EVALUASI DAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DRAINASE DI KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT, BANDAR LAMPUNG. Limpat Ovi Haryoko Jurusan Teknik Lingkungan, FT, Universitas Malahayati Jalan Pramuka No. 27 Kemiling, Bandar Lampung e-mail :
[email protected] Abstract Flooding is a state of natural disaster phenomena which are related to the amount of damage in terms of life and material. In this study, rainfall plays an important role in the evaluation and planning of urban drainage. The data needed rainfall data, data on land use and topographic data. Rainfall data used is the maximum daily rainfall data pahoman station with other stations comparisons. Rainfall data were analyzed with Log Person III and Gumbel then tested with Chi Square for selecting statistical distributions received. Rainfall data is then applied to the hourly rainfall intensity mononobe method. The intensity of rain is useful to calculate the peak discharge by rational methods. Based on data, flood from several channels at Tanjung Karang Pusat as Kartini road, Teuku Umar road, Imam Bonjol road, Cut Nyak Dien road and Tulang Bawang road. The evaluation was done by analysis of the discharge of each drainage channel across the Tanjung Karang Pusat. After an evaluation there are several drainage channels need to redesign like Kartini channel and Teuku Umar channel, and some drainage channels need to be normalized as Cut Nyak Dien channel, Imam Bonjol channel and Tulang Bawang channel. Keywords: Rainfall, Rational Method, Flood, Evaluation, Planning.
1. Pendahuluan Air adalah suatu zat yang mempunyai rumus kimia H2O terdapat di atas, ataupun di bawah permukaan tanah termasuk air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut. Air merupakan salah satu kebutuhan vital bagi kelangsungan hidup manusia, hewan maupun tumbuhan yang ada di atas permukaan bumi ini. Oleh karena itu, segala sesuatu yang berhubungan dengan air tidak dapat diabaikan tetapi harus ada pengelolaan. Air yang tidak dikelola akan menimbulkan permasalahan pada manusia dan lingkungan.
Air hujan dapat menimbulkan permasalahan tersendiri bagi lingkungan. Dalam kondisi normal air hujan sebagian besar masuk ke dalam tanah, sebagian lainnya dialirkan, dan sebagian lainnya menguap. Permasalahan muncul ketika air tersebut tidak masuk ke dalam tanah (infiltrasi), tidak dialirkan dan mengakibatkan timbulnya genangan atau dalam kapasitas besarnya biasa di sebut banjir. Permasalahan lain juga muncul dari air buangan rumah tangga. Wilayah perkotaan yang padat tidak bisa mengolah air buangan secara individu, sehingga air buangan akan dialirkan pada sistem drainase perkotaan. Air buangan yang tercampur dengan air hujan idealnya harus masuk ke sistem IPAL terpadu sebelum dibuang ke badan air penerima. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui kondisi sistem drainase eksisting dan mengevaluasi kondisi sistem drainase eksisting pada daerah berpotensi banjir serta merencanakan pengembangan sistem drainase yang memenuhi kriteria standar sistem drainase sehingga dapat mengatasi permasalahan banjir.
2. Metode Penelitian Pengumpulan Data Pengumpulan data-data yang mendukung dalam penelitian yaitu peninjauan langsung ke lapangan dengan tujuan mengetahui kondisi terkini dari daerah penelitian serta pengumpulan data primer maupun data sekunder. Evaluasi Kondisi Sistem Drainase Eksisting Evaluasi dilakukan pada daerah penelitian dengan maksud mengetahui kondisi sistem drainase eksisting dan mengevaluasi sistem drainase mana yang memenuhi kriteria desain standar atau tidak memenuhi kriteria desain standar.
Apabila kondisi sistem drainase eksisting tidak memenuhi kriteria desain standar maka perlu rencana pengembangan sistem drainase sehingga dapat mengatasi banjir. Rencana Pengembangan Sistem Drainase Perencanaan sistem drainase suatu daerah, terlebih dahulu harus ditentukan dasar-dasar atau kriteria-kriteria perencanaan. Hal ini berguna sebagai bahan pemikiran bagi penetapan alternatif saluran dan perencanaan drainase modern. Dasar-dasar perencanaan yang diterapkan merupakan rumus-rumus dan ketentuan-ketentuan
yang umunya
dipakai
dalam
merencanakan
sistem
penyaluran air hujan. Pemakaian rumus-rumus serta ketentuan-ketentuan tersebut disesuaikan dengan kondisi lokal, berupa kondisi topografi, geologi, klimatologi, dan tata guna lahan. Dengan mempertibangkan faktor-faktor pembatas di atas, dikembangkan beberapa alternatif sistem yang meliputi segi teknis dan ekonomis. Alternatif terpilih merupakan hasil paling optimum dari berbagai kriteria yang di tetapkan, dengan sedikit mungkin menghindari akibat sosial yang timbul.
3. Pembahasan Analisis Curah Hujan Analisis curah hujan memerlukan data curah hujan dalam kurun waktu tertentu. Dalam analisis semakin banyak seri data yang digunakan maka semakin kecil kesalahan dalam analisis. Analisis curah hujan juga membutuhkan stasiun pembanding yang berguna dalam uji konsistensi. Data yang digunakan harus bisa mengambarkan pola/trend hujan daerah penelitian.
Uji Konsistensi Data curah hujan akan memiliki kecenderungan untuk menuju suatu titik tertentu yang biasa disebut dengan pola atau trend. Data yang menunjukan adanya perubahan pola atau trend tidak disarankan untuk digunakan. Analisa hidrologi harus mengikuti trend, dan jika terdapat perubahan harus dilakukan koreksi. Untuk melakukan pengecekan pola atau trend tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik kurva massa ganda. Data stasiun penangkar hujan yang digunakan yaitu (1) stasiun Pahoman, (2) stasiun Sukamaju, (3) stasiun Sukarame, (4) stasiun Sumur Putri, (5) stasiun Kemiling. Perhitungan Tes Kosistensi Stasiun Pahoman Curah Hujan Harian Maksimum (mm/hari) No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Tahun
1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Jumlah
1 Stasiun Utama 90 119 146 119 83 103 130 129 67 69 72 95 75 95 67 72 97 78 71 91 1868
2
3
4
5
Rerata (mm/hari) Stasiun Dasar
Stasiun Dasar 86 77 55 58 110 185 50 85 75 108 97 130 88 137 96 73 105 133 130 133
9 93 64 60 41 25 49 100 67 18 21 55 80 61 35 50 27 30 28 36
120 89 126 95 82 62 31 100 50 60 81 108 173 114 80 61 87 83 108 111
100 152 65 95 95 50 83 93 168 148 119 105 70 87 91 148 75 105 95 166
78,5 102.8 77.5 77 82 80.5 53.3 94.5 90 83.5 79.5 99.5 102.8 99.8 75.5 83 73.5 87.8 90.3 111.5 1722.8
2000 1800 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998
Kumulatif Rerata Stasiun Dasar
1600 1400 1200 1000 800 600 400 200
1992 1991
0 -200
0
1996 1995 1994 1993
500
1997
1000
1500
2000
Kumulatif Stasiun Utama
Lengkung Massa Ganda Stasiun Pahoman Agar data hujan tersebut konsisten, maka harus dikalikan dengan faktor koreksi. Rumus yang dipakai adalah :
fkx =
tan β0 tan βx
(Jarometer Nemec, 1973 dalam Perencanaan Bedung Tetap Leuwikadu, hal III-5)
Analisis Frekuensi Log Person III Tiga parameter penting dalam Log Person Tipe III, yaitu : 1
harga rata-rata
R = π (βπππ ππ )
simpangan baku
S=
koefisien kemiringan
Cs =
1 πβ1
β πΏππππ β πππππ
πβ(log π π β ππππ π )3 πβ1 (πβ2)π 3
2 0,5
Berikut ini langkah-langkah pengunaan distribusi Log Person Tipe III - Ubah data kedalam bentuk logaritmis - Hitung harga rata-rata - Hitung simpangan baku - Hitung Koefisien kemiringan (skewness) - Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang tertentu. Analisis Frekuensi Gumbel Tiga parameter penting dalam Gumbel, yaitu : 1
harga rata-rata
R = π (β ππ )
simpangan baku
S = πβ1 β ππ β ππ
koefisien kemiringan
Cs =
1
2 0,5
πβ(π π β ππ )3 π β1 (πβ2)π 3
Berikut ini langkah-langkah pengunaan distribusi Gumbel - Urutkan data pengamatan dari besar ke kecil atau sebaliknya - Hitung harga rata-rata - Hitung simpangan baku - Hitung Koefisien kemiringan (skewness) - Hitung hujan atau banjir dengan periode ulang tertentu. Uji Kecocokan Chi-kuadrat Uji chi-kuadrat dimaksudkan untuk menetukan apakah persamaan distribusi yang telah dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis. Berikut ini prosedur uji chi-kuadrat. - Urutkan data pengamatan dari besar ke kecil atau sebaliknya. - Kelompokan data menjadi sub-grup.
- Jumlahkan data pengamatan sebesar Oi tiap-tiap sub grup - Jumlahkan data teoritis persamaan distribusi yang digunakan sebesar Ei. - Pada tiap-tiap sub grup hitung nilai (Oi - Ei)2 dan (Oi - Ei)2/Ei - Jumlahkan seluruh sub grup nilai (Oi - Ei)2/Ei untuk menetukan nilai chikuadrat hitung. - Tentukan derajad kebebasan dk = G-R-1 (nilai R = 2 untuk distribusi normal dan binominal). Analisis Itensitas Curah Hujan Intensitas curah hujan adalah curah hujan per satuan waktu. Metode yang dipakai untuk mendapatkan data dalam 1-2 jam dapat menggunakan metode Mononobe dengan rumus : I=
π
24 24
24 2 3 π‘
Dimana : R = curah hujan rancangan setempat (mm) t = lamanya curah hujan (jam) I = intensitas curah hujan (mm/jam) Debit Banjir Rancangan Besarnya debit banjir rencana air hujan diatas permukaan tanah (limpasan hujan) ke saluran air hujan air hujan yang ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Luas permukaan daerah aliran. 2. Jenis permukaan tanah. 3. Intensitas hujan yang terjadi. 4. Nilai koefisien kekasaran pengaliran
debit banjir puncak dengan periode ulang tertentu mengunakan rumus berikut. Q = 0,002778 C.I.A Dimana : Q = debit banjir puncak (m3/detik) C = koefisien aliran I = intensitas hujan (mm/hari) A = luas wilayah aliran (Ha) Masalah Banjir Masalah banjir atau genangan yang terjadi di Kecamatan Tanjung karang Pusat berada pada lokasi berikut. 1. Jalan Cut Nyak Dien : luas genangan 0,2 ha, tinggi genangan 0,5 meter dan lama genangan 1 jam. 2. Jalan Kartini (depan Hypermart) : luas genangan 0,31 ha, tinggi genangan 0,4 meter dan lama genangan 2 jam. 3. Jalan Kartini (depan Panin Bank) : luas genangan 0,28 ha, tinggi genangan 0,5 meter dan lama genangan 2 jam. 4. Jalan Tulang Bawang : luas genangan 1,1 ha, tinggi genangan 0,6 meter dan lama genangan 5 jam. 5. Jalan Imam Bonjol (Pasar Semep) : luas genangan 0,24 ha, tinggi genangan 0,3 meter dan lama genangan 1,5 jam. 6. Jalan Teuku Umar : luas genangan 1 ha, tinggi genangan 1 meter dan lama genangan 3 jam.
Evaluasi Kondisi Drainase Saluran drainase di kecamatan Tanjung Karang Pusat umumnya berupa saluran terbuka dikarenakan mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaan. Namun pada saluran tertentu menjadi saluran tertutup dikarenakan alasan komersil, keindahan dan pelebaran jalan. Saluran primer di Kecamatan Tanjung Karang Pusat di sepanjang jalan arteri dan sungai. Saluran sekunder di sepanjang jalan kolektor dan saluran tersier selain jalan arteri dan kolektor (Pasal 36 dalam Perda No. 10 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Bandar Lampung). Pengaliran pada saluran drainase pada dasarnya secara alamiah mengikuti kondisi topografi yang ada, yaitu mengikuti kontur alami dari tanah. Pengaliran secara gravitasi tersebut dinilai sangat menguntungkan karena tidak adanya upaya penambahan lahan urugan atau pemotongan pada jalur tanah (cut and fill). Pengembangan Drainase 1. Penampang saluran eksiting Jalan Cut Nyak Dien 0,20 m2 sesuai dengan penampang rencana. Genangan yang terjadi dikarenakan saluran mengalami
pendangkalan
akibat
sedimen.
Normalisasi
saluran
diperlukan untuk saluran ini. 2. Penampang saluran eksiting Jalan Kartini (depan Hypermart) 0,20 m2 tidak sesuai dengan penampang rencana. Kapasitas saluran lebih besar dari debit banjir. Genangan yang terjadi dikarenakan Kurangnya drain inlet untuk masuknya air limpasan. Perencanaan ulang saluran diperlukan untuk mengatasi debit yang terjadi. 3. Penampang saluran eksiting Jalan Kartini (depan Panin Bank) 0,70 m2 tidak sesuai dengan penampang rencana. Kapasitas saluran lebih besar
dari debit banjir. Genangan yang terjadi dikarenakan Kurangnya drain inlet untuk masuknya air limpasan. Perencanaan ulang saluran diperlukan untuk mengatasi debit yang terjadi. 4. Penampang saluran eksiting Jalan Tulangbawang 1,32 m2 sesuai dengan penampang rencana. Genangan yang terjadi dikarenakan saluran mengalami
pendangkalan
akibat
sedimen.
Normalisasi
saluran
diperlukan untuk saluran ini. 5. Penampang saluran eksiting Jalan Imam Bonjol (depan Pasar Smep) 0,20 m2 sesuai dengan penampang rencana. Genangan yang terjadi dikarenakan saluran mengalami pendangkalan akibat sampah pasar dan sedimen. Normalisasi saluran dan sosialisasi untuk tidak membuang sampah di saluran drainsae. 6. Penampang saluran eksiting Jalan Teuku Umar 0,20 m2 tidak sesuai dengan penampang rencana. Kapasitas saluran lebih kecil dari debit banjir. Genangan yang terjadi dikarenakan saluran mengalami pendangkalan dan penyempitan saluran serta air limpasan dari Way Awi. Perencanaan ulang saluran diperlukan untuk mengatasi debit banjir yang terjadi.
4. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan observasi yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. - Genangan yang terjadi di Kecamatan Tanjung Karang Pusat dikarenakan saluran drainase mengalami pendangkalan sebab banyaknya sedimen di saluran
berikut ini : saluran Tulang Bawang, dan saluran Cut Nyak Dien. Genangan yang terjadi di Kecamatan Tanjung Karang Pusat dikarenakan saluran drainase mengalami pendangkalan sebab banyaknya sampah di saluran berikut ini : saluran Imam Bonjol (Pasar Smep). Genangan yang terjadi di Kecamatan Tanjung Karang Pusat dikarenakan kapasitas saluran drainase terlalu kecil di saluran berikut ini : saluran Kartini dan Teuku Umar. - Normalisasi saluran drainase dilakukan pada pada jalan Cut Nyak Dien, jalan Imam Bonjol (Pasar Smep) dan jalan Tulang Bawang. Rencana pengembangan saluran drainase hanya dilakukan pada kapasitas saluran drainase terlalu kecil. Jalan Kartini depan Hypermart dengan Luas penampang rencana 0,4 m2. Jalan Kartini depan Panin Bank dengan Luas Penampang rencana 0,96 m2. Jalan Teuku Umar dengan Luas Penampang 0,4 m2.
Daftar Pustaka Anonim. 1990. Petunjuk Desain Drainase Permukaan 008/T/BNKT/1990. Direktorat Jendral Bina Marga, Jakarta. Anonim. 1997. Drainase Perkotaan. Penerbit Gunadarma, Jakarta.
Jalan
No.
Defence, Sea Consultants. 2009. Peningkatan Sistem Drainase Perkotaan. BRR dan Royal Netherlands Emmbasy. Aceh. Kusnadi, Kaslim D. Indra, Setiawan B. Sapei, Asep. Pratowo. Erizal. 2006. Perancangan Irigasi dan Drainase Interaktif Berbasis Teknologi Informasi. Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor. Machairiyah. 2007. Analisis Curah Hujan untuk Pendugaan Debit Puncak dengan Metode Rasional pada Das Percut Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara (USU). Medan. Marsyad, Hardoyo. 2009. Mekanika Fluida Dasar. Fakultas Teknik Universitas malahayati. Bandar lampung. Marsyad, Hardoyo. 2010. Mekanika Fluida Lanjut. Fakultas Teknik Universitas malahayati. Bandar lampung.
Peraturan daerah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2011 β 2030. SNI 03.2406.1991 Tentang Tata Cara Perencanaan Drainase. Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Penerbit Andi, Semarang. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. Yusuf, Adi M. 2006. Kinerja Sistem Drainase Yang Berkelanjutan Berbasis Partisipasi Masyarakat. Universitas Diponegoro, Semarang. Zaky, Akhmad A. dan Nirmala, Ina. 2008. Identifikasi Fenomena Banjir Tahunan menggunakan SIG dan Perencanaan Drainase, Universitas Islam Indonesia (UII), Yogjakarta.