.Geosintetik Untuk Perencanaan Perkerasan Lentur Di Atas Tanah..
GEOSINTETIK UNTUK PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DI ATAS TANAH LUNAK DI GRESIK-LAMONGAN STA 27+ 250 ± STA 32 + 550 Wayan Sudana Jurusan Teknik Sipil FTSP Universitas Pembangunan Nasional ³Veteran´ Jatim
ABSTRAK
Ruas jalan Gresik±Lamongan merupakan jalan arteri, dengan kondisi eksisting jalan lama adalah 2 lajur 2 arah tak t erbagi (2/2)UD, dengan lebar 7 m da n lebar bahu j alan 2 m, direncanakan pelebaran jalan 14 m menjadi 4 lajur 2 arah tak terbagi (4/2)UD yang dikarenakan peningkatan volume kendaraan dengan derajat kejenuhan (DS) = 0,78 (DS>0,75). Di dalam perencanaan ini juga direncanakan lapis tambahan overlay) overlay ( ) pada lapisan jalan lama dan perencanaan jalan baru dengan perkerasan lentur dan perkuatan geotekstil pada lapisan subgrade. Dalamnya lapisan tanah dasar yang berupa tanah lempung berlanau menyebabkan daya dukung tanah dasar dilokasi studi Gresik-Lamongan sangat kecil dengan nilai CBR 1,44%. Kandungan lempung pada tanah dasar mencapai angka 41% - 57% dan nilai batas cairnya sekitar 54%-98%. Dibeberapa tempat mempunyai kadar air 39% - 49% bahkan mencapai 77%, berarti tanah dasar mendekati batas cairnya dengan kata lain subgrade dalam kondisi cair. Berdasarkan kondisi di atas upaya untuk memperbaiki keadaan tersebut digunakan bahan geosintetik yaitu geotekstil sebagai perkuatan dan pemisah, sehingga mencegah bercampurnya tanah dasar yang b erupa lempung den gan material timbunan dan menjaga kestabilan tipmbunan terhadap keruntuhan dan mampu menerima beban dari atas. Setelah diberi perkuatan geotekstil dan material baru untuk timbunan diharapkan geotekstil berfungsi dengan baik, sehingga rencana nilai CBR 10 10 % pada tanah timbunan dapat tercapai dari nilai CBR tanah dasar asli sekitar 1,44 %. Dengan nilai CBR 10 % ini, direncanakan untuk perkerasan jalan dan ditetapkan besarnya koefisien relatif bahan. Dari analisa perhitungan dengan menggunakan metode analisa komponen dari Bina Marga, maka didapatkan tebal masing-masing perkerasan sebagai berikut : - Lapis permukaan (laston MS 744) = 10 cm - Lapis pondasi atas (batu pecah kelas A) = 25 cm - Lapis pondasi bawah (sirtu kelas A) = 10 cm - Lapis timbunan tanah kepasiran = 50 cm - Lapis geotekstil ( P olypropylene olypropylene woven geotextile) geotextile) = 3 lapis (UW-200 black ) K ata ata
kunci : jalan jalan diatas tanah lunak, geotekstil, perkerasan lentur
ekonomi masyarakat. Pada ruas jalan PENDAHULUAN Gresik-Lamongan diketahui bahwa, Latar Belakang Jalan sebagai sarana transportasi berdasarkan hasil survey di lapangan lapangan dan yang sangat penting, perlu kiranya data dari Dinas PU Bina Marga, pada mendapat perhatian khusus dalam hal jalan ruas Gresik ± Lamongan Sta pembangunannya. Apabila jalur 27+250 ± 32+550 mempunyai kondisi transportasi dalam kondisi baik maka eksisting lebar jalan 7 meter 2 lajur 2 akan terjadi peningkatan pertumbuhan arah tak terbagi (2/2 UD). Dari data lalu
.Geosintetik Untuk Perencanaan Perkerasan Lentur Di Atas Tanah..
lintas harian tahun 2008 ± tahun 2010 pada ruas jalan tersebut telah mengalami peningkatan volume kendaraan yang signifikan, dengan derajat kejenuhan (DS) = 0,78 (DS>0,75) yang berarti jalan dalam kondisi jenuh atau macet, dan tidak menutup kemungkinan 10 tahun mendatang kapasitas jalan 2/2 UD sudah tidak mampu menampung volume kendaraan yang setiap tahun meningkat jumlah kepemilikan kendaraan bermotor. Maka dilakukan penelitian dengan direncanakan pelebaran jalan menjadi 14 meter 4 lajur 2 arah tak terbagi (4/2 UD) bertujuan untuk menurunkan nilai DS<0,75, sehingga pada 10 tahun mendatang kondisi eksisting 4/2 UD mampu untuk menampung peningkatan kapasitas volume kendaraan. Salah satu kesulitan dalam pembangunan prasarana jalan Gresik Lamongan adalah kondisi tanah yang jelek berupa tanah lempung berlanau, berdasarkan studi pendahuluan diketahui bahwa nilai CBR tanah dasarnya sebesar 1,44% yang berarti nilai daya dukung tanahnya sangat kecil. Sehingga tidak memungkinkan dibangun prasarana jalan di atasnya, maka dari itu perlu diadakan perbaikan pada tanah dasarnya. Pada tugas akhir ini digunakan metode perkerasan lentur (f lexible pavement ) dan bahan geosintetik yaitu geotekstil sebagai pemisah tanah dasar dan timbunan, yang di hamparkan di atas tanah lunak diharapkan berfungsi dengan baik untuk mencapai umur rencana jalan yang sudah direncanakan.
3. Berapa tebal lapisan overlay untuk jalan lama ? 4. Berapa kebutuhan alinyemen vertikal dan horisontal ? 5. Berapa dimensi saluran drainase ?
Permasalahan Adapun usaha penyelesaian masalah dari kondisi tanah pada ruas jalan Gresik Lamongan Sta 27+250 ± 32+550 adalah : 1. Berapa kebutuhan kekuatan tarik ultimit minimum geotekstil dan pelaksanaan pemasangan di lapangan ? 2. Berapa tebal lapis perkerasan untuk pelebaran jalan baru ?
Data Teknik Untuk mengetahui gambaran tentang obyek studi maka dibawah ini diberikan data-data teknik lokasi : a. Panjang jalan : 5,3 km b. Lebar jalan : 7 m (2 lajur 2 arah tak terbagi)
Tujuan Penelitian 1. Menentukan kebutuhan kuat tarik ultimit geotekstil minimum yang diperlukan untuk menjaga stabilitas timbunan dan mencegah terjadinya keruntuhan pada timbunan. 2. Menentukan perkerasan lentur pada pelebaran jalan yang baru yang di beri bahan geotekstil yang diharapkan mampu mengurangi kemacetan dan kerusakan jalan dalam waktu jangka panjang. 3. Menentukan tebal lapis ulang (overlay) pada jalan lama untuk melapisi permukaan jalan yang sudah rusak akibat beban kendaraan. 4. Untuk mengetahui gambaran kondisi jalan pada arah melintang dan horisontal. 5. Menentukan dimensi saluran drainase agar permukaan jalan tetap kering terhadap air sehingga ikatan antara butir agregat dengan aspal tidak saling terlepas. Batasan Masalah Karena keterbatasan waktu dan kemampuan yang kami miliki maka batasan studi yang kami bahas dalam tugas akhir ini adalah : 1. Lokasi studi di ruas jalan Gresik ± Lamongan Sta 27+250 ± Sta 32+550. 2. Perbaikan pada struktur tanah dengan bahan geosintetik. 3. Tidak menghitung anggaran biaya kerusakan maupun biaya pemeliharaan dan lainnya. 4. Tidak menghitung perkerasan kaku.
.Geosintetik Untuk Perencanaan Perkerasan Lentur Di Atas Tanah..
c. Lebar jalan rencana : y 7 m x 2 (4 lajur 2 arah tak terbagi ) y Bahu jalan 2 x 2 m
diakibatkan oleh beban kendaraan. Dengan demikian geotekstil akan membantu menaikkan ketahanan tanah dasar terhadap keruntuhan geser sehingga lapisan tanah pondasi tersebut berfungsi dengan baik dan terjadinya kelongsoran tidak terjadi.
TINJAUAN PUSTAKA Komposisi dan Fungsi Geotekstil Salah satu bahan geosintetik yang banyak digunakan dalam pekerjaan tanah adalah geotekstil. Geotekstil merupakan material lolos air atau material tekstil bikinan pabrik yang dibuat dari bahan sintetik seperti, polypropylene ( 92%), polyester ( 5%), polymide ( 2%), polyethylene ( 1%). Polylene dan polypropylene adalah polyolefins yang diantaranya mempunyai kerapatan kurang dari 1000 kg/m3. Seperti diterangkan bahwa geotekstil adalah bahan yang dihamparkan diatas tanah, adapun fungsi dari geotekstil dalam usaha perbaikan tanah dasar sebagai berikut: a. Pemisah (S eparation) Dipakainya geotekstil maka dapat memisahkan antara tanah timbunan dan tanah dasar di bawahnya. Apabila tidak memakai geotekstil material timbunan akan turun ke bawah akibat beban dari atas dan juga akibat berat sendiri dari timbunan itu. Untuk mengatasi masalah ini digunakan geotekstil sebagai pemisah keuntungan yang didapat: y Mempercepat tercapainya tegangan tanah timbunan ke dalam tanah dasar. y Mencegah turunnya tanah timbunan ke dalam tanah dasar sehingga volume timbunan tidak berubah. y Lebih mudah dilakukan pemadatan. b. Penyaring ( F iltration) Terkait dengan fungsi filtrasi, maka geotekstil berfungsi sebagai filter mencegah masuknya air dan butiran halus dari tanah dasar kedalam lapisan dasar timbunan. Pada saat yang sama, geotekstil juga harus bisa menahan tanah timbunan agar material timbunan tidak ikut bersama aliran, sehingga susunan material timbunan dan tanah dasar dapat terjaga. c. Perkuatan (rein f orcement ) Maksudnya adalah geotekstil sebagai tulangan bagi tanah dasar untuk menyerap beban sementara yang
Hitungan Stabilitas Timbunan Terdapat beberapa cara hitungan stabilitas timbunan dengan metoda keseimbangan batas, dalam tugas akhir ini hitungan stabilitas timbunan di atas tanah lunak perlu ditinjau terhadap 3 kemungkinan tipe keruntuhan, yaitu: a. Keruntuhan kapasitas dukung tanah b. Stabilitas internal (internal stability) c. Stabilitas tanah pondasi ( f oundation stability) Faktor minimum dalam hitungan stabilitas struktur timbunan bertulang geosintetik di atas tanah lunak ditunjukkan dalam Tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1 Faktor aman untuk analisis stabilitas struktur timbunan bertulang
No
Tinjauan terhadap
1
Keruntuhan kapasitas dukung tanah
2
Keruntuhan geser rotasional
3 4 5
Stabilitas geser internal (jangka panjang) Sebaran lateral (penggelinciran) Pembebanan dinamik
Faktor aman (SF )
1,5 - 2 1,3 1,5 1,5 1,1
Sumber : Geosintetik untuk Rekayasa Jalan Raya ³Christady H´ Edisi pertama Hal 174
a. Keruntuhan Kapasitas Dukung Tanah Pondasi Timbunan menimbulkan beban pada tanah pondasi di bawahnya. Kapasitas dukung tanah yang umumnya rendah akan membatasi tinggi timbunan maksimum yang akan dibangun. Kapasitas dukung tanah pondasi, pada dasarnya tidak bergantung pada geotekstil. Zona keruntuhan umumnya berada di luar bagian timbunan yang dipasang geotekstil. Tanah timbunan dan geotekstil bergerak bersama-sama ketika terjadi keruntuhan.
.Geosintetik Untuk Perencanaan Perkerasan Lentur Di Atas Tanah..
Kondisi lapisan tanah pada timbunan yang terletak di atas tanah lunak, secara tipikal umumnya seperti dalam Gambar 2.3, yaitu tanah lunak didasari oleh lapisan yang lebih kuat di bawahnya. Tebal tanah lunak (h), akan mempengaruhi kapasitas dukung tanah, yang nilainya bergantung pada lebar pondasi timbunan (B). B
H
Tim unan Geotekstil
Tanah lunak
h
Gambar 2.3 Lebar Timbunan dan Tebal Lapisan Tanah Lunak Terbatas untuk Hitungan Kapasitas Dukung Tanah Lunak.
y Tebal tanah lunak sangat tebal Jika tebal lapisan tanah lunak sangat lebih tebal dibandingkan dengan lebar timbunan, atau B/h sangat besar (Gambar 2.2), kapasitas dukung tanah dapat dihitung dengan persamaan :
qu = cu Nc .........................................pers (2.2) Tinggi timbunan ijin dinyatakan oleh :
H a !
cu N c K ( S ) ¡
y Penggelinciran
............ .....................pers (2.3)
Dengan SF = faktor aman yang diambil antara 1,5 sampai 2.
y Tebal tanah lunak terbatas Jika tebal tanah lunak sangat kecil dibandingkan dengan lebar timbunannya, nilai N c akan bertambah. Tebal lapisan lunak yang terbatas ini memungkinkan terjadi ³perasan´ ( squeeze) tanah pondasi ke arah lateral. Persamaan kapasitas dukung tanah sama dengan persamaan (2.2). y Untuk B/h < 1,49 : = 5,14 .............. ................pers (2.4) N c
y Untuk B/h > 1,49 : N c
b. Stabilitas Internal (internal stability) Analisis dengan penyederhanaan untuk menghitung tulangan yang dibutuhkan guna membatasi gerakan lateral timbuna, diilustrasikan dalam Gambar 2.4. pada timbunan yang tanpa dan menggunakan tulangan, gaya-gaya bergerak berasal dari tekanan lateral di dalam timbunan. Untuk menjaga keseimbangan, gaya lateral ini ditransfer ke tanah pondasi oleh tegangan geser. Ketidakstabilan timbunan akan terjadi jika : 1. Timbunan menggelincir di atas cu tulangan (Gambar 2.4a). 2. Tulangan putus oleh tarikan dan timbunan menggelincir pada tanah pondasi (Gambar 2.4b). Dalam kasus ke 2, tahanan geser tanah pondasi di dekat dasar timbunan tidak cukup untuk menjaga keseimbangan. Jadi, dalam 2 kasus tersebut tulangan harus mempunyai cukup gesekan untuk menahan penggelinciran timbunan di permukaannya dan kuat tarik geotekstil harus cukup tinggi sehingga mampu menahan runtuhnya timbunan akibat penggelinciran di atas permukaan tulangan.
= 4,14 + 0,5 ( B/h) ...........pers (2.5)
timbunan pada permukaan geotekstil Dalam kasus ini diasumsikan bahwa kuat geser tak terdrainase (undrained strength) tanah pondasi yang lunak tidak cukup untuk menahan tekanan aktif dari urugan di atasnya. Akibatnya, timbunan cenderung bergerak secara horisontal. Adhesi antara tanah dan geotekstil (ca) dianggap sama dengan nol untuk tanah sangat lunak dan tinggi timbunan yang rendah. Adhesi harus diperhitungkan pada penempatan timbunan selanjutnya, yaitu bila pembangunan timbunan dilakukan secara bertahap maka, gaya tarik yang bekerja pada permukaan atas tulangan T (1) diasumsikan sama dengan tekanan aktif di belakang bidang AB (gambar 2.4a). bila material timbunan dianggap tanah granuler (c = 0) maka :
.Geosintetik Untuk Perencanaan Perkerasan Lentur Di Atas Tanah..
T ! P ! 0,5 1 a1
¢
2 K ..............pers (2.6) K a
dimana : Pa1 = tekanan aktif di belakang bidang vertikal AB (kN/m) 3 = berat volume timbunan (kN/m ) K H = tinggi timbunan dari permukaan tanah asli (m) 2 K a = tg (45- N /2) = koefisien tekanan aktif Faktor aman (SF ) penggelinciran lereng terhadap tulangan geotekstil (Gambar 2.4a) :
SF
!
P g P a1
!
L ( 0,5 H K ) tg H 2
0,5 K a H K
!
L tg H
Dimana : = sudut gesek antara geotekstil dan H tanah (derajat) L = panjang zona yang mengalami sebaran lateral (m) H = tinggi timbunan tg H = E tg N Nilai efisien gesek dari geosintetik ke tanah ( E ), unuk geotekstil E = 0,6 ± 0,8. Tanah timbunan:
H
N > 0;
L
P a
K T
Geoteksti Tanah pondasi:
Tanah timbunan:
N u
B
N > 0;
H Geotekstil Tanah pondasi: N u = 0;
H
(a)
S1
= 0;
A T Put
B
2( c a ¥
S ¦
!
£
a
¤
1 2
K H
)
.........................pers (2.8)
Dimana: ca = adhesi antara tanah pondasi dan geotekstil (kN/m2) L = panjang lereng yang mengalami penggelinciran (m) H = tinggi timbunan (m) K = berat volume timbunan (kN/m3) K a
= tg2 (45- N /2) = koefisien tekanan aktif
T1
= kuat tarik geotekstil yang dibutuhkan untuk menahan sebaran lateral = 0 ,5 H 2 K K a (kN/m)
K a H
«««««««««««««....pers (2.7)
A
Untuk kondisi keruntuhan dalam Gambar 2.4b, dimana akibat tekanan tanah aktif geotekstil putus dan timbunan menggelincir di atas tanah pondasi, maka faktor aman terhadap penggelinciran lateral dinyatakan oleh :
Untuk tanah pondasi lempung sangat lunak, adhesi antara tanah dan geotekstil (ca) dapat dianggap sama dengan kohesi (cu) tanahnya, jadi ca = cu c. Stabilitas Pondasi ( f oundations stability) Kondisi ketidakstabilan pondasi tanah sebagai pondasi dapat terjadi bila terdapat lapisan horisontal tipis yang bersifat menerus dan mempunyai kuat geser undrained (cu) yang sangat lebih kecil dibandingkan dengan lapisan di atas atau di bawahnya. Akibat beban timbunan, tanah lunak mengalami perasan ke arah lateral, faktor aman terhadap perasan lateral :
L P a
(b)
c
Gambar 2.4 (a) Penggelinciran di Atas Tulangan Geotekstil (b) Tulangan Putus dan Timbunan Menggelincir di Atas Tanah Pondasi
SF !
2c u
K h tg F
4,14 c u H K
...............pers (2.9)
Dimana : = sudut lereng F 3 = berat volume timbunan (kN/m ) K h = tebal lapisan lunak di bawah lereng cu = kuat geser undrained tanah di bawah lereng H = tinggi timbunan
.Geosintetik Untuk Perencanaan Perkerasan Lentur Di Atas Tanah..
Disarankan, jika SF < 2, maka analisis harus dilakukan dengan teliti. Perasan lateral akan terjadi bila,
H K " 3cu ................................pers (2.10) dengan H = tinggi timbunan dan K = berat volume tanah timbunan dan cu = kuat geser undrained tanah di bawah timbunan. Dalam kasus yang sama mekanisme terjadinya perasan lateral, seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.5. keruntuhan lereng timbunan terjadi akibat dari gerakan tanah pondasi lunak di bagian bawah yang terperas keluar. Kasus seperti ini juga dapat terjadi bila tanah pondasi lunak dengan tebal tanah yang terbatas. Analisis dilakukan dalam tinjauan tegangan total, yaitu untuk tanah dasar lempung jenuh dengan N ! 0 .
Pqp = tekanan tanah pasif total akibat timbunan di luar kaki timbunan (kN/m) Pw = tekanan tanah air total (kN/m) h = kedalaman lapisan lunak dari permukaan tanah asli (m) 3 w = berat volume air (kN/m ) cu = kuat geser tak terdrainase (kohesi 2 undrained ) (kN/m ) qs1 = beban terbagi rata akibat beban 2 timbunan (kN/m ) qs2 = beban terbagi rata pada tanah asli di luar kaki timbunan (kN/m2) Untuk = 0, K a = K p = 1, maka Pa = Pw + Pa1 + Pqa
................... ..................... .......pers (2.13)
Pa = Pw + Pa1 + Pqp
Geotekstil
H
; t ; T cu; t ;
h
P
A
Tanah lunak
B
cu cu L
C D
Gambar 2.5 (a) Stabilitas Pondasi Tekanan tanah aktif total pada bidang AB : Pa = Pw + Pa1 + Pqa
..................................... ....pers (2.11)
Tekanan tanah pasif total pada bidang CD : P p = Pw + P p1 + Pqp
.................................... ......pers (2.12)
dimana: Pa = tekanan tanah aktif total (kN/m) Pa1 = tekanan tanah aktif total pada tanah setebal h (kN/m) Pqa = tekanan tanah aktif total akibat beban timbunan (kN/m) P p = tekanan tanah pasif total (kN/m)
PP
.................... ..................... ......pers (2.14)
Agar tanah tidak tertekan keluar (terperas keluar), maka: Pp + 2cu . L > Pa ..........................pers (2.15) Gaya tarik yang bekerja pada tulangan geotekstil: T2 = cuL ...................... ..................pers (2.16) Dengan L = panjang lereng timbunan ke arah horisontal. Stabilitas internal dari area yang diarsir juga harus diperiksa (lihat Gambar 2.5b). Gaya horisontal yang bekerja pada area diarsir harus ditahan oleh gesek internal dalam area yang diarsir ini:
qs1 h - 4cu
h c
uL
.....................pers (2.17)
jika geotekstil harus menahan sebaran lateral timbunan dan gerakan tanah pondasi, maka gaya tarik yang bekerja pada geotekstil adalah : Ttotal = T1 + T2 ............... ...................pers (2.18) Untuk menghitung kuat tarik geotekstil digunakan
ultimit rum
.Geosintetik Untuk Perencanaan Perkerasan Lentur Di Atas Tanah..
T tot al
¨
! T u ©©
ª
1 RF ID x RF CR x RF D
¸ ¹¹ º
.......................... ............................pers (2.19) dimana : Tu = kuat tarik ultimit geotekstil R FID = faktor reduksi kerusakan pada waktu pelaksanaan = 1,1 R FCR = faktor reduksi akibat rayapan = 2,0 R FD = faktor reduksi akibat zat kimia dan biologi = 1,1 Perkerasan Jalan dengan Sistem Perkerasan Lentur (Flexible Pavement ) Dalam merencanakan tebal perkerasan jalan yang harus diperhatikan adalah mampu menyediakan lapisan permukaan yang kuat, mampu bertahan sesuai umur rencana serta mempunyai nilai keamanan dan ekonomis. Disamping itu masih ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan : 1. perkerasan harus cukup kuat memikul beban yang melintas di atasnya. 2. mampu menahan gaya gesekan dan rem roda kendaraan. 3. Tahan terhadap cuaca Pada perencanaan jalan Gresik ± Lamongan Sta 27+250 ± 32+550 mengunakan perkerasan lentur dengan metode Analisa Komponen dari Direktorat Jendral Bina Marga. Dalam perkerasan lentur biasanya terdiri atas lapisan tipis berupa aspal atau bitumen yang digunakan untuk menerima langsung beban roda kendaraan di atasnya.sedangkan bagian bawahnya terdiri atas bagian subbase yang berfungsi sebagai pondasi dari perkersan ini. Lapisan Perkerasan Secara umum lapisan perkerasan terdiri dari: Surface Base Subbase Subgrade
Gambar 2.6 Susunan Lapis Perkerasan
a. Lapisan permukaan ( sur f ace course) Merupakan lapisan paling atas dan berhubungan langsung dengan roda kendaraan. Bahkan untuk lapis pondasi dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan untuk lapisan bersifat kedap air serta disesuaikan dengan kegunaan, umur rencana dan konstruksi. Adapun fungsi lapisan permukaan, antara lain: y Lapisan aus karena gesekan akibat rem kendaraan secara langsung y Penyebaran beban dari atas ke lapisan bawah yang mempunyai daya dukung lebih rendah. Untuk memenuhi fungsi di atas, maka lapisan permukaan dibuat dengan bahan pengikat aspal sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan stabilitas tinggi dan daya tahan lama. b. Lapisan pondasi atas (base course) Lapisan ini berfungsi sebagai: y Penahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan ke lapisan bawah. y Lapisan peresap untuk p ondasi bawah. y Peredam akibat beban yang menimpa lapisan permukaan. c. Lapisan pondasi bawah ( subbase course) Lapisan ini berfungsi sebagai: y Meneruskan beban dari atas ke tanah dasar. y Lapis peresapan agar air tidak menggenang di pondasi. y Untuk efisiensi penggunaan material karena harga material pondasi bawah lebih murah dari lapisan atas. d. Lapisan tanah dasar ( subgrade) Sebagai lapisan paling bawah pada konstruksi perkerasaan lentur kedalaman biasa mencapai 50-100 cm dari permukaan atas tanah. Apabila daya dukung tanah dalam keadaan jelek maka tanah dasar itu harus diganti material lain supaya mendapatkan daya dukung tanah yang baik.
.Geosintetik Untuk Perencanaan Perkerasan Lentur Di Atas Tanah..
Dasar Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dalam suatu perencanaan jalan, agar tidak terjadi over desain atau ketebalan perkerasan yang berlebihan, maka perlu diadakan perhitungan berdasarkan data-data yang ada. Untuk perencanaan jalan ini dipakai metode analisa komponen dari Bina Marga dengan memperhitungkan besaran besaran rencana seperti berikut: a. Umur rencana Umur rencana perkerasan jalan adalah tahun saat jalan itu dibuka untuk lalu lintas kendaraan sampai diperlukan perbaikan yang bersifat struktural seperti lapis ulang (overlay). Umur rencana untuk perkerasan lentur jalan baru umumnya diambil 10 tahun dan untuk peningkatan jalan 10 tahun. b. Lalu Lintas Besaran rencana yang diperlukan dari data lalu lintas yang diperoleh antara lain: y Lalu lintas Harian Rata-rata Langkah-langkah yang ditempuh dalam menghitung pertumbuhan lalu-lintas untuk masing-masing jenis kendaraan dengan cara regresi antara lain : 1. Dari data masing-masing jumlah kendaraan bermotor dapat diperoleh grafik dan persamaan regresi. 2. Cek grafik dengan cara menghitung persamaan regresi tersebut. 3. Dari persamaan regresi dapat diperoleh prediksi pertumbuhan masing-masing jenis kendaraan untuk 3 tahun (2008 2010) dan dapat direncanakan untuk umur 10 tahun mendatang. Dari hasil hitungan persamaan regresi dapat diperoleh pertumbuhan tiap kendaraan untuk tiap tahun dengan rumus: §
!
Y 1
Y 0 Y 0
X
!
Y 5
menggunakan rumus, hasil dari ratarata pertumbuhan lalu lintas (i) 5.
i!
§ X
...........................Pers. (2.2 9)
n
6. Diubah kedalam bentuk persen (%). 7. F = P x (1 + i ) n ..................Pers. (2.30) Dimana : F = prediksi lalu lintas P = LHRT tahun 2010 i = pertumbuhan lalu lintas n = umur rencana y Perhitungan Angka Ekivalen (E) Sumbu Tunggal =
« beban sumbu tunggal ( kg ) » ¬ ¼ 8160 ½
4
..................................................... .pers (2.31) Sumbu Ganda = 0,086
« beban su bu tungg al ( kg ) » ¬ ¼ 8160 ½
4
¨
.................................................. ....pers (2.32) y Lintas Ekivalen Salah satu penyebab kerusakan pada jalan adalah repetisi dari lintasan kendaraan. Oleh karena itu perlu ditentukan berapa jumlah repetisi beban kendaraan yang memakai jalan. Repetisi beban dinyatakan dalam lintasan sumbu standar suatu lintas ekivalen, yang dibedakan: y Lintas Ekivalen Umur Rencana (LEP) n
L E
!
§
H R j x C i x E j
©
j 1
.............................................pers (2.3 3) y
Lintas Ekivalen Akhir (LEA) n
L E A ! § L HR j x (1 i)
HR
x C i x E j
j 1
Y 4
...............................................pers (2.34)
Y 4
................................................... ...Pers (2.28)
y
Lintas Ekivalen Tengah (LET) ........pers (2.35) L E L EA
4. Dengan jumlah hasil dari hitungan persamaan pertumbuhan lalu lintas pada tiap kendaraan untuk masingmasing tahun dapat diperoleh pertumbuhan lalu lintas (i), dengan
L E T
!
2
Lintas Ekivalen
Rencana (LER)
L E A ! L E T x F P ................pers (2.36)
.Geo si t eti
FP !
LR
tu
Perencanaan Per erasan Lentur Di At as Tana h..
IP = 2,0 : tingkat pelayanan terendah bagi per k er asan yang masih manta p IP = 2,5 : per mukaan pek er asan masih cuk up baik dan stabil.
.......................pers (2.37)
10
FP = fak t r penyesuaian
c.
Koef isien Distr i usi Kendar aan (C) pada Jalur R encana Jalur rencana merupakan salah satu jalur dar i suatu ruas jalan yang menam pung lalu lintas. Koef isien distr i usi k endar aan (C) merupakan persentase k endar aan ber at maupun r ingan yang melewati jalur rencana
g.
d. Angka Ek i alen (E) Kendar aan lalu lintas ter hada p Pengaruh per k er asan dihitung dengan menk onversikan be ban lalu lintas rencana k e dalam be ban as ek ivalen l bs) berdasar kan be ban (8 6 ka/ 8 as tunggal maupun ganda. Lalu lintas rencana didasar kan atas jumlah as ek i valen selama umur rencana. Nilai E masing masing golongan be ban as untuk setia p telah k endar aan ditentukan.
Koef isien Kek uatan R elatif (a) Bahan Hal yang cuk up penting dalam perencanaan jalan adalah pemilihan jenis per k er asan yang didasar kan pada: y Mater ial yang tersedia y Dana yang tersedia y Tenaga k er ja dengan per alatan yang tersedia y Ser ta f ungsi jalan
h. Nilai Daya Duk ung Tanah
e.
Fak tor R egional (FR ) Merupakan k orek si sehu bungan dengan adanya per bandingan antar a pedoman dengan adanya hasil per co baan AASHTO road t t pada k ondisi ter t entu dengan k ondisi la pangan, seper ti: y Keadaan la pangan dan lalu lintas yang da pat mem pengaruhi pembe banan pada per k er asan. y Ik lim yang mencak up cur ah hu jan r ata-r ata per tahun. f . Indek s Per mukaan (IP) Merupakan nilai k er ataan/ k ehalusan ser t a k ek ok ohan per k er asan yang ber hu bungan dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat. Nilai IP didasar kan pada k ondisi seper ti ber i k ut: = ,0 : per mukaan per k er asan IP dalam k eadaan rusak ber at sehingga sangat mengganggu lalu lintas. IP = ,5 : tingkat pelayanan terendah yang masih memungk i nkan ( jalan tidak terputus).
Gambar 2.7 Gr af ik Korelasi CBR dan DDT i.
Indek s Te bal Per k er asan (ITP)
Dinyatakan dengan rumus: ITP ITP ITP
=a D = a D + a 2D2 = a D + a2D2 + a3D3 ...............................................pers (2.3 8) Dimana: a = nilai k oef isien relatif bahan per k er asan D = besar an dar i te bal masing-masing la pis per k er asan.
MET L PE E Dasar-Dasar Perencanaan Persiapan Langkah awal dalam menyia pkan o b jek studi adalah mengadakan survei k e
.Geosintetik Untuk Perencanaan Perkerasan Lentur Di Atas Tanah..
lapangan untuk mengetahui kondisi fisik objek maupun survei data ke kantor Departeman Pekerjaan Umum Sidoarjo dan Dinas Pengairan Bunder Gresik. Analisa data Data sekunder yang telah diperoleh antara lain : - Data lalu lintas - Data tanah - Data curah hujan - Peta topografi Selanjutnya data-data di atas akan dianalisa sesuai dengan pedoman perencanaan jalan. Perencanaan jalan Berdasarkan hasil analisa terhadap data yang ada maka dilakukan perhitungan terhadap: - Kebutuhan kekuatan geotekstil untuk meningkatkan daya dukung tanah. - Menghitung tebal lapis perkerasan untuk pelebaran jalan baru dan overlay - Perhitungan alinyemen vertikal dan horisontal - Mencari dimensi saluran. HASIL DAN PEMBAHASAN Data Lalu Lintas Harian (LHR ) Data volume lalu lintas harian ratarata selama 3 tahun (kend/24 jam), dari tahun 2008 sampai tahun 2010, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.1 di bawah ini, digunakan persamaan regresi untuk mengetahui angka pertumbuhan lalu lintas untuk masing-masing jenis kendaraan. Untuk menjamin keakuratan hasil pertumbuhan lalu lintas, maka digunakan program Microsoft Excel. Rumus yang digunakan dalam perhitungan pertumbuhan lalu lintas adalah rumus yang terdapat pada hasil regresi pertumbuhan lalu lintas. Dari hasil regresi pertumbuhan lalu lintas untuk masing-masing jenis kendaraan pada jalan arteri Gesik ± Lamongan maka dapat dihasilkan prediksi pertumbuhan lalu lintas tahun 2011 ± 2020 untuk masingmasing golongan jenis kendaraan. Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.1, dengan menggunakan Persamaan (2.30), contoh perhitungan pertumbuhan lalu lintas di tahun 2015 (5 tahun) dengan i
pertumbuhan lalu lintas untuk masingmasing golongan jenis kendaraan : - LHR tahun 2015 (5 tahun) : 5 1. Sepeda motor = 10851 (1+0,19) = 25894 5 2. Sedan, jeep, Stw= 7667 (1+0,05) = 9785 5 3. Oplet, pick-up= 9289 (1+0,07) = 13940 5 4. Mikrotruk = 6274 (1+0,04) = 7633 5. Bus kecil = 375 (1+0,04)5 = 456 6. Bus besar = 139 (1+0,08)5 = 204 7. Truk 2 as = 2995 (1+0,09)5 = 4608 8. Truk 3 as = 973 (1+0,04)5 = 1184 9. Truk gandeng/ trailer= 369 (1+0,33)5 = 1536 5 10. Truk semi trailer= 645 (1+0,20) = 1605
.Geosintetik Untuk Perencanaan Perkerasan Lentur Di Atas Tanah..
Tabel 4.1 Rekapitulasi Prediksi Pertumbuhan Lalu-Lintas J e ni s Tahun
Sepeda Motor
Sedan, Jeep, Stw
Oplet, pickup
(MC)
(LV)
i
19%
2010
10851
K en da ra an
Mikrotruk
Bus Kecil
Bus Besar
Truk 2 As
Truk 3 As
Truk Gandeng
Truk Semi Trailer
(LV)
(LV)
(MHV)
(LB)
(LT)
(LT)
(LT)
(LT)
5%
7%
4%
4%
8%
9%
4%
33%
20%
7667
9289
6274
375
139
2995
973
369
645
Perhitungan Prediksi Pertumbuhan Lalu Lintas Gresik - Lamongan : F = P x (1 + i ) 2011
12913
8050
9939
6525
390
150
3265
1012
491
774
2012
15366
8453
10635
6786
406
162
3558
1052
653
929
2013
18286
8876
11379
7057
422
175
3879
1094
868
1115
2014
21760
9319
12176
7340
439
189
4228
1138
1155
1337
2015
25894
9785
13028
7633
456
204
4608
1184
1536
1605
2016
30814
10275
13940
7939
474
221
5023
1231
2042
1926
2017
36669
10788
14916
8256
493
238
5475
1280
2716
2311
2018
43636
11328
15960
8586
513
257
5968
1332
3613
2773
2019
51927
11894
17077
8930
534
278
6505
1385
4805
3328
2020
61793
12489
18273
9287
555
300
7090
1440
6391
3994
Sumber : Hasil Analisa Perhitungan
.Geo sint eti
Untu
Perencanaan Per erasan Lentur Di At as Tana h..
Data Tanah Data CB Tanah Berdasar kan hasil tes di la pangan dan di labor ator i um, maka dida patkan nilai CBR se bagai ber i k ut : ,53; ,33; ,47; ,53; ,77; ,77; 2,14 !
!
!
!
!
!
Tabel 4.2 Hasil test CBR Labor ator ium
Stabilitas Ter hada p Keruntuhan K a pasitas Duk ung Tanah. Persamaan ka pasitas duk ung tanah dengan te bal la pisan lunak ter batas, digunakan Persamaan (2.2) : qu = cu Nc le bar r ata-r ata timbunan : B¶ = 3,5 + 2,2 = 5,7 m Untuk B / = 5,7/5 = 1,14 < 1,49 dar i Persamaan (2.4) dida pat N c = 5,14 ,maka : qu = cu Nc = 12,6 x 5,14 2 = 64,76 kN/m Untuk tinggi timbunan H = 0,75 m, maka tekanan dasar timbunan + per k er asan jalan k e tanah lem pung : a.
&
CBR
Jumlah yang Sama
Persen(%) yang Sama
Atau Le bih Besar
Atau Le bih Besar
1,33
7
7/7 x 100% = 100%
1,47
6
6/7 x 100% = 85,7 %
1,53
5
5/7 x 100% = 71,4 %
1,77
3
3/7 x 100% = 42,85 %
1 1/7 x 100% = 14,28% 2,14 Sumber : Data Tanah Dinas Pek er jaan Umum Balai Besar Sidoar jo.
2
(H K ) + q = (0,75 x 20)+3,3= 18,3 kN/m
.Geo sint eti
Untu
Perencanaan Per erasan Lentur Di At as Tana h..
Data Tanah Data CB Tanah Berdasar kan hasil tes di la pangan dan di labor ator i um, maka dida patkan nilai CBR se bagai ber i k ut : ,53; ,33; ,47; ,53; ,77; ,77; 2,14 !
!
!
!
!
!
Tabel 4.2 Hasil test CBR Labor ator ium
Stabilitas Ter hada p Keruntuhan K a pasitas Duk ung Tanah. Persamaan ka pasitas duk ung tanah dengan te bal la pisan lunak ter batas, digunakan Persamaan (2.2) : qu = cu Nc le bar r ata-r ata timbunan : B¶ = 3,5 + 2,2 = 5,7 m Untuk B / = 5,7/5 = 1,14 < 1,49 dar i Persamaan (2.4) dida pat N c = 5,14 ,maka : qu = cu Nc = 12,6 x 5,14 2 = 64,76 kN/m Untuk tinggi timbunan H = 0,75 m, maka tekanan dasar timbunan + per k er asan jalan k e tanah lem pung : a.
&
CBR
Jumlah yang Sama
Persen(%) yang Sama
Atau Le bih Besar
Atau Le bih Besar
1,33
7
7/7 x 100% = 100%
1,47
6
6/7 x 100% = 85,7 %
1,53
5
5/7 x 100% = 71,4 %
1,77
3
3/7 x 100% = 42,85 %
1 1/7 x 100% = 14,28% 2,14 Sumber : Data Tanah Dinas Pek er jaan Umum Balai Besar Sidoar jo.
2
(H K t ) + q = (0,75 x 20)+3,3= 18,3 kN/m Nilai CBR segmen adalah nilai pada k eadaan 90% se bagaimana ditun jukkan pada Gambar 4.1 ber ik ut ini :
Fak tor aman ter hada p k eruntuhan tanah (Tabel 2.1): SF = 64,76/ 18,3 = 3,5 > 1,50 (memenuhi syar at) b. Stabilitas internal (int rna l st abilit ). Gaya tar i k yang bek er ja pada per mukaan atas tulangan ( ) diasumsikan sama dengan tekanan tanah ak tif di belakang bidang AB (Gambar 4.13), maka digunakan Persamaan (2.6) : 2 K T ! P ! 0,5 H K a a1 1 2 K a = tg (45- N /2) '
120 100
0
100%
)
85,7%
90
80
71,4%
60
CB 42,85% R
40
14,28%
20
= tg2 (45 -
0
0
1
2
Perhitungan Kebutuhan Geotekstil untuk Ti bunan Untuk menghitung k e butuhan k uat tar i k geotek stil yang diham par kan di atas tanah lunak dalam usaha meningkatkan daya duk ungnya untuk menahan be ban dar i atas, maka per l u ditin jau 3 stabilitas timbunan, yaitu : a. Keruntuhan ka pasitas duk ung tanah. b. Stabilitas internal (i t rna l st abilit ). c. Stabilitas tanah pondasi ( f ounda tion st ab ilit ). #
27 2
)
= 0,37
3
Gambar 4.1 CBR R ata-r ata Car a Gr af is
"
(
T 1
!
P a1
!
0,5 q H 2K K a 2
= 0,5 . 3,3 . 1,10 . 20 . 0,37 = 14,77 kN/m Jadi k e butuhan k uat tar i k geotek stil sama dengan T 1 = = 4,77 kN/m 2
3
1
3
.
Fak tor aman ter hada p penggelincir a n lereng ter hada p tulangan geotek stil 4.13a) (Gambar menggunakan Persamaan (2.7) :
$
P g
%
SF
5
P a1
L (0,5 H ) tg H 0,5 K a H 2
L tg H
4
5
4
5
K a H
.Geosintetik Untuk Perencanaan Perkerasan Lentur Di Atas Tanah..
!
2,2 . (0,8 x tg 27r) 0,37 .1,10
Untuk mengecek adanya perasan lateral (lateral squeezing ), maka digunakan Persamaan (2.15) :
= 1,51 > 1,50 (memenuhi syarat) 2. Faktor aman terhadap tulangan putus oleh tarikan dan timbunan menggelincir
Pp + 2cu . L > Pa 61,57 + 2 . 12,6 . 2,2 = 117,01 > Pa = 5,32 kN/m (jadi, tidak terjadi perasan lateral tanah pondasi)
pada tanah pondasi (Gambar 4.13b) menggunakan persamaan (2.8) :
2( L c a T ) 1 SF ! 2 K a K H 2 . ( 2,2 .10 14,77 ) ! 0,37 . 20 .1,10 2 = 8,21 > 1,50 (memenuhi syarat) c.
Stabilitas tanah pondasi ( f oundation stability).
Untuk menghitung stabilitas pondasi cek terhadap adanya perasan lateral menggunakan Persamaan (2.11) dan Persamaan (2.12) : Tekanan tanah aktif : Pa = Pw + Pa1 + Pqa
Faktor aman terhadap (Persamaan 2.9) : SF !
!
2c u
K h tg F
2 .12,6 20 . 5 . tg 14r
perasan
lateral
4,14 cu
H K
4,14 .12,6 1,10 . 20
! 4,10 "1,50 (memenuhi syarat )
Gaya tarik yang bekerja pada tulangan geotekstil (Persamaan 2.16) : T2 = cuL = 12,6 . 1,5 = 18,9 kN/m karena geotekstil harus menahan sebaran lateral timbunan dan gerakan tanah pondasi, maka gaya tarik yang bekerja pada geotekstil digunakan Persamaan 2.18 :
Ttotal = T1 + T2 = 14,77 + 18,9 = 33,67 kN/m
= 5,93 + 1,45 ± 16,86 + 14,8 = 5,32 kN/m
Tu = (1,1 x 2 x 1,1) = 2,4 x 33,67 = 81,48 kN/m
Tekanan tanah pasif :
Jadi, dibutuhkan kuat tarik ultimit geotekstil minimum : Tu = 81,48 kN/m Berdasarkan tinjauan geotekstil terhadap 3 stabilitas timbunan didapatkan kuat tarik ultimit geotekstil sebesar 81,48 kN/m, jadi dipakai geotekstil anyaman dengan spesifikasi sebagai berikut : Tipe geotekstil : P olypropylene Woven Geotextiles Jenis geotekstil : UW ± 200 Berat : 200 g/m2 Warna : Bl ack
P p = Pw + P p1 + Pqp
= 5,93 + 10,44 + 45,20 + 0 = 61,57 kN/m
Untuk kuat tarik ultimit geotekstil digunakan Persamaan (2.19) : T tot al
¨
1
! T u ©©
ª RF x RF x RF ID
CR
D
¸ ¹¹ º
.Geosintetik Untuk Perencanaan Perkerasan Lentur Di Atas Tanah..
Kuat tarik : 42 kN/m Kuat tarik serobot : 1600 N Jadi untuk kebutuhan kuat tarik 81,48 kN/m, digunakan 3 lapis geotekstil tipe UW-200 dengan kuat tarik 42 kN/m per lapis Dengan syarat faktor keamanan minimal atau lebih besar dari 1,4 SF 1,4 ( P T.Teknindo Geosistem Unggul ), maka : Sehingga , SF =
(3 x kuat tarik bahan) Kuat tarik kebutuhan =
3 x 42 k N / m 81,48 k N / m
= 1,5 > 1,4 (memenuhi syarat) Jadi geotekstil jenis UW-200 dengan kuat tarik 42 kN/m sudah memenuhi syarat. Catatan : Tulangan geotekstil yang dipasang di dasar timbunan yang digunakan lebih dari satu lapis, maka di antara tulangan geotekstil harus diurug lapisan material granuler setebal 20 ± 30 cm, atau lapisan-lapisan geotekstil harus secara mekanik dihubungkan satu dengan yang lain (dijahit).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Perencanaan perkerasan jalan di atas tanah lunak yang menggunakan perkerasan lentur ( f lexible pavement ) dan geotekstil sebagai perkuatan untuk ruas jalan Gresik ± Lamongan Sta 27+250 ± 32+550 pada tugas akhir ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kebutuhan kuat tarik geotekstil pada perencaanaan jalan di GresikLamongan adalah 3 lapis geotekstil polypropylene woven UW-200 (anyaman) dengan kuat tarik ijin 42 kN/m. Total kebutuhan kuat tarik geotekstil dari hasil perhitungan 3 stabilitas timbunan sebesar 81,48 kN/m, maka geotekstil jenis polypropylene woven UW-200 sudah memenuhi kebutuhan yang diperlukan. Pelaksanaan pemasangan di lapangan adalah sebagai berikut : - Pemasangan geotekstil ini dihamparkan di atas tanah dasar yang sudah
diratakan di sepanjang pelebaran jalan yang sudah direncanakan, karena digunakan 3 lapis geotekstil UW-200, dalam pelaksanaannya geotekstil dijahit dengan bentuk pelipit/ jahitan tipe ³J ´ dengan nilai efisiensi 0,50 ± 0,75% dan keketatan tanah terjamin. 2. Tebal lapisan jalan baru pada ruas jalan Gresik ± Lamongan Sta 27+250 ± 32+550 direncanakan pelebaran jalan dengan lebar 3,5 m pada tiap jalur untuk umur rencana 10 tahun, dengan tebal masing-masing perkerasan sebagai berikut : a. Lapis permukaan (LASTON MS 744) b. Lapis pondasi atas (batu pecah kelas A) c. Lapis pondasi (bawah sirtu kelas A) d. Lapis timbunan tanah kepasiran 3. Tebal lapis tambahan (overlay) pada perkerasan lama jalan Gresik ± Lamongan Sta 27+250 ± 32+550 adalah 13 cm menggunakan lapis permukaan LASTON MS 744 untuk umur rencana 10 tahun. 4. Kebutuhan alinyemen horisontal dan vertikal pada Sta 30+125 ruas jalan Gresik ± Lamongan Sta 27+250 ± 32+550 adalah sebagai berikut : a. Dari penampang memanjang jalan direncanakan alinyemen horisontal memakai lengkung peralihan Spiral-Circle-Spiral (S-C-S) dengan e = 5,9% , Ls = 70 m dan landai relatif = 0,0079. b. Dari perhitungan untuk alinyemen vertikal didapatkan panjang lengkung vertikal = 48 m dan Ev = 0,01 m, yang berarti kondisi medan tersebut adalah datar. 5. Kebutuhan dimensi saluran drainase dan gorong-gorong pada ruas jalan Gresik ± Lamongan Sta 27+250 ± 32+550 adalah sebagai berikut : a. Pada perencanaan saluran tepi jalan untuk penampang basah dibuat tipe trapesium. Dari hasil perhitungan diketahui debit saluran (Q) = 2,55 m3/det, maka dipakai kemiringan talud 1 : 1,5,
=1 = 25 =1 =5
.Geosintetik Untuk Perencanaan Perkerasan Lentur Di Atas Tanah..
didapatkan kedalaman saluran (h) = 1,50 m, lebar saluran = 1 ,20 m. b. Pada perencanaan gorong-gorong di Sta 28+600 didapatkan debit air 3 gorong-gorong (Q) = 0,105 m /det, diameter (D) = 0,57 m, ketebalan pipa gorong-gorong (t) = 0,07 m, tinggi muka air gorong-gorong (h) = 0,45 m. Saran Dari hasil perencanaan dan kesimpulan di atas, maka saran yang bisa disampaikan adalah, untuk penulisan tugas akhir berikutnya dapat dilakukan penelitian tentang kondisi tanah pada perencanaan jalan di atas tanah lunak, salah satunya dapat dilakukan pemampatan tanah (compacted soil) terlebih dahulu dengan material baru, dengan tujuan untuk meningkatkan daya dukung tanah dan bagaimana metode yang tepat digunakan untuk memperbaiki tanah tersebut, sehingga perencanaan umur jalan sesuai dengan yang direncanakan.
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan., Peraturan 1983, Pembebanan Indonesia Untuk Gedung , Yayasan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta. Hardiyatmo,
L. D. Wesley, 1977, Mekanika Tanah, Cetakan ke IV, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta Selatan . Saodang,
Hamirhan, 2010, Konstruksi Buku 1 Jalan Raya, Geometrik Jalan, Cetakan II, Penerbit Nova, Bandung.
Sasmito,
Machmud Ranu., 2010, Perencanaan Peningkatan Jalan Sidoarjo-Krian Sta 6+650 ± 12+100 Dengan Metoda Perkerasan Lentur Dan Perkuatan Geotekstil, Universitas Pembangunan Nasional ³Veteran´ Jawa Timur, Tugas Akhir Program Studi Teknik Sipil, (tidak dipublikasikan).
DAFTAR PUSTAKA Anonim,
1987, Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen, Direktorat Jenderal Bina Marga, SK B1.2.3.1.6, Jakarta.
Braja M. Das, Noor Endah, Indra Surya B. Muktar., 1988, PrinsipPrinsip Rekayasa Geoteknis, Jilid 1 dan 2, Penerbit Erlangga, Jakarta. Dewan Standarisasi Nasional ± DSN (SNI 03-3424-1994), Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan, Yayasan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.
Sudarmawan, Andrik, 2001, Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Di Atas Tanah Lunak Yang Diberi Perkuatan Geotekstil, Universitas Pembangunan Nasional Jawa ³Veteran´ Timur, Tugas Akhir Program Studi Teknik Sipil, (tidak dipublikasikan). Sukirman,
Direktorat Jenderal Bina Marga, Bipran, Peraturan 1970, Perencanaan Geometrik Jalan Raya, No. 13/1970
Hary Christady., 2008, Geosintetik untuk Rekayasa Jalan Raya, Edisi Pertama, Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Dasar-dasar S, 1994, Perencanaan Geometrik Jalan, Edisi Pertama, Penerbit Nova, Bandung.
.Geosintetik Untuk Perencanaan Perkerasan Lentur Di Atas Tanah..
Sukirman, S, 1995, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Edisi Pertama, Penerbit Nova, Bandung.