Istilah istilah dalm ilmu nahwu Oleh Tgk Amri Bin Zainal Abidin Dasar-Dasar Ilmu Nahwu
Kunci dalam mempelajari bahasa adalah banyaknya kosa kata yang dimiliki (dihafal) dan menerapkannya di dalam kalimat, dengan demikian ia akan mampu berbahasa dalam bahasa tersebut, namun hal itu belum menjamin keselamatan ungkapan dari kefahaman dan ketidak fahaman pendengar atau lawan
berbicara yang disebabkan oleh kesalahan penggunaan suatu kaedah, terutama dalam bahasa arab yang penuh dengan berbagai macam kaedah yang mana bila salah dalam menggunakannya maka akan berakibat fatal terhadap arti dan maksud dari ungkapan tersebut. Untuk itu secara singkat, saya akan menjelaskan sedikit dasar-dasar dari kaedah umum bahasa arab (Nahwu) yang kiranya dapat membantu dalam mempelajari bahasa arab. Dalam bebicara dan menyampaikan maksud kepada orang lain, tidak akan terlepas dari untaian kata-kata yang terangkai dalam suatu kalimat, dalam bahasa arabnya disebut dengan yaitu kalimat sempurna, terdiri dari dua kata atau lebih, baik terdiri dari dua isim (kata benda), misalnya (Persatuan adalah power), atau terdiri te rdiri dari Fiíl (kata kerja) dan Isim (kata benda), misalnya (telah kembali para musafir), atau terdiri dari Fiíl amr misalnya, dan faílnya Dhamir tersembunyi (mustatir). Kesemuanya itu menunjukkan bahwa kalimat tesusun dari beberapa kata dan mempunyai arti yang sempurna. Kata secara bahasa berasal dari kata yang berarti melukai dengan anggota tubuh kemudian arti tersebut lebih dikhususkan pada Lafadz yang diletakkan terhadap arti tertentu. Kadang kata yang digunakan namun makna yang dimaksudkan adalah Kalimat, misalnya dalam Al Quran: ( )Lafadz mencakup dan yaitu suara yang terdiri dari beberapa huruf, sedangkan yaitu apa-apa yang diucapkan baik itu sempurna maupun tidak sempurna. Macam-macam kata
Setiap kalimat tersusun dari beberapa kata yang mempunyai arti yang mana dapat menunjukkan akan kedudakan dari kata tersebut di dalam kalimat, misalnya dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah SPO (subjek, predikat
dan objek), begitu pun halnya dalam bahasa Arab. Sebelum mengetahui kedudukan kata, terlebih dahulu kita mengenal macam-macam kata dan pembagiannya dalam bahasa Arab guna membantu dalam memahami dan mengetahui kedudakannya di dalam sebuah kalimat. Kata di dalam bahasa Arab terbagi menjadi tiga, yaitu: Isim
(Kata benda)
Isim secara bahasa adalah nama, yaitu sebutan yang menunjukkan suatu yang dinamakan, apakah sebutan itu pada jenis atau pada unsurnya. Manusia atau adalah nama untuk suatu jenis yang dinamakan manusia atau laki-laki, dan Ahmad adalah nama untuk individu yang dinamakan Ahmad. Semua kata ini adalah Isim. Dalam pengertian yang paling sederhana merujuk padanan dalam bahasa Indonesia, maka Isim adalah nominal. Sedangkan dalam istilah Nahwu, Isim adalah suatu kata yang menunjukkan makna tersendiri dan tidak terikat dengan waktu.
Bagaimana kita bisa mengetahui suatu kata dalam bahasa Arab itu adalah Isim? Sedangkan kita selagi pertama kali belajar Nahwu tidak mengetahui makna kata tersebut dan tidak juga mengetahui apakah suatu kata mengandung makna yang terikat dengan waktu atau tidak. Caranya adalah dengan mengetahui tanda-tanda Isim pada suatu kata yang membedakannya dari dua jenis kata lainnya. Setiap kata yang mengandung atau bisa menerima salah satu dari tanda-tanda tersebut, maka kata tersebut adalah Isim. Tanda-Tanda Isim
Ada beberapa tanda yang terletak pada suatu kata yang menunjukkan bahwa jenis kata tersebut adalah Isim. Tanda-tanda Isim tersebut adalah: A. Tanda dari segi artinya Untuk mengetahui apakah kata tersebut termasuk isim, dapat dilihat dari maknanya, atau kata tersebut bisa disandarkan kepada kata yang lain baik dia itu subjek (fail) atau pemulaan kalimat (mubtada). Contohnya isim di dini bersandar pada fiíl
(kata kerja) yang menunjukkan ia adalah fail, contoh mubtada . B. Tanda dari segi Lafadznya 1. Tanwin yaitu bunyi nun sukun pada akhir kalimat yang ditandai dengan harakat double . Contohnya, atau ,dan . Maka kata-kata dalam semua contoh ini adalah Isim karena boleh dimasuki oleh tanwin. Tanwin secara garis besarnya terbagi menjadi, Pertama: Tanwin tamkin yaitu tanwin yang diikutkan . Kedua: Tanwin kepada isim mu’rab, contoh Tankir yang mengikuti isim ma’rifah (yang pasti) menjadikannya nakirah (belum pasti) contoh, (nama ahli nahwu). Ketiga: Tanwin Muqabalah yang diikutkan kepada Jamak muannas salim (jamak untuk perempuan) contohnya, disamakan dengan Nun yang ada pada Jamak Muzakkar Salim (jamak untuk lakilaki) . Keempat: Tanwin Ta’wid (pengganti) yang diikutkan pada sebagian kata sebagai pengganti terhadap apa yang dihapus dan dihilangkan, baik sebagai pengganti dari huruf yang dihilangkan, contohnya kata rain ditanwinkan sebagai pengganti huruf YA yang dihilangkan, aslinya adalah . Ataukah pengganti dari kata yang dihapus, misalnya kata-kata yang terletak setelak Kullu dan Ba’dhu yang terhapus kata yang
disandarkan padanya asalnya adalah . Ataupun sebagai pengganti dari kalimat yang dihilangkan, contoh (dua tahun lalu, engkau menziarahiku dan pada saat itu saya bekerja universitas), kata Hinaizin ditanwinkan karena menggantin kalimat yang hilang, asalnya adalah . 1. Dapat dimasuki dan dihubungkan dengan Alif dan Lam, pada awal kata. Setiap kata yang didahului oleh AL atau boleh menerima AL, maka kata tersebut adalah Isim. Contohnya, = seorang penulis, = orang
mukmin, = orang yang bepergian. Semua kata ini adalah Isim ditandai dengan adanya AL di awal kata. 1. Dapat dimasuki oleh Jarr . Baik jarr disebabkan oleh adanya huruf jarr maupun karena Idhafah. Contohnya, , kata Sathi dibaca kasrah karena dimasuki oleh huruf jar yaitu Ála. Contoh Idhafah kata At Thalibi dibaca kasrah (jarr) karena bersandar kepada buku. Huruf-huruf Jarr adalah = dari (permulaan), = ke, kepada, = dari (lepas, meninggalkan), = atas, = di, di dalam, = barangkali, kadang-kadang [;sedikit atau banyak], = dengan, = seperti [penyerupaan], = untuk. Dan termasuk juga huruf-huruf sumpah , yaitu; hanya untuk Isim Zhahir,[2] untuk Isim Zhahir dan Dhamir, dan khusus dengan kata . Contohnya; , , , semuanya bermakna Demi Allah. 1. Boleh dimasuki oleh Harf Nida (panggilan) contoh, (Hai Zaid) dimasuki oleh Ya harf nida, contoh lain, . 1. Kata tersebut dapat dirubah bentuknya menjadi bentuk Tashgir (mengecilkan) contoh, (gunung) menjadi (gunung kecil), contoh lain, menjadi . 1. Kata tersebut dapat dijadikan Musanna (yang menunjukan atas dua) dan jamak. Contoh, Tanda-tanda Fi’il Fi’il secara bahasa berarti kejadian atau pekerjaan. Dan
padanannya dalam bahasa Indonesia adalah kata kerja atau verbal. Sedangkan dalam istilah Nahwu, Fi’il adalah kata yang menunjukkan suatu makna tersendiri dan terikat
dengan salah satu dari tiga bentuk waktu; masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang.
Contohnya adalah kata yang menunjukkan makna penulisan dan terikat dengan masa yang telah lalu, adalah kata yang memnunjukkan makna penulisan dan terikat dengan masa sekarang, dan juga adalah kata yang menunjukkan makna penulisan dan terikat dengan masa yang akan datang. Demikian juga contoh-contoh lain seperti = menolong, mengetahui, = = duduk, = memukul, = mengerti, memahami. Perubahan bentuk dari setiap kata-kata dalam Bahasa Arab merupakan pembahasan Ilmu Sharaf atau dalam istilah yang lebih luas; Morphologi. Sedangkan dalam Ilmu Nahwu, unsur utama yang diperhatikan adalah kedudukan kata tersebut dalam struktur kalimat. Meskipun setiap kata dasar dalam bahasa Arab banyak mempunyai varian bentuk kata sesuai dengan kegunaan dan maknanya masing-masing, yang paling penting dalam Ilmu Nahwu adalah jenis-jenis semua kata tersebut dikelompokkan dalam tiga jenis saja, yaitu; Isim, Fi’il, dan Hu ruf. Demikian juga, pembagian fi’il dalam Ilmu Nahwu terbatas pada
tiga macam saja, yaitu kata kerja yang menunjukkan kejadian di masa lalu, kata kerja masa sekarang, dan kata kerja perintah. Dengan demikian, jenis- jenis Fi’il adalah: 1. Fi’il Madhi yaitu kata kerja yang menunjukkan suatu pekerjaan atau kejadian yang berlangsung pada masa sebelum waktu penuturan. Contoh, , , , .Tanda-tandanya dari segi arti yaitu menunjukkan suatu pekerjaan atau kejadian yang berlangsung pada masa sebelum waktu penuturan. Adapun tanda-tandanya secara Lafdzi yaitu: Pertama: dapat dimasuki oleh Lam . Kedua: Dapat dimasuki oleh Ta Al Faíl, contoh . Ketiga: dapat dimasuki oleh Ta . Hukum fiíl ta’nis sakinah, contoh,
Madhi dalm I’rab adalah Mabni (tidak berubah harakah
akhir hurufnya). 2. Fi’il Mudhari’ yaitu kata kerja yang menunjukkan pekerjaan atau peristiwa yang terjadi pada saat dituturkan (sekarang) atau sesudahnya (akan datang). Misalnya . Dinamakan Mudhari’karena menyerupai isim. Tanda-tanda Mudhari’adalah dapat dimasuki oleh sin dan saufa . Juga dapat dimasuki oleh huruf jazm dan Nashb , , , , , . Dan kadang bentuknya Mudhari’namun berarti Madhi, apabila dimasuki oleh Lam, misalnya, (belum/tidak datang). Hukum I’rab fiíl Mudhari’ adalah Mu’rab (berubah harakah ahir
hurufnya) Taukid
selama tidak dimasuki oleh Nun dan Nun Niswah . 3. Fi’il Amar yaitu kata yang menunjukkan tuntutan tercapainya pekerjaan tersebut setelah masa pengungkapan. Contohnya, seorang ayah atau kawan dan lain-lain memerintahkan kepada seseorang untuk belajar, dia mengatakan = Belajarlah, atau bacalah, atau pergilah. Atau bertobatlah. Tanda-tanda fiíl amar adalah dapat dimasuki oleh Nun Taukid adalah huruf Nun pada akhir kata yang berfungsi untuk menunjukkan kesungguhan dan ketegasan tuntutan. Nun Taukid ada dua macam yaitu Khafifah (ringan) dan Tsaqilah (berat). Perbedaan keduanya dari segi bentuk adalah Nun Taukid Khafifah berbaris sukun , sedangkan Nun Taukid Tsaqilah bertasydid dan berharakat fathah . atau Ya Al Mukhatabah adalah huruf Ya sukun di akhir kalimat sebagai kata ganti orang kedua perempuan; yang berfungsi untuk menunjukkan bahwa tuntutan ditujukan kepada perempuan. Contohnya, = (Kamu perempuan), Bangunlah!, dari asal katanya untuk laki-laki , dan = (Kamu perempuan), Menulislah!, dari asal kata perintahnya untuk laki-laki . Kedua kata aslinya yang untuk laki-laki adalah Fi’il karena
menunjukkan tuntutan dan bisa menerima Ya Mukhathabah. Dan dua kata yang untuk perempuan adalah Fi’il dengan
ditandai
dengan
masuknya
Ya
Mukhathabah
dan
menunjukkan makna tuntutan. Hukum fiíl amar dalam I’rab
adalah Mabni. Dari semua penjelasan di atas tadi, dapat disimpulkan Tandatanda Fi’il yang paling utama, baik Fiíl Madhi, Mudhari’dan
Amar secara umum ketika berada dalam struktur kalimat adalah: 1. Kata tersebut didahului oleh . 2. Tanda Fi’il yang kedua adalah suatu kata itu didahului Huruf Sin atau Huruf Saufa . 3. Tanda Fi’il ketiga adalah Ta Ta’nis Sakinah yaitu huruf Ta sukun yang masuk pada akhir kata. Tanda ini hanya untuk Fi’il Madhi saja dan fungsinya adalah untuk menunjukkan bahwa Isim yang terpaut dengan Predikat ini berbentuk feminin (muannas). 4. Tanda Fi’il keempat adalah suatu kata yang menunjukkan makna tuntutan dan kata tersebut bisa menerima Ya Mukhathabah atau Nun Taukid . Huruf
Huruf adalah jenis kata yang berfungsi sebagai kata bantu, yaitu kata yang mengandung makna yang tidak berdiri sendiri. Maknanya hanya bisa diketahui dengan bersandingan dengan kata lain, baik Isim atau Fi’il
Tanda Huruf adalah tidak menerima tanda-tanda Isim atau tandatanda Fi’il, atau dengan ungkapan lain, Huruf adalah tanpa tanda
pengenal. Kalau kita mengenal Jim dengan titik di bawah dan Kha dengan titik di atas, kita mengenal Ha tanpa titik. Demikian juga, kita mengenal jenis kata Isim dan Fi’il dengan
tanda-tanda yang telah disebutkan di atas, maka kita mengenal jenis kata Huruf tanpa tanda dan tidak menerima tanda-tanda Isim atau Fi’il.
Kata yang termasuk dalam jenis Huruf ini terbagi bermacammacam sesuai dengan fungsinya yang mempengaruhi status kata
yang dimasukinya, sesuai dengan fungsi maknanya, dan terbagi menjadi tiga macam, yaitu: 1. Huruf yang dapat masuk ke Isim maupun Fiíl, dan huruf tersebut tidak mempunyai kedudukan apa apa dalam I’rab. Contoh, kata Hal dalam . 2. Huruf yang dikhususkan pada isim, dan huruf tersebut mempunyai fungsi serta kedudukannya dalam I’rab. Contoh,
huruf Inna dan Fi , dalam Al Quran : . 3. Huruf yang dikhususkan tehadap Fiíl dimana huruf-huruf tersebut mempunyai kedudukan dan fungsi dalam I’rab. Contoh,
huruf Nashab dan Jazam. I’RAB I. Al BINA
dan BINA
Bina adalah suatu keharusan dimana harakah (baris) akhir dari suatu kata tidak akan mengalami perubahan yang disebabkan oleh factor-faktor yang merubah harakah dan kedudukan kata, atau simpelnya, Bina adalah kata yang tidak berubah harakah akhir hurufnya. Contohnya, kata aina (dimana) dan amsi (kemarin), dimana baris (harakah) akhirnya tidak akan pernah berubah. Macam-macam Bina Tanda-tanda bina suatu kata dalam I’rab terbagi menjadi
empat, yaitu: 1. Sukun yaitu tidak adanya harakah, yang mana terdapat pada huruf, fiíl serta isim, contoh mabni dengan sukun dari huruf , dan dari fiíl, , dan dari isim, . 2. Fatha , berbaris atas dengan fatha, hal ini pun terdapat pada Isim, contohnya , dan Huruf, contohnya , juga pada Fi’il, contohnya, . 3. Kasrah berbaris bawah dengan kasrah, terdapat pada Isim, contohnya dan huruf, contohnya huruf Lam Al . Jarr misalnya dalam kalimat 4. Dhamma berbaris atas dengan Dhamma, terdapat pada huruf, contohnya dan isim yang menunjukkan arah
misalnya dengan syarat harus Idhafah secara makna tanpa Lafadz. Bentuk-bentuk Mabni
Setelah mengetahui macam-macam tanda bina, seyogyanyalah untuk mengetahui apa- apa saja dari Isim, Fi’il dan Huruf yang Mabni agar tidak salah dalam menempatkan letak serta hukumnya dalam suatu kalimat. A.Huruf
Semua huruf adalah Mabni, baik dengan Fatha , dan seperti ,maupun Sukun, seperti Kasrah seperti ( ) ( ) , dan juga Dhamma sperti . B. Af’al Semua Fi’il adalah Mabni kecuali Fi’il Mudhari’ yang
tidak dimasuki oleh salah Niswah maupun Nun Taukid
satu
dari
Nun
.
Bentuk-bentuk Bina Fi’il Madhi Fatha: Jika tidak berhubungan dengan kata apa pun, contohnya , atau Fi’il tersebut bergandengan dengan Ta contohnya , atau Fi’il tersebut Ta’nis
berhubungan dengan Al Alif Al Itsnain menunjukan dua orang, contohnya
yang . Sukun:
Apabila fi’il tersebut bergandengan dengan Dhamir yang kedudukannya adalah marfu’ sebagai subjek misalnya Ta mutakallim dan sebagainya, atau fi’il tersebut bergandengan
dengan contohnya ,
Nun Niswah, , . . Dhamma: Apabila Fi’il tersebut berhubungan
dan bergandengan dengan Wau Al Jama’ah (yang menunjukkan
jamak muzakkar salim=laki-laki), contohnya Bentuk-bentuk Bina Fi’il Mudhari’ Fi’il Mudhari’ Mabni apabila dimasuki
.
oleh salah satu dari Nun Taukid dan Nun Niswah, dan tanda bina nya adalah, Sukun: Apabila berhubungan dengan Nun Niswah, contohnya Apabila . Fatha:
berhubungan langsung dengan Nun Taukid yang disandarkan kepada Mufrad Muzakkar, contohnya, . Bentuk-bentuk Bina Fi’il Amar
Adapun Bina nya Fiíl Amar yaitu, Sukun: Apabila huruf terakhirnya bukan huruf Illat (Alif, Wau dan Ya) dan tidak berhubungan dengan kata apa pun, contoh , atau berhubungan dengan Nun Niswah, . Fatha: Apabila berhubungan dengan contoh Nun Taukid, contohnya . Khazfu Nun (dihilangkan huruf Nunnya): Apabila berhubungan dengan Alif Itsnain yang menunjukkan Mutsanna, atau Wau Jamaáh yang menunjukkan Jamak Muzakkar Salim atau Ya Al Mukhathabah, contohnya, . Khazfu harfu illah (meniadakan huruf Illatnya): Apabila huruf akhir dari fiíl adalah huruf illah, contohnya, . C. Al Asma 1. Dhamair (Pronauns) atau kata ganti baik orang pertama tunggal dan sebagainya yang terbagi menjadi Munfashil (terpisah) yang terbagi menjadi Rafa’dan Rafa’
:
nasab
Contoh
(kedudukannya
dalam
,
I’rab)
contoh
,
, Nashab .dan Muttashil (be
rhubungan) juga terbagi menjadi Rafa’, Nashab, dan Jarr , . Contoh Nashab, orang .Contoh Rafa’( ), ( )
yang berbicara, . (lawan berbicara) misalnya . Atau (terhadap orang ketiga tunggal) misalnya, . Contoh Jarr, Ya ( ) (orang yg berbicara) misalnya , Ha (orang ketiga tunggal) misalnya . Kaf (lawan berbicara) misalnya . 2. Kata Sambung seperti (berarti yang untuk sesuatu atau seorang yang menunjukkan Muzakkar = lakilaki), (untuk Muannats atau perempuan), (jamak Muzakkar) (jamak muannas).
3. Kata Tanya , seperti Man=siapa (untuk yang berakal), Ma=apa (yang tidak berakal) mata=kapan (untuk waktu) Aina=di mana (untuk tempat). 4. Isim yang menunjukkan pada bunyi-bunyian dan suara, seperti suara bayi dan juga suara binatang, contoh (suara kambing/mengembik), (suara kuda), (suara tangisan bayi). Dan sebagainya. 5. Isim (kata benda) yang mengandung arti fi/íl (kata kerja), contohnya, (cukup!), (terimalah), (makian), (makian), (jauh). Dan lain-lain yang mengandung makna fiíl. 6. Sebagian dari keterangan waktu dan tempat, contoh . 7. Isim yang menunjukkan syarat , , , , , . , contoh , II. AL I’RAB
I,rab adalah kebalikan dan lawan dari Bina, dimana harakah (baris) akhir dari suatu kata akan mengalami perubahan yang disebabkan oleh factor-faktor yang merubah harakah dan kedudukan kata dalam kalimat. Yang mana tanda- tanda I’rab itu terbagi menjadi dua, ada tanda yang asli dan farí (bukan asli). untuk Rafa’, Tanda Asli dari I’rab adalah Dhamma Fatha untuk Nashab, Kasrah untuk Jarr, dan Sukun untuk Jazam. Tanda-tanda ini ada yang dikhususkan untuk Isim dan Fiíl saja yaitu Rafa ’dan Nashab, contohnya dalam kalimat Rafa’ (dibaca dhamma pada ahir harakatnya) kata Mu’min dan yutqinu dengan
Dhamma, contoh lain dari yang Nashab, Nashab Isim Qitara karena dimasuki Inna (huruf Nashab isim dan rafa’khabarnya) dan Fiíl Yughadir dengan Fatha karena dimasuki oleh haruf nashab yaitu Lan. Dan dari tanda-tanda I’rab tersebut ada juga yang
dikhususkan terhadap isim yaitu Jarr, contohnya Kata masjidi dibaca kasrah karena di dahului huruf Jarr dan kata Madinah di baca kasrah karena Idhafaf. Adapun tanda Jazam dikhususkannya kepada Fiíl, contohny kata yafuz di sukunkan karena dimasuki oleh huruf jazam. Tanda-tanda Farí dari I’rab yaitu suatu harakat meng ganti kedudukan harakat lainnya seperti kasrah mengganti fatha pada Jamak Muzakkar Salim dan fatha menggantikan kasrah pada Mamnu’min As sharf. Atau kedudukan harakah digantikan oleh
huruf, misalnya Wau menggantikan dhamma pada jamak muzakkar salim. Dan kesemuanya itu dapat diperincikan secara garis besarnya (baik harakah yang menggantikan posisi harakah lainnya maupun huruf yang menggantikan kedudukan dari harakah) di bawah ini: A. Harakah yang menggantikan kedudukan harakah lainnya
1. Jamak Muannas Salaim (perempuan) yaitu yang menunjukkan lebih dari dua (muannats) dengan menambahkan Alif dan Ta pada akhir katanya. Untuk menjadikan suatu isim mufrad menjadi jamak muannats salim, maka isim tersebut Pertama: haruslah menunjukkan kepada nama-nama perempuan, mislanya jamak dari Zainab , jamak dari Hindun , jamak dari Maryam . Kedua: Isim yang diakhiri dengan tandatanda Ta’nits (feminis) baik Ta , Alif Maqsur dan Mamdud ,
contohnya jamaknya adalah , jamaknya adalah , jamaknya , jamaknya . Ketiga: Isim dalam bentuk Tashgir, contohnya kata Dirham yang telah di Tashgir menjadi Duraihim maka jamaknya adalah . Keempat: Isim yang terdiri dari lima huruf yang belum pernah didengar Jamak Taksirnya (tidak beraturan), misalnya kata (kandang kuda) jamaknya , dan kata (Wc) jamaknya adalah . Jamak Muannats Salim ini, apabila
kedudukannya Manshub dalam kalimat maka alamat I’rabnya adalah kasrah menggantikan fatha. 2. Mamnu’Min As Sharf Isim yang tidak diikutkan dengan Tanwin atau kasrah, olehnya itu apabila ia Majrur karena dimasuki oleh salah satu huruf Jarr maka I’rabnya adalah Majrur dengan Fatha pengganti kasrah. Adapun yang ter masuk dalam Mamnu’Min As Sharf ini
adalah, Pertama: nama-nama Ajami seperti , Kedua: Nama-nama ajam yang terdiri dari dua kata, misalnya , Ketiga: Isim yang ditambahkan Alif dan Nun pada akhirnya, misalnya , Keempat: Isim yang timbangannya menyerupai timbangan Fiíl, contohnya , Kelima:
seperti,
Atu
dalam
timbangan
Fu’al
,
Keenam: Isim yang ,Ketujuh: bertimbangan Fa’laan misalnya Isim yang bertimbangan Afála misalnya ,Kedelapan: Isim yang di akhir katanya adalah Alif Mamdudah atau Maqshurah, contohnya ,Kesembilan: Bentuk Muntaha Jumuk, misalnya . Kata-kata yang termasuk Mamnu’ Min As Sharf ini apabila dimasuki oleh salah satu huruf Jarr maka hukumnya majrur dengan Fatha pengganti kasrah, namun apabila ia dimasuki oleh AL atau ia Idhafah (bersandar pada kalimat lain) maka hukumnya tetap majrur dengan Kasrah, contohnya: , karena kata masajid dimasuki oleh AL. B. Harakah digantikan oleh Huruf
1. Mutsanna yaitu yang menunjukkan kepada dua (bernyawa atau tidak bernyawa), antara tunggal dan jamak. Yang ditambahkan Alif dan Nun pada akhir katanya untuk menunjukkan hukumnya sebagai Marfu’, contohnya , dan menambahkan Ya dan Nun pada akhi r katanya yang menunjukkan Jarr atau
Nashab, contohnya . Adapun untuk mengetahui bentuk bentuknya adalah pembahasan dalam Ilmu Sharf. 2. Jamak Muzakkar Salim yang menunjukkan tiga atau lebih dengan menambahkan Wau dan Nun pada kondisi Marfu’ contohnya , dan menambahkan Ya dan Nun pada kondisi Majrur dan Manshub, contohnya . 3. Asma Sittah yaitu (bapak), (saudara lk), (panan), (yg mempunyai), (mulut), (sesuatu). contohnya , Tanda Marfu’nya dengan Wau Manshub dengan Alif , contoh , dan Majrur dengan Ya contohnya . Syarat-syaratnya adalah haruslah tunggal (mufrad) tidak boleh mutsanna (dua) dan Jamak. Syarat lainnya adalah harus Idhafah, contohnya . Dan tidak boleh jika bentuknya tashgir, contohnya .
C. I’rabnya dengan menghapus atau menghilangkan hurufnya 1. Al Af’al Al Khmasa yaitu setiap Fi’il yang
berhubungan dengan Alif Itsnain (mutsanna), atau Ya Al Mukhatabah, atau Wau Jama’ah. Dinamakan Af’al Khamsa
karena bentuknya ada lima yaitu, , . Hukum I’rab Fi’il yang lima ini adalah menghilangkan huruf Nun nya apabila Ia Mnshub atau Majzum, contohnya dihilangkan Nun pada kata Yasytariyani karena manshub dengan huruf nashb. Atau majzum karena dimasuki oleh huruf jazm seperti contoh di bawah ini . 2. Mudhari’ Mu’tal Akhir, yaitu fi’il mudhari’ yang huruf akhirnya adalah huruf Illat (alif, wau dan ya). Apabila ia berada pada posisi Majzum maka hukumnya adalah majzum
dengan menghapus huruf contohnya dan apabila dimasuki jazm dihilangkan huruf wau nya Dihilangkan huruf ya nya. Macam-macam I’rab
illatnya, oleh huruf .
I’rab terbagi menjadi tiga macam, yaitu I’rab Dhahir (nampak) , I’rab Muqaddar (tersembunyi) dan I’rab
Mahalli kalimat).
(berdasarkan tempat dan kedudukan dalam
adalah nampak dan terlihatnya I’rab Dhahir tanda-tanda I’rab seperti kasrah, dhamma dan fatha pada akhir suatu kata, contohnya
dimana terlihat dengan jelas
kasrah pada kata masajidi. I’rab Muqaddar yaitu tidak nampaknya tanda-tanda I’rab dengan jelas pada akhir kata
disebabkan oleh beratnya lidah untuk menyebutkannya atau terdapat uzur dalam penyebutan atau karena maksud menempatkannya pada suatu posisi dengan harakat yang sesuai ataupun karena dimasuki oleh huruf jarr tambahan (zaid). Dan semua itu terdapat pada: 1. 1. Isim Manquush yaitu isim yang diakhiri dengan huruf Ya dan huruf sebelumnya kasrah, contoh muqaddar atas dhamma dan kasrah karena berat penyebutannya. 2. Isim Maqshur yaitu isim yang diakhiri dengan Alif dan huruf sebelumnya adalah fatha, contohnya dalam kalimat atau I’rabnya adalah dengan menyembunyikan semua harakatnya karena ada uzur. 3. Isim yang disandarkan kepadanya Ya Mutakallim, contohnya semua harakatnya disembunyikan karena kedudukannya dengan harakat yang sesuai.
4. Isim yang dijarr dengan huruf jarr tambahan, contohnya . 5. Fi’il Mudhari’ yang huruf akhirnya adalah huruf illat, baik huruf akhirnya adalah Ya dan sebelumnya kasrah misalnya , ataukah huruf akhirnya adalah Wau sebelumnya dhamma, contohnya , maupun huruf akhirnya Alif dan fatha sebelumnya, misalnya , maka tanda I’rabnya adalah muqaddar karena ada uzur yang menghalangnya. yang berdasarkan tempat dan I’rab Mahalli kedudukan suatu isim dalam kalimat, dan kebanyakan terdapat pada semua isim yang mabni, contoh dari kata penunjuk , contoh dari kata penghubung .
Nakirah (
) dan Ma’rifat (
)
Nakirah ( ) adalah yang tidak dimaksudkan kepada sesuatu yang tertentu atau dengan kata lain nakirah adalah sesuatu yang belum tentu dan pasti, contohnya kata manusia ( ) dan laki-laki ( ) apabila kedua kata tersebut belum jelas ketentuannya, manusia yang manakah atau lelaki yang mana. Sedangkan Ma’rifat ( ) adalah susatu yang pasti dan dimaksudkan kepada susuatu yang tertentu, yang terbagi menjadi tujuh bagian yaitu Dhamir, álam, kata penunjuk, kata penghubung, kata yang ber alif lam ( ), bersandar pada ma’rifah , munada (panggilan=dimasuki oleh huruf nida). ) adalah kata yang menunjukkan kepada Dhamir (
mutakallim (orang pertama tunggal) atau mukhatab (lawan berbicara) dan ghaib (orang ketiga). Yang terbagi menjadi dhamir Munfashil (terpisah) yaitu dhamir yang boleh dimulai dengannya pada awal kalimat atau terletak setalh Illa (kecuali). Dan dhamir muttashil (bersambung) yaitu dhamir yang bersambungan dengan kata lain, contoh dhamir munfashil, saya ( ), kamu laki-laki ( ), kami/kita ( ), dia laki-laki ( ), dia
perempuan ( ), mereka ( ) kesemuanya adalah dhamir muttashil
yang
menempati
kedudukan
rafa’/marfu’dalam
kalimat, adapaun yang menempati nashab yaitu saya ( ), kamu ( ), mereka ( ) dst. Contoh dhamir muttashil, Ta yang menunjukkan saya ( = ), Na menunjukkan kita (= ) dan seterusnya. Al ‘alam ( ) adalah kata yang menunjukkan sesuatu pada zatnya yang meliputi Kunyah (gelar) yaitu kata yang dimulai dengan ibn, abu atau umm, contohnya ( ), ( ), ( ). Laqab (gelar) yang menunjukkan kebaikan atau memuji dan keburukan atau penghinaan, contohnya ( =yang dapat membdakan baik dan buruk) dan ( =yang cacat matanya). Ataupun nama-nama orang selain kuniyah dan laqab, baik yang tunggal maupun yang tersusun dari dua kata, contohnya ( ), ( ), ( ), dan ( ). ) yaitu kata yang menunjukkan Kata penunjuk ( pada sesuatu yang tertentu baik dekat ataupun jauh, contoh ( =ini lk), ( =ini pr), ( =itu lk) dan ( =itu pr). Kata penyambung ( ) yaitu kata yang menunjukkan pada susuatu yang tertentu yang berhubungan, contohnya ( =yang lk) dan ( =yang pr). Alif Lam ( ) yaitu isim nakirah yang dimasuki oleh alif dan lam, dan menjadikan sesuatu itu menjadi tertentu ) yang belum diketahui (ma’rifat), contohnya kata buku ( buku yang mana maka ditambahkan alif dan lam guna menunjukkan buku tertentu menjadi ( ). Isim yang disandarkan pada isim ma’rifah yaitu isim nakirah didhafkan (disandarkan) pada isim ma’rifat yang menyebabkan isim tersebut menjadi ma’rifat, contohnya
( =ini b ukunya Ali), kata kitab dalam contoh ini adalah nakirah namun karena diidafhkan pada isim ma’rifat yaitu Ali maka kata kitab dengan sendirinya menjadi ma’rifat. ) yaitu memanggil dengan maksud Munada ( ) menentukannya sehingga ia menjadi ma’rifat, contohnya (
dan (
).
I’rab Fi’il Mudhari’ I’rab Fi’il Mudhari’ ada tiga yaitu Nashab, Jazam dan Rafa’. Dinashabkan Mudhari’ apabila dimasuki oleh salah satu
dari huruf Nashab yaitu, An contohnya , Lan , contohnya , Izan contohnya . , Kay , . Fi’il Mudhari’ juga contohnya dinashabkan dengan An yang tersembunyi setelah Lam , atau Hatta , atau Fa sababiah , atau Athaf kepada isim sebelumnya. Fi’il Mudhari’ itu Majzum apabila didahului oleh salah
satu dari pada huruf jazam, yaitu Lam dan . Lam Lamma ,contohnya yang menunjukan perintah, contoh . La yang menunjukkan larangan, contohnya . Dan Fi’il Mudhari’ juga majzum apabila di masuki oleh salah
satu dari huruh Syarth. Apabila Fi’il Mudhari’ kosong dari huruf Jazam maka I’rabnya tetaplah Rafa’/ marfu’.
Nashab dan
Ilmu shorof (tashrif) adalah salah satu ilmu selain ilmu nahwu di dalam mempelajari bahasa Arab. Nahwu dan sharaf adalah ilmu yang saling melengkapi. Ilmu shorof adalah ilmu yang intinya adalah mempelajari bentuk kata dan pola-pola kata, timbangan (wazan), perubahan bentuk kata, dan seterusnya. Dalam bahasa Inggris, kita bisa namakan ilmu ini adalah Arabic Morphology. Untuk menguasai ilmu shorof dan nahwu, pemula harus mengetahui arti dan definisi dari istilah-istilah dalam ilmu shorof dan istilah-istilah dalam ilmu nahwu ( pelajaran bahasa Arab
dasar). Di bawah ini, kamu dapat mengetahui daftar istilah dalam pelajaran Bahasa Arab dan maknanya. Daftar istilah-istilah dalam pelajaran Bahasa Arab
Daftar istilah dalam pelajaran bahasa Arab tidak saya tulis berurutan, sebab saya menulis istilah yang pertama kali saya temukan dalam catatan/buku saya itulah yang saya tulis di sini dan seterusnya. Jadi jika ingin mencari istilah dalam ilmu nahwu dan sharaf, silakan menggunakan fasilitas pencarian (search box) yang ada di blog ini. -
(fat-hah) = salah satu tanda harakat yang berbunyi "a"
-
(dhammah) = salah satu tanda harakat yang berbunyi "u"
-
(kasrah) = salah satu tanda harakat yang berbunyi "i"
-
/
(sukun/jazm) = tanda sukun = huruf yang mempunyai tanda fathah
-
= huruf yang mempunyai tanda dhammah
-
= huruf yang mempunyai tanda kasrah
(majzuum) = huruf/kata yang mempunyai tanda sukun atau jazm. -
(marfuu') = kata yang i'rabnya rafa.
-
(manshuub) = kata yang i'rabnya nashab.
-
(majrur) = kata yang i'rabnya khafad/jar.
Catatan: Mengenai i'rab marfu', manshub, dan majrur terutama yang ismun (kata benda), sudah ada catatan pelajarannya di : I'rab pada isim = http://belajarbahasaarabdasar.blogspot.com/2016/02/irab-padaisim-perubahan-pada-kata-benda.html (fa alkalimah) = huruf pertama dari kata dasar/acuan pada sebuah kata di dalam bahasa Arab. ('ain alkalimah) = huruf kedua dari kata dasar/acuan pada sebuah kata di dalam bahasa arab. (lam alkalimah) = huruf ketiga dari kata acuan di dalam bahasa arab. Catatan: Kata yang menjadi acuan (terutama dengan perubahan kata kerja) adalah fa'ala = Sehingga huruf pertama fa ( ), huruf kedua 'ain ( ), huruf ketiga lam ( ) . Contoh =
(kataba).
Untuk kata kerja kataba, maka faul kalimah nya adalah kaf ( ), 'ainul kalimahnya adalah ta ( ), sedangkan lamul kalimahnya adalah ba ( ). -
(kalimah) = kata/word.
-
(jumlah) = kalimat/sentence.
-
(harf) = huruf.
-
(ism) = kata benda/noun.
-
(fi'l) = kata kerja/verb.
(al-maadhi) = menunjukkan kejadian pada waktu lampau/telah terjadi (past tense/perfect tense). (al-mudhaari') = menunjukkan kejadian yang sedang terjadi dan/atau yang akan terjadi (imperfect tense). -
(al-amr) = perintah (fi'il amr berarti
(fi'l laazim) = kata kerja yang tidak memerlukan objek (kata kerja intransitive). (fi'il muta'addi) = kata kerja yang memerlukan objek (kata kerja (transitive). -
(itsbaat) = positif.
- (nafii) = negatif. / (fi'l ma'luum/fi'l ma'ruuf) = kalimat aktif (pelaku diketahui). (fi'l majhuul) = kalimat pasif (pelaku tidak diketahui/menggunakan kata kerja bentuk pasif yang biasanya diucapkan ketika pelaku tidak disebutkan) (tsulaatsi) = triliteral/tiga huruf/kata yang terdiri dari tiga huruf dasar. Fi'l ats-tsulaatsi = fi'il yang terdiri dari tiga huruf, contoh: (nashara=menolong), hurufnya terdiri dari huruf nun, shad, ra. (rubaa'i)= quadriliteral/empat huruf pembentuk kata. Fi'l rubaa'i = fi'il yang terdiri dari empat huruf, contoh (ba'tsara = menabur/mengacaukan), hurufnya terdiri dari huruf ba, 'ain, tsa, ra. (mujarrad) = kata yang berisi hanya tiga huruf (tanpa huruf tambahan). (maziid fiih) = kata yang berisi huruf pembentuk kata ditambah dengan huruf tambahan. catatan: a. Fi'l tsulaatsi mujarrad = fi'il (al-maadhi) yang dibentuk hanya tiga huruf.
b. Fi'l tsulaatsi maazid fiih = fi'il (al-maadi) yang dibentuk dari tiga huruf plus huruf tambahan. c. Fi'il rubaa'i mujarrad = fi'il (madhi) yang dibentuk dari empat huruf saja. d. Fi'l rubaa'i maazid fiih = sama seperti poin c hanya saja ditambah dengan huruf tambahan. (mashdar) = verbal noun/kata kerja yang dibendakan dalam artian tidak terikat dengan waktu kejadian atau free of tense. Contoh: fi'l = = nashara = menolong (telah menolong/waktu lampau/past tense). mashdar = = nashrun = pertolongan/kemenangan. Dari kata kerja menolong menjadi kata benda yaitu pertolongan. (musytaq) = derivative (kata benda yang merupakan turunan/kata turunan dari kata kerja) Contoh: (kata kerja), turunannya adalah menolong/penolong).
(naashirun = orang yang
(jaamid) = kata-kata selain mashdar dan selain musytaq, artinya kata benda (isim) yang tidak terbentuk dari kata lain. (shighah) = bentuk kata. Catatan: Bentuk kata tersebut terdiri dari: a. b. c. d.
(fi'l maadhi) (fi'lul mudhaari') (ismu mashdarin/isim mashdar) (ismu faa'il/isim fa'il = kata benda yang jabatannya
sebagai subjek/pelaku perbuatan) e. (ismu maf'uulin/isim maf'ul = kata benda yang jabatannya sebagai objek) f. (fi'lu amrin/fi'l amr = kata kerja bentuk perintah) g. (fi'lu nahyin/fi'il nahyi = kata kerja bentuk larangan) h. (isim zaman = keterangan waktu) i. (isim makaan = keterangan tempat) j. (isim alat). Jadi terdapat 9 sighah atau sembilan bentuk kata dalam bahasa arab (bukan sepuluh, karena isim zaman dan isim makaan sama bentuknya sehingga dijadikan satu bentuk). -
(al-mufrad) = kata dalam bentuk tunggal/singular.
-
(al-mutsanna) = kata dalam bentuk dual/dua.
(al-jam'u) = kata dalam bentuk jamak/jama'. Catatan: Ada dua bentuk jamak, yaitu: a. (jamak salim) = jamak yang selamat/jamak yang kata dasarnya tidak berubah jika kata itu dalam bentuk jamak. Hanya ditambah huruf waw dan nun. Contoh: mufrad (muslimun) , jamaknya adalah (muslimuuna). b. (jamak mukassar/jamak taksiir) = jamak yang berubah bentuk dari kata mufrad/tunggalnya. Contoh: mufrad (waladun), jamaknya adalah (aulaadun). (syibhul jumlah) = frasa atau yang menyerupai kalimat (beberapa kata yang terangkai yang menyerupai kalimat). Contoh syibhul jumlah = = fil baiti = di rumah.
jar wa majrur ini dinamakan syibhul jumlah atau frasa. - (mabniyyun/mabni) = adalah kata yang tetap atau tidak berubah harakatnya (walaupun ada huruf jar di depannya atau jabatannya pada kalimat berubah). Contoh mabni adalah dhamir = , , dst. Huwa, huma, hum, dst itu harakat pada huruf terakhirnya tidak pernah berubah alias tetap. Jadi tidak akan pernah jadi huwi atau huwu misalnya, dia tetap huwa. ('aamil) = kata yang menyebabkan kata yang mengikutinya i'rab (berubah harakatnya). (ma'muul) = kata yang mu'rab (berubah harakatnya) akibat adanya 'aamil. (ma'rifah) = definite noun (kata benda yang tertentu/khusus), biasanya kata benda didahului oleh (al). (nakirah) = indefinite noun (kata benda yang umum), kata benda berakhiran tanwin. Penutup
Saya akan menambahkan istilah-istilah dalam ilmu nahwu dan sharaf (pelajaran bahasa Arab), jika saya menemukan istilah baru, in syaa Allah akan saya tambah di dalam page ini. 1. Isim (nama) : kata yang mempunyai makna namun tidak terikat waktu seperti nama manusia, benda, tumbuhan, hewan, sifat dll sebagainya. Dan isim mempunyai banyak macam, diantaranya isim mu’rab, mabni, jamak,
mufrod, jami, musytad. 2. Fi’il (kata kerja) : kata yang mempunyai makna dan terikat dengan waktu, seperti kata kerja yang menunjukkan masa yang telah lalu, disebut fi’il madhi, adapun sekarang atau yang akan datang disebut fi’il mudhore
dan yang terakhir adalah kata kerja perintah yang disebut fi’il amr. Dan masih banyak fi’il -fi’il lainnya.
3. Huruf : ada yang sebagai penyusun suatu kata, dan ada yang mempunyai makna jika bersanding dengan kata lainnya. Macam-macam huruf banyak sekali, diantara huruf athof, huruf jar, huruf nashob dan lain sebagainya. 4. Fa’il (pelaku) : isim yang dirofa’kan yang mana ia menjadi pelaku (fa’il) dari sebuah kata kerja, dan fa’il selalu terletak setelah fi’il, adapun bentuk- bentuk fa’il itu bervariasi, terkadang fa’il itu isim dzahir, terkadang
isim dhamir, terkadang mustatir dll. 5. Naibul fa’il : Maf’ul bih yang berubah menjadi isim yang dirofa’kan dan statusnya menjadi marfu’ karena ia berlaku sebagai pengganti fa’il, karena keberadaan fa’il itu mesti adanya. Penyebab adanya naibul fa’il adalah Fi’il yang Majhul (kata kerja pasif).
6. Mubtada : Isim yang dirofa’kan sebagai permulaan kata. Mubtada bisa berupa isim dzhahir, isim dhamir, isim isyarah, yang jelas mubtada itu isim, ada juga mubtada yang terbentuk dari (an) dan fi’il, contohnya bermakna . 7. Khabar : Isim yang dirofa’kan yang menjadi berita dari Mubtada, biasanya terletak setelah Mubtada, jika ia terletak se belum mubtada’ maka namanya berubah menjadi Khabar Muqoddam. 8. Athof : isim yang mengikuti pada matbu’nya, yang berupa isim jamid, yang menyerupai sifat/naat, yang didalam menjelaskan lafadz yang diikuti, dan tidak dapat berdiri sendiri 9. Na’at (sifat) : lafadz yang mengikuti pada lafadz sebelumnya yang menyempurnakan matbu’ (yang diikuti) , dengan menyebutkan sifatnya man’ut (yang disifati) atau sifatnya lafadz yang berhubungan dengan man’ut
10. Taukid : merupakan kata tambahan yang dimaksudkan untuk penegas atau penjelas makna. 11. Badal : Isim Tabi’ yang dimaksudkan oleh penyebutan hukum dengan tanpa perantara huruf Athaf antara Badal dan Mubdal Minhunya.
12. Maf’ul bih : isim yang dinashobkan dimana ia berlaku sebagai objek dari sebuah kata kerja. 13. Maf’ul liajlih : isim manshub yang disebutkan untuk menjelaskan penyebab terjadinya suatu pekerjaan. 14. Maf’ul Ma’ah : isim yang dinashobkan ,yang disebutkan untuk menjelaskan orang yang bersamaan dengan pekerjaan yang dilakukan dan terletak setelah wawu ma’iyyah. 15. Maf’ul fiih : isim manshub (isim yang difatahkan) yang disebut untuk menjelaskan masa atau tempat terjadinya suatu perbuatan (fi’il) (artinya sebagai jawaban dalam pertanyaan “ (kapan)” atau “ (dimana) ”). Maf’ul fih sering j uga disebut sebagai zharaf zaman apabila dianya itu
menunjukkan kepada masa/waktu terjadinya suatu perbuatan. Dan sering juga disebut sebagai zharaf makan apabila dianya itu menunjukkan kepada tempat terjadinya suatu perbuatan. 16. Maf’ul Mutlak : isim ma nshub (yang dinasabkan) yang berasal dari lafaz fi’il (yaitu mashdar dari fi’il tersebut) dengan di sebutkan
bersamanya untuk menguatkannya atau untuk menjelaskan jenisnya atau jumlahnya. 17. Hal : isim nakirah yang manshub (yang difatahkan baris akhirnya) untuk menjelaskan keadaan si pelaku (fa’il) atau si penderita (maf’ul) ketika terjadinya suatau perbuatan (fi’il). Adapun fi’il atau maf’ul yang
menjelaskan hal keadaannya itu dinamakan sebagai shahib al-hal ( dan shahibul hal itu harus selalu dala m keadaan ma’rifah.
)
18. Mustatsna : isim manshub yang terletak setelah salah satu adat dari adat-adat istisna untuk membedakan sesuatu yang sebelumnya pada hukum. 19. Tamyiz : isim nakirah disebutkan untuk menerangkan kesamaran dari zat atau nisbat. 20. Dzorof makan : isim yang biasanya dinashabkan yang menunjukkan atas suatu tempat.
21. Dzorof zaman : isim yang biasanya dinashabkan yang menunjukkan atas suatu waktu. 22. Idhofat : penyandaran suatu kata pada kata lainnya 23. Mudhof : isim yang tidak boleh bertanwin atau beraliflam, yang terletak sebelum mudhof ilaih dan dia selalu menempel dan diiringi mudhof ilaih. 24. Mudhof ilaih : isim yang majrur yang biasanya beralif lam walaupun dalam beberapa keadaan ia tidak beraliflam dan keberadaanya harus setelah mudhof. 25. ‘amil : isim, fi’il atau huruf yang dapat merubah akhir baris atau huruf suatu kata. Jika ia dapat merubah menjadi marfu’ maka disebut ‘amil rofa’,
jika ia dapat merubah menjadi mansub maka disebut amil nashob, dan seterusnya. 26. I’rab : perubahan akhir kata dikarenakan perbedaan ‘amil -‘amil yang masuk kepada kata itu, bisa perubahannya secara lafadz (nyata) ataupun taqdir (tidak nyata). 27. Taqdir : Merupakan lawannya lafdziyyah (nyata), atau bisa kita katakan tersembunyi. 28. Kalam : adalah lafadz (bukan isyarat) murokkab yang tersusun (terdiri dari beberapa kata) mufiid (dapat dimengerti/ memberi faidah) dengan bahasa arab. 29. Kalimat (kata) : lafadz yang mempunyai satu makna tunggal yang biasa dipakai 30. Kalim : nama jenis yang setiap satu bagiannya disebut kalimat, yaitu: Isim, Fi’il dan Huruf. Jika Kalimat itu menunjukkan suatu arti pada dirinya
sendiri tanpa terikat waktu, maka Kalimat tsb dinamakan KALIMAT ISIM. Jika Kalimat itu menunjukkan suatu arti pada dirinya sendiri dengan menyertai waktu, maka Kalimat tsb dinamakan KALIMAT FIIL. Jika Kalimat itu tidak menunjukkan suatu arti pada dirinya sendiri, melainkan kepada yang lainnya, maka Kalimat tsb dinamakan KALIMAT HURUF