Jurnal Penelitian FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA SURAKARTA
Disusun oleh : M. FARID SUNARTO NIM : S 640809005
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016
ABSTRAK Ruang terbuka hijau menjadi hal yang populer dan menghasilkan kontribusi pada kualitas hidup dan juga ekologi kesehatan daerah. Beberapa tahun yang lalu ruang terbuka hijau menjadi perhatian masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Penelitian ini berusaha menghasilkan bukti empiris terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan ruang terbuka hijau. Variabel yang dipakai dalam penelitian ini adalah tingkat penggunan ruang terbuka hijau sebagai variabel dependen, dan preferensi lingkungan masyarakat, kesejahteraan masyarakat, serta perilaku kontrol masyarakat sebagai variabel independen. Penelitian ini dilakukan di Kota Surakarta dan mejadikan warga Kota Surakarta sebagai responden penelitian. Penelitian ini menggunakan metode pengujian hipotesis (hipotesis testing) dan analisis regresi berganda yang digunanakan untuk mengetahui pengaruh Preferensi lingkungan masyarakat, Kesejahteraan Masyarakat, dan Perilaku Kontrol Masyarakat terhadap Tingkat Penggunaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Surakarta. Hasil analisis hipotesis adalah terdapat pengaruh variabel preferensi lingkungan masyarakat (sig 0,0000), kesejahteraan masyarakat (sig 0,000), dan perilaku kontrol masyarakat (sig 0,002) terhadap tingkat penggunaan ruang terbuka hijau di Kota Surakarta. Variabel yang paling berpengaruh dalam penelitian ini adalah preferensi lingkungan masyarakat. Keyword : Ruang terbuka hijau, Kota Surakarta
ABSTRACT Urban open space becomes popular and contributes to the quality of life and ecological health of a region. Several years ago, the green open space gets its attention from the public, especially for those living in urban areas. This research aims to determine empirical evidence regarding factors that affect the use of urban open space. The variables used in this research are green open space as the dependent variable, public environmental preferences, public welfare, public control behavior as independent variables. This research is conducted in Surakarta city with its citizen as respondents. This research uses hypothesis testing method and multiple regression analysis to determine the effect of Public Environmental Preferences, Public Welfare, and Public Control Behavior to the Use of Green Open Space in Surakarta. The results show that the use of green open space in Surakarta is affected with public environmental preferences (sig 0.000), public welfare (sig 0.000) and public control behavior (sig 0.002). The most influential variable in this research is the public environmental preference variable. Keyword: Green Open Space, Surakarta City
1
Jurnal Penelitian FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA SURAKARTA Disusun oleh : M. FARID SUNARTO, NIM : S 640809005 PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS I. PENDAHULUAN Latar Belakang Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang secara tegas mengamanatkan 30% dari wilayah kota berwujud Ruang Terbuka Hijau (RTH), yang terdiri dari 20% RTH Publik dan 10% RTH Privat. Dalam Dokumen Peta Tutupan Vegetasi dan Ruang Terbuka Hijau Publik Kota Surakarta Tahun 2015 disebutkan bahwa Luas ruang terbuka hijau (RTH) publik di Kota Surakarta baru mencapai 527,88 Ha atau 4.278.844 m2 atau sebesar 9,17% terhadap total luas wilayah kota Surakarta yaitu 4.663,33 Ha atau 46.663.338 m2. Swanwick, Dunnett, Woolley (2003) menyebutkan ada beberapa tantangan dalam menerapkan ruang terbuka hijau diantaranya adalah (1) ruang terbuka hijau pada umumnya menempati prioritas yang rendah dibanyak negara; (2) anggaran yang dialokasikan untuk ruang terbuka hijau juga relatif rendah dan; (3) adanya penekanan pembangunan kota dengan konsep “Compact City” sebagai model kota masa depan yang memberikan porsi sedikit terhadap ruang terbuka hijau. Beberapa tahun terakhir masyarakat perkotaan semakin sadar dan fokus untuk mengembangkan ruang terbuka hijau pada kawasan tertentu untuk memfasilitasi beberapa kegiatan masyarakat seperti kenyamanan estetika, rekreasi, dan terhindarnya masyarakat dari pengaruh negatif kebisingan (Tyrväinen dan Miettinen, 2000; Irwin, 2002; Miller, Hauer, Werner, 2015). Ruang terbuka hijau tidak hanya menambah property value (Nicholls dan Crompton, 2005; Anderson dan West, 2006; Asabere dan Huffman, 2009)akan tetapi juga menyediakan keuntungan kesehatan (Tzoulas, Korpela, Venn, Yli-Pelkonen, Kaźmierczak, Niemela, James, 2007), pelayanan ekologi (Wolf, 2008), dan meningkatkan hubungan sosial (Zhou dan Parves Rana, 2012). Mengingat kondisi Kota Surakarta saat ini sebagaimana tersebut di atas, maka pengembangan RTH dan tutupan vegetasi sangat penting untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan kenyamanan Kota Surakarta. Oleh karena itu perlu diketahui faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi tingkat penggunaan ruang terbuka hijau di Kota Surakarta. Apabila sudah diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan ruang terbuka hijau berbasis partisipasi masyarakat, maka diharapkan para pemangku kepentingan dalam hal ini adalah Pemerintah Kota Surakarta dapat menentukan strategi untuk mengembangkan RTH publik yaitu minimal 20 persen sesuai amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007. Sehingga pada akhirnya nanti akan terwujud Kota Surakarta yang mempunyai kualitas lingkungan hidup tinggi dan nyaman. Dalam pembangunan RTH diperlukan peran serta dan partisipasi masyarakat. Menurut Cilliers, Diemont, Stobbelaar, Timmermans (2010) partisipasi masyarakat dan juga peran stakeholder yang terlibat diperlukan untuk melindungi ruang terbuka hijau. Ditambah pendapat Kutmanaliev (2015) bahwa masyarakat menjadi sangat penting dalam upaya penerapan ruang terbuka hijau di kota. Dalam penelitiannya Kutmanaliev (2015) melibatkan kepala daerah sebagai representasi masyarakat dalam meneliti penggunaan ruang terbuka hijau. Hasil penelitian Kutmanaliev (2015) adalah ruang publik menyediakan kondisi menguntungkan
2
untuk terjadinya kerusuhaan di perkotaan yang sangat minim sekali ruang terbuka hijaunya. Pentingnya partisipasi masyarakat juga diungkap dalam penelitian Hin Li (2008). Hin Li (2008) menggunakan kuesioner yang disebar kepada masyarakat di Hong Kong. Hasilnya menyebutkan bahwa sebagian masyarakat memilih untuk tinggal di daerah yang jauh dari kota akan tetapi mempunyai ruang publik yang besar. Shan (2012) mengatakan bahwa masyarakat cenderung mempunyai sikap positif dan kemauan yang kuat terhadap pembangunan ruang terbuka hijau. Lebih dalam lagi Shan (2012) menambahkan bahwa masyarakat mulai sadar untuk meningkatkan partisipasi mereka terhadap pembangunan ruang terbuka hijau. Partisipasi masyarakat banyak diterjemahkan menjadi beberapa hal. Seperti penelitian dari Bertram, Rehdanz (2015) yang menggunakan variabel tingkat well being sebagai cerminan kesejahteraan masyarakat. Kemudian penelitian dari Zhang, Yang, Ma, Huang (2015) yang menerjemahkan partisipasi masyarakat menjadi tingkat preferensi masyarakat terhadap hunian yang mempunyai ruang terbuka hijau (RTH), serta penelitian dari Wan, Shen (2015) yang menerjemahkan partisipasi masyarakat menjadi sikap penggunaan dan perilaku kontrol masyarakat. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Penggunaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Surakarta”. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh preferensi lingkungan masyarakat terhadap penggunaan ruang terbuka hijau di Kota Surakarta? 2. Bagaimana pengaruh kesejahteraan masyarakat terhadap penggunaan ruang terbuka hijau di Kota Surakarta ? 3. Bagaimana pengaruh perilaku kontrol masyarakat terhadap penggunaan ruang terbuka di Kota Surakarta? II.
LANDASAN TEORI
Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau atau RTH adalah area memanjang/ jalur atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyatakan bahwa Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH Privat. Dalam undang-undang tersebut secara tegas mengamanatkan 30 persen dari wilayah kota berwujud Ruang Terbuka Hijau (RTH), yang terdiri dari 20 persen RTH Publik dan 10 persen RTH Privat. Berdasarkan Penjelasan Pasal 29 Ayat (1) Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang diketahui bahwa: Ruang terbuka hijau publik merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Sedangkan pemahaman RTH Privat menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan adalah RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan.
3
Jenis, Fungsi, dan Tujuan Pembangunan RTH No 1
2
3
Jenis RTH Taman Kota (Termasuk: Taman Bermain Anak/Balita, Taman Bunga (Lansia)
Fungsi Lahan
Tujuan
Ekologis, Rekreatif, Estetis, Olahraga (terbatas)
Keindahan (tajuk, tegakan, pengarah, pengaman, pengisi, dan pengalas), kurangi cemaran, meredam bising, perbaiki iklim mikro, daerah resapan, penyangga sistem kehidupan, kenyamanan Jalur (tepian) Konservasi, Perlindungan, mencegah Sempadan pencegahan okupasi penduduk, mudah Sungai dan erosi, penelitian menyebbabkan erosi, iklim Pantai mikro, penahan "badai" Taman Olahraga, Kesehatan, Kenikmatan, pendidikkan, Bermain, Rekreasi kesenangan, kesehatan, Relaksasi interaksi, kenyamanan
Keterangan Mutlak dibutuhkan bagi kota, keserasian, rekreasi aktif & pasif, nuansa rekreatif, terjadinya keseimbangan mental (psiko-logis) dan fisik manusia, habitat, keseimbangan ekosistem Perlindungan total tepi kirikanan bantaran sungai (+/25-50 meter) rawan erosi. Taman Laut Rekreasi aktif, sosialisasi, mencapai prestasi, menumbuhkan kepercayaan diri Dibutuhkan seluruh anggota masyarakat, menghilangkan rasa 'angker'
4
Taman Pemakaman Umum
Pelayanan Pelindung, pendukung Publik (umum), ekosisitem makro, 'ventilasi' keindahan dan 'pemersatu' ruang kota
5
Pertanian Kota
Produksi, Kenyamanan spasial, visual, Peningkatan produktivitas Estetika, audial dan thermal, budidaya tanaman pertanian Pelayanan ekonomi Publik (Umum)
6
Taman (Hutan) Konservasi, Kota/ Perhutanan Pendidikan, Produksi
7
Taman Situ/ Dana, Waduk, Empang Kebun Raya, Kebun Binatang (Nursery)
Konservasi, Keamanan Konservasi, Pendidikan, Penelitian
Kesimbangan ekosisitem, rekreasi, ekonomi
9
Taman Purbakala
Konservasi, Preservasi, Rekreasi
Reservasi, perlindung-an situs sejarah national character building
bangunan' sebagai elemen taman
10
Jalur Hijau Pengamanan
Keamanan
Penunjang iklim mikro, thermal, estetika
Pengaman: Jalur lalu-lintas, Rel KA, jalur listrik tegangan tinggi, kawasan industri, dan 'lokasi berbahaya' lain
8
Pelayanan masyarakat dan penyangga lingkungan kota, wisata alam, rekreasi, produksi hasil 'hutan': iklim mikro, oksigen, ekonomi Keseimbangan ekosisitem, rekreasi (pemancingan)
Pelestarian , perlindungan, dan pemanfaatan plasma nutfah, keanekaragaman hayati, pendidikan penelitian Pelestarian SD-Air, Flora dan Fauna (Budidaya ikan air tawar) Pelestarian plasma nutfah, elemen khusus Kota Besar, Kota Madya
4
11
Taman Rumah Keindahan, Penunjang iklim mikro, Pemenuhan kebutuhan (sekitar Produksi 'pertanian subsistem': pribadi (privacy), bangunan TOGA (tanaman obat penyaluran hoby pada lahan gedung keluarga)/ Apotik Hidup, terbatas, mampu memenuhi bertingkat), Karangkitri (sayur dan kebutuhan keluarga secara Pekarangan buah-buahan) berkala dan 'subsistem'. Sumber: (Purnomohadi dan Soedradjat, 2006) Baik RTH publik maupun privat memiliki beberapa fungsi utama seperti fungsi ekologis serta fungsi tambahan, yaitu sosial budaya, ekonomi, estetika/arsitektural. Khusus untuk RTH dengan fungsi sosial seperti tempat istirahat, sarana olahraga dan atau area bermain, maka RTH ini harus memiliki aksesibilitas yang baik untuk semua orang, termasuk aksesibilitas bagi penyandang cacat. Preferensi Lingkungan Masyarakat Preferensi mengandung pengertian kecenderungan dalam memilih atau prioritas yang diinginkan. Preferensi merupakan bagian dari komponen pembuatan keputusan dari seorang individu (Porteus, 1977). Banyak pendapat yang mengatakan bahwa masyarakat lebih memilih tempat tertentu untuk tinggal (Kaplan dan Kaplan, 1989), tempat tersebut adalah yang dekat dengan ruang terbuka hijau (Rapoport, 1977; Hin Li, 2008; Shulin, Zhonghua, Leslie, 2014). Seringkali masalah harga sebuah hunian (tempat tinggal) menjadi nomor dua asalkan hunian (tempat tinggal) tersebut dekat dengan ruang terbuka hijau. Preferensi lingkungan masyarakat dipercaya mempengaruhi penggunkaan ruang terbuka hijau. Dalam praktik sehari-sehari masyarakat kerap memastikan lingkungan hidup mereka aman, nyaman, dan dapat memberikan jaminan perlindungan yang menjadi hak setiap orang. Dalam praktik juga sering ditemui bahwa sebagian masyarakat menilai sebuah hunian (tempat tinggal) sudah baik apabila dekat dengan ruang terbuka hijau, karena mereka terhindar dari kebisingan, kenyamanan estetika, dan rekreasi (Tyrväinen dan Miettinen, 2000; Irwin, 2002; Miller, Hauer, Werner, 2015). Sikap yang demikan membuat masyarakat tersebut selalu mempertimbangkan dalam pemilihan tempat tinggal atau sering disebut dengan preferensi lingkungan masyarakat. Pada masyarakat yang mempunyai pengasilan menengah ke atas, aspek non fisik dari sebuah permukiman seperti prestise, karakteristik sosial merupakan dasar preferensi bermukim yang apabila dikaitkan dengan Hirarchy of need Maslow rumah bukan lagi hanya sekedar pemenuhan kebutuhan pokok tetapi merupakan pemenuhan kebutuhan akan ekspresi diri. Rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal, tetapi menjadi tempat untuk mengaktualisasikan diri. Kesejahteraan Masyarakat Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial, kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Adapun kesejahteraan masyarakat adalah suatu kondisi yang memperlihatkan tentang keadaan kehidupan masyarakat yang dapat dilihat dari standar kehidupan masyarakat (Badrudin, 2012). Badan pusat statistik (BPS) membagi kesejahteraan masyarakat menjadi delapan (8) indikator. Ke delapan indikator tersebut adalah 1) pendapatan; 2) konsumsi atau pengeluaran rumah tangga; 3) keadaan tempat tinggal; 4) fasilitas tempat tinggal; 5) kesehatan anggota keluarga; 6) kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan; 7) kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan; 8) kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi. Menurut Soemarwoto (1994) kualitas lingkungan hidup ada kaitannya dengan kualitas hidup, yaitu kualitas lingkungan yang baik terdapat potensi untuk berkembangnya kualitas hidup yang tinggi. Dalam penelitian ini kesejahteraan masyarakat diterjemahkan menjadi well being (tingkat kesejahteraan) (Bertram dan Rehdanz, 2015), ada juga penelitian yang menerjemahkan
5
menjadi willingness to pay (Hanley dan Spash, 1993). Willingness to pay (WTP) atau kesediaan untuk membayar adalah kesediaan individu untuk membayar terhadap suatu kondisi lingkungan atau penilaian terhadap sumberdaya alam dan jasa alami dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan. WTP dihitung seberapa jauh kemampuan setiap individu atau masyarakat secara agregat untuk membayar atau mengeluarkan uang dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai dengan standar yang diinginkan. Sudah banyak penelian terdahulu bahwa sejahteraan berpengaruh positif terhadap penggunaan RTH (Chen, Bao, Zhu, 2006; Chang, 2010; Lo dan Jim, 2010; Chen dan Wang, 2013; Litynski, 2015; Song, Lv, Li, 2015; Hami, Moula, Sayyah, Farzin, 2016). Kesejahteraan masyarakat dipercaya menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan ruang terbuka hijau. Hal tersebut dapat terjadi karena, ketika kesejahteraan masyarakat sudah baik maka mereka akan berusaha untuk mengaktualisasi diri mereka dalam hal-hal yang berkaitan dengan ruang terbuka hijau seperti melaksanakan olah raga dan berekreasi di ruang terbuka hijau. Perilaku Kontrol Masyarakat Perilaku kontrol masyarakat diartikan sebagai perpaduan antara attitude dan behaviour (Burton, 2004). Banyak pendapat menyatakan bahwa perilaku dibagi menjadi dua (2) yaitu perilaku dalam bentuk pengetahuan dan perilaku dalam bentuk sikap. Perilaku juga sangat berkaitan erat dengan norma dan nilai. Terkadang dalam praktik sehari-hari terdapat perilaku yang menyimpang, perilaku yang menyimpang bukanlah kualitas yang dilakukan orang, melainkan konsekuensi dari adanya suatu peraturan dan penerapan sanksi yang dilakukan oleh orang lain terhadap pelaku tindakan tersebut. Penelitian terdahulu sudah membuktikan bahwa ada keterkaitan antara perilaku kontrol masyarakat dengan penggunaan ruang terbuka hijau (Wan dan Shen, 2015; Wang, Brown, Liu, Mateo-Babiano, 2015). Perilaku kontrol dipercaya menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan ruang terbuka hijau. Penelitian yang Relevan Warga perkotaan (urban) sangat memerlukan ruang terbuka hijau untuk kebutuhan rekreasi harian dan untuk menjaga ekosistem (Kabisch, 2015). Sandström, Angelstam, Khakee (2006) menyebutkan bahwa ruang terbuka hijau kawasan perkotaan sangat penting karena ruang terbuka hijau (1) berfungsi sebagai area olahraga dan kesehatan; (2) memberikan kontribusi bagi konservasi keaneka ragaman hanyati; (3) berkontribusi terhadap identitas budaya kota; (4) menawarkan tempat untuk pengalaman alam; (5) membantu menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan kota; dan (6) membawa solusi alami untuk masalah teknis di kota (misalnya, pengelolaan limbah dan lain-lain). Chen, Bao, Zhu (2006) menambahkan bahwa pembangunan ruang terbuka hijau perkotaan sangat penting di dalam lingkungan perkotaan karena ruang terbuka hijau dapat meningkatkan rasa nyaman. Menurut McCord, McCord, McCluskey, Davis, McIlhatton, Haran (2014) terjadi “cateris paribus” dalam pemanfaatan ruang terbuka hijau. Cateris paribus mempunyai arti “all other things being equal”. Ruang terbuka hijau memiliki dampak positif yang signifikan pada harga jual properti hunian. Properti hunian yang mempunyai jarak yang dekat dengan ruang terbuka hijau mempunyai kenaikan harga yang tinggi (Smith, Poulos, Kim, 2002). Penelitian dari Smith, Poulos, Kim (2002) ini mempunyai implikasi kebijakan publik bahwa penerapan ruang terbuka hijau sangat perlu untuk dilakukan. Dalam melakukan pembangunan ruang terbuka hijau harus memperhatikan beberapa aspek independen yang meliputi komponen dari ruang terbuka hijau, termasuk kondisi lokasi, kondisi fisik, dan kondisi tanaman hijau untuk mengusulkan desain paling cocok untuk ruang terbuka hijau baru (Lee, Sohn, Yang, 2014). Termasuk juga yang harus diperhatikan adalah peran serta masyarakat dan stakeholder dalam pengembangan ruang terbuka hijau publik (Bertram dan Rehdanz, 2015; Wan dan Shen, 2015; Zhang, Yang, Ma, Huang, 2015). Secara umum ruang terbuka publik di perkotaan terdiri dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH). Ruang terbuka dapat dipahami sebagai ruang
6
atau lahan yang belum dibangun atau sebagian besar belum dibangun di wilayah perkotaan yang mempunyai nilai untuk keperluan taman dan rekreasi; konservasi lahan dan sumber daya alam lainnya; atau keperluan sejarah dan keindahan (Giles-Corti, Broomhall, Knuiman, Collins, Douglas, Ng, Lange, Donovan, 2005). Ruang Terbuka Hijau penting untuk disediakan di dalam suatu kawasan karena dapat memberikan dampak positif berupa peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan menjadi pertimbangan penting dalam menentukan tata guna lahan di suatu kota (Hebbert, 2008). Hasil penelitian dari (Qin, Zhou, Sun, Leng, Lian, 2013) mengungkapkan bahwa pemilihan vegetasi untuk ditanam dalam RTH faktor yang sangat berpengaruh adalah warna. Warna dapat mempengaruhi keseluruhan kepuasan orang dengan lingkungan vegetasinya. Hasil penelitian dari (Wu, 2014) mengungkapkan ruang terbuka hijau dapat meningkatkan tingkat layanan kota dan nilai lahan kota. Dalam artikel juga menyebutkan bahwa ruang terbuka hijau merupakan fasilitas yang dibangun oleh pemerintah Amerika untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penelitian dari (Chen dan Wang, 2013) mengungkapkan bahwa tingkat pendapatan yang diwakili oleh GDP mempunyai pengaruh terhadap penggunaan ruang terbuka hijau. Sehingga diharapkan pemerintah selaku pembuat kebijakan untuk mengelola fasilitas alami sekaligus pembangungan ekonomi. Hasil penelitian dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) Working Group 2 pada Assesment Report ke-5 tahun 2014, antara lain menyatakan bahwa dampak perubahan iklim sudah terjadi di semua benua dan samudera, aksi adaptasi penting dilakukan untuk menurunkan risiko perubahan iklim. Indonesia berkomitmen untuk melakukan aksi penurunan gas rumah kaca secara voluntary di tingkat nasional sampai 265 dari tingkat business as usual pada tahun 2020, dan sampai 41 persen dengan bantuan internasional. Kerangka Pikir Penelitian
7
Pengembangan Hipotesis 1. Hubungan Penggunaan RTH (Ruang Terbuka Hijau) dengan Preferensi Lingkungan Masyarakat Preference (preferensi) mempunyai padanan kata pilihan atau memilih. Masyarakat selalu mempertimbangkan dimana mereka tinggal dan menetap. Masyarakat selalu mempertimbangkan lingkungan sekitar mereka tinggal sebagai salah satu atribut penentu pilihan. Menurut Rapoport (1977) masyarakat cenderung akan menyesuaikan preferensi mereka untuk memilih lingkungan tempat tinggal mereka. Menurut Rapoport (1977) keputusan untuk tinggal dalam suatu lingkungan tertentu sangat tergantung sekali dengan karakteristik tempat tinggal, status tempat tinggal, prestite/berkelas, homogenitas sosial, penghijauan, topografi, dan pandangan, keamanan, sekolah yang baik, serta ide tentang kombinasi penggunaan dan penerapan karakter lingkungan dan hubungan sosial yang berkaitan erat dengan tingkatan dan status sosialnya. Turner (1968) menyatakan bahwa terdapat beberapa dimensi yang memepengaruhi suatu individu dalam memilih rumah tinggal atau huniannya, dimensi tersebut adalah dimensi lokasi, dimensi perumahan, dimensi siklus kehidupan, dan dimensi penghasilan. Berikut adalah jabaran masing-masing dimensi yang memepengaruhi preferensi masyarakat terhadap tempat tinggal atau hunian: a) Dimensi lokasi: pilihan masyarakat dipengaruhi “geographycal space” yang mempunyai arti bawha preferensi masyarakat jatuh kepada tempat-tempat tertentu dalam sebuah kota yang cocok untuk ditinggali. Contohnya adalah lokasi tempat tinggal yang dekat dengan lokasi tempat kerja masyarakat atau sebuah tempat yang mempunyai ruang terbuka hijau yang luas. b) Dimensi perumahan: pilihan masyarakat dipengaruhi oleh “trenure”. Hal berati pilihan masyarakat dipengaruhi dengan tingkat penghasilan mereka. Masyarakat yang mempunyai penghasilan rendah akan cenderung memilih untuk mengontrak saja dari pada membeli rumah baru. c) Dimensi siklus kehidupan: pilihan masyarakat dipengaruhi oleh kebutuhan hidupnya. Hidupnya tersebut ditopang oleh penghasilannya sendiri atau tidak. d) Dimensi penghasilan: pilihan masyarakat dipengaruhi oleh besar kecilnya penghasilan mereka persatuan waktu. Masyarakat sangat mempertimbangkan preferensinya untuk tinggal di suatu tempat (Kaplan dan Kaplan, 1989). Preferensi tersebut mengarah kepada keamanan dan keselamatan dan keamanan serta kelangsungan hidup di suatu daerah tertentu (Seamon dan Hildebrand, 1992; Nasar dan Jones, 1997; Stamps, 2005). Selain itu preferensi masyarakat tersebut juga berhubungan langsung dengan karakteristik spasial yang terdiri dari space (ukuran) (Garling, 1969), daerah yang mempunyai kondisi horisontal (Stamps, 2005, 2010), tinggi suatu daerah (Hayward dan Franklin, 1974), batas tinggi suatu daerah (Stamps, 2005, 2010), dan akses disik dan visual (Stamps, 2005). Saat ini preferensi masyarakat dalam memilih tempat tinggal atau hunian lebih berarah kepada tempat yang mempunyai ruang terbuka hijau (Shulin, Zhonghua, Leslie, 2014). Hal tersebut karena beberapa alasan seperti kenyamanan estetika, rekreasi, dan terhindarnya masyarakat dari pengarauh negatif kebisingan (Tyrväinen dan Miettinen, 2000; Irwin, 2002; Miller, Hauer, Werner, 2015). Penelitian dari Hin Li (2008) juga menyebutkan bahwa saat ini masyarakat lebih memilih tinggal di tempat yang sedikit jauh dari kota akan tetapi mempunya ruang terbuka hijau yang luas. Dari paparan diatas maka bisa ditarik hipotesis berikut ini: Ha: Preferensi Lingkungan Masyarakat berpengaruh positif terhadap Penggunaan RTH (Ruang Terbuka Hijau)
8
2. Hubungan Penggunaan RTH (Ruang Terbuka Hijau) dengan Kesejahteraan Masyarakat Hasil penelitian Chen, Wang (2013) mengatakan bahwa semakin tinggi pendapatan domestik bruto (PDB) sebuah kota maka pengembangan ruang terbuka hijau juga akan semakin tinggi. PDB di sini mewakili kesejahteraan masyarakat secara umum. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan warga kota dapat mempengaruhi penggunaan RTH. Sejalan dengan hal tersebut penelitian Hami, Moula, Sayyah, Farzin (2016) juga menyebutkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi ruang terbuka hijau diantaranya adalah usia dan tingkat kesejahteraan (well being) seseorang. Penelitian Song, Lv, Li (2015) menyebutkan bahwa adanya hubungan antara motivasi dan kesediaan seseorang untuk melaksanakan konservasi terhadap ruang hijau kota yang dipengaruhi oleh kesejahteraannya. Penelitian Lo, Jim (2010) menemukan bahwa 80 persen responden yang diwawancarinya bersedia untuk membayar demi meningkatkan ruang terbuka hijau perkotaan sebesar 20 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya keinginan yang kuat dari masyarakat yang mempunyai kesejahteraan cukup untuk dapat menikmati ruang terbuka hijau. Masyarakat mungkin ingin menikmati manfaat dari ruang terbuka hijau yang menyediakan nilai penggunaan langsung berupa rekreasi dan penggunaan secara tak langsung berupa pemandangan yang indah (Tu, Abildtrup, Garcia, 2016). Penelitian dari Chen, Bao, Zhu (2006) menyebutkan tingkat pendapatan (willingness to pay) masyarakat yang mewakili kesejahteraan masyarakat berkorelasi positif dengan persepsi mereka terhadap manfaat dari ruang terbuka hijau. Penelitian tersebut juga menyebutkan adanya korelasi negatif dengan persepsi gangguan. Penelitian dari Litynski (2015) mengatakan bahwa tingkat penyedian ruang terbuka hijau dan fasilitas infrastruktur publik juga sangat tergantung pada profil ekonomi rumah tangga. Dari paparan diatas maka bisa ditarik hipotesis berikut ini: Ha: Kesejahteraan Masyarakat berpengaruh positif terhadap Penggunaan RTH (Ruang Terbuka Hijau) 3. Hubungan Penggunaan RTH (Ruang Terbuka Hijau) dengan Perilaku Kontrol Masyarakat Lo, Jim (2010) mengatakan bahwa kualitas ruang terbuka hijau tidak berhubungan dengan frekuensi kunjungan masyarakat ke ruang terbuka hijau. Sehingga kunjungan yang sedikit atau banyak tidak mempengaruhi perilaku kontrol masyarakat. Wan, Shen (2015) percaya bahwa sikap dan perilaku akan mempengaruhi tingkat penggunaan ruang terbuka hijau, sehingga Wan, Shen (2015) mencoba meneliti efek dari sikap dan perilaku kontrol terhadap penggunaan ruang terbuka hijau. Penelitian yang sejenis juga dilakukan oleh Wang, Brown, Liu, Mateo-Babiano (2015) yang meneliti terkait dengan sikap perilaku dan niat dalam penggunaan ruang terbuka hijau. Menurut Wan, Shen (2015) ruang terbuka hijau memberikan kontibusi untuk fisik dan kesejahteraan penduduk kota. Karena hal terbebut penggunaan RTH yang maksimal menjadi hal yang harus diupayakan. Pemerintah saat ini melalui berbagai badan/departemen sedang mengupayakan penggunaan ruang terbuka hijau sebesar 30 persen yang terdiri dari 20 persen RTH publik dan 10 persen RTH privat sesuai dengan amanat peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam penelitiannya Wan, Shen (2015) menggunakan aspek perilaku kontrol masyarakat sebagai salah satu variabel yang terlibat. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut salah satu variabel yaitu perilaku kontrol masyarakat berpengaruh terhadap penggunaan ruang terbuka hijau. Dari paparan diatas maka bisa ditarik hipotesis berikut ini: Ha: Perilaku Kontrol Masyarakat berpengaruh positif terhadap Penggunaan RTH (Ruang Terbuka Hijau)
9
III.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pengujian hipotesis (hypoothesis testing). Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengeksplor persepsi dari responden yang dijadikan objek penelitian. Pengujian hipotesis digunakan untuk mengkonfirmasi perkiraan hubungan sehingga diharapkan dapat ditemukaan hasil unuk membenarkan temuan dari masalah yang ada (Creswell, 2013). Desain penelitian ini melalui penelitian korelasional, selain dapat dicari korelasi antara dua atau lebih variabel, juga dapat dihitung regresinya. Melalui regresi ini dapat diprediksi kontribusi dari satu atau lebih variabel terhadap variabel lain (Sugiyono, 2010). Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Warga Kota Surakarta. Sedangkan sampel penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di sekitar objek penelitian. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 100 atau 100 responden. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling dengan kriteria tertentu (purposive sampling) sehingga diharapkan sampel tersebut mampu mewakili populasi dan diharapkan tidak terjadi eror sampling. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 100 responden dengan kriteria seperti berikut ini: a) Responden bertempat tinggal di sekitar objek penelitian b) Responden mengetahui apa yang dimaksud dengan RTH (Ruang Terbuka Hijau) c) Responden merupakan kepala keluarga d) Responden merupakan warga Kota Surakarta Definisi Operasional Variabel Variabel Definisi Operasional Independen: PLM = Preferensi mengandung Preferensi pengertian kecenderungan Lingkungan dalam memilih atau prioritas Masyarakat (X1) yang diinginkan.
KM = Kesejahteraan masyarakat Kesejahteraan adalah kondisi terpenuhinya Masyarakat (X2) kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
Indikator 1. Coherence (Keselarasan) 2. Relaxation, Refreshment, Reduce Stress (Rasa Stress dan Penat) 3. Peace (Damai) 4. Calmness (Rasa Tenang) 5. Promote healt 6. Promote children development (Mendukung daya kembang anak) 7. Contact with nature, Sport, Walking (Olahraga, Berjalan-jalan, kontak dengan alam) 8. Increase property value (meningkatkan nilai properti) 9. Space for social interaction (meningkatkan aktivitas sosial) 1. Kesediaan Untuk Membayar 2. Household monthly, income per capita (Pendapatan per kapita) 3. Lifetime (Umur) 4. Unemployed (Berkaitan dengan lapangan pekerjaan) 5. Basic education/ Educational level (Tingkat
10
melaksanakan fungsi sosialnya. Kemudian juga diterjemahkan dalam wiliingness to pay dan Well being PKM = Perilaku Perilaku kontrol masyarakat Kontrol diartikan sebagai perpaduan Masyarakat (X3) antara attitude dan behaviour (Burton, 2004).
Dependen URTH = Tingkat Penggunaan RTH (Y)
Penyediaan dan pemanfaatan RTH dalam RTRW Kota
pendidikan) 6. Bad or very bad health, Good health (Pelayanan Kesehatan) 7. Household characteristics, Neighborhood characteristics (Karakteristik rumah tangga) 1. 2. 3. 4. 5.
Attitude (Sikap) Perceived Usefulness (merasakan kegunaan) Incivility and vandalism (pengrusakan) Subjective Norm (Subjektif norma) Perceived provision of facilities,Behavioural intention (Perilaku menjaga lingkungan) 6. Bug attack, Behavioural intention (sengaja merusak) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Aviability (Ketersediaan) Design maintenance (Desain) Facility (Fasilitas) Environment Access (Akses) Easy to use Aviable integration into exiting planning instrument (Rencana yang terintegrasi)
Instrumen Penelitian Teknik pengukuran dalam instrumen penelitian ini menggunakan skala Likert. Skala likert sering digunakan dalam penelitian yang menggunakan data primer berupa kuesioner. Bobot Penilaian Skala Likert Sangat Setuju (SS) Positif 4 Negatif 1 Sumber : (Sugiyono, 2010) Arah Pertanyaan
Bobot Penilaian Setuju Tidak (S) Setuju (TS) 3 2 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Adapun kuesioner yang disebar dalam penelitian ini adalah 100 kuesioner dengan lokasi penyebaran sebagai berikut : Luas Jumlah No Nama Lokasi Taman Kuesioner (m2) 1 Taman Ronggowarsito 2.225 6 2 Taman bawah jembatan sebelah barat Jurug 2.144 6 3 Taman Sekartaji 13.740 6 4 Jl. Slamet Riyadi Rel Bengkong-Pasarpon 6.965 6 5 Jl. Slamet Riyadi Pasar Pon- Gladag 3.000 6 6 Urban Forest Pucang Sawit 8.200 7 7 Taman Saraswigati (P2KH) di Mojosongo 4.500 7 8 Taman P2KH Semanggi 6.712 7 9 Taman depan gedung Winita s/d seberang 1.600 7 Dishub
11
10 11 12 13 14 15
Taman Tirtonadi Taman Banjarsari Taman Balekambang Taman Satwa Jurug Edu Park Taman Sriwedari Jumlah Sumber : Diolah dari Data RTH Kota Surakarta, 2015
IV.
1.860 17.219 33.400 55.640 50.000 35.560 242.765
7 7 7 7 7 7 100
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Data Penelitian 1. Karakteristik Responden Karakteristik Demografi Responden Penelitian Karakteristik 1. Gender a. Peremuan b. Laki-laki 2. Umur (tahun) a. 21 - 30 b. 31 – 40 c. 41 - 50 d. 51 – 60 e. 61 – 70 f. 71 – 80 3. Pekerjaan a. PNS b. Pegawai swasta c. Wiraswasta 4. Pendidikan a. SD b. SLTP c. SLTA d. D3 e. S1 f. S2 atau lebih 5. Jumlah anggota keluarga a. Dua orang b. Tiga orang c. Empat orang d. Lima orang e. Enam orang
Jumlah
Presentasi
22 78
22% 78%
3 20 39 27 10 1
3% 20% 39% 27% 10% 1%
8 35 57
8% 35% 57%
6 26 54 3 10 1
6% 26% 54% 3% 10% 1%
9 25 36 21 9
9% 25% 36% 21% 9%
2. Tingkat Penggunaan Ruang Terbuka Hijau Variabel tingkat penggunaan ruang terbuka hijau ini terdiri atas indikator : Aviability (ketersediaan), Design Maintenance (desain), Facility (fasilitas), Access (Akses), Aviable integration into exiting planning instrument (Rencana yang terintegrasi). Indikator tersebut dirangkum dalam 5 butir pertanyaan dengan 4 alternatif jawaban, sehingga idealnya nilai maksimum adalah 20 dan nilai minimum adalah 5. Dari hasil perhitungan didapatkan jumlah skor rata-rata 3,25 dan standar deviasi 0,6230.
12
Rangkuman rata-rata dan standar deviasi penggunaan RTH No
Indikator
Rata-rata 3,37 3,15 3,27 3,13
1 2 3 4
Skor Standar Deviasi 0,5252 0,6416 0,6491 0,6913
Aviability (Ketersediaan) Design Maintenance (Desain) Facility (Fasilitas) Access (Akses) Viable integration into exiting 5 planning instrument (Rencana 3,33 0,5695 yang terintegrasi) Keseluruhan Indikator 3,25 0,6230 Sumber : Hasil pengolahan menggunakan program SPSS versi 21.0 Rangkuman Persentase Penggunaan RTH. No 1 2
Indikator
SS 40% 30%
Persentase (%) S TS 58% 2% 57% 13%
STS 0% 0%
Aviability (Ketersediaan) Design Maintenance (Desain) 3 Facility (Fasilitas) 38% 51% 11% 0% 4 Access (Akses) 31% 51% 18% 0% 5 Aviable integration into 38% 57% 5% 0% exiting planning instrument (Rencana yang terintegrasi) % Keseluruhan Indikator 35% 55% 10% 0% Sumber : Hasil pengolahan menggunakan program SPSS versi 21.0 3. Preferensi Lingkungan Masyarakat Variabel penggunaan Preferensi Lingkungan Masyarakat ini terdiri atas indikator : Coherence (Keselaran), Relaxation Refreshment Reduce Stress (Rasa stress dan penat), Peace (damai), Calmness (rasa tenag), Promote children development (mendukung daya kembang anak), Contact with nature Sport Walking (olahraga, berjalan-jalan, kontak dengan alam), Increase property value (meningkatkan nilai properti), dan Space for social interaction (meningkatkan aktivitas sosial). Indikator tersebut dirangkum dalam 8 butir pertanyaan dengan 4 alternatif jawaban, sehingga idealnya nilai maksimum adalah 32 dan nilai minimum adalah 8. Dari hasil perhitungan didapatkan jumlah skor rata-rata 3,03 dan standar deviasi 0,65 Rangkuman rata-rata dan standar deviasi Preferensi Lingkungan Masyarakat Skor No Indikator Standar Rata-rata Deviasi 1 Coherence (keselarasan) 3,23 0,49 Relaxation Refreshment Reduce 2 2,98 0,72 Stress (Rasa stress dan penat) 3 Peace (damai) 2,99 0,7 4 Calmness (rasa tenang) 2,96 0,7 Promote children development 5 2,97 0,69 (mendukung daya kembang anak) Contact with nature 6 Sport Walking (Olahraga, Berjalan3,09 0,67 jalan, kontak dengan alam) 7 Increase property value 2,98 0,67
13
(meningkatkan nilai properti) Space for social interaction 8 3,17 0,51 (meningkatkan aktivitas sosial) Keseluruhan Indikator 3,03 0,65 Sumber : Hasil pengolahan menggunakan program SPSS versi 21.0 Rangkuman Persentase Preferensi Lingkungan Masyarakat Persentase (%) No Indikator SS S TS STS 1 Coherence (keselarasan) 26% 71% 3% 0% Relaxation Refreshment Reduce 2 25% 48% 27% 0% Stress (Rasa stress dan penat) 3 Peace (damai) 23% 54% 22% 1% 4 Calmness (rasa tenang) 21% 55% 23% 1% Promote children development 5 (mendukung daya kembang 22% 53% 25% 0% anak) Contact with nature Sport Walking (Olahraga, 6 26% 58% 16% 0% Berjalan-jalan, kontak dengan alam) Increase property value 7 21% 56% 23% 0% (meningkatkan nilai properti) Space for social interaction 8 23% 71% 6% 0% (meningkatkan aktivitas sosial) % Keseluruhan Indikator 23% 58% 18% 0% Sumber : Hasil pengolahan menggunakan program SPSS versi 21.0 4. Kesejahteraan Masyarakat Variabel penggunaan Kesejahteraan Masyarakat ini terdiri atas indikator : Kesediaan Untuk Membayar, Household monthly income per capita (Pendapatan per kapita), Lifetime (Umur), Unemployed (Berkaitan dengan lapangan pekerjaan), Basic education/ Educational level (tingkat pendidikan), Bad or very bad health Good health (pelayanan kesehatan), Household characteristics Neighborhood characteristics (karakteristik rumah tangga). Indikator tersebut dirangkum dalam 7 butir pertanyaan dengan 4 alternatif jawaban, sehingga idealnya nilai maksimum adalah 28 dan nilai minimum adalah 7. Dari hasil perhitungan didapatkan jumlah skor rata-rata 2,71 dan standar deviasi 0,708166719. Rangkuman rata-rata dan standar deviasi Kesejahteraan Masyarakat Skor No Indikator Standar Rata-rata Deviasi 1 Kesediaan Untuk Membayar 2,89 0,584220105 Household monthly income 2 2,67 0,752839742 per capita 3 Lifetime 2,61 0,750689918 4 Unemployed 2,55 0,715979233 Basic education/ Educational 5 2,59 0,683056115 level Bad or very bad health 6 2,66 0,727802837 Good health Household characteristics 7 2,99 0,627565442 Neighborhood characteristics
14
Keseluruhan Indikator 2,71 0,708166719 Sumber : Hasil pengolahan menggunakan program SPSS versi 21.0 Rangkuman Persentase Kesejahteraan Masyarakat No
Indikator
Persentase (%) S TS 65% 23%
SS STS Kesediaan Untuk Membayar 12% 0% Household monthly income per 2 12% 48% 45% 5% capita (pendapatan per kapita) 3 Lifetime (umur) 11% 46% 38% 5% Unemployed (berkaitan dengan 4 8% 44% 38% 5% lapangan pekerjaan) Basic education/ Educational 5 8% 46% 43% 3% level (tingkat pendidikan) Bad or very bad health 6 Good health (pelayan 12% 45% 40% 3% kesehatan) Household characteristics 7 Neighborhood characteristics 19% 61% 20% 0% (Karakteristik rumah tangga) % Keseluruhan Indikator 12% 51% 35% 3% Sumber : Hasil pengolahan menggunakan program SPSS versi 21.0 5. Perilaku Kontrol Masyarakat Variabel penggunaan Perilaku Kontrol Masyarakat ini terdiri atas indikator : Attitude (Sikap), Perceived Usefulness(merasakan kegunaan), Incivility and vandalism (pengrusakan), Subjective Norm (Subjektif norma), Perceived provision of facilities,Behavioural intention (Perilaku menjaga lingkungan), Bug attack, Behavioural intention (sengaja merusak). Indikator tersebut dirangkum dalam 6 butir pertanyaan dengan 4 alternatif jawaban, sehingga idealnya nilai maksimum adalah 24 dan nilai minimum adalah 6. Dari hasil perhitungan didapatkan jumlah skor rata-rata 3,05 dan standar deviasi 0,666666. Rangkuman rata-rata dan standar deviasi Perilaku Kontrol Masyarakat Skor No Indikator Rata-rata Standar Deviasi 1 Attitude (sikap) 3,21 0,607944043 Perceived Usefulness 2 3,02 0,681353377 (merasanan keamanan) Incivility and vandalism 3 2,98 0,696020434 (penggunaan) Subjective Norm (Subjektif 4 2,92 0,691652975 norma) Perceived provision of facilities 5 3,06 0,693694545 Behavioural intention (Perilaku menjaga lingkungan) Bug attack 6 Behavioural intention (sengaja 3,13 0,597215762 merusak) Keseluruhan Indikator 3,05 0,666755698 Sumber : Hasil pengolahan menggunakan program SPSS versi 21.0 1
15
Rangkuman Persentase Perilaku Kontrol Masyarakat No 1 2
Indikator
Persentase (%) SS S TS STS 31% 59% 10% 0% 24% 56% 20% 0%
Attitude (sikap) Perceived Usefulness (merasanan keamanan) 3 Incivility and vandalism (penggunaan) 21% 58% 4 Subjective Norm (Subjektif norma) 21% 58% 5 Perceived provision of facilities 27% 52% Behavioural intention (Perilaku menjaga lingkungan) 6 Bug attack 25% 63% Behavioural intention (sengaja merusak) % Keseluruhan Indikator 25% 58% Sumber : Hasil pengolahan menggunakan program SPSS versi 21.0
19% 20% 21%
2% 1% 0%
12%
0%
17%
1%
Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Dengan One Sample Kolomogorov-Smirnov
Gambar Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Gambar Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-P Plot.
16
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 100 Kolmogorov-Smirnov Z 0,993 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,278 Sumber : Hasil pengolahan menggunakan program SPSS versi 21.0 b. Uji Multikolinearitas Hasil Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Model Tolerance Value VIF (Constant) PLM 0,838 1,193 KM 0,815 1,227 PKM 0,705 1,418 Sumber : Hasil pengolahan menggunakan program SPSS versi 21.0 c. Autokorelasi Nilai durbin watson dalam penelitan ini adalah 2,017. Dari tabel DW (Durbin Watson) dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data (n) adalah 100, dan jumlah variabel independen (k) adalah 3 diperoleh dL sebesar 1,6131 dan dU sebesar 1,7364. Karena nilai DW (2,017) berada di daerah antara dU<2,017<4-dL (1,7364<2,017<2,2636), maka dapat dipastikan bahwa tidak terjadi autokorelasi. d. Heterokedastisitas Hasil Uji heteroskedastisitas Variabel t Sig PLM 4,588 0,000 KM 5,283 0,000 PKM 3,197 0,002 Sumber : Hasil pengolahan menggunakan program SPSS versi 21.0 2. Regresi Berganda Analisis Regresi Berganda Variabel B t Sig Cons 1,819 1,301 0,196 PLM 0,250 4,588 0,000 KM 0,236 5,283 0,000 PKM 0,210 3,197 0,002 Dependen Variabel: URTH Sumber : Hasil pengolahan menggunakan program SPSS versi 21.0 Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh koefisien regresi untuk variabel preferensi lingkungan masyarakat sebesar 0,000, kesejahteraan masyarakat sebesar 0,000, perilaku kontrol masyarakat sebesar 0,002 dan konstanta sebesar 0,196, sehingga persamaan regresi bergandanya Y’ = 1,819 + 0,250X1 + 0,236X2 + 0,210X3. Hal tersebut berarti jika variabel preferensi lingkungan masyarakat, kesejahteraan masyarakat dan perilaku kontrol masyarakat sebesar 0, maka tingkat penggunaan ruang terbuka hijau menjadi 1,819.
17
Variabel yang paling berpengaruh dari penelitian ini adalah variabel PLM (Preferensi Lingkungan Masyarakat). 3. Uji Hipotesis a. Uji t (Parsial) b. Tabel Hasil Uji t (Parsial) Variabel
t
Sig
Cons
1,301
0,196
PLM
4,588
0,000
KM
5,283
0,000
PKM
3,197
0,002
Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh hasil pengujian hipotesis variabel preferensi lingkungan masyarakat (X1), tingkat kesejahteraan masyarakat (X2) dan perilaku kontrol masyarakat (X3) secara individual terhadap variabel terikat yaitu tingkat penggunaan ruang terbuka hijau (Y). c. Koefisien regresi untuk variabel preferensi lingkungan masyarakat sebesar 0,250 dengan thitung sebesar 4,588 dan signifikasi sebesar 0,000 Dikarenakan nilai signifikasi 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga hipotesis (Ha) yang menyatakan “Peferensi Lingkungan Masyarakat berpengaruh signifikan terhadap Penggunaan RTH (Ruang Terbuka Hijau)” diterima. d. Koefisien regresi untuk variabel kesejahteraan masyarakat sebesar 0,236 dengan thitung sebesar 5,283 dan signifikasi sebesar 0,000. Dikarenakan nilai signifikasi 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga hipotesis (Ha) yang menyatakan “Kesejahteraan Masyarakat berpengaruh signifikan terhadap Penggunaan RTH (Ruang Terbuka Hijau)” diterima. e. Koefisien regresi untuk variabel perilaku kontrol masyarakat sebesar 0,210 dengan thitung sebesar 3,197 dan signifikasi sebesar 0,002. Dikarenakan nilai signifikasi 0,002 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga hipotesis (Ha) yang menyatakan “Perilaku Kontrol Masyarakat berpengaruh signifikan terhadap Penggunaan RTH (Ruang Terbuka Hijau)” diterima. b. Uji F (Simultan) Hasil Uji F (Simultan) Model F Sig. 1
Regression
39,635
0,000b
Dependen Variabel URTH Sumber : Hasil pengolahan menggunakan program SPSS versi 21.0 Berdasarkan tabel di atas, dapat diperoleh Fhitung sebesar 39,635 dan signifikasi sebesar 0,000. Dikarenakan nilai signifikasi 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga Hipotesis (Ha) yang menyatakan “Preferensi lingkungan masyarakat, kesejahteraan, dan perilaku kontrol masyarakat berkontribusi terhadap tingkat penggunaan RTH (Ruang Terbuka Hijau) Publik.” dapat diterima. c. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas yaitu preferensi lingkungan masyarakat (X 1), kesejahteraan masyarakat (X2) dan perilaku kontrol masyarakat (X3) terhadap variabel terikat yaitu tingkat penggunaan ruang terbuka hijau (Y).
18
Tabel Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) R R Square Adjusted Std. Error DurbinR Square of the Watson Estimate 0,744a 0,553 0,539 1,310 2,017 Sumber : Hasil pengolahan menggunakan program SPSS versi 21.0 Berdasarkan tabel di atas diperoleh R2 sebesar 0,539 Hal ini berarti kontribusi variabel bebas yaitu preferensi lingkungan masyarakat (X 1), kesejahteraan masyarakat (X2) dan perilaku kontrol masyarakat (X3) terhadap variabel terikat yaitu tingkat penggunaan ruang terbuka hijau (Y) di kota Surakarta sebesar 53,9% dan sisanya 46,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mengambil kesimpulan : 1. Terdapat kontribusi yang signifikan preferensi lingkungan masyarakat terhadap tingkat penggunaan ruang terbuka hijau di kota surakarta, dengan kontribusi sebesar 25%. Kontribusi ini merupakan yang paling besar jika dibandingkan dengan dengan variabel yang lainnya. Hal ini dapat diartikan bahwa masyarakat benar benar mempresepsikan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau untuk menciptakan kehidupan yang selaras, penghilang rasa stress dan penat, membuat perasaan damai dan rasa tenang serta meningkatkan aktifitas sosial. Disamping itu RTH Kota Surakarta sangat dibutuhkan untuk berolahraga, berjalan-jalan kotak dengan alam sekitar serta mendukung tumbuhkembang anak dan meningkatkan nilai jual lingkungan/ properti. 2. Kesejahteraan masyarakat memberikan kontribusi signifikan terhadap penggunaan ruang terbuka hijau di Kota Surakarta dengan kontribusi sebesar 23,6%. Hal ini dapat diartikan bahwa, semakin masyarakat memiliki kesejahteraan yang tinggi, maka semakin tinggi pula kebutuhan akan penggunaan RTH. Bahkan dalam penelitian ini menunjukkan masyarakat bersedia berkorban/membayar demi terpenuhinya RTH. 3. Ada kontribusi yang signifikan perilaku kontrol masyarakat terhadap penggunaan ruang terbuka hijau di Kota Surakarta dengan jumlah kontribusi sebesar 21%. Hal ini dapat diartikan bahwa masyarakat kota Surakarta merasakan kegunaan dan memiliki norma yang cukup baik untuk turut menjaga ruang terbuka hijau di kota Surakarta dari hal-hal yang bersifat merusak. Masyarakat juga memiliki atitude atau sikap untuk menjaga lingkungan RTH di Kota Surakarta.
B. Implikasi Hasil penelitian ini memberikan implikasi teoritis dan praktis. Implikasi teoritis berhubungan dengan kontribusinya terhadap perkembangan teori preferensi lingkungan masyarakat, kesejahteraan masyarakat, perilaku kontrol masyarakat dan tingkat penggunaan ruang terbuka hijau. Implikasi praktis berkaitan dengan kontribusi penelitian terhadap tingkat penggunaan ruang terbuka hijau oleh masyarakat di kota Surakarta. Implikasi teoritis penelitian ini dijabarkan menjadi empat implikasi : 1. Implikasi teoritis yang berkenaan dengan tingkat penggunaan ruang terbuka hijau di kota Surakarta berhubungan dengan preferensi lingkungan masyarakat, kesejahteraan masyarakat dan perilaku kontrol masyarakat. Hal ini sejalan dengan penelitian (Shulin, Zhonghua, Leslie, 2014) dan Hin Li (2008) yang menyatakan bahwa saat ini masyarakat lebih memilih tinggal di tempat yang ada ruang terbuka hijaunya. Penelitian dari (Chen, Bao, Zhu, 2006), (Chen, Wang, 2013), dan (Litynski, 2015) yang mengatakan bahwa
19
penyediaan ruang terbuka hijau tergantung pada profil ekonomi rumah tangga yang merupakan lambang dari kesejahteraan masyarakat, dan juga penelitian dari (Wan, Shen, 2015) yang mengatakan bahwa aspek perilaku kontrol masyarakat sebagai salah satu variabel yang terlibat dalam tingkat penggunaan ruang terbuka hijau. 2. Penelitian ini telah berhasil membuktikan bahwa preferensi lingkungan masyarakat merupakan faktor yang sangat mempengaruhi tingkat penggunaan ruang terbuka hijau di kota Surakarta. Masyarakat di kota Surakarta sangat kritis untuk memilih tempat tinggalnya khususnya lingkungan yang memiliki RTH luas dan menarik. Faktor-faktor yang berhubungan dengan preferensi masyarakat terkait RTH ini adalah keselarasan, penghilang rasa stress dan penat, damai, rasa tenang, mendukung daya kembang anak, kebutuhan berjalan-jalan, olahraga, kontak dengan alam dan meningkatkan aktivitas sosial. Disamping itu pertimbangan RTH dapat meningkatkan nilai properti juga menjadi pilihan. Hal ini sejalan dengan penelitian (Shulin, Zhonghua, Leslie, 2014) dan Hin Li (2008) yang menyatakan bahwa saat ini masyarakat lebih memilih tinggal di tempat yang ada ruang terbuka hijaunya. Hal tersebut terjadi karena beberapa alasan seperti kenyamanan, rekreasi, dan tehindar dari kebisingan. Implikasi praktis dalam penelitian ini dijabarkan dalam tiga implikasi : 1. Pemerintah Kota Surakarta harus memperhatikan faktor ketersediaan RTH di Kota Surakarta, desain yang menarik, fasilitas yang dibutuhkan dan akses yang mudah dijangkau. Disamping itu perencanaan yang terintegrasi diperlukan dalam keberhasilan pembangunan RTH Kota Surakarta. 2. Regulasi tentang pembangunan RTH di Kota Surakarta harus dibuat secara jelas dan transparan, dan disosialisasikan dengan baik, sehingga akan mendorong masyarakat lebih berkomitmen, dapat berpartisipasi aktif memelihara RTH dan menjadi kontrol yang baik untuk RTH di lingkungannya. 3. Peningkatan penggunaan RTH di kota Surakarta dibuat dengan membuat kebijakankebijakan yang merepresentasikan indikator-indikator preferensi lingkungan masyarakat kota Surakarta, kesejahteraan masyarakat dan kontrol masyarakat. Sehingga kedepan RTH Kota Surakarta akan memiliki fungsi dan manfaat optimal untuk kesejahteraan masyarakat Kota Surakarta. C. Saran Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, terdapat tiga saran yang diberikan oleh peneliti. 1. Hendaknya pemerintah Kota Surakarta dalam membangun RTH kota Surakarta memperhatikan faktor-faktor yang mendukung tingkat penggunaan ruang terbuka hijau di kota Surakarta. Meliputi faktor desain yang menarik, fasilitas yang dibutuhkan dan akses yang mudah dijangkau. Dalam hal ini perencanaan yang terintegrasi melibatkan masyarakat sekitar pengguna RTH sangat dibutuhkan. Agar partisipasi dan kontrol masyarakat dapat optimal dalam memelihara RTH yang telah dibangun. 2. Perencanaan / design RTH Kota Surakarta harus disesuaikan dengan lokasi dimana RTH tersebut dibangun. Khususnya yang menyangkut dengan karakteristik demografi masyarakat sekitar sebagai pengguna RTH. 3. Hendaknya masyarakat kota Surakarta selaku pengguna RTH Kota Surakarta turut berpartisipasi aktif dalam menjaga fasilitas publik berupa RTH kota Surakarta. Pelibatan masyarakat dapat dioptimalkan dengan memberikan edukasi kepada lingkungan masyarakat sekitar RTH akan pentingnya sikap dan norma menjaga lingkungan hidup, perilaku menghindarkan diri dari pengrusakan RTH, serta meningkatkan penggunaan RTH secara sehat. Penelitian ini masih terbatas pada variabel preferensi lingkungan masyarakat, kesejahteraan masyarakat dan perilaku kontrol masyarakat terhadap tingkat penggunaan ruang terbuka hijau. Peneliti berharap ada penelitian lain yang dapat melanjutkan penelitian ini untuk mengembangkan hasil penelitian tentang tingkat penggunaan Ruang Terbuka Hijau.
20
DAFTAR PUSTAKA Agus, R. B. dan M. Syamsudin (2004). Hak Kekayaan Intelektual Dan Budaya Hukum, Cetakan I, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Anderson, S. T. dan S. E. West (2006). "Open Space, Residential Property Values, and Spatial Context." Regional Science and Urban Economics 36(6): 773-789. Annerstedt, M., et al. (2012). "Green Qualities in the Neighbourhood and Mental Health– Results from a Longitudinal Cohort Study in Southern Sweden." BMC public health 12(1): 1. Asabere, P. K. dan F. E. Huffman (2009). "The Relative Impacts of Trails and Greenbelts on Home Price." The Journal of Real Estate Finance and Economics 38(4): 408-419. Badrudin, R. (2012). Ekonomika Otonomi Daerah, UPP STIM YKPN. Bentham, J. (1994). "Of the Principle of Utility." Ethics: 306-312. Bertram, C. dan K. Rehdanz (2015). "The Role of Urban Green Space for Human Well-Being." Ecological Economics 120: 139-152. Burton, R. J. (2004). "Reconceptualising the ‘Behavioural Approach’in Agricultural Studies: A Socio-Psychological Perspective." Journal of Rural studies 20(3): 359-371. Chang, K.-I. (2010). "A Study of Teaching-Relevant Capitals, Teaching Belief, Classroom Management Strategies and Teaching Performances." Journal of National Hsin Chu Teachers College 17: 23-50. Chen, B., et al. (2006). "Assessing the Willingness of the Public to Pay to Conserve Urban Green Space: The Hangzhou City, China, Case." Journal of Environmental Health 69(5): 26. Chen, W. Y. dan D. T. Wang (2013). "Economic Development and Natural Amenity: An Econometric Analysis of Urban Green Spaces in China." Urban Forestry & Urban Greening 12(4): 435-442. Cilliers, E., et al. (2010). "Sustainable Green Urban Planning: The Green Credit Tool." Journal of Place Management and Development 3(1): 57-66. Creswell, J. W. (2013). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches, Sage publications. Dirjen, P. R. (2006). Kebijakan Penataan Ruang Kawasan Jabodetabek P. U. Departemen. Jakarta. Ditjenphka (2010). "Taman Nasional." dari http://ditjenphka.dephut.go.id/index.php/datakawasan/kawasan-konservasi/taman-nasional Frick, H. dan T. H. Mulyani (2006). "Arsitektur Ekologis: Konsep Arsitektur Ekologis Di Iklim Tropis." Penghijauan Kota dan kota Ekologis, sefta Energi Terbarukan, Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Garling, T. (1969). "Studies in Visual Perception of Architectural Spaces and Rooms: I. Judgment Scales of Open and Closed Space." Scandinavian Journal of Psychology. Gascon, M., et al. (2016). "Residential Green Spaces and Mortality: A Systematic Review." Environment international 86: 60-67. Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program Ibm Spss 21. Edisi 7, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Giles-Corti, B., et al. (2005). "Increasing Walking: How Important Is Distance to, Attractiveness, and Size of Public Open Space?" American journal of preventive medicine 28(2): 169-176. Groot, T. dan T. Budding (2008). "New Public Management's Current Issues and Future Prospects." Financial Accountability & Management 24(1): 1-13. Gujarati, D. N. (2009). Basic Econometrics, Tata McGraw-Hill Education. Hami, A., et al. (2016). "Factors Affecting People Preferences toward Environment Landscape, Case Study: Shopping Mall in Kuala Lumpure." Journal Of Current Research In Science(4(2)): 216-225.
21
Hanley, N. dan C. L. Spash (1993). Cost-Benefit Analysis and the Environment, Edward Elgar Aldershot. Hartig, T., et al. (2014). "Nature and Health." Annual Review of Public Health 35: 207-228. Hayward, S. C. dan S. S. Franklin (1974). "Perceived Openness-Enclosure of Architectural Space." Environment and behavior 6(1): 37. Hebbert, M. (2008). "Re-Enclosure of the Urban Picturesque: Green-Space Transformations in Postmodern Urbanism." Town Planning Review 79(1): 31-59. Hin Li, L. (2008). "The Physical Environment and a “Sense of Neighborhood” in Residential Communities in Hong Kong." Property management 26(1): 7-24. Hood, C. (1995). "The “New Public Management” in the 1980s: Variations on a Theme." Accounting, organizations and society 20(2): 93-109. Irsal Las, K. S. dan A. Setiyanto (2006). "Isu Dan Pengelolaan Lingkungan Dalam Revitalisasi Pertanian." Jurnal Litbang Pertanian 25(3): 107. Irwin, E. G. (2002). "The Effects of Open Space on Residential Property Values." Land economics 78(4): 465-480. Iskandar, J. dan B. S. Iskandar (2016). Arsitektur Tumbuhan, Struktur Pekarangan Perdesaan Dan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan. Yogyakarta, Teknosan. Kabisch, N. (2015). "Ecosystem Service Implementation and Governance Challenges in Urban Green Space Planning—the Case of Berlin, Germany." Land Use Policy 42: 557-567. Kaplan, R. dan S. Kaplan (1989). The Experience of Nature: A Psychological Perspective, CUP Archive. Kompas (2016). Penyebab Menyusutnya Ruang Terbuka Hijau Di Jakarta. Megapolitan Kompas, Harian Kompas. Kunto, H. (1986). Semerbak Bunga Di Bandung Raya, Granesia. Kutmanaliev, J. (2015). "Public and Communal Spaces and Their Relation to the Spatial Dynamics of Ethnic Riots: Violence and Non-Violence in the City of Osh." International journal of sociology and social policy 35(7/8): 449-477. Lal, K. (2012). Provision of Local Public Goods with Spillovers: Implications of Green Open Space Referenda, University of Illinois at Chicago. Lee, B. K., et al. (2014). "Design Guidelines for the Dashilar, Beijing Open Green Space Redevelopment Project." Urban Forestry & Urban Greening 13(2): 385-396. Litynski, P. (2015). "Suburban Vs. Urban Fringes Entities'willingness to Pay for Amenities: Empirical Research in Cracow City, Poland." Journal of Urban and Regional Analysis 7(1): 21. Lo, A. Y. dan C. Jim (2010). "Willingness of Residents to Pay and Motives for Conservation of Urban Green Spaces in the Compact City of Hong Kong." Urban Forestry & Urban Greening 9(2): 113-120. Maddala, G. S. dan K. Lahiri (1992). Introduction to Econometrics, Macmillan New York. McCord, J., et al. (2014). "Effect of Public Green Space on Residential Property Values in Belfast Metropolitan Area." Journal of Financial Management of Property and Construction 19(2): 117-137. Miller, R. W., et al. (2015). Urban Forestry: Planning and Managing Urban Greenspaces, Waveland Press. Nasar, J. L. dan K. M. Jones (1997). "Landscapes of Fear and Stress." Environment and behavior 29(3): 291-323. Nicholls, S. dan J. L. Crompton (2005). "The Impact of Greenways on Property Values: Evidence from Austin, Texas." Journal of Leisure Research 37(3): 321. Osborne, D. dan T. Gaebler (1992). "Reinventing Government: How the Entrepreneurial Spirit Is Transforming Government." Reading Mass. Adison Wesley Public Comp. Pollitt, C. dan G. Bouckaert (2000). Public Management Reform: A Comparative Perspective. Notes form supporting the international conference on modernization and state reform. Rio de Janeiro.
22
Pollitt, C. (2001). "Clarifying Convergence. Striking Similarities and Durable Differences in Public Management Reform." Public management review 3(4): 471-492. Porteus, J. D. (1977). Environment and Behavior: Planning and Everyday Urban Life, AddisonWesley. Purnomohadi, N. dan I. Soedradjat (2006). Ruang Terbuka Hijau Sebagai Unsur Utama Tata Ruang Kota, Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum. Rahmy, W. A., et al. (2012). "Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kota Pada Kawasan Padat, Studi Kasus Di Wilayah Tegallega, Bandung." Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia 1(1): 27-38. Rapoport, A. (1977). Human Aspects of Urban Form, Pergamon Oxford. Sandström, U. G., et al. (2006). "Urban Comprehensive Planning–Identifying Barriers for the Maintenance of Functional Habitat Networks." Landscape and urban planning 75(1): 43-57. Sawitri, R., et al. (2016). "Interaksi Masyarakat Dengan Hutan Dan Lingkungan Sekitarnya Di Kawasan Dan Daerah Penyangga Taman Nasional Kutai." Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 8(2): 129-142. Seamon, D. dan G. Hildebrand (1992). The Wright Space: Patterns and Meaning in Frank Lloyd Wright's Houses, JSTOR. Shan, X.-Z. (2012). "Attitude and Willingness toward Participation in Decision-Making of Urban Green Spaces in China." Urban Forestry & Urban Greening 11(2): 211-217. Shulin, S., et al. (2014). "How Does Enclosure Influence Environmental Preferences? A Cognitive Study on Urban Public Open Spaces in Hong Kong." Sustainable Cities and Society 13: 148-156. Smith, V. K., et al. (2002). "Treating Open Space as an Urban Amenity." Resource and energy economics 24(1): 107-129. Soemarwoto, O. (1994). Ekologi, Lingkungan Hidup, Dan Pembangunan, Djambatan. Song, X., et al. (2015). "Willingness and Motivation of Residents to Pay for Conservation of Urban Green Spaces in Jinan, China." Acta Ecologica Sinica 35(4): 89-94. Stamps, A. E. (2005). "Visual Permeability, Locomotive Permeability, Safety, and Enclosure." Environment and behavior 37(5): 587-619. Stamps, A. E. (2010). "Effects of Area, Height, Elongation, and Color on Perceived Spaciousness." Environment and behavior. Sugiyono (2010). "Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D." Penerbit Alfabeta. Sukirno, S. (2011). Introduction to Macroeconomic Theory, Jakarta: Rajawali Pers. Swanwick, C., et al. (2003). "Nature, Role and Value of Green Space in Towns and Cities: An Overview." Built environment 29(2): 94-106. Tabachnick, B. G., et al. (2001). "Using Multivariate Statistics." Tamosiunas, A., et al. (2014). "Accessibility and Use of Urban Green Spaces, and Cardiovascular Health: Findings from a Kaunas Cohort Study." Environmental Health 13(1): 1. Tu, G., et al. (2016). "Preferences for Urban Green Spaces and Peri-Urban Forests: An Analysis of Stated Residential Choices." Landscape and urban planning 148: 120-131. Turner, J. C. (1968). "Housing Priorities, Settlement Patterns, and Urban Development in Modernizing Countries." Journal of the American Institute of Planners 34(6): 354-363. Tyrväinen, L. dan A. Miettinen (2000). "Property Prices and Urban Forest Amenities." Journal of environmental economics and management 39(2): 205-223. Tzoulas, K., et al. (2007). "Promoting Ecosystem and Human Health in Urban Areas Using Green Infrastructure: A Literature Review." Landscape and urban planning 81(3): 167178. Walker, R. M., et al. (2010). "Management Innovation and Organizational Performance: The Mediating Effect of Performance Management." Journal of Public Administration Research and Theory: muq043.
23
Wan, C. dan G. Q. Shen (2015). "Encouraging the Use of Urban Green Space: The Mediating Role of Attitude, Perceived Usefulness and Perceived Behavioural Control." Habitat International 50: 130-139. Wang, D., et al. (2015). "A Comparison of Perceived and Geographic Access to Predict Urban Park Use." Cities 42: 85-96. Wolf, K. L. (2008). Metro Nature: Its Functions, Benefits, and Values. Growing Greener Cities: Urban Sustainability in the Twenty-First Century: 294-315. Wu, J. (2008). Toward a Landscape Ecology of Cities: Beyond Buildings, Trees, and Urban Forests. Ecology, Planning, and Management of Urban Forests, Springer: 10-28. Wu, J. (2014). "Public Open-Space Conservation under a Budget Constraint." Journal of Public Economics 111: 96-101. Zhang, W., et al. (2015). "Factors Affecting the Use of Urban Green Spaces for Physical Activities: Views of Young Urban Residents in Beijing." Urban Forestry & Urban Greening 14(4): 851-857. Zhou, X. dan M. Parves Rana (2012). "Social Benefits of Urban Green Space: A Conceptual Framework of Valuation and Accessibility Measurements." Management of Environmental Quality: An International Journal 23(2): 173-189. Peraturan Perundang-undangan: Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 10 Tahun 2015 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Laporan Akhir Penyusunan Dokumen Peta Tutupan Vegetasi Dan Ruang Terbuka Hijau Publik Kota Surakarta. Pemerintah Kota Surakarta. Badan Lingkungan Hidup. Jl. Jenderal Sudirman No.2 Telpn (0271) 642020 Telex 625252 Fax. (0271) 646223 Surakarta