PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINI HIDRO (PLTM) (P LTM) DALAM PENGELOLAAN ENERGI HIJAU Oleh : Ir. Janter Napitupulu, MT Dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Darma Agung Medan ABSTRACT Generally, nature resources has energy that that can be change to the other energy. Energy conversion can be done from chemical energy – mechanical energy – Electrical energy. Green energy management must be based on the carrying capacity of nature for developing the human life. Water is one of energy resources to move turbin for alternating electrical. When water is stored at a suitable place, it possesses potelsial energy because of head created. This water energy can be converted in to mechanical energy with the help of water turbin. Hydro-electric power station are becoming very popular because the reserves of fuels are depleting day by day. In a hydro-electric power station, water head is created created by constructing constructing a dam across across a river. river.
So, The building building of power power plant or
generating station cause the environment degradation of nature. management management of environment, environment, goverment goverment apply UU UU no. 32/2009,
For protecting and cost of degradation degradation of
nature must be created for reserve the environment.
Key word : Electrical Energy, Energy, The law of of Environtment
I.
LATAR BELAKANG
Sumber Daya Alam (SDA) adalah kekayaan alam yang terdapat pada suatu daerah atau wilayah yang dapat memberikan kesejahteraan bagi rakyat. Pengelolaan SDA menjadi hal penting karena menyangkut kepentingan hidup manusia. Semakin meningkatnya kontrol manusia terhadap lingkungan hidupnya sering sekali menciptakan konflik-konflik antara sasaran kemanusiaan dan prosesproses alamiah. Manusia berupaya menyimpangkan aliran energi alamiah,
menyederhanakan ekosistem untuk mendapatkan kenyamanan hidup yang lebih baik. Konversi energi dapat dilakukan dari Energi Kimia, air, panas menjadi Energi Mekanik - Energi Listrik, yang yang berasal dari sumber energi energi terbarukan dan sumber energi tak terbarukan. Pengelolaan Pe ngelolaan Daya alam haruslah didasarkan pada daya dukung alam yang merupakan kemampuan alam untuk mendukung kelangsungan hidup manusia. Sumber energi terbarukan berasal dari Pembangkit Listrik Energi dari angin, surya, air, gelombang laut, panas
J-DA | 21
laut, pasang surut, panas bumi, energi nuklir, dll. Sedangkan sumber energi tidak terbarukan berasal dari Pembangkit Listrik yang menggunakan Bahan Bakar Fosil. Kedua sumber energi ini dapat mempengaruhi kondisi alam dan lingkungan, tetapi sumber energi yang paling besar pengaruhnya penyebab kerusakan alam dan lingkungan adalah sumber energi energi yang menggunakan bahan bakar fosil. Energi air adalah termasuk dalam kategori SDA yang dapat diperbaharui (renewable). Dalam kondisi tidak ada manusia sekalipun, lingkungan dan alam pasti mengalami perubahan secara kontinyu. Degradasi lingkungan akan terjadi baik disebabkan oleh alam itu sendiri maupun oleh kelalaian manusia. Pembangunan Pembangkit Energi Listrik yang dapat diperbaharui mendapat prioritas disebabkan SDA yang dapat diperbaharui dapat tersedia sepanjang zaman. Sistem Tenaga Listrik terdiri dari banyak Pembangkit Tenaga Listrik.yang terhubung secara interkoneksi melalui Jaringan Transmisi atau Jaringan Distribusi. Umumnya, Pembangkitan Listrik oleh Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) di interkoneksi dengan Sistem Tenaga Listrik melalui Jaringan Distribusi, dimana daya listrik merupakan output(keluaran) dari Pembangkitan Listrik ini yang kinerja Sisten Tenaga Listrik secara menyeluruh akan saling berpengaruh terhadap Pembangkitan Listrik dan Model Lingkungan Pengelolaannya. Degradasi Lingkungan akibat hadirnya Small Hydro Power Plant (Pembangkit Listrik Tenaga Mini HidroPLTM) di suatu kawasan dapat diketahui dengan suatu tolok ukur indeks mutu lingkungan. Sesuai dengan UU no tentang perlindungan dan 32/2009 Pengelolaan lingkungan hidup; Anggaran
berbasis lingkungan; serta butir j dari Azas PPLH yaitu setiap penanggung jawab yang usaha / kegiatannya menimbulkan pencemaran / kerusakan Lingkungan Hidup wajib menanggung biaya pemulihan Lingkungan Hidup. II.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini merupakan bahan dan dasar pertimbangan da;lam pemodelan Pengelolaan Pembangkitan Listrik oleh Pembangkit Tenaga Listrik Mini Hidro (PLTM) berbasis nilai tipikal $ per kW terpasang Daya Listrik berwawasan Lingkungan hidup dalam menentukan menentukan formula untuk menganalisis model Tariff Dasar Listrik (TDL) yang akan ditetapkan sebagai harga jual- beli antara pihak pengembang dan Perusahaan Listrik Negara(PLN) sebagai dukungan Pemerintah Daerah yang berpihak pada kelestarian Lingkungan hidup. Didalam mengembangkan energi secara ekologi ekologi dalam dalam kerangka kerangka hubungan timbal balik yang aman bagi lingkungan antara makhluk hidup dan lingkungan, beberapa beber apa hal ini yang harus dilakukan yaitu : 1. Transformasi Sumber Energi Ramah Alam dan Lingkungan 2. Konservasi Energi 3. Dukungan Peraturan Daerah (Perda) yang berpihak pada kelestarian Alam dan Lingkungan hidup. Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) saat ini paling popular, disebabkan energi listrik yang dihasilkannya relatif besar, tidak menimbulkan polusi, kualitas air relatif tidak menurun. Walaupun demikian, bukan berarti tidak ada kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya. Pada saat pembuatan bendungan dan Jaringan Distribusi Sistem Tenaga Listrik , akan terjadi perubahan kondisi lingkungan yang dapat mengganggu kelestarian tumbuhan dan hewan yang ada. J-DA | 22
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Umumnya, lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) terletak diatas sungai yang membelah kawasan hutan. Dalam pembangunannya, sedikit banyaknya akan mengubah suasana kelestarian hutan dan mengganggu ekosistem. Dalam hal ini, sering terjadi ketidaksesuaian antara ahli ekonomi dan ahli ekologi terutama terletak pada perbedaan perspektif waktu yang digunakannya; pada umumnya 5-10 tahun dianggap merupakan periode/jangka panjang oleh para ahli ekonomi, tetapi dianggap jangka pendek oleh para ahli ekologi. Secara ekonomi, harga listrik dalam satuan Rp/kWh dipengaruhi oleh berbagai komponen termasuk pajak penggunaan air yang dibayarkan kepada daerah yang memiliki kawasan Pembangkit Energi Listrik tersebut dan seharusnya juga komponen biaya untuk merestorasi kerusakan lingkungan termasuk biaya detoksifikasi dan rehabilitasi. Secara umum, Konsumsi listrik per bulan bulan (kWh/Bulan) (kWh/Bulan) adalah daya (KW) x Waktu Pemakaian (Jam) x 30 hari ; Serta Intensitas konsumsi Energi (kWh/m²/Bulan) adalah total komsumsi listrik/ luas area. A.
Kebijakan Konservasi Energi
Didalam Kebijakan Energi Nasional Perpres No. 5 Tahun 2006 dengan tujuan untuk Mengarahkan upaya-upaya dalam mewujudkan keamanan pasokan energi (security of supply) untuk mendukung pembangunan berkelanjutan , yang diharapkan pada tahun 2025 akan dicapai sasaran elastisitas energi < 1. Elastisitas energi adalah perbandingan antara tingkat pertumbuhan konsumsi energi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi.
Oleh karena itu dilakukan program konservasi energi untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan, keberlanjutan lingkungan hidup, keamanan pasokan energi dengan pola dasar efisiensi energy yang didukung oleh Peraturan di bidang konservasi energy. B.
Pemanfaatan Sumber Daya Alam Dalam Pembangunan PLTMH
Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro bekerja dengan cara mengubah energy kinetik air ketika mengalir turun untuk memutar turbin yang di kopel dengan Generator sebagai Pembangkit Listrik. Agar diperoleh ketinggian air yang cukup pada jarak aliran yang pendek, dibuatlah Bendungan. Air diarahkan ke pipa pesat pesat yang mengarah ke turbin untuk memutar turbin, memutar generator listrik, hingga timbullah listrik. Beberapa aspek penting pada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM) yang berhubungan dengan Sumber Daya Air adalah : 1. Iklim dan Curah Hujan 2. Daerah Aliran Sungai 3. Evapontranspirasi 4. Debit air yang tersedia; debit tersedia, debit andalan, debit banjir. 5. Durasi Aliran sungai Aspek tersebut diatas akan mempengaruhi transformasi energi air menjadi energi listrik yang di hasilkan oleh Pembangkit Energi Listrik Tenaga Air berdasarkan data debit perencanaan dan tinggi efektif bendung adalah sbb : P= t . g . g . Qd . He Dimana : P = Daya (kW) Tu rbine (Hidraulic Eff) t = Effisiensi Turbine g = Effisiensi Generator (Electrical Eff) Qd = Debit perencanaan (M 3 /det). He =Tinggi efektif (m) g = Grafitasi = 9,81 m²/det
J-DA | 23
Eff overall ( all ) = Hidraulic Eff ( t ) x Electrical Eff(g ) ≈ 0.72 Firm Capacity(P) = t . g . g . Qd . He = all . g. Qd . He 7 x Qd . He ≈ C.
Formula Transaksi
Energi Listrik yang dibangkitkan akan dijual oleh pengembang kepada PT. PLN(Persero) dengan Formula pembayaran sbb : 1. Transaksi berlaku sejak Commercial Operating Date. Transaksi didasarkan pada keluaran Tenaga Listrik netto pada titik transaksi yang diterima oleh Pihak PT.PLN(Persero). PT.PLN(P ersero). 2. Formula Transaksi JP = JE x Ht .............. ....... ....... ( Rupiah ) Keterangan : JP = Jumlah Pembayaran pada Periode Penagihan, dalam satuan Rupiah JE = Jumlah keluaran Tenaga Listrik netto pada Titik Transaksi yang diterima oleh Pihak Pertama pada periode penagihan, penagihan, dalam satuan kWh Ht = Harga Tenaga Listrik Mandatorium, dalam satuan Rp/kWh yaitu tarif rata-rata ( Levelized Levelized Tariff ) sebesar Rp. 656 x 1.2 = Rp. 787,2 /KWh (berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No. 31 Tahun 2009 Pasal 1 dan 2)
Degradasi Lingkungan akibat hadirnya Pembangkit Energi Listrik Tenaga Air di suatu kawasan dapat diketahui dengan suatu tolok ukur indeks mutu lingkungan sehingga Rp/kWh harga jual-beli antara pengembang dengan PLN maupun PLN dengan konsumen yang ditetapkan oleh Perusahaan Listrik Negara seharusnya memiliki model : 1. Tarif energi listrik dengan memperhitungkan biaya yang termasuk
dalam proses produksi, konsumsi barang dan jasa, konsumsi masa depan, termasuk biaya untuk merestorasi kerusakan lingkungan. lingkungan. 2. Prinsip konservasi yang mengarah kepada pemeliharaan sumberdaya alam yang telah mencapai tingkatan tertentu guna memperbaharui dan menghindari terjadinya penelantaran sumber daya alam. 3. Prinsip Perlindungan yang meliputi pencegahan aktifitas berbahaya dan melakukan tindakan tegas guna tidak terjadinya pencemaran dan atau perusakan lingkungan. Prinsip ini mensyaratkan perlunya perencanaan ekologis dan manajemen yang lebih luas termasuk dibuatnya peraturan pelaksana, prosedur dan kelembagaan. kelembagaan. 4. Dalam Pengelolaan Proyek, Proyek Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air harus dianggap sebagai komponen dalam ekosistem. D.
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan beberapa hal dalam pengelolaan energi hijau yaitu : 1. Pemodelan biaya restorasi kerusakan lingkungan untuk membangkitkan daya listrik 1 kW. 2. Penentukan indeks mutu lingkungan dalam pembangunan Pembangkit Listrik khususnya Pembangkit Listrik Energi Air. 3. Otimalisasi Pembangkitan Energi Listrik melalui pengelolaan pengelolaan air. 4. Model aliran daya listrik pasca interkoneksi PLTM dengan Sistem Tenaga Listrik. 5. Model Tarif Listrik dengan memperhitungkan biaya pemulihan lingkungan hidup sesuai dengan UU no. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dengan tolok ukur indeks mutu lingkungan.
J-DA | 24
6. Nilai tipikal $ per kW Daya Listrik Pembangkitan berwawasan Lingkungan Hidup. 7. Efisiensi pemanfaatan Energi Listrik berkaitan dengan Perubahan Iklim. DAFTAR PUSTAKA
Mehta VK, Mehta Rohit, Objective Electrical Technology, S.Chand &Company LTD, 2002. Montarcih Lily, Dr, Ir, MSc, Sutopo Widandi, Dr, Ir, M.Eng, Manajemen Sumber daya Air. PUIL 2000, Peraturan Umum Instalasi Listrik tahun 2000. Peraturan Menteri ESDM No. 31 Tahun 2009 Pasal 1 dan 2 tentang harga tenaga listrik mandatorium. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010 UU no. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
J-DA | 25
J-DA | 21