I nvento nventory ry Tur n Ove Over R ati ati o Inventory Turn Over Ratio (ITOR) merupakan alatukur yang digunakan untuk menilai pengendalian persediaan. ITOR dapat digunakan untuk menghitung keseluruhan persediaan farmasi, perdepartemen atau bahkan untuk setiap jenis barang. ITOR mengukur seberapa cepat pergerakan barang persediaan, yaitu seberapa cepat persediaan terjual dan pembelian dilakukan kembali. ITOR merupakan ratio dan dapat diukur dengan rumus sebgai berikut (Desselle & Zgarrick, 2009) :
= = ÷ .................................... (2.22)
ITOR
Cost of Goods Sold (COGS) dapat diartikan sebagai biaya dari produk yang dijual. Secara tidak langsung dpat diartikan sebagai persamaan berikut :
COGS
= ×ℎ ............................. ..................... (2.22)
Averagae inventory value adalah nilai parameter dari rata – rata rata persediaan obat yang tersedia digudang penyimpanan. Adapun perhitungan Averagae inventory value yakni sebagai berikut:
×ℎ = + 2
AIV
...................................... ........................................... ............................................ ...... (2.22) Semakin tinggi ITOR berarti semakin cepat barang dapat dijual dan semakin ceat pembelian dilakukan kembali untuk mengganti barang yang terjual. ITOR yang rendah (kurang dari 6) menandakan bahwa terlalu banyak modal yang dikeluarkan untuk menggunakan modal tersebut di bidang lain (Desselle & Zgarrick, 2009). Meningkatkan nilai ITOR mempunyai dua keuntungan yaitu : 1. Mengurangi modal yang digunakan untuk membeli obat dan menyimpannya di gudang persediaan. Sehingga modal tersebut dapat digunakan untuk melakukan investasi di bidang lain.
2. Meningkatkan pengembalian investasi di gudang penyimpanan bila suatu departermen farmasi mempunyai ITOR sebesar 10, artinya bagian farmasi tersebut dalam rata – rata satu tahun mampu menjual seluruh persediaan yang ada di gudang sebanyak 10 kali. Bagian farmasi rumah sakit sebaiknya berupaya untuk menjaga ITOR minimal 14. Seorang manajer farmasi harus berhati – hati dalam menginterprestasikan ITOR. ITOR yang terlalu tinggi dapat mengindikasikan bahwa stockout sering kali terjadi. Ebaiknya bila ITOR te rlalu rendah, kemungkinan besar terjadi penimbunan obat di gudng yng tid ak terjual atau tidak digunakan. Dengan kata lain uang yang dikeluarkan untuk membeli barang tersebut,tetapi tidak kembali akibattidak adanyan penjualan.
Analisa ABC
Pengendalian persediaan farmasi sangatlah penting dengan tujuan untuk enjamin tersedianya barang yang aan digunakan sewaktu – waktu. Pengendalian berkaitan denganproses penentuaan kuantitas pengendalian dalam unit. Terdapat beberapa metode yang berkaitan dengan hal ini, yakni sebagai berikut (Gaspersz, 2012) : 1. Perpetual Inventory System, merupakan sistem perhitungan persediaan terhadap setiap transaksi pada setiap waktu. Sistem ini membutuhkan biaya yang sangat besar, namun memberikan status informasi persediaan yang paling actual. Biasanya diterapkan dalam perusahaan - perusahaan manufaktur untuk bahan baku dan produk jadi. 2. Periodic Inventory System, merupakan sistem perhitungan persediaan pada periode waktu tertentu yang dapat berupa harian, mingguan atau bulanan, bergantung pada sifat barang itu. Sistem ini lebih efektif dalam hal biaya, tetapi tidak memberikan status informasi persediaan secara actual. 3. Visual Review System, adalah serupa dengan periodic review systems, yang tidak mencatat secara terus menerus untuk seti ap transaksi. Jenis pengendalian persediaan ini digunakan dalam organisasi dimana segala sesuatu memiliki tempat sendiri dan
selalu berada dalam tempatnya. Misalnya : Rumah Sakit, dimana alat – alat rumah sakit memiliki tempat penyimpanan dan selalu berada di tempatnya. 4. Four – Wall Inventory System, merupakan teknik manajemen persediaan dimana material yan datang sampai diproses menjadi produk jadi tidak pernah dimasukkan ke dalam area stok formal. Sistem ini mencatat penerimaan persediaan pada saat pertama kali tiba di pabrik atau gudan g, tetapi tidak dila kukan perhitungan. Teknik ini sering digunakan apabila material diterima, dikonversikan ke dalam deliverable form, dan dikirim dalam periode yang sangat singkat, sehingga tidk disimpn dalam rung penyimpanan. Persediaan farmasi di suatu rumah sakit mempunyai ratusan bahkan ribuan jenis barang. Hal ini men imbulkn kesulitan tertentu dalam melakukan pemeriksaan rutin, terlebih bila pemasok persediaan farmasi lebih dari satu. Metode analisis ABC membagi barang barang berdasarkan prioritas dengan dasar bahwa hanya sebagian kecil jenis barang di Rumah sakit yang menghabiskan sebagian besar biaya investasi. Cara melakukan Analisis ABC nilai Investasi : 1. Menghitung jumlah pemakaian pertahun untuk setiap satuan unit barang 2. Mencari harga setiap barang. 3. Mengalikan pemakaian dengan biaya per barang untuk memperoleh nilai investasi. 4. Mengurutkan nilai investasi dari yang terbesar sampai yang terkecil, kemudian dibuat persentasi nilai investasi. 5. Mencari nilai investasi komulatif. 6. Mengklasifiasi barang persediaan tersebut berdasarkan persentasi komulatif nilai investasinya. 7. Jika nilai frekuensi komulatif nya 0 – 70%, maka dikategorikan sebagai A, jika nilai antara 70% - 90%, maka dikategoikan sebagai B, sedangkan jika berada pada kisaran 90% – 100% maka dikategorikan sebagai C. Obata yang termasuk dalam kategoriA terdiri dari 20% dari jumlah total obat tetapi memakan biaya sebesar 80%, dari total biaya persediaan. Obat kategori B terdiri dari 60% -
70% dari total persediaan dan makan biaya sebesar 10%. Sedangkan obat kategori C terdiri dari 80% lebih tetapi hanya memakan biaya sebesar 5% - 10% (Peterson 2004).
Commented [AP1]: Adhy Nugroho
Analisan ABC memberikan perspektif mengenai biaya dengan lebih mendalam pada pihak manajemen dan membantu mereka untuk menentukan prioritas untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya. Jika semua barang diperlakukan engan cara yang sama dap at timbul biaya yang besar dan kemungkinan salah memprioritaskan barang. Analisis ABC mempunyai tiga jenis yaitu: 1. Analisis pemakaian, mengelompokkan barang berdasarkan jumlah pemakaian dalam satu tahun. 2. Analisis ABC nilai investasi, mengelompokkan barang berdasarkan total nilai investasi selama satu tahun. 3. Analisis ABC Indeks Kritis, mengelompokkan barang berdaarkan jumlah pemakaian, nilai investasi dan kritisnya terhadap pelayanan pasien. Penentuan nilai kritis ditentukan oleh pengguna obat atau dokter. Adalah tidak efektif dan efisien bila pengawasan dilakukan terhadap semua barang dengan cara yang sama. Dari semua barang persediaan yang ada, sudah pasti terdapat barang
– barang dengan biaya investasi yang rendah. Menggunakan sumber daya yang ada untuk barang – barang dengan nilai investasi tinggi, sedang, dan rendah. Metode ini akan membantu pihak manajemen untuk melakukan pengawasan terhadap barang – barang dengan nilai investasi tinggi. Berikut ini adalah keuntungandari analisa ABC (Srinivasan, 2008) : 1. Membantu ppengaturan barang dan memberikan prioritas terhadap setiap barang 2. Membantu pihak manajemen dalam menjaga pencatatan dan pelaporan yang akurat. Sedangkan berikut ini adalah kekurangan dari Analisa ABC : 1. Pengelompokan barang tidak mencerminkan kecepatan pergerakan setiap barang yang terdapat di gudang 2. Barang – barang yang termasuk dalam kategori B seringkali terbengkalai dan disimpan dalam jumlah yang terlalu banyak. Kategori Obat Berdasarkan Metode ABC (Sumber: Peterson 2004)
Commented [AP2]: Cari contoh nya di ADN
Setelah mengelompokkan barang menjadi kategori A, B, dan C maka selanjutnya dapat dibuat kebijakan untuk pengendalin sesuai dengan kepentingan kelompok barang tersebut. Sebagai contoh kelompok ABC nilai investasi metode kontrolnya adalah : Pengendalian Persediaan berdasarkan Kategori Obat (Sumber: Srinivasan, 2008)
Metode Kontrol Tipe Kontrol
Kategori A
Kontrol
Kategori B
ketat Kontrol
dilakukan oleh Top dilakukan
Pembelian
sedang Kontrol oleh dilakukan
ringan oleh
management
middle management
lower management
Frekuensi
Frekuensi
Frekuensi
pembelian
sering pembelian
sedang pembelian
dengan
Waktu Kontrol
Kategori C
jumlah dengan
jumlah dengan
jarang jumlah
minimal
sedang
pembelian banyak
Harian/Mingguan
Bulanan
3 – 6 bulan
Pr obabilistic Model Pada model ini, demand terhadap produk yang dijual tidak diketahui secara pasti sehingga diasumsikan berada pada suatu jenis distribusi tertentu. Probabilistic model yang akan di jelaskanpada bagian ini diasumsikan mempunyai distribui normal. Model yang sering digunakan yaitu Economic Order Quantity (EOQ) dengan penambahan faktor probabilistic pda rumusan awal. Asumsi yang digunakan ketika menggunakan EOQ yakni sebagai berikut: a) Permintaan yang terjadi tidak pasti dan mempunyai pola distribusi tertentu b) Persediaan yang direncanakan disesuaikan dengan pola distribusi tertentu c) Sistem pemesanan kembali ditentukan berdasarkan nilai reorder point atau dengan melihat angka jangka waktu pemesanan yang telah ditentukan d) Mungkin terdapat kondisi pemesanan ulang (backorder) karena persedian barang stockout
e) Besarnya safety stock disesuaikan dengan service level yang diharapkan untuk suatu produk f) Leadtime kedatangan produk tidak pasti Rumusan yang dapat digunakan untuk menentukan nilai Economic Order Quantity (EOQ) suatu produk ketika diketahui juga nilai stockout cost (Ballou & Ronald, ):
×] = 2×[+× ×
Q
Nilai
Commented [AP3]: Norman ericson
........................................... .......................... (2.22)
didapatkan dari nilai Z pada distribusi Normal. Probabilitas dari nilai Z
diperoleh dari rums berikut (Ballou & Ronald, ) :
= 1 − /
P
Commented [AP4]: Norman ericson
.............................................................................................(2.22)
Dimana : Q
= order size Quantity (units)
D
= Permintaan Produk untuk waktu tertentu /annual demand (units/annual)
S
= biaya Pemesanan (Rupiah/Order)
k
= biaya kekurangan persediaan / stockout cost (Rupiah)
= standar deviasi (unit) = probabilitas dari unit normal loss
I
= persentase biaya penyimpanan dari harga suatu produk (%/annual)
C
= Harga produk / item value (rupiah)
Q/C = nilai order size quantity ketika nilai carrying cost tertentu
= nilai permintaan ketika nilai stockout cost tertentu
I.C/H = biaya simpan/ carrying cost untuk produk selama jangka waktu tertentu (Rupiah) Pada gambar berikut merupakan penggambarang dari model EOQ (ketika diasumsikan service level untuk produk sebesar 95% E conomic Or der Quantitty (E OQ) – Probabilistic Model (Sumber : Ballou & Ronald,, )
Commented [AP5]: Cari di internet
Kemudian untuk melkukan perhitungan probabilistic model, dapat ditinjau dengan menggunakan metode continuous review model (Fixed Order Quantity) atau periodic Review (Fixed Cycle Order). Akan dijelaskan sebagai berikut :
Continous Review Model
Model ini dikenal dengan istilah ( Q, r ) sistem yang memperhatikan nilai order size quantity (Q) dan nilai reorder point (r / ROP) dari suatu produk dalam mekanisme manajemen persediaan. Beberapa keuntungan dalam menggunakan mod el ini yaitu adanya kemudahan dalam hal pemesanan produk. Karena mempunyai nilai order size quantity yang relative konstan, dan pemesanan dilakukan ketika persediaan produk sudah mencapai titik reorder point. Selain itu, nilai safety stock yang digunakan hanya memperhatikan ketidakpastian dari leadtime sehingga model persediaan continuous review model memberikan kondisi persediaan produk yang leih rendah jika dibandingkan dengan periodic review model (Waters, 2012). Berikut ini digambarkan kondisi persediaan dengan continuous review
Commented [AP6]:
model. Continous Review Model (Sumber :
Untuk menentukan nilai safety stock bagi setiap produk dapat digunakan rumus sebagai berikut :
= × SS= ×( × √ )
SS
........................................ ........................................... .................... (2.22)
Lll
o
.......................................... ......................................... (2.22)
Dimana : SS
= persediaan cadang / safety stock (units) = standar deviasi untuk continuous review model (units) = standar deviasi untuk forecast permintaan (units)
=oooo
Z
= nilai yang menggambarkan probabilitas dari keadaan tidak terjadi stockout
LT
= jangka waktu kedatangan produk (annual)
Commented [AP7]:
Untuk menentukan besarnya titik pesan kembali I replenishment order suatu produk tertentu dapat menggunakan persamaan 2.22 dengan nilai safety stock
menggunakan
persamaan 2.22 daan 2.22. Untuk menentukan nilai total cost bagi setiap produk dalam manajemen persediaan pada continuous review dapat digunakan rumus sebagai berikut :
=procurement cost carrying costregular stock TC =procurement cost carrying costregular stock ........................................... ...........(2.22) TC
Commented [AP8]: Cek noemar ericso Commented [AP9]: