Ilmu jawa sedulur papat limo pancer, kakang kawah adi ari-ari
Cara Bersemedi Untuk Menemui Kembaran Diri - Ilmu Jawa BELAJAR ILMU JAWA. Orang yang pernah menemui kembaran diri atau sedulur papat limo pancer kakang kawah adi ari-ari pasti akan mengenal jatidiri, siapakah diri kita sebenarnya. ********** Kepada para pembaca yang terhormat, tulisan ini telah saya pindah dari website satunya karena website tersebut dibeli orang dan pemiliknya yang sekarang ini tidak suka dengan ilmu-ilmuan. Semua artikel tentang ilmu jawa dihapus bersih, padahal nulisnya sampai kepala cenut-cenut, gkgkgk... Sebelumnya artikel ini pernah saya suspend dari internet selama beberapa bulan karena saya khawatir banyak pembaca yang salah paham, karena ilmu-ilmu seperti ini tergolong sangat sensitif bagi kalangan masyarakat yang kurang memahami atau yang tidak mau memahami ilmu jawa. Namun ada juga seseorang yang mengaku paranormal mengcopy artikel ini tanpa mencantumkan link sumbernya. Padahal paranormal tentunya lebih tahu, kenapa tidak menulis sendiri saja ilmunya di blog agar lebih maknyos, hahaha... Sedangkan saya sendiri bukan paranormal, melainkan seorang blogger yang suka corat-coret di internet. Akhirnya artikel ini saya publish lagi disini, namun telah saya tambahi lagi dengan beberapa tulisan agar bisa sekalian melengkapi pertanyaan-pertanyaan yang pernah ditulis pembaca dulu. Serta agar tidak terjadi duplikat konten. ********** Kebetulan saya sendiri sejak kecil dibesarkan dalam tradisi jawa kuno. Baru berumur lima tahun sudah sering diwejang tentang sedulur papat limo pancer oleh kakek dan nenek. Setiap hari kelahiran (weton) selalu dibuatkan jenang abang jenang sengkolo untuk memanggil sedulur papat limo pancer. Dalam istilah jawa katanya saya sedang "diamong-amongi", artinya mengumpulkan nini among kaki among yang momong si jabang bayi agar menjaga diri saya.
Setiap malam hari tidur bersama kakek di kamar yang dipenuhi oleh keris-keris pusaka yang datang sendiri secara gaib. Sambil bercerita masa lalu ketika beliau sedang melakukan babat alas di tanah jawa bagian timur dengan menggunakan aji bolosewu yang dibantu oleh ribuan harimau siluman. Dalam hati saya berkata," jangan mengkhayal mbah, gkgkgk...." Belum lagi nenek. Setiap bulan purnama saya masih kecil diajak keluar rumah mengucap mantra jawa seraya menghentakkan kaki ke tanah untuk memanggilmbok damar sasi (dewi penunggu bulan) agar awet muda. Nenek saya meninggal pada usia 125 tahun dan kakek saya meninggal lebih dulu pada usia 115 tahun. Maksud mereka adalah ingin mewariskan ilmu-ilmu jawa kuno kepada anak cucunya agar jangan sampai hilang. Namun sayang, saya sendiri tidak punya bakat sehingga tidak tertarik sama sekali dengan ilmuilmuan waktu itu. Sehingga sampai sekarang ini saya tidak bisa menguasai ilmu apapun, kecuali hanya pandai bercerita saja, gkgkgk... Jadi mohon maaf jika tulisan saya ini tergolong ngelantur. Berikut ini cara menemui sedulur papat limo pancer paling aman dan nyaman, karena berada di dalam kamar sehingga tidak dikeroyok nyamuk. Namun jika anda memang berbakat dan memang kuat dalam menjalani tirakat, InsyaAllah akan terkabul dan hasilnya sama saja dengan bertapa di atas gunung. ********** Cara Bersemedi Untuk Menemui Saudara Sejati Tapi saya sendiri tidak sakti bro... melainkan hanya membagikan tambahan-tambahan pengalaman dari mewawancarai paranormal asli Jawa yang pernah saya liput beberapa tahun lalu untuk kita jadikan sebagai bahan renungan saja. Ini hanyalah salah satu cara dari sekian banyak cara tentang belajar ilmu sejati. ********** "Kembaran diri" atau saudara sejati atau juga disebut ilmu sejati adalah merupakan basis kekuatan ilmu Jawa. Beberapa spiritualis jawa mengatakan, tokoh Indonesia era modern yang
memiliki ilmu sejati adalah Bung Karno. Ilmu jawa sangat terkenal hingga manca negara. Terutama ilmu santet. Ilmu santet memiliki kekuatan sihir yang dahsyat setingkat voodoo milik suku Indian di Amerika. Santet bisa dipatahkan oleh ilmu sedulur papat limo pancer. Beberapa peneliti dari Amerika Serikat pernah menyingkap peranan dukun jawa di Banyuwangi. Diantaranya adalah Profesor Dr. Clifford Geertz B.A dari California pada tahun 1950-1960, Mulder pada tahun 1978-1998 dan Beatty pada tahun 1999. Penelitian lain juga dilakukan pada tahun 2002 oleh University of the Sunshine Coast, Queensland, Australia dalam ACICIS Study Indonesia Program dengan laporan yang berjudul "The Role of Dukun in Contemporary East Java: a case study of Banyuwangi dukun". Dalam penelitian tersebut mereka menemukan bahwa peranan dukun Jawa mampu mempengaruhi ideologi dan politik di negara Indonesia. Mereka mengatakan Banyuwangi sebagai pusat orang-orang sakti di Indonesia. **********
Dukun santet Banyuwangi merupakan pakar ilmu sihir yang berbasis ilmu Jawa. Dan menemui saudara sejati adalah hal pertama yang musti dilakukan olehparanormal jawa kuno karena hal ini merupakan pelajaran awal dalam belajar ilmu Jawa sesuai tuntunan tradisi Jawa kuno. Menemui saudara sejati artinya adalah menemui kembaran diri yang ada di dalam tubuh manusia. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa dipercaya adanya kembaran diri di dalam tubuh manusia, mereka berjumlah empat orang dan semuanya wajahnya persis seperti kita, hanya saja mereka lebih bersih dan cerah, tidak kumus-kumus seperti kita. Mereka bersatu di dalam tubuh manusia dan berwujud menjadi diri kita yang sekarang ini. Benarkah itu? Benar atau tidak, hal ini telah menjadi kepercayaan masyarakat Jawa secara turun temurun dan telah menjadi syarat utama dalam mempelajari ilmu Jawa tingkat tinggi atau disebut ilmu kasepuhan (ilmu jawa tua). Jadi sebelum mempelajari ilmu apapun, seseorang harus bisa menguasai dulu ilmu yang satu ini, yaitu mengenal jatidiri. Setelah itu baru diperbolehkan
menguasai ilmu lainnya. Tentunya anda bisa mengeruk kekuatan-kekuatan alam yang tersimpan di alam gaib jika telah menguasai ilmu tertua ini. Jika seseorang sudah terlanjur mendapatkan ilmu kadigdayaan dari seorang guru tapi belum pernah menemui saudara sejati ini, maka dikhawatirkan orang tersebut akan dikendalikan oleh ilmunya sendiri nantinya. Selain itu orang tersebut tidak akan tahu siapakah makhluk gaib yang ada di dalam dirinya tersebut dan dari mana ilmu itu berasal. Apakah ilmu yang telah menyatu dengan jiwa raga anda tersebut adalah makhluk baik atau makhluk jahat. Anda harus tahu. Perlu kita ketahui bahwa kenapa seseorang bisa memiliki ilmu kanuragan, ilmu kebal, ilmu gaib dan ilmu-ilmu lainnya? Kenapa seseorang tersebut bisa sakti? Karena ada makhluk gaib yang telah menyatu dengan jiwa raga orang tersebut, dan makhluk gaib itulah yang telah membantu orang tersebut sehingga menjadi sakti. Makhluk gaib tersebut telah disatukan dengan dirinya oleh seorang guru. Sesungguhnya manusia terlahir secara alami tidak ada yang sakti. Dari manakah sang guru tersebut mendapatkan makhluk gaib dan lantas dimasukkan kedalam tubuh murid-muridnya? Hal inilah yang harus kita ketahui agar kita bisa menyadari dari manakah ilmu kita ini berasal dan seperti apa wujudnya. Oleh karena itulah dalam belajar ilmu Jawa diharuskan mengenal jatidiri dulu sebelum belajar ilmu lainnya agar bisa mengetahui segala apa yang terjadi pada diri kita. Kita akan bisa mengetahui semua ini jika telah pernah menemui saudara empat kelima pancer yang bertapa di dalam batin manusia. Kita nantinya bisa menirukan sang guru tersebut mengambil makhluk halus sakti dari alam gaib tertentu untuk di-inventariskan kepada murid-muridnya. Guru tersebut pergi ke alam gaib dengan cara melepas sukmanya untuk menemui makhluk gaib yang dia butuhkan, dan hal ini dilakukan dengan cara ragasukma (meraga sukma) atau rogosukmo. Ragasukma sendiri ada bermacam-macam cara dan tingkatan. Berdasarkan metode dan penerapan, ragasukma dibedakan menjadi dua macam. Pertama, ragasukma tingkat rendah
Ragasukma jenis ini adalah proses melepas sukma keluar dari tubuh dengan bantuan makhluk halus dan bertujuan hanya untuk berjalan-jalan disekitar alam dunia ini saja. Artinya, setelah sukma kita berhasil keluar dari tubuh kita maka kita bisa pergi kemana saja semau kita seperti orang terbang, karena disaat ini raga halus akan terasa ringan seperti angin dan bisa menembus tembok. Ragasukma seperti ini bisa dipelajari dengan cara tidak terlalu sulit karena bisa didapat dari paranormal yang menjual jasa pembelajaran ilmu gaib yang banyak terdapat di internet atau media masa lainnya. Namun belajar ragasukma seperti ini juga tidak bisa dibilang mudah, karena memerlukan ketekunan dan kesabaran dalam berlatih setiap hari serta tidak boleh terlalu berambisi untuk segera bisa menguasainya. Ragasukma tingkat rendah ini juga bisa digunakan untuk memulai penguasaan ragasukma tingkat tinggi. Namun biasanya orang yang telah menguasai jenis ragasukma tingkat rendah akan kesulitan untuk mencapai ragasukma tingkat tinggi karena terhalang oleh kemahiran yang telah mereka miliki, sehingga kebanyakan mereka macet di situ saja. Oleh karena itu ragasukma tingkat tinggi biasanya lebih mudah dikuasai oleh orang-orang yang berangkat dari kebodohan, yaitu orang yang belum pernah memiliki ilmu apapun. Orang bodoh seperti ini biasanya lebih mudah untuk mencapai kesempurnaan. Namun bukan berarti orang yang telah menguasai ragasukma tingkat rendah tidak bisa menguasai ragasukma tingkat tinggi, bisa saja bro.., asal bisa bersabar dan tekun dalam berlatih. Dan yang lebih penting lagi jangan terlalu berambisi untuk segera bisa menguasainya, karena hal itu bisa menjadi rintangan dalam perjalanan spiritual kita nantinya. Cara mempelajari ragasukma tingkat rendah ini tidak perlu kita bahas karena anda bisa mendapatkannya sendiri dengan cara menghubungi jasa pembelajaran ilmu gaib yang banyak terdapat di internet, dan mereka lebih tahu karena mereka memang pakarnya. Dan mayoritas mereka memang benar-benar bisa mengajarkan berbagai macam ilmu secara instan kepada anda.
Biasanya sang guru akan memberikan inventaris makhluk halus kepada anda melalui air minum berisi rajah gaib, kemudian makhluk halus tersebut akan menyatu dengan jiwa raga anda. Selanjutnya anda hanya melakukan ritual tertentu saja maka makhluk halus yang telah menyatu dengan jiwa raga anda tersebut akan membawa sukma anda pergi melayang-layang atau biasa disebut raga sukma. Dan anda tidak perlu khawatir karena makhluk halus tersebut bertanggung jawab atas perintah sang guru, dan biasanya makhluk halus tersebut menjelma mirip dengan guru anda ketika bertemu di alam gaib sehingga anda akan mengira bahwa dia adalah guru anda. Kedua, ragasukma tingkat tinggi Ragasukma tingkat tinggi ini adalah proses melepas sukma keluar dari tubuh tanpa bantuan makhluk halus dan bertujuan untuk menemui kembaran diri, yaitu menemui sedulur papat limo pancer atau kakang kawah adi ari-ari. Target pertama adalah menemui kakang kawah yang berada di langit paling atas. Kakang kawah ini adalah yang paling sakti diantara saudara lainnya yang juga sakti semua. Ragasukma tingkat tinggi ini tidak bisa diperjual-belikan, melainkan harus anda pelajari sendiri secara alami. Ragasukma tingkat tinggi ini tidak membutuhkan makhluk lain sama sekali, karena anda benarbenar berangkat ke alam roh sendirian dengan dipandu oleh guru sejati, yaitu kembaran diri anda sendiri yang akan membawa sukma anda. Jasad kita akan ditinggal sendirian di kamar, namun dijaga dengan rapat oleh adi ari-ari yang sakti mandraguna. Tidak akan ada satupun setan yang berani mengusiknya. Dalam bahasa Jawa, kakang kawah ini disebut roh suci, dan raga halus kita (pancer) disebut sukma sejati. Jika kita telah berhasil menemui kakang kawah maka kita akan bisa menemui saudara yang lainnya, yaitu adi ari-ari yang berada di langit bawahnya. Dalam wujud fisik, adi ari-ari adalah batur yang keluar setelah lahirnya si jabang bayi. Dan kakang kawah adalah air ketuban yang keluar duluan dan kemudian disusul oleh si jabang bayi. Mereka pasti akan keluar dalam waktu bersamaan ketika kita lahir, hanya saja urutannya
berbeda. Kakang kawah keluar duluan sehingga disebut kakak, kemudian disusul si jabang bayi yang disebut pancer dan terakhir keluar adalah adi ari-ari yang berperan sebagai adik. Mereka semuanya adalah makhluk hidup dan memiliki roh. Roh inilah yang sekarang kita cari. Mereka semuanya bersatu di dalam batin manusia, merekalah yang membawakan sifat dan perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga ada makhluk dari luar kita yang langsung menempel ke si jabang bayi saat sedang dilahirkan, mereka disebut kori. Tapi hal ini tidak perlu dibahas karena terlalu panjang. Menurut beberapa orang guru besar ilmu Jawa, makhluk gaib penunggu tubuh manusia jumlahnya ada dua belas. Jika kita bisa menyatukan mereka kesemuanya maka akan bisa memperoleh sabdo pandito ratu, yaitu segala ucapannya akan terkabul atas ijin yang maha kuasa yakni Tuhan Yang Maha Esa. Semuanya itu akan bisa ditemui jika kita telah berhasil menemui kakang kawah di langit tertinggi, namun hal ini memerlukan proses dan memakan waktu yang tidak sebentar. Sekarang kita bahas cara bersemedi untuk menemui kakang kawah. Cara bersemedi menemui kembaran diri Catatan; - Ini adalah ilmu jawa paling tua. Cara belajar ilmu ini tidak ada batas waktunya, artinya tidak bisa instant melainkan perlu waktu. Harus sering bersemedi. Ada yang berhasil dalam waktu setahun, ada yang 10 tahun, dan ada yang tidak bisa sama sekali sampai tua sekalipun,. Pokoknya harus sabar dan terus bersabar. Modal utamanya harus sabar. Jika anda ingin bisa dengan cara lebih cepat anda harus punya guru yang benar-benar ahli ilmu jawa sedulur papat limo panceryang bisa membuka tabir penutup anda. Memang terkadang ada murid-murid tertentu yang sulit terbuka mata batinnya dan memerlukan
bantuan guru. Tapi setelah dibuka penutup mata batinnya biasanya dalam hitungan bulan mereka bisa menerobos alam gaib paling atas. Kemudian untuk bahan latihan mereka sering menangkap makhluk halus gentayangan untuk dimasukkan keris kosong yang bisa dibeli di pasar-pasar. Karena biasanya bagi para pemula seperti ini belum bisa menutup mata batinnya sendiri, sehingga semua makhluk halus akan tampak selama tiga bulan pertama. Jadi apapun yang dilihat merekan ditangkap. -Ini adalah cara menurut ajaran ilmu Jawa murni yang saya ketahui saja dari penjelasan beberapa paranormal asli Jawa serta para sesepuh jawa kuno, jadi jika anda menemukan adanya pertentangan dalam faham anda, sebaiknya ini jadikan sebagai bahan wacana saja atau sekedar tahu saja. -Cara ini adalah saya ketahui dari mewancarai paranormal dari Banyuwangi (spiritualis alas Purwo), beberapa spiritualis ilmu Jawa di Surabaya, spiritualis Malang, spiritualis Tulungagung, spiritualis pantai selatan pulau Jawa, spiritualis dari Semarang - Jawa Tengah, Indramayu - Jawa Barat, dan masih banyak lagi spiritualis lain. Kesemuanya memiliki kesamaan, kecuali hanya sedikit perbedaan tentang bunyi mantra. Jadi mantra tidak perlu kita bahas, karena sebenarnya mantranya adalah bahasa hati kita. -Saya sendiri tidak bisa dan tidak sakti bro.., namun hanya berbagi-bagi cerita saja sebagai bahan renungan bagi pembaca yang ingin sekedar mengetahui cara-cara belajar ilmu Jawa dari cerita paranormal yang pernah saya dengarkan, jadi jika anda adalah seorang pakar ilmu Jawa harap maklum jika ada kekeliruan dalam tulisan saya. Karena saya sendiri bukan paranormal, melainkan seorang blogger yang senang menulis hal-hal yang berbau mistis. Saya sebenarnya pingin juga bisa sih, tapi karena tidak punya cukup waktu, sibuk kerja melulu. Jadi setiap bersemedi pasti selalu tertidur, gkgkgk.... Cara bersemedi; 1. Mandi keramas dulu, kemudian tengah malam silakan bertapa dengan duduk bersila di dalam kamar yang agak gelap (lampunya matikan) dan menghadap ke arah timur.
2. Usahakan badan rileks dan jangan bergerak sedikitpun. Baca niat dalam hati sekali saja, yaitu ingin mengetahui jatidiri, SIAPA SEBENARNYA SAYA INI. Kemudian serahkan diri anda segalanya kepada yang maha kuasa (Allah SWT). 3. Pusatkan segenap rasa dan pikiran kedalam tengah-tengah hati (batin/kalbu). Baca dalam hati "La Illaha Ilalloh" secara terus menerus dengan merasakan aliran darah dan nafas, namun tetap fokuskan segalanya di dalam hati (batin/kalbu). Menurut para pakar ilmu jawa, batin letaknya ditengah-tengah jantung. Dalam bahasa torikot disebut titik kalbu, sedangkan dalam bahasa jawa disebut telenging ati. Maka dari itu arahkan segenap perhatian anda kepada detak jantung seraya membaca La illaha ilalloh. 4. Lakukan hal ini setiap tengah malam secara kontinyu (tanpa berhenti), namun anda jangan terlalu berambisi agar tidak terganggu oleh hawa nafsu ingin cepat bisa. Terkadang bisa memakan waktu bertahun-tahun. Tanda-tanda; * Hal ini tidak perlu dijelaskan secara rinci karena bisa menyebabkan anda tidak berhasil jika sudah tahu ceritanya duluan. Namun ada sedikit yang boleh diketahui. Pada intinya anda akan melepas sukma dan menembus alam gaib yang paling terakhir. Terkadang setiap orang berbedabeda dalam proses perjalanan, namun akan berakhir ditempat yang sama. - Proses yang paling umum adalah perjalanan spiritual yang dimulai dari bawah. Misalnya, anda akan melesat menembus sinar membelalakkan mata kemudian masuk ke alam jin dan terus melintasi segala macam alam makhluk halus serta alam rahasia lainnya dan jangan berhenti sampai hingga akhirnya mentok di alam yang paling terakhir. Ini biasanya dialami oleh orang yang awalnya pernah belajar ilmu gaib, misalnya ilmu terawangan. Hanya saja ilmu terawangan memiliki daya jelajah yang terbatas sesuai tingkatan ilmu yang diberikan oleh gurunya. - Proses lain, perjalanan spiritual langsung dimulai dari atas. Misalnya, anda akan menembus
kegelapan yang amat gelap dan pekat, kemudian "byar" terang, anda tiba-tiba berada ditempat yang terang benderang. Disitu tidak ada siapa-siapa kecuali hanya anda. Ini biasanya dialami oleh orang-orang yang tidak pernah punya ilmu apa-apa. Berangkat dari kebodohan. Orang seperti ini biasanya memiliki daya jelajah yang tidak terbatas. - Ada juga yang tidak mengalami proses apa-apa sama sekali. Tapi setelah sering bersemedi ternyata tiba-tiba anda sering melihat adanya percikan sinar putih di sekitar mata yang terkadang disertai bau harum. Jika semedinya rutin, suatu saat percikan sinar putih itu akan menampakkan wujudnya. Ini biasanya dialami oleh orang-orang yang penakut namun batinnya jernih. Ini sering dialami oleh orang-orang yang rajin berdzikir dalam hati. Orang seperti ini biasanya mengalami hal-hal di bawah ini; - Terkadang anda tiba-tiba bisa melihat makhluk gaib disekitar anda, terkadang mendengar suara tanpa rupa, terkadang mendengar suara anda sendiri, terkadang mimpi bertemu para nabi dan wali atau bahkan mendengar suara mereka, bahkan anda di ajak sholat bersama di suatu tempat. Jika anda beragama islam, mulailah memperbaiki sholat lima waktu anda sebaik mungkin. Jika tanda-tanda seperti ini terjadi pada anda maka anda harus hati-hati kalau bicara karena bisa menjadi kenyataan. - jika sudah begini maka anda harus tetap rajin bersemedi (dalam islam disebut istighro') agar tanda-tanda ini tidak hilang lagi karena semakin lama semakin jelas tanda-tandanya. Namun pada akhirnya anda harus bisa melihat wajah anda sendiri. Dalam ilmu kasepuhan maneges (ilmu jawa tua) dikatakan begini; . Orang yang bisa memasuki segala macam alam jin, itu masih belum bisa apa-apa. . Orang yang bisa melihat arwah-arwah orang mati, itu masih belum bisa apa-apa. . Orang yang bisa melihat wajahnya sendiri secara wujud, ini baru dikatakan bisa apa-apa. Memang berat bro, saya sendiri juga belum bisa, jadi jangan banyak bertanya ya? daripada saya gak bisa menjawab, gkgkgk....
* Di langit terakhir tersebut anda akan hilang dan akan tampak siapakah diri anda sesungguhnya. Disitu anda akan menemukan kedamaian yang sesungguhnya. Kalau sudah mencapai tahap ini maka seseorang akan sadar bahwa sesungguhnya manusia sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali semuanya hanya tunduk kepada Maha Kuasa. Tahap selanjutnya; Jika telah berhasil menemui guru sejati maka anda bisa menemui adi ari-ari yang berada di langit bawahnya. Adi ari-ari ini bertugas menjaga raga anda agar tidak dimasuki oleh makhluk lain ketika anda sedang pergi keluar dari tubuh. Mereka berempat menghadap ke arah anda dengan wajah menunduk. Tentang kesaktiannya anda tidak perlu khawatir karena tidak ada makhluk lain yang mampu menandingi kesaktian mereka. Dalam bahasa Jawa mereka juga disebut "malaikat papat", yaitu nini among kaki among yang bertugas momong si jabang bayi sejak lahir hingga akhir hayat. Dalam kehidupan nyata, mereka akan menjaga keselamatan anda dari segala mara bahaya dan mereka juga tunduk kepada perintah anda jika anda pernah menemuinya secara wujud. Anda bisa berdialog dengan mereka sewaktu-waktu, baik berdialog dalam hati maupun berdialog dalam wujud nyata sehingga anda tidak akan bisa dibohongi atau dicelakai oleh orang lain. Dalam bahasa Jawa tingkatan ini disebut "gawok" atau kenal, artinya anda telah benar-benar kenal dengan saudara sejati anda yang akan mengantarkan anda menghadap yang maha kuasa kelak. Ini berarti anda telah mengenal jati diri, siapa diri anda sesungguhnya. Dalam bahasa halus disebut "manunggal", artinya anda telah bersatu dengan sedulur papat limo pancer enem nyowo pitu sukmo. Anda telah mengenal jati diri secara utuh, ini disebut ilmu sejati, ingsun sejati,sejatining ingsun. Ilmu kesaktian apapun akan luntur di hadapan orang ini. Orang yang telah mencapai tingkat ini akan merasa dekat dengan Tuhannya sehingga akan selalu rendah hati dan tidak sombong karena segalanya adalah milik Tuhan, termasuk jiwa raganya berada dalam kekuasaanNya.
Di kalangan masyarakat jawa kuno orang seperti ini dikatakan sekti tanpo kadigdayan pinter tanpo guru. Tidak memiliki ilmu kadigjayaan namun ucapannya mampu menundukkan halilintar. Pintar tanpa guru karena gurunya adalah batinnya sendiri. Inilah orang sakti yang sebenarnya, orang yang megenal jatidiri sedulur papat limo pancer. Adoh tanpo wangenan cedak tanpo ginepokan. Mereka berada di suatu tempat yang sangat jauh namun tidak dibatasi oleh sehelai benangpun dengan diri kita, dan mereka berada ditempat sangat dekat dengan diri kita namun tidak pernah bersenggolan. Dampak dari ilmu ini; * Orang yang mencapai tahap ini bisa berkeliling ke alam gaib sesukanya, bahkan banyak makhluk halus yang datang ingin mengabdi. Selain itu bisa memerintahkan ribuan makhluk halus untuk menjalankan tugas tertentu serta bisa mengambil sinar-sinar kekuatan alam atau makhluk halus sakti untuk diisikan kepada murid-muridnya. Orang seperti ini bisa melihat sifat-sifat serta perilaku orang lain secara wujud. Misalnya, orangorang yang baik akan tampak bersinar wajahnya dan orang-orang yang suka berbuat jahat akan tampak berwajah seperti binatang, seperti anjing, tikus, kera, dan sebagainya. * Bahkan bisa menangkap petir yang menyambar, seperti dalam cerita sejarah Ki Ageng Selo (murid Sunan Kalijogo) yang pernah menangkap petir yang berani menyambar dirinya dan akhirnya sang halilintar tunduk tidak bisa berkutik. Dan banyak lagi wali lainnya yang menguasai ilmu kejawen. * Dikisahkan, Bung Karno bisa menjelma menjadi 25 orang ketika terjadi insiden penembakan atas dirinya dalam peristiwa Cikini tahun 1965. Dimanakah Bung Karno yang asli? Selain itu Bung Karno juga bisa menguasai semua bahasa yang ada di muka bumi tanpa belajar. Dimana kaki berpijak Bung Karno bisa menguasai bahasa daerah itu. Dengan siapa Bung Karno
berhadapan maka Bung karno bisa menguasai bahasa orang itu. Menurut kalangan paranormal Jawa, Bung Karno menguasai ilmu sejati, yaitu pengenalan jatidiri dengan menemui sedulur papat limo pancer. * Semakin tinggi ilmu seseorang maka akan semakin besar godaannya, terutama adalah godaan dari lawan jenis. Sepertinya semua wanita selalu menurut saja kepada perintah anda dan anda juga sangat mudah tertarik dengan wanita. Ini adalah godaan yang paling berat dan tidak bisa dibantah oleh siapapun. Godaan yang tidak bisa dihindari, kecuali hanya bisa dihindari dengan cara meningkatkan ibadah melalui agama, yaitu menjalankan perintah serta menjauhi larangan Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. KECEPATAN MANUSIA DAN JIN Lagi-lagi ini menurut para pakar ilmu kejawen, karena saya sendiri hanyalah reporter, ckckck... * Makhluk halus (jin dkk) bisa melesat secepat kilat. Misalnya, kita saat ini sedang memikirkan kota Malang, maka pikiran kita saat ini berada di kota Malang. Seperti itulah kecepatan jin. Namun kecepatan mereka masih kalah dengan kecepatan manusia. Manusia bisa melesat secepat kilat ke langit tertinggi dan melihat jin dibawahnya, namun jin tidak bisa melihat manusia yang sedang menonton mereka. * Manusia adalah keturunan nabi, sedangkan jin adalah komo wurung (makhluk belum jadi), artinya belum sempurna seperti manusia. Beberapa pakar ilmu kejawen mengatakan wujud manusia seperti percikan sinar putih yang melesat melebihi kecepatan kilat dan tidak bisa dikejar oleh makhluk halus bangsa jin, kecuali oleh sesama manusia. * Manusia juga bisa menjadi jin atau gondoruwo dsb. Misalnya manusia yang melakukan perjanjian dengan setan semasa hidupnya (pesugihan dkk), sehingga setelah mati akan dijemput oleh setan dan diajak pulang ke alam setan sehingga menjadi budak di sana. Oleh karena itu agama melarang manusia melakukan hal-hal yang menyimpang dari ajaran agama agar bisa pulang ke tempat yang semestinya jika telah meninggal dunia kelak.
* Ada beberapa spiritualis jawa yang pernah kesulitan amat sangat dalam hal ekonomi atau tekena musibah keluarga, dan pokoknya yang parah-parah, biasanya mereka akan menemui guru sejati secara wujud. Guru sejati bertapa di hati nurani manusia (telenging ati). Dalam kehidupan sehari-hari mungkin anda pernah merasakan kehendak hati nurani yang pertama (bahasa jawa "krentek"), biasanya kita sedikit tersentak. Kehendak hati yang pertama itulah guru sejati kita, ikutilah perintahnya. Jika dia bersuara, maka suaranya akan persis seperti suara anda. Sedangkan kehendak hati yang kedua dan seterusnya sudah tidak bisa dipercaya karena telah tercampur pikiran kita. * Kembaran diri palsu. Terkadang ada makhluk halus mengaku-ngaku sebagai saudara sejati kita dengan menjelma sebagai diri kita. Jika anda melihat makhluk yang mengaku sebagai diri kita, maka pukullah dia. Namun sebelum anda pukul dia akan kabur lebih cepat. Tapi jika anda mengakuinya sebagai saudara, maka dia akan masuk ke tubuh anda dan memberikan hawa nafsu negatif. Akan tetapi sepandai-pandainya jin menjelma tidak bisa menyamai persis dengan diri anda dan pasti ada cacatnya, bahkan tidak ada kemiripan sama sekali dengan anda. Selain itu dia tidak akan berani terlalu dekat dengan anda jika anda tidak mengakuinya. Tapi jika anda melihat saudara sejati anda yang asli lalu anda pukul, maka anda akan kesakitan sendiri karena dia adalah diri anda sendiri. Anda akan benjol sendiri. Oleh karena itu mukulnya pelan-pelan saja agar benjolnya sedikit saja. * Dalam kehidupan sehari-hari saudara sejati kita adalah berupa hawa nafsu kita ini. Manusia tidak bisa hidup tanpa hawa nafsu. Jadi hawa nafsu kita ini adalah sedulur papat limo pancer. Mereka memiliki wujud persis seperti raga kita ini. Kita tidak bisa mengalahkan mereka jika tidak bisa menemuinya secara wujud. Mereka akan kalah jika berhadapan langsung dengan kita
secara wujud. Tapi jika kita tidak bisa menemuinya secara wujud, kita bisa mengalahkannya dengan puasa. Mereka takluk oleh puasa. Jika ada cewek cantik jangan dilihat terus, jika ingin makan enak jangan dituruti, jika ingin berbuat maksiat jangan dituruti, dan sebagainya. Maka lama-lama hawa nafsu kita akan menemui kita secara wujud dan bertanya "mengapa engkau menghukumku?". Ini adalah tingkatan tertinggi yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan nafsu keduniawian, misalnya para wali atau orang-orang biasa yang setingkat wali. * Jaman sekarang apa ada orang yang punya ilmu ini? Banyak. Hanya saja kita tidak tahu orangnya. Bahkan banyak pakar ilmu terawangan tingkat tinggi tidak bisa melihat kewalian orang-orang seperti ini. Para pemilik ilmu sejati biasanya terlihat kosong jika diterawang. Namun jika dipukul dengan aji kesaktian, ilmu apapun akan luntur dan bahkan ilmunya si pemukul akan hilang. Yang bisa melihat hanyalah sesama wali atau sesama pemilik ilmu sejati. PERINGATAN PENTING; Ilmu Jawa juga dipelajari oleh para wali, termasuk beberapa tokoh walisanga. Namun jika anda ingin mempelajari ilmu apapun di dunia ini, terutama ilmu Jawa tingkat tinggi yang mengarah ke tauhid-an atau menyingkap jatidiri, anda harus meningkatkan ketaatan ibadah anda terhadap Tuhan yang Maha Esa agar anda tidak terjerumus ke jurang kesesatan dan kesyirikan. Oleh karena itu sebaiknya perdalam dulu ilmu agama dengan sebaik mungkin sebelum anda ingin belajar ilmu tambahan lainnya. Karena ilmu agama adalah ilmu yang akan menyelamatkan diri kita dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Subhanallah.
Sumber : .http://malangnews.blogspot.com/2012/06/cara-bersemadi-untuk-menemuikembaran.html#.UvY9ttx_urw
Yang Diposkan oleh : Diposkan oleh @Warkop Aremania on 13.6.12
SERAT WEDHATAMA; Pintu Pembuka Rahasia Spiritual Raja-Raja Mataram Nov 11 Posted by SABDå
Serat Wedhatama (asal kata dalam bahasa Jawa; Wredhatama) merupakan salah satu karya agung pujangga sekaligus seniman besar pencipta berbagai macam seni tari (beksa) dan tembang. Wayang orang, wayang madya, pencipta jas Langendriyan (sering digunakan sebagai pakaian pengantin adat Jawa/Solo). Beliau adalah enterpreneur sejati yang sangat sukses memakmurkan rakyat pada masanya dengan membangun pabrik bungkil, pabrik gula Tasikmadu dan Colomadu di Jateng (1861-1863) dengan melibatkan masyarakat, serta perkebunan kopi, kina, pala, dan kayu jati di Jatim dan Jateng. Masih banyak lagi, termasuk merintis pembangunan Stasiun Balapan di kota Solo. Beliau juga terkenal gigih dalam melawan penjajahan Belanda. Hebatnya, perlawanan dilakukan cukup melalui tulisan pena, sudah cukup membuat penjajah mundur teratur. Cara inilah menjadi contoh sikap perilaku utama, dalam menjunjung tinggi etika berperang (jihad a la Kejawen); “nglurug tanpa bala” dan “menang tanpa ngasorake”. Kemenangan diraih secara kesatria, tanpa melibatkan banyak orang, tanpa makan korban pertumpahan darah dan nyawa, dan tidak pernah mempermalukan lawan. Begitulah kesatria sejati. Selain terkenal kepandaiannya akan ilmu pengetahuan, juga terkenal karena beliau tokoh yang amat sakti mandraguna. Beliau terkenal adil, arif dan bijaksana selama dalam kepemimpinannya. Beliau adalah Ngarsa Dalem Ingkang Wicaksana Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Sri Mangkunegoro IV. Raja di keraton Mangkunegaran Solo. Berkat “laku” spiritual yang tinggi beliau diketahui wafat
dengan meraih kesempurnaan hidup sejati dalam menghadap Tuhan Yang Mahawisesa; yakni “warangka manjing curiga” atau meraih kamuksan; menghadap Gusti (Tuhan) bersama raganya lenyap tanpa bekas. Wedhatama merupakan ajaran luhur untuk membangun budi pekerti dan olah spiritual bagi kalangan raja-raja Mataram, tetapi diajarkan pula bagi siapapun yang berkehendak menghayatinya. Wedhatama menjadi salah satu dasar penghayatan bagi siapa saja yang ingin “laku” spiritual dan bersifat universal lintas kepercayaan atau agama apapun. Karena ajaran dalam Wedhatama bukan lah dogma agama yang erat dengan iming-iming surga dan ancaman neraka, melainkan suara hati nurani, yang menjadi “jalan setapak” bagi siapapun yang ingin menggapai kehidupan dengan tingkat spiritual yang tinggi. Mudah diikuti dan dipelajari oleh siapapun, diajarkan dan dituntun step by step secara rinci. Puncak dari “laku” spiritual yang diajarkan serat Wedhatama adalah; menemukan kehidupan yang sejati, lebih memahami diri sendiri, manunggaling kawula-Gusti, dan mendapat anugrah Tuhan untuk melihat rahasia kegaiban (meminjam istilah Gus Dur; dapat mengintip rahasia langit). Serat yang berisi ajaran tentang budi pekerti atau akhlak mulia, digubah dalam bentuk tembang agar mudah diingat dan lebih “membumi”. Sebab sebaik apapun ajaran itu tidak akan bermanfaat apa-apa, apabila hanya tersimpan di dalam “menara gadhing” yang megah. Kami sangat bersukur kepada Gusti Allah, dan berterimakasih sebesar-besarnya kepada Eyang-eyang Gusti dan para Ratu Gung Binatara yang telah njangkung lan njampangi kami dalam membedah dan medhar ajaran luhur ini, sehingga dengan “laku” yang sangat berat dapat kami susun dalam bahasa Nasional. Karena keterbatasan yang ada pada kami, mudah-mudahan tidak mengurangi makna yang terkandung di dalamnya. Tanpa adanya kemurahan Gusti Allah dan berkat doa restu dari para leluhur agung yang bijaksana, kami menyadari sungguh sulit rasanya, memahami dan menjabarkan kawruh atau pitutur yang maknanya persis sama sebagaimana teks aslinya. Mudah-mudahan hakikat yang tersirat di dalam pelajaran ini dapat diserap secara mudah oleh para pembaca yang budiman. Harapan saya mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi siapa saja, tanpa memandang latar belakang agama dan kepercayaannya. Bagi siapapun yang lebih winasis pada sastra Jawa, saya tampilkan juga teks aslinya. Mudah-mudahan para pembaca, dapat memberikan koreksi, kritik dan saran kepada saya.
SERAT WEDHATAMA PANGKUR (Sembah Raga/Syariat)
1
Mingkar mingkuring angkara,
Meredam nafsu angkara dalam diri,
Akarana karanan mardi siwi,
Hendak berkenan mendidik putra-putri
Sinawung resmining kidung,
Tersirat dalam indahnya tembang,
Sinuba sinukarta,
dihias penuh variasi,
Mrih kretarta pakartining ngelmu luhung
agar menjiwai hakekat ilmu luhur, yang berlangsung di tanah Jawa (nusantara)
Kang tumrap neng tanah Jawa, agama sebagai “pakaian” kehidupan. Agama ageming aji.
2
Jinejer neng Wedatama
Disajikan dalam serat Wedhatama,
Mrih tan kemba kembenganing pambudi
agar jangan miskin pengetahuan walaupun sudah tua pikun
Mangka nadyan tuwa pikun jika tidak memahami rasa sejati (batin) Yen tan mikani rasa, niscaya kosong tiada berguna yekti sepi asepa lir sepah, samun, bagai ampas, percuma sia-sia,
3
Samangsane pasamuan
di dalam setiap pertemuan
Gonyak ganyuk nglilingsemi.
sering bertindak ceroboh memalukan.
Nggugu karsaning priyangga,
Mengikuti kemauan sendiri,
Nora nganggo peparah lamun angling,
Bila berkata tanpa dipertimbangkan (asal bunyi), Namun tak mau dianggap bodoh,
Lumuh ing ngaran balilu, Selalu berharap dipuji-puji. Uger guru aleman, Nanging janma ingkang wus waspadeng semu
(sebaliknya) Ciri orang yang sudah memahami (ilmu sejati) tak bisa ditebak berwatak rendah hati,
Sinamun ing samudana, selalu berprasangka baik. Sesadon ingadu manis
4
Si pengung nora nglegawa,
(sementara) Si dungu tidak menyadari,
Sangsayarda deniro cacariwis,
Bualannya semakin menjadi jadi,
Ngandhar-andhar angendhukur, Kandhane nora kaprah,
ngelantur bicara yang tidak-tidak, Bicaranya tidak masuk akal,
saya elok alangka longkanganipun, makin aneh tak ada jedanya. Si wasis waskitha ngalah, Lain halnya, Si Pandai cermat dan mengalah, Ngalingi marang si pingging. Menutupi aib si bodoh.
5
Mangkono ngelmu kang nyata,
Demikianlah ilmu yang nyata,
Sanyatane mung weh reseping ati,
Senyatanya memberikan ketentraman hati,
Bungah ingaran cubluk,
Tidak merana dibilang bodoh,
Sukeng tyas yen denina,
Tetap gembira jika dihina
Nora kaya si punggung anggung gumrunggung
Tidak seperti si dungu yang selalu sombong, Ingin dipuji setiap hari.
Ugungan sadina dina Janganlah begitu caranya orang hidup. Aja mangkono wong urip.
6
7
8
Urip sepisan rusak,
Hidup sekali saja berantakan,
Nora mulur nalare ting saluwir,
Tidak berkembang, pola pikirnya carut marut.
Kadi ta guwa kang sirung,
Umpama goa gelap menyeramkan,
Sinerang ing maruta,
Dihembus angin,
Gumarenggeng anggereng
Suaranya gemuruh menggeram,
Anggung gumrunggung,
berdengung
Pindha padhane si mudha,
Seperti halnya watak anak muda
Prandene paksa kumaki.
masih pula berlagak congkak
Kikisane mung sapala,
Tujuan hidupnya begitu rendah,
Palayune ngendelken yayah wibi,
Maunya mengandalkan orang tuanya,
Bangkit tur bangsaning luhur,
Yang terpandang serta bangsawan
Lha iya ingkang rama,
Itu kan ayahmu !
Balik sira sarawungan bae durung
Sedangkan kamu kenal saja belum,
Mring atining tata krama,
akan hakikatnya tata krama
Nggon anggon agama suci.
dalam ajaran yang suci
Socaning jiwangganira,
Cerminan dari dalam jiwa raga mu,
Jer katara lamun pocapan pasthi,
Nampak jelas walau tutur kata halus,
Lumuh asor kudu unggul,
Sifat pantang kalah maunya menang sendiri
Semengah sesongaran,
Sombong besar mulut
Yen mangkono keno ingaran katungkul,
Bila demikian itu, disebut orang yang terlena Puas diri berlagak tinggi
Karem ing reh kaprawiran, Tidak baik itu nak ! Nora enak iku kaki.
9
Kekerane ngelmu karang,
Di dalam ilmu yang dikarang-karang (sihir/rekayasa)
Kekarangan saking bangsaning gaib, Rekayasa dari hal-hal gaib Iku boreh paminipun, Itu umpama bedak. Tan rumasuk ing jasad, Tidak meresap ke dalam jasad,
10
Amung aneng sajabaning daging kulup,
Hanya ada di kulitnya saja nak
Yen kapengok pancabaya,
Bila terbentur marabahaya,
Ubayane mbalenjani.
bisanya menghindari.
Marma ing sabisa-bisa,
Karena itu sebisa-bisanya,
Bebasane muriha tyas basuki,
Upayakan selalu berhati baik
Puruita-a kang patut,
Bergurulah secara tepat
Lan traping angganira,
Yang sesuai dengan dirimu
Ana uga angger ugering kaprabun,
Ada juga peraturan dan pedoman bernegara,
Abon aboning panembah,
Menjadi syarat bagi yang berbakti,
Kang kambah ing siyang ratri.
yang berlaku siang malam.
11
Iku kaki takok-eno,
Itulah nak, tanyakan
marang para sarjana kang martapi
Kepada para sarjana yang menimba ilmu
Mring tapaking tepa tulus,
Kepada jejak hidup para suri tauladan yang benar,
Kawawa nahen hawa,
dapat menahan hawa nafsu
Wruhanira mungguh sanyataning ngelmu
Pengetahuanmu adalah senyatanya ilmu, Yang tidak harus dikuasai orang tua,
Tan mesthi neng janma wredha Bisa juga bagi yang muda atau miskin, nak ! Tuwin mudha sudra kaki.
12
Sapantuk wahyuning Gusti Allah,
Siapapun yang menerima wahyu Tuhan,
Gya dumilah mangulah ngelmu bangkit,
Dengan cermat mencerna ilmu tinggi, Mampu menguasai ilmu kasampurnan,
Bangkit mikat reh mangukut, Kesempurnaan jiwa raga, Kukutaning jiwangga, Bila demikian pantas disebut “orang tua”. Yen mengkono kena sinebut wong sepuh, Lire sepuh sepi hawa,
Arti “orang tua” adalah tidak dikuasai hawa nafsu Paham akan dwi tunggal (menyatunya sukma dengan Tuhan)
Awas roroning atunggil
13
Tan samar pamoring sukma, Sinuksmaya winahya ing ngasepi,
Tidak lah samar sukma menyatu meresap terpatri dalam keheningan semadi,
Sinimpen telenging kalbu, Diendapkan dalam lubuk hati Pambukaning warana, menjadi pembuka tabir, Tarlen saking liyep layaping aluyup, berawal dari keadaan antara sadar dan tiada Pindha pesating sumpena,
Sumusuping rasa jati.
Seperti terlepasnya mimpi Merasuknya rasa yang sejati.
14
Sejatine kang mangkana,
Sebenarnya ke-ada-an itu merupakan anugrah Tuhan,
Wus kakenan nugrahaning Hyang Widhi,
Kembali ke alam yang mengosongkan,
Bali alaming ngasuwung,
tidak mengumbar nafsu duniawi,
Tan karem arameyan,
yang bersifat kuasa menguasai. Kembali ke asal muasalmu
Ingkang sipat wisesa winisesa wus, Mulih mula ulanira. Mulane wong Oleh karena itu, anom sami. wahai anak muda sekalian… (lanjut ke SINOM)
SINOM (Sembah Cipta/Kalbu/Tarekat)
15
Nulada laku utama
Contohlah perilaku utama,
Tumrape wong Tanah jawi,
bagi kalangan orang Jawa (Nusantara),
Wong agung ing Ngeksiganda,
orang besar dari Ngeksiganda (Mataram),
Panembahan Senopati,
Panembahan Senopati,
Kepati amarsudi,
yang tekun, mengurangi hawa nafsu, dengan jalan prihatin (bertapa),
Sudane hawa lan nepsu, serta siang malam Pinepsu tapa brata, Tanapi ing siyang ratri, Amamangun karyenak tyasing sesama.
selalu berkarya membuat hati tenteram bagi sesama (kasih sayang)
16
Samangsane pasamuan, mamangun Dalam setiap pergaulan, marta martani, membangun sikap tahu diri. Sinambi ing saben mangsa, Setiap ada kesempatan, Kala kalaning asepi, Di saat waktu longgar, Lelana teki-teki, mengembara untuk bertapa, Nggayuh geyonganing kayun, menggapai cita-cita hati, Kayungyun eninging tyas, hanyut dalam keheningan kalbu. Sanityasa pinrihatin, Senantiasa menjaga hati untuk prihatin (menahan Puguh panggah cegah dhahar lawan hawa nafsu), nendra. dengan tekad kuat, membatasi makan dan tidur.
17
Saben mendra saking wisma,
Setiap mengembara meninggalkan rumah (istana),
Lelana lalading sepi,
berkelana ke tempat yang sunyi (dari hawa nafsu),
Ngingsep sepuhing supana,
menghirup tingginya ilmu,
Mrih pana pranaweng kapti,
agar jelas apa yang menjadi tujuan (hidup) sejati.
Tis tising tyas marsudi,
Hati bertekad selalu berusaha dengan tekun,
Mardawaning budya tulus,
memperdayakan akal budi
Mesu reh kasudarman,
menghayati cinta kasih,
Neng tepining jalanidhi,
ditepinya samudra.
Sruning brata kataman wahyu dyatmika.
Kuatnya bertapa diterimalah wahyu dyatmika (hidup yang sejati).
Wikan wengkoning samodra,
Memahami kekuasaan di dalam samodra seluruhnya sudah dijelajahi,
18
Kederan wus den ideri,
Kinemat kamot hing driya,
“kesaktian” melimputi indera
Rinegan segegem dadi,
Ibaratnya cukup satu genggaman saja sudah jadi, berhasil berkuasa,
Dumadya angratoni, Kangjeng Ratu Kidul, Nenggih Kangjeng Ratu Kidul, Naik menggapai awang-awang, Ndedel nggayuh nggegana, Umara marak maripih,
19
20
(kemudian) datang menghadap dengan penuh hormat,
Sor prabawa lan wong agung Ngeksiganda
kepada Wong Agung Ngeksigondo.
Dahat denira aminta,
Memohon dengan sangat lah beliau,
Sinupeket pangkat kanthi,
agar diakui sebagai sahabat setia, di dalam alam gaib,
Jroning alam palimunan, ing pasaban saben sepi,
tempatnya berkelana setiap sepi.
Sumanggem anyanggemi,
Bersedialah menyanggupi,
Ing karsa kang wus tinamtu,
kehendak yang sudah digariskan.
Pamrihe mung aminta,
Harapannya hanyalah meminta
Supangate teki-teki,
restu dalam bertapa,
Nora ketang teken janggut suku jaja.
Meski dengan susah payah.
Prajanjine abipraya,
Perjanjian sangat mulia,
Saturun-turuning wuri,
untuk seluruh keturunannya di kelak kemudian hari.
Mangkono trahing ngawirya, Begitulah seluruh keturunan orang luhur, Yen amasah mesu budi, bila mau mengasah akal budi
Dumadya glis dumugi,
akan cepat berhasil,
Iya ing sakarsanipun,
apa yang diharapkan orang besar Mataram, anugerahnya hingga kelak dapat mengalir di seluruh darah keturunannya, dapat memiliki wibawa.
Wong agung Ngeksiganda, Nugrahane prapteng mangkin, Trah tumerah dharahe padha wibawa.
21
22
Ambawani tanah Jawa,
Menguasai tanah Jawa (Nusantara),
Kang padha jumeneng aji,
yang menjadi raja (pemimpin),
Satriya dibya sumbaga,
satria sakti tertermasyhur,
Tan lyan trahing Senopati,
tak lain keturunan Senopati,
Pan iku pantes ugi,
hal ini pantas pula
Tinelad labetipun,
sebagai tauladan budi pekertinya,
Ing sakuwasanira,
Sebisamu, terapkan di zaman nanti,
Enake lan jaman mangkin,
Walaupun tidak bisa
Sayektine tan bisa ngepleki kuna.
persis sama seperti di masa silam.
Lowung kalamun tinimbang,
Mending bila dibanding orang hidup tanpa prihatin,
Ngaurip tanpa prihatin, namun di masa yang akan datang (masa kini), Nanging ta ing jaman mangkya, yang digemari anak muda, Pra mudha kang den karemi, meniru-niru nabi, rasul utusan Tuhan, Manulad nelad nabi, yang hanya dipakai untuk menyombongkan diri, Nayakengrat gusti rasul, setiap akan bekerja singgah dulu di masjid,
Anggung ginawe umbag,
Mengharap mukjizat agar mendapat derajat (naik pangkat).
Saben seba mampir masjid, Ngajab-ajab tibaning mukjijat drajat.
23
Anggung anggubel sarengat,
Hanya memahami sariat (kulitnya) saja, sedangkan hakekatnya tidak dikuasai,
Saringane tan den wruhi, Dalil dalaning ijemak,
Pengetahuan untuk memahami makna dan suri tauladan tidaklah mumpuni
Kiyase nora mikani,
Mereka lupa diri, (tidak sadar)
Ketungkul mungkul sami,
bersikap berlebih-lebihan di masjid besar,
Bengkrakan mring masjid agung,
Bila membaca khotbah
Kalamun maca kutbah,
berirama gaya dandanggula (menghanyutkan hati),
Lelagone Dandanggendis,
suara merdu bergema gaya palaran (lantang bertubi-tubi).
Swara arum ngumandhang cengkok palaran
24
Lamun sira paksa nulad,
Jika kamu memaksa meniru,
Tuladhaning Kangjeng Nabi,
tingkah laku `Kanjeng Nabi,
O, ngger kadohan panjangkah,
Oh, nak terlalu naif,
Wateke tan betah kaki,
Biasanya tak akan betah nak,
Rehne ta sira Jawi,
Karena kamu itu orang Jawa,
Sathithik bae wus cukup,
sedikit saja sudah cukup.
Aywa guru aleman,
Janganlah sekedar mencari sanjungan,
Nelad kas ngepleki pekih,
Mencontoh-contoh mengikuti fiqih,
Lamun pangkuh pangangkah yekti apabila mampu, karahmat. memang ada harapan mendapat rahmat.
25
Naging enak ngupa boga,
Tetapi seyogyanya mencari nafkah,
Reh ne ta tinitah langip,
Karena diciptakan sebagai makhluk lemah,
Apata suweting Nata,
Apakah mau mengabdi kepada raja,
Tani tanapi agrami,
Bercocok tanam atau berdagang,
Mangkono mungguh mami,
Begitulah menurut pemahamanku,
Padune wong dahat cubluk,
Sebagai orang yang sangat bodoh,
Durung wruh cara arab,
Belum paham cara Arab,
Jawaku wae tan ngenting,
Tata cara Jawa saja tidak mengerti,
Parandene paripaksa mulang putra. Namun memaksa diri mendidik anak.
26
Saking duk maksih taruna,
Dikarenakan waktu masih muda,
Sadhela wus anglakoni,
Keburu menempuh belajar pada agama,
Aberag marang agama,
Berguru menimba ilmu pada yang haji, maka yang terpendam dalam hatiku, menjadi
Maguru anggering kaji, sangat takut akan hari kemudian, Sawadine tyas mami, Keadaan di akhir zaman, Banget wedine ing mbesuk, Tidak tuntas keburu “mengabdi” Pranatan ngakir jaman, Tidak sempat sembahyang terlanjur dipanggil. Tan tutug kaselak ngabdi, Nora kober sembahyang gya tinimbalan.
27
28
Marang ingkang asung pangan,
Kepada yang memberi makan,
Yen kesuwen den dukani,
Jika kelamaan dimarahi,
Abubrah kawur tyas ingwang,
Menjadi kacau balau perasaanku,
Lir kiyamat saben ari,
Seperti kiyamat saban hari,
Bot Allah apa Gusti,
Berat “Allah” atau “Gusti”,
Tambuh tambuh solahingsun,
Bimbanglah sikapku,
Lawas lawas nggraita,
Lama-lama berfikir,
Rehne ta suta priyayi,
Karena anak turun priyayi,
Yen mamriha dadi kaum temah nistha.
Bila ingin jadi juru doa (kaum) dapatlah nista,
Tuwin ketip suragama,
begitu pula jika aku menjadi pengurus dan juru dakwah agama.
Pan ingsun nora winaris, Karena aku bukanlah keturunannya, Angur baya ngantepana, Lebih baik memegang teguh Pranatan wajibing urip, aturan dan kewajiban hidup, Lampahan angluluri, Menjalankan pedoman hidup Kuna kumunanira, Kongsi tumekeng samangkin,
29
warisan leluhur dari zaman dahulu kala hingga kelak kemudian hari.
Kikisane tan lyan amung ngupa boga.
Ujungnya tidak lain hanyalah mencari nafkah.
Bonggan kan tan merlok-na,
Salahnya sendiri yang tidak mengerti,
Mungguh ugering ngaurip,
Paugeran orang hidup itu demikian seyogyanya,
Uripe lan tri prakara,
hidup dengan tiga perkara;
Wirya arta tri winasis,
Keluhuran (kekuasaan), harta (kemakmuran), ketiga ilmu pengetahuan.
Kalamun kongsi sepi, Saka wilangan tetelu,
Bila tak satu pun dapat diraih dari ketiga perkara itu,
Telas tilasing janma,
habis lah harga diri manusia.
Aji godhong jati aking,
Lebih berharga daun jati kering, akhirnya mendapatlah derita, jadi pengemis dan terlunta.
Temah papa papariman ngulandara.
30
Kang wus waspadha ing patrap,
Yang sudah paham tata caranya,
Manganyut ayat winasis,
Menghayati ajaran utama,
Wasana wosing jiwangga,
Jika berhasil merasuk ke dalam jiwa,
Melok tanpa aling-aling,
akan melihat tanpa penghalang,
Kang ngalingi kalingling,
Yang menghalangi tersingkir,
Wenganing rasa tumlawung,
Terbukalah rasa sayup menggema.
Keksi saliring jaman,
Tampaklah seluruh cakrawala,
Angelangut tanpa tepi,
Sepi tiada bertepi,
Yeku ingaran tapa tapaking Hyang Yakni disebut “tapa tapaking Hyang Sukma”. Suksma.
31
Mangkono janma utama,
Demikianlah manusia utama,
Tuman tumanem ing sepi,
Gemar terbenam dalam sepi (meredam nafsu),
Ing saben rikala mangsa,
Di saat-saat tertentu,
Masah amemasuh budi,
Mempertajam dan membersihkan budi,
Laire anetepi,
Bermaksud memenuhi tugasnya sebagai satria,
Ing reh kasatriyanipun,
berbuat susila rendah hati,
Susilo anor raga,
pandai menyejukkan hati pada sesama,
Wignya met tyasing sesami,
itulah sebenarnya yang disebut menghayati agama.
Yeku aran wong barek berag agama.
32
Ing jaman mengko pan ora,
Di zaman kelak tiada demikian,
Arahe para taruni,
sikap anak muda bila mendapat petunjuk nyata,
Yen antuk tuduh kang nyata,
tidak pernah dijalani,
Nora pisan den lakoni,
Lalu hanya menuruti kehendaknya,
Banjur njujurken kapti,
Kakeknya akan diajari,
Kakekne arsa winuruk,
dengan mengandalkan gurunya,
Ngandelken gurunira,
yang dianggap pandita negara yang pandai,
Panditane praja sidik,
serta sudah menguasai makrifat.
Tur wus manggon pamucunge Mring makripat
PUCUNG (Sembah Jiwa/Hakekat)
33
Ngelmu iku
Ilmu (hakekat) itu
Kalakone kanthi laku
diraih dengan cara menghayati dalam setiap perbuatan,
Lekase lawan kas dimulai dengan kemauan. Tegese kas nyantosani Setya budaya pangekese dur angkara
Artinya, kemauan membangun kesejahteraan terhadap sesama,
Teguh membudi daya Menaklukkan semua angkara
34
Angkara gung
Nafsu angkara yang besar
Neng angga anggung gumulung Gegolonganira
ada di dalam diri, kuat menggumpal, menjangkau hingga tiga zaman, jika dibiarkan berkembang akan
Triloka lekeri kongsi
berubah menjadi gangguan.
Yen den umbar ambabar dadi rubeda.
35
Beda lamun kang wus sengsem
Berbeda dengan yang sudah menyukai dan menjiwai,
Reh ngasamun Watak dan perilaku memaafkan Semune ngaksama pada sesama Sasamane bangsa sisip selalu sabar berusaha
36
Sarwa sareh saking mardi martatama
menyejukkan suasana,
Taman limut
Dalam kegelapan.
Durgameng tyas kang weh limput
Angkara dalam hati yang menghalangi,
Karem ing karamat
Larut dalam kesakralan hidup,
Karana karoban ing sih
Karena temggelam dalam samodra kasih sayang, kasih sayang sukma (sejati) tumbuh berkembang sebesar gunung
Sihing sukma ngrebda saardi pengira
37
Yeku patut tinulat tulat tinurut
Itulah yang pantas ditiru, contoh yang patut diikuti
Sapituduhira,
seperti semua nasehatku.
Aja kaya jaman mangkin
Jangan seperti zaman nanti
Keh pra mudha mundhi diri
Banyak anak muda yang menyombongkan diri dengan hafalan ayat
Rapal makna
38
Durung becus kesusu selak besus
Belum mumpuni sudah berlagak pintar.
Amaknani rapal
Menerangkan ayat
Kaya sayid weton mesir
seperti sayid dari Mesir
Pendhak pendhak angendhak
Setiap saat meremehkan kemampuan orang lain.
Gunaning jalma
39
Kang kadyeku
Yang seperti itu
Kalebu wong ngaku aku
termasuk orang mengaku-aku
akale alangka
Kemampuan akalnya dangkal
Elok Jawane denmohi
Keindahan ilmu Jawa malah ditolak.
Paksa langkah ngangkah met
Sebaliknya, memaksa diri mengejar ilmu di Mekah,
Kawruh ing Mekah
40
Nora weruh
tidak memahami
rosing rasa kang rinuruh
hakekat ilmu yang dicari,
lumeketing angga
sebenarnya ada di dalam diri.
anggere padha marsudi
Asal mau berusaha
kana kene kaanane nora beda
sana sini (ilmunya) tidak berbeda,
41
Uger lugu
Asal tidak banyak tingkah,
Den ta mrih pralebdeng kalbu
agar supaya merasuk ke dalam sanubari.
Yen kabul kabuka
Bila berhasil, terbuka derajat kemuliaan hidup yang sebenarnya.
Ing drajat kajating urip Kaya kang wus winahya sekar srinata
42
Basa ngelmu
Seperti yang telah tersirat dalam tembang sinom (di atas).
Yang namanya ilmu, dapat berjalan bila sesuai dengan cara pandang kita.
Mupakate lan panemune Dapat dicapai dengan usaha yang gigih. Pasahe lan tapa Bagi satria tanah Jawa, Yen satriya tanah Jawi Kuna kuna kang ginilut tripakara
43
44
dahulu yang menjadi pegangan adalah tiga perkara yakni;
Lila lamun kelangan nora gegetun Ikhlas bila kehilangan tanpa menyesal, Trima yen ketaman
Sabar jika hati disakiti sesama,
Sakserik sameng dumadi
Ketiga ; lapang dada sambil
Tri legawa nalangsa srah ing Bathara
berserah diri pada Tuhan.
Bathara gung
Tuhan Maha Agung
Inguger graning jajantung
diletakkan dalam setiap hela nafas
Jenek Hyang wisesa
Menyatu dengan Yang Mahakuasa
Sana pasenedan suci
Teguh mensucikan diri
Nora kaya si mudha mudhar angkara
Tidak seperti yang muda,
mengumbar nafsu angkara.
45
Nora uwus
Tidak henti hentinya
Kareme anguwus uwus
gemar mencaci maki.
Uwose tan ana
Tanpa ada isinya
Mung janjine muring muring
kerjaannya marah-marah
Kaya buta buteng betah anganiaya seperti raksasa; bodoh, mudah marah dan menganiaya sesama.
46
Sakeh luput
Semua kesalahan
Ing angga tansah linimput
dalam diri selalu ditutupi,
Linimpet ing sabda
ditutup dengan kata-kata
Narka tan ana udani
mengira tak ada yang mengetahui,
Lumuh ala ardane ginawa gada
bilangnya enggan berbuat jahat padahal tabiat buruknya membawa kehancuran.
47
Durung punjul
Belum cakap ilmu
Ing kawruh kaselak jujul
Buru-buru ingin dianggap pandai.
Kaseselan hawa
Tercemar nafsu selalu merasa kurang,
Cupet kapepetan pamrih
dan tertutup oleh pamrih,
tangeh nedya anggambuh
sulit untuk manunggal pada Yang Mahakuasa.
mring Hyang Wisesa
GAMBUH (Langkah Catur Sembah)
48
Samengko ingsun tutur
Kelak saya bertutur,
Sembah catur supaya lumuntur
Empat macam sembah supaya dilestarikan;
Dhihin raga, cipta, jiwa, rasa, kaki Ing kono lamun tinemu
Pertama; sembah raga, kedua; sembah cipta, ketiga; sembah jiwa, dan keempat; sembah rasa, anakku !
Tandha nugrahaning Manon
Di situlah akan bertemu dengan pertanda anugrah Tuhan.
49
50
Sembah raga punika
Sembah raga adalah
Pakartine wong amagang laku
Perbuatan orang yang lagi magang “olah batin”
Susucine asarana saking warih
Menyucikan diri dengan sarana air,
Kang wus lumrah limang wektu
Yang sudah lumrah misalnya lima waktu
Wantu wataking weweton
Sebagai rasa menghormat waktu
Inguni uni durung
Zaman dahulu belum
Sinarawung wulang kang sinerung
pernah dikenal ajaran yang penuh tabir,
Lagi iki bangsa kas ngetokken anggit
Baru kali ini ada orang menunjukkan hasil rekaan, memamerkan ke-bisa-an nya
Mintokken kawignyanipun amalannya aneh aneh Sarengate elok elok
51
Thithik kaya santri Dul
Kadang seperti santri “Dul” (gundul)
Gajeg kaya santri brai kidul
Bila tak salah, seperti santri wilayah selatan
Saurute Pacitan pinggir pasisir
Sepanjang Pacitan tepi pantai
Ewon wong kang padha nggugu
Ribuan orang yang percaya.
52
Anggere padha nyalemong
Asal-asalan dalam berucap
Kasusu arsa weruh
Keburu ingin tahu,
Cahyaning Hyang kinira yen karuh cahaya Tuhan dikira dapat ditemukan, Ngarep arep urub arsa den kurebi
Menanti-nanti besar keinginan (mendapatkan anugrah) namun gelap mata
Tan wruh kang mangkono iku Orang tidak paham yang demikian itu Akale kaliru enggon Nalarnya sudah salah kaprah
53
Yen ta jaman rumuhun
Bila zaman dahulu,
Tata titi tumrah tumaruntun
Tertib teratur runtut harmonis
Bangsa srengat tan winor lan laku batin
sariat tidak dicampur aduk dengan olah batin, jadi tidak membuat bingung
Dadi nora gawe bingung bagi yang menyembah Tuhan Kang padha nembah Hyang Manon
54
Lire sarengat iku
Sesungguhnya sariat itu
Kena uga ingaran laku
dapat disebut olah, yang bersifat ajeg dan tekun.
Dhingin ajeg kapindone ataberi
Anakku, hasil sariat adalah dapat menyegarkan badan
Pakolehe putraningsun agar lebih baik, Nyenyeger badan mrih kaot
55
Wong seger badanipun
badan, otot, daging, kulit dan tulang sungsumnya menjadi segar,
Otot daging kulit balung sungsum Mempengaruhi darah, membuat tenang di hati. Tumrah ing rah memarah
Antenging ati
Ketenangan hati membantu
Antenging ati nunungku
Membersihkan kekusutan batin
Angruwat ruweding batos
56
Mangkono mungguh ingsun
Begitulah menurut ku !
Ananging ta sarehne asnafun
Tetapi karena orang itu berbeda-beda,
Beda beda panduk pandhuming dumadi
Beda pula garis nasib dari Tuhan. Sebenarnya tidak cocok
Sayektine nora jumbuh tekad yang pada dijalankan itu Tekad kang padha linakon
57
Nanging ta paksa tutur
Namun terpaksa memberi nasehat
Rehne tuwa tuwase mung catur
Karena sudah tua kewajibannya hanya memberi petuah.
Bok lumuntur lantaraning reh utami Sing sapa temen tinemu
Siapa tahu dapat lestari menjadi pedoman tingkah laku utama.
Nugraha geming kaprabon
Barang siapa bersungguh-sungguh akan mendapatkan anugrah kemuliaan dan kehormatan.
58
Samengko sembah kalbu
Nantinya, sembah kalbu itu
Yen lumintu uga dadi laku
jika berkesinambungan juga menjadi olah spiritual.
Laku agung kang kagungan Narapati Olah (spiritual) tingkat tinggi yang dimiliki Raja. Patitis tetesing kawruh Tujuan ajaran ilmu ini; Meruhi marang kang momong untuk memahami yang mengasuh diri (guru sejati/pancer)
59
Sucine tanpa banyu
Bersucinya tidak menggunakan air
Mung nyunyuda mring hardaning kalbu
Hanya menahan nafsu di hati
Pambukane tata titi ngati ati
Dimulai dari perilaku yang tertata, teliti dan hatihati (eling dan waspada)
Atetep telaten atul
Teguh, sabar dan tekun,
Tuladan marang waspaos
semua menjadi watak dasar, Teladan bagi sikap waspada.
60
Mring jatining pandulu
Dalam penglihatan yang sejati,
Panduk ing ndon dedalan satuhu
Menggapai sasaran dengan tata cara yang benar.
Lamun lugu legutaning reh maligi
Biarpun sederhana tatalakunya dibutuhkan konsentrasi
Lageane tumalawung Wenganing alam kinaot
Sampai terbiasa mendengar suara sayup-sayup dalam keheningan Itulah, terbukanya “alam lain”
61
Yen wus kambah kadyeku
Bila telah mencapai seperti itu,
Sarat sareh saniskareng laku
Saratnya sabar segala tingkah laku.
Kalakone saka eneng ening eling
Berhasilnya dengan cara;
Ilanging rasa tumlawung
Membangun kesadaran, mengheningkan cipta, pusatkan fikiran kepada energi Tuhan.
Kono adiling Hyang Manon Dengan hilangnya rasa sayup-sayup, di situlah keadilan Tuhan terjadi. (jiwa memasuki alam gaib rahasia Tuhan)
62
Gagare ngunggar kayun Tan kayungyun mring ayuning
Gugurnya jika menuruti kemauan jasad (nafsu)
kayun
Tidak suka dengan indahnya kehendak rasa sejati,
Bangsa anggit yen ginigit nora dadi Jika merasakan keinginan yang tidak-tidak akan gagal. Marma den awas den emut Maka awas dan ingat lah Mring pamurunging kalakon dengan yang membuat gagal tujuan
63
Samengko kang tinutur
Nanti yang diajarkan
Sembah katri kang sayekti katur
Sembah ketiga yang sebenarnya diperuntukkan kepada Hyang sukma (jiwa).
Mring Hyang Sukma sukmanen saari ari
Hayatilah dalam kehidupan sehari-hari
Arahen dipun kacakup
Usahakan agar mencapai sembah jiwa ini anakku !
Sembaling jiwa sutengong
64
Sayekti luwih perlu
Sungguh lebih penting, yang
Ingaranan pepuntoning laku
disebut sebagai ujung jalan spiritual,
Kalakuwan tumrap kang bangsaning Tingkah laku olah batin, yakni batin menjaga kesucian dengan awas dan selalu ingat Sucine lan awas emut akan alam nan abadi kelak. Mring alaming lama maot
65
Ruktine ngangkah ngukut
Cara menjaganya dengan menguasai, mengambil, mengikat, merangkul erat tiga jagad yang dikuasai.
Ngiket ngruket triloka kakukut Jagad besar tergulung oleh jagad kecil, Jagad agung ginulung lan jagad alit Pertebal keyakinanmu anakku ! Den kandel kumadel kulup Akan kilaunya alam tersebut. Mring kelaping alam kono
66
Kaleme mawi limut
Tenggelamnya rasa melalui suasana “remang berkabut”,
Kalamatan jroning alam kanyut Sanyatane iku kanyatan kaki
Mendapat firasat dalam alam yang menghanyutkan,
Sejatine yen tan emut
Sebenarnya hal itu kenyataan, anakku !
Sayekti tan bisa awor
Sejatinya jika tidak ingat Sungguh tak bisa “larut”
67
Pamete saka luyut
Jalan keluarnya dari luyut (batas antara lahir dan batin)
Sarwa sareh saliring panganyut Tetap sabar mengikuti “alam yang Lamun yitna kayitnan kang mitayani menghanyutkan” Tarlen mung pribadinipun
Asal hati-hati dan waspada yang menuntaskan tidak lain hanyalah diri pribadinya
Kang katon tinonton kono yang tampak terlihat di situ
68
Nging away salah surup
Tetapi jangan salah mengerti
Kono ana sajatining urub
Di situ ada cahaya sejati
Yeku urub pangareb uriping budi
Ialah cahaya pembimbing,
Sumirat sirat narawung
energi penghidup akal budi.
Kadya kartika katonton
Bersinar lebih terang dan cemerlang, tampak bagaikan bintang
69
Yeku wenganing kalbu
Yaitu membukanya pintu hati
Kabukane kang wengku winengku
Terbukanya yang kuasa-menguasai (antara cahaya/nur dengan jiwa/roh).
Wewengkone wis kawengku neng sireki
Nging sira uga kawengku
Cahaya itu sudah kau (roh) kuasai
Mring kang pindha kartika byor
Tapi kau (roh) juga dikuasai oleh cahaya yang seperti bintang cemerlang.
70
Samengko ingsun tutur
Nanti ingsun ajarkan,
Gantya sembah ingkang kaping catur
Beralih sembah yang ke empat. Sembah rasa terasalah hakekat kehidupan.
Sembah rasa karasa wosing dumadi Terjadinya sudah tanpa petunjuk, Dadine wis tanpa tuduh hanya dengan kesentosaan batin Mung kalawan kasing batos
71
Kalamun durung lugu
Apabila belum bisa membawa diri,
Aja pisan wani ngaku aku
Jangan sekali-kali berani mengaku-aku,
Antuk siku kang mangkono iku kaki mendapat laknat yang demikian itu anakku ! Kena uga wenang muluk
Artinya, seseorang berhak berkata apabila sudah mengetahui dengan nyata.
Kalamun wus padha melok
72
Meloke ujar iku
Menghayati pelajaran ini
Yen wus ilang sumelanging kalbu
Bila sudah hilang keragu-raguan hati.
Amung kandel kumandel
Hanya percaya dengan sungguh-sungguh kepada takdir
Amarang ing takdir itu harap diwaspadai, diingat, Iku den awas den emut dicermati bila ingin menguasai seluruhnya. Den memet yen arsa momot
73
Pamoting ujar iku
Melaksanakan petuah itu
Kudu santosa ing budi teguh sarta sabar tawekal legaweng ati Harus kokoh budipekertinya Trima lila ambeg sadu Teguh serta sabar Weruh wekasing dumados tawakal lapang dada Menerima dan ikhlas apa adanya sikapnya dapat dipercaya Mengerti “sangkan paraning dumadi”.
74
Sabarang tindak tanduk
Segala tindak tanduk
Tumindake lan sakadaripun,
dilakukan ala kadarnya,
Den ngaksama kasisipaning sesami, memberi maaf atas kesalahan sesama,
75
Sumimpanga ing laku dur,
menghindari perbuatan tercela,
Hardaning budi kang ngrodon.
(dan) watak angkara yang besar.
Dadya weruh iya dudu,
Sehingga tahu baik dan buruk,
Yeku minangka pandaming kalbu,
Demikian itu sebagai ketetapan hati,
Ingkang buka ing kijab bullah agaib, Yang membuka penghalang/tabir antara insan dan Tuhan, Sesengkeran kang sinerung, Tersimpan dalam rahasia, Dumunung telenging batos. Terletak di dalam batin.
76
Rasaning urip iku,
Rasa hidup itu
Krana momor pamoring sawujud,
dengan cara manunggal dalam satu wujud,
Wujudollah sumrambah ngalam sakalir,
Wujud Tuhan meliputi alam semesta,
Lir manis kalawan madu,
bagaikan rasa manis dengan madu. Begitulah ungkapannya.
Endi arane ing kono.
77
Endi manis endi madu,
Mana manis mana madu,
Yen wis bisa nuksmeng pasang semu,
apabila sudah bisa menghayati gambaran itu, Bagaimana pengertian sabda Tuhan,
Pasamoaning hebing kang Mahasuci,
Hendaklah digenggam di dalam hati, sudah jelas dipahami secara lahir dan batin.
Kasikep ing tyas kacakup, Kasat mata lair batos.
78
Ing batin tan kaliru
Dalam batin tak keliru,
Kedhap kilap liniling ing kalbu,
Segala cahaya indah dicermati dalam hati,
Kang minangka colok celaking Hyang Widhi,
Yang menjadi petunjuk dalam memahami hakekat Tuhan,
Widadaning budi sadu,
Selamatnya karena budi (bebuden) yang jujur (hilang nafsu),
Pandak panduking liru nggon. Agar dapat merasuk beralih “tempat”.
79
Nggonira mrih tulus,
Agar usahamu berhasil,
Kalaksitaning reh kang rinuruh,
Dapat menemukan apa yang dicari,
Nggyanira mrih wiwal warananing gaib,
upayamu agar dapat melepas penghalang kegaiban,
Paranta lamun tan weruh,
Apabila kamu tidak paham ; lihatlah tentang bagaimana terjadinya telur.
Sasmita jatining endhog.
80
Putih lan kuningipun,
Putih dan kuningnya,
Lamun arsa titah, titah teka mangsul,
bila akan mewujud (menetas),
Dene nora mantra-mantra yen ing lair,
wujud datang berganti, tak disangka-sangka,
Bisa aliru wujud, bila kelahirannya Kadadeyane ing kono. dapat berganti wujud, Kejadiannya di situ !
81
Istingarah tan metu,
Dipastikan tidak keluar,
Lawan istingarah tan lumebu,
juga tidak masuk,
Dene ing njro wekasane dadi njawi, Kenyataannya yang di dalam akhirnya menjadi di luar, Rasakna kang tuwajuh, Rasakan sunguh-sungguh, Aja kongsi kabasturon. Jangan sampai terlanjur tak bisa memahami.
82
Karana yen kebanjur,
Sebab apabila sudah terlanjur,
Kajantaka tumekeng saumur,
akan tak tenang sepanjang hidup, tidak ada gunanya bila kelak mati,
Tanpa tuwas yen tiwasa ing dumadi, Menjadi orang hina yang bodoh, Dadi wong ina tan weruh, dirinya sendiri malah dianggap tamu. Dheweke den anggep dayoh. https://sabdalangit.wordpress.com
Kinanti podho 83-100 …
Silahkan dibaca di postingan Wedhatama Kinanti (lanjutan)