1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dalam dunia bisnis kelautan pada era global ini, kapal laut semakin memegang peranan penting dalam jasa transportasi khususnya transportasi laut. Hal ini mengingat bahwa segi biaya, transportasi laut relative lebih murah dari pada transportasi lainnya. Karena dilihat dari segi tersebut konsumen cenderung menggunakan transportasi laut untuk menjalankan usaha niaganya. Seiring dengan berjalannya usaha niaga tersebut maka kinerja kapal laut harus dijaga agar dapat digunakan kapan dan dimana saja demi memperlancar proses pengiriman barang. Dengan hal ini mesin induk menjadi faktor utama yang sangat mempengaruhi kinerja kapal. Pada proses pembakaran mesin induk, udara memegang peranan yang sangat penting untuk menghasilkan pembakaran yang sempurna sehingga akan didapatkan tenaga yang sempurna sehingga akan didapatkan tenaga yang sempurna pula. Sering kali penggunaan udara ini menjadi suatu kendala dalam pengoperasian mesin induk. Kondisi tersebut menyebabkan mesin induk tidak bekerja dengan optimal dimana nantinya akan mengganggu kegiatan transportasi. Maka dalam pengalaman penulis yang melatar belakangi penyusunan karya tulis ini adalah ketika kapal berlayar dengan muatan penuh dari Muara Berau menuju pelabuhan Tanjung Jati Jepara, pada manifold exhaust mesin induk terjadi pembaraan, sehingga mesin induk diturunkan kecepatan putarannya.
2
Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap kejadian tersebut ternyata adanya udara yang tidak sempurna yang melalui intercooler sehingga hal ini mempengaruhi pengoperasian mesin induk. Dengan melihat fakta tersebut diatas, maka penulis termotivasi untuk menyajikan karya tulis dengan judul “Perawatan Intercooler Guna Menunjang Kinerja Mesin Induk MV. URMILA.
1.2 Identifikasi masalah Berdasarkan dengan fakta yang telah dikemukakan, masalahmasalah pokok yang menjadi dasar penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut: 1. Kurangnya suplai udara bilas kedalam silinder 2. Terjadinya penurunan daya pada Mesin Induk
1.3 Pembatasan Masalah Mengingat luasnya masalah yang ada di kapal sehubungan dengan pengoperasian mesin induk maka penulis membatasi masalah yang hanya terjadi di MV. URMILA. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahpahaman dan penyimpangan dalam membahas karya tulisi ini. Spesifikasi dari intercooler yang digunakan di kapal MV. URMILA adalah sebagai berikut: Intercooler VTR 400 8D Type
: Fin Tube, DKC Type.
3
1.4 Tujuan Penulisan Dengan adanya penulisan karya tulis ini, penulis berharap pembaca khususnya para masinis kapal memiliki sebuah pandangan baru akan pentingnya peranan udara yang melalui intercooler dalam menghasilkan pembakaran yang sempurna. Adapun tujuan dan kegunaan penulis karya tulis ini adalah: 1. Menganalisa sejauh mana masinis-masinis melakukan kegiatan perawatan atau pemeliharaan dan perbaikan terhadap mesin induk yang bekerja tidak normal. 2. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan para masinis kapal sehingga lebih menguasai bidang kerjanya. 3. Memperpanjang perawatan pada intercooler.
1.5 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam suatu penelitian. Data yang terkumpul akan digunakan sebagai bahan analisis dan pengujian kesimpulan yang telah dirumuskan. Kemudian data ini disusun secara sistematis, terarah dan sesuai dengan masalah penelitian dalam hal ini masalah yang berkaitan dengan intercooler. Teknik pengumpulan data erat hubungannya dengan masalah penelitian yang akan dipecahkan. Dalam penelitian, penggunaan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat ( sesuai ) dapat membantu pencapaian hasil atau pemecahan masalah yang sesuai dan andal.
4
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut : 1. Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan yang sistematik terhadap subyek penelitian. Berdasarkan pengamatan diatas kapal, ada beberapa masalah yang timbul berkaitan dengan intercooler 2. Diskusi. Adanya jenis teknik pengumpulan data yang lain adalah diskusi. Di dalam diskusi, masalah yang ada disajikan kemudian dibicarakan
untuk
mencari
jalan
pemecahannya.
Masalah
tersebut dapat berupa suatu kejadian, kondisi maupan adanya beberapa data yang tidak normal yang kemudian disusun secara sistematika. Penyusunan ini dimaksudkan agar pemecahan masalah yang didapat dari diskusi akan saling berhubungan dan mendukung satu sama lain. 3. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan studi pendahuluan ( preliminary study ) yang bermaksud untuk mencari data tentang permasalahan penelitian.
5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Kajian Teori Selama penulis melakukan proyek laut ( prola ) selama satu tahun di MV URMILA, terjadi beberapa kejadian yang berkaitan dengan intercooler. Salah satu ketidaknormalan yang pernah terjadi dalam pengoperasian mesin induk khususnya pada intercooler, yang dimana udara yang masuk kedalam silinder melalui intercooler tidak maksimal untuk melakukan pembakaran dan pembilasan karena adanya kotoran pada intercooler. Informasi mengenai permasalahan dalam karya tulis ini, banyak diperoleh berdasarkan penjelasan secara lisan dari para masinis yang pernah menghadapi kesulitan dalam pengoperasian mesin induk khususnya pada intercooler. Dokumen yang digunakan untuk referensi antara lain adalah jurnal harian ( engine room log book ), catatan pemeriksaan rutin perawatan ( routine check maintenance ) yang ada diatas kapal. Informasi dan kejadian yang pernah dialami diatas kapal kemudian dijadikan bahan pertimbangan dan perbandingan dalam penyususnan skripsi ini.
6
2.2. Kajian Penelitian yang Relevan Sebelum udara masuk kedalam ruang silinder udara tersebut didinginkan oleh intercooler. Intercooler adalah suatu pesawat yang berfungsi mendinginkan udara yang dihasilkan oleh turbocharger supaya masa jenis udara tekan naik sehingga berat kepadatan udara meningkat dan menurunkan suhu gas buang dan beban panas yang diterima mesin induk. Intercooler yang kotor menyebabkan kurangnya jumlah udara murni yang masuk kedalam ruang silinder. Massa jenis udara menentukan massa bahan bakar yang dapat dibakar pada setiap langkah dalam silinder dan menentukan daya maksimal pada mesin. Jika massa udara dalam setiap langkah meningkat maka besar pula massa bahan bakar pada setiap silinder yang dapat dibakar ( C. C. Pounder, 1972 : 32 ). Pembakaran lebih sempurna karena udara didinginkan di intercooler sehingga udara lebih padat dengan oksigen. Jumlah udara masuk kedalam silinder lebih banyak sehingga tekanan udara masuk lebih tinggi dari pada tekanan udara luar. Untuk pembakaran yang sempurna dari bahan bakar yang disemprotkan kedalam silinder, maka perlu sekali tersedia sejumlah udara pembakaran tersebut tergantung dari susunan kimia dari bahan bakar diesel. Maka untuk pembakaran sempurna diperlukan secara teoritis udara sebanyak 14,0 – 14,5 kg per 1 kg bahan bakar, jumlah udara tersebut dinamakan jumlah udara teoritis ( Lth ).
7
Untuk menghasilkan penyalaan cepat dan pembakaran cepat maka dalam silinder harus tersedia lebih besar dari pada jumlah uadara teoritis. Jumlah udara yang diperlukan sesungguhnya per kg bahan bakar disebut jumlah udara praktis ( Lpr ). Menurut Diklat Teknik Perbaikan dan Perawatan Kapal Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Proyek, 2003. Perawatan dapat dibagi menjadi dua jenis kegiatan yaitu : 1. Perawatan
Normal
atau
Perawatan
sistematis
:
semua
perawatan yang tidak diperkirakan sebelumnya. 2. Perawatan tidak Normal atau Perawatan Luar Biasa : terjadi akibat dari kerusakan yang tidak terduga karena kurang adanya perawatan pencegahan. Perawatan pencegahan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah kerusakan, yang mungkin akan mengakibatkan gangguan yang tidak terduga atau penambahan biaya, Perawatan pencegahan dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1. kegiatan yang dijadwalkan : meliputi kegiatan pada berbagai tipe peralatan yang dilaksanakan secara berkala. Bersama dengan kegiatan yang dijadwalkan maka kondisi perawatan diadakanlah pencegahan. Dalam kondisi perawatan dicatat kondisi peralatan dalam rangka mengadakan ramalan kapan tindakan perwatan perbaikan ( corrective maintenance ) diperlukan. 2. Perawatan Perbaikan ( corrective maintenance ) : adalah perwatan terhadap alat yang kerusakannya sudah dapat diduga sebelumnya, dan dapat ditunda karena membahayakan.
8
Tujuan perawatan : 1. Perawatan harus selalu dilaksanakan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh keuntungan yang besar. 2. Kegiatan perawatan harus dilaksanakan sedemilian rupa sehingga sarana transportasi selalu tersedia sesuai dengan kebutuhan, sehingga jadwal pelayaran dapat ditepati. 3. Kegiatan Perawatan harus selalu diawasi agar kondisi kapal tetap dalam keadaan baik dan dapat berlayar dengan aman. 4. Kegiatan
Perawatan
harus
dijalankan
untuk
mencegah
kerusakan yang tidak perlu. Maka pada mesin induk yang bekerja dengan pengisian tekanan turbo ( turbocharger ), faktor udaranya jauh berkurang dari ketergantungan beban mesin induk, oleh karena jumlah udara yang diberikan atau di masukan kedalam silinder selalu menyesuaikan diri dengan pembebananya. Dalam jumlah udara yang dihasilkan oleh turbocharger harus adanya proses pendinginan pada intercooler. Proses pendinginan ini dimaksudkan supaya massa jenis udara tekan naik sehingga kepadatan atau berat udara meningkat. Tujuan kedua adalah menurunkan temperatur. Jika temperatur gas buang tidak terlalu tinggi maka beban panas yang diterima mesin induk berkurang. Selanjutnya dari intercooler, udara akan mengalir menuju silinder melalui inlet port yang dibuka oleh torak ( piston ) itu sendiri. Udara inilah yang siap digunakan intercooler terpasang pada sisi yang berseberangan dengan turbocharger pada permukaan luar dari pipa pendingin udara dilengkapi dengan sejumlah sirip sirip ( fins ) dan air pendingin mengalir didalam pipa intercooler.
9
Pada intercooler untuk mendinginkan udara dari turbocharger adalah menggunakan air laut yang berasal dari sea water cooling. Air laut sebagai bahan pendingin digunakan secara tidak langsung. Pehatikan gambar dibawah ini :
Gambar A.
10
Gambar. B
11
Gambar. C
12
Keterangan:
F
A : udara luar
Exhaust Gas Economizer
B : turbocharger C : intercooler D : ruang udara bilas
B
A
E : mesin induk C
F : funnel
E
D
Gambar D : Instalasi aliran udara yang melalui Inter Cooler
13
Udara yang masuk kedalam ruang silinder sebelum didinginkan oleh intercooler, udara tersebut dihasilkan oleh tekanan turbo ( turbocharger ). Turbocharger tersebut digerakan oleh energi panas yang berasal dari gas buang ( sekitar 35 % dari total energi panas didalam bahan bakar dibuang bersamaan dengan keluarnya gas buang ). Kemudian kenaikan daya akan dipertahankan seiring dengan kenaikan massa jenis udara. Turbocharger terdiri dari dua bagian yaituh sisi turbin dan sisi blower. Gas buang yang masuk kedalam sisi turbin akan diteruskan menuju nozzle blade ring dan kemudian akan diarahkan tepat pada sudut – sudut rotor, sisi blower dilengkapi dengan saringan udara ( air filter ). Selain saringan udara, sisi blower juga dilengkapi dengan splitter yang berfungsi sebagai jalur udara. Selain dari pengalaman, sumber penyusunan skripsi ini juga berdasarkan buku petunjuk pengoperasian serta buku teori yang berhubungan dengan intercooler. Oleh sebab itu pemakain istilah dalam bahasa Indonesia maupun bahasa asing sering ditemui. Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam mempelajarinya maka dibawah ini akan dijelaskan pengertian dari istilah tersebut. 1. Pembilasan Maksudnya udara baru yang masih bersih masuk ke ruang pembakaran untuk membersihkan gas buang agar bebas dari sisa pembakaran didalam silinder. 2. Pembakaran Adalah reaksi kimia yaitu elemen tertentu dari bahan bakar setelah dinyalakan dan digabungkan dengan oksigen akan menimbulkan panas sehingga menaikkan suhu dan tekanan gas.
14
3. Turbocharger Adalah pesawat yang digerakkan oleh gas buang dari mesin induk yang berfungsi untuk memompa udara yang digunakan untuk pembilasan dan pembakaran didalam silinder. 4. Perawatan Adalah kegiatan untuk menjalankan suatu aktivitas pesawat atau system sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. 5. Pengisian Tekan ( super Charging ) Adalah suatu proses kompresi udara pembakaran kedalam silinder untuk mendapatkan kepadatan jumlah udara dan tekanan
yang
lebih
besar
dari
tekanan
atmosfir
guna
meningkatkan jumlah bahan bakar yang terbakar sehingga akan memperbesar daya keluaran mesin induk. 6. Intercooler Adalah suatu pesawat yang berfungsi mendinginkan udara yang dihasilkan oleh turbocharger supaya massa jenis udara tekan naik sehingga berat atau kepadatan udara meningkat dan menurunkan suhu gas buang dan beban panas yang diterima mesin induk. 7. Gas Buang ( Exhaust Gas ) Adalah gas buang hasil dari pembakaran didalam silinder yang terdiri atas uap air, karbon dioksida sisa dan nitrogen.
15
8. Sistem Pembakaran Adalah suatu proses pembakaran yang dimulai dari masuknya udara
keruang
pembakaran
kemudian
udara
tersebut
dikompresikan oleh piston dan selanjutnya bahan bakar akan dikabutkan halus ( atomizing). Ketika suhu udara dalam ruang kompresi mencapai 500 °C sampai 550 °C, butiran bahan bakar mengambil panas dari udara dan dengan segera menguap, butiran bahan bakar akan menyala dan akan menimbulkan panas tambahan dan membantu menyalakan butiran uap yang lain dan terjadin pembakaran.
2.3. Kerangka Berfikir a. Kurangnya suplai udara yang masuk kedalam silinder. Kurangnya suplai udara murni yang masuk keruang silinder merupakan salah satu akibat dari kotornya intercooler. Udara yang ditekan oleh turbocharger dalam proses pengisian tekan didinginkan di intercooler. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan masssa jenis udara sehingga berat udara yang menuju kesilinder akan bertambah pula. Selain itu dengan menurunkan temperature udara, diharapkan juga dapat menurunkan temperatur gas buang dan beban panas yang diterima mesin induk. Oleh karena itu intercooler harus dapat berfungsi dengan baik sebagai pendingin udara. Hal yang mengganggu proses pendinginan udara seperti kotoran yang dapat menyumbat pipa pada intercooler harus dibersihkan secara rutin agar proses pemindahan panas ( heat exchanging ) tidak terganggu.
16
Selain itu, Jumlah udara di ruang silinder juga dipengaruhi oleh kebersihan saringan udara. Turbocharger bekerja dengan mengisap udara luar dan mengkompresikannya hingga mencapai tekanan lebih besar dari pada tekanan atmosfer. Tekanan udara yang meninggalkan blower salah satunya dipengaruhi oleh bersih tidaknya filter atau saringan udara. Jika saringan udara kotor maka masuknya udara akan terhalang oleh kotoran tersebut sehingga
distribusi
udara
berkurang
walaupun
kecepatan
turbocharger tetap. Kebersihan dari turbocharger itu sendiri juga mempengaruhi kebersihan filter atau saringan udara. Beberapa masalah di atas hendaknya diperhatikan dengan mengadakan perawatan yang terencana. b. Terjadinya penurunan daya pada Mesin Induk. Pada saat putaran Mesin Induk berjalan dengan normal dan turbocharger berkerja dengan stabil dimana kecepatan blower pada saat itu tekanan udaranya cukup yang masuk ke air inlet menuju intercooler, dimana pada saat udara masuk ke fins intercooler terjadi penyumbatan akibat kotornya fins intercooler dan pendinginan air laut pada intercooler tidak mencukupi untuk mendinginkan udara dari turbocharger akibat kotornya saringan air laut sehingga pada saat udara masuk ke ruang silinder tidak optimal. pada waktu terjadinya pembakaran dimana jumlah dari udara dan jumlah dari bahan bakar tidak sama akibat dari udara yang melalui intercooler tidak memiliki kepadatan udara yang tidak cukup sehingga daya pada Mesin Induk terjadi penurunan dan mengakibatkan tingginya temperature pada manifold exhaust gas pada saat tejadinya pembilasan gas buang tidak sempurna dipengaruhi oleh sistem pengabutan bahan bakar, sistem kompresi, dan sistem pembilasan.
17
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Deskripsi Data Sarana dan jasa trasportasi laut dewasa ini merupakan sarana angkutan yang sangat efektif dan efisien sehingga banyak diminati oleh para pengguna jasa transportasi. Untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada pengguna jasa, maka perusahaan pelayaran sebagai pemilik kapal diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik dan prima kepada pengguna jasa. Dimana salah satu cara yang harus ditempuh adalah melakukan suatu program perawatan yang teratur, terencana dan sistematis terhadap kapal yang dioperasikan. Salah satu pesawat atau permesinan yang membutuhkan perhatian khusus dalam pengoperasian suatu kapal adalah mesin penggerak utama atau mesin induk. Mesin induk sendiri didukung oleh beberapa macam pesawat bantu dalam pengoperasiannya. Salah satunya adalah intercooler yang berguna untuk mendinginkan udara bilas dari turbocharger menuju ke ruang silinder. Dalam hal ini, MV URMILA menggunakan mesin induk dengan tipe HITACHI SULZER 6RND 76M, 14400 BHP @122RPM sebagai mesin penggerak utama atau mesin induk. Udara memegang peranan penting pada system pembakaran mesin induk untuk menghasilkan pembakaran yang optimal atau sempurna.
18
Pada tanggal 12 Maret 2013 dimana kapal MV. URMILA dari Muara Berau menuju ke pelabuhan Tanjung Jati jepara, dimana dalam perjalana pelayaran tersebut pada manifold exhaust gas mesin induk silinder nomor satu terjadi pembaraan dimana temperatur pada manifold exhaust gas sangat tinggi dari 370 ºC mencapai 400 ºC di lihat dari tekanan kompresi dan tekanan maksimum pembakaran dengan hasil kompresi silinder 1 sampai dengan 6 yaitu antara
40 – 45 kg/cm² sedangkan tekanan
maksimum antara 50 – 55 kg/cm² sehingga dalam kejadian itu pada jam jaga masinis V yaituh 16.00 – 20.00, masinis V melakukan tindakan menurunkan kecepatan putaran dari 97 rpm menjadi 80 rpm untuk mencegah terjadinya overheat pada mesin induk silinder nomor satu dan masinis V melaporkan kepada Kepala Kamar Mesin ( KKM ) dan mualim jaga di anjungan tentang kejadian yang ada di kamar mesin. Hal kejadian pembaraan pada manifold exhaust gas masin induk tersebut masih terjadi, mesin induk tetap di jalankan dengan putran mesin di bawah kritis dengan kecepatan rata – rata 7 sampai 8 knot. Akhirnya kapal dapat berlayar dengan aman sampai ke tempat tujuan tiba di pelabuhan Tanjung Jati Jepara pada tanggal 15 Maret 2013, setiba di pelabuhan kapal MV. URMILA pada jam 12.00 waktu setempat, masinis II melakukan pengecekan pada mesin induk, setelah masinis II selesai melakukan pengecekan bahwa kejadian tingginya temperatur gas buang pada mesin induk silinder nomor satu diakibatkan karena korotnya pada intercooler yang dimana udara yang masuk kedalam silinder tidak optimal jumlahnya pada waktu terjadinya pembakaran dan pembilasan sehingga mengakibatkan tingginya exhaust gas mesin induk.
temperatur pada
manifold
19
Kondisi ini dikarenakan tidak dilaksanakannya perawatan secara periodik yang baik terhadap pendinginan udara yang disebut intercooler sehingga kebersihannya tidak terjaga dengan kata lain kotor. Akibtanya, jumlah udara murni yang masuk kedalam selinder berkurang yang kemudian menyebabkan terjadinya pembakaran tidak sempurna dan daya yang dihasilkan tidak maksimal. Intercooler yang kotor ini sering diakibatkan karena kotoran ( partikel selain air pendingin ) yang menyumbat pipa pendigin intercooler. Kotornya intercooler udara mengakibatkan mesin induk tidak dapat beroperasi dengan maksimal yang secara tidak langsung pula akan menghambat perjalanan kapal ke tempat tujuan. Kondisi ini akan menganggu proses perpindahan panas ( heat exchanger ) antara udara dengan media pendingin. Pada saat itu masinis II memberitauhan kepada Kepala Kamar Mesin ( KKM ) tentang masalah apa penyebab terjadinya tingginya temperatur pada manifold exhaust gas , selanjutnya masinis II mau melakukan overhaul dan membersihkan kotoran pada intercooler yang menyebabkan udara yang didiginkan tidak sempurna, dan setelah itu langkah pertama yang dilakukan adalah membuka cover air inlet dan menurunkan cover tersebut dengan menggunakan thakel lalu pada sisi intercooler terdapat fins yang dimana fins tersebut digunakan sebagai penyaring udara yang di hasil dari turbocharger.
Fins
tersebut
dibersihkan
dengan
menggunkan
chemical ACC-9 dimana bahan chemical ini di gunakan khusus untuk membersihkan fins intercooler.
20
Saat fin intercooler di bersihkan ceratan udara pada intercooler di buka guna untuk mengalirnya air maupun chemical yang sedang di gunakan lalu fin tersebut disemprot menggunakan air sehingga kotoran yang terdapat pada fin intercooler terjatuh melalui lubang ceratan udara yang telah di buka. Setelah proses pembersihan pada fin intercooler selesai dan tidak ada lagi kotoran yang menepel pada fin intercooler maka cover air inlet di pasang kembali, setelah itu katup indicator mesin induk di buka guna untuk melakukan blow up supaya air yang ada di dalam silinder akibat mebersihkan fin intercooler terbaung.
3.2 Analisis Data Udara memegang peranan penting pada sistem pembakaran mesin induk untuk mendapat daya yang optimal. Udara digunakan untuk kebutuhan pada proses pembakaran dan pembilasan. Dari hasil temuan penelitian saat melaksanakan proyek laut ( prola ) di MV. URMILA, diperolehkan fakta tentang beberapa permasalahan diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Kurangnya suplai udara bilas kedalam silinder. Tersedianya udara di dalam silinder mutlak dibutuhkan untuk digunakan ketika proses pembakaran dan pembilasan. Pada proses pembilasan, udara dibutuhkan untuk membersihkan gas buang dari hasil pembakaran di dalam silinder. Sedangkan dalam proses
pembakaran,
udara
merupakan
syarat
pembakaran itu sendiri selain bahan bakar dan panas.
terjadinya
21
Kenyataannya di atas kapal, penyediaan udara bersih ini sering mengalami kendala ketika mengoperasikan mesin induk. Kendala tersebut adalah sebagai berikut : a.
Intercooler yang kotor. Intercooler berfungsi untuk mendinginkan udara yang keluar dari sisi blower sebelum digunakan lebih lanjut. Apabila porses pendinginan ini tidak terjadi secara optimal maka akan menyebabkan naiknya temperatur udara bilas. Kenaikan temperatur berakibat pada berkurangnya jumlah udara atau kepadatannya. Keadaan yang demikian ini salah satunya disebabkan oleh kotornya intercooler. Beberapa indikator atau gejalanya adalah peningkatan temperatur udara bilas dari sisi blower menuju ke intercooler dan perbedaan tekanan udara bilas antara sebelum dengan setelah intercooler. Intercooler tersusun dari pipa kecil ( finned tubes ) yang di dalamnya mengalirkan media pendingin yaituh air laut. Pipa kecil ini sering tersumbat oleh adanya kotoran sehingga menyebabkan proses pertukaran panas ( heat exchanging ) tidak dapat berlangsung dengan maksimal. Ada dua masalah yang mungkin dapat terjadi sehubungan dengan intercooler. Pertama, bahwa termometer air pendingin rusak dan kedua adalah terhalangnya aliran air laut yang masuk menuju ke intercooler. Kerusakan yang terjadi pada termometer dapat berupa patah atau ketidak sesuaian skala dengan ketinggian cairan penunjuk ( air raksa ). Dapat dikatakan bahwa tidak semua air laut yang dapat mengalir masuk ke bagian pipa intercooler.
22
Penyebabnya adalah terhalangnya air laut karena banyaknya lumpur yang ikut bersama air laut. Sebagian lumpur tertinggal di dalam pipa dan membentuk gumpalan. Kondisi seperti ini sering terjadi ketika kapal memasuki perairan dangkal dan sungai. Seperti lumpur, binatang laut juga dapat menyumbat pipa intercooler. Binatang laut itu diantaranya adalah ikan kecil, kerang atau tiram dan sejenis rerumputan laut. Jika kotoran tersebut masuk kedalam pipa makan akan sulit membersihkannya. Udara bilas yang telah didinginkan oleh air laut tadi akan langsung masuk menuju silinder sebagai pendorong gas buang sisa pembakaran atau pembilasan dan kemudian keluar lewat katup gas buang. Udara tersebut juga sebagai udara pembakaran dan media pendingin untuk katup gas buang dan kepala silinder ( cylinder head ). Pendinginan udara dengan intercooler diharapkan dapat menurunkan rendemen thermis mesin induk. Intercooler yang kotor akan menghambat proses pertukaran panas ( heat exchanging ) anatara air laut dengan udara. b.
Kisi – kisi ( fins ) intercooler yang kotor. Fins intercooler yang kotor salah satu penyebabnya adalah menempelnya kotoran udara bilas yang dihasilkan oleh turbocharger sehingga bila terus menurus makan akan menyebabkan udara bilas akan tersumbat dan suplai udara bilas ke ruang silinder akan lambat. Kotoran yang menempel pada fins intercooler yang dilalui udara juga menghambat proses penyerapan panas dari udara kepada air laut dalam pipa air laut sebagai pendinginnya.
23
Sehingga udara yang masuk ke ruang silinder adalah udara dengan suhu tinggi dan bertekanan rendah sehingga akan mengakibatkan suhu temperatur gas buang sangat tinggi dan akan tidak sempurnanya hasil pembakaran dalam ruang silinder yang dapat menyebabkan pemborosan pada bahan bakar. c.
Suplai air pendingin ke intercooler kurang Pada bagian intercooler terdapat pipa cooler ( fins tube ) yang berfungsi untuk mendinginkan dan mempadatkan jumlah udara bilas, media pendingin tersebut menggunakan air laut, akibat dari udara bilas yang dapat menyebabkan panas yang berlebihan
pada
saat
pembilasan
gas
buang
yang
meyebabkan temperatur pada manifold exhaust gas sangat tinggi , disebabkan kurangnya suplai air laut yang masuk kedalam intercooler untuk mendinginkan udara bilas. 2. Terjadinya penurunan daya pada Mesin Induk Pada saat terjadinya penurunan daya pada Mesin induk di sebabkan kurangnya suplai udara bilas dan kurang padatnya jumlah udara, yang dimana bahwa udara adalah sumber terjadinya pembakaran dan pembilasan di dalam ruang silinder, turunya tekanan dan naiknya suhu udara bilas mengakibatkan udara yang masuk silinder menjadi kecil, sehingga jumlah bahan bakar yang terbakar menjadi lebih sedikit. Dengan sedikitnya jumlah bahan bakar maka tenaga yang dihasilkan lebih kecil dengan suhu gas buang yang tinggi, hal ini disebabkan oleh suhu awal pembakaran yang tinggi karena suhu udara bilas yang tinggi, jika dari unsur udara bilas yang tidak sempurna akan mengakibatkan tidak setabilnya kerja dari Mesin Induk.
24
Pembakaran di dalam ruang silinder Mesin Induk dipengaruhi oleh sistem pengabutan bahan bakar, sistem kompresi, dan sistem
pembilasan,
dengan
demikian
ketidak
normalan
pembakaran yang terjadi tersebut sangat mungkin disebabkan karena adanya ganguan pada ketiga sistem tersebut, maka perlu diadakan analisa terhadap ketiga sistem tersebut agar dapat diambil tindakan perbaikan yang tepat serta menghindari pekerjaan yang tidak perlu serta menghemat waktu perbaikan sehingga adanya penyebab dari : a.
Sistem pengabutan bahan bakar Pengabutan bahan bakar merupakan hal yang utama dalam sistem bahan bakar pada mesin diesel. Pada pengabutan tersebut sangat kecil kemungkinannya karena telah dilakukan pengujian terhadap seluruh masing- masing silinder, ini berarti jam kerja pada pengabutan bahan bakar sangat pendek dan juga karena adanya kenaikan gas buang yang rata
dari
masing-masing
silinder,
biasanya
jika
pada
pengabutan bahan bakar kotor hanya sebagai saja yang mengalami kenaikan temperatur gas buang dan itupun tidak mungkin terjadi pada masing – masing silinder. b.
Sistem kompresi Melihat dari data hasil pengukuran tekanan kompresi dan tekanan maksimum pembakaran serta membandingkannya dengan standar tekanan yang diinginkan ternyata untuk tekanan kompresi masih dalam batas normal, dilihat dari perbedaan tekanan yang terjadi karena kondisi mesin yang cukup tua dan pengoperasian mesin tidak pada beban maksimal.
25
Hasil pembakaran didalam silinder menetukan tekanan maksimal pembakaran. Semakin banyak bahan bakar yang terbakar di dalam silinder semakin besar pula pemuaian gas yang terjadi. Hal itu mempengaruhi kenaikan tekanan yang dihasilkan oleh Mesin Induk. c.
Sistem udara bilas Dari hasil penjelasan dan uraian diatas bahwa kedua sistem tidak mengalami masalah yang mempengaruhi ketidak sempurnanya proses pembakaran. Gangguan sering kali ditemukan dari suplai udara yang kemudian berfungsi sebagai udara bilas. Seperti meningkatnya temperatur udara bilas dapat diakibatkan karena udara yang dihisap blower side pada turbocharger sudah bertemperatur tinggi. Hal ini karena suhu dari kamar mesin naik yang juga disebabkan suhu rata – rata di dalam ruang silinder dan suhu gas buang tinggi sehingga panas di sekitar Mesin Induk menjadi lebih tinggi, dan ketika ditekan oleh turbo blower suhunya akan semakin tinggi.
Di mana suhu udara yang masuk kedalam ruang silinder menjadi lebih tinggi, selain hal diatas dapat juga dipengaruhi oleh : 1. Proses penyerapan panas yang kurang baik dalam intercooler, hal ini dapat disebabkan karena terhambatnya air laut yang masuk melalui lubang pipa pada intercooler. Penghambatan tersebut terjadi berulang tanpa pemeriksaan pada pipa air laut, sehingga kotoran dari laut seperti samapah dan kerang kecil terhisap bersama air laut dan melewati saringan yang ada pada pompa air laut sampai menuju intercooler yang kemudian menumpuk dan menyumbat pipa air laut pada intercooler .
26
2. Rendahnya
tekanan
udara
bilas
sehingga
tidak
mampu
mendorong gas buang pembakaran ke sisi pembungan gas. Berdasarkan analisis tersebut di atas, kurang sempurnanya pembakaran dalam ruang silinder menyebabkan turunya daya putaran pada Mesin Induk. Turunya tekanan dan naiknya suhu udara bilas mengakibatkan udara yang masuk silinder menjadi kecil, sehingga jumlah bahan bakar menjadi sedikit. Dari suhu gas buang yang tinggi disebabkan oleh suhu awal udara bilas untuk terjadinya pembakaran lebih tinggi. Pada intercooler ditemukan kotoran pada kisi – kisi udara, kotoran inilah yang menghambat aliran udara yang masuk kedalam ruang silinder. Selain menghambat aliran udara, kotoran yang menepel pada kisi – kisi yang dilalui udara juga menghambat proses penyerapan panas dari udara kepada air laut dalam pipa air laut sebagai media pendinginnya sehingga udara yang masuk keruang silinder adalah udara dengan suhu tinggi dan bertekanan rendah, dan juga pada ruang udara bilas ditemukan endapan lumpur minyak dan karbon yang melekat di dinding ruang udara bilas yang mempengaruhi kebersihan udara yang masuk kedalam ruang silinder.
3.3 ATERNATIF PEMECAHAN MASALAH Di atas kapal, kejadian yang menghambat proses kerja dari mesin induk dan penyebabnya harus diteliti dengan baik dan benar. Setelah melihat hasil analisis yang telah dilakukan dan menurut deskripsi atau penerapan data serta fakta dari kejadian yang ditemukan.
27
Maka dari hal tersebut diambil suatu pemecahan masalah agar supaya permasalah tersebut tidak berlanjut terus menerus dan untuk mencegah kerusakan yang lebih fatal terhadapa mesin induk. Dapat diketahui bahwa dari masalah yang terjadi disebabkan oleh kurangnya perawatan yang terencana dan berkala terhadap intercooler yang menyebabkan terjadinya penurunan daya putaran pada mesin
induk. Kondisi ini
mengakibatkan terganggunya
pengopersaian kapal. Untuk itu perlu diambil langkah perbaikan dan perawatan lebih lanjut terhadap pesawat bantu intercooler pada mesin induk. 1. Pelaksanaan tindakan pembersihan dan perbaikan yang akan dilakukan diharapakan mengikuti petunjuk yang terdapat dalam buku petunjuk ( manual instruction book ) mesin induk. Perawatan yang dilakukan terhadap bagian dari intercooler : a. Perawatan pada intercooler Pelaksanaan perawatan pada intercooler biasanya dilakukan pada saat kapal tidak beroperasi seperti pada saat kapal berada dipelabuhan untuk bongkar muat sehingga tidak menganggu perawatan
kelancaran yang
pengoperasian
dilakukan
terhadap
kapal.
intercooler
Adapun adalah
menjaga kebersihan pada fins dan pendinginan pipa air laut intercooler supaya tetap dalam keadaan baik. Mengadakan pembersihan pada kisi – kisi udara akibat menempelnya kotoran yang mengakibatnya tersumbatnya udara bilas. Perawatan pada sisi pipa air laut adalah dengan melakukan pemeriksaan pada saluran air laut dan pada saringan air laut.
28
b. Pembersihan pada sisi udara ( fins ) intercooler. Pembersihan langkah pertama dilakukan dengan memberikan chemical cairan pembersih ACC-9 yang di campur dengan air untuk membersihkan fins yang telah kotor dari udara yang melewati fins tersebut dengan memgunakan sikat secara benar supaya tidak merusak permukan pada fins, dan setelah selesai fins di semprotkan dengan menggunakan air tawar supaya chemical ACC-9 tidak melekat pada fins. c. Pembersihan intercooler pada sisi pipa air laut. Pada intercooler terdapat pipa air yang dilewati oleh air laut untuk mendinginkan kisi kisi ( fins ) yang dilewati oleh udara bilas. Pemeriksaan awal dilakukan pada kondisi pompa air laut ke intercooler. Apabila tidak ditemukan kerusakan pada pompa air laut atau kondisi pompa baik maka dilakukan pembersihan pada saringan isap air laut. Jika pipa yang menuju ke intercooler sudah berkarat dan bocor maka harus dilakukan pengelasan, jika tidak dapat dilas maka langkah selanjutnya adalah dengan mengganti pipa tersebut dengan yang baru. Pemeriksaan yang dilakukan diharapkan dapat mengetahui keadaan tekanan air laut dan dapat berjalan dengan normal. Langkah berikutnya dapat juga dilakukan pembersihan kotoran pada pipa air laut yang terdapat pada bagian dari intercooler, kemungkinan kotoran tersebut berupa kerang atau samapah yang masih tertinggal dan menyumbat aliran air laut yang masuk ke pipa intecooler tersebut.
29
Hal yang diatas adalah masalah perawatan dan kebersihan juga cara penanggulang terhadap tersumbatnya udara bilas pada intercooler yang diakibatkan kotornya fins intercooler dan sistem pendinginan pada intercooler harus diperhatikan, guna untuk menyempurnakan jumlah kepadatan pada udara bilas supaya tidak terjadinya penurunan pada daya Mesin Induk akibat dari pembakaran yang tidak optimal.
3.4 Evaluasi Pemecahan Masalah Dari beberapa tindakan perawatan pada alternative untuk pemecahan masalah yang telah dikemukakan tersebut diatas, dan untuk selanjutnya perlu dilanjutkan dan dievaluasi kembali tindakan perawatan serta seberapa jauh pengaruhnya jika dilaksanakan di atas kapal yang dimana mencakup semua personil yang terlibat didalamnya yaitu para personil departemen mesin. Adapun evaluasi ini tidak terlepas dari tujuan utama organisasi diatas kapal serta untung ruginya bagi perusahaan pelayaran. a. Perawatan pada intercooler. Perawatan intercooler alternative dalam hal ini meliputi seluruh bagian, baik dari sisi udara maupun sisi air laut, perawatan pada kedua sisi tersebut dibersihkan dengan menggunakan chemical ACC-9 dan juga air tawar yang digunakan untuk membersihkan kedua sisi tersebut. Dengan meningkatkan perawatan dan pembersihan yang terencana diharapkan dapat mencegah terjadinya gangguan selama mesin induk beroperasi.
30
Sehingga berlangsungnya proses penghasilan udara bilas dengan jumlah kepadatan yang cukup dengan jumlah bahan bakar dan dapat menghasilkan pembakaran dalam ruang silinder yang optimal untuk terjadinya usaha peningkatan putaran pada mesin induk.Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan diatas maka penulis cenderung untuk memaksimalkan perawatan pada intercooler Mesin Induk. Di lain pihak, jika hal ini tidak dilakukan dengan baik maka akan memerlukan biaya yang cukup besar dari pada sebelumnya. Tetapi penulis menilai bahwa dengan perawatan yang maksimal maka kendala dalam pengoperasian mesin induk tidak sering terjadi akibat dari intercooler yang kotor.
31
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Sebagaimana diketahui bahwa berdasarkan penjelasan yang terdapat di bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa perawatan pada intercooler bertujuan untuk memadatkan jumlah udara yang di hasilkan oleh turbocharger guna untuk meningkatkan keluaran daya mesin induk. Kenaikan daya yang lebih besar disebabkan sebagian oleh peningkatan suplai udara dan pusaran udara yang lebih baik di dalam ruang silinder, sehingga pembakaran lebih sempurna dan sebagian karena efisiensi yang meningkat. Selain itu, oleh karena pembakaran lebih baik dengan meningkatkan pusaran udara, kombinasi antara udara dan bahan bakar lebih sempurna, dan efisiensi mekanis lebih meningkat, maka komsumsi bahan bakar pada mesin induk tidak terjadi pemborosan dan tidak terjadi penurunan daya pada Mesin Induk maupun naiknya temperatur gas buang sehingga pada manifold exhaust gas tidak menjadi memerah. Dalam kehidupan di atas kapal, kadang kala masinis juga mengalami beberapa masalah dengan intercooler baik dari segi pengoperasian dan perawatan. Adapun masalah yang disimpulkan tersebut seperti dibawah ini :
32
1. Kurangnya suplai udara bilas kedalam silinder. Udara menetukan sempurna dan tidaknya pembakaran di dalam silinder. Ada beberapa faktor yang mengakibatkan kurangnya udara di dalam ruang silinder. Pertama adalah intercooler yang kotor, intercooler yang berfungsi untuk meningkatkan massa jenis udara sehingga berat udara yang masuk menuju silinder akan bertambah pula. Selain itu, dengan menurunya temperatur udara bilas, diharapkan juga dapat menurunkan temperatur gas buang dan mengurangi beban panas yang diterima oleh Mesin Induk. Pada kisi kisi yang berfungsi untuk menyaring udara bilas dari turbocharger dan pada pipa pendingin air laut pada fins intercooler yang berfungsi untuk menyerap panas dapat terawat dengan baik dan berjalan dengan normal. 2. Terjadinya penurunan daya pada Mesin Induk. Adanya gangguan atau ketidaknormalan pada sistem udara bilas dari Mesin Induk yang menyebabkan buruknya pembakaran yang terjadi di dalam silinder sehingga secara luas ketidaknormalan pada sistem pembilasan udara dapat mengganggu kelancaran pengoperasian kapal. Gangguan tersebut seperti halnya jumlah dan kurang bersihnya udara yang masuk dalam silinder sebagai udara bilas kondisinya kurang baik, hal tersebut disebabkan kotornya fins dan pendinginan pada intercooler. Udara yang masuk kedalam intercooler, tekanan dan temperatur tinggi yang mengakibatkan berat udara yang masuk kedalam silinder lebih sedikit, maka tenaga yang dihasilkan lebih kecil.
33
Tidak terlaksananya perawatan secara berkala dan tidak sesuai dengan buku petunjuk manual mesin induk yang disertai dengan kurangnya kedisiplinan para personil yang terlibat dalam pelaksanaan perawatan tersebut untuk menunjang kelancaran pengoperasian kapal. a. Kurangnya pengawasan dan pemeriksaan sesegera mungkin terhadap bagian mesin yang mengalami kelainan atau kerusakan serta gangguan pada sistem pembilasan tersebut. b. Peranan mesin induk sebagai penggerak utama di atas kapal merupakan faktor penentu yang sangat penting dalam kelancaran aktifitas dan produktivitas suatu operasional dalam pelayaran. Kebutuhan kinerja mesin induk beroperasi secara terus menerus dan perawatan yang kurang serius dijalankan pada pesawat dan sistem pendukung lainnya namun dalam pengoperasiannya mesin induk diatas kapal mempunyai kapasitas dan kemampuan yang terbatas.
4.2 SARAN Karena keterbatasan baik dari faktor mesin itu sendiri dan adanya masalah dalam pengoperasian intercooler nampak berpengarauh besar pada proses pendinginan udara bilas yang masuk keruang silinder dalam proses pembakaran.Untuk menjamin intercooler beroperasi optimal maka diperlukan pengoperasian, perawatan dan pemeliharaan yang benar yaitu sesuai dengan buku petunjuk perawatan intercooler sehingga dapat meminimalisasi terjadinya kecerobohan atau kesalahan yang berakibat pada kerusakan.
34
Berkaitan dengan masalah yang timbul pada intercooler, maka penulisan mengemukakan beberapa saran sebagai pemecahan masalah diataranya adalah sebagai berikut : 1. Kurangnya suplai udara bilas kedalam silinder. Pada terjadinya proses pembakaran, udara merupakan salah satu faktor penting terjadinya pembakaran itu sendiri. Udara merupakan unsur yang menentukan sempurna dan tidaknya proses pembakaran didalam silinder. Ada beberapa hal yang menyebabkan kurangnya udara di ruang pembakaran, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Intercooler yang kotor Hal yang berkaitan tentang masalah diatas, maka disarankan melakukan pembersihan yang benar dan tepat yaitu sebagai berikut : 1. Buka deksel kiri dan kanan 2. Sogok pipa dengan dengan memakai rotan atau spring yang terbuat dari ring minyak pelumas mesin induk disertai dengan semprotan air tawar. 3. Sumbat sementara untuk pengujian apakah pipa ada yang bocor. 4. Test kebocoran yang telah disumbat, apakah sudah baik atau tidak. 5. Pembersihan kotoran pada kisi kisi udara dilakukan dengan memberikan chemical ACC – 9. 6. Setelah selesai dilakukan pembilasan dengan air tawar sampai bersih.
35
7. Pasang kembali deksel kiri dan kanan. Dalam melakukan pekerjaan di atas diperlukan ketelitian untuk menghindari hal yang tidak diinginkan seperti penyumbatan pada pipa tembaga karena adanya majun atau benda lain yang tertinggal. b.
Suplai air pendingin ke intercooler kurang. Kurangnya aliran air laut didalam intercooler biasanya disebabkan oleh kurang optimalnya kerja pompa air laut. Kemungkinan yang dapat terjadi adalah saringan air laut yang kotor akibat dari sampah, dan binatang kecil yang dihisap oleh pompa air laut. Maka berdasarkan masalah diatas sebaiknya perlu diperhatikan perawatan terhadap saringan.
2. Terjadinya penurunan daya pada Mesin Induk. Melakukan pengecekan terhadap terjadinya pembakaran dan pembilasan dan juga tehadap kebersihan intercooler itu sendiri maupun dari pesawat bantu turbocharger yang berfungsi meyuplai udara bilas untuk terjadinya pembakaran dalam ruang silinder dan juga jumlah kepadatan udara bilas. Dalam menentukan pekerjaan perawatan dan pemeliharaan yang telah dikemukakan diatas harus dilaksanakan sesuai dengan periode waktu yang sudah direncanakan dan berkala. Sehingga pekerjaan yang dilakukan tidak terburu buru untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang lebih baik dan pekerjaan terhadap suatu bagian selesai dalam satu kali kerja.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Auxiliary Engine Book, Library Stimart “AMNI”, Semarang. 2.
Christen Knak, “Diesel Motor Engine and Machinery Drawnings “,
3.
Copenhagen, 1979.
DR. Winardi S.E, “Pengantar Metodologi Research “, Bandung, 1982.
4.
Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, PT. Aneke Cipta, Jakarta.
5. Instruction Manual Book of Main Engine of MV. URMILA. 6.
Ishikawajima-Harima Brown Boveri, “Instruction for Operation and Maintenance Exhaust Gas Turbocharge VTR 400”,japan, 1981.
7. Moleong, J.Lexy, 2000, PT. Remaja Rosdakarya, Metodologi Penelitian Pendidikan. 8. NSOS, “ Manajemen Perawatan dan Perbaikan “, Jakarta. 9. Sumber : http:// google.com 10 maret 2014.
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Berlayar ini disusun oleh : Nama
:
AGUNG FIRMANTO
NRP
:
104820012
Program Studi
:
TEKNIKA
Disahkan pada tanggal :
Maret 2014 Oleh :
Pembimbing : Bapak SUBIYANTO, SE, ATT-1 ( ................................... )
Mengetahui, Ketua Sekolah Tinggi Maritim dan Transpor ”AMNI” Semarang
Ir.SISWADI, MT NIAK. 94.043
i
KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya dari Allah SWT, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek Berlayar yang dilaksanakan di kapal MV.URMILA. Laporan ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk menempuh Program Diploma III Jurusan Tehnika di Sekolah Tinggi Maritim dan Transpor (STIMART “AMNI”) Semarang. Selama menyusun karya tulis ini penulis telah banyak mendapat bantuan
dari berbagai
penyelesaian
sumber
penyusunan
baik
laporan
berupa
bantuan
dalam
ini, karena itu dengan tanpa
mengurangi rasa hormat serta rasa syukur atas semuanya itu dalam kesempatan ini tak lupa penulis sampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Bapak Ir. SISWADI, MT. Ketua Sekolah Tinggi Maritim dan Transpor (STIMART “AMNI”) Semarang. 2. Bapak SUBIYANTO, SE, ATT-1. Dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan. 3. Seluruh staff dan akademika di Sekolah Tinggi Maritim dan Transpor “AMNI” Semarang. 4. Pimpinan PT. ARPENI PRATAMA OCEAN LINE, TBK. yang telah mengijinkan tempat penulis praktek. 5. Nahkoda, KKM, para Perwira kapal dan seluruh crew MV. URMILA. 6. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberi dorongan spiritual maupun material. 7. Senior dan junior yang ada di mess laros serta pihak-pihak yang ikut membantu tersusunnya Laporan Kerja Praktek Berlayar ini.
ii
Penulis
menyadari
sepenuhnya
bahwa
dalam
penyusunan
Laporan Kerja Praktek Berlayar ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari tahap sempurna. Hal ini
disebabkan
kemampuan
penulis yang masih terbatas, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membantu agar dapat dijadikan bagi penulis di masa yang akan datang. Akhirnya semoga dengan tersusunnya Laporan Kerja Praktek Berlayar ini akan lebih berguna dan bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.
Semarang,
MARET 2014 Penulis
AGUNG FIRMANTO 104820012
iii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL..................................................................................... LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... KATA PENGANTAR................................................................................... DAFTAR ISI................................................................................................ BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................... 1.1. Latar Belakang..................................................................... 1.2. Identifikasi Masalah.............................................................. 1.3. Pembatasan Masalah.......................................................... 1.4. Tujuan Penulisan.................................................................. 1.5. Metode Pengumpulan Data.................................................
BAB II LANDASAN TEORI...................................................................... 2.1. Kajian Teori........................................................................... 2.2. Kajian Penelitian Yang Relefan............................................ 2.3. Kerangka Berfikir.................................................................. BAB III PEMBAHASAN............................................................................. 3.1. Deskripsi Data...................................................................... 3.2. Analisa Data......................................................................... 3.3. Alternatif Pemecahan Masalah............................................ 3.4. Evaluasi Pemecahan Masalah.............................................
iv
BAB IV PENUTUP.................................................................................... 4.1. Kesimpulan........................................................................... 4.2. Saran.................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
v