ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MIKROORGANISME MIKROORGANISME TANAH DI DAERAH RHIZOSFER
Nama NIM Kelompok Rombongan Asisten
: Ulfah Nuraini : B1A015044 :5 :I : Isna Farichati
LAPORAN PRAKTIKUM PATOGEN TUMBUHAN TULAR TANAH
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2018
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Jamur adalah salah satu mikroorganisme yang jumlahnya berlimpah di alam. Jamur merupakan kelompok organisme hidup yang tidak memiliki klorofil, sehingga demikian tidak dapat memproduksi makanan sendiri. Jamur sebagai organisme heterotrofik, memperoleh karbon dan energi dari organisme lain. Beberapa jamur mendapatkan nutrisi mereka dari inang yang hidup (tanaman atau hewan), sementara yang lainnya mendapatkan nutrisi dari tanaman mati atau hewan he wan (Yudiarti & Sugiharto, 2016). Fungi ada yang bersifat parasit dan ada pula bersifat saprofit. Parasit apabila dalam memenuhi kebutuhan makanannya dengan mengambil dari benda hidup yang ditumpanginya. Sedangkan bersifat saprofit apabila memperoleh makanan dari benda mati dan tidak merugikan benda itu sendiri. Fungi mensintesis protein dengan mengambil sumber karbon dan karbohidrat (misalnya glukosa, sukrosa atau maltosa). Sumber nitrogen dari bahan organik atau anorganik, dan mineral dari substratnya. ada juga beberapa fungi yang dapat mensintesis vitamin-vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan sendiri. Beberapa jamur mikroskopis ada juga yang tidak dapat mensintesis sendiri, sehingga harus mendapatkan dari substrat, misalkan thaimin dan biotin (Masniawati et al., 2013). Penyakit tanaman dapat didefinisikan sebagai penyimpangan fungsi dari sel-sel atau jaringan inang yang diakibatkan oleh gangguan secara terus-menerus oleh agensia patogenik atau faktor-faktor lingkungan dan mendukung berkembangnya gejala. Penyebab penyakit tanaman sangat meresahkan jika dibiarkan merajalela, karena kebutuhan makanan yang berasal dari tanaman sangat diperlukan setiap hari oleh penduduk di seluruh dunia (Donowidjojo et al., 1999). Tumbuhan diganggu oleh patogen atau oleh keadaan lingkungan tertentu dan salah satu atau lebih dari fungsi tersebut terganggu sehingga terjadi penyimpangan dari keadaan
normal, maka
tumbuhan menjadi sakit. Penyebab utama penyakit baik berupa organisme hidup patogenik (parasit) maupun faktor lingkungan fisik ( fisiopath). fisiopath). Mekanisme penyebab penyakit sangat bervariatif, mulanya tumbuhan bereaksi terhadap agensia penyebab penyakit pada bagian terserang. Reaksi tersebut dapat berupa reaksi biokimia alami, yang tidak dapat dilihat reaksinya dengan cepat menyebar dan terjadinya perubahan-
perubahan pada jaringan yang dengan sendirinya menjelma menjadi makroskopik dan membentuk gejala penyakit (Martoredjo, 1984). Penyakit yang terjadi pada tumbuhan dapat disebabkan oleh mikroorganime dari berbagai jenis yang tidak bisa kita lihat dengan menggunakan mata telanjang. Dampak dari serangan penyakit berbeda-beda setiap jenis tumbuhan yang diseranggnya. Mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya penyakit pada tumbuhan seperti Jamur, Bakteri, Virus dan Nematoda.Penyebab penyakit pada tanaman yang disebutkan di atas diantaranya adalah Nematoda. Nematoda dapat berperan sebagai hama dan juga sebagai penyakit, dikatakan sebagai hama karena nematoda dapat menyerang tanaman dari permukaan tanah dan digolongkan sebagai penyebab penyakit karena dapat masuk kedalam jaringan pembuluh pada akar tanaman (Wasis, 2012). Penyakit adalah terjadinya perubahan fungsi-fungsi sel dan jaringan inang sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensia-agensia pathogen atau factor lingkungan dan menyebabkan perkembangannya gejala. Penyebab utama penyakit baik berupa
organisme hidup patogenik
(parasit) maupun
faktor lingkungan
fisik
( fisiopath)(Martoredjo, fisiopath)(Martoredjo, 1984). Tumbuhan pada mulanya bereaksi terhadap agensia penyebab penyakit pada bagian terserang. Reaksi tersebut dapat berupa reaksi biokimia alami, yang tidak dapat dilihat. Reaksinya dengan cepat menyebar dan terjadinya perubahan-perubahan pada jaringan yang dengan sendirinya menjelma menjadi makroskopik dan membentuk gejala penyakit. Berbagai macam penyakit yang dapat menular, yaitu bakteri, jamur, virus, mikoplasma,nematoda dan tanaman tingkat tinggi (Wardle, 2002).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah : 1.
Mengetahui teknik isoalsi tanah di daerah rhizosfer
2.
Mengetahui hasil identifikasi isolat dari isolasi tanah di daerah rhizosfer
3.
Mengetahui jenis-jenis mikroorganisme di daerah rhizosfer
II. TINJAUAN PUSTAKA
Isolasi merupakan usaha untuk memisahkan suatu mikroorganisme dari campurannya pada sampel dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium pertumbuhan. Isolasi merupakan teknik yang sangat penting untuk memperoleh jamur dari berbagai habitat. Biakan yang diperoleh dari isolasi dikenal sebagai isolat murni. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam medium padat karena dalam medium padat sel-sel jamur akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Secara umum, teknik isolasi dapat dibedakan menjadi umum dan khusus. Teknik isolasi umum digunakan untuk jamur yang pertumbuhannya mudah. Contohnya teknik isolasi umum adalah metode semai dan metode tanam langsung (Kim, 2015). Metode semai biasa dilakukan untuk bahan yang sifatnya berupa bubuk atau granul seperti tepung, tanah dan dedak. Bahan tersebut dapat langsung ditebarkan di atas media PDA yang sudah padat ataupun ikut dituang bersama agar cair di cawan petri untuk kemudian dilakukan inkubasi. Metode tanam langsung dilakukan dengan meletakkan bahan tertentu yang diduga mengandung jamur, secara langsung di atas media PDA padat dengan harapan jamur yang tadinya tumbuh di permukaan atau dalam bahan tersebut dapat ikut tumbuh di medium biakan. Bahan tersebut contohnya adalah potongan kayu yang melapuk, biji maupun organ tumbuhan lainnya (Kim, 2015). Menurut Nurnawati et al., (2014), isolasi bisa dilakukan dengan menggunakan medium yang khusus yaitu medium Corn Meal Agar (CM), kemudian dapat dimurnikan dengan menanam isolat di agar miring. Aseptik memiliki arti yaitu bebas dari sepsis, yaitu kondisi terkontaminasi karena mikroorganisme lain, diperoleh jamur dari berbagai habitat (Singleton dan Sainsbury, 2006). Peremajaan merupakan salah satu rangkaian isolasi jamur, peremajaan merupakan prosedur memindahkan dan menumbuhkan jamur dari medium lama ke medium yang baru untuk menunjang pertumbuhan jamur tersebut agar tetap hidup. Peremajaan bertujuan untuk memperbarui nutrisi jamur yang telah berkurang selama pertumbuhannya di medium biakan yang lama. Pemurnian merupakan proses untuk mendapatkan satu spesies jamur tertentu dengan cara memisahkan pertumbuhannya pada
medium biakan lain setelah ditumbuhkan pada medium biakan awal untuk isolasi. Pemurnian ini bertujuan untuk proses identifikasi yang harus dilakukan pada populasi jamur yang hanya terdiri dari satu jenis saja (Mueller et al., 2004). Identifikasi adalah membandingkan isolat yang belum diketahui dengan taksa yang ada untuk menetapkan identitasnya (Schlegel & Hans, 1994). Identifikasi jamur patogen
dikarakterisasi
berdasarkan
pengamatan
morfologi
makroskopis
dan
pengamatan morfologi mikroskopis. Pengamatan morfologi makroskopis (morfologi koloni) meliputi bentuk koloni, warna koloni, warna sebalik koloni (reverse side), ada tidaknya titik eksudat, garis radial, garis konsentris, dan karakter khusus yang dimiliki. Pengamatan morfologi mikroskopis (morfologi sel) meliputi ada tidaknya septat pada hifa, percabangan hifa, warna hifa, ukuran hifa, struktur reproduksi (bentuk spora, warna spora, permukaan spora, dan ukuran spora), tangkai penghasil spora atau sporangiofor (warna, percabangan, permukaan, dan ukuran sporangiofor) menggunakan mikroskop (Ratna, 1990). Menurut Rochdjatun (1992), bahwa organisme yang menyebabkan penyakit disebut sebagai patogen. Suatu jasad saprofit mampu menghasilkan suatu produk yang dapat menyebabkan penyakit, misalnya toksin. Toksin tersebut dapat menginfeksi tanaman sehingga tanaman tersebut menjadi sakit. Organisme tersebut disebut patogen walaupun prosesnya tidak langsung. Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu biotik atau parasit dan abiotik atau non parasit. Biotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya menular atau infeksius, misalnya jamur, bakteri, nematoda, mycoplasma dan tanaman tinggi parasitik. Abiotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya tidak menular atau non infeksius. Penyakit-penyakit karena penyebab abiotik sering disebut penyakit fisiologis atau fisiogenis, sedangkan patogennya disebut fisiopath. Fisiopatogen tersebut antara lain kondisi cuaca yang tidak menguntungkan, kondisi tanah yang kurang baik, dan kerusakan karena mekanik dan zat-zat kimia (Triharso, 1996). Cendawan yang menjadi patogen pada tanaman, mengganggu proses-proses fisiologis pada tanaman yang menjadi inangnya. Gangguan yang terus- menerus yang merugikan aktivitas tanaman disebut penyakit tanaman. Cendawan merugikan tanaman dalam hal pengangkutan zat cair dan garam mineral, mengganggu proses fotosintesa,
serta mengganggu pengangkutan hasil-hasil proses fotosintesa. Cendawan dapat merusak akar, batang, daun, bunga dan buah, serta hasil tanaman di tempat penyimpanan (Tjahjadi, 1995). Penyakit tanaman merupakan penyimpangan dari sifat normal yang menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan kegiatan fisiologis seperti biasanya. Ada tiga faktor yang mendukung timbulnya penyakit yaitu tanaman inang, penyebab penyakit dan faktor lingkungan. Tanaman inang adalah tanaman yang diserang oleh patogen. Patogen ada dua yaitu fisiopatogen yang bukan organisme luar dan parasit yang organisme luar, seperti jamur, bakteri dan virus (Martoredjo, 1989). Fisiopatogen merupakan faktor lingkungan yang tidak tepat bagi tanaman, misalnya suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, adanya gas beracun yang berasal dari pencemaran ataupun hasil samping metabolisme tanaman itu sendiri dan kurangnya unsur hara pada tanah (Pyenson, 1979). Menurut Purnomo (2006), organisme yang dapat menyebabkan suatu penyakit tanaman disebut patogen tanaman. Patogen yang dapat menyerang tanaman yaitu diantaranya ada jamur, bakteri, nematoda, virus, viroid, riketsia, fitoplasma, algae, protozoa, dan tumbuhan tingkat tinggi parasit. Menurut (Aziz, 2010), penyebab penyakit tumbuhan
(patogen)
sangat
beragam,
namun
kalangan
fitopatologis
lebih
mengelompokan patogen tumbuhan kedalam 10 jenis patogen. Penjelasan masingmasing patogen tanaman yaitu sebagai berikut : 1. Jamur Jamur
merupakan
organisme
heterotrof,
absortif,
dan
membentuk
spora.
Perkembangbiakannya melalui aseksual dengan fragmentasi dan seksual melalui isogami. Lebih dari delapan ribu jenisnya menyebabkan penyakit pada tumbuhan. Contoh Phytophthora infestans yaitu penyakit hawar pada kentang. Contoh spesies dari genus Phytophtora
lain adalah Phytophthora capsici Phytophthora capsici
adalah virulen, patogen hemibiotrophic tanaman sayuran. Pytophthora capsici ini hampir sama dengan Phytopthora infestans
yaitu memiliki epidomologi peledak
yang besar dan dapat merusak inang dengan spora seksualnya (Mudge et al., 2012). 2. Bakteri Bakteri merupakan mikroorganisme prokariotik bersel tunggal.Terdapat kurang lebih 200 jenis bakteri yang dapat menyebabkan penyakit tanaman. Contoh Pseudomonas
solanacearum yaitu layu pada pisang, ubikayu, lacang tanah, cabai, kentang, tembakau, dan tomat. 3. Virus Virus penyebab penyakit tumbuhan adalah TMV (Tobaco Mozaik Virus) dan CMV (Cucumber Mozaik Virus) yang mengakibatkan penyakit bercak mozaik pada daun cengkeh dan mentimun, CMV merupakan virus penyebab penyakit utama pada tanaman cabai besar. Kerugian yang ditimbulkannya dapat menurunkan jumlah dan bobot buah per tanaman berturut-turut sebesar 81,4 % dan 82,3 % (Kristyaningrum, 2015). 4. Viroid Viorid penyebab penyakit tumbuhan sebenarnya hampir sama seperti TMV, namun untuk viroid cenderung virus tersmipan dalam bentuk protein inaktif 5. Mikoplasma dan MLO (mycoplasma like organism). Mikoplasma juga merupakan mikroorganisme prokariotik seperti bakteri , patogen dari gologan mycoplasma atau fitoplasma yang umumnya menyebabkan penyakit pada akar atau pada bagian jaringan muda yang meristematik. Patogen selanjutnya adalah nematoda contohya adalah Globodera rostochinensis yang menyebabkan penyakit kuning pada ketang 6. Tumbuhan tingkat tinggi parasitik Tumbuhan parasitik biasanya mampu menghasilkan biji dan bunga yang mirip dengan biji dan bunga yang dihasilkan tanaman inangnya. golongan tumbuhan parasit seperti taliputri atau dari golongan gaggang merah dan ganggang hijau. 7. Nematoda Aktivitas nematoda dalam tubuh tanaman berpengaruh secara kontinyu terhadap fisiologi inang, oleh karena itu, nematoda merupakan satu-satunya kelompok hewan yang dikategorikan ke dalam patogen. Nematoda contohya adalah Globodera rostochinensis yang menyebabkan penyakit kuning pada ketang. 8. Protozoa Protzoa seperti protozoa tanah dekomposer atau detritus yang mengakibatkan rusaknya akar muda kemudian. 9. Rickettsia
Ricketsia atau Ricketsialike bacterium (RLB) merupakan mikroba yang tidak berinti sejati (prokariot, bersifat obligat parasit (tidak dapat ditumbuhkan pada media buatan), memiliki dinding sel dan tidak berflagellum, perkembangannya dengan membelah diri, merupakan gram negatif, gejala yang ditimbulkan pada umumnya hipoplasia. Alternatif perlakuan yang dapat digunakan untuk membantu pertumbuhan tanaman pada lahan - lahan yang memiliki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang buruk, seperti halnya pada tanah tambang adalah dengan menciptakan kondisi tanah supresif. Tanah supresif adalah tanah yang kaya akan mikroba tanah, sehingga kondusif untuk pertumbuhan tanaman, dan dapat menekan perkembangan mikroba patogen (Van Brugen 2000) Terkait pada kedua definisi kualitas dan kesehatan tanah adalah faktor
penting yang harus dijaga agar fungsi tanah sebagai mediator tumbuh
organisme, biota tanah dan vegetasi dapat terlaksana dengan baik yang kemudian dapat diaplikasikan untuk menunjang kehidupan, karena semua faktor yang terkait dengan keadaan tanah dan daya dukung tanah akan berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap perkembangan populasi mikroorganisme tanah (Bickelhaupt 1980). Pengertian tanah supresif ( suppressive soil ) dalam bahasan ini secara lengkap adalah tanah
Campbell
(1989)
mendefinisikan
tanah
supresif
sebagai
tanah
dengan
perkembangan penyakit pada atau dalam inang rentan tertekan, meskipun patogen ada atau diintroduksikan. Menurut Cook & Baker (1983) tanah supresif adalah tanah dengan patogen tidak dapat berkembang atau bertahan, berkembang tetapi menyebabkan sedikit atau tanpa kerusakan, atau berkembang dan menyebabkan penyakit untuk sementara waktu, kemudian penyakit tidak penting meskipun patogen dapat bertahan dalam tanah. Alabouvette
(1993)
menyatakan
bahwa
kesupresivan
tanah
terhadap
patogen/penyakit secara fundamental didasarkan pada interaksi mikrob antara patogen dengan semua atau sebagian mikrob saprofit. Baker (1991) mengemukakan bahwa kesupresivan tanah pada kebanyakan kasus, beratribut utama mikrob asli setempat. Apabila mikroba tersebut dieradikasi dengan perlakuan tertentu maka akan lebih cepat terinfestasi kembali oleh patogen. Kesupresivan tanah dapat ditingkatkan atau dikembalikan melalui pengimbasan dengan komponen antagonis spesifik mikroba tanah, secara tunggal atau kombinasi, ini merupakan fenomena pengendalian hayati alami.
Alabouvette, C. 1993. Naturally occurring disease‐suppressive soils. In: Lumsden, R.D. and J.L. Vaughn. Pest Management: Biologically Based Technologies. American Cahemical Society, Wahsington, DC. pp.204‐210. Baker, R. 1991. Diversity in biological control. Crop Protection. 10:85‐94. Van Brugen AHC. 2000. In Search of Biological Indicators for Soilhealth and Disease Supression. Journal Applied Soil Ecology 15 (2); 25-36. Bickelhaupt DH. 1980. Nursery Soil and Seedling Analysis Methodology . Proc. North American Forest Tree Nursery Soil. Workshop. New york: 237-260
III. MATERI DAN METODE A. Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah cawan petri, tabung reaksi, pipet ukur dan filter, jarum ose, wrapper, scalpel, pH soil tester, bunsen, sarung tangan latek, LAF, timbangan, objeck glass, cover glass, pipet tetes dan mikroskop. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sampel tanah dekat dan jauh dari perakaran (buncis, pisang, kacang panjang, kedelai, jagung, kersen, jati, mangga, damar dan rumput gajah), alkohol 70%, PDA+Clorampenicol, akuades, spirtus dan polybag. B. Metode 1. Pengambilan Sampel
Tanaman difoto, kemudian pH diukur dan sampel tanah yang dekat dan jauh rhizosfer diambil. 2. Isolasi pengenceran
Sampel tanah sebanyak 1 gram disiapkan, 1 ml diambil dari 10 ml akuades steril, diteruskan ke tabung reaksi kedua dengan mengambil 1 ml dari 9 ml tabung reaksi pertama, diambil lagi 0,1 ml dari 9 ml ke tabung reaksi ketiga, pindakan ke medium PDA sebanyak 3 ulangan dan diinkubasi selama 3 x 24 jam. 3. Identifikasi
Isolat disiapkan, diletakan pada objeck glass, mengunakakan jarum ose, ditetesi dengan akuades, tutup menggunakan cover glass, amati dan dibandingkan dengan pustaka.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1 Identifikasi Mikroorganisme Daerah Rhizosfer No
Kel/Rom b
1.
1/I
Sampel Tanah/Daera h Buncis/dekat
pH Tana h 6,5
Karakter Spesies Makroskop Mikroskopis is 1. Warna 1. Hifa Rhizopus sp. koloni : septat/as putih eptat : Warna septat sebalik Warna hifa : koloni : putih putih Warna Tekstur konidia : permukaan Bentuk : halus konidia : seperti kapas Tepi koloni : rata Pola penyebaran : konsentris 2. Warna 2. Hifa Aspergillus sp. koloni : septat/as putih eptat : Warna septat sebalik Warna hifa : koloni : Warna putih konidia : Tekstur Bentuk permukaan: konidia : halus Tepi koloni : bergerigi Pola penyebaran : konsentris 3. Warna 3. Hifa Geotrichum sp. koloni : septat/as putih pucat eptat : Warna aseptat sebalik Warna hifa : koloni : Warna hitam konidia : Tekstur Bentuk permukaan: konidia : halus Tepi koloni
Buncis/jauh
5,5
: rata Pola penyebaran : acak 1. Warna 1. Hifa Absidia koloni : septat/as cylindrospora putih eptat : Warna septat sebalik Warna hifa : koloni : putih krem Warna Tekstur konidia : permukaan hyalin : halus Bentuk seperti konidia : kapas hyalin Tepi koloni : rata Pola penyebaran : konsentris 2. Warna 2. Hifa Acrophialophora koloni : septat/as fusispora putih eptat : Warna septat sebalik Warna hifa : koloni : putih putih Warna Tekstur konidia : permukaan: hyalin halus Bentuk seperti konidia : kapas hyalin Tepi koloni : rata Pola penyebaran : konsentris 3. Warna 3. Hifa koloni : septat/as Warna eptat : sebalik Warna hifa : koloni : Warna Tekstur konidia : permukaan: Bentuk Tepi koloni konidia : : Pola penyebaran :
2.
2/I
Pisang/dekat
Pisang/jauh
6,8
6,8
1. Warna koloni : putih Warna sebalik koloni : kuning kecoklatan Tekstur permukaan : kasar Tepi koloni : rata Pola penyebaran : konsentris 2. Warna koloni : putih Warna sebalik koloni : kekuningan Tekstur permukaan: halus seperti kapas Tepi koloni : bergerigi Pola penyebaran : konsentris 3. Warna koloni : putih Warna sebalik koloni : putih tulang Tekstur permukaan: halus seperti kapas Tepi koloni : bergerigi Pola penyebaran : konsentris 1. Warna
1. Hifa Brycekendrichomych septat/as es sp. eptat : septat Warna hifa : putih Warna konidia : hyalin Bentuk konidia : lonjong
2. Hifa Botryosporium sp. septat/as eptat : septat Warna hifa : putih Warna konidia : hyalin Bentuk konidia : bulat
3. Hifa septat/as eptat : septat Warna hifa : putih Warna konidia : Bentuk konidia :
1. Hifa
Cylindrium sp.
Trichoderma sp.
3.
3/I
Kacang panjang/dek at
7
koloni : septat/as putih eptat : Warna aseptat sebalik Warna hifa : koloni : hyalin kuning Warna Tekstur konidia : permukaan hyalin : halus Bentuk seperti konidia : kapas bulat Tepi koloni : rata Pola penyebaran : konsentris 2. Warna 2. Hifa Aspergillus sp. koloni : septat/as abu-abu eptat : Warna septat sebalik Warna hifa : koloni : hyalin hitam Warna Tekstur konidia : permukaan: Bentuk halus konidia : seperti kapas Tepi koloni : rata Pola penyebaran : konsentris 3. Warna 3. Hifa koloni : septat/as Warna eptat : sebalik Warna hifa : koloni : Warna Tekstur konidia : permukaan: Bentuk Tepi koloni konidia : : Pola penyebaran : 1. Warna 1. Hifa Mortierella sp. koloni : septat/as hitam eptat : Warna septat sebalik Warna hifa : koloni : Warna
Kacang panjang/jauh
5,5
hitam konidia : keabuan Bentuk Tekstur konidia : permukaan : halus seperti kapas Tepi koloni :bergerigi Pola penyebaran : konsentris 2. Warna 2. Hifa Phytium sp. koloni : septat/as putih eptat : Warna aseptat sebalik Warna hifa : koloni : Warna krem konidia : Tekstur Bentuk permukaan: konidia : halus Tepi koloni : rata Pola penyebaran : konsentris 3. Warna 3. Hifa Aspergillus sp. koloni : septat/as putih eptat : kehijauan aseptat Warna Warna hifa : sebalik hitam koloni : Warna krem konidia : Tekstur Bentuk permukaan: konidia : halus bulat seperti kapas Tepi koloni : irreguler Pola penyebaran : konsentris 1. Warna 1. Hifa Chrysporium sp. koloni : septat/as putih eptat : Warna septat sebalik Warna hifa : koloni : hyalin
4.
4/I
Kedelai/deka 7 t
putih Warna Tekstur konidia : permukaan hyalin : halus Bentuk seperti konidia : kapas bulat Tepi koloni : irreguler Pola penyebaran : konsentris 2. Warna 2. Hifa Fusarium sp. koloni : septat/as putih eptat : Warna aseptat sebalik Warna hifa : koloni : hyalin putih Warna Tekstur konidia : permukaan: hyalin halus Bentuk seperti konidia : kapas bulat Tepi koloni : irreguler Pola penyebaran : konsentris 3. Warna 3. Hifa koloni : septat/as Warna eptat : sebalik Warna hifa : koloni : Warna Tekstur konidia : permukaan: Bentuk Tepi koloni konidia : : Pola penyebaran : 1. Warna 1. Hifa Rhizopus sp. koloni : septat/as putih eptat : Warna aseptat sebalik Warna hifa : koloni : putih hitam Warna Tekstur konidia : permukaan hyalin : halus Bentuk seperti konidia :
Kedelai/jauh
5,5
kapas Tepi koloni : reguler Pola penyebaran : konsentris 2. Warna koloni : putih Warna sebalik koloni : putih kekuningan Tekstur permukaan: kasar Tepi koloni : irreguler Pola penyebaran : konsentris 3. Warna koloni : putih Warna sebalik koloni : coklat Tekstur permukaan: halus seperti kapas Tepi koloni : rata Pola penyebaran : konsentris 1. Warna koloni : Warna sebalik koloni : Tekstur permukaan : Tepi koloni : Pola penyebaran
bulat
2. Hifa septat/as eptat : aseptat Warna hifa : putih Warna konidia : hyalin Bentuk konidia : bulat
Chrysosporium sp.
3. Hifa Botrysporium sp. septat/as eptat : aseptat Warna hifa : putih Warna konidia : hyalin Bentuk konidia : bulat
1. Hifa septat/as eptat : Warna hifa : Warna konidia : Bentuk konidia :
5.
5/I
Jagung/dekat
7
: 2. Warna 2. Hifa koloni : septat/as Warna eptat : sebalik Warna hifa : koloni : Warna Tekstur konidia : permukaan: Bentuk Tepi koloni konidia : : Pola penyebaran : 3. Warna 3. Hifa koloni : septat/as Warna eptat : sebalik Warna hifa : koloni : Warna Tekstur konidia : permukaan: Bentuk Tepi koloni konidia : : Pola penyebaran : 1. Warna 1. Hifa Aspergillus sp. koloni : septat/as putih eptat : Warna aseptat sebalik Warna hifa : koloni : putih putih Warna Tekstur konidia : permukaan hitam : halus Bentuk seperti konidia : kapas bulat Tepi koloni : rata Pola penyebaran : konsentris 2. Warna 2. Hifa Mortirella sp. koloni : septat/as putih eptat : Warna septat sebalik Warna hifa : koloni : hyalin putih Warna Tekstur konidia : permukaan: hyalin
Jagung/jauh
6
halus Bentuk seperti konidia : kapas bulat Tepi koloni : bergerigi Pola penyebaran : konsentris 3. Warna 3. Hifa koloni : septat/as Warna eptat : sebalik Warna hifa : koloni : Warna Tekstur konidia : permukaan: Bentuk Tepi koloni konidia : : Pola penyebaran : 1. Warna 1. Hifa Acremonium sp. koloni : septat/as hitam eptat : Warna septat sebalik Warna hifa : koloni : hyalin putih Warna Tekstur konidia : permukaan hitam : halus Bentuk seperti konidia : kapas bulat Tepi koloni : bergerigi Pola penyebaran : konsentris 2. Warna 2. Hifa Mortierella sp. koloni : septat/as putih eptat : Warna septat sebalik Warna hifa : koloni : hyalin putih Warna Tekstur konidia : permukaan: hyalin halus Bentuk seperti konidia : kapas bulat Tepi koloni : bergerigi
6.
1/II
Kersen/dekat
7
Pola penyebaran : konsentris 3. Warna 3. Hifa koloni : septat/as Warna eptat : sebalik Warna hifa : koloni : Warna Tekstur konidia : permukaan: Bentuk Tepi koloni konidia : : Pola penyebaran : 1. Warna 1. Hifa Penicillium sp. koloni : septat/as putih eptat : Warna septat sebalik Warna hifa : koloni : hyalin putih Warna Tekstur konidia : permukaan hyalin : halus Bentuk seperti konidia : kapas bulat Tepi koloni : rata Pola penyebaran : konsentris 2. Warna 2. Hifa Aspergillus sp. koloni : septat/as putih eptat : Warna aseptat sebalik Warna hifa : koloni : hyalin putih Warna Tekstur konidia : permukaan: hyalin halus Bentuk seperti konidia : kapas bulat Tepi koloni : bergerigi Pola penyebaran : konsentris 3. Warna 3. Hifa koloni : septat/as
Kersen/jauh
7.
2/II
Jati/dekat
6
6,2
Warna sebalik koloni : Tekstur permukaan: Tepi koloni : Pola penyebaran : 1. Warna koloni : Warna sebalik koloni : Tekstur permukaan : Tepi koloni : Pola penyebaran : 2. Warna koloni : Warna sebalik koloni : Tekstur permukaan: Tepi koloni : Pola penyebaran : 3. Warna koloni : Warna sebalik koloni : Tekstur permukaan: Tepi koloni : Pola penyebaran : 1.Warna koloni : putih Warna
eptat : Warna hifa : Warna konidia : Bentuk konidia :
1. Hifa septat/as eptat : Warna hifa : Warna konidia : Bentuk konidia :
2. Hifa septat/as eptat : Warna hifa : Warna konidia : Bentuk konidia :
3. Hifa septat/as eptat : Warna hifa : Warna konidia : Bentuk konidia :
1. Hifa septat/as eptat : aseptat
Diheterospora sp.
Jati/jauh
5,8
sebalik Warna hifa : koloni : hyalin krem Warna Tekstur konidia : permukaan Bentuk : halus konidia : seperti bulat kapas Tepi koloni : bergerigi Pola penyebaran : konsentris 2. Warna 2. Hifa Fusarium sp. koloni : septat/as putih eptat : Warna septat sebalik Warna hifa : koloni : hyalin putih Warna Tekstur konidia : permukaan: Bentuk halus konidia : seperti kapas Tepi koloni : bergerigi Pola penyebaran : radial 3. Warna 3. Hifa Isaria sp. koloni : septat/as putih eptat : Warna septat sebalik Warna hifa : koloni : hyalin putih Warna Tekstur konidia : permukaan: Bentuk halus konidia : seperti kapas Tepi koloni : bergerigi Pola penyebaran : konsentris 1. Warna 1. Hifa Phytium sp. koloni : septat/as putih eptat : Warna septat
8.
3/II
Mangga/dek at
6,8
sebalik Warna hifa : koloni : hyalin krem Warna Tekstur konidia : permukaan Bentuk : halus konidia : seperti bulat kapas Tepi koloni : bergerigi Pola penyebaran : konsentris 2. Warna 2. Hifa Trichoderma sp. koloni : septat/as putih eptat : Warna septat sebalik Warna hifa : koloni : hyalin krem Warna Tekstur konidia : permukaan: Bentuk halus konidia : seperti lonjong kapas Tepi koloni : bergerigi Pola penyebaran : konsentris 3. Warna 3. Hifa koloni : septat/as Warna eptat : sebalik Warna hifa : koloni : Warna Tekstur konidia : permukaan: Bentuk Tepi koloni konidia : : Pola penyebaran : 1. Warna 1. Hifa Penicillium sp. koloni : septat/as abu-abu eptat : Warna aseptat sebalik Warna hifa : koloni : hyalin kehijauan Warna Tekstur konidia : permukaan hyalin
Mangga/jauh
6
: halus Bentuk seperti konidia : kapas seperti Tepi koloni bunga : rata Pola penyebaran : acak 2. Warna 2. Hifa Aspergillus sp. koloni : septat/as putih eptat : Warna septat sebalik Warna hifa : koloni : hyalin kuning Warna Tekstur konidia : permukaan: hijau halus Bentuk seperti konidia : kapas bulat Tepi koloni : rata Pola penyebaran : acak 3. Warna 3. Hifa Penicillium sp. koloni : septat/as hyalin eptat : Warna aseptat sebalik Warna hifa : koloni : hyalin coklat Warna Tekstur konidia : permukaan: hyalin halus Bentuk seperti konidia : kapas seperti Tepi koloni bunga : rata Pola penyebaran : konsentris 1.Warna 1. Hifa Penicillium sp. koloni : septat/as hijau eptat : Warna aseptat sebalik Warna hifa : koloni : hyalin krem Warna Tekstur konidia : permukaan hyalin
9.
4/II
Damar/dekat
6,2
: licin Bentuk Tepi koloni konidia : : rata seperti Pola bunga penyebaran : acak 2.Warna 2. Hifa Aspergillus sp. koloni : septat/as putih eptat : Warna septat sebalik Warna hifa : koloni : hyalin krem Warna Tekstur konidia permukaan: :hijau licin Bentuk Tepi koloni konidia : : rata bulat Pola penyebaran : acak 3. Warna 3. Hifa koloni : septat/as Warna eptat : sebalik Warna hifa : koloni : Warna Tekstur konidia : permukaan: Bentuk Tepi koloni konidia : : Pola penyebaran : 1. Warna 1.Hifa Cunninghamella sp. koloni : septat/ase putih ptat : Warna aseptat sebalik Warna hifa : koloni : hyalin krem Warna Tekstur konidia : permukaan hyalin : halus Bentuk seperti konidia : kapas bulat Tepi koloni : rata Pola penyebaran : konsentris 2. Warna 2. Hifa Cladosporium sp.
Damar/jauh
5,6
koloni : septat/as abu-abu eptat : Warna septat sebalik Warna hifa : koloni : hyalin putih Warna Tekstur konidia : permukaan: Bentuk halus konidia : Tepi koloni : rata Pola penyebaran : konsentris 3. Warna 3. Hifa koloni : septat/as Warna eptat : sebalik Warna hifa : koloni : Warna Tekstur konidia : permukaan: Bentuk Tepi koloni konidia : : Pola penyebaran : 1. Warna 1. Hifa Pythium sp. koloni : septat/as putih eptat : Warna aseptat sebalik Warna hifa : koloni : hyalin putih Warna Tekstur konidia : permukaan hyalin : halus Bentuk seperti konidia : kapas bulat Tepi koloni bergerombol : rata Pola penyebaran : konsentris 2. Warna 2. Hifa Arthropotrys sp. koloni : septat/as putih eptat : Warna aseptat sebalik Warna hifa : koloni : Warna krem konidia : Tekstur Bentuk
10 .
5/II
Rumput gajah/dekat
7
permukaan: konidia : halus Tepi koloni : rata Pola penyebaran : konsentris 3. Warna 3. Hifa koloni : septat/as Warna eptat : sebalik Warna hifa : koloni : Warna Tekstur konidia : permukaan: Bentuk Tepi koloni konidia : : Pola penyebaran : 1. Warna 1. Hifa Verticillium sp. koloni : septat/as putih eptat : Warna septat sebalik Warna hifa : koloni : hyalin kuning Warna Tekstur konidia : permukaan hyalin : halus Bentuk Tepi koloni konidia : : rata bulat Pola penyebaran : konsentris 2. Warna 2. Hifa Penicillium sp. koloni : septat/as hijau eptat : tua aseptat Warna Warna hifa : sebalik hyalin koloni : Warna kuning konidia : Tekstur hyalin permukaan: Bentuk halus konidia : Tepi koloni bulat : rata lonjong Pola penyebaran : acak 3. Warna 3. Hifa
Rumput gajah/jauh
6,8
koloni : septat/as Warna eptat : sebalik Warna hifa : koloni : Warna Tekstur konidia : permukaan: Bentuk Tepi koloni konidia : : Pola penyebaran : 1. Warna 1. Hifa Pythium sp. koloni : septat/as kuning eptat : Warna aseptat sebalik Warna hifa : koloni : hyalin kuning Warna Tekstur konidia : permukaan hyalin : halus Bentuk Tepi koloni konidia : : rata bulat Pola penyebaran : acak 2. Warna 2. Hifa Penicillium sp. koloni : septat/as abu-abu eptat : Warna aseptat sebalik Warna hifa : koloni : hyalin putih Warna Tekstur konidia : permukaan: hyalin halus Bentuk Tepi koloni konidia : : rata bulat Pola lonjong penyebaran : acak 3. Warna 3. Hifa koloni : septat/as Warna eptat : sebalik Warna hifa : koloni : Warna Tekstur konidia : permukaan: Bentuk Tepi koloni konidia : : Pola
penyebaran :
Gambar 4.1 Hasil isolasi jagung dekat Rhizosfer
Gambar 4.2 Aspergillus sp.
Gambar 4.3 Mortierella sp.
Gambar 4.4 Hasil isolasi jagung jauh Rhizosfer
Gambar 4.5 Mortierella sp.
Gambar 4.6 Acremonium sp.
Jamur adalah agen penting dalam kerusakan jagung disimpan. Kondisi lingkungan, kadar air biji-bijian dan persaingan antar spesies menentukan spesies mana yang mendominasi tertentu microbiota. Insiden Aspergillus sp. tidak terpengaruh secara signifikan oleh faktor-faktor yang dievaluasi dalam du a hibrida jagung (Tabel 8), menunjukkan keberadaan faktor-faktor lain yang berpengaruh. perbedaan kecil dalam kandungan uap air awal, suhu atau waktu penyimpanan sebelumnya dapat menyebabkan perbedaan besar laju infeksi biji-bijian dan deteriorasi oleh jamur. (eng)