja baru yang memberikan penghasilan lebih besar. Restrukturisasi Hutang. Bila angsuran hutang - hutang konsumtif sudah mendominasi pengeluaran setiap bulan, tidak ada pilihan lain, harus segera dilunasi. Bila belum ada uang untuk melunasi, kita bisa melakukan restrukturisasi atau rescheduling (penjadwalan ulang) sehingga mengurangi beban keuangan. Dalam melakukan restrukturisasi maupun penjadwalan ulang, harus diprioritaskan hutang konsumtif berbunga tinggi. Bisa juga dengan cara gali lubang tutup lubang, mencari pinjaman berbunga rendah untuk menutup pinjaman berbunga tinggi. Langkah ini tidak boleh untuk menambah kredit konsumtif atau keperluan yang tidak mendesak. Jual Aset yang tidak perlu Salah satu tujuan membeli barang adalah membeli manfaat atas barang tersebut. Tetapi seringkali orang membeli barang namun tidak banyak manfaatnya, karena pembeliannya lebih didasarkan nafsu. Dalam teori perilaku konsumen ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian, yaitu pengaruh lingkungan seperti budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi. Serta perbedaan individu •
•
•
•
76
seperti kepribadian, gaya hidup, demografi, motivasi, keterlibatan, pengetahuan dan sikap. Sedangkan niat membeli bisa terjadi karena adanya perencanaan atau tidak terencana (impuls buying ). Pembelian akibat impuls buying ini sering terjadi. Orang sering terdorong membeli barang tanpa berpikir panjang, hanya karena dorongan tiba tiba karena pengaruh iklan, display yang menarik, ikut -ikutan dan lain sebagainya. Bila kita terlanjur memiliki barang - barang kurang bermanfaat, ada baiknya barang tersebut dijual (bila memungkinkan), untuk memperbaiki kondisi keuangan. Kedepannya kita harus selektif membeli barang. Setelah melakukan perhitungan dan pengalokasian keuangan sesuai dengan tujuan keuangan yang seharusnya, maka langkah selanjutnya membuat kembali CATATAN ASET dan KEWAJIBAN serta ARUS KAS KEUANGAN baru (setelah perbaikan) yang bentuknya seperti di atas. Langkah 4 : Evaluasi dan Penyesuaian
Setelah melakukan penyesuaian dan menata ulang sesuai tujuan keuangan, langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi rutin enam bulan atau setahun sekali. Tujuan evaluasi ini untuk mengetahui apakah rencana keuangan yang dibuat masih sesuai dengan kondisi yang ada ataukah sudah tidak sesuai lagi. Kondisi itu bisa berupa kondisi yang melebihi harapan (sangat baik) atau bisa juga jauh dari harapan. Bila yang terjadi adalah kondisi sangat baik, langkah yang dilakukan adalah mempertanyakan pada diri sendiri apakah tujuan keuangan yang dibuat pada tahun lalu terlalu rendah ataukah memang ada hal-hal (rejeki) yang tanpa disangka-sangka. Bila terlalu rendah targetnya, kita harus meningkatkan kembali. Sebaliknya bila kondisinya jauh dari target keuangan, harus dicari sebab – sebabnya. Apakah kita sudah konsisten dengan apa yang diinginkan? Apakah kita terlalu tinggi menetapkan target keuangan? Apakah ada kejadian diluar kemampuan seperti musibah? Masih banyak pertanyaan yang harus dicari jawabnya! Nah, setelah ketemu jawabnya, kita harus membuat kembali rencana keuangan yang telah disesuaikan yang mendekati realitas keuangan.
Analisa Gap, antara : realitas kuangan dengan tujuan keuangan
Financial Check Up : Aset & Kewajiban Arus kas keuangan Rasio Keuangan • •
Kondisi Keuangan Saat ini
Tujuan Keuangan yang diharapkan
•
Langkah Perbaikan : Prioritas kebutuhan Tingkatkan penghasilan Restrukturisasi hutang Jual aset yang tidak perlu • • • •
77
Monitoring & Evaluasi
Eval uasi Sum ber Pengh asil an Salah satu syarat mendapatkan keberkahan finansial adalah harta kekayaan harus diperoleh dengan cara yang benar. Untuk memastikan hal itu, kita harus melakukan evaluasi kembali atas sumber penghasilan. Tujuannya untuk mengetahui apakah penghasilan kita sudah sesuai syariah atau tidak. Selain itu untuk mengetahui apakah masih ada potensi sumber penghasilan yang bisa digali. Bila sudah tidak ada alias seluruh potensi sudah maksimal digunakan, maka pertanyaannya apakah hasil yang diperoleh sudah sebanding atau tidak dengan yang kita usahakan. Bila tidak, ada baiknya mempertimbangkan kembali strategi dalam mencari penghasilan. Atau mempertimbangkan cara - cara lain yang lebih cerdas. Sebab tidak mungkin mengharapkan hasil yang berbeda bila menggunakan cara yang sama berulang-ulang untuk masalah yang sama. Bila kita bekerja sebagai pegawai, yang di evaluasi adalah apakah tempat kerja kita sudah memberikan gaji yang cukup adil? Bagaimana prospek pengembangan karir di masa depan? Bila tidak adil atau tidak ada pengembangan karir, adakah kemungkinan diperbaiki? Bila berbisnis, kita dapat mengevaluasi kekurangan - kekurangan agar bisnis menjadi maju dan penghasilan meningkat. Bila potensi belum dimanfaatkan secara optimal atau perusahaan tidak memberikan kesempatan yang memadai maka dapat melakukan hal-hal berikut : 1. Meningkatkan kemampuan dan meningkatkan kinerja. Dengan demikian, suatu saat perusahaan akan memberikan penghargaan yang wajar atau kesempatan karir yang lebih baik. Bila tidak, maka kita percaya bahwa perusahaan lain yang akan memanfaatkan keahlian kita. 2. Kerja sampingan untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Kerja sampingan ini bisa mengandalkan keahlian seperti menjadi Master of Ceremony (MC), mengajar bahasa, menjadi dosen dan sebagainya. Bisa juga dengan cara bekerja part time di perusahaan lain. 3. Pindah pekerjaan yang memberikan peluang karir dan penghasilan yang lebih baik. 4. Bergabung dengan pemasaran jaringan (multi level marketing / MLM). Sambil tetap bekerja kita dapat memanfaatkan waktu luang untuk merintis bisnis ini. Kesempatan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar sangat terbuka pada bisnis ini. Buktinya banyak orang-orang kaya baru (OKB) berawal dari bisnis ini. 5. Keluar pekerjaan dan merintis bisnis. Keputusan ini harus dipertimbangkan secara matang. Kalau pun harus keluar dari kerja, harus dipersiapkan dengan baik. Untuk mengetahui bagaimana persiapan dan bagaimana caranya orang gajian menjadi pengusaha, Anda dapat membaca buka saya, ’ Cara Mudah Orang Gaj ian Menj adi Entrepreneur’ (MediaSukses, September 2005). Bila yang diperoleh rezeki haram, kita harus membersihkan. Caranya dengan meminta ampun pada Allah dan mengembalikan harta kepada yang berhak. Jika harta itu didapatkan dari kecurangan terhadap satu sampai sepuluh orang mungkin masih gampang mengembalikan kepada yang berhak. Bagaimana jika kita melakukannya terhadap banyak orang dan bertahun - tahun? Seperti seorang pejabat menerima uang sogokan dari banyak rakyatnya, bagaimana mengembalikannya? Ada tiga alternatif mengenai hal ini. Pertama, harta dibuang, tetapi sangat disayangkan karena menjadi tidak berguna. Kedua, diamalkan meski tidak mendapatkan pahala. Ketiga, dinikmati sendiri tetapi malah menambah dosa. Dari ketiga alternatif itu, alternatif kedua adalah alternatif yang terbaik.
78
Harta perlu dibersihkan, karena beberapa alasan. Pertama untuk menghindari siksaan didunia dan akhirat. Kedua , harta yang kotor menyebabkan hidup tidak nyaman dan tidak tenang. Buktinya banyak pejabat dan mantan pejabat korup tidak nyaman dengan hartanya. Mereka menyembunyikan harta bendanya atas nama sanak keluarganya bahkan atas nama orang lain. Mereka takut hartanya diketahui publik (masyarakat) apalagi KPK (Komisi Pemberantas Korupsi). Ketiga , cenderung mendorong pemiliknya berbuat maksiat yang lebih besar. Misalnya pejabat korup menutup masalahnya dengan menyuap polisi, hakim bahkan membunuh orang-orang yang dianggap tidak bisa diajak kompromi. Keempat , harta kotor berpengaruh negatif pada anak - anak, karena harta kotor akan menjadi bara api dalam perut dan menjadikan hati menjadi keras, sulit menerima kebenaran. Kita banyak menyaksikan, bagaimana anak anak pejabat korup menjadi anak durhaka, terlibat dalam perbuatan kriminal, narkoba dan lainnya. Banyak kasus yang membuktikan uraian diatas. Seorang teman bercerita kepada saya. Dia memiliki teman yang bekerja sebagai audit internal di sebuah bank BUMN, menilep (korupsi) uang Rp.1.4 milyar. Peristiwa yang terjadi pada 1990-an itu berawal ketika di tempatnya bekerja ada pergantian sistem teknologi. Dalam pergantian sistem teknologi biasanya selalu ada selisih antara catatan keuangan sebelum dan sesudah pergantian sistem. Sebagai seorang audit internal seharusnya dia mencari sebab - sebab terjadinya selisih itu, tetapi dia justru mentransfer selisih uang ke rekening saudaranya. Perbuatan ini dilakukan bersama rekannya sesama audit. Untuk mengelabui perusahaan, mereka meminta kepada salah seorang nasabah yang memiliki rekening besar untuk menandatangani pencairan dana dengan alasan perbaikan dana pada nasabah tersebut. Kejahatan mereka sukses karena tidak diketahui perusahaan. Pelaku kejahatan, sebut saja Rulan dan Rulin. Atas persekongkolan tersebut disepakati pembagian Rp.350 juta untuk Rulan dan Rp.1.050 juta untuk Rulin. Rulan yang sudah memiliki bisnis berupa toko kelontong dan beberapa angkutan umum, memutuskan pensiun dini dan mengurus bisnis secara full time . Ternyata harapan si Rulan diluar dugaan. Bisnis yang sudah berjalan lancar - yang selama ini dikelola istrinya, justru bangkrut setelah ditambah uang jarahan. Bahkan untuk mencukupi hidupnya saja, dia sangat kesulitan. Cerita lain dikutip dari buku ‘Mengubah Tidak Mungkin Menjadi Mungkin’ tulisan Basuki Subianto. Dalam buku tersebut diceritakan seorang mantan bupati di Jawa Timur mengalami kecelakaan setelah diingatkan oleh seorang ustadz agar bertobat dan menyerahkan seluruh harta haramnya yang mencapai 70%. Berikut ini cerita selengkapnya. Mantan bupati – yang saat itu sudah pensiun dan berumur 65 tahun, banyak hartanya dan rajin shalat serta berkebun. Pak ustadz bertanya, “Pak, mohon maaf, harta Anda yang banyak ini kira - kira berapa persen yang halal dan berapa persen haram?”. Pertanyaan yang menohok itu tak segera dijawab. Maka pertanyaan berlanjut dengan pertanyaan, “Sebelum keburu meninggal, hilangkan saja harta yang haram agar tidak menjadi beban Anda dalam menghabiskan sisa hidup ini, lebih-lebih jadi beban diakhirat nanti”. Mantan bupati itu masih terdiam lama sekali sampai akhirnya air matanya membasahi pipi. “Kalau diukur dari total gaji saya sebagai pegawai negeri dan bupati, kira-kira yang halal cuma 30 persen,” katanya terbata-bata. Bapak ustadz mengaku tertegun mendengar jawaban mantan pejabat tinggi itu.”Apa Anda mau mengeluarkan 70 persen dari harta haram itu?”. Mantan orang penting di tingkat kabupaten di Jawa Timur itu tidak menjawab, tetapi balik bertanya, “Yang termasuk harta haram itu apa saja, Pak?”. Bapak ustadz menjawab, “harta haram itu prinsipnya harta yang didapat di luar yang ditetapkan negara saat Anda menjadi bupati, termasuk harta yang belum dikeluarkan zakatnya”. 79
“Kalau ada rekanan atau relasi yang memberi uang secara ikhlas kepada saya, apa itu haram?” Tanya mantan bupati. “Kalau Anda sudah tidak jadi bupati seperti ini, ada atau tidak relasi yang memberi uang?” Pak ustadz balik bertanya. Mantan bupati itu terdiam lalu berkata, “Baik Pak, saya akan rundingkan dengan keluarga untuk mengeluarkan sebagian harta ini.” Pertemuan pun berakhir. Setelah perbincangan itu, cukup lama ustadz dan mantan bupati tidak bertemu lagi. Kontak telepon pun tak pernah. Tiga tahun kemudian ada kabar, sang mantan bupati kecelakaan. Mobil yang ditumpanginya dihantam truk trailer. Dia luka parah dan cacat permanen. “Saya sempat menjenguk, tapi dia (mantan bupati) tak bercerita tentang harta haramnya itu. Mungkin malu,’ ujar pak ustadz. Empat tahun dia hidup dalam cacat dan setiap hari dirawat seperti bayi, kemudian meninggal dunia. Hartanya lalu menjadi rebutan anak-anaknya hingga habis. Istrinya mengontrak rumah kecil dan kumuh.”Melihat kondisinya sekarang, tak ada orang yang menyangka dia dulu istri bupati,’kata pak ustadz. Tragis memang nasibnya. Sayang, penyesalan selalu datang belakangan. Bapak ustadz menyebut musibah yang dialami mantan bupati itu sebagai ‘siksaan sementara’ yang diberikan Allah kepada umat-Nya yang memakan harta haram. Sebenarnya banyak cerita semacam itu, apalagi kita hidup di negeri paling korup. Cerita itu menunjukkan bahwa penghasilan yang diperoleh secara tidak benar, tidak memberikan manfaat malah menimbulkan kemudlaratan (kesengsaraan). Wajar bila Islam menganjurkan mencari penghasilan halal, karena masih banyak jalan memperoleh penghasilan halal. Banyak cara Allah memberikan rejeki kepada kita. Allah menciptakan manusia, Allah pula yang menghidupi dengan menjamin rejeki hamba-Nya. Jangankan manusia sebagai ciptaan paling mulia dan sempurna, binatang melata pun dijamin rejekinya. Lihatlah cicak yang hanya merayap di dinding tidak pernah kelaparan. Burung yang terbang pagi dan pulang sore hari dengan paruhnya penuh makanan. Begitu pula dengan binatang lain, tidak ada yang kelaparan selama mereka ‘bekerja’ dengan baik. Rejeki yang diberikan kepada kita melalui berbagai cara, tidak selalu dalam bentuk uang. Kenaikan pangkat adalah salah satunya. Biaya sekolah gratis ke luar negeri, badan sehat dan masih banyak lagi. Jadi apabila kita sudah berusaha maksimal sementara uang tidak banyak bertambah, bersyukurlah dengan kondisi itu. Coba introspeksi dalam bentuk apa Allah memberikan rejekinya. Kalau mau jujur, setiap hari kita selalu mendapatkan nikmat tiada terhingga. Bahkan nikmat berupa kentut (maaf) adalah rejeki yang berharga. Bayangkan bila tidak bisa kentut, maka berapa biaya (rupiah) yang harus dikeluarkan untuk berobat ke dokter. Wajar bila Allah berfirman, Waintaudduu ni’matallah laatuhsuuha“ Dan seandainya engkau menghitung nikmat-Ku, niscaya tidak akan mampu (menghitungnya)”. Wajar pula bila dalam ayat lain Allah bertanya berulang - ulang sebanyak 31 kali, Fabiayyi aalaa irobbikuma tukaddzibaan. “Maka nikmat Allah yang manakah yang kamu dustakan?” Q.S Ar - Rahmaan (55) : 13 Selain alasan - alasan diatas, evaluasi sumber penghasilan juga dimaksudkan untuk menemukan penghasilan passive income (penghasilan yang diperoleh tanpa mengharuskan kerja atau usaha secara phisik terus menerus, seperti hasil investasi, sewa properti, royalti hak cipta, dan sebagainya. Menurut Robert T Kiyosaki dalam buku The Cashflow Quadrant, sumber penghasilan seseorang dapat dikelompokkan menjadi empat berikut ini :
80
E Employee
B Business Owner
S Self Employee
I Investor
Pada sisi kiri (E dan S), orang mendapatkan penghasilan dengan bekerja secara phisik. Bila tidak bekerja, mereka tidak memperoleh penghasilan. Mereka adalah karyawan perusahaan, dokter, konsultan, pemilik bisnis kecil dan lainnya. Sedangkan untuk sisi kuadran sebelah kanan, seseorang sudah dapat meninggalkan pekerjaan atau bisnisnya sewaktu - waktu tanpa kehilangan penghasilan. Siapa pun yang ingin sumber penghasilannya ‘terjamin’, mau tidak mau, suka tidak suka harus memiliki beberapa sumber penghasilan ( multiple income ). Bagi seorang karyawan, sebaiknya menggali sumber lain. Demikian juga seorang businessman (pengusaha) harus melakukan diversifikasi (bermacam- macam) usaha agar tidak tergantung satu jenis usaha. Sayangnya, ada beberapa kesalahan persepsi sehingga orang ‘terjebak’ hanya pada satu penghasilan. Kesalahan pertama, orang sudah merasa bekerja dengan waktu yang panjang dari pukul 8 pagi sampai 17 sore (bahkan untuk di kota besar, keluar dari rumah pukul 5 pagi dan sampai di rumah kembali pukul 21 malam), sehingga tidak ada kesempatan. Padahal untuk mendapatkan sumber penghasilan lain, tidak harus bekerja ditempat lain atau merintis bisnis sendiri. Kita bisa melakukan investasi yang tidak menuntut keterlibatan waktu secara penuh, seperti membuat rumah kos. Kita bisa juga memanfaatkan keahlian seperti menulis buku untuk mendapatkan royalti. Menjadi Master of Ceremony (MC), mengajar keahlian yang dimiliki pada hari Sabtu - Minggu, menjadi broker (calo) properti, mobil, dan lainnya. Kesalahan kedua, orang sibuk mengembangkan sumber penghasilan lain tetapi sumber utamanya belum mapan. Akibatnya, pekerjaan (bisnis) utama tidak berkembang bahkan bisa berantakan, sementara sumber lain tidak berhasil. Hal ini seringkali menyebabkan putus asa sehingga tidak mau mencoba lagi. Lain halnya bila seseorang ingin meninggalkan pekerjaan utama karena sudah tidak sesuai dengan impian atau tidak cocok lagi bekerja, tindakan itu sah-sah saja. Asalkan sasaran yang ingin diperoleh lebih besar dan lebih baik.
81
Perencanaan Pengeluaran Salah satu bentuk pertanggung jawaban terhadap harta adalah bagaimana membelanjakan harta, untuk apa dan kemana saja. Berkenaan dengan itu, kita perlu memiliki perencanaan keuangan yang tidak hanya fokus kehidupan dunia, tetapi juga akhirat. Ini yang membedakan antara perencanaan keuangan konvensional dengan perencanaan keuangan Islami. Perencanaan pengeluaran tidak harus pelit, tidak sebaliknya pula boros, tetapi berada ditengah-tengah. Kita tidak boleh hanya menumpuk - numpuk harta dan takut menikmati (sangat pelit). Bagaimanapun tujuan mencari uang adalah untuk dinikmati di dunia dan memberi manfaat untuk kehidupan akhirat. Berapa idealnya orang harus membelanjakan uang untuk keperluan hidup? Tidak ada aturan baku, tetapi sebagian pakar keuangan keluarga menyarankan maksimal 70 persen dari penghasilan. Sisanya, 30 persen untuk tabungan, investasi atau membeli aset. Sayangnya, sebagian besar orang menghabiskan uangnya untuk kebutuhan rutin hidupnya lebih besar dibandingkan kebutuhan lainnya. Apabila digambarkan akan membentuk sebuah piramida berikut :
ZIS
Menabung & Investasi Bayar Hutang
Biaya Hidup
Semakin kecil penghasilan seseorang maka semakin besar prosentase alokasi untuk kebutuhan rutin seperti sandang, pangan dan papan. Kondisi ini bisa ditemukan pada saudara - saudara kita yang kurang beruntung dengan penghasilan hanya sebesar upah minimum regional (UMR). Sebaliknya semakin besar penghasilan seseorang, seharusnya semakin besar bagian yang diinvestasikan. Kondisi piramida diatas, sebenarnya bukanlah kondisi ideal untuk seorang muslim. Perhatikan bagian prosentase untuk beramal (ZIS) merupakan bagian terkecil dalam sebuah piramida.
82
Kondisi idealnya apabila komposisi pengelolaan keuangan dibalik, dimana bagian untuk bayar hutang merupakan bagian terkecil atau tidak ada sama sekali dan bagian terbesarnya adalah investasi dunia - akhirat. Bukankah kehidupan kita akan abadi di akhirat sehingga ‘investasi’ akhirat harus diperbesar? Tetapi masalahnya bisakah mengelola keuangan seperti itu? Semuanya tidak ada yang mustahil! Kondisi seperti dibawah ini seharusnya lebih mudah dicapai oleh orang - orang yang berpenghasilan besar.
Bayar. Hutang
Biaya Hidu ZIS
Menabung & Investasi
Prinsip pengelolaan keuangan sebaiknya tidak hanya fokus bagaimana caranya mendapatkan penghasilan tetapi juga pada pengeluaran yang baik. Mengapa harus memberikan perhatian khusus terhadap pos pengeluaran keuangan? Karena ada beberapa faktor berikut ini : 1. Pertanggungjawaban di akhirat. Harta adalah amanat sehingga setiap rupiah yang dibelanjakan harus dipertanggung jawabkan kepada Allah . 2. Agar setiap rupiah yang dibelanjakan memberi manfaat sebesar - besarnya (berkah). Orang Islam harus memperhitungkan setiap rupiah pengeluaran, karena dalam konsep harta – sebagaimana dibahas sebelumnya, adalah pertanggungjawaban di akhirat. Kita tidak boleh semau gue membelanjakan uang, seperti membeli minuman keras, pergi ke tempat pelacuran, berjudi dan lainnya. Sekecil apa pun tetap tidak boleh, No way!. 3. Godaan konsumerisme. Iklan ada dimana – mana, membujuk kita dan anak - anak untuk mengikuti keinginan penjual atau pemasang iklan. Barang - barang yang seharusnya tidak mendesak untuk dibeli, dengan adanya iklan dan dorongan hidup konsumerisme barang tersebut menjadi penting dihadapan kita. Akibatnya kita merasa harus membeli barang - barang tersebut. Oleh karena itu kita harus mampu menentukan pos-pos prioritas dan pos pelangkap. Pos - pos pengeluaran yang biasanya paling besar menguras kantong adalah elektronik, telepon, handphone, pakaian, makanan, hiburan, mobil. Sebagai contoh pakaian, seringkali merasa harus
83
ganti setiap bulan, meski kondisi pakaian masih baik. Membeli pakaian setiap bulan hanya untuk mengkuti trend mode. 4. Kenaikan harga barang. Dalam perekonomian yang normal saja, kenaikan harga barang bisa terjadi akibat inflasi. Apalagi dalam kondisi ekonomi seperti Indonesia yang masih rentan terhadap perubahan ekonomi dunia. Barang - barang gampang sekali naik karena sebagian besar produk yang dijual di negeri ini adalah barang impor. Melemahnya rupiah akan berdampak signifikan kepada kenaikan harga barang. Kenaikan harga barang - barang bisa disebabkan oleh dua faktor. Pertama karena adanya kenaikan permintaan. Dalam bahasa ekonomi, kenaikan harga barang yang disebabkan oleh kenaikan permintaan disebut demand pull inflation atau inflasi karena kenaikan permintaan. Kedua, kenaikan harga karena adanya tekanan biaya. Kenaikan harga akibat tekanan biaya disebut cost push inflation . Anda tentu ingat ketika pada 1 Oktober 2005 lalu pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) rata-rata hampir 100 persen. Premium yang sebelumnya Rp.2400 per liter menjadi Rp.4500,- per liter. Kenaikan BBM menambah biaya dalam memproduksi barang dan jasa. Akibatnya pasti, pengusaha ramai - ramai menaikkan harga barang produksi dan jasanya. Ongkos yang paling heboh duluan saat kenaikan harga BBM adalah kenaikan ongkos transportasi, kemudian diikuti barang - barang lainnya. Pokoknya pada naik semua! Kalau sudah begini, pengeluaran kita meningkat untuk membeli barang dan jasa yang sama. Bila kita masih mampu membeli, tidak ada masalah. Sebaliknya kita tidak mampu mengimbangi kenaikan harga itu, bisa dipastikan standar hidup menjadi turun. Betul khan ? Karena kita harus mengurangi konsumsi atas barang dan jasa yang sama. Misalnya bila sebelum kenaikan harga kita bisa makan daging 3 hari sekali, sekarang mungkin hanya 2 minggu sekali. Pertanyaannya sampai kapan bisa bertahan untuk mengurangi konsumsi atas barang dan jasa itu? Bila kebutuhan atas sesuatu barang tidak mendesak, tidak ada masalah untuk dikurangi. Tetapi kalau mendesak seperti susu anak-anak, gimana? Maka disinilah perlunya menata ulang strategi pengeluaran. Dalam membuat perencanaan pos - pos pengeluaran, harus memperhatikan prinsip berikut : 1. Menabung dulu, sisanya untuk ‘berhura – hura’ “Bayarlah dirimu lebih dulu”. Demikian prinsip utama dalam pengelolaan keuangan. Apa maksudnya? Utamakan lebih dulu pengeluaran uang untuk menabung dan investasi, membeli aset produktif. Bukan sebaliknya, menabung dari sisa pengeluaran. Bila menabung merupakan sisa dari pengeluaran, maka yang sering terjadi, orang tidak akan pernah menabung. Kalau pun menabung, nilainya tidak signifikan (kecil sekali).
84
Kondisi BERBAHAYA
Menuju SUKSES FI NANSI AL
Penghasilan
Penghasilan
Dikurangi
Pengeluaran
Dikurangi
Hijrah
Sisa
TABUNGAN Sisa
TABUNGAN
Pengeluaran
Bila kita sudah menyisihkan untuk tabungan dan investasi, maka tidak ada salahnya ‘berhura-hura’ menghabiskan penghasilan yang tersisa tersebut. Terserah, uang digunakan untuk apa saja, tentu sesuai syariah! 2. Menetapkan lebih dulu standar gaya hidup Tanpa menetapkan standar gaya hidup, pengeluaran keuangan menjadi tidak terarah. Pengeluaran bisa mengikuti besarnya penghasilan, bahkan bisa melebihi penghasilan alias defisit . Masih ingatkah ketika Anda pertama kali mendapatkan penghasilan dengan gaji tertentu? Bagaimana gaya hidup Anda saat itu? Tentu gaya hidup Anda sesuai dengan kondisi keuangan saat itu. Namun seiring dengan peningkatan karir atau keberhasilan bisnis sehingga penghasilan meningkat, bagaimana gaya hidup Anda sekarang? Dulu tidak memiliki mobil, Anda masih bisa naik angkutan umum. Sekarang, setelah memiliki mobil pun masih tergiur mobil yang lebih bagus sehingga biaya transportasi meningkat. Begitu seterusnya….. Pedoman yang paling baik dalam menentukan standar hidup adalah kesederhanaan. Tidak memaksakan diluar kemampuan. Tidak mengikuti gaya hidup orang lain. Anda adalah diri Anda sendiri. Sebagai contoh bila Anda seorang manager sebuah bank, tidak layak bila Anda bergaya seperti direktur bank, meski mungkin Anda sering bertemu dengan direktur bank. 3. Jangan besar pasak dari pada tiang Pernyataan ini, sudah sangat familiar. Tapi entah kenapa masih banyak yang melanggarnya? Ada beberapa faktor. Misalnya penghasilan terlalu kecil sehingga tidak memenuhi kebutuhan standar hidup minimum. Tetapi dari sekian kasus yang terjadi, faktor utama yang menyebabkan pengeluaran lebih besar dari pada penghasilan alias besar pasak daripada tiang ( defisit) adalah karena orang tidak bisa memberikan prioritas pengeluaran, mengumbar nafsu – syahwat serta lapar mata. Bila yang terjadi demikian, maka tunggulah kebangkrutannya. Sebab masalah besar selalu bermula dari masalah keuangan. Orang yang selalu defisit keuangannya, bila masih memiliki simpanan (tabungan) lama kelamaan akan habis. Bila simpanan sudah habis, akan menjual harta benda yang dimiliki dan bila sudah habis pula, akan mencoba hutang kesana – kemari, gali lubang tutup lubang dan akhirnya dikejarkejar debt collector alias penagih hutang berbadan besar.
85
Calon Konglomerat PENERIMAAN
Lebih Besar dari
Calon KongloMELARAT Pengeluaran
Penerimaan Lebih Kecil dari
PENGELUARAN
4. Menunda kesenangan Prinsip menunda kesenangan bukan berarti tidak boleh bersenang – senang. tetapi mampu menahan kesenangan yang berlebihan. Menunda kesenangan berarti hidup sederhana. Bila kita mampu membeli handphone baru seharga Rp.10.000.000,-, dengan konsep menunda kesenangan, kita tidak membeli HP seharga itu, tetapi hanya seharga misalnya Rp.2.000.000,- dan sisanya untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat dan menambah aset (investasi). 5. Prioritas kebutuhan, bukan prioritas keinginan. Kita harus mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan adalah sesuatu yang harus dipenuhi, seperti makan, susu anak dan biaya sekolah. Sedangkan keinginan tidak harus dipenuhi karena belum tentu merupakan kebutuhan mendesak. Misalnya kita sudah memiliki motor, ingin membeli motor keluaran terbaru, padahal manfaatnya tetap sama untuk alat transportasi. Keingingan membeli motor terbaru itu mungkin karena gaya atau estetika, namun alasan ini tidak mendesak untuk dipenuhi. Tidak penting!. Berikut ini gambar kuadran prioritas kebutuhan :
Tingkat Kebutuhan Penting
Mendesak
Tidak Penting
Kuadran I : Penting, Mendesak
Ku ad r an I I I : Tidak Pent ing, Mendesak
(contoh investasi, uang (contoh bayar cicilan sekolah, berobat, ganti barang elektronik, cicilan kompor gas yang rusak) kartu kredit)
Tingkat Prioritas
Tidak Mendesak
Kuadran I I : Penting, Tidak Mend esak (contoh rekreasi)
biaya
86
Kuadran I V : Tidak Pent ing, Tid ak Men desak
haji, (contoh ganti mobil baru, HP baru, berlibur ke LN)
Setelah memahami uraian diatas, kita akan menyusun pos pengeluaran menjadi dua bagian yaitu pegeluaran rutin dan pengeluaran insidentil : N o 1
Uraian
Bulanan Tahunan
/ Ket erangan / Priorit as
Pengeluaran Rut in
Menabung – investasi Zakat, Infak, Sedekah (ZIS)
•
•
•
Rumah Tangga
•
Transportasi
Pengembangan diri sendiri dan Pendidikan Anak Kebutuhan Pakaian
•
•
•
Gaji Pekerja
•
Cicilan Hutang
•
•
Investasi, sekolah anak, pensiun, membeli aset, deposito, rumah Anak yatim / piatu, orang tua, saudara, kegiatan pengajian / masjid, wakaf Makan siang di kantor, belanja Dapur, olahraga, gas elpiji, listrik, telepon, handphone, iuran kebersihan / keamanan, perawatan rumah dan alat rumah tangga Bila membeli kendaraan, prioritaskan pada manfaat / fungsi, harga, pemakaian bahan bakar, biaya suku cadang, biaya perawatan, merk kendaraan (berpengaruh pada harga jual kembali dan biaya perawatan). Pertimbangan, perlu kendaraan pribadi atau cukup angkutan umum? Perhatikan manfaat, untung ruginya. Membeli kendaraan implikasinya penambahan biaya transportasi. Iuran sekolah, kursus, buku, makan siang, jajan & mainan, transportasi sekolah / kursus, hiburan lain Prioritas sederhana, tidak korban mode, menutup aurat, sopan, tidak tergoda merek, bersih dan rapi, sesuai kebutuhan, tidak tergoda promosi Sopir, pembantu, termasuk THR, uang tip dan makan harian. Perlu pekerja atau tidak, tergantung kondisi. sesuai kewajiban, tambahan hutang perlu dipertimbangkan dengan masak-masak. Bila memberatkan beban keuangan, lakukan restrukturisasi / penjadwalan ulang Kendaraan, rumah, jiwa, kesehatan, pendidikan, pensiun rekreasi mingguan, bulanan dan tahunan, hiburan yang tidak bersifat maksiat.
Angsuran Asuransi Hiburan
87
2
Pengeluaran I nsidentil / Fleksibel • •
• •
Bulanan Tahunan
/ Ket erangan / Priorit as
Persiapan Biaya Sosial insidentil
Kelahiran anak, khitanan, hajatan Membesuk orang sakit, meninggal dunia, sumbangan pernikahan, khitanan, kelahiran, jamuan tamu dari luar kota Prioritas haji satu kali seumur hidup Besarnya minimal 3 – 6 kali rata-rata kebutuhan hidup dalam sebulan
Ibadah Haji – Umrah Dana cadangan (emergency fund)
88
Perencanaan Menyucik an Kekayaan Meski sudah berhati - hati dalam mencari rejeki, tidak menutup kemungkinan masih ada harta yang haram. Itulah sebabnya kita perlu menyucikan kekayaan. Tidak hanya itu, perencanaan menyucikan kekayaan sudah menjadi kewajiban umat Islam. Banyak perintah dalam Al - Qur’an maupun hadits tentang hal itu. Biasanya perintah shalat selalu diikuti dengan perintah membayar zakat. “ Aqimisshalaah wa-aatuzzakat” Bila dalam perencanaan keuangan konvensional tidak ada rencana menyucikan harta, maka dalam perencanaan keuangan Islami harus menjadi kewajiban dan prioritas pengeluaran rutin. Untuk menghindari kelalaian dan tidak memberatkan bayar zakat, sebaiknya setiap bulan disimpan dalam rekening khusus atau bisa dibayarkan setiap bulan terutama bagi pegawai. Perencanaan untuk menyucikan kekayaan, setidaknya menyangkut hal-hal berikut : 1. Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS). Zakat hukumnya wajib bagi orang yang memiliki harta benda dan penghasilan yang sudah memenuhi nishab (batas minimal) dan haul (sampai waktunya, biasanya satu tahun). Sedangkan infak dan sedekah lebih menyangkut pada kedermawanan, hukumnya sunnah. Kalau dikerjakan mendapatkan pahala, ditinggalkan tidak berdosa. 2. Wakaf. Saat ini untuk melakukan wakaf tidak harus memiliki sebidang tanah atau uang banyak karena sudah ada fasilitas wakaf mulai Rp.100.000,- seperti yang di kelola oleh Dompet Dhuafa Republika dengan meluncurkan Tabung Wakaf Indonesia. Anda dapat mengunjungi www.tabungwakaf.com atau menghubungi bank syariah terdekat, untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Dengan wakaf, harta yang diwakafkan akan mengalirkan pahala selama wakafnya masih bermanfaat. 3. Pajak sebagai kewajiban warga negara. Selain membayar ZIS, tidak ada salahnya membayar pajak. Sebagai warga negara, membayar pajak adalah kewajiban. Saat ini undang - undang pajak di Indonesia telah mengakomodasi antara zakat dan pajak. Bagi orang yang sudah membayar zakat melalui Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang disyahkan pemerintah maka bukti pembayaran zakat tersebut dapat dijadikan sebagai pengurang membayar pajak.
89
Berikut ini perhitungan zakat berdasarkan sumber penghasilan : No 1
Zakat (% ) Penghasilan (Gaji) & 5 Upah lainnya
Nishab Ket erangan Rp. 1,6 Ada tiga pendapat : (1) juta per Dianalogkan zakat pertanian yang bulan nishabnya 524 kg beras. Bila beras Rp.3000 / kg, maka nishab Rp.1.602.000 (2) Analog zakat atau perdagangan, dengan nisab emas 85 gr. Dasar perhitungannya dari 2,5 85 gram gaji dikurangi biaya - biaya emas 24 kebutuhan pokok dan hutang. (3) karat analog perdag emas dan pertanian. atau Bisa dibayar bulanan atau tahunan 2,5 Rp.1,6 juta per bulan 2 Perdagangan 2.5 85 gram emas Barang perdagangan dihitung 24 karat berdasar harga pasar dan dikurangi kewajiban / hutang. Hasilnya dikalikan dengan 2,5% 3 Pertanian 5 atau 652 kg dari Ada dua pendapat : (1) Zakatnya 10 makanan dihitung dari hasil panen dikurangi pokok seluruh biaya produksi dikalikan masyarakat prosentase (2) Biaya-biaya tidak boleh setempat dikurangkan. 10% untuk pertanian tanpa biaya pengairan, 5% bila ada biaya pengairan. 4 Perhiasan (Emas) 2.5 85 gram emas Kurang 85 gram tidak wajib zakat, 24 karat dianggap sebagai perhiasan. 5 Harta Investasi : 85 gram emas Bila ada hutang atau kewajiban, Deposito Tabungan 2.5 24 karat harus dikurangkan lebih dulu. Reksadana 2.5 Jika investasi ini memiliki Obligasi 2.5 keuntungan yang sudah diterima Asuransi 2.5 maka keuntungan harus 2.5 ditambahkan padanya. 6 Kerja lepas 2.5 Sama dengan Sama dengan zakat gaji (Free lance ) zakat gaji Sumber : Buku Cara Praktis Menghitung Zakat (Kalam Pustaka, 2005) dan sumber lain (diolah) *) Haul atas zakat didasarkan atas tahun Hijriah. Nishab = batas minimal untuk mengeluarkan zakat. •
•
•
•
•
•
•
90
Perencanaan I nvest asi : Halal, Berkah, Bert um buh Saat ini banyak pilihan instrumen investasi baik berupa produk perbankan, saham, obligasi reksadana, maupun bursa berjangka. Sebagai muslim kita tidak boleh menginvestasikan dalam investasi yang haram, hanya karena tergiur hasil yang tinggi. Dalam berinvestasi sedikitnya ada tiga prinsip yang harus diperhatikan yaitu: 1. Halal. Hasil investasi yang halal selalu memperhatikan syariah. Apa yang dilarang syariah harus menjadi perhatian utama. Idealnya, selain hasil investasi yang halal juga thoyyibah (baik). Islam tidak mengatur secara rinci tentang bagaimana harus berinvestasi. Islam hanya memberikan garis besarnya saja, sebagaimana sabda nabi, “antum a’lamu biumiriddun-yaakum” . Kamu lebih mengetahui urusan duniamu. Investasi halal bila tidak mengandung unsur (a) maysir (judi dan spekulasi) misalnya spekulasi mata uang asing, spekulasi jual -beli saham (b) gharar (ketidak jelasan transaksi), misalnya sistem ijon yaitu membeli hasil pertanian yang tidak jelas jumlah maupun kualitasnya karena transaksi itu terjadi jauh hari sebelum bisa di panen. Sistem ini biasa juga diterapkan pada hedge fund (c) haram karena barang yang diperjual belikan jelas-jelas haram seperti narkoba, diskotik, pelacuran, minuman keras dan lainnya. Investasi haram juga bisa karena cara - cara yang digunakan tidak transparan atau saling menipu (d) Riba (bunga). Semua ulama sepakat bahwa riba itu haram, karena jelas Allah berfirman, wa -ahallallahul baiaa, waharramar ribaa . “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. Namun yang masih menjadi perdebatan adalah tentang bunga bank. Apakah termasuk riba atau tidak! Meski pada akhir tahun 2003 lalu Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa bahwa bunga bank haram, tetap saja fatwa itu belum diterima oleh mayoritas ulama. Namun bila kita menginginkan penghasilan lebih bersih dan jauh dari keragu – raguan ( wara’) , meninggalkan bunga bank adalah langkah terbaik. Bagaimana dengan orang yang belum mampu meninggalkan terutama orang yang bekerja di bank konvensional? Perlu niat kuat dan langkah – langkah nyata agar segera bisa keluar dari sana. Saat ini sudah banyak pilihan investasi sesuai syariah diantaranya instrumen deposito, saham syariah, obligasi syariah, reksadana syariah, emas dan pada sektor properti. 2. Berkah. Untuk mendapatkan keberkahan dalam berinvestasi, cara yang digunakan harus benar, instrumennya benar dan dilakukan suka sama suka tanpa pemaksaan atau keterpaksaan. Tidak ada tipu menipu, harus transparan. Return yang dihasilkan juga wajar. Dengan keberkahan, maka hasil yang diterima akan memberikan manfaat yang sebesar - besarnya bagi pelakunya. 3. Bertumbuh. Setiap orang pasti berharap uangnya (investasinya) bertumbuh terus. Tetapi kenyataannya kita menghadapi berbagai risiko yang sering mengurangi nilai investasi, sehingga kita harus mampu memahami risiko agar dapat meminimalisasinya. Tingkat risiko dapat dibagi menjadi tiga yaitu risiko rendah, sedang dan tinggi. Setiap orang sah - sah saja memilih satu, dua atau bahkan ketiga risiko itu yaitu dengan mengkombinasikan pilihan investasinya. Semuanya tergantung sikapnya apakah risk taker (berani mengambil risiko dengan berbagai pertimbangan dan antisipasi) atau risk
91
avoider (cari aman saja). Dalam berinvestasi ada jargon high risk high return (semakin
tinggi risiko, semakin besar peluang hasilnya). Hal ini tergantung dari kesiapan seseorang dalam menanggung risiko. Dalam menggandakan kekayaan juga ada rumus Rule of 72 yaitu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menggandakan kekayaan menjadi dua kali lipat. Sebagai contoh, bila saat ini hasil investasi sebesar 6% per tahun, maka kekayaan Rp.1 milyar akan menjadi 2 kali lipat dalam waktu 12 tahun. Bila tingkat bagi hasil sebesar 4% maka butuh waktu 18 tahun untuk mendapatkan Rp.2 milyar. Jadi rumusnya adalah 72 dibagi tingkat hasil investasi. Sebelum melakukan investasi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu : 1. Tujuan Investasi. Setiap instrumen atau ‘kendaraan’ investasi memiliki karakteristik masing – masing. Ada yang cocok untuk investasi jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang seperti properti. Kita harus memilih ‘kendaraan’ investasi sesuai tujuan investasinya. Bila Anda memiliki uang ‘nganggur’ dan sewaktu - waktu digunakan, memilih properti tentu tidak cocok. Instrumen investasi untuk uang Anda mungkin pada deposito bulanan atau saham – saham blue chip (saham papan atas dan harganya cenderung naik). Bila tujuannya jangka panjang selain properti, Anda juga bisa memilih ‘kendaraan’ lain seperti saham atau reksadana. 2. Karakteristik / profil Investor Setiap orang yang berinvestasi (investor) memiliki karakteristik atau profil. Ada investor yang berani berspekulasi (spekulatif), menghindari risiko (konservatif) dan ada yang berani mengambil risiko dengan perhitungan tertentu (rasional). Bila Anda termasuk orang yang konservatif, jangan sekali – kali berinvestasi pada saham, karena Anda akan mengalami spot jantung. 3. Kesiapan menanggung risiko / toleransi terhadap risiko Tidak ada jenis investasi di dunia ini yang tidak ada risikonya. Sekecil apa pun pasti memiliki risiko. Tugas kita bukan menghindari atau mencari investasi yang tidak berisiko tetapi bagaimana mengelola risiko yang mungkin terjadi. Dengan kata lain meminimalisasi risiko dan mengukur kesiapan menanggung risiko. Untuk itu ada baiknya kita perlu mengetahui jenis – jenis risiko pada investasi, yang dibedakan menjadi lima yaitu : a. Risiko Nilai Tukar (Currency risk ). Risiko ini berkaitan dengan naik turunnya nilai tukar terhadap mata uang asing. Anda tentu ingat situasi ekonomi Indonesia pertengahan tahun 1997 lalu. Nilai rupiah saat itu melemah sekali dibandingkan mata uang asing terutama USD. Nilai rupiah yang sebelumnya berkisar Rp.2500 per 1 $USD melonjak menjadi lebih dari Rp.10.000 bahkan mencapai Rp.16.000 per 1 $ USD. Ada orang yang diuntungkan dan mendadak menjadi kaya, tetapi banyak juga yang mendadak miskin karena mereka memiliki hutang dalam bentuk USD. b. Risiko Inflasi (Inflation risk) . Risiko ini berkaitan dengan kenaikan harga atau menurunnya daya beli suatu mata uang. Bila investor tidak memperhatikan inflasi, maka bila besarnya inflasi melebihi hasil investasi, dapat dipastikan nilai riil uang akan tergerus atau menurun daya belinya. Bila inflasi sebesar 10% per tahun dan hasil investasi 9% maka nilai riil uang menurun sebesar 1%. Bila uang Anda tahun lalu Rp.100 juta masih bisa membeli mobil baru merek LIONKING, saat ini uang itu tidak mampu lagi membeli mobil baru yang sama karena harganya sudah naik menjadi Rp.110 juta, sementara uang Anda hanya menjadi Rp.109 juta. c. Risiko suku bunga (Interest rate risk) . Risiko ini berkaitan dengan risiko di perbankan karena naik turunnya bunga (atau bagi hasil), baik bunga simpanan (tabungan, deposito) ataupun bunga kredit. Bila saat ini bagi hasil deposito 10 92
persen, bisa saja bulan depan turun menjadi 8 persen atau naik 12 persen. Ketika turun menjadi 7 persen, hasil investasi kita akan berkurang, dan sebaliknya bila naik keuntungan kita semakin besar. d. Risiko likuiditas (Liquidity risk) . Risiko ini berkaitan dengan pencairan kembali investasi. Ada kalanya investasi sulit dicairkan kembali karena suatu hal. Misalnya sulit mencari pasar, atau karena perusahaan tempat investasi bangkrut. Misalnya Anda membeli saham dengan harga murah tanpa memperhatikan prospek perusahaan penerbit saham (emiten). Ketika Anda bermaksud menjual saham, ternyata perusahaan tersebut bermasalah sehingga investor lain tidak mau membeli saham Anda. Kalaupun ada investor, harganya pasti rendah dan Anda rugi. Contoh lainnya ketika Anda berinvestasi di properti, Anda tidak dapat menjual secara cepat karena jenis investasi ini untuk jangka panjang. e. Risiko politik (Political risk) . Risiko ini berkaitan dengan kondisi politik sebuah negara. Pada tahun 1998 lalu, terjadi huru – hara politik yang memicu kerusuhan masal. Dalam kondisi demikian, pemilik properti mengalami kerugian akibat pembakaran. Harga properti menjadi turun karena investor tidak berminat menanamkan modalnya di sektor properti. Risikonya dinilai terlalu tinggi. Sebaliknya bila politik membaik biasanya perekonomian juga membaik, maka iklim investasi membaik pula. Bunga tabungan dan deposito turun dan ekonomi bergairah karena investor langsung menanamkan modalnya di sector riil (bisnis riil) 4. Strategi investasi Strategi investasi bertujuan untuk ‘menjinakkan’ risiko – risiko investasi. Investor tidak mungkin terhindar dari risiko. Investor hanya bisa mengelola risiko sehingga dapat meminimalisir. Salah satu cara mengelola risiko adalah tidak meletakkan ‘telur’ dalam satu keranjang. Pecah semua baru tahu!. Hal ini sejalan dengan riset Merril Lynch selama 50 tahun yang menyimpulkan bahwa 91.5% keberhasilan strategi investasi adalah pada kebijakan melakukan aset alokasi, sedangkan faktor market timing hanya 1.8%, pemilihan aset 4.6% dan faktor lain 2.1%. Kemana Anda akan memilih instrumen investasi? Sebelum mengambil keputusan itu, ada baiknya memperhatikan penyebaran aset investor kaya di Amerika Utara, Eropa, Asia Pacific berdasarkan hasil penelitian World Wealth Report versi Merrill Lynch dan Cap Gemini Ernst & Young, bahwa 30% ditempatkan pada fixed income, 25% cash / deposits, 20% pada saham, 15% real estate, dan 10% pada investasi alternatif termasuk produk-produk struktur, hedge funds dan benda-benda antik. Anda bisa saja mempertimbangkan hasil penelitian itu, tetapi hindari instrumen hedge funds karena masih diragukan kehalalannya. Anda bisa mengalihkan pada instrumen lain atau menambahkan pada aset alokasi real estate (properti) menjadi 25%. Sejak tahun 1990-an, industri keuangan di Indonesia mulai berkembang ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat. Hingga saat ini industri keuangan berkembang pesat mulai dari industri perbankan, saham, obligasi hingga reksadana syariah. Instrumen investasi juga sudah banyak pilihan. Untuk memilih ‘kendaraan’ yang akan dipakai berinvestasi, Anda harus mempertimbangkan lima hal berikut ini : 1. Biaya. 2. Pendapatan. 3. Risiko 4. Ketrampilan yang diperlukan 5. Waktu keterlibatan
93
Misalnya berinvestasi pada produk reksadana syariah. Biaya investasi pada instrumen investasi reksadana diantaranya biaya penempatan, biaya pencairan dan biaya administrasi. Biaya-biaya itu biasanya dihitung secara prosentase dari nilai investasi. Sedangkan pendapatan yang diperoleh adalah dari kenaikan NAB (Nilai Aktiva Bersih). Dalam kondisi normal, pendapatannya bisa melebihi rata-rata bagi hasil atau bunga deposito. Risiko di reksadana relatif sedang. Ketrampilan yang diperlukan adalah ketrampilan memilih Fund Manager (Manager Investasi) yang tepat dan timing (waktu tepat) untuk membeli NAB. Waktu yang diperlukan untuk mengurus investasi ini tergantung dari tujuan investasi. Bila tujuannya untuk investasi jangka menengah atau jangka panjang, keterlibatan waktu Anda mungkin hanya 1 jam per hari. Bila untuk investasi jangka pendek maka keterlibatan waktunya lebih banyak untuk memantau NAB dan berita-berita ekonomi dan politik yang terus berkembang setiap saat.
94
Managemen Hut ang - Piut ang Dalam kehidupan modern dengan gaya konsumerisme, sulit menemukan orang yang bebas hutang. Selain tuntutan kebutuhan yang meningkat, juga godaan berbagai iklan produk yang setiap tahun bertambah jumlahnya. Tidak hanya itu, jika dulu orang ‘malu’ berhutang, kini hutang justru menjadi produk yang menguntungkan dan pasarnya luas. Kita dapat saksikan betapa banyak bank dan lembaga perkreditan gencar menawarkan hutang kepada masyarakat. Bila melalui hutang belum berhasil menggaet debitur (konsumen), mereka berusaha menawarkan barang dengan berbagai kemudahan pembayarannya. Bahkan untuk paket liburan wisata saja, orang ditawari bayar secara kredit!. Menghadapi kondisi yang demikian itu, kita harus mampu menahan dan membedakan mana kebutuhan dan mana yang hanya keinginan. Kita harus pula mengetahui managemen hutang yang baik. Hutang memang tidak dilarang, apalagi diharamkan. Akan tetapi mengurangi hutang dan memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan adalah cara bijak. So ….. sebelum berhutang harus memperhatikan hal-hal berikut : Niat baik
Jangan pernah sekali-kali berniat untuk tidak membayar hutang, karena selain harus dipertanggung jawabkan di akhirat, di dunia pun akan menemukan kesulitan. Kalau pun si pemilik uang (kreditor) tidak melakukan perlawanan, nama baik akan tercemar dan orang tidak akan percaya lagi pada Anda. Akibatnya, bila sewaktu - waktu membutuhkan uang atau modal, maka jangan harap mendapatkan kembali. Masalah uang dan hutang ini sangat sensitif, sehingga perbuatan jelek Anda akan cepat menyebar ke berbagai kalangan. Islam mengajarkan kepada kita, agar hutang segera dilunasi bila sudah mampu membayarnya. Islam juga memberikan ajaran berupa do’a agar kita diberikan kemudahan membayar hutang. Tingkat priorit as kebutuhan
Benarkah kita membutuhkan hutang baik berupa uang tunai atau dalam bentuk barang? Kadang - kadang orang lebih mengikuti keinginan daripada kebutuhan yang seharusnya. Misalkan saja Anda mendapatkan tawaran handphone dengan cicilan selama 12 bulan. Saat itu Anda memiliki handphone tapi fitur dan teknologinya belum mutakhir. Karena nafsu, godaan dan dorongan penjual, Anda menerima tawaran itu. Padahal HP Anda saat itu masih bisa digunakan. Anda juga sebenarnya tidak membutuhkan fitur-fitur lain yang lebih canggih karena kebutuhan utamanya hanya menelepon dan menerima panggilan. Dengan demikian, membeli HP yang lebih baru bukanlah kebutuhan mendesak, dibandingkan dengan biaya anak sekolah misalnya. Kemam puan Membayar
Kita sering lupa kalau berhutang harus memperhatikan kemampuan membayar. Bahkan saking semangatnya, kita memaksakan berhutang – meski sudah tidak memiliki kemampuan membayar, dengan harapan ada rejeki dikemudian hari. Sebagai contoh, banyak pegawai tidak sabar membelanjakan ‘bonus’ yang akan diterima. Mereka membeli barang konsumtif dengan cara kredit dan akan dibayar saat bonus dibagikan. Padahal, kebiasaan membayar bonus itu tidak dapat dipastikan karena tergantung kinerja perusahaan. Bila perusahaan untung maka bonus dibayarkan, tetapi bila tidak
95
memenuhi target atau rugi maka bonus pasti tidak dibayarkan. Dalam managemen hutang, kejadian seperti ini tidak dapat dibenarkan karena uang yang belum diterima tidak dapat dijadikan ‘jaminan’ membeli barang yang tidak penting dan tidak mendesak. Tidak ada aturan pasti berapa persen dari penghasilan yang bisa digunakan untuk membayar hutang, namun sebagian pakar keuangan menyarankan maksimal 30 persen. Misalnya penghasilan Anda sebesar Rp.5.000.000,- per bulan, maka maksimal Rp.1.500.000,- yang dapat digunakan untuk mengangsur. Bila tidak memperhatikan kemampuan membayar, kita bisa terpuruk bahkan terjebak seumur hidup membayar angsuran kredit. Persetujuan pasangan
Hutang menjadi taruhan di akhirat. Itulah sebabnya kita harus memberitahukan kepada pasangan (suami / Istri), agar mereka juga ikut bertanggung jawab atas hutang kita. Lebih baik bila tidak hanya memberitahukan tetapi juga persetujuan dan kerelaan pasangan. Langkah ini untuk memudahkan mengatur keuangan secara keseluruhan. Bayangkan bila Anda ngumpet terhadap pasangan, maka bila suatu saat tidak mampu membayar hutang, Anda akan merepotkan pasangan bahkan bisa memicu hubungan keluarga menjadi tidak nyaman. Sebaliknya bila hutang sudah dibicarakan, maka suka dukanya hutang akan dipikul berdua. Lebih penting dari itu, apabila meninggal, mereka berusaha melunasi. Hut ang Baik Vs Hut ang Buruk
Tidak semua hutang itu jelek, tergantung jenis dan peruntukannya. Bila digunakan untuk membeli kebutuhan konsumtif (barang – barang yang nilainya menurun) seperti membeli HP terbaru, mobil baru dan lainnya itu termasuk hutang jelek. Berbeda bila hutang untuk keperluan produktif seperti modal kerja, investasi ruko, rumah, rukan dan lainnya. Jadi untuk keperluan produktif, silahkan Anda berhutang! Namun untuk keperluan konsumtif, langkah yang paling bijaksana adalah tidak memaksakan diri membeli secara kredit. Barang konsumtif sebaiknya dibeli secara tunai. Bila belum mampu, tunda sementara waktu untuk membeli barang tersebut. Prinsip buy now pay later (beli sekarang bayar kemudian) harus dibuang jauh-jauh untuk barang konsumtif, karena prinsip itu menyusahkan dikemudian hari. Bagaimana bila kita butuh uang mendesak seperti untuk berobat atau mengganti kompor gas yang rusak?. Untuk berobat tentu tidak bisa ditunda – tunda, demikian juga untuk membeli kompor gas juga tidak bisa ditunda karena sangat dibutuhkan untuk kegiatan masak – memasak. Agar hutang dapat memberikan manfaat yang sebesar – besarnya maka kita dapat melakukan strategi berikut ini : (a) Mempercepat pelunasan hutang konsumtif Semakin lama mengangsur barang - barang konsumtif, semakin besar kerugian yang akan terjadi. Maka dari itu percepatlah pelunasan hutang konsumtif. Saya justru menyarankan, untuk barang konsumtif sebaiknya tidak dibeli secara kredit tetapi lebih baik dengan tunai. Bila tidak mampu tunai, tabunglah sampai cukup membelinya. (b) Memperbesar dan memperlambat pelunasan hutang produktif Tidak ada salahnya memperbesar hutang produktif asalkan secara kalkulasi keuangan mampu terbayar. Tidak selamanya hutang itu buruk, karena untuk kasuskasus tertentu hutang malah ‘dianjurkan’, seperti membeli rumah, kios, ruko atau barang-barang yang menghasilkan atau nilainya naik setiap tahun. Dalam jangka
96
panjang, membeli barang seperti itu biasanya menguntungkan. Kenaikan harga barang biasanya lebih besar dari angsuran dan bagi hasil (bunga). Misalnya Anda membeli ruko seharga Rp.500 juta dengan kredit sebesar Rp.400 juta selama 10 tahun. Dalam hitungan 3 tahun, harga ruko bisa naik hampir 2 kali lipat. Bila Anda ingin menjual ruko tersebut dengan harga Rp.1 milyar, Anda akan mendapatkan keuntungan kotor sebesar Rp.600 juta. Setelah dikurangi dengan opportunity cost (peluang yang hilang dari uang muka Rp.100 juta, bila diinvestasikan dengan asumsi hasil investasi 10% selama 3 tahun ± Rp.30 juta) dan biaya kredit Rp. 400 juta selama 3 tahun ± Rp.168 juta (asumsi bunga 14%) maka keuntungan Anda ± Rp.462 juta. Inilah strategi hutang yang oleh sebagian pengusaha dimanfaatkan untuk meningkatkan asetnya dalam waktu cepat, dengan cara memperbesar hutang produktif. Memperlambat pelunasan, otomatis memperkecil jumlah angsuran dengan jangka waktu yang panjang. Dengan cara ini, Anda tidak dirugikan karena barang yang dibeli nilainya akan naik setiap tahun, disamping barang tersebut memberikan penghasilan (sewa dan lainnya) Kamuf lase kart u k redit
Kartu kredit bisa memberikan dampak psikologis seolah-olah kita merasa kaya dengan plafon kredit tersebut Dengan kartu kredit, kita merasa diberikan kemudahan sehingga kemudahan itu harus dimanfaatkan. Padahal kemudahan kartu kredit akan menjadi bumerang bila salah memanfaatkannya. Kartu kredit selain memberikan manfaat juga memberikan keburukan!. Meski demikian kita jangan ‘anti’ kartu kredit, karena kita bisa memanfaatkan kartu kredit untuk keuntungan kita. Kartu kredit bisa digunakan sebagai alat pembayaran. Kartu kredit juga bisa untuk memperoleh kredit dan modal kerja tanpa bunga, karena kita bisa memanfaatkan pembayaran mundur (kredit) hampir 2 bulan. Penjelasannya begini. Dalam tagihan kartu kredit ada dua tanggal yang harus diperhatikan. Pertama, tanggal cetak, tanggal dimana seluruh transaksi yang telah dilaksanakan. Tanggal cetak transaksi biasanya memiliki beberapa pilihan. Kita bisa memilih tanggal cetak 25, 30 atau tanggal 5 dab sebagainya, tergantung masing-masing penerbit kartu kredit. Kedua, tanggal jatuh tempo pembayaran. Jarak antara tanggal cetak dan tanggal jatuh tempo pembayaran antara 14 – 20 hari. Untuk ‘memanfaatkan’ pembayaran mundur tanpa bunga kita harus memperhatikan kedua tanggal tersebut. Perhatikan penjelasan berikut. Selisih 20 hari
10 (Tanggal Cetak)
30 (Tanggal Jatuh Tempo)
Ambil contoh sekarang bulan Juli 2005. Bila Anda memilih tanggal cetak tanggal 10, maka seluruh transaksi selama satu bulan mulai tanggal 11 Juni sampai 10 Juli akan tercetak dan jatuh tempo pembayaran pada 30 Juli 2005. Bila Anda bertransaksi pada tanggal 11 Juni, Anda harus membayar tanggal 30 Juli 2005 (ada kelonggaran 1 bulan 20 hari). Bank tidak akan membebankan bunga bila Anda membayar lunas. 97
Catat an yang baik
Sebagian besar hutang – piutang itu berjangka cukup panjang. Mulai bulanan sampai puluhan tahun seperti kredit kepemilikan rumah (KPR). Dengan rentang waktu yang begitu panjang kita memerlukan dokumentasi yang baik. Bila tidak, kredit bisa menjadi masalah. Meski pihak kreditur (pemberi hutang) memiliki catatan lengkap seperti bank misalnya, namun kita tetap harus memiliki catatan tersendiri. Bila dikemudian hari terjadi perselisihan atau perbedaan catatan, kita sudah memiliki bukti bukti yang mendukung. Islam sudah mengatur mengenai hal ini, sebagaimana firman Allah : ”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah (berjual beli, berhutang piutang atau sewa menyewa dan lainnya) tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. …..” Q.S Al - Baqarah (2) : 282 Selain memperhatikan hal-hal diatas, kita juga harus memahami strategi dalam berhutang agar hutang tidak hanya memberatkan keuangan tetapi lebih dari itu, hutang dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bahkan bisa meningkatkan kekayaan. Ini bukan berlebihan, karena banyak pengusaha sukses yang sudah membuktikan hal ini. Mengubah hutang menjadi kekayaan!. (Dibahas dalam bab berikutnya). Sisakan kapasit as unt uk hu t ang darurat
Kita tidak tahu apakah kondisi keuangan selalu cukup atau tidak sepanjang masa. Hari ini rejeki berlimpah, mungkin tahun depan rejeki tersendat. Maka tidak selayaknya kita menggunakan sebagian besar penghasilan untuk membayar angsuran kredit. Kita perlu menyediakan ‘ruang’ untuk berjaga - jaga manakala membutuhkan dana darurat. Idealnya kita memiliki dana cadangan berupa uang tunai untuk kondisi darurat tersebut. Namun bila kondisi keuangan masih belum memungkinkan untuk itu, tidak ada salahnya jika kita tidak ‘rakus’ dengan hutang sehingga tidak ada ‘ruang’ untuk berhutang lagi. Prior it askan pembayaran hut ang berbunga besar .
Bila memiliki beberapa sumber hutang, kita harus memprioritaskan untuk melunasi hutang yang berbunga besar. Kartu kredit, hutang rentenir atau kredit tanpa agunan biasanya berbunga besar. Jenis kredit seperti itu harus segera dilunaskan, agar tidak membebani keuangan. Bila kita memiliki dua kartu kredit dengan penggunaan maksimal, prioritaskan pelunasan kartu kredit berbunga besar. Saat ini banyak bank penerbit kartu kredit menawarkan transfer balance (melunasi outstanding kredit di tempat lain, dan memindahkan hutangnya ke tempat penerbit kartu kredit baru). Kita dapat memanfaatkan fasilitas itu, bila bunga yang ditawarkan lebih rendah untuk melunasi kartu kredit yang sedang berjalan. Setelah lunas, sebaiknya tidak menggunakan lagi kartu kredit untuk kepentingan konsumtif. Selain memperhatikan managemen hutang, kita harus memperhatikan pula managemen piutang (memberikan hutang kepada pihak lain). Bagi pengusaha, hutang – piutang adalah hal biasa. Namun bagi pegawai, piutang yang diberikan biasanya hanya berhubungan dengan bantuan kepada pihak lain, jarang yang berhubungan dengan bisnis. Kita tentu tidak bisa menolak begitu saja bila ada teman, saudara atau orang dekat kita yang memerlukan bantuan keuangan. Misalnya ada saudara membutuhkan biaya sekolah atau berobat, sebaiknya kita memberikan bantuan atau hutang sesuai 98
kemampuan. Syukur-syukur bila memberikan bantuan sesuai permintaannya. Meski niat memberikan hutang untuk menolong, tidak jarang uang kita tidak dibayar. Oleh karena itulah kita harus selektif dalam memberikan hutang. Apakah hutang benar-benar sesuai kebutuhannya ataukah si peminjam sengaja ingin ngemplang (tidak mau bayar). Berkenaan dengan piutang tersebut, Islam mengajarkan bila ada orang yang tidak mampu membayar hutangnya akan lebih baik bila diberikan kelonggaran sampai kita sedekahkan, sebagaimana firman Allah : “Dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh (waktu) sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua hutang) itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”. Q.S Al – Baqarah (2) : 280
99
Perencanaan Pendidi kan Anak Pada pembahasan sebelumnya telah disampaikan ayat – ayat Al - Qur’an maupun hadits yang menganjurkan untuk selalu belajar. Apalagi mempersiapkan pendidikan anak – anak adalah kewajiban. Dalam ayat Al Qur’an Allah memperingatkan kita agar tidak meninggalkan suatu generasi dalam kondisi lemah. Lemah disini dapat dimaksudkan sebagai generasi yang tidak dapat bersaing karena kurang berpendidikan maupun secara ekonomi tidak mandiri bahkan miskin. Allah berfirman : “Dan janganlah kamu membunuh anak - anak kamu karena kemiskinan. Kami akan memberi rejeki kepada kamu dan kepada mereka”. Q.S Al - An’am (6) : 151 Meski demikian, kita harus terhindar dari persepsi keliru bahwa pendidikan hanya dimaksudkan sebagai investasi dan hanya cenderung mengejar gelar kesarjanaan. Pendidikan haruslah sebagai proses belajar yang mampu menumbuhkan potensi unik yang ada dalam diri setiap anak agar dapat menjadi dirinya sendiri dan senang menjalani kehidupan ini. Pendidikan perlu biaya, dan membutuhkan waktu panjang. Itulah sebabnya perlu merencanakan biaya pendidikan karena : 1. Semakin tingginya biaya pendidikan di masa depan. Biaya pendidikan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan seiring dengan inflasi. Rata-rata inflasi yang terjadi setiap tahun adalah 10 persen. Bahkan ketika krisis ekonomi tahun 1998 – 1999 inflasi mencapai lebih dari 25 persen, karena melemahnya mata uang rupiah dibandingkan mata uang asing terutama US dollar. 2. Ketidakpastian penghasilan di masa depan. Tidak ada seorang pun mampu memprediksi masa depannya, karena rejeki, umur dan jodoh adalah urusan Allah. Bila saat ini kita diberikan rejeki berlimpah, maka pada tahun - tahun mendatang belum tentu!. Menghadapi ketidakpastian itulah perlu persiapan. Ibaratnya sedia payung sebelum hujan. 3. Ketidakpastian phisik dan umur. Hari ini sehat, besok belum tentu masih sehat. Bisa jadi sakit, bahkan meninggal dunia. 4. Untuk mengetahui jumlah angsuran yang harus disiapkan setiap bulan, agar pada saat dibutuhkan dapat mencukupi biaya pendidikan anak. Banyak orang melakukan angsuran biaya pendidikan, namun kesalahan mereka adalah tidak tahu berapa seharusnya uang yang ditabung. Ada yang menabung asal menabung saja! Atau ambil asuransi saja, tetapi berapa nilainya tidak tahu! Berikut ini cara merencanakan biaya pendidikan anak. 1. Mencari informasi biaya pendidikan saat ini. Informasinya minimal menyangkut biaya uang masuk sekolah, universitas, biaya SKS dan biaya administrasi lainnya. 2. Menghitung perkiraan biaya dimasa depan, perhitungkan adanya inflasi. Cara menghitungnya gunakan rumus : FV = Po ( 1 + r ) t
100
Dimana FV adalah nilai uang di masa depan, Po adalah nilai saat ini, r adalah tingkat inflasi dan t adalah jumlah tahun. Bila biaya masuk Universitas Indonesia (UI) saat ini Rp.20.000.000,- maka tahun depan diperkirakan Rp.21.600.000,-. Bila anak masih 12 tahun lagi masuk UI, biayanya diperkirakan Rp. 50.363.400,- dengan asumsi inflasi rata-rata 8 persen. Untuk perhitungannya silahkan lihat lampiran 1 : KALKULATOR SATU. 3. Mempersiapkan dana dengan beberapa alternatif : Menabung sendiri melalui instrumen tabungan, deposito, saham, properti, emas, mata uang asing, reksadana syariah dan lainnya. Membeli Asuransi Pendidikan. Kelebihan cara ini, kita akan ‘dipaksa’ membayar premi setiap bulan atau tahunan. •
•
•
Penentuan pilihan tersebut sangat tergantung dari penghasilan dan uang yang dimiliki saat ini. Bila memiliki dana cukup, kita bisa menyediakan dana sebesar Rp. 16.050.000,sehingga pada 12 tahun mendatang diperkirakan sama dengan perkiraan biaya pendidikan sebesar Rp.50.363.400,-, dengan asumsi hasil pengembangan investasi 10 persen per tahun. Cara menghitungnya dengan menggunakan rumus berikut atau gunakan KALKULATOR DUA : FVt PV = -------------(1+r)t
•
•
Bila hanya memiliki sebagian dana dan sisanya diangsur. Misalnya hanya tersedia Rp.5.000.000,-, maka berapa harus mengangsur setiap bulan? Pertama, perkirakan akan menjadi berapa uang Rp.5.000.000,- ini bila diinvestasikan dengan hasil rata - rata 10 persen selama 12 tahun. Dengan menggunakan KALKULATOR SATU, hasilnya Rp. 15.692.142,- Kedua, atas kekurangan dana itu kemudian hitung berapa angsuran setiap bulan. Biaya pendidikan diperkirakan kurang Rp. 34.671.258,- (= Rp.50.363.400 – Rp. 15.692.142,-). Dengan menggunakan KALKULATOR TIGA, hasilnya sebesar Rp.124,385,- per bulan. Bila tidak ada dana sama sekali, dan mengandalkan angsuran setiap bulan. Untuk mendapatkan jumlah uang Rp.50.363.400,- pada 12 tahun mendatang, maka harus menabung setiap bulan Rp. 180.681,- dengan asumsi hasil investasi rata-rata 10 persen per tahun. Angka inilah yang harus disetor setiap bulan. Untuk menghitung gunakan rumus berikut atau KALKULATOR TIGA. [ Po (1 + r ) t – 1 ] x (1 + r ) PV Angsuran = --------------------------------r
Berikut ini contoh rencana kebutuhan dana dan jadwal angsuran tabungan per bulan. Pada contoh ini, usia anak masih 2 tahun dan akan masuk sekolah TK Kecil pada umur 5
101
tahun sehingga masih ada waktu 3 tahun untuk mempersiapkan dananya. Setelah masuk TK Kecil dilanjutkan ke TK Besar, SD, SMP, SMU dan Perguruan Tinggi (PT).
Waktu Tersedia (Tahun) TK SD SMP SMU PT
Biaya Pendidikan (Uang Pangkal)
Saat ini 3,000,000 7,000,000 10,000,000 15,000,000 40,000,000
3 5 11 14 17
Masa Depan 3,779,136 10,285,297 23,316,390 44,057,904 148,000,722
Keterangan : Asumsi tingkat inflasi 8% per tahun, gunakan
KALKULATOR SATU
Waktu Tersedia (Tahun)
TK SD SMP SMU PT Jumlah
3 5 11 14 17
Jumlah Angsuran Tabungan Per Bulan (Rupiah) Tahun 1 -3 89,702 131,724 96,808 120,101 275,761 714,096
Tahun 4–5 131,724 96,808 120,101 275,761 624,394
Tahun 6 -11
Tahun 12 - 14
Tahun 15 – 17
96,808 120,101 275,761 492,671
120,101 275,761 395,862
275,761 275,761
Ket erangan : Asumsi hasil investasi 10 % per tahun. gunakan KALKULATOR TIGA
Berdasarkan tabel diatas, angsuran yang paling besar terjadi pada tahun ke - 1 sd 3 yaitu sebesar Rp.714.096,- per bulan. Angsuran ini harus dilakukan selama tiga tahun. Sedangkan pada tahun ke 4 – 5, angsuran per bulan yang harus dilakukan sebesar Rp.624.394,- (lebih kecil dibandingkan dengan angsuran tahun 1 – 3). Demikian seterusnya, sampai tahun ke – 17 jumlah angsurannya hanya sebesar Rp.275.761,- per bulan.
102
Peren canaan Pensiun & W asiat Pensiun
Banyak orang ketika berbicara pensiun, seringkali acuh tak acuh. Mereka mungkin mengatakan, ”Biarlah nanti bagaimana saja, yang penting sekarang kita nikmati”. “Pensiun khan masih jauh, masih lama, ngapain dipikirin! Usia saya masih muda, masih 25 tahun”. “Bagaimana mikirin pensiun, untuk makan sebulan aja penghasilan tidak cukup”. Masih banyak lagi komentarnya. Ada juga yang berpikir bahwa untuk menyiapkan dana pensiun harus memiliki penghasilan lebih banyak dulu, baru bisa mengangsur. Pernyataan dan persepsi seperti itu bisa mengabaikan masa depan. Kalau orang berpikiran gajinya tidak cukup untuk mempersiapkan pensiun, apakah benar demikian? Kalau sekarang dengan kondisi phisik masih sehat – wal’afiat saja tidak mempersiapkan pensiun, bagaimana saat nanti pensiun tiba? Ketika itu penghasilan berkurang sementara kondisi phisik mulai menurun. Urusan masa depan tidak dapat diprediksi, karena tidak semua orang dikarunia kemampuan memprediksi masa depan. Tugas kita hanya mengantisipasi masa depan, selanjutnya biarlah Allah yang menentukan. Hal ini tentu sejalan dengan hadits Nabi, “Pergunakanlah lima perkara sebelum datang lima perkara yang lain. Pertama, masa hidupmu sebelum datang kematianmu. Kedua, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu. Ketiga, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu. Keempat, masa mudamu sebelum datang masa tuamu. Kelima, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu” HR. Hakim Sayangnya, ada saja orang yang bermimpi agar saat pensiun bisa bekerja lagi atau mendirikan bisnis sendiri. Padahal untuk dapat dipekerjakan kembali oleh perusahaan, tidaklah mudah, apalagi bila keahliannya minimal. Demikian juga memulai bisnis diusia lanjut, sangat berisiko. Kalau mau bisnis, sebaiknya dipersiapkan sejak awal, meski harus kerja ekstra. Alasan yang mengharuskan untuk mempersiapkan pensiun, adalah : a Ketidakpastian biaya hidup masa depan. b Ketidakpastian kondisi phisik di masa mendatang. c Ketidakpastian penghasilan di masa depan Langkah untuk merencanakan pensiun adalah sebagai berikut : 1. Tentukan umur pensiun yang dikehendaki. Kebanyakan orang menentukan pensiun usia 55 tahun mengikuti ketentuan pensiun pegawai negeri (PNS), pegawai BUMN atau TNI / Polri. Namun tidak sedikit pula orang yang tidak mengetahui kapan harus pensiun. Biasanya golongan ini seringkali dialami oleh pedagang, wirausahawan atau orang - orang yang bekerja mandiri. Mereka berpikir ‘tidak mungkin’ bisa pensiun sehingga harus bekerja seumur hidup. Pemikiran seperti itu harus diluruskan. Saat ini telah berkembang wacana pensiun dini dimana orang merencanakan pensiun lebih muda (tidak tergantung pekerjaan) sehingga memiliki waktu lebih banyak untuk hal - hal yang disenangi. Mungkin ada bantahan, bagaimana bila seseorang enjoy dengan pekerjaannya sehingga bekerja sampai usia lanjut pun tidak masalah?. Itu baik dan tidak salah!. Tetapi 103
sasaran utama menentukan pensiun adalah untuk membebaskan diri dari ketergantungan penghasilan yang berasal dari pekerjaan / bisnis yang dilakukan secara phisik yaitu meraih passive income . Dengan menentukan umur pensiun, kita dapat menghitung berapa sisa waktu untuk meraihnya. Cara menghitungnya dengan mengurangi usia pensiun yang diharapkan dengan usia saat ini. Bila usia saat ini 35 tahun dan ingin pensiun usia 55 tahun, maka masih ada waktu 20 tahun untuk meraihnya. 2. Perkirakan berapa lama kita akan hidup setelah pensiun. Tidak ada yang tahu sampai kapan kita masih hidup. Tetapi tidak ada salahnya mempersiapkan hidup dengan umur panjang. Misalnya kita akan hidup sampai umur 75 tahun, maka lama hidup pensiun adalah 75 – 50 tahun = 25 tahun. Dengan mengetahui perkiraan masa pensiun, maka kita bisa menentukan perkiraan dana yang diperlukan. 3. Perkirakan jumlah dana yang dibutuhkan selama pensiun Kita bisa memperkirakan jumlah dana yang dibutuhkan selama masa pensiun berdasarkan biaya standar hidup saat sebelum pensiun. Bila standar hidup saat ini rata rata Rp.6.000.000,- per bulan dan kita ingin saat pensiun minimal sama dengan nilai itu, maka besarnya standar hidup saat pensiun (21 tahun lagi) adalah Rp. 30,203,002,- per bulan. Angka itu diperoleh dengan memperhitungkan tingkat inflasi rata - rata 8 persen per tahun (cara menghitung, pakai KALKULATOR SATU). Sebelum menentukan standar hidup saat pensiun, hal yang perlu dipertimbangkan adalah apakah kondisi saat ini sudah cukup memadai secara materi sehingga kita hanya menargetkan standar hidup pensiun nanti minimal sama dengan saat ini?. Bisakah standar hidup saat pensiun nanti ditingkatkan karena kita ingin lebih sejahtera?. Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah memproyeksikan pengeluaran dan klasifikasi biaya yang bakal meningkat atau menurun saat pensiun nanti. Pada usia pensiun, biasanya biaya pengobatan meningkat karena semakin tua seseorang, semakin mudah terserang penyakit. Berikut ini contoh perkiraan kebutuhan dana setelah pensiun, yang dari tahun ke tahun selalu meningkat karena inflasi. Inflasi
Kebutuhan
Kebutuhan
Dana Awal
Hasil Investasi
Saldo Akhir
8%
(Per Bulan )
(Per tahun)
(Harus Disediakan)
15% / Tahun
Dana Simpanan
b (faktor kali)
c = ( b x gaji)
d = ( c x 12)
e
f = (15% x e)
g = (e-d+f)
36
1.0800
6,480,000
40
1.4693
8,815,968
45
2.1589
12,953,550
50
3.1722
19,033,015
55
4.6610
27,965,743
Usia A 35
6,000,000
MASA PENSIUN 56
5.0338
30,203,002
362,436,028
3,703,140,000
555,471,000
3,896,174,972
57
5.4365
32,619,242
391,430,910
3,896,174,972
584,426,246
4,089,170,309
58
5.8715
35,228,782
422,745,382
4,089,170,309
613,375,546
4,279,800,472
59
6.3412
38,047,084
456,565,013
4,279,800,472
641,970,071
4,465,205,530
60
6.8485
41,090,851
493,090,214
4,465,205,530
669,780,830
4,641,896,146
61
7.3964
44,378,119
532,537,431
4,641,896,146
696,284,422
4,805,643,136
104
62
7.9881
47,928,369
575,140,426
4,805,643,136
720,846,470
4,951,349,181
63
8.6271
51,762,638
621,151,660
4,951,349,181
742,702,377
5,072,899,898
64
9.3173
55,903,649
670,843,793
5,072,899,898
760,934,985
5,162,991,090
65
10.0627
60,375,941
724,511,296
5,162,991,090
774,448,664
5,212,928,458
66
10.8677
65,206,017
782,472,200
5,212,928,458
781,939,269
5,212,395,527
67
11.7371
70,422,498
845,069,976
5,212,395,527
781,859,329
5,149,184,880
68
12.6760
76,056,298
912,675,574
5,149,184,880
772,377,732
5,008,887,039
69
13.6901
82,140,802
985,689,620
5,008,887,039
751,333,056
4,774,530,475
70
14.7853
88,712,066
1,064,544,789
4,774,530,475
716,179,571
4,426,165,257
71
15.9682
95,809,031
1,149,708,372
4,426,165,257
663,924,789
3,940,381,673
72
17.2456
103,473,754
1,241,685,042
3,940,381,673
591,057,251
3,289,753,882
73
18.6253
111,751,654
1,341,019,845
3,289,753,882
493,463,082
2,442,197,119
74
20.1153
120,691,786
1,448,301,433
2,442,197,119
366,329,568
1,360,225,253
75
21.7245
130,347,129
1,564,165,548
1,360,225,253
204,033,788
93,494
Pada
usia
pensiun 56 tahun, dana awal yang dibutuhkan sebesar Rp.3,703,140,000,- agar bisa mencukupi kebutuhan hidup selama masa pensiun (20 tahun, hingga usia 75 tahun). Wouw … besar sekali? Mampukah kita mengumpulkan dana sebesar itu? Jika saat ini usia 35 tahun, kita masih memiliki waktu selama 20 tahun untuk mengumpulkan uang sebesar itu. Berdasarkan perhitungan dengan KALKULATOR TIGA, angsuran minimal setiap bulan adalah sebesar Rp. 4,836,300,- (asumsi hasil investasi 15%). Angsuran sebesar itu mungkin masih memberatkan. Lalu bagaimana agar angsuran tersebut tidak memberatkan? Pertama, bila kita memiliki uang tunai, kita bisa menginvestasikan uang itu sehingga meringankan angsuran per bulan. Misalnya saat ini ada uang tunai Rp.50.000.000,-, bila diinvestasikan selama 20 tahun hasilnya kurang lebih Rp. 818.326.870,-. Sehingga dana yang dibutuhkan menjadi Rp.2.884.813.130,-, dengan angsuran Rp.1.902.967,- per bulan. Angka ini mungkin masih memberatkan terutama di tahun – tahun pertama. Tetapi jangan cemas….., karena pada tahun berikutnya, jumlah itu akan terasa ringan seiring kenaikan gaji atau penghasilan kita. Kedua, memilih instrumen investasi dengan hasil yang lebih tinggi misalnya diatas 15% per tahun. Untuk itu, kita harus memperhatikan berbagai strategi investasi yang efektif. 4. Tentukan strategi. Pilihan strategi sangat tergantung pada kecerdasan finansial dan kemampuan finansial kita saat ini. Berikut ini strategi yang dapat dipilih untuk menyiapkan dana pensiun : a. Investasi sendiri dalam portofolio Tabungan, Deposito, Saham, Obligasi syariah atau reksadana syariah. Dengan cara ini, kita lebih fleksibel, namun kelemahannya kita sering tidak disiplin. b. Program Pensiun. Mengikuti program pensiun yang ditawarkan oleh asuransi unit link atau bank, seperti Simponi, DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) dan lainnya.Kelemahan mengikuti program ini, karena sering terjadi perusahaan tidak transparan, korupsi, atau salah kelola sehingga menyebabkan tidak terbayarnya pensiun di masa depan. Keuntungan dari program ini karena kita ‘dipaksa’
105
mengangsur setiap bulan atau tahun, sehingga menjadi disiplin. Bandingkan bila menabung sendiri, mungkin tidak tahan ‘godaan’ untuk keperluan lain. c. Investasi properti. Mempersiapkan penghasilan pensiun dengan membeli properti merupakan cara yang relatif ‘aman’ karena harga properti biasanya mengalami kenaikan rata - rata 20 persen per tahun. Properti juga bisa disewakan. Agar investasi ini berkembang biak, kita dapat melakukan hal berikut. Membeli properti – secara tunai atau kredit, tergantung kemampuan - yang dapat disewakan. Kemudian memakai hasil sewa tersebut untuk mengangsur properti berikutnya. Hal ini kita lakukan sampai memiliki beberapa properti dan penghasilan sewanya sudah sesuai penghasilan yang diharapkan saat pensiun. Ulasan lebih detil dijelaskan pada bab berikutnya. d. Merintis business owner . Bagi seorang karyawan, untuk mempersiapkan pensiun bisa juga mendirikan bisnis sendiri dan dikembangkan menjadi business owner , sehingga pengelolaannya tidak tergantung pemiliknya. Business owner adalah bisnis yang sudah memiliki sistem sedemikian rupa, sehingga pengelolaannya tidak tergantung pada seseorang. Sedangkan bagi pemiliki bisnis, langkah yang harus dilakukan adalah membuat sistem agar pengelolaan bisnisnya dapat ditinggalkan sewaktu – waktu tanpa mengganggu jalannya perusahaan. e. Gabungan semua instrumen investasi Kita dapat melakukan berbagai strategi investasi diatas. Ini adalah strategi yang sangat baik, karena kita melakukan diversifikasi, untuk memperkecil risiko. Ibaratnya, tidak meletakkan telur dalam satu keranjang. Pilihan ini mudah dilaksanakan kalau kita memiliki dana yang cukup besar.
Wasiat
Perencanaan wasiat, penting dilakukan untuk menghindari salah paham menyangkut warisan, hutang piutang, serta tugas -tugas yang belum diselesaikan oleh orang yang meninggal. “Diwajibkan atas kamu, apabila seorang diantara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu - bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf (adil dan baik). Wasiat itu tidak melebihi sepertiga dari seluruh harta orang yang akan meninggal itu), (ini adalah) kewajiban atas orang - orang yang bertaqwa”. Q.S Al - Baqarah (2) : 180 Mengapa perlu surat wasiat? Sebagai bentuk kasih sayang kepada orang - orang terkasih yang ditinggalkan. Membuat wasiat berarti membuat semuanya menjadi jelas, sehingga diharapkan tidak ada perselisihan dikemudian hari terutama menyangkut harta yang ditinggalkan. Alangkah indahnya hidup ini bila meninggal dunia tidak meninggalkan masalah atau menciptakan masalah pada keluarga yang kita tinggalkan. Jangan sampai niat baik kita memberikan harta kepada anak cucu, malah menjadi bencana bagi mereka. Tidak semua hutang – piutang serta harta kekayaan diketahui oleh anggota keluarga. Tidak sedikit orang yang menyembunyikan hutang, piutang atau harta lainnya semasa hidupnya dengan alasan tertentu. Dengan wasiat, semuanya menjadi jelas. •
•
106
Menurut Dan Benson dalam bukunya, 12 Stupid Mistakes People Make With Their Money , kita dianggap melakukan kesalahan bodoh, diantaranya bila : Orang-orang yang kita kasihi tidak mengetahui ke mana harus mencari rekening utama, catatan dan dokumen kita jika kita terluka parah hingga meninggal. Sering kali kita mendapati diri kita merangkak diantara boneka-boneka yang berdebu di kolong tempat tidur untuk mencari perjanjian legal atau catatan keuangan Kita belum melengkapi daftar inventaris rumah atau memperbarui data tersebut dalam dua tahun terakhir Kita tidak memiliki surat wasiat atau belum meninjau ulang surat wasiat kita serta memperbaruinya bersama seorang perencana aset. Kita belum menunjuk penerima kuasa atas aset serta wakil kita untuk perawatan kesehatan. •
•
•
•
•
Di dalam membuat wasiat, terutama yang menyangkut harta kekayaan, sebaiknya tidak diketahui oleh anak-anak agar mereka tidak berharap warisan. Sebab bila mereka tahu, dapat menyebabkan anak – anak malas berusaha karena mengharapkan warisan. Cara terbaik adalah tidak pernah menjanjikan apa pun (harta) terhadap anak - anak. Hal ini pula yang dilakukan oleh orang – orang kaya di Amerika. Dengan cara ini, anak cucu kita tetap bisa hidup mandiri, tanpa bergantung warisan. Meski pada akhirnya mereka juga menerima warisan itu. Adapun langkah dalam merencanakan warisan adalah: Buatlah catatan keuangan dengan rapi dan lengkap, termasuk laporan harta kekayaan / aset atau neraca keuangan yang didalamnya juga tercantum hutang dan piutang. Tentukan secara jelas bagiannya. Meski Islam mengatur pembagian waris, tetapi kadang pelaksanaannya tidak semulus yang dibayangkan bila kita tidak memperjelas sejak awal. Sebutkan dengan jelas siapa saja yang berhak atas warisan dan berapa bagiannya. Wasiat terhadap warisan itu, hendaknya dititipkan atau disampaikan kepada orang yang bisa dipercaya dan sebaiknya ada saksinya. Akan lebih baik bila membuat surat wasiat melalui pejabat resmi seperti notaris. •
•
•
107
Peren canaan Risik o Masalah rejeki, jodoh dan umur manusia tidak ada yang tahu kecuali Allah . Ketika masih sehat dan mampu mencari nafkah, segala urusan kebutuhan tidak menjadi masalah. Akan tetapi, urusan masa depan tidak dapat diprediksi. Kita tidak tahu apakah tetap sehat terus, meninggal usia lanjut ataukah muda. Kita juga tidak tahu bagaimana dampak atas musibah bila menimpa harta benda, kesehatan, sumber penghasilan dan lainnya. Disinilah asuransi berperan membantu meringankan dampak secara finansial yang mungkin terjadi. Inilah sebenarnya fungsi dasar asuransi. Namun dalam perkembangannya, untuk menarik minat masyarakat, perusahaan asuransi mengembangkan produk dengan menambah unsur investasi. Asuransi yang memiliki dua manfaat seperti itu disebut asuransi dwiguna. Kita percaya seluruh kejadian yang sekarang dihadapi dan akan terjadi adalah atas kehendak - Nya. Oleh karena itu, masih perlukah mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi? Menurut saya, mengantisipasi risiko baik kematian, kesehatan maupun risiko kerugian atas harta benda tetap perlu, apalagi saat ini sudah berkembang asuransi syariah. Jadi alasan untuk mengantisipasi risiko adalah karena : Risiko yang tidak diantisipasi bisa berakibat fatal pada kondisi keuangan. Risiko pasti terjadi Mempersiapkan lebih baik daripada tidak siap sama sekali • • •
Meski demikian, kita harus menggunakan asuransi secara bijaksana. Sebab pada kenyataannya tidak semua orang perlu asuransi dan tidak semua produk asuransi cocok setiap orang. Apalagi saat ini banyak ditawarkan beraneka produk asuransi hingga membuat bingung orang yang kurang memahami. Para agen penjual asuransi pun kadang - kadang menawarkan produk secara ‘memaksa’ kepada calon nasabah. Lalu berapa jumlah asuransi yang harus kita miliki? Minimal ada tiga jenis asuransi berikut : Asuransi jiwa dan asuransi kesehatan. Ada dua kelompok orang yang memerlukan asuransi jiwa maupun asuransi kesehatan. Pertama, orang yang mempunyai tanggungan keluarga dan penghasilannya menjadi sumber utama keluarganya. Asuransi diperlukan untuk mengantisipasi bila sewaktu-waktu meninggal dunia atau cacat sehingga tidak dapat bekerja. Asuransi diharapkan dapat memberikan pertolongan pertama sebelum keluarga itu bisa mandiri. Kedua, orang yang memiliki hutang. Apabila orang memiliki hutang dan belum sempat melunasinya, santunan asuransi diharapkan dapat melunasinya. Dengan demikian hutangnya tidak menjadi beban bagi keluarga yang ditinggalkan apalagi beban di akhirat. Asuransi kesehatan biasanya terdiri dari pertanggungan untuk kecelakaan (cacat total) dan asuransi penyakit kritis. Untuk kedua asuransi ini banyak perusahaan asuransi yang menggabungkan dengan unsur investasi (asuransi dwiguna). Apakah Anda memilih asuransinya saja sebagai proteksi ataukah juga membeli investasinya? Keputusannya terserah Anda. Dasar pertimbangannya adalah kondisi keuangan, kebutuhan dan tujuan keuangan dan menghindari tumpang tindih ( overlapping) dengan rencana investasi. Asuransi kerugian harta benda. Asuransi ini diperlukan untuk melindungi atau memproteksi harta benda dari musibah seperti kebakaran dan kehilangan. Produk asuransi yang dibutuhkan biasanya ada dua yaitu asuransi kebakaran rumah, pabrik dan asuransi kendaraan bermotor. •
•
108
Untuk menentukan besarnya nilai pertanggungan asuransi jiwa, ada tiga cara yaitu : Pendekatan hasil investasi yang diharapkan dari nilai pertanggungan. Misalnya bila kebutuhan hidup keluarga sebesar Rp.5 juta per bulan dan bila meninggal mereka tetap dapat bertahan selama hidup dari hasil investasi ‘warisan’ santunan asuransi. Untuk menghitungnya dapat digunakan rumus : = Pengeluaran setahun dibagi hasil investasi yang diharapkan = (Rp.5 juta x 12) : 8% = Rp.60 juta : 8% = Rp.750 juta, dan bila ada hutang sebaiknya ditambahkan. Misalnya ada hutang Rp.100 juta maka nilai pertanggungan menjadi Rp.850 juta. •
•
•
•
•
•
Menetapkan berdasarkan jumlah pendapatan satu tahun dikalikan dengan sisa waktu bekerja sampai pensiun ditambah hutang. Bila kita saat ini berusia 35 tahun dengan penghasilan Rp.5 juta per bulan, dengan masa kerja masih 20 tahun (asumsi pensiun usia 55 tahun) dan memiliki hutang Rp.100 juta. Besarnya nilai pertanggungan adalah sebesar Rp.5 juta x 12 bulan x 20 tahun + Rp.100 juta = Rp.1,3 milyar. Menetapkan kebutuhan hidup untuk beberapa tahun yang diharapkan. Bila kita meninggal dunia dan ingin keluarga yang ditinggalkan bertahan selama 5 tahun dengan kehidupan seperti sedia kala, sampai akhirnya mampu hidup mandiri. Bila kebutuhan rata - rata setiap bulan sebesar Rp.5 juta dan saat ini memiliki hutang Rp.100 juta maka nilai pertanggungannya adalah Rp.5 juta x 60 bulan + Rp. 100 juta = Rp.400 juta. Hutang harus ikut diperhitungkan dalam menetapkan nilai pertanggungan, agar hutang tersebut dapat dilunaskan tanpa mengurangi nilai pertanggungan. Masalahnya, tidak semua orang mampu membayar premi sesuai dengan tujuan keuangan, karena nilai pertanggungannya besar, sehigga harus dipilih asuransi yang benar – benar sesuai kebutuhan. Dalam produk asuransi jiwa untuk proteksi kematian, ada beberapa jenis yaitu : Asuransi “Term Life” (berjangka). Yaitu proteksi asuransi tanpa komponen nilai tunai (tabungan). Apabila tertanggung tidak meninggal pada masa kontrak atau meninggal dunia setelah masa kontrak maka tidak ada manfaat nilai pertanggungannya (nilai tunai). Namun beberapa perusahan asuransi syariah masih memberikan bagian keuntungan sesuai kesepakatan dimuka. Asuransi “Endowment” atau “Whole Life”, memberikan nilai tunai (tabungan) baik untuk masa kontrak tertentu atau masa kontrak seumur hidup. Asuransi “Unit Link”. Asuransi ini mengkombinasikan antara proteksi asuransi dengan unsur investasi. Jadi premi yang dibayarkan merupakan premi untuk proteksi dan premi penyertaan investasi. Hasil investasi dibagikan dalam waktu tertentu misalnya disesuaikan jadwal anak sekolah yang biasanya disebut asuransi pendidikan. Bila pembayarannya saat usia pensiun biasa dipasarkan dengan nama asuransi pensiun.
Berdasarkan jenis asuransi jiwa diatas, jenis produk yang dapat memberikan pertanggungan besar dengan biaya relatif murah adalah asuransi Term Life (berjangka). Namun jenis asuransi ini kurang popular dan tidak banyak orang tertarik karena tidak memberikan nilai tabungan. Dalam memilih jenis dan perusahaan asuransi, sebaiknya berkonsultasi dengan perencana keuangan independen. Perencana keuangan dari perusahaan asuransi
109
cenderung ‘memaksakan’ produknya agar dibeli, meski seringkali tidak sesuai dengan kondisi nasabah. Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam memilih perusahaan asuransi diantaranya adalah : Aspek keuangan perusahaan seperti RBC (Risk Based Capital ) atau modal berbasis risiko yang idealnya 120 persen atau lebih. Kita tidak usah bingung dengan istilah itu, karena biasanya perusahaan asuransi memiliki data itu. Kita juga harus memperhatikan rata-rata hasil investasi selama ini. Selain itu sebaiknya diperhatikan bonafiditas perusahaan asuransi berdasarkan group dan afiliasinya. Aspek non keuangan seperti kemudahan proses klaim, akses cabang, agen dan kemudahan pembayaran premi. Kemudahan proses klaim, dapat ditanyakan berdasarkan pengalaman teman atau saudara kita yang memiliki polis asuransi, bisa juga mencari informasi di media masa seperti surat pembaca yang mengeluhkan pengajuan klaim atau ucapan terima kasih atas kemudahan klaim. Agen juga perlu diperhatikan untuk memastikan bahwa agen benar-benar dapat dipercaya. Jangan terlalu percaya pada agen dan menyerahkan seluruh urusan kepada agen. Sekali-kali datanglah pada perusahaan asuransinya untuk memastikan uang premi telah dibayarkan dan mengetahui secara detail cara klaim atau hal lain yang berhubungan dengan asuransi. •
•
Berikut ini ringkasan proteksi risiko dan rencana antisipasinya. No
1 2
3
Risik o
Ant isipasi
Kematian Cacat phisik / Tak bisa bekerja
•
Musibah Harta Benda
•
Asuransi jiwa Takaful Asuransi Kecelakaan Asuransi Penyakit Kritis
•
•
4
Sakit
Nilai Pertanggungan
•
Asuransi Kendaraan Asuransi Kebakaran Rumah Asuransi Kesehatan (Rawat Inap)
Saat ini sudah ada perusahaan asuransi syariah yang menawarkan produk dengan sistem One Stop Shopping . Produk asuransi ini memiliki manfaat yang komprehensif yaitu manfaat utama dan manfaat tambahan lainnya seperti dana tunai rumah sakit (cash plan), asuransi kecelakaan diri, asuransi cacat tetap total, asuransi penyakit kritis (critical illness) . Dengan produk seperti itu, kita tidak perlu membeli produk atau polis asuransi bermacam-macam. Kita bisa menggunakan produk One Stop Shopping atau bisa juga menggunakan produk per jenis pertanggungan. Masing - masing memilik kelebihan dan kelemahan. Untuk produk yang One stop shopping , kita tidak repot mengurus berbagai aplikasi dan menyeleksi beberapa perusahaan asuransi yang dipilih. Kelemahannya bila pelayanan perusahaan asuransi tersebut tidak memuaskan atau ada masalah dikemudian hari maka pengaruhnya kepada seluruh jenis pertanggungan asuransi kita. Risikonya menjadi terpusat pada satu perusahaan. Berbeda dengan memilih bermacam – macam perusahaan asuransi, maka itu berarti mendistribusikan (memperkecil) risiko. Wallahu a’lam bishawaab. 110
Ruku n 4 : Memb uat Uang Ber anak Pinak
Kemandulan Finansial Membuat Magnet Uang Melipatgandakan Kekayaan Secara Cepat dan Aman Membuat Uang Beranak Pinak •
•
•
•
111
Kem andul an Finansial Banyak orang berjuang habis - habisan mengerahkan segala daya upaya untuk mendapatkan uang. Mereka fokus bagaimana mencari uang sebanyak - banyaknya, tetapi setelah uang diperoleh, mereka menggunakan ‘semau gue’ , habis begitu saja tidak tahu bagaimana cara mengelola uang yang benar. Tetapi ada juga orang yang kurang peduli dengan jumlah penghasilan yang diterima – meski jumlahnya relatif kecil – tetapi mereka lebih fokus mengelola uang sebaik - baiknya agar tidak defisit , bahkan berusaha agar bisa menabung. Kedua golongan tersebut berada dalam kondisi ekstrim ‘kanan’ dan ekstrim ‘kiri’. Kondisi idealnya adalah tidak hanya memfokuskan pada sisi penerimaan saja, tetapi juga sisi pengeluaran. Berkenaan dengan hal itu, kita akan membahas beberapa kesalahan yang sering dilakukan orang dalam mengelola uangnya, sehingga membuat uang mandul – tidak beranak, bahkan ‘mati’ alias bangkrut, habis begitu saja bagai ditelan ombak. Kesalahan pert ama, mengandalkan suat u hari nant i
Masih ingat cerita Nabi Nuh dan umatnya? Nabi Nuh berulang kali mengajak umat dan anaknya untuk bersiap - siap menghadapi masa depan yang tidak menentu karena akan ada banjir besar. Namun umat bahkan anaknya sendiri tidak mempercayai. Karena apa yang dikatakan dan dilakukan Nabi Nuh saat itu memang terasa aneh, membangun kapal ketika hari tidak hujan. Demikian juga, kesalahan pertama kebanyakan orang dalam mengelola keuangan adalah mengandalkan suatu hari nant i . Mereka berpikir ‘biarlah bagaimana nanti saja” dan tidak mempersiapkan keuangan masa depan. Akibatnya mereka selalu berorientasi jangka pendek dalam setiap gerak langkahnya. Misalnya ketika mendapatkan uang sebesar Rp.50 juta, dia tidak berpikir bagaimana menggunakan uang itu sebaik - baiknya tetapi lebih fokus menghabiskan untuk kesenangan. Kerugian - kerugian yang akan timbul akibat sikap “Mengandalkan Suatu Hari Nanti” adalah : Kerugian materi. Bila dihitung secara materi, semakin terlambat mempersiapkan tujuan keuangan, semakin besar kerugian yang akan diterima. Sebagai contoh, ada dua orang, sebut saja namanya Pak Lelet dan Pak Giat. Pak Lelet selalu menunda – nunda menabung, karena berpikir ‘ ntar aja’ . Pak Giat rajin menabung di bank setiap tahun sebesar Rp.15.000.000,- selama 5 tahun berturut – turut atau sebesar Rp.75.000.000,-. Bagi hasil investasi saat itu rata - rata 13 persen per tahun. Dengan cara itu, pada tahun ke – 20 uang Pak Giat sudah menjadi Rp. 686.972.729,- sedangkan Pak Lelet baru memulai pada tahun ke-6 sejak Pak Giat menabung. Hasilnya sangat jauh berbeda. Uang Pak Lelet hanya menjadi Rp. 685.076.022,- padahal uang yang ditabungkan selama 15 tahun sebesar Rp.225.000.000,- Perhitungannya menggunakan rumus FV = Po ( 1 + r ) t atau KALKULATOR SATU. No
Pak Giat Awal Tahun
Pak Lelet
Akhir Tahun
Awal Tahun
Akhir Tahun
1
15,000,000
16,950,000
-
-
2
15,000,000
36,103,500
-
-
3
15,000,000
57,746,955
-
-
4
15,000,000
82,204,059
-
-
112
5
15,000,000
109,840,587
-
-
6
-
124,119,863
15,000,000
16,950,000
7
-
140,255,445
15,000,000
36,103,500
8
-
158,488,653
15,000,000
57,746,955
9
-
179,092,178
15,000,000
82,204,059
10
-
202,374,161
15,000,000
109,840,587
11
-
228,682,802
15,000,000
141,069,863
12
-
258,411,567
15,000,000
176,358,945
13
-
292,005,070
15,000,000
216,235,608
14
-
329,965,729
15,000,000
261,296,237
15
-
372,861,274
15,000,000
312,214,748
16
-
421,333,240
15,000,000
369,752,665
17
-
476,106,561
15,000,000
434,770,512
18
-
538,000,414
15,000,000
508,240,678
19
-
607,940,468
15,000,000
591,261,967
20
-
686,972,729
15,000,000
685,076,022
75,000,000
225,000,000
Jadi, semakin lama menunda-nunda untuk menabung, semakin besar kerugian materi yang harus ditanggung. Rencana masa depan kemungkinan besar akan kacau, sementara waktu tidak dapat diputar ulang. Kita akan menyesal!. Waktu adalah modal penting dalam hidup ini. Bila kita tidak dapat memanfaatkan dengan baik, berarti kita mengabaikan modal yang sangat berharga dalam hidup ini. Allah memberikan modal yang sama kepada kita berupa waktu 24 jam sehari. Orang sukses atau kaya bukan berarti memiliki waktu 100 jam sehari, tetapi mereka lebih pandai memanfaatkan waktu. Kesalahan kedua, t idak sedia ‘payung’ sebelum ‘huj an’
Krisis ekonomi yang menimpa negara kita pertengahan 1997 lalu telah membuat ratusan ribu hingga jutaan pekerja di PHK, termasuk pengusaha pun banyak yang bangkrut. Apakah mereka siap dengan keadaan tersebut? Coba ingat - ingat keluarga, teman, tetangga atau bahkan Anda sendiri yang di PHK, seberapa siap menerima keadaan itu? Saya yakin banyak yang tidak siap, bahkan tidak sedikit yang stress menghadapi kenyataan itu. Mengapa hal itu bisa terjadi? karena tidak ada persiapan atau antisipasi. Ketika seseorang sudah menemukan kenyamanan ( comfort zone) dalam pekerjaan atau bisnisnya, seringkali mereka lalai mengantisipasi risiko PHK atau bangkrut. Mereka lupa bahwa ada hal yang sangat pasti dalam hidup ini, yaitu ‘hidup ini tidak pasti’. Untuk itu diperlukan persiapan - persiapan menghadapi masa depan yang tidak pasti tersebut. Bila tidak, maka akibatnya adalah : 1. Tidak siap menerima risiko, sehingga membuat stress 2. Tidak dapat menangkap peluang yang biasanya hanya datang sekali
113
3. Sulit mendapatkan keberuntungan. Keberuntungan akan tercipta dari adanya kesiapan dan kesempatan. Ketika ada kesempatan dan kita tidak siap, maka jangan berharap mendapatkan keberuntungan. Demikian sebaliknya, ketika kita sudah siap sementara tidak ada kesempatan maka tidak akan mendapatkan keberuntungan. 4. Mendapatkan kerugian yang lebih besar. Kesalahan ket iga, mendahuluk an simbol k emapanan
Fitrah manusia memang cenderung untuk hidup bermewah – mewahan. Bahkan tidak jarang orang melakukan apa pun untuk meraih kemewahan itu. Kecenderungan manusia juga ingin menunjukkan simbol - simbol kemapanan, status tertentu atau gengsi, meski secara finansial belum mampu. Perilaku manusia dalam mengelola keuangannya dapat digolongkan menjadi tiga kategori yaitu boros, pelit dan sederhana. Orang yang boros, menghabiskan uangnya untuk membeli barang - barang hedonis. Baginya hidup harus ‘dinikmati’, dengan persepsi yang salah. Mereka merasa kaya, meski sebetulnya belum kaya. Mereka lupa bahwa menikmati hidup tidak identik dengan bermewah – mewahan. Mereka juga lupa bahwa menikmati hidup bukan berarti menghabiskan uang untuk kepentingan pribadi saja tanpa memedulikan kehidupan orang lain. Anda mungkin pernah memperhatikan ibu - ibu yang suka ‘ngerumpi’ saat arisan atau saat mengantarkan anaknya sekolah?. Diantara mereka ada yang bangga menceritakan suaminya kerja di sebuah perusahaan bonafid dengan gaji puluhan juta dan mobil mewah yang baru saja dibeli. Ibu yang lain cerita kebiasaannya berlibur ke luar negeri, bermalam di hotel berbintang dan sebagainya. Namun setelah beberapa tahun berlalu - dalam sebuah reuni - kabar apa lagi yang mereka ceritakan? Ada yang dikabarkan pindah ke rumah kontrakan karena suaminya di PHK, ada yang dikejar kejar tukang tagih, di adukan ke KPK karena tuduhan korupsi dan sebagainya. Golongan kedua adalah orang yang sangat pelit, sampai tidak dapat menikmati hartanya. Justru yang menikmati adalah orang lain karena dia mati tidak membawa hartanya. Lalu ada pertanyaan, mengapa mereka bersusah payah mengumpul – ngumpulkan harta bila tidak dinikmati? Idealnya kita termasuk golongan ketiga yaitu hidup sederhana, sesuai dengan kemampuan finansial. Hidup sederhana bukan berarti tidak menikmati hidup ini dengan uang yang kita punya. Boleh saja kita beli mobil, rumah mewah, keliling dunia dan lainnya asalkan masih dibawah kemampuan finansial. Contoh sederhananya demikian. Bila Anda memiliki penghasilan setiap bulan dua ratus juta rupiah dan punya uang tunai sepuluh milyar, punya rumah seharga 3 milyar, mobil seharga lima ratus juta dan setiap tahun keliling dunia. Itu sah-sah saja, asalkan Anda sudah menafkahkan sebagian uang untuk sosial. Bila dengan kekayaan sebesar itu, kemudian Anda hanya punya mobil ‘butut’ yang suka ngadat (mogok) dan makan tahu – tempe setiap hari, bekerja terus - menerus tanpa rekreasi memadai, Anda termasuk orang pelit. Anda mungkin juga termasuk orang yang mendewa - dewakan uang. Hidup seperti ini pun tidak dibenarkan. Jadi wajar atau tidak, semuanya dikembalikan pada hati nurani, kelaziman, serta kemampuan finansial. Adapun akibat mendahulukan simbol kemapanan adalah : 1. Ada kecenderungan hidup diatas kemampuan finansial, sehingga menyebabkan kebangkrutan finansial. Tidak ada orang yang mampu bertahan lama bila ia selalu hidup diatas kemampuan finansialnya. 2. Cenderung membelanjakan uang tidak sesuai kebutuhan, demi prestise untuk mendapatkan pengakuan orang lain, supaya dianggap lebih kaya, lebih baik dan sebagainya.
114
3. Berani menggunakan hutang untuk keperluan konsumtif, akibatnya terjebak hutang seumur hidup! Kesalahan keempat , bert indak ekstri m dalam kebij akan finansial
Salah satu sikap manusia yang sering menimbulkan masalah dikemudian hari adalah serakah (geedy) . Dengan sikap ini, manusia tidak hanya ingin cepat kaya, ingin cepat naik pangkat / jabatan atau keinginan lain yang serba cepat ( instant) . Tidak ada salah orang ingin cepat meraih sesuatu asal tetap memperhatikan rambu - rambu kaidah atau moral yang berlaku. Salah satunya adalah kita tidak boleh melakukan sesuatu dengan cara – cara ekstrim dengan harapan segera mendapatkan sesuatu dengan cepat. Misalnya kita boleh berhutang, asalkan memperhatikan kaidah hutang yang benar. Demikian juga dalam berinvestasi, meski tujuannya baik, jika tidak dilakukan secara bijaksana malah menyebabkan kerugian. Pun demikian, berasuransi dengan tujuan melindungi keuangan dan masa depan, bisa berubah menjadi masalah apabila tidak tahu caranya dan bertindak berlebihan. Jadi, sebagaimana ulasan pada bab sebelumnya, uang akan berpihak pada orang – orang bijaksana dalam mengelolanya. Uang akan lari jika diperlakukan tidak adil oleh pemiliknya. Kesalahan kelima, tidak m emanfaatk an daya ungkit fin ansial
Ada orang merasa harus bekerja sendirian dalam meraih tujuan yang diinginkan, termasuk dalam meraih kekayaan dan keberkahan finansial. Maka akibatnya tujuan itu lambat diraih, bahkan sangat sulit untuk diraih. Disinilah perlu memanfaatkan daya ungkit finansial. Selengkapnya baca sub bab berikutnya. Kesalahan k eenam, m engabaikan kesehatan demi uang
Kebanyakan orang mengejar uang tetapi mengabaikan kesehatannya. Mereka lupa kalau uang banyak tidak bisa membeli kesehatan, karena uang hanya bisa membayar dokter atau rumah sakit. Oleh karena itu menjaga kesehatan itu tetap lebih penting dalam mencari uang. Jangan sampai kesehatan dikorbankan demi uang. Maka olah raga, makan bergizi secara teratur, tidur dan istirahat cukup harus menjadi bagian terpenting dalam perencanaan keuangan. Tidak bisa diabaikan! Kita sering menyaksikan orang - orang kaya menderita dengan berbagai penyakit berat. Mungkin hal itu karena kesalahan, ‘Mengabaikan Kesehatan demi Mengejar Uang’ atau karena pola makan berlebihan. Akibatnya, seringkali kali otak bawah sadar kita mengatakan, “Ah lebih baik seperti ini saja, daripada kayak si Rudi, punya uang banyak tapi tidak bisa menikmati uangnya karena sakit - sakitan, tidak boleh makan ‘ini-itu’. Makanannya dibatasi”. Nah, ketika hal ini terjadi, kita menjadikan realitas itu untuk malas bekerja keras atau tidak berusaha meraih kekayaan. Sebenarnya tidak ada hubungan signifikan antara orang kaya dengan penyakit berat. Permasalahannya hanya karena lupa menjaga keseimbangan hidup. Bila keseimbangan hidup tidak dijaga, maka pada suatu kondisi tertentu kita akan merasa, uang berapa pun yang kita peroleh tidak akan ada gunanya. Kesalahan ket uj uh, kekacauan str ategi pensiun
Pada bulan Nopember 2004 lalu, sekitar 4.5 juta pelamar Pegawai Negeri Sipil (PNS) berjubel di berbagai daerah. Para pelamar kerja itu memperebutkan lowongan pekerjaan yang hanya tersedia 200 ribu orang. Apa yang mendorong mereka sehingga rela mengadu nasib tersebut? Mereka ingin mendapatkan pensiun di masa depan. Mereka berharap hidup makmur setelah pensiun. Itulah alasan utamanya. Akankah harapan itu menjadi kenyataan? Mari kita simak analisis berikut ini. 115
Lembaga pensiun yang selama ini diharapkan ‘menjamin’ pembayaran uang pensiun pegawai negeri sipil (PNS), saat ini mulai diragukan kemampuannya. Perhatikan sistem pembayaran pensiun PNS. Sejak Januari 2003, sebanyak 79 persen dana pensiun mereka diambil dari APBN dan 21 persen dari PT.Taspen. Jika sistem ini diteruskan, maka pada tahun 2014 aset PT. Taspen akan habis, sehingga kemungkinan besar sebagian gaji pensiunan PNS tidak lagi terbayar. Selain itu. untuk dapat hidup sejahtera di masa pensiun, seseorang tidak bisa bergantung dengan program pensiun, karena program pensiun hanya memberikan kontribusi pendapatan yang kecil. Menurut Hendri Hartopo (2003), sebesar 80 persen kecukupan sumber tabungan pensiun tersebut sangat ditentukan oleh program individu masing – masing dan sisanya sebesar 5 persen berasal dari bantuan pemerintah dan 15 persen dari program perusahaan. Jadi, sejahtera atau tidak pada masa pensiun nanti sangat – sangat t ergant ung pada masing-m asing indiv idu . Ironisnya, masih banyak orang yang menggantungkan nasib pensiunnya hanya pada perusahaan tempat bekerja, tanpa tahu berapa uang pensiun yang akan diterima di masa depan. Mereka tidak tahu berapa penghasilan minimal yang harus disediakan saat pensiun nanti. Mereka juga tidak menyadari bahwa menggantungkan sepenuhnya masa depan hanya pada perusahaan adalah langkah yang berbahaya. Buktinya ada lembaga pensiun atau perusahaan asuransi gulung tikar sebelum membayar uang pensiun nasabahnya. Tidak sedikit pula lembaga - lembaga itu tidak mampu membayar uang pensiun sesuai janjinya karena kesalahan managemen. Di Amerika, krisis seperti itu sudah mulai terasa, dimana sebagian perusahaan - perusahaan besar sudah tidak lagi memberikan jaminan pensiun kepada karyawannya dengan alasan efisiensi. Oleh karena itu, alangkah bijaksananya bila mulai sekarang tidak lagi mengandalkan jaminan pensiun seperti itu. Banyak cara untuk menggantikan program pensiun yang dapat dilakukan sendiri, sebagaimana dibahas bab sebelumnya.
116
Membuat Magnet Uang Banyak orang mendapatkan uang dengan cara ‘mengejar’ bahkan ‘memaksa’ agar uang berpihak padanya. Uang atau dengan bahasa lain rejeki sebenarnya tidak bisa dikejar-kejar. Ibarat gunung tak lari kok di kejar. Tetapi mengapa hal itu sering terjadi? Karena hanya sedikit orang yang tahu rahasia uang agar mengejar dirinya. Mengapa kita tidak menjadikan diri kita ini seperti magnet sehingga logam disekitarnya otomatis nempel padanya? Tapi bagaimana mungkin uang bisa mengejar kita, layaknya logam yang selalu mengejar magnet? Mari kita perhatikan seorang dokter ahli yang diakui keilmuannya. Dokter tersebut buka sampai larut malam karena saking banyaknya pasien yang berobat. Pasien rela antri, rela membayar mahal dan rela menelan obat pahit yang diberikannya. Bahkan ketika pasien disuruh membayar ratusan juta dan salah satu bagian tubuhnya dipotong, pun tetap bersedia. Tapi apakah semua orang bisa percaya pada dokter? Tentu tidak! Sebab ada lho , dokter yang bayarannya murah, tetapi hanya sedikit orang yang mau berobat kepadanya. Kenapa? Pada dokter pertama kita meyakini sebagai dokter ahli atau pakar, tetapi dokter kedua masih diragukan kemampuannya. Pasien tentu saja tidak mau berspekulasi dengan berobat padanya. Masih banyak contoh mengenai hal ini, bagaimana seorang pengusaha atau profesional mendapatkan rejeki berlimpah karena konsumen ‘mengejar’ produk atau jasanya. Pengalaman saya, untuk memeriksakan mata anak, saya harus antri selama 3 bulan pada dokter spesialis mata di RS Aini - Jakarta. Anda yang tinggal di Jakarta, mungkin pernah mendengar atau bahkan ikut antri membeli roti asal Singapura yang baru dibuka di sebuah mall. Anda bisa juga memperhatikan buku Harry Potter karangan JK. Rolling yang ditunggu ratusan ribu bahkan jutaan pembacanya saat akan diluncurkan, dan masih banyak orang contoh orang yang ‘dikejar’ uang. Bagaimana agar dapat seperti mereka? Agar uang ‘mengejar’, kita harus memiliki nilai tambah (added values) dan harus dikomunikasikan kepada orang yang tepat, serta dengan cara yang tepat pula. Nilai tambah bisa bermacam - macam bentuknya, seperti manfaat, pelayanan, harga dan keunikan. Nilai tambah dapat kita peroleh dengan belajar secara terus menerus terhadap bidang yang kita suka dan kita yakini akan sukses. Kenapa kita harus terus belajar? Masalah di dunia ini terus bertambah, sehingga memerlukan cara – cara baru untuk mengatasinya. Kalau kita belajar secara terus menerus secara spesifik, kita akan menjadi pakar. Pakar bukan berarti harus memiliki gelar akademik profesor doktor, karena tukang bakso pun bisa disebut pakar bila ia sangat ahli membuat bakso enak, demikian juga salesman yang sangat ahli menjual produk, dan profesi lainnya. Untuk menjadi pakar, kita harus konsisten dengan bidang yang kita pilih dan fokus belajar dengan cara sebagai berikut : Belajar dengan langsung praktek. Proses belajar seperti ini merupakan proses yang sangat berarti dan sulit dilupakan dibandingkan belajar dengan hanya mendengarkan saja. Ketika kita ingin menjadi dokter spesialis anak, kita tidak hanya belajar teorinya saja tetapi juga praktek. Demikian juga pengusaha sukses, mereka justru dibesarkan dengan belajar langsung praktek dengan merintis bisnisnya mulai dari kecil hingga berkembang. Belajar dari pengalaman. Belajar bisa dari pengalaman diri sendiri atau pengalaman orang lain. Itulah sebabnya, orang bijak adalah orang yang ketika melakukan kesalahan, ia berusaha tidak •
•
117
melakukan kesalahan untuk kedua kalinya. Kita juga bisa belajar dari kesuksesan atau kegagalan orang lain. Belajar dari mentor atau pembimbing. Ini merupakan cara yang paling cepat dan mudah karena kita tidak perlu melakukan try and error (coba-coba). Mentor bisa berasal dari konsultan, orang – orang sukses yang mau membantu kita, baik teman, saudara, atau pun orang lain. Belajar dari buku, seminar, internet, kaset, radio, televisi dan lainnya. Belajar dengan cara ini relatif murah, namun hasilnya juga sangat dahsyat. “Buku adalah jendela dunia”. Dengan buku, kita bisa mengetahui suasana kota Paris, meski belum datang kesana. Dengan buku, kita bisa mengetahui isi ‘jeroan’ tubuh manusia tanpa harus membedah lebih dulu, dan masih banyak sekali ilmu pengetahuan yang bisa kita peroleh dari buku, internet, radio, maupun televisi. Alokasi waktu belajar secara benar. Alokasikan waktu belajar lebih besar (misalnya 70%) untuk bidang yang kita sukai dan yang kita inginkan untuk sukses. Meski demikian, kita juga harus belajar terhadap sesuatu bidang yang tidak kita sukai sekali pun, untuk membuka wawasan. Porsi untuk bidang ini tentu sedikit saja (sisanya 30%). Jangan sampai waktu kita habis mempelajari hal – hal (ilmu) umum yang kurang relevan dengan tujuan kita. Seringkali kita melakukan kesalahan, karena kita lebih banyak mengalokasikan waktu untuk membaca berbagai koran dan majalah, padahal didalamnya hanya berisi informasi umum, sementara kita malas belajar ilmu yang seharusnya kita pelajari untuk kesuksesan hidup. Waktu kita juga sering habis di depan televisi hanya untuk melihat sinetron. Alokasikan anggaran rutin untuk biaya belajar. Anggaran ini juga merupakan investasi, jadi jangan pelit dengan uang kita untuk belajar. Jika selama ini kita enteng membakar uang ratusan ribu untuk merokok, mengapa untuk belajar kita tidak melakukannya? Belilah buku – buku, ikuti seminar, workshop atau eksperimen lainnya meski harus membayar ratusan hingga jutaan rupiah. Uang yang Anda keluarkan tidak akan sia – sia! •
•
•
•
Kita kembali pada nilai tambah. Apa sih yang dimaksud nilai tambah? Untuk memahami ini saya memberikan ilustrasi berikut. Adik ipar saya adalah seorang pengrajin cinderamata yang terbuat dari barang-barang bekas (limbah kertas). Anda pasti sepakat bahwa kertas bekas kalau dijual begitu saja (dijual per kilo) harganya mungkin hanya Rp.100,-. Dengan kreativitas, kertas bekas tersebut di oleh sedemikian rupa menjadi cinderamata unik sehingga nilai jualnya menjadi Rp.30.000,- per produk. Apa nilai tambahnya sehingga harganya lebih mahal dan laris manis? Nilai tambahnya pada keunikan dan kreativitasnya karena tidak semua pengrajin cinderamata bisa membuat kreativitas yang unik. Nah, sekarang apa yang menjadi nilai tambah diri Anda? Nilai tambah masingmasing orang berbeda, sesuai profesinya. Bagi seorang karyawan, nilai standar yang harus dipenuhi adalah dipercaya, profesional dan berperilaku menyenangkan. Seorang karyawan yang memiliki standar seperti itu akan dipertahankan perusahaan baik dalam kondisi normal maupun tidak normal seperti adanya rasionaliasi karyawan (PHK). Masalahnya, nilai standar saja belum cukup membuat seorang karyawan sukses dan kaya, karena sudah banyak karyawan seperti itu. Kalau semua karyawan sudah berbuat jujur, maka jujur bukan nilai tambah. Nilai tambahnya adalah ketika karyawan tersebut paling jujur, paling berprestasi – prestasinya diatas rata - rata misalnya meraih target 150% sementara yang lain hanya 100%, paling memiliki leadership (jiwa kepemimpinan) yang menonjol dan berperilaku menyenangkan kepada semua pihak sehingga cepat promosi dan menduduki top level management . Dengan demikian, karyawan tersebut 118
memiliki peluang untuk mendapatkan penghasilan lebih besar dan tawaran karir lebih menantang baik dalam perusahaan tempat bekerja atau di perusahaan lain. Mengapa harus memiliki nilai tambah? Jaman sudah berubah, man….! . Saat ini orang yang berusaha atau bekerja tidak selalu mendapatkan hasil yang berbanding lurus dengan apa yang diusahakannya sebagaimana jaman dulu. Bila dulu kita bekerja cukup (biasa-biasa saja), hasilnya ( output) cukup. Bekerja baik, hasilnya baik. Bekerja sangat baik, hasilnya juga sangat baik. Saat ini ‘rumus’ itu tidak berlaku lagi!. Sekarang kalau kita bekerja cukup, hasilnya kurang. Bekerja baik, hasilnya cukup. Bekerja sangat baik, hasilnya baik. Bekerja sangat - sangat baik (outstanding) maka hasilnya sangat baik. Nilai tambah perlu dikomunikasikan. Sebaik dan sedahsyat apa pun keahlian, kepakaran atau keunggulan produk – jasa yang kita miliki bila tidak dikomunikasikan (dipromosikan) tidak ada yang mengetahuinya. Kalau tidak ada yang mengetahui, tidak akan banyak orang atau perusahaan yang memanfaatkan keahlian atau produk – jasa kita. Akibat selanjutnya sudah bisa ditebak, produk atau jasa tidak boom (meledak) di pasaran. Tidak ada uang mengalir kepada kita! Kalau pun ada, jumlahnya relatif kecil. Setelah itu, komunikasikan kepada orang atau sasaran yang tepat. Bila sudah memiliki produk atau jasa dengan nilai tambah yang tinggi, harus dikomunikasikan kepada orang yang tepat, supaya bisa cepat diketahui orang dan terjadi pembelian. Cara komunikasinya, dengan promosi yang tepat.
119
Melipatgandakan Kekayaan Secar ecar a Cepat Cepat dan Aman Saya ingin mengajak Anda berpikir sejenak menjawab pertanyaan, “Apakah seseorang yang berpenghasilan ratusan juta bahkan milyaran setiap tahunnya itu memiliki kemampuan ribuan, ratusan ribu atau bahkan jutaan kali dari kemampuan rata - rata orang? Apakah seorang presiden juga memiliki Intelligent Quotient (IQ) atau kemampuan lainnya 100 kali dari rata - rata kemampuan rakyatnya?” Saya yakin Anda akan menjawab, “Tentu saja tidak!” Lalu apa yang membedakan mereka berbeda dengan orang biasa? Orang sukses atau kaya biasanya memiliki ‘kecerdikan’ untuk memanfaatkan kemampuan dirinya dan sumber daya orang lain. Orang sukses dan orang kaya dibandingkan dengan orang gagal atau orang miskin terdapat perbedaan yang sangat tipis. Perbedaannya hanya pada ‘kecerdikan’ tersebut. Mengapa seseorang yang sudah lama bekerja keras - bahkan sampai lembur larut malam - tetapi tidak mengalami perubahan siginifikan dalam hidupnya, bahkan sampai usia lanjut hidup ‘biasa - biasa’ saja?. Ada beberapa kemungkinan mengenai hal ini. Salah satunya karena mereka tidak bekerja secara ‘cerdas’ dengan memanfaatkan kiat kiat orang sukses. Mereka lebih mengandalkan bekerja keras – bahkan sangat sangat keras sekali – namun tidak mau belajar dan atau bekerjasama dengan orang lain. Mereka bekerja sendiri! Padahal apabila mau memanfaatkan ‘daya ungkit’ – suatu cara yang mampu mengantarkan sukses lebih cepat - maka usaha menjadi lebih mudah dan lebih ringan. Kita dapat menganalogkan ‘daya ungkit’ sebagai sebuah dongkrak mobil atau alat pengungkit lainnya. Sebuah mobil bila bannya bocor tidak mungkin diangkat sendiri untuk mengganti bannya. Kita membutuhkan dongkrak untuk mengangkat mobil agar lebih mudah dan ringan. Demikian juga kita dapat menggeser batu besar, dengan tenaga minimal menggunakan pengungkit. Begitulah perumpamaannya.
Batu
Demikian juga untuk melipatgandakan kekayaan. Menurut Tung Desem Waringin dalam buku Financial Revolution (2005), untuk melipatgandakan kekayaan atau mendapatkan uang dengan cepat dapat menggunakan rumus berikut :
ADDED VALUES x LEVERAGE
120
Leverage berarti pengungkit atau pendongkrak, adalah alat bantu yang memudahkan atau mempercepat pencapaian tujuan. Untuk menjelaskan rumus diatas - perpaduan antara added values (nilai tambah) dengan leverage (pengungkit) sehingga bisa menghasilkan banyak uang, berikut saya berikan kisah yang saya kutip dari Majalah Pengusaha no.51 – Agustus 2005. PT. Tiga Saudara Grup (TSG) – perusahaan properti di Yogjakarta, hanya dalam waktu lima tahun mampu masuk dalam jajaran tiga besar pengembang dengan omset ratusan miliar dan berhasil membangun 40 lokasi perumahan. Padahal ketika perusahaan ini didirikan oleh kakak beradik Bambang Ifnurudin dan Agus Fery Wibowo hanya bermodalkan Rp.65 juta pada tahun 1999. Mereka mengembangkan bisnis dengan strategi menjalin kerjasama dengan pemilik uang ( leverage , pengungkit ) dengan pembagian 60 : 40 dari laba bersih. Enam puluh persen untuk developer dan empat puluh persen untuk investor. Kerjasama ini dilakukan dengan transparan karena investor bisa mengetahui seluruh biaya operasional dari proyek yang dijalankan. Bahkan investor bisa ikut menentukan berapa nilai jual proyek ( added valu es, es, nilai tambah ). Uang orang lain sebut sebagai daya ungkit karena bagi Bambang Ifnurudin dan Agus Fery Wibowo bila hanya mengandalkan uang sendiri yang sangat terbatas, maka bisnisnya tidak akan cepat berkembang. Sedangkan transparansi dan pengelolaan bersama adalah nilai tambahnya, karena tidak semua perusahaan menerapkan sistem seperti itu. Biasanya pengelola bisnis merasa tidak nyaman dengan ikutnya investor dalam urusan manajemen. Jadi itu bisa disebut nilai tambah. Menurut Robert G. Allen dalam buku The One Minute Millionaire , ada lima leverage yang dapat digunakan sebagai pondasi dalam meraih kekayaan yaitu mentor (pembimbing), tim yang kuat, jaringan, peralatan dan sistem. Kelima leverages itu akan memberikan daya ungkit yang luar biasa dalam membangun kekayaan melalui : 1. Uang orang lain Di dunia ini ada orang yang memiliki uang berlimpah, namun tidak memiliki waktu untuk mengembangkan uangnya, tidak memiliki cukup keahlian untuk berbisnis atau berbagai alasan lain. Ada juga orang yang kekurangan uang (memiliki sedikit uang) tapi banyak ide kreatif serta semangat dan etos kerja tinggi. Inilah yang menyebabkan adanya supply (penawaran) dan demand (permintaan) kerjasama dalam pengelolaan keuangan. Kondisi ini pula yang melahirkan industri perbankan sebagai lembaga intermediasi (menghimpun dan menyalurkan) dana masyarakat. Kita dapat memanfaatkan kondisi itu untuk meningkatkan finansial. Bagaimana caranya? Kita dapat mengambil hutang di bank untuk membiayai proyek - proyek produktif maupun properti. Kita bisa juga melakukan kerjasama dengan pemilik dana. Bila kedua hal itu belum bisa dilakukan karena kita belum dipercaya pemilik modal, kita bisa menjadi broker atau perantara jual beli barang, misalnya properti. Kita bisa mendapatkan keuntungan meski tidak memiliki modal sama sekali. Banyak kisah sukses orang - orang yang berhasil memanfaatkan daya ungkit ini (menggunakan uang orang lain atau bank) dan yang paling nyata adalah para konglomerat. Pada pengusaha baru, Anda dapat menyimak kisah Miming Pangarah – pemilik perusahaan percetakan Indoprin – Bandung yang omset bisnisnya sudah mencapai 10 milyar setahun dan total asetnya mencapai Rp. 7 milyar yang diraih dalam waktu hanya 2,5 tahun. Padahal sebelum menggunakan uang bank, omset bisnisnya hanya Rp.150 juta per tahun. Menurutnya, kunci sukses dalam berhutang adalah tidak menggunakan kredit untuk keperluan konsumtif, karena hal itu sangat tabu!. Ia mengatakan, bila seseorang sudah berani menggunakan sekian ribu uang bank untuk kepentingan diluar bisnis, maka hal sembrono itu akan terus terulang dalam jumlah yang 121
makin besar. Sedangkan mengenai kemungkinan risiko kredit macet karena bisnisnya tidak jalan atau rugi, ia menepisnya karena kemungkinan itu relatif kecil terjadi asalkan orang disiplin dalam mengelola managemen keuangan. (Majalah Pengusaha no.51 – Agustus 2005) 2. Pengalaman orang lain. Kita memerlukan pengalaman - pengalaman orang lain sebagai bahan pelajaran berharga. Pengalaman Pengalaman itu bisa dari kesuksesan kesuksesan orang lain. Bisa juga dari pengalaman gagal seseorang. Pengalaman bisa mengajarkan apa yang harus dikerjakan dan apa yang harus ditinggalkan. Bagaimana strategi orang-orang kaya meraih kekayaannya dapat kita contoh. Kita juga butuh mentor (pembimbing) untuk membantu meraih tujuan-tujuan yang diinginkan, termasuk tujuan keuangan. Dengan mentor, Kita dapat belajar secara cepat. Meski kita dapat meraih suatu impian atau tujuan menggunakan cara sendiri, namun kita harus melakukan try and error alias coba – coba sehingga butuh waktu lama untuk sampai tujuan. Tentu akan lebih efektif jika kita memiliki cara cara yang sudah terbukti keberhasilannya dengan ‘ramuan’ yang sudah pas. ‘Ramuan’ itu biasanya dari pengalaman orang lain. Contoh sederhana, ketika Anda ingin membuat nasi goreng. Meski sudah mendapatkan resepnya, belum tentu hasilnya lezat. Ketika Anda memasaknya, bisa jadi hasil nasi gorengnya terlalu kering, terlalu manis dan sebagainya. Hal itu bisa terjadi hanya karena kesalahan sedikit saja atas tata cara memasak, meski ukuran bumbunya sudah sama persis. Misalnya Anda mendahulukan nasinya kemudian bumbunya, hasilnya akan berbeda bila bumbunya lebih dulu kemudian nasinya. Bukti bahwa pengalaman atau mentor mentor diperlukan, Anda dapat saksikan saksikan orang orang sukses seperti Bill Clinton, Andre Agassi, Nelson Mandela dan Lady Di. Mereka sukses dibidangnya masing - masing karena memiliki mentor yaitu Anthony Robbins. Ide orang lain. Anda tentu kenal Henry Ford. Pendiri perusahaan otomotif Ford Motor tersebut pernah mengatakan, “Saya tidak pernah berpikir : Mengapa saya harus menciptakan produk yang belum ada. Saya selalu berpikir : Mengapa saya tidak menciptakan produk yang lebih baik dari yang sudah ada?” Apa yang dikatakan Ford memberikan pelajaran bahwa kalau ingin sukses berbisnis, kita tidak harus berpikir mencari ide yang benar benar tidak ada sebelumnya. Kita bisa menambahkan atau menyempurnakan ide yang sudah ada menjadi lebih baik. Kita boleh meniru ide, bisnis atau kiat-kiat orang lain. Tidak perlu malu mencontek!. Bila ada ide bagus dari siapapun yang dapat dimanfaatkan, tidak ada salahnya ditiru. Tetapi hal yang paling penting dalam mencontek ide adalah menggunakan kaidah ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Pekerjaan orang lain. Seringkali dalam bisnis atau pekerjaan yang kita lakukan itu akan lebih baik hasilnya dan lebih efisien bila dikerjasamakan dengan pihak lain. Sama seperti perusahaan mobil, memberikan sub kontrak untuk spare part tertentu kepada vendor, misalnya jok mobil, ban, kampas rem dan sebagainya. Demikian juga bila Anda merintis bisnis, pada awal usaha boleh saja mengurus sendiri mulai dari A – Z, mulai dari pemasaran, mencari modal kerja, mengantar barang, memproduksi barang, menagih dan sebagainya. Akan tetapi bila itu Anda lakukan selamanya, lama - lama Anda kecapaian!. Maka sebaiknya Anda berpikir bagaimana pekerjaan dapat didelegasikan kepada orang atau perusahaan lain. Kondisi yang sebaliknya juga bisa terjadi. Misalnya saat memulai bisnis Anda tidak memiliki modal atau sumber daya yang memadai. Jadilah broker untuk mencari order – order produk dan pengerjaannya dikerjakan oleh perusahaan lain. Waktu orang lain.
122
Waktu sehari semalam sama untuk setiap orang yaitu 24 jam. Jumlah waktu tersebut masih harus dikurangi dengan istirahat, tidur, ibadah dan kegiatan lainnya. Hasil sebuah penelitian yang dikutip oleh Promod Brata dalam buku Born to Win menyebutkan bahwa bahwa dari masa hidup hidup seseorang yang yang mencapai 70 tahun, tahun, hanya tersisa waktu efektif 12 tahun untuk bekerja. Rata - rata 25 tahun untuk tidur, 8 tahun untuk studi dan pendidikan, 6 tahun untuk istirahat dan sakit, 7 tahun untuk liburan dan rekreasi, 5 tahun untuk komunikasi, 4 tahun untuk makan dan 3 tahun untuk transisi yaitu melakukan persiapan untuk melakukan semua aktivitas diatas. Dengan memperhatikan realitas diatas, waktu yang tersedia untuk mencapai tujuan hidup ini relatif kecil, hanya 12 tahun. Bila orang hanya bekerja menggunakan waktunya sendiri, maka akan lama sampai tujuan. Maka, mau tidak mau, suka atau tidak, kita membutuhkan waktu orang lain untuk membantu meraih tujuan hidup. Selain kelima leverage s diatas, kita harus menambah dengan leverages do’a, karena do’a merupakan pengungkit maha dahsyat. Ud’uunii astajib - lakum “Berdo’alah kamu niscaya Aku kabulkan”. Begitulah Allah memerintahkan agar umat-Nya berdo’a dalam setiap kesempatan. Karena dengan do’a urusan menjadi lebih mudah. Dalam hadist qudsi Allah berfirman : “Aku (Allah) sesuai prasangka hambaku pada-Ku dan Aku (Allah) bersamanya apabila ia memohon kepada-KU” HR.Muslim Masalah rejeki, jodoh dan mati, rahasianya hanya ada pada Allah. Tidak ada yang tahu apakah si A akan memiliki rezeki banyak atau sedikit, sehingga masalah rezeki ada unsur ‘kegaiban’. Jadi untuk meraihnya harus menggunakan dua jalur yaitu jalur ‘ghaib’ dan jalur phisik. Jalur ghaib dengan cara berdo’a langsung kepada Allah. Ironisnya, sebagian orang tidak menjadikan do’a sebagai daya ungkit dalam setiap langkahnya. Padahal kekuatan do’a bisa mengubah hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Manusia itu lemah, tidak bisa berbuat banyak manakala tidak mendapatkan pertolongan Allah . Sekuat dan sekeras apa pun usahanya, bila bukan karena Allah, maka sia - sia belaka. Manusia hanya bisa berkehendak, Allah yang mengabulkan kehendak. Manusia punya kuasa terbatas, Allah mempunyai kuasa tidak terbatas. Jadi agar kuasa kita bisa lebih besar, maka ‘leburkan’ dengan kekuasaan Allah. Sebab bila hal ini terjadi, maka do’a menjadi sangat – sangat makbul! Kita bisa menyaksikan hal ini pada para wali Allah yang memiliki karomah. Sedangkan untuk para nabi kita menyebutnya mu’jizat. Kenapa sebagian orang tidak menjadikan do’a sebagai daya ungkit? Kebanyakan orang merasa bahwa do’a yang diminta tidak ’cespleng’ atau langsung dirasakan manfaatnya. Bahkan mereka merasa do’anya tidak pernah dikabulkan. Secara sederhana (meski tidak persis sama), hubungan Allah Allah dan hamba-Nya hamba-Nya yang berdo’a itu seperti permohonan anak kepada orang tuanya. Orang tua yang bijaksana dan sayang sama anaknya pasti tidak akan mengabulkan seluruh permintaan anaknya. Hal itu karena berbagai pertimbangan yang seringkali belum dimengerti anaknya. Misalnya seorang anak kelas 4 SD, minta dibelikan sepeda motor. Orang tua tentu sangat berat hati dan tidak akan membelikan motor dengan pertimbangan keselamatan anaknya. Anak seusia itu tentu belum layak untuk mengendarai sepeda motor. Jadi kalau orang tua tidak membeli sepeda motor untuk anaknya, bukan berarti tidak mengabulkan permintaan sang anak tetapi mencari waktu yang tepat.
123
Berdo’a juga mirip dengan kalau kita minta sesuatu kepada orang lain. Disana ada istilah tak kenal maka tak sayang. Demikian pula ketika berdo’a, kita harus mengenal lebih dulu Allah. Mungkin Anda akan bertanya, “Bukankah kita sudah mengenal Allah melalui nama asmaul husna dan sifat – sifatnya? Bahkan setiap shalat kita mengucapkan syahadat, ”Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah?”. Menurut saya belum cukup!. Karena Anda belum benar - benar bersaksi. Bersaksi itu berarti pernah menyaksikan atau berjumpa dengan-Nya. Sama seperti ketika saya ceritakan ciri – ciri istri saya, sementara Anda belum pernah berjumpa dengannya. Saya gambarkan bentuk fisiknya, matanya, rambutnya, kulitnya, cara berbicara, dan sebagainya. Apakah itu berarti Anda sudah menyaksikan (berjumpa) istri saya? Pasti belum!. Anda baru mengenal ciri-ciri istri saya. Setiap manusia yang terlahir di dunia ini sebenarnya sudah pernah melakukan persaksian atau pertemuan dengan Allah di alam ruh, namun sebagian besar melupakan pertemuan itu. Ketika itu ruhani kita bermusyahadah dengan Allah, sebagaimana dijelaskan dalam Al - Al Qur’an, “Alastu birobbikum, Qooluu balaa syahidna” . “Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka (ruhani) menjawab : Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. Q.S Al - A’raaf (7) : 172 Persaksian itu sengaja dilakukan Allah agar di akhirat nanti manusia tidak berkilah dengan mengatakan tidak pernah bertemu Tuhannya. Sedangkan para sufi menggambarkan perjumpaan itu sangat indah sekali, sehingga bayi yang lahir ke dunia selalu menangis karena dia harus berpisah dengan Allah, sang kekasihnya. Agar kita bisa lebih dekat dengan-Nya, kita harus menemui-Nya. Sebab dengan pertemuan itu, kita akan menjadi merasa dekat, merasa lebih kenal dan bertambah cinta. Pepatah mengatakan, ‘Tak kenal maka tak sayang’. Lebih dari itu, kalau mata hati kita buta di dunia ini (belum merasakan perjumpaan), maka di akhirat nanti kita akan lebih buta lagi dan lebih tersesat dari jalan yang benar, Q.S Al – Israa’ (17) : 72. Bagaimana kita menemui - Nya? Pertama, berharaplah untuk bertemu dengan – Nya, sebagaimana firman Allah : “Barang siapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu pasti datang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Q.S Al – Ankaabut (29) : 5 Untuk bertemu dengan-Nya tidak perlu mencari ke tempat tempat keramat, di laut, hutan dan sebagainya, karena Allah itu lebih dekat dari urat leher kita (QS : Qaaf, 50 : 16). Sedangkan dalam hadits qudsi Allah berfirman ” man ‘arafa nafsahu faqad arafah robbahu”. “Barang siapa memahami jati dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya”. Untuk sampai merasakan berjumpa Allah ( ma’rifatullah) diperlukan seorang mursyid (pembimbing). Tugas kita saat ini adalah menemukan sang mursyid tersebut!. Itulah langkah kedua untuk bertemu Allah. Pertemuan dengan Allah merupakan langkah awal agar do’a kita lebih makbul. Sedangkan aturan lainnya, sebelum berdo’a kita juga harus memperhatikan hal - hal berikut : 1. Makanan atau rejeki yang dimakan. Sa’ad bin Abi Aqqas – yang hidup dijaman sahabat - di kenal sebagai orang yang doanya sangat mustajab. Setiap do’anya selalu dikabulkan oleh Allah. Semua sahabat 124
lain sempat ‘iri’ dan terheran-heran dan kagum kepadanya. Maka salah sahabat lain pun bertanya kepada Sa’ad. “Wahai Sa’ad, boleh aku bertanya kepadamu?”. “Apa yang ingin kau tanyakan ?”, jawab Sa’ad. “Mengapa doa-doamu lebih dikabulkan oleh Allah, diantara sahabat - sahabat yang lain?”. Sa’ad pun menjawab, “Aku tidak memasukkan secuil pun makanan ke dalam mulutku, kecuali aku tahu dari mana makanan itu berasal dan kemana ia keluar”. Rejeki haram yang kita makan akan menghambat atau menjadikan do’a – do’a tidak terkabul. Kalau begitu, bagaimana dengan koruptor, penipu dan penjahat lainnya bisa menjadi kaya atau sukses? Apakah itu berarti do’nya terkabul? Allah itu maha pengasih dan penyayang. Orang – orang demikian oleh Allah sengaja ‘diangkat-angkat’ atau istidraj. 2. Tempat berdo’a. Ada beberapa tampat yang mustajab, diantaranya di depan multazzam (depan Ka’bah, antara hajar aswad dan pintu Ka’bah), hijr Ismail, maqam Nabi Ibrahim, raudhah (antara makam dan mimbar Rasulullah di Masjid Nabawi), padang arafah ketika melakukan wukuf haji. Di tempat – tempat khusus seperti itu, Insya Allah do’a lebih makbul (mustajab). Oleh karena itu, bila Anda sudah memiliki uang cukup untuk menunaikan ibadah haji, segeralah pergi menunaikan ibadah haji. Mintalah apa pun yang Anda yakini baik untuk dunia dan akhirat di tempat- tempat tersebut. 3. Waktu. Ada waktu - waktu tertentu yang menjadikan do’a lebih makbul, diantaranya waktu sepertiga malam terakhir, dan waktu diantara dua khutbah Jumat. Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata : Rasulullah bersabda : “Turunlah rahmat Tuhan kami ke langit dunia setiap malam ketika tersisa sepertiga malam yang terakhir, lalu berfirman : ‘Barang siapa berdo’a kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya. Barangsiapa meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya. Barangsiapa memohon ampun kepada-Ku maka Aku akan memberinya. Barangsiapa memohon ampun kepada-Ku , maka Aku akan mengampuninya”. HR.Muslim Selain itu, Rasulullah bersabda, ada tiga golongan orang yang do’anya pasti dikabulkan yaitu do’a orang berpuasa hingga dia berbuka, pemimpin yang adil dan do’a orang yang teraniaya (HR At-Tirmidzi). Agar hasil yang kita harapkan dapat maksimal, maka kita harus memvisualisasikan lebih dulu keinginan kita. Orang - orang sukses selalu memiliki visualisasi (gambaran) yang jelas atas masa depannya dan selalu di putar berulang - ulang. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Dr.Charles Garfield terhadap orang - orang yang berprestasi puncak ternyata mereka suka melakukan visualisasi (menggambarkan secara jelas dalam pikiran). Mereka melihatnya; merasakan; bahkan seolah mengalaminya sebelum benar benar melaksanakannya. Mereka memulai dengan tujuan akhir (untuk jelasnya, baca buku “ Cara Mudah Orang Gaji an Menj adi Ent repreneur” ) Untuk melengkapi dahsyatnya kekuatan do’a, berikut ini saya memberikan contoh yang saya kutip dari sebuah internet (Journey to Islam oleh Redaksi 28 September 2005). Cerita itu bermula dari keinginan seorang mualaf untuk menunaikan ibadah haji namun tidak memiliki biaya. Maka setiap malam, sepulang dari pengajian dan sebelum tidur ia menyempatkan shalat tahajjud. Pada saat shalat itulah, ia menangis di hadapan Allah , bermunajat dan memohon kemurahan Allah agar bisa menunaikan ibadah haji. 125
Setelah sekian puluh kali dilakukan, Allah mengabulkan do’anya. Pada suatu musim haji tahun 1992, di suatu pagi sekitar tiga hari setelah hari raya idul fitri, datang sebuah surat undangan dari Raja Fadh Arab Saudi yang mengundang dia untuk melaksanakan ibadah haji. Subhaanallah .
126
Memb uat Uang Ber anak Pinak Setelah kita mempelajari bagaimana uang dapat berkembang cepat dan berlipat ganda, kini kita akan berdiskusi tentang cara membuat uang beranak – pinak secara halal. Ada tiga langkah utama yang harus dilakukan yaitu : 1. Alokasi aset Bila kita ingin segera bebas secara finansial, mau tidak mau, suka tidak suka kita harus menyisihkan sekian persen dari penghasilan setiap bulan dan memasukkan ke dalam investasi, baik phisik maupun non phisik (ilmu). Untuk investasi ilmu, sebaiknya disediakan dana rutin seperti untuk membeli buku, biaya seminar dan lainnya. Besarnya biaya ini tergantung kebutuhan. Investasi ilmu ini penting karena masalah di dunia ini selalu bertambah, sehingga kita butuh ilmu baru untuk mengatasinya. Sedangkan untuk investasi phisik, perbanyak koleksi barang produktif. Jangan sekali kali memperbanyak barang konsumtif. Inilah perbedaannya. Bila kita membeli mobil baru saat ini seharga Rp.100 juta (untuk keperluan keluarga), maka pada 3 tahun mendatang harga mobil itu menjadi kurang lebih 70 juta. Kondisi sebaliknya bila kita membeli tanah – bangunan Rp.100 juta maka 3 tahun mendatang harganya bisa menjadi Rp. 200 juta. Tidak ada alasan untuk tidak ‘membayar diri sendiri lebih dulu’. Berapa besarnya uang yang harus disisihkan, tidak ada aturan baku. Tapi sebagian besar perencana keuangan menyarankan minimal 10 persen sampai pada kondisi ideal minimal 30 persen dari penghasilan. Besaran itu masih tergantung dari (1) besarnya penghasilan seseorang dan (2) besarnya tekad atau niat untuk segera bebas secara finansial. Seseorang yang berpenghasilan Rp. 2 juta sebulan menyisihkan 30 persen (Rp. 600 ribu), sehingga masih tersisa Rp.1,4 juta untuk kebutuhan hidup. Dengan sisa sebesar itu, dia mungkin akan kesulitan mencukupi kebutuhan hidupnya bila tidak ‘pandaipandai’ menyiasati pengeluaran. Berbeda dengan seseorang yang berpenghasilan Rp.100 juta setelah disisihkan untuk alokasi aset sebesar Rp. 30 juta sisanya masih Rp.70 juta. Kebutuhannya mungkin hanya 40 juta sebulan, sehingga keluarga itu masih bisa menyisihkan alokasi aset lebih besar dari 30 persen. Besarnya tekad untuk segera bebas finansial juga sangat menentukan besar kecilnya aset alokasi. Meski seseorang berpenghasilan Rp.100 juta bila tidak memiliki tekad kuat, belum tentu ia bisa menyisihkan uang untuk investasi. Uang berapa pun bisa habis tergantung sikap seseorang. Setelah mengalokasikan investasi sebesar 30 persen, kita harus menempatkan pada berbagai instrumen investasi. Sebagaimana disebutkan dalam bab sebelumnya, berdasarkan hasil penelitian World Wealth Report versi Merrill Lynch dan Cap Gemini Ernst & Young investor, orang - orang kaya di Amerika Utara, Eropa, Asia Pacific menempatkan dananya sebagai berikut :
No 1 2 3 4 5
Instrumen Investasi Fixed income Cash / Deposito Saham Properti Lainnya (barang antik, hedge funds, dll
127
Besarnya Alokasi 30% 25% 20% 15% 10%
Penelitian itu memang bisa dijadikan acuan, tetapi tidak bisa diterapkan ‘mentahmentah’ karena harus disesuaikan dengan kondisi keuangan dan instrumen yang sesuai syariah. Investasi hedge funds masih diragukan kehalalannya, sehingga alokasi 10% itu bisa dialihkan kepada instrumen lain seperti properti sehingga menjadi 25%. Masih dengan contoh penghasilan diatas, yaitu Rp. 2 juta dan Rp.100 juta. Bagi yang berpenghasilan Rp.2 juta, mungkin akan kesulitan menerapkan hasil penelitian itu dibanding orang yang berpenghasilan Rp.100 juta. Oleh karena itu, bagi orang yang masih berpenghasilan rendah, tidak harus mengikuti hasil penelitian itu, tetapi lakukan secara fleksibel. Misalnya Anda fokus mengangsur rumah (karena belum punya rumah) dan menyisihkan untuk cash / deposits sebagai dana cadangan. Seiring dengan kenaikan penghasilan, Anda mulai mengarah pada aset alokasi yang benar. Bila Anda termasuk orang yang sangat konservatif atau menghendaki cara lain, Anda bisa melakukan: Aset alokasi 10% dari penghasilan, untuk investasi paling aman berupa tabungan atau deposito. Alokasi itu tidak boleh dipergunakan untuk apa pun. Anggap saja sebagai dana abadi yang hanya boleh diambil atau dimanfaatkan hasil investasinya, ketika hasil investasi itu sudah bisa membiayai gaya hidup Anda. Aset alokasi 20% dari penghasilan untuk investasi properti dan membuatnya ‘beranak pinak’, dengan cara sebagai berikut : •
•
Investasi Properti 1
Nilai Investasi (Rp) 100.000.000,-
Disewakan (Rp. / thn) 15.000.000,-
Properti 2
150.000.000,-
20.000.000,-
Keterangan Ditabung sampai cukup membeli lagi properti atau uang muka (DP) membeli properti berikutnya. Bila properti ke 2 dibeli kredit, maka angsuran kredit sebaiknya dari hasil sewa properti ke 1 dan 2. Sama dengan atas
Properti 3 200.000.000,25.000.000,Dan seterusnya Keterangan : Belilah properti yang menghasilkan seperti rumah kos, kios, ruko, bukan tanah kosong atau rumah yang tidak bisa disewakan. Pilihlah tempat yang strategis. Bila Anda membeli secara kredit, usahakan hasil sewa per bulan minimal sama dengan biaya angsuran kredit setiap bulannya, sehingga keuangan Anda tidak terbebani. Bila cara ini dilakukan secara disiplin dan konsisten selama kurun waktu tertentu misalnya 15 tahun – maka pada saat itu hutang sudah lunas dan Insya Allah pada waktu itu pula Anda sudah bebas secara finansial karena memiliki sumber penghasilan passive income dari sewa properti. 2. Membuat lebih dari satu sumber penghasilan. Setelah alokasi aset, untuk mempercepat uang beranak pinak, kita harus memiliki lebih dari satu sumber penghasilan. Tujuannya agar dana yang disisihkan untuk investasi semakin besar dan tidak rentan dari hilangnya penghasilan utama. (selengkapnya baca bab Evaluasi sumber penghasilan). 128
3.
Alokasi infak & sedekah minimal 10% dari penghasilan. Zakat yang telah kita bahas dalam bab sebelumnya hanyalah bentuk penyucian harta kekayaan, belum termasuk menafkahkan sebagian harta sebagai cara melipatgandakan kekayaan. Cara terbaik ‘memanfaatkan’ sedekah untuk membuat uang beranak pinak adalah dengan menjadikan sedekah sebagai prioritas utama dalam bisnis atau target penghasilan. Bila selama ini kita menentukan target bisnis berdasarkan omset dan laba, kini kita bisa mengubah dengan menetapkan target berdasarkan jumlah zakat, infak dan sedekah (ZIS) yang akan dibayarkan, sehingga penghasilan atau laba secara otomatis akan menjadi target bisnis. Dengan cara ini, kita menetapkan niat bisnis atau bekerja untuk sesuatu yang bermanfaat di dunia dan akhirat. Kita mendahulukan akhirat, dan dunia otomatis mengikutinya (ingat sub bab Raihlah Akhiratnya, Dapatk an Uangnya ). Rumus kuno (yang harus ditinggalkan) : TARGET PENGHASI LAN
= ZIS yang akan dibayarkan
x 10.0%
Pada rumus ini, kita mengutamakan target penghasilan (dunia) baru kemudian ZIS (akhirat). Risikonya, cara ini membuat niat kita cenderung ke dunia dan kalau pun usaha berhasil, ZIS bisa terlupakan. Rumus ‘modern’ (yang harus digunakan) :
Penghasilan
=
TARGET ZI S YANG AKAN DI BAYARKAN
:
10.0%
Bila ZIS yang ditargetkan tahun ini sebesar Rp.100 juta, maka penghasilan yang akan dihasilkan sebesar Rp.100 juta : 10% = Rp. 1 milyar. Dengan cara seperti ini Insya Allah kita akan dimudahkan Allah, karena kita sudah ‘teken’ kontrak dengan komitmen yang jelas terhadap penghasilan kita sejak awal (tujuan meraih penghasilan). Cara seperti itu telah dibuktikan pengusaha sukses seperti H. Hasan Toha Putra MBA, Direktur Utama Thoha Putra Center Semarang yang menyisihkan minimal 10 persen dari labanya. H. Suparno Zainal Abidin, pemilik group usaha santri Solo menyisihkan 22.5 persen dari laba usaha toko kelontongnya, sedangkan 25 – 50 persen dari laba usaha pabrik – pabriknya. Sedangkan Puspo Wardoyo, pemilik Ayam Bakar Wong Solo menyisihkan 20 – 30 persen dari keuntungan bersih, diluar pajak 2,5 persen. Bagaimana bila Anda bukan seorang pengusaha? Lakukan hal yang sama terhadap gaji dengan menafkahkan minimal 10 persen. Insya Allah karir cepat meningkat atau Anda akan mendapatkan rejeki lain dari arah yang tidak disangka sangka. Kata Allah, min haitsu laa yahtasib. Okey…! Mungkin ada yang bertanya, bagaimana mungkin kita mampu mengeluarkan ZIS minimal 10 persen? Besar amaaat….!??? Kelihatannya memang besar, tetapi sebenarnya tidak! Coba ingat – ingat. Saya yakin selama ini Anda sudah mengeluarkan sedekah untuk iuran masjid, sumbangan acara keagamaan, anak jalanan, 129
pengemis dan sosial lainnya. Namun Anda tidak pernah menghitung berapa yang dikeluarkan setiap tahunnya. Bisa jadi pengeluaran itu justru lebih dari 10 persen, tanpa Anda sadari. Jadi dengan menetapkan besarnya prosentase ZIS yang dikeluarkan, berarti kita merencanakan pengeluaran dengan baik, bukan untuk menghitung – hitung amal. Tapi bagaimana bila selama ini Anda memang belum pernah mengeluarkan ZIS sebesar itu? Hidup ini hanya sekali Saudaraku… Mari kita renungkan, bahwa harta sebenarnya adalah harta yang kita amalkan, bukan yang kita gunakan untuk kehidupan dunia. Tidak ada artinya memiliki milyaran rupiah di dunia, bila melarat di akhirat. Selain itu, bukankah Allah sedang mencari orang – orang yang bisa dijadikan ‘distributor’ rezeki? Bila kita berminat menjadi ‘distributor’ rezeki, maka mengeluarkan ZIS sebanyak – banyaknya adalah syarat mutlak. Dari uraian sejak awal hingga akhir buku ini, kita dapat berkesimpulan bahwa untuk membuat uang beranak pinak kita harus mampu menggunakan rumusan berikut ini : Kebutuhan = Hidup Sisa 60%
Seluruh Penghasilan 100%
Alokasi Aset - 30%
Zakat, Infak, Sedekah 10%
Rumus ini memang sangat sederhana, tetapi berat untuk dipraktekkan, terutama bagi orang yang tidak memiliki tujuan keuangan. Bagi orang yang memiliki tujuan keuangan, ia akan melakukan secara konsisten dalam jangka panjang, dan Insya Allah akan hidup berkelimpahan. Jadi untuk menjadi kaya sebenarnya tidak diperlukan ilmu yang super canggih, tetapi hanya kemauan untuk melakukan hal - hal yang kelihatannya sederhana bahkan sepele tetapi dilakukan secara konsisten, istiqamah!. Wallahu a’lam bishawaab.
130
DAFTAR PUSTAKA Al – Qur’an terjemahan Depag – RI & Al – Hadits Abdul Fadhil, Abu Al-Hamd, 2005. 15 Sebab Dicabutnya Berkah, Pustaka Al-Kautsar Jakarta. Benson, Dan, 2004. 12 Kesalahan Bodoh yang Dilakukan Orang dengan Uang Mereka, Alih bahasa Juni Prakoso. Gospel Press, Batam. Hartopo, Hendri, 2003. Save or Sorry , Menabung atau Menyesal, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Hill, Napoleon, 1960. Think and Grow Rich, Ballantinebooks, New York, USA. Kiyosaki, R dan Lechter, 2003. The Cashflow Quadrant , Alih Bahasa : Rina Buntaran, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kiyosaki, R dan Lechter, 2003. Rich Dad Poor Dad , Alih Bahasa : J. Dwi Helly Purnomo, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kasali, Rhenald, Bank Untuk Pengemis, Tabloid Kontan no.26 Tahun IX, 4 April 2005 Pratomo, Eko P, 2004. Cara Mudah Mengelola Keuangan Keluarga Secara Islami, PT. Syaamil Cipta Media, Bandung. Senduk, Safir, 1999. Mempersiapkan Dana Pendidikan Anak, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Senduk, Safir, 1999. Merancang Program Pensiun, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Subianto, Basuki, 2004. Mengubah Tidak Mungkin Menjadi Mungkin, Al- Bayan (Mizan), Bandung Spann, Peter, 2002. Wealth Magic, Alih Bahasa : Bambang Sumantri, PT.Buana Ilmu Populer, Jakarta. Stanley, Thomas J dan Danko, William D, 2004. The Millionaire Next Door, Alih Bahasa : Drs.Alexander Sindoro, Penerbit Interaksara, Batam Centre. Sajangbati, Maikel, 2005. Menikmati Masa Depan Kaya dan Bahagia, Investor Daily, Senin, 3 Oktober 2005. Tracy, Brian, 2005. Sukses Finansial, Delapratasa Publishing, Jakarta. Waringin, Tung Desem, 2005. Financial Revolution, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Kelana, Irwan, Menggandakan Bisnis dengan Sedekah, Harian Republika, Senin 14 Nopember 2005, Jakarta --------, 2005. Bisnis Biasa Yang Luar Biasa. BusinessWeek no.43/ III / 6 April 2005. Edisi Indonesia. --------, 2005. Gila Kerja, Businessweek, Edisi Indonesia ---------, 2005. Membeli masalah dengan Sedekah. Republika, Kamis 28 Oktober 2005. ---------, 2004. Ny.Alberta Si Miskin Yang Jadi Milyuner, Majalah SARTIKA, no.035/13 Des – 27 Des 2004 ---------, 2005. Bisnis Berbendera Islam Laris Manis, Harian Republika, Senin 7 Pebruari 2005. ---------, Kualitas, tepat Waktu dan Sedekah (Profil Ir.Muchammad Fatchan), Republika, 27 Juni 2005.
131
Lampiran 1 KALKULATOR SATU FUTURE VALUE (TAHUNAN) Rumus Compounding Interest FV = Po (1 + r) Tahun
t
Tingkat Bunga 8%
10%
12%
14%
15%
17%
20%
1
1.0800
1.1000
1.1200
1.1400
1.1500
1.1700
1.2000
2
1.1664
1.2100
1.2544
1.2996
1.3225
1.3689
1.4400
3
1.2597
1.3310
1.4049
1.4815
1.5209
1.6016
1.7280
4
1.3605
1.4641
1.5735
1.6890
1.7490
1.8739
2.0736
5
1.4693
1.6105
1.7623
1.9254
2.0114
2.1924
2.4883
6
1.5869
1.7716
1.9738
2.1950
2.3131
2.5652
2.9860
7
1.7138
1.9487
2.2107
2.5023
2.6600
3.0012
3.5832
8
1.8509
2.1436
2.4760
2.8526
3.0590
3.5115
4.2998
9
1.9990
2.3579
2.7731
3.2519
3.5179
4.1084
5.1598
10
2.1589
2.5937
3.1058
3.7072
4.0456
4.8068
6.1917
11
2.3316
2.8531
3.4785
4.2262
4.6524
5.6240
7.4301
12
2.5182
3.1384
3.8960
4.8179
5.3503
6.5801
8.9161
13
2.7196
3.4523
4.3635
5.4924
6.1528
7.6987
10.6993
14
2.9372
3.7975
4.8871
6.2613
7.0757
9.0075
12.8392
15
3.1722
4.1772
5.4736
7.1379
8.1371
10.5387
15.4070
16
3.4259
4.5950
6.1304
8.1372
9.3576
12.3303
18.4884
17
3.7000
5.0545
6.8660
9.2765
10.7613
14.4265
22.1861
18
3.9960
5.5599
7.6900
10.5752
12.3755
16.8790
26.6233
19
4.3157
6.1159
8.6128
12.0557
14.2318
19.7484
31.9480
20
4.6610
6.7275
9.6463
13.7435
16.3665
23.1056
38.3376
21
5.0338
7.4002
10.8038
15.6676
18.8215
27.0336
46.0051
22
5.4365
8.1403
12.1003
17.8610
21.6447
31.6293
55.2061
23
5.8715
8.9543
13.5523
20.3616
24.8915
37.0062
66.2474
24
6.3412
9.8497
15.1786
23.2122
28.6252
43.2973
79.4968
25
6.8485
10.8347
17.0001
26.4619
32.9190
50.6578
95.3962
26
7.3964
11.9182
19.0401
30.1666
37.8568
59.2697
114.4755
27
7.9881
13.1100
21.3249
34.3899
43.5353
69.3455
137.3706
28
8.6271
14.4210
23.8839
39.2045
50.0656
81.1342
164.8447
29
9.3173
15.8631
26.7499
44.6931
57.5755
94.9271
197.8136
30
10.0627
17.4494
29.9599
50.9502
66.2118
111.0647
237.3763
Contoh : Bila biaya masuk UI saat ini Rp.20.000.000,-, maka berapa besarnya perkiraan biaya masuk UI pada 12 tahun mendatang? Asumsi inflasi rata - rata 8% per tahun. Cara menghitung : 1. Cari tingkat bunga 8% (karena inflasi 8%) dan cari tahun ke-12, sehingga ditemukan angka 2.5182 2. Kalikan angka koefisien (2.5182) dengan nilai uang saat ini (Rp.20.000.000,-) sehingga hasilnya adalah Rp.50.363.400,-
132
Lampiran 2 KALKULATOR DUA KALKULATOR PRESENT VALUE (TAHUNAN) MAJEMUK PV = . FVt (1+r) Tahun
. t
Tingkat Bunga 8%
10%
12%
14%
15%
17%
20%
1
0.9259
0.9091
0.8929
0.8772
0.8696
0.8547
0.8333
2
0.8573
0.8264
0.7972
0.7695
0.7561
0.7305
0.6944
3
0.7938
0.7513
0.7118
0.6750
0.6575
0.6244
0.5787
4
0.7350
0.6830
0.6355
0.5921
0.5718
0.5337
0.4823
5
0.6806
0.6209
0.5674
0.5194
0.4972
0.4561
0.4019
6
0.6302
0.5645
0.5066
0.4556
0.4323
0.3898
0.3349
7
0.5835
0.5132
0.4523
0.3996
0.3759
0.3332
0.2791
8
0.5403
0.4665
0.4039
0.3506
0.3269
0.2848
0.2326
9
0.5002
0.4241
0.3606
0.3075
0.2843
0.2434
0.1938
10
0.4632
0.3855
0.3220
0.2697
0.2472
0.2080
0.1615
11
0.4289
0.3505
0.2875
0.2366
0.2149
0.1778
0.1346
12
0.3971
0.3186
0.2567
0.2076
0.1869
0.1520
0.1122
13
0.3677
0.2897
0.2292
0.1821
0.1625
0.1299
0.0935
14
0.3405
0.2633
0.2046
0.1597
0.1413
0.1110
0.0779
15
0.3152
0.2394
0.1827
0.1401
0.1229
0.0949
0.0649
16
0.2919
0.2176
0.1631
0.1229
0.1069
0.0811
0.0541
17
0.2703
0.1978
0.1456
0.1078
0.0929
0.0693
0.0451
18
0.2502
0.1799
0.1300
0.0946
0.0808
0.0592
0.0376
19
0.2317
0.1635
0.1161
0.0829
0.0703
0.0506
0.0313
20
0.2145
0.1486
0.1037
0.0728
0.0611
0.0433
0.0261
21
0.1987
0.1351
0.0926
0.0638
0.0531
0.0370
0.0217
22
0.1839
0.1228
0.0826
0.0560
0.0462
0.0316
0.0181
23
0.1703
0.1117
0.0738
0.0491
0.0402
0.0270
0.0151
24
0.1577
0.1015
0.0659
0.0431
0.0349
0.0231
0.0126
25
0.1460
0.0923
0.0588
0.0378
0.0304
0.0197
0.0105
26
0.1352
0.0839
0.0525
0.0331
0.0264
0.0169
0.0087
27
0.1252
0.0763
0.0469
0.0291
0.0230
0.0144
0.0073
28
0.1159
0.0693
0.0419
0.0255
0.0200
0.0123
0.0061
29
0.1073
0.0630
0.0374
0.0224
0.0174
0.0105
0.0051
30
0.0994
0.0573
0.0334
0.0196
0.0151
0.0090
0.0042
CONTOH Bila diketahui biaya sekolah pada 12 tahun mendatang Rp.50.363.400,- maka berapa biaya harus disediakan saat ini (untuk ditabung), dengan asumsi hasil investasi 10% per tahun? Cara menghitung : 1. Cari tingkat bunga 10% dan cari tahun ke-12, sehingga ditemukan angka 0.3186 2. Kalikan angka 0.3186 dengan perkiraan biaya di masa akan datang (Rp.50.363.400,-) hasilnya adalah Rp.16.047.331,-
133
Lampiran 3 KALKULATOR TIGA MENGHITUNG NILAI INVESTASI MASA DEPAN DENGAN CARA ANGSURAN ANUITAS AWAL TAHUN = FV x (1 + r ) t
t = bulanan
FV = Po (1 + r) - 1 r Thn
Tingkat Bunga 8%
10%
12%
14%
15%
17%
20%
1
12.5329
12.6703
12.8093
12.9501
13.0211
13.1645
13.3829
2
26.1061
26.6673
27.2432
27.8342
28.1354
28.7498
29.7018
3
40.8058
42.1300
43.5076
44.9411
45.6794
47.2011
49.6010
4
56.7256
59.2118
61.8348
64.6027
66.0437
69.0455
73.8658
5
73.9667
78.0824
82.4864
87.2007
89.6817
94.9069
103.4542
6
92.6388
98.9289
105.7570
113.1736
117.1195
125.5240
139.5340
7
112.8607
121.9583
131.9790
143.0252
148.9682
161.7713
183.5293
8
134.7610
147.3993
161.5266
177.3350
185.9366
204.6842
237.1769
9
158.4791
175.5042
194.8215
216.7686
228.8478
255.4884
302.5942
10
184.1657
206.5520
232.3391
262.0914
278.6573
315.6351
382.3636
11
211.9843
240.8510
274.6148
314.1827
336.4738
386.8423
479.6336
12
242.1118
278.7415
322.2522
374.0535
403.5846
471.1438
598.2438
13
274.7399
320.5997
375.9311
442.8655
481.4838
570.9478
742.8760
14
310.0761
366.8409
436.4180
521.9540
571.9056
689.1048
919.2392
15
348.3451
417.9243
504.5760
612.8538
676.8631
828.9900
1,134.2949
16
389.7905
474.3567
581.3782
717.3287
798.6930
994.5989
1,396.5319
17
434.6759
536.6983
667.9208
837.4061
940.1076
1,190.6619
1,716.3015
18
483.2867
605.5679
765.4392
975.4161
1,104.2553
1,422.7792
2,106.2256
19
535.9322
681.6491
875.3254
1,134.0368
1,294.7904
1,697.5811
2,581.6955
20
592.9472
765.6969
999.1479
1,316.3463
1,515.9550
2,022.9167
3,161.4794
21
654.6945
858.5457
1,138.6742
1,525.8822
1,772.6727
2,408.0788
3,868.4626
22
721.5667
961.1169
1,295.8959
1,766.7106
2,070.6590
2,864.0690
4,730.5517
23
793.9893
1,074.4287
1,473.0573
2,043.5049
2,416.5479
3,403.9121
5,781.7754
24
872.4230
1,199.6057
1,672.6872
2,361.6361
2,818.0400
4,043.0279
7,063.6282
25
957.3666
1,337.8903
1,897.6351
2,727.2777
3,284.0737
4,799.6718
8,626.7082
26
1,049.3604
1,490.6552
2,151.1120
3,147.5250
3,825.0245
5,695.4562
10,532.7139
27
1,148.9898
1,659.4166
2,436.7362
3,630.5328
4,452.9356
6,755.9680
12,856.8802
28
1,256.8883
1,845.8495
2,758.5847
4,185.6741
5,181.7863
8,011.4991
15,690.9480
29
1,373.7423
2,051.8043
3,121.2516
4,823.7212
6,027.8029
9,497.9120
19,146.7850
30
1,500.2952
2,279.3253
3,529.9138
5,557.0556
7,009.8206
11,257.6639
23,360.8018
Contoh : Kita ingin mendapatkan uang Rp.50.363.400,- untuk biaya kuliah di UI pada 12 tahun mendatang. Berapa uang yang harus kita tabung / investasikan setiap bulan? Asumsi hasil investasi rata - rata 10% pertahun. Cara menghitung : 1. Cari tingkat bunga 10% dan cari tahun ke-12, sehingga ditemukan angka koefisien 278.7415 2. Bagikan angka koefisien 278.7415 dengan nilai uang yang diperkirakan (Rp.50.363.400,-) sehingga 180,681 hasilnya adalah Rp.
134
Prof il Penulis Safak Muham mad , lahir tahun 1970 di Lamongan – Jawa Timur,
alumni Fakultas Ekonomi Universitas Jember (1994) dan Magister Managemen Agribisnis IPB – Bogor (2003) serta pernah mengikuti Fund Manager Training (2005). Sejak bekerja di Bank BUMN terbesar saat itu (1995), kegiatan bisnisnya (agribisnis dan rental komputer) bersama rekan rekannya selama kuliah di Jember, ditinggalkan. Posisi yang pernah di jabat selama bekerja di Bank BUMN adalah Credit Analyst , Relationship Officer , Pemimpin Layanan Mikro, Wali Amanat di Divisi Tresuri dan terakhir Task Force Manager Tim Pengembangan Organisasi dan SDM Perkreditan, serta di Corporate Secretary . Selain itu, dia pernah menjadi konsultan pada sebuah rubrik konsultasi investasi, keuangan dan kewirausahaan di Tabloid Jobplus (2003) dan Majalah Insani (2005). Menjadi pembicara seminar dan talk show radio. Awal 2003 dia merintis bisnis transportasi bahan bakar minyak (BBM) bersama tiga rekannya dan dia sebagai Komisaris. Tahun 2005 mendirikan perusahaan penerbitan buku. Sejak medio 2004 aktif menulis tentang entrepreneurship, bisnis dan keuangan, dengan niat agar semakin banyak orang menjadi entrepreneur (pengusaha) dan semakin banyak orang melek keuangan untuk meraih kebebasan dan keberkahan finansial. Buku pertamanya, KAYA TANPA BEKERJA (Republika, 2004), telah menjadi best seller . Buku kedua CARA MUDAH ORANG GAJIAN MENJADI ENTREPRENEUR (MediaSukses, 2005) juga laku keras di pasaran. Sedangkan buku yang Anda baca ini adalah buku ketiga, KEBERKAHAN FINANSIAL. Untuk menghubungi, silahkan email ke :
[email protected]
135
M A R I B E K ER J A S A M A M E M B A N G U N S EM A N G A T H I D U P S U K S ES S EJ A H T E R A DUNIA - AK HIRAT Bila Anda merasakan banyak manfaat setelah membaca buku ini, kami mengajak Anda untuk ikut aktif menyebarkan buku ini, minimal dengan meminjamkan atau mendiskusikan isi buku ini bersama orang – orang yang Anda cintai. Akan lebih bermakna bila Anda menjadikan buku ini sebagai : Kado pernikahan Kado ulang tahun Cinderamata perkawinan, persahabatan dan lainnya Partisipasi Anda sangat berguna sekali dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga, sahabat, teman, dan orang – orang sekitar Anda. Partisipasi Anda juga sangat berguna untuk kebangkitan ekonomi bangsa kita. • • •
HUBUNGI : Penerbi t SolusiQalbu Kelompok MediaSuk ses
Jl. Duren Tiga Selatan – Swadaya 31 C Jakarta 12760 Telp.021- 98 700 202 Email :
[email protected]
136
KOMENTAR ”..... penulis menjelaskan dengan lugas lima langkah untuk mencapai keberkahan finansial. Ini menarik untuk dicermati, karena untuk mencapai suatu keberkahan dalam bidang apa pun tentu tidak cukup dengan slogan kejujuran, melainkan harus ada langkah - langkah kongkret yang dilakukan" KH.Abdullah Gymnastiar (Aa Gym). Pimpinan Pesantren Daarut Tauhid & MQ Corporation "Salah satu kehancuran ekonomi bangsa ini mungkin karena tidak adanya keberkahan, ditambah lagi dengan sistem ekonomi ribawi. Buku ini tidak hanya inspiratif tetapi juga praktis membahas langkah langkah untuk meraih keberkahan finansial agar kekayaan yang kita miliki dapat bermanfaat dunia akhirat" KH. Ma'ruf Amin, Ketua Dewan Syariah Nasional – MUI "Luar biasa! Buku ini memberikan cara pandang baru mengenai arti kekayaan...." Safir Senduk, Perencana Keuangan ”Buku ini sangat baik untuk dibaca semua lapisan masyarakat yang berminat untuk dapat mengelola keuangan dengan lebih baik lagi. Buku ini juga berisikan pengenalan ilmu Perencanaan Keuangan Islami yang bisa dijadikan sebagai salah satu pegangan dalam merancang keuangan yang memberikan keberkahan finansial bagi yang menjalankannya. Ulasan-ulasan tentang keuangan secara Islami memberikan angin segar sebagai tambahan ilmu yang Insya Allah berguna bagi semua orang baik muslim maupun non muslim” Aidil Akbar Madjid, MBA, RFC, Chairman International Association of Registered Financial Consultants (IARFC) Indonesia, Senior Partner Pavilion Wealth Management “Dari 5 rukun Islam, hanya membaca dua kalimat syahadat yang tidak membutuhkan biaya, sedangkan 4 rukun lainnya mensyaratkan adanya uang. Di buku ini kita bisa mempelajari trik mencari uang, dan kalau uang itu sudah ada niscaya kita bisa menjalani rukun Islam dan ajaran Islam lainnya dengan lebih khusyuk dan lebih baik” DR. Ir.H. Wahyu Saidi, MSc, Alumni ITB, Tukang Bakmi “Sukses keuangan tidak hanya ditentukan oleh keahlian seseorang dalam mengelola keuangan, tetapi lebih dari itu, juga harus ada perubahan mental dan pemahaman yang benar tentang uang. Buku ini membahas secara komprehensif tentang pengelolaan keuangan dari sisi spiritualitas dan rasionalitas”. Ida Kuraeny, Ketua Umum Ikatan Agen Asuransi Indonesia (IAAI) “Menjadi kaya bagi seorang muslim tidak hanya mungkin, tapi wajib. Safak Muhammad dengan tekun & telaten mengajarkan kepada kita cara-cara meraih kekayaan yang penuh dengan keberkahan, sehingga kita bisa hidup kaya di dunia dan mati masuk surga” Irwan Kelana, Cerpenis, Novelis, Redaktur Harian Umum Republika & Pedagang Bakmi “Buku ini sangat inspiratif berisi kiat - kiat dan cara - cara praktis mencari, mengelola, dan meningkatkan kekayaan sesuai syariah (Islam), sehingga akan diperoleh keberkahan finansial”. H. Rahmat Hidayat, SE, MT, M.Phil, Komisaris Utama PT. Namira Cahaya Abadi, Pakar Ekonomi Syariah. “Untuk bisa berhasil, Anda perlu menemukan sebuah pegangan, sesuatu untuk memotivasi dan menginspirasi. Mas Safak Muhammad, sahabat saya ini meyakinkan saya dan boleh jadi Anda untuk meraih keberkahan finansial melalui buku ini” Drs. Yusuf Daud, MA, Pengusaha Restoran dan Pendidik
137