Geo-Sciences SEDIMENTOLO SEDIMENTOLOGI BATUGAMPI TUGAMPING NG FORMAS FORMASII J ONGGRANGA GRANGAN N DI SEPANJANG SEPANJANG LINT LINTAS ASAN AN GUA KISKEN KISKENDO DO, GIRI GIRIMULYO, KULONPROGO THE S EDI MENT MEN TOLOG OLOGY Y OF LIMES LIM EST TONE FROM THE JONGGRAN JONGG RAN GAN FOR FOR MATI MATI ON ALONG ALONG THE KISKENDO CAVE SECTION, GIRIMULYO, KULONPROGO Oleh : Sigit Maryanto Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Jl. Diponegoro Diponegoro No. No. 57 Ba ndung, 4012 2 e-mail: e-mail: sigitmaryanto@ ymail.com
Abstrak Batugamping Formasi Jonggrangan yang berumur Miosen Awal tersingkap di lintasan Gua Kiskendo, Kabupaten Kulonprogo. Pengukuran stratigrafi rinci telah dilakukan di lintasan sepanjang duabelas kilometer ini untuk menduga perkembangan lingkungan pengendapan batuan. Pengujian petrografi batugamping digunakan untuk mempertajam interpretasi interpretasi mikrof mikrofaa sies bat ugamping. B erdasa rkan rkan pengujia pengujia n petrografi petrografi tigapuluh delapan s am pel, forma forma si batuga mping ini terdiri atas boundstone, floatstone, packstone, wackestone, mudstone, dan batugamping kristalin. Lingkungan pengendapan batugamping Formasi Jonggrangan berkeadaan susut laut, yang meliputi fasies terumbu depan, fasies inti terumbu, fasies saya p terumbu, terumbu, fasies landa ian laguna denga n sirku sirkulasi lasi terbuka, terbuka, da n fasies laut laut da ngkal hingga cekungan cekungan lokal lokal d engan sirkulasi sirkulasi terbuka terbuka di belakang terumbu.
Kata Kata kunci: Mi osen, petrografi, petrografi, sedim entologi, batugamping, terum bu.
Abstra Abstract ct The Early Miocene limstone limstone of of the Jonggranga Jonggr angan n Formati Formatio on is i s cropp c ropped ed out out at Gua Ki K i skend sk endo o Section Secti on,, Kulonprogo Kulonprogo Regency. Regency. Detailed stratigraphic sections were measured out along twelve kilometers section to predict the development of their depositional environments. Limestone petrography analysis are useful to sharpening the limestone microfacies interpretations. Based on petrography data from thirty eight samples, this limestone formation composes of boundstone, floatstone, grainstone, packstone, wackestone, mudstone, and crystalline limestone. The depositional environments of this formation are regressive condition, include fore-reef facies, organic reef facies, reef flank facies, shelf shelf lago lagoo on with open pen circulatio circulation n facies, facies, and shallo shallow w marine until until loca locall basin basin on back back reef reef with open pen circulatio circulation n facies. facies. Keywords: Miocene Miocene, petrograph rographyy, sedimentolo sedimentology, limestone, limestone, reef.
Pendahuluan Sejak Kala Oligosen (34 juta tahun yang lalu), di daerah Ja wa Tengah ba gian gian selatan mulai mulai terjadi terjadi kegiatan gunung api yang kemudian membentuk sa tuan ba tuan gunung api Tersier ersier ata u lebih dikenal dikenal denga n sebut a n Forma Formasi si Andes Andes it Tua (Bemmelen, (B emmelen, 19 49 ). Tektonik yang ya ng terjadi di da erah pe nelitian ini (Pegunungan Menoreh) bagian utara mengakibatkan Formasi orma si Andes Andes it Tua ikut ikut t erlipa erlipatt denga n kemiringa kemiringa n umum ke selatan, yang merupakan konfigurasi tinggian dan rendahan pada saat batuan sedimen selanjutnya terendapkan. Formasi batuan sedimen setelah kegiatan tektonik dan gunung api tersebut mereda, berupa napal dan batugamping Formasi Jonggrangan ya ng singkapa singkapa nnya da pat d itemuk itemukan an di bagian utara dari Pegunungan Kulonprogo, dan berlanjut hingga berupa batugamping masif yang Naskah dite Naskah diteri rima ma : Revis i t er era kh kh ir ir :
tersingkap baik di wilayah Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo (Bronto, 2007). Formasi Jonggrangan berumur Miosen Awal dengan lingkungan pengendapan litoral. Formasi Jonggrangan tidak mengalami perlipatan yang sesungguhnya, sesungguhnya, tergul tergulin ingg da n rusak rusak pada wa ktu taha p akhir pembentukan pembentukan Kubah Kulonprogo ulonprogo,, s am a ha lnya dengan block-faulting dari struktur kubah (Bemmelen, 1949). Bagian bawah Formasi Jonggrangan ini terdiri atas aglomerat napalan dan batupasir tufan dengan moluska dan batulumpur dengan lensa lignit. Batuan penyusun bagian atas Formasi Jonggrangan terdiri atas batugamping terumbu, batuga mping Globigeri Globigerina na da n napa l. Permasalahan yang ada ialah belum adanya penelitian yang mengupas tentang perkembangan lingk lingkungan ungan pengenda pan sec a ra terinci terinci batuga mping Formasi Jonggranga n.
11 Febr ebruari uari 2013 0 7 J un un i 2 01 01 3
JSD.Geol. JSD.Ge ol.
Vol. 23
No. 2 Juni 2013
105
Geo-Sciences
Gambar 1. Lokasi daerah daerah peneli tian yang berada di Kabupaten Kulon progo , Daerah Istim ewa Yogyakarta. Yogyakarta.
Gambar Ga mbar 2 . Peta Geologi Geologi daera daerahh Kulonp rogo (Rahardjo (Rahardjo drr., 1995 ) d an lokasi l intasan Gua Kiskendo Kiskendo
Penelitian Penelitian ini bertuj bertujuan uan untuk mengetahui proses da n perkembangan lingkungan pengendapan yang membentuk runtunan stratigrafi batuan penyusun ba tugam ping Formasi Formasi J onggranga n. Objek Objek peneli penelitian tian ini adalah batugamping penyusun Formasi Jonggrangan yang tersingkap di lintasan Gua Kiskendo, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Gamba r 1). Linta Linta sa n penelitian penelitian d imulai imulai dari lereng selatan Gunung Kelir mengarah ke timurlaut timurlaut s epanjang sekita sekita r 12 km, menuju ke ke lokas lokas i
106
JSD.Geol. JSD.Ge ol.
Vol. 23
Gua Kiskendo, yang selanjutnya ke Desa Jonggrangan. Lokasi ini dipilih karena dijumpai batugamping yang termasuk Formasi Jonggrangan da n tersingka tersingka p cukup baik. baik. Metode yang digunakan d a lam penelitian penelitian ini meliputi meliputi pengumpula pengumpula n da ta geologi geologi di lok loka si linta linta sa n terpili terpilih, h, khususnya data sedimentologi dengan pembuatan kolom stratigrafi rinci. Kolom stratigrafi yang dimaksud adalah kolom litostratigrafi terukur yang dilengkapi denga n ciriciri-ciri da n perkemba perkemba nga n litologi litologi dalam s uatu runtunan runtunan fasies batuan.
No. 2 Juni 2013
Geo-Sciences
o g o r p n o l u K , o d n e k s i K a u G n a s a t n i l i d i c n i r i f a r g i t a r t s n a r u k u g n e p a t e P . 3 r a b m a G
JSD.Geol. JSD.Ge ol.
Vol. 23
No. 2 Juni 2013
107
Geo-Sciences
Gambar Ga mbar 4. Kolom stratigrafi bagian bawah dan dan tengah Formasi Formasi Jonggrangan di li ntasa ntasann Gua Kiskendo, pada Segmen Segmen 1. Lihat Gambar 3 untuk lokasi p engukura engukurann stratigrafi rinci .
108
JSD.Geol. JSD.Ge ol.
Vol. 23
No. 2 Juni 2013
Geo-Sciences
Gambar Ga mbar 5. Kolom stratigrafi bagian tengah dan atas atas Formasi Formasi Jongg ranga rangann di l intasan Gua Gua Kiskendo, pada Segmen 2. Li hat Gambar Ga mbar 3 untuk lokasi pengukuran stratigrafi stratigrafi rinc i.
Guna melengkapi data yang diperoleh di lapangan, maka dilakukan analisis petrografi batuan karbonat di laboratorium. Pengujian petrografi terhadap beberapa sampel batugamping di lintasan ini digunakan untuk mempertajam analisis dan interpretasi aspek sedimentologi, khususnya aspek mikrofasies batugamping. Penggolongan jenis batugamping yang a da didasa rkan rkan kepada klasifik lasifikasi asi batugamping menurut Dunham (1962) yang telah disempur disempurnakan nakan oleh oleh Embry & Klovan lovan (1971). Analisis mikrofasies batugamping dikelompokkan berdasarkan pembagian standar mikrofaseis (selanjutnya disingkat SMF menurut Flugel, 1982) yang merupakan pengembangan dari sabuk fasies (selanjutnya disingkat FZ menurut Wilson, Wilson, 19 75 ).
JSD.Geol. JSD.Ge ol.
Vol. 23
Stratigrafi Pemetaa n geologi geologi bersistem bersistem bersek bersekala ala 1 : 100. 1 00. 000 telah telah dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung (Rahardjo drr., 1995; Gambar 2). Tata an stratigr s tratigrafi afi satua n batuan ba tuan yang a da di daerah ini secara berurutan, dimulai dari yang tertua meliputi Formasi Nanggulan, Formasi Kebobutak, Formasi Jonggrangan, Formasi Sentolo, batuan terobosan andesit dan dasit, serta aluvium. Batugamping Formasi J onggranga onggra ngan n (Tmj) berumur Miosen Miosen terdiri ata s konglomerat, napal tufan, dan batupasir gampingan, dengan sisipan lignit, batugamping berlapis, dan batugamping koral. Secara tidak selaras, di atas Formasi J onggranga onggrangan n die d iendapkan ndapkan Formas ormasii Sentolo, Sentolo, yang tersusun tersusun oleh campuran bahan klastika gunung api dan material karbonat arbonat (Maryanto, 2 009; 2012).
No. 2 Juni 2013
109
Geo-Sciences
Gambar Ga mbar 6. Kolom stratigrafi bagian tengah Formasi Jong grangan di lintasan Gua Kiskendo, pada Segmen 3. Lihat Gambar Gambar 3 untuk lokasi pengukuran stratigrafi rinci.
Gambar Ga mbar 7.
110
Kolom stratigrafi bagian tengah dan dan atas Formasi Formasi Jonggrangan di l intasan Gua Gua Kiskendo, pada Segmen 4. Lihat Gambar 3 untuk lokasi pengukuran stratigrafi stratigrafi rinci. rinc i.
JSD.Geol. JSD.Ge ol.
Vol. 23
No. 2 Juni 2013
Geo-Sciences
Gambar Ga mbar 8. Kolom stratigrafi bagian atas atas Formasi Jonggrangan di li ntasa ntasann Gua Kiskendo, pada Segmen 5. Lihat Gambar Gambar 3 untuk lokasi pengukuran stratigrafi stratigrafi rin ci.
Gambar Ga mbar 9. Kore Korelasi lasi antar kolom stratigrafi Formasi Jonggrangan di li ntasa ntasann Gua Kiskendo. Kiskendo.
JSD.Geol. JSD.Ge ol.
Vol. 23
No. 2 Juni 2013
111
Geo-Sciences Berdasarkan hasil pengukuran stratigrafi rinci di lintasan Gua Kiskendo, terlihat bahwa singkapan batugamping dijumpai terbaik dan terbanyak di bagian baratdaya lintasan, dan semakin berkurang frekuensinya di bagian timurlaut lintasan (Gambar 3). Runtuna n stra tigrafi tigrafi di lintasa n Gua Kiskendo iskendo ini berketebalan total mencapai 250 m dan terbagi menjadi 5 (lima) segmen kolom stratigrafi yang mewa kili ili bagian ba wa h formasi formasi (Gamba r 4), 4), bagian tengah formasi formasi (Gambar 4, 5, 6 &7), &7), dan ba gian gian a tas formasi formasi (Gamba r 5, 7 & 8). Posisi setiap setiap kolo kolom m stratigrafi stratigrafi da pat dilihat dilihat pada Gamba r 9. Runtunan stratigrafi bagian bawah Formasi Jonggrangan tersingkap di Segmen 1 lintasan Gua Kiskendo (Gambar 4 &9). Runtunan batuan diawali
Gambar 10. Rudstone yang terpilah sangat buruk dan mengandung kepingan koral berukuran sangar kasar, menyusun bagian bawah Formasi Jonggrangan di lintasan Gua Kiskendo. Difoto di lokasi 105 (Gambar 3), kode sampel sampel SM 105.
Gambar Ga mbar 11 . Sing kapa kapann wackestone berlapis baik dengan sisipan napal menyerpih, m enyusun bagian tengah Formasi Formasi Jonggrangan di lintasan Gua Kiskendo. Difoto di lokasi 130 (Gambar 3), kode sampel sampel SM 141.
112
JSD.Geol. JSD.Ge ol.
Vol. 23
oleh hadirnya batugamping klastika sangat kasar rudstone dengan komponen klastika beragam yang berukuran mencapai 10 cm dan matriksnya masih bersifat bersifat lumpuran. lumpuran.
Rudstone ini berlapis tebal, mencapai 10 m, berulang beberapa kali yang menguasai bagian baw ah runtunan runtunan ba tugamping tugamping For Formas mas i Jonggranga Jonggranga n. Batuan berikutnya masih merupakan batuan sedimen klas klas tika tika gunung api, b aik yang berbutir kasa r maupun halus. Breksi gunung api yang berlapis susun dan dengan kemas terbuka berukuran kepingan mencapai 20 cm berada di bagian bawah. Batuan berikutnya merupakan batulumpur gampingan yang masih mengandung komponen bahan gunung api yang bercampur dengan komponen kepingan batugamping dengan ketebalan lapisan mencapai 7 m. Batuan sedimen klastika gunung api ini kemudian berkembang kembali menja menja di batuga mping bioklastika bioklastika seda ng hinga halus wackestone-packstone yang berlapis tebal dan kad ang membintal membintal dengan pemilahan pemilahan buruk buruk.. Ba gian gian bawah runtunan Formasi Jonggrangan ini diakhiri oleh hadirnya rudstone yang berlapis tebal dengan komponen kepingan kepingan da n fosil beraga m (Gamba r 10). Runtunan stratigrafi bagian tengah Formasi Jonggrangan di lintasan Gua Kiskendo tersingkap di Segmen 1, 2, 3 dan 4 (Gambar 4-7, 9). Runtunan batuan sangat dikuasai oleh batugamping bioklastika halus wackestone-packstone yang kadang-kadang floatstone tstone yang berkembang mengkasar menjadi floa berukuran kepingan mencapai 20 cm dan dengan ketebalan lapisan beragam dari 10 cm hingga 8 m.
Gambar 12. Packstone yang berlapis buruk, masih lumpuran, dengan beberapa kepingan bioklastika yang berukuran beragam, menyusun bagian atas Formasi Jonggrangan di lintasan Gua Kiskendo. Difoto di lokasi 141 (Gambar 3), kode sampel SM158 SM158 . No. 2 Juni 2013
Geo-Sciences
Tabel 1. Ringkasa Ringkasann analisis petrograf petrografii b atugamping Formasi Jonggrangan di lintasan Gua Kiskendo
JSD.Geol. JSD.Ge ol.
Vol. 23
No. 2 Juni 2013
113
Geo-Sciences
Tabel 1. (Lanjutan) Ringkasan Ringkasan analisis petrografi batugamping Formasi Jonggrangan di lintasan Gua Kiskendo
114
JSD.Geol. JSD.Ge ol.
Vol. 23
No. 2 Juni 2013
Geo-Sciences
Tabel 1. (Lanjutan) Ringkasan Ringkasan analisis petrografi batugamping Formasi Jonggrangan di lintasan Gua Kiskendo
JSD.Geol. JSD.Ge ol.
Vol. 23
No. 2 Juni 2013
115
Geo-Sciences Batuan tersebut pada umumnya masih lumpuran yang beberapa bagian memperlihatkan struktur penyerpihan, meskipun secara umum tidak memperlihatkan memperlihatkan s truktur truktur dala m a ta u pejal. pejal. Fosil ya ya ng teridentifikasi di dalam batugamping ini beragam, meskipun meskipun seca ra umum d ikuas ikuas ai oleh jenis jenis moluska, ganggang dan foraminifera. Beberapa sisipan grainstone grainstone hingga rudstone hadir dengan ketebalan mencapai 4 m, terpilah buruk hingga sangat buruk dengan kepingan meruncing yang berukuran mencapai 40 cm. Sisipan yang lain adalah napal pejal pejal hingga bat ulempung ulempung gampingan yang bebera pa bagian tampak menyerpih dan berketebalan mencapai 70 cm (Gamba r 11). 11). Runtunan stratigrafi bagian atas Formasi Jonggrangan di lintasan Gua Kiskendo tersingkap di Segmen 2, 4 dan 5 (Gamba r 5, 7 -9). Runtunan batuan di bagian atas formasi ini terdiri atas batugamping bioklastika halus hingga sedang wackestone-packstone, kada ng-kada ng-kada ng berk berkemba ng floatstone tstone yang berukuran mengkasar menjadi floa kepingan mencapai 10 cm dan dengan ketebalan lapisan beragam dari 40 cm hingga mencapai 5 m. Batuan tersebut pada umumnya berlapis baik dengan matriks sebagian masih lumpuran dan fosil yang teridentifikasi beragam. Di bagian teratas packstone ne formasi, batuan berkembang menjadi packsto yang berketebalan 2-3 m, terpilah buruk hingga sangat buruk dengan kepingan berukuran mencapai 5 cm (Gambar 12). Runtunan batuan yang lebih
Gambar Ga mbar 13 . Wackestone/floatstone dengan intraklas (int) kera kerangka ngka koral dan bryozoa selain foramini fera (for) yang beberapa bagian pse seu udosp spa arit (pse), dengan matriks terganti menjadi p lum pur karbonat karbonat (cm d). Batuan ini menyusun bagian bawah bawah Formasi Jonggrangan. Kode sampel SM110, kedudukan lensa nikol bersilang.
116
JSD.Geol. JSD.Ge ol.
Vol. 23
muda tidak tersingkap lagi di lintasan Gua Kiskendo ini, ini, ka rena telah tertutup soil. soil. Dari hasil pengukuran stratigrafi rinci yang telah dilakukan, diambil beberapa sampel batuan untuk diuji petrografi di laboratorium. Hasil uji petrografi (Ta bel 1) ini dipaka dipaka i seba gai d as a r penentuan mikrofasies batugamping di lintasan penelitian, dan digabungkan dengan kolom stratigrafi rinci di lapangan untuk merunut kembali perkembangan sedimentologinya.
Sedimentologi Fasies pengendapan batugamping terumbu depan yang berupa rudstone mengawali runtunan pengendapan batugamping Formasi Jonggrangan di lintasan Gua Kiskendo, Kulonprogo. Hubungan langsung batugamping dengan batuan di bawahnya tidak ditemukan di lintasan ini. Dengan hadirnya batuan klastika gunung api di antara batugamping rudstone fasies terumbu depan ini mengindikasikan bahw a pada kala itu, itu, di daerah penelitian penelitian merupakan merupakan wilayah busur gunung api. Mengacu kondisi geologi regional Indonesia bagian barat, dapat dikatakan bahwa batuan alas batugamping adalah batuan piroklastika gunung api yang termasuk ke dalam Formasi Kebobutak (Rahardjo drr., 1995; Maryanto drr., 2008; Maryanto, 2012), yang terbentuk dan terendapkan di jalur gunung api setelah pembentukan pull-apart basin Jawa sejak Miosen Tengah (Indrana (Indrana di drr., drr., 20 12 ).
Gambar 14. Wackestone yang cenderung menjadi f flloatst sto one dengan beberapa bioklas moluska (mol) terganti menjadi pse p seu udosp spa arit (pse), ganggang merah (ral), foraminifera (for), ekstraklas (int) dan material terigen (ter) khususnya feldspar. Batuan ini menyusun bagian tengah Formasi Jonggrangan. Kode Kode sampel SM 119, kedudukan lensa nikol bersilang.
No. 2 Juni 2013
Geo-Sciences Fenomena ini masih tercermin dengan adanya beberapa sisipan breksi gunung api hingga batulumpur gampingan di bagian terbawah runtunan batugamping Formasi Formasi J onggranga onggranga n. Tidak diketa diketa hui secara pas ti kedudukannya, kedudukannya, apa kah batugamping di daerah penelitian diendapkan di busur gunung api depan, atau busur gunung api belakang, belakang, a tau di anta ra gunungapi. gunungapi. Bagian bawah runtunan stratigrafi batugamping Formasi Jonggrangan masih kurang teramati dengan baik karena sebagian besar telah tertutup soil. soil. Aspek sedimentologi ba tugam ping di bagian ba wa h Formasi Formasi Jonggrangan ini masih dapat diperkirakan dengan baik. Hadirnya rudstone di ba gian ini mencermink mencerminkaa n bahw a lingk lingkungan ungan pengen pengenda da pan pada s aa t itu itu ada lah slope or fore fore slope slope; Tucker, lereng depan ( slope ucker, 2 00 1; Wilson, 1975) atau pada daerah terumbu depan (reef-front ; Tucker ucker & Wright, right, 19 90 ), a ta u lebih lebih tepa tnya lerengan terumbu de pan pa n (SMF6/ (SMF6/FZ4; FZ4; fore forereef slope; Flugel, 1982). Meskipun fasies lereng depan da ri batugamping dapat terama terama ti dengan dengan ba ik, ik, akan tetapi fasies bentukan terumbu yang membentuk boundstone tidak teramati. Lingkungan kemudian bergeser menjadi landaian laguna dengan sirkulas i terbuka (SMF8/FZ7; shelf shelf la lagoo goon with open pen circulation), yang mengendapkan batugamping wackestone. Jenis bioklas yang teramati dikuasai oleh fora fora minifera minifera besa r bentonik, bentonik, moluska, gangga ng merah, echinodermata, dan fosil lain, sebagai penciri enda pan laguna (Tucker ucker,, 20 01 ), ba ik dengan sirkulasi air yang terbuka maupun yang tertutup.
Gambar 15. Packstone dengan pencucian fosil yang sudah cukup baik. Tampak bioklas foraminifera (for), mol uska (mol), g anggang merah (ral), dan intraklas (int) batugamping terumbu koral (cor) yang tersebar di dalam matriks lumpur karbonat (cmd). Batuan ini menyusun bagian tengah Formasi Jonggrangan. Kode Kode sampel SM 126 , kedudukan lensa nikol bersilang.
JSD.Geol. JSD.Ge ol.
Vol. 23
Sebagai konsekuensinya, bahwa bentukan terumbu di daerah ini pada saa t itu tidak tidak menyebar menyebar secara luas luas dan tidak membentuk lingkungan laguna tertutup. Hadirnya beberapa wackestone dan kadang-kadang berkembang menjadi floa floatstone tstone (Gambar 13), dengan komponen bioklas bryozoa dan koral yang berasal dari pecahan terumbu, menunjukkan lingkunga lingkunga n pengenda pa n saya p terumbu (SMF5/ (SMF5/FZ4; FZ4; ) . Perulanga Perulanga n lapisan tidak teramati dengan reef-flank ). baik pada bagian bawah batugamping Formasi Jonggrangan ini, akan tetapi hal ini mulai teramati denga n baik di bagian tenga h forma forma si.
Gambar 16. Wackestone dengan beberapa fosil pengeraka pengerakann ganggang merah (ral), bryozoa (bry) yang tersebar di dalam matriks lumpur karbonat tergantikan menjadi mikrosparit (mic), dengan pengisi an retakan retakan oleh orthosparit (ort). Batuan ini menyusun bagian atas Formasi Jonggrangan. Kode sampel sampel SM1 53, kedudukan lensa nikol bersilang.
Gambar 17. Floatstone dengan beberapa fosil foraminifera (for), ganggang merah (ral), mol uska (mol) sebagian tergantikan tergantikan menjadi p pse seu udosp spa arit (pse) dan berada di dalam matriks lumpur karbonat (cmd). Batuan ini menyusun bagian atas Formasi Jonggrangan. Kode sampel SM157, kedudukan lensa nikol bersilang.
No. 2 Juni 2013
117
Geo-Sciences Ba gian tengah For Formasi masi J onggranga onggranga n di lintasa lintasa n Gua Kiskendo dikuasai oleh wackestone yang kadangkadang berkembang mengkasar menjadi packsto packstone ne floatstone tstone,, dan kadang-kadang dengan sisipan dan floa boundstone. Batuan yang menguasai runtunan bagian tengah Formasi Jonggrangan tersebut pada umumnya dienda pka pka n di lingk lingkungan ungan landa ian laguna shelf lago lagoo on with open pen dengan sirkulasi terbuka ( shelf FZ7). Fosil ya ng t eridentifika eridentifika si d i circulation; SMF8/FZ7). dalam batuga mping mping ini jenisnya enisnya a gak terbata terbata s, yang dikuasai oleh foraminifera bentonik, moluska dan ganggang merah (Gambar 14). Lingkungan pengendapan landaian laguna dengan sirkulasi terbuka tersebut kadang-kadang bergeser menjadi laut da ngkal den ga n sirkulas sirkulas i terbuka (SMF9/ (SMF9/FZ7), FZ7), atau menjadi lebih dalam yang membentuk cekunga cekung a n lokal (SMF10/FZ7). FZ7). Pada lingkungan yang lebih dalam ini telah terjadi proses seleksi dan pencucian fosil dengan baik (Gambar 15) dan dengan fosil yang lebih beragam. Beberapa sisipan batuan yang lebih kasar, yaitu packstone-floatstone menunjukkan lingkungan p e n g e n d a p a n s a y a p t e r u m b u ( reef flank ; SMF5/FZ4). FZ4). Meskipun sa nga t ja ja rang , sisipa n ba tugam ping inti inti terumbu (organic reef ; SMF7/ SMF7 /FZ5) ma sih dijumpai dijumpai di ba gian tengah Forma Forma si Jongranga n ini, dengan penciri khusus batugamping tersebut berstruktur berbuku-buku, yang merupakan karakter pertumbuhan fase terakhir terumbu dan pada umumnya terbentuk pada wilayah dataran terumbu (reef-flat ; Ba thurst, 19 75 ; Tucker ucker &W &Wright, right, 19 90 ). Kelangkaan batugamping non-klastika di lintasan penelitian ini mencerminkan bahwa pertumbuhan terumbu di daerah ini kurang optimal, dan hanya berupa terumbu lokal (pat ch-reef; Tucker, ucker, 20 01 ; Kenda ll, ll, 20 05 ). Bagian atas runtunan batugamping Formasi Jonggrangan merupakan seri perulangan antara wackestone (Gambar 16) dari lingkungan landaian shelf lago lagoo on with laguna dengan sirkulasi terbuka ( shelf FZ7) ya ng diakhiri d iakhiri denga deng a n open circulation; SMF8/FZ7) floatstone (Gambar 17) yang merupakan seri endapan sayap terumbu (reef flank ; SMF5/ S MF5/FZ4). Karakter ukuran butirannya menjadi lebih kasar jika dibandingkan pada segmen bagian bawah dan tengah formasi. Kadang-kadang batuan menjadi terekristalisasi akibat pensesaran, akan tetapi di lapangan tidak diketahui jenis dan lokasi sesar tersebut. Bagian teratas batugamping Formasi Jonggrangan langsung tertutup tanah, sehingga ini
118
JSD.Geol. JSD.Ge ol.
Vol. 23
hubungan hubungan formasi dengan sa tuan ba tuan ya ng lebih lebih muda tidak diketa diketa hui. Namun demikian, demikian, berda sa rkan rkan kondisi geologi regional (Rahardjo drr., 1995; Karnawati drr., 2006) diketahui bahwa bagian teratas Formasi Jonggrangan berhubungan menjema menjema ri denga n bat uan karbonat Forma Forma si Sentolo. Sentolo. Berdasa rkan rkan uraian tersebut tersebut di ata s da pat dikata dikata kan bahwa batugamping Formasi Jonggrangan terendapk terendapkan an di ata s ba tuan a las gunung api For Formasi masi Kebobuta k. S eperti ha lnya yang terjadi pad a Formasi Sentolo (Maryanto, 2009; 2012), bagian bawah batugamping Formasi Jonggrangan masih bersifat pasiran dengan kepingan batuan gunung api cukup banyak. Hal ini menunjukkan bahwa fase pengendapan batugamping Formasi Jonggrangan masih sangat terpengaruh oleh batuan alas gunung api Formasi Kebobutak. Pengaruh gunung api ini semakin mengecil ke arah atas, yang diketahui dari nilai kerentanan magnet batuan yang semakin mengecil (Yurnaldi drr., 2008). Namun demikian, kedudukan tektonika di lintasan penelitian pada saat itu tidak diketahui apakah berada di wilayah busur depan, atau di wilayah busur belakang gunung api, atau di antara gunungapi. Fase pengendapan batugamping Formasi Jonggrangan pada saat itu secara umum dengan keada keada an susut laut. Proses naik dan turunnya muka air laut pada saat pengendapan batugamping Formasi Jonggrangan tercermin oleh perulangan lapisan batugamping yang terbentuk pada lingkungan yang sama secara ritmik, hingga mencapai ketebalan ketebalan tota l sekitar sekitar 250 m. Fase terakhir pengendapan batugamping Formasi Jonggrangan di lintasan penelitian tidak diketahui, meskipun secara regional dikatakan bahwa pengendapan batugamping tersebut masih berlanjut pada kala Miosen Akhir yang membentuk Formasi Sentolo.
Kesimpulan n
Runtunan stratigrafi batugamping Formasi Jonggrangan di lintasan Gua Kiskendo, Kulonprogo ulonprogo,, berketeba berketeba lan tota l mencapa i 250 m dan terbagi menjadi lima segmen kolom stratigrafi. Runtunan batuan diawali oleh hadirnya rudstone, diikuti batuan sedimen klastika gunung api, berkembang menjadi wackestone-packstone, yang diakhiri oleh rudstone. Bagian tengah formasi dikuasai oleh wackestone-packstone yang kadang-kadang floatstone tstone dengan beberapa sisipan menjadi floa
No. 2 Juni 2013
Geo-Sciences grai g rai nstone, ns tone, r udstone uds tone, napal pejal dan batulempung gampingan. Bagian atas formasi terdiri atas wackestone-packstone, kadang floatstone tstone dan kadang berkembang menjadi floa
packsto packstone ne.. n
Batugamping tersebut terendapkan di atas batuan alas gunung api Formasi Kebobutak dan ditindih selaras oleh Formasi Sentolo. Lingkungan ingkungan pengenda pan ba tugam ping Formasi Formasi Jonggrangan secara umum berkondisi susut laut, yang diaw ali dengan dengan runtunan runtunan ba tuan da ri fasies terumbu depan, yang segera bergeser menjadi fasies sayap terumbu dan landaian laguna. Batugamping di bagian tengah formasi masih terendapkan di lingkungan landaian laguna yang terkadang membentuk cekungan
lokal belakang terumbu atau bergeser menjadi fasies sayap terumbu, dengan sangat jarang bentukan inti terumbu. Sedimentologi bagian atas runtunan batugamping masih konsisten, yaitu di lingkungan landaian laguna hingga saya p terumbu. terumbu.
Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Heriyanto dan Undang Sukandi S ukandi untuk pemotretan pemotretan dan dan pembuata pembuatan n sayat sayatan an pipih, dala dalam m rangka kegi atan atan lanjutan lanjutan penga pengamb mbilan ilan baha bahan n untuk untuk peny penyusun usuna an buku buku acuan cuan stand standa ar la labora borato torium. rium. Ucapa Ucapan n terima terima kasih juga penul penulis is sam sampaik paika an kepa kepada Herwin Syah, Syah, Novi Novi D. Anjani, Anjani, Wawa Wawan Gunawan dan Agung Gunawan yang telah membantu penul penulis is di dala dalam m pengum pengumpu pula lan n data data di lapa lapanga ngan. n.
Acuan Bathurst, R.G.C., 1975. Carbonate sediments and their diagenesis, Second enlarged edition. Elsevier Scientific Sc ientific Publishing Compa ny, ny, New York York,, Amst Amst erda m, Oxford, Oxford, 65 8 p.
geology of of I ndonesi ndonesia a, v. IA. Bemmelen, R.W. van, 1 94 9. The geology IA. Ma rtinus Nijhoff, Nijhoff, The The Ha gue, 79 2 p. Bronto, Bronto, S., 200 7. Genesis Genesis enda pan a luvi luvium um da taran Purworej Purworejo, o, J aw a Tengah; impli implik kas inya inya terhad terhad ap sumber da ya geologi geologi.. Jurnal Jurnal Geolo Geologi gi Indo Indonesia nesia, 2: 207 -215. Dunham, R.J ., 19 62 . Class ifica ifica tion of ca rbonate rocks rocks a ccording to depositional texture. texture. In: W.E. Ha m (Ed), (Ed), Classification of carbona te rocks. rocks. Am. Assoc. 08-121. As soc. Petrol. Petrol. Geol. Geol. Mem. 1: 1 08-121. Embry, Embry, A.F. .F. a nd Klovan, Klovan, J .E., 19 71 . A La te Devonian Devonian reef trac trac t on North-Eastern North-Eastern B a nks nks Island , North North W West est Geol. 19: 730 -781. Territor errit oryy. B ull. Can. Petrol. Geol.
Micr ofacies facies analy nalysis sis of of limesto limestone ness. Springer-V Flugel Flugel,, E., 198 2. Micro Springer-Verlag Inc ., Berlin, Heidelberg, New York York,, 63 3 p. Indrana di, V.B ., Pras etyad i, C., a nd Toha , B ., 20 12 . Yogyakarta Yogyakarta pull-apa pull-apa rt basin. geology of Indonesia, Indonesia, stratigraphic column geology of Java, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi and Papua. http: htt p:/ //ilmugeologi. ilmugeologi. com/20 12 /08 /yogya karta -pull-a pull-a pa rt-ba rt-ba sin.h tml < 10 -03 -20 13 > Karnaw ati, D. , P ramumij ramumijoyo, oyo, S ., and Hendrayana , H., 200 6. Geology Geology of of Y Yogyak ogyakarta arta , J ava: the dynamic vol volcanic canic Geol. S oc . London. arc city. city. IAEG200 IAEG200 6 Pa per number number 363 , Geol. Kendall C.G.St.C., 2005. Carbonate petrology. In: Kendall C.G.St.C. and Alnaji, N.S. (Dev), USC sequence stratigraphy w eb. h ttp: //strata .geol.s c. edu/seq strat. html < 27 /02 /20 06 > . Maryanto, S., 2012. Limestone diagenetic records based on petrographic data of Sentolo Formation at ndon. J. Geol Geol. 7: 8 7-99. Hargorej Ha rgorejo o traverse, Kokap, Kulonprogo. I ndo 7-99. Maryanto, S., 2009. Mikrofasies batugamping Formasi Sentolo di lintasan Hargorejo, Kokap, Kulonprogo. 13-14 October 200 9. Pro Pr oceedings ceedings of The 38th 38 th IAGI IAG I Ann. Conv Conv. Exh. Sema rang 13-14 Maryanto, S ., Subagio, S., Herwinsyah, Herwinsyah, Rustami, I., d an Anj Anjani, ani, N.D., 200 8. Kegiata egiata n persiapan persiapan penyusunan penyusunan atlas petrografi batugamping Indonesia: pengambilan sampel batugamping di daerah Kulonprogo dan sekita sekita rnya, Propinsi Propinsi Daera h Istimewa Yogyakarta . Pusa t Survei Geologi Geologi Ba ndung (laporan (laporan tidak terbit). terbit).
JSD.Geol. JSD.Ge ol.
Vol. 23
No. 2 Juni 2013
119
Geo-Sciences Raha rdjo, rdjo, W., S ukand ukand arrumidi, arrumidi, da n Rosidi, Rosidi, H.M.D. H.M.D. , 19 95 . Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Jawa, skala 1 : 100.000 . P usat Peneliti Penelitian an d an P engembanga engembanga n Geologi Geologi,, Ba ndung. Tucker, ucker, M. E. a nd Wright, Wright, V. P. , 1 99 0. Carbonate sedimentology. Blackwell Scientific Publications, Oxford, London, Edinburg, Edinburg, Ca mbridge, mbridge, 4 82 p.
S edime imenta ntary ry petro petrolo logy: gy: an introdu introductio ction n to the the orig orig in of sedime sediment nta ary ro r ocks . Blackwell Tucker, ucker, M.E., 20 01 . Sed Science Ltd. Ltd. , Oxfor Oxford, d, 26 2 p. Carbonate te facies i n geolo geologi gi c history hi story . Springer-V Wilson, ilson, J .L. 19 75. Carbona Springer-Verlag, New York York,, Heidelberg, Berl Be rlin, in, 4 71 p. Yurnaldi, urnaldi, D., Wiji, iji, J umbaw an, J ., da n Supriyandi, Supriyandi, D. , 200 8. Kegiata egiata n uji uji coba peralata peralata n fisik fisika batua n untuk studi bat uan sedimen di daerah Kulonpro Kulonprogo go dan sekitarnya, P ropinsi ropinsi Daerah Istimewa Yogyakarta . P usa t Survei Geologi Geologi Ba ndung (laporan tidak terbit). terbit).
120
JSD.Geol. JSD.Ge ol.
Vol. 23
No. 2 Juni 2013