RESUME KULIAH TAMU MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN (MG163D)
DISUSUN OLEH: MIKHA ELISA
(232015055)
FEBRI MASAK
(232015274)
THERESIA G. AGATHA (232015279) GRACE BATARA
(232015321)
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA 2017
Narasumber 1 : Suhono
JEGG BOY Jegg boy merupakan salah satu usaha serupa ojek online yang beroperasi di Salatiga. Ide usaha ini berawal dari seringnya Pak Sahono, pemilik Jegg boy, melihat status temantemannya di facebook yang mengeluh kelaparan di malam hari, saat sedang hujan, memerlukan seseorang yang memerlukan layanan yang dapat mengantar makanan. Sahono menilai bahwa orang-orang semakin malas. Dari sinilah ia melihat ada peluang untuk menjalankan sebuah bisnis. Jegg boy launching pada tanggal 17 Agustus 2016 dengan semangat kemerdekaan. Namun Jegg boy belum melakukan order perdana pada tanggal tersebut. Jegg boy baru mendapat order perdana pada tanggal 21 Agustus 2016. Dari usaha ini, Sahono berharap Jegg boy dapat memberikan yang terbaik untuk Salatiga. Pada awal Agustus, Jegg boy hanya memiliki 4 kurir karena Sahono berpikir Salatiga hanya terdiri dari 4 kecamatan sehingga dengan bantuan 4 kurir saja sudah cukup. Seiring berjalannya waktu, saat ini Jegg boy telah memiliki 48 kurir dan sekitar 50% adalah mahasiswa UKSW. Awalnya Sahono berniat memberi nama Jegg food untuk melayani pesan antar makanan saja. Namun situs jejaring sosial, facebook , menolak nama tersebut dan akhirnya diganti menjadi Jegg boy. Seiring berjalannya waktu Jegg boy tidak hanya melayani pesan antar makanan namun juga jasa antar barang, antar dokumen, antar jemput orang, antar laundry, ke bengkel, cuci motor, dan lain-lain. Bahkan Jegg boy pernah mendapat order untuk menemani pelanggan pergi ke resepsi pernikahan. Tak hanya itu Jegg boy juga pernah mendapat order untuk membeli underwear . Mereka berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhan pelanggannya. Apabila pelanggan seorang wanita dan mau mengorder hal -hal yang berkaitan dengan wanita, pelanggan tidak usah risau dan rishi karena ini bisa ditangani oleh Jegg girl dimana yang akan melayani pelanggan yaitu kurir wanita. Awal berdirinya Jegg Boy belum mempunyai kantor tetap mereka biasanya berkumpul atau nongkrong beberapa orang di Intipoint atau Indomaret sambil menunggu orderan. Tetapi untuk saat ini Jegg Boy sudah memiliki kantor tetap.
Meskipun sudah sekitar 11 bulan Jegg boy beroperasi di Salatiga, mereka menilai bahwa hanya sekitar 20% persen masyarakat Salatiga yang mengetahui dan menggunakan layanan Jegg boy. Jegg boy sendiri sudah melakukan promosi melalui media sosial seperti instagram, facebook, bahkan saat ini memperluas media promosinya menggunakan web bahkan menggunakan aplikasi yang dapat diunduh di playstore. Dari pihak Jegg boy sendiri dalam membuat aplikasi yang menunjang usaha mereka, mereka menghindari tampilan yang berlebihan/alay di media sosial. Meskipun begitu transaksi yang mereka lakukan sampai saat ini masih menggunakan layanan 1 nomor center yang dapat diakses melalui whatsapp, sms, atau telepon. Hal ini dilakukan karena pada saat Jegg boy launching menggunakan aplikasi LINE, masyarakat Salatiga belum terbiasa dengan aplikasi tersebut. Ada kelemahan dan kelebihan dari metode transaksi konvensional tersebut. Dimana kelemahannya adalah ketika orderan masuk sangat banyak maka feedback dari Jegg boy akan sangat lambat dibandingkan dengan menggunakan aplikasi. Namun kelebihannya antara kurir dan pelanggan memiliki komunikasi dua arah yang jelas sehingga order da ri pelanggan sesuai dengan yang diharapkan. Tidak pernah terbesit dalam benak Sahono bahwa akan ada GO-JEK yang merambah di Salatiga, mengingat kota Salatiga termasuk kota yang kecil dan rata-rata masyarakatnya memiliki kendaraan pribadi. Dengan adanya GO-JEK di Salatiga, Jegg boy tidak merasa tersaingi. Justru mereka mendapat jumlah order yang lebih banyak dari yang sebelumnya karena masyarakat mengira bahwa GO-JEK itu adalah Jegg boy. Hal ini terkait dengan prinsip Jegg boy dimana mereka lebih memfokuskan pada keunggulan pribadi bukan pada keunggulan competitor. Dalam jasa antar yang dilakukan Jegg Boy yang menjadi kendala biasanya pada alamat tujuan yang diberikan pelanggan. Dari pihak Jegg boy sendiri apabila ada orderan berupa makanan yang setelah dicari alamatnya tidak diketemukan maka pihak Jegg boy akan memposting orderan tersebut di media sosial yang dari pihak Jegg boy mengatakan bahwa akan ada saja yang akan mengorder pesanan yang tidak sampai di tujuan tersebut dan pihak Jegg boy akan segera mengantar ke alamat yang memesan. Pihak Jegg boy dalam merekrut personil baru mereka melaksanakannya secara ketat dan tidak asal-asalan. Ada prosedur yang akan calon personil baru jalani. Ada skema pengrekrutan yang digunakan oleh pihak Jegg boy dalam mengrekrut personil baru yaitu dengan skema 6, 7, 8 yang berarti personil baru tersebut harus melakukan 6 jam kerja aktif, 7
kali transaksi dan Rp 80.000/hari. Dalam merekrut personil baru pihak Jegg boy memberi batasan maksimal usia yaitu 35 tahun. Dalam menjalankan pelayanannya kurir Jegg boy diharuskan menggunakan sepatu bukan sandal, menggunkan jaket khusus Jegg boy, mereka juga dituntut untuk selalu wangi. Dalam Jegg boy sendiri ada pembagian jam kerja yaitu sistem full time dan part time. Dari sharing pengalaman bisnis Jegg boy ini Pak Suhono mengatakan bahwa bekerja tidak harus yang umum ada pelajaran yang dapat diambil untuk mencari peluang usaha di sekitar kita terutama di era media sosial. Bagaimana kita menemukan peluang bisnis dan bagaimana kita mejalankan proses bisnis tersebut melalui media sosial. “Dan inilah perjalanan kami bahwa memulai usaha itu sangat tidak mudah, butuh kerja keras dan kesabaran ekstra” – Pak Suhono
Narasumber II : Herman Yulianto, SE
ALEXA BRIDAL PHOTOGRAPHY Alexa Bridal & Photography adalah perusahaan yang inovatif yang bergerak dibidang industri fotografi pernikahan. Sebelum Alexa Bridal & Photography ini ada, awalnya berasal dari pengalaman Pak Herman dan istrinya hingga ide Alexa Bridal & Photography didirikan oleh Pak Herman bersama tim profesional dengan latar belakang jurnalisme foto, e-commerce dan pemasaran.
Awalnya Bapak Herman saat masih kecil diberi pesan dari ayahnya untuk tidak bekerja menjadi karyawan di perusahaan. Kemudian dari SMA ia sudah mulai belajar bagaimana memasarkan produk dan mencari suplier dengan harga yang murah. Saat kuliah juga Pak Herman juga mencoba terima ketikan tugas, menjual rokok, indomie karena melihat peluang pada kegiatan tersebut. Selain itu mencoba wirausaha dibidang peternakan babi. Intinya menurut Pak Herman peluang kewirausahaan tidak harus langsung hal besar tapi mulai dari hal-hal kecil dan tidak perlu khawatir dengan masalah modal jika memang niat untuk membangun sebuah usaha.
Berbagai usaha usaha dilakukan hingga multilever marketing dan juga jualan tanaman hias yang pernah tren pada tahun tersebut. Sedangkan Bu Nini bisa mendampingi suaminya dalam merintis usaha Alexa Bridal & Photography sampai sekarang yaitu karena kegemarannya dalam masak dan make up saat kuliah. Akhirnya tahun 2008 istri Pak Herman menerima job make up untuk pernikahan sepaket dengan fotografi video dan sebagain ya. Dari kejadian itulah perjalanan usaha dari Pak Herman dan Bu Nini dimulai. Singkat cerita karena Pak Herman yang sangat tidak tahu menahu teknis mengenai foto akhirnya mau tidak harus dipaksa menerima job tersebut karena istrinya (Bu Nini) telah menerima uang DP dari costumer . Dari pengalaman yang tidak diterduga itu dengan pujian yang juga tidak disangkasangka akan diterima Pak Hendra bahwa hasil dari fotografinya bagus dimata costumernya. Kemudian pemasarannya juga terjadi secara tidak disengaja atau istilah jawanya “getok tular” (dari mulut ke mulut) sampai akhirnya satu persatu job mendatangi Pak Herman dan hingga pada tahun ketiga berkat pengalaman tersebut mampu meningkat skillnya dalam bidang fotografi.
Dari pengalaman Pak Herman yang sempat ingin merambah menjadi Wedding organizer (WO) sekaligus foto membuatnya merasa tidak maksimal dalam melakukan kedua pekerjaan tersebut secara bersamaan. Akhirnya Pak Herman memilih fokus pada usaha foto dan videonya saja dan tidak melanjutkan lagi usaha di bidang WO, seperti kutipan Pak Herman, ”biarkan menjadi rejeki orang lain jangan semuanya dicampur adukkan”.
Tujuan utama dari Alexa didirikan adalah untuk memberikan kualitas fotografi pernikahan yang superior. Alexa percaya dengan sepenuh hati bahwa setiap pernikahan, dan setiap pasangan memiliki keunikan masing-masing. Kemudian melalui informasi dari salah satu fotografer luar biasa yang dihasilkan oleh Alexa dicocokkan dengan keinginan costumer . Selain itu, semua paket fotografi kami termasuk hak dari costumer, sehingga costumer bisa berbagi kenangan, atau membuat album sendiri. Dan karena kepercayaan yang dipegang teguh ini, para tim meluangkan waktu untuk klien agar di hari bahagia mereka dan Alexa dapat memberikan yang maksimal untuk menampilkan gaya unik yang mereka inginkan. Keahlian unik dari tim pendiri dan manajemen bawa Alexa ke dalam pasar persaingan yang memungkinkan Alexa Bridal Photography untuk menetapkan standar industri baru dan akhirnya mampu bersaing.
Alexa menawarkan layanan fotografi berkualitas tinggi di seluruh Jawa Tengah, khususnya Semarang. Menjadi salah satu perusahaan fotografi yang berkualitas tinggi untuk berbagai acara sosial seperti Prewed/Wedding Photography, Birthday Party/Sweet Seventeen Party, Exhibition / Journalism, Baby Photo Shot, Maternity Shot.
Alexa juga memiliki banyak kometitor yang dimana untuk mengoptimalkan persaingan agar tidak tetap eksis diindustri fotografi maka tim dari Alexa memanfaatkan prosesi wisuda dari UKSW untuk mendapat costumer. Dari hal tersebut tim dari Alexa membuat inovasi dari segi properti yang digunakan saat foto. Terbukti saat dilakukan launching, banyak peminat yang tertarik menggunakan jasa foto Alexa yang kemudian banyak kompetitor yang meniru inovasi yang dilakukan Alexa. Intinya inovasi menjadi penting dalam melawa n kompetitor kita dan membangun sebuah usaha yang membuatnya menjadi beda dan menarik.
“ semua skill itu bisa dipelajari, ga ada yang tidak bisa dipelajari ”_ H erman Yulianto